laporan kinerja direktorat jenderal kefarmasian dan alat ... 2018/lkj unit utama/8... · laporan...

127

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

dapat diselesaikan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja

berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan

kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu laporan kinerja

merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Tahun 2017, Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun ketiga dalam

pembangunan kesehatan periode 2015-2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran

meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di tahun 2017 memiliki berbagai

inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan

masukan perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program

dan kegiatan di periode berikutnya.

ii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis

yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan

pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 sebagai

bagian dari pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Unit Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian

dan Alat Kesehatan memperoleh nilai AA. Rincian penilaian tersebut sebagai berikut:

No. Tahun Hasil Penilaian Kategori

1 2012 97,94 AA

2 2013 97,78 AA

3 2014 97,65 AA

4 2015 96,73 AA

5 2016 97,50 AA

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan

dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

b. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan

dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi

sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan

kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan

farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat

kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,

dan pelayanan kefarmasian;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi,

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan

dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan

pelayanan kefarmasian;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun

2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,

sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,

kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan tujuan yang akan dicapai

pada tahun 2017 adalah:

a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85%.

b. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah

jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 34 jenis.

c. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di

peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%.

Dari indikator kinerja tahun 2017 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:

a. Realisasi puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85,99%.

b. Realisasi jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan

jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 37

jenis.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 v

c. Realisasi persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 88,16%.

Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai

target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras

seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama

dalam perencanaan program kegiatan dan penyusunan peraturan perundang-undangan

bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

yang berkelanjutan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama

pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk

Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar

Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00.

Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali

memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and

Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar

Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh

satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017

adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar

dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus

sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%.

Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki

upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2017 antara lain:

1. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara adalah laporan yang dibuat oleh

bendahara atas uang yang dikelolanya. Dasar hukum LPJ Bendahara adalah Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab

Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,

dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-3/PB/2014 tentang

Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara

pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi

vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras

satuan kerja untuk menyampaikan LPJ Bendahara di awal waktu periode bulan Januari

hingga Oktober 2017, maka KPPN Jakarta VII memberikan penghargaan kepada

Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017

2. Website resmi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh

predikat sebagai Pemenang III (Ketiga) dalam kompetisi e-ASPIRASI (Anugerah Situs

Sehat Inspirasi Sehat) dilingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2017.

Penyelenggaran kompetisi ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat

Jenderal, Kementerian Kesehatan RI dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional

ke-53. Prestasi ini menunjukkan komitmen dan konsistensi Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan

publik yang lebih baik.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 vii

Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

3. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT memperoleh resertifikasi ISO 9001: 2015

pada tanggal 7 Desember 2017 terkait Pelayanan Jasa Otoritas Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.

Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

4. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerapkan sistem

manajemen mutu ISO 9001:2015 untuk seluruh standar operasional prosedur sejumlah

146 layanan dukungan manajemen sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur,

sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan publik terkait dukungan

manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Kefarmasian dan Alat

Kesehatan. Upaya ini merupakan continuous quality improvement pelayanan publik di

Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dimana selama tiga

tahun sebelumnya telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 untuk 6

(enam) standar operasional prosedur.

Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

5. Seluruh parameter pada survei kepuasan pelanggan tahun 2017 (berdasarkan

Permenpan No.16/2014) dinilai baik (78,80) karena berada antara skor 62,51 – 82,51.

NO. PARAMETER KEPUASAN

TAHUN 2017

Berdasar Permenpan No.16/2014

Berdasar Permenpan No.14/2017

[Skala 4] [Skala 100] [Skala 4] [Skala 100]

1. Persyaratan Pelayanan 3,12 78,12 3,12 78,12

2. Prosedur Layanan 3,17 79,21 3,17 79,21

3. Waktu Layanan 3,05 76,22 3,05 76,22

4. Biaya/tarif Layanan 3,29 82,24 3,29 82,24

5. Produk Layanan 3,19 79,87 3,19 79,87

6. Kompetensi Petugas Layanan 3,18 79,43 3,18 79,43

7. Perilaku Petugas Layanan 3,18 79,39 3,18 79,39

8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

2,99 74,86 2,99 74,86

9. Maklumat Pelayanan 3,20 79,88 - -

10. Sarana dan Prasarana - - 3,21 80,12

INDEKS TOTAL 3,15 78,80 3,15 78,80

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 ix

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menjadi instrumen kebijakan

multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut

terlihat dari komposisi dan besaran anggaran yang secara langsung merefleksikan arah

dan tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu agar fungsi APBN berjalan

optimal, maka sistem pengelolaan anggaran harus dilakukan secara cermat dan

sistematis. Dalam rangka mendukung terwujudnya Good Governance dalam

peyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan secara

profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah

ditetapkan dalam undang-undang. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan kegiatan Penilaian

Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2017. Kegiatan tersebut

menghasilkan daftar satuan kerja dengan predikat pengelolaan anggaran terbaik dan

Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berhasil meraih peringkat

ketiga dari 1.800 satuan kerja yang menjadi mitra kerja Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat Ketiga Tahun

Anggaran 2017

x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

7. Selain melakukan penilaian atas ketertiban penyampaian LPJ Bendahara, KPPN

Jakarta VII juga melakukan penilaian atas pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN

kategori Pagu DIPA Besar periode bulan Januari hingga Oktober 2017. Direktorat Tata

Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerima penghargaan sebagai satuan

kerja terbaik II dalam penilaian tersebut. Unsur yang dinilai adalah konsistensi dalam

mematuhi peraturan dan ketentuan dalam menyelesaikan proses pelaksanaan dan

pertanggungjawaban DIPA yang dikelola. Pemberian piagam penghargaan tersebut

dibarengi juga dengan pemberian fasilitas rekonsiliasi dan penyerahan SPM ke loket

pelayanan tanpa antrian atau dengan kata lain menjadi SATKER PRIORITAS selama

tiga bulan (November 2017 s.d. Januari 2018). Penghargaan dari KPPN selalu diperoleh

setiap tahunnya semenjak tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat Tata

Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki komitmen yang tinggi dalam

mempertahankan prestasi kinerjanya.

Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 xi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................................ 1

C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS ................................................ 2

D. STRUKTUR ORGANISASI..................................................................................... 4

E. SISTEMATIKA ....................................................................................................... 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................................ 7

A. RENCANA STRATEGIS ........................................................................................ 7

B. PERJANJIAN KINERJA ......................................................................................... 10

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................. 13

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ........................................................................ 13

1. PENGUKURAN KINERJA ................................................................................. 13

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................. 16

B. REALISASI ANGGARAN ....................................................................................... 54

1. KANTOR PUSAT ............................................................................................... 56

2. DANA DEKONSENTRASI ................................................................................. 57

C. SUMBER DAYA MANUSIA .................................................................................... 59

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 62

xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ..................................... 8

Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2015-2019 .......................................................................................... 8

Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat

Kesehatan ..................................................................................................... 9

Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan .............. 9

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 ................................................................................................... 10

Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 ................................................................................................... 13

Tabel 7. Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas............................................ 14

Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas ................... 15

Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan

Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017 .................................... 17

Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan

Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat

Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2017 .......... 22

Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam

Negeri Tahun 2015-2017 .............................................................................. 22

Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri

Tahun 2015-2017 .......................................................................................... 24

Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang

Memenuhi Syarat Tahun 2017 ...................................................................... 27

Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang

Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017 ............ 30

Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang

Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017 ............ 31

Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang

Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017 ........... 33

Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin

sesuai standar Tahun 2017 ........................................................................... 34

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 xiii

Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2017 ............................................ 39

Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market

Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang

diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2017 ........ 41

Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat

Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik

(GMP/CPAKB) Tahun 2017........................................................................... 43

Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi

yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis

Riset (Kumulatif) Tahun 2017 ........................................................................ 46

Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi

Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2017 ............................... 46

Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri

Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ..................... 50

Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan

Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ............................. 52

Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang

Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ......................................................... 53

Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ................................ 57

Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ................................ 58

Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan

Kegiatan ........................................................................................................ 54

Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan ................... 59

Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan ................ 60

Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan .............. 60

Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin ......... 61

xiv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Tahun 2017 ................................................................................. 14

Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin

di Puskesmas Tahun 2015-2019 ................................................................... 16

Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan

Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019 ........................... 17

Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat

Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri

(Kumulatif) Tahun 2015-2019 ........................................................................ 21

Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang

Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang

Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019 ............................ 22

Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang

Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 ............................................................. 26

Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang

Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 ............................................................. 27

Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 .......................... 30

Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang

Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 ... 32

Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di

Puskesmas Tahun 2015-2019 ....................................................................... 33

Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang

Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019 .. 34

Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin

sesuai standar Tahun 2015-2019 .................................................................. 35

Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan

Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017 ..................................................... 35

Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan

Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 .................................. 36

Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan

Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 .................. 37

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 xv

Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2015-2019 ................................... 39

Grafik 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market

Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang

diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015-

2019 .............................................................................................................. 41

Grafik 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat

Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik

(GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019.................................................................. 43

Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan

Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun

2015-2019 ..................................................................................................... 45

Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang

Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset

(Kumulatif) Tahun 2015-2019 ........................................................................ 46

Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri

Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 ............ 50

Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap

Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019 ..................................................... 52

Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen

yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 ....................................... 52

Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian

Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ..... 55

Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian

Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-

2017 .............................................................................................................. 56

Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan ................... 59

Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan ................ 60

Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan .............. 61

Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin ......... 61

xvi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017 ............................ vi

Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... vii

Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat

Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga .............................. vii

Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan ........................................................................................... viii

Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat

Ketiga Tahun Anggaran 2017 ..................................................................... ix

Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan

Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran

2017 ........................................................................................................... x

Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan .. 5

Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... 11

Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... 12

Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017

per Provinsi ................................................................................................. 18

Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-

2017 per Item Obat ..................................................................................... 19

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT

PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN ......................................... 64

LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN

KEFARMASIAN ................................................................................... 67

LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI KEFARMASIAN .............................................................. 70

LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT

KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA .. 73

LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT

KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA .. 76

LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 79

LAMPIRAN 7 DATA PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI

PUSKESMAS TAHUN 2017 ................................................................. 82

LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031) ............................ 84

LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 NPC Strip G (AKD 20306710479) ............................................... 85

LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668) ............... 86

LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645) ............ 87

LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD

20502610453) ...................................................................................... 88

LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN

2017 ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783) ...................... 89

LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT

KERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT

KESEHATAN TAHUN 2016 ................................................................. 90

LAMPIRAN 15 SOP PELAPORAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM

KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 91

LAMPIRAN 16 SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM

KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 91

xviii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 17 SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT

JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ....................... 91

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang

Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai

tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan

alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut

untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi

yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang

berkualitas.

Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para

pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan

sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah

yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas

dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat

kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat

masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan.

Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan

bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat

2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja

memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai

dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.

C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS

Program Indonesia Sehat merupakan bentuk pelaksanaan Nawacita ke-5, sasaran dari

program ini adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui

upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan

finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat terdiri dari tiga

pilar, yaitu: 1). Paradigma Sehat; 2). Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan 3). Pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan dalam mendukung

Program Indonesia Sehat, dalam hal menjamin akses, kemandirian dan mutu sediaan

farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya di indikasikan oleh Puskesmas dengan

ketersediaan obat dan vaksin esensial.

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang

Kementerian Kesehatan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan

alat kesehatan menjadi tugas Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun

2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima)

program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,

kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Indikator tercapainya sasaran

tersebut adalah:

1. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.

2. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan

jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).

3. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)

di peredaran yang memenuhi syarat.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 3

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1. Pelayanan Kefarmasian

Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di

puskesmas.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar.

b. Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar.

c. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di

puskesmas.

2. Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin

esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem

informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi

farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin

sesuai standar.

Indikator pencapaian sasaran ini adalah:

a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.

b. Persentase instalasi farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan

aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

c. Persentase Instalasi farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen

pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.

3. Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Sasaran kegiatan ini adalah (1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di

dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi

menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan

farmasi efektif.

Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:

a. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri

(kumulatif).

b. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi (kumulatif).

c. Persentase layanan perizinan dan pelaporan yang sesuai standar.

4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

4. Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT)

Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan

(2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga (PKRT) efektif.

Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:

a. Jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).

b. Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review

Practices.

5. Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT)

Sasaran kegiatan ini adalah pengawasan post-market alat kesehatan dan

perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif.

Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:

a. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat.

b. Persentase sarana produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah layanan dukungan manajemen pada Program

Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu.

Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah persentase layanan dukungan

manajemen yang diselesaikan tepat waktu.

D. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

c. Direktorat Pelayanan Kefarmasian

d. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian

e. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; dan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 5

f. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.

Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

E. SISTEMATIKA

Sistematika Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan

kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan

utama yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang

bersangkutan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran

strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana

dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk

mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian

Kinerja.

6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

C Sumber Daya Manusia

Pada sub bab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang

mendukung pelaksanaan tujuan organisasi.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta

langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan

misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”.

Tujuan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan:

1. Terwujudnya peningkatan Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.

2. Terwujudnya kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan.

3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran.

Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan

ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. Arah

kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada

arah kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya

antara lain:

1. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan

menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam negeri, serta bentuk

insentif bagi percepatan kemandirian nasional.

2. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat

kesehatan.

3. Pokja ABGC (Academic-Business-Government-Community Colaboration) dalam

pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan

dalam negeri.

4. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri.

5. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang

pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam

negeri yang berkualitas dan terjangkau.

6. Mewujudkan Instalasi Farmasi Pusat sebagai center of excellence manajemen

pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.

7. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat

kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.

8. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa

patennya.

8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

9. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian

dan alat kesehatan.

10. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis berbasis tim.

11. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui

penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi.

12. Menjalankan program promotif preventif yang berdasarkan pemberdayaan masyarakat,

termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di

masyarakat, dan melibatkan lintas sektor.

13. Law enforcement pengawasan alat kesehatan dan PKRT.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun

2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima)

program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,

kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sasaran Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan

alat kesehatan

Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta

target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019

Indikator Kinerja Target

2015 2016 2017 2018 2019

Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial

- - 85% 90% 95%

Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

a. Target bahan baku sediaan farmasi 5 10 20 30 45

b. Target alat kesehatan 2 7 14 21 28

Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat

77% 80% 83% 86% 90%

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 9

Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Indikator Kinerja Cara Perhitungan

Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial

Jumlah bahan baku sediaan farmasi serta alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri

Dihitung jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi dan jumlah jenis alat kesehatan yang telah mampu diproduksi, oleh industri di dalam negeri (kumulatif)

Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan Sasaran

Peningkatan Pelayanan Kefarmasian (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di puskesmas

Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

(1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar

Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

(1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan farmasi efektif

Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

(1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan (2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif

Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Pengawasan post-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif

10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Kegiatan Sasaran

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Layanan dukungan manajemen pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk

melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian

kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan

pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang

serta sumber daya yang tersedia.

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja

mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini

menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

mencapainya dalam tahun 2017.

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

Sasaran Indikator Kinerja Target 2017

Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial

85%

Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

a. Target bahan baku sediaan farmasi 20

b. Target alat kesehatan 14

Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat

83%

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak

Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 11

Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 13

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. PENGUKURAN KINERJA

Salah satu pondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran

kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan

meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan

seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran

kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.

Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah

ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dalam pelaksanaan Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan

antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah

ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran

pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan

kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih

berhasil guna dan berdaya guna.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun

2017 sebagai berikut:

Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017

Realisasi 2017

Capaian 2017

Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial

85% 85,99% 101,16%

Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

a. Target bahan baku sediaan farmasi

20 23 115,00%

14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017

Realisasi 2017

Capaian 2017

b. Target alat kesehatan 14 14 100%

Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat

83% 88,16% 106,22%

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

Ketiga Indikator Kinerja Program telah mencapai sasaran yang diharapkan. Hal ini

didukung dengan sumber daya yang tersedia sebagai bagian dari pencapaian kinerja

Kementerian Kesehatan.

Tabel 7.Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas

85% 85,99%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

PersentasePuskesmas denganketersediaan obat

dan vaksin esensial

34

37

32

33

34

35

36

37

38

Jumlah bahan baku sediaanfarmasi yang siap

diproduksi di dalam negeridan jumlah jenis alat

kesehatan yang diproduksidi dalam negeri (kumulatif)

83%

88,16%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

Persentase produkAlat Kesehatan danPKRT di peredaran

yang memenuhi syarat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 15

Dalam aplikasi e-Monev Bappenas kondisi per 19 Januari 2018, status capaian kinerja

dan anggaran berwarna hijau yang memiliki arti bahwa capaian kinerja sama dengan atau

lebih dari 100% dan capaian anggaran lebih dari 95% dalam dashboard eselon I (Tabel 7).

Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas

Pada Tabel 8, kondisi per 19 Januari 2018 terlihat status capaian kinerja Satuan Kerja

di lingkungan Ditjen Farmalkes berwarna hijau. Sementara walaupun status capaian

anggaran Satker di lingkungan Ditjen Farmalkes terdapat warna kuning namun semua

realisasi anggaran di tiap Satker sudah lebih dari 85%.

16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah

dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari

tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,

kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial

Kondisi yang dicapai:

Indikator Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial merupakan

indikator pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017.

Indikator sebelumnya adalah Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas

dengan capaian dan target sebagai berikut:

Indikator sebelumnya adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas

memiliki target pada tahun 2015 sebesar 77%, dengan capaian sebesar 79,38%. Pada tahun

2016 memiliki target sebesar 80% dengan capaian sebesar 81,57%. Sementara pada tahun

2017, memiliki target sebesar 83% dan capaian sebesar 89,30%.

Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019

77% 80% 83% 86% 90%

79,38% 81,57% 89,30%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 17

Pada Revisi Renstra, realisasi indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan

obat dan vaksin esensial tahun 2017 sebesar 85,99%, melebihi target yang telah ditetapkan

dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 85% dengan capaian sebesar

101,16%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra menunjukkan hal yang positif dan

diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar

95%.

Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial

85% 85,99% 101,16%

Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019

Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November dimana jumlah

Puskesmas yang melapor sebanyak 8.472 Puskesmas dari 9.816 Puskesmas di Indonesia

(86,31%), dengan jumlah Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial

sebanyak 7.285 Puskesmas.

Jumlah Puskesmas yang melapor mengalami peningkatan yang signifikan bila

dibandingkan tahun 2015 dan 2016 yaitu sebanyak 1.013 Puskesmas dan 1.133

Puskesmas. Hal ini dikarenakan di tahun 2015 dan 2016 jumlah Puskesmas yang menjadi

target merupakan sampel yang ditetapkan berdasarkan metode proportional random

sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas Perawatan dan

Non perawatan. Sedangkan di tahun 2017 jumlah Puskesmas yang menjadi target adalah

seluruh Puskesmas di Indonesia.

85% 90% 95%

85,99%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2017 2018 2019

Target

Realisasi

18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Capaian tertinggi persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin

esensial pada tahun 2017 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh delapan provinsi, yaitu

Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Maluku. Sedangkan provinsi dengan ketersediaan

terendah adalah Sumatera Selatan dengan capaian sebesar 52,40%.

Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017 per Provinsi

84,23%

70,86%

89,84%

100,00%

86,02%

90,43%

100,00%

57,20%

90,00%

100,00%

98,00%

86,77%

95,85%

97,83%

65,37%

61,11%

100,00%

100,00%

95,66%

98,35%

90,63%

77,23%

84,27%

99,40%

81,69%

52,40%

84,13%

82,38%

100,00%

100,00%

100,00%

90,71%

81,34%

75,83%

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

PAPUA

PAPUA BARAT

MALUKU UTARA

MALUKU

GORONTALO

SULAWESI UTARA

SULAWESI BARAT

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI TENGAH

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT

BALI

JAWA TIMUR

D.I. YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

BANTEN

DKI JAKARTA

LAMPUNG

SUMATERA SELATAN

KEPULAUAN RIAU

RIAU

BANGKA BELITUNG

SUMATERA BARAT

BENGKULU

JAMBI

SUMATERA UTARA

ACEH

2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 19

Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas Tahun 2017 adalah

Amoxicillin 500 mg tablet dengan ketersediaan sebesar 97,90% (terdapat di 8.294

Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor), sedangkan item obat yang memiliki

ketersediaan terendah adalah Diazepam injeksi 5 mg/ml dengan ketersediaan sebesar

56,95% (terdapat di 4.825 Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor).

Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-2017 per Item Obat

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja

persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial tahun 2017, yaitu

sebagai berikut:

1. Puskesmas melaporkan ketersediaan beberapa item obat yang sebenarnya tidak

dibutuhkan sehingga tidak pernah disediakan dengan nilai nol (0). Contohnya

adalah item obat Oksitosin Injeksi dan Magnesium Sulfat 20% Injeksi, dimana

untuk Puskesmas yang tidak melayani persalinan, obat tersebut tidak dibutuhkan

sehingga tidak disediakan. Puskesmas juga melaporkan ketersediaan beberapa

item obat yang digunakan, yang jenisnya berbeda namun memiliki khasiat yang

8144

8015

8271

7904

8129

7471

7626

7010

6430

8121

7751

7990

7677

7369

6959

4825

7949

8184

8294

7186

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

Vaksin Td

Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib

Vaksin BCG

Tablet Tambah Darah

Parasetamol 500 mg tab

Oksitosin injeksi

Obat Anti Tuberculosis dewasa

Metilergometrin Maleat inj 0,200 mg-1 ml

Magnesium Sulfat injeksi 20 %

Kaptopril tab

Glibenklamid/Metformin

Garam oralit

Furosemid tablet 40 mg/Hidroklorotiazid (HCT)

Fitomenadion (Vitamin K) injeksi

Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL)

Diazepam injeksi 5 mg/mL

Deksametason tab

Amoxicillin syrup

Amoxicillin 500 mg tab

Albendazol tab

2017

2017

N/A

20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

sama dengan item obat indikator yang dipantau, dengan nilai nol (0). Contohnya

adalah item obat indikator Furosemid Tablet dimana di Puskesmas menggunakan

Hidroklorotiazid Tablet. Ataupun item obat indikator Glibenklamid Tablet dimana di

Puskesmas menggunakan Metformin Tablet. Hal tersebut mempengaruhi hasil

perhitungan data indikator.

2. Masih ada keterlambatan pelaporan data ketersediaan item obat indikator baik dari

Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas. Laporan yang dikirimkan melewati

tanggal yang telah ditetapkan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga

mempengaruhi hasil capaian kinerja. Hal ini disebabkan Direktorat Tata Kelola

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan wajib melaporkan hasil capaian indikator

kinerjanya secara berjenjang setiap triwulan ke Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan

Alat Kesehatan, Biro Perencanaan dan Anggaran (melalui e-Performance),

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (melalui e-Monev Bappenas)

hingga Kantor Staf Presiden (KSP). Hal tersebut menyebabkan waktu pelaporan

menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

3. Masih ada Puskesmas yang tidak melaporkan data ketersediaan item obat

indikator.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara

lain sebagai berikut:

1. Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor

FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada

Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut,

dimana di dalamnya disebutkan bahwa untuk obat dan vaksin dari 20 item obat

indikator yang tidak digunakan/tidak dibutuhkan di Puskesmas dilaporkan sebagai

N/A (Not Available) dan dimaknai sebagai angka satu (1) pada perhitungan

persentase ketersediaan.

2. Melakukan sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator

Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.

3. Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data

dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna

menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 21

2. Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan

Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)

Kondisi yang dicapai:

Pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017

terjadi perubahan nomenklatur dan target capaian indikator jumlah bahan baku sediaan

farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang

diproduksi di dalam negeri (kumulatif).

Indikator sebelumnya adalah jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat

kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan target pada tahun

2015 sebesar 7 jenis dan capaian sebesar 11 jenis, sedangkan target 2016 sebesar 14 jenis

dan capaian sebesar 23 jenis.

Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019

Pada tahun 2017, terjadi revisi renstra yang menyatakan bahwa target indikator jumlah

bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat

kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) ditetapkan sebanyak 34 jenis dan

tercapai sebanyak 37 jenis dengan rincian jumlah realisasi bahan baku sediaan farmasi

sebesar 23 jenis dan jumlah target alat kesehatan sebesar 14 jenis sebagaimana dijelaskan

dalam Tabel 10 dan Grafik 5 dibawah ini.

7

14

21

28

35

11

23

37

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam

Negeri (Kumulatif) Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

34 37 108,82%

- Bahan Baku Sediaan Farmasi 20 23 115,00%

- Jenis Alat Kesehatan 14 14 100,00%

Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri

(Kumulatif) Tahun 2015-2019

Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang

siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 20 (dua puluh)

jenis. Adapun capaian jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam

negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis. Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan

secara kumulatif, maka jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam

negeri tahun 2017 adalah sejumlah 23 jenis atau mencapai 115,00% dari target yang

ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 20 jenis. Jumlah 23 jenis tersebut terdiri dari capaian

tahun 2015 sejumlah 8 jenis, tahun 2016 sejumlah 8 jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis.

Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017

NO BAHAN BAKU SEDIAAN FARMASI

Tahun 2015

1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.f. & Th)

2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus L.)

3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba (Azadirachta indica)

7

17

34

51

73

37

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 23

4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.)

5 Pemanis Alami Glikosida Steviol

6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L.

7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

8 Karagenan Pharmaceutical Grade

Tahun 2016

9 Kristal PGV-6

10 Kristal HGV-6

11 Kristal GVT-6

12 Fraksi Gel dan Fraksi Antrakinon Terstandar Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)

13 Ekstrak Terstandar Daun Sendok (Plantago major)

14 Fraksi Polisakarida Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

15 Phlobaphene

16 Fraksi Bioaktif Biji Pala (Myristica fragrans Houtt)

Tahun 2017

17 Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)

18 Asam Mefenamat

19 Kombinasi Ekstrak Air Tempuyung (Sonchus arvensis) dan Keji Beling (Strobilanthes cripus)

20 Amilum Sagu (Metroxylon SP) Terpregelatinasi

21 Fraksi Aktif Terstandar Herba Kumis Kucing (Orthosiphon arisatus (Blume))

22 Parasetamol

23 Ekstrak Terstandar Daun Pepaya (Carica papaya)

Dalam rangka mendukung perkembangan industri alat kesehatan dalam negeri,

Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga melakukan

pemantauan perkembangan industri dalam negeri melalui kegiatan survei kemampuan

industri alat kesehatan dalam negeri, membuat aplikasi sistem pendataan, mendorong

hilirisasi hasil riset alat kesehatan, workshop peningkatan penggunaan alkes dalam negeri

kepada tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pameran hari kesehatan

nasional.

Upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang signifikan dimana tahun 2016-2017,

jenis alat kesehatan yang mampu diproduksi dalam negeri tumbuh 32 jenis atau naik

sebesar 12,2%. Berdasarkan perkembangan jenis industri alat kesehatan dalam negeri

terbanyak di Indonesia antara lain: tempat tidur pasien, jarum suntik, sarung tangan karet,

masker bedah, surgical apparel, kasa, stretcher, kursi roda, kursi gigi, dan infusion set.

24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah alat kesehatan yang siap diproduksi

di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 14 jenis. Adapun capaian jumlah

alat kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis.

Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan secara kumulatif, maka jumlah alat

kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 14 jenis atau

mencapai 100,00% dari target yang ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 14 jenis. Jumlah

14 jenis tersebut terdiri dari capaian tahun 2015 sejumlah 3 jenis, tahun 2016 sejumlah 4

jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis.

Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017

NO ALAT KESEHATAN

Tahun 2015

1. Karixa Renograf

2. Triton Synthetic-Biological Sutures

3. Triton T-Skin Marker

Tahun 2016

4. DOMAS FLEXI-CORD Progressive

5. ORTHINDO Pedide Screw Titanium

6. ID BIOSENS Dengue NS1

7. INA-SHUNT Semilunar Flushing Valve System

Tahun 2017

8. RENOMA Blood Lancet

9. NPC Strip G

10. ENESERS Anaesthesia Machine

11. ONEMED Uro One Folley Catheter

12. TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry

13. ZENMED + Orthopedic Plate

14. Paket Benang Bedah Triton

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja

Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis

alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) yaitu:

1. Komitmen pelaku industri dalam melakukan produksi bahan baku farmasi di

Indonesia karena dalam prosesnya perlu mempertimbangkan berbagai aspek

kelayakan baik teknis maupun ekonomi.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 25

2. Kurangnya kemampuan penguasaan teknologi serta SDM dalam melakukan

produksi bahan baku di Indonesia.

3. Kurangnya fasilitas pendukung untuk melakukan penelitian, pengembangan dan

upscaling bahan baku di Indonesia.

4. Kurang sinergisnya hasil riset alat kesehatan yang dilakukan oleh akademisi

dalam memenuhi pengembangan bisnis industri serta sebaliknya kurangnya akses

informasi yang dimiliki oleh industri terhadap hasil-hasil riset alat kesehatan yang

sudah dan akan diteliti.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri

dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) adalah sebagai

berikut:

1. Koordinasi antara Academic, Business dan Government untuk memfasilitasi

kebutuhan masing-masing, sehingga pengembangan bahan baku dapat dilakukan

secara sinergis.

2. Melakukan pendampingan kepada industri farmasi untuk bertransfomasi menjadi

perusahaan berbasis riset yang diawali dengan penguasaan bahan baku.

3. Perlunya peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi

sesuai dengan kebutuhan.

4. Menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan dalam negeri pada

pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam negeri

sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri.

26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

3. Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat

Kondisi yang dicapai:

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan upaya pengendalian

post-market untuk memastikan bahwa alat kesehatan dan PKRT yang telah diberikan izin

edar tersebut, secara terus menerus sesuai dengan persyaratan keamanan, mutu, manfaat

dan penandaan yang telah disetujui.

Salah satu kegiatan pengendalian post-market dilakukan melalui sampling produk alat

kesehatan dan PKRT. Sampling alat kesehatan dan PKRT merupakan kegiatan dalam

rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap keamanan, mutu dan manfaat

alat kesehatan dan PKRT yang telah beredar di wilayah Indonesia.

Indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat mengalami perubahan target capaian indikator

pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Target

dan capaian indikator produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebelum revisi adalah sebagai berikut:

Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019

Pada tahun 2017 dilakukan pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT di 34

provinsi dan pengujian sampel dilakukan di beberapa laboratorium yaitu di Pusat

Pemeriksaaan Obat dan Makanan Nasional (PPOMN-BPOM), Laboratorium Balai Besar

Pemeriksaan Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi DKI Jakarta, Balai Pengujian Mutu

Produk Tanaman Kementerian Pertanian, IPB Culture Collection Departemen Biologi

Fakultas Matematika dan IPA, Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), PT Sucofindo.

75% 77% 79% 81% 83%

78,18%

94,80% 93,23%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 27

Produk yang di sampling adalah alat kesehatan non elektromedik steril dan non

elektromedik non steril seperti Dysposable Syringe, Benang bedah, Sarung tangan steril,

Infusion Set, Sarung tangan steril, IV Catheter, Kasa steril, Kondom, Urine bag, Folley

Catheter, Popok dewasa, Pembalut wanita, Pantyliners, Sphygmomanometer, Antiseptik dan

Kontak lensa, sedangkan sampel Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) antara lain

popok bayi, pembersih lantai, pestisida rumah tangga (anti nyamuk bakar, oles,

cairan/aerosol, elektrik), handsanitizer, handwash, antiseptik dan sabun pencuci piring.

Jumlah sampel alat kesehatan yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji

yang telah ditetapkan sebanyak 924 sampel dari 934 sampel yang telah memiliki sertifikat

hasil uji (98,93%). Sampel PKRT yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji

sejumlah 551 sampel dari 739 sampel yang telah memiliki sertifikat hasil uji (74,56%).

Sehingga, capaian indikator kinerja persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang

memenuhi syarat sebesar 88,16%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra

Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 83% dengan capaian sebesar 106,22%.

Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra perlu dipertahankan sehingga dapat mencapai

target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 90%.

Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

83% 88,16% 106,22%

Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019

77%

80% 83%

86%

90% 88,16%

70%

75%

80%

85%

90%

95%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja

kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat yaitu:

1. Belum sinkronnya penggunaan standar pengujian produk Alkes & PKRT sebagai

persyaratan izin edar di pre market dan pengawasan produk post market melalui

kegiatan sampling surveilans.

2. Masih kurangnya kompetensi SDM dalam pelaksanaan sampling surveilans.

3. Masih terbatasnya jumlah dan kemampuan laboratorium uji untuk parameter uji

sterilitas, anti mikroba milik pemerintah.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat koodinasi dan sinkronisasi dalam menyusun standar pengujian

produk Alkes & PKRT sebagai persyaratan izin edar di pre market dan

pengawasan produk post market melalui kegiatan sampling surveilans.

2. Meningkatkan kompetensi SDM di pusat maupun daerah agar mampu melakukan

pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT dengan membuat Kurikulum dan

Modul Pelatihan Pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT yang

terakreditasi oleh Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan.

3. Melakukan koordinasi kepada laboratorium uji pemerintah atau swasta lainnya

agar meningkatkan kemampuan laboratorium uji dan mengakreditasikan

parameter uji sterilitas dan anti mikroba.

Capaian kinerja dari indikator utama program kefarmasian dan alat kesehatan

didukung oleh beberapa kegiatan dengan indikator capaian sebagai berikut:

1) Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.

2) Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.

3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di

Puskesmas.

4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen

pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.

5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi

logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 29

6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices.

7) Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara

pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).

8) Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi

industri berbasis riset (kumulatif).

9) Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu.

10) Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu.

30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA LAINNYA SEBAGAI INDIKATOR PENDUKUNG PROGRAM

KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Analisis capaian kinerja dari indikator pendukung program kefarmasian dan alat

kesehatan sebagai berikut:

1) Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai

Standar

Kondisi yang dicapai:

Indikator persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian sesuai

standar meningkat setiap tahun. Peningkatan berkisar pada angka 5% pertahun, dengan

memperhitungkan bahwa setiap tahun jumlah puskesmas di Indonesia selalu bertambah. Hal

inilah yang membuat Direktorat Pelayanan Kefarmasian perlu melakukan intervensi terhadap

stakeholder terkait agar realisasi capaian target indikator selalu mencapai angka 100%

setiap tahunnya. Indikator ini tidak mengalami perubahan pada Revisi Renstra. Berikut

merupakan target, realisasi dan capaian persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan

kefarmasian sesuai standar.

Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

50% 50,01% 100,02%

Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019

40% 45%

50% 55%

60%

40,01% 45,39%

50,01%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 31

Capaian indikator tahun 2017 adalah sebesar 50,01% dengan target sebesar 50% dan

pada tahun 2016 capaian indikatornya adalah 45,39% dengan target sebesar 45%.

Permasalahan:

a) Masih banyak Puskesmas di Kabupaten/Kota yang belum terintervensi karena

akses yang terbatas.

b) Pelaksanaan Pelayanan kefarmasian sesuai standar membutuhkan adanya

petunjuk teknis yang lebih mendetail.

Upaya Pemecahan Masalah:

a) Mengadvokasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan monev mandiri

kepada Puskesmas yang ada di wilayahnya dan mengirimkan rekapan laporan ke

Dinas Kesehatan Provinsi.

b) Penyusunan Petunjuk Teknis untuk Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas.

2) Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai

Standar

Kondisi yang dicapai:

Indikator persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017. Akan tetapi pengukuran

indikator ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu. Realisasi indikator persentase rumah sakit

yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar tahun 2017 sebesar 57,40%,

melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu

sebesar 55% dengan capaian sebesar 104,36%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra

menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun

Renstra 2015-2019 yakni sebesar 65%.

Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

55% 57,40% 104,36%

32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019

Realisasi capaian indikator tahun 2016 adalah sebesar 56,02% dengan target sebesar

50%. Pada tahun 2017 meningkat 1,38% menjadi 57,40% dengan target sebesar 55%

sehingga menghasilkan persentase capaian sebesar 104,36%.

Permasalahan:

a) Pelayanan kefarmasian belum dapat dilakukan secara optimal karena sering

terjadi masalah kekosongan obat di Rumah Sakit.

Pemecahan Masalah:

a) Diperlukan adanya pedoman perencanaan obat sehingga obat yang akan

digunakan tersedia pada saat dibutuhkan.

3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di

Puskesmas

Kondisi yang dicapai:

Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional berdasarkan rekapitulasi

data capaian Penggunaan Obat Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian dilaporkan ke

Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan.

Indikator Penggunaan Obat Rasional merupakan indikator majemuk/komposit yang

terdiri dari komponen Penggunaan Antibiotika pada ISPA Non Pneumonia, Penggunaan

Antibiotika pada Diare Non Spesifik, Penggunaan Injeksi pada Myalgia dan Rerata Jumlah

Resep per Lembar Resep. Masing-masing komponen indikator dihitung terhadap jumlah

kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan myalgia yang diambil di sarana yang

50% 55%

60% 65%

56,02% 57,40%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 33

sama, dengan menggunakan rumus tertentu, kemudian dibandingkan dengan target capaian

per tahun.

Indikator Penggunaan Obat Rasional pada tahun 2015-2016 yaitu persentase

penggunaan obat rasional di Puskesmas, dengan target capaian 62% pada tahun 2015 dan

64% pada tahun 2016. Dari data diatas tampak bahwa target indikator Persentase

Penggunaan Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah pada tahun 2015 dan

2016 telah tercapai. Pada akhir tahun 2015 tercapai realisasi sebesar 70,64% Penggunaan

Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian

113,94%. Pada akhir tahun 2016 tercapai realisasi sebesar 71,05% Penggunaan Obat

Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian 111,01%.

Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019

Selanjutnya terdapat perubahan Indikator Penggunaan Obat Rasional untuk tahun

2017-2019 yaitu persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di

Puskesmas. Kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

adalah kabupaten/kota yang 20% Puskesmasnya memiliki nilai rerata Penggunaan Obat

Rasional minimal 60%. Target indikator kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat

Rasional tahun 2017-2019 secara berurutan adalah 30%, 35%, dan 40%.

Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

30% 30,35% 101,17%

62%

64% 66%

68%

70% 70,64% 71,05%

62,32%

55%

60%

65%

70%

75%

2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019

Target

Realisasi

34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019

Permasalahan:

a. Belum tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK)

Penggunaan Obat Rasional tahun 2017-2019.

Upaya Pemecahan Masalah:

a. Tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK) POR Dit.

Yanfar Tahun 2017-2019

4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen

pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar

Kondisi yang dicapai:

Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang

melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tahun 2017 sebesar

81,32%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun

2015-2019 yaitu sebesar 65% dengan capaian sebesar 125,11%. Capaian tersebut lebih

tinggi bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu 106,47%. Indikator ini tidak

mengalami perubahan pada Revisi Renstra tahun 2017. Berikut merupakan target, realisasi,

dan capaian indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan

manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar:

Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar

65% 81,32% 125,11%

30% 35%

40%

30,35%

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 35

Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar

Tahun 2015-2019

Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017

Jumlah IFK di Indonesia tahun 2017 sebanyak 514. Tahun 2017 terdapat dua belas

provinsi dengan persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan

manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tertinggi yaitu Provinsi Jambi,

Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kep. Bangka Belitung, Sumatera

Barat, Gorontalo, Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Barat, Jawa Tengah, dan D.I.

Yogyakarta (100%).

Dari 34 Provinsi yang telah mengumpulkan data capaian skor IFK yang melakukan

manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di tahun 2015, masih terdapat dua

belas Provinsi yang mempunyai skor rata-rata di bawah 70, yaitu Maluku, Kalimantan Utara,

NTT, Banten, Papua Barat, Papua, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Barat, Maluku Utara, dan DKI Jakarta. Tahun 2016 jumlah tersebut berkurang menjadi

hanya tujuh Provinsi. Provinsi Kalimantan Utara, Banten, Papua, Aceh dan Maluku Utara

telah berhasil meningkatkan skornya menjadi di atas 70.

Skor rata-rata tertinggi di tahun 2015 dimiliki oleh Provinsi D.I. Yogyakarta (87,07),

sedangkan di tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat (87,29). Skor rata-rata

terendah baik di tahun 2015 maupun tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta.

55% 60%

65% 70% 75%

57,34% 63,88%

81,32%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

511

293 218

515

329

186

514

418

96

0

100

200

300

400

500

600

Jumlah IFK SeluruhIndonesia

Jumlah IFK Sesuai Standar Jumlah IFK Tidak SesuaiStandar

2015

2016

2017

36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017

51,72%

46,15%

20,00%

27,27%

83,33%

40,00%

16,67%

57,14%

84,62%

12,50%

60,00%

57,14%

84,62%

70,00%

71,43%

45,45%

70,00%

100,00%

55,26%

100,00%

100,00%

77,78%

62,50%

0,00%

66,67%

88,24%

57,14%

66,67%

85,71%

78,95%

70,00%

100,00%

12,12%

4,35%

79,31%

14,29%

60,00%

27,27%

83,33%

40,00%

33,33%

64,71%

84,62%

16,67%

40,00%

78,57%

100,00%

80,00%

64,29%

45,45%

90,00%

100,00%

55,26%

100,00%

100,00%

66,67%

75,00%

0,00%

73,33%

88,24%

57,14%

66,67%

85,71%

78,95%

80,00%

100,00%

12,12%

78,26%

86,21%

7,69%

60,00%

27,27%

100,00%

73,33%

100,00%

82,35%

100,00%

75,00%

40,00%

92,86%

100,00%

100,00%

100,00%

86,36%

90,00%

88,89%

63,16%

100,00%

100,00%

88,89%

87,50%

0,00%

93,33%

82,35%

85,71%

100,00%

100,00%

100,00%

70,00%

100,00%

72,73%

78,26%

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

PAPUA

PAPUA BARAT

MALUKU UTARA

MALUKU

GORONTALO

SULAWESI UTARA

SULAWESI BARAT

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI TENGAH

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT

BALI

JAWA TIMUR

D.I. YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

BANTEN

DKI JAKARTA

LAMPUNG

SUMATERA SELATAN

KEPULAUAN RIAU

RIAU

BANGKA BELITUNG

SUMATERA BARAT

BENGKULU

JAMBI

SUMATERA UTARA

ACEH

2017

2016

2015

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 37

Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017

64,88%

66,40%

57,29%

68,41%

73,07%

70,49%

60,97%

72,02%

76,86%

61,53%

68,11%

73,09%

80,20%

74,58%

78,54%

67,90%

81,13%

80,97%

80,40%

87,07%

84,97%

76,18%

67,63%

53,67%

76,02%

72,82%

73,77%

74,42%

81,66%

81,41%

78,52%

81,96%

61,95%

63,58%

72,56%

61,80%

71,32%

68,41%

74,06%

70,49%

59,63%

70,71%

76,86%

65,72%

71,08%

75,55%

85,95%

76,51%

76,91%

67,90%

83,45%

82,09%

80,40%

85,93%

85,96%

75,48%

78,07%

53,67%

75,59%

72,82%

74,12%

74,42%

81,66%

87,29%

79,12%

82,13%

61,95%

73,70%

78,18%

60,36%

73,59%

67,43%

85,81%

79,99%

87,12%

75,71%

80,30%

66,05%

31,68%

83,44%

83,34%

82,28%

86,01%

81,05%

88,23%

79,02%

55,01%

90,03%

88,87%

82,89%

81,75%

59,73%

83,71%

77,38%

86,30%

86,45%

85,02%

85,13%

75,83%

79,18%

73,95%

80,19%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

PAPUA

PAPUA BARAT

MALUKU UTARA

MALUKU

GORONTALO

SULAWESI UTARA

SULAWESI BARAT

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI TENGAH

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT

BALI

JAWA TIMUR

D.I. YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

BANTEN

DKI JAKARTA

LAMPUNG

SUMATERA SELATAN

KEPULAUAN RIAU

RIAU

BANGKA BELITUNG

SUMATERA BARAT

BENGKULU

JAMBI

SUMATERA UTARA

ACEH

2017

2016

2015

38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Permasalahan:

Permasalahan dalam pencapaian indikator persentase Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai

standar tahun 2017 diuraikan sebagai berikut:

a) Adanya revisi pada komponen perhitungan IFK sesuai standar, sehingga masih

terdapat Kabupaten/Kota yang melakukan perhitungan skor terhadap masing-

masing komponen yang tidak sesuai dengan prosedur, atau perhitungan dilakukan

menggunakan formulir sebelum revisi.

b) Masih terdapat Kabupaten/Kota yang menyampaikan hasil penilaian IFK sesuai

standar tidak tepat waktu kepada Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga terjadi

keterlambatan dalam melakukan rekapitulasi dan penyampaian hasil ke Pusat.

c) Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi.

Upaya Pemecahan Masalah:

a) Melakukan sosialisasi terkait teknik perhitungan dan komponen penilaian IFK yang

melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar kepada

petugas penanggung jawab data di Daerah.

b) Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data IFK yang melakukan

manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar dari Daerah ke Pusat dan

mengirimkan feedback berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data dan

hasil evaluasi capaian indikator kinerja kegiatan dari Direktur Tata Kelola Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan juga manfaat

hasil laporan bagi Daerah.

c) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi

Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan

Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Kondisi yang dicapai:

Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017

sebesar 20,26%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 39

Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 20% dengan capaian sebesar 101,30%.

Indikator ini merupakan indikator baru di tahun 2017 dalam Satker Direktorat Tata Kelola

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dituangkan dalam revisi pertama Renstra

2015-2019 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017.

Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

20% 20,26% 101,30%

Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) Tahun 2015-2019

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja

persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi

logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017, yaitu:

a) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menggunakan

aplikasi e-logistik mencapai proses integrasi ke Bank Data Pusat.

b) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah memiliki

aplikasi logistik obat dan BMHP berbasis elektronik selain e-Logistik melaporkan

Surat Pernyataan Penggunaan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP yang

15% 20%

30%

40%

20,26%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan, dan juga melaporkan data

ketersediaan 150 item obat dan vaksin ke Bank Data Pusat.

c) Tingginya mutasi pegawai/SDM yang bertindak sebagai pengelola aplikasi logistik

obat dan BMHP.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017 adalah

sebagai berikut:

d) Mengembangkan aplikasi e-Logistik sehingga dapat merekam setiap tahap

implementasi walaupun Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota belum

sampai pada tahap integrasi data ke Bank Data Pusat.

e) Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor

FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada

Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut.

f) Melakukan pendampingan penerapan dan pemantapan aplikasi e-Logistik ke

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

g) Memberikan saran kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk

menunjuk pegawai yang bertugas sebagai pengelola aplikasi logistik obat dan

BMHP lebih dari satu orang dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh

Kepala Dinas Kesehatan.

6) Persentase penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review

Practices

Kondisi yang dicapai:

Perkembangan regulasi di tingkat regional yang telah disepakati dalam ASEAN

Medical Devices Directive (AMDD) mewajibkan negara-negara di kawasan asia tenggara

melakukan harmonisasi di bidang alat kesehatan salah satunya dalam proses pengawasan

premarket alat kesehatan. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT menerapkan Good

Review Practice dan Good Submission Practice.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 41

Reformasi birokrasi di Indonesia saat ini menuntut adanya percepatan waktu

pelayanan perizinan dalam rangka meningkatkan investasi dan perekonomian negara, oleh

karena itu Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT berupaya melakukan evaluasi

proses pelayanan registrasi alat kesehatan dan PKRT secara berkelanjutan serta melakukan

inovasi sistem registrasi alat kesehatan dan PKRT secara online (regalkes.depkes.go.id).

Jumlah permohonan perijinan alat kesehatan dan PKRT yang masuk selama tahun

2017 sejumlah 18.265 berkas dan yang telah selesai proses evaluasinya sejumlah 16.859

berkas. Dari jumlah tersebut, perizinan yang sudah selesai tepat waktu sesuai Good Review

Practice tahun 2017 sejumlah 16.211. Sehingga capaian indikator kinerja kegiatan

persentase penilaian pre-market tepat waktu sesuai Good Review Practice tahun 2017

adalah 96,16% dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu

Sesuai Good Review Practices Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices

80,00% 96,16% 120,20%

Grafik 17. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good

Review Practices Tahun 2015-2019

Pada tahun 2015, capaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat

waktu sesuai Good Review Practice adalah sebesar 70,68% dengan target sebesar 63%

sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 112,19%, sedangkan pada

63% 66%

80% 82% 85% 70,68%

90,21% 96,16%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

tahun 2016 capaian indikatornya adalah sebesar 90,21% dengan target sebesar 66%

sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 136,68%. Dari data diatas

tampak bahwa target indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market tepat waktu

sesuai Good Review Practice pada tahun 2015 dan 2016 telah tercapai dengan kenaikan

25% dari tahun 2015 dengan capaian 32,44%. Untuk tahun 2017, indikator mengalami revisi

pada target yang akan dicapai. Target awal yang ditetapkan pada renstra awal sebesar 69%,

direvisi menjadi 80%. Adapun capaian indikator ini pada tahun 2017 sebesar 96,16% dengan

perolehan persentase capaian indikator sebesar 120,20%.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja

kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices yaitu:

a) Terdapat perubahan aturan HS code dari Direktorat Jeneral Bea dan Cukai

Kementerian Keuangan RI dari 10 digit menjadi 8 digit sehingga menghambat

proses evaluasi permohonan perizinan.

b) Upgrade system registrasi alat kesehatan dan PKRT online (regalkes) dari vers

1.0 menjadi 2.0 sehingga membutuhkan waktu baik bagi evaluator maupun

pendaftar untuk menyesuaikan.

c) Adanya tuntutan untuk melakukan percepatan proses perizinan alat kesehatan

dan PKRT.

d) Beberapa hal yang memperlambat proses pelayanan perizinan antara lain

pencetakan sertifikat izin edar, penandatanganan sertifikat izin edar, penataan

berkas dan pemutakhiran data perizinan yang masih manual.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review

Practices adalah sebagai berikut:

a) Melaksanakan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian

Keuangan RI

b) Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait penggunaan sistem

registrasi dan PKRT online (regalkes) versi 2.0.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 43

c) Melaksanakan evaluasi internal pada masing-masing tingkatan dibandingkan

dengan jumlah proses permohonan yang masuk dan tuntutan percepatan proses

perizinan alkes dan PKRT.

d) Menyusun draft regulasi terkait Pelayanan Perizinan dengan menggunakan tanda

tangan elektronik (Digital Signature) serta menyiapkan proses pengadaan Sistem

Digital Signature.

7) Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga (PKRT) yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB)

Kondisi yang dicapai:

Jumlah sarana produksi alkes pada tahun 2017 sejumlah 251 sarana produksi alat

kesehatan dan PKRT. Jumlah sarana produksi alkes dan PKRT yang memenuhi CPAKB

sebanyak 126 sarana. Sehingga, persentase sarana produksi alkes dan PKRT yang

memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP) pada tahun 2017 adalah 50,20%

sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)

50% 50,20% 100,40%

Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019

35% 40%

50%

70%

90%

35,44% 47,00% 50,20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Permasalahan:

Beberapa permasalahan dalam mencapai indikator kinerja Persentase Sarana

Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan Yang Baik yaitu:

a) Kurangnya kepatuhan pemilik, pimpinan dan penanggung jawab teknis sarana

produksi dalam penerapan prinsip perizinan, misalnya tidak melaporkan

perubahan pimpinan atau ganti penanggung jawab teknis, pindah alamat pabrik

atau sarana produksi sudah berhenti memproduksi alat kesehatan dan/atau PKRT,

b) Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) belum diterapkan

oleh sebagian besar produsen dalam negeri.

c) Beberapa SNI Alat kesehatan yang sudah tersedia belum sepenuhnya diterapkan

oleh produsen dalam negeri.

d) Kurang optimalnya sarana produksi memenuhi Corrective Action Prevention Action

(CAPA) sesuai pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan dan/atau PKRT yang

Baik.

e) Kurangnya jumlah petugas inspeksi baik di tingkat pusat maupun daerah yang

kompeten dalam melaksanakan inspeksi sarana produksi.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Yang Memenuhi

Cara Pembuatan Yang Baik adalah sebagai berikut:

a) Adanya Permenkes No 20 th 2017, CPAKB/CPPKRTB secara mandiri diwajibkan

dalam waktu kurung 4 tahun.

b) Meningkatkan sosiasilasi dan advokasi kepada pemilik, pimpinan perusahaan, dan

penanggung jawab teknis dalam penerapan prinsip perizinan dan penerapan Cara

Pembuatan Alat Kesehatan Yang Baik dan Cara Pembuatan PKRT Yang Baik.

c) Melakukan analisa dan evaluasi laporan pengawasan sarana produksi alkes dan

PKRT untuk memberikan langkah perbaikan pada sarana produksi berupa :

rekomendasi untuk mendapatkan CPAKB dan/atau CPPKRTB atau sanksi

administratif berupa surat peringatan tertulis hingga pencabutan Sertifikat

Produksi.

d) Melakukan koordinasi dan advokasi kepada asosiasi terkait seperti ASPAKI

(Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia) dan Persatuan Perusahaan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (PEKERTI) dan Gabungan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 45

Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium di Indonesia (GAKESLAB)

dalam penerapan regulasi (perinsip perizinan dan penerapan CPAKB, CPPKRTB,

CDAKB) untuk menjamin Alkes dan PKRT yang diproduksi dan diedarkan secara

terus menerus memenuhi keamanan, manfaat dan mutu.

e) Peningkatan kemampuan SDM Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT

dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pengawasan

dan pembinaan sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT.

8) Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi

Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif)

Kondisi yang dicapai:

Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri

Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif) merupakan indikator baru pada Revisi

Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga pengukurannya baru di mulai pada tahun 2017.

Indikator ini menggantikan indikator sebelumnya yang terdapat di Renstra Awal yaitu jumlah

industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri

(kumulatif). Adapun target dan realisasi indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan

baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) tahun 2015-2019 sebagai

berikut:

Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019

Pada tahun 2017, indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan

obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) sudah tidak lagi didukung sumber daya

anggaran sehingga pelaksanaannya dialihkan ke indikator jumlah industri sediaan farmasi

yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif).

2

4

6

8

10

2

4 4

0

2

4

6

8

10

12

2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019

Target

Realisasi

46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Realisasi capaian indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri

formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) adalah sebanyak 3 industri dari target

sebanyak 3 industri yang telah ditetapkan sehingga persentase capaian indikator ini sebesar

100%.

Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun

2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif)

3 3 100%

Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun

2015-2019

Daftar industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi

industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2017

No Industri Keterangan

Tahun 2017

1 PT. Biofarma BUMN farmasi produsen vaksin; memiliki fasilitas R&D dan produksi vaksin virus dan vaksin bakteri; telah di-endorse oleh Organization of Islamic Cooperation (OIC) sebagai center of excellence (CoE) pengembangan bioteknologi dan vaksin; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 3 (consistent-designed); memungkinkan terus sustainable menjadi industri farmasi life science

3

6

9

3

0

2

4

6

8

10

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 47

No Industri Keterangan

2 PT. Dexa Medica PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan produk inovatif obat tradisional maupun sediaan farmasi; telah memiliki infrastruktur R&D bernama Dexa Development Center (DDC) yang menyelenggarakan R&D formulasi, formulasi inovatif dan new drug delivery system (NDDS) serta Dexa Laboratories of Biomolecular Science (DLBS) untuk R&D dan produksi produk inovatif berdasarkan biomolecular science; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); Dexa Medica dan DLBS telah melaksanakan riset terpadu dengan research center of excellence internasional di bidang farmasi, biofarmasi, dan nutraceutical

3 PT. Kalbe Farma PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan riset unggulan mulai dari stem cell sampai bioteknologi; Kalbe Farma telah melaksanakan R&D dalam rangka transfer teknologi dan joint-venture termasuk dalam hal pengembangan produk inovatif dan berteknologi tinggi (insulin analog, long acting EPO, EPO, rituximab dan bevacizumab serta transtuzumab); berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); pipeline R&D dengan bersinergi dengan stakeholder terkait secara sustainable dan sistematik antara lain dengan perguruan tinggi i3L, UGM, ITB, UI, dan Udayana

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator

kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif)

tahun 2017 yaitu:

a) Pelaksanaan pencapaian industri farmasi yang bertransformasi masih

dilaksanakan secara sektoral yang belum berfokus pada usaha sinergisme para

stakeholder yang termaktub dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Saat ini, upaya

mendorong industri farmasi untuk bertransformasi menjadi industri inovatif yang

menciptakan novelty dan nilai tambah yang tinggi masih terbatas pada dukungan

advokasi dan pembinaan teknis dari sisi produksi kefarmasian.

b) Sistem inovasi yang masih terkendala dengan kurang kuatnya dukungan insentif

dan perlindungan paten.

c) Data kebutuhan produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API

dan eksipien) untuk memetakan kebutuhan baik dalam negeri maupun luar negeri

belum dimiliki secara utuh. Hal ini menyebabkan perhitungan ekonomi (feasibility

48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

study/economic scale production) dalam hal investasi dan produksi atas produk

hasil industri berbasis riset belum tajam.

d) Industri farmasi kesulitan untuk mengakses dan memetakan qualified SDM, para

scientist atau pakar teknologi, terutama yang dibutuhkan untuk mendukung

transformasi industri farmasi.

e) Anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan riset yang mengarah pada sistem

inovasi dan life science sangat besar, industri tidak mungkin untuk menanggung

biaya riset dari anggaran internalnya saja.

f) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO

kimia (API dan eksipien) di luar negeri belum tergambar secara jelas. Hal ini selain

disebabkan pemetaan kebutuhan yang belum tajam, juga karena menghadapi

peraturan perdagangan antar negara.

g) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO

kimia (API dan eksipien) di dalam negeri belum tergambar secara jelas. Terutama

untuk produk tersebut, industri farmasi belum menemukan perlindungan hukum

atas serapan produk dalam sistem pengadaan pemerintah.

h) Terutama untuk produk biofarmasi dan vaksin, industri farmasi masih kesulitan

untuk mengakses infrastruktur/instansi dalam negeri yang memiliki kemampuan

dan terstandar dalam melaksanakan clinical trial. Selain itu, kebijakan persetujuan

clinical trial perlu dipercepat.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset

(kumulatif) tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut:

a) Dilaksanakan sinergisme antar stakeholder melalui grand design inovasi industri

farmasi berdasarkan Permenkes 17 Tahun 2017 tentang Peta Jalan

Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Masing-masing stakeholder dari

Kementerian dan Lembaga harus dapat memetakan dan menjalankan peran dan

fungsi secara komprehensif, fokus, sustainable, dan target pada outcome.

Pelaksanaan sinergisme ini juga harus dapat dikomunikasikan antar stakeholder

sebagai fungsi kendali dan evaluasi.

b) Mendorong sistem inovasi melalui pemberian insentif dan bantuan perlindungan

paten dan pemanfaatan paten.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 49

c) Bekerjasama dengan badan intelejen, Kemdag, Kemlu (melalui kedutaan besar

Indonesia di luar negeri), K/L terkait, maupun penyedia data pasar farmasi (seperti

IIMS, dsb) untuk menganalisis, mengkaji, dan menetapkan data kebutuhan produk

biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien). Informasi

ini perlu tersedia baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

d) Pemerintah memfasilitasi industri farmasi untuk menetapkan standar, contoh best

practice, prosedur sertifikasi, desain, dan desain kualitas yang dibutuhkan industri

dalam mendukung implementasi transformasi industri farmasi. Hal ini juga sangat

diperlukan terutama untuk menjalankan business plan yang sudah disusun oleh

industri farmasi.

e) Diperlukan asistensi dari pemerintah terkait jejaring SDM yang diperlukan

terutama agar lebih memudahkan akses dengan scientist atau pakar teknologi.

f) Perlu dibuat suatu kebijakan dimana pemerintah juga menanggung sebagian

proporsi resiko riset, termasuk pembiayaan. Pemerintah juga perlu menyusun

kebijakan baik fiskal maupun moneter seperti fasilitasi/insentif pajak.

g) Pemerintah melalui Kemlu, Kemdag, Kemenko, dan Perwakilan Kedutaan

Indonesia di luar negeri berupaya membuka pasar serta

mempermudah/menegosiasikan peraturan perdagangan antar negara. Selain itu,

Pemerintah diharapkan dapat membuka/memfasilitasi akses industri farmasi ke

procurement system organisasi internasional (WHO, GF, dsb).

h) Untuk produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan

eksipien) perlu dukungan kebijakan pemerintah dalam kebijakan pengadaan obat

melalui e-catalog/e-purchasing dimana pemerintah berfungsi sebagai first buyer

terutama pada fase inisiasi, sehingga mendukung sustainability industri farmasi

berbasis riset yang telah berhasil memproduksi produk-produk inovatif dan

berbasis riset.

i) Akses terhadap clinical trial centre/CROs/rumah sakit milik pemerintah untuk

kerjasama clinical trial vaksin baru dan biosimilar agar dapat ditingkatkan.

Percepatan proses persetujuan untuk clinical trial produk baru (OPB) terutama

untuk produk biofarmasi dan vaksin.

50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

9) Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat

Waktu

Kondisi yang dicapai:

Indikator persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat

waktu merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga

pengukurannya baru dimulai di tahun 2017. Capaian indikator kinerja kegiatan persentase

layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah

sebesar 85,11% dari target yang telah ditetapkan sebesar 85% sehingga persentase

capaian indikator ini menjadi 100,13%.

Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu

85% 85,11% 100,13%

Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Produksi dan Distribusi

Kefarmasian melaksanakan kegiatan perizinan di bidang produksi dan distribusi

kefarmasian. Kegiatan perizinan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian meliputi

perizinan bidang Obat yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat dan Pangan, bidang Obat

Tradisional dan Kosmetika yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat Tradisional dan

Kosmetika, dan bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang dilaksanakan di

Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.

80%

85%

88%

90%

85,11%

75%

80%

85%

90%

95%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 51

Kegiatan perizinan bidang produksi dan distribusi kefarmasian menjadi salah satu

indikator kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dengan diukur presentase

layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator

kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan

tepat waktu tahun 2017 yaitu:

a) Jumlah permohonan perizinan sarana produksi dan distribusi kefarmasian

semakin meningkat.

b) Proses pelaksanaan perizinan belum sepenuhnya elektronik.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang

diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah dengan melakukan implementasi sistem

perizinan elektronik yang terintegrasi secara internal Direktorat Jenderal Kefarmasian

dan Alat Kesehatan dengan pada stakeholder terkait (Pemerintah Daerah/PTSP/Balai

POM/Badan POM dan pemohon). Sistem ini juga berperan dan berfungsi sebagai alat

kendali dan evaluasi.

10) Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu

Kondisi yang dicapai:

Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu

menggambarkan kinerja kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya di Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Yang dimaksud dengan layanan

dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu adalah tersedianya pelayanan

kesekretariatan yang diselesaikan tepat waktu sesuai janji layanan dari Sekretariat Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Indikator Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu

mengalami perubahan nomenklatur dan target capaian indikator pada pada Revisi Renstra

tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Indikator

52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

sebelumnya adalah Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen dengan

capaian dan target sebagai berikut.

Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019

Realisasi indikator persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat

waktu tahun 2017 sebesar 93,35%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 87% dengan capaian sebesar

107,30%.

Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017

Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017

Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu

87% 93,35% 107,30%

Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019

Indikator ini diukur dengan jumlah layanan dukungan manajemen yang diselesaikan

tepat waktu sesuai dengan janji layanan dibandingkan dengan jumlah layanan dukungan

manajemen. Adapun 8 (delapan) jenis pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal

75% 80% 85% 90%

95% 85,71% 87,03% 89,97%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019

Target

Realisasi

80%

85% 87%

90%

95% 93,35%

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

2015 2016 2017 2018 2019

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 53

Kefarmasian dan Alat Kesehatan beserta capaiannya di tahun 2017, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017

No Jenis Pelayanan Tahun 2017

TW I TW II TW III TW IV Persentase

1 Penerbitan STRA 92,75 100,00 100,00 100,00 98,19

2 Penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker

71,43 66,67 100,00 87,50 81,40

3 Penyelesaian Layanan Pengadaan 83,33 77,42 79,31 84,62 81,17

4 Penyelesaian Rancangan Permenkes 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

5 Respon Time terhadap Keluhan Pelanggan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

6 Penyelesaian Revisi 100,00 85,71 71,43 100,00 89,29

7 Tindak Lanjut LHP 100,00 - - - 100,00

8 Pencairan Dana 94,12 100,00 92,86 100,00 96,74

Layanan Dukungan Manajemen Tepat Waktu 92,70 89,97 91,94 96,02 93,35

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator

kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat

waktu tahun 2017 yaitu:

a) Penyelesaian layanan pengaadaan mengalami hambatan ketika suatu paket

pengadaan memiliki spesifikasi yang kompleks sehingga penyedia tidak dapat

menyanggupi spesifikasi yang ada dan terjadi gagal lelang.

b) Usulan yang masuk terkait penyelesaian angka kredit Apoteker/Asisten Apoteker

tidak sebanding dengan SDM yang memiliki jabatan fungsional terkait

penyelesaian penilaian angka kredit,.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian

indikator kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan

tepat waktu tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut:

a) Memetakan potensi masalah baik di internal maupun eksternal pada proses

pengadaan sehingga hal-hal yang menghambat proses dapat diminimalisir dan

penyelesaian paket pengadaan dapat diselesaikan sesuai janji layanan.

b) Mengkaji beban kerja jabatan fungsional dalam melakukan analisa setiap usulan

yang masuk sehingga bobot kerja sebanding dengan penyelesaian angka kredit.

54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

B. REALISASI ANGGARAN

Pagu alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus

mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa pengelolaan kegiatan dalam upaya

pencapaian sasaran program kefarmasian dan alat kesehatan dinilai baik. Peningkatan

program tidak hanya dilakukan di tingkat pusat tapi juga program di daerah. Alokasi APBN

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2017 yang tertera pada

perjanjian kinerja adalah sebesar Rp.2.978.429.542.000,00 yang terdiri alokasi Kantor Pusat

sebesar Rp.2.929.352.180.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar

Rp.49.077.362.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2017, alokasi APBN Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat

efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi

Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar Rp.39.163.170.000,00 dan memperoleh Hibah Luar

Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar

Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dengan

realisasinya pada tahun 2017 sebesar Rp.3.337.118.449.598,00 dengan persentase sebesar

99,09%.

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung dengan anggaran Kantor Pusat

dan Dana Dekonsentrasi. Rincian alokasi dan realisasi Program Kefarmasian dan Alat

Kesehatan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kegiatan

NO Kegiatan Alokasi Realisasi %

1 Peningkatan Pelayanan

Kefarmasian

28.392.159.000Rp 26.549.629.819Rp 93,51%

2 Peningkatan Tata Kelola Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

3.163.978.093.000Rp 3.151.204.702.608Rp 99,60%

3 Peningkatan Produksi dan

Distribusi Kefarmasian

38.971.750.000Rp 35.418.415.498Rp 90,88%

4 Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Kefarmasian dan

Alat Kesehatan

86.647.042.000Rp 76.739.925.952Rp 88,57%

5 Peningkatan Penilaian Alat

Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

27.689.654.000Rp 26.576.680.310Rp 95,98%

6 Peningkatan Pengawasan Alat

Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

21.919.954.000Rp 20.629.095.411Rp 94,11%

3.367.598.652.000Rp 3.337.118.449.598Rp 99,09%TOTAL

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 55

Anggaran yang dialokasikan untuk Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun

2017 sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program

tersebut sebesar 99,09% atau Rp.3.337.118.449.598,00. Rerata capaian Indikator Kinerja

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 adalah sebesar 105,60%. Rerata

capaian Indikator tersebut didapat dari perhitungan rerata tertimbang antara 3 Indikator

Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang terdiri dari Persentase Puskesmas

dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial dengan persentase capaian sebesar

101,16%, Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri, dan

jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan persentase

capaian untuk target sediaan farmasi sebesar 115,00% dan persentase capaian untuk target

alkes sebesar 100,00%, serta Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat dengan persentase capaian

sebesar 106,22%. Hal tersebut menyatakan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap

capaian kinerja, karena capaian kinerja sebesar 105,60% dapat terwujud dengan 99,09%

penyerapan anggaran.

Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, efisiensi penggunaan sumber daya terhadap

capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah tercapai. Berikut

merupakan gambaran analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya yang

menggambarkan kondisi tiga tahun terakhir.

105,60%

99,09%

94,00%

96,00%

98,00%

100,00%

102,00%

104,00%

106,00%

108,00%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2017

1. KANTOR PUSAT

Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai

target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras

seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama

dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan

alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama

pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk

Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar

Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00.

Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali

memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and

Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar

Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh

satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017

adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar

dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus

sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%.

121,49% 129,79%

105,60% 95,19%

83,74% 99,09%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

140,00%

2015 2016 2017

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 57

Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

NO SATUAN KERJA ALOKASI AWALALOKASI SETELAH

EFISIENSIREALISASI %

1 Direktorat Tata Kelola Obat

Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Rp 2.741.993.416.000 3.150.602.864.000Rp 3.138.692.331.669Rp 99,62%

2 Direktorat Pelayanan

Kefarmasian

Rp 19.705.281.000 16.304.583.000Rp 15.633.729.372Rp 95,89%

3 Direktorat Produksi dan

Distribusi Kefarmasian

Rp 39.163.633.000 32.361.169.000Rp 29.508.970.395Rp 91,19%

4 Direktorat Penilaian Alat

Kesehatan dan PKRT

Rp 27.529.674.000 26.330.322.000Rp 25.262.172.465Rp 95,94%

5 Diirektorat Pengawasan

Alat Kesehatan dan PKRT

Rp 22.806.973.000 19.679.073.000Rp 18.552.421.669Rp 94,27%

6 Sekretariat Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan

Rp 78.153.203.000 73.243.279.000Rp 64.634.773.322Rp 88,25%

2.929.352.180.000Rp 3.318.521.290.000Rp 3.292.284.398.892Rp 99,21%TOTAL

2. DANA DEKONSENTRASI

Untuk mendukung penyelenggaraan program kefarmasian dan alat kesehatan di

daerah, tahun 2017 disediakan dana Dekonsentrasi sebesar Rp.49.077.362.000,00 (Empat

puluh sembilan miliar tujuh puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah). Realisasi

dana Dekonsentrasi tahun 2017 adalah Rp.44.834.050.706,00 (Empat puluh empat miliar

delapan ratus tiga puluh empat juta lima puluh ribu tujuh ratus enam rupiah) dengan

persentase realisasi sebesar 91,35%. Alokasi dana dan realisasi DIPA Dekonsentrasi

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti diuraikan pada tabel berikut ini:

58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

NO SATUAN KERJA ALOKASI REALISASI %

1 Dinkes Provinsi DKI Jakarta 1.061.358.000Rp 1.047.926.950Rp 98,73%

2 Dinkes Provinsi Jawa Barat 1.632.601.000Rp 1.319.083.969Rp 80,80%

3 Dinkes Provinsi Jawa Tengah 879.484.000Rp 754.222.164Rp 85,76%

4 Dinkes Provinsi D.I. Yogyakarta 619.855.000Rp 565.028.855Rp 91,16%

5 Dinkes Provinsi Jawa Timur 1.879.429.000Rp 1.421.955.390Rp 75,66%

6 Dinkes Provinsi Aceh 1.035.837.000Rp 961.027.000Rp 92,78%

7 Dinkes Provinsi Sumatera Utara 1.419.083.000Rp 1.309.806.571Rp 92,30%

8 Dinkes Provinsi Sumatera Barat 1.080.349.000Rp 1.018.808.108Rp 94,30%

9 Dinkes Provinsi Riau 1.855.542.000Rp 1.750.392.800Rp 94,33%

10 Dinkes Provinsi Jambi 1.901.551.000Rp 1.764.444.323Rp 92,79%

11 Dinkes Provinsi Sumatera Selatan 1.038.313.000Rp 958.073.504Rp 92,27%

12 Dinkes Provinsi Lampung 1.494.256.000Rp 1.437.050.980Rp 96,17%

13 Dinkes Provinsi Kalimantan Barat 1.104.530.000Rp 984.593.500Rp 89,14%

14 Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah 1.117.674.000Rp 1.079.135.301Rp 96,55%

15 Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan 1.413.843.000Rp 1.345.452.950Rp 95,16%

16 Dinkes Provinsi Kalimantan Timur 834.090.000Rp 792.651.431Rp 95,03%

17 Dinkes Provinsi Sulawesi Utara 1.936.586.000Rp 1.933.059.000Rp 99,82%

18 Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah 1.815.026.000Rp 1.766.858.538Rp 97,35%

19 Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan 2.414.013.000Rp 2.327.016.100Rp 96,40%

20 Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara 1.909.837.000Rp 1.842.670.650Rp 96,48%

21 Dinkes Provinsi Maluku 1.120.945.000Rp 1.014.153.100Rp 90,47%

22 Dinkes Provinsi Bali 940.331.000Rp 909.298.377Rp 96,70%

23 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Barat 1.870.085.000Rp 1.681.856.800Rp 89,93%

24 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur 1.348.431.000Rp 1.220.573.898Rp 90,52%

25 Dinkes Provinsi Papua 2.596.213.000Rp 2.274.497.121Rp 87,61%

26 Dinkes Provinsi Bengkulu 1.404.970.000Rp 1.307.135.500Rp 93,04%

27 Dinkes Provinsi Maluku Utara 1.660.830.000Rp 1.634.824.000Rp 98,43%

28 Dinkes Provinsi Banten 1.017.516.000Rp 931.749.376Rp 91,57%

29 Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka 1.318.700.000Rp 1.230.512.252Rp 93,31%

30 Dinkes Provinsi Gorontalo 1.131.798.000Rp 1.098.773.220Rp 97,08%

31 Dinkes Provinsi Kepulauan Riau 992.974.000Rp 923.408.250Rp 92,99%

32 Dinkes Provinsi Papua Barat 2.416.662.000Rp 1.628.149.861Rp 67,37%

33 Dinkes Provinsi Sulawesi Barat 1.517.441.000Rp 1.328.458.200Rp 87,55%

34 Dinkes Provinsi Kalimantan Utara 1.297.209.000Rp 1.271.402.667Rp 98,01%

49.077.362.000Rp 44.834.050.706Rp 91,35%TOTAL

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 59

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung

tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam

mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di

bidangnya. Pengembangan karier juga diperlukan sebagai faktor penunjang dalam

mewujudkan SDM yang berkualitas.

Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

sampai akhir tahun 2017 berjumlah 258 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan

Keterangan Jumlah

Menurut Jabatan

Jabatan Struktural 84

Jabatan Fungsional Tertentu 3

Staf 171

Jumlah 258

Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan

32,56%

1,16%

66,28%

Jabatan Struktural

Jabatan FungsionalTertentu

Staf

60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan

Keterangan Jumlah

Menurut Golongan

Golongan II 6

Golongan III 183

Golongan IV 69

Jumlah 258

Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan

Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan

Keterangan Jumlah

Menurut Pendidikan

S3 2

S2 166

Spesialis 1/2/A V 1

S1 59

D3 15

Akademi 2

SMA 13

Jumlah 258

2,33%

70,93%

26,74%

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 61

Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan

Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin

Keterangan Jumlah

Menurut Jenis Kelamin

Pria 90

Wanita 168

Jumlah 258

Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin

Untuk pengembangan karier SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan, sebanyak 4 orang pegawai dikirim untuk melaksanakan tugas belajar, 188

orang pegawai mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan SDM, serta 3 orang

pegawai telah melaksanakan tugas belajar pada tahun 2017.

0,78%

64,34%

0,39%

22,87%

5,81%

0,78% 5,04%

S3

S2

Spesialis 1/2/A V

S1

D3

Akademi

SMA

35%

65%

Pria

Wanita

62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis

yang telah ditetapkan. Laporan ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian

Kesehatan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ini

menyajikan berbagai keberhasilan maupun upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana

yang telah ditetapkan didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan

program Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2017, yang tercermin dalam

capaian Indikator Kinerja Program (IKP) serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan

sasaran. Pencapaian indikator pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

tahun 2017 telah mencapai target yang telah ditetapkan.

Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang

telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa

mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan,

pelaksanaan, dan pemantauan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan perlu

dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga terjadi keterpaduan dalam mencapai

akuntabilitas kinerja. Upaya yang akan dilakukan pada tahun 2018 antara lain: melakukan

sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator Puskesmas dengan

ketersediaan obat dan vaksin esensial; mengirimkan umpan balik berupa surat

pemberitahuan mengenai pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada

Kepala Daerah guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi

Daerah; koordinasi antara Academic, Business dan Government; pendampingan kepada

industri farmasi; peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi

sesuai dengan kebutuhan serta menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan

dalam negeri pada pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam

negeri sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 63

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan diharapkan

dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja dalam penyempurnaan dokumen

perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta

penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 65

66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 67

LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN

68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 69

70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 71

72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 73

LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN

PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

74 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 75

76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN

PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 77

78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 79

LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN

ALAT KESEHATAN

80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 81

82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 7

LA

MP

IRA

N 7

D

AT

A P

ER

SE

NT

AS

E K

ET

ER

SE

DIA

AN

OB

AT

DA

N V

AK

SIN

DI

PU

SK

ES

MA

S T

AH

UN

201

7

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 83

84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031)

Renoma Blood Lancet adalah jarum yang dibungkus oleh material plastik, dimana

material plastik tersebut dapat dibuka / dipatahkan untuk mengeluarkan bagian tajam dari

jarum. Renoma Blood Lancet digunakan sebagai penusuk kulit untuk mengambil sampel

darah dalam jumlah sedikit untuk keperluan pemeriksaan darah. Dapat pula dipadukan

dengan alat bantu berupa pena untuk mempermudah penusukan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 85

LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

NPC Strip G (AKD 20306710479)

NPC Strip G merupakan alat untuk membantu diagnosis dan deteksi dini kanker

nasofaring (Nasopharing Cancer/NPC). Alat ini berupa strip dengan ukuran 0,5 x 8 cm yang

telah mengandung antigen EA-EBV, antibodi poliklonal anti IgG dan antibodi mouse IgG.

Alat ini juga dilengkapi dengan buffer pelarut sampel. Alat ini bekerja dengan cara

mendeteksi antibodi IgG pada darah/serum/plasma dari penderita yang akan bereaksi

dengan protein Virus Epstein-Barr (EBV), khususnya protein Early Antigen (EA) yang sudah

dilekatkan pada strip. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini dikenal sebagai metode

immunokromatografi. Antibodi terhadap protein virus EBV digunakan sebagai marker untuk

beberapa keganasan, salah satunya NPC. NPC strip G telah terbukti dapat mendeteksi NPC

dengan sensitivitas sebesar 86% dan spesifisitas sebesar 100%. Cara penggunaannya

adalah dengan mencelupkan strip ke dalam sampel darah yang telah diencerkan dengan

buffer pelarut dalam tabung. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 2 garis

berwarna merah muda, sementara hasil negatif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 1

garis merah muda. Individu sehat yang memberikan hasil positif pada tes ini disarankan

untuk melakukan tes ulangan setiap 6 bulan dan berkonsultasi dengan dokter ahli THT-KL

bagian onkologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Material produk Strip terdiri dari bagian

pendukung yang terbuat dari bahan plastik, yang ditempeli dengan membran nitroselulosa,

polyester papers dan absorben : 1. Membran nitroselulosa adalah material tempat

penempelan antibodi. 2. Polyester paper adalah tempat penempelan antigen terkonjugasi

dan normal serum. 3. Absorben berfungsi untuk menyerap kelebihan cairan, baik dari

konjugat maupun sampel. Bufer pelarut sampel berisi larutan garam yang berfungsi untuk

melarutkan sampel darah/serum/plasma Kemasan berupa aluminium foil yang disegel rapat

untuk menjaga agar produk tetap terjaga kelembabannya pada kondisi tertentu

86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668)

Mesin Anesthesia Enesers A8500 adalah sistem Anestesi aliran kontinu yang

menawarkan ventilasi manual atau otomatis, pengiriman gas segar dengan mudah

disesuaikan, pengiriman agen anestesi, pemantauan ventilasi, ergonomi yang nyaman, dan

sistem keselamatan.yang aman.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 87

LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645)

ONEMED Uro One Foley Catheter 2 way, terbuat dari bahan latex. Seluruh permukaan

foley catheter dilapisi dengan silicone untuk memudahkan proses insersi. Tersedia dalam

berbagai ukuran sehinggga mudah disesuaikan sesuai kebutuhan.

88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD 20502610453)

Electrocardiograph 12 Channel Telemetry adalah alat yang digunakan untuk

mendeteksi dan mendiagnosa abnormalitas jantung dengan mengukur tegangan sinya lisrik

pada jantung manusia. EKG Tesena terbagi ke dalam dua bagian yaitu perangkat keras dan

perangkat lunak. Perangkat keras EKG menerima sinyal listrik dari elektroda dan

mengirimkannya ke PC atau laptop. Perangkat lunak berupa program pada laptop membaca

sinyal dan menampilkannya dalam bentuk grafik. Dengan perintah dari pengguna, program

dapat menyimpan sinyal tersebut.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 89

LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017

ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783)

ZENMED+ adalah merek implan tulang asli buatan dalam negeri yang berbahan baku

Stainless Steel 316L medical grade dengan kandungan TKDN 70-80%. Produk ZENMED+

yang akan diproduksi oleh PT Zenith Allmart Precisindo (ZAP) ini dikembangkan melalui

kerjasama dengan para peneliti dari Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT, yang didukung

penuh oleh Kementerian Ristekdikti.

90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT KERJA DIREKTORAT

JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2016

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 91

92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 93

94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

LAMPIRAN

LA

MP

IRA

N 1

5

SO

P P

EL

AP

OR

AN

CA

PA

IAN

IN

DIK

AT

OR

PR

OG

RA

M K

EF

AR

MA

SIA

N D

AN

AL

AT

K

ES

EH

AT

AN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 95

96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 97

98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 99

LA

MP

IRA

N 1

6

SO

P P

EM

AN

TA

UA

N C

AP

AIA

N I

ND

IKA

TO

R P

RO

GR

AM

KE

FA

RM

AS

IAN

D

AN

AL

AT

KE

SE

HA

TA

N

100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 101

102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 103

LA

MP

IRA

N 1

7

SO

P P

EN

YU

SU

NA

N L

AP

OR

AN

KIN

ER

JA

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L

KE

FA

RM

AS

IAN

DA

N A

LA

T K

ES

EH

AT

AN

104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 105

106 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2017 107