laporan keterangan pertanggungjawaban · pdf file•angka kemiskinan juga alhamdulilliah...
TRANSCRIPT
NOTA PENGANTAR
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABANBUPATI SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010
Disampaikan pada rapat Paripurna DPRD KabupatenSumedang, Maret 2011
Bismillahhirrahmannirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sampurasun.
Yth. Saudara pimpinan dan para anggota DPRD Kabupaten Sumedang;
Yth. Unsur Pimpinan Daerah Kabupaten Sumedang serta Ketua Pengadilan Negeri
Sumedang;
Para Ulama, Budayawan, dan Sesepuh Sumedang, Pimpinan organisasi sosial politik,
organisasi kemasyarakatan, LSM, insan pers serta warga masyarakat Sumedang yang
saya cintai dan saya banggakan.
Hadirin undangan yang berbahagia,
Sebagai insan yang percaya bahwa segala sesuatu dapat terjadi hanya atas
berkat kudrat, irodat dan kehendak-Nya, sepatutnya kita senantiasa memanjatkan puji
dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tanpa terasa pada hari ini kembali saya menyampaikan sambutan pengantar
laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah tahun 2010 di hadapan Rapat Paripurna
DPRD.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya serta umatnya, seraya bermunajat
semoga kita semua termasuk ke dalam golongan pengikutnya yang senantiasa patuh
dan taat melaksanakan risalahnya.
Page 1
Syukur alhamdulilliah dalam kebersamaan dan kebersahajaan, dibalut dengan
nilai filosofis Sumedang Puseur Budaya Sunda ”Insul Medal, Insun Madangan” , saat ini
kita telah melewati tahun 2010 yang merupakan tahun kedua dari RPJMD Kabupaten
Sumedang tahun 2009-2013. “nete taraje, nincak hambalan” , menuju gerbang
peningkatan kualitas pelayanan dan kesejahteran masyarakat.
Dalam skenario pembangunan jangka menengah daerah, tahun kedua ini
merupakan fase penumbuhan yaitu sebuah fase dimana berbagai benih-benih
pembangunan derah yang telah kita semai bersama pada tahun sebelumnya melalui
fase konsolidasi, dapat hidup dan bertumbuh dengan baik di bumi Sumedang yang
sama-sama kita cintai ini atau dengan perspektif budaya sunda kita memaknainya
sebagai “bali geusan ngajadi”.
Pada fase penumbuhan ini banyak hal yang sudah kita capai bersama, terutama
pada aspek ekonomi makro daerah untuk capaian tahun 2009 yang dihitung pada tahun
2010 oleh badan pusat statistik (BPS), antara lain sebagai berikut :
• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumedang atau jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi, berdasarkan harga
berlaku mencapai Rp. 11,19 triliun atau meningkat 8,61 % dari tahun
sebelumnya sebesar Rp. 10,30 triliun;
• Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Sumedang juga menunjukan
trend positif, yaitu mencapai 4,76 % atau mengalami peningkatan sebesar 0,18
poin dari tahun sebelumnya sebesar 4,58 %. LPE Kabupaten Sumedang
tersebut berada diatas rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat yang baru mencapai
4,29 %;
• Sementara laju inflasi PDRB mengalami pelambatan menjadi sebesar 3,68 %
atau menurun drastis sebesar 5.35 poin dari tahun sebelumnya yang mencapai
9,03 %;
• Angka kemiskinan juga alhamdulilliah mengalami penurunan yang cukup berarti,
dari 15,18 % pada tahun sebelumnya menjadi 13.69 % atau mengalami
penurunan sebesar 1,49 poin. Sedangkan untuk angka pengangguran
perkembangannya kurang menggembirakan karena mengalami peningkatan
sebesar 0.8 poin, yaitu dari 8,96 % tahun sebelumnya menjadi 9,76 %;
• Disisi yang lain, pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Sumedang
memperlihatkan pertumbuhan yang cukup baik yaitu sebesar 7,34 % dari Rp.
9,54 juta pada tahun sebelumnya menjadi Rp. 10,24 juta atau meningkat
sebesar Rp. 700 ribu. Capain pendapatan perkapita tersebut melampaui
Kabupaten tetangga kita seperti Kabupaten Garut, Majalengka, Indramayu dan
Subang yang pada umumnya berada di kisaran Rp. 7 juta s/d Rp 9 juta per
tahunnya;
• Adapun untuk capain Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Sumedang berdasarkan standar perhitungan pemerintah pusat mencapai 72,14
atau meningkat 0,5 poin dari capaian tahun sebelumnya sebesar 71,68. Capaian
tersebut cukup membanggakan karena poosisi kita berada diatas rata-rata
capaian IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 71,64.
Capaian positif sebagaimana digambarkan diatas tentu harus kita syukuri
bersama, sehingga dapat memberikan motivasi dan inspirasi. Namun demikian, kita
juga harus waspada atau “caringcing pageuh kancing, saringset pageuh iket” karena
pada saat yang bersamaan kita juga dihadapkan pada berbagai isu strategis yang
menjadi tantangan bagi Kabupaten Sumedang, diantaranya adalah : kondisi
infrastruktur daerah yang masih terbatas, terutam jalan, jembatan, irigasi dan sarana air
bersih; kualitas manajemen pemerintahan daerah dan desa yang belum optimal; daya
beli masyarakat yang perlu terus ditingkatkan; kemiskinan dan pengangguran yang
harus dientaskan; dampak sosial budaya, ekonomi dan lingkungan hidup dari
pembangunan waduk Jatigede, Tol Cisumdawu serta pengembangan kawasan
Jatinangor dalam koridor Bandung Metropolitan Area; tingginya intensitas bencana
alam, terutama longsor dan banjir; serta pergeseran nilai-nilai dalam tatanan kehidupan
masyarakat sebagai dampak dari akulturasi budaya yang semakin mendunia.
Disisi lain, bangsa dan negara kita tengah dihadapkan pula pada tantangan
nyata era dunia datar (The World Is Flat) dengan telah diratifikasi perjanjian kerjasama
bebas Asia Tenggara dan China (Asean-China Free Trade Agreement) serta
perdagangan bebas Asia dan India (Asean-India Free Trade Agreement).
Konsekuensinya antara lain adalah beragam produk China dan India mulai membanjiri
beranda rumah kita. Apabila daerah tidak antisipatif dalam menghadapi dampak era
perdagangan tersebut, tentu kita sulit untuk menjadi subjek pembangunan yang akan
mendapatkan nilai tambah serta memetik manfaat utama dari persaingan global,
melainkan sebaliknya kita akan menjadi objek dari pembangunan itu sendiri karena
banyak tergantung pada keunggulan produk bangsa lain.
Hadirin yang berbahagia,
Kita semuanya pasti berkehendak bahwa kekuatan kapitalisme global serta
berbagai isu strategis tersebut tidak memporakporandakan tatanan praktik
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kabupaten
Sumedang. Sebaliknya tentu kita berharap bahwa tantangan tersebut dapat memicu
dan memacu produktvitas serta daya juang.daerah agar dapat menjadi “tuan di negeri
sendiri” serta memiliki eksistensi sosial, budaya dan ekonomi yang hakiki.
Page 3
Dalam perspektif umum, langkah nyata pemerintah daerah untuk menjawab
berbagai tantangan tersebut, telah dirumuskan secara terpadu dalam sebuah Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Sumedang Tahun 2010, dengan
mengambil tema “Akselerasi penanggulangan permasalahan sosial, budaya dan
ekonomi dengan ditopang semangat Sumedang Puseur Budaya Sunda”. RKPD
tersebut merupakan panduan konsepsional bagi segenap pemangku kepentingan di
daerah dalam proses pembangunan daerah selama kurun waktu satu tahun yang
berbasis pendekatan teknokratis, partisipatif dan politis top down dan bottom up
planning.
Syukur alhamdulillah, sepanjang tahun 2010 cukup banyak target kinerja
pembangunan daerah yang telah terbidik dengan baik. Dari 373 indikator target kinerja
pembangunan, sebanyak 282 indikator diantaranya atau sebesar 75,60 % telah terbidik
secara langsung, sengan rata-rata capaian akumulatif menembus angka 91,99 %.
Sebuah capaian yang signifikan apabila dihadapkan pada semakin terbatasnya alokasi
belanja langsung daerah atau diskresi daerah pada tahun anggaran 2010 dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan penurunan kualitas piskal daerah yang
menjadi fenomena umum dalam penyelenggaraan pembangunan nasional.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa upaya pencapaian berbagai target kinerja
pembangunan daerah di Kabupaten Sumedang, secara bertahap tapi pasti, bukan
hanya di akselerasi oleh pendanaan yang bersumber dari pemerintah semata tapi juga
oleh kearifan lokal melalui swadaya dan gotong royong masyarakat dengan sentuhan
spirit “ sareundeuk saigel, sabobot sapihanean”. Dengan demikian, kita dapat
menempatkan pendanaan dari pemerintah sebagai modal stimulatif pembangunan,
sementara modal utamanya bersumbar dari masyarakat. Pada gilirannya mudah-
mudahan semua agenda pembangunan daerah yang merupakan “tugas sejarah” bagi
kemanfaatan anak cucu kita kedepan, dapat kita tunaikan dengan baik atau “ rengse
pancen dipigawe, tuntas tugas dipilampah”.
Rapat paripurna DPRD yang kami hormati,
Dalam penyampaian kinerja pemerintah daerah, sesuai ketentuan pasal 16 PP
Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
kepada Pemerintah, LKPJ kepada DPRD dan Informasi LPPD kepada Masyarakat
penyusunannya mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
telah kami tetapkan melalui Peraturan Bupati Sumedang Nomor 60 Tahun 2009,
dimana kehadiran RKPD tahun 2010 ini merupakan operasionalisasi dari Peraturan
Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang tahun 2009-2013.
Pada pelaksanaan kinerja pemerintah daerah tahun kedua ini, sasaran kinerja
pemerintah daerah sepenuhnya berfokus untuk mewujudkan capaian visi dan misi yang
telah kita tetapkan dalam RPJMD Tahun 2009-2013. Visinya yakni :
“PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
SEBAGAI AKSELERASI PENCAPAIAN VISI SUMEDANG 2005-2025”.
Adapun Misinya meliputi :
1. Mewujudkan kualitas SDM aparatur dan masyarakat yang berakhlak mulia,
beretika, bermoral baik yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan YME;
2. Mewujudkan kualitas manajemen pemerintahan daerah yang semakin baik;
3. Mewujudkan ketahanan pangan dan perekonomian daerah yang tangguh yang
bertumpu pada potensi sumber daya daerah secara berkelanjutan;
4. Mewujudkan tata kelola lingkungan dan manajemen bencana yang semakin baik.
Sebagai penjabaran visi dan misi tersebut, kita telah bersepakat menggariskan 9
(sembilan) kebijakan dan 47 sasaran yang secara bertahap akan kami wujudkan hingga
berakhirnya kepemimpinan saya bersama Saudara Wakil Bupati Sumedang pada tahun
2013 mendatang. Kesembilan kebijakan utama pembangunan daerah tersebut.
meliputi :
1. Menciptakan sumber daya manusia Sumedang yang memiliki kompetensi,
unggul, berdaya saing dan beretika;
2. Memperbesar penciptaan peluang lapangan kerja serta menyiapkan tenaga kerja
terampil dan berjiwa wirausaha untuk kebutuhan lokal, dalam dan luar negeri;
3. Memberikan insentif dan disinsentif yang berbasis kompetensi kerja, serta
peningkatan fungsi dan peran kelembagaan pemerintah daerah, kecamatan,
kelurahan dan desa dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
4. Menjaga dan meningkatkan ketersediaan pangan daerah melalui intensifikasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi;
5. Meningkatkan produktivitas dan daya beli masyarakat, melalui penguatan
kelembagaan ekonomi rakyat;
6. Meningkatkan manajeman pengelolaan bencana melalui sistem tata kelola
penanganan bencana alam dan sosial;
7. Pelestarian lingkungan dan fungsi kawasan lindung;
8. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyediaan jaringan jalan dan jembatan,
irigasi, air bersih serta infrastruktur lainnya di daerah;
9. Meningkatkan ketersediaan energi listrik perdesaan.
Page 5
Kesembilan kebijakan inilah yang kita jadikan acuan dalam menentukan prioiritas
pembangunan daerah pada RKPD Tahun 2010 serta Kebijakan Umum APBD Tahun
2010. Insya Allah dalam kesempatan terhormat kali ini, kami akan sampaikan garis-
garis besar capaian kinerjanya, dengan dokumen LKPJ selengkapnya akan
disampaikan kepada yang terhormat Pimpinan DPRD, selepas pengantar kami.
Rapat paripurna DPRD yang kami hormati,
Mengawali capaian kinerja pemerinthan daerah, kami akan memulainya dari
kapasitas keuangan daerah. Penyampaian keterangan tentang kondisi keuangan
pemerintah daerah, senantiasa kami utarakan terlebih dahulu pada setiap penyampaian
LKPJ dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini, selain telah menjadi konvensi tata kelola
penyampaian sambutan pengantar LKPJ di Kabupaten Sumedang, juga untuk memberi
kemudahan informasi bagi publik dalam memahami kondisi umum perencanaan dan
realisasi sumber-sumber keuangan daerah yang telah menopang manajemen
pemerintahan daerah pada tahun anggaran bersangkutan.
Selanjutnya berdasarkan struktur keuangan daerah, APBD Tahun 2010 meliputi :
1. Pendapatan Daerah, hingga akhir tahun anggaran realisasinya menembus Rp.
1,086 triliun lebih atau mencapai 100,19 % dari target sebesar 1,084 triliun.
Dilihat dari komponennya, realisasi PAD mencapai RP. 108,658 milyar lebih atau
mencapai 90,52 % dari target sebesar 120,039 milyar lebih. Tidak tercapainya
target PAD ini dikarenakan turunnya pendapatan pajak penerangan jalan umum
yang capaiannya hanya 92,63 % dari target yang ditetapkan. Kemudian retribusi
daerah hanya tercapai 79,22 % dari target yang ditetapkan serta lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah yang capaiannya sebesar 89,54 % dari target
yang ditetapkan. Namun demikian, tidak tercapainya target PAD tersebut dapat
ditutupi dengan terlampauinya target pendapatan dana perimbangan dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah, yaitu mencapai 101,02 % atau mencapai Rp.
816.535 milyar dari target sebesar Rp. 308,302 milyar.
2. Belanja Daerah, realisasinya mencapai Rp. 1,120 triliun lebih atau 98,22 % dari
rencana sebesar Rp. 1,140 triliun lebih. Dilihat dari jenisnya, realisasi belanja
daerah terbagi ke dalam belanja tidak langsung yang mencapai Rp. 822 milyar
lebih atau 98 % dari rencana belanja sebesar Rp. 831 milyar lebih. Selanjutnya
untuk belanja langsung, realisasinya mencapai 297,484 milyar lebih atau 96,35
% dari rencana belanja langsung yang dialokasikan sebesar Rp. 308 milyar
lebih.
3. Pembiayaan Daerah, dapat diinformasikan bahwa dari komponen
penerimaannya telah terealisasi 100 % dari target yaitu sebesar Rp. 63,787
milyar yang bersumber dari SILPA sebesar Rp 63,787 milyar. Selanjutnya untuk
pengeluarannya mencapai Rp. 7,704 milyar atau 99,98 % dari rencana
pengeluaran biaya sebesar Rp. 7,706 milyar.
Demikian gambaran kapasitas keuangan daerah, yang telah dipergunakan
untuk mendukung tugas-tugas operasional pembangunan daerah sepanjang tahun
2010 lalu. Apabila kita cermati, dari angka-angka realisasi pendapatan dan belanja
daerah, dalam faktanya hingga tahun 2010 lalu, kapasitas keuangan daerah masih
belum benar-benar mandiri dalam menyiapkan rancang bangun potensi daerah ke arah
ukuran kinerja publik yang kita harapkan semua. Hal ini, tidak terlepas dari masih
tingginya ketergantungan kapasitas pendapatan APBD terhadap dana perimbangan,
baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi, yakni sebesar sekira 75,19 %.
Dengan kontribusi sebesar itu, kami menyadari bahwa kemampuan eksplorasi
pendapatan daerah oleh seluruh perangkat daerah, harus kami dorong terus sehingga
makin kreatif, terutama pada potensi kekayaan yang dipisahkan, retribusi serta lain-lain
PAD yang sah.
Dalam perspektif ekonomi makro, pandangan dan analisis kami terhadap
kondisi kapasitas keuangan daerah seperti itu, mendorong kami untuk terus melakukan
inovasi guna meningkatkan korelasi, antara sektor keuangan dengan sektor riil agar
saling menopang dalam balutan hubungan “simbiosis mutualisma”. Upaya tersebut
kami lakukan secara serius antara lain untuk mengantisipasi paradoks perekonomian
sebagai berikut :
• Pertama, Paradoks Pertumbuhan. Yaitu ekonomi yang tumbuh tidak memberikan
ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Karenanya kami mendorong terus berbagai program ekonomi yang berbasis
kerakyatan, agar peningkatan pandapatan perkapita sebagai akibat dari
pertumbuhan ekonomi yang makin baik dapat diimbangi dengan distribusinya
yang berkeadilan, sehingga tidak terjadi kesenjangan pendapatan;
• Kedua, Paradoks Daya Saing. Yaitu ketersediaan sumber daya alam dan
manusia tidak meningkatkan daya saing daerah. Untuk mengantisipasi hal ini,
kami telah mengupayakan agar belanja daerah, khususnya belanja langsung
untuk urusan wajib dan pilihan dapat mengoptimalkan pendayagunaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia secara cerdas dan bijak sebagai
komponen terpenting dari daya saing daerah;
• Ketiga, Paradoks Sektor Usaha. Yaitu disintermediasi pada sektor Usah Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM), dimana jumlah UMKM yang sangat besar dan
Page 7
tersebar di berbagai pelosok daerah tidak memberikan kontribusi signifikan
terhadap nilai tambah ekonomi daerah (PDRB). Guna mengatasi fenomena ini,
kami terus mendorong pertumbuhan sektor riil yang notabene sebagian besar
pelakunya adalah UMKM untuk mendapatkan aksesibilitas terhadap peningkatan
manajeman usaha dan pendanaan.
Rapat paripurna DPRD yang berbahagia,
Selanjutnya kami akan menyampaikan ringkasan kinerja manajemen pemerintah
daerah, melalui pendekatan implementasi kebijakan serta beberapa sasaran taktis yang
telah kita capai bersama, sepanjang tahun anggaran 2010. Pencapaian sasaran
tersebut, dalam dokumen lengkap LKPJ kami tuangkan dalam capaian kenerja untuk
setiap urusan pemerintah daerah.
Pengungkapan kinerja dengan pendekatan sasaran pada setiap kebijakan , guna
memberi gambaran tentang keterkaitan terhadap proggres kinerja yang telah dicapai
pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD secara lebih konkrit dalam ukuran kinerjanya.
Guna kepentingan itu, kami berusaha mengetengahkannya dengan
mempertimbangkan indikator-indikator kinerja yang relevan dengan ukuran yang
digunakan pada evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagaimana hal
tersebut telah digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, yang
pelaksanaannya bersandingan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2007 yang melandasi penyampaian LKPJ ini.
Diawali dengan upaya mewujudkan kebijakan sumber daya manusia
Sumedang yang memiliki kompetensi, unggul, berdaya saing dan beretika.
Tingkat pencapaian kinerjanya merupakan sebuah akumulasi kinerja yang bersifat
agregat, yang diperoleh dari pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan
seluruh perangkat daerah bersama mitra kerja di bidang pendidikan, kesehatan,
pengamalan nilai-nilai keagamaan dan budaya daerah.
Di bidang pendidikan, peningkatan kinerja yang berhasil kita raih dapat
digambarkan dari tingkat pencapaian Angka Melek Huruf (AMH) yang telah mencapai
99,75 % atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 99,69 %. Untuk
angka rata-rata lama sekolah mencapai 9,56 tahun atau meningkat sebesar 0,28 poin
dari tahun sebelumnya sebesar 9,28 tahun. Peningkatan kinerja pendidikan ini,
ditunjang oleh kenaikan pada Angka Partisipasi Murni (APM) untuk SD/MI, yang telah
meningkat dari 96,87 pada tahun 2009 menjadi 96,90 pada akhir tahun 2010. Demikian
pula untuk Angka Partisipasi Kasar (APK), telah pula meningkat dari 109,53 menjadi
109,90. Sementara APK SMP/MTs, dari 96,30 ke 96,40, untuk APM-nya pada kurun
yang sama meningkat dari 80,82 menjadi 81,96.
Selanjutnya untuk tingkat SMA/SMK/MAN, terjadi peningkatan cukup signifikan,
baik pada APM maupun APK-nya. Hal itu terlihat dari peningkatan APM, yang semula
tahun 2009 tercatat sebesar 41,38 menjadi 67,47 pada tahun 2010 serta APK-nya dari
55,29 menjadi 68,22.
Selanjutnya di bidang kesehatan, pemerintah daerah melalui serangkaian
program dan kegiatan terpilih yang langsung terkait dengan upaya pencegahan,
pemeliharaan, dan promotif, alhamdulillah sejumlah kemajuan dalam indikator
kesehatan masyarakat dapat kita raih. Hal ini ditandai dengan perkembangan angka
harapan hidup (AHH) pada tahun 2008 mencapai 67,21 tahun, tahun 2009 mencapai
67,31 tahun dan untuk tahun 2010 ditargetkan dapat meningkat ke kisaran 68 tahun
dengan angka riil ketercapaiannya masih menunggu hasil perhitungan BPS.
Perkembangan AHH tersebut sangat erat kaitannya dengan perkembangan angka
kematian bayi dan ibu pada proses persalinan dan neo natalnya. Dalam kaitan itu,
indikator kematian bayi yang diwakili oleh variabel jumlah kematian bayi telah
mengalami penurunan dari 273 bayi pada tahun sebelumnya menjadi 236 bayi pada
tahun 2010. Sedangkan indikator kematian ibu yang diwakili variabel jumlah kematian
ibu masih tetap sama dengan tahun 2009 yaitu 17 orang. Hal ini menandakan bahwa
dengan adanya pelayanan bebas biaya di Puskesmas serta Bidan sudah ada di setiap
Desa mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan
semakin baiknya sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas (minimize under
reporting).
Untuk persentase kunjungan ibu hamil sekurangnya 4 (empat) kali, mengalami
peningkatan yaitu dari 79,04 % menjadi 100 % atau melebihi target 91 %. Hal ini
menunjukan bahwa sudah meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan
kandungannya minimal 4 (empat) kali, sehingga dengan meningkatkan kesadaran
untuk melakukan pemeriksaan kandungannya tersebut berdampak terhadap penurunan
angka kemetian bayi.
Selanjutnya untuk pelayanan persalinan dengan tenaga kesehatan (linakes)
mengalami peningkatan dari 73,47 % menjadi 93 % atau melebihi target sebelumnya
sebesar 87,5 %. Hal ini dipengaruhi oleh disosialisasikannya PERDAKIBBLA dan
adanya bantuan biaya persalinan dari berbagai sumber. Adapun untuk kunjungan
neonatus 2 (dua) kali (KN2) mengalami peningkatan dibanding tahun debelumnya, dari
80,08 % menjadi 100 % atau melebihi target yang telah di tentukan yaitu sebesar 89 %.
Peningkatan ini pun tidak lepas dari meningkatnya kesadaran ibu setelah melahirkan
untuk memeriksakan kesehatan bayinya kepada bidan.
Sementara itu, untuk kondisi kesehatan pasca kelahiran bayi dapat pula kami
gambarkan dari perkembangan balita melalui status gizinya. Untuk status gizi balita
menunjukan kenaikan gizi baik yaitu dari 86,64 % pada tahun 2009 menjadi 89,35 %
pada tahun 2010. Hal ini juga diikuti dengan penurunan prosentase atas gizi buruk, dari Page 9
0,90 % menjadi 0.88 % serta gizi kurang dari 11,34 % menjadi 8,85 %.
Selanjutnya, kondisi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat lainnya dapat
pula ditunjukan dari relatif terkendalinya beberapa jenis penyakit yang diderita
masyarakat karena makin intensifnya kegiatan surveillance Epidemiologi baik ditingkat
Kabupaten maupun ditingkat Puskesmas sesuai dengan prosedur. Antara lain kasus
penyakit TBC BTA (+), penyakit diare, penyakit pneumonia pada balita, penyakit DBD,
serta kasus-kasus kejadian luar biasa lainnya.
Dalam kaitan itu, telah terjadi peningkatan jumlah dan strata Desa SIAGA. Dari
279 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang seluruhnya telah menjadi desa
SIAGA, dengan rincian peningkatan strata pada tahun 2010 untuk Desa Siaga Pratama
mencapai 46 desa (16,49 %), Desa Siaga Madya sebanyak 169 desa (60,58 %), Desa
Siaga Utama sebanyak 64 desa (22,93%). Keberadaan desa SIAGA tersebut dalam
perkembangannya di lapangan telah pula mendorong makin meningkatnya jumlah
rumah tangga sehat, dari 32,9 % pada tahun 2009 menjadi 38,5 % pada tahun 2010.
Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati,
Keberadaan SDM Sumedang yang unggul dan beretika, tidak dapat dilepaskan
dari semakin menguatnya nilai-nilai religiusitas masyarakat daerah, yang ditandai
dengan terus bertambahnya pengamalan nilai-nilai ajaran agama. Salah satu
diantaranya dapat dilihat dari perkembangan jumlah jemaah haji yang relatif stabil.
Pada tahun 2010 total jemaah haji mencapai 829 orang, sementara tahun sebelumnya
berjumlah 830 orang. Selain itu, terlihat pula dari adanya kondusifitas dan kerukunan
antar pemeluk agama di Kabupaten Sumedang.
Selain nilai-nilai religuitas, penguatan etika sosial dibangun pula oleh
perkembangan kehidupan kebudayaan daerah. Hal ini antara lain ditunjukan oleh mulai
tersosialisasikannya nilai-nilai Budaya Sunda di Kabupaten Sumedang sebagaimana
telah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur
Budaya Sunda (SPBS). Baik nilai filosofis yakni “Insun Medal Insun Madangan”, nilai
manajerial “Rawayan Jati Sunda” maupun nilai operasional “Dasa Marga Raharja” saat
ini mulai dikenal luas di tengah-tengah warga masyarakat Sumedang.
Tanggung jawab berikutnya adalah bagaimana nilai-nilai luhur SPBS atau nilai-
nilai kasumedangan tersebut tidak sekedar diketahui saja, tetapi lebih jauhnya dapat
diamalkan secara konkrit dalam tatanan kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kebijakan SPBS tersebut merupakan
kebijakan inovatif Kabupaten Sumedang untuk memfasilitasi pelestarian budaya Sunda
di Kabupaten Sumedang guna memperkokoh kebudayaan Jawa Barat dan Nasional.
Adapun tujuannya sangat mulia yaitu untuk memperkokoh jatidiri aparatur pemerintah
daerah dan masyarakat, serta menguatkan daya saing daerah menuju terwujudnya
Kabupaten Sumedang Sejahtera, Agamis dan Demokratis pada tahun 2025 (Sumedang
SEHATI).
Pada kesempatan yang baik ini perlu kami sampaikan pula, bahwa berkat
kerjasama semua komponen daerah serta dukungan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, salah satu penjabaran dari kebijakan SPBS dalam
wujud karya budaya yaitu pembangunan Pusat Pemerintahan Berbasis Budaya Sunda
untuk tahap pertama, telah kita wujudkan bersama.
Insya Allah peresmian penggunaannya akan kita lakukan bersamaan dengan
momentum hari jadi Sumedang yang ke-433 tahun 2011 ini. Karena itu pula dengan
segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada segenap komponen daerah, khususnya yang terhormat
DPRD Kabupaten Sumedang yang telah memberikan dorongan dan dukungan hingga
harapan kita semua untuk memiliki kantor pemerintahan daerah yang representatif dan
berbasis budaya Sunda dapat menjadi kenyataan.
Demikian kondisi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan
SDM di Kabupaten Sumedang. Untuk selanjutnya, kami laporkan pula kondisi kerja
yang diperoleh dalam melaksanakan “kebijakan perluasan penciptaan lapangan
kerja serta penyiapan tenaga kerja yang terampil dan berjiwa wirausaha”.
Untuk mewujudkan kebijakan seperti itu, upaya optimalisasi penyelenggaraan
urusan ketenagakerjaan merupakan salah satu fokus pembangunan yang saling
memperkokoh pembangunan sosio ekonomi daerah. Beberapa capaian kinerjanya,
dapat dikemukakan dari perkembangan jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 yang
mencapai 565.822 orang, atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang
mencapai 561.012 orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut diatas, yang merupakan
pengangguran terbuka sebanyak 53.693 orang (9,48 %). Sedangkan pencari kerja yang
mendaftar ke pemerintah daerah sebanyak 12.031, terdiri dari pencari kerja laki-laki
sebanyak 6.709 orang (55,76 %) dan pencari kerja wanita sebanyak 5,322 orang
(44,24 %).
Untuk jumlah penempatan kerja pada tahun 2010 berjumlah 8.821 orang terdiri
dari sektor formal sebanyak 6.853 orang (77,69 %) dan sektor non formal sebanyak
1.968 orang (22,31 %). Dari jumlah penempatan tersebut diatas, pencari kerja wanita
yang ditempatkan sebanyak 5.292 orang (60 %), atau lebih besar dibandingkan dengan
pencari kerja laki-laki yang ditempatkan yaitu sebanyak 3.529 orang (40 %).
Sementara sisa pencari kerja yang belum ditempatkan untuk tahun 2010
sebanyak 3.210 orang (26,68 %). Penempatan tenaga kerja sektor formal tersebut
Page 11
diatas dari jenis penempatan terdiri dari : Antar Kerja Antar Lokal/AKAL sebanyak 5.908
orang, Antar Kerja Antar Daerah/AKAD sebanyak 785 orang, Antar Kerja Antar Negara/
AKAN sebanyak 160 orang. Sedangkan untuk tenaga kerja tahun 2010 pada sektor
informal penempatan terdiri dari : padat karya produktif sebanyak 1.056 orang,
wirausaha baru sebanyak 760 orang, pembantu rumah tangga sebanyak 130 orang,
tenaga pendamping PKP 22 orang.
Guna terus memberikan dukungan kapasitas keahlian calon tenaga kerja
maupun peningkatan tenaga kerja yang ada agar makin sesuai dengan kebutuhan
pasar kerja, pemerintah daerah terus mengoptimalkan layanan pemberian
keterampilan, antara lain melalui UPT Balai Latihan Kerja, dengan fokusnya pada
sukses tiga pilar utama peningkatan kualitas tenaga kerja yaitu : standar kompetensi
kerja, pelatihan berbasis kompetensi dan sertifikasi uji kompetensi, sehingga makin
berkemampuan menghasilkan output yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat
terutama para pencari kerja.
Untuk itu sepanjang tahun 2010, kami telah memberi kesempatan mengikuti
pelatihan untuk 245 orang, yang tersebar pada pelatihan berbasis kompetensi, berbasis
masyarakat, barbasis MTU, berbasis swadana hingga melakukan uji sertifikasinya.
Selain melakukan layanan pelatihan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
pemerintah daerah terus menjaga kesinambungan penciptaan iklim ketenagakerjaan
yang kondusif serta membangun hubungan industrial yang harmonis antara pekerja
dengan pengusaha. Hal itu dilakukan melalui peningkatan pengawasan, perlindungan
dan penegakan hukum, pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja, peningkatan
kinerja LKS Tripartit serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Selain itu
dilakukan pula upaya perlindungan Tenaga Kerja guna mewujudkan rasa keadilan
pekerja melalui penerapan dan penegakkan hukum ketenagakerjaan yang bersifat
independen.
Catatan kinerja yang kami peroleh dari pemeliharaan iklim ketenagakerjaan itu,
dapat kami informasikan bahwa data perusahaan yang telah mentaati peraturan
perusahaan mengalami kenaikan sebesar 29 % dari 96 perusahaan menjadi 124
perusahaan, sedangkan LKS bipartit mengalami kenaikan 33,33 % yaitu dari 9 lembaga
menjadi 12 lembaga. Selanjutnya untuk kasus PHI/PHK yang masuk selama tahun
2010 sebanyak 15 kasus, dimana sebanyak 14 kasus telah dapat diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat di tingkat mediasi, sedangkan 1 (satu) kasus mediator
mengeluarkan anjuran.
Demikian gambaran kinerja ketenagakerjaan daerah yang dapat kami
ungkapkan. Selanjutnya guna mengawal pelaksanaan kebijakan pemberian insentif
dan disinsentif yang berbasis kompetensi kinerja, serta peningkatan fungsi dan
peran kelembagaan pemerintahan daerah di semua tingkatan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, dapat kami sampaikan secara capaian
kinerjanya secara umum melalui hal-hal sebagai berikut :
a. Upaya perbaikan insentif aparatur, kelembagaan dan ketatalaksanaan dalam
pelayanan publik merupakan satu kesatuan dari skenario reformasi birokrasi.
Walaupun roadmap reformasi birokrasi yang kita jalankan belum sepenuhnya
dituangkan secara utuh dalam sebuah regulasi daerah, namun kami sangat
menyadari bahwa ketiga hal demikian telah menjadi prasarat bagi terwujudnya
tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya reformasi
birokrasi pemda tidak akan terlepas dari dukungan politis dari segenap mitra
kami di lembaga DPRD, baik dalam kerangka persetujuan kebijakan maupun
kemitraan dalam pengawasan implementasi kebijakannya. Melihat
perkembangan kapasitas fungsi-fungsi yang telah dipersembahkan
kelembagaan DPRD untuk menopang percepatan kinerja pemerintah daerah,
kami sampaikan apresiasi yang tinggi. Sepanjang tahun 2010, dukungan fungsi
legislasi yang diberikan mitra kami di DPRD, telah mendorong bertambahnya
regulasi daerah sebanyak 9 buah, walaupun lebih sedikit capaiannya
dibandingkan tahun 2009 yang menghasilkan sebanyak 11 buah. Tentu saja
untuk hal tersebut, bukan dilihat dari perkembangan kuantitasnya, melainkan
proses legislasinya yang semakin berkualitas. Kita berharap pembahasan
perencanaan legislasi daerah, akan terus harmonis sejak proses eksplorasi
kebutuhan hukum daerah itu sendiri hingga kerangka teknis perundangannya
yang semakin relevan dengan kebutuhan hukum yang diharapkan oleh
masyarakat daerah di era demokrasi sekarang ini.
Sementara itu sebagai tindak lanjut operasionalisasinya, pada tahun 2010 telah
kami terbitkan peraturan bupati sebanyak 70 buah, yang secara komulatif menjadi
184 buah sejak tahun 2008. Sedangkan untuk ketetapan kepala daerah melalui
keputusan bupati telah kami terbitkan 358 buah pada tahun 2010 dan secara
komulatif mencapai 796 buah.
b. Kualitas pembangunan daerah pada akhirnya akan turut ditentukan oleh
pemahaman, konsistensi serta keseimbangan jumlah aparatur terhadap satuan
penduduk yang harus dilayani, termasuk kompetensi yang diperlukannya.
Hingga akhir tahun 2010, penyelenggaraan pemerintahan daerah ditopang oleh
14.285 orang PNS. Apabila diperbandingkan dengan jumlah penduduk
Sumedang yang saat ini mencapai 1.165.804 jiwa, maka rasionya mencapai 1 :
81,6. Demikian pula jika diperbandingkan dengan luas wilayah Sumedang yang
mencapai 1.522,20 km2 maka rasionya setiap PNSD melayani penduduk yang
ada di wilayah seluas 9,4 km2 . Dengan kedua rasio seperi itu, pemerintah
daerah sangat berkecukupan untuk semakin memberikan layanan terbaik untuk
masyarakat, dalam segala aspek kagiatan pembangunan. Persoalannya adalah
Page 13
kami terus memperbaiki tingkat kompetensi yang harus semakin variatif dan
motivasi yang makin kompetitif dengan kondisi dinamika kebutuhan masyarakat
Sumedang. Selain tentunya disertai dengan penguatan dukungan fasilitas kerja
yang masih perlu terus diperbaiki, hingga pada akhirnya indeks kepuasan
layanan publik, akan terus meningkat di masa mendatang. Guna meningkatkan
kompetensi dan motivasi aparatur pemda, kami terus memberikan berbagai
kesempatan pendidikan di berbagai jenjang, baik pendidikan struktural,
fungsional hingga formal. Selain itu, sesuai kemampuan keuangan daerah,
perbaikan insentif aparatur masih terus dilakukan kajian dengan
menitikberatkan pada keseimbangan antara tingkat kinerja yang di capai
aparatur dengan kelayakan insentif daerahnya. Kedepan, kami merencanakan
untuk mulai menerapkan insentif berbasis kinerja sebagai penyempurnaan
sistem tunjangan daerah yang kita berlakukan.
c. Untuk mengawal efektivitas kelembagaan daerah serta menyikapi semakin
beragamnya dinamika kebutuhan publik, evaluasi kelembagaan pemerintah
daerah, termasuk akurasi ketatalaksanaannya pasca diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, akan kami terus lakukan. Disisi lain, untuk mengoptimalkan kinerja
Organisasi Perangkat Daerah, kami terus mendorong penerapan kontrak
kinerja sebagai panduan bagi setiap pejabat di lingkup pemerintahan
Kabupaten Sumedang untuk fokus dan terarah dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya. Dalam kerangka itu, kami pun terus mengembangkan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP) dalam layanan pemerintahan. Salah satu
yang cukup monumental adalah telah ditetapkannya Peraturan Bupati
Sumedang Tahun 69 Tahun 2010 tentang SOP Layanan Tamu Berbasis
Budaya Sunda di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumedang. SOP tersebut
diharapkan dapat menjadi pedoman bagi setiap aparatur pemerintah mulai dari
tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa, untuk memberikan pelayanan
publik terbaik kepada masyarakat sesuai dengan keluhuran nilai-nilai budaya
Sunda. Sebagai bentuk keseriusan kami dalam peningkatan kualitas pelayanan,
pada tahun anggaran 2010 kami juga telah melakukan kajian terhadap rencana
penerapan pelayanan di bidang perencanaan umum berdasarkan standar ISO
9001 : 2008;
d. Salah satu agenda penting lainnya dalam penguatan kelembagaan pemerintah
daerah adalah terus melakukan upaya-upaya peningkatan tata kelola
pemerintahan yang makin baik (good governance). Untuk itu, pembinaan
aparatur pemerintahan daerah dilakukan secara terpadu antara mempersiapkan
seperangkat aturan kinerja, peningkatan insentif kinerja, pengawasan kinerja
serta penegakkan disiplin dan tindakan hukum lainnya. Dalam kerangka itu
berkat makin efektifnya pengawasan kinerja yang dilakukan oleh perangkat
fungsional pengawasan, alhamdulillah selama tahun 2010 terjadi penurunan
jumlah kasus, yakni dari 36 kasus pada tahun 2009 menjadi 5 kasus. Terhadap
kasus tersebut, pemerintah daerah telah memberikan sanksi disiplin terhadap 5
PNS, yaitu sanksi sedang sebanyak 3 orang dan sanksi ringan sebanyak 2
orang. Penindakan sanksi ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 19 orang (meliputi 7 sanksi berat, 5 sanksi sedang, dan 7 sanksi
ringan). Tentu saja bagi kami penindakan disiplin ini bukan prestasi melainkan
sebuah upaya tindakan untuk memberi shock therapy agar tidak terulang atau
mendekati angka sekecil mungkin penyimpangan di aparatur pemerintah
daerah.
e. Dalam rangka mendayagunakan berbagai potensi daerah guna meningkatkan
kinerja pembangunan daerah, serta di sisi lain untuk mengantisipasi semakin
terbatasnya kapasitas piskal daerah, pada tahun 2010 kami mulai menggulirkan
Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) atau
dalam nomenklatur lokal kami namakan program SAUYUNAN (Sasarengan
Urang Guyubkeun Pangwangunan). Secara umum skema program tersebut
mengikuti standar yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri, tetapi
dalam tataran teknis operasional kami mensinergikannya dengan kearifan
budaya Sunda. SAUYUNAN merupakan program pionir yang memaduserasikan
pola pembangunan reguler dengan pola pembangunan berbasis pemberdayaan
seperti PNPM Mandiri Perdesaan. Melalui program SAUYUNAN, pada tahun
2010 kami telah mengakselerasi penyusunan RPJM Desa di 216 desa dari 272
desa yang ada di Kabupaten Sumedang. Dengan program SAUYUNAN pula,
partisipasi dan swadaya masyarakat untuk bersama-sama menbidik berbagai
target kinerja pembangunan daerah sebagaimana termuat dalam RPJMD mulai
di tumbuh kembangkan. Serta berangkat dari program SAUYUNAN inilah, pada
tahun 2011 Kabupaten Sumedang menjadi Kabupaten model pertama di tingkat
nasional yang menggulirkan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) integrasi dalam kerangka “Satu Perencanaan untuk Semua” atau
“One Plan for All”. Selain mendapatkan perhatian khusus dari Bappenas dan
Kementerian Dalam Negeri, inovasi tersebut juga di apresiasi oleh para
peninjau dari Bank Dunia dan Perguruan Tinggi.
Demikian kiranya perkembangan kinerja guna mengimplementasikan kebijakan
pendayagunaan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kapasitas aparatur pemerintah
daerah.
Selanjutnya kami akan melanjutkan penjelasan tentang kinerja pemerintah
daerah dalam upaya mewujudkan kebijakan peningkatan produktivitas dan daya beli
masyarakat melalui penguatan kelembagaan ekonomi rakyat, serta kebijakan
peningkatan ketersediaan pangan daerah.
Sejumlah tindakan dan sasaran pembangunan daerah yang kami telah wujudkan
antara lain dalam upaya peningkatan produktivitas kelembagaan ekonomi rakyat
Page 15
melalui koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM), serta peningkatan
produksi dan stok pangan daerah.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, KUMKM merupakan elemen ekonomi
yang secara umum dapat bertahan menghadapi krisis global yang melanda dunia sejak
awal tahun 2009. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah koperasi aktif dari 437
koperasi pada tahun 2009 menjadi 446 koperasi pada tahun 2010. Ini artinya terjadi
kenaikan prosentase koperasi aktif, dari 79,3 % menjadi 80,8 % atau meningkat
sebesar 1,5 poin. Peningkatan tersebut, distribusinya terdapat pada Koperasi Konsumsi
sebanyak 1 buah, Koperasi produksi sebanyak 1 buah, Koperasi serba usaha sebanyak
3 buah, Baitul Maal Wat Tanwil sebanyak 5 buah.
Perkembangan lainnya yang menunjukan makin mantapnya kelembagaan
koperasi ini, diperlihatkan dengan terus meningkatnya permodalan koperasi mulai dari
koperasi konsumsi hingga koperasi sekunder, yang telah mencapai modal sebesar Rp.
367 milyar lebih atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 318 milyar lebih.
Kondisi ini merupakan wujud komitmen yang kuat jajaran pemerintahan daerah
terhadap kesinambungan soko guru perekonomian nasional kita, yang akan terus
menjadi salah satu sandaran dasar bagi perkembangan peronomian di Kabupaten
Sumedang.
Sementara itu penguatan kelembagaan perekonomian rakyat, ditempuh pula
melalui upaya peningkatan kemudahan akses pasar bagi dunia usaha. Dalam rangka
itu, pemerintah daerah akan terus melakukan berbagai fasilitas untuk para pelaku
usaha melalui keikutsertaan para pengusaha lokal pada berbagai event pameran
maupun perdagangan, baik di tingkat regional maupun nasional.
Demikian juga dalam hal perijinan usaha, setiap waktu kami terus melakukan
penyempurnaan tata kelola perijinan daerah yang semakin transparan, akuntabel,
partisipatif, efisien, efektif dan profesional. Dengan pendekatan itu, sepanjang tahun
2010 kami telah memproses dan menerbitkan perijinan usaha baru maupun
perpanjangan usaha sabanyak 4.843 buah keputusan atau mencapai 177,27 % dari
target yang ditetapkan sebelumnya.
Sementara itu, catatan akumulasi nilai penanaman modal yang menopang
perekonomian daerah, selama ini tercatat dari fasilitasi Penanaman Modal Dalam
Negeri sebesar Rp. 2,2 triliun lebih sedangkan dari fasilitasi Penanaman Modal Asing
sebesar Rp. 47 milyar lebih.
Selanjutnya dalam upaya meningkatkan fasilitas permodalan dan intermediasi
perbankan dalam menggerakan sektor ekonomi riil, pemerintah daerah terus
mendorong upaya intermediasi perbankan yaitu sebuah upaya sistematis untuk
mendekatkan sektor keuangan kepada sektor riil, baik melalui pendayagunaan
perbankan daerah seperti PD. BPR Sumedang dan Bank Jabar Banten maupun
perbankan nasional lainnya. Sebagai salah satu bentuk inovasi daerah, pada tahun
2010 PD. BPR Sumedang yang merupakan BUMD Kabupaten Sumedang mulai
menggulirkan Program Usaha Sektor Riil Inovatif (PUSRI). Melalui program ini
pengembangan usaha sektor riil dipacu secara fokus dan berkelanjutan, dimana
pembinaan makro terhadap para pelaku UMKM dilakukan oleh Dinas Koperasi dan
UKM, sementara pembinaan teknis dan penyediaan akses pinjaman permodalannya
dilakukan langsung melalui pola executing oleh PD. BPR Sumedang.
Adapun terkait pengembangan ketersediaan pangan daerah berbasis komoditas
unggulan daerah, efektivitasnya tidak lepas dari pembangunan pertanian di kabupaten
Sumedang sepanjang tahun 2010. Berbagai capaian kinerja pertanian, antara lain
ditunjukan pada peningkatan produktivitas komoditas tanaman pangan, buah-buahan
dan ternak yang menjadi komoditas unggulan daerah. Hal ini ditandai oleh beberapa
indikator sebagai berikut :
1) Sentra komoditas padi pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun
2009 sebanyak 500 Ha 25 %;
2) Sentra komoditas jagung pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun
2009 dari luas 500 Ha menjadi 600 Ha atau meningkat 20 % pada tahun 2010;
3) Sentra komoditas kedelai pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun
2009 dari luas 200 Ha menjadi 250 Ha atau meningkat 25 % pada tahun 2010;
4) Sentra komoditas kacang tanah pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari
tahun 2009 dari luas 300 Ha menjadi 400 Ha atau meningkat 33.33 %;
5) Sedangkan untuk sentra komoditas ubi jalar pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dari tahun 2009 dari luas 150 Ha menjadi 200 Ha atau meningkat
33,33 % pada tahun 2010.
Selanjutnya perkembangan komoditas buah-buahan unggulan daerah sepanjang
tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009, dapat kami informasikan antara lain :
1) Sentra komoditas Jeruk Cikoneng pada tahun 2010 tidak mengalami
peningkatan dari tahun 2009. Hal ini karena tidak ada penambahan areal
tanam pada lokasi sentra, baik dari bantuan pemerintah maupun swadaya
masyarakat;
2) Sentra komoditas Sawo Sukatali pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dari tahun 2009, dari luas 862 Ha menjadi 917, 9 Ha atau
meningkat 6,49 % pada tahun 2010;
3) Untuk sentra komoditas Salak pada tahun 2010 mengalami peningkatan
dari tahun 2009, dari luas 26,6 Ha menjadi 27,1 Ha atau meningkat 1,88
%;
4) Untuk sentra komoditas Pisang pada tahun 2010 mengalami peningkatan
dari tahun 2009, dari luas 1.808 Ha menjadi 1.828 Ha atau meningkat
1.11 % pada tahun 2010;Page 17
5) Selanjutnya untuk sentra komoditas mangga pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dari tahun 2009, dari luas 2.288 Ha menjadi 2379,5 Ha atau
meningkat 4,79 % pada tahun 2010.
Sementara itu untuk komoditas ternak, perkembangan yang berhasil kita raih
antara lain :
1) Adanya peningkatan produksi daging sebesar 10.776 ton atau naik 17,83
% dari tahun 2009;
2) Produksi telur 1.296 ton atau turun sebesar 28,16 % dari tahun 2009,
dikarenakan adanya penurunan populasi unggas di akhir 2009;
3) Produksi susu sebesar 14.106 ton atau naik sebesar 3,84 % dari tahun
2009.
Demikian kiranya perkembangan kinerja dalam rangka peningkatan produktivitas
dan daya beli masyatakat melalui penguatan kelembagaan ekonomi rakyat.
Selanjutnya kami akan mengutarakan kinerja dalam kerangka pelaksanaan
kebijakan manajemen pengelolaan bencana melalui sistem tata kelola
penanganan bencana alam dan sosial.
Kebijakan tersebut pada dasarnya berupaya untuk memperkuat kesiapan dini
dan mitigasi bencana, penanganan dan penanganan resiko yang timbul dari bencana
serta mempersiapkan masyarakat menghadapi bencana alam dan bencana sosial
lainnya.
Dalam kerangka itu, pemerintah daerah terus melakukan updating peta lokasi
rawan bencana alam, SOP penanggulangan bencana, penyediaan cadangan pangan
dan obat-obatan untuk keadaan darurat bencana, penyediaan sarana dan prasarana
tanggap darurat bencana serta sosialisasi berkesinambungan terhadap daerah rawan
bencana.
Disamping itu, pemerintah daerah terus melakukan peningkatan kapasitas
petugas penangan bencana melalui gladi penanggulangan bencana terhadap anggota
Taruna Siaga Bencana (TAGANA) yang saat ini beranggotakan 125 orang. Selain itu,
bersama perangkat kecamatan dan desa secara berkesinambungan, melakukan
pembinaan penanggulangan bencana bagi anggota linmas. Sedangkan untuk
meminimalisasi pasca bencana, pemerintah daerah berupaya melakukan relokasi
pemukiman untuk kawasan rawan bencana, yang saat ini masih menyisakan 234 KK.
Selain itu dilakukan pula berbagai upaya terapi psikis terhadap masyarakat yang
baru saja mengalami bencana, dengan memanfaatkan panti-panti rehabilitasi dan
wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKSBM) serta pendayagunaan
para Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Selanjutnya untuk menghadapi bencana alam ke depan, kita bisa banyak belajar
dari pengalaman negeri Jepang ketika diguncang gempa bumi dan tsunami beberapa
waktu yang lalu serta disusul dengan ancaman radiasi nuklir. Dengan kekuatan dan
kearifan budaya, mereka mampu menghadapi kedahsyatan terjangan bencana dengan
ketenangan, solidaritas, kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati,
Agenda pembangunan daerah lainnya yang kami kelola sepanjang tahun
2010, terkait dengan operasionalisasi kebijakan pelestarian lingkungan dan fungsi
kawasan lindung di daerah. Berbagai upaya yang kami lakukan untuk pelestarian
lingkungan dan kawasan lindung, antara lain berupa pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, perlindungan, konservasi, rehabilitasi hingga pemulihan
cadangan sumber daya alam serta pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Dapat kami informasikan bahwa kesiagaan perangkat daerah terhadap
kerusakan lingkungan pada tahun 2010 relatif lebih baik dari tahun sebelumnya karena
kami telah memiliki alat pemantau limbah digital (telematry system), yang kami
manfaatkan secara optimal untuk mengendalikan pembuangan limbah dari kawasan
industri maupun pabrik-pabrik olahan makanan.
Sementara itu untuk perlindungan dan konservasi cadangan sumber daya alam,
salah satu fokus yang terus kami lakukan berkaitan dengan pendataan potensi dan
kualitas mata air, yang hingga saat tercatat sebanyak 764 mata air yang merupakan
hasil pendataan yang dilakukan tahun 2010.
Demikian pula perlindungan kualitas lahan untuk menjaga produktivitasnya yang
dapat bermanfaat untuk masyarakat, pemerintah daerah telah pula memberi perhatian
optimal untuk rehabilitasi lahan-lahan kritis. Dari total lahan kritis 10.283 hektar pada
tahun 2010 ditangani seluas 3.273,81 hektar sehingga sisa lahan kritis yang masih
harus kita ditangani tinggal seluas 7.009,19 hektar. Dalam kawasan hutan dilakukan
pula reboisasi seluas 1.441 hektar.
Implementasi kegiatan diatas dilakukan melalui beberapa program yang dikemas
dalam Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon “One Billion Indonesian Trees” (OBIT).
Adapun realisasi penanaman sebanyak 4.810.091 pohon yang terdiri dari penanaman
dalam kawasan hutan sebanyak 1.644.996 pohon dan diluar kawasan hutan sebanyak
3.165.095 pohon. Selain itu dilakukan pula penambahan bangunan sipil teknis sebagai
upaya untuk pengendalian erosi, sedimentasi dan aliran permukaan dan pembangunan Page 19
sumur-sumur resapan baru, yang sepanjang tahun 2010 telah kami tuntaskan sebanyak
50 unit.
Selain berbagai upaya pembangunan dalam pemeliharaan kualitas lingkungan
yang kami kemukakan tersebut, kami lakukan pula melalui pengendalian ruang terbuka
hijau (RTH) dalam kota, yang dikonsentrasikan di taman-taman yang ada di wilayah ibu
kota yang mencakup kecamatan Sumedang Selatan dan Sumedang Utara maupun di
luar kawasan perkotaan.
Demikian paparan pelaksanaan kebijakan kinerja yang telah diraih dalam
penanganan lingkungan dan fungsi kawasan lindung. Selanjutnya, paparan kinerja
lainnya yang akan kami kemukakan berkaitan dengan kebijakan peningkatan kualitas
pengelolaan dan penyediaan jaringan jalan dan jembatan, irigasi, air bersih serta
infrastruktur lainnya di daerah.
Penggambaran kinerjanya, pertama-tama akan dimulai dengan perkembangan
kondisi jaringan irigasi yang telah kami tangani dengan berbagai intervensi kegiatan
pembangunan maupun rehabilitasi. Hingga akhir tahun 2010, kondisi jaringan irigasi
pada status rusak berat, telah mengalami penurunan dari seluas 299 hektar menjadi
277 hektar. Kemudian untuk jaringan irigasi rusak ringan berkurang dari 508 menjadi
495 hektar.
Penurunan luasan irigasi yang rusak tersebut, pada akhirnya menambah jumlah
jaringan irigasi pada status baik menjadi 239 hektar dari tahun sebelumnya yang
mencapai 228 hektar. Perbaikan kondisi jaringan irigasi ini , merupakan peluang yang
terus kita manfaatkan dalam pemantapan target komoditas pertanian unggul,
sebagaimana telah saya kemukakan pada paparan terdahulu.
Selanjutnya untuk kinerja peningkatan kondisi jalan dan jembatan, dapat kami
informasikan bahwa dari 796,056 km panjang jalan kabupaten, kondisi rusak berat telah
menurun dari 223,35 Km menjadi 178,310 Km, kondisi rusak ringan berkurang dari
131,137 Km menjadi 131,133 Km dan dalam kondisi baik meningkat dari 441,569 Km
menjadi 486,613 Km. Adapun untuk kondisi jembatan, untuk rusak berat mengalami
penurunan dari 16 buah menjadi 15 buah dan untuk kondisi rusak ringan juga
mengalami penurunan dari 28 buah menjadi 25 buah serta untuk kondisi baik telah
meningkat dari 101 buah menjadi 105 buah.
Peningkatan kondisi jalan dan jembatan ini, merupakan komitmen kami guna
memperkuat aktivitas perekonomian daerah yang makin ditopang oleh kelancaran jalur
distribusi dan mobilisasi pergerakan pengusaha, jasa dan barang yang diperlukan
masyarakat daerah, sehingga pada secara bertahap akan berkontribusi pada
pengurangan tingkat kesenjangan pembangunan antar kawasan, baik di tingkat
kecamatan, perdesaan serta hubungan pusat-pusat pertumbuhan baru.
Kemudian untuk perkembangan cakupan layanan air bersih, rata-rata layanan air
bersih terhadap seluruh KK baru mencapai 25.632 Saluran Langganan (SL) yang
dilayani melalui PDAM atau meningkat sebanyak 122 Saluran Langganan dari tahun
sebelumnya. Sedangkan sisanya masih dilayani oleh air baku, baik saluran sumur yang
dibuat setiap keluarga maupun memanfaatkan air permukaan dari sungai secara
langsung.
Sementara itu, untuk penanganan sampah pada tahun 2010, Pemerintah daerah
baru mampu menangani sekitar 133 m3 dari volume sampah sebanyak 264,81 m3 yang
dihasilkan oleh seluruh rumah tangga. Sedangkan untuk penanganan air limbah,
konsentrasi pemerintah daerah pada tahun 2010 masih diprioritaskan pada upaya untuk
memantau kondisi kualitas air sungai Cimande dari tekanan pencemaran limbah
industri, melalui penggunaan alat secara digital.
Kondisi infrastruktur lainnya yang terus menjasi perhatian kita berkaitan dengan
perbaikan kondisi layanan untuk aktivitas transportasi daerah, antara lain perbaikan
traffic light dengan menggunakan digital timer dan pengeras suara yang
menginformasikan tentang tata kelola lalu lintas yang berbudaya. Traffic light tersebut di
konsentrasikan di kawasan-kawasan jalur lalu lintas padat seperti di kawasan rumah
sakit, taman kota, pusat keramaian kota serta jalur pertemuan jalan kabupaten, provinsi
dan jalan negara.
Demikian juga dengan perbaikan marka-marka jalan, zebra cross serta
penertiban lokasi-lokasi parkir liar dan terminal bayangan, baik melalui penindakan
yang bersifat persuasif maupun represif tindakan hukum melalui pemanfaatan aparat
satuan polisi pamong praja. Namun demikian berkaitan dengan kejadian kecelakaan
lalu lintas di jalan raya pada tahun 2010 terjadi sebanyak 591 kali dan dilihat dari jumlah
korbannya untuk tahun 2010 mencapai 842 orang.
Demikian pemaparan kondisi infrastruktur daerah yang telah berhasil kami
wujudkan sepanjang tahun 2010. Untuk selanjutnya pada bagian akhir paparan kinerja
ini, kami akan menggambarkan secara umum kondisi pelaksanaan kebijakan
peningkatan ketersediaan energi listrik dan listrik perdesaan.
Kondisi kinerja yan telah diwujudkan antara lain berkaitan dengan cakupan
elektrifikasi perdesaan tahun 2010 yaitu mencapai 96,2 % dari target sebanyak 500 KK.
Untuk mengatasi kebutuhan elektrifikasi bagi rumah tangga kurang mampu telah
dilaksanakan pemasangan listrik perdesaan (sambungan rumah) sebanyak 481 unit
untuk 481 KK atau mencapai 96,2 % dari target sebanyak 500 KK.
Page 21
Dalam hal menyikapi dan mengantisipasi kebutuhan energi listrik bagi
masyarakat, pemerintah daerah telah mengembangkan pemanfaatan energi alternatif
yang potensial dan dapat dimanfaatkan seperti biogas dan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikri Hydro (PLTMH). Untuk perkembangannya, pengguna energi mikro hydro saat ini
mencapai 700 KK atau sebesar 280 % dari target sebanyak 25 KK, sedangkan energi
biogas saat ini baru mencapai 72 KK.
Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati,
Terkait dengan beberapa proyek strategis yang bersifat multiyears di Kabupaten
Sumedang, dapat kami laporkan progress-nya sebagai berikut :
1) Pembangunan Waduk Jatigede
Pembangunan fisik waduk Jatigede sampai dengan akhir bulan Desember 2010
mencapai sekiranya 34,5 % dari target 36,33 % atau mengalami deviasi sebesar
1,82 %. Hal ini menunjukkan dalam pelaksanaannya secara umum telah berjalan
lancar. Kebutuhan lahan untuk genangan Jatigede maupun fasilitas pendukungnya
seluas 4.946 Ha dengan rincian sebagai berikut : Lahan milik kehutanan seluas
1.361 Ha, yang sudah dibebaskan seluas 185 Ha; Lahan milik penduduk seluas
3.585 Ha, yang sudah dibebaskan seluas 3.426 Ha.
Penduduk yang terkena dampak langsung pembangunan waduk Jatigede tersebar
di 4 kecamatan, 17 desa, 66 RW dan 248 RT. Sesuai hasil validasi Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sumedang jumlahnya mencapai
8.485 KK, dengan rencana pemindahan penduduk melalui : Pola transmigrasi;
Pola Resetlement (pindah ke daerah penerima manfaat yaitu Kabupaten
Indramayu, Majalengka dan Kabupaten Cirebon); serta Pola sisipan perdesaan.
Dari jumlah tersebut yang sudah dipindahkan melalui transmigrasi mulai dari tahun
1994 sampai dengan tahun 2010 mencapai 1.572 KK, serta melalui relokasi ke
kabupaten terdekat (Garut dan Cianjur) sebanyak 138 KK. Namun demikian,
realisasi pemindahan penduduk tersebut belum berjalan sesuai dengan harapan
karena sebagian diantaranya telah kembali lagi. Untuk penanganan situs , dari 42
situs yang berada di daerah genangan, 15 situs telah dilakukan studi teknis oleh
Direktorat Kepurbakalaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 situs diantaranya
sudah direlokasi.
Permasalahan sosial krusial saat ini yang perlu mendapatkan perhatian dari
semua pihak antara lain adalah : validasi data penduduk dan penuntasan proses
pemindahan penduduk; penyelesaian pembebasan lahan dan permasalahan
bangunan baru; penanganan situs/cagar budaya; penanganan kelembagaan
pemerintahan desa; pemindahan berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial
masyarakat; penanganan masalah ekonomi terutama terkait dengan peralihan
mata pencaharian penduduk; penanganan masalah lingkungan hidup; serta
penanganan masalah sosial budaya lainnya.
2) Pembangunan Tol Cisumdawu
Panjang jalan Tol Cisumdawu diperkirakan 60,10 Km dengan kebutuhan lahan
seluas 834, 01 Ha. Untuk segmen I Cileunyi-Sumedang sepanjang 29,05 Km
(427,55 Ha), serta untuk segmen II Sumedang-Dawuan sepanjang 31,05 Km
(406 ,46 Ha). Sampai dengan tahun 2010, lahan yang sudah dibebaskan seluas
157,78 Ha dengan nilai ganti rugi sebesar Rp.179,308 milyar lebih yang
bersumber dari APBN dan APBD. Kalau tidak ada kendala berarti, proses
pembangunan konstruksi jalan Tol Cisumdawu tersebut mudah-mudahan dapat
dimulai pada tahun 2011 ini, diawali dari trase seksi II Rancakalong-Sumedang
sepanjang 17,5 Km (255,05 Ha)
3) Pembangunan Pusat Pemerintahan Berbasis Budaya Sunda
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang berbasis budaya
Sunda secara keseluruhan diperkirakan membutuhkan pendanaan sebesar Rp.
443,27 milyar, terdiri dari : untuk kebutuhan pembebasan lahan seluas 32 Ha
sebesar Rp. 91,20 milyar; pembangunan infrastruktur sebesar Rp. 281,62 milyar;
serta pengadaan perlengkapan kantor sebesar Rp. 70,45 milyar. Realisasi
pembangunannya saat ini adalah sebagai berikut : untuk pengadaan lahan baru
mencapai 9,5 Ha dengan dukungan pendanaan sebesar Rp. 23,40 milyar;
pembangunan infrastruktur untuk alokasi Kantor Bupati dan Sekretariat Daerah
dengan dukungan pendanaan sebesar Rp. 42 Milyar. Adapun untuk pengadaan
perlengkapan kantor baru akan terealisasikan mulai tahun 2011 ini.
4) Pengembangan Kawasan Perkotaan Jatinangor
Pengembangan Kawasan Perkotaan Jatinangor (KPJ) merupakan salah satu
bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Sumedang untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Jatinangor dan
sekitarnya yang notabebe merupakan kawasan cepat tumbuh serta bagian dari
pengembangan Bandung Metropolitan Area. Studi kelayakan serta penyusunan
naskah akademik KPJ telah dilaksanakan berturut-turut pada tahun 2009 dan
2010, saat ini rencana tahapannya akan memasuki penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah. Namun demikian tindak lanjut pembahasannya menunggu
ditetapkannya terlebih dahulu Peraturan Daerah tentang Revisi RTRW Kabupaten
Sumedang yang saat ini masih berproses. Sebagaimana dimaklumi bahwa sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2009 tentang Pedoman Page 23
Pengelolaan Kawasan Perkotaan, rencana pengembangan kawasan perkotaan
harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah.
Pada kesempatan yang baik ini dapat kami laporkan pula, bahwa setiap langkah
proaktif untuk menanggulangi berbagai dampak yang mungkin timbul khususnya dari
pembangunan waduk Jatigede dan jalan Tol Cisumdawu, serta untuk mendorong agar
warga masyarakat Sumedang berperan sebagai subjek pembangunan dan menjadi
pemetik manfaat utama dari terbangunnya megaproyek tersebut, selama tahun 2010
walaupun masih bersifat parsial kami telah berupaya mendorong berbagai kegiatan
antisipatif pada berbagi SKPD terkait. Adapun penanganan yang lebih komprehensif
Insya Allah akan kami lakukan mulai tahun 2011 ini, yaitu diawali dengan optimalisasi
koordinasi lintas sektor dan lintas jenjang pemerintah serta penyusunan perencanaan
penanggulangan dampak sosial, budaya dan ekonomi yang lebih sistematis dari
megaproyek tersebut.
Rapat Paripurna DPRD yang kami banggakan,
Demikian kiranya pokok-pokok LKPJ atas kinerja pemerintah dan pembangunan
daerah tahun 2010 dalam balutan tema “Akselerasi penanggulangan permasalahan
sosial, budaya dan ekonomi dengan ditopang semangat Sumedang Puseur Budaya
Sunda”. Kami menyadari bahwa belum semua harapan masyarakat maupun mitra
kerja kami di DPRD, maupun diwujudkan dalam pelaksanaan pemerintah daerah
melalui 9 kebijakan utama yang dijadikan landasan operasional bagi 4 misi
pembangunan daerah. Namun demikian, dari waktu ke waktu kami senantiasa akan
terus meningkatkan kemampuan teknokratis para perangkat daerah kami, serta
memaduserasikannya dengan aspirasi masyarakat dan pokok-pokok pikiran DPRD.
Kita semua perlu percaya bahwa keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dalam perspektif budaya Sunda akan tergantung pada “rempug
jungkung sauyunan” - nya segenap komponen daerah yang ditopang oleh tiga pilar
utama atau “Tri tangtu dibuana”, yakni : Resi yang diperankan oleh para ulama,
budayawan dan cendekiawan dengan nilai filosifis “gurat cai”; Ratu yang diperankan
oleh pemerintah daerah (Pemerintah Daerah dan DPRD ) dengan nilai filosofis “gurat
batu”; serta Rama yang diperankan oleh tokoh dan warga masyarakat dengan nilai
filosofi “gurat taneuh”. Karena itu kami mengetuk pintu hati segenap komponen daerah,
mari kita bangun kemitraan dan kerjasama yang sinergis diantara ketiga pilar utama
daerah tersebut.
Untuk melukiskan kebanggaan dan rasa syukur, serta sekaligus pengharapan
kita ke depan terhadap “lemah cai” Sumedang, pada akhir sambutan ini, ijinkanlah saya
mengutip bagian dari rumpaka lagu Sunda Mekar sebagai berikut : “Sumedang tanahna
subur, gemah ripah ma’mur loh jinawi, gunung-gunungna, cur cor caina, maplak
pasawahannana, cukup sugih pangebonna, karaharjaan mencar mawur kajauhna,
nagri nanjung panjang punjung, murah sandang murah pangan” .
Terima kasih atas perhatiannya, semoga kita semua diberikan kekuatan untuk
mengemban amanah yang mulia ini, serta senantiasa ada dalam perlindungan Allah
SWT.
Billahi taufik wal hidayah. Wassalamu’alakium warakhmatullohi wabarokatuh.
BUPATI SUMEDANG
DR. H. DON MURDONO,SH. MSi
Page 25