laporan kkl mandiri 2014 jurusan akuntansi fe unnes

46
ii

Upload: ifatun-istiqomah

Post on 19-Jan-2016

1.950 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

TRANSCRIPT

Page 1: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

ii

Page 2: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri 2014

Kunjungan Kementrian Keuanga RI dan

Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Dosen Pendamping:

1. Badingatus Solikhah, S.E, M.Si

2. Trisni Suryarini, S.E, M.Si

Disusun oleh:

Ifatun Istiqomah (7211412034)

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang

2014

iii

Page 3: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri 2014 Kunjungan Kementrian

Keuangan RI dan Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Telah dibaca dan disahkan:

Hari :

Tanggal :

Oleh:

Dosen Pendamping I

Badingatus Solikhah, S.E, M.Si

NIP

Dosen Pendamping II

Trisni Suryarini, S.E, M.Si

NIP

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurozie, M.Si

NIP.196206231989011001

iv

Page 4: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri 2014 ini dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari

berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama

mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun bagi kami. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya. 

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Semarang, September 2014

Penulis 

v

Page 5: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................iii

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Tujuan KKL.........................................................................................................2

1.3 Manfaat KKL.......................................................................................................2

1.5 Waktu Pelaksanaan..............................................................................................3

1.7 Metode Penulisan Laporan...................................................................................3

1.8 Sistematika Laporan KKL...................................................................................4

BAB II PROFIL KEMENTRIAN KEUANGAN RI...........................................................6

2.1 Sejarah..................................................................................................................6

BAB III PROFIL KEMENTRIAN BUMN.......................................................................16

3.1 Sejarah................................................................................................................16

3.5 Tugas dan Fungsi Pokok....................................................................................23

3.6 Struktur Organisasi............................................................................................24

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................25

4.1 Simpulan............................................................................................................25

4.2 Saran...................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................v

vi

Page 6: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuliah Kerja Nyata (KKL) merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan

oleh mahasiswa (Akuntansi FE Unnes) dengan tujuan utama untuk

menjembatani antara teori yang didapatkan selama perkuliahan denan praktik

di lapangan (dunia kerja). Sehingga mahasiswa akan mendapatkan gambaran

yang nyata dan faktual bagaimana aplikasi teori yang sudah didapatkan pada

dunia kerja. Program KKL juga bertujuan sebagai wahana untuk

mengembangkan dan membentuk karakter mahasiswa yang mengedepankan

aspek kebersamaan dalam bersosialisasi dan bernegosiasi.

Kuliah Kerja Nyata (KKL) Mandiri FE Unnes merupakan agenda rutin

yang dilaksanaan setiap satu tahun sekali yang diikuti oleh seluruh mahasiswa

jurusan Akuntansi akhir semester IV (empat) dan mahasiswa transfer yang

belum mengikuti kegiatan KKL. KKL ini bertujuan untuk mengembangkan

materi dan kemampuan serta menambah wawasan dan pengetahuan yang

didapatkan sebagai pelengkap materi kegiatan perkuliahan. Sebagai

mahasiswa kita dituntut mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu yang

didapat selama perkuliahan kedalam dunia kerja. Dengan pembekalan teori

dan ilmu yang didapat dalam kelas tidak cukup untuk membekali mahasiswa

agar memiliki kemampuan lain.

KKL Mandiri Jurusan Akuntansi FE Unnes tahun ini, kami berkesempatan

mengunjungi Kementrian Keuangan dan Kementrian BUMN sebagai onjek

KKL. Sebagai salah satu syarat kelulusan kegiatan KKL, maka perlu disusun

sebuah laporan KKL yang merupakan tugas dan kewajiban mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

1

Page 7: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

1.2 Tujuan KKL

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan KKL ini, antara lain:

1.2.1 Sebagai salah satu syarat kelulusan skripsi;

1.2.2 Mengembangkan teori dan kemampuan yang telah didapat penulis

selama perkuliahan;

1.2.3 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat penulis dalam

pelaksanaan dunia kerja;

1.2.4 Menambah wawasan dan pengetahuan serta disiplin bagi penulis

dalam menghadapi dunia kerja;

1.2.5 Mengembangkan dan membentuk karakter mahasiswa yang

mengedepankan aspek kebersamaan dalam bersosialisasi dan

bernegosiasi.

1.3 Manfaat KKL

Manfaat pelaksaan bagi penulis laporan kuliah kerja lapangan ini antara lain,

sebagai berikut:

1.3.1 Memperdalam ilmu pengetahuan penulis tentang bidang

penngetahuan yang dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai

Kementrian Keuangan dan Kementrian BUMN;

1.3.2 Mengasah pikiran mahasiswa yang melaksanakan penelaahan dan

pemecahan masalah yang ada dilapangan;

1.3.3 Penulis dapat mencocokkan teori dan praktiknya berdasarkan ilmu

yang telah didapatkan.

Selain itu, manfaat dari pelaksanaan kuliah kerja lapangan bagi universitas

antara lain:

1.3.1 Menjadikan mahasiswa lebih mandiri dan aktif dalam dunia kerja;

1.3.2 Dengan melaksanakan kuliah kerja lapangan, diharapkan dapat

menghasilkan lulusan universitas yang berkualitas dan professional.

2

Page 8: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Adapun manfaat dari pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan bagi perusahaan,

yaitu dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara universitas dengan

perusahaan.

1.4 Objek KKL

Objek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2014 kelompok 3

dan 4 yaitu Kementrian Keuangan dan Kementrian BUMN.

1.5 Waktu Pelaksanaan

Kuliah kerja lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2014 dilaksanakan pada:

Hari : Senin

Tanggal : 26 Agustus 2014

Waktu : 09.00 – 16.00 WIB

1.6 Peserta KKL

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi FE Unnes 2014 diikuti

oleh 216 Mahasiswa Jurusan Akuntansi angkatan 2012, dengan rincian

sebagai berikut:

Akuntansi A 2012 sejumlah 63 orang;

Akuntansi B 2012 sejumlah 60 orang;

Akuntansi C 2012 sejumlah 58 orang; dan

Akuntansi D3 2012 sejumlah 37 orang.

1.7 Metode Penulisan Laporan

Dalam pembuatan laporan KKL ini digunakan 3 (Tiga) Metode, yaitu:

1.7.1 Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke

Kementrian Keuangan RI dan Kementrian Badan Usaha Milik

Negara.

3

Page 9: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

1.7.2 Wawancara atau Interview

Dalam metode ini dilakukan tanya jawab antara peserta Kuliah Kerja

Lapangan (KKL) dengan pihak Kementrian Keuangan RI dan

Kementrian Badan Usaha Milik Negara saat pemberian materi yang

disajikan oleh pembicara.

1.7.3 Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan memperoleh sumber-sumber data

sebagai pelengkap pembuatan laporan yang berasal dari buku-buku

dan artikel-artikel mengenai objek KKL serta informasi dari internet.

1.8 Sistematika Laporan KKL

Sistematika laporan disini dimaksudkan untuk mempermudah permohonan

mengenai laporan yang akan dibahas. Oleh karena itu penulis menyajikan

sistematika laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan KKL

1.3 Manfaat KKL

1.4 Objek KKL

1.5 Waktu Pelaksanaan

1.6 Peserta KKL

1.7 Metode Penulisan Laporan

1.8 Sistematika Laporan KKL

BAB II Profil Kementrian Keuangan RI

2.1 Sejarah Kementrian Keuangan

2.2 Dasar Hukum

2.3 Visi dan Misi

2.4 Tujuan dan Fungsi

2.5 Struktur Organisasi

2.6 Nilai-Nilai Kementrian Keuangan

4

Page 10: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

BAB III Profil Kementrian Badan Usaha Milik Negara

3.1 Sejarah

3.2 Landasan Hukum

3.3 Visi dan Misi

3.4 Arah dan Kebijakan

3.5 Tujuan dan Fungsi

3.6 Struktur Organisasi

BAB IV Penutup

4.1 Simpulan

4.2 Saran

5

Page 11: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

BAB II

PROFIL KEMENTRIAN KEUANGAN RI

2.1 Sejarah

Di Indonesia, sejarah pengelola keuangan pemerintahan sudah ada sejak

masa lampau. Tiap pemerintahan, dari zaman kerajaan sampai sekarang,

memiliki pengelola keuangan untuk dapat melaksanakan pembangunan

perekonomian di pemerintahannya. Pengelolaan keuangan pemerintahan

disini meliputi semua milik pemerintahan atau kekayaan yang dimiliki oleh

suatu pemerintahan. Keuangan yang dikelola berasal dari masyarakat yang

berupa upeti, pajak, bea cukai, dan lain-lain.

Sebagai bagian dari suatu pemerintahan, Kementerian Keuangan

merupakan instansi pemerintah yang mempunyai peranan vital di dalam suatu

negara untuk melakukan pembangunan perekonomian. Pembangunan

ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik

dalam pengelolaan keuangan negara. Peranan vital Kementerian Keuangan

adalah mengelola keuangan negara dan membantu pimpinan negara dalam

bidang keuangan dan kekayaan negara. Oleh karena itu, Kementerian

Keuangan dapat dikatakan sebagai penjaga keuangan negara (Nagara Dana

Raksa).

Kebijakan selanjutnya yang dilakukan pemeritahan Belanda di Hindia

Belanda adalah Laissez faire laissez passer, yaitu perekonomian diserahkan

pada pihak swasta (kaum kapitalis). Kebijakan ini dilakukan atas desakan

kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga agar

lebih baik. Peraturan agraria baru ini bukannya mengubah menjadi lebih baik

melainkan menimbulkan penderitaan yang tidak layak. Pada masa ini

Departement van Financien dibentuk dan bertempat di istana Daendels karena

pusat pemerintahan berpindah ke tempat lain. Gedung ini dijadikan sebagai

tempat pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasif keuangan ke tempat lain.

6

Page 12: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Kekurangan tenaga ahli keuangan membuat pemerintah Belanda

menyelenggarakan berbagai kursus bagi orang Belanda dan orang Pribumi

yang dipandang mampu. Kursus yang diikuti adalah kursus ajun kontrolir dan

treasury / perbendaharaan. Terpusatnya tempat pengelolaan keuangan

dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan pemasukan dan pengeluaran

negara. Terjadinya keadaan ekonomi yang memprihatinkan adalah alasan

utama dibentuknya departement of financien.

Pecahnya perang dunia II di Eropa yang terus menjalar hingga ke wilayah

Asia Pasifik,  membuat kedudukan Indonesia sebagai jajahan Belanda sangat

sulit, ditambah dengan terjepitnya pemerintah Belanda akibat serbuan Jepang.

Menjelang kedatangan Jepang di Pulau jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van

Buttingha Wichers berhasil memindahkan semua cadangan emas ke Australia

dan Afrika Selatan melalui pelabuhan Cilacap.

Selama menduduki Indonesia, Jepang menjadikan kota Jakarta sebagai

pusat pemerintahan. Gedung Departement of Finance dijadikan tempat untuk

melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini dijadikan sebagai

tempat pengolahan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang.

Pada 7 Maret 1943, patung Jan Pieterzoon Coen yang berada di depan gedung

Department of Financien dihancurkan Jepang karena dianggap sebagai

lambang penguasa Batavia.

Banyak dari tenaga ahli keuangan Belanda ditawan oleh Jepang, dan

beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dijadikan sebagai tenaga

pengajar keuangan pada putra-putri Indonesia. Kekurangan tenaga keuangan

menjadikan Jepang mendidik rakyat Hindia Belanda untuk mengikuti

pendidikan keuangan. Selama 1942-1945, Jepang menerapkan beberapa

kebijakan seperti, memaksa penyerahan seluruh aset bank, melakukan

ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh Bank Belanda, Inggris, dan

Cina. Selain itu, Jepang juga melakukan invasion money senilai 2,4 milyar

gulden di pulau Jawa hingga 8 milyar gulden (pada tahun 1946). Tujuan

invasion money yang dilakukan oleh Jepang adalah menghancurkan nilai

mata uang Belanda yang sudah terlanjur beredar di Hindia Belanda.

7

Page 13: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Fokus pendudukan Jepang di Hindia Belanda terhadap perang pasifik

menyebabkan Jepang melakukan kebijakan yang membuat terjadinya krisis

keuangan. Jepang melakukan perombakan besar-besaran dalam struktur

ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat  merosot tajam dan terjadi

bencana kekurangan pangan karena produksi minyak jarak. Jepang

melakukan pengurasan kekayaan alam dan hasil bumi, dan menjadikan para

tenaga produktif sebagai romusha. Hiper inflasi yang terjadi pasa masa ini

menyebabkan pengeluaran bertambah besar, sedangkan pemasukan pajak dan

bea masuk turun drastis. Kebijakan ala tentara Dai Nippon merugikan

penduduk Indonesia.

Masa Kemerdekaan

Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Indonesia segera

memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus

1945. Kota Jakarta dijadikan pusat pemerintahan. Pada masa ini, Gedung

Department of Financien masih berfungsi sebagai pusat kegiatan pengolahan

keuangan sehari-hari. Keadaan ekonomi keuangan awal kemerdekaan amat

buruk, dimana terjadi inflasi yang tinggi yang disebabkan beredarnya tiga

buah mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche

Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan

Jepang. Mata uang Jepang yang beredar sekitar 4 Milyar dan uang merah

NICA menyebabkan terjadinya inflasi tinggi. Permasalahan ekonomi ini

menyebabkan diadakannya rapat tanggal 2  september 1945 oleh BPKKP dan

BKR di karesidenan Surabaya. Mereka sama-sama menyadari, disamping

mempertahankan kemerdekaan selain kekuatan bersenjata juga diperlukan

kekuatan dana untuk membiayai perjuangan itu.

Dalam wacana mencari dana, terpetik berita mengenai Dr,Samsi , seorang

ekonom dan tokoh pergerakan cukup terkenal di Surabaya. Pada kabinet

presidensial pertama RI 19 Agustus 1945, Soekarno mengangkat Dr. Samsi

sebagai Menteri Keuangan. Dr. Samsi memiliki peranan besar dalam usaha

8

Page 14: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

mencari dana guna membiayai perjuangan RI. Ia mendapatkan informasi

bahwa di dalam Bank Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan

pemerintahan Hindia Belanda yang dikuasai Jepang. Kedekatannya dengan

pemerintah Jepang memudahkannya untuk melakukan upaya pencairan dana,

sehingga dapat digunakan untuk perjuangan. Pada 26 September 1945 Dr.

Samsi mengundurkan diri dan digantikan oleh A.A. Maramis.

24 Oktober 1945, Menteri Keuangan A.A Maramis menginstruksikan tim

serikat buruh G. Kolff selaku tim pencari data untuk menemukan tempat

percetakan uang dengan teknologi yang relatif modern. Hasilnya, percetakan

G. Kolff Jakarta dan Nederlands Indische Mataaalwaren en Emballage

Fabrieken (NIMEF) Malang dianggap memenuhi persyaratan. Menteri pun

melakukan penetapan pembentukan Panitia Penyelenggaraan Percetakan

Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TBR Sabarudin.

Akhirnya, uang ORI (Oeang Republik Indonesia) pertama berhasil dicetak.

Upaya percetakan ORI ini ditangani oleh RAS Winarno dan Joenet Ramli.

Pada 14 November 1945 di masa kabinet Sjahrir I, Menteri keuangan

dijabat oleh Mr. Sunarjo Kolopaking. Mr. Sunarjo mengikuti konferensi

Ekonomi Februari 1946 yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan yang

bulat, dalam rangka menanggulangi masalah produksi dan distribusi

makanan, sandang serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan. Pada

6 Maret 1946, panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies)

mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah yang dikuasai sekutu. Hal

ini menyebabkan kabinet Sjahrir berupaya untuk menindaklanjuti

pengumuman NICA tersebut untuk mengedarkan ORI. Hanya saja, peredaran

ORI tersebut membutuhkan dana. Langkah awal kabinet Sjahrir adalah

menggantikan Menteri Keuangan oleh Ir. Surachman Tjokroadisurjo. Upaya

utama yang dilakukan oleh Ir. Surachman untuk mengatasi kesulitan ekonomi

adalah, melakukan Program Pinjaman Nasional dengan persetujuan BP-KNIP

pada Juli 1946. Selain itu, ia juga melakukan penembusan blokade dengan

diplomasi beras ke India dan mengadakan kontrak dengan perusahaan swasta

9

Page 15: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Amerika yang dirintis oleh para pengusaha Amerika Serikat yang dirintis oleh

badan semi pemerintah bernama Banking and Trading Coorporations

dibawah pimpinan Soemitro Djojohadikusumo. Ia juga menembus blokade

Sumatra dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia, dengan membuka

perwakilan dagang resmi yang bernama Indonesia Office (Indoff).

Pada 2 Oktober 1946, Menteri keuangan digantikan oleh Mr. Sjafruddin

Prawiranegara. Akhirnya, usaha penerbitan uang sendiri memperlihatkan

hasilnya dengan diterbitkannya EMISI PERTAMA uang kertas ORI pada

tanggal 30 Oktober 1946. Pemerintah Indonesia menyatakan tanggal tersebut

sebagai tanggal beredarnya Oeang Republik Indonesia (ORI) dimana uang

Jepang, uang NICA, dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pun

diterima dengan perasaan bangga oleh seluruh rakyat Indonesia. Mata uang

yang dicetak itu ditandatangani oleh Alexander Andries Maramis (15 mata

uang periode 1945-1947).

30 Oktober disahkan sebagai Hari Keuangan Republik Indonesia oleh

presiden berdasarkan lahirnya uang emisi pertama Republik Indonesia, yang

membanggakan seluruh rakyat Indonesia. Uang adalah lambang utama suatu

negara merdeka serta sebagai alat untuk memperkenalkan diri kepada

khalayak umum. Untuk menghargai jasa A.A Maramis, maka gedung

Department of Financien atau gedung Daendels diberi nama gedung A.A

Maramis. Gedung ini menjadi pusat kerja Menteri Keuangan selaku pimpinan

Departemen Keuangan Republik Indonesia saat menjalankan tugasnya sehari-

hari. Seiring dengan kebutuhan akan koordinasi antar unit, sejak tahun 2007

gedung Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di

seberang gedung A.A Maramis.

Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang

Kementerian Negara juncto Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang

pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta merujuk pada surat

edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor SE-11 MK.1/2010

10

Page 16: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

tentang perubahan Nomenklatur Departemen Keuangan menjadi Kementerian

keuangan, maka sejak 2009, Departemen Keuangan resmi berubah nama

menjadi Kementerian Keuangan.

Sebelum Kemerdekaan

Pengusiran Portugis oleh Belanda menjadikan Belanda mempunyai tempat

untuk menancapkan kukunya di Hindia Belanda, dengan melimpahkan

wewenang kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). VOC, yang

pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (1619-

1623 dan 1627-1629), diberi hak octrooi yang salah satunya adalah mencetak

uang dan melakukan kebijakan perekonomian. Sejak tahun 1600-an, VOC

mengeluarkan kebijakan untuk menambah isi kas negara dengan menetapkan

peraturan verplichte leverentie (kewajiban menyerahkan hasil bumi pada

VOC), contingenten (pajak hasil bumi, pembatasan jumlah tanaman rempah-

rempah agar harganya tinggi, dan preangerstelsel (kewajiban menanam pohon

kopi).

Pada bulan maret 1809, setelah menjual tanah weltevreden, pemerintahan

Daendels memutuskan membangun sebuah istana yang berhadapan dengan

lapangan parade Waterlooplein. Istana ini rencananya digunakan sebagai

pusat pemerintahan dan dipakai untuk kepentingan gubernur jenderal, dalam

rangka pemberian kebijakan. Selain itu, gedung ini juga difungsikan sebagai

tempat tahanan.

Sebagai pengganti Daendels, Gubernur Jansen kurang menaruh perhatian

pada pembangunan gedung, sehingga selama masa jabatannya pembangunan

gedung itu terlantar.

Kemudian, pembangunan istana ini dilanjutkan oleh Letnan Kolonel J.C

Schultze, perwira yang berpengalaman membangun gedung Societet

Harmonie di Batavia. Namun, pembangunan istana sempat terhenti karena

Hindia Belanda beralih kekuasan ke Inggris.

11

Page 17: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Pemerintahan Inggris melalui Thomas Stamford Raffles (1811-1816)

mengeluarkan kebijakan baru dengan nama Landrent (pajak tanah), dengan

mengubah pola pajak bumi yang diterapkan Belanda sebelumnya. Harapan

Raffles mengeluarkan kebijakan tersebut, agar masyarakat Hindia Belanda

memiliki uang untuk membeli produk Inggris. Pada intinya adalah

memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan dan menyerap hasil produksi

oleh penduduk. Kebijakan yang dilakukan Raffles mengalami kegagalan

karena tidak adanya dukungan dari raja dan bangsawan setempat, dan

penduduk kurang mengerti mengenai uang dan perhitungan pajak.

Hindia Belanda kemudian dikuasai kembali oleh Belanda setelah melalui

kesepakatan Inggris- Belanda. Pada periode ini, perbaikan perekonomian

mulai dilaksanakan. Jenderal Du Bus (1826), sebagai Gubernur Jenderal pada

masa itu, melanjutkan pembangunan istana tersebut dengan bantuan Ir.

Tromp, yang selesai pada 1828. Bangunan tersebut digunakan sebagai kantor

pemerintahan Hindia Belanda, yang diresmikan sendiri oleh Gubernur Du

Bus. Di tahun yang sama, Du Bus juga mendirikan De Javasche Bank dengan

alasan kondisi keuangan di Hindia Belanda dianggap memerlukan penertiban

dan pengaturan sistem pembayaran.

Pada tahun 1836, atas inisiatifnya, van Den Bosch mulai memberlakukan

cultuurstelsel (sistem tanam paksa) yang bertujuan untuk memproduksi

berbagai komoditi yang memiliki permintaan di pasar dunia. Sistem ini

merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka mengenalkan penggunaan

uang di masyarakat Hindia Belanda. Cultuurstelsel dan kerja rodi (kerja

paksa) mampu mengenalkan ekonomi uang pada masyarakat pedesaan. Hal

ini dilihat dengan meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan

ekonomi. Reformasi keuangan sudah berkali-kali dilakukan, tetapi belum

menghasilkan keuangan yang sehat.

12

Page 18: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

2.2 Dasar Hukum

Dasar hukum: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.

2.3 Visi dan Misi

Visi Kementrian Keuangan:

“Kami akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

inklusif di abad ke-21”.

Lima Misi Kementrian Keuangan, yaitu:

2.3.1 Mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui

pelayanan prima dan penegakan hukum yang ketat;

2.3.2 menerapkan kebijakan fiskal yang prudent;

2.3.3 mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum;

2.3.4 memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efisien dan

efekrif;

2.3.5 menarik dan mempertahankan talent terbaik di kelasnya dengan

menawarkan proposisi nilai pegawai yang kompetitif.

2.4 Tugas dan Fungsi

Adapun tugas dan fungsi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, yaitu

menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan kekayaan negara dalam

pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan negara.

Fungsi Kementrian Keuangan antara lain:

2.4.1 Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan

dan kekayaan negara;

2.4.2 Pengelolaan Barang Milik / Kekayaan Negara yang menjadi tanggung

jawab kementrian keuangan;

2.4.3 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementrian

Keuangan;

13

Page 19: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

2.4.4 Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementrian Keuangan di daerah;

2.4.5 Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

2.4.6 Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai daerah.

2.5 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTRIAN KEUANGAN

2.6 Nilai-nilai Kementrian Keuangan

Nilai-nilai Kementrian Keuangan dibagi menjadi lima, antara lain:

2.6.1 Integritas

Berfikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar

serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

2.6.2 Profesionalisme

Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh

tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

2.6.3 Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang

produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku

14

Page 20: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan

berkualitas.

2.6.4 Pelayanan

Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku

kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat,

akurat dan aman.

2.6.5 Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk

menjadi dan memberikan yang terbaik.

15

Page 21: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

BAB III

PROFIL KEMENTRIAN BUMN

(BADAN USAHA MILIK NEGARA)

3.1 Sejarah

Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

melaksanakan pembinaan terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik

Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun 1973. Awalnya,

organisasi ini merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen

Keuangan Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami

beberapa kali perubahan dan perkembangan.

UNIT ESELON II

Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani

pembinaan BUMN berada pada unit setingkat Eselon II. Unit organisasi itu

disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan Perusahaan

Negara). Selanjutnya, terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan

BUN (Badan Usaha Negara). Kemudian organisasi ini berubah menjadi

Direktorat Pembinaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sampai dengan

tahun 1993.

MENJADI UNIT ESELON I

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk mengoptimalkan

pengawasan dan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik Negara, dalam

periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya hanya setingkat

Direktorat/Eselon II, ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat Jenderal/Eselon

I, dengan nama Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Negara (DJ-

PBUN). Dalam kurun waktu 1993- 1998 tercatat 2 (dua) orang Direktur

Jenderal Pembinaan BUMN, yakni Bapak Martiono Hadianto dan Bapak

Bacelius Ruru.

JADI KEMENTERIAN

16

Page 22: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Mengingat peran, fungsi dan kontribusi BUMN terhadap keuangan negara

sangat signifikan, maka sejak tahun 1998, pemerintah Republik Indonesia

mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN menjadi

setingkat Kementerian. Awal dari perubahan bentuk organisasi tersebut

terjadi di masa pemerintahan Kabinet Pembangunan VII, dengan nama

Kementerian Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembinaan

BUMN. Menteri pertama yang bertanggung jawab atas pendayagunaan

BUMN tersebut adalah Bapak Tanri Abeng. Pada masa ini sempat digagas

tentang BUMN Incorporated, sebuah bangun organisasi BUMN berbentuk

super holding.

Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur organisasi

Kementerian ini sempat dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat

eselon I di lingkungan Departemen Keuangan. Dirjen Pembinaan BUMN

waktu itu dijabat oleh Bapak I Nyoman Tjager. Namun, di tahun 2001, ketika

terjadi suksesi pucuk kepemimpinan Republik Indonesia, organisasi pembina

BUMN tersebut dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat Kementerian

sampai dengan periode Kabinet Indonesia Bersatu. Menteri yang menanggani

BUMN digabungkan dengan penanaman modal, sehingga disebut Menteri

Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN yang dipercayakan kepada

Bapak Laksamana Sukardi. Beliau kemudian digantikan oleh Bapak Rozy

Munir. Selanjutnya, ketika kembali terjadi pergantian Presiden RI, di bawah

kabinet yang disebut Kabinet Gotong Royong, Bapak Laksamana Sukardi

kembali menjadi Menteri BUMN. Kala itu, kembali dipisahkan antara

pembinaan BUMN dengan penanaman modal. Bapak Laksamana Sukardi

menjadi Menteri BUMN dari tahun 2001 hingga 2004. Kemudian, ketika

Bapak SBY terpilih jadi Presiden di tahun 2004, terjadi pergantian Menteri

yang menanggani BUMN ini. Dalam masa Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I,

Bapak Sugiharto dipercaya menjadi Menteri Negara BUMN (2004-2006),

yang kemudian digantikan Bapak Sofyan A. Djalil (2006-2009) dan Bapak

Mustafa Abubakar (2009-2011). Selanjutnya Bapak Dahlan Iskan menjadi

Menteri Negara BUMN hingga saat ini.

17

Page 23: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

3.2 Landasan Hukum

Dasar Kebijakan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara

Sejarah Kementerian BUMN

Kementerian Negara BUMN merupakan transformasi dari unit kerja

Eselon II Depkeu (1973-1993) yang kemudian menjadi unit kerja Eselon I

(1993-1998 dan 2000-2001). Tahun 1998-2000 dan tahun 2001 sampai

sekarang, unit kerja tersebut menjadi Kementerian BUMN.

Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

melaksanakan pembinaan terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik

Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun 1973, yang awalnya

merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan

Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali

perubahan dan perkembangan. Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit

yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit setingkat Eselon II.

Awalnya, unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN

(Pengelolaan Keuangan Perusahaan Negara). Selanjutnya terjadi perubahan

nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan Usaha Negara). Terakhir

kalinya pada unit organisasi setingkat eselon II, organisasi ini berubah

menjadi Direktorat Pembinaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sampai

dengan tahun 1993.

Selanjutnya, seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk

mengoptimalkan pengawasan dan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik

Negara, dalam periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya

hanya setingkat Direktorat/Eselon II, ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat

Jenderal/Eselon I, dengan nama Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha

Negara (DJ-PBUN).

Mengingat peran, fungsi dan kontribusi BUMN terhadap keuangan negara

sangat signifikan, pada tahun 1998 sampai dengan 2000, pemerintah Republik

Indonesia mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN

menjadi setingkat Kementerian. Awal dari perubahan bentuk organisasi

menjadi Kementerian terjadi di masa pemerintahan Kabinet Pembangunan

18

Page 24: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

VI, dengan nama Kementerian Negara Penanaman Modal dan Pembinaan

BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN.

Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur organisasi

Kementerian ini dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat eselon I

di lingkungan Departemen Keuangan. Namun, di tahun 2001, ketika terjadi

suksesi kepemimpinan di Republik Indonesia, organisasi tersebut

dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat Kementerian sampai dengan

periode Kabinet Indonesia Bersatu ini.

3.3 Visi dan Misi

Sebagai institusi pemerintah yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

rangka mengelola aset negara, Kementerian BUMN memiliki visi dan misi

sebagai berikut:

Visi : “Menjadi Pembina BUMN yang Profesional untuk meningkatkan nilai

BUMN”

Misi, Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Kementerian BUMN

menetapkan misi sebagai berikut:

3.3.1 Mewujudkan organisasi modern sesuai dengan tata kelola

pemerintahan yang baik;

3.3.2 Meningkatkan daya saing BUMN di tingkat nasional, regional, dan

internasional

3.3.3 Meningkatkan Kontribusi BUMN kepada ekonomi nasional.

3.4 Arah Kebijakan dan Strategi Terhadap Pembinaan BUMN

Arah kebijakan yang dirumuskan oleh Kementerian BUMN terdiri dari: (1)

arah kebijakan terhadap Kementerian BUMN dan (2) arah kebijakan terhadap

pembinaan BUMN.

3.4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Terhadap Kementerian BUMN

Arah kebijakan terhadap Kementerian BUMN sebagai institusi

pembina BUMN adalah Reformasi Birokrasi. Kementerian BUMN

sebagai unsur pelaksana pemerintah yang bertugas dalam

19

Page 25: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaan kepada Badan

Usaha Milik Negara memiliki tanggung jawab yang besar dalam

melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

tersebut. Oleh karena itu, institusi Kementerian BUMN harus

didukung oleh perangkat dan sumber daya yang memadai, salah

satunya adalah sumber daya manusia yang kompeten, berintegritas,

serta berdedikasi tinggi dalam mewujudkan rencana dan program

kerja serta mampu mengemban amanat Undang-Undang tersebut.

Persiapan pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian BUMN

sedang dalam proses finalisasi segala persyaratan sebagaimana yang

berlaku di Kementerian/Lembaga yang telah melaksanakan reformasi

birokrasi.

Langkah-langkah yang memerlukan perhatian dalam finalisasi

reformasi birokrasi, antara lain:

3.4.1.1 Mempercepat penyelesaian seluruh dokumen persyaratan

reformasi birokrasi.

3.4.1.2 Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi dan Menteri Keuangan untuk mempercepat proses

pelaksanaan.

3.4.1.3 Mempersiapkan mekanisme rekruitmen pegawai Kementerian

BUMN yang baru untuk menutupi kekurangan SDM keahlian

tertentu.

3.4.1.4 Mempercepat proses penetapan status pegawai Kementerian

BUMN sebagai pegawai tetap Kementerian karena sampai saat

ini status pegawai masih status dipekerjakan dari berbagai

Kementerian/Lembaga lain.

3.4.1.5 Menyiapkan perangkat pelaksana penilaian Key Performance

Indicators (KPI) pegawai.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan, terdiri dari:

20

Page 26: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

3.4.1.1 Meningkatkan kompetensi dan kinerja SDM Kementerian

BUMN.

3.4.1.2 Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Kementerian BUMN.

3.4.1.3 Meningkatkan implementasi Good Corporate Governance

Kementerian BUMN.

3.4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Terhadap Pembinaan BUMN

Arah kebijakan utama terkait dengan pembinaan BUMN adalah

rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN secara

bertahap dan berkesinambungan.

Kebijakan rightsizing dilaksanakan melalui 5 jenis tindakan, yaitu:

3.4.2.1 Standalone

3.4.2.2 Merjer/konsolidasi

3.4.2.3 Holding

3.4.2.4 Divestasi

3.4.2.5 Likuidasi

Skenario pelaksanaan rightsizing BUMN tahun 2012-2014 adalah

rightsizing Sektor Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Sektor

Perkebunan, Sektor Kehutanan, Sektor Pertambangan, Sektor Farmasi,

Sektor Pengerukan, Sektor Aneka Industri sehingga jumlah BUMN

pada akhir tahun 2012 menjadi sekitar 116 BUMN. Pada tahun 2013,

akan dilakukan rightsizing pada Sektor Kebandarudaraan, Sektor

Angkutan Darat dan Kereta Api, Sektor Pertanian, Sektor

Perdagangan, Sektor Energi, Sektor Konstruksi dan Konsultan

Konstruksi, Sektor Logistik, dan Sektor Jasa Penilai sehingga jumlah

BUMN akan menjadi sekitar 105 BUMN. Selanjutnya, pada tahun

2014, akan dilakukan rightsizing pada Sektor Pertahanan, Sektor

Industri Berbasis Teknologi, Sektor Dok dan Perkapalan, Sektor Baja

dan Konstruksi Baja, Sektor Asuransi, dan Sektor Konstruksi sehingga

jumlah BUMN pada akhir tahun 2014 diperkirakan akan menjadi

sekitar 95 BUMN.

21

Page 27: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

Kebijakan rightsizing secara lengkap dan menyeluruh dituangkan

dalam Master Plan 2010-2014 yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Rencana Strategis Kementerian BUMN ini.

Selain rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi

BUMN, arah kebijakan lain yang diambil adalah:

3.4.2.1 Memantapkan proses seleksi pengurus BUMN secara

profesional, transparan dan obyektif;

3.4.2.2 Penetapan peraturan pelaksanaan UU BUMN dan harmonisasi

peraturan perundang-undangan lainnya sesuai dengan UU

Perseroan Terbatas dan/atau Capital Market Protocol;

3.4.2.3 Penerapan Good Governance dan Good Corporate

Governance;

3.4.2.4 Peningkatan kinerja dan daya saing dan keberlanjutan usaha

BUMN;

3.4.2.5 Peningkatan kualitas pelaksanaan pelayanan umum;

3.4.2.6 Peningkatan peran BUMN dalam mendorong pelaksanaan

prioritas pembangunan nasional;

3.4.2.7 Privatisasi BUMN untuk meningkatkan daya saing dan nilai

perusahaan.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

3.4.2.1 Penerapan sistem informasi manajemen Kementerian

BUMN.

3.4.2.2 Meningkatkan kualitas dan kuantitas talent management

untuk pimpinan/direksi BUMN.

3.4.2.3 Meningkatkan kualitas sistem monitoring dan pengendalian

BUMN.

3.4.2.4 Meningkatkan upaya peningkatan nilai BUMN melalui upaya

“creating value strategy”.

22

Page 28: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

3.4.2.5 Meningkatkan implementasi GCG dan sistem manajemen

kinerja di BUMN.

3.4.2.6 Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan investasi

BUMN.

3.4.2.7 Meningkatkan peran BUMN dalam keperintisan usaha dan

pengembangan UMKM.

3.4.2.8 Meningkatkan kualitas dividen yang diterima Pemerintah

dengan mempertimbangkan besaran investasi BUMN dalam

mendukung pertumbuhan usaha BUMN.

3.4.2.9 Meningkatkan kontribusi BUMN dalam mendukung

pembangunan nasional.

3.4.2.10 Meningkatkan kepuasan pelanggan dan pangsa pasar BUMN

dalam setiap sektor industri atau jasa yang dimasuki.

3.4.2.11 Meningkatkan daya saing BUMN di pasar domestik dan

internasional.

3.4.2.12 Meningkatkan efisiensi BUMN

3.4.2.13 Meningkatkan total pendapatan BUMN

3.4.2.14 Meningkatkan nilai dan kekayaan BUMN

Untuk mencapai jumlah BUMN yang ideal yang dapat

memaksimalkan nilai BUMN dan memberikan manfaat optimal bagi

Negara, akan dilakukan restrukturisasi/rightsizing BUMN.

3.5 Tugas dan Fungsi Pokok

Tugas :

Kementerian BUMN mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang

pembinaan Badan Usaha Milik Negara dalam pemerintahan untuk membantu

Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi:

3.5.1 Perumusan dan penetapan pelaksanaan kebijakan di bidang

pembinaan Badan Usaha Milik Negara;

23

Page 29: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

3.5.2 Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang

pembinaan Badan Usaha Milik Negara;

3.5.3 Pengelolaan barang mililc/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian BUMN; dan

3.5.4 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

BUMN.

3.6 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTRIAN BUMN

24

Page 30: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan:

4.1.1 Kementerian Keuangan, disingkat Kemenkeu, (dahulu disebut

Departemen Keuangan, disingkat Depkeu) adalah kementerian negara

di lingkungan Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan

keuangan dan kekayaan negara, Kementerian Keuangan

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.

Kementrian Keuangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di

bidang keuangan dan kekayaan negara dalam pemerintahan untuk

membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerin tahan negara.

4.1.2 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (disingkat Kementerian

BUMN) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang

membidangi urusan badan usaha milik negara (BUMN). Kementerian

BUMN dipimpin oleh seorang Menteri Badan Usaha Milik Negara

(Menteri BUMN). Kementrian BUMN memiliki tugas

menyelenggarakan urusan di bidang pembinaan Badan Usaha Milik

Negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara.

4.2 Saran

Kementrian Keuangan Republik Indonesia dan Kementrian Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dimana keduanya merupakan bagian dari

pemerintahan Indonesia yang mempunyai tugas sangat penting, yaitu

mengelola aset dan keuangan negara, hendaknya semakin meningkatkan mutu

pelayanan kepada masyarakat.

25

Page 31: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

26

Page 32: laporan KKL Mandiri 2014 Jurusan Akuntansi FE Unnes

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Badan_Usaha_Milik_Negara_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Indonesia

www.kemenkeu.go.id

www.bumn.go.id

v