laporan kppip versi juli 2015

132

Click here to load reader

Upload: ngobao

Post on 05-Feb-2017

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Laporan KPPIPJuni 2014 - Juli 2015

Page 2: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 3: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Daftar Isi

DAFTAR ISI i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

SAMBUTAN MENKO PEREKONOMIAN iii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA 1

BAB 2 KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS (KPPIP) 11

BAB 3 DAFTAR PROYEK PRIORITAS KPPIP 2015 23

BAB 4 SINKRONISASI REGULASI TERKAIT INFRASTRUKTUR 105

BAB 5 RENCANA KPPIP KE DEPAN 115

DAFTAR ISTILAH 121

DAFTAR GAMBAR 123

iLaporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 4: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Ucapan Terima Kasih

iiLaporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Laporan pelaksanaan KPPIP ini disusun dalam rangka memenuhi amanat Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 pasal 29. Pada Laporan yang pertama ini, informasi yang disajikan adalah informasi pencapaian KPPIP yang efektif beroperasi sejak Januari 2015.

Laporan ini dapat terwujud berkat dukungan informasi yang telah diberikan berbagai pihak dari jajaran dan pejabat Kementerian dan Lembaga terkait, jajaran dan pimpinan Pemerintah Daerah, serta jajaran dan pimpinan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Selain memberikan informasi terkini secara lengkap, berbagai pihak di atas juga terlibat secara aktif dalam upaya mendukung percepatan implementasi pembangunan infrastruktur dari mulai persiapan teknis dan regulasi, melakukan debottlenecking untuk memfasilitasi penyelesaian masalah koordinasi yang dihadapi, sampai dengan percepatan implementasi proyek-proyek prioritas.

Secara khusus, laporan ini tidak akan tersusun tanpa dukungan dan pembinaan oleh Yang Terhormat: Dr. Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua KPPIP; Dr. Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Dr. Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman; Dr. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan selaku anggota KPPIP; Drs. Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Agraria dan Tata Ruang selaku anggota KPPIP; Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Wakil Ketua Tim Pelaksana KPPIP; Dr. Ir. Ridwan Djamaluddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Dr. Ir. Dedy S. Priatna, mantan Deputi Sarana dan Prasarana, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional; Prof. Dr. Budi Mulyanto, Direktur Jenderal Pengadaan Tanah selaku anggota Tim Pelaksana KPPIP; dan Dr. Ir. Wahyu Utomo, Staf Ahli Pembangunan Daerah selaku Sekretaris Tim Pelaksana KPPIP.

Berdasarkan berbagai arahan yang telah diperoleh dari para petinggi di atas, naskah laporan ini disusun oleh Sekretariat Tim Pelaksana dan para profesional dalam Project Management Office (PMO) KPPIP, dengan dukungan Tusk Advisory. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran profesional dan tim konsultan yang telah menyiapkan naskah laporan pelaksanaan yang sangat komprehensif ini.

Sekali lagi, dengan perasaan yang tulus, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungan dan kerjasamanya. Marilah kita terus bekerja keras untuk bersama membangun infrastruktur yang berkuali-tas demi kejayaan negeri kita tercinta di masa yang akan datang.

Luky Eko WuryantoDeputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP

Page 5: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Sambutan Menko Perekonomian

Assalamuálaikum Wr. Wb.,

Dalam membangun sebuah negara dan bangsa, apapun tahapan kemajuannya, penyediaan dan pembangunan infrastruktur senantiasa memiliki peran yang strategis. Hal tersebut adalah karena pembangunan infrastruktur adalah tugas hakiki dari sebuah pemerintahan. Bila pada tahap awal kemajuan ekonomi, sebagian pembangunan umumnya diarahkan untuk lebih besar pada penyediaan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka seiring dengan peningkatan kemajuan ekonomi, konsentrasinya perlu dititikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kehandalan sedemikian rupa hingga dapat mendorong daya saing ekonomi dan pada akhirnya mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Tersedianya infrastruktur yang handal dan berkualitas, sering digunakan sebagai ukuran yang representatif untuk menakar kualitas hidup atau kondisi yang sering diyakini menggambarkan kesejahteraan sebuah masyarakat. Walaupun terkesan klise, hal tersebut sesungguhnya benar adanya karena dengan hanya melalui sediaan infrastruktur yang akses dan kualitasnya senantiasa memadai sesuai perkembangan ekonomi, masyarakat pada akhirnya memiliki banyak pilihan untuk melakukan usaha, bertempat tinggal ataupun hanya sekedar memilih cara bersosialisasi.

Dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dewasa ini, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama. Hal tersebut tercermin dari tingginya target-target pencapaian sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Perwujudan target dari kebijakan pembangunan infrastruktur tersebut tentunya membutuhkan kerja keras dan komitmen yang tinggi. Belajar dari pengalaman selama ini, berbagai langkah terobosan untuk mempercepat implementasinya sangat diperlukan, bahkan merupakan prasyarat mutlaknya.

Salah satu langkah penting yang telah dilakukan pemerintah adalah menerbitkan Perpres No. 75 Tahun 2014 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas dimana Menteri Koordinator Perekonomian menjadi Ketuanya. Mandat utama dari Komite ini adalah merevitalisasi berbagai kebijakan pembangunan infrastruktur terkait dalam rangka mendorong percepatan ke arah impelementasi sekaligus memperluas berbagai potensi pendanaan di luar pemerintah. Selain itu, mandat lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengawal pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang dikategorikan sebagai infrastruktur prioritas, mulai dari proses perencanaan, penetapan skema pendanaan yang paling efisien dan efektif, sampai pada fasilitasi koordinasi penyelesaian masalah untuk percepatan implementasi.

Komite ini telah mulai aktif menjalankan tugaskan sejak awal tahun 2015 dan sejumlah langkah konkrit telah dilakukan, baik pada tataran kebijakan maupun pada tataran koordinasi untuk penyelesaian masalah operasional. Memang belum semuanya menghasilkan kemajuan sebagaimana diharapkan, namun setidaknya dengan mekanisme kerja yang disusun berdasarkan standard operating procedure yang dipelajari dari pengalaman terbaik internasional, langkah yang telah dilakukan ini ternyata banyak mendapatkan sambutan positif tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan juga dari masyarakat internasional. Beberapa lembaga keuangan dan konsultansi internasional berminat untuk bekerjasama dengan KPPIP.

iiiLaporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 6: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

ivLaporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Dr. Darmin NasutionMenteri Koordinator Bidang Perekonomian

Selaku Ketua KPPIP

Berbeda dengan pola pembentukan tim koordinasi pada umumnya, KPPIP diperkuat dengan bantuan para profesional dan konsultan yang ahli dalam bidangnya. Bahkan dalam beberapa tugas penyiapan proyek ataupun evaluasi terhadap proposal proyek prioritas yang diusulkan oleh Kementerian terkait, KPPIP menggunakan konsultan internasional yang memiliki reputasi dan kompetensi tinggi.

Laporan pelaksanaan pertama ini disusun untuk periode paruh pertama 2015. Dari materi yang telah disusun, saya mengharapkan agar semua pihak dapat mempelajari mana langkah-langkah yang baik dan efektif ataupun mana langkah-langkah yang perlu diperbaiki. Saya bahkan berharap bahwa para pemangku kepentingan terkait dapat memberikan masukan demi perbaikan kinerja KPPIP di masa akan datang. Dengan harapan ini, kita tidak selalu terus mulai dari awal. Keberhasilan membangun infrastruktur umumnya berdimensi jangka panjang. Oleh karenanya kebijakan yang dikembangkan perlu terus dijaga agar senantiasa konsisten dan berkelanjutan.

Wassalamuálaikum Wr. Wb.,

Page 7: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

1Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 8: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 9: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PendahuluanIndonesia merupakan perekonomian terbesar ke-16 dunia dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir mencapai USD 1 Triliun. Berdasarkan kajian Goldman Sachs Global Investment Research tahun 2009, pendapatan per kapita Indonesia diprediksi akan meningkat menjadi sebesar USD 14.900 pada tahun 2025 (peringkat 12 dunia) serta USD 46.900 pada tahun 2045 (peringkat 7 atau 8 dunia). Jika sesuai dengan rencana Pemerintah, maka Indonesia akan masuk ke dalam negara kategori high income country pada tahun 2025, namun hal ini akan sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yang salah satunya didukung dengan perkembangan penyediaan infrastruktur di Indonesia (RPJMN 2015-2019, 2015).

Indonesia memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk mencapai target tersebut berupa sumber daya alam yang berlimpah, lokasi yang strategis, dan jumlah penduduk yang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar) namun perlu disadari bahwa potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta merta bisa terwujud.

Terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapi, yaitu sebagai berikut:

Peningkatan daya saing suatu negara berbanding lurus dengan prospek pertumbuhannya, sedangkan infrastruktur merupakan pendorong adanya pertumbuhan ekonomi. Global Competitiveness Index di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya saing infrastruktur Indonesia masih belum dapat mendongkrak potensi daya saing Indonesia secara keseluruhan.

Oleh karenanya, penyusunan rencana pembangunan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 diupayakan untuk menjawab defisit infrastruktur di Indonesia sekaligus mencapai target Nawacita dari Pemerintah. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, Pemerintah menargetkan pembangunan dan pengembangan infrastruktur meliputi pembangunan 10 pelabuhan container baru, revitalisasi 6 pelabuhan sebagai hub internasional (Belawan, Makassar, Sorong, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Bitung), pengembangan 76 rute perintis, pembangunan 2.000 km jalan baru, pengembangan bandar udara khusus barang, pembangunan 10 kawasan industri baru beserta hunian untuk tenaga kerjanya, pembangunan dan modernisasi 5.000 pasar tradisional, disertai dengan pendirian bank infrastruktur. Target Nawacita ini kemudian disusun dan dimasukkan dalam rencana pembangunan infrastruktur dalam RPJMN 2015-2019.

Saat ini Indonesia sedang dilanda fase “krisis infrastruktur” sebagaimana tercermin dalam beberapa indikator seperti Global Competitiveness Index (World Economic Forum, 2014) serta logistics performance index tahun 2014 sebagai berikut:

Tingginya biaya logistik secara langsung mengurangi daya saing produk-produk ekspor Indonesia akibat dari tingginya biaya produksi di dalam negeri.

Keterbatasan infrastruktur: Berdasarkan Global Competitiveness Index tahun 2014-2015, penyediaan infrastruktur di Indonesia masih berada pada peringkat 56 dari 144 negara. Peringkat tersebut masih jauh di bawah Singapura yang menempati peringkat 2 dan Malaysia yang menempati peringkat 25.

Keterbatasan ketersediaan anggaran pembiayaan infrastruktur: Anggaran untuk infrastruktur di Indonesia baru dialokasikan sebesar 5% dari PDB Indonesia di tahun 2015 dan di tahun-tahun sebelumnya hanya 2-3%. Sebagai perbandingan, Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menganggarkan setidaknya 8-10% dari PDB. (Bank Dunia, 2013)

Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha. Angka itu tergolong paling boros dibanding biaya logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% dan Singapura 6%;Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dan merupakan biaya logistik paling tinggi di kawasan Asia Tenggara (Bank Dunia, 2013).

1.

a.

b.

2.

3.

3Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 10: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

A. Rencana Pembangunan Infrastruktur Sesuai RPJMN 2015-2019

B. Permasalahan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Dalam tahapan penyiapan dan pelaksanaan penyediaan infrastruktur, terdapat sejumlah permasalahan yang menjadi tantangan realisasi penyediaan infrastruktur di Indonesia. Adapun hambatan yang dimaksud meliputi:

1. 4.

5.

2.

3.

Inisitatif untuk melakukan perubahan dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 sesungguhnya telah menjadi dasar penyusunan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Melalui Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, esensi dari MP3EI menekankan pada inisiatif perubahan dalam pengelolaan pengembangan potensi daerah melalui koridor ekonomi, konektivitas nasional melalui sinkronisasi rencana aksi nasional terkait infrastruktur dan regulasi dan kemitraan melalui dukungan pihak swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS).

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, Pemerintah Indonesia telah menetapkan RPJMN dengan rumusan arahan prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur periode 2015-2019 sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No.3 Tahun 2015.

Kurangnya koordinasi terkait pendistribusian kewenangan dan pengambilan keputusan;

Ketidaksesuaian perencanaan pendanaan dengan kebutuhan implementasi;

Sulitnya proses pengadaan dan pembebasan lahan;

Kurang memadainya kapasitas Kementerian/ Lembaga dan/atau Penanggung Jawab Proyek dalam penyediaan infrastruktur terutama yang dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU);

Lambatnya proses penyusunan peraturan dan keberadaan peraturan yang tumpang tindih sehingga menghambat investasi.

(Sumber: RPJMN 2015-2019, 2015)

Indikator 2014 (Baseline) 2019

Rasio ElektrifikasiKonsumsi Listrik per kapitaAkses Air Minum LayakAkses Sanitasi LayakKondisi Mantap Jalan NasionalJalan NasionalJalan BaruJalan TolJalur Kereta ApiJumlah PelabuhanDwelling Time PelabuhanJumlah BandaraOn-Time Performance PenerbanganKab/Kota yang Dijangkau BroadbandJumlah Dermaga PenyeberanganPangsa Pasar Angkutan Umum PerkotaanKapasitas Air Baku NasionalJumlah WadukUnit Regasifikasi OnshorePembangunan FSRUJaringan Pipa GasUnit SPBGJumlah Rumah Tersambung Jaringan Gas KotaPembangunan Kilang Baru

81,5%843 KWh

70%60.5%94%

38.570 km1.028 km260 km

5.434 km278

6-7 hari23775%82%21023%

41,44 m /det21 waduk

02

11.960 km40

200.0000

100%1.200 KWh

100%100%99%

46.770 km2.650 km1.000 km8.692 km

4503-4 hari

25295%100%27032%

118,6 m /det49 waduk

63

17.960 km118

1.000.0002

Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi masih terbatas dimana hal ini merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam peningkatan investasi serta menyebabkan tingginya biaya logistik.

Dalam rumusan RPJMN 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah membagi arahan prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur guna menjawab sejumlah permasalahan meliputi kondisi jalan yang tidak memadai, terbatasnya pembangunan jalur kereta api, kinerja pelabuhan yang tidak berdaya saing, rendahnya rasio ketenagalistrikan dan terbatasnya kapasitas sumber air.

Menanggapi permasalahan tersebut, Pemerintah telah menyusun target pencapaian pembangunan dan peningkatan infrastruktur sebagai berikut:

3 3

4 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 11: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

1. Kendala dalam Pendistribusian Kewenangan dan Pengambilan Keputusan

Penerapan desentralisasi kewenangan dan pengambilan keputusan sejak Indonesia memasuki era reformasi tidak diikuti dengan kesiapan kapasitas, seperti kepegawaian dan alokasi pendanaan, dari aparatur di tingkat daerah. Tingginya jumlah proyek infrastruktur di daerah secara langsung mengharuskan Pemerintah Daerah untuk berperan sebagai penanggung jawab dan pelaksana proyek.

Pembagian tanggung jawab Pemerintah Daerah pada dasarnya telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Baik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk menentukan rencana pembangunan dan tata ruang, menyediakan fasilitas dan infrastruktur publik dan memegang kendali atas dampak lingkungan. Selanjutnya, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dengan amandemen Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 mengatur pedoman terkait standar minimum pelayanan dimana standar ini dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Daerah untuk melaksanakan perencanaan infrastruktur.

Ketika kebutuhan dasar infrastruktur tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah, pada dasarnya Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk memberikan hukuman dan sanksi kepada Pemerintah Daerah, namun tidak terdapat pedoman yang jelas bagi Pemerintah Pusat terutama bagi Kementerian untuk memberikan hukuman dan sanksi tersebut. Kondisi ini menyebabkan penyiapan dan pelaksanaan penyediaan infrastruktur terhambat.

Tidak hanya kendala pada Pemerintah Daerah semata, melainkan juga belum terciptanya koordinasi lintas kementerian dan lembaga pemerintah di tingkat pusat yang turut menghambat dalam proses pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, penetapan skala prioritas suatu proyek seringkali tidak dikoordinasikan antar kementerian dan lembaga di tingkat pusat. Akibatnya, pelaksanaan proyek seringkali terhambat atau mengalami penundaan bahkan pembatalan karena tidak memperoleh dukungan dari seluruh instansi terkait.

Hambatan dalam penyediaan infrastruktur juga mencakup pengalokasian dana untuk memenuhi kebutuhan implementasi proyek. Besarnya anggaran yang dibutuhkan seringkali membuat sebuah proyek infrastruktur memperoleh pendanaan lebih dari satu sumber.

Sebagai contoh, sebuah proyek menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD dan Badan Usaha. Tidak sinkronnya jadwal penganggaran, pelaksanaan pengadaan tanah dan lelang badan usaha dapat mengakibatkan terhambatnya penyediaan proyek karena tidak tersedianya dana saat implementasi.

Kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menunjukan bahwa dengan kebutuhan total investasi sebesar Rp 4.792,6 Triliun untuk tahun 2015–2019, dana APBN dan APBD hanya dapat memenuhi Rp 1.978 Triliun (41,52%) sehingga dibutuhkan skema pendanaan alternatif yang bersumber dari BUMN (Rp 1.066 Triliun atau 22,23%) dan investasi swasta (Rp 1.751 Triliun atau 36,52%).

Perencanaan yang baik terkait proyek dan sumber pendanaannya sangatlah penting agar APBN dan APBD dapat dialokasikan untuk infrastruktur yang kritikal sementara infrastruktur yang terindikasi menguntungkan dapat digunakan untuk menarik investasi swasta.

2. Ketidaksesuaian Perencanaan Pendanaan dengan KebutuhanImplementasi Proyek

5Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Total InvestasiInfrastruktur yang

dibutuhkan 1)

(Rp 4.796,2 Triliun3)

APBNdan APBD

KesenjanganPembiayaan

~ Rp 1.433 Triliun

~ Rp 545 Triliun

~ Rp 1.066 Triliun

~ Rp 1.751 Triliun

APBN ~29,88% 2)

APBD ~11,37%

SkemaPendanaanAlternatif

Catatan:1) Angka tersebut merupakan perkiraan target kebutuhan pendanaan2) Porsi APBN berdasarkan penganggaran yang diajukan oleh BAPPENAS dan disetujui oleh Kementerian Keuangan3) Perkiraan hanya berdasarkan investasi dan rehabilitasi proyek-proyek besar, belum termasuk biaya operasional dan pemeliharaan inftrastruktur eksisting

BUMN ~22,23%

Investasi Swasta (KPBUOff Balance Sheet,

Pinjaman, Obligasi,dll)~36,52%

Page 12: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

3. Kendala dalam Proses Pengadaan dan Pembebasan Lahan

Kendala dalam Penyusunan dan Implementasi Peraturan

Pelaksanaan pengadaan dan pembebasan lahan hampir selalu menjadi momok dalam penyediaan infrastruktur. Proses yang panjang memberikan kesempatan bagi para spekulan tanah untuk meningkatkan harga tanah sehingga dana yang telah disiapkan oleh Pemerintah seringkali tidak mencukupi saat pelaksanaan proses pembayaran uang ganti rugi. Kurang memadainya kapasitas personel dan ketersediaan teknologi untuk melakukan pendataan dan pendaftaran juga turut memperlambat proses pengadaan lahan proyek.

Selain itu, ketimpangan ketersediaan dan kelengkapan peralatan antara Pusat dan Daerah yang digunakan untuk pengukuran tanah juga seringkali menghambat proses pengadaan tanah.

Kendala dalam penyusunan dan implementasi kebijakan dan peraturan masih menjadi hambatan besar dalam penyediaan infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar kementerian dan lembaga negara dalam penyusunan peraturan seringkali menghambat proses penetapan suatu peraturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Suatu proyek seringkali mundur dari jadwal proyek yang telah ditetapkan karena belum terbitnya peraturan yang dijadikan landasan hukum pelaksanaan proyek.

Selain itu, peraturan yang telah ada pun seringkali tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang lain sehingga mengakibatkan kebingungan di pihak Penanggung Jawab Proyek dalam melaksanakan kewajibannya. Peraturan yang ada pun sering kali membutuhkan revisi agar sesuai dengan peraturan yang baru diterbitkan. Proses penyusunan atau revisi peraturan yang akan mendukung pembangunan infrastruktur membutuhkan koordinator untuk mengawal proses penyusunan dan penerbitannya.

4.

5.

Kurangnya Kapasitas Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan/atau Penanggung Jawab Proyek dalam Penyiapan dan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur

Permasalahan tidak hanya terhenti pada tataran pendistribusian kewenangan, melainkan juga kurang memadainya kapasitas sumber daya manusia di tingkat daerah untuk menyiapkan, melaksanakan dan memelihara infrastruktur di wilayahnya.

Kenyataan saat ini adalah Pemerintah Daerah menggunakan sebagian besar anggarannya untuk gaji pegawai dan pengeluaran rutin. Minimnya anggaran untuk infrastruktur seringkali menjadi hambatan dalam penyediaan infrastruktur di tingkat daerah. Hal ini semakin mengkhawatirkan mengingat tidak adanya keharusan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan dananya untuk pembangunan infrastruktur baru yang dibutuhkan guna mendukung perekonomian daerah.

Selain itu, Pemerintah Daerah kekurangan sumber daya manusia yang memadai untuk mengemban tanggung jawab selaku pelaksana maupun Penanggung Jawab Proyek. Permasalahan yang menghambat penyediaan infrastruktur di daerah tidak lepas dari lemahnya peran Pemerintah Pusat dalam memastikan peningkatan kapasitas dan sumber daya dari Pusat ke Daerah sehingga terjadinya inefisiensi dalam penyediaan infrastruktur.

Pelaksanaan proyek dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) memerlukan kematangan konseptualisasi proyek, kerangka peraturan dan pembangunan kapasitas Pemerintah Pusat dan Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).

Untuk proyek KPBU dimana lelang akan dilakukan secara kompetitif dan terbuka, maka proyek pun harus disiapkan dengan baik dan memiliki kualitas internasional sehingga dapat memenuhi standar dan menarik investor. Mengingat jumlah proyek KPBU yang masih sedikit di Indonesia, Pemerintah Pusat perlu memberikan dukungan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang akan menjadi PJPK dalam bentuk standar kualitas kajian dan sistem pengadaan konsultan penyiapan atau pemilihan Badan Usaha yang transparan dan kompetitif. Dengan demikian, akan tercipta peningkatan kapasitas pada masing-masing PJPK yang berkontribusi pada pertumbuhan proyek KPBU di Indonesia di tahun-tahun mendatang.

6 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 13: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Usaha-Usaha Yang Telah Dilakukan Pemerintah Indonesia

Dalam upaya mempercepat penyediaan infrastruktur, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan paket-paket peraturan perundang-undangan, penyusunan inisiatif, dan pembangunan institusi sebagai berikut:

Perubahan peraturan pendukung Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

Dengan mempertimbangkan pertumbuhan potensi proyek dengan skema KPBU, maka Pemerintah Indonesia telah melakukan revisi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta beserta peraturanperaturan perubahannya dengan menerbitkan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Perpres Pemerintah dan Badan Usaha pada 20 Maret 2015.

Kementerian PPN/Bappenas telah menerbitkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang merupakan peraturan turunan dari Peraturan Presiden No. 38/2015 tentang KPBU.

Gambar 1: Perbaikan dalam Perpres No. 38 tahun 2015

Penyediaan infrastruktur sosial belum dapat menerapkan skema KPBU.

Perluasan jenis infrastruktur yang dapat menggunakan skema KPBU mencakup infrastruktur sekolah, rumah sakit, dan lembaga pemasyarakatan.

Kualitas prastudi kelayakan di bawah standar internasional sehingga perlu dilakukan studi ulang.

Instansi internasional diizinkan untuk berpartisipasi dalam penyiapan proyek dengan skema pembayaran seperti success fee dan retainer fee sehingga standar kualitas prastudi kelayakan bisa ditingkatkan.

Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan lebih diminati daripada dukungan konstruksi sebagian karena adanya resiko perbedaan kualitas aset.

Skema hybrid financing (pembiayaan sebagian) memungkinkan pelaksanaan proyek dilakukan oleh Badan Usaha pemenang lelang dengan dana yang disediakan oleh PJPK sehingga kualitas pembangunan dapat diselaraskan.

Proyek KPBU yang ditawarkan dan skema pengembalian investasi belum dapat menarik minat pihak swasta.

Pembayaran Ketersediaan Layanan (availability payment) dan Jaminan Pemerintah untuk proyek prakarsa Badan Usaha dapat meningkatkan kelayakan finansial proyek.

Komitmen K/L rendah karena tidak ada unit kerja KPBU dalam K/L terkait dan tidak ada kewajiban penganggaran perencanaan proyek KPBU.

Pembentukan Simpul KPBU di K/L yang bertugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan, sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pembangunan KPBU. K/L wajib melakukan penganggaran perencanaan proyek KPBU.

7Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Perpres baru ini menjawab kendala-kendala yang sebelumnya menghambat pelaksanaan KPBU, seperti aplikasi KPBU pada infrastruktur sosial, lemahnya kualitas pra-studi kelayakan, perbedaan kualitas aset yang dibangun dengan dukungan konstruksi sebagian dari Pemerintah, skema pengembalian investasi yang kurang menarik, dan lemahnya komitmen K/L untuk proyek KPBU sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 1.

Sebelum Sesudah

Page 14: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang–Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum yang bertujuan untuk memberikan kepastian waktu untuk pengadaan lahan kepada Penanggung Jawab Proyek dan investor. Pembatasan waktu maksimum pada sebagian besar tahap dalam Undang-Undang tersebut memberikan estimasi waktu maksimum 583 hari untuk menyelesaikan pengadaan tanah (Gambar 2). Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 didukung dengan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah diubah beberapa kali menjadi Peraturan Presiden No. 99 Tahun

Undang-Undang No. 2 tahun 2012 berhasil diterapkan di proyek Jalan Tol Trans Sumatera ruas Palembang-Indralaya.

tidak diatur

Jika tidak ada penolakan, jumlah hari yang dibutuhkan dapat dipercepat 15-20 % dari jumlah maksimum hari di atas

Jadwal waktu (hari kerja) dengan asumsi adanya penolakan dari pemilik tanah

Gambar 2: Proses Pengadaan Tanah Sesuai Undang-Undang No. 2 Tahun 2012

PERENCANAAN

max 289 hari

PERSIAPAN

max 257 hari

PELAKSANAAN

max 37 hari

PENGALIHAN HAK

TOTAL 583 HARI

Perubahan peraturan untuk mempercepat pengadaan tanah

Inisiatif lain untuk percepatan penyediaan infrastruktur

Guna mendukung proyek infrastruktur, Pemerintah Indonesia juga membangun beberapa institusi seperti PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) yang berperan dalam memberikan pendanaan jangka panjang sekaligus pendampingan dalam penyiapan proyek, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) yang memiliki mandat memberikan jaminan untuk proyek KPBU, dan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) yang dibentuk untuk mengisi kekosongan pendanaan jangka panjang dengan tenor lebih dari 15 tahun serta membentuk produk pendanaan seperti

mezzanine financing sehingga dapat mendorong confidence dari para investor.

Pemerintah Indonesia juga telah menyediakan inisiatif pendukung proyek KPBU seperti land capping dan land revolving fund sebagai instrumen pendukung pengadaan tanah, Viability Gap Funding (VGF) yang merupakan dukungan pendanaan dari Kementerian Keuangan guna meningkatkan kelayakan komersial dan finansial proyek KPBU sehingga menarik untuk Badan Usaha.

2014 dan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015 dimana perubahan peraturan memberikan ruang bagi Badan Usaha untuk memberikan dana pengadaan tanah yang akan dibayar kembali oleh Pemerintah setelah proses pengadaan tanah selesai. Dengan demikian, diharapkan pengadaan tanah tidak akan tertunda akibat ketidaktersediaan atau keterlambatan anggaran Pemerintah.

Upaya-upaya di atas telah dilakukan bagi percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia dalam hal pengadaan tanah, peningkatan kelayakan proyek, dan dukungan penyiapan proyek. Namun Indonesia masih membutuhkan penguatan di sisi implementasi, terutama terkait koordinasi (pelaksanaan monitoring dan debottlenecking), peningkatan kualitas penyiapan proyek, dan capacity building. Oleh karenanya, diperlukan suatu komite yang fokus dalam mendorong peningkatan kualitas penyiapan proyek dan percepatan implementasi. Sebagai Project Management Office (PMO) untuk infrastruktur prioritas, komite akan meningkatkan koordinasi serta ketepatan jadwal implementasi infrastruktur prioritas. Melalui teladan dalam penyiapan proyek prioritas serta pengembangan standar kualitas penyiapan proyek, komite akan menyebarkan know-how dalam penyiapan infrastruktur yang berkualitas. Melalui pelatihan serta hands-on experience bagi K/L, komite dapat mendorong peningkatan kapasitas dan tanggung jawab sumber daya manusia.

8 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 15: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

KesimpulanPenyusunan RPJMN 2015-2019 diupayakan untuk menjawab defisit infrastruktur di Indonesia yang meliputi pembangunan dan peningkatan infrastruktur dasar, ketahanan air, kedaulatan energi dan konektivitas. Rencana yang telah disusun akan menghadapi sejumlah hambatan di tingkat persiapan dan implementasi proyek. Pemerintah telah mencanangkan dan melakukan inisiatif, namun masih terdapat beberapa hambatan yang memerlukan solusi yang lebih komprehensif. Oleh karenanya, masih diperlukan beragam upaya lain diantaranya penguatan koordinasi di tahapan penyiapan dan implementasi, serta sinkronisasi regulasi yang mampu menyediakan fasilitas dan sumber daya guna mendukung kelancaran penyediaan infrastruktur di Indonesia.

9Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 16: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 17: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS

(KPPIP)

11Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 18: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 19: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

A. LATAR BELAKANG KPPIP

B. TUJUAN PEMBENTUKAN KPPIP

Pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia membentuk Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) melalui Keputusan Presiden No. 81 Tahun 2001 yang berisi mandat untuk mendorong penyediaan infrastruktur. Keppres tersebut telah mengalami dua kali perubahan menjadi Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2011.

Di dalam Keppres No. 81 Tahun 2001, KKPPI memiliki tugas merumuskan strategi dan kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur, mengkoordinasikan keterpaduan rencana dan program serta memantau pelaksanaan kebijakan, dan memecahkan permasalahan terkait pembangunan infrastruktur. Perubahan di tahun 2005 menambahkan mandat KKPPI untuk merumuskan kebijakan pelaksanaan kewajiban pelayanan umum (Public Service Obligation) dan perubahan di tahun 2011 menambahkan mandat untuk memantau kebijakan di tingkat Menteri dan Pemerintah Daerah.

Struktur keanggotaan KKPPI pada tahun 2001 terdiri dari Menko Perekonomian sebagai ketua dan 11 menteri dari Kementerian terkait sebagai anggota. Dalam revisi tahun 2005, jumlah anggota turun dari 11 menjadi 8 Menteri tetapi pada tahun 2011 keanggotaan ditambahkan dengan menteri yang terkait dengan perizinan yang diperlukan dalam pembangunan infrastruktur.

Walaupun dengan Keputusan dan Peraturan Presiden sebagai landasan hukum dan keanggotaan dari menteri-menteri terkait, KKPPI tetap mengalami tantangan.

Melihat performa KKPPI yang kurang efektif, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dibentuk dengan mempertimbangkan masukan untuk penguatan yang tidak ada di KKPPI sebelumnya.

Komite yang baru diberikan mandat untuk memberikan dukungan dengan berfokus kepada proyek prioritas yang sudah ditetapkan. Penguatan paling mendasar memberikan KPPIP mandat untuk memutuskan dan mengendalikan kegiatan penyelesaian permasalahan dan dapat terlibat dari tahap penyiapan sampai implementasi proyek sehingga permasalahan yang ada dapat diantisipasi sedari awal, pemantauan dapat dilakukan secara intensif dan keputusan tindak lanjut proyek dapat dipastikan terlaksana.

KPPIP menerapkan skema insentif/disinsentif yang berguna sebagai tindak lanjut hasil pemantauan proyek dan juga menjadi daya tarik K/L/Pemda untuk mempercepat penyediaan proyek prioritas dan bersedia mengajukan proyeknya sebagai calon proyek prioritas KPPIP.

13Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Mengatasi keterbatasan kapasitas di struktur KKPPI sebelumnya, maka penguatan komite yang baru dilakukan dengan merampingkan struktur organisasi dengan hanya beranggotakan K/L yang berperan besar dalam tahap penyiapan serta dalam pemberian dukungan fiskal dan non-fiskal atas proyek infrastruktur. Koordinasi dengan K/L teknis dan institusi lainnya yang dibutuhkan, dapat dilakukan ketika ada isu terkait dengan K/L tersebut. Selain itu, kehadiran KPPIP juga berperan sebagai koordinator yang menghubungkan dua institusi yang berperan besar dalam tahap penyiapan dan pelaksanaan proyek kerjasama pemerintah badan usaha (KPBU), yaitu Direktorat Kerjasama Pemerintah Swasta (Kementerian Perencanaan Pembangunan) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Kementerian Keuangan).

Anggota KPPIP juga didukung dengan Program Management Office (PMO) yang terdiri dari profesional dengan latar belakang swasta yang memiliki pengalaman dan keahlian mendalam di sektor (Contoh: jalan, pelabuhan,

Pertama, landasan hukum yang ada tidak secara eksplisit memberikan kewenangan kepada KPPIP untuk membuat keputusan jika terjadi masalah ataupun dispute antar satu atau lebih Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah. KPPIP juga tidak dapat memberikan insentif/disinsentif sebagai tindak lanjut dari upaya pemantauan dan pelaksanaan penyediaan infrastruktur. Seringkali kewenangan harus dikembalikan kepada Presiden untuk permasalahan yang melibatkan lintas Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Kedua, keterlibatan KKPPI dalam tahap perencanaan proyek infrastruktur sangatlah minim sehingga tidak dapat mencegah terjadinya masalah di kemudian hari, tidak dapat mengendalikan implementasi proyek, dan tidak ada insentif bagi K/L untuk melibatkan KKPPI sedari awal. Pendekatan penyelesaian masalah pun dilakukan secara reaktif bukan preventif. Ketiga, keanggotaan KKPPI yang terlalu besar mengakibatkan sulitnya koordinasi dan lambatnya pengambilan keputusan. KKPPI juga tidak memiliki staf ahli penuh waktu untuk mengawal pelaksanaan proyek, dan para anggota Menteri yang ada memiliki keterbatasan waktu diantara tugas utama lainnya yang diemban.

Sebagai konsekuensi, KKPPI menjadi kurang efektif dalam melakukan tugasnya dan tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada percepatan proyek. KKPPI dibubarkan dan direvitalisasi menjadi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dengan penguatan-penguatan yang ditambah dari pembelajaran kelemahan KKPPI sebelumnya.

Page 20: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

6 TUGAS UTAMA KPPIP SEBAGAIMANA DIAMANATKAN DALAM PERPRES NO. 75 TAHUN 2014

Proyek Top Down (usulan presiden/wakil)

Proyek Bottom Up(usulan K/L/Pemda)

APBNKoordinasi antara PJPdengan Kementerian PPNterkait sumber pendanaan(APBN, APBD, PHLN)

Penugasan BUMN ditujukan untuk percepatanpelaksanaan dan pemanfaatankapasitas finansial BUMN

KPBU Strategic FundingPPP Unit di Kemenkeuuntuk mengkoordinasikanpenyusunan Final Business Case (FBC) dan transaction advisoryuntuk implementasi proyek KPBU (melibatkan konsultan bertaraf internasional)

Penerapan standar kualitas Pra-Studi Kelayakan (OBC)

serta melakukan revisi/re-do bila diperlukan (3-6 bulan)

1

Penetapan Daftar Proyek Prioritas

2

Penetapan skema & sumber pendanaan untukproyek yang ditetapkan sebagai prioritas

3

Memetakan strategi dan kebijakan di sektor infrastruktur

Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan

kelembagaan terkait penyediaaninfrastruktur prioritas

5 6

Monitoring and debottlenecking KPPIP menyusun rencana aksi dan memantau serta melakukan

debottlenecking

4

OUTPUT KPPIP

Rencana Aksi dengantarget pencapaian serta insentif dan disinsentif

Service Level Agreement(SLA) yang mengikat

Daftar Proyek Prioritasyang disetujui semua pihak

dll) dan lintas sektor (Contoh: keuangan). Selanjutnya, KPPIP diharapkan dapat melakukan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer) kepada K/L dan Pemerintah Daerah yang terlibat dalam proyek sehingga kapasitas mereka dapat berkembang. Bentuk utama dari pengalihan pengetahuan yang dilakukan oleh KPPIP adalah dengan menyusun standar kualitas penyiapan pra-studi kelayakan (Pre-Feasibility Study (Pre-FS)/Outline Business Case (OBC)) serta pedoman penetapan skema pendanaan (Funding Scheme Guidelines). Ke depannya diharapkan kapasitas K/L dan Pemda dalam menyiapkan proyek dapat ditingkatkan sehingga peran KPPIP lebih banyak dalam hal debottlenecking dan tidak lagi berfokus pada penyediaan fasilitas Pre-FS atau OBC.

Dengan terbentuknya KPPIP diharapkan penyediaan infrastruktur prioritas dapat dipercepat dengan keterlibatan

pemerintah dari tahap perencanaan, tahap pra-studi kelayakan, hingga tahap pembangunan infrastruktur. Percepatan penyediaan infrastruktur melalui KPPIP diharapkan dapat menciptakan dengan baik potensi peningkatan perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Revitalisasi KPPIP diperlukan untuk menjadi signal positif kepada pasar sehingga perlu fokus melaksanakan fungsi-fungsi yang sebelumnya belum ada dan sedapat mungkin menghindari tumpang-tindih peran dan wewenang dengan kelembagaan/komite lainnya.

Berikut merupakan gambaran secara ringkas peran dan fungsi KPPIP yang merupakan turunan dari tujuan pembentukan KPPIP (Gambar 3).

Gambar 3: Tugas dan Mandat KPPIP sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014

14 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 21: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

C. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KPPIP

D. VISI DAN MISI KPPIP

Pembentukan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) diatur dalam Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Perpres tersebut mengatur tentang kriteria, jenis dan tahapan pelaksanaan proyek infrastruktur prioritas, pendanaan, pembentukan komite, pelaporan, dan penerbitan daftar infrastruktur prioritas. Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014 juga mengatur anggota KPPIP yang terdiri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri PPN/Bappenas, Menteri Keuangan dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (BPN).

Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP telah memberikan arahan untuk menambahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke dalam susunan Komite KPPIP guna mengakomodir adanya perubahan struktur K/L pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Selain itu diharapkan dengan struktur organisasi baru KPPIP dapat memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mendukung penyediaan infrastruktur prioritas. Saat ini revisi Perpres No. 75/2014 sedang dilakukan oleh Biro Hukum Kemenko Perekonomian.

Dalam pelaksanaan harian dari tugas Komite (tingkat Menteri) dibantu oleh Tim Pelaksana (tingkat Eselon 1). Untuk Tim Pelaksana, Menko Perekonomian telah

Menjalankan mandat yang telah ditentukan dalam Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 untuk mendorong percepatan dan pencapaian penyediaan pembangunan infrastruktur prioritas yang berkualitas secara efektif, efisien, tepat sasaran dan tepat waktu.

Berfungsi sebagai organisasi yang memperkuat koordinasi dan memfasilitasi berbagai usaha dalam mempersiapkan dan menyelesaikan masalah-masalah dalam penyediaan Infrastruktur Prioritas yang telah teridentifikasi oleh KPPIP.

E. TUGAS KPPIP

Menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritas;Memantau dan mengendalikan pelaksanaan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritas; Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan terkait dengan penyediaan infrastruktur prioritas;

Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014, tugas KPPIP adalah :

a.

b.

c.

Menetapkan standar kualitas pra-studi kelayakan dan tata cara evaluasinya;Memfasilitasi penyiapan infrastruktur prioritas; Melakukan penyelesaian terhadap permasalahan yang timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas.

d.

e.f.

15Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

VISI MISI

menerbitkan Keputusan Menko Perekonomian Selaku Ketua KPPIP No. 127 Tahun 2015 tentang Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas yang mengatur tugas dan susunan keanggotaan Tim Pelaksana. Tim Pelaksana KPPIP diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian.

Selain Peraturan Presiden, KPPIP telah melakukan penyusunan Peraturan Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP tentang Daftar Infrastruktur Prioritas tahun 2015. Rancangan Permenko tengah menunggu penandatanganan Ketua KPPIP. Saat ini KPPIP telah memilih 22 proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk direalisasikan hingga tahun 2019 dan akan menjadi fokus utama dari KPPIP. Pemilihan proyek prioritas ini melibatkan instansi-instansi terkait pembangunan infrastruktur, mulai tingkat kementerian pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, hingga masyarakat.

KPPIP juga sudah merancang tata laksana/Standard Operating Procedures (SOP) yang sudah dibahas di tingkat Eselon 2 dari Kementerian terkait. Di Semester 2 tahun 2015, KPPIP akan melakukan pembahasan di tingkat Eselon 1 dan menyusun Permenko atas SOP tersebut sebagai dasar pelaksanaan operasional Komite.

Page 22: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

F. SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI KPPIP

Komite (Tingkat Menteri)

Sesuai Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014, KPPIP diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan anggota Menteri PPN/Bappenas, Menteri Keuangan dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (BPN). Rancangan revisi Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014 akan memasukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Komite.

Susunan keanggotaan Komite di atas mempertimbangkan mandat utama KPPIP yang berfokus pada peningkatan kualitas penyiapan proyek serta debottlenecking dalam

KPPIP merupakan komite lintas kementerian/lembaga pemerintah dengan susunan organisasi sebagai berikut:

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kemenko PerekonomianDeputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko KemaritimanDirektur Jenderal Anggaran, Kementerian KeuanganDirektur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian KeuanganDeputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalDirektur Jenderal Pengadaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Tim Pelaksana

Sesuai Keputusan Menko No. 127 Tahun 2015, Tim Pelaksana adalah tim pembuat keputusan yang dilakukan secara kolektif dari tingkat Eselon I yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian dengan sekretaris Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah, Kemenko Perekonomian, dan beranggotakan:

1. 7.

8.9.

10.

11.

2.

3.4.

5.

6.

Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, KemenLH dan KehutananSekretaris Kementerian Badan Usaha Milik NegaraDirektur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan TinggiDirektur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, KemendagriDirektur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemendagri

16 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

rangka mempercepat pelaksanaan proyek priorits. Oleh karena itu keanggotaan berfokus pada Kementrian/ Lembaga yang memiliki kewenangan lintas sektor dan sektor lain yang seringkali bersinggungan dengan Kementrian teknis penyelenggara proyek infrastruktur. Selain itu diharapkan dengan adanya keterlibatan Kementrian Keuangan dari tahap penyiapan proyek, koordinasi terkait pemberian dukungan fiskal untuk proyek prioritas bisa diperkuat mekanisme dan pelaksanaan di tatanan implementasi.

Page 23: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Tim Kerja

Seperti diatur di dalam Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014, Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP memiliki wewenang untuk membentuk Tim Kerja sektor dan lintas sektor sebagaimana dibutuhkan. Saat ini, sudah dibentuk Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenagalistrikan dengan Surat Keputusan Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP No. 129 Tahun 2015.

Tim Kerja Ketenagalistrikan tersebut diketuai oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan menjadi dasar hukum pembentukan Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan turunan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Project Management Office (PMO)

Untuk mendukung pengambilan keputusan oleh Tim Pelaksana dan Komite, KPPIP dilengkapi dengan Project Management Office (PMO) yang diisi oleh tenaga ahli profesional yang memiliki pengalaman di bidangnya. PMO bertugas memberikan rekomendasi kepada Tim Pelaksana terkait pemilihan dan pelaksanaan proyek prioritas serta tindak lanjut penyelesaian masalah.

PMO terdiri dari Direktur Program sebagai pimpinan PMO yang bertugas untuk memastikan tercapainya mandat KPPIP, memberikan rekomendasi kebijakan kepada Tim Pelaksana, membangun organisasi KPPIP, memastikan penyediaan proyek prioritas terlaksana, dan membangun kapasitas serta memperbaiki regulasi pendukung infrastruktur prioritas.

Adapun Tim Pelaksana memiliki tugas untuk membantu Komite dalam :

Menyusun rancangan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritasMelakukan pemantauan terhadap pelaksanaan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritasMelakukan fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan terkait dengan penyediaan infrastruktur prioritas

Menyusun standar pra-studi kelayakan dan tata cara evaluasinyaMelakukan fasilitasi terhadap penyiapan infrastruktur prioritasMelakukan inventarisasi permasalahan dan hambatan serta menyampaikan rekomendasi dalam penyelesaian permasalahan yang timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas

1. 4.

5.

6.

2.

3.

Selain Tim Kerja Ketenagalistrikan, telah dibentuk Tim Kerja Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Bontang melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 159 Tahun 2015.

Tim Kerja ini memiliki mandat untuk memastikan pelaksanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang sesuai target waktu yang diamanatkan dalam RPJMN.

KPPIP sedang merancang Surat Keputusan untuk pembentukan Tim Kerja Koordinasi Percepatan Pengadaan Tanah Infrastruktur Prioritas yang sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Direktur Program yang didukung oleh Direktur Sektor yang berpengalaman di sektor pelabuhan, bandar udara, jalan, kereta api, energi dan ketenagalistrikan, dan sumber daya air yang memiliki pengalaman di bidang masing-masing. Direktur Sektor bertugas untuk memastikan proyek di sektor tersebut dipersiapkan dengan kualitas yang baik dan mendorong implementasi sampai mulai konstruksi. Untuk proyek yang sudah dalam tahap pembangunan, Direktur Sektor bertugas memastikan proyek berjalan sesuai waktu dan memberikan dukungan pemecahan kendala yang muncul. Selain itu, Direktur Sektor juga melakukan analisis terkait hambatan, kebutuhan perbaikan regulasi, dan upaya percepatan spesifik pada sektornya sehingga dapat diterapkan pada proyek-proyek lainnya.

17Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 24: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

G. PENCAPAIAN KPPIP DALAM 6 BULAN TERAKHIR

Rincian struktur organisasi dijelaskan lebih lanjut

Percepatan persiapan proyek dan proses pengambilan keputusan

Mendorong kelanjutan penyiapan proyek yang sudah tertunda selama 5 tahun.

Menyediakan fasilitas penyusunan Outline Business Case (OBC) sebesar ~Rp 14 Miliar yang akan dilakukan perusahaan internasional.

Kilang Minyak Bontang

Menyediakan fasilitas penyusunan Value for Money untuk mendukung penyiapan proyek dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan menjadi justifikasi penetapan skema pendanaan.

Menyusun standar Pra-studi Kelayakan/Outline Business Case (OBC) untuk sektor jalan tol.

Menyediakan fasilitas penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah.

Jalan Tol Panimbang-Serang

Menyediakan fasilitas review untuk kajian yang sudah ada untuk Bendungan Matenggeng.

Menyediakan fasilitas penyusunan prastudi kelayakan/OBC untuk sektor PLTA di Indonesia.

Menyediakan fasilitas penyusunan rekomendasi peraturan dan/atau pembentukan institusi yang dibutuhkan untuk percepatan program Water to Energy.

Water to Energy

Menteri Koordinator Bidang PerekonomianMenteri Keuangan

Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalMenteri Agraria dan Tata Ruang

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman*Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan*

KOMITE

TIM PELAKSANA

PANEL KONSULTAN

PMO

PROFESIONAL

TIM

KE

RJA

LIN

TAS

SE

KTO

R

TIM KERJA SEKTOR

Tim PercepatanPengadaan Lahan*

Tim Kerja UP3KN Tim Kerja Kilang Minyak Bontang Tim Kerja Lainnya*

Tim Keuangan*

Tim Legal*

Gambar 4: Struktur Organisasi KPPIP

* Perpres penambahan keanggotaan KPPIP dalam rancangan revisi

18 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 25: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Percepatan penetapan skema pendanaan proyek

Debottlenecking masalah pengadaan tanah

Debottlenecking masalah pengadaan

Mengambil tindak lanjut penyelesaian deadlock dimana ada dua proposal HSR yang diterima oleh Pemerintah Indonesia, yakni dari Pemerintah Jepang dan Pemerintah RRT.

Menyediakan fasilitasi konsultan independen bertaraf internasional untuk membandingkan dua proposal HSR tersebut.

High Speed Railway (HSR) Jakarta- Bandung

Memberikan panduan penyusunan OBC sesuai standar KPPIP yang menjadi dasar rekomendasi skema pendanaan.

Memfasilitasi rapat antar pemangku kepentingan untuk membahas rekomendasi skema pendanaan.

Jakarta Sewerage System (JSS)

Melakukan review atas kajian finansial proyek yang ada.

Memberikan rekomendasi pada pengambil keputusan terkait penetapan skema pendanaan.

Light Rail TransitSumatera Selatan

Menyediakan rekomendasi percepatan pengadaan tanah sesuai peraturan yang berlaku.

Melakukan koordinasi pengambil keputusan dalam rangka percepatan pengadaan tanah.

Memfasilitasi rapat percepatan proyek di tingkat Wakil Presiden.

Central Java Power Plant (CJPP)/ PLTU Batang

Mendorong percepatan persetujuan Presiden untuk hibah area rumah dinas POLRI yang dibutuhkan untuk pembangunan stasiun.

Mendorong percepatan pencairan dana pinjaman asing sehingga pelaksanaan konstruksi bisa dilakukan sesuai jadwal.

MRTJakarta (Jalur Utara-Selatan)

Mendorong pengambilan keputusan terkait pembagian tanggung jawab penyusunan AMDAL antara pemerintah dan investor.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) telah menyetujui pembagian AMDAL yang diusulkan dan sedang melakukan lelang konsultan penyusunan kajian AMDAL.

Mendorong percepatan penerbitan Izin Lingkungan oleh Bupati (yang telah tertunda selama 3 tahun), sehingga penyiapan proyek dapat dilanjutkan.

PLTUIndramayu

NCICD

Memfasilitasi masukan peserta lelang (bidder) tentang jadwal pemasukan dokumen lelang yang terlalu ketat.

Dengan dorongan dari KPPIP, PT PLN telah memundurkan tenggat waktu pemasukan dokumen selama tiga bulan.

PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10

19Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 26: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

H. LAPORAN KEUANGAN KPPIP

Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, KPPIP telah mendapatkan persetujuan prinsip untuk alokasi anggaran sebesar ~Rp 80 Milyar per tahunnya. Mengingat operasional efektif KPPIP di tahun 2015 hanya 6-9 bulan (terdapat proses pengadaan untuk tenaga ahli PMO di 3-6 bulan awal), anggaran tahun 2015 dialokasikan lebih rendah, yakni sebesar Rp 56.406.500.000.

Dari jumlah anggaran tahun 2015 tersebut, mayoritas anggaran (58%) atau sebesar Rp 32.800.000.000, dialokasikan untuk fasilitas penyiapan proyek untuk proyek-proyek prioritas yang belum ditetapkan skema pendanaannya serta pengembangan sistem TI (Decision Dashboard System) dalam rangka mendukung pelaksanaan peran monitoring and debottlenecking KPPIP. Sebesar Rp 23.606.500.000,00 (42%) dialokasikan untuk operasional Komite (termasuk penguatan kapasitas melalui PMO dan Tim Kerja) dan sisanya untuk sosialisasi serta pengembangan kapasitas. Berikut merupakan pembagian alokasi anggaran KPPIP secara lebih detil (Gambar 5).

Perbaikan peraturan terkait infrastruktur

Melakukan percepatan penerbitan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No. 6 Tahun 2015 guna menyesuaikan dengan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015 dalam rangka percepatan lelang investasi.

Jalan Tol Manado-Bitung

Mendorong agar rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Penyediaan Air Minum dapat mengakomodir Pemerintah Kota untuk menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

SPAM Semarang Barat

Melakukan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam penyusunan:1. Peraturan Kepala LKPP tentang Penyediaan Penyiapan Proyek Infrastruktur dan Lelang Badan Usaha, 2. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment), 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment).

Peraturan turunan dari Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

Gambar 5: Klasifikasi Anggaran KPPIP

58%

32%

12%

11%6%3%

30%

12%

42%

Fasilitas Kajian Pra-Studi KelayakanRp 18.500.000.000

Pengembangan SistemTeknologi InformasiRp 6.500.000.000

Fasilitas Kajian StrategisHigh Speed RailwayJakarta BandungRp 3.200.000.000

Fasilitas Kajian AMDALRp 1.100.000.000

Fasilitas Kajian Valuefor MoneyRp 3.500.000.000

Penyiapandan

MonitoringProyek

Prioritas

58%

Penguatan Komite melaluiPMO dan Tim KerjaRp 23.606.500.000

Sosialisasi danPengembangan KapasitasRp 9.193.500.000

OperasionalKomite

42%

20 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 27: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Alokasi Fasilitas Anggaran

Sampai dengan Juli 2015, fasilitas untuk Pra-Studi Kelayakan dan fasilitas lain terkait penyiapan proyek (seperti kajian Value for Money, AMDAL, dan sebagainya), telah disiapkan sebesar 91% dari total anggaran yang dialokasikan. Ini menunjukan komitmen KPPIP untuk menjalankan mandat peningkatan kualitas penyiapan proyek sehingga pengambilan keputusan atas skema pendanaan dapat dilakukan secara berkualitas.

Proyek Lingkup Pekerjaan

Adapun proses pengadaan konsultan untuk seluruh fasilitas Pra-Studi Kelayakan dan penyiapan proyek masih berlangsung sampai dengan Laporan ini disusun. Diharapkan sebagian besar penetapan Konsultan dapat dilakukan di bulan September. Berikut merupakan status pengadaan Konsultan untuk fasilitas Pra-Studi Kelayakan dan penyiapan proyek:

21Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Rp 14 MilyarKilang Minyak Bontang Penyusunan dokumen Pra-Studi Kelayakan/ Outline Business Case (OBC)

Rp. 3,5 MilyarJalan Tol Serang–Panimbang Penyusunan kajian Value for Money

1

2

Rp. 1,1 MilyarPenyusunan Kajian AMDAL

3

Rp. 4,5 MilyarWater to Energy Penyusunan Pra-studi Kelayakan/ OBC untuk pilot projects bendungan Matengeng dan Maung serta rekomendasi penyusunan peraturan serta desain institusi untuk percepatan program Water to Energy

4

Rp. 6,5 MilyarPengembangan TI Based Decision Dashboard System

Mengembangkan mock up aplikasi sistem TI sebagai platform Decision Support System

5

Rp. 3,2 MilyarHigh Speed Railway (HSR) Jakarta-Bandung

Penyusunan kajian atas proposal HSR dari Pemerintah Jepang dan Pemerintah RRT dan rekomendasi tindak lanjut untuk Pemerintah Indonesia

Page 28: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 29: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

DAFTAR PROYEK PRIORITAS KPPIP 2015

23Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 30: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 31: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

A. PROSESPRIORITISASI

PRIORITISASI LEVEL II(MODEL SCORING DANRANKING)

PRIORITISASI LEVEL I(PERSYARATAN)

1.

2.

3.

1. Tujuan proyek.

2. Kemudahan pelaksanaan proyek, termasuk di dalamnyaidentifikasi atas faktor-faktor penghambat seperti pembebasanlahan, AMDAL, kapasitas dan komitmen penanggung jawabproyek, kesesuaian dengan RTRW dan perizinan.

3. Dampak sosial-ekonomi, meliputi kontribusi kepada PDRBdan PDB serta penyerapan tenaga kerja.

4. Dampak lingkungan.

Seperti diamanatkan dalam Perpres No. 75 Tahun 2014

Pasal 15 (1), KPPIP bertugas untuk menetapkan proyek prioritas berdasarkan hasil

analisa KPPIP terhadap infrastruktur prioritas atau

usulan infrastruktur prioritas oleh menteri, kepala lembaga,

kepala daerah, pimpinan BUMN, atau pimpinan BUMD. Perpres pasal 15 ayat (2) dan

(3) mengatur bahwa identifikasi proyek prioritas harus

dilakukan dengan mempertim-bangkan kriteria infrastruktur

prioritas yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menko

Perekonomian selaku Ketua KPPIP.

Proses pemilihan proyek prioritas untuk periode 2015

dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan seluruh

pemangku kepentingan terkait, meliputi Kementrian/Lembaga,

Pemerintah Daerah, Institusi terkait seperti PT. Sarana Multi

Infrastruktur, PT Indonesia Infrastructure Finance, dan PT

Penjaminan Infrastruktur Indonesia.

Adapun metodologi prioritisasi dilakukan dengan 3 tahapan,

yakni:

Proses prioritisasi dimulai dengan menyeleksi 1.781 proyek menjadi 200 Kandidat Proyek Prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

Setelah melalui proses prioritisasi level I, proses prioritas level II menghasilkan 60 Kandidat Proyek Prioritas yang dikaji dan dinilai menggunakan kriteria tambahan yang telah disepakati bersama. Adapun kriteria yang dimaksud meliputi:

Kesesuaian dengan RPJMN dan RTRW serta memiliki keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah.

Total nilai investasi: Proyek yang disertakan/dipertimbang-kan hanya jika nilai proyek > Rp 500 Milyar dan < Rp 50 Triliun.

Tipe proyek: Proyek-proyek pemeliharaan / pengadaan dan pembangkit listrik eksisting (kecuali transmisi listrik) tidak diikutsertakan.

25Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 32: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PRIORITISASI LEVEL III (DISKUSI DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN)

Keragaman pulau (persebaran

proyek di pulau-pulau besar di

Indonesia)

Keragaman jenisinfrastruktur

Tingkat kesiapanproyek untuk

dilaksanakan di tahun 2015

26 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Pada level III ini, 41 Kandidat Proyek Prioritas kemudian diseleksi dan dibahas lebih terperinci. Dalam Kandidat Proyek tersebut, termasuk proyek-proyek usulan dalam PPP Book yang ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan usulan proyek strategis oleh Kementerian/Lemba-ga. Pembahasan dilakukan melalui diskusi lebih mendalam dari hasil kajian Prioritisasi Proyek Level II dan tambahan usulan proyek dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian/Lembaga Negara dengan mempertimbangkan tiga hal, di antaranya:

Setelah dilakukan prioritisasi melalui ketiga level tersebut, maka 22 proyek terpilih sebagai proyek prioritas KPPIP untuk tahun 2015. Atas total 22 proyek prioritas tersebut, KPPIP kemudian membaginya menjadi dua kategori besar yakni: (1) proyek yang masih membutuhkan keputusan skema pendanaan; dan (2) proyek yang hanya perlu membutuhkan upaya monitoring dan debottlenecking.

A B C

Page 33: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

DAFTAR PROYEK PRIORITAS 2015

27Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Untuk tahun 2015, KPPIP telah memilih 22 proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk direalisasikan hingga tahun 2019 sebagai fokus pertama dari KPPIP. Adapun 22 proyek prioritas tersebut memiliki total nilai investasi sebesar Rp 851 Triliun dengan persebaran sektor infrastruktur:

Dari 22 proyek infrastruktur prioritas tersebut, terdapat 9 proyek yang berpotensi untuk dilaksanakan dengan skema KPBU dan 2 diantaranya siap lelang pada tahun 2015.

Dua proyek di Sektor Pelabuhan, meliputi proyek Pelabuhan Internasional Hub Kuala Tanjung dan Pelabuhan Internasional Hub Bitung;

Tujuh proyek di Sektor Ketenagalistrikan, meliputi proyek High Voltage Direct Current (HVDC), PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, 9, 10, Transmisi Sumatera 500 kV, Central – West Java Transmission Line 500 kV, PLTU Indramayu, PLTU Batang/ Central Java Power Plant (CJPP) dan Water to Energy;

Tiga proyek di Sektor Air dan Sanitasi, meliputi proyek Pengolahan Limbah Jakarta, SPAM Semarang Barat, dan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase 1;

Dua proyek di Sektor Energi, meliputi proyek Kilang Minyak Bontang dan Revitalisasi Kilang Minyak Eksisting (RDMP);

Dua proyek di Sektor Kereta Api, meliputi proyek Kereta Api Ekspres Bandara Soekarno-Hatta (SHIA) dan Kereta Api Makassar – Parepare.

Satu proyek di Sektor Bandar Udara, yaitu proyek Revitalisasi 10 Bandara;

Satu proyek di Sektor Tranportasi Umum, yaitu proyek MRT Jakarta (Jalur Selatan – Utara);

Empat proyek di Sektor Jalan, meliputi proyek 4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera, Jalan Tol Balikpapan – Samarinda, Jalan Tol Manado – Bitung dan Jalan Tol Serang – Panimbang;

7

3411222

Page 34: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

DAFTAR PROYEK

Page 35: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

29

PRIORITAS 2015PRIORITAS 2015

Legenda:

Pelabuhan

Bandara

Jalan

Transportasi Perkotaan

Kereta Api

Air & Sanitasi

Energi

Ketenagalistrikan

Page 36: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

1 Pengolahan Pemerintahprovinsi DKI Jakarta KemenPUPERA

Pemerintahprovinsi DKI Jakarta KemenPUPERA

8.000 untuk Zona 1

Potensi APBN dan APBD dengan Pinjaman Luar Negeri

2 SPAM Semarang Barat

Pemerintahkota

Semarang

1.170 Potensi Kerjasama Pemerintahdan Badan Usaha (AvailabilityPayment) dengan dukunganpemerintah VGF

3 National CapitalIntegrated CoastalDevelopment(NCICD)Fase 1

26.000(Fase A)

APBN dan APBD (50:50) untuk Fase 1. Potensi KPBU untuk Fase lainnya

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

4 Kilang Minyak Bontang

Kementerian Energidan Sumber DayaMineral/PT Pertamina

75.000 – 140.000

Potensi Kerjasama Pemerintahdan Badan Usaha

5 Revitalisasi 5 Kilang Minyak Eksisting (RDMP)

PT Pertamina 210.000 Business to BusinessStrategic Partnership

AIR &SANITASI

ENERGI

Daftar 22 Proyek Prioritas KPPIP

30 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 37: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

31

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

15 Revitalisasi 10 Bandara

Kementerian Perhubungan

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

6 High Voltage Direct Current (HVDC)

PT PLN 33.400 APBN dengan Pinjaman Luar Negeri

7 PLTU Mulut Tambang

PT PLN 72.000 IPP

8 Transmisi Sumatera 500 kV

BUMN dan PT PLN

24.400 Potensi pendanaan dari BUMN untuk beberapa ruas dan IPP menggunakan Direct Lending

9 Central – West Java Transmission Line 500 kV

PT PLN 7.640 Potensi APBN denganPinjaman Luar Negeridengan menggunakanmekanisme Direct Lending

10 PLTU Indramayu PT PLN 20.000 APBN dengan Pinjaman Luar Negeri

11 Batang Power Plant / Central West Java Power Plant

PT PLN 40.000 Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

12 PT PLN Masih

dalamperhitungan

Masihdalamperhitungan

Penugasan kepadaBUMN untuk PLTAKarangkates IV & V,PLTA Kesamben,PLTM Lodoyo

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

13 Pelabuhan Internasional Hub Kuala Tanjung

Kementerian Perhubungan

30.000 Belum ditentukan

Belum ditentukan

Belum ditentukan

14 Pelabuhan Internasional Hub Bitung

Kementerian Perhubungan

34.000

KETENAGA-LISTRIKAN

BANDARA

PELABUHAN

Water to Energy(4 PembangunanPLTA Baru:Karangkates IV, V,Kesamben, Lodoyo)dan pembangunanPLTA lainnya

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 38: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

No.

No.

Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

20 MRT Jakarta(Jalur Selatan – Utara)

PemerintahProvinsi DKIJakarta

25.000 APBN dengan Pinjaman Luar Negeri

No. Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

16 ol 4 Ruas Jalan TTrans Sumatera

PT Hutama Karya

31.000 Penugasan BUMN

17 Jalan Tol Balikpapan – Samarinda

BPJT 11.400 Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan dukung-an pemerintah dalam bentuk partial construction

18 Jalan Tol Manado - Bitung

BPJT 3.900 Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan dukung-an pemerintah dalam bentuk partial construction

19 Jalan Tol Serang - Panimbang

BPJT 12.000 Potensi Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

JALAN

TRASPORTASIUMUM

Nama ProyekPenanggung Jawab Proyek

Nilai investasi (Rp Milyar)

Skema Pendanaan

21 Kereta Api Ekspres SHIA

KementerianPerhubungan

KementerianPerhubungan

24.000 Potensi Kerjasama Pemerintahdan Badan Usaha, kerjasamadengan BUMN yang ada

22 Kereta Api Makassar – Parepare

6.400 APBNKERETA API

32 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 39: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

1

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP 8 TRILIUN

ZON

SKEMA PENDANAAN: POTENSI APBN DENGAN PINJAMAN

ASIN JEPAN NTUK ZONA 1. UNTUK ZONA LAINNYA

SKEMA PENDANAAN BELUM DITETAPKA

UNTUK DIKERJASAMAKANDENGAN BADAN USAHA

N, DAN POTE NSI

LOKASI: DKI JAKARTA

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PEMERINTAH PROVINSI DKI

JAKARTA

RENCANA MULAI

KONSTRUKSI: ZON

RENCANA MULAI OPERASI:

ZON

33

PENGOLAHAN AIR JAKARTA/JAKARTA SEWERAGE SYSTEM (JSS)

Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15 zona (termasuk Zona yang sudah beroperasi), dengan rencana pembangunan awal pada Zona 1 dan 6. Kedua zona ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2021; dimana Zona 1 akan melayani wilayah pusat dan utara dan Zona 6 akan melayani wilayah barat. Biaya total proyek Zona 1 adalah ± 8 Triliun sedangkan pengembangan Zona 6 akan membutuhkan biaya sebesar ± 5 Triliun.

Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri dari: 1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan rumah, dengan cakupan wilayah seluas 4.901 Ha. IPAL Zona 1 akan dibangun di Pluit dengan kapasitas rata-rata 198.000 m3 per hari. Pada saat ini, percepatan proyek difokuskan pada Zona 1.

Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan, bisnis, dan industri. Karena perkembangan tersebut tidak disertai dengan perbaikan sistem pembuangan untuk menangani limbah yang dihasilkan, maka kondisi air dan sanitasi di Jakarta semakin memburuk. Kondisi saat ini, cakupan wilayah (coverage ratio) di DKI Jakarta hanya meliputi 4% dari keseluruhan wilayah dengan tingkat pencemaran BOD sebesar 84 mg/l. Dengan kondisi tersebut, DKI Jakarta berada di posisi kedua terendah dalam hal sanitasi di antara ibu kota di Asia Tenggara. Selain itu, JSS juga dibutuhkan untuk mendukung efektivitas Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN)/National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang juga sudah mulai dibangun. NCICD memerlukan percepatan pembangunan proyek pengolahan air limbah sehingga proyek ini mendapatkan prioritas khusus dari pemerintah pusat dengan diterbitkannya surat No: S-130/D.VI.M.EKON/09/2013 mengenai Percepatan Pengembangan Pengolahan Sistem Air Limbah Terpusat di DKIJakarta, dengan target pencapaian 75% cakupan wilayah pelayanan air limbah pada tahun 2022.

Pembangunan Zona 1 dan Zona 6 akan meningkatkan 20% dari cakupan wilayah pelayanan air limbah di DKI Jakarta. Diharapkan dengan dimulainya penyiapan proyek

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 40: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK JSS

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED)

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

34

PENGADAAN TANAH

SKEMA PENDANAANSKEMA PENDANAAN UNTUK IPAL DI ZONA 1 BELUM DITETAPKAN.

Outline Business Case (OBC)/pra-studi kelayakan sudah dilakukan dengan dukungan dari Japan International Corporation Agency (JICA). Berdasarkan rapat pembahasan ditingkat Eselon 1 yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 mengerucut kepada dua rekomendasi skema pendanaan, yaitu APBN dengan Pinjaman Asing dari Jepang dan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Rapat pembahasan menyimpulkan bahwa skema pendanaan akan diputuskan pada rapat tingkat Menteri.

Pembangunan Zona 1 tidak membutuhkan pengadaan tanah karena status lahan telah dimiliki oleh BUMD DKI Jakarta sehingga hal-hal terkait permasalahan lahan di Zona 1 akan disele-saikan secara internal dalam lingkungan DKI Jakarta.

STATUS TERAKHIRJICA telah memberikan dukungan dalam penyusunan Pra-Studi Kelayakan untuk Zona 1 dan hasilnya sudah disosialisasikan kepada pihak terkait, termasuk Kemenko Perekonomian, Dirjen Cipta Karya-Kementerian PUPR, Bappenas, dan Bappeda DKI Jakarta. Selanjutnya akan dilakukan rapat koordinasi di tingkat Menteri untuk menetapkan skema pendanaan yang paling optimal berdasarkan hasil kajian tersebut. Rapat koordinasi tingkat Menteri direncanakan akan dilakukan paling lambat September 2015.

Mengingat proyek ini berkaitan erat dengan NCICD, maka dukungan akan diberikan agar proyek tidak tertunda dan mengurangi tingkat keoptimalan manfaat lingkungan/ekonomi dari NCICD, terutama bila nantinya sudah mulai pembangunan NCICD tahap B.

Percepatan penetapan skema pendanaan proyek di tingkat Menteri untuk IPAL JSS Zona 1.

Dokumen AMDAL

Selesai di Juli 2015 Target selesai diDesember 2015

Menunggu persetujuanskema pendanaan Sedang disusun

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

untuk Zona 1 dapat menjadi spillover effect kepada pembangunan Zona lainnya. Pada akhir-nya pembangunan seluruh proyek Jakarta Sewerage System (JSS) dapat melebihi target jangkauan layanan limbah di DKI Jakarta.

Page 41: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

DESKRIPSI PROYEK

SPAM SEMARANG BARAT

JARINGAN DISTRIBUSI

SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU

Water Treatment Plant (WTP)

NILAI INVESTASI: RP 1.170 MILYAR

SKEMA PENDANAAN: POTENSI KERJASAMA PEMERINTAH DAN

BADAN KP M TAHAP KAJIAN

LOKASI: SEMARANG,

JAWA TENGAH

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PEMERINTAH

KOTA SEMARANG

RENCANA MULAI

KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI

BEOPERASI:2019

35

SPAM Semarang Barat adalah proyek penyediaan air minum yang direncanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) adalah Pemerintah Kota Semarang yang didukung oleh PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) sebagai transaction advisor. Proyek inijuga menjadi salah satu pilot project untuk proyek KPBU dengan skema availability payment dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

PROYEK SPAM DIBAGIMENJADI 2 BAGIAN:

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

2

Page 42: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

36

SIGNIFIKANSI PROYEKProyek akan menggunakan air dari Bendungan Jatibarang untuk menyelesaikan masalah kurangnya penyediaan air baku kota Semarang yang selama ini mengandalkan penyediaan dari Kabupaten Kudus. Proyek ini bertujuan menyediakan air minum untuk 31 kelurahan di 3 kecamatan dengan estimasi 60.000 keluarga yang belum tersambung dengan jaringan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam wilayah Semarang Barat, Tugu, dan Ngaliyan. Proyek ini diharapkan dapat menyelesaikan krisis air bersih dan mengurangi penggunaan air tanah di Kota Semarang.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DAN STATUSPROYEK DENGAN ASUMSI SKEMA KPBU

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Juni 2012 2014 Akan disusun olehpemenang lelang

Telah disusundan disetujui

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Ditargetkan padaKuartal IV 2015

Pra-Kualifikasiditargetkan setelahpenetapan skema

pendanaan

Persetujuan IzinPrinsip dikeluarkan

pada Mei 2015

Penerbitan Letter of Intent

pada Maret 2015

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Telah diakomodir Telah disetujui n/a

Pengadaan Tanah

Menunggu PenetapanLokasi

PencapaianPembiayaan

DitargetkanNovember 2016

Konstruksi

Belum dimulai

Target Operasi

2019

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 43: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

37

Proyek SPAM Semarang Barat telah disiapkan dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang direncanakan akan menerima Dukungan Pemerintah dalam bentuk Viability Gap Fund (VGF). Izin Prinsip VGF (in-principle approval of VGF) telah dikeluarkan di bulan Mei 2015. SPAM Sema-rang Barat juga merupakan salah satu proyek yang direncanakan akan menggunakan availability payment atau pembayaran ketersediaan layanan dari APBD kota Semarang.

Kajian lebih lanjut atas skema pendanaan akan dilakukan untuk menentukan skema pendanaan proyek yang paling efektif.

STATUS TERAKHIRPersetujuan prinsip untuk Viability Gap Fund (VGF) sudah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan sehingga Prakualifikasi direncanakan dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Sebagai tindak lanjut pembatalan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang mengaki-batkan tidak adanya landasan hukum untuk penggunaan skema KPBU pada proyek SPAM, maka KPPIP mendorong agar Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) SPAM yang baru mengizinkan pengelolaan SPAM dilakukan dengan skema business to business (B2B) antara BUMN/BUMD, yaitu PDAM, dengan Badan Usaha atau dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) jika BUMN/BUMD belum memiliki kapasitas untuk menyediakan air minum. Masukan tersebut bertujuan untuk menjaga kepercayaan investor untuk berpartisipasi di proyek SPAM selanjutnya.

KPPIP telah mendorong agar RPP tentang SPAM menyebutkan bahwa Pemerintah Kota atau Pemerintah Daerah dapat menjadi pihak yang bekerja sama dengan Badan Usaha, sehingga tidak menghambat peran Pemerintah Kota Semarang sebagai PJPK dalam proyek ini jika skema KPBU digunakan.

Dalam pembahasan pada rapat tertanggal 3 Juni 2015, Wakil Presiden memberikan arahan untuk mengubah skema proyek dari KPBU menjadi penugasan kepada PDAM dalam upaya percepatan penyediaan air untuk masyarakat. Dalam menindaklanjuti arahan Wakil Presiden, KPPIP akan melakukan koordinasi kajian perban-dingan kedua skema yang disebutkan di atas agar dapat menentukan skema pendanaan proyek yang paling efektif.

Dokumen Perencanaan untuk pengadaan tanah sudah disiapkan dan Penetapan Lokasi dari Gubernur Jawa Tengah dijadwalkan terbit pada Minggu ke-4 bulan September 2015. Penyelesaian pengadaan tanah ditargetkan pada minggu pertama bulan April 2016.

Penyelesaian dua kajian perbandingan dua skema yang diusulkan yakni skema KPBU dan skema penugasan kepada PDAM dengan target penyelesaian pada September 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 44: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTALDEVELOPMENT (NCICD) FASE A

DESKRIPSI PROYEK

Tiga fase dari mega proyek ini adalah:

a

NILAI INVESTASI: RP 600 TRILIUN (KESELURUHAN

FASE). NILAI INVESTASI FASE A SEBESAR RP

26 TRILIUN

SKEMA PENDANAAN: APBN DAN APBD UNTUK FASE A.

POTENSI KPBU UNTUK FASE

LAINNYA

LOKASI: DKI

JAKARTA

PENANGGUNG JAWAB PROYEK:

PEMPROV DKI JAKARTA DAN

KEMENPUPERA

RENCANA MULAI

KONSTRUKSI : 2016

:

38

Fase A difokuskan untuk meningkatkan perlindungan pantai yang ada saat ini. Penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai yang sudah ada sepanjang 30 kilometer, dan membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta, kegiatan pencanangan dari fase pertama ini dilaksanakan pada awal September 2014. Pelaksanaan konstruksi direncanakan untuk dilaksanakan di awal tahun 2016.

National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) mencakup pembangunan sebuah tanggul raksasa di bagian utara dari Teluk Jakarta sebagai cara untuk melindungi ibukota dari banjir. Di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-laguna besar untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta (tempat-tempat penampungan air yang menjadi waduk raksasa).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

3Tanggul-tanggul sungai diperkuat

Memperkuat tanggul laut

Peningkatan pompaPeningkatan

pompa drainaseMemperkuat tanggul lautMemperkuat

tanggul sungai

Penyediaan pasokan air perpipaan

Pengalihan airhulu

Pengalihan airhulu

Penyediaan air pepipaan di Jakarta bagian utara

Konstruksi: 2014-2017

Flood safety: until 2020Mempercepat pembangunan

sistem pengolahan limbah dan air limbah

RENCANA MULAI

OPERASI2018

Page 45: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

c

b

39

Fase B difokuskan pada upaya membangun tanggul laut luar barat dan waduk besar yang diperkirakan akan dibangun dalam kurun waktu 2018 sampai dengan 2022.

Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah tahun 2023. Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur teluk Jakarta dilakukan dengan menutup bagian dari teluk untuk mengantisipasi jika penurunan muka tanah di Jakarta bagian timur tidak dapat dihentikan. Dalam pelaksanaannya, akan disediakan bagian tanggul timur dengan jalan tol akses Tangerang Bekasi untuk mengurangi dampak atas penutupan ini.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Tanggul laut luar dan reklamasi lahan seluas

1.250 hektar

Restensi waduk dan air dalam volume besar

Restensi waduk dan air dalam volume besar

Pengolahan limbah dan air limbah

Jembatan jalan raya Tangerang - Bekasi Tangerang - Bekasi

dengan tiang

Pengembangan pelabuhan 400 hektar

Penutupan reservoir bagian timur

Ruang untuk bandara di masa depan

Pengolahan air dan limbah

Konstruksi: 2018-2022

Flood safety: until 2080

Konstruksi: setelah 2022

Tanggul-tanggul sungai akan diperkuat

Memperkuat tanggul laut

Peningkatan pompa drainase

Stasiun pompa baru

Pintu air baru

Jembatan dan ketinggian bebas

Transportasi cepat massal

Jalan kota

Jalan toll nasional

Tanggul-tanggul sungai akan diperkuat

Memperkuat tanggul laut

Peningkatan pompa drainase

Stasiun pompa baru

Pintu air baru

Jembatan dan ketinggian bebas

Transportasi cepat masal

Jalan kota

Jalan tol nasional

Page 46: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SIGNIFIKANSI PROYEK

40

Lebih dari separuh penduduk Jakarta tinggal di area pesisir dan aktivitas perekonomian utama perkotaan juga banyak berkembang di kawasan pesisir. Di kawasan ini terdapat aliran 13 sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta dan 40% wilayahnya merupakan dataran rendah yang berada di bawah muka air laut pasang. Banjir di kawasan pesisir Jakarta diperburuk dengan menurunnya muka tanah akibat ekstrasi pemanfaatan air tanah dalam yang berlebihan.

Dengan adanya ancaman yang ada saat ini, maka diperlukan sebuah mega proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), yang akan dilakukan dalam 3 tahap dimana tahap pertama akan dilakukan dengan meninggikan tanggul-tanggul eksisting.

STATUS TERAKHIRDalam usaha mempercepat penyediaan proyek ini, maka studi AMDAL dijadwalkan selesai pada tahun 2015 dan segera dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi fisik. Penyelesaian pekerjaan tanggul Fase A diharapkan tercapai pada tahun 2018.

Untuk pelaksanaan pekerjaan AMDAL tersebut, Proyek NCICD membutuhkan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang akan mengidentifikasi dampak-dampak sosial dan ekonomi dari pembangunan proyek dan menyediakan alternatif rekomendasi untuk memastikan agar standar kehidupan masyarakat terdampak tidak menurun.

Kajian KLHS dan AMDAL sedang dalam proses penyusunan dan dijadwalkan selesai pada Desember 2015.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK NCICD FASE A

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Selesai di Juli 2015 n/a n/aDokumen AMDALditargetkan selesaidi Desember 2015

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 47: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

SKEMA PENDANAANPendanaan Fase A akan menggunakan APBN dan APBD dengan pembagian alokasi pendanaan yang akan ditentukan lebih lanjut. Fase selanjutnya akan direncanakan dengan menggandeng pihak swasta yang akan berinvestasi di kawasan NCICD.

PENGADAAN TANAH

National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang berlokasi di utara Jakarta akan melakukan reklamasi lahan dimana 90 juta m3 pasir akan dibutuhkan untuk membangun tanggul laut luar saja. Tambahan sejumlah 210 juta m3 pasir akan dibutuhkan untuk mereklamasi lahan seluas 1.250 ha yang akan menjadi lokasi pengembangan perkotaan.

Peninggian tanggul di Fase A akan menggunakan trase tanggul yang sudah ada sehing-ga tidak membutuhkan pengadaan lahan.

Percepatan pengambilan keputusan terkait pembagian trase untuk konstruksi antara Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian PUPR.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 41

Page 48: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

KILANG MINYAK DI BONTANG

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: ESTIMASI

RP 75 T – 140 T

SKEMA PENDANAAN: BELUM DITENTUKAN,

MENUNGGU HASILPRA-STUDI KELAYAKAN

LOKASI: BONTANG,

KALIMANTAN TIMUR

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PERTAMINA

RENCANA MULAIOPERASI/

COMMERCIAL OPERATIONDATE: 2019

42

RENCANA MULAI

KONSTRUKSI: 2017

Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 235 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.

Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri. Kombinasi Grass Root Refinery (GRR) dan Refining Development Master Plan (RDMP) dibutuhkan untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada impor.

Dalam pelaksanaannya, diharapkan pembangunan kilang minyak di Bontang tidak akan mengalami kendala karena pengadaan lahan yang merupakan salah satu kebutuhan proyek telah teratasi dengan tersedianya lahan seluas 300 hektar. Selain itu infrastruktur pendukung seperti jalan akses, jetty dan pendukung lain untuk alokasi lahan yang dimaksud telah tersedia untuk pelaksanaan operasi kilang minyak Bontang ini.

(MENUNGGUPENETAPAN)

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

4

Page 49: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

43

SKEMA PENDANAANUntuk pembangunan kilang minyak di Bontang, salah satu rencana adalah menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dimana PT Pertamina akan menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Skema KPBU dipertimbangkan mengingat keterbatasan kapasitas pendanaan dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai pembangunan kilang. Dengan skema KPBU, maka proyek berkesempatan untuk mendapatkan berbagai Dukungan Pemerintah khusus KPBU, seperti Viability Gap Fund, Jaminan Pemerintah, dan dukungan-dukungan insentif non-sektoral.

STATUS TERAKHIRKPPIP telah melakukan usaha untuk mengurai permasalahan yang menyebabkan proyek kilang minyak Bontang ini tertunda selama 4 tahun. Salah satu isu yang mengemuka adalah terkait atas persetujuan dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan investasi proyek jika dikerjasamakan dengan pihak swasta. Dukungan yang dimaksud diidentifikasi melalui pelaksanaan Market Sounding pada Maret 2014 dimana 12 investor menyatakan minat investasi. Dalam Market Sounding tersebut, investor menyatakan harapan dukungan insentif dari Pemerintah seperti income tax holiday, duty free import on crude, penyediaan tanah, open market/export for petrochemical products, performance guarantee, dan penyediaan infrastruktur pendukung. Dukungan-dukungan yang disebutkan dianggap akan membebani fiskal negara secara signifikan.

Untuk mendorong good governance dalam pemberian insentif fiskal tersebut (dengan mempertimbangkan aspek kompetisi), skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) merupakan salah satu opsi yang bisa digunakan. KPPIP telah mengalokasikan dana Rp 14 Milyar untuk penyusunan Pre-FS yang akan menghasilkan dokumen Outline Business Case yang akan menjadi dasar penetapan skema pendanaan. Untuk mendukung kegiatan ini, PT Pertamina telah setuju untuk menjadi PJPK tetapi hal ini membutuhkan landasan hukum berupa Peraturan Presiden yang sedang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DENGANASUMSI SKEMA KPBU

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Ditargetkan selesaipada Desember 2015

Akan disusun olehPemenang Lelang

Akan disusun olehPemenang Lelang

Sedang disusundan ditargetkan

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Ditargetkan ditetapkanpada Desember 2015

Ditargetkan padaKuartal I 2016

Akan ditentukan setelahPra-Studi Kelayakan

diselesaikan

Akan ditentukan setelahPra-Studi Kelayakan

diselesaikan

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 50: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

44

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

PENGADAAN TANAHDirektorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, telah menyediakan lahan seluas 300 ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang minyak dengan mekanisme sewa Rp 0 rupiah (nol Rupiah).

Dalam mempercepat proyek kilang minyak baru Bontang, maka dibutuhkan usaha tindak lanjut sebagai berikut:

Percepatan penerbitan Perpres yang akan menjadi dasar PT Pertamina menjadi PJPK. Penunjukan transaction advisor agar

tidak ada penundaan dari penyelesaian studi Pre-FS oleh KPPIP dengan proses lelang investasi yang akan dikoordinasikan di bawah unit PPP Kemenkeu. Untuk mencapai target produksi di 2019, maka lelang investasi KPBU harus dilakukan paling lambat di Kuartal 1 2016.

Percepatan pelaksanaan lelang dan penunjukan konsultan prastudi kelayakan/OBC sehingga target penyelesaian di Desember 2015 dapat tercapai.

Dengan skema KPBU, PT Pertamina sebagai PJPK dan Badan Usaha Pemenang Lelang akan bekerja sama dalam pembangunan dan operasi kilang minyak Bontang dengan pembiayaan dari Badan Usaha yang disertai Dukungan Pemerintah. Bentuk dan besaran dukungan pemerintah akan diidentifikasi pada tahap prastudi kelayakan/Outline Business Case (OBC) yang sedang disiapkan oleh KPPIP.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 51: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

DESKRIPSI PROYEK

REVITALISASI KILANG EKSISTING / REFINERY DEVELOPMENT MASTER PLAN (RDMP)

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP210 TRILIUN

LOKASI: CILACAP,

BALONGAN, DUMAI,

BALIKPAPAN, PLAJU

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PERTAMINA

SKEMA PENDANAAN: BUSINESS TO BUSINESS/

STRATEGIC PARTNERSHIP

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2018

UNTUK TAHAP 1 KILANG CILACAP

DAN KILANG BALIKPAPAN

RENCANA MULAI OPERASI: 2021

UNTUK TAHAP 1 KILANG CILACAP

DAN KILANG BALIKPAPAN

Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya untuk mencapai ketahanan energi dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri. Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan produk dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya dapat memenuni kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diperkirakan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Jika dibiarkan, hal ini berpotensi menjadi ancaman ketahanan energi.

RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery) untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia. Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka produksi diestimasi akan meningkat 150%.

Proyek RDMP adalah proyek untuk merevitalisasi 5 kilang yang ada di Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; Plaju, Sumatera Selatan; untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Indonesia.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 45

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

5

Page 52: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

46

SKEMA PENDANAAN

Dalam pelaksanaan upaya revitalisasi, PT Pertamina akan melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan dalam bentuk strategic partnership. Beberapa kerjasama yang telah disepakati adalah JX Nippon untuk kilang Balikpapan dan Saudi Aramco untuk kilang Cilacap.

PENGADAAN TANAH

Revitalisasi akan dilakukan di dalam lokasi kilang minyak yang sudah ada sehingga tidak membutuhkan pengadaan tanah.

Untuk mendapatkan long term kontrak dari suplai minyak mentah, dibutuhkan G2G agreement, contohnya dengan Irak, Iran, Azerbaijan, dan Arab Saudi.

Persetujuan izin lingkungan.

Penerbitan izin prinsip investasi PMA untuk

pembentukan perusahaan JV paling lambat tahun 2017.

Persetujuan tax holiday atau tax

allowance di 2016.

Penerbitan sertifikasi dan perizinan terkait migas

lainnya pada saat tahap EPC sampai dengan operasi.

STATUS TERAKHIRPrastudi Kelayakan, pemilihan kontraktor, dan Bankability Study untuk proyek RDMP telah selesai dilakukan pada akhir 2014. PT Pertamina telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan investor terpilih pada 10 Desember 2014 dengan mitra dari Saudi Aramco, JX Nippon, dan Sinopec China. Dalam pelaksanaaannya, PT Pertamina akan melakukan revitalisasi secara bertahap, dengan Tahap 1 dimulai dari kilang Balikpapan dan kilang Cilacap.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK RDMP TAHAP I

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED)

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Januari 2013 2015 (SedangBerlangsung) 2016

Page 53: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT (HVDC)

DESKRIPSI PROYEK

NILAI INVESTASI:RP 33,4 TRILIUN

SKEMA PENDANAAN:APBN DENGAN PINJAMAN

LUAR NEGERI

LOKASI:SUMATERASELATAN,

LAMPUNG,BANTEN,

JAWA BARAT

PENANGGUNGJAWAB PROYEK:

PT PLN

RENCANAMULAI OPERASI:

2019

RENCANA MULAIKONSTRUKSI:

PAKET 1, 2, DAN 3PADA 2015.

PAKET 4 PADA 2016.PAKET 5 PADA 2017.

47

PAKET1WAKTU

PELAKSANAAN42 BULAN

Stasiun konverter/inverter di Kabupaten Muara Enim (Sumatera Selatan) & Kabupaten Bogor (Jawa Barat).

PAKET2WAKTU

PELAKSANAAN41 BULAN

Saluran transmisi kabel bawah laut 500kV DC sepanjang 40 km dari Ketapang (Lampung)-Salira (Banten), yang melintasi Selat Sunda.

PAKET3WAKTU

PELAKSANAAN41 BULAN

Saluran transmisi udara 500 kV DC dari Muara Enim (Sumatera Selatan) ke Ketapang (Lampung) dan dari Salira (banten) ke Bogor (Jawa Barat).

PAKET4WAKTU

PELAKSANAAN30 BULAN

Saluran transmisi udara 500 kV AC dari stasiun konverter Muara Enim (Sumatera Selatan) ke PLTU Mulut Tambang dan dari stasiun konverter Bogor (Jawa Barat) ke Sistem Transmisi 500 kV Jawa-Bali.

PAKET5WAKTU

PELAKSANAAN26 BULAN

Saluran transmisi udara 500 kV AC dari stasiun konverter Muara Enim (Sumatera Selatan) ke sistem transmisi 500 kV Sumatera.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

High Voltage Direct Current (HVDC) adalah proyek pembangunan sistem transmisi interkoneksi antara Sumatra dan Jawa dimana salah satu fungsinya adalah untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan oleh PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8, 9, dan 10 ke Pulau Jawa.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

6

Page 54: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SIGNIFIKANSI PROYEK

SKEMA PENDANAAN

48

Skema Pendanaan proyek HVDC telah ditetapkan untuk menggunakan dana APBN dengan Pinjaman Luar Negeri berasal dari JICA sebesar JPY 181.87 Milyar (~Rp 33,4 Triliun).

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK HVDC

2013 20172015 20192014 20182016 2020

SUMSEL 8

SUMSEL 9,10

PAKET 1 CONVERTER /INVERTER STATION

PAKET 2 MARINE CABLE

PAKET 3DC T/LM. ENIM - BOGOR

PAKET 4 AC OVERHEAT T/L SUMSEL 8

PAKET 5 AC OVERHEATT/L SUMSEL 9,10

AKTIVITAS KRITIS

CRITICAL PATH 4:

PAKET 1-3 HARUS DISELESAIKAN SEBELUM COD

SUMSEL 8

IZIN PRINSIP

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

KONTRAKPQ

PO

K 42

K 41

K 41

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

LOI

LOI

LOI

LOI

LOI

COD

COD

BACK FEEDING

BACK FEEDING

FINANCIAL CLOSE

FINANCIAL CLOSE

PPA

KONSTRUKSI

C-TEST

C-TEST

CRITICAL PATH 3:

PAKET 4 HARUS DISELESAIKAN

SEBELUM BACK FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL PATH 2:

KONTRAK UNTUK PAKET 4 DAPAT

DISETUJUI SETELAH FINANCIAL CLOSE

DARI SUMSEL 8

CRITICAL PATH 1:

SUMSEL 8 MENCAPAI FINANCIAL CLOSE

SETELAH PEMENANG TENDER PAKET 1, 2

DAN 3 DIDAPATKAN

Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8

Proyek HVDC akan mengembangkan jalur transmisi sepanjang ±742 km dan dalam pelaksanaannya akan membutuhkan lahan seluas 300 ha. Transmisi HVDC direncanakan memiliki kemampuan transfer daya sebesar 3.000 MW dari Sumatera ke Jawa dan sebaliknya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pasokan listrik di Sumatera dan Jawa sehingga biaya produksi energi listrik dapat ditekan dengan mengoptimalkan pemanfaatan batubara low grade yang melimpah di Pulau Sumatera.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 55: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIR

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Percepatan penerbitan Penetapan Lokasi baru di sisi Gumawang, Sumatera Selatan untuk ruas transmisi Lahat – Lumut Balai – Gumawang.

Percepatan pengadaan tanah baik di sisi Jawa dan Sumatera.

49

PENGADAAN TANAH

SUMATERA SELATAN JAWA BARAT

Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Sumatera Selatan telah diperba-harui dan diterbitkan dalam surat Sekda Pemprov Sumsel No. 393/1068/IV/2015. Sebagian besar lahan sudah masuk dalam tahap inventarisasi, kecuali wilayah Ogan Konering Ulu Timur (OKUT) dimana hanya 44 dari 111 titik pengadaan telah diselesaikan.

Lahan PTPN 7 yang akan menjadi tempat converter station sudah selesai diinventarisasi dan sedang memasuki tahap appraisal sebelum dapat dilakukan proses ganti rugi.

Saat ini sedang dilakukan juga percepatan pengadaan lahan untuk perubahan ruas transmisi Lahat – Gumawang 275 kV menjadi Lahat – Lumut Balai – Gumawang. Pengadaan tanah dari sisi selatan membutuh-kan revisi Penetapan Lokasi dari Gubernur Sumatera Selatan dan sosialisasi ulang kepada masyarakat terdampak.

Pengadaan HVDC Paket 1 telah dilakukan dimana RFP dan pemasukan proposal dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Estimasi penandatangan kontrak adalah pada Oktober 2015.

Pengadaan HVDC Paket 2 telah dilakukan dimana RFP Tahap 2 dipublikasikan pada April 2015. Saat ini sedang dilakukan proses evaluasi Tahap 1 (teknis). Estimasi penandatanganan kontrak pada akhir 2015.

Kontrak untuk HVDC Paket 3 telah ditandatangani pada 29 Oktober 2014.

Prakualifikasi pengadaan HVDC Paket 4 telah selesai dilakukan dan publikasi dokumen RFP dilakukan pada bulan April 2015. Estimasi penandatanganan kontrak adalah pada November 2015 dan sebelum penandatanganan kontrak, dibutuhkan pemenuhan prasyarat penerbitan LoI oleh pihak investor terpilih untuk PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.

HVDC Paket 5 akan melakukan prakualifikasi pada awal 2016.

Surat Penetapan Lokasi sudah direvisi dan sedang dalam proses menunggu penandatanganan oleh Gubernur. Revisi Penetapan Lokasi tersebut dibutuhkan untuk dapat mengumumkan hasil inventarisasi converter station. Sampai saat ini, pengadaan lahan untuk converter station sudah mencapai 51 ha dari 55 ha yang dibutuhkan.

Selain proses pengadaan tanah, PT PLN juga sedang mengajukan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk kawasan hutan produksi di Sumatera Selatan dan Lampung.

LAMPUNG

Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Lampung sudah diperbaharui dan diterbitkan dalam Keputusan Gubernur Lampung No. G/268/II.06/H-K/2015. Sebagian besar lahan masih dalam tahap inventarisasi kecuali dalam Kabupaten Lampung Selatan dimana 17 titik sudah dibebaskan.

BANTEN

Surat Penetapan Lokasi dari Gubernur Banten belum perlu direvisi karena masih dapat menggunakan Undang-Undang pengadaan tanah yang lalu dan masih berlaku sampai tahun 2017. Sebagian besar lahan masih dalam tahap inventarisasi kecuali daerah Cilegon dimana 12 lokasi sudah dalam tahap pembayaran ganti rugi.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 56: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 8

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

RP 18 TRILIUN

LOKASI: SUMATERA

SELATAN

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: IPP DIMANA PEMENANG

LELANG ADALAH PT BUKIT ASAM DAN CHINA HUADIAN

CORPORATION YANG MEMBENTUK KONSORSIUM PT HUADIAN BUKIT ASAM

POWER HBAP

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2015

RENCANA MULAI OPERASI: 2018

50

Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian Barat, telah meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik di pulau Jawa saja. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema “Mine-to-Mouth” dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki kapasitas 1.200 MW dan akan tersambung dengan transmisi HVDC (Proyek No 6).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

7

Page 57: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIR

51

2013 20172015 20192014 20182016 2020

SUMSEL 8

SUMSEL 9,10

PAKET 1 CONVERTER /INVERTER STATION

PAKET 2 MARINE CABLE

PAKET 3DC T/LM. ENIM - BOGOR

PAKET 4 AC OVERHEAT T/L SUMSEL 8

PAKET 5 AC OVERHEATT/L SUMSEL 9,10

AKTIVITAS KRITIS

CRITICAL PATH 4:

PAKET 1-3 HARUS DISELESAIKAN SEBELUM COD

SUMSEL 8

IZIN PRINSIP

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

KONTRAKPQ

PO

K 42

K 41

K 41

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

LOI

LOI

LOI

LOI

LOI

COD

COD

BACK FEEDING

BACK FEEDING

FINANCIAL CLOSE

FINANCIAL CLOSE

PPA

KONSTRUKSI

C-TEST

C-TEST

CRITICAL PATH 3:

PAKET 4 HARUS DISELESAIKAN

SEBELUM BACK FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL PATH 2:

KONTRAK UNTUK PAKET 4 DAPAT

DISETUJUI SETELAH FINANCIAL CLOSE

DARI SUMSEL 8

CRITICAL PATH 1:

SUMSEL 8 MENCAPAI FINANCIAL CLOSE

SETELAH PEMENANG TENDER PAKET 1, 2

DAN 3 DIDAPATKAN

Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK PLTU SUMSEL 8

Power Purchase Agreement (PPA) untuk Sumsel 8 telah ditandatangani pada 17 September 2012 dengan mengizikan 3 kali perpanjangan waktu untuk financial close. Jadwal financial close telah diubah menjadi September 2015.

Dalam tindak lanjut pelaksanaanya, pada 27 Maret 2015 telah ditandatangani Financing Agreement antara PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) selaku Pengembang IPP dengan CEXIM selaku lender yang berasal dari Tiongkok. Draw down akan menunggu penerbitan LOI Paket 1 dan 2 HVDC.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 58: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

Pencapaian fi nancial close pada September 2015.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Memastikan penerbitan LoI HVDC Paket 1 pada September 2015.

Penetapan Lokasi untuk transmisi ruasLahat-Gumawang yangdibutuhkan untukbackfeeding oleh GubernurSumatera Selatan.

Memastikan penerbitan LoI HVDC Paket 2 pada Agustus 2015.

Penyelesaian sertifi kasi tanah.

52

Draw down pertama dilakukan pada pertengahan tahun 2015 mengingat LoI untuk HVDC Paket 3 telah diterbitkan oleh PT PLN pada Oktober 2014.

KPPIP melakukan upaya debottlenecking untuk pengadaan tanah transmisi 275 kV Lahat – Gumawang menjadi Lahat – Lumut Balai yang dibutuhkan untuk backfeeding test pada 2017/2018 yang berpotensi menghambat, tercapainya target Financial Close.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah proyek dengan skema Independent Power Producer (IPP) dimana PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan memberikan pendanaan dan membangun proyek. Pemenang lelang adalah PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium dari PT Bukit Asam dan China Huadian Corporation.

AMDAL untuk proyek telah diterbitkan dan pengadaan tanah telah dilakukan. Saat ini sedang dalam proses penerbitan sertifikat tanah yang sudah diadakan.

Page 59: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 9 & 10

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

SUMSEL 9 RP 36 TRILIUN,

SUMSEL 10 RP 18 TRILIUN

LOKASI: SUMATERA

SELATAN

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: IPPPEMENANG LELANG BELUM

DITETAPKAN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2016

RENCANA MULAI OPERASI: 2020

53

PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema “Mine-to-Mouth” dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki kapasitas 1.200 MW dan 600 MW yang akan tersambung dengan transmisi HVDC.

Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian barat, telah meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik di pulau Jawa. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembang-kit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, 9, 10 adalah pembangkit yang akan disambung dengan transmisi High Voltage Direct Current (HVDC).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 60: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIR

2013 20172015 20192014 20182016 2020

SUMSEL 8

SUMSEL 9,10

PAKET 1 CONVERTER /INVERTER STATION

PAKET 2 MARINE CABLE

PAKET 3DC T/LM. ENIM - BOGOR

PAKET 4 AC OVERHEAT T/L SUMSEL 8

PAKET 5 AC OVERHEATT/L SUMSEL 9,10

AKTIVITAS KRITIS

CRITICAL PATH 4:

PAKET 1-3 HARUS DISELESAIKAN SEBELUM COD

SUMSEL 8

IZIN PRINSIP

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

KONTRAKPQ

PO

K 42

K 41

K 41

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

LOI

LOI

LOI

LOI

LOI

COD

COD

BACK FEEDING

BACK FEEDING

FINANCIAL CLOSE

FINANCIAL CLOSE

PPA

KONSTRUKSI

C-TEST

C-TEST

CRITICAL PATH 3:

PAKET 4 HARUS DISELESAIKAN

SEBELUM BACK FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL PATH 2:

KONTRAK UNTUK PAKET 4 DAPAT

DISETUJUI SETELAH FINANCIAL CLOSE

DARI SUMSEL 8

CRITICAL PATH 1:

SUMSEL 8 MENCAPAI FINANCIAL CLOSE

SETELAH PEMENANG TENDER PAKET 1, 2

DAN 3 DIDAPATKAN

Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK SUMSEL 9 & 10

Hasil PQ 2 telah diumumkan pada 8 Maret 2013 dan 8 peserta dinyatakan lulus kualifikasi:

Melanjutkan hasil PQ, Request for Proposals (RFP) Sumsel 9 dan Sumsel 10 diterbitkan tanggal 1 Agustus 2013 dan revisi final telah diterbitkan tanggal 18 Desember 2014. Agar diperoleh proposal yang berkualitas dan memiliki nilai kompetisi yang baik tanggal pemasukan penawaran (bid submision date) telah diperpanjang sampai dengan tanggal 18 Agustus 2015 dari sebelumnya dijadwalkan pada 18 Mei 2015.

Untuk mendukung proyek, persetujuan prinsip untuk penjaminan (In-Principal Approval) telah diterbitkan oleh PT PII tanggal 18 Desember 2014.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 201554

Page 61: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

TINDAK LANJUTMemastikan Penetapan Pemenang Lelang tercapai pada Desember 2015.

PENGADAAN TANAHProyek belum memasuki tahap pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk PLTU Mulut Tambang akan dilakukan setelah penetapan pemenang.

PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 menggunakan skema Independent Power Producer (IPP) dimana PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan memberikan pendanaan dan membangun proyek. Proses lelang sedang berlangsung dengan jadwal pengumuman pemenang lelang pada bulan Desember 2015.

2013 20172015 20192014 20182016 2020

SUMSEL 8

SUMSEL 9,10

PAKET 1 CONVERTER /INVERTER STATION

PAKET 2 MARINE CABLE

PAKET 3DC T/LM. ENIM - BOGOR

PAKET 4 AC OVERHEAT T/L SUMSEL 8

PAKET 5 AC OVERHEATT/L SUMSEL 9,10

AKTIVITAS KRITIS

CRITICAL PATH 4:

PAKET 1-3 HARUS DISELESAIKAN SEBELUM COD

SUMSEL 8

IZIN PRINSIP

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

TENDER

KONTRAKPQ

PO

K 42

K 41

K 41

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

LOI

LOI

LOI

LOI

LOI

COD

COD

BACK FEEDING

BACK FEEDING

FINANCIAL CLOSE

FINANCIAL CLOSE

PPA

KONSTRUKSI

C-TEST

C-TEST

CRITICAL PATH 3:

PAKET 4 HARUS DISELESAIKAN

SEBELUM BACK FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL PATH 2:

KONTRAK UNTUK PAKET 4 DAPAT

DISETUJUI SETELAH FINANCIAL CLOSE

DARI SUMSEL 8

CRITICAL PATH 1:

SUMSEL 8 MENCAPAI FINANCIAL CLOSE

SETELAH PEMENANG TENDER PAKET 1, 2

DAN 3 DIDAPATKAN

Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8

TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANAJADWAL PELAKSANAAN

55Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 62: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TRANSMISI SUMATERA 500 KV

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

RP 24,4 TRILIUN

LOKASI: PULAU

SUMATERA

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: DARI TOTAL 1.330 KM, 430 KM BERPOTENSI DIBIAYAI BUMN DALAM NEGERI DAN 900 KM BELUM DITETAPKAN SKEMA

PENDANAANNYA

RENCANAMULAI KONSTRUKSI:

BELUMDITENTUKAN

RENCANA MULAIOPERASI:

DARI 2017 SAMPAIDENGAN 2023

56

Proyek pembangunan Transmisi Sumatera 500 kV ini bertujuan untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di bagian Selatan ke bagian Utara Sumatera dengan menggu-nakan jalur transmisi sepanjang 1.330 km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai ke Langsa, Aceh.

Transmisi Sumatera dibutuhkan untuk mengalirkan listrik dari PLTU di Sumatera Selatan ke wilayah utara Pulau Sumatera dalam upaya untuk meningkatkan akses listrik untuk masyarakat. Jadwal pembangunan proyek ini akan diselaraskan dengan penyele-saian pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, 9, 10 dan pembangunan HVDC agar menghindari ketidakmerataan penyediaan listrik di Pulau Sumatera dan Jawa.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

8

Page 63: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PROGRES PERENCANAAN PERENCANAAN

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 120RENCANA OPERASI 2019

PROGRES PENGADAAN

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 210RENCANA OPERASI 2017

PROGRES

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 270RENCANA OPERASI

2020

PROGRES PERENCANAAN PERENCANAAN

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 280RENCANA OPERASI 2020

PROGRES

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 80RENCANA OPERASI

2023

PERENCANAANPROGRES

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 80RENCANA OPERASI

2020

PROGRES PENGADAAN

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 220RENCANA OPERASI 2017

PERENCANAANPROGRES

JUMLAH SIRKUIT 2

KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2PANJANG 70RENCANA OPERASI

2023

RENCANA JAD

MUARAENIM-

AUR DURI

MUARAAUR DURI-

PERANAP

PERANAP-PERAWANG

RANTAUPRAPAT-

PERDAGANGAN

PERDAGANGAN-GALANG

GALANG-PANGKALAN

SUSU

PERAWANG-RANTAUPRAPAT

PANGKALANSUSU-

LARGA

WAL PELAKSANAAN

57Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 64: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIRProyek Transmisi Sumatera untuk transmisi sepanjang 430 km (New Aur Duri - Peranap - Perawang) pada awalnya akan ditugaskan kepada 5 BUMN (Hutama Karya, Adhi Karya, Waskita Karya, Wijaya Karya, Pembangunan Perumahan) melalui penunjukan langsung. Namun, karena belum adanya landasan hukum untuk penunjukan langsung, PT. PLN memutuskan untuk mengadakan proses lelang.

PT PLN sedang melakukan proses lelang untuk ruas New Aur Duri – Peranap (210 km) dan ruas Peranap–Perawang (220 km) dimana penetapan pemenang dijadwalkan pada September 2015.

Sisa proyek sepanjang 900 km masih dalam tahap penjajakan skema pendanaan. Beberapa opsi sedang dikaji, di antaranya: (1) Melakukan penunjukan langsung BUMN Cina (State Grid Corporation of China). Untuk itu PT PLN membutuhkan legal opinion dari Kejaksaan Agung sebagai landasan Penunjukan Langsung State Grid Corporation of China (SGCC) sebagai kontraktor dengan skema Build – Operate – Transfer (BOT); (2) melakukan beauty contest terhadap shortlisted bidders.

PENGADAAN TANAH

Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah.

58

SKEMA PENDANAANUntuk 430 km ruas dari New Aur Duri – Peranap – Perawang, PT PLN sedang melakukan lelang kepada BUMN konstruksi untuk pembagian ruas yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Penetapan pemenang lelang ditargetkan pada Agustus 2015 dan BUMN pemenang akan membiayai pembangunan ruas tersebut.

Untuk ~900 km porsi Transmisi Sumatera lainnya, Pemerintah Indonesia masih mengkaji beberapa opsi skema pendanaan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 65: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penetapan pemenang lelang ruas New Aur Duri – Peranap – Perawang (430 km).

Penetapan skema pendanaan untuk sisa 900 km ruas transmisi.

59Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 66: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

CENTRAL – WEST JAVA 500 kVTRANSMISSION LINE

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

RP 7,64 TRILIUN

LOKASI: JAWA BARAT

DAN JAWA TENGAH

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: DIRECT LENDING DENGAN PINJAMAN DARI KFW DAN

JICA

RENCANA MULAI KONSTRUKSI:

2017

RENCANA MULAI OPERASI:

2019

60

Pembagian ruas proyek transmisi:1. Ungaran (Pedan) – Pemalang (86 km)2. Pemalang – Mandirancan (167 km)3. Pemalang – Incomer 2 pi (110 km)4. Pemalang – Incomer 2 pi (Batang – Weleri) 2 km5. Mandirancan – Indramayu (90 km)6. Indramayu – Cibatu (110 km)

Pembangunan transmisi 500 kV untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di Jawa Tengah ke load center Jakarta yang berada di wilayah Barat Pulau Jawa.

Jalur transmisi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sangatlah dibutuhkan untuk mengalirkan listrik yang akan dihasilkan oleh PLTU Indramayu (1.000 MW), PLTU Jawa 1 (1.000 MW), PLTU Pemalang (2x1.000 MW), PLTU Jawa 3 (2 x 660 MW), PLTU Jawa 4 (2x1.000 MW) dan PLTU Batang (2.000 MW). Oleh karena itu, dibutuhkan sinkronisasi jadwal pembangunan dan penyelesaian seluruh proyek tersebut.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

9

Page 67: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

STATUS TERAKHIR

61

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK CENTRAL –WEST JAVA 500 kV TRANSMISSION LINE

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED)

Sedang disusun Ditargetkan selesaidi 2016

Menunggu persetujuanskema pendanaan

Proyek terindikasi membutuhkan tanah sebesar 77,5 ha yang saat ini pada tahap perencanaan dan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. PT PLN sedang melakukan revisi AMDAL untuk ruas Indramayu – Cibatu yang merupakan bagian Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.

Pengadaan tanah untuk tapak tower transmisi akan menggunakan UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Dalam pelaksanaannya, pembayaran ganti rugi untuk bangunan yang terdampak dan right of way akan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan, dan Tanaman yang berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.

Perizinan untuk kawasan hutan produksi pada ruas Ungaran (Pedan) – Mandirancan (38 km) dan Indramayu – Cibatu akan dilakukan sesuai peraturan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan upaya percepatan oleh KPPIP.

Proyek akan didanai dengan Direct Lending atau Pinjaman Langsung kepada PT PLN dari KfW dan JICA.

Saat ini proyek sedang dalam proses perizinan, pembebasan tanah, dan penyusunan dokumen lelang.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 68: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Dibutuhkan penyelesaian revisi AMDAL untuk ruas Indramayu – Cibatu pada Agustus 2015. Percepatan pengadaan

tanah yang saat ini sedang dalam tahap penyusunan Dokumen Penyiapan.

62 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 69: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PLTU INDRAMAYU

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

RP 20 TRILIUN

LOKASI: INDRAMAYU, JAWA BARAT

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: APBN DENGAN PINJAMAN

LUAR NEGERI (JICA)

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI: 2019

STATUS TERAKHIR

63

Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 1.000 MW yang akan menghasilkan listrik untuk kebutuhan di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Pembangunan PLTU ini bertujuan untuk mendukung penyediaan sistem listrik dan mengurangi krisis listrik di wilayah Jawa dan Bali. Selain itu proyek ini juga berguna untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan dampak positif di masyarakat dengan mendukung pertumbuhan kawasan industri di Jakarta wilayah Timur dan Jawa Barat.

KPPIP memberikan dukungan koordinasi pemangku kepentingan dan kajian upaya percepatan lainnya ketika penerbitan Izin Lingkungan terhambat, seperti membawa isu tersebut ke tingkat Kantor Staf Presiden dan Wakil Presiden untuk dikoordinasikan dari level pemerintah pusat. Dengan tindak lanjut tersebut, Izin Lingkungan sudah ditandatangani dengan terbitnya Keputusan Bupati Indramayu tentang Izin Lingkungan Kegiatan Pembangunan PLTU Indramayu 2 x 1000 MW yang diajukan oleh PT PLN Unit Induk Pembangunan VIII di Kab Indramayu Jawa Barat No. 660/Kep, 51. A-BLH/2015 tanggal 26 Mei 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

10

Page 70: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

Penyelesaian revisi AMDAL dan penyiapan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Memastikan komitmen pendanaan dengan melakukan fi nalisasi Blue Book 2015 dan pre-request untuk Blue Book 2016 sebelum Request for Proposal (RFP) diterbitkan untuk lelang kontraktor EPC.

Melakukan pengadaan untuk konsultan DED

dan kontraktor EPC.

64

Saat ini, PT PLN sedang melakukan revisi minor pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tetapi tidak berpengaruh pada Izin Lingkungan yang sudah diterbitkan. Revisi Dokumen AMDAL akan dimasukan ke dalam Dokumen Perencanaan untuk pengadaan tanah. Dengan diterbitkannya Izin Lingkungan, maka PT PLN dapat memulai kegiatan inisiasi proyek termasuk pengurusan perizinan.

Board of Directors PT PLN akan membuat keputusan terkait kelanjutan pengadaan untuk konsultan Detailed Engineering Design (DED) dan pengadaan kontraktor EPC yang sempat terhenti karena Izin Lingkungan belum diterbitkan.

PLTU Indramayu telah ditetapkan menggunakan pendanaan dari APBN dengan pinjaman luar negeri berasal dari JICA sebesar USD 2 milyar.

Setelah terbitnya Izin Lingkungan pada 26 Mei 2015, maka PLTU Indramayu memasuki proses penyiapan Dokumen Perencanaan pengadaan tanah untuk mengadakan lahan. Penetapan Lokasi ditargetkan pada Desember 2015 sehingga penyelesaian pengadaan tanah dapat dilakukan pada Mei 2016.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 71: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

65Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

2015

8/31/15

10/16/15

10/19/15

11/16/15

11/20/15

12/18/15

9/7/15

12/18/15

9/14/15

12/28/15

8/31/16

11/30/16

SPV, Pertamina

SPV, Pertamina

Pertamina

Pertamina

Gubernur

Gubernur

Pertamina/TA

Pertamina, SPV

SPV

Pertamina, KPPIP

Pertamina, PPP Unit

Pertamina

Pertamina/TA

Pertamina/TA

Kemenkeu

Pertamina

Kemenko Maritim

Pertamina, KPPIP

6.2 Commercial Operation Date (COD)

PIC

Kemen ESDM

Kemenko Ekon

2016 2017 2018 2019AKTIVITAS

5.4 Pra-Kualifikasi (PQ)

5.5 Proses lelang KPBU

5.6 Pengumuman Pemenang Lelang dan tanda tangan Perjanjian KPBU

5.7 Financial Close

6. Pembangunan dan Operasi

6.1 Construction related (Site Prep, BED, FEED, EPC)

4.1 Market Sounding

4.2 OBC Development

5. Tahap Transaksi/Lelang Investasi

5.1 Penunjukan Transaction Advisor

5.2 IIGF guarantee application

5.3 Persiapan Dokumen Lelang/Transaction Advisor

2. Tahap Penyiapan Fasilitas On-Shore

2.1 Kepastian alokasi anggaran untuk tanah

2.2 On-site preparation

3. Tahap Penyiapan Fasilitas Off-Shore

3.1 Berbagai perizinan terkait kemenhub, Pupera, ESDM

4. Tahap Penyiapan Pra-Studi Kelayakan

1.1 Perpres Penugasan Pertamina sebagai PJPK

1.2 Revisi RTRW untuk akomodir Kilang Bontang

1.3 Penyampaian Dokumen ANDAL

1.4 Penyampaian Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

1.5 Izin Lingkungan

1.5 Penetapan Lokasi

1. Tahap Penyiapan Perizinan Umum

Page 72: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PLTU BATANG/CENTRAL JAVA POWER PLANT

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

RP 40 TRILIUN

LOKASI: BATANG, JAWA

TENGAH

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: IPP DENGAN INVESTOR

TERPILIH ADALAH PT BIMASENA POWER INDON PI

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2016

RENCANA MULAI OPERASI: 2019

PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU Batang akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%). Proyek ini telah mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan Pemerintah Pusat untuk risiko politik dan force majeure.

Pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 2.000 MW untuk menyediakan listrik bagi masyarakat di Pulau Jawa. Proyek ini juga merupakan pilot project untuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan nilai terbesar di Indonesia.

66 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

11

Page 73: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIRPenandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) antara PT PLN dan PT BPI telah dilakukan pada 6 Oktober 2011 dengan jadwal Financial Close telah diundur beberapa kali dari 6 Oktober 2012 menjadi 6 Oktober 2013, 6 Oktober 2014 dan akhirnya sekarang menjadi 6 Oktober 2015.

Proyek ini mengalami masalah dalam pengadaan tanah dan dalam upaya mengatasi masalah tersebut, PT PLN tengah melakukan lelang penilai tanah (appraisal) yang akan direkomendasikan kepada Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah untuk ditetapkan.

Walaupun dengan estimasi penyelesaian pembebasan lahan pada 28 September 2015, diestimasikan masih cukup waktu untuk mencapai financial close diatas.

Skema pendanaan sudah ditetapkan sebagai IPP dimana pihak investor pemenang lelang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didirikan oleh J-Power (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DENGANSKEMA KPBU

Pengadaan Tanah Pencapaian Pembiayaan Konstruksi Target Operasi

Menunggu pembebasan lahan untuk 18,87 ha

menggunakan Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Ditargetkan dicapai pada Desember 2015

Belum Dimulai 2019

SKEMA PENDANAAN

67Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 74: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PENGADAAN TANAH

Metode Size (m2) Plot Pemilik Lahan

1. Tanah IndividualUndang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Tidak Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Tidak Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

Tidak Undang-UndangNo. 2 Tahun 2012

105.704m2 76 49

2. Tanah GG 17.484 m2 13

3

2

11

3-1. Tanah Bengkok 1 1.959 m2

3-2. Tanah Bengkok 2 37.305m2 6(+3) -

-

-

4. Tanah Wakaf 1.503 m2

Sub Total 163.955 m2 100 60

5. Irigasi dan Pematang 24.780 m2 -

Grand Total 188.735 m2 100 60

Proyek ini terkendala pengadaan tanah karena penolakan masyarakat di beberapa titik area power block sehingga memundurkan jadwal financial close. Untuk mengatasi hal tersebut, PT PLN diberikan penugasan untuk melakukan pengadaan tanah hamparan yang tersisa dengan menggunakan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 yang memberikan batas waktu maksimum penyelesaian pengadaan tanah.

Dengan fasilitasi KPPIP, kendala pengadaan tanah telah dibahas di rapat yang dipimpin oleh Wakil Presiden untuk memutuskan upaya percepatan. Sesuai permintaan percepatan dari Wakil Presiden, Penetapan Lokasi untuk tanah hamparan yang tersisa sudah diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah pada 30 Juni 2015. Berdasarkan jadwal yang telah disusun Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah, pengadaan tanah diestimasi selesai pada 28 September 2015 sehingga diharapkan target financial close pada 6 Oktober 2015 dapat tercapai.

Status pengadaan tanah di area power block dapat dilihat di Tabel. Dari 18,87 ha yang akan diadakan, 12,51 ha tanah masyarakat akan diadakan PT PLN dengan menggunakan UU No. 2 Tahun 2012. Diluar pengadaan melalui UU No. 2 Tahun 2012, PT BPI bertanggung jawab untuk mengadakan 3,88 ha merupakan tanah bengkok dan wakaf dimana, dan juga 2,48 ha yang merupakan irigasi/sungai/jalan kecil.

68 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 75: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Penyelesaian pengadaan lahan sesuai dijadwalkan

pada 28 September 2015.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penetapan penanganan TCUN di antara Opsi 1: HGB langsung ke BPI atau Opsi 2: HGB BPI di atas HPL PT

PLN.

Percepatan proses sertifi kasi tanah power block sebesar 5,06 ha yang sekarang berada di Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah dan 49,98 ha yang masih diproses di PT BPI oleh notaris.

Di luar status yang disebut di atas, di area power block juga terdapat Tanah Cadangan Umum Negara (TCUN) sebesar 16 ha yang memerlukan kejelasan tentang mekanisme peralihannya kepada PT BPI. Terdapat dua opsi dimana Opsi 1 TCUN dialihkan menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) PT BPI secara langsung atau Opsi 2 dimana HGB diberikan kepada PT BPI di atas Hak Penggunaan Lain (HPL) yang diprioritaskan pemberiannya kepada BUMN dari Pemerintah, dalam hal ini kepada PT PLN.

69Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

PETA SISA LAHAN POWER BLOCK

LAUT JAWA

LAUT JAWA

500m

Akan diperoleh menggunakan UU 2/2012:

Tanah Bengkok dan Wakaf (ditangani BPI): 3.88 Ha

Irigasi/Sungai (ditangani BPI):

Jalan/jalur kecil (ditangani BPI):

18.87 Ha

2.48 Ha

12.51 Ha

Page 76: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

WATER TO ENERGY (PEMBANGUNAN 4 PLTA BARU KARANGKATES IV & V, KESAMBEN, DAN PLTM LODOYO)

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

BELUM DITENTUKAN

LOKASI: SELURUH

INDONESIA

PENANGGUNG JAWAB

PROYEK: PT PLN

SKEMA PENDANAAN: PENUNJUKAN BUMN UNTUK

PEMBANGUAN PLTA KARANGKATES IV & V, KESAMBEN DAN PLTM

LODOYO, DAN POTENSI KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN

USAHA UNTUK PROYEK LAINNYA, TERMASUK PENGEMBANGAN

KAPASITAS BENDUNGAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK.

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2016

RENCANA MULAI OPERASI:

BELUM DITENTUKAN

PLTA Karangkates IV & V memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 100 MW. PLTA Kesamben memiliki kapasitas tenaga 37 MW dan PLTA Lodoyo dapat meng-hasilkan 10 MW. Dengan total 147 MW, keempat pembangkit listrik ini dipilih karena memiliki potensi dimulainya konstruksi paling cepat.

Program Water to Energy dibagi menjadi 4 program percepatan, dimana salah satunya adalah terobosan percepatan pembangunan PLTA Karangkates IV & V, Kesamben, dan Lodoyo dengan total kapasitas 147 MW. Lokasi PLTA Karangkates IV & V dan Kesamben berada di wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur sementara PLTM Lodoyo akan memanfaatkan Bendung Gerak. Total kapasitas pembangkit listrik ke-3 PLTA dan 1 PLTM ini mencapai 147 MW.

Salah satu pembangunan bendungan yang menjadi perhatian KPPIP adalah Bendungan Matenggeng yang memiliki potensi menghasilkan listrik sebesar 900 MW. Proyek masih dalam tahap kajian dan skema pendanaan belum ditetapkan.

70 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

12

Page 77: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

FINALISASI PPA (SEPT 2015)

GROUNDBREAKING CEREMONY (NOV 2015)

COD(APRIL 2015)

AMDAL(AGUSTUS - OKT 2015)

PELAKSANAAN KONSTRUKSI(DES 2015)

PENYUSUNAN Commercial Operation Date (COD)(SEPT 2015)

PENANDATANGANAN PJBL (DES 2015)

COD(DES 2017)

GROUNDBREAKING CEREMONY (OKT 2015)

PELAKSANAAN KONSTRUKSI(DES 2015)

TIMELINE UNTUK PLTA KARANGKATES IV & V DAN PLTA KESAMBEN

TIMELINE PLTM LODOYO

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

PLTA Karangates IV & V dan PLTA Kesamben menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I.

PLTM Lodoyo menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), Perum Jasa Tirta I, dan PT Brantas Energi.

STATUS TERAKHIR

PENGADAAN TANAH

Studi kelayakan untuk pembangunan PLTA Karangkates IV & V, PLTA Kesamben dan PLTA Lodoyo sudah diselesaikan oleh konsultan dan sedang dalam proses perizinan dan penyusunan basic design.

PLTA Karangkates IV & V akan menggunakan lahan milik Perum Jasa Tirta I.

PLTA Lodoyo tidak membutuhkan pengadaan lahan.

Pengadaan tanah PLTA Kesamben masih menunggu proses penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA).

71Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 78: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

JALAN TOL SER ANIMBANG

DESKRIPSI PRO

SIGNIFIKANSI PROYEK

YEK

NILAI INVESTASI:

RP 12 TRILIUN

LOKASI: BANTEN, JAWA

BARAT

PENANGGUNG JAWAB PROYEK:

BADAN PENGATUR JALAN T PJT

SKEMA PENDANAAN: POTENSI KERJASAMA

PEMERINTAH DAN BADAN U KPBU

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI: 2018

Jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi biaya logistik pengiriman barang dari kawasan industri di Pandeglang ke pelabuhan di Jakarta dan sebaliknya.

Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km untuk menyediakan akses ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon.

72 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

13

Page 79: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIR

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

April – Desember 2015 Ditargetkan selesaipada Desember 2015

Ditargetkan padatahun 2016

September –Desember 2015

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Ditetapkan setelahkajian VfM selesai

Menunggu hasilkajian VfM

Menunggu hasilkajian VfM

Menunggu hasilkajian VfM

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Sudah terdaftar Belum diterbitkan Tidak diperlukan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Belum dimulai Ditargetkan padaJuli 2017

Target konstruksi dimulai Juli 2017

Target Operasi

2018

KPPIP telah berkoordinasi dengan BPJT dan Bina Marga untuk mengadakan konsultan untuk penyusunan kajian AMDAL dan kajian VfM agar sesuai dengan standar dokumen studi kelayakan KPPIP. Selanjutnya kajian VfM akan diintegrasikan dengan studi kelayakan yang akan diajukan oleh Pemerintah Provinsi Banten kepada Kementerian PUPERA. Studi kelayakan tersebut akan menjadi basis penetapan trase dengan Peraturan Kementerian PUPERA. Saat ini KPPIP sedang melakukan proses lelang Jasa Konsultasi untuk penyusunan kajian AMDAL dan kajian VfM.

Izin Penetapan Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan terbit 1-2 bulan setelah penyampaian kedua dokumen tersebut.

73Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 80: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Pengalokasian anggaran tahun 2016 untuk biaya pengadaan tanah oleh Bina Marga, Kementerian PUPERA.

Penerbitan Penetapan Lokasi untuk pelaksanaan proses pengadaan tanah oleh Gubernur Banten

setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah dan kajian lingkungan disampaikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat.

Penyusunan kajian VfM oleh KPPIP dan penyusunan kajian AMDAL oleh Pemerintah Provinsi Banten ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015. KPPIP sedang melakukan lelang untuk konsultan penyusun VfM dan kajian AMDAL.

Telah disepakati pada Rapat Koordinasi Jalan Tol Serang – Panimbang pada tanggal 14 Juli 2015 bahwa proses pengadaan lahan akan menggunakan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Estimasi kebutuhan lahan Jalan Tol Serang – Panimbang adalah seluas 700 ha - 800 ha. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat belum menetapkan besaran anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah. Penetapan Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan selesai pada awal tahun 2016.

Berdasarkan hasil kajian sementara, sebagian besar rute berada di kawasan perkebunan dan sawah milik negara yang tidak diduduki oleh masyarakat. Permukiman warga yang memiliki kemungkinan terkena rencana jalan tol diperhitungkan kurang dari 10% dari total lahan yang dibutuhkan.

PT Banten West Java (selaku pengembang KEK Tanjung Lesung) telah menyatakan kesediaanya untuk melakukan pengadaan tanah sepanjang 25 km awal setelah Penetapan Lokasi diterbitkan dan ditandatanganinya perjanjian kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan PT Banten West Java untuk penjaminan bahwa uang pengadaan tanah untuk 25 km awal dari PT Banten West Java akan digantikan oleh APBN.

Proyek ini memiliki potensi menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Keputusan penetapan skema pendanaan baru dapat ditetapkan setelah kajian Value for Money (VfM) selesai dilakukan. KPPIP saat ini sedang melakukan lelang konsultan independen untuk penyusunan kajian VfM dan kajian tersebut ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015. Kajian VfM ini akan menunjukkan skema pendanaan dengan total biaya dan risiko proyek terendah bagi Pemerintah Indonesia diantara pilihan menggunakan pendanaan dari APBN, Penugasan BUMN atau KPBU.

74 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Penyusunan dokumen perjanjian kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selaku instansi yang memerlukan lahan dan PT Banten West Java untuk proses pengadaan lahan oleh Badan Usaha.

Page 81: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

JALAN TO

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

3,9 TRILIUN

LOKASI: SULAWESI

UTARA

PENANGGUNG JAWAB PROYEK:

BADAN PENGATUR JALAN T BPJT

SKEMA PENDANAAN: KERJASAMA PEMERINTAH

DAN BADAN U KPBUDENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK KONSTRUKSI

SEBAGIAN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI: 2018

Jalan tol sepanjang 39 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Sulawesi Utara, yakni Manado dan Bitung. Proyek ini dibagi menjadi dua tahap yakni (1) Seksi 1: Manado – Airmadidi dan (2) Seksi 2: Airmadidi – Bitung.

Proyek ini diharapkan mendukung peningkatan lalu lintas pada rute Manado – Bitung sehingga dapat mendukung pertumbuhan sektor wisata serta pertumbuhan ekonomi di Manado, Minahasa Utara dan Bitung. Jalan tol ini juga akan menjadi jalan akses utama ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan Pelabuhan Hub Internasional Bitung yang akan dibangun.

75Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

14

Page 82: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Selesai pada2012

Selesai pada2012

Selesai padaDesember 2013

Selesai pada2013

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Sudah ditetapkan Pra-kualifikasi dilakukanpada Agustus 2015

Konstruksi sebagianoleh Pemerintah

Belum diproses

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan 2018

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Revisi Penetapan Lokasi telah diterbitkan pada

April 2015

Status pengadaan tanahper Juli 2015 telahmencapai 31,55%

Ditargetkan padaDesember 2016

Target konstruksi dimulai Februari 2017

STATUS TERAKHIRBPJT telah menghitung ulang kelayakan proyek dan telah diputuskan bahwa dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan dianggap sebagai sunk cost. Pelaksanaan lelang pengusahaan jalan tol (pra-kualifikasi) untuk seluruh seksi telah dilaksanakan pada 31 Juli 2015 dan berlangsung hingga 31 Agustus 2015.

76 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 83: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Memastikan terdapatnya anggaran tahun 2016 untuk dana pengadaan tanah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan melanjutkan pengadaan tanah untuk Seksi 2.

Pelaksanaan lelang investasi untuk seluruh seksi oleh BPJT dimulai pada 31 Juli – 31 Agustus 2015.

Proses pengadaan tanah untuk Jalan Tol Manado – Bitung telah berlangsung sejak bulan Juni 2015 dimana proses pengadaan tanah Seksi 1 (Manado – Airmadidi) sudah mencapai 90,16% dengan dana Rp 6,72 Milyar dari APBD Sulawesi Utara. Kebutuhan dana pengadaan tanah telah dianggarkan ke dalam APBD 2016. Selanjutnya sepan-jang bulan Agustus 2015 akan dilakukan musyawarah, verifikasi lahan dan proses pembayaran lahan. Dengan demikian diharapkan seluruh lahan Seksi 1 akan siap pada akhir bulan Agustus 2015.

Setelah Penetapan Lokasi diterbitkan oleh Gubernur Sulawesi Utara pada 22 Maret 2012 dan dilakukan perubahan pada tanggal 7 April 2015, pembebasan tanah Seksi 2 (Airmadidi – Bitung) ditargetkan untuk dimulai pada bulan Agustus tahun 2015.

Dengan dukungan koordinasi yang dilakukan oleh KPPIP, penyiapan proses pengadaan tanah yang sempat terhambat akibat tidak dimilikinya alat ukur GPS Geodetik saat ini telah terselesaikan dan pihak Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat terkait penye-diaan alat tersebut. Penyelesaian pengadaan tanah Seksi 2 ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015.

Skema pendanaan proyek ini adalah Supported Build Operate Transfer (SBOT). Pemerintah akan memberikan dukungan berupa konstruksi sebagian untuk seksi 1, yaitu rute Manado – Airmadidi sepanjang 14 km.

Dana yang digunakan untuk pembangunan konstruksi seksi 1 bersumber dari APBN melalui pinjaman Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pembangunan Seksi 2, yaitu rute Airmadidi – Bitung sepanjang 25 km yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta. Adapun estimasi investasi oleh pihak swasta sebesar Rp 3 Triliun. Pendanaan dari pihak swasta akan dialokasikan untuk pendanaan konstruksi, operasional dan pemeliharaan selama masa konsensi.

Pembiayaan pengadaan tanah untuk seksi 1 bersumber dari APBN 2015 sebesar Rp 19 Milyar dan sekitar Rp 440 Milyar untuk seksi 2. Terdapat pula dukungan pendanaan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui APBD Tahun 2016 sebesar Rp 6,72 Milyar untuk pengadaan lahan seksi 1 dan Rp 100 Milyar untuk seksi 2.

77Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Percepatan negosiasi antara Kementerian Keuangan dengan pihak Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (lender) terkait tambahan pinjaman senilai ~USD 600 juta untuk sebagian konstruksi ruas yang dibangun oleh Pemerintah.

Page 84: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

JALAN TOL BALIKPAPA

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP 11,4 TRILIUN

LOKASI: KALIMANTAN

TIMUR

PENANGGUNG JAWAB PROYEK:

BADAN PENGATUR JALAN T BPJT

SKEMA PENDANAAN: KERJASAMA PEMERINTAH

DAN BADAN U KPBUDENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM

BENTUK PARTIAL CONSTRUCTION

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2016

RENCANA MULAI OPERASI: 2018

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Jalan tol sepanjang 99 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Kalimantan Timur, yakni Balikapapan dan Samarinda. Proyek ini dibagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi 1 yang terdiri atas Paket 1 (25,07 km) dan Paket 5 (11,09 km) dan Seksi 2 yang terdiri atas Paket 2 (23,26 km), Paket 3 (21,9 km) dan Paket 4 (17,7 km).

Jalan tol akan mengembangkan kawasan-kawasan industri berbasis kelapa sawit, batubara, migas, dan pertanian di kedua kota dan di sepanjang jalan tol. Proyek jalan tol ini juga akan mendukung proyeksi pertambahan perpindahan penumpang dan barang serta mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh antara Kota Samarinda dan Kota Balikpapan.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

15

78

Page 85: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

STATUS TERAKHIR

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Sudah selesai Selesai pada 2014

Selesai pada2014

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Sudah ditetapkan Pra-kualifikasi dilakukanpada Agustus 2015

Konstruksi sebagianoleh Pemerintah

Belum diproses

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Penetapan Lokasi telah diterbitkan pada

2009

Status pengadaan tanahper Juli 2015 telah

mencapai 86%

Ditargetkan padaOktober 2016

Target konstruksi dimulai November 2016

Agustus 2018

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

BPJT sedang melaksanakan Pra-kualifikasi lelang KPBU sejak 31 Juli – 31 Agustus 2015.

Sudah selesai

79

Page 86: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Percepatan proses pengadaan untuk lahan yang tersisa hingga akhir tahun 2015.

Pelaksanaan lelang investasi sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh BPJT.

Dibutuhkan tambahan dokumen rincian penyerahan lahan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Bina Marga untuk disertakan dalam dokumen kelengkapan lelang.

PENGADAAN TANAH

80 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Skema pendanaan untuk proyek ini adalah Supported Build-Operate-Transfer (SBOT). Proyek ini akan menggunakan skema KPBU dengan dukungan konstruksi sebagian (partial construction) untuk Paket 1 dan 5 dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Kalimantan Timur. Pihak swasta akan berperan sebagai mitra pembangunan konstruksi untuk Paket 2-4 dan operasional jalan tol untuk seluruh paket.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengeluarkan dana Rp 1,2 Triliun yang akan dianggap sebagai sunk cost dan Rp 1,5 Triliun untuk konstruksi. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sudah menyatakan komitmennya untuk menambahkan dana dari APBD apabila dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengirimkan surat kepada BPJT menyatakan bahwa pengadaan tanah telah melebihi 75% sehingga BPJT dapat melakukan lelang. Status per Juli 2015 menunjukkan bahwa pengadaan tanah sudah mencapai 86%.

Page 87: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

EMPAT RUAS JALAN TOL TRANS SUMATERA

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

30 TRILIUN

LOKASI: SUMATERA

UTARA, RIAU, SUMATERA

SELATAN DAN LAMPUNG

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: PENUGASAN PT HUTAMA KARYA

SKEMA PENDANAAN: PENUGASAN PT HUTAMA

KARYA

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2015

NTUK SEBAGIAN

RENCANA MULAI OPERASI: 2016

RUAS MEDAN BINJ

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 81

Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 304 km akan menghubungkan Pulau Sumatera dari Aceh hingga Bakauheni. Tahap 1 terdiri atas 8 ruas, terbagi menjadi 4 ruas awal: (1) Medan - Binjai, (2) Palembang - Indralaya, (3) Pekanbaru - Dumai, (4) Bakauheni - Terbanggi Besar; dan empat ruas tambahan: (5) Terbanggi Besar - Pematang Panggang, (6) Pematang Panggang - Kayu Agung, (7) Palembang – Tanjung Api - Api dan (8) Kisaran – Tebing Tinggi.

Diharapkan proyek jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, mengurangi biaya logistik dan mendorong pertumbuhan industri di Pulau Sumatera.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

16

Page 88: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

RENCANA PELAKSANAAN PROYEK

Ruas Medan – Binjai

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Sudah selesai Sudah selesai Ditargetkan selesaipada Agustus 2015

Selesai padaDesember 2013

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Target Operasi

Penetapan Lokasi telah diterbitkan

Status pengadaan tanahtelah mencapai 70%

untuk Seksi 1

Skema pendanaanditetapkan padaDesember 2014

(70% PMN, 30% pinjaman)

Ditargetkan padaAgustus 2015

(pinjaman dari PT SMI)

Belum dimulai

Agustus 2018

82 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 89: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Ruas Palembang - Indralaya

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Sudah selesai Sudah selesai Sudah tersediadan finalisasi menunggu

selesainya pengadaantanah

Sudah selesai

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Target Operasi

Penetapan Lokasi telah diterbitkan

Pengadaan tanahditargetkan selesai

pada Desember 2015

Skema pendanaanditetapkan padaDesember 2014

(70% PMN, 30% pinjaman)

Ditargetkan padaAgustus 2015

(pinjaman dari PT SMI)

Belum dimulai

Agustus 2018

83Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 90: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

84 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Ruas Bakauheni – Terbanggi Besar

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Sudah selesai Sudah selesai Sudah selesaiSudah tersedia danfinalisasi menunggu

selesainya pengadaan tanah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Penetapan lokasibaru diterbitkan 80 kmkarena terdapat usulan

pelebaran trasedari 80 km

menjadi 120 km

Skema pendanaanditetapkan pada

Juni 2015(45% PMN,

55% pinjaman)

Belum dimulai

Target Operasi

Agustus 2018

Page 91: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

85Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Ruas Pekanbaru – Dumai

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

Sudah selesai Sudah selesai Sudah tersediadan finalisasi menunggu

selesainya pengadaantanah

Sudah selesai

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Sudah diterbitkan Diperlukan koordinasi dengan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk

penetapan status kawasanhutan menjadi APL

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Target Operasi

Masih dalam tahap finalisasi trase

untuk seluruh seksi

Skema pendanaan ditetapkan

pada Juni 2015 (45% PMN,

55% pinjaman)

Belum dimulai

Juli 2019Sudah terdaftar,kecuali untuk RTRW

Kabupaten masih menunggupenetapan kawasan hutan menjadi APL

STATUS TERAKHIRSaat ini tengah dilakukan harmonisasi terkait perubahan Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera untuk mengakomodir empat ruas tambahan yaitu ruas Pematang Panggang – Terbanggi Besar, Kayuagung – Pematang Panggang, Palembang – Tanjung Api-Api, dan Tebing Tinggi – Kisaran yang ditugaskan kepada PT Hutama Karya. Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 baru mengatur empat ruas awal.

Page 92: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

86 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

PENGADAAN TANAH

RUA

Penetapan Lokasi tanah milik masyarakat telah ditandatangani oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 12 Juni 2015. Saat ini rekening pembayaran ganti rugi lahan belum aktif di PPK Bina Marga sehingga penyelesaian pembayaran ganti rugi berpotensi tertunda.

Pembentukan Tim Pelaksana Pengadaan Tanah diharapkan akan selesai pada awal bulan Agustus 2015 agar pengadaan tanah dapat segera dimulai. Penetapan Lokasi untuk tanah milik masyarakat saat ini teleh memperoleh paraf Sekretaris Daerah Sumatera Utara dan diproses di Biro Hukum Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk tanah PT Perkebunan Nusantara II telah dibebaskan melalui Surat Pernyataan Pelepasan Hak dengan Menerima Ganti Rugi.

Total kebutuhan dana untuk pengadaan lahan yang dibutuhkan untuk empat ruas pertama sepanjang 304 km adalah sebesar Rp 3,178 Triliun. Saat ini proses pengadaan tanah sedang berjalan dan terdapat beberapa hambatan terkait proses pelepasan hak tanah milik masyarakat untuk ruas Medan-Binjai dan ruas Palembang - Indralaya serta Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) ruas Bakauheni - Terbanggi Besar yang baru terbit sebagian. Hambatan dalam pengadaan tanah ini telah dikoordinasikan dengan baik di tingkat daerah.

SKEMA PENDANAANProyek ini menggunakan skema pendanaan melalui penugasan BUMN kepada PT Hutama Karya dimana Pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk porsi ekuitas dan porsi pinjaman akan bersumber dari pendanaan dalam negeri maupun skema direct lending. Untuk dana pengadaan tanah sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sirkulasi penandatangan Service Level Agreement (SLA) tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera di tingkat Menteri dan Gubernur sedang berlangsung. SLA ini bermaksud untuk memperoleh kesepakatan dan komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan jalan tol di Sumatera melalui percepatan proses perizinan, sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan serta tindakan terpadu dari para pemangku kepentingan meliputi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agraria dan Tata Ruang, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gubernur Provinsi Riau, Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Gubernur Provinsi Lampung dan Direktur Utama PT Hutama Karya.

Page 93: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

87Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Revisi Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagai landasan hukum Penunjukan Langsung kepada BUMN/anak

perusahaan BUMN dalam rangka penugasan.

Penerbitan PPJT ruas Palembang – Indralaya, ruas Bakauheni – Terbanggi Besar dan ruas Pekanbaru-Dumai.

Penetapan Lokasi untuk sisa ruas Bakauheni – Terbanggi Besar.

RUAS P AYA

Saat ini lahan bebas dan sudah dibayarkan sebanyak 202 bidang dari total 210 bidang untuk Seksi 1. Terkait lahan untuk Seksi 2 dan Seksi 3, saat ini masih dalam proses persidangan atas gugatan pemilikan tanah bermasalah sebanyak 277 bidang dari total 564 bidang. Untuk lahan tidak bermasalah yakni sebanyak 287 bidang, proses pembebasan lahan sedang berjalan.

Pada April 2015 telah dikeluarkan Berita Acara kesepakatan/musyawarah antara pemilik tanah dengan panitia pembebasan lahan namun belum diterbitkan surat validasi oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang sebagai tindak lanjut kesepakatan dalam musyawarah mengingat masih terdapat kemungkinan pendekatan atas tanah bermasalah.

RUAS BAKAUHENI – TERBANGGI BESAR

RUAS PEKANBARU – DUMAI

Saat ini Penetapan Lokasi sepanjang 79,6 km oleh Gubernur Lampung telah diterbitkan sehingga dibutuhkan Penetapan Lokasi untuk sisa seksi jalan tol agar pengadaan tanah dapat dilaksanakan. Penetapan SP2LP telah dilakukan untuk Penetapan Lokasi Pelabuhan – Bakauheni, Lematang – Kota Baru, dan Tegineneng.

Status pengadaan tanah saat ini telah mencapai 7,7 km untuk seksi Minas – Petapahan dari total 126 km dan sedang dilakukan kajian tata ruang daerah untuk sisa tanah yang belum bebas.

Pengumpulan tanda tangan SLA oleh Menteri dan Gubernur terkait.

Finalisasi dan penerbitan revisi Peraturan Presiden No. 100/2014 terkait empat ruas tambahan yang ditugaskan kepada PT Hutama Karya.

Page 94: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

MRT JAKARTA NORTH-SOUTH

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

25 TRILIUN

LOKASI: DKI JAKARTA

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: PT MASS RAPID

TRANSIT JAKARTA

SKEMA PENDANAAN: APBN DAN APBD PROVINSI

DKI JAKARTA DENGANPINJAMAN LUAR

NEGERI

MULAI KONSTRUKSI: 2013

RENCANA MULAI OPERASI: 2018

88 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di ibukota ditujukan untuk meningkatkan fasilitas transportasi umum dan mengurangi kemacetan di Jakarta. Tahap pertama dari proyek ini terdiri dari 2 fase: (1) Lebak Bulus - Bundaran HI dan (2) Bundaran HI - Kampung Bandan.

MRT Jakarta adalah transportasi umum yang akan membantu menyelesaikan masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

15

Page 95: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

89Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

RENCANA PELAKSANAAN PROYEK

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

April – Desember 2015 April – Desember 2015 Juli 2016 – Juni 2017 Sudah selesai

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Izin Lainnya

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Rekomendasi Menteri Pemuda dan Olah Raga untuk Relokasi Stadion Lebak Bulus (Desember

2014), Persetujuan Menteri Keuangan untuk hibah lahan POLRI (Maret 2015)

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi Target Operasi

Penetapan Lokasi telah diterbitkan

Skema pendanaanditetapkan padaDesember 2015

Juli 2017 – Juli 2019 Agustus 2018

Page 96: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

STATUS TERAKHIR

90 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Proyek MRT Jakarta menggunakan pendanaan APBN dengan pinjaman luar negeri yang bersumber dari Official Development Assistance (ODA) Pemerintah Jepang sebesar Rp 14,3 Milyar. Pinjaman asing ini dibagi ke dalam tiga paket pinjaman, yaitu Paket 536 sebesar JPY 1,869 Milyar, Paket 554 sebesar JPY 48,15 Milyar dan Paket 571 sebesar JPY 75,218 Milyar.

Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta, total kebutuhan dana pengadaan tanah proyek MRT Jakarta sebesar Rp 2,148 Triliun. Target kontruksi untuk mencapai rencana operasi awal tahun 2018 Fase 1 hingga saat ini belum tercapai karena terkendala proses pengadaan tanah. Konstruksi baru mencapai 17% dari target sebesar 31% per Maret 2015 dan terdapat sejumlah isu pengadaan tanah dengan rincian sebagai berikut:

DEPO

Telah diterbitkannya Permenko No. 3 Tahun 2015 tentang Komposisi Pembebanan Pinjaman Pembangunan MRT di Provinsi DKI Jakara Jalur Utara – Selatan pada tanggal 18 Maret 2015 yang merupakan perubahan atas Permenko No. 5 Tahun 2015 dengan memperhatikan keputusan Rapat Koordinasi KPPIP pada tanggal 4 Maret 2015. Perubahan yang dimaksud adalah terkait pengaturan pembagian pembebanan pinjaman antara Pemerintah Pusat sebesar JPY 61,4 Milyar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar JPY 63,9 Milyar dan melalui anggaran Kementerian Perhubungan dan penerusan hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Teridentifikasi adanya potensi cost overrun yang saat ini belum disepakati dan akan dibebankan kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Saat ini sedang dilakukan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi DKI Jakarta. Setelah audit selesai dilakukan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan meminta masukan finansial dari BPKP Provinsi DKI Jakarta.

Sedang dilakukan proses lelang untuk pembongkaran stadion Lebak Bulus, pembongkaran pengerjaan relokasi pipa PDAM, dan pengerjaan kolom MRT yang masih menunggu pembongkaran perumahan POLRI.

Page 97: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

91Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Mempercepat pelaksanaan audit oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari biaya investasi yang telah dikeluarkan dan menentukan besaran kebutuhan nilai investasi tambahan. Mempercepat pelaksanaan

pengadaan tanah sehingga target operasi awal dapat tercapai pada tahun 2018.

Keputusan top-down terkait pihak yang lebih tepat menanggung biaya investasi tambahan tersebut.

KORIDOR

STASIUN

Pembebasan lahan di area Jembatan Khusus di atas JORR telah mencapai 823 m2 dari total 2.350 m2. Sebagian besar lahan yang mencakup tanah negara (tanah milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Keuangan) dan swasta belum dibebaskan di wilayah pembebasan lahan untuk pelebaran Jl. TB Simatupang.

Saat ini tengah dilakukan musyawarah dan negosiasi dengan warga menggunakan harga appraisal untuk pembebasan lahan Stasiun Cipete Raya dan Stasiun Haji Nawi. Apabila belum mencapai kesepakatan, maka akan dikonsultasikan dengan Gubernur DKI Jakarta untuk arahan selanjutnya. Keterlambatan pembebasan lahan di kedua stasiun ini berpotensi menunda operasi pada saat pengoperasian koridor Selatan-Utara di tahun 2018. Pembebasan lahan Stasiun Blok A saat ini mencapai 900 m2 dari total 2.500 m2 lahan yang dibutuhkan. Diperlukan pula lahan dengan total 411 m2 untuk pembangunan Stasiun Sisingamangaraja.

Page 98: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

KERETA EKSPRES BANDARA SOEK TTA

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

24 TRILIUN

LOKASI: DKI JAKARTA DAN

BANTEN

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN

SKEMA PENDANAAN: POTENSI KERJASAMA

PEMERINTAH DAN BADAN U KPBU

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2018

RENCANA MULAI OPERASI: 2022

92 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Proyek Kereta Ekspres Bandara adalah transportasi alternatif menuju Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) dengan perkiraan waktu dari pusat kota ke bandara adalah maksimal 30 menit. Kereta Ekspres SHIA sepanjang 37 km dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma akan menyediakan stasiun-stasiun di dalam kota yang akan mudah diakses melalui jalan dan moda transportasi lainnya serta berlokasi dekat dengan pusat-pusat kegiatan komersial dan wilayah-wilayah permukiman padat yang terhubung dengan sistem transportasi MRT Jakarta dan jalur kereta lainnya.

Lokasi stasiun di Bandara diharapkan akan berlokasi dekat dengan terminal-terminal penumpang dimana lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun kereta ke terminal keberangkatan atau dari tempat pengambilan bagasi dan terminal kedatangan.

Kereta Ekspres SHIA akan mengutamakan kenyamanan dengan kapasitas untuk menyimpan bagasi penumpang, mempersingkat waktu tempuh, dan dapat diandalkan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Tarif akan bersaing dengan moda transportasi lainnya dan kereta akan memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan dengan Kereta Jalur Komuter dan dengan pemberhentian yang lebih sedikit.

Proyek ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akses dari dan ke Bandara SHIA mengingat pengembangan kapasitas dan lalu lintas Bandara SHIA. Keuntungan ekonomi dari proyek ini diantaranya adalah mendorong peningkatan aktivitas komersial dan industrial di jalur tersebut serta peningkatan lapangan kerja bagi penduduk lokal.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

18

Page 99: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

93Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

STATUS TERAKHIR

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci(DED) Dokumen AMDAL

September 2015 – Januari 2016

April – Desember 2015 Juli 2016 – Juni 2017 Juli – Oktober 2015

Penetapan SkemaPendanaan

PelelanganInvestasi

DukunganKelayakan/ VGF Penjaminan

Belum ditetapkansecara resmi

Belum ditentukan In principle diprosespada Januari –Februari 2016

Belum diproses

RTRW Izin Lingkungan IPPKH

Belum diterbitkan Tidak diperlukan

Pengadaan Tanah PencapaianPembiayaan Konstruksi

Target Operasi

Belum diterbitkanPenetapan Lokasi

Ditargetkan padaApril 2018

Target konstruksi dimulai Mei 2018

Maret 2022

Dalam rangka mempercepat persiapan proyek maka terdapat arahan dalam rapat koordinasi dengan Kantor Staf Presiden pada tanggal 24 Juni 2015 untuk mempercepat penerbitan izin lingkungan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Saat ini sedang dilakukan kajian lanjutan oleh PT SMI dikarenakan adanya perubahan spesifikasi teknis, rute dan potensi skema pendanaan KPBU (dengan potensi keterlibatan BUMN eksisting untuk mendukung pembangunan dan operasional proyek).

Perda DKI Jakarta No. 1Tahun 2014 (koridor Halim -

Palmerah-SHIA);Perda DKI Jakarta No. 1Tahun 2012 (rute SHIA-

Manggarai)

Page 100: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

94 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

PENGADAAN TANAH

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Diperlukan persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk percepatan penerbitan izin lingkungan.

Belum ditetapkan, menunggu kajian lebih lanjut oleh PT SMI dikarenakan adanya perubahan penggunaan gauge dari standard ke narrow serta adanya perubahan rute. Ditargetkan kajian akan diselesaikan di kuartal I 2016.

Kereta Ekspres SHIA akan membutuhkan lahan seluas 84,68 ha, dimana sebagian besar lahan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Lahan pihak swasta yang terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang diestimasi sepanjang 5,2 km atau seluas 13,09 ha.

Kebutuhan lahan stasiun Dukuh Atas dan Manggarai tidak akan memerlukan lahan swasta. Sedangkan kebutuhan lahan untuk tiga stasiun (Pluit, Tanah Abang dan Halim) diperkirakan seluas 16,86 ha. Perlu diperhatikan bahwa terdapat lahan permukiman untuk pembangunan Stasiun Halim seluas 7,2 ha dan untuk Stasiun Tanah Abang seluas 0,3 ha yang tidak terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kebutuhan lahan tidak terdaftar ini belum dimasukan dalam perhitungan total kebutuhan lahan. Total estimasi kebutuhan lahan non-pemerintah dan lahan dan permukiman swasta adalah sebesar ~Rp 2,3 Triliun. Proses pengadaan tanah dan permukiman kembali akan mengacu pada UU No. 2 Tahun 2012 dan Perpres No. 71 Tahun 2012.

Diperlukan penetapan secara tertulis bahwa proyek ini akan menggunakan trase dengan melalui rute Stasiun Gambir.

Diperlukan kesepakatan kelanjutan fasilitas PT SMI dan perubahan Keputusan Menteri Keuangan terkait penugasan PT SMI selaku penyedia fasilitasi penyiapan dan transaksi Proyek KPBU KA. Perjanjian Fasilitasi PT SMI telah berakhir pada tanggal 2 Desember 2014. Atas perubahan timeline dan struktur Proyek, maka diperlukan kesepakatan kelanjutan fasilitasi PT SMI dan perubahan Keputusan Menteri Keuangan terkait penugasan PT SMI.

Diperlukan penetapan oleh Menteri Perhubungan terkait penggunaan narrow

gauge untuk pemilihan rel.

Page 101: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

KERETA API MAK AREPARE

DESKRIPSI PROYEKProyek Kereta Api Makassar – Parepare sepanjang 144 km merupakan bagian dari jaringan kereta api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh Pulau Sulawesi.

SIGNIFIK

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

ANSI PROYEKMerupakan sarana perkerataapian Sulawesi Selatan bagian barat dimana dapat berperan sebagai sarana transportasi yang mampu mendukung permintaan angkutan penumpang dan perpindahan barang. Jalur kereta api akan menghubungkan pelabuhan di Parepare dan di Makassar.

SKEMA PENDANAAN:

APBN

LOKASI: MAKASSAR

DAN PAREPARE, SULAWESI SELATAN

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN

NILAI INVESTASI: RP 6,4 TRILIUN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI : 2018

95Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

4

KEGIATAN JUL-15 AUG-15 2016 2017 2018NO

1

2

3

5

KEMENTERIANPERHUBUNGAN

PENGUMUMAN PEMENANGKEMENTERIANPERHUBUNGAN

PENGADAAN TANAHKEMENTERIANAGRARIA

KONSTRUKSIPEMENANGLELANG

OPERASIPEMENANGLELANG

PRA- KUALIFIKASI

4

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

19

Page 102: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

Proyek ini akan menggunakan dana yang telah dialokasikan dalam APBN melalui Kementerian Perhubungan.

STATUS TERAKHIR

Saat ini sedang dilakukan proses lelang untuk konstruksi pengerukan tanah jalur rel untuk pembangunan 30 km pertama dan proses pengadaan tanah. Pengumuman lelang akan dilakukan pada awal bulan Agustus 2015 dan penandatanganan kontrak ditargetkan pada pertengah bulan Agustus 2015.

PENGADAAN TANAHTelah dialokasikan dana sebesar Rp 350 milyar oleh pemerintah pusat untuk pembayaran dana pengadaan tanah sepanjang 70 km.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Pengumuman lelang konstruksi pada awal bulan Agustus 2015.

Penandatanganan dokumen kontrak antara Kementerian Perhubungan dan pemenang lelang berdasarkan hasil pengumuman lelang konstruksi pada pertengahan bulan Agustus 2015.

96 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 103: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PELABUHAN HUB INTERNASIONAL KUALA TANJUNG

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

30 TRILIUN

LOKASI: KUALA

TANJUNG, SUMATERA

UTARA

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN

SKEMA PENDANAAN: BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI: 2019

97Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Pembangunan hub internasional Kuala Tanjung bertujuan untuk menjadi pintu masuk lalu lintas logistik internasional ke wilayah barat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2015, pembangunan pelabuhan ini akan meningkatkan volume arus peti kemas hingga 12,4 juta TEUs pada tahun 2039.

Peningkatan volume arus peti kemas ini berasal dari permintaan yang berasal dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei hingga Provinsi Jambi dan diasumsikan bahwa pelabuhan akan memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan kompetitor yaitu Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan Penang.

Dengan hub internasional diharapkan Indonesia dapat menikmati demand pelabuhan yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia. Berdasarkan dari Rencana Pelabuhan Kuala Tanjung Tahun 2012, pembangunan Pelabuhan ini akan mengakomodir kargo untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Belawan.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

20

Page 104: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

98 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

PENGADAAN TANAHSaat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi selesai.

STATUS TERAKHIRKementerian Perhubungan telah melakukan kajian dengan hasil berupa studi kelayakan untuk pembangunan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dengan skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Akan tetapi masih diperlukan penyempurnaan studi kelayakan tersebut terutama terkait skema pendanaan yang lebih baik dan cepat. Opsi pendanaan adalah dengan APBN, Penugasan BUMN (PT Pelindo I) atau KPBU. KPPIP akan mengalokasikan anggaran untuk penyempurnaan studi kelayakan tersebut.

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan

Desember 2013 2016

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penyempurnaan kebijakan di sektor kepelabuhanan terkait sinkronisasi Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Sauh (Batam) serta efektifi tas pelaksanaan sistem cabotage.

Mendorong Kementrian Perhubungan untuk mempercepat penyiapan proyek Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung melalui koordinasi dengan KPPIP.

SKEMA PENDANAANSkema pendanaan belum ditentukan. Proyek ini berpotensi menggunakan skema KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai.

Page 105: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

PELABUHAN HUB INTERNASIONAL BITUNG

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI: RP

34 TRILIUN

LOKASI: BITUNG, SULAWESI

UTARA

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN

SKEMA PENDANAAN: BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI: 2017

RENCANA MULAI OPERASI: 2019

99Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Pelabuhan ini dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Kawasan Timur Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pelabuhan ini akan mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang dinyatakan sebagai salah satu prioritas pemerintah. Di samping itu, keberadaan Pelabuhan Hub Internasional Bitung juga akan mendukung kegiatan industri di kawasan timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis).

Pertumbuhan di Wilayah Timur Indonesia memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan dengan Wilayah Barat Indonesia;

Dinamika logistik di Wilayah Timur Indonesia diharapkan bertumbuh secara eksponensial.

1

2

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

21

Page 106: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

STATUS TERAKHIR

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

100 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan

Desember 2013 2016

Proyek ini memiliki potensi untuk dikembangkan melalui skema KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai.

Lokasi pelabuhan sudah ditetapkan di lokasi pelabuhan eksisting. Apabila dibutuhkan pengembangan kapasitas, maka dapat diperluas ke lokasi KEK Bitung.

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tertarik untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung dan kawasan KEK di sekitarnya. Di sisi lain, Pemerintah Korea Selatan juga melakukan studi terkait pengembangan KEK Bitung.

Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi selesai.

Setelah dilakukannya studi oleh Pemerintah RRT dan Korea Selatan, perlu diberikan instruksi top down terkait skema pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung dan KEK Bitung ke depannya sehingga terdapat kejelasan tenggat waktu pelaksanaan proyek Hub Internasional Bitung.

Page 107: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

REVITALISASI 10 BANDARA

DESKRIPSI PROYEK

SIGNIFIKANSI PROYEK

NILAI INVESTASI:

BELUM DITENTUKAN

L SENTANI,

TARAKANSOEKARNO, BENS. BABULLAH, TERN

RADEN INTEN II, LAMPUNTJILIK RIWUT, PALANGKARAYA;

MUTIARA, P HAS HANANDJOEDIN, TANJUNG

PANDAN MATAHORA, WAKATOBI; DAN LABUAN

BAJO, KOMODO

PENANGGUNG JAWAB PROYEK: KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN

SKEMA PENDANAAN: BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI KONSTRUKSI:

BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI OPERASI: BELUM

DITENTUKAN

101Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Revitalisasi 10 bandara skala kecil-menengah di seluruh Indonesia bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia dan menopang pertumbuhan ekonomi.

Proyek ini diharapkan dapat menggunakan skema KPBU. Selain terkendala pendanaan, motivasi dalam mengundang Badan Usaha ialah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan efisiensi, penilaian manajemen berbasis standar kinerja, terciptanya sharing risiko dan sumber daya. Harapannya dengan skema KPBU, pemeliharaan dan operasional bandara ke depannya dapat lebih efisien dan berkualitas tinggi.

Revitalisasi 10 bandara kecil-menengah di seluruh Indonesia yang akan meningkatkan standar operasional bandara-bandara tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata dan perekonomian wilayah serta menyediakan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat.

C. PROFIL22 PROYEKPRIORITAS

22

Page 108: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

102 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

STATUS TERAKHIR

Proyek ini awalnya dicanangkan untuk digabungkan (bundle) menjadi satu proyek dan menggunakan skema KPBU untuk brownfield project.

Pada 4 Desember 2013 telah dilakukan market consultation yang dihadiri oleh 38 institusi dimana 25 institusi merupakan calon investor/operator.

International Finance Corporation (IFC) dan Indonesia Infrastructure Finance (IIF) telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan terkait dukungan yang dapat mereka berikan untuk menyiapkan prastudi kelayakan dan dukungan transaction advisory untuk skema KPBU. Penandatanganan MoU antara IIF dan Kementerian Perhubungan tertunda karena terdapat usulan dari Menteri Perhubungan untuk menjadikan proyek ini sebagai Badan Layanan Umum (BLU).

Dalam hal Kementerian Perhubungan tidak mengubah posisinya terkait rencana mengundang partisipasi Badan Usaha, maka opsi yang dapat segera dilaksanakan adalah mengembangkan tiga bandara KPBU, yaitu Bandara Raden Inten II, Lampung; Bandara Mutiara, Palung; dan Bandara Labuan Bajo, Komodo.

Opsi ini sejalan pula dengan arahan dari Wakil Presiden agar beberapa bandara menggunakan KPBU sehingga diharapkan tiga bandara yang telah diseleksi dapat dijadikan sebagai proyek percontohan (model project) KPBU. Saat ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional telah melakukan lelang konsultan untuk melakukan review studi salah satu bandara, yaitu Bandara Raden Inten II di Lampung.

SKEMA PENDANAAN

PENGADAAN TANAH

Saat ini PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) tengah melakukan kajian untuk mengidentifikasi bandara yang paling siap untuk dikerjasamakan melalui skema KPBU.

Saat ini proses pengadaan tanah belum berjalan mengingat masih dibutuhkannya kepastian kebijakan untuk pelaksanaan proyek ini.

Page 109: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

Belum ditentukan.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Diharapkan proyek ini dapat menjadi pilot project KPBU brownfi eld yang dapat menarik investor swasta untuk mengelola bandara secara profesional.

Mendorong Menteri Perhubungan untuk mengambil keputusan terkait kepastian kebijakan untuk proyek revitalisasi 10 bandara sehingga dapat diperoleh kejelasan terkait tindak lanjut yang dibutuhkan.

103Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 110: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 111: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SINKRONISASI REGULASI TERKAIT INFRASTRUKTUR

105Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 112: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 113: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Peraturan Presiden No. 75 Pasal 10 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas mengatur bahwa KPPIP mempunyai tugas:

Berdasarkan tugas yang diberikan, KPPIP dapat mendampingi, memfasilitasi, mengkoordinasikan, memberikan rekomendasi perubahan dan/atau penerbitan baru peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk percepatan penyediaan infrastruktur, termasuk menyelesaikan hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam rangka

sinkronisasi regulasi terkait infrastruktur, berikut ini merupakan hal-hal yang telah dilakukan oleh KPPIP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku guna mempercepat penyediaan infrastruktur.

2. Memantau dan mengendalikan pelaksanaan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan

infrastruktur prioritas

3. Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan

kelembagaan terkait dengan penyediaan infrastruktur prioritas

4. Menetapkan standar kualitas pra-studi kelayakan dan tata cara

evaluasinya

5. Memfasilitasi penyiapan infrastruktur prioritas

6. Melakukan penyelesaian terhadap permasalahan yang

timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas

1. Menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan

infrastruktur prioritas

107Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 114: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

A. REGULASI YANG MENJADI FOKUS KPPIPSesuai dengan mandat yang diberikan, kegiatan KPPIP akan lebih mengutamakan perbaikan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan yang diperlukan oleh internal KPPIP dalam melaksanakan tugasnya, maupun peraturan atas setiap jenis infrastruktur (sektoral) dan peraturan lintas sektoral yang diperlukan untuk melakukan percepatan penyediaan infrastruktur.

Peraturan yang diperlukan oleh internal KPPIP meliputi peraturan yang mengatur pembentukan organisasi dibawahnya, tata cara penetapan dan penyediaan infrastruktur prioritas, serta pemantauan dan pengendalian-nya. Hal ini sesuai dengan mandat yang diberikan dalam Pasal 12, Pasal 15, dan Pasal 27 dalam Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014. Hingga tanggal diterbitkannya laporan ini, berikut ini merupakan peraturan yang telah diterbitkan:

Namun demikian, masih terdapat peraturan-peraturan yang masih berlangsung proses penyusunan dan/atau pendampingan-nya oleh KPPIP. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:

Lebih lanjut, peraturan yang diperlukan untuk melakukan percepatan penyediaan infrastruktur adalah peraturan perundang-undangan yang memerlukan perubahan karena adanya tumpang tindih antar peraturan, atau pencabutan dan penerbitan baru peraturan perundang-undangan terkait dikarenakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan penyediaan infrastruktur.

Sejak dibentuk pada tanggal 17 Juli 2014, KPPIP telah mendampingi, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan peraturan yang memiliki peran strategis dalam penyediaan infrastruktur. Hingga tanggal diterbitkannya laporan ini, peraturan-peraturan tersebut antara lain:

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 127 Tahun 2015 tentang Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomi-an Selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 129 Tahun 2015 tentang Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenaga-listrikan; dan

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomi-an Selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 159 Tahun 2015 tentang Tim Kerja Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Bontang.

Rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri;

Perubahan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

Perubahan Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera;

Peraturan tentang Tata Cara Pelaksanaan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

Peraturan tentang Daftar Infrastruktur Prioritas;

Peraturan tentang Tim Kerja Percepatan Pengadaaan Tanah Infrastruktur Prioritas;

Peraturan tentang Tim Pelaksana dan Tim Kerja Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

Peraturan tentang Sekretariat Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

Peraturan tentang Pelaksana Manajemen Proyek (Project Management Office); dan

Peraturan tentang Tim Teknis dari Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.

Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera;

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang dicabut dan diganti dengan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan

Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang diubah dengan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

a.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

a.

b.

c.

g.

h.

i.

j.

b.

c.

108 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 115: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

B. KENDALA TERKAIT REGULASI

KPPIP telah melakukan identifikasi awal terhadap beberapa peraturan yang menghambat dan/atau diperlukan guna mempercepat penyediaan infrastruktur. Berikut ini merupakan identifikasi awal atas peraturan yang dimaksud:

LINTAS SEKTORAL

Penerbitan Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Negara

Pemerintah melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan ("UU 3/2015") telah mengalokasikan penambahan penyertaan modal negara pada BUMN antara lain: PT SMI, PT PII, PT Angkasa Pura II, PT ASDP, PT Pelni, PT PLN, PT Pelindo IV, PT KAI, dan Perum Perumnas.

BUMN tersebut memiliki peran strategis dalam pengembangan infrastruktur di indonesia, baik dalam sisi pembiayaan, penjaminan, konstruksi, maupun pengelolaan infrastruktur.

Dalam rangka mempercepat pembangunan dan meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia, perlu segera menerbitkan peraturan pemerintah tentang penambahan penyertaan modal negara terhadap masing-masing BUMN tersebut.

Penerbitan Peraturan Presiden dalam rangka penugasan terhadap BUMN untuk penyediaan infrastruktur

Pemerintah akan melakukan beberapa penugasan pengembangan infrastruktur kepada BUMN, seperti LRT kepada PT Adhi Karya dan Kilang Minyak Bontang kepada PT Pertamina. Selain itu, diperlukan pula revisi terhadap peraturan presiden tentang penugasan kepada PT Hutama Karya untuk pembangunan jalan tol Trans Sumatera.

Peraturan presiden penugasan terdiri atas:1. Peraturan Presiden penugasan LRT – PT Adhi Karya;2. Peraturan Presiden penugasan refinery – PT Pertamina;3. Peraturan Presiden pedoman refinery – PT Pertamina; dan4. Revisi Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 – PT Hutama Karya.

Peraturan Presiden mengenai penugasan ini perlu segera diterbitkan, sehingga penyediaan infrastruktur dapat segera dilaksanakan oleh BUMN bersangkutan.

Perubahan terhadap Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PM-K.03/2010 j.o. Peraturan Menteri Keuangan No. 146/PMK.011/2013 terkait insentif pajak dalam rangka pena-naman modal

Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur bahwa penanaman modal dalam pembangunan infrastruktur bisa diberikan fasilitas perpajakan seperti pembebasan/keringanan bea masuk/PPh/PPN impor barang modal.

Salah satu Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 j.o. Peraturan Menteri Keuangan No. 146/PMK.011/2013 hanya mengatur pengecualian PPh untuk kereta api dan suku cadang serta peralatan perbaikan atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang di impor dan digunakan oleh PT KAI.

Belum terdapat peraturan khusus yang mengatur insentif perpajakan untuk penanaman modal dalam bidang infrastruktur secara luas sehingga perlu ditetapkan suatu Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan insentif perpajakan tersebut.

Insentif perpajakan untuk penanaman modal di bidang infrastruktur diharapkan mampu meningkatkan minat investor untuk investasi pada bidang infrastruktur.

Penerbitan Peraturan Presiden tentang Penjaminan Pemerintah untuk proyek penugasan BUMN

Belum terdapat pengaturan secara tegas mengenai penjaminan pemerintah terhadap penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui penugasan BUMN.

Dengan adanya penjaminan pemerintah terhadap BUMN dalam rangka pengembangan infrastruktur, diharapkan mampu memberikan kelayakan keuangan bagi BUMN yang menerima penugasan sehingga dapat memudahkan BUMN tersebut memperoleh pembiayaan.

109Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 116: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment)

Pasal 13 ayat (5) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur ("Perpres 38/2015") memberikan mandat bagi Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk menerbitkan peraturan menteri mengenai pembayaran ketersediaan layanan. Hingga laporan ini diterbitkan kedua Kementerian tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.

Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tentang Insentif Perpajakan bagi Pihak yang Berhak dalam Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum

Pasal 122 Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (dan perubahannya) mengatur bahwa Pihak yang berhak menerima ganti kerugian dapat diberikan insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Insentif tersebut diberikan apabila Pihak yang berhak: a. Mendukung penyelenggaraan pengadaan tanah;b. Tidak melakukan gugatan atas penetapan lokasi dan/atau putusan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian.Belum terdapat peraturan yang mengatur tata cara memperoleh dan mendapatkan insentif tersebut.

Penerbitan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Tata Cara Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Infrastruktur Prioritas memberikan mandat kepada Ketua KPPIP untuk mengatur mengenai standar kualitas pra-studi kelayakan hingga tata cara penyediaan infrastruktur prioritas.

Salah satu hambatan penyediaan infrastruktur adalah kurangnya kualitas studi atas infrastruktur sehingga mengakibatkan kurangnya kelayakan proyek penyediaan infrastruktur.

Penerbitan Peraturan Presiden tentang direct lending BUMN

Saat ini Kementerian Keuangan sedang melakukan penyusunan Peraturan Presiden mengenai direct lending, dimana pemerintah akan juga memberikan jaminan terhadap direct lending oleh BUMN yang mendapat penugasan dari pemerintah.

Peraturan Presiden mengenai direct lending ini perlu untuk segera diterbitkan mengingat akan terdapatnya beberapa penugasan pemerintah kepada BUMN dalam waktu dekat. Sehingga, BUMN yang diberikan penugasan dapat memperoleh pembiayaan yang diperlukan dalam melakukan penyediaan infrastruktur.

Penerbitan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Pengadaan Badan Usaha dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

Hingga Juli 2015 lembaga tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.

Perubahan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 telah menetapkan para ketua dan anggota KPPIP. Dalam perkembangannya terdapat anggota lain yang perlu diikutsertakan dalam KPPIP, antara lain Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Untuk meningkatkan koordinasi dalam percepatan penyediaan infrastruktur prioritas, perlu mengubah Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014.

110 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 117: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

SEKTORAL

Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 45 Tahun 2015 tentang Persyaratan Kepemilikan Modal Badan Usaha di Bidang Transportasi

Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 45 Tahun 2015 mensyaratkan modal disetor untuk izin Badan Usaha Bandar Udara sebesar Rp 1 Triliun.

Apabila modal disetor sebesar Rp 1 Triliun, maka badan usaha bandar udara harus memiliki modal dasar minimal Rp 4 Triliun.

Apakah hal tersebut akan meningkatkan atau menghambat masuknya investor untuk terlibat dalam penyediaan inffrastruktur sektor Kebandar Udaraan.

Perubahan Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Pasal 237 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur bahwa untuk pengusahaan bandar udara yang dilakukan oleh badan usaha bandar udara, seluruh atau sebagian modalnya harus dimiliki oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia.

Mengingat investasi pembangunan bandar udara memerlukan biaya investasi yang besar, ketentuan tersebut dapat mengurangi minat investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bidang bandar udara dikarenakan (1) sulitnya mencari partner investasi dan (2) pengembalian biaya investasi yang kecil dikarenakan kepemilikan saham yang terbatas.

Disarankan agar investor asing dapat memiliki secara keseluruhan saham dalam badan usaha bandar udara.

Perubahan Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mengatur bahwa pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.

Penunjukan langsung seharusnya dapat pula dilakukan dalam hal:a. Penugasan kepada BUMN konstruksi; danb. Salah satu peserta konsorsium dalam pengadaan badan usaha KPBU merupakan kontraktor.

Ditambahkan syarat keadaan tertentu dalam peraturan perundangan tentang jasa konstruksi dalam hal penunjukan/pemilihan langsung kontraktor.

Penerbitan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Pengadaan Badan Usaha dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

Pasal 47 ayat (3) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Badan Usaha Pelaksana ditetapkan oleh LKPP dalam jangka waktu 30 hari sejak perpres ditetapkan (20 Maret 2015).

Hingga saat ini peraturan tersebut belum diterbitkan, sehingga PJPK terkait belum dapat melaksanakan pengadaan badan usaha dalam rangka KPBU penyediaan infrastruktur.

Perubahan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan mengatur bahwa jalan tol yang diberikan oleh pemerintah kepada badan usaha dilakukan melalui pelelangan secara transparan dan terbuka.

Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU membuka pemilihan badan usaha penyedia infrastruktur dengan mekanisme penunjukan langsung.

Agar dipertimbangkan mekanisme penunjukan langsung dalam rangka pemilihan badan usaha untuk penyelenggaraan jalan tol. Dengan demikian dapat dilakukan percepatan penyediaan infrastruktur dalam sektor jalan tol.

111Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 118: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

C. UPAYA PENYELESAIAN HAMBATAN OLEH KPPIP

1. Sektor Pelabuhan

a.

Dalam rangka penyelesaian hambatan terkait peraturan sebagaimana disebutkan di atas, KPPIP telah merencanakan untuk melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan pemangku kepentingan terkait. FGD akan dilakukan berdasar-kan sektor masing-masing. Hingga diterbitkannya Laporan ini, KPPIP telah melakukan FGD dengan sektor pelabuhan dan bandar udara. Berikut merupakan masukan yang diberikan dari FGD tersebut:

Persyaratan modal sebesar Rp 50 Milyar memberatkan para pengusaha perusahaan pelayaran kelas menengah dan kecil. Usulan yang diberikan adalah untuk membagi persyaratan modal berdasarkan kelas. (contoh: perusa-haan pelayaran kelas A, B, atau C).

Penerbitan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Penerbitan Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Dengan adanya pembatalan secara keseluruhan terhadap Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi mengakibatkan berlakunya kembali Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

Dengan berlaku kembalinya Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, pengusahaan dalam sektor SDA hanya dapat dilakukan oleh badan hukum, badan sosial, atau perorangan dengan memperoleh izin dari pemerintah terlebih dahulu. Dengan demikian diperlukan kejelasan untuk memperoleh izin pengusahaan SDA dari pemerintah.

Diperlukan adanya suatu pengaturan yang memberikan kepastian hukum dalam perolehan izin dari pemerintah untuk pengusahaan SDA.

Penerbitan Peraturan Presiden tentang Penugasan Perumahan Nasional Program 1 Juta Rumah

Pemerintah telah menyusun program pembangunan 1 juta rumah yang akan dilakukan penugasan kepada Perusahaan Umum Perumnas.

Belum terdapat peraturan yang mengatur untuk memberikan penugasan khusus bagi Perumnas dalam melaksanakan program pemerintah tersebut.

Selain itu, kami memahami bahwa pemerintah saat ini masih dalam proses penyusunan RUU Tapera. RUU Tapera ini perlu segera disahkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau.

Penerbitan Peraturan Presiden tentang Pembangunan Listrik 35.000 MW

Pemerintah berencana untuk melakukan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW dalam jangka waktu 2015-2019.

Preseden sebelumnya, fast track program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW diatur melalui peraturan presiden dan diatur mengenai jaminan kelayakan usaha (business viability gap letter atau BVGL) yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap program tersebut.

Perlu adanya peraturan yang menjamin kelayakan usaha atas percepatan pembangunan listrik 35.000 MW tersebut guna menarik minat investor untuk pengembangan tenaga listrik.

Perubahan Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014

Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 mengatur bahwa tarif listrik untuk kapasitas pembangkit listrik sampai dengan 10.000 MW mengikuti tarif sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 dan tanpa eskalasi harga.

Kerjasama pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pembangkit listrik energi terbarukan bisa dilakukan sampai dengan 20 tahun.

Perlu dipertimbangkan adanya revisi ketentuan bahwa eskalasi tarif listrik dapat dilakukan sepanjang waktu kerjasama mengingat kerjasama tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.

112 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 119: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

b.

c.

d.

Beberapa peraturan yang diidentifikasi menghambat pelaku usaha sektor pelabuhan adalah:

Mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur merupakan opsi pendanaan yang sangat potensial untuk pengembangan infrastruktur pelabuhan dibandingkan pembiayaan lainnya, sehingga perlu untuk dikembangkan lebih lanjut.

Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 95 Tahun 2015 tentang Pedoman Penetapan Harga Jual (Charge) Jasa Kepelabuhanan yang Diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan;

Koordinasi dengan pihak lain; dan

Keringanan dalam bidang investasi untuk menarik para investor.

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan;

Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan;

Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 40 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan; dan

Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 95 Tahun 2015 tentang Pedoman Penetapan Harga Jual (Charge) Jasa Kepelabuhanan yang Diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.

Untuk memperkuat peraturan sektor; dan

Untuk membuat Peraturan Presiden.

2. Sektor Bandar UdaraPT Sarana Multi Infrastruktur telah melakukan evaluasi terkait regulasi yang menghambat dalam penyediaan infrastruktur pada sektor bandar udara, namun evaluasi yang dilakukan terbatas pada bidang Kerjasama Pemerintah Swasta. PT Sarana Multi Infrastruktur akan menyampaikan hasil evaluasi tersebut dan memberikan usulan antara lain:

113Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Persyaratan modal disetor sebesar Rp 1 Triliun untuk pelabuhan umum ditujukan agar proyek infrastruktur dimenangkan oleh pihak yang mampu.

Adapun hambatan secara umum adalah:

Page 120: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 121: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

RENCANA KPPIPKE DEPAN

115Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 122: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 123: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Tahun 2015 merupakan tahun pembentukan organisasi dan penguatan operasional KPPIP. Sejak awal operasi selama 6 bulan pertama, fokus pelaksanaan mandat KPPIP ditekankan kepada:

Ke depannya, KPPIP telah menyiapkan roadmap sebagai acuan pengembangan institusi dalam kurun waktu tiga tahun. Berikut merupakan ringkasan dari roadmap KPPIP:

Pemberian fasilitas penyiapan proyek, termasuk di dalamnya fasilitas Pra-Studi Kelayakan/Outline Business Case, fasilitas kajian AMDAL, dan bentuk fasilitas lain dalam tahap penyiapan Proyek Prioritas yang diidentifikasi di 2015;

Melakukan debottlenecking terhadap permasalahan yang timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas;

Project Management Office (PMO) KPPIP telah terbentuk dan beroperasi

Fasilitas penyusunan pra-studi kelayakan, Value for Money dan Kajian AMDAL disediakan untuk 3 pilot projects

Tata Kelola Organisasi (SOP) dan mekanisme monitoring & debottlenecking telah terbentuk

Pelaksanaan percepatan proyek prioritas (success story)

Pemetaan perbaikan peraturan di sektor infrastruktur

Platform pembuatan keputusan berbasis TI telah terbentuk

Rancangan organisasi dan sistem pengadaan telah tersedia

Sosialisasi untuk pembentukan image KPPIP

Penyiapan program pengembangan kapasitas

Penguatan pengembangan institusi KPPIP dengan kewenangan yang lebih kuat dalam mempercepat dan memastikan penyediaan proyek infrastruktur prioritas

Sistem dan lingkungan yang kondusif untuk implementasi proyek-proyek KPPIP telah terbentuk melalui perbaikan peraturan dan koordinasi

Pedoman Pre-FS/OBC dan penetapan skema pendanaan telah diadopsi oleh penanggung-jawab program

Sosialisasi dan peningkatan kapasitas KPPIP secara menyeluruh telah tersedia dan telaksana dengan baik

Pembentukan lembaga riset untuk infrastruktur

PMO pengembangan kapasitas telah menjalankan inisiatif atau program strategis yang telah dimanfaatkan

Pemetaan perbaikan peraturan-peraturan di sektor infrastruktur;

Pembentukan Project Management Office yang diisi oleh profesional dari swasta yang bekerja penuh waktu di KPPIP;

Pembentukan image KPPIP terutama melalui sosialisasi kepada pemangku kepentingan terkait.

1 3

4

52

ROADMAP KPPIP TAHUN 2015-2017

STRATEGI

TARGET

20172015

Persiapan operasionalisasidan pembentukan image

KPPIP

Penguatan kelembagaan KPPIP termasuk tim kerja

Penciptaan sistem dan lingkungan yang kondusifuntuk percepatan proyek

infrastruktur

Seluruh tim kerja telah dibentuk dan beroperasi

Penguatan kapasitas dan kinerja tim kerja KPPIP melalui penyediaan konsultan pendukung PMO tim kerja

Panel konsultan telah dibentuk dan berjalan

Pelaporan berbasis TI dan platform pengambilan keputusan telah tersedia dan mulai digunakan

Kontinuitas pemberian fasilitas Pre-FS/OBC dan fasilitas penyiapan lainnya untuk Daftar Proyek Prioritas 2016

Penyusunan serta penetapan pedoman Pre-FS/OBC dan pengambilan keputusan atas skema pendanaan untuk beberapa sektor dengan urgensi dan kesiapan paling tinggi

Sosialisasi dan peningkatan kapasitas, termasuk penyusunan desain formal pengembangan kapasitas yang dikembangkan KPPIP

Pembentukan PMO pengembangan kapasitas untuk mendorong penyediaan SDM yang cukup dan berkualitas di sektor infrastruktur

2016

117Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 124: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Untuk tahun 2016, KPPIP telah menyusunan target pencapaian yang akan disempurnakan dengan melihat kemajuan kinerja di Semester II 2015. Target pencapaian untuk tahun 2016 akan ditetapkan di tingkat Tim Pelaksana KPPIP di akhir Semester II 2015.

1. 1.

2.

3.

1.

2.

3.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

2.

3.

4.

Project Delivery

OperasionalKPPIP

Perbaikan Regulasi

Sosialisasi & Pengembangan

Kapasitas

PenguatanKerja

Target Pencapaian Untuk Tahun 2016

Penetapan proyek prioritas tahun 2016;

Mendorong minimum 20% proyek prioritas kategori A* yang berjumlah maksimum 22 proyek untuk mencapai Financial Close dan memastikan pelaksana-annya tepat sasaran dan tepat waktu;

Mendorong minimum 40% proyek prioritas kategori tipe B** yang berjumlah maksimum 10 proyek dan memastikan pelaksanaannya tepat sasaran dan tepat waktu;

Melakukan penyelesaian terhadap 70% permasalahan yang timbul baik bersifat major atau minor dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas.

Penyerapan dana APBN KPPIP yang maksimal dan tepat guna;

Panel Konsultan terbentuk dalam upaya percepatan pelaksanaan pengadaan konsultan untuk penyerapan proyek (OBC facility);

Tersedianya platform pengambilan keputusan-berbasis TI.

Melakukan sinkronisasi berbagai aturan yang ada untuk meminimalisir aturan yang tumpang tindih;

Mengadakan rangkaian FGD untuk penyusunan Undang-Undang infrastruktur;

Penyusunan peraturan yang mengatur skema insentif dan disinsentif guna mempercepat proyek prioritas.

Mengirim 5 staf KPPIP untuk mengikuti short-course di universitas terbaik luar negeri;

Penerbitan laporan semester;

Sosialisasi KPPIP ke 20 provinsi dan kota;

Menetapkan program pengembangan kapasitas secara formal sebagai bagian dari skema insentif.

Seluruh tim kerja telah dibentuk dan beroperasi;

Pemberdayaan tim kerja KPPIP melalui penyediaan konsultan pendukung PMO tim kerja;

Sosialisasi dan peningkatan kapasitas KPPIP.

* Kategori tipe A merupakan proyek yang telah diseleksi dan sedang disiapkan/dipantau oleh KPPIP.** Kategori tipe B merupakan proyek yang membutuhkan usaha minor (terkendala 1-2 perizinan) untuk memastikan proyek dapat berjalan.

118 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 125: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 126: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 127: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Daftar IstilahACSR Aluminum Conductor Steel ReinforcedAMDAL Analisis Mengenai Dampak LingkunganA/P Availability Payment/ Pembayaran Ketersediaan LayananAPBD Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBBWS Balai Besar Wilayah SungaiBED Basic Engineering DesignBLU Badan Layanan UmumBOD Biological Oxygen Demand BOT Build-Operate-TransferBPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPN Badan Pertanahan NasionalBUMD Badan Usaha Milik DaerahBUMN Badan Usaha Milik NegaraB2B Business to BusinessCJPP Central Java Power PlantCOD Commercial Operation DateDED Detailed Engineering DesignEPC Engineering Procurement and ConstructionFEED Front End Engineering DesignFID Final Investment DecisionFGD Focus Group DiscussionGRR Grass Root RefineryG2G Government to GovernmentHoA Head of AgreementHSR High Speed RailwayHVDC High Voltage Direct CurrentIDC Indefinite Delivery ContractIFC International Finance CorporationIPP Independent Power ProducerIPAL Instalasi Pengolahan Air LimbahJICA Japan International Corporation Agency JSS Jakarta Sewerage System JV Joint VentureJVA Joint Venture AgreementK/L Kementerian/LembagaKEK Kawasan Ekonomi KhususKfW Kreditanstalt fur Wiederaufbau/German Development BankKepmenko Keputusan Menko PerekonomianKemenko Kementerian KoordinatorKLHS Kajian Lingkungan Hidup StrategisKementerian PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatKPBU Kerjasama Pemerintah dan Badan UsahaKPPIP Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur PrioritasLoI Letter of IntentLKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahLRT Light Rail TransitMoU Memorandum of UnderstandingMP3EI Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

121Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 128: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Daftar IstilahMRT Mass Rapid TransportationNCICD National Capital Integrated Coastal DevelopmentOBC Outline Business Case/ Pra-Studi KelayakanODA Official Development AssistancePDB Produk Domestik Bruto PDRB Produk Domestik Regional BrutoPID Pre-Investment DecisionPMK Peraturan Menteri KeuanganPerda Peraturan DaerahPerpres Peraturan PresidenPerum Perumahan UmumPJP Penanggung Jawab ProyekPLTA Pembangkit Listrik Tenaga AirPLTM Pembangkit Listrik Tenaga Mikro HidroPLTU Pembangkit Listrik Tenaga UapPMO Project Management OfficePMN Penyertaan Modal NegaraPJPK Penangggung Jawab Proyek KerjasamaPP Peraturan PemerintahPPh Pajak PenghasilanPPN Pajak Pertambahan NilaiPPA Power Purchase AgreementPPP Public-Private PartnershipPT IIF PT Indonesia Infrastructure FinancePT PII PT Penjaminan Infrastruktur IndonesiaPT PLN PT Perusahaan Listrik NegaraPTPIN Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara PQ Pre-QualificationPT SMI PT Sarana Multi InfrastrukturPSO Public Service Obligation/ Kewajiban Pelayanan UmumRDMP Refinery Development Master Plan/Revitalisasi Kilang Minyak EksistingRfP Request for ProposalRPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRRT Republik Rakyat TiongkokRTRW Rencana Tata Ruang WilayahSBOT Supported-Build-Operate-TransferSHIA Soekarno-Hatta International AiportSLA Service Level Agreement SOP Standard Operating ProceduresSPAM Sistem Penyediaan Air MinumSGCC State Grid Coporation of ChinaTI Teknik InformatikaUP3KN Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)VfM Value for MoneyVGF Viability Gap Funding/ Dukungan KelayakanWEF World Economic ForumWTP Water Treatment PlantW2E Water to Energy

122Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 129: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Daftar GambarGambar 1 Perbaikan dalam Perpres No. 38 Tahun 2015Gambar 2 Proses Pengadaan Tanah Sesuai Undang-Undang No. 2 Tahun 2012Gambar 3 Tugas dan Mandat KPPIP sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014Gambar 4 Struktur Organisasi KPPIPGambar 5 Klasifikasi Anggaran KPPIP

123Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015

Page 130: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 131: Laporan KPPIP Versi Juli 2015
Page 132: Laporan KPPIP Versi Juli 2015

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

A. Menara Merdeka, Lt. 8 Jalan Budi Kemuliaan I No. 2 Jakarta 10110, Indonesia

T. +62 21 2957 3771, +62 21 2957 3772F. +62 21 2957 3773

W. www.kppip.go.id