lap. kkl oseanografi

32
Abstrak Kawasan pesisir adalah suatu kawasan yang labil dan mudah mengalami perubahan, karena merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan, dimana garis pertemuan tersebut dinamakan dengan garis pantai. Dari garis pantai inilah kita dapat menentukan batas administrasi suatu wilayah, dari sini dapat dipastikan pentingnya peranan dari garis pantai tersebut, sedangkan garis pantai sendiri sangat mudah berubah, sehingga perlu adanya penelitian secara berkala mengenai batas garis pantai tersebut. Kawasan pesesir jawa bagian selatan khususnya pada pantai Ngliyep adalah salah satu kawasan pesisir yang perlu dikaji mengenai garis pantai dan tutupan lahannya, karena wilayah pesisir sendiri banyak dimanfaatkan baik untuk industri, pariwisata dan pembangunan, sehingga dapat memicu perubahan garis pantai beserta tutupan lahan di wilayah tersebut. Perubahan garis pantai secara rinci dari waktu ke waktu dapat diketahui bila tersedia peta dan data yang lengkap. Bila data dan peta ini dibuat dengan melakukan pengukuran terestris akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pendekatan dengan menggunakan sistem pengindeaan jauh, yaitu dengan menggunakan citra satelit

Upload: dodik-prasetyo-prabowo

Post on 02-Jan-2016

153 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Kkl Oseanografi

Abstrak

Kawasan pesisir adalah suatu kawasan yang labil dan mudah

mengalami perubahan, karena merupakan tempat bertemunya daratan

dan lautan, dimana garis pertemuan tersebut dinamakan dengan garis

pantai. Dari garis pantai inilah kita dapat menentukan batas administrasi

suatu wilayah, dari sini dapat dipastikan pentingnya peranan dari garis

pantai tersebut, sedangkan garis pantai sendiri sangat mudah berubah,

sehingga perlu adanya penelitian secara berkala mengenai batas garis

pantai tersebut. Kawasan pesesir jawa bagian selatan khususnya pada

pantai Ngliyep adalah salah satu kawasan pesisir yang perlu dikaji

mengenai garis pantai dan tutupan lahannya, karena wilayah pesisir

sendiri banyak dimanfaatkan baik untuk industri, pariwisata dan

pembangunan, sehingga dapat memicu perubahan garis pantai beserta

tutupan lahan di wilayah tersebut. Perubahan garis pantai secara rinci dari

waktu ke waktu dapat diketahui bila tersedia peta dan data yang lengkap.

Bila data dan peta ini dibuat dengan melakukan pengukuran terestris

akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi

hal tersebut dilakukan pendekatan dengan menggunakan sistem

pengindeaan jauh, yaitu dengan menggunakan citra satelit Landsat, jadi

dengan menggunakan proses interpretasi dan klasifikasi maka dapat

membuktikan terjadinya perubahan garis pantai dikawasan pesisir

tersebut. Hasil dari proses penginderaan jauh tersebut adalah sebuah peta

yang memuat informasi mengenai perubahan baik garis pantai kawasan

pesisir pantai Ngliyep. Setelah mengetahui ada perubahan garis pantai

langkah selanjutnya adalah mengetahui faktor yang memengaruhi

perubahan garis pantai.

Kata kunci: Pantai Ngliyep, Perubahan garis pantai, faktor penyebab perubahan

garis pantai.

Kata Pengantar

Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang

tertinggi dan air surut terendah (Bambang Triatmojo). Garis pantai adalah garis

batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan

Page 2: Lap. Kkl Oseanografi

dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

Perubahan garis pantai disebabkan oleh faktor alam atau faktor manusia. Faktor

alam diantaranya gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi

tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia

antara lain pembangunan pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya

breakwater), pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan,

perlindungan pantai serta reklamasi pantai.

Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu

menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut

merupakan tanggapan dinamis alami terhadap laut. Proses dinamis pantai sangat

dipengaruhi oleh littoral transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di

daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transpor sepanjang pantai (longshore

transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material

pasir yang ditranspor disebut dengan littoral drift. Transpor tegak lurus pantai

terutama ditentukan oleh kemiringan gelombang, ukuran sedimen dan kemiringan

pantai. Pada umumnya gelombang dengan kemiringan besar menggerakkan

material kearah laut (abrasi), dan gelombang kecil dengan periode panjang

menggerakkan material kearah darat (akresi).

Garis pantai terletak di kawasan pantai yang Mempunyai beberapa

ekosistem tersendiri dimana setiap kehidupan pantai saling berkaitan antara satu

sama lain, antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya saling mempunyai

keterkaitan serta berbagai fungsi yang kadang–kadang saling menguntungkan

maupun merugikan. Oleh karena itu, kawasan pantai merupakan satu kawasan

yang sangat dinamik begitu pula dengan garis pantainya. Perubahan terhadap

garis pantai adalah satu proses tanpa henti (terus menerus) melalui proses baik

pengikisan (abrasi) maupun penambahan (akresi) pantai yang diakibatkan oleh

pergerakan sedimen, arus susur pantai (longshore current), gelombang dan

penggunaan tanah .Perubahan pada garis pantai yang diakibatkan oleh faktor-

faktor tersebut dapat menunjukkan kecenderungan perubahan garis pantai yang

mengarah kedaratan atau bertambah (menjorokkelaut).

Page 3: Lap. Kkl Oseanografi

Perubahan garis pantai tersebut dapat dipantau menggunakan teknologi

satelit penginderaan jauh, secara multi temporal. Teknologi penginderaan jauh

adalah teknik atau seni yang berlandaskan pada penggunaan gelombang

elektromagnetik. Teknologi untuk melihat perubahan garis pantai. Dengan

menggabungkan hasil analisa citra secara multitemporal dan pengetahuan pakar,

proses perubahan garis pantai tersebut dapat diukur atau diamati secara detail.

Pantai pada daerah jawa bagaian utara merupakan pantai endapan atau ada

pengaruh dari bentukan aluvial karena banyak sungai-sungai besar yang mengarah

pada pesisir jawa bagian utara. Sedangkan pantai jawa bagian selatan banyak

terjadi erosi dan kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor yang

memengaruhi. Begitu pula pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo Kabupaten

Malang.

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

Daftar lannya

Page 4: Lap. Kkl Oseanografi

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai batas antara daratan dan laut, pantai mempunyai bentuk yang

bervariasi dan dapat berubah dari musim ke musim . Pengertian pantai menurut

“A Modern Dictionary Of Geography” ( Small and Witherick, 1986) adalah

akumulasi pasir atau bahan lain yang terletak antara titik tertinggi yang dicapai

oleh ombak besar dan garis surut terendah suatu laut. Secara khusus Baker and

Kaeoniam ( 1985) menyatakan bahwa pantai adalah area geografis dimana faktor-

faktor darat dan laut bercampur dan mempentuk bentang lahan dan ekosistem

yang unik.

Menurut Sutikno (2000) batas wilayah pantai ke arah darat adalah batas

pasang surut, vegetasi suka air, intrusi air laut ke dalam air tanah dan konsentrasi

ekonomi bahari ; sedangkan ke arah laut dibatasi oleh garis pecahan gelombang

dan pengaruh aktifitas manusia di darat. Kegiatan yang dilaksanakan di daerah

aliran sungai yang mengakibatkan proses erosi dan deposisi mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap lingkungan ekosistem pantai.

Di surf zone atau daerah antara garis pantai sampai gelombang pecah

terjadi interaksi dinamis antara gelombang pecah dan arus atau air dan material

sedimen. Air yang bergerak membawa material dari tempat satu ke tempat lain

mengikis sedimen dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat lain akan

memnimbulkan perubahan garis pantai. Pantai selalu menyesuaikan bentuk

profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang

datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan pantai dinamis alami

pantai terhadap lautb. Jika pada bagian dari pantai mengalami erosi, material yang

terbawa arus akan diendapkan di bagian lain yang lebih tenang, seperti muara

sungai, teluk dan sebagainya. Sehingga menyebabkan terjadinya sedimentasi di

daerah tersebut. Untuk menanggulangi erosi dan sedimentasi di pantai, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah mencari penyebabnya. Dengan mengetahui

penyebabnya, selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya. Salah satu

penyebab terjadinya kerusakan pantai adalah kerentanan pantai itu sendiri untuk

mengalami kerusakan. Mencari penyebab perubahan garis pantai dapat dilakukan

dengan analisa mengenai proses pantai yang terjadi. Yaitu dengan mempelajari

Page 5: Lap. Kkl Oseanografi

interaksi antar sub-sistem dari sistem pantai. Interaksi antara aspek oseanografi

akan menimbulkan persoalan morfologi atau perubahan garis pantai.

Ketika gelombang menjalar pada permukaan air di daerah pantai dengan

kedalaman yang bervariasi, maka tinggi gelombang, panjang gelombang, dan arah

rambatnya akan berubah secara drastik karena kombinasi efek dari refraksi dan

defraksi. Jika gelombang melewati pantai yang merupakan dinding (mendekati)

vertikal tanpa perubahan kedalaman maka gelombang akan mengalami refleksi.

Karena flux energi gelombang konstan dan terjadi gesekan dengan dasar laut,

maka tinggi gelombang akan naik sehingga terjadi shoaling. Jika gelombang

mendekati pantai dengan menyudut, akan terjadi perbedaan kecepatan penjalaran

pada puncak-puncak gelombang dari dua ortogonal gelombang yang

berdekatan,sehingga penjalaran gelombang akan membelok, maka akan terjadi

refraksi. Jika gelombang melewati penghalang akan terjadi perbedaan gelombang

di belakang penghalang dan di depannya sehingga terjadi difraksi. Jika dasar laut

sangat dangkal maka gelombang tidak lama akan eksis karena akan pecah.

Gelombang yang pecah sebagian akan ditranfer menjadi arus. Jika arus mengalir

cukup kuat, maka akan sanggup mengikis dan membawa material pantai sehingga

akan terjadi erosi. Jika kekuatan arus berkurang maka material yang terbawa arus

akan diendapkan sehingga timbul sedimentasi.

Page 6: Lap. Kkl Oseanografi

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di pantai Ngliyep Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang, berikut ini adalah lokasi penelitian:

Gambar 1. Lokasi Penelitian. (Sumber: http://artikel-luarbiasa.blogspot.com/2012/05/pantai-ngliyep-malang.html)

2.2. Alat dan Bahan

Citra Landsat 7 ETM+ Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 1954 Meteran Yalon Abney level Palu Geologi HCl Peta Geologi

Page 7: Lap. Kkl Oseanografi

2.3. Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini adalah :

Berikut ini penjelasan diagram alir penelitian tersebut :1. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan peta perubahan garis pantai di sepanjang kawasan pesisir pantai Ngliyep dan seberapa besar perubahan garis pantai serta faktor apa yang menyebabkan perubahan garis pantai di pantai Ngliyep.

2. Studi LiteraturBertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan

Oseanografi, Penginderaan Jauh, keadaan di kawasan pesisir dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, media masa, internet dan lain-lain.

3. Studi LapanganStudi lapangan bertujuan untuk melakukan pengukuran dan keadaan atau

kondisi pantai guna mencari faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai,

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Studi Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa

Penyusunan Laporan

Page 8: Lap. Kkl Oseanografi

4. Pengumpulan DataPengumpulan data yaitu data citra Landsat untuk tahun 1994, 2002 dan

2009 beserta data pengukuran dan cek lapangan.

5. Pengolahan DataPada tahapan ini dilakukan pengolahan dari data-data yang telah diambil

dari lapangan dan data penunjang lainnya dengan menggunakan metode Multitemporal.

6. Penyusunan LaporanPenyusunan laporan merupakan tahap akhir dari peneltian Tugas Akhir ini.

Berikut ini tahap dalam pengolahan data:

Penjelasan Diagram alir pengolahan data.

Peta RBI tahun 1954 Citra Satelit Landsat 7 ETM +

Deliniasi Garis Pantai

Peta Garis Pantai Ngliyep tahun 1954

Peta Garis Pantai Ngliyep tahun 1999

Peta perubahan garis pantai Ngliyep

Hasil Cek Lapangan

Faktor Penyebab Perubahan Garis Pantai

Page 9: Lap. Kkl Oseanografi

1. Tahap pertama adalah deliniasi garis pantai Ngliyep pada peta RBI dan citra Landsat 7 ETM + dengan menggunakan software ArcGis 9.32. Kemudian data citra tersebut dirubah dalam format *jpg3. Dalam software ER Mapper dilakukan pengolahan sebagai berikut :- Membuat kombinasi band 5-4-2 (true color) agar kenampakan dari obyek garis pantai dan tutupan lahan menjadi jelas, juga dilakukan contrast enhancement.- Koreksi geometrik digunakan untuk memperoleh koordinat citra yang mendekati koordinat sebenarnya dipermukaan bumi, hal ini dilakukan dengan acuan peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) skala 1 : 25000, citra terkoreksi, dan GCP sebagai data pelengkap dengan asumsi nilai RMS (Rate Mean Square) < 1.00 pixel- Proses pemotongan citra dimaksudkan untuk mengecilkan area penelitian, dalam hal ini pembagiannya berdasarkan batas kecamatan, dengan acuan peta batas kecamatan.- Berikutnya proses Deliniasi Garis Pantai, digunakan metode masking, yaitu dengan menggunakan perbandingan antar band dengan algoritma sebagai berikut : If( 0 > i1 /i2 >1 ) if in region Dimana i1 diisi dengan band 4, dan i2 diisi dengan band 1,juga digunakan kombinasi band 7-5-4.- Kemudian pada proses klasifikasi, dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) Dengan jenis kelas tutupan lahan yaitu : Badan air, lahan kosong, lahan terbuka, perairan, sawah, bakau, dan pemukiman4. Setelah dilakukan proses editing dari software ER Mapper 7.0, maka dilakukan proses import data citra ke dalam software Arcview 3.3, dengan proses – proses sebagai berikut :- Proses import data perubahan garis pantai kedalam software Arcview- Kemudian dilakukan proses overlay, dari dijitasi pada citra satelit Landsat tahun 1993 dan 2000 dengan citra Landsat 7 TM tahun 2009, sehingga diketahui perubahan yang terjadi pada garis pantai dan tutupan lahan daerah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo- Setelah dilakukan proses overlay, dan mendapatkan perubahan garis pantai serta perubahan tutupan lahan, maka proses berikutnya adalah pembuatan muka peta danlegenda dari kedua peta tersebut.

Page 10: Lap. Kkl Oseanografi

BAB III

HASIL PENELITIAN

DATA LITOLOGI

No Nama Objek HCL(Kandungan Kapur)

H2O2

(Kandungan Bahan Organik)

PH

1. Tebing Batu Karang

+ (Banyak) - 8

PERIODE GELOMBANG (T)

No Waktu No Waktu1. 00.00.11.1 6. 00.00.15.52. 00.00.16.6 7. 00.00.19.63. 00.00.14.4 8. 00.00.11.04. 00.00.14.0 9. 00.00.25.75. 00.00.15.4 10. 00.00.13.8

PENGUKURAN HIGROBAROMETER

No Pukul Suhu Laut Suhu Udara Tekanan Kelembaban1. 11.00 30,5 ºC 31,5 ºC 1004 mbar 80 %2. 12.00 30,5 ˚C 33 ºC 1004 mbar 57 %3. 13.00 31 ºC 37 ºC 1004 mbar 48 %4. 14.00 31 ºC 37 ºC 1009 mbar 55 %5. 15.00 30 ºC 39 ºC 1009 mbar 49 %

PENGUKURAN SUDUT PASANG

No. Titik Pengamatan Arah Besaran Sudut1. Elevasi 1 Samping (utara) 310°

Depan (sejajara garis pantai)

240°

Back Azimuth2. Elevasi 2 Samping (utara)

Depan (sejajara garis pantai)Back Azimuth

3. Elevasi 3 Samping (utara) 106°Depan (sejajara garis pantai)

160°

Back Azimuth 286°

Page 11: Lap. Kkl Oseanografi

PENGUKURAN SUDUT LERENG GISIK

No. Lokasi Panjang Sudut Elevasi1 I 13,4 m 10°3”2 II 8,3 m 5°3 III 13,9 m 1°52”4 IV 12 m -2°2”5 V 4,1 m -10°1”6 VI 7,5 m 4°3”7 VII 50 m 1°2”

PENGUKURAN VOLUME SWASH DAN BACK SWASH

NoSwash

Titik II Titik III1 100 3602 100 1003 50 1004 100 7005 100 3006 50 7507 20 1008 50 8009 30 12510 20 100Rata 62

NoBack Swash

Titik II Titik III1 175 1002 175 503 100 754 175 2255 100 1506 50 3607 40 508 100 3009 50 5010 50 150Rata

Page 12: Lap. Kkl Oseanografi

Tangga

l

No Stasiun

Lokasi Kecepatan

angin (m/dt)

Periode

Gelomban

g(dt)

Sudut

Lereng

Gisik(β)

Sudut

Datang Empasan

Suhu (˚C) VolumeSampel

Air

U2 U10

U Udara

Laut

waktu

Swash

Back Swash

Air Laut

Air Tawar

1,67

- 11,1 10°3”

10°3”

31,5

30,5

11.00

360

100

1,48

16,6 5° 5° 33 30,5

12.00

100

50

0,93

14,4 1°52”

1°52”

37 31

13.00

100

75

0,74

14 -2°2

-2°2”

37 31

14.00

700

225

1,11

15,4 -10°1”

-10°1”

39 30

15.00

300

150

1,1115,5 4°3

”4°3” 75

0360

19,6 1°2”

1°2” 100

50

11 800

300

25,7 125

50

13,8 100

150

Jumlah 157,1 177,

15

Page 13: Lap. Kkl Oseanografi

5 3Rata-Rata 1,173

33333

15,71 35,5

30,6

TABEL PENGUKURAN DATA LAPANGAN

TABEL PERHITUNGAN PARAMETER GELOMBANG

No

U10 Suhu Koef Koreksi

suhu (RT)

Koef koreksi angin darat

Kec Angin terkoreksi

Tinggi Gelombang

Panjang Gel Kecepatan Gel

Energi Gel Tinggi gel pecah

U2x1,258 Δ Ta - Ts Grafik Grafik U=RT x RL x U10 (H0=0,0314 U2) (L0=1,56T2) C0=156T E=(ρġ H03L0)/8 Hb=0,39xg0,2 x (T.H0)0,4

1,476053 4,9 0,97 1,9 2,720366293 0,232372333 385,0144 24,5076 6065,829198 0,850970904

Sifat Gelombang : Destruktif H0/Lo ≥0,025 Tipe gelombang pecah: B0= H0/L0 Tan2β Transpor Sedimen: Qs = 1290 P1 m3/th

Konstruktif H0/L0 ≥ 0,025 B0 ≥4,8 spiling breakers Qs =3,534 P1 m3/hari

0,09 < B0 < 4,8 plunging breakers

B0 ≤ 0,09 surging breakers

Keterangan:

β sudut lereng gisik

α sudut datang gelombang pecah

Page 14: Lap. Kkl Oseanografi

TABEL DATA THEODOLIT untuk pembuatan profil

Lokasi

Tinggi Sudut Vertikal

Sudut Horizontal

Tinggi Alat

Jarak mirin

g

Beda Tinggi (BT)

PLOT

1. CA CT CB1. 17

2158

144

95.33.20

172.03.30

148 cm

49 S 0656595

UTM 9073128

2. 166

152

140

95.33.10

133.22.10

148 cm

49 S 0656570

UTM 9073114

3. 420

394

376

92.17.00

295.29.40

148 cm

49 S 0655657

6UTM

90731274. 18

2156

130

92.17.10

310.25.00

148 cm

49 S 0656567

UTM 9073147

5. 106

50 8 92.17.00

312.56.30

148 cm

49 S 0656559

UTM 9073160

6. 206

162

120

90.23.30

319.54.10

148 cm

49 S 0656535

UTM 9073187

7. 108

60 30 90.01.00

320.13.30

148 cm

49 S 0656544

UTM 9073192

8. 136

108

76 90.01.00

320.17.00

148 cm

49 S 0656557

UTM 9073194

9. 162

140

118

90.01.00

315.44.50

148 cm

49 S 0656568

UTM 9073174

10. 22 21 19 90.06.0 316.00.4 148 49 S

Page 15: Lap. Kkl Oseanografi

2 0 8 0 0 cm 0656569UTM

907316211. 22

2214

208

93.56.40

280.54.00

148 cm

49 S 0656577

UTM 9073145

12. 190

180

170

93.56.40

247.24.30

148 cm

49 S 0656582

UTM 9073131

13. 126

118

108

93.55.10

242.06.00

148 cm

49 S 0656579

UTM 9073121

14. 56 48 38 93.55.00

67.32.10 148 cm

49 S 0656586

UTM 9073120

15. 164

140

116

90.36.10

46.56.20 148 cm

49 S 0656514

UTM 9073130

16. 122

92 62 90.36.10

79.47.50 148 cm

49 S 0656643

UTM 9073149

17. 240

80 18 90.36.10

80.37.40 148 cm

49 S 0656644

UTM 9073167

18. 136

74 12 90.36.10

89.47.00 148 cm

49 S 0656717

UTM 9073154

19. 130

80 32 90.36.10

90.04.30 148 cm

49 S 0656722

UTM 9073134

20. 168

140

112

90.35.00

105.45.30

148 cm

49 S 0656697

UTM 9073129

21. 178

162

146

90.33.00

120.04.30

148 cm

49 S 0656651

UTM 9073117

22. 19 18 17 90.30.0 121.41.1 148 49 S

Page 16: Lap. Kkl Oseanografi

6 9 8 0 0 cm 0656641UTM

907312123. 13

4128

122

90.30.00

35.23.30 148 cm

49 S 0656616

UTM 9073120

24. 116

104

90 90.30.00

35.47.30 148 cm

49 S 0656604

UTM 9073132

25. 156

132

106

90.29.00

43.24.50 148 cm

49 S 0656602

UTM 9073143

26. 96 86 76 90.27.40

351.24.10

148 cm

49 S 0656613

UTM 9073145

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 17: Lap. Kkl Oseanografi
Page 18: Lap. Kkl Oseanografi

Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu

sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang

surut dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Perubahan garis pantai juga

terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal

serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan bakau sebagai

penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah

pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi yang mengakibatkan

terjadinya perubahan garis pantai.

Perubahan garis pantai Ngliyep kemungkinan akan menyebabkan

terbentuknya  beberapa sumenanjung dan teluk yang diperlihatkan adanya

pergerakan maju (progradasi) dan abrasi. Dimana proses abrasi di wilayah pesisir

pada umumnya mempunyai dampak negatif, karena mengakibatkan lahan menjadi

berkurang, sedangkan pantai akresi mempunyai dampak positif dan negatif.

Pada peta perubahan garis pantai yang dianalisis juga menunjukkan  adanya kaitan

antara faktor alam dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab

terjadinya perubahan garis pantai (abrasi dan akresi). Selain itu batuannya yang

tergolong batuan kapur sehingga sangat rentan dengan abrasi. Dimana pada

gelombang yang tinggi juga menyebabkan batuan tersebut sangat mudah diabrasi.

Kondisi pantai abrasi dan pantai akresi di daerah pesisir Ngliyep pantainya

ditempati oleh alluvium, hal ini disebabkan oleh adanya sungai yang bermuara di

daerah penelitian. Selain itu dilihat dari data swash yang lebih kebil dari back

Page 19: Lap. Kkl Oseanografi

swash menandakan bahwa pantai Ngliyep sangat rentan terhadap erosi garis

pantai yang dapat merubah garis pantainya.

Namun disisi lain berdasarkan perhitunan gelombang, tipe gelombang

yang ada pantai Ngliyep tergolong gelombang konstruktif. Hal ini disebabkan

oleh tipe pantainya yang berbentuk teluk sehingga ada pengaruh dari defraksi

gelombang. Energi gelombang yang datang sebenarnya besar, namun karena

adanya pengaruh defraksi gelombang, gelombang yang datang akan tersebar

kesegala arah akibat benturan dari tebing teluk. Kondisi ini akan menyebabkan

gelombang yang datang akan tersebar kesegala arah sehingga mengurangi energi

gelombang dan menambah panjang gelombang. Hal ini juga mempengaruhi

volume back swash dan swash. Dimana pantai yang berbentuk teluk akan

menyebabkan material yang terbawa oleh gelombang lebih kecil dengan dari pada

material yang kembali ke pantai. Hal ini disebabkan oleh material yang terbawa

oleh ombak akan terhalang oleh bentuk pantai yang teluk sehingga material

tersebut akan terbawa ombak menuju shoreline. Sehingga pada pantai Ngliyep

bersifat akresi.

Page 20: Lap. Kkl Oseanografi

BAB V PENUTUP

Page 21: Lap. Kkl Oseanografi

Daftar Rujukan

Taufiqurrohman.2012. ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI

PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT. (Jurnal

Penelitian)

Anonim. Tanpa Tahun. Perencanaan Perlindungan Pantai Kendal. (Tugas Akhir)

Anonim. Tanpa Tahun. Pembangunan Bangunan Pengaman Di Daerah Mundu-

Balongan. (Laporan Tugas Akhir)

Wahyudi. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara

Jawa Timur. (Jurnal Penelitian)

Muryani, 2010. Analisis Perubahan Garis Panatai Menggunakan SIG Serta

Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Muara

Sungai Rejoso Kebupaten Pasuruan. (Jurnal Penelitian)

Anonim. 2012. Pantai Ngliyep Malang. (Online). (http://artikel-

luarbiasa.blogspot.com/2012/05/pantai-ngliyep-malang.html)

Dayat. 2011. Abrasi Dan Sedimentasi Pantai.(Online)http://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/abrasi-dan-sedimetasi-pantai.html

Hanafi, Mustafa. Tanpa Tahun. Studi Perubahan Garis Pantai Kaitannya Dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir Indramayu Jawa Jarat.(Online) ( Diakses pada tanggal 16 Mei 2013)

Page 22: Lap. Kkl Oseanografi

Lampiran-Lampiran