lampiran keputusan menteri kesehatan …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_rev.pedoman... ·...

36
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1121/MENKES/SK/XII/2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008 PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 memberikan landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak lain yang terkait. Kebijakan Obat Nasional (KONAS) 2006 sebagai penjabaran lebih lanjut dari SKN-2004, dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan obat. 3

Upload: vutu

Post on 05-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR : 1121/MENKES/SK/XII/2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Obat dan perbekalan kesehatan merupakan komponen yang tak tergantikan

dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial

merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat

esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan

kesehatan baik publik maupun swasta.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 memberikan landasan, arah dan

pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh

penyelenggara kesehatan, baik pemerintah pusat, provinsi dan

kabupaten/kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak lain yang

terkait.

Kebijakan Obat Nasional (KONAS) 2006 sebagai penjabaran lebih lanjut dari

SKN-2004, dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan

pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari

tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan

mengutamakan penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses serta

kerasionalan penggunaan obat.

3

Page 2: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya

agar memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu

masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan penyalahgunaan

obat.

Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas

Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa pengadaan dan

distribusi obat dan perbekalan kesehatan dalam rangka menjamin

ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh

Menkes RI dapat dilakukan dengan penunjukan langsung.

Berdasarkan hal tersebut di atas dipandang perlu untuk menyesuaikan

Pedoman Teknis Pengadaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Untuk

Pelayanan Kesehatan Dasar yang sudah ada, mengacu kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan pengadaan

barang/jasa bagi instansi pemerintah.

B. Tujuan.

1. Tujuan Umum.

Tersedianya pedoman teknis sebagai acuan perencanaan dan

pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di pusat, provinsi dan

kabupaten/kota.

2. Tujuan Khusus.

a. Terlaksananya perencanaan kebutuhan dan pengadaan obat dan

perbekalan kesehatan secara tepat waktu, jenis dan jumlah.

b. Tercapainya penggunaan alokasi dana obat dan perbekalan

kesehatan untuk unit pelayanan kesehatan dasar secara efektif

dan efisien.

4

Page 3: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

c. Terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di unit

pelayanan kesehatan dasar.

C. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup pedoman teknis ini meliputi perencanaan dan pengadaan

obat dan perbekalan kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan,

Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota.

D. Definisi

1. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

termasuk produk biologi

2. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

3. Instalasi farmasi adalah Unit Pengelola Obat atau Unit Pengelola

Teknis yang mengelola obat dan perbekalan kesehatan di Provinsi

atau Kabupaten/Kota.

4. Buffer Stok Nasional adalah obat dan perbekalan kesehatan

yang disediakan sebagai stok penyangga di tingkat nasional

yang diprioritaskan untuk mengatasi kekosongan obat di unit

pelayanan kesehatan sektor publik, untuk kejadian luar biasa

(KLB), bencana berskala nasional, serta untuk kebutuhan dari

komponen masyarakat untuk memperluas jangkauan dan

pemerataan pelayanan kesehatan.

5

Page 4: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

5. Buffer Stok Provinsi adalah obat dan perbekalan kesehatan

yang disediakan sebagai stok penyangga di tingkat provinsi

yang diprioritaskan untuk mengatasi kekosongan obat di unit

pelayanan kesehatan sektor publik, untuk KLB dan bencana

berskala provinsi.

6. Buffer Stok Kabupaten/Kota adalah obat dan perbekalan

kesehatan yang disediakan sebagai stok penyangga di tingkat

kabupaten/kota yang diprioritaskan untuk mengatasi

kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan sektor publik,

untuk KLB dan bencana berskala kabupaten/kota.

7. Sisa Stok adalah jumlah sisa obat yang masih tersedia di unit

pengelola obat pada akhir periode distribusi.

8. Stok Awal Persediaan adalah sisa stok pada akhir bulan

sebelumnya pada periode tertentu.

9. Kekosongan Obat adalah lamanya kekosongan obat dihitung

dalam hari.

10. Pemakaian Rata-Rata adalah jumlah pemakaian obat di unit

pengelola obat dalam periode waktu tertentu dibagi jumlah unit

waktu per-periode. Misalnya pemakaian rata-rata tahun 2007

adalah pemakaian obat dalam satu tahun dibagi 12 bulan.

11. Waktu Tunggu adalah waktu yang dihitung mulai dari permintaan

obat oleh unit pengelola obat sampai dengan penerimaan obat.

II. PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi yang

menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.

6

Page 5: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Tujuan perencanaan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan

perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan

dasar.

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar

(PKD) dibiayai melalui berbagai sumber anggaran. Berbagai sumber anggaran

yang membiayai pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tersebut antara lain :

a. APBN : Program Kesehatan, Program Pelayanan Keluarga Miskin

b. APBD I

c. Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD II

d. Sumber-sumber lain.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, mutlak diperlukan koordinasi dan

keterpaduan dalam hal perencanaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan,

sehingga pembentukan tim perencanaan obat terpadu adalah merupakan suatu

kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana

melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan

masalah obat di setiap kabupaten/kota.

A. Manfaat Perencanaan Obat Terpadu.

1. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.

2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan.

3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.

4. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.

5. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.

6. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.

B. Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu.

Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di Kabupaten/Kota

dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

1. Susunan Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

Terpadu Kabupaten/Kota.

7

Page 6: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Tim Perencanaan Terpadu terdiri dari :

Ketua : Kepala Bidang yang membawahi program

kefarmasian di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Sekretaris : Kepala Unit Pengelola Obat Kabupaten/Kota atau

Kepala Seksi Farmasi yang menangani kefarmasian Dinas

Kesehatan.

Anggota : Terdiri dari unsur-unsur unit terkait:

1) Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota

2) Unsur Program yang terkait di Dinkes Kab/Kota

3) Unsur lainnya

2. Tugas dan Fungsi Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan

Kesehatan Terpadu :

a. Ketua mengkoordinasikan kegiatan Tim Teknis Perencanaan Obat

dan Perbekalan Kesehatan Terpadu.

b. Sekretaris mempersiapkan daftar perencanaan dan pengadaan

kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan.

c. Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi

ketersediaan dana APBD yang dialokasikan untuk obat dan

perbekalan kesehatan.

d. Unsur Pelaksana Program Kesehatan di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota memberikan informasi data atau target sasaran

program kesehatan.

3. Kegiatan Tim Perencanaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Terpadu.

Tim perencanaan obat dan perbekalan kesehatan terpadu melaksanakan

pertemuan-pertemuan sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota

untuk membahas :

a. Evaluasi semua aspek pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

tahun sebelumnya.

8

Page 7: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

b. Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan anggaran, jumlah

pengadaan dan sisa persediaan di kabupaten/kota.

c. Rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota

didasarkan atas hasil estimasi kebutuhan obat untuk unit pelayanan

kesehatan dasar dan program kesehatan untuk tahun berikutnya

yang ditetapkan berdasarkan data yang disampaikan oleh unit

pelayanan kesehatan.

d. Rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan tersebut

dibahas pada rapat tim untuk penyempurnaan perencanaan

kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan.

e. Hasil rapat adalah disepakatinya jenis dan jumlah obat dan

perbekalan kesehatan yang dibutuhkan, serta jumlah kebutuhan

dana untuk tahun anggaran yang akan dilaksanakan, sekaligus

sebagai masukan dalam Rakorbang kabupaten/kota untuk

mendapatkan pemecahan masalah mengenai kebutuhan dana.

f. Pertemuan terakhir dilaksanakan setelah gambaran alokasi dari

berbagai sumber anggaran diketahui.

4. Langkah-Langkah Perencanaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan

Terpadu, yaitu:

a. Penyusunan Rencana Kerja Operasional (Plan of Action).

Agar kegiatan dalam perencanaan pengadaan obat dan perbekalan

kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang

ditetapkan, maka perlu ditetapkan jadwal kegiatan yang selanjutnya

disajikan dalam Rencana Kerja Operasional (Plan of Action) untuk

perencanaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di

kabupaten/kota.

9

Page 8: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

b. Penyusunan Rencana Kerja Operasional dengan jenis kegiatan

dimulai dari persiapan Perencanaan, Pelaksanaan Perencanaan

dan Pengendalian Perencanaan yang dilanjutkan dengan

Penyusunan Rencana Kerja Operasional untuk pengadaan, juga

dimulai dari Persiapan Pengadaan, Pelaksanaan Pengadaan dan

Pengendalian Pengadaan dengan menggunakan (formulir 1), dan

masing-masing kolom diisi :

Kolom 1 : Nomor urut kegiatan.

Kolom 2 : Jenis kegiatan pokok yang akan dilaksanakan.

Kolom 3 : Uraian dari masing-masing kegiatan pokok.

Kolom 4 : Pelaksana/Penanggungjawab kegiatan.

Kolom 5 : Instansi terkait.

Kolom 6 s/d 17: Waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan.

c. Melaksanakan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan.

C. Proses Perencanaan Obat.

Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang

disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah

menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik

perhitungan tertentu.

1. Tahap Pemilihan Obat.

Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar

diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan

perencanaan obat yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar

seleksi kebutuhan obat yang meliputi :

a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan.

10

Page 9: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis

obat dengan indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita

memilih berdasarkan Drug of Choice dari penyakit yang

prevalensinya tinggi.

c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi

yang lebih baik.

d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut

mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

Kriteria pemilihan obat :

Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang

dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu :

a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi

penyakit.

b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti

ilmiah.

c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal.

d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas

maupun bioavailabilitasnya.

e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang

baik.

f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang

serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang :

• Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.

• Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan.

• Stabilitas yang paling baik.

• Paling mudah diperoleh.

11

Page 10: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

g. Harga terjangkau.

h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan :

a. Kontra Indikasi.

b. Peringatan dan Perhatian.

c. Efek Samping.

d. Stabilitas.

Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum

dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada

harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.

2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat.

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit

pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan

Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Contoh Formulir LPLPO (Formulir 2 ).

Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk

menghitung stok optimum.

Informasi yang diperoleh adalah :

a. Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan

kesehatan/puskesmas pertahun.

b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian

setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.

c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat

Kabupaten/Kota secara periodik.

12

Page 11: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Kegiatan yang harus dilakukan :

Pengisian formulir kompilasi pemakaian obat (formulir 3) dengan cara:

Jenis obat : Nama obat disertai kekuatan dan jenis preparatnya.

Contoh : Amoksisillin 500 mg kaplet.

Kolom 1 : Nomor urut unit pelayanan kesehatan dalam daftar

Kolom 2 : Nama unit pelayanan kesehatan yang dilayani oleh

Unit Pengelola Obat Kab/Kota.

Kolom 3 s/d 14 : Data pemakaian obat bersangkutan di masing-

masing unit pelayanan kesehatan (UPK) termasuk

perhitungan untuk menutup kekosongan obat di

tingkat unit pelayanan kesehatan. Data diperoleh

dari kolom pemakaian (7) dari formulir LPLPO yang

dilaporkan oleh unit pelayanan kesehatan.

Kolom 15 : Jumlah kolom (3) sampai dengan kolom (14).

Kolom 16 : Data pemakaian rata-rata obat per-bulan (kolom 15

dibagi dengan 12).

Kolom 17 : Persentase masing-masing kolom (15) terhadap

total kolom (15), dilakukan pada akhir tahun.

Baris lain-lain : Digunakan untuk mencatat pemakaian obat diluar

keperluan distribusi rutin ke masing-masing UPK.

13

Page 12: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Hal ini mencakup pengeluaran obat untuk

memenuhi keperluan kegiatan sosial oleh sektor

lain, misalnya : kejadian luar biasa (KLB), bencana

alam, dll.

3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.

Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara

tepat. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan

metode konsumsi dan atau metode morbiditas.

a. Metode Konsumsi

Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data

konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat

yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

1). Pengumpulan dan pengolahan data.

2). Analisa data untuk informasi dan evaluasi.

3). Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

4). Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan,

perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun

sebelumnya atau lebih.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode

konsumsi:

1). Daftar obat.

2). Stok awal.

3). Penerimaan.

4). Pengeluaran.

5). Sisa stok.

6). Obat hilang/rusak, kadaluarsa.

14

Page 13: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

7). Kekosongan obat.

8). Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.

9). Waktu tunggu.

10). Stok pengaman.

11). Perkembangan pola kunjungan.

Contoh perhitungan dengan Metode Konsumsi :

Selama tahun 2007 (Januari – Desember) pemakaian parasetamol

tablet sebanyak 2.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10

(sepuluh) bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan.

Sisa stok per 31 Desember 2007 adalah 100.000 tablet.

a. Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2007

adalah 2.500.000 tablet / 10 ═ 250.000 tablet.

b. Pemakaian Parasetamol tahun 2007 (12 bulan) = 250.000 tablet x

12 = 3.000.000 tablet.

c. Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20%

(termasuk untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan

kunjungan). Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20%

= 20% x 3.000.000 tablet = 600.000 tablet.

d. Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan.

Misalkan leadtime diperkirakan 3 bulan = 3 x 250.000 tablet =

750.000 tablet.

e. Kebutuhan Parasetamol tahun 2007 adalah = b + c + d, yaitu :

3.000.000 tablet + 600.000 tablet + 750.000 tablet =

4.350.000 tablet.

f. Rencana pengadaan Parasetamol untuk tahun 2008 adalah: hasil

perhitungan kebutuhan (e) – sisa stok = 4.350.000 tablet – 100.000

tablet = 4.250.000 tablet = 4250 kaleng/botol @ 1000 tablet.

15

Page 14: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Rumus :

A = Rencana pengadaan

B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan

C = Stok pengaman 10 % – 20 %

D = Waktu tunggu 3 – 6 bulan A = ( B+C+D) - E

E = Sisa stok

b. Metode Morbiditas.

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan

pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah

perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.

Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :

1). Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok

umur - penyakit.

Kegiatan yang harus dilakukan :

Pengisian (formulir 4) terlampir dengan masing-masing kolom

diisi:

Kolom 1 : Nomor urut.

Kolom 2 : Nomor kode penyakit.

Kolom 3 : Nama jenis penyakit diurutkan dari atas

dengan jumlah paling besar.

Kolom 4 : Jumlah penderita anak dibawah 5 tahun.

Kolom 5 : Jumlah penderita dewasa.

Kolom 6 : Jumlah total penderita anak dan dewasa.

2). Menyiapkan data populasi penduduk.

Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan

berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara :

• 0 s/d 4 tahun.

• 5 s/d 14 tahun.

16

Page 15: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

• 15 s/d 44 tahun.

• ≥ 45 tahun.

3). Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk

seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

4). Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun

untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

5). Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian

obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

6). Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran

yang akan datang

Contoh perhitungan Metode Morbiditas :

1). Menghitung masing-masing obat yang diperlukan per penyakit.

Sebagai contoh pada pedoman pengobatan untuk penyakit diare

akut pada orang dewasa dan anak-anak digunakan obat oralit

dengan perhitungan sebagai berikut :

Anak-anak :

Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkus oralit @

200 ml. Jumlah episode 18.000 kasus. Maka jumlah oralit

yang diperlukan = 18.000 x 15 bungkus = 270.000

bungkus @ 200 ml.

Dewasa :

Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit @ 1 liter.

Jumlah episode 10,800 kasus. Maka jumlah oralit yang

diperlukan = 10.800 x 6 bungkus = 64.800 bungkus @ 1000

ml / 1 liter

17

Page 16: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

2). Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat (hasil

langkah a). Sebagai contoh :

Tetrasiklin kapsul 250 mg digunakan pada berbagai kasus

penyakit. Berdasarkan langkah pada butir a, diperoleh obat untuk

:

Kolera diperlukan = 3.000 kapsul

Disentri diperlukan = 5.000 kapsul

Amubiasis diperlukan = 1.000 kapsul

Infeksi saluran kemih = 2.000 kapsul

Penyakit kulit diperlukan = 500 kapsul

Jumlah Tetrasiklin diperlukan = 11.500 kapsul

4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan obat secara

komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan

jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber

anggaran.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang. Stok

akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu

dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok

pengaman.

b. Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun

yang akan datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun

yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a = b + c + d – e - f

a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan

datang.

18

Page 17: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa

periode berjalan (sesuai tahun anggaran yang

bersangkutan).

c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.

d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok

pengaman).

e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember

tahun sebelumnya di unit pengelola obat.

f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari

s/d Desember ).

c. Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan

cara :

1). Melakukan analisis ABC – VEN.

2). Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan

dengan anggaran yang tersedia.

d. Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran

dengan melakukan kegiatan :

1). Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat

berdasarkan sumber anggaran.

2). Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat

terhadap masing-masing sumber anggaran.

3). Menghitung persentase anggaran masing-masing obat

terhadap total anggaran dari semua sumber.

e. Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan

menggunakan formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat

( formulir 5 ) maka masing-masing kolom diisi :

Kolom 1 : Nomor urut obat dan perbekalan kesehatan dalam daftar

Kolom 2 : Nama obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan daftar

Kolom 3 : Satuan kemasan masing-masing obat dan perbekalan kesehatan

Kolom 4 : Jenis Kemasan masing-masing obat dan perbekalan kesehatan

19

Page 18: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Kolom 5 : Stok awal pada 1 Januari (hasil perhitungan sisa stok per 31 Desember) di semua sumber

Kolom 6 : Stok awal di seluruh Puskesmas pada 1 Januari (hasil perhitungan sisa stok per 31 Desember)

Kolom 7 : Jumlah kolom 5 + kolom 6

Kolom 8 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan

yang akan masuk ke instalasi farmasi yang

berasal dari sumber anggaran APBD

Kolom 9 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan

yang akan masuk ke instalasi farmasi yang

berasal dari anggaran obat Askes

Kolom 10 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan

yang akan masuk ke Instalasi Farmasi yang

berasal dari anggaran obat Program

Kolom 11 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan

yang akan masuk ke Instalasi Farmasi yang

berasal dari anggaran PKPS

Kolom 12 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan

yang akan masuk ke Instalasi Farmasi yang

berasal dari anggaran lain-lain

Kolom 13 : Jumlah kolom 8 hingga 12

Kolom 14 : Jumlah persediaan obat dan perbekalan

kesehatan Instalasi Farmasi pada periode

yang berjalan yang merupakan

penjumlahan dari kolom 8 sampai dengan

kolom 12

Kolom 15 : Jumlah pemakaian rata-rata masing-masing

obat dan perbekalan kesehatan di seluruh

Instalasi Farmasi setiap bulan

Kolom 16 : Ketersediaan obat = hasil pembagian kolom

14 dengan kolom 15

Kolom 17 : Jumlah total kebutuhan obat dan

perbekalan kesehatan periode akan datang

yang merupakan hasil perkalian kolom 14

20

Page 19: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

dengan koefisien tertentu misalnya 18

(Untuk 18 Bulan)

Kolom 18 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang pengadaannya

menggunakan anggaran APBD

Kolom 19 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang pengadaannya

menggunakan anggaran Askes

Kolom 20 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang pengadaannya

menggunakan anggaran Program

Kolom 21 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang pengadaannya

menggunakan anggaran Buffer stok

Nasional

Kolom 22 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang pengadaannya

menggunakan anggaran lain-lain

Kolom 23 : Jumlah pengadaan obat dan perbekalan

kesehatan yang angkanya didapat dari hasil

penambahan kolom 18 sampai dengan

kolom 22

Kolom 24 : Harga obat dan perbekalan kesehatan per

kemasan untuk masing-masing obat dan

perbekalan kesehatan yang datanya diambil

dari Daftar Harga Obat PKD atau Obat

Program Kesehatan tahun berjalan

Kolom 25 : Total harga yang merupakan perkalian

antara kolom 18 dengan 24

Kolom 26 : Total harga yang merupakan perkalian

antara kolom 19 dengan kolom 24

Kolom 27 : Total harga yang merupakan perkalian

antara kolom 20 dengan 24

Kolom 28 : Total harga yang merupakan perkalian

21

Page 20: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

antara kolom 21 dengan kolom 24

Kolom 29 : Total harga pengadaan obat yang

merupakan perkalian antara kolom 22

sampai dengan kolom 24

Kolom 30 : Total harga pengadaan obat yang

merupakan penjumlahan kolom 25 sampai

29

5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat.

Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan

jumlah dana yang tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah

rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah

kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.

Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat adalah dengan

cara :

a. Analisa ABC.

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang

paling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya

diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari

pengamatan terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian

besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan, 10% dari

jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan sisanya

sekitar 90% jenis/item obat menggunakan dana sebesar 30%.

Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat

berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu : Kelompok A :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari

jumlah dana obat keseluruhan.

Kelompok B :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.

22

Page 21: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Kelompok C :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari

jumlah dana obat keseluruhan.

Langkah-Langkah menentukan kelompok A, B dan C.

1). Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing

obat dengan cara mengalikan kuantum obat dengan harga

obat

2). Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya

sampai yang terkecil

3). Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan

4). Hitung kumulasi persennya

5). Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%

6). Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%

7). Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s/d 100%

b. Analisa VEN.

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana

obat yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang

didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua

jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan

kedalam tiga kelompok berikut :

Kelompok V :

Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam kelompok

ini antara lain :

Obat penyelamat (life saving drugs).

Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll).

Obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian

terbesar.

23

Page 22: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Kelompok E :

Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja

pada sumber penyebab penyakit. Kelompok N :

Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan

biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk

mengatasi keluhan ringan.

Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :

a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana

yang tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau

dikurangi dapat didasarkan atas pengelompokan obat

menurut VEN.

b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk

kelompok V agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.

Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu

kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu

tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi

dan kebutuhan masing-masing wilayah.

Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:

• Klinis

• Konsumsi

• Target kondisi

• Biaya

Langkah-langkah menentukan VEN

• Menyusun kriteria menentukan VEN

• Menyediakan data pola penyakit

• Merujuk pada pedoman pengobatan

24

Page 23: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

D. Proses Perencanaan Perbekalan Kesehatan. Proses perencanaan pengadaan perbekalan kesehatan diawali dengan

kompilasi data yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh Instalasi Farmasi

kabupaten/kota diolah menjadi rencana kebutuhan perbekalan kesehatan

dengan menggunakan teknik-teknik perhitungan. 1. Tahap Pemilihan Perbekalan Kesehatan.

Fungsi pemilihan perbekalan kesehatan adalah untuk menentukan

perbekalan kesehatan yang benar-benar diperlukan sesuai dengan

kebutuhan dan dapat melindungi masyarakat dari bahaya yang

disebabkan oleh penggunaan yang tidak tepat dan atau yang tidak

memenuhi persyaratan mutu manfaat dan keamanan.

a. Perbekalan kesehatan dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan

statistik dan membantu fungsi pencapaian efek terapi.

b. Perbekalan kesehatan yang digunakan sesuai dengan kemajuan

pengetahuan dan teknologi.

Kriteria pemilihan perbekalan kesehatan :

Kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan perbekalan

kesehatan adalah memenuhi persyaratan mutu manfaat dan keamanan

sebagaimana dimaksud dalam Farmakope Indonesia, Standar Nasional

Indonesia (SNI), dan standar lain yang ditetapkan oleh ketentuan yang

berlaku.

a. Perbekalan kesehatan memiliki keamanan dan membantu

pengobatan yang didukung dengan bukti ilmiah.

b. Perbekalan kesehatan memiliki manfaat yang maksimal dengan

resiko yang minimal.

c. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki manfaat yang

serupa maka pilihan diberikan kepada perbekalan kesehatan yang :

25

Page 24: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

• Kemanfaatannya paling banyak diketahui berdasarkan data

ilmiah.

• Kualitas dan stabilitas perbekalan kesehatan setelah

diedarkan yang paling baik.

• Telah terregistrasi.

• Paling mudah diperoleh.

• Harga terjangkau.

Pemilihan perbekalan kesehatan berpedoman pada daftar dan

harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.

2. Tahap Kompilasi Pemakaian Perbekalan Kesehatan.

Kompilasi pemakaian perbekalan kesehatan adalah rekapitulasi data

pemakaian perbekalan kesehatan di unit pelayanan kesehatan yang

bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO). Kompilasi pemakaian perbekalan kesehatan dapat digunakan

sebagai dasar untuk menghitung stok optimum.

Informasi yang diperoleh adalah :

a. Pemakaian tiap jenis perbekalan kesehatan pada masing-masing

unit pelayanan kesehatan/puskesmas pertahun.

b. Persentase pemakaian tiap jenis perbekalan kesehatan terhadap

total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan

kesehatan/puskesmas.

c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis perbekalan kesehatan untuk

tingkat Kabupaten/Kota secara periodik.

Pengisian formulir kompilasi pemakaian perbekalan kesehatan dengan

cara seperti pada formulir kompilasi pemakaian obat (formulir 3).

26

Page 25: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Perbekalan Kesehatan.

Perencanaan kebutuhan perbekalan kesehatan perlu dilakukan

perhitungan secara tepat. Perhitungan kebutuhan perbekalan kesehatan

dapat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi.

Metode Konsumsi

Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data

konsumsi perbekalan kesehatan tahun sebelumnya. Untuk menghitung

jumlah yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1). Pengumpulan dan pengolahan data.

2). Analisa data untuk informasi dan evaluasi.

3). Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan kesehatan perbekalan

kesehatan.

4). Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan kesehatan dengan

alokasi dana.

Untuk memperoleh data kebutuhan perbekalan kesehatan yang

mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian perbekalan

kesehatan 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode

konsumsi :

1). Daftar perbekalan kesehatan

2). Stok awal

3). Penerimaan

4). Pengeluaran

5). Sisa stok

6). Perbekalan kesehatan hilang/rusak, kadaluarsa

7). Kekosongan perbekalan kesehatan

8). Pemakaian rata-rata/pergerakan perbekalan kesehatan pertahun

27

Page 26: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

9). Waktu tunggu

10). Stok pengaman

11). Perkembangan pola kunjungan

Contoh perhitungan dengan Metode Konsumsi :

Selama tahun 2007 (Januari – Desember) pemakaian perbekalan

kesehatan (alat suntik 1 ml) sebanyak 2.500.000 pcs untuk pemakaian

selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua)

bulan. Sisa stok per 31 Desember 2007 adalah 100.000 pcs.

1) Pemakaian rata-rata perbekalan kesehatan perbulan tahun 2007

adalah: 2.500.000 pcs / 10 ═ 250.000 pcs..

2) Pemakaian Perbekalan kesehatan tahun 2007 (12 bulan) = 250.000

pcs x 12 = 3.000.000 pcs.

3) Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20% (termasuk

untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan kunjungan). Misalkan

berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20% = 20% x 3.000.000 pcs. =

600.000 pcs,.

4) Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan. Misalkan

leadtime diperkirakan 3 bulan = 3 x 250.000 pcs. = 750.000 pcs.

5) Kebutuhan perbekalan kesehatan tahun 2007 adalah = b + c + d, yaitu

: 3.000.000 pcs. + 600.000 pcs.+ 750.000 pcs. = 4.350.000 pcs.

Rencana pengadaan Perbekalan kesehatan untuk tahun 2008 adalah:

hasil perhitungan kebutuhan (e) – sisa stok = 4.350.000 pcs – 100.000

pcs = 4.250.000 pcs = 4250 pcs/dos @ 1000 pcs.

28

Page 27: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Rumus

A = Rencana pengadaan

B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan A = ( B+C+D) - E

C = Stok pengaman 10 – 20 %

D = Waktu tunggu 3 – 6 bulan

E = Sisa stok

4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Perbekalan Kesehatan.

Proyeksi Kebutuhan Perbekalan Kesehatan adalah perhitungan

kebutuhan perbekalan kesehatan secara komprehensif dengan

mempertimbangkan data pemakaian perbekalan kesehatan dan jumlah

sisa stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber

anggaran.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a). Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang. Stok

akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu

dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok

pengaman.

b). Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan perbekalan kesehatan

periode tahun yang akan datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan

perbekalan kesehatan tahun yang akan datang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a = b + c + d – e - f

a = Perkiraan kebutuhan pengadaan perbekalan kesehatan

tahun yang akan datang

b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa

periode berjalan (sesuai tahun anggaran yang

bersangkutan)

c = Kebutuhan perbekalan kesehatan untuk tahun yang akan

datang

29

Page 28: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman)

e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember

tahun sebelumnya di unit pengelola perbekalan kesehatan.

f = Rencana penerimaan perbekalan kesehatan pada periode

berjalan ( Januari s/d Desember )

c). Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan perbekalan

kesehatan dengan cara:

1) Melakukan analisis ABC.

2) Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan

dengan anggaran yang tersedia.

d). Pengalokasian kebutuhan perbekalan kesehatan berdasarkan

sumber anggaran dengan melakukan kegiatan :

1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing

perbekalan kesehatan berdasarkan sumber anggaran.

2) Menghitung persentase belanja untuk masing-masing

perbekalan kesehatan terhadap masing-masing sumber

anggaran.

3) Menghitung persentase anggaran masing-masing perbekalan

kesehatan terhadap total anggaran dari semua sumber.

e). Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan perbekalan

kesehatan, dengan menggunakan formulir lembar kerja

perencanaan pengadaan perbekalan kesehatan dan masing-masing

kolom diisi mengacu pada formulir lembar kerja perencanaan

pengadaan obat (Formulir 5).

30

Page 29: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Perbekalan Kesehatan.

Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan perbekalan

kesehatan dengan jumlah dana yang tersedia maka informasi yang

didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing

jenis perbekalan kesehatan dan jumlah kemasan, untuk rencana

pengadaan perbekalan kesehatan tahun yang akan datang.

Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan perbekalan kesehatan

adalah dengan cara :

a. Analisa ABC.

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan perbekalan

kesehatan, yang paling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi

pertahun hanya diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai

contoh, dari pengamatan terhadap pengadaan perbekalan

kesehatan dijumpai bahwa sebagian besar dana perbekalan

kesehatan (70%) digunakan untuk pengadaan, 10% dari jenis/item

perbekalan kesehatan yang paling banyak digunakan sedangkan

sisanya sekitar 90% jenis/item perbekalan kesehatan

menggunakan dana sebesar 30%.

Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item perbekalan

kesehatan berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:

Kelompok A :

Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar

70% dari jumlah dana perbekalan kesehatan keseluruhan.

31

Page 30: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Kelompok B :

Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar

20%. Kelompok C :

Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar

10% dari jumlah dana perbekalan kesehatan keseluruhan.

Langkah-Langkah menentukan kelompok A, B dan C :

1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing

perbekalan kesehatan dengan cara mengalikan kuantum

perbekalan kesehatan dengan harga perbekalan kesehatan.

2) Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya

sampai yang terkecil.

3) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.

4) Hitung kumulasi persennya.

5) Perbekalan kesehatan kelompok A termasuk dalam kumulasi

70%.

6) Perbekalan kesehatan kelompok B termasuk dalam kumulasi

> 70% s/d 90%.

7) Perbekalan kesehatan kelompok C termasuk dalam kumulasi

> 90% s/d 100%.

III. PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD dapat

dilaksanakan dengan efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak

diskriminatif dan akuntabel.

32

Page 31: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

Penunjukan langsung adalah salah satu metode pengadaan barang/jasa

pemerintah sesuai Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, disamping beberapa

metode pengadaan barang/jasa, yaitu : lelang, pemilihan langsung, maupun

swakelola.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007 bahwa pekerjaan

pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka

menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan dimasukkan kedalam kriteria barang/jasa khusus. Pelaksanaan

pengadaan barang/jasa khusus dapat dilakukan dengan metode penunjukan

langsung.

Tujuan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah :

1. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang

cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.

2. Mutu obat dan perbekalan kesehatan terjamin.

3. Obat dan perbekalan kesehatan dapat diperoleh pada saat diperlukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat perbekalan kesehatan

adalah :

1. Kriteria obat dan perbekalan kesehatan

2. Persyaratan pemasok

3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat

4. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan

5. Pemantauan status pesanan

33

Page 32: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

A. Kriteria Obat dan Perbekalan Kesehatan.

1. Kriteria Umum.

a. Obat termasuk dalam daftar obat Pelayanan Kesehatan Dasar

(PKD), obat program kesehatan, obat generik yang tercantum

dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku. b. Obat dan perbekalan kesehatan telah memiliki izin edar atau Nomor

Registrasi dari Departemen Kesehatan RI/Badan POM. c. Batas kadaluwarsa obat dan perbekalan kesehatan pada saat

diterima oleh panitia penerimaan minimal 24 (dua puluh empat)

bulan. d. Khusus untuk vaksin dan preparat biologis ketentuan kadaluwarsa

diatur tersendiri. e. Obat dan perbekalan kesehatan memiliki Sertifikat Analisa dan uji

mutu yang sesuai dengan Nomor Batch masing-masing produk. f. Obat diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki Sertifikat

CPOB untuk masing-masing jenis sediaan yang dibutuhkan.

2. Kriteria mutu obat dan perbekalan kesehatan.

Mutu dari obat dan perbekalan kesehatan harus dapat

dipertanggungjawabkan. Kriteria mutu obat dan perbekalan kesehatan

adalah sebagai berikut :

a. Persyaratan mutu obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai

dengan persyaratan mutu yang tercantum dalam Farmakope

Indonesia edisi terakhir dan persyaratan lain sesuai peraturan yang

berlaku.

b. Industri Farmasi bertanggungjawab terhadap mutu obat hasil

produksinya. melalui pemeriksaan mutu (Quality Control) yang

dilakukan oleh Industri Farmasi.

34

Page 33: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

B. Persyaratan Pemasok.

Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi kualitas dan

kuantitas obat dan perbekalan kesehatan. Persyaratan pemasok antara lain :

1. Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi ( PBF ) yang masih berlaku.

Pedagang Besar Farmasi terdiri pusat maupun cabang. Izin Pedagang

Besar Farmasi pusat dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sedangkan

izin untuk Pedagang Besar Farmasi Cabang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan Provinsi.

2. Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari Industri

Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

bagi masing-masing jenis sediaan obat yang dibutuhkan.

3. Pedagang Besar Farmasi harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang

pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya tepat waktu.

4. Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggungjawab Pedagang

Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan atau tindakan yang

berkaitan dengan profesi kefarmasian.

5. Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa

kontrak.

C. Penilaian Dokumen Data Teknis.

Penilaian dokumen data teknis antara lain :

1. Surat Ijin Edar (Nomor Registrasi) tiap produk yang ditawarkan.

Penilaian didasarkan atas kebenaran dan keabsahan Surat Ijin Edar

(Nomor Registrasi).

2. Sertifikat CPOB untuk tiap bentuk masing-masing jenis sediaan yang

ditawarkan. (Fotokopi yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dari

Industri Farmasi).

35

Page 34: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

3. Surat Dukungan dari Industri Farmasi untuk obat yang diproduksi dalam

negeri yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari Industri

farmasi (asli).

4. Surat Dukungan dari sole agent untuk obat yang tidak diproduksi di dalam

negeri yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari sole agent

tersebut (asli).

5. Surat pernyataan bersedia menyediakan obat dengan masa kadaluarsa

minimal 24 (dua puluh empat) bulan sejak diterima oleh panitia

penerimaan.

6. Surat Keterangan (referensi) pekerjaan dari Instansi Pemerintah/swasta

untuk pengadaan obat.

D. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat dan perbekalan kesehatan.

Waktu pengadaan dan kedatangan obat dari berbagai sumber anggaran perlu

ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data:

1. Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan obat dan

perbekalan kesehatan).

2. Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun anggaran.

3. Kapasitas sarana penyimpanan.

4. Waktu tunggu.

E. Pemantauan status pesanan.

Pemantauan status pesanan bertujuan untuk : 1. Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat ditingkatkan.

2. Pemantauan dapat dilakukan berdasarkan kepada sistem VEN.

3. Petugas Instalasi Farmasi memantau status pesanan secara berkala.

4. Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan dengan

memperhatikan :

36

Page 35: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

• Nama obat

• Satuan kemasan

• Jumlah obat diadakan

• Obat yang sudah diterima

• Obat yang belum diterima

F. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan.

Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar

obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan

dokumen yang menyertainya dilakukan oleh panitia penerima yang salah satu

anggotanya adalah tenaga farmasi.

Pemeriksaan mutu obat dilakukan secara organoleptik, khusus pemeriksaan

label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap tanggal kadaluarsa,

nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat yang diterima.

Pemeriksaan mutu obat secara organoleptik dilakukan meliputi:

Tablet : - kemasan dan label

- bentuk fisik (keutuhan, basah, lengket)

- warna, bau dan rasa

Tablet salut : - warna, bau dan rasa

- bentuk fisik (keutuhan, basah, lengket)

- kemasan dan label

Cairan : - warna, bau

- kejernihan, homogenitas

- kemasan dan label

Salep : - warna, konsistensi

- homogenitas

- kemasan dan label

Injeksi : - warna

- kejernihan untuk larutan injeksi

- homogenitas untuk serbuk injeksi

37

Page 36: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256300661_REV.PEDOMAN... · memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

- kemasan dan label

Sirup kering : - warna, bau, penggumpalan

- kemasan dan label

Suppositoria : - warna

- konsistensi

- kemasan dan label

Bila terjadi keraguan terhadap mutu obat dapat dilakukan pemeriksaan mutu di

Laboratorium yang ditunjuk pada saat pengadaan dan merupakan tanggung

jawab pemasok yang menyediakan.

IV. PENUTUP

Pedoman teknis perencanaan dan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman

teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan

kesehatan dasar sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan No. 1412/Menkes/SK/XI/2002.

Pedoman Teknis ini diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu perencanaan

dan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar

di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

MENTERI KESEHATAN,

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP (K)

38