laporan kinerja direktorat jenderal kefarmasian dan alat ... 2018/lkj unit utama/8... · laporan...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
dapat diselesaikan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja
berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan
kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu laporan kinerja
merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tahun 2017, Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun ketiga dalam
pembangunan kesehatan periode 2015-2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran
meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di tahun 2017 memiliki berbagai
inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan
masukan perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program
dan kegiatan di periode berikutnya.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis
yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan
pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 sebagai
bagian dari pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Unit Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan memperoleh nilai AA. Rincian penilaian tersebut sebagai berikut:
No. Tahun Hasil Penilaian Kategori
1 2012 97,94 AA
2 2013 97,78 AA
3 2014 97,65 AA
4 2015 96,73 AA
5 2016 97,50 AA
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
b. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi
sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan
kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,
dan pelayanan kefarmasian;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,
sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan tujuan yang akan dicapai
pada tahun 2017 adalah:
a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85%.
b. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah
jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 34 jenis.
c. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di
peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%.
Dari indikator kinerja tahun 2017 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:
a. Realisasi puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85,99%.
b. Realisasi jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan
jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 37
jenis.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 v
c. Realisasi persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 88,16%.
Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai
target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras
seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama
dalam perencanaan program kegiatan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
yang berkelanjutan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk
Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar
Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00.
Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali
memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and
Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar
Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh
satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017
adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar
dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus
sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%.
Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki
upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2017 antara lain:
1. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara adalah laporan yang dibuat oleh
bendahara atas uang yang dikelolanya. Dasar hukum LPJ Bendahara adalah Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab
Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-3/PB/2014 tentang
Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara
pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi
vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras
satuan kerja untuk menyampaikan LPJ Bendahara di awal waktu periode bulan Januari
hingga Oktober 2017, maka KPPN Jakarta VII memberikan penghargaan kepada
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017
2. Website resmi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh
predikat sebagai Pemenang III (Ketiga) dalam kompetisi e-ASPIRASI (Anugerah Situs
Sehat Inspirasi Sehat) dilingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2017.
Penyelenggaran kompetisi ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat
Jenderal, Kementerian Kesehatan RI dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional
ke-53. Prestasi ini menunjukkan komitmen dan konsistensi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan
publik yang lebih baik.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 vii
Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
3. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT memperoleh resertifikasi ISO 9001: 2015
pada tanggal 7 Desember 2017 terkait Pelayanan Jasa Otoritas Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
4. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2015 untuk seluruh standar operasional prosedur sejumlah
146 layanan dukungan manajemen sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur,
sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan publik terkait dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Upaya ini merupakan continuous quality improvement pelayanan publik di
Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dimana selama tiga
tahun sebelumnya telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 untuk 6
(enam) standar operasional prosedur.
Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
5. Seluruh parameter pada survei kepuasan pelanggan tahun 2017 (berdasarkan
Permenpan No.16/2014) dinilai baik (78,80) karena berada antara skor 62,51 – 82,51.
NO. PARAMETER KEPUASAN
TAHUN 2017
Berdasar Permenpan No.16/2014
Berdasar Permenpan No.14/2017
[Skala 4] [Skala 100] [Skala 4] [Skala 100]
1. Persyaratan Pelayanan 3,12 78,12 3,12 78,12
2. Prosedur Layanan 3,17 79,21 3,17 79,21
3. Waktu Layanan 3,05 76,22 3,05 76,22
4. Biaya/tarif Layanan 3,29 82,24 3,29 82,24
5. Produk Layanan 3,19 79,87 3,19 79,87
6. Kompetensi Petugas Layanan 3,18 79,43 3,18 79,43
7. Perilaku Petugas Layanan 3,18 79,39 3,18 79,39
8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
2,99 74,86 2,99 74,86
9. Maklumat Pelayanan 3,20 79,88 - -
10. Sarana dan Prasarana - - 3,21 80,12
INDEKS TOTAL 3,15 78,80 3,15 78,80
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 ix
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menjadi instrumen kebijakan
multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut
terlihat dari komposisi dan besaran anggaran yang secara langsung merefleksikan arah
dan tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu agar fungsi APBN berjalan
optimal, maka sistem pengelolaan anggaran harus dilakukan secara cermat dan
sistematis. Dalam rangka mendukung terwujudnya Good Governance dalam
peyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam undang-undang. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan kegiatan Penilaian
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2017. Kegiatan tersebut
menghasilkan daftar satuan kerja dengan predikat pengelolaan anggaran terbaik dan
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berhasil meraih peringkat
ketiga dari 1.800 satuan kerja yang menjadi mitra kerja Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat Ketiga Tahun
Anggaran 2017
x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
7. Selain melakukan penilaian atas ketertiban penyampaian LPJ Bendahara, KPPN
Jakarta VII juga melakukan penilaian atas pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN
kategori Pagu DIPA Besar periode bulan Januari hingga Oktober 2017. Direktorat Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerima penghargaan sebagai satuan
kerja terbaik II dalam penilaian tersebut. Unsur yang dinilai adalah konsistensi dalam
mematuhi peraturan dan ketentuan dalam menyelesaikan proses pelaksanaan dan
pertanggungjawaban DIPA yang dikelola. Pemberian piagam penghargaan tersebut
dibarengi juga dengan pemberian fasilitas rekonsiliasi dan penyerahan SPM ke loket
pelayanan tanpa antrian atau dengan kata lain menjadi SATKER PRIORITAS selama
tiga bulan (November 2017 s.d. Januari 2018). Penghargaan dari KPPN selalu diperoleh
setiap tahunnya semenjak tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki komitmen yang tinggi dalam
mempertahankan prestasi kinerjanya.
Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran 2017
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 xi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................................ 1
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS ................................................ 2
D. STRUKTUR ORGANISASI..................................................................................... 4
E. SISTEMATIKA ....................................................................................................... 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................................ 7
A. RENCANA STRATEGIS ........................................................................................ 7
B. PERJANJIAN KINERJA ......................................................................................... 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................. 13
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ........................................................................ 13
1. PENGUKURAN KINERJA ................................................................................. 13
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................. 16
B. REALISASI ANGGARAN ....................................................................................... 54
1. KANTOR PUSAT ............................................................................................... 56
2. DANA DEKONSENTRASI ................................................................................. 57
C. SUMBER DAYA MANUSIA .................................................................................... 59
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 62
xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ..................................... 8
Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2015-2019 .......................................................................................... 8
Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ..................................................................................................... 9
Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan .............. 9
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 ................................................................................................... 10
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 ................................................................................................... 13
Tabel 7. Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas............................................ 14
Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas ................... 15
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017 .................................... 17
Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan
Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat
Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2017 .......... 22
Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam
Negeri Tahun 2015-2017 .............................................................................. 22
Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri
Tahun 2015-2017 .......................................................................................... 24
Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat Tahun 2017 ...................................................................... 27
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017 ............ 30
Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017 ............ 31
Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017 ........... 33
Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin
sesuai standar Tahun 2017 ........................................................................... 34
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 xiii
Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2017 ............................................ 39
Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang
diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2017 ........ 41
Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat
Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik
(GMP/CPAKB) Tahun 2017........................................................................... 43
Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi
yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis
Riset (Kumulatif) Tahun 2017 ........................................................................ 46
Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi
Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2017 ............................... 46
Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri
Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ..................... 50
Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan
Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ............................. 52
Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang
Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 ......................................................... 53
Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ................................ 57
Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ................................ 58
Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan
Kegiatan ........................................................................................................ 54
Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan ................... 59
Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan ................ 60
Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan .............. 60
Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin ......... 61
xiv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2017 ................................................................................. 14
Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
di Puskesmas Tahun 2015-2019 ................................................................... 16
Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019 ........................... 17
Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat
Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri
(Kumulatif) Tahun 2015-2019 ........................................................................ 21
Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang
Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang
Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019 ............................ 22
Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 ............................................................. 26
Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 ............................................................. 27
Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 .......................... 30
Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 ... 32
Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmas Tahun 2015-2019 ....................................................................... 33
Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019 .. 34
Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin
sesuai standar Tahun 2015-2019 .................................................................. 35
Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017 ..................................................... 35
Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 .................................. 36
Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan
Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 .................. 37
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 xv
Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2015-2019 ................................... 39
Grafik 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang
diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015-
2019 .............................................................................................................. 41
Grafik 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat
Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik
(GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019.................................................................. 43
Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan
Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun
2015-2019 ..................................................................................................... 45
Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang
Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset
(Kumulatif) Tahun 2015-2019 ........................................................................ 46
Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri
Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 ............ 50
Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap
Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019 ..................................................... 52
Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen
yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 ....................................... 52
Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ..... 55
Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-
2017 .............................................................................................................. 56
Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan ................... 59
Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan ................ 60
Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan .............. 61
Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin ......... 61
xvi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017 ............................ vi
Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... vii
Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga .............................. vii
Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan ........................................................................................... viii
Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat
Ketiga Tahun Anggaran 2017 ..................................................................... ix
Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran
2017 ........................................................................................................... x
Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan .. 5
Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... 11
Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2017 ............................................................................... 12
Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017
per Provinsi ................................................................................................. 18
Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-
2017 per Item Obat ..................................................................................... 19
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT
PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN ......................................... 64
LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN
KEFARMASIAN ................................................................................... 67
LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN .............................................................. 70
LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT
KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA .. 73
LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT
KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA .. 76
LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 79
LAMPIRAN 7 DATA PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI
PUSKESMAS TAHUN 2017 ................................................................. 82
LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031) ............................ 84
LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 NPC Strip G (AKD 20306710479) ............................................... 85
LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668) ............... 86
LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645) ............ 87
LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD
20502610453) ...................................................................................... 88
LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN
2017 ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783) ...................... 89
LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT
KERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN TAHUN 2016 ................................................................. 90
LAMPIRAN 15 SOP PELAPORAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 91
LAMPIRAN 16 SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ........................................... 91
xviii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 17 SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT
JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ....................... 91
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan
alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut
untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi
yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang
berkualitas.
Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para
pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah
yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas
dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat
kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat
masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan
bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat
2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja
memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai
dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS
Program Indonesia Sehat merupakan bentuk pelaksanaan Nawacita ke-5, sasaran dari
program ini adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat terdiri dari tiga
pilar, yaitu: 1). Paradigma Sehat; 2). Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan 3). Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan dalam mendukung
Program Indonesia Sehat, dalam hal menjamin akses, kemandirian dan mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya di indikasikan oleh Puskesmas dengan
ketersediaan obat dan vaksin esensial.
Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan
alat kesehatan menjadi tugas Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima)
program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Indikator tercapainya sasaran
tersebut adalah:
1. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.
2. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan
jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).
3. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)
di peredaran yang memenuhi syarat.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 3
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
1. Pelayanan Kefarmasian
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di
puskesmas.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
a. Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
b. Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
c. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di
puskesmas.
2. Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin
esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem
informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi
farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin
sesuai standar.
Indikator pencapaian sasaran ini adalah:
a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.
b. Persentase instalasi farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan
aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
c. Persentase Instalasi farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.
3. Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di
dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi
menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan
farmasi efektif.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:
a. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif).
b. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi (kumulatif).
c. Persentase layanan perizinan dan pelaporan yang sesuai standar.
4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
4. Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT)
Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan
(2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) efektif.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:
a. Jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).
b. Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review
Practices.
5. Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT)
Sasaran kegiatan ini adalah pengawasan post-market alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:
a. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat.
b. Persentase sarana produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah layanan dukungan manajemen pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah persentase layanan dukungan
manajemen yang diselesaikan tepat waktu.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
c. Direktorat Pelayanan Kefarmasian
d. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
e. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 5
f. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
E. SISTEMATIKA
Sistematika Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 sebagai berikut:
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang
bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana
dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
C Sumber Daya Manusia
Pada sub bab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang
mendukung pelaksanaan tujuan organisasi.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan
misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”.
Tujuan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan:
1. Terwujudnya peningkatan Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.
2. Terwujudnya kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran.
Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. Arah
kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada
arah kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya
antara lain:
1. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan
menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam negeri, serta bentuk
insentif bagi percepatan kemandirian nasional.
2. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat
kesehatan.
3. Pokja ABGC (Academic-Business-Government-Community Colaboration) dalam
pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan
dalam negeri.
4. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri.
5. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang
pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam
negeri yang berkualitas dan terjangkau.
6. Mewujudkan Instalasi Farmasi Pusat sebagai center of excellence manajemen
pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.
7. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat
kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.
8. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa
patennya.
8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
9. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian
dan alat kesehatan.
10. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis berbasis tim.
11. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui
penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi.
12. Menjalankan program promotif preventif yang berdasarkan pemberdayaan masyarakat,
termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di
masyarakat, dan melibatkan lintas sektor.
13. Law enforcement pengawasan alat kesehatan dan PKRT.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015,
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima)
program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Sasaran Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan
alat kesehatan
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta
target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019
Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
- - 85% 90% 95%
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
a. Target bahan baku sediaan farmasi 5 10 20 30 45
b. Target alat kesehatan 2 7 14 21 28
Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
77% 80% 83% 86% 90%
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 9
Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Indikator Kinerja Cara Perhitungan
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
Jumlah bahan baku sediaan farmasi serta alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri
Dihitung jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi dan jumlah jenis alat kesehatan yang telah mampu diproduksi, oleh industri di dalam negeri (kumulatif)
Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kegiatan Sasaran
Peningkatan Pelayanan Kefarmasian (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di puskesmas
Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
(1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
(1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan farmasi efektif
Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
(1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan (2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif
Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Pengawasan post-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif
10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Kegiatan Sasaran
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Layanan dukungan manajemen pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian
kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang
serta sumber daya yang tersedia.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini
menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
mencapainya dalam tahun 2017.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
Sasaran Indikator Kinerja Target 2017
Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
85%
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
a. Target bahan baku sediaan farmasi 20
b. Target alat kesehatan 14
Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
83%
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak
Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 11
Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
1. PENGUKURAN KINERJA
Salah satu pondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran
kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan
meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran
kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.
Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah
ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.
Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dalam pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan
antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran
pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih
berhasil guna dan berdaya guna.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2017 sebagai berikut:
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017
Realisasi 2017
Capaian 2017
Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
85% 85,99% 101,16%
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
a. Target bahan baku sediaan farmasi
20 23 115,00%
14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017
Realisasi 2017
Capaian 2017
b. Target alat kesehatan 14 14 100%
Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
83% 88,16% 106,22%
Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
Ketiga Indikator Kinerja Program telah mencapai sasaran yang diharapkan. Hal ini
didukung dengan sumber daya yang tersedia sebagai bagian dari pencapaian kinerja
Kementerian Kesehatan.
Tabel 7.Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas
85% 85,99%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
PersentasePuskesmas denganketersediaan obat
dan vaksin esensial
34
37
32
33
34
35
36
37
38
Jumlah bahan baku sediaanfarmasi yang siap
diproduksi di dalam negeridan jumlah jenis alat
kesehatan yang diproduksidi dalam negeri (kumulatif)
83%
88,16%
80%
82%
84%
86%
88%
90%
Persentase produkAlat Kesehatan danPKRT di peredaran
yang memenuhi syarat
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 15
Dalam aplikasi e-Monev Bappenas kondisi per 19 Januari 2018, status capaian kinerja
dan anggaran berwarna hijau yang memiliki arti bahwa capaian kinerja sama dengan atau
lebih dari 100% dan capaian anggaran lebih dari 95% dalam dashboard eselon I (Tabel 7).
Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas
Pada Tabel 8, kondisi per 19 Januari 2018 terlihat status capaian kinerja Satuan Kerja
di lingkungan Ditjen Farmalkes berwarna hijau. Sementara walaupun status capaian
anggaran Satker di lingkungan Ditjen Farmalkes terdapat warna kuning namun semua
realisasi anggaran di tiap Satker sudah lebih dari 85%.
16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari
tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
Kondisi yang dicapai:
Indikator Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial merupakan
indikator pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017.
Indikator sebelumnya adalah Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
dengan capaian dan target sebagai berikut:
Indikator sebelumnya adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
memiliki target pada tahun 2015 sebesar 77%, dengan capaian sebesar 79,38%. Pada tahun
2016 memiliki target sebesar 80% dengan capaian sebesar 81,57%. Sementara pada tahun
2017, memiliki target sebesar 83% dan capaian sebesar 89,30%.
Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019
77% 80% 83% 86% 90%
79,38% 81,57% 89,30%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 17
Pada Revisi Renstra, realisasi indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan
obat dan vaksin esensial tahun 2017 sebesar 85,99%, melebihi target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 85% dengan capaian sebesar
101,16%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar
95%.
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
85% 85,99% 101,16%
Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019
Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November dimana jumlah
Puskesmas yang melapor sebanyak 8.472 Puskesmas dari 9.816 Puskesmas di Indonesia
(86,31%), dengan jumlah Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial
sebanyak 7.285 Puskesmas.
Jumlah Puskesmas yang melapor mengalami peningkatan yang signifikan bila
dibandingkan tahun 2015 dan 2016 yaitu sebanyak 1.013 Puskesmas dan 1.133
Puskesmas. Hal ini dikarenakan di tahun 2015 dan 2016 jumlah Puskesmas yang menjadi
target merupakan sampel yang ditetapkan berdasarkan metode proportional random
sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas Perawatan dan
Non perawatan. Sedangkan di tahun 2017 jumlah Puskesmas yang menjadi target adalah
seluruh Puskesmas di Indonesia.
85% 90% 95%
85,99%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2017 2018 2019
Target
Realisasi
18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Capaian tertinggi persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin
esensial pada tahun 2017 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh delapan provinsi, yaitu
Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Maluku. Sedangkan provinsi dengan ketersediaan
terendah adalah Sumatera Selatan dengan capaian sebesar 52,40%.
Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017 per Provinsi
84,23%
70,86%
89,84%
100,00%
86,02%
90,43%
100,00%
57,20%
90,00%
100,00%
98,00%
86,77%
95,85%
97,83%
65,37%
61,11%
100,00%
100,00%
95,66%
98,35%
90,63%
77,23%
84,27%
99,40%
81,69%
52,40%
84,13%
82,38%
100,00%
100,00%
100,00%
90,71%
81,34%
75,83%
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%
PAPUA
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
MALUKU
GORONTALO
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
BALI
JAWA TIMUR
D.I. YOGYAKARTA
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
BANTEN
DKI JAKARTA
LAMPUNG
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN RIAU
RIAU
BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
BENGKULU
JAMBI
SUMATERA UTARA
ACEH
2017
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 19
Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas Tahun 2017 adalah
Amoxicillin 500 mg tablet dengan ketersediaan sebesar 97,90% (terdapat di 8.294
Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor), sedangkan item obat yang memiliki
ketersediaan terendah adalah Diazepam injeksi 5 mg/ml dengan ketersediaan sebesar
56,95% (terdapat di 4.825 Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor).
Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-2017 per Item Obat
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial tahun 2017, yaitu
sebagai berikut:
1. Puskesmas melaporkan ketersediaan beberapa item obat yang sebenarnya tidak
dibutuhkan sehingga tidak pernah disediakan dengan nilai nol (0). Contohnya
adalah item obat Oksitosin Injeksi dan Magnesium Sulfat 20% Injeksi, dimana
untuk Puskesmas yang tidak melayani persalinan, obat tersebut tidak dibutuhkan
sehingga tidak disediakan. Puskesmas juga melaporkan ketersediaan beberapa
item obat yang digunakan, yang jenisnya berbeda namun memiliki khasiat yang
8144
8015
8271
7904
8129
7471
7626
7010
6430
8121
7751
7990
7677
7369
6959
4825
7949
8184
8294
7186
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
Vaksin Td
Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib
Vaksin BCG
Tablet Tambah Darah
Parasetamol 500 mg tab
Oksitosin injeksi
Obat Anti Tuberculosis dewasa
Metilergometrin Maleat inj 0,200 mg-1 ml
Magnesium Sulfat injeksi 20 %
Kaptopril tab
Glibenklamid/Metformin
Garam oralit
Furosemid tablet 40 mg/Hidroklorotiazid (HCT)
Fitomenadion (Vitamin K) injeksi
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL)
Diazepam injeksi 5 mg/mL
Deksametason tab
Amoxicillin syrup
Amoxicillin 500 mg tab
Albendazol tab
2017
2017
N/A
20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
sama dengan item obat indikator yang dipantau, dengan nilai nol (0). Contohnya
adalah item obat indikator Furosemid Tablet dimana di Puskesmas menggunakan
Hidroklorotiazid Tablet. Ataupun item obat indikator Glibenklamid Tablet dimana di
Puskesmas menggunakan Metformin Tablet. Hal tersebut mempengaruhi hasil
perhitungan data indikator.
2. Masih ada keterlambatan pelaporan data ketersediaan item obat indikator baik dari
Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas. Laporan yang dikirimkan melewati
tanggal yang telah ditetapkan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga
mempengaruhi hasil capaian kinerja. Hal ini disebabkan Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan wajib melaporkan hasil capaian indikator
kinerjanya secara berjenjang setiap triwulan ke Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Biro Perencanaan dan Anggaran (melalui e-Performance),
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (melalui e-Monev Bappenas)
hingga Kantor Staf Presiden (KSP). Hal tersebut menyebabkan waktu pelaporan
menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
3. Masih ada Puskesmas yang tidak melaporkan data ketersediaan item obat
indikator.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara
lain sebagai berikut:
1. Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor
FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut,
dimana di dalamnya disebutkan bahwa untuk obat dan vaksin dari 20 item obat
indikator yang tidak digunakan/tidak dibutuhkan di Puskesmas dilaporkan sebagai
N/A (Not Available) dan dimaknai sebagai angka satu (1) pada perhitungan
persentase ketersediaan.
2. Melakukan sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator
Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.
3. Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data
dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 21
2. Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan
Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)
Kondisi yang dicapai:
Pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017
terjadi perubahan nomenklatur dan target capaian indikator jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang
diproduksi di dalam negeri (kumulatif).
Indikator sebelumnya adalah jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat
kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan target pada tahun
2015 sebesar 7 jenis dan capaian sebesar 11 jenis, sedangkan target 2016 sebesar 14 jenis
dan capaian sebesar 23 jenis.
Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019
Pada tahun 2017, terjadi revisi renstra yang menyatakan bahwa target indikator jumlah
bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat
kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) ditetapkan sebanyak 34 jenis dan
tercapai sebanyak 37 jenis dengan rincian jumlah realisasi bahan baku sediaan farmasi
sebesar 23 jenis dan jumlah target alat kesehatan sebesar 14 jenis sebagaimana dijelaskan
dalam Tabel 10 dan Grafik 5 dibawah ini.
7
14
21
28
35
11
23
37
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam
Negeri (Kumulatif) Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
34 37 108,82%
- Bahan Baku Sediaan Farmasi 20 23 115,00%
- Jenis Alat Kesehatan 14 14 100,00%
Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri
(Kumulatif) Tahun 2015-2019
Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang
siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 20 (dua puluh)
jenis. Adapun capaian jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam
negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis. Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan
secara kumulatif, maka jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam
negeri tahun 2017 adalah sejumlah 23 jenis atau mencapai 115,00% dari target yang
ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 20 jenis. Jumlah 23 jenis tersebut terdiri dari capaian
tahun 2015 sejumlah 8 jenis, tahun 2016 sejumlah 8 jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis.
Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017
NO BAHAN BAKU SEDIAAN FARMASI
Tahun 2015
1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.f. & Th)
2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus L.)
3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba (Azadirachta indica)
7
17
34
51
73
37
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 23
4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.)
5 Pemanis Alami Glikosida Steviol
6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L.
7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
8 Karagenan Pharmaceutical Grade
Tahun 2016
9 Kristal PGV-6
10 Kristal HGV-6
11 Kristal GVT-6
12 Fraksi Gel dan Fraksi Antrakinon Terstandar Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)
13 Ekstrak Terstandar Daun Sendok (Plantago major)
14 Fraksi Polisakarida Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
15 Phlobaphene
16 Fraksi Bioaktif Biji Pala (Myristica fragrans Houtt)
Tahun 2017
17 Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
18 Asam Mefenamat
19 Kombinasi Ekstrak Air Tempuyung (Sonchus arvensis) dan Keji Beling (Strobilanthes cripus)
20 Amilum Sagu (Metroxylon SP) Terpregelatinasi
21 Fraksi Aktif Terstandar Herba Kumis Kucing (Orthosiphon arisatus (Blume))
22 Parasetamol
23 Ekstrak Terstandar Daun Pepaya (Carica papaya)
Dalam rangka mendukung perkembangan industri alat kesehatan dalam negeri,
Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga melakukan
pemantauan perkembangan industri dalam negeri melalui kegiatan survei kemampuan
industri alat kesehatan dalam negeri, membuat aplikasi sistem pendataan, mendorong
hilirisasi hasil riset alat kesehatan, workshop peningkatan penggunaan alkes dalam negeri
kepada tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pameran hari kesehatan
nasional.
Upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang signifikan dimana tahun 2016-2017,
jenis alat kesehatan yang mampu diproduksi dalam negeri tumbuh 32 jenis atau naik
sebesar 12,2%. Berdasarkan perkembangan jenis industri alat kesehatan dalam negeri
terbanyak di Indonesia antara lain: tempat tidur pasien, jarum suntik, sarung tangan karet,
masker bedah, surgical apparel, kasa, stretcher, kursi roda, kursi gigi, dan infusion set.
24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah alat kesehatan yang siap diproduksi
di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 14 jenis. Adapun capaian jumlah
alat kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis.
Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan secara kumulatif, maka jumlah alat
kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 14 jenis atau
mencapai 100,00% dari target yang ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 14 jenis. Jumlah
14 jenis tersebut terdiri dari capaian tahun 2015 sejumlah 3 jenis, tahun 2016 sejumlah 4
jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis.
Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017
NO ALAT KESEHATAN
Tahun 2015
1. Karixa Renograf
2. Triton Synthetic-Biological Sutures
3. Triton T-Skin Marker
Tahun 2016
4. DOMAS FLEXI-CORD Progressive
5. ORTHINDO Pedide Screw Titanium
6. ID BIOSENS Dengue NS1
7. INA-SHUNT Semilunar Flushing Valve System
Tahun 2017
8. RENOMA Blood Lancet
9. NPC Strip G
10. ENESERS Anaesthesia Machine
11. ONEMED Uro One Folley Catheter
12. TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry
13. ZENMED + Orthopedic Plate
14. Paket Benang Bedah Triton
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis
alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) yaitu:
1. Komitmen pelaku industri dalam melakukan produksi bahan baku farmasi di
Indonesia karena dalam prosesnya perlu mempertimbangkan berbagai aspek
kelayakan baik teknis maupun ekonomi.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 25
2. Kurangnya kemampuan penguasaan teknologi serta SDM dalam melakukan
produksi bahan baku di Indonesia.
3. Kurangnya fasilitas pendukung untuk melakukan penelitian, pengembangan dan
upscaling bahan baku di Indonesia.
4. Kurang sinergisnya hasil riset alat kesehatan yang dilakukan oleh akademisi
dalam memenuhi pengembangan bisnis industri serta sebaliknya kurangnya akses
informasi yang dimiliki oleh industri terhadap hasil-hasil riset alat kesehatan yang
sudah dan akan diteliti.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) adalah sebagai
berikut:
1. Koordinasi antara Academic, Business dan Government untuk memfasilitasi
kebutuhan masing-masing, sehingga pengembangan bahan baku dapat dilakukan
secara sinergis.
2. Melakukan pendampingan kepada industri farmasi untuk bertransfomasi menjadi
perusahaan berbasis riset yang diawali dengan penguasaan bahan baku.
3. Perlunya peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi
sesuai dengan kebutuhan.
4. Menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan dalam negeri pada
pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam negeri
sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri.
26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
3. Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat
Kondisi yang dicapai:
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan upaya pengendalian
post-market untuk memastikan bahwa alat kesehatan dan PKRT yang telah diberikan izin
edar tersebut, secara terus menerus sesuai dengan persyaratan keamanan, mutu, manfaat
dan penandaan yang telah disetujui.
Salah satu kegiatan pengendalian post-market dilakukan melalui sampling produk alat
kesehatan dan PKRT. Sampling alat kesehatan dan PKRT merupakan kegiatan dalam
rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap keamanan, mutu dan manfaat
alat kesehatan dan PKRT yang telah beredar di wilayah Indonesia.
Indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat mengalami perubahan target capaian indikator
pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Target
dan capaian indikator produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebelum revisi adalah sebagai berikut:
Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019
Pada tahun 2017 dilakukan pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT di 34
provinsi dan pengujian sampel dilakukan di beberapa laboratorium yaitu di Pusat
Pemeriksaaan Obat dan Makanan Nasional (PPOMN-BPOM), Laboratorium Balai Besar
Pemeriksaan Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi DKI Jakarta, Balai Pengujian Mutu
Produk Tanaman Kementerian Pertanian, IPB Culture Collection Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan IPA, Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), PT Sucofindo.
75% 77% 79% 81% 83%
78,18%
94,80% 93,23%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 27
Produk yang di sampling adalah alat kesehatan non elektromedik steril dan non
elektromedik non steril seperti Dysposable Syringe, Benang bedah, Sarung tangan steril,
Infusion Set, Sarung tangan steril, IV Catheter, Kasa steril, Kondom, Urine bag, Folley
Catheter, Popok dewasa, Pembalut wanita, Pantyliners, Sphygmomanometer, Antiseptik dan
Kontak lensa, sedangkan sampel Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) antara lain
popok bayi, pembersih lantai, pestisida rumah tangga (anti nyamuk bakar, oles,
cairan/aerosol, elektrik), handsanitizer, handwash, antiseptik dan sabun pencuci piring.
Jumlah sampel alat kesehatan yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji
yang telah ditetapkan sebanyak 924 sampel dari 934 sampel yang telah memiliki sertifikat
hasil uji (98,93%). Sampel PKRT yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji
sejumlah 551 sampel dari 739 sampel yang telah memiliki sertifikat hasil uji (74,56%).
Sehingga, capaian indikator kinerja persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang
memenuhi syarat sebesar 88,16%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 83% dengan capaian sebesar 106,22%.
Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra perlu dipertahankan sehingga dapat mencapai
target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 90%.
Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
83% 88,16% 106,22%
Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019
77%
80% 83%
86%
90% 88,16%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat yaitu:
1. Belum sinkronnya penggunaan standar pengujian produk Alkes & PKRT sebagai
persyaratan izin edar di pre market dan pengawasan produk post market melalui
kegiatan sampling surveilans.
2. Masih kurangnya kompetensi SDM dalam pelaksanaan sampling surveilans.
3. Masih terbatasnya jumlah dan kemampuan laboratorium uji untuk parameter uji
sterilitas, anti mikroba milik pemerintah.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat koodinasi dan sinkronisasi dalam menyusun standar pengujian
produk Alkes & PKRT sebagai persyaratan izin edar di pre market dan
pengawasan produk post market melalui kegiatan sampling surveilans.
2. Meningkatkan kompetensi SDM di pusat maupun daerah agar mampu melakukan
pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT dengan membuat Kurikulum dan
Modul Pelatihan Pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT yang
terakreditasi oleh Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
3. Melakukan koordinasi kepada laboratorium uji pemerintah atau swasta lainnya
agar meningkatkan kemampuan laboratorium uji dan mengakreditasikan
parameter uji sterilitas dan anti mikroba.
Capaian kinerja dari indikator utama program kefarmasian dan alat kesehatan
didukung oleh beberapa kegiatan dengan indikator capaian sebagai berikut:
1) Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
2) Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di
Puskesmas.
4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.
5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi
logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 29
6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices.
7) Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara
pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).
8) Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset (kumulatif).
9) Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu.
10) Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu.
30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA LAINNYA SEBAGAI INDIKATOR PENDUKUNG PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Analisis capaian kinerja dari indikator pendukung program kefarmasian dan alat
kesehatan sebagai berikut:
1) Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai
Standar
Kondisi yang dicapai:
Indikator persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian sesuai
standar meningkat setiap tahun. Peningkatan berkisar pada angka 5% pertahun, dengan
memperhitungkan bahwa setiap tahun jumlah puskesmas di Indonesia selalu bertambah. Hal
inilah yang membuat Direktorat Pelayanan Kefarmasian perlu melakukan intervensi terhadap
stakeholder terkait agar realisasi capaian target indikator selalu mencapai angka 100%
setiap tahunnya. Indikator ini tidak mengalami perubahan pada Revisi Renstra. Berikut
merupakan target, realisasi dan capaian persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan
kefarmasian sesuai standar.
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
50% 50,01% 100,02%
Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019
40% 45%
50% 55%
60%
40,01% 45,39%
50,01%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 31
Capaian indikator tahun 2017 adalah sebesar 50,01% dengan target sebesar 50% dan
pada tahun 2016 capaian indikatornya adalah 45,39% dengan target sebesar 45%.
Permasalahan:
a) Masih banyak Puskesmas di Kabupaten/Kota yang belum terintervensi karena
akses yang terbatas.
b) Pelaksanaan Pelayanan kefarmasian sesuai standar membutuhkan adanya
petunjuk teknis yang lebih mendetail.
Upaya Pemecahan Masalah:
a) Mengadvokasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan monev mandiri
kepada Puskesmas yang ada di wilayahnya dan mengirimkan rekapan laporan ke
Dinas Kesehatan Provinsi.
b) Penyusunan Petunjuk Teknis untuk Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2) Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai
Standar
Kondisi yang dicapai:
Indikator persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017. Akan tetapi pengukuran
indikator ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu. Realisasi indikator persentase rumah sakit
yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar tahun 2017 sebesar 57,40%,
melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu
sebesar 55% dengan capaian sebesar 104,36%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra
menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun
Renstra 2015-2019 yakni sebesar 65%.
Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
55% 57,40% 104,36%
32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019
Realisasi capaian indikator tahun 2016 adalah sebesar 56,02% dengan target sebesar
50%. Pada tahun 2017 meningkat 1,38% menjadi 57,40% dengan target sebesar 55%
sehingga menghasilkan persentase capaian sebesar 104,36%.
Permasalahan:
a) Pelayanan kefarmasian belum dapat dilakukan secara optimal karena sering
terjadi masalah kekosongan obat di Rumah Sakit.
Pemecahan Masalah:
a) Diperlukan adanya pedoman perencanaan obat sehingga obat yang akan
digunakan tersedia pada saat dibutuhkan.
3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di
Puskesmas
Kondisi yang dicapai:
Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional berdasarkan rekapitulasi
data capaian Penggunaan Obat Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian dilaporkan ke
Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan.
Indikator Penggunaan Obat Rasional merupakan indikator majemuk/komposit yang
terdiri dari komponen Penggunaan Antibiotika pada ISPA Non Pneumonia, Penggunaan
Antibiotika pada Diare Non Spesifik, Penggunaan Injeksi pada Myalgia dan Rerata Jumlah
Resep per Lembar Resep. Masing-masing komponen indikator dihitung terhadap jumlah
kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan myalgia yang diambil di sarana yang
50% 55%
60% 65%
56,02% 57,40%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 33
sama, dengan menggunakan rumus tertentu, kemudian dibandingkan dengan target capaian
per tahun.
Indikator Penggunaan Obat Rasional pada tahun 2015-2016 yaitu persentase
penggunaan obat rasional di Puskesmas, dengan target capaian 62% pada tahun 2015 dan
64% pada tahun 2016. Dari data diatas tampak bahwa target indikator Persentase
Penggunaan Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah pada tahun 2015 dan
2016 telah tercapai. Pada akhir tahun 2015 tercapai realisasi sebesar 70,64% Penggunaan
Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian
113,94%. Pada akhir tahun 2016 tercapai realisasi sebesar 71,05% Penggunaan Obat
Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian 111,01%.
Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019
Selanjutnya terdapat perubahan Indikator Penggunaan Obat Rasional untuk tahun
2017-2019 yaitu persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di
Puskesmas. Kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
adalah kabupaten/kota yang 20% Puskesmasnya memiliki nilai rerata Penggunaan Obat
Rasional minimal 60%. Target indikator kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat
Rasional tahun 2017-2019 secara berurutan adalah 30%, 35%, dan 40%.
Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
30% 30,35% 101,17%
62%
64% 66%
68%
70% 70,64% 71,05%
62,32%
55%
60%
65%
70%
75%
2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019
Target
Realisasi
34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019
Permasalahan:
a. Belum tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK)
Penggunaan Obat Rasional tahun 2017-2019.
Upaya Pemecahan Masalah:
a. Tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK) POR Dit.
Yanfar Tahun 2017-2019
4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
Kondisi yang dicapai:
Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang
melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tahun 2017 sebesar
81,32%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 yaitu sebesar 65% dengan capaian sebesar 125,11%. Capaian tersebut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu 106,47%. Indikator ini tidak
mengalami perubahan pada Revisi Renstra tahun 2017. Berikut merupakan target, realisasi,
dan capaian indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar:
Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
65% 81,32% 125,11%
30% 35%
40%
30,35%
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 35
Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
Tahun 2015-2019
Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017
Jumlah IFK di Indonesia tahun 2017 sebanyak 514. Tahun 2017 terdapat dua belas
provinsi dengan persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tertinggi yaitu Provinsi Jambi,
Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kep. Bangka Belitung, Sumatera
Barat, Gorontalo, Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Barat, Jawa Tengah, dan D.I.
Yogyakarta (100%).
Dari 34 Provinsi yang telah mengumpulkan data capaian skor IFK yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di tahun 2015, masih terdapat dua
belas Provinsi yang mempunyai skor rata-rata di bawah 70, yaitu Maluku, Kalimantan Utara,
NTT, Banten, Papua Barat, Papua, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, Maluku Utara, dan DKI Jakarta. Tahun 2016 jumlah tersebut berkurang menjadi
hanya tujuh Provinsi. Provinsi Kalimantan Utara, Banten, Papua, Aceh dan Maluku Utara
telah berhasil meningkatkan skornya menjadi di atas 70.
Skor rata-rata tertinggi di tahun 2015 dimiliki oleh Provinsi D.I. Yogyakarta (87,07),
sedangkan di tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat (87,29). Skor rata-rata
terendah baik di tahun 2015 maupun tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta.
55% 60%
65% 70% 75%
57,34% 63,88%
81,32%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
511
293 218
515
329
186
514
418
96
0
100
200
300
400
500
600
Jumlah IFK SeluruhIndonesia
Jumlah IFK Sesuai Standar Jumlah IFK Tidak SesuaiStandar
2015
2016
2017
36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017
51,72%
46,15%
20,00%
27,27%
83,33%
40,00%
16,67%
57,14%
84,62%
12,50%
60,00%
57,14%
84,62%
70,00%
71,43%
45,45%
70,00%
100,00%
55,26%
100,00%
100,00%
77,78%
62,50%
0,00%
66,67%
88,24%
57,14%
66,67%
85,71%
78,95%
70,00%
100,00%
12,12%
4,35%
79,31%
14,29%
60,00%
27,27%
83,33%
40,00%
33,33%
64,71%
84,62%
16,67%
40,00%
78,57%
100,00%
80,00%
64,29%
45,45%
90,00%
100,00%
55,26%
100,00%
100,00%
66,67%
75,00%
0,00%
73,33%
88,24%
57,14%
66,67%
85,71%
78,95%
80,00%
100,00%
12,12%
78,26%
86,21%
7,69%
60,00%
27,27%
100,00%
73,33%
100,00%
82,35%
100,00%
75,00%
40,00%
92,86%
100,00%
100,00%
100,00%
86,36%
90,00%
88,89%
63,16%
100,00%
100,00%
88,89%
87,50%
0,00%
93,33%
82,35%
85,71%
100,00%
100,00%
100,00%
70,00%
100,00%
72,73%
78,26%
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%
PAPUA
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
MALUKU
GORONTALO
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
BALI
JAWA TIMUR
D.I. YOGYAKARTA
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
BANTEN
DKI JAKARTA
LAMPUNG
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN RIAU
RIAU
BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
BENGKULU
JAMBI
SUMATERA UTARA
ACEH
2017
2016
2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 37
Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017
64,88%
66,40%
57,29%
68,41%
73,07%
70,49%
60,97%
72,02%
76,86%
61,53%
68,11%
73,09%
80,20%
74,58%
78,54%
67,90%
81,13%
80,97%
80,40%
87,07%
84,97%
76,18%
67,63%
53,67%
76,02%
72,82%
73,77%
74,42%
81,66%
81,41%
78,52%
81,96%
61,95%
63,58%
72,56%
61,80%
71,32%
68,41%
74,06%
70,49%
59,63%
70,71%
76,86%
65,72%
71,08%
75,55%
85,95%
76,51%
76,91%
67,90%
83,45%
82,09%
80,40%
85,93%
85,96%
75,48%
78,07%
53,67%
75,59%
72,82%
74,12%
74,42%
81,66%
87,29%
79,12%
82,13%
61,95%
73,70%
78,18%
60,36%
73,59%
67,43%
85,81%
79,99%
87,12%
75,71%
80,30%
66,05%
31,68%
83,44%
83,34%
82,28%
86,01%
81,05%
88,23%
79,02%
55,01%
90,03%
88,87%
82,89%
81,75%
59,73%
83,71%
77,38%
86,30%
86,45%
85,02%
85,13%
75,83%
79,18%
73,95%
80,19%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%
PAPUA
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
MALUKU
GORONTALO
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
BALI
JAWA TIMUR
D.I. YOGYAKARTA
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
BANTEN
DKI JAKARTA
LAMPUNG
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN RIAU
RIAU
BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
BENGKULU
JAMBI
SUMATERA UTARA
ACEH
2017
2016
2015
38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Permasalahan:
Permasalahan dalam pencapaian indikator persentase Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai
standar tahun 2017 diuraikan sebagai berikut:
a) Adanya revisi pada komponen perhitungan IFK sesuai standar, sehingga masih
terdapat Kabupaten/Kota yang melakukan perhitungan skor terhadap masing-
masing komponen yang tidak sesuai dengan prosedur, atau perhitungan dilakukan
menggunakan formulir sebelum revisi.
b) Masih terdapat Kabupaten/Kota yang menyampaikan hasil penilaian IFK sesuai
standar tidak tepat waktu kepada Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga terjadi
keterlambatan dalam melakukan rekapitulasi dan penyampaian hasil ke Pusat.
c) Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi.
Upaya Pemecahan Masalah:
a) Melakukan sosialisasi terkait teknik perhitungan dan komponen penilaian IFK yang
melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar kepada
petugas penanggung jawab data di Daerah.
b) Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data IFK yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar dari Daerah ke Pusat dan
mengirimkan feedback berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data dan
hasil evaluasi capaian indikator kinerja kegiatan dari Direktur Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan juga manfaat
hasil laporan bagi Daerah.
c) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi
Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan
Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Kondisi yang dicapai:
Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017
sebesar 20,26%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 39
Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 20% dengan capaian sebesar 101,30%.
Indikator ini merupakan indikator baru di tahun 2017 dalam Satker Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dituangkan dalam revisi pertama Renstra
2015-2019 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017.
Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
20% 20,26% 101,30%
Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Tahun 2015-2019
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi
logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017, yaitu:
a) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menggunakan
aplikasi e-logistik mencapai proses integrasi ke Bank Data Pusat.
b) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah memiliki
aplikasi logistik obat dan BMHP berbasis elektronik selain e-Logistik melaporkan
Surat Pernyataan Penggunaan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP yang
15% 20%
30%
40%
20,26%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan, dan juga melaporkan data
ketersediaan 150 item obat dan vaksin ke Bank Data Pusat.
c) Tingginya mutasi pegawai/SDM yang bertindak sebagai pengelola aplikasi logistik
obat dan BMHP.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
d) Mengembangkan aplikasi e-Logistik sehingga dapat merekam setiap tahap
implementasi walaupun Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota belum
sampai pada tahap integrasi data ke Bank Data Pusat.
e) Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor
FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut.
f) Melakukan pendampingan penerapan dan pemantapan aplikasi e-Logistik ke
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
g) Memberikan saran kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
menunjuk pegawai yang bertugas sebagai pengelola aplikasi logistik obat dan
BMHP lebih dari satu orang dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kesehatan.
6) Persentase penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review
Practices
Kondisi yang dicapai:
Perkembangan regulasi di tingkat regional yang telah disepakati dalam ASEAN
Medical Devices Directive (AMDD) mewajibkan negara-negara di kawasan asia tenggara
melakukan harmonisasi di bidang alat kesehatan salah satunya dalam proses pengawasan
premarket alat kesehatan. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT menerapkan Good
Review Practice dan Good Submission Practice.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 41
Reformasi birokrasi di Indonesia saat ini menuntut adanya percepatan waktu
pelayanan perizinan dalam rangka meningkatkan investasi dan perekonomian negara, oleh
karena itu Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT berupaya melakukan evaluasi
proses pelayanan registrasi alat kesehatan dan PKRT secara berkelanjutan serta melakukan
inovasi sistem registrasi alat kesehatan dan PKRT secara online (regalkes.depkes.go.id).
Jumlah permohonan perijinan alat kesehatan dan PKRT yang masuk selama tahun
2017 sejumlah 18.265 berkas dan yang telah selesai proses evaluasinya sejumlah 16.859
berkas. Dari jumlah tersebut, perizinan yang sudah selesai tepat waktu sesuai Good Review
Practice tahun 2017 sejumlah 16.211. Sehingga capaian indikator kinerja kegiatan
persentase penilaian pre-market tepat waktu sesuai Good Review Practice tahun 2017
adalah 96,16% dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu
Sesuai Good Review Practices Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices
80,00% 96,16% 120,20%
Grafik 17. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good
Review Practices Tahun 2015-2019
Pada tahun 2015, capaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat
waktu sesuai Good Review Practice adalah sebesar 70,68% dengan target sebesar 63%
sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 112,19%, sedangkan pada
63% 66%
80% 82% 85% 70,68%
90,21% 96,16%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
tahun 2016 capaian indikatornya adalah sebesar 90,21% dengan target sebesar 66%
sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 136,68%. Dari data diatas
tampak bahwa target indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market tepat waktu
sesuai Good Review Practice pada tahun 2015 dan 2016 telah tercapai dengan kenaikan
25% dari tahun 2015 dengan capaian 32,44%. Untuk tahun 2017, indikator mengalami revisi
pada target yang akan dicapai. Target awal yang ditetapkan pada renstra awal sebesar 69%,
direvisi menjadi 80%. Adapun capaian indikator ini pada tahun 2017 sebesar 96,16% dengan
perolehan persentase capaian indikator sebesar 120,20%.
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices yaitu:
a) Terdapat perubahan aturan HS code dari Direktorat Jeneral Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan RI dari 10 digit menjadi 8 digit sehingga menghambat
proses evaluasi permohonan perizinan.
b) Upgrade system registrasi alat kesehatan dan PKRT online (regalkes) dari vers
1.0 menjadi 2.0 sehingga membutuhkan waktu baik bagi evaluator maupun
pendaftar untuk menyesuaikan.
c) Adanya tuntutan untuk melakukan percepatan proses perizinan alat kesehatan
dan PKRT.
d) Beberapa hal yang memperlambat proses pelayanan perizinan antara lain
pencetakan sertifikat izin edar, penandatanganan sertifikat izin edar, penataan
berkas dan pemutakhiran data perizinan yang masih manual.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review
Practices adalah sebagai berikut:
a) Melaksanakan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan RI
b) Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait penggunaan sistem
registrasi dan PKRT online (regalkes) versi 2.0.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 43
c) Melaksanakan evaluasi internal pada masing-masing tingkatan dibandingkan
dengan jumlah proses permohonan yang masuk dan tuntutan percepatan proses
perizinan alkes dan PKRT.
d) Menyusun draft regulasi terkait Pelayanan Perizinan dengan menggunakan tanda
tangan elektronik (Digital Signature) serta menyiapkan proses pengadaan Sistem
Digital Signature.
7) Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB)
Kondisi yang dicapai:
Jumlah sarana produksi alkes pada tahun 2017 sejumlah 251 sarana produksi alat
kesehatan dan PKRT. Jumlah sarana produksi alkes dan PKRT yang memenuhi CPAKB
sebanyak 126 sarana. Sehingga, persentase sarana produksi alkes dan PKRT yang
memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP) pada tahun 2017 adalah 50,20%
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)
50% 50,20% 100,40%
Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019
35% 40%
50%
70%
90%
35,44% 47,00% 50,20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Permasalahan:
Beberapa permasalahan dalam mencapai indikator kinerja Persentase Sarana
Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan Yang Baik yaitu:
a) Kurangnya kepatuhan pemilik, pimpinan dan penanggung jawab teknis sarana
produksi dalam penerapan prinsip perizinan, misalnya tidak melaporkan
perubahan pimpinan atau ganti penanggung jawab teknis, pindah alamat pabrik
atau sarana produksi sudah berhenti memproduksi alat kesehatan dan/atau PKRT,
b) Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) belum diterapkan
oleh sebagian besar produsen dalam negeri.
c) Beberapa SNI Alat kesehatan yang sudah tersedia belum sepenuhnya diterapkan
oleh produsen dalam negeri.
d) Kurang optimalnya sarana produksi memenuhi Corrective Action Prevention Action
(CAPA) sesuai pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan dan/atau PKRT yang
Baik.
e) Kurangnya jumlah petugas inspeksi baik di tingkat pusat maupun daerah yang
kompeten dalam melaksanakan inspeksi sarana produksi.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Yang Memenuhi
Cara Pembuatan Yang Baik adalah sebagai berikut:
a) Adanya Permenkes No 20 th 2017, CPAKB/CPPKRTB secara mandiri diwajibkan
dalam waktu kurung 4 tahun.
b) Meningkatkan sosiasilasi dan advokasi kepada pemilik, pimpinan perusahaan, dan
penanggung jawab teknis dalam penerapan prinsip perizinan dan penerapan Cara
Pembuatan Alat Kesehatan Yang Baik dan Cara Pembuatan PKRT Yang Baik.
c) Melakukan analisa dan evaluasi laporan pengawasan sarana produksi alkes dan
PKRT untuk memberikan langkah perbaikan pada sarana produksi berupa :
rekomendasi untuk mendapatkan CPAKB dan/atau CPPKRTB atau sanksi
administratif berupa surat peringatan tertulis hingga pencabutan Sertifikat
Produksi.
d) Melakukan koordinasi dan advokasi kepada asosiasi terkait seperti ASPAKI
(Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia) dan Persatuan Perusahaan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (PEKERTI) dan Gabungan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 45
Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium di Indonesia (GAKESLAB)
dalam penerapan regulasi (perinsip perizinan dan penerapan CPAKB, CPPKRTB,
CDAKB) untuk menjamin Alkes dan PKRT yang diproduksi dan diedarkan secara
terus menerus memenuhi keamanan, manfaat dan mutu.
e) Peningkatan kemampuan SDM Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT
dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pengawasan
dan pembinaan sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT.
8) Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi
Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif)
Kondisi yang dicapai:
Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri
Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif) merupakan indikator baru pada Revisi
Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga pengukurannya baru di mulai pada tahun 2017.
Indikator ini menggantikan indikator sebelumnya yang terdapat di Renstra Awal yaitu jumlah
industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri
(kumulatif). Adapun target dan realisasi indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan
baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) tahun 2015-2019 sebagai
berikut:
Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019
Pada tahun 2017, indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan
obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) sudah tidak lagi didukung sumber daya
anggaran sehingga pelaksanaannya dialihkan ke indikator jumlah industri sediaan farmasi
yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif).
2
4
6
8
10
2
4 4
0
2
4
6
8
10
12
2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019
Target
Realisasi
46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Realisasi capaian indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri
formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) adalah sebanyak 3 industri dari target
sebanyak 3 industri yang telah ditetapkan sehingga persentase capaian indikator ini sebesar
100%.
Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun
2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif)
3 3 100%
Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun
2015-2019
Daftar industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2017
No Industri Keterangan
Tahun 2017
1 PT. Biofarma BUMN farmasi produsen vaksin; memiliki fasilitas R&D dan produksi vaksin virus dan vaksin bakteri; telah di-endorse oleh Organization of Islamic Cooperation (OIC) sebagai center of excellence (CoE) pengembangan bioteknologi dan vaksin; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 3 (consistent-designed); memungkinkan terus sustainable menjadi industri farmasi life science
3
6
9
3
0
2
4
6
8
10
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 47
No Industri Keterangan
2 PT. Dexa Medica PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan produk inovatif obat tradisional maupun sediaan farmasi; telah memiliki infrastruktur R&D bernama Dexa Development Center (DDC) yang menyelenggarakan R&D formulasi, formulasi inovatif dan new drug delivery system (NDDS) serta Dexa Laboratories of Biomolecular Science (DLBS) untuk R&D dan produksi produk inovatif berdasarkan biomolecular science; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); Dexa Medica dan DLBS telah melaksanakan riset terpadu dengan research center of excellence internasional di bidang farmasi, biofarmasi, dan nutraceutical
3 PT. Kalbe Farma PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan riset unggulan mulai dari stem cell sampai bioteknologi; Kalbe Farma telah melaksanakan R&D dalam rangka transfer teknologi dan joint-venture termasuk dalam hal pengembangan produk inovatif dan berteknologi tinggi (insulin analog, long acting EPO, EPO, rituximab dan bevacizumab serta transtuzumab); berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); pipeline R&D dengan bersinergi dengan stakeholder terkait secara sustainable dan sistematik antara lain dengan perguruan tinggi i3L, UGM, ITB, UI, dan Udayana
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator
kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif)
tahun 2017 yaitu:
a) Pelaksanaan pencapaian industri farmasi yang bertransformasi masih
dilaksanakan secara sektoral yang belum berfokus pada usaha sinergisme para
stakeholder yang termaktub dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Saat ini, upaya
mendorong industri farmasi untuk bertransformasi menjadi industri inovatif yang
menciptakan novelty dan nilai tambah yang tinggi masih terbatas pada dukungan
advokasi dan pembinaan teknis dari sisi produksi kefarmasian.
b) Sistem inovasi yang masih terkendala dengan kurang kuatnya dukungan insentif
dan perlindungan paten.
c) Data kebutuhan produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API
dan eksipien) untuk memetakan kebutuhan baik dalam negeri maupun luar negeri
belum dimiliki secara utuh. Hal ini menyebabkan perhitungan ekonomi (feasibility
48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
study/economic scale production) dalam hal investasi dan produksi atas produk
hasil industri berbasis riset belum tajam.
d) Industri farmasi kesulitan untuk mengakses dan memetakan qualified SDM, para
scientist atau pakar teknologi, terutama yang dibutuhkan untuk mendukung
transformasi industri farmasi.
e) Anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan riset yang mengarah pada sistem
inovasi dan life science sangat besar, industri tidak mungkin untuk menanggung
biaya riset dari anggaran internalnya saja.
f) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO
kimia (API dan eksipien) di luar negeri belum tergambar secara jelas. Hal ini selain
disebabkan pemetaan kebutuhan yang belum tajam, juga karena menghadapi
peraturan perdagangan antar negara.
g) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO
kimia (API dan eksipien) di dalam negeri belum tergambar secara jelas. Terutama
untuk produk tersebut, industri farmasi belum menemukan perlindungan hukum
atas serapan produk dalam sistem pengadaan pemerintah.
h) Terutama untuk produk biofarmasi dan vaksin, industri farmasi masih kesulitan
untuk mengakses infrastruktur/instansi dalam negeri yang memiliki kemampuan
dan terstandar dalam melaksanakan clinical trial. Selain itu, kebijakan persetujuan
clinical trial perlu dipercepat.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset
(kumulatif) tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut:
a) Dilaksanakan sinergisme antar stakeholder melalui grand design inovasi industri
farmasi berdasarkan Permenkes 17 Tahun 2017 tentang Peta Jalan
Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Masing-masing stakeholder dari
Kementerian dan Lembaga harus dapat memetakan dan menjalankan peran dan
fungsi secara komprehensif, fokus, sustainable, dan target pada outcome.
Pelaksanaan sinergisme ini juga harus dapat dikomunikasikan antar stakeholder
sebagai fungsi kendali dan evaluasi.
b) Mendorong sistem inovasi melalui pemberian insentif dan bantuan perlindungan
paten dan pemanfaatan paten.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 49
c) Bekerjasama dengan badan intelejen, Kemdag, Kemlu (melalui kedutaan besar
Indonesia di luar negeri), K/L terkait, maupun penyedia data pasar farmasi (seperti
IIMS, dsb) untuk menganalisis, mengkaji, dan menetapkan data kebutuhan produk
biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien). Informasi
ini perlu tersedia baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.
d) Pemerintah memfasilitasi industri farmasi untuk menetapkan standar, contoh best
practice, prosedur sertifikasi, desain, dan desain kualitas yang dibutuhkan industri
dalam mendukung implementasi transformasi industri farmasi. Hal ini juga sangat
diperlukan terutama untuk menjalankan business plan yang sudah disusun oleh
industri farmasi.
e) Diperlukan asistensi dari pemerintah terkait jejaring SDM yang diperlukan
terutama agar lebih memudahkan akses dengan scientist atau pakar teknologi.
f) Perlu dibuat suatu kebijakan dimana pemerintah juga menanggung sebagian
proporsi resiko riset, termasuk pembiayaan. Pemerintah juga perlu menyusun
kebijakan baik fiskal maupun moneter seperti fasilitasi/insentif pajak.
g) Pemerintah melalui Kemlu, Kemdag, Kemenko, dan Perwakilan Kedutaan
Indonesia di luar negeri berupaya membuka pasar serta
mempermudah/menegosiasikan peraturan perdagangan antar negara. Selain itu,
Pemerintah diharapkan dapat membuka/memfasilitasi akses industri farmasi ke
procurement system organisasi internasional (WHO, GF, dsb).
h) Untuk produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan
eksipien) perlu dukungan kebijakan pemerintah dalam kebijakan pengadaan obat
melalui e-catalog/e-purchasing dimana pemerintah berfungsi sebagai first buyer
terutama pada fase inisiasi, sehingga mendukung sustainability industri farmasi
berbasis riset yang telah berhasil memproduksi produk-produk inovatif dan
berbasis riset.
i) Akses terhadap clinical trial centre/CROs/rumah sakit milik pemerintah untuk
kerjasama clinical trial vaksin baru dan biosimilar agar dapat ditingkatkan.
Percepatan proses persetujuan untuk clinical trial produk baru (OPB) terutama
untuk produk biofarmasi dan vaksin.
50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
9) Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat
Waktu
Kondisi yang dicapai:
Indikator persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat
waktu merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga
pengukurannya baru dimulai di tahun 2017. Capaian indikator kinerja kegiatan persentase
layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah
sebesar 85,11% dari target yang telah ditetapkan sebesar 85% sehingga persentase
capaian indikator ini menjadi 100,13%.
Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
85% 85,11% 100,13%
Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian melaksanakan kegiatan perizinan di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian. Kegiatan perizinan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian meliputi
perizinan bidang Obat yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat dan Pangan, bidang Obat
Tradisional dan Kosmetika yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat Tradisional dan
Kosmetika, dan bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang dilaksanakan di
Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
80%
85%
88%
90%
85,11%
75%
80%
85%
90%
95%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 51
Kegiatan perizinan bidang produksi dan distribusi kefarmasian menjadi salah satu
indikator kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dengan diukur presentase
layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu.
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator
kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan
tepat waktu tahun 2017 yaitu:
a) Jumlah permohonan perizinan sarana produksi dan distribusi kefarmasian
semakin meningkat.
b) Proses pelaksanaan perizinan belum sepenuhnya elektronik.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah dengan melakukan implementasi sistem
perizinan elektronik yang terintegrasi secara internal Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dengan pada stakeholder terkait (Pemerintah Daerah/PTSP/Balai
POM/Badan POM dan pemohon). Sistem ini juga berperan dan berfungsi sebagai alat
kendali dan evaluasi.
10) Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu
Kondisi yang dicapai:
Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu
menggambarkan kinerja kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya di Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Yang dimaksud dengan layanan
dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu adalah tersedianya pelayanan
kesekretariatan yang diselesaikan tepat waktu sesuai janji layanan dari Sekretariat Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Indikator Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu
mengalami perubahan nomenklatur dan target capaian indikator pada pada Revisi Renstra
tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Indikator
52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
sebelumnya adalah Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen dengan
capaian dan target sebagai berikut.
Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019
Realisasi indikator persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat
waktu tahun 2017 sebesar 93,35%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 87% dengan capaian sebesar
107,30%.
Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017
Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017
Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu
87% 93,35% 107,30%
Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019
Indikator ini diukur dengan jumlah layanan dukungan manajemen yang diselesaikan
tepat waktu sesuai dengan janji layanan dibandingkan dengan jumlah layanan dukungan
manajemen. Adapun 8 (delapan) jenis pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal
75% 80% 85% 90%
95% 85,71% 87,03% 89,97%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019
Target
Realisasi
80%
85% 87%
90%
95% 93,35%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 53
Kefarmasian dan Alat Kesehatan beserta capaiannya di tahun 2017, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017
No Jenis Pelayanan Tahun 2017
TW I TW II TW III TW IV Persentase
1 Penerbitan STRA 92,75 100,00 100,00 100,00 98,19
2 Penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker
71,43 66,67 100,00 87,50 81,40
3 Penyelesaian Layanan Pengadaan 83,33 77,42 79,31 84,62 81,17
4 Penyelesaian Rancangan Permenkes 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
5 Respon Time terhadap Keluhan Pelanggan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6 Penyelesaian Revisi 100,00 85,71 71,43 100,00 89,29
7 Tindak Lanjut LHP 100,00 - - - 100,00
8 Pencairan Dana 94,12 100,00 92,86 100,00 96,74
Layanan Dukungan Manajemen Tepat Waktu 92,70 89,97 91,94 96,02 93,35
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator
kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat
waktu tahun 2017 yaitu:
a) Penyelesaian layanan pengaadaan mengalami hambatan ketika suatu paket
pengadaan memiliki spesifikasi yang kompleks sehingga penyedia tidak dapat
menyanggupi spesifikasi yang ada dan terjadi gagal lelang.
b) Usulan yang masuk terkait penyelesaian angka kredit Apoteker/Asisten Apoteker
tidak sebanding dengan SDM yang memiliki jabatan fungsional terkait
penyelesaian penilaian angka kredit,.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan
tepat waktu tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut:
a) Memetakan potensi masalah baik di internal maupun eksternal pada proses
pengadaan sehingga hal-hal yang menghambat proses dapat diminimalisir dan
penyelesaian paket pengadaan dapat diselesaikan sesuai janji layanan.
b) Mengkaji beban kerja jabatan fungsional dalam melakukan analisa setiap usulan
yang masuk sehingga bobot kerja sebanding dengan penyelesaian angka kredit.
54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
B. REALISASI ANGGARAN
Pagu alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus
mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa pengelolaan kegiatan dalam upaya
pencapaian sasaran program kefarmasian dan alat kesehatan dinilai baik. Peningkatan
program tidak hanya dilakukan di tingkat pusat tapi juga program di daerah. Alokasi APBN
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2017 yang tertera pada
perjanjian kinerja adalah sebesar Rp.2.978.429.542.000,00 yang terdiri alokasi Kantor Pusat
sebesar Rp.2.929.352.180.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar
Rp.49.077.362.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2017, alokasi APBN Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat
efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi
Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar Rp.39.163.170.000,00 dan memperoleh Hibah Luar
Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar
Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dengan
realisasinya pada tahun 2017 sebesar Rp.3.337.118.449.598,00 dengan persentase sebesar
99,09%.
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung dengan anggaran Kantor Pusat
dan Dana Dekonsentrasi. Rincian alokasi dan realisasi Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kegiatan
NO Kegiatan Alokasi Realisasi %
1 Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian
28.392.159.000Rp 26.549.629.819Rp 93,51%
2 Peningkatan Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
3.163.978.093.000Rp 3.151.204.702.608Rp 99,60%
3 Peningkatan Produksi dan
Distribusi Kefarmasian
38.971.750.000Rp 35.418.415.498Rp 90,88%
4 Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
86.647.042.000Rp 76.739.925.952Rp 88,57%
5 Peningkatan Penilaian Alat
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
27.689.654.000Rp 26.576.680.310Rp 95,98%
6 Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
21.919.954.000Rp 20.629.095.411Rp 94,11%
3.367.598.652.000Rp 3.337.118.449.598Rp 99,09%TOTAL
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 55
Anggaran yang dialokasikan untuk Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2017 sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program
tersebut sebesar 99,09% atau Rp.3.337.118.449.598,00. Rerata capaian Indikator Kinerja
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 adalah sebesar 105,60%. Rerata
capaian Indikator tersebut didapat dari perhitungan rerata tertimbang antara 3 Indikator
Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang terdiri dari Persentase Puskesmas
dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial dengan persentase capaian sebesar
101,16%, Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri, dan
jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan persentase
capaian untuk target sediaan farmasi sebesar 115,00% dan persentase capaian untuk target
alkes sebesar 100,00%, serta Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat dengan persentase capaian
sebesar 106,22%. Hal tersebut menyatakan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap
capaian kinerja, karena capaian kinerja sebesar 105,60% dapat terwujud dengan 99,09%
penyerapan anggaran.
Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, efisiensi penggunaan sumber daya terhadap
capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah tercapai. Berikut
merupakan gambaran analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya yang
menggambarkan kondisi tiga tahun terakhir.
105,60%
99,09%
94,00%
96,00%
98,00%
100,00%
102,00%
104,00%
106,00%
108,00%
Capaian Kinerja Realisasi Anggaran
56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2017
1. KANTOR PUSAT
Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai
target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras
seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama
dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan
alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk
Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2017 sebesar
Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00.
Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali
memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and
Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar
Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh
satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017
adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar
dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus
sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%.
121,49% 129,79%
105,60% 95,19%
83,74% 99,09%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
140,00%
2015 2016 2017
Capaian Kinerja Realisasi Anggaran
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 57
Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
NO SATUAN KERJA ALOKASI AWALALOKASI SETELAH
EFISIENSIREALISASI %
1 Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Rp 2.741.993.416.000 3.150.602.864.000Rp 3.138.692.331.669Rp 99,62%
2 Direktorat Pelayanan
Kefarmasian
Rp 19.705.281.000 16.304.583.000Rp 15.633.729.372Rp 95,89%
3 Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian
Rp 39.163.633.000 32.361.169.000Rp 29.508.970.395Rp 91,19%
4 Direktorat Penilaian Alat
Kesehatan dan PKRT
Rp 27.529.674.000 26.330.322.000Rp 25.262.172.465Rp 95,94%
5 Diirektorat Pengawasan
Alat Kesehatan dan PKRT
Rp 22.806.973.000 19.679.073.000Rp 18.552.421.669Rp 94,27%
6 Sekretariat Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
Rp 78.153.203.000 73.243.279.000Rp 64.634.773.322Rp 88,25%
2.929.352.180.000Rp 3.318.521.290.000Rp 3.292.284.398.892Rp 99,21%TOTAL
2. DANA DEKONSENTRASI
Untuk mendukung penyelenggaraan program kefarmasian dan alat kesehatan di
daerah, tahun 2017 disediakan dana Dekonsentrasi sebesar Rp.49.077.362.000,00 (Empat
puluh sembilan miliar tujuh puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah). Realisasi
dana Dekonsentrasi tahun 2017 adalah Rp.44.834.050.706,00 (Empat puluh empat miliar
delapan ratus tiga puluh empat juta lima puluh ribu tujuh ratus enam rupiah) dengan
persentase realisasi sebesar 91,35%. Alokasi dana dan realisasi DIPA Dekonsentrasi
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti diuraikan pada tabel berikut ini:
58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
NO SATUAN KERJA ALOKASI REALISASI %
1 Dinkes Provinsi DKI Jakarta 1.061.358.000Rp 1.047.926.950Rp 98,73%
2 Dinkes Provinsi Jawa Barat 1.632.601.000Rp 1.319.083.969Rp 80,80%
3 Dinkes Provinsi Jawa Tengah 879.484.000Rp 754.222.164Rp 85,76%
4 Dinkes Provinsi D.I. Yogyakarta 619.855.000Rp 565.028.855Rp 91,16%
5 Dinkes Provinsi Jawa Timur 1.879.429.000Rp 1.421.955.390Rp 75,66%
6 Dinkes Provinsi Aceh 1.035.837.000Rp 961.027.000Rp 92,78%
7 Dinkes Provinsi Sumatera Utara 1.419.083.000Rp 1.309.806.571Rp 92,30%
8 Dinkes Provinsi Sumatera Barat 1.080.349.000Rp 1.018.808.108Rp 94,30%
9 Dinkes Provinsi Riau 1.855.542.000Rp 1.750.392.800Rp 94,33%
10 Dinkes Provinsi Jambi 1.901.551.000Rp 1.764.444.323Rp 92,79%
11 Dinkes Provinsi Sumatera Selatan 1.038.313.000Rp 958.073.504Rp 92,27%
12 Dinkes Provinsi Lampung 1.494.256.000Rp 1.437.050.980Rp 96,17%
13 Dinkes Provinsi Kalimantan Barat 1.104.530.000Rp 984.593.500Rp 89,14%
14 Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah 1.117.674.000Rp 1.079.135.301Rp 96,55%
15 Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan 1.413.843.000Rp 1.345.452.950Rp 95,16%
16 Dinkes Provinsi Kalimantan Timur 834.090.000Rp 792.651.431Rp 95,03%
17 Dinkes Provinsi Sulawesi Utara 1.936.586.000Rp 1.933.059.000Rp 99,82%
18 Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah 1.815.026.000Rp 1.766.858.538Rp 97,35%
19 Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan 2.414.013.000Rp 2.327.016.100Rp 96,40%
20 Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara 1.909.837.000Rp 1.842.670.650Rp 96,48%
21 Dinkes Provinsi Maluku 1.120.945.000Rp 1.014.153.100Rp 90,47%
22 Dinkes Provinsi Bali 940.331.000Rp 909.298.377Rp 96,70%
23 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Barat 1.870.085.000Rp 1.681.856.800Rp 89,93%
24 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur 1.348.431.000Rp 1.220.573.898Rp 90,52%
25 Dinkes Provinsi Papua 2.596.213.000Rp 2.274.497.121Rp 87,61%
26 Dinkes Provinsi Bengkulu 1.404.970.000Rp 1.307.135.500Rp 93,04%
27 Dinkes Provinsi Maluku Utara 1.660.830.000Rp 1.634.824.000Rp 98,43%
28 Dinkes Provinsi Banten 1.017.516.000Rp 931.749.376Rp 91,57%
29 Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka 1.318.700.000Rp 1.230.512.252Rp 93,31%
30 Dinkes Provinsi Gorontalo 1.131.798.000Rp 1.098.773.220Rp 97,08%
31 Dinkes Provinsi Kepulauan Riau 992.974.000Rp 923.408.250Rp 92,99%
32 Dinkes Provinsi Papua Barat 2.416.662.000Rp 1.628.149.861Rp 67,37%
33 Dinkes Provinsi Sulawesi Barat 1.517.441.000Rp 1.328.458.200Rp 87,55%
34 Dinkes Provinsi Kalimantan Utara 1.297.209.000Rp 1.271.402.667Rp 98,01%
49.077.362.000Rp 44.834.050.706Rp 91,35%TOTAL
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 59
C. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung
tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam
mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di
bidangnya. Pengembangan karier juga diperlukan sebagai faktor penunjang dalam
mewujudkan SDM yang berkualitas.
Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
sampai akhir tahun 2017 berjumlah 258 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan
Keterangan Jumlah
Menurut Jabatan
Jabatan Struktural 84
Jabatan Fungsional Tertentu 3
Staf 171
Jumlah 258
Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jabatan
32,56%
1,16%
66,28%
Jabatan Struktural
Jabatan FungsionalTertentu
Staf
60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan
Keterangan Jumlah
Menurut Golongan
Golongan II 6
Golongan III 183
Golongan IV 69
Jumlah 258
Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Golongan
Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan
Keterangan Jumlah
Menurut Pendidikan
S3 2
S2 166
Spesialis 1/2/A V 1
S1 59
D3 15
Akademi 2
SMA 13
Jumlah 258
2,33%
70,93%
26,74%
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 61
Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Pendidikan
Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah
Menurut Jenis Kelamin
Pria 90
Wanita 168
Jumlah 258
Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 Menurut Jenis Kelamin
Untuk pengembangan karier SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, sebanyak 4 orang pegawai dikirim untuk melaksanakan tugas belajar, 188
orang pegawai mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan SDM, serta 3 orang
pegawai telah melaksanakan tugas belajar pada tahun 2017.
0,78%
64,34%
0,39%
22,87%
5,81%
0,78% 5,04%
S3
S2
Spesialis 1/2/A V
S1
D3
Akademi
SMA
35%
65%
Pria
Wanita
62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017
disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis
yang telah ditetapkan. Laporan ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Kesehatan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 ini
menyajikan berbagai keberhasilan maupun upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana
yang telah ditetapkan didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan
program Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2017, yang tercermin dalam
capaian Indikator Kinerja Program (IKP) serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan
sasaran. Pencapaian indikator pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
tahun 2017 telah mencapai target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang
telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan perlu
dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga terjadi keterpaduan dalam mencapai
akuntabilitas kinerja. Upaya yang akan dilakukan pada tahun 2018 antara lain: melakukan
sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator Puskesmas dengan
ketersediaan obat dan vaksin esensial; mengirimkan umpan balik berupa surat
pemberitahuan mengenai pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada
Kepala Daerah guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi
Daerah; koordinasi antara Academic, Business dan Government; pendampingan kepada
industri farmasi; peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi
sesuai dengan kebutuhan serta menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan
dalam negeri pada pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam
negeri sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 63
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja dalam penyempurnaan dokumen
perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta
penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 67
LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN
70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 73
LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 79
LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 7
LA
MP
IRA
N 7
D
AT
A P
ER
SE
NT
AS
E K
ET
ER
SE
DIA
AN
OB
AT
DA
N V
AK
SIN
DI
PU
SK
ES
MA
S T
AH
UN
201
7
84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031)
Renoma Blood Lancet adalah jarum yang dibungkus oleh material plastik, dimana
material plastik tersebut dapat dibuka / dipatahkan untuk mengeluarkan bagian tajam dari
jarum. Renoma Blood Lancet digunakan sebagai penusuk kulit untuk mengambil sampel
darah dalam jumlah sedikit untuk keperluan pemeriksaan darah. Dapat pula dipadukan
dengan alat bantu berupa pena untuk mempermudah penusukan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 85
LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
NPC Strip G (AKD 20306710479)
NPC Strip G merupakan alat untuk membantu diagnosis dan deteksi dini kanker
nasofaring (Nasopharing Cancer/NPC). Alat ini berupa strip dengan ukuran 0,5 x 8 cm yang
telah mengandung antigen EA-EBV, antibodi poliklonal anti IgG dan antibodi mouse IgG.
Alat ini juga dilengkapi dengan buffer pelarut sampel. Alat ini bekerja dengan cara
mendeteksi antibodi IgG pada darah/serum/plasma dari penderita yang akan bereaksi
dengan protein Virus Epstein-Barr (EBV), khususnya protein Early Antigen (EA) yang sudah
dilekatkan pada strip. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini dikenal sebagai metode
immunokromatografi. Antibodi terhadap protein virus EBV digunakan sebagai marker untuk
beberapa keganasan, salah satunya NPC. NPC strip G telah terbukti dapat mendeteksi NPC
dengan sensitivitas sebesar 86% dan spesifisitas sebesar 100%. Cara penggunaannya
adalah dengan mencelupkan strip ke dalam sampel darah yang telah diencerkan dengan
buffer pelarut dalam tabung. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 2 garis
berwarna merah muda, sementara hasil negatif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 1
garis merah muda. Individu sehat yang memberikan hasil positif pada tes ini disarankan
untuk melakukan tes ulangan setiap 6 bulan dan berkonsultasi dengan dokter ahli THT-KL
bagian onkologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Material produk Strip terdiri dari bagian
pendukung yang terbuat dari bahan plastik, yang ditempeli dengan membran nitroselulosa,
polyester papers dan absorben : 1. Membran nitroselulosa adalah material tempat
penempelan antibodi. 2. Polyester paper adalah tempat penempelan antigen terkonjugasi
dan normal serum. 3. Absorben berfungsi untuk menyerap kelebihan cairan, baik dari
konjugat maupun sampel. Bufer pelarut sampel berisi larutan garam yang berfungsi untuk
melarutkan sampel darah/serum/plasma Kemasan berupa aluminium foil yang disegel rapat
untuk menjaga agar produk tetap terjaga kelembabannya pada kondisi tertentu
86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668)
Mesin Anesthesia Enesers A8500 adalah sistem Anestesi aliran kontinu yang
menawarkan ventilasi manual atau otomatis, pengiriman gas segar dengan mudah
disesuaikan, pengiriman agen anestesi, pemantauan ventilasi, ergonomi yang nyaman, dan
sistem keselamatan.yang aman.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 87
LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645)
ONEMED Uro One Foley Catheter 2 way, terbuat dari bahan latex. Seluruh permukaan
foley catheter dilapisi dengan silicone untuk memudahkan proses insersi. Tersedia dalam
berbagai ukuran sehinggga mudah disesuaikan sesuai kebutuhan.
88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD 20502610453)
Electrocardiograph 12 Channel Telemetry adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi dan mendiagnosa abnormalitas jantung dengan mengukur tegangan sinya lisrik
pada jantung manusia. EKG Tesena terbagi ke dalam dua bagian yaitu perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras EKG menerima sinyal listrik dari elektroda dan
mengirimkannya ke PC atau laptop. Perangkat lunak berupa program pada laptop membaca
sinyal dan menampilkannya dalam bentuk grafik. Dengan perintah dari pengguna, program
dapat menyimpan sinyal tersebut.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 89
LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017
ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783)
ZENMED+ adalah merek implan tulang asli buatan dalam negeri yang berbahan baku
Stainless Steel 316L medical grade dengan kandungan TKDN 70-80%. Produk ZENMED+
yang akan diproduksi oleh PT Zenith Allmart Precisindo (ZAP) ini dikembangkan melalui
kerjasama dengan para peneliti dari Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT, yang didukung
penuh oleh Kementerian Ristekdikti.
90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT KERJA DIREKTORAT
JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2016
94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017
LAMPIRAN
LA
MP
IRA
N 1
5
SO
P P
EL
AP
OR
AN
CA
PA
IAN
IN
DIK
AT
OR
PR
OG
RA
M K
EF
AR
MA
SIA
N D
AN
AL
AT
K
ES
EH
AT
AN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 99
LA
MP
IRA
N 1
6
SO
P P
EM
AN
TA
UA
N C
AP
AIA
N I
ND
IKA
TO
R P
RO
GR
AM
KE
FA
RM
AS
IAN
D
AN
AL
AT
KE
SE
HA
TA
N
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2017 103
LA
MP
IRA
N 1
7
SO
P P
EN
YU
SU
NA
N L
AP
OR
AN
KIN
ER
JA
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L
KE
FA
RM
AS
IAN
DA
N A
LA
T K
ES
EH
AT
AN