tata hubungan kerja direktorat jenderal …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-tahubja-.pdf ·...

92
RANCANGAN TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009

Upload: haanh

Post on 07-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

    RANCANGAN

TATA HUBUNGAN KERJA

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI

NOMOR:

TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

TAHUN 2009

Page 2: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

KATA PENGANTAR Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor tahun 2009 tentang Tata Hubungan Kerja Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan dalam hal

pengaturan tata hubungan kerja yang jelas, sehingga organisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat berlangsung dengan baik.

Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini

telah melalui pembahasan dengan seluruh pihak-pihak yang terkait di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Dinamika organisasi terus berkembang, oleh karena itu diperlukan masukan dan evaluasi

secara berkala terhadap pedoman tata hubungan kerja.

Dengan berlakunya ketetapan tentang tata hubungan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini, semua pelaksana diharapkan dapat melaksanakan

tugas pokok dan fungsi secara baik.

Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Tata Hubungan Kerja di Lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kami sampaikan terima kasih.

Jakarta, 2009

Direktur Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc NIP 195112271980032001

Page 3: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

BAB II DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN A. Visi dan Misi

B. Tugas Pokok dan Fungsi

C. Struktur Organisasi

D. Uraian Tugas Satuan Organisasi

BAB III PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA A. Tata Hubungan Kerja Intern

B. Tata Hubungan Kerja Ekstern

BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN A. Tata Hubungan Kerja Intern

B. Tata Hubungan Kerja Ekstern

C. Kegiatan Yang Memerlukan Tata Hubungan Kerja Intern

BAB V PENUTUP

Page 4: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI

ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009. Dengan Keputusan

tersebut, tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

Pembinaan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Agar pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

dapat berjalan dengan optimal, efisien dan efektif, maka perlu didukung dengan TATA

HUBUNGAN KERJA. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 25 Tahun 1990 tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang

menyatakan bahwa setiap pelembagaan organisasi harus dilengkapi dengan TATA

HUBUNGAN KERJA, karena keberhasilan suatu organisasi belum dapat dijamin hanya

dengan dibentuknya susunan atau struktur organisasinya saja.

TATA HUBUNGAN KERJA ini telah dibahas bersama dengan unit-unit terkait baik di

lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan maupun antara unit

utama yang lain dengan Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. Namun demikian

TATA HUBUNGAN KERJA ini dapat dirubah sesuai dengan perubahan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, perubahan Struktur Organisasi, tugas pokok dan

fungsi serta perubahan kebijakan pimpinan Departemen Kesehatan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud.

Maksud disusunnya tata hubungan kerja adalah untuk acuan bagi unit terkait dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya khususnya dalam penyusunan kebijakan dan

program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasain dan Alat Kesehatan.

2. Tujuan .

a) Umum : Meningkatkan pemahaman dalam pengaturan hubungan kerja antara satu

unit dengan unit lainnya dalam bentuk koordinasi fungsional yang didasari tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam

rangka mendukung tercapainya Visi dan Misi yang jelas sehingga tidak ada

tumpang tindih antar unit dan program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan.

Page 5: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

b) Khusus :

1. Meningkatnya kinerja yang didasarkan dan kejelasan dalam hubungan antar

unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dan hubungan kerjasama baik lintas program maupun lintas

sektor.

2 Meningkatkan jejaring dengan berbagai pihak khususnya dengan unit-unit di

lingkungan Departemen Kesehatan dengan berbagai sektor terkait maupun

masyarakat dan daerah.

Page 6: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

BAB II DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

A. VISI DAN MISI

1. Visi Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

2. MISI Misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Membuat Rakyat Sehat 3. Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

berupaya :

a. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan harga obat dan

perbekalan kesehatan.

b. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu,

keamanan dan kemanfaatan.

c. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit.

d. Meningkatkan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.

B. TUGAS POKOK dan FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 Pasal 530, tugas pokok

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah “merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan

alat kesehatan”

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi

komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan

distribusi alat kesehatan.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional,farmasi komunitas

dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi

alat kesehatan.

3. Penyusunan standard, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang bina

penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan

kesehatan serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.

4. Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan obat dan makanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 7: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

C. STRUKTUR ORGANISASI

Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri

dari:

1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

2. Sekretariat Direktorat Jenderal

3. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional

4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

5. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

6. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan membawahkan

Bagian Program dan Informasi, Bagian Umum dan Kepegawaian, Bagian Keuangan serta

Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat.

Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional membawahkan Subdirektorat Standardisasi

dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional, Subdirektorat Promosi Penggunaan

Obat Rasional, Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional dan Subbagian Tata Usaha.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik membawahkan Subdirektorat Farmasi

Komunitas, Subdirektorat Farmasi Klinik , Subdirektorat Kerjasama Profesi dan Subbagian

Tata Usaha.

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan membawahkan Subdirektorat

Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan serta Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Subbagian Tata Usaha.

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membawahkan Subdirektorat Alat

Kesehatan Elektromedik, Subdirektorat Alat Kesehatan Non Elektromedik, Subdirektorat

Produk Diagnostik dan Reagensia, Subdirektorat Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

dan Subbagian Tata Usaha.

D. URAIAN TUGAS SATUAN ORGANISASI

Dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, tambahan lembaran Negara Nomor 3041)

sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 169, tambahan lembaran Negara Nomor 3890) tentang

Page 8: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

Pokok-Pokok Kepegawaian pada pasal 17 ayat (2) disebutkan bahwa Pegawai Negeri

Sipil (PNS) diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu. Pada Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural, jabatan

adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

seseorang PNS dalam suatu organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan Jabatan

Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan

hak seseorang PNS dalam memimpin suatu organisasi Negara.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,

sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, dalam pasal 530 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan

alat kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal dan empat orang Direktur

yaitu Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktur Bina Produksi dan

Distribusi Alat Kesehatan.

Untuk kejelasan dalam pelaksanaan tugas setiap satuan organisasi di lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, maka perlu dilengkapi dengan

merumuskan uraian tugas dari setiap satuan organisasi tersebut. Dengan adanya uraian

tugas masing-masing satuan organisasi, diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap

pemangku jabatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Adapun uraian

tugas yang dilampirkan dalam Tata Hubungan Kerja ini hanya sampai setingkat Eselon III,

sedangkan yang lengkap dengan seluruh jabatan struktural dari Eselon I sampai dengan

Eselon IV ada dalam Pedoman Susunan Jabatan dan Uraian Jabatan sebagaimana

ditetapkan dalam KepmenKes Nomor 099/Menkes/SK/I/2009 Tanggal 30 Januari 2009.

Page 9: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

BAB III PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 1990

tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang dimaksud dengan TATA HUBUNGAN

KERJA (TAHUBJA) adalah pengaturan hubungan kerja antara satu unit dengan unit lainnya

dalam bentuk koordinasi fungsional, administratif operasional dan atau teknis operasional.

Tata Hubungan Kerja perlu dibuat untuk unit-unit kerja yang memiliki tugas-tugas yang

cenderung tumpang tindih dengan tugas-tugas unit lain atau sungguh-sungguh memerlukan

kerjasama yang perlu diatur. TAHUBJA diharapkan akan lebih memperjelas batas tugas

pekerjaan dan batas wewenang antar unit kerja. TAHUBJA disusun sesuai dengan urutan

langkah-langkah kegiatan agar dapat menggambarkan prosedur kerja yang jelas dari kegiatan

tersebut.

TAHUBJA mencakup TAHUBJA INTERN dan TAHUBJA EKSTERN. TAHUBJA Intern adalah

pengaturan hubungan kerja yang menyangkut hanya unit-unit kerja di dalam suatu organisasi.

Sedangkan TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam

suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut.

Dalam Pedoman ini, TAHUBJA yang disajikan lebih banyak berupa TAHUBJA Intern.

A. TAHUBJA INTERN

Pengaturan hubungan kerja yang menyangkut unit-unit kerja di dalam suatu organisasi

merupakan tata hubungan kerja intern. Berdasarkan pengertian tersebut TAHUBJA perlu

dibuat untuk unit-unit kerja yang cenderung tumpang tindih atau memang memerlukan

kerjasama yang harus diatur dengan tata hubungan kerja. TAHUBJA perlu dibuat

terutama untuk tugas-tugas yang bersifat strategis yang memerlukan kejelasan peran,

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit kerja.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyusunan TAHUBJA Intern adalah :

1. Mengidentifikasi tugas-tugas yang cenderung tumpang tindih atau benar-benar

memerlukan pengaturan kerja sama.

2. Menetapkan unit kerja yang menjadi pelaku utama (focal point) dari setiap tugas.

3. Menetapkan peran unit-unit terkait dalam pelaksanaan setiap tugas.

4. Menetapkan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk

melaksanakan/menyelesaikan setiap tugas, sesuai dengan peran masing-masing

unit.

Page 10: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

B. TAHUBJA EKSTERN

TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam suatu

organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut. Hubungan kerja dengan unit

organisasi lain tersebut dapat berupa kerjasama lintas program ataupun lintas sektor.

Adapun bentuk hubungan dengan unit-unit kerja di luar organisasi dapat berbentuk:

1. Hubungan teknis fungsional yaitu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang

antara dua atau lebih unit organisasi yang secara teknis mempunyai fungsi yang

sama.

2. Hubungan koordinatif yaitu hubungan dalam rangka penyatuan upaya dan daya

dengan unit kerja lain untuk mencapai tujuan bersama.

C. PERAN DAN FUNGSI

Terdapat sejumlah peran dalam TAHUBJA yang menggambarkan fungsi dari suatu unit

kerja. Satu unit kerja dapat melakukan satu atau lebih peran. Adapun peran-peran

tersebut adalah :

1. Pelaku utama (Focal point), yaitu peran unit kerja sebagai penggerak sebab tugas

yang bersangkutan merupakan tugas unit kerja tersebut.

2. Pemberi Rekomendasi (Recommending), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

usul, pertimbangan, atau saran-saran sebagai bahan pengambilan keputusan.

3. Koordinator ( Coordinating) yaitu peran unit kerja/pejabat sebagai pengatur

keselarasan, kesesuaian, ketepatan, dan efektivitas kerjasama dalam pelaksanaan

tugas yang bersangkutan.

4. Pemberi dukungan (Supporting), yaitu peran unit kerja sebagai penyedia sumber

daya dan jasa yang diperlukan unrtuk pelaksanaan tugas yang bersangkutan.

5. Tempat Berkonsultasi (Consulting), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

verifikasi dan mitra untuk mematangkan pertimbangan bilamana diperlukan.

6. Pemberi informasi (Informing), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

data/informasi.

7. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu peran unit kerja /pejabat

sebagai pembuat ketetapan akhir (final) terhadap sesuatu atau sejumlah hal dalam

rangka pelaksanaan tugas yang bersangkutan.

Page 11: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

A. TAHUBJA INTERN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, tugas pokok yang harus

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan lebih banyak

tugas-tugas/kegiatan yang bersifat teknis manajerial, bukan teknis operasional.

Tugas/kegiatan tersebut antara lain :

1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis

2. Melaksanakan perumusan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria.

3. Memberikan regulasi

3. Memberikan bimbingan teknis

4. Melaksanakan pemantauan/evaluasi

Hal ini sesuai dengan isi Kepres Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Pasal 57

yang menyatakan Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam

menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, Departemen

Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di

bidang kesehatan.

b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya

c. Penetapan sertifikasi alat kesehatan

d. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan tugasnya dalam penyelenggaraan

otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi dibidangnya;

e. Penetapan standar pemberian izin

f. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan

fungsinya.

Sedangkan tugas-tugas/kegiatan yang bersifat manajemen umum yang menunjang

kelancaran pelaksanaan program yang bersifat teknis manajerial, termasuk ke dalam

kegiatan-kegiatan kesekretariatan yang meliputi antara lain manajemen program,

ketenagaan, perlengkapan, keuangan, serta hukum organisasi dan kehumasan.

Page 12: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

Berdasarkan inventarisasi masalah di lingkungan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan maka tugas-tugas/Kegiatan yang memerlukan pengaturan TAHUBJA

dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu :

1. Tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian dan

alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial.

2. Tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan.

Adapun tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian

dan alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial meliputi antara lain:

a. Penyusunan/pelaksanaan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan

kriteria di bidang penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat

publik dan perbekalan kesehatan serta produksi dan distribusi alat kesehatan.

b. Pemberian perizinan yang terkait dengan obat dan makanan serta sertifikasi alat

kesehatan

c. Bimbingan teknis

d. Pemantauan/evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis.

Sedangkan tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan berupa penyusunan kebijakan, norma,

standar, pedoman, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan program, ketenagaan,

perlengkapan, keuangan serta hukum, organisasi dan kehumasan meliputi antara lain:

1. Penyusunan program dan informasi

2. Penyusunan kebutuhan tenaga/diklat

3. Penyusunan kebutuhan fasilitas kerja dan pemeliharaannya

4. Pengelolaan anggaran

5. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pertimbangan hukum dan

bantuan hukum

6. Penyusunan rancangan penataan dan evaluasi organisasi, jabatan fungsional dan

ketatalaksanaan.

7. Penyusunan laporan pelaksanaan program

B. TAHUBJA EKSTERN

Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan melakukan hubungan secara lintas sektor maupun lintas program

yang melibatkan beberapa unit kerja/unit organisasi sebagai berikut:

1) Hubungan hirarkhis dengan Menteri Kesehatan dalam hal-hal antara lain:

a. Penetapan kebijakan/peraturan perundang-undangan

b. Penetapan norma, standar, pedoman, prosedur dan kriteria teknis.

Page 13: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

2) Hubungan lintas program koordinasi dengan Unit Utama Depkes, institusi

pendidikan dan hubungan lintas sektor koordinasi dengan organisasi profesi dalam

hal kefarmasian dan alat kesehatan.

2.1 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Pelayanan Medik dalam hal:

a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat di Rumah Sakit dan

Puskesmas.

b) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan puskesmas.

c) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan

Kesehatan, Apotek, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat

Generik

d) Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program

kesehatan untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotik,

Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan.

2.2 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dalam hal

a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat

b) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan

Kesehatan, Apotik, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat

Generik.

c) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan

Puskesmas.

2.3 Hubungan koordinatif dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM

Kesehatan dalam hal :

a) Pendidikan dan pelatihan pegawai

b) Sertifikasi tenaga kefarmasian

3) Hubungan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dalam hal

pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:

a. Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat

b. Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan Puskesmas

c. Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan

untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotek, Rumah Sakit dan

sarana pelayanan kesehatan.

d. Penyusunan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan kritera teknis

4) Hubungan koordinasi dengan program-program terkait di tingkat Kabupaten/Kota,

Propinsi dan Pusat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kefarmasian dan

alat kesehatan.

Page 14: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

5) Hubungan koordinasi dengan organisasi profesi dalam hal perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:

a. Pendidikan Kefarmasian

b. Pembinaan/kerjasama profesi

c. Sosialisasi program-program pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

C. KEGIATAN YANG MEMERLUKAN TATA HUBUNGAN KERJA INTERN

Kegiatan pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan penekanannya

lebih banyak pada kegiatan pembinaan teknis pelayanan yang bersifat fungsional dan

kegiatan lain yang bersifat umum meliputi kegiatan penunjang kelancaran pelaksanaan

pelayanan berupa manajemen administratif dan manajemen sumber daya. Disamping itu

kegiatan yang bersifat khusus lebih terarah pada pembinaan teknis pelayanan yang

mengutamakan pedoman/standar pelayanan, prosedur pelayanan dan pengembangan

prosedur tetap (protap/Standard Operating Procedure ).

Tata Hubungan Kerja Intern yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,

sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009.

Untuk menghindari tumpang tindih dan memperjelas tugas ataupun kegiatan di lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memerlukan penegasan dalam

pengaturan Tata Hubungan Kerja yang jelas, dan khusus mulai dari penyusunan program

kegiatan teknis yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai penyusunan

teknis operasional.

Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang memerlukan TAHUBJA adalah:

a. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program teknis pelayanan

kefarmasian dan alat kesehatan antara lain:

1. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional;

2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia;

3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik;

4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan Pengetahuan didalam Penggunaan Obat

untuk masyarakat dengan metode CBIA

5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Patokan Tertinggi Obat

Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Obat Program Kesehatan (OPK) dan Obat Generik

(OG);

6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)

Sangat Esensial (Buffer Stock Nasional);

Page 15: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat

Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;

8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga;

9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

dalam rangka Perlindungan Konsumen.

b. Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:

1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan;

2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan;

3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan;

4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

6. Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

9. Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP);

10. Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti rugi (TP/TGR);

11. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria di

bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

12. Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

13. Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan;

14. Penyusunan Standar Operasional Prosedur di Bidang Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan;

15. Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri

Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku

Farmasi (PBBBF);

16. Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin

Prinsip Industri Obat Tradisional dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional;

17. Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor, Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor Farmasi;

Page 16: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

18. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan.

Page 17: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program teknis pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan antara lain: 1. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional

1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional untuk melaksanakan penyiapan

Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (recommending);

2) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta bahan/masukan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dari

para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,

Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait

(focal point);

3) Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,

Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait

menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

Daftar Obat Esensial Nasional (informing);

4) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional mengkoordinasikan masukan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dari

para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,

Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait

(coordinating);

5) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi

Standardisasi Obat Esensial Nasional, serta Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi

untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat

Esensial Nasional (focal point);

6) Kepala Seksi Standardisasi Obat Essensial Nasional, serta Kepala Seksi

Bimbingan dan Evaluasi menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang Daftar Obat Esensial Nasional untuk disampaikan kepada Kepala

Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional (supporting);

7) Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,

Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait

menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang Daftar Obat Esensial Nasional (supporting);

8) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menerima dan mengolah data

usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional

(focal point);

9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (consulting);

10) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional mengkoordinir pembahasan rancangan

Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (coordinating);

Page 18: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat

Esensial Nasional (recommending);

12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan

Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada

Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point);

13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan menyampaikan

kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada

Menteri Kesehatan (decision making).

Page 19: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional

untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

Farmakope Herbal Indonesia (recommending);

2) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

Rasional meminta bahan/masukan kepada para pakar Perguruan Tinggi Negeri,

Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan

Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT(focal point);

3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-

OT menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

Farmakope Herbal Indonesia (informing);

4) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

Rasional mengkoordinasikan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang Farmakope Herbal Indonesia dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri,

Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan

Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT (coordinating);

5) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

Rasional meminta Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta

Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk

menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope

Herbal Indonesia (focal point);

6) Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta Kepala Seksi

Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk

disampaikan kepada Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis

Penggunaan Obat Rasional (supporting);

7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-

OT menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang Farmakope Herbal Indonesia (supporting);

8) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

Rasional menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes

tentang Farmakope Herbal Indonesia (focal point);

Page 20: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia (consulting);

10) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional mengkoordinir pembahasan rancangan

Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada

Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (coordinating);

11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope

Herbal Indonesia (recommending);

12) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

Rasional menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal

Indonesia dan disampaikan ke Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal

point);

13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan menyampaikan

kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada

Menteri Kesehatan (decision making).

Page 21: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional untuk melaksanakan penyiapan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(recommending);

2) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi

bahan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium

Spesialistik dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi,

Organisasi Profesi, Dinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah

Sakit Propinsi dan Direktorat terkait. (focal point);

3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan

Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (Informing);

4) Kepala Subdirektorat Bina Obat esensial Nasional mengkoordinasikan masukan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari para

pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

Direktorat terkait (coordinating);

5) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi

Strandarisasi Obat Esensial Nasional serta Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi

untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

Formularium Spesialistik (focal point);

6) Kepala Seksi Standarisasi Obat Esensial Nasional dan Kepala Seksi Bimbingan

dan Evaluasi Obat Esensial Nasional untuk menyiapkan bahan penyusunan

rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan

kepada Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional (supporting);

7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan

Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (supporting);

8) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menerima dan mengolah data

usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (focal

point);

9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Formularium

Spesialistik (consulting); 10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir pembahasan rancangan

Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (coordinating);

Page 22: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(recomending); 12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan

Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dan disampaikan kepada Direktur

Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point); 13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan Kepmenkes tenatng Formularium Spesialistik (consulting); 14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Kepmenkes tentangFormularium Spesialistik dan disampaikan kepada Menteri

Kesehatan (decision making).

Page 23: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan pengetahuan didalam Penggunaan Obat untuk masyarakat dengan Metode CBIA 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk melaksanakan

penyiapan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi

dan peningkatan Metode CBIA (recommending);

2) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta

bahan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan

Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM,

YLKI, IKJ dan Media Elektronik (focal point);

3) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik

(Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat

tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (Informing);

4) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional mengkoordinasikan

masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan Pusat

Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio)

(coordinating);

5) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta Kepala Seksi

Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi Bimbingan

Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan

Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

peningkatan Metode CBIA (focal point);

6) Kepala Seksi Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi

Bimbingan Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan

bahan/masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA untuk disampaikan

kepada Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional (supporting);

7) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik

(Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat

tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (supporting);

8) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional menerima dan

mengolah data kegiatan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (focal point);

Page 24: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan memverifikasi data Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (consulting); 10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir usulan Pemberdayaan

kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode

CBIA (coordinating); 11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

informasi dan peningkatan Metode CBIA (recomending); 12) Kepala Subdirektorat Promosi Peenggunaan Obat Rasional menyempurnakan

usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Direktur Bina Penggunaan

Obat Rasional (focal point); 13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

informasi dan peningkatan Metode CBIA (consulting); 14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan usulan

Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision

making).

Page 25: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Eceran Tertinggi Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Program Kesehatan (OPK), dan Obat Generik 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menyusun rancangan

Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (recommending);

2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk meminta

bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan

harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,

dan obat generik dari para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);

3) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,

Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat

Pemantauan dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,

menginstruksikan kepada para Kepala Seksi terkait untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga

eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan

obat generik dari Subdirektorat masing-masing (recommending);

4) Para Kepala Seksi di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat

program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-masing

(supporting);

5) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan usulan/masukan penyusunan

rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan

kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik di lingkungan

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (coordinating);

6) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan

Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-

masing untuk disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan melalui Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan (informing);

7) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh

Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Page 26: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang

daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program

kesehatan, dan obat generik (focal point);

8) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang daftar

dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program

kesehatan, dan obat generik (consulting);

9) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengkoordinasikan

pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi

obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik

(coordinating);

10) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan

harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,

dan obat generik (recommending);

11) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh

Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran

tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat

generik (focal point);

12) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan meneliti kembali rancangan

Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (consulting);

13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan

kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dan menyampaikan

kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

dasar, obat program kesehatan, dan obat generik untuk disampaikan kepada

Menteri Kesehatan (decision making).

Page 27: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial (Buffer Stok Nasional) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk melaksanakan pengadaan

Obat esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial

(Buffer Stok Nasional) (recommending);

2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menerima

dan menelaah data sisa Buffer Stok Nasional dari Subdirektorat Pemantauan dan

Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);

3) Kepala Seksi Pengadaan Obat mengolah dan menyiapkan daftar obat Buffer Stok

Nasional yang akan dibeli pada tahun anggaran berjalan (supporting);

4) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

menelaah dan meneliti kembali data obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli

(focal point);

5) Tim Teknis membuat SPEK dan meneliti/mengkaji serta memberi rekomendasi

(recommending);

6) Direktur Bina Obat Publik dan perbekalan Kesehatan meneliti dan memverifikasi

jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli (consulting);

7) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

memperbaiki rancangan jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli dan akan

disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal

point);

8) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan jenis obat

Buffer Stock Nasional (decision making).

Page 28: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun surat keputusan Izin

Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi alat kesehatan dan PKRT terhadap berkas

pemohon yang disampaikan melalui loket setelah dipenuhi kewajibannya membayar

PNBP (recommending);

2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Subdirektorat yang terkait untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat

Kesehatan, sertifikat produksi Alat Keswehatan dan PKRT (focal point);

3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai terkait menyiapkan konsep/net surat

keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, dan menyampaikan data beserta persyaratan

yang diperlukan (supporting); 4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net surat keputusan Izin

Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT kepada

Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Sekretaris Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting); 5) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan surat keputusan

Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT (decision

making).

Page 29: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun naskah Izin Edar Alat

Kesehatan dan PKRT terhadap berkas yang disampaikan pemohon melalui loket

setelah dipenuhi kewajibannya membayar PNBP (recommending);

2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Subdirektorat yang terkait untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan

PKRT (focal point);

3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai yang terkait menyiapkan konsep/net

naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT berikut data dan persyaratan yang

diperlukan (supporting); 4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net naskah izin edar

kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (supporting); 5) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membaca dan meneliti naskah

izin edar (consulting);

6) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan naskah Ijin Edar

Alat Kesehatan dan PKRT (decision making).

Page 30: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka Perlindungan Konsumen 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk melaksanakan monitoring

periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga dalam rangka

perlindungan konsumen (recommending);

2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Subdirektorat terkait menyusun instrumen monitoring periklanan alat kesehatan dan

perbekalan kesehatan rumah tangga (focal point);

3) Kepala Subdirektorat terkait berkonsultasi dengan Direktur Bina Produksi dan

Distribusi Alat Kesehatan (consulting);

4) Kepala Seksi terkait menyampaikan surat pemberitahuan ke Dinas Provinsi sebagai

koordinator dan Dinas Kabupaten/Kota sebagai pelaksana (supporting); 5) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan dan mengirimkan hasil monitoring ke

Dinkes Provinsi (supporting); 6) Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan hasil monitoring ke Pusat/Direktorat Bina

Produksi dan Distribusi Alkes (supporting); 7) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring

periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (coordinating);

8) Kepala Subdirektorat terkait bersama dengan Tim Penilai melakukan penilaian

terhadap hasil monitoring yang diterima (focal point);

9) Kepala Subdirektorat terkait menerima dan mengolah data hasil penilaian monitoring

(focal point);

10) Kepala Subdirektorat terkait menyusun laporan hasil monitoring untuk disampikan ke

Direktur (focal point);

11) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menerima dan menindaklanjuti

hasil monitoring periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

(decision making).

Page 31: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1

Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

(2) Kasubdit Bina OEN meminta bahan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dari para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait

(5) Kasubdit Bina OEN meminta Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(8) Kasubdit Bina OEN menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(12) Kasubdit Bina OEN menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dan disampaikan kepada Direktur Bina POR

(1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kasubdit Bina OEN untuk melaksanakan penyiapan Kepmenkes tentang DOEN

(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(4) Kasubdit Bina OEN mengkoordinasikan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dari para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program dan Direktorat terkait

(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(6) Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyiapkan bahan rancangan Kepmenkes tentang DOEN untuk disampaikan ke Kasubdit Bina OEN

(7) Para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(9) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang DOEN dan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(3)

Para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang Program Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN

(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang DOEN untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

16

Page 32: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2

Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(2) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR meminta bahan/masukan kepada para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT

(5)

Kasubdit Standarisasi Bimtek POR meminta Kasie Standarisasi POR serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi POR untuk menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(8) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(12) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal dan disampaikan ke Direktur Bina POR

(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Standarisasi Bimtek POR untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(11)

Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(4) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT

(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(6) Kasie Standarisasi POR dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi POR untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk disampaikan ke Kasubdit Standarisasi Bimtek POR

(7)

Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(9) Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(3) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

19

Page 33: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

3

Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Speasialistik

(2) Kasubdit Bina OEN meminta bahan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait

(5) Kasubdit Bina OEN meminta Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(8)

Kasubdit Bina OEN menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(12) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dan disampaikan ke Direktur Bina POR

(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Bina OEN untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(4) Kasubdit Bina OEN mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait

(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(6)

Kasie Standarisasi OEN dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi OEN untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan ke Kasubdit Standarisasi Bina OEN

(7) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi, Direktorat Terkait menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(9) Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(3) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

22

Page 34: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

4

Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan pengetahuan didalam Penggunaan Obat untuk masyarakat dengan Metode CBIA

(2) Kasubdit Promosi POR meminta bahan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dari Promkes Pusat, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM YLKI, IKJ dan Media Elektronik

(5)

Kasubdit Promosi POR meminta Kasie Materi Promosi POR serta Kasie Kerjasama Promosi POR menyiapkan bahan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA

(8) Kasubdit Promosi POR menerima dan mengolah data usulan kegiatan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA

 

(12) Kasubdit Promosi POR menyempurnakan usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Direktur Bina POR

(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Promosi POR untuk melaksanakan penyiapan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA

(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA

(4) Kasubdit Promosi POR mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dari Promkes Pusat, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio)

(10) Direktur Bina POR mengkoordinir usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA

(6) Kasie Materi Promosi POR dan Kasie Kerjasama Promosi POR untuk menyiapkan bahan/masukan Pemberdayaan kepada masyarakat untuk disampaikan kepada Kasubdit Promosi POR

(7)

Promkos Pusat Depkes, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio) menyampaikan usulan/ masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA

(9)

Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan Metode CBIA (13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(3) Promkes Pusat Depkes, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan Informasi CBIA

(14)

Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

25

Page 35: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

5

Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga EceranTertinggi Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Program Kesehatan (OPK), dan Obat Generik

(2) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes menugaskan Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekes untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik

(7) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes

(11) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menyempurnakan rancangan Kepmenkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menyusun rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik

(3) Para Kasubdit menginstruksikan kepada Kasie terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing

(10) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes

(5) Kasubbag TU mengkoordinasikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes di lingkungan Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes

(9) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes

(4) Para Kasie menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing

(8) Para Kasubdit memverifikasi data rancangan Kepmenkes

(12) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memeriksa kembali rancangan Kepmenkes

(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes

(6) Para Kasubdit menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Bina Oblik dan Perbekkes melalui Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes

(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

28

Page 36: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

6

Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial (Buffer Stok Nasional)

(2) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes menugaskan Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menerima dan menelaah data sisa Buffer Stok Nasional dari Subdit Pemantauan dan Evaluasi

(4) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menelaah dan meneliti kembali data obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli

(7) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes memperbaiki rancangan jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli dan disampaikan kepada Direktur Bina Oblik dan Perbekkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Oblik dan Perbekkes untuk melaksanakan perencanaan pengadaan Obat Esensial dan PKD sangat esensial (Buffer Stok Nasional)

(5)

Tim Teknis membuat SPEK dan meneliti/mengkaji dan memberi rekomendasi

(3) Kasie Pengadaan Oblik dan Perbekkes mengolah dan menyiapkan daftar obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli pada tahun anggaran berjalan

(6) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes meneliti dan memverifikasi jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli

(8) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan jenis obat Buffer Stock Nasional

30

Page 37: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

7

Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT

(2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan menugaskan Kasubdit yang terkait untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi Alkes dan PKRT

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi Alkes dan PKRT terhadap berkas pemohon yang disampaikan melalui loket setelah dipenuhi kewajiban membayar PNBP

(3) Kasubdit, Kasie dan penilai yang terkait menyiapkan konsep/net surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, dan menyampaikan data beserta persyaratan yang diperlukan

(4) Kasubbag Tata Usaha menyampaikan konsep dan net surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alkes dan PKRT kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi dan Sesditjen Binfar dan Alkes

(5) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT

32

Page 38: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

8

Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT

(2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi Dirjen Binfar dan Alkes menugaskan Kasubdit terkait untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT terhadap berkas yang disampaikan pemohon melalui loket setelah dipenuhi kewajibannya membayar PNBP.

(3) Kasubdit, Kasie, dan Penilai yang terkait menyiapkan konsep/net naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT berikut data dan persyaratyan yang diperlukan

(4) Kasubbag TU menyampaikan konsep dan net naskah izin edar kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

(5) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membaca dan meneliti naskah izin edar

(6) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT

34

Page 39: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

9

Monitoring Periklanan Alkes dan PKRT dalam rangka Perlindungan Konsumen.

(2)

Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menugaskan Kasubdit terkait menyusun instrumen monitoring periklanan Alkes dan PKRT

(8) Kasubdit terkait bersama dengan Tim Penilai melakukan penilaian terhadap hasil monitoring yang diterima

(9) Kasubdit terkait menerima dan mengolah data hasil penilaian monitoring

(10) Kasubdit menyusun laporan hasil monitoring untuk disampaikan ke Direktur

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk melaksanakan monitoring periklanan Alkes dan PKRT dalam rangka Perlindungan Konsumen

(7)

Kasubbag TU Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring periklanan Alkes dan PKRT

(4) Kasie terkait menyampaikan surat pemberitahuan ke Dinkes Propinsi sebagai koordinator dan Dinkes Kab/Kota sebagai pelaksana

(5) Dinkes Kab/Kota melaksanakan dan mengirimkan hasil monitoring ke Dinkes Propinsi

(6) Dinkes Propinsi mengirimkan hasil monitoring ke Pusat/ Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alkes

(3) Kasubdit terkait berkonsultasi dengan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

(11) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menerima dan menindaklanjuti hasil monitoring periklanan Alkes dan PKRT

36

Page 40: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:

1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan

dari Direktorat masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Sekretariat Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari

Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya

(supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima

tahunan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah

data usulan menjadi rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

Page 41: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rencana kerja

lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 42: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (recommending);

2. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3. Para Direktur menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait untuk

menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-

masing (recommending);

4. Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi

usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6. Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat dan

Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);

7. Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari

Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah

data usulan menjadi rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10. Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(consulting);

11. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

Page 43: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

12. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

14. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (consulting);

15. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan laporan

kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 44: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan para Kepala Subdirektorat terkait

untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran

tahunan dari Direktorat masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan

dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

atasannya (supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana program dan

anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing kepada Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah

data usulan menjadi rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (consulting);

Page 45: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan program dan

anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 46: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun

perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan

perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,

Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi dan

Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait

untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan

sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat

masing-masing (supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan

perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Sekretariat

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha

menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber

daya manusia dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan

kepada atasannya (supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan

pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing untuk

disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur

(coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah

data usulan menjadi rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

Page 47: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber

daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber

daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan

rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan dan

pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

(decision making).

Page 48: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan

penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan

prasarana dari Direktorat masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Sekretariat

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha

menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari

Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya

(supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan

prasarana di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur

(coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima dan

mengolah data usulan menjadi rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

Page 49: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan

rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan

sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (decision making).

Page 50: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

6. Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun usulan

biaya pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima usulan biaya pemeliharaan

barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

3) Kepala Subbagian Rumah Tangga mengkompilasi dan mengolah berkas usulan

biaya pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting);

4) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian meneliti berkas usulan biaya pemeliharaan

barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

5) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyampaikan usulan biaya pemeliharaan

barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

6) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan

persetujuan rencana pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (decision making).

Page 51: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Keuangan untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan

laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina

Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala

Subdirektorat terkait untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi

barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing

(recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi data realisasi

anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari

Direktorat masing-masing (supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Keuangan untuk menyiapkan data realisasi

anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

6) Kepala Bagian Keuangan dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha menyiapkan

data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan

KIL) dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

atasannya (supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan

SIMAK BMN) di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan

kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para

Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menerima dan mengolah data usulan

menjadi rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

Page 52: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di

lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK

BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menyempurnakan rancangan laporan

SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan Laporan SAI

(SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 53: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun rumusan

indeks satuan biaya di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Keuangan meminta data informasi tentang usulan Rumusan Indeks

Satuan Biaya (focal point);

3) Direktorat-direktorat, PK, Bendara Rutin, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

Bappenas, Rorengar dan Rokeukap memberikan data-data yang diminta

(informating);

4) Kepala Subbagian Anggaran meneliti/memperlajari/mengolah berkas usulan

Rumusan Indeks Satuan Biaya (supporting);

5) Kepala Bagian Keuangan menyusun, meneliti, memverifikasi dan mengkoreksi

rancangan usulan Rumusan Indeks Biaya dan membuat surat undangan untuk

pembahasan (focal point);

6) Panitia membahas rancangan usulan Rumusan Satuan Biaya (recommending);

7) Kepala Bagian Keuangan menyusun kembali rancangan usulan Rumusan Indeks

Satuan Biaya yang telah dibahas dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

memverifikasi rancangan Rumusan Indeks Satuan Biaya(consulting);

9) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan Rumusan

Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (decision making).

Page 54: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

9. Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginventarisasi dan

menyusun usulan jenis dan besaran tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP)

(recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Keuangan menerima dan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif

PNPB (focal point);

3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas usulan

jenis dan besaran tarif PNBP (supporting);

4) Direktorat-Direktorat dan Bagian-Bagian memberikan saran dan usulan jenis dan

besaran tarif PNBP (Informing);

5) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali berkas usulan jenis dan besaran tarif

PNBP yang telah diolah dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

6) Kepala Bagian Keuangan membuat surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP

kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan (focal point);

7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

menandatangani surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP (decision making);

8) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan usulan jenis dan besaran tarif

PNPB Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kepada Menteri

Keuangan Cq Ditjen Anggaran dan Setkap (coordinating);

9) Biro Keuangan dan Perlengkapan besama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan melakukan pembahasan dengan Ditjen Anggaran dan Setkap

(coordinating);

10) Ditjen Anggaran dan unit utama memverifikasi dan memperbaiki jenis dan besaran

tarif PNBP (coordinating);

11) Ditjen Anggaran, Setkap dan DepKumHam menyampaikan hasil pembahasan

kepada Setjen Depkes Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan (coordinating);

12) Ditjen Anggaran, DepKumHam melakukan pembahasan usulan jenis dan besaran

tarif PNBP (supporting);

13) Ditjen Anggaran, Setkap, Unit Utama, Biro Keuangan memverifikasi usulan jenis dan

besaran tarif PNBP yang disampaikan kepada Menteri Keuangan (supporting);

14) Menteri Keuangan menindaklanjuti hasil pembahasan menjadi rancangan final

Peraturan Pemerintah tentang tarif PNBP yang akan ditandatangani Presiden

(supporting);

15) Menteri Keuangan menyampaikan tarif PNBP yang telah ditandatangani Presiden

kepada Menteri Kesehatan Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan (supporting);

16) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

Page 55: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

17) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerima dan

meneruskan kepada Bagian Keuangan (coordinating);

18) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Direktorat untuk

melaksanakan pengaturan tarif PNBP (focal point);

19) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberlakukan

pungutan tarif PNBP sesuai Peraturan Pemerintah (decision making).

Page 56: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

10. Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menginventarisasi

kasus-kasus kerugian negara yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan tuntutan

perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi (TP/TGR) di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Keuangan menerima dan memverifikasi dan mengkompilasi kasus-

kasus menjadi suatu daftar kasus yang harus segera ditindaklanjuti TP/TGR (focal

point);

3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas TP/TGR

(supporting);

4) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali daftar usulan TP/TGR yang telah diolah

dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

5) Kepala Bagian Keuangan membuat surat daftar inventarisasi TP/TGR untuk segera

diselesaikan kepada Sesjen Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan (focal point);

6) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

menandatangani surat laporan daftar TP/TGR ke Sesjen Cq Biro Keuangan dan

Perlengkapan (decisión making);

7) Biro Keuangan dan Perlengkapan membuat surat usulan Menteri Kesehatan tentang

TP/TGR ditujukan ke Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran (coordinating);

8) Kepala Subbagian Perbendaharaan mengkonsultasikan kasus yang terjadi kepada

Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan tentang kebenaran kasus

(pemeriksaan khusus) (consulting);

9) Pemberian saran dan kebijakan agar kasus dapat diselesaikan dengan upaya damai

(informing);

10) Rekomendasi Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan tentang

penetapan kasus menjadi TP/TGR (recommending);

11) Menteri Kesehatan atau Sekretariat Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menandatangani surat ketetapan kepada yang bersangkutan (SK TM) (decision

making);

12) Menteri Kesehatan membuat surat kepada Menteri Keuangan melaporkan kasus

yang terjadi (decisión making);

13) Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran memproses dan memberikan tanggapan

kepada Menteri Kesehatan (coordinating);

14) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan tanggapan Menteri Keuangan

kepada Dirjen Binfar dan Alkes (coordinating);

15) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerima dan

meneruskan ke Bagian Keuangan (coordinating);

Page 57: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

16) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Unit Kerja di Lingkungan

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atau kepada yang

bersangkutan untuk menyelesaikan TP/TGR (focal point);

17) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

menandatangani surat pengantar dan disampaikan kepada Unit Kerja di Lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan kepada yang

bersangkutan (decision making);

18) Unit Kerja yang bersangkutan atau yang bersangkutan menyelesaikan TP/TGR

sesuai ketentuan yang berlaku (supporting).

Page 58: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

menyusun rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta

bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma,

standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari

para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan dari Direktorat masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala

Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan

Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina

kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,

prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

Page 59: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan rancangan Kepmenkes

tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan (focal point);

10) Para Direktur, Sekretaris Direktorat Jenderal, dan Biro Hukum dan Organisasi

memverifikasi rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,

prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,

prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

kembali rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

(decision making).

Page 60: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

12. Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun

rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan

usulan/masukna penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina

kefarmasian dan alat kesehatan dari para direktur (focal point);

3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat

masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas

Kinerja dari Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala

Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan

Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari

para Direktur (coordinating);

9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan

mengolah data usulan menjadi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur, Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Biro Hukum dan

Organisasi memverifikasi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja (consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinasi

pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting);

Page 61: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menyempurnakan

rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (consulting);

15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan RI dengan tembusan kepada

Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (decision making).

Page 62: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

13. Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun penetapan

kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan

usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,

Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi dan

Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait

untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat

masing-masing (recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing (supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Sekretariat Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala

Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja

dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya

(supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari

Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan penetapan kinerja Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

Page 63: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menyempurnakan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan penetapan

kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk disampaikan

kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 64: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

14. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SOP) di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun standar

prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan

usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina

kefarmasian dan alat kesehatan dari para Direktur (focal point);

3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional

di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-masing

(recommending);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan dari Direktorat masing-masing (supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional di

bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala

Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur

operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat dan

Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan standar prosedur

operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-

masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/bahan masukan penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina

kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan standar prosedur

Page 65: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan standar prosedur operasional di bidang

bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan standar prosedur operasional di bidang

bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat

menyempurnakan rancangan standar prosedur operasional di bidang bina

kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan program dan

anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 66: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

15. Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBF)

1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun surat

penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika,

Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)

(recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti

surat rekomendasi dan berkas persyaratan pemohon dari Dinas Kesehatan Propinsi

dan Badan POM/Balai Besar POM (focal point);

3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan

(supporting); 4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan

(informing);

5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal pemohon SK Izin Industri

Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF),

dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali

data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Izin Industri Farmasi, Industri

Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang

Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (focal point);

7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf tanda persetujuan (consulting);

8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat

Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar

Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan

pemeriksaan final SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri

Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku

Farmasi (PBBBF) (focal point);

10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika,

Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)

dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(consulting);

11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Industri Farmasi,

Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan

Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (decision making);

Page 67: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan

unit/instansi terkait (supporting).

Page 68: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

16. Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun surat

penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip

Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional (recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti

berkas persyaratan pemohon dan surat Rekomendasi Izin Prinsip dari Badan POM

(focal point);

3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan

(supporting); 4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan

(informing);

5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal SK (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali

data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Izin Prinsip Industri Farmasi,

Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap

Industri Obat Tradisional (focal point);

7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf tanda persetujuan (consulting);

8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin

Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri

Obat Tradisional (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan

pemeriksaan final SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi,

Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional (focal

point);

10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin

Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional dan

disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(consulting);

11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Prinsip Industri

Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin

Tetap Industri Obat Tradisional (decision making);

12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan

unit/instansi terkait (supporting).

Page 69: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

17. Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun penerbitan

Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(recommending);

2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti

berkas persyaratan pemohon (focal point);

3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan

(supporting); 4) Pelaksanaan Koordinasi dengan Ditwas NAPZA Badan POM untuk Analisa Hasil

Pengawasan (coordinating);

5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal SK Persetujuan Impor dan

Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali

data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Persetujuan Impor dan

Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (focal point);

7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf tanda persetujuan (consulting);

8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor

Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan

pemeriksaan final SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika,

dan Prekursor Farmasi (focal point);

10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan

memaraf SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor Farmasi dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan (consulting);

11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Persetujuan Impor dan

Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (decision making);

12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan

unit/instansi terkait (supporting).

Page 70: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

18. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun rancangan

Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(recommending);

2) Sekretaris Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan

usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang

bina kefarmasian dan alat kesehatan (focal point);

3) Para Direktur menginstruksikan para Kepala Subdirektorat terkait untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari

Direktorat masing-masing (consulting);

4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing

(supporting);

5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk menyiapkan

usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(recommending);

6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala

Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan

Peraturan Perundang-undangan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(supporting);

7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan

Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang

bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dilaksanakan

oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan

mengolah data usulan menjadi rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang

bina kefarmasian dan alat kesehatan (focal point);

10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi rancangan Peraturan

Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (consulting);

Page 71: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

mengkoordinasikan pembahasan rancangan rancangan Peraturan Perundang-

undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (coordinating);

12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dilaksanakan

oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menyempurnakan

rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan (focal point);

14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat

kesehatan (consulting);

15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan untuk

disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

Page 72: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1

Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari para Direktur

( 9 ) Kabag Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

( 3 ) Para Direktur menginstruksikan kepada para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing

( 5 )

Sesditjen menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan

( 8 ) Sesditjen mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Para Direktur

( 11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan

( 4 )

Kasubag Tata Usaha mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing

( 6 ) Kabag Program dan Informasi dan para Kasubbag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

( 10 ) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan rencana kerja lima tahunan

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan rencana kerja lima tahunan

( 7 ) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar & Alkes

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rencana kerja lima tahunan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

….39

Page 73: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2

Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes dari para Direktur

(9) Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing

(5)

Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Setditjen

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan kegiatan

(8) Sesditjen mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan laporan kegiatan Ditjen dari Para Direktur

(11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(4)

Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Program dan Informasi dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(14) Sesditjen meneliti kembali rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing kepada Dirjen melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes

42

Page 74: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

3

Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari para Direktur

(9) Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rencana program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing

(5)

Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Setditjen

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan

(8) Sesditjen mengkoordinir usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan Ditjen dari Para Direktur

(11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Program dan Informasi dan Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(14) Sesditjen meneliti kembali rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing kepada Dirjen melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes

45

Page 75: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

4

Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen menugaskan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes dari para Direktur

(9) Kabag Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM

(13) Kabag Umum dan Kepegawaian menyempurnakan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen menginstruksikan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan perencanaan dan kebutuhan pengembangan SDM

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes

(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukkan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Umum dan Kepepegawaian dan Para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM untuk disampaikan ke Sesditjen

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes

48

Page 76: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

5

Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari para Direktur.

(9) Kabag Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan kebutuhan sarana dan prasarana

(13) Kabag Umum dan Kepegawaian menyempurnakan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing

(5)

Sesditjen menginstruksikan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana.

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana

(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukkan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Umum dan Kepepegawaian dan Para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

51

Page 77: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

6

Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara (BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(4) Kabag Umum dan Kepegawaian meneliti berkas usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(5) Kabag Umum dan Kepegawaian menyampaikan usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Kasubbag Rumah Tangga mengkompilasi dan mengolah berkas usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(6) Sesditjen Binfar dan Alkes memberikan persetujuan rencana pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

53

Page 78: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

7

Penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari para Direktur.

(9) Kabag Keuangan menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

(13) Kabag Keuangan menyempurnakan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Keuangan untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Keuangan dan Para Kasubag TU menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB, KIR dan KIL)

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan

56

Page 79: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

8

Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan untuk meminta data informasi tentang usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya

(5) Kabag Keuangan menyusun,meneliti, memverifikasi, dan mengkoreksi rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya dan membuat surat undangan untuk pembahasan

(7) Kabag Keuangan menyusun kembali rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya yang telah dibahas dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun Rumusan Indeks Satuan Biaya di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

(6) Panitia membahas rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya

(4) Kasubbag Anggaran meneliti/ mempelajari/mengolah berkas usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi rancangan Rumusan Indeks Satuan Biaya

(3) Direktorat-Direktorat, PK, Bendahara Rutin, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Bappenas, Rorengar dan Rokeukap memberikan data-data yang diminta

(9) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

58

Page 80: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

9

Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes berdasarkan instruksi dari Dirjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan menerima dan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif PNPB

(5) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali berkas usulan jenis dan besaran tarif PNBP yang telah diolah dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes

(6) Kabag Keuangan membuat surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes menginventarisasi dan menyusun usulan jenis dan besaran tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP)

(8) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan usulan jenis dan besaran tarif PNPB Ditjen Binfar dan Alkes kepada Menteri Keuangan Cq Ditjen Anggaran dan Setkap

(9)

Biro Keuangan dan Perlengkapan besama Ditjen Binfar dan Alkes melakukan pembahasan dengan Ditjen Anggaran dan Setkap

(10) Ditjen Anggaran dan Unit Utama memverifikasi dan memperbaiki jenis dan besaran tarif PNBP

(3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas usulan jenis dan besaran tarif PNBP

(4) Para Direktur dan Kepala Bagian memberikan saran dan usulan jenis dan besaran tarif PNBP

(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menanda-tangani surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP

61

Page 81: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

(18) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Direktorat untuk melaksanakan pengaturan tarif PNBP

(11) Ditjen Anggaran, Setkap dan DepKumHam menyampaikan hasil pembahasan kepada Setjen Depkes Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan

(16) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(17) Sesditjen Binfar dan Alkes menerima dan meneruskan kepada Bagian Keuangan

(12) Ditjen Anggaran, DepKumHam, melakukan pembahasan usulan jenis dan besaran tarif PNBP

(13) Ditjen Anggaran, Setkap, unit utama, Biro Keuangan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif PNBP yang disampaikan kepada Menteri Keuangan

(14) Menteri Keuangan menindaklanjuti hasil pembahasan menjadi rancangan final PP tentang tarif PNBP yang akan ditandatangani Presiden

(15)

Menteri Keuangan menyampaikan usulan tarif PNBP yang telah ditandatangani Presiden kepada Menteri Kesehatan Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan

(19) Sesditjen Binfar dan Alkes memberlakukan pungutan tarif PNBP sesuai Peraturan Pemerintah

62

Page 82: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

10

Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan menerima dan memverifikasi dan mengkompilasi kasus-kasus menjadi suatu daftar kasus yang harus segera ditindaklanjuti TP/TGR

(4) Kabag Keuangan meneliti kembali daftar usulan TP/TGR yang telah diolah dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes

(5) Kabag Keuangan membuat surat daftar inventarisasi TP/TGR kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menginventarisir kasus-kasus kerugian negara yang berdasar pada hasil pemeriksaan TP/TGR

(10) Rekomendasi Itjen dan BPK tentang penetapan kasus menjadi TP/TGR

(7) Biro Keuangan dan Perlengkapan membuat surat usulan daftar Menteri Kesehatan tentang TP/TGR ditujukan ke Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran

(3) Ka Subbag Perbendaharaan meneliti/ mempelajari/mengolah berkas TP/TGR

(8) Kasubbag Perbendaharaan mengkonsultasikan kasus yang terjadi kepada Itjen dan BPK tentang kebenaran kasus (pemeriksaan khusus)

(9)

Pemberian saran kebijakan agar kasus dapat diselesaikan dengan upaya damai

(6) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menandatangani surat laporan daftar TP/TGR ke Sesjen Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan

65

Page 83: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

(16) Kabag Keuangan membuat surat pengantar kepada Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes atau kepada yang bersangkutan untuk menyelesaikan TPTGR

(13) Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran memproses dan memberikan tanggapan kepada Menteri Kesehatan

(14) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan tanggapan Menteri Keuangan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(15) Sesditjen Binfar dan Alkes menerima dan meneruskan ke Bagian Keuangan

(18) Unit Kerja yang bersangkutan atau yang bersangkutan menyelesaikan TP/TGR sesuai ketentuan yang berlaku

(11) Menteri Kesehatan atau Setjen Depkes atas nama Menteri Kesehatan menandatangani surat ketetapan kepada yang bersangkutan (SK TM)

(12) Menteri Kesehatan membuat surat kepada Menteri Keuangan melaporkan kasus yang terjadi

(17) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menandatangani surat pengantar dan disampaikan kepada Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes dan kepada yang bersangkutan

66

Page 84: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

11

Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang NSPK dari para Direktur

(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang NSPK di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang NSPK

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang NSPK

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes tentang NSPK

(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Kepmenkes tentang NSPK

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang NSPK

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen

\

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang NSPK dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

69

Page 85: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

12

Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari para Direktur

(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing

(5)

Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Para Direktur

(11)

Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

72

Page 86: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

13

Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan Penetapan Kinerja di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur

(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan penetapan kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Penetapan Kinerja

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun Penetapan Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes

(3)

Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan Penetapan Kinerja dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan penetapan kinerja dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan penetapan kinerja

(4)

Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan penetapan kinerja

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja

(7)

Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

75

Page 87: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

14

Penyusunan Standar Operasional Prosedur di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur

(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan SOP di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) di bidang Binfar dan Alkes.

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes

(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes

(7) Para Direktur menyamwepaikan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang SOP di bidang Binfar dan Alkes dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

78

Page 88: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

15

Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti surat rekomendasi dan berkas persyaratan pemohon dari Dinkes Propinsi dan Badan POM/BBPOM.

(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.

(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun surat penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.

(3)

Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.

(5)

Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.

(8)

Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.

(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.

(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf konsep tanda persetujuan.

(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan.

(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF, dan PBBBF.

81

Page 89: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

16

Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti berkas persyaratan pemohon dan Surat Rekomendasi Izin Prinsip dari Badan POM

(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun surat penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

(3) Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.

(5) Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

(8) Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.

(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf tanda persetujuan.

(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional dan disampaikan ke Dirjen Binfar dan Alkes

(4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan.

(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.

83

Page 90: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

17

Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti berkas persyaratan pemohon.

(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(4) Pelaksanaan Koordinasi dengan Ditwas NAPZA Badan POM untuk Analisa Hasil Pengawasan

(3) Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.

(5) Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.

(8) Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.

(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf tanda persetujuan.

(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes

(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

85

Page 91: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA

(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI

(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR

(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN

(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI

(Consulting) PEMBERI INFORMASI

(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN

(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

18

Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur

(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang NSPK di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan

(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Kepmenkes

( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Binfar dan Alkes

(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing

(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Setditjen Binfar dan Alkes

(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes

(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Para Direktur

(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes

(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing

(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing

(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Kepmenkes

(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes

(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen

(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan

88

Page 92: TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf · Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

BAB V PENUTUP

Pedoman Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

diharapkan dapat memberikan kejelasan peran, fungsi dan kewenangan masing-masing unit

kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan.

Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah mengikuti perubahan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi,

kebijakan Pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan . Untuk itu Pedoman Tahubja ini harus

dievaluasi secara berkala.

Mudah-mudahan pedoman ini sebagai acuan bagi unit terkait dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsi khususnya dalam penyusunan rencana kebijakan dan program di lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.