laporan kinerja (lkj) - dlh.bantulkab.go.id 2017 dlh.pdf · kinerja dan tata cara reviu atas...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA (LKj)
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2017
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Laporan Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
tahun anggaran 2017 dapat tersusun dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa laporan Kinerja
tahunan SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Gubernur/Bupati/Walikota,
paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, laporan
kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal
terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran
kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil
analisis terhadap pengukuran kinerja.
Pemerintah Kabupaten Bantul telah menetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016 – 2021 sebagaimana
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2016.
Menindaklanjuti RPJMD tersebut, makan disusunlah Rencana Strategis Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul ditetapkan dengan Keputusan Dinas
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2017. Secara keseluruhan penyelenggaran
tugas pokok dan fungsi di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah
banyak membuahkan hasil, namun disadari masih terdapat beberapa indikator
kinerja yang belum tercapai. Dengan adanya laporan ini dapat digunakan sebagai
sarana evaluasi agar kinerja ke depan menjadi lebih lebih produktif, efektif dan
efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan
maupun koordinasi pelaksanaannya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan atas
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bantul, Februari 2018
Kepala DLH Kabupaten Bantul
Drs. Masharun, MM NIP. 19580703 198503 1 016
IKHTISAR EKSEKUTIF
Penyusunan Laporan Kinerja menjadi salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mendorong tata kelola pemerintahan yang baik, dimana
instansi pemerintah, melaporkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan
publik. Proses penilaian yang terukur ini juga menjadi bagian dari skema
pembelajaran bagi organisasi pemerintah untuk terus meningkatkan kapasitas
kelembagaan sehingga kinerjanya bisa terus ditingkatkan. Laporan Kinerja Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2017 ini merupakan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Penyusunan Laporan
Kinerja dilakukan dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas Laporan
Kinerja, di mana pelaporan capaian kinerja organisasi secara transparan dan
akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul.
Pelaksanaan pembangunan Kabupaten Bantul tahun 2017 telah
berpedoman kepada RPJMD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2016–2021. Menindaklanjuti hal tersebut, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah menetapkan Rencana Strategis Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2017.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bantul. Rincian tugas, fungsi dan tata
kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul diatur dalam Peraturan Bupati
Bantul Nomor 116 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas,
Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul.
Tugas pokok Dinas Lingkungan Hidup adalah membantu Bupati
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan bidang lingkungan hidup, serta memiliki fungsi yang cukup luas dan
strategis dalam menjalankan roda Pemerintahan, yaitu :
a. Perumusan kebijakan bidang lingkungan hidup;
b. Pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang lingkungan hidup;
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait bidang
lingkungan hidup.
Laporan Kinerja ini disusun dengan melakukan analisa dan mengumpulkan
bukti untuk menjawab pertanyaan, sejauh mana sasaran pembangunan yang
ditunjukkan dengan keberhasilan pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 4 (empat) IKU, disimpulkan
bahwa 2 (dua) indikator berkriteria Sangat Tinggi dan 2 (dua) indikator berkriteria
Tinggi, dengan rata-rata capaian sebesar 102,63 %. Adapun 2 (dua) IKU yang
pencapaiannya masuk dalam kriteria sangat tinggi (90,1 % lebih), adalah:
1. Indeks Kualitas Udara (137,18 %), dan
2. Volume sampah yang tertangani (102,56 %).
Sedangkan 2 (dua) indikator sisanya masuk dalam kriteria Tinggi (75,1% s/d 90%)
, yaitu :
1. Indeks Kualitas Air (89,51 %), dan
2. Indeks Tutupan Lahan (81,26 %).
Sebagai bagian dari perbaikan kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bnatul yang menjadi tujuan dari penyusunan Laporan Kinerja, hasil evaluasi
capaian kinerja ini juga penting dipergunakan untuk perbaikan perencanaan
dan pelaksanaan program/kegiatan di tahun yang akan datang. Dengan ini,
upaya perbaikan kinerja dan pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat akan bisa dicapai.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
IKHTISAR EKSEKUTIF.......................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
DAFTAR GRAFIK................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang..........................……………………………….......
Pembentukan OPD.....................................................................
Susunan Organisasi.........……………………………...................
Keragaman SDM........................................................................
Isu Strategis................................................................................
BAB II PERENCANAAN KINERJA...............................................................
A.
B.
C.
Rencana Strategis......................................................................
Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017...........................................
Program dan Kegiatan untuk Pencapaian Sasaran....................
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA...............................................................
A.
B.
C.
D.
E.
Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017..........................
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja......................................
Capaian/ Prestasi Lainnya........................................................
Akuntabilitas Anggaran.............................................................
Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.........................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Penilaian dan pelaporan kinerja dalam rangka menjamin
pemerintahan yang akuntabel, peningkatan pengawasan, tanggap, profesional,
efisien dan efektif, transparan, pelaksanaan kesetaraan, berwawasan ke depan,
mendorong partisipasi warga dan penegakan hukum menjadi bagian kunci
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2017
disusun berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas
Laporan Kinerja, di mana pelaporan capaian kinerja organisasi secara
transparan dan akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja
Pemerintah Kabupaten Bantul.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul Tahun 2017 adalah memberi informasi kinerja yang terukur kepada
pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Juga sebagai
upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk
meningkatkan kinerjanya.
B. Pembentukan OPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 20016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bantul dan
Peraturan Bupati Nomor 116 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul, tugas pokok Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul adalah
membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, maka Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan bidang lingkungan hidup;
2) Pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup;
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang lingkungan hidup;
4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait bidang
lingkungan hidup.
C. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 116 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul, susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup terdiri atas:
1) Sekretariat, terdiri atas:
a) Sub Bagian Program, Keuangan dan Aset; dan
b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2) Bidang Penataan dan Penaatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH), terdiri atas:
a) Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan;
b) Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan; dan
c) Seksi Penegakan Hukum Lingkungan.
3) Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
dan Peningkatan Kapasitas, terdiri atas:
a) Seksi Pengelolaan Sampah;
b) Seksi Limbah B3; dan
c) Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup.
4) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup,
terdiri atas:
a) Seksi Pencemaran Lingkungan;
b) Kerusakan Lingkungan; dan
c) Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup.
5) Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri atas:
a) UPT Kebersihan, Persampahan dan Pertamanan Kabupaten Bantul
(Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul Nomor 135 Tahun 2016 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Kebersihan, Persampahan dan Pertamanan
Kabupaten Bantul).
b) UPT Laboratorium Lingkungan Kabupaten Bantul (Berdasarkan
Peraturan Bupati Bantul Nomor 145 Tahun 2016 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Laboratorium Lingkungan Kabupaten Bantul).
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
D. Keragaman Sumber Daya Manusia
Secara keseluruhan jumlah ASN Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul tahun 2017 berjumlah 116 orang, secara lengkap gambaran
kepegawaian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menurut jenjang
pendidikan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.1. Demi kelancaran
pelaksanaan kegiatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul memiliki 64
pekerja harian lepas (PHL) yang terdiri dari 3 PHL analis kimia di UPT
Laboratorium Lingkungan, 23 PHL Kebersihan dan 5 PHL supir truk sampah di
UPT KP2, serta 3 PHL kebersihan kantor, laboratorium serta taman dan
lingkungan sekitar kantor, dan 20 PHL satgas adipura.
Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Dinas Lingkungan Hidup Kab Bantul
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan
1. Doktor (S3) 0 0
2. Master (S2) 3 4
3. Sarjana (S1) 16 9
4. Diploma (D3/D4) 2 2
5. SLTA 70 1
6. SMP 9 0
7. SD 0 0
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Adapun disiplin ilmu SDM antara lain S2-Ilmu Lingkungan, S2-
Perencanaan Kota dan Daerah, Hukum, Kimia, Teknik Kimia, Biologi, Teknik
Lingkungan, Ekonomi, dan Sospol. Adapun SDM yang telah mengikuti diklat
jabatan fungsional sebanyak 4 orang terdiri dari diklat Pengendali Dampak
Lingkungan sebanyak 2 orang dan diklat Pengawas Lingkungan sebanyak 2
orang namun belum dilantik.
Dalam pelaksanaan program/kegiatan perlu adanya sarana dan prasarana
pendukung yang akan menunjang kelancaran dan keberhasilan pencapaian
suatu tujuan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul memiliki gedung
kantor, gedung laboratorium lingkungan, dan bangunan depo sampah.
Laboratorium lingkungan merupakan laboratorium pengujiaan yang kompeten
untuk pengujian kualitas air. Pada tanggal 10 Juni 2015 telah diperoleh sertifikat
akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor sertifikat
akreditasi LP-913-IDN. Lingkup parameter terakreditasi berjumlah 5 (lima)
parameter untuk kualitas air.
Guna menunjang operasional kegiatan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul dalam pelaksanaannya tugas pokok fungsinya, sampai dengan tahun
2017 telah memiliki 5 kendaraan roda empat operasional, 24 truk sampah, 3
mobil tangki air, 1 mobil laboratorium, 19 kendaraan roda tiga pengangkut
sampah, 4 pick up pengangkut sampah, 56 kontainer sampah, 28 mesin
pemotong rumput dan lain-lain.
E. Isu Strategis
Fungsi lingkungan hidup telah mengalami penurunan. Hal ini tergambar
dari berbagai bencana lingkungan hidup yang akhir-akhir ini terjadi seperti
banjir, kekeringan, longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu isu strategis di Kabupaten
Bantul. Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian selatan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini menyebabkan secara alami, Kabupaten
Bantul merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga
potensi pencemaran air sungai di Kabupaten Bantul menjadi cenderung tinggi.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang didapat dari pengaduan
masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup yang masuk, inventarisasi permasalahan lingkungan dari kecamatan dan
dinas/instansi terkait, serta hasil pemantauan yang dilakukan, diketahui bahwa
isu-isu prioritas mengenai lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
1. Kualitas air sungai
Hasil pemantauan yang secara rutin dilakukan tiap tahunnya
terhadap air sungai di Kabupaten Bantul menunjukkan tren penurunan
kualitas air sungai. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh DLH
Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa secara umum telah terjadi
penurunan kualitas air sungai pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013.
Pada tahun 2014, dari 15 titik pantau, rata-rata 37,54% parameter yang
diuji telah melampaui baku mutu dan pada tahun 2015 rata-rata 36,86%
parameter yang diujikan melampaui baku mutu. Bahkan, pada tahun 2014
hingga 2016 parameter mikrobiologi yaitu fecal koli dan total koli di seluruh
titik pantau (15 titik di 5 sungai) telah melebihi baku mutu.
2. Kualitas udara ambient
Kualitas udara ambient di Kabupaten Bantul sejak tahun 2014
hingga 2016 parameter Total Suspended Particulate (TSP) telah
melampaui baku mutu yang dipersyaratkan dalam Keputusan Gubernur
DIY No. 153 Tahun 2002 dari sembilan parameter yang diujikan.
Konsentrasi SO2 dan CO di udara ambient Kabupaten Bantul juga terus
mengalami peningkatan sejak tahun 2014 hingga 2016. Salah satu
penyebab tidak langsung terjadinya penurunan kualitas udara adalah
bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah jumlah penduduk,
semakin meningkat kebutuhan energi.
Selain kebutuhan listrik yang melonjak, kebutuhan akan bahan bakar
seperti solar pun ikut melonjak untuk industri dan transportasi.
Pertumbuhan industri bergerak secara paralel dengan pertumbuhan
pemanfaatan bahan bakar minyak untuk transportasi. Namun ternyata
pemanfaatan batubara dan solar (bahan bakar fosil) sebagai sumber
energi pembangkit listrik dan transportasi juga membawa dampak negatif
yang mempengaruhi kualitas udara.
Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran,
termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NOx), karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron dan 2,5
mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC). Sedangkan
sumber utama pencemaran udara dari Pb berasal dari asap kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung timbal.
3. Tutupan Lahan dan Hutan
Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 ha, memiliki kawasan
hutan negara seluas 1.052,6 ha dan hutan rakyat (hutan hak) seluas 8.595
ha, sehingga luas keseluruhan hutan di Kabupaten Bantul adalah 9.647,6
ha (19,03 %) dengan kata lain luas hutan di Kabupaten Bantul masih
belum memenuhi sesuai ketentuan dalam Undang-Undang nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan (30 %).
Hutan merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya. Hutan mempunyai peran sebagai penyedia sumber air bagi
manusia dan lingkungannya, hutan punya kemampuan menyerap karbon,
pemasok oksigen (O2) di udara dan penyedia jasa wisata serta sumber
genetik flora dan fauna. Mengingat begitu besar peran hutan bagi makluk
hidup, maka hutan harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, sehingga
kerusakan hutan seperti kebakaran hutan, penebangan ilegal, kegiatan
penambanganyang tidak memperhatikan faktor lingkungan dan lain-lain
dapat dihindari.
4. Pengelolaan Persampahan
Timbulan sampah di Kabupaten Bantul terus meningkat tiap
tahunnya, berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengelolaan sampah dari tahun
ke tahun agar timbulan sampah yang terjadi tidak menjadi beban
lingkungan sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Selama ini pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat adalah
dengan cara diangkut oleh dinas terkait, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali
atau yang lainnya.
Berdasarkan perkiraan jumlah timbulan sampah per hari dengan
asumsi satu orang menghasilkan 0,0025 m3/hari maka jumlah sampah
yang dihasilkan per hari di 17 kecamatan sebesar 2.299,29 m3/hari.
Penghasil sampah terbesar di wilayah Kebupaten Bantul pada tahun 2016
adalah kecamatan Banguntapan sebesar 264,49 m3/hari. Sedangkan
terendah sebesar 77,64 m3/hari terdapat di kecamatan Kretek. Tingginya
timbulan sampah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kepadatan
penduduk yang tinggi dan peningkatan aktivitas serta belum semua pihak
mempunyai kemampuan maupun kemauan dalam mengelola sampah
dengan prinsip 3R.
Isu-isu tersebut diatas merupakan dampak negatif dari meningkatnya
jumlah penduduk, meningkatnya aktivitas manusia, dan kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai lingkungan hidup. Untuk itu Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul beserta instansi terkait melakukan upaya agar lingkungan
tetap terjaga dan aktivitas masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya
tidak terganggu. Upaya-upaya yang dilakukan berupa sosialisasi mengenai
peraturan-peraturan lingkungan hidup dan pentingnya menjaga lingkungan
hidup, menyediakan prasarana dan sarana, dan rehabilitasi.
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
A. Rencana Strategis
1. Visi dan Misi
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
pada akhir periode perencanaan. Dengan mengacu pada RPJMD
Kabupaten Bantul tahun 2016- 2021, Visi Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul adalah “Bersih, sehat, sejuk, lestari dan proaktif di bidang
pengendalian dampak lingkungan”.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten
Bantul yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang adalah Bantul
yang bersih, sehat, sejuk dan lestari yang semuanya itu akan diwujudkan
melalui misi.
Bersih artinya disini mengandung aspek estetika artinya disamping
pengelolaan sampah, kotoran dan limbah secara benar namun juga indah
dipandang mata.
Sehat artinya lingkungan yang bebas dari kuman dan sarang
penyakit.
Sejuk artinya suatu kondisi yang dipengaruhi oleh banyaknya
pepohonan rindang yang tumbuh terpelihara dimana-mana.
Lestari artinya tetap terjaga alam sebagai daya tampung dan daya
dukung makhluk hidup khususnya masyarakat Bantul.
Proaktif memiliki arti harfiah “lebih aktif”. Hal ini berarti Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul akan lebih aktif dan responsiif dalam
menjawab kondisi, tantangan dan permasalahan lingkungan hidup.
Dengan kesadaran bahwa visi merupakan keinginan ideal dan
pencapaiannya bersifat jangka panjang, merupakan rumusan umum
mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Pada RPJMD Kabupaten Bantul tahun 2016 – 2021, bidang lingkungan
hidup ada pada misi 4 “Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana
prasarana umum, pemanfaatan SDA dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup dan pengelolaan risiko bencana”. Mengacu pada misi
yang tertuang dalam RPJMD tersebut, misi Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul adalah:
1) Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan meningkatkan
kualitas pelayanan.
2) Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan.
3) Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya
alam.
4) Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas.
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 1-5 tahun mengacu visi dan misi serta didasarkan isu dan
analisis strategis. Tujuan akan mengarahkan penyusunan perumusan
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan
misi. Sedangkan sasaran merupakan hasil yang ingin dicapai secara nyata
dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur dalam kurun waktu yang
lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran.
1) Tujuan Misi 1
Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur
serta prasarana dan sarana yang memadai dengan sasaran:
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung
profesionalisme kinerja instansi
2) Tujuan Misi 2
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan
pencemaran lingkungan dengan sasaran: Penurunan beban
pencemaran lingkungan hidup
3) Tujuan Misi 3
Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya
alam dengan sasaran: Peningkatan luasan tutupan lahan
4) Tujuan Misi 4
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat
untuk perlindungan lingkungan dengan sasaran: Peningkatan
pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat
berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-
1 2 3 4 5 6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur serta prasarana dan sarana yang memadai
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung profesionalisme kinerja instansi
1. Nilai AKIP 74 75 76 77 78 79
2. Nilai IKM 80 82 84 86 88 90
3. Nilai Evaluasi Kinerja
78 79 80 81 82 83
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
3. Kebijakan, Strategi dan Program
a. Strategi
Rumusan strategi harus menunjukkan keinginan yang kuat
bagaimana Perangkat Daerah menciptakan nilai tambah (value added)
bagi stakeholder layanan. Di sini penting untuk mendapatkan parameter
utama yang menunjukkan bagaimana strategi tersebut menciptakan nilai
(strategic objective). Melalui parameter tersebut, dapat dikenali indikasi
keberhasilan atau kegagalan suatu strategi sekaligus untuk menciptakan
budaya “berpikir strategik” dalam menjamin bahwa transformasi menuju
pengelolaan pemerintah daerah yang lebih baik, transparan, akuntabel
dan berkomitmen terhadap kinerja, strategi harus dikendalikan dan
dievaluasi (learning process).
2 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan pencemaran lingkungan
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Peningkatan konsentrasi DO di Sungai Winongo
7,25 7,30 7,35 7,40 7,45 7,50
Penurunan konsentrasi SO2 di udara ambien
36 35 34 33 32 31
3 Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya alam
Peningkatan luasan tutupan lahan
Penambahan luasan tutupan lahan di kawasan lindung (sempadan pantai, mata air, lahan kritis)
0,5 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha
Penambahan luasan RTH-Taman di 7 Kecamatan
- 250 m2 250
m2
250 m2 250
m2
250 m
2
4 Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat untuk perlindungan lingkungan
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Jumlah kelompok pengelola sampah
130 133 136 139 142 145
Jumlah Sekolah Adiwiyata
56 76 96 116 136 156
Suatu strategi yang baik harus dikembangkan dengan prinsip-
prinsip:
1) Strategi dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan yang saling
bertolak-belakang;
2) Strategi didasarkan pada tujuan dan sasaran Perangkat Daerah dan
pemenuhan kebutuhan layanan yang berbeda tiap segment
masyarakat pengguna layanan, dan pemangku kepentingan;
3) Layanan yang bernilai tambah diciptakan secara berkelanjutan dalam
proses internal Perangkat Daerah;
4) Strategi terdiri dari tema-tema yang secara simultan saling
melengkapi membentuk cerita atau skenario strategi.
b. Kebijakan
Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan
tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan yang dirumuskan harus
dapat:
1) Membantu menghubungkan strategi kepada sasaran secara lebih
rasional.
2) Memperjelas strategi sehingga lebih spesifik/fokus, konkrit, dan
operasional;
3) Mengarahkan pemilihan kegiatan bagi program prioritas yang
menjadi tugas dan fungsi Perangkat Daerah yang lebih tepat dan
rasional berdasarkan strategi yang dipilih dengan
mempertimbangkan faktor-faktor penentu keberhasilan untuk
mencapai sasaran; dan
4) Mengarahkan pemilihan kegiatan bagi program prioritas yang
menjadi tugas dan fungsi Perangkat Daerah agar tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan dan melanggar kepentingan
umum.
Melihat Visi, misi serta tujuan yang akan dicapai melalui sasaran-
sasaran, maka dirumuskan beberapa strategi dan kebijakan berdasarkan
misi sebagai berikut :
Strategi dan Kebijakan pada Misi Pertama
“Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan
meningkatkan kualitas pelayanan”
Strategi yang ditempuh adalah peningkatan kualitas sarana dan prasarana
serta SDM yang ada.
Kebijakan untuk mewujudkan misi pertama antara lain :
a) Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendayagunaan pegawai,
optimalisasi anggaran serta sarana prasarana yang dimiliki
b) Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar dan
bimbingan teknis Bidang Lingkungan Hidup
c) Meningkatkan sarana dan prasarana SDM pengolah data
Strategi dan Kebijakan pada Misi kedua
“Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Mengupayakan pencegahan pencemaran air serta udara
b) Mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat
c) Monitoring, evaluasi dan pelaporan usaha
Kebijakan untuk mewujudkan misi kedua antara lain :
a) Peningkatan pemantauan kualitas lingkungan
b) Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku
usaha/kegiatan
Strategi dan Kebijakan pada Misi ketiga
“Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya
alam”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Mengupayakan konservasi lahan
b) Meningkatkan luasan tutupan lahan
Kebijakan untuk mewujudkan misi ketiga antara lain :
a) Meningkatkan pengetahuan pelaku usaha (penambang)
b) Penanaman bibit tanaman serta penambahan luasan ruang terbuka hijau
Strategi dan Kebijakan pada Misi keempat
“Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Pemberdayaan kelompok pemerhati lingkungan
b) Mengupayakan penegakan hukum
Kebijakan untuk mewujudkan misi ketiga antara lain :
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
b) Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip
3R
Hubungan antara Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dapat dilihat pada
Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
VISI : “Bersih, sehat, sejuk, lestari dan proaktif di bidang pengendalian dampak lingkungan”.
MISI 1 : Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan meningkatkan kualitas pelayanan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur serta prasarana dan sarana yang memadai
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung profesionalisme kinerja instansi
Peningkatan kualitas sarana dan prasarana, serta SDM yang ada
1. Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendaya gunaan pegawai, optimalisasi anggaran serta sarana prasarana yg dimiliki
2. Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar, bimbingan teknis bidang lingkungan hidup
3. Meningkatkan sarana dan prasarana SDM pengolah data
Misi 2 : Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan pencemaran lingkung
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
1. Mengupayakan pencegahan pencemaran air dan udara
2. Mewujudkan lingkungan yg bersih dan sehat
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan usaha
1. Peningkatan pemantauan kualitas lingkungan
2. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha/kegiatan
MISI 3 : Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya alam
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya alam
Peningkatan luasan tutupan lahan
1. Mengupayakan konservasi lahan Mengupayakan konservasi lahan
2. Meningkatkan luasan tutupan lahan
1. Meningkatkan pengetahuan pelaku usaha (penambang)
2. Penanaman bibit tanaman serta penambahan luasan ruang terbuka hijau
MISI 4 : Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas
Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat untuk perlindungan lingkungan
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
1. Pemberdayaan kelompok pemerhati lingkungan
2. Mengupayakan penegakan hukum
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
2. Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
B. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Sasaran strategis DLH Kabupaten Bantul disesuaikan dengan permasalahan
utama (strategic issued) terkait lingkungan hidup yang tengah dihadapi di
Kabupaten Bantul.
Permasalahan lingkungan hidup sangat kompleks dan berbasis keilmuan-
teknik (engineering basis). Ukuran dari kondisi atau status lingkungan hidup
diperoleh melalui proses laboratorium ataupun sarana berbasis tekonologi
lainnya, misalnya citra satelit. Pemahaman dari hasil pengukuran parameter
kimia dan mikrobiologi dari bahan pencemar udara dan air serta besaran
konsentrasinya memerlukan latar belakang teknis yang memadai sehingga
sedikit menyulitkan bagi masyarakat awam. Ukuran atau indikator ini sangat
berbeda dengan keilmuan ekonomi dan sosial yang relatif lebih mudah
dipahami.
Selain itu, indikator lingkungan hidup diukur secara parsial, yaitu
berdasarkan masing-masing parameter bahan pencemar sehingga mengalami
kesulitan untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili kondisi kualitas
udara maupun air secara utuh dan menyeluruh. Disisi lain sangat dibutuhkan
penilaian kondisi lingkungan hidup (dalam hal ini kualitas air dan kualitas air
sungai) di suatu wilayah pada periode tertentu bertambah baik atau sebaliknya.
Oleh karenanya dibutuhkan suatu ukuran yang dapat menyederhanakan
kompleksitas dan dapat merangkum ukuran-ukuran parsial. Salah satu cara
yang umumnya digunakan adalah menggunakan indeks.
Indeks kualitas lingkungan hidup yang merupakan aggregat dari indeks
kualitas air, indeks kualitas udara, dan indeks tutupan lahan pada dasarnya
memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu mendukung pembuatan kebijakan atau
pengambilan keputusan; serta mempermudah komunikasi dengan publik.
Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu dalam
menentukan skala prioritas baik dipandang dari sisi isu atau tema maupun lokus
untuk dilakukannya aksi. Prioritas tersebut disesuaikan dengan derajat
permasalahannya yang diindikasikan angka indeks. Selain itu, indeks yang
cukup komprehensif dengan parameter yang memadai akan memiliki aspek
ketelusuran sehingga dapat membantu mengidentifikasikan sumber
permasalahan. Misalnya dalam hal indeks yang mewakili kualitas air dapat
ditelusuri hingga sumber pencemarnya dapat diidentifikasi.
Indeks kualitas lingkungan hidup juga dapat dimanfaatkan untuk
mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan. Melalui
indeks, semua pihak memiliki ukuran yang sama sehingga dapat dilihat tingkat
pencapaian baik untuk kecenderungan berhasil atau sebaliknya. Dengan
begitu, indeks dapat menjadi alat penggerak bagi keterlibatan publik.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah menetapkan PK Tahun
2017 sebagai berikut :
Perjanjian kinerja DLH Kabupaten Bantul tahun 2017 telah mencakup
indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat).
Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani
aspek-aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup.
Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada
umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Isu hijau dalam perjanjian
kinerja DLH Kabupaten Bantul tahun 2017 diakomodir dalam indikator kinerja
“Indeks Tutupan Lahan”, sedangkan isu coklat diakomodir dalam indikator
kinerja “Indeks Kualitas Air”, “Indeks Kualitas Udara”, dan “Volume sampah
yang tertangani (m³).
C. Program dan Kegiatan untuk Pencapaian Sasaran
Dalam upaya mencapai 4 target Indikator Kinerja Utama sebagaimana telah
ditetapkan dalam Renstra dan Perjanjian Kinerja, DLH Kabupaten Bantul
melaksanakan program dan kegiatan pendukungnya. Adapun program dan
kegiatan untuk pencapaian sasaran tersebut disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Program dan Kegiatan Pendukung Sasaran Tahun 2017
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Kegiatan
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup
Pengawasan Penaatan Hukum Lingkungan Hidup
Pengembangan kapasitas laboratorium lingkungan hidup
Pengkajian dampak lingkungan
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup
Penyusunan Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Indeks Kualitas Udara
Program Pengendalian Pencemaran dan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Kegiatan
(IKUd) Perusakan Lingkungan Hidup
Pemantauan Kualitas Lingkungan
Koordinasi Penilaian Kota Sehat/Adipura
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Koordinasi pengelolaan konservasi SDA
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem
Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-Sumber Air
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pemeliharaan RTH
Pembuatan Taman Hijau
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Penyusunan laporan periodik per bulan sampah harian
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan
Kerjasama pengelolaan persampahan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Penyusunan data sumberdaya alam dan neraca sumber daya hutan (NSDH) nasional dan daerah
Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan
Pengembangan data dan informasi lingkungan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Pemberdayaan Pondok pesantren berwawasan lingkungan
Pemberdayaan Kampung Hijau
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus
dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang
sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja
adalah orientasi untuk mendorong perubahan, di mana program/kegiatan dan
sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan
perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak.
Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance di mana salah
satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauh mana sebuah
instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan
layanan publik yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Karena
itulah, pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian
penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada
publik telah dicapai. Pijakan yang dipergunakan adalah sistem akuntabilitas
kinerja ini adalah berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Reviu atas Laporan Kinerja. Dalam regulasi ini, antara lain juga mengatur tentang
kriteria yang dipergunakan dalam penilaian kinerja organisasi pemerintah. Tabel
berikut menggambarkan skala nilai peringkat kinerja dikutip dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yang juga digunakan dalam
penyusunan Laporan Kinerja ini.
Tabel 3.1 Skala Nilai Peringkat Kinerja
No Interval Nilai Realisasi
Kinerja
Kriteria Penilaian Realisasi
Kinerja Kode
1 ≥ 90,1 Sangat Tinggi
2 75,1 ≤ 90 Tinggi
3 65,1 ≤ 75 Sedang
4 50,1 ≤ 65 Rendah
5 ≤ 50 Sangat Rendah
Sumber : Permendagri 54 Tahun 2010
A. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2017
Secara umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
Tahun 2016–2021. Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah
ditetapkan akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja
dengan capaian kinerja. Capaian Indikator Kinerja Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul pada tahun 2016 disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja DLH Kabupaten Bantul Tahun 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Satuan Target Realisasi Prosentase
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
indeks 35 31.33 89.51
Indeks Kualitas Udara (IKUd)
indeks 60 82.31 137.18
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
indeks 33.85 27.507 81.26
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
m³ 430,000 441,000 102.56
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Capaian kinerja yang sudah dicapai menunjukkan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 4 (empat) IKU, disimpulkan
bahwa 2 (dua) indikator berkriteria Sangat Tinggi dan 2 (dua) indikator
berkriteria Tinggi, dengan rata-rata capaian sebesar 102,63 %.
Adapun 2 (dua) IKU yang pencapaiannya masuk dalam kriteria sangat
tinggi (90,1 % lebih), adalah: Indeks Kualitas Udara (137,18 %), dan Volume
sampah yang tertangani (102,56 %). Sedangkan 2 (dua) indikator sisanya
masuk dalam kriteria Tinggi (75,1% s/d 90%) , yaitu : Indeks Kualitas Air (89,51
%), dan Indeks Tutupan Lahan (81,26 %).
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Capaian kinerja yang sudah dicapai menunjukkan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 4 (empat) IKU, disimpulkan
bahwa 2 (dua) indikator berkriteria Sangat Tinggi dan 2 (dua) indikator
berkriteria Tinggi. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2016, capaian tahun
2017 pada 3 (tiga) indikator (Indeks Kualitas Udara, Indeks Tutupan Lahan dan
Volume Sampah yang Tertangani) telah mengalami peningkatan, namun 1
(satu) indikator (Indeks Kualitas Air) mengalami penurunan.
Adapun perbandingan target kinerja tahun 2017 dengan target akhir
Renstra tahun 2021 dicantumkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Perbandingan Target Kinerja Tahun(berjalan) dengan Target Akhir Renstra
No Indikator Kinerja
Utama Capaian
2016
2017 Target Akhir
Renstra 2021
Capaian s/d 2017 terhadap 2021 (%)
Target Realisasi %
Realisasi
1 Indeks Kualitas Air (IKA)
34.29 35 31.33 89.51 56 55.95
2 Indeks Kualitas Udara (IKUd)
72.77 60 82.31 137.18 90 91.46
3 Indeks Tutupan Lahan
27.50 33.85 27.507 81.26 61.2 44.95
4 Volume sampah yang tertangani
420,000 430,000 441,000 102.56 470,000 93.83
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
1. Indikator Kinerja Utama: Indeks Kualitas Air
Berdasarkan perjanjian kinerja DLH Kabupaten Bantul Tahun 2017,
terlihat bahwa pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak
ukur kinerja DLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas air,
yaitu terjadinya pencemaran air sungai. Perhitungan indeks untuk indikator
kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai
penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution
Index – PI).
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j
yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air
i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukkan
yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan
Peraturan Gubenur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai
satu sampel;
2) Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD,
COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
3) Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk)
jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 –
100 (terburuk – terbaik). Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa
air sungai tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini
mutu air kelas II (Sungai Winongo, Gajahwong, Opak dan Bedog) dan mutu
air kelas II (Sungai Code).
Adapun rumus perhitungan indeks pencemaran (PIj) dilakukan
sebagaimana tercantum pada Rumus 1.
...............................................Rumus 1
Keterangan: (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij ((Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut: 1) Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0 2) Tercemar ringan jika 1,0 < PIj ≤ 5,0 3) Tercemar sedang jika 5,0 PIj ≤ 10,0 4) Tercemar berat jika PIj > 10,0.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan Prosentase pemenuhan mutu air (P)
dengan menggunakan Rumus 2.
...........................Rumus 2
Keterangan: a = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Memenuhi”. b = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Ringan”. c = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Sedang”. d = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu air.
Langkah selanjutnya adalah menghitung Nilai Indeks per mutu Air (I)
dengan menggunakan Rumus 3.
...............................Rumus 3 Keterangan: Bobot Nilai Indeks sudah ditentukan untuk masing-masing status mutu air yaitu 70 untuk “Memenuhi”, 50 untuk “Cemar Ringan”, 30 untuk “Cemar Sedang” dan 10 untuk “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu sehingga didapat nilai indeks per mutu Air.
Langkah terakhir adalah menghitung Indeks Kualitas Air dengan
menggunakan Rumus 4.
IKA = Ii + Ij + Ik + Im.........................................................................Rumus 4
Keterangan: IKA = Indeks Kualitas Udara Ii = Nilai Indeks untuk status mutu “Memenuhi” Ij = Nilai Indeks untuk status mutu “ Cemar Ringan” Ik = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Sedang” Im = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Berat”
Pada tahun 2017 pemantauan kualitas air sungai dilakukan di 5 sungai
yang mengalir di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu Winongo, Opak, Bedog,
Code dan Gajahwong di 15 titik (mewakili hulu, tengah, hilir) pada 2 periode
(penghujan dan kemarau) sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Hasil
pemantauan kualitas air sungai di wilayah Kabupaten Bantul berdasarkan
parameter kimia anorganik, mikrobiologi, dan kimia organik pada tahun 2017
ditampilkan pada Tabel 3.4.
Gambar 3.1 Peta lokasi pengambilan sampel air sungai
Tabel 3.4 Hasil pemantauan kualitas air sungai di wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2017
No. Nama Sungai Lokasi/ Koordinat Periode/ Tanggal
TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli
Total-Coliform
1 S. Winongo Kweni/ LS 07°49'48'' BT110°20'19'' 16-Mar-17 34 7.8 7.5 13 0.05 18000 21000
17-Okt-17 40 8.25 7.61 15.42 0.19 43000 46000
2 S. Winongo Jomegatan/ LS 07°50'15'' BT110°20'59'' 16-Mar-17 32 8 5.7 17 0.04 28000 32000
17-Okt-17 40 6.2 9.55 18.96 0.18 21000 210000
3 S. Winongo Manding/ LS 07°53'726'' BT110°21'109'' 22-Mar-17 68 7.8 5.7 11.1 0.09 43000 75000
18-Okt-17 10 8.25 9.6 18.68 0.19 4300 460000
4 S. Winongo Gadinglumbung/ LS 07°58'53'' BT110°23'40'' 22-Mar-17 38 7.4 3.7 11.2 0.13 460000 1100000
18-Okt-17 16 6.18 7.7 15.25 0.17 28000 75000
5 S. Winongo Nyemengan/ LS 07°50'40'' BT110°20'42'' 16-Mar-17 30 7.7 4.7 16.5 0.07 28000 43000
17-Okt-17 32 4.3 7.5 15.22 0.14 150000 1100000
6 S. Gajahwong Bodon/ LS 07°49'635'' BT110°23'616'' 22-Mar-17 21 7.6 5.7 13.6 0.07 43000 2400000
19-Okt-17 18 5.77 7.64 15.83 0.24 93000 2400000
7 S. Gajahwong Kanggotan/ LS 07°52'8'' BT110°23'40'' 23-Mar-17 21 7.4 4.4 13.2 0.13 32000 1100000
18-Okt-17 18 7.42 7.73 16.1 0.26 150000 1100000
8 S. Code Ngoto/ LS 07°53'726'' BT110°22'508'' 23-Mar-17 23 7.2 6.3 12.5 0.1 75000 460000
19-Okt-17 14 7.42 5.77 12.1 0.25 7000 14000
9 S. Code Kembangsongo/ LS 07°53'33'' BT110°23'4'' 22-Mar-17 35 7.8 5.7 13.5 0.09 23000 43000
18-Okt-17 32 7.42 5.76 11.21 0.19 4000 9000
10 S. Opak Kloron/ LS 07°49'741'' BT110°27'128'' 23-Mar-17 29 6.9 3.5 14.4 0.1 43000 75000
18-Okt-17 20 7.42 7.66 15.21 0.21 9000 43000
11 S. Opak Klenggotan/ LS 07°52'613'' BT110°24'501'' 22-Mar-17 42 7.7 4.7 13.2 0.09 31000 43000
18-Okt-17 28 7.83 5.71 12.31 0.22 9000 23000
12 S. Opak Putat/ LS 07°57'22'' BT110°21'44'' 22-Mar-17 100 7.8 4.7 11.5 0.004 12000 120000
18-Okt-17 20 8.25 5.75 11.43 0.17 15000 43000
13 S. Bedog Menayu Kidul/ LS 07°49'29'' BT110°19'56'' 16-Mar-17 42 7.8 4.7 15.1 0.02 21000 23000
17-Okt-17 20 6.18 6.62 13.21 0.21 3900 240000
14 S. Bedog Sindon/ LS 07°52'707'' BT110°181'904'' 22-Mar-17 45 7.5 4.7 14.2 0.07 75000 150000
17-Okt-17 16 7.42 6.7 13.53 0.18 43000 1100000
15 S. Bedog Mangir Kidul/ LS 07°54'549'' BT110°16'551'' 22-Mar-17 40 7.4 9.7 13.8 0.07 120000 150000
17-Okt-17 16 7.83 7.58 15.32 0.15 39000 150000
TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli
Total-Coliform
TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli
Total-Coliform
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.68 (0.08) 2.50 0.52 0.25 18.00 4.20
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.80 (0.13) 2.54 0.62 0.95 43.00 9.20
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.64 (0.10) 1.90 0.68 0.20 28.00 6.40
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.80 0.08 3.18 0.76 0.90 21.00 42.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 1.36 (0.08) 1.90 0.44 0.45 43.00 15.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.20 (0.13) 3.20 0.75 0.95 4.30 92.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.76 (0.04) 1.23 0.45 0.65 460.00 220.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.32 0.08 2.57 0.61 0.85 28.00 15.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.60 (0.07) 1.57 0.66 0.35 28.00 8.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.64 0.27 2.50 0.61 0.70 150.00 220.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.42 (0.06) 1.90 0.54 0.35 43.00 480.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.36 0.12 2.55 0.63 1.20 93.00 480.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.42 (0.04) 1.47 0.53 0.65 32.00 220.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.36 (0.04) 2.58 0.64 1.30 150.00 220.00
400 4 6 50 1 2000 10000 0.06 (0.02) 1.05 0.25 0.10 37.50 46.00
400 4 6 50 1 2000 10000 0.04 (0.04) 0.96 0.24 0.25 3.50 1.40
400 4 6 50 1 2000 10000 0.09 (0.07) 0.95 0.27 0.09 11.50 4.30
400 4 6 50 1 2000 10000 0.08 (0.04) 0.96 0.22 0.19 2.00 0.90
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.58 0.01 1.17 0.58 0.50 43.00 15.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.40 (0.04) 2.55 0.61 1.05 9.00 8.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.84 (0.07) 1.57 0.53 0.45 31.00 8.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.56 (0.08) 1.90 0.49 1.10 9.00 4.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 2.00 (0.08) 1.57 0.46 0.02 12.00 24.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.40 (0.13) 1.92 0.46 0.85 15.00 8.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.84 (0.08) 1.57 0.60 0.10 21.00 4.60
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.40 0.08 2.21 0.53 1.05 3.90 48.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.90 (0.05) 1.57 0.57 0.35 75.00 30.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.32 (0.04) 2.23 0.54 0.90 43.00 220.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.80 (0.04) 3.23 0.55 0.35 120.00 30.00
50 5 3 25 0.2 1000 5000 0.32 (0.08) 2.53 0.61 0.75 39.00 30.00
TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli
Total-Coliform
(Ci/Lij)R (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R2 (Ci/Lij)M2 Pij Status Mutu Air
0.68 (0.08) 2.99 0.52 0.25 7.28 4.12 2.25 7.28 5.07 53.00 5.39 sedang
0.80 (0.13) 3.02 0.62 0.95 9.17 5.82 2.89 9.17 8.37 84.09 6.80 sedang
0.64 (0.10) 2.39 0.68 0.20 8.24 5.03 2.44 8.24 5.95 67.90 6.08 sedang
0.80 0.08 3.51 0.76 0.90 7.61 9.12 3.25 9.12 10.59 83.17 6.85 sedang
1.67 (0.08) 2.39 0.44 0.45 9.17 6.88 2.99 9.17 8.93 84.09 6.82 sedang
0.20 (0.13) 3.53 0.75 0.95 4.17 10.82 2.90 10.82 8.41 117.07 7.92 sedang
0.76 (0.04) 1.45 0.45 0.65 14.31 12.71 4.33 14.31 18.72 204.78 10.57 berat
0.32 0.08 3.05 0.61 0.85 8.24 6.88 2.86 8.24 8.19 67.90 6.17 sedang
0.60 (0.07) 1.98 0.66 0.35 8.24 5.67 2.49 8.24 6.20 67.90 6.09 sedang
0.64 0.27 2.99 0.61 0.70 11.88 12.71 4.26 12.71 18.12 161.54 9.48 sedang
0.42 (0.06) 2.39 0.54 0.35 9.17 14.41 3.89 14.41 15.12 207.65 10.55 berat
0.36 0.12 3.03 0.63 1.40 10.84 14.41 4.40 14.41 19.35 207.65 10.65 berat
0.42 (0.04) 1.84 0.53 0.65 8.53 12.71 3.52 12.71 12.39 161.54 9.33 sedang
0.36 (0.04) 3.06 0.64 1.57 11.88 12.71 4.31 12.71 18.59 161.54 9.49 sedang
0.06 (0.02) 1.11 0.25 0.10 8.87 9.31 2.81 9.31 7.91 86.68 6.88 sedang
0.04 (0.04) 0.96 0.24 0.25 3.72 1.73 0.99 3.72 0.97 13.84 2.72 ringan
0.09 (0.07) 0.95 0.27 0.09 6.30 4.17 1.69 6.30 2.84 39.69 4.61 ringan
0.08 (0.04) 0.96 0.22 0.19 2.51 0.90 0.69 2.51 0.48 6.30 1.84 ringan
0.58 0.01 1.34 0.58 0.50 9.17 6.88 2.72 9.17 7.41 84.09 6.76 sedang
0.40 (0.04) 3.03 0.61 1.11 5.77 5.67 2.36 5.77 5.59 33.29 4.41 ringan
0.84 (0.07) 1.98 0.53 0.45 8.46 5.67 2.55 8.46 6.51 71.57 6.25 sedang
0.56 (0.08) 2.39 0.49 1.21 5.77 4.31 2.09 5.77 4.38 33.29 4.34 ringan
2.51 (0.08) 1.98 0.46 0.02 6.40 7.90 2.74 7.90 7.52 62.41 5.91 sedang
0.40 (0.13) 2.42 0.46 0.85 6.88 5.67 2.37 6.88 5.59 47.33 5.14 sedang
0.84 (0.08) 1.98 0.60 0.10 7.61 4.31 2.19 7.61 4.81 57.91 5.60 sedang
0.40 0.08 2.72 0.53 1.11 3.96 9.41 2.60 9.41 6.77 88.55 6.90 sedang
0.90 (0.05) 1.98 0.57 0.35 10.38 8.39 3.22 10.38 10.35 107.74 7.68 sedang
0.32 (0.04) 2.74 0.54 0.90 9.17 12.71 3.76 12.71 14.16 161.54 9.37 sedang
0.80 (0.04) 3.55 0.55 0.35 11.40 8.39 3.57 11.40 12.76 129.96 8.45 sedang
0.32 (0.08) 3.02 0.61 0.75 8.96 8.39 3.14 8.96 9.85 80.28 6.71 sedang
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Hasil pemantauan dan analisis data digunakan untuk menghitung
indeks kualitas air sebagaimana tercantum pada Tabel 3.5.
Tabel. 3.5 Perhitungan indeks kualitas air
Status Jumlah Persen Koefisien Nilai
Memenuhi 0 0% 70 0
Ringan 5 17% 50 8.33
Sedang 22 73% 30 22
Berat 3 10% 10 1.00
30
Nilai Indeks Kualitas Air 31.33
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Indeks kualitas air telah mencapai target ditetapkan dengan pencapaian
sebesar 89,51%. Walaupun nilai pencapaian kualitas air sungai ini terhitung
tinggi, indeks kualitas air sebesar 31.33 menunjukkan bahwa kualitas air
sungai di wilayah Kabupaten Bantul belum cukup baik. Karena jika kualitas air
sungai telah memenuhi baku mutu, maka indeks kualitas airnya dapat
mencapai nilai 70. Hal ini juga didukung data status mutu air sungai di
Kabupaten Bantul tahun 2015 hingga 2017 yang menunjukkan bahwa
mayoritas air sungai di Kabupaten Bantul berstatus Sedang, belum ada yang
berstatus Memenuhi baku mutu bahkan ada yang berstatus Cemar Berat
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Status Mutu Air Sungai di Kabupaten Bantul Tahun 2015-2017
No. Tahun Status Mutu
Memenuhi Cemar Ringan
Cemar Sedang
Cemar Berat
1 2015 0% 20% 60% 20%
2 2016 0% 27% 66% 7%
3 2017 0% 17% 73% 10%
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Jika dibandingkan dengan kualitas air di kota dan kabupaten lain di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kualitas air Kabupaten Bantul memang
relatif rendah, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.7. Hal ini tidak terlepas
dari kondisi geografis Kabupaten Bantul yang terletask di hlilir DAS. Sekalipun
belum dapat memenuhi baku mutu air klas II dan III sebagaimana
peruntukannya, namun kualitas air sungai di Kabupaten Bantul dari tahun
ketahun terus menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya kecenderungan peningkatan Indeks Kualitas Air dari tahun 2014
hingga 2017 sebagaimana digambarkan pada Grafik 3.1.
Tabel 3.7 Indeks Kualitas Air Kabupaten di DIY
No. Kab./Kota Indeks Kualitas Air
1 Kota Yogyakarta 50,00
2 Gunungkidul 68,00
3 Kulonprogo 50,00
4 Sleman 41,00
5 Bantul 16,67
Sumber: P3E Jawa (data 2014)
Grafik 3.1 Grafik Indeks Kualitas Air Sungai Kabupaten Bantul
Lebih rendahnya indeks kualitas air sungai Kabupaten Bantul
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di wilayah DIY merupakan hal
yang wajar mengingat letak Kabupaten Bantul berada di bagian hilir
sehingga banyak pencemar yang berasal dari hulu. Tingginya konsentrasi
Fecal Coli dan Total Coli pada air sungai di Kabupaten Bantul
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menerapkan gaya hidup
sehat dengan tidak melakukan BAB di sungai masih cukup rendah. Selain
itu, kesadaran pelaku usaha juga masih rendah dalam pengelolaan
lingkungan sehingga limbah cair yang masuk ke badan sungai belum
semuanya memenuhi baku mutu.
Faktor-faktor penghambat ini diharapkan dapat tertangani pada
tahun berikutnya dengan menetapkan strategi berupa pemantapan fungsi
pengawasan DLH terhadap pelaku usaha agar mengolah limbahnya
hingga memenuhi baku mutu dan menggalakkan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS).
2. Indikator Kinerja Utama: Indeks Kualitas Udara
Pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak ukur
kinerja DLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas udara
ambien, yaitu terjadinya pencemaran udara. Perhitungan indeks untuk
indikator kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Pencemar Udara.
Langkah-langkah perhitungan Indeks Kualitas Udara relatif lebih singkat
daripada perhitungan Indeks Kualitas Air. Begitu pula parameter yang
digunakan dalam penghitungan Indeks Kualitas Udara lebih sedikit dibanding
parameter yang digunakan dalam penghitungan Indeks Kualitas Air.
Parameter yang digunakan sebagai dasar penghitungan Indeks Kualitas
Udara hanyalah 2 parameter yaitu SO2 dan NO2.
Adapun penghitungan indeks kualitas udara diawali dengan terlebih
dahulu menghitung Indeks Udara Model EU (Ieu) dengan menggunakan
Rumus 5.
...............................................................................Rumus 5
Keterangan : p1 = nilai rata-rata konsentrasi SO2 dari seluruh titik pantau p2 = nilai rata-rata konsentrasi NO2 dari seluruh titik pantau Ieu adalah Indeks Udara Model EU (Ieu) yang digunakan dalam Program European Union melalui European Regional Development Fund pada Regional Initiative Project, yaitu “Common Information to European Air”. Indeks ini dikalkulasi untuk rata-rata per-jam, harian dan tahunan. Nilai referensi EU untuk parameter NO2 adalah 40 µg/m3 rata-rata pertahun dan SO2 adalah 20 µg/m3 rata-rata pertahun.
Selanjutnya, dilakukan penghitungan Indeks Kualitas Udara dengan
melakukan normalisasi terhadap nilai Indeks Udara Model EU (Ieu)
menggunakan Rumus 6.
IKU = 100-((50/0,9) x(Ieu-0,1)).............................................................Rumus 6
Keterangan: IKU = Indeks Kualitas Udara Ieu = Indeks Udara Model EU (Ieu)
Pemantauan udara ambient dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup di 4 (empat) titik pantau/lokasi yang tersebar di wilayah Kabupaten
Bantul. Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan di lokasi-lokasi yang
mewakili wilayah padat kendaraan bermotor (transportasi), wilayah
industri/argoindustri, wilayah pemukiman, an wilayah perkantoran/komersial.
Pemantauan dilakukan dengan menggunakan metode passive sampler
sebanyak 2 tahap dengan parameter-parameter yang dipantau meliputi Sulfur
Dioksida (SO2), dan Nitrogen Dioksida (NO2). Adapun hasil analisa
laboratorium udara ambien dengan metode passive sampler tahun 2017 dan
perhitungan Indeks Kualitas Udara yang dilakukan Kementerian Linkungan
Hidup dan Kehutanan tercantum pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Analisa Laboratorium Udara Ambient
Provinsi Kota Peruntukan
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 1 TAHAP 2
Kadar NO2
Kadar NO2
Kadar SO2
Kadar SO2
µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3
DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA (3400)
BANTUL (3402)
Transportasi 28.40 23.40 7.39 7.36
Industri/Agro Industri
25.00 19.90 5.83 6.90
Pemukiman 15.00 10.60 5.64 6.15
Perkantoran/ Komersial
20.20 25.20 4.37 6.40
Blank <0.41 <0.41 <2.57 <2.57
Rerata SO2 Rerata NO2 Ieu IKU Kab/Kota
µg/Nm3 µg/Nm3 Indeks Indeks
20.96 6.25 0.418403 82.31 Sumber : KLHK (Surat Nomor S.1/PPU/IPKU/PKL.3/1/2018 tanggal 02 Januari 2018)
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan, Indeks Kualitas Udara
Kabupaten Bantul telah melebihi target kinerja pada Tahun 2017 sebesar 60.
Selain itu, kualitas udara ambient Kabupaten Bantul juga masih baik,
ditunjukkan dengan nilai indeks kualitas udara ambien Kabupaten Bantul pada
tahun 2017 sebesar 82.31 yang relatif tinggi jika dibandingkan nilai indeks
kualitas udara yang bisa dicapai yaitu sebesar 105,56 yang bisa dicapai hanya
jika tidak ada lagi pencemar NO2 dan SO2 di udara ambien. Walaupun
demikian, indeks kualitas udara Kabupaten Bantul mengalami penurunan pada
tahun 2017 jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebagaimana terlihat pada
Grafik 3.2.
Grafik 3.2 Indeks Kualitas Udara Kabupaten Bantul Tahun 2016-2017
Indeks Kualitas Udara Kabupaten Bantul juga relatif rendah jika
dibandingkan dengan kabupaten/ kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
seperti terlihat pada Grafik 3.3.
Gambar 3.3. Indeks Kualitas Udara kabupaten/ Kota di DIY
Salah satu penyebab tidak langsung terjadinya penurunan kualitas
udara adalah bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah jumlah
penduduk, semakin meningkat kebutuhan energi. Selain kebutuhan listrik
yang melonjak, kebutuhan akan bahan bakar seperti solar pun ikut
melonjak untuk industri dan transportasi. Pertumbuhan industri bergerak
secara paralel dengan pertumbuhan pemanfaatan bahan bakar minyak
untuk transportasi. Namun ternyata pemanfaatan batubara dan solar
(bahan bakar fosil) sebagai sumber energi pembangkit listrik dan
transportasi juga membawa dampak negatif yang mempengaruhi kualitas
udara. Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran,
termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NOx), karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron dan 2,5
mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC).
Laju penambahan ruang terbuka hijau (RTH) yang bermanfaat
sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) dan pembersih
udara yang efektif di Kabupaten Bantul belum dapat mengimbangi laju
penambahan volume kendaraan sehingga kualitas udara di Kabupaten
Bantul justru semakin menurun. Terlebih lagi RTH publik eksisting
kawasan perkotaan Kabupaten Bantul sebesar 1.714 ha (13,8%) belum
mencukupi kebutuhan RTH publik berdasarkan 20% dari luas kawasan
perkotaan dengan kekurangan sebesar 770,2 ha (Bappeda Kabupaten
Bantul, 2014).
3. Indikator Kinerja Utama: Indeks Tutupan Lahan
Indeks Tutupan Lahan dihitung berdasarkan luas tutupan lahan
daibandingkan dengan luas wilayah kabupaten. Tutupan lahan yang
dimaksud adalah luasan hutan, ruang terbuka hijau, kawasan lindung
bervegetasi dan lain-lain. Kabupaten Bantul memiliki kawasan hutan
negara seluas 1.052,6 ha dan hutan rakyat (hutan hak) seluas 8.595 ha,
sehingga luas keseluruhan hutan di Kabupaten Bantul adalah 9.647,6 ha
(19,03 %) dengan kata lain luas hutan di Kabupaten Bantul masih belum
memenuhi sesuai ketentuan dalam Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan (30 %).
Tabel 3.9 Luas Tutupan Lahan tahun 2015
Jenis Tutupan Vegetasi ha km²
Hutan
- Suaka Margasatwa 11.4 0.114
- Hutan Lindung 1,041.2 10.412
Kawasan lindung - RTH (Bappeda) 1,714.70 17.15
- Mangrove 5.5 0.06
Luas tutupan lahan
27.728
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Penambahan tutupan lahan dilakukan dalam rangka pengelolaan
hutan dan lahan kritis telah dilaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan yang,
sehingga lahan kritis berubah menjadi lahan yang lebih produktif.
Penambahan tutupan lahan dilakukan melalui Kegiatan penanaman
tanaman buah (alpukat, sirsak, durian, kelengkeng dan rambutan) di lahan
kritis Dusun Nawungan Desa Selopamioro Imogiri seluas 35 hektar,
penanaman tanaman buah (jambu biji, sirsak, mangga, srikaya dan durian)
di lahan kritis Desa Seloharjo Pundong seluas 7 hektar, dan Desa Dlingo
Kec. Dlingo seluas 4 hektar.
Tabel 3.10 Penambahan Tutupan Lahan Tahun 2016
Jenis Tutupan Vegetasi ha km²
Kelerengan > 40%
Imogiri 35 0.35
Pundong 7 0.07
Dlingo 4 0.04
Sekitar danau/waduk/mata air 0.2 0.002
Sempadan pantai 2 0.02
Total penambahan 48.2 0.482
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Penambahan tutupan lahan pada tahun 2017 antara lain berasal dari
penanaman pohon mangga, beringin, keben dan sawo kecil sebanyak
5.650 batang yang tersebar di wilayah Kecamatan Piyungan, Pundong,
Dlingo, Banguntapan, Imogiri, dan Pajangan. Selain itu juga berasal dari
pembangunan Taman Kota di beberapa titik di wilayah Kabupaten Bantul.
Penambahan tutupan lahan pada tahun 2017 secara rinci tercantum pada
Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Penambahan Tutupan Lahan Tahun 2017
Jenis Tutupan Vegetasi ha km²
Kawasan lindung 1,05 0,0105
RTH - Taman 0,101 0,00101
Mangrove 1.,25 0,0125
Wana Desa 1,25 0,0125
Total penambahan 3,651 0,03651 Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Dengan ada penambahan tutupan lahan sebesar 0,03651 km² pada
tahun 2017, maka total luas tutupan lahan Kabupaten Bantul hingga tahun
2017 menjadi 28,25 km².
Indeks tutupan lahan dihitung dengen menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: TH = (Luas Tutupan Lahan/Lua Wilayah Kabupaten)
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa indeks tutupan
lahan Kabupaten Bantul tahun 2017 adalah sebesar 27,51 atau naik
sebesar 0,01 dibandingkan dengan tahun 2016. Capaian ini masih jauh dari
target sebesar 33,85 atau dengan kata lain target indeks tutupan lahan
tahun 2017 tidak tercapai.
Faktor penghambat tercapainya target indeks kualitas lahan adalah
terbatasnya lahan yang dapat ditanamani ataupun dijadikan RTH-taman
(Kas Desa, Tanah Pemda), selain itu juga karena lahan kritis bekas
tambang biasanya merupakan tanah hak milik pribadi sehingga DLH tidak
dapat melakukan penanaman di lokasi tersebut.
4. Indikator Kinerja Utama: Volume Sampah yang Tertangani
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul dilaksanakan dengan
prinsip mengurangi, memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah, dengan
cara setempat, cara komunal, dan pengolahan sampah mandiri.
Pengelolaan sampah pada tempat penampungan sampah sementara
ditetapkan tersebar di seluruh kecamatan sesuai dengan tingkat
pelayanannya. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yaitu di desa
Sitimulyo, Kecamatan Piyungan seluas kurang lebih 12 hektar, yang
dikelola dengan sanitary landfill untuk sampah residu akhir.
Layanan sampah terpusat yang cukup besar berada di wilayah
kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan yaitu Kecamatan Bantul,
Banguntapan, Sewon, dan Kasihan. Sedangkan Kecamatan Dlingo
sepenuhnya belum terlayani oleh layanan sampah terpusat. Berdasarkan
jumlah volume terangkut, volume terkecil yaitu sampah dari TPS di pasar.
Adapun perhitungan capaian volume sampah yang tertangani adalah
sebagai berikut:
1. Volume sampah
2. Volume sampah yang ditangani Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul
3. Volume sampah yang ditangani Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul
4. Total volume sampah tertangani
5. Volume sampah belum tertangani
: 715.400 m3
: 441.000 m3
: 77.323 m3
: 518.323 m3
: 197.077 m3
A
d
a
n
y
Adanya komitmen untuk melaksanakan tugas dan fungsi DLH, serta
kesadaran sekolah dan pondok pesantren dalam pengelolaan lingkungan
merupakan faktor pendorong tercapainya Indikator Kinerja Utama: Volume
Sampah yang Tertangani ini. Selain itu, banyaknya kelompok masyarakat
pengelola sampah juga ikut andil dalam pencapaian target. Hingga akhir
Desember 2017 telah terbentuk 135 kelompok pengelola sampah yang
Penanganan sampah =
Volume sampah yang ditangani (m3)
---------------------------------------------- x 100 %
Volume produksi sampah (m3)
=
518.323 m3
---------------- x 100 %
715.400 m3
= 72.45 %
tersebar di seluruh kecamatan dan terdapat 15 depo sampah 3R di wilayah
Kabupaten Bantul sebagaimana tercantum pada Tabel 3.12.
Tabel. 3.12 Daftar Depo Sampah 3R DLH Kab. Bantul Tahun 2017
No. Nama Luas Lokasi
1. TPS 3R Kupas 400 m2 Panggungharjo, Sewon
2. TPS 3R Mrisi 400 m2 Tirtonirmolo, Kasihan
3. TPS 3R Bersemi 400 m2 Mayungan, Salakan, Potorono, Banguntapan
4. TPS 3R Gumuk 400 m2 Ringinharjo, Bantul
5. TPS 3R Gemah Ripah
400 m2 Bantul, Bantul
6. TPS 3R Sejahtera Mandiri
400 m2 Mantub, Baturetno, Banguntapan
7. TPS 3R Kauman Bersatu
400 m2 Tamanan, Banguntapan
8. TPS 3R Wirogo Resik
400 m2 Grojokan, Wirokerten, Banguntapan
9. TPS 3R Kasih 400 m2 Mojosari, Srimartani, Piyungan
10. TPS 3R Srihardono Bersih
400 m2 Menang, Baran, Srihardono, Pundong
11. TPS 3R 400 m2 Bulus Wetan, Sumberagung, Jetis
12. TPS 3R 400 m2 Bantul, Bantul
13. TPS 3R Murtigading Lestari
400 m2 Murtigading, Sanden
14. TPS 3R Samas 400 m2 Srigasing, Sanden
15. TPS 3R 400 m2 Karangtengah, Imogiri
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Sejak tahun 2013 melalui kegiatan pengembangan teknologi
pengelolaan persampahan telah dilaksanakan pengomposan sampah
pasar dimana kompos yang dihasilkan dibagikan secara gratis kepada
kelompok tani. Dari kegiatan ini diharapkan sampah pasar yang ada dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik, dan untuk kedepannya kegiatan ini
akan berlanjut ke pasar-pasar tradisional yang lain terutama untuk pasar
yang berlokasi di ibukota kecamatan.
Tabel 3.13 Lokasi Pengomposan Sampah Pasar
No. Tahun
2013 2014 2015 2016 dan 2017
1 Pasar Imogiri Pasar Imogiri Pasar Imogiri Pasar Imogiri
2 - Pasar Jejeran Pasar Jejeran Pasar Ngipik
3 - Pasar Niten Pasar Niten Pasar Niten
4 - Pasar Piyungan Pasar Piyungan Pasar Piyungan
5 - - Pasar Pijenan Pasar Pijenen
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
C. Capaian/ Prestasi Lainnya
Prestasi/penghargaan dalam urusan lingkungan hidup yang diraih oleh
Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebanyak 8 (delapan)
prestasi/penghargaan. Kesemua prestasi tersebut diperoleh berasal dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Penjabaran prestasi tersebut
disajikan dalam Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Prestasi dan Penghargaan dalam Urusan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2017
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
No. Nama Orang/ Kelompok/
Organisasi Nama Penghargaan
Pemberi Penghargaan
Tahun Penghargaan
1 Kabupaten Bantul Sertifikat Adipura KLHK 2017
2 SMA I Bantul Adiwiyata Nasional KLHK 2017
3 SMK I Bantul Adiwiyata Nasional KLHK 2017
4 SD Trirenggo Adiwiyata Nasional KLHK 2017
5 SMP Imogiri Adiwiyata DIY Gubernur 2017
6 SMA I Pajangan Adiwiyata DIY Gubernur 2017
7 Dusun Randusari, Karanganom, Sitimulyo
Kampung Hijau DIY Gubernur 2017
8 Pondok Pesantren Madania, Banguntapan
Pontren Berwawasan Lingkungan
Gubernur 2017
D. Akuntabilitas Anggaran
Upaya mencapai target kinerja DLH Kabupaten Bantul didukung dengan
tersedianya anggaran. DLH Kabupaten Bantul pada tahun anggaran 2017
memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Alokasi anggaran belanja langsung tahun 2017 yang dialokasikan untuk
membiayai program-program prioritas yang langsung mendukung pencapaian
sasaran strategis ditampilkan pada Tabel 3.15.
Tabel 3.15 Anggaran pendukung sasaran
No Sasaran Anggaran %
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup 1,800,915,000 12.41
2 Peningkatan luasan tutupan lahan 2,071,883,700 14.28
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
5,638,220,000 38.85
Jumlah 9,511,018,700 65.53
Belanja Langsung Pendukung 5,002,471,300 34.47
Total Belanja Langsung 14,513,490,000
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Belanja langsung dibagi menjadi anggaran yang digunakan untuk
penyelenggaraan program/kegiatan yang utama dan anggaran untuk belanja
langsung program/kegiatan pendukung. Jumlah anggaran untuk
program/kegiatan utama sebesar Rp 9.511.018.700,00 atau sebesar 65,53%
dari total belanja langsung, sedangkan anggaran untuk program/kegiatan
pendukung sebesar Rp 5.002.471.300,00 atau sebesar 34,47 % dari total
belanja langsung.
Anggaran untuk program/kegiatan utama, sasaran strategis dengan
anggaran paling besar adalah sasaran Peningkatan pengetahuan, pemahaman
serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan besaran anggaran
38,85% dari total belanja langsung. Sementara itu, sasaran dengan anggaran
yang relative kecil adalah sasaran Penurunan beban pencemaran lingkungan
hidup sebesar 12,41% dari total anggaran belanja langsung. Adapun
penyerapan anggarannya ditampilkan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16 Penyerapan anggaran pendukung sasaran
No Sasaran Anggaran Realisasi %
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
1,800,915,000 1,736,934,817 96.45
2 Peningkatan luasan tutupan lahan 2,071,883,700 1,679,184,576 81.05
3
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
5,638,220,000 5,211,665,536 92.43
Jumlah 9,511,018,700 8,627,784,929 90.71
Belanja Langsung Pendukung 5,002,471,300 4,709,287,118 94.14
Total Belanja Langsung 14,513,490,000 13,337,072,047 91.89
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Penyerapan belanja langsung pada tahun 2017 sebesar 91,89% dari
total anggaran belanja langsung yang dialokasikan. Realisasi anggaran untuk
program/kegiatan utama sebesar 90,71%, sedangkan realisasi untuk
program/kegiatan pendukung sebesar 94,14%. Jika dilihat dari serapan
anggaran per sasaran, maka sasaran Penurunan beban pencemaran
lingkungan hidup menyerap anggaran paling besar yaitu 96,45% dari target.
Sedangkan sasaran Peningkatan luasan tutupan lahan menyerap anggaran
terkecil yaitu 81,05% dari target.
Alokasi anggaran belanja langsung tahun 2017 yang dialokasikan untuk
membiayai program-program prioritas yang langsung mendukung Indikator
Kinerja Utama (IKU) ditampilkan pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17 Alokasi anggaran pendukung indikator kinerja utama
No Indikator Kinerja Utama Anggaran %
1 Indeks Kualitas Air (IKA) 387,240,000 2.67
2 Indeks Kualitas Udara (IKUd) 1,413,675,000 9.74
3 Indeks Tutupan Lahan 2,071,883,700 14.28
4 Volume sampah yang tertangani 5,638,220,000 38.85
Jumlah 9,511,018,700 65.53
Belanja Langsung Pendukung 5,002,471,300 34.47
Total Belanja Langsung 14,513,490,000
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Jika dilihat dari anggaran per IKU, anggaran terbesar pada
program/kegiatan di IKU Volume sampah yang tertangani dengan besaran
anggaran 38,85% dari total belanja langsung. Sementara itu, IKU dengan
anggaran yang relative kecil adalah IKU Indeks Kualitas Air (IKA)sebesar
2,67% dari total anggaran belanja langsung.
Tabel 3.18 Realisasi anggaran pendukung indikator kinerja utama
No Indikator Kinerja Utama Keuangan
Anggaran Realisasi %
Realisasi
1 Indeks Kualitas Air (IKA) 387,240,000 351,637,544 90.81
2 Indeks Kualitas Udara (IKUd) 1,413,675,000 1,385,297,273 97.99
3 Indeks Tutupan Lahan 2,071,883,700 1,679,184,576 81.05
4 Volume sampah yang tertangani 5,638,220,000 5,211,665,536 92.43
Jumlah 9,511,018,700 8,627,784,929 90.71
Belanja Langsung Pendukung 5,002,471,300 4,709,287,118 94.14
Total Belanja Langsung 14,513,490,000 13,337,072,047 91.89
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
Sementara jika dilihat dari realisasi anggaran per IKU, penyerapan
anggaran terbesar pada program/kegiatan di IKU Indeks Kualitas Udara (IKUd)
sebesar 97,99%, sedangkan penyerapan anggaran terkecil pada
program/kegiatan di IKU Indeks Tutupan Lahan sebesar 81,05%.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2017 yang dialokasikan
untuk membiayai program/kegiatan dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama
disajikan pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19 Realisasi kinerja dan keuangan
No Indikator Kinerja Utama
Kinerja Keuangan
Target Realisasi %
Realisasi Pagu Realisasi
% Realisasi
1 Indeks Kualitas Air (IKA)
35 31.33 89.51 387,240,000 351,637,544 90.81
2 Indeks Kualitas Udara (IKUd)
60 82.31 137.18 1,413,675,000 1,385,297,273 97.99
3 Indeks Tutupan Lahan
33.85 27.507 81.26 2,071,883,700 1,679,184,576 81.05
4 Volume sampah yang tertangani (m³)
430,000 441,000 102.56 5,638,220,000 5,211,665,536 92.43
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
E. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Capaian kinerja dan anggaran memperlihatkan bahwa telah terjadi
efisiensi anggaran pada IKU Indeks Kualitas Udara (IKUd) dan Volume sampah
yang tertangani (m³), dimana realisasi kinerja dapat mencapai >100% dengan
realisasi anggaran yang <100%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
melaksanakan akuntabilitas kinerja telah terjadi efisiensi, yaitu tercapainya
target yang telah ditentukan akan tetapi terdapat penghematan anggaran.
Efisiensi belanja langsung tahun 2017 yang dialokasikan untuk
membiayai program/kegiatan dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama Indeks
Kualitas Udara (IKUd) dan Volume sampah yang tertangani disajikan pada
Tabel 3.20.
Tabel 3.20 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sasaran Indikator Kinerja
% Capaian Kinerja
(>=100%)
% Penyerapan
Anggaran
Tingkat Efisiensi
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Udara (IKUd)
137.18 97.99 2.01
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
102.56 92.43 7.57
Sumber : DLH Kabupaten Bantul
BAB IV PENUTUP
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pada hakikatnya adalah proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, partisipatif, adanya kepastian hukum, kesetaraan,
efektif dan efisien. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan demikian
merupakan landasan bagi penerapan kebijakan yang demokratis yang ditandai
dengan menguatnya kontrol dari masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik.
Laporan ini memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan
instansi pemerintah sebagai jabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah
yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
Laporan Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2017 ini
memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul sebagai jabaran dari visi, misi dan strategi
DLH Kabupaten Bantul yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai program dan kebijakan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 4 (empat) IKU, 2 (dua) IKU
pencapaiannya masuk dalam kriteria sangat tinggi (90,1 % lebih), yaitu: Indeks
Kualitas Udara (137,18 %), dan Volume sampah yang tertangani (102,56 %).
Sedangkan 2 (dua) indikator sisanya masuk dalam kriteria Tinggi (75,1% s/d
90%), yaitu : Indeks Kualitas Air (89,51 %), dan Indeks Tutupan Lahan (81,26 %).
Sebagai bagian penutup dari Laporan Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul Tahun 2017, disimpulkan bahwa pencapaian kinerja DLH Kabupaten
Bantul pada tahun 2017 adalah 50% kriteria Sangat Tinggi dan 50% kriteria
Tinggi. Dengan demikian masih diperlukan perhatian dan penetapan strategi
pencapaian kinerja pada tahun berikutnya.