bab ii studi literatur - perpustakaan digital · pdf filepembangunan industri harus mampu...

34
9 BAB II STUDI LITERATUR II.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional Pembangunan industri adalah bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan sektor industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja yang disebabkan oleh melemahnya daya saing, tetapi juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional (KPIN, 2005). Permasalahan nasional tersebut adalah: - Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan - Rendahnya pertumbuhan ekonomi - Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia - Lemahnya sektor infrastruktur - Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi Sementara itu berbagai permasalahan pokok yang sedang dihadapi oleh sektor industri, yaitu: pertama, ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dan sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat, ekspor produk industri dikuasai oleh hanya beberapa cabang industri. Kelima, lebih dari 60% sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil dan menengah (KPIN, 2005). Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun harus

Upload: lycong

Post on 18-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

9

BAB II

STUDI LITERATUR

II.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional

Pembangunan industri adalah bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap

pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti

terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam

penentuan tujuan pembangunan sektor industri di masa depan, baik jangka

menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi

permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja yang disebabkan oleh

melemahnya daya saing, tetapi juga harus mampu turut mengatasi permasalahan

nasional (KPIN, 2005). Permasalahan nasional tersebut adalah:

- Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan

- Rendahnya pertumbuhan ekonomi

- Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia

- Lemahnya sektor infrastruktur

- Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi

Sementara itu berbagai permasalahan pokok yang sedang dihadapi oleh sektor

industri, yaitu: pertama, ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa

bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan komponen. Kedua,

keterkaitan antara sektor industri dan sektor industri dengan ekonomi lainnya

relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh beberapa

cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat, ekspor produk

industri dikuasai oleh hanya beberapa cabang industri. Kelima, lebih dari 60%

sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan

kelompok industri kecil dan menengah (KPIN, 2005).

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi,

berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari

pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun harus

Page 2: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

10

menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah

mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar

produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan

proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus

dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap

kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma baru yang

harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi

negaranya.

Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, isu, serta tantangan di

atas, Departemen Perindustrian telah menyusun Kebijakan Pembangunan Industri

Nasional (KPIN) yang telah disepakati oleh berbagai pihak terkait, dimana

pendekatan pembangunan industri dilakukan melalui Konsep Klaster Industri

dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya

klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling

berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri

terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga

terkait. Manfaat klaster ini selain untuk mengurangi biaya transportasi dan

transaksi, juga untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan asset secara kolektif,

dan mendorong terciptanya inovasi.

Pembangunan industri nasional diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman

rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola

jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada

kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut,

industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta IKM

tertentu (KPIN, 2005). Dalam jangka menengah (2004-2009), fokus pembangunan

industri adalah penguatan dan penumbuhan klaster-klaster industri inti yang

berjumlah sepuluh kelompok industri, yaitu: industri makanan dan minuman,

industri pengolahan hasil laut, industri tekstil dan produk tekstil, industri alas

kaki, industri kelapa sawit, industri barang kayu (termasuk rotan), industri karet

Page 3: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

11

dan barang karet, industri pulp dan kertas, industri mesin listrik dan peralatannya,

serta industri petrokimia (KPIN, 2005).

Di sisi lain, IKM mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional,

terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat

serta menumbuhkan aktivitas perekonomian di daerah. Di samping itu,

pengembangan IKM merupakan bagian integral dari upaya pengembangan

ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan. Adapun tujuan pengembangan

IKM adalah (1) Meningkatkan kesempatan berusaha, lapangan kerja dan

pendapatan; (2) Memperkuat struktur industri; (3) Meningkatkan IKM berbasis

hasil karya intelektual (knowledge-based); (4) Meningkatkan persebaran industri;

dan (5) Melestarikan seni budaya kegiatan produktif yang ekonomis.

Bagi IKM, peningkatan kemitraan, baik dalam bidang pemasaran, teknologi

maupun permodalan perlu segera dilakukan. Fasilitasi pemerintah masih tetap

sangat diperlukan dan dalam intensitas yang tinggi. Pengembangan IKM perlu

dilakukan secara terintegrasi dan sinergi dengan pengembangan industri berskala

menengah dan besar, karena kebijakan pengembangan sektoral tidak bisa

mengkotak-kotakkan kebijakan menurut skala usaha. Untuk itu strategi

pengembangan IKM dilaksanakan melalui (1) Pemberdayaan IKM yang sudah

ada; (2) Pembinaan IKM secara terpadu; dan (3) Meningkatkan keterkaitan IKM

dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya.

II.2 Klaster Industri

II.2.1 Definisi Klaster Industri

Definisi klaster industri berkembang dari definisi yang sempit (sederhana) sampai

dengan definisi luas dan kompleks (Untari, 2004). Definisi ini berkembang seiring

perkembangan penelitian tentang klaster dan perkembangan kehidupan klaster itu

sendiri.

Definisi klaster secara sederhana adalah kumpulan perusahaan-perusahaan secara

sektoral dan spasial yang didominasi oleh satu sektor. Definisi ini banyak

Page 4: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

12

digunakan oleh peneliti-peneliti klaster yang melakukan penelitian di negara-

negara berkembang (Schmitz dan Nadvi, 1999). Perkembangan definisi klaster

diawali dari penelitian terhadap kisah sukses Italia Utara pada tahun 1980-an.

Berdasarkan fenomena kisah sukses Italia Utara tersebut dirumuskan karakteristik

kunci klaster atau industrial district (Schmitz dan Musyck, 1994) sebagai berikut :

1. Didominasi oleh usaha kecil yang beraktivitas pada sektor yang sama

(spesialisasi pada sektor) atau sektor yang berhubungan.

2. Kolaborasi antar usaha yang berdekatan dengan berbagai peralatan,

informasi, tenaga kerja terampil, dan lain sebagainya.

3. Perusahaan-perusahaan tersebut saling bersaing dengan lebih berdasarkan

pada kualitas produk daripada menurunkan ongkos produksi termasuk

upah.

4. Pengusaha dan pekerja memiliki sejarah panjang pada lokasi tersebut. Hal

ini memudahkan saling percaya dalam berhubungan baik antara usaha

kecil, antara pekerja, dan tenaga kerja terampil.

5. Pengusaha diorganisir dengan baik dan berpartisipasi aktif dalam

organisasi mandiri.

6. Ada pemerintah lokal dan regional yang aktif mendukung pengembangan

klaster industri lokal atau daerah.

Humphrey dan Schmitz (1995) membedakan definisi klaster dan industrial

district yaitu klaster didefinisikan sebagai berkumpulnya perusahaan secara

geografis maupun sektoral, sehingga mendapatkan manfaat dari external

economics, yaitu munculnya supplier yang menyediakan bahan baku dan

komponen, mesin-mesin baru atau bekas dengan suku cadangnya; tersedianya

tenaga kerja terampil. Klaster juga akan menarik agen yang akan menjual hasil

produksi klaster ke pasar yang jauh (bukan pasar lokal), dan munculnya berbagai

penyedia jasa teknik, keuangan dan akunting. Sedangkan industrial district, akan

muncul jika klaster berkembang lebih dari sekedar adanya spesialisasi dan

pembagian kerja antar perusahaan dengan munculnya kolaborasi antara agen

ekonomi lokal di dalam suatu wilayah, dan meningkatnya kapasitas produksi lokal

Page 5: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

13

dan kadang-kadang kapasitas inovasi juga meningkat, serta munculnya asosiasi

sektoral yang kuat.

Selanjutnya definisi klaster berkembang menjadi lebih luas dan kompleks.

Definisi klaster yang diusulkan oleh Porter (1998) menyatakan bahwa klaster

sebagai suatu kelompok perusahaan yang saling terhubung berdekatan secara

geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus;

mereka terhubung karena kebersamaan dan saling melengkapi. Dengan definisi

tersebut, suatu klaster industri dapat termasuk pemasok bahan baku dan input

yang spesifik, sampai ke hilir (pasar atau para eksportir), termasuk juga lembaga

pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa, dan lembaga lain (universitas, lembaga

pelatihan) yang mendukung perusahaan-perusahaan dalam klaster.

Lingkup geografis klaster dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja

atau salah satu jalan di suatu kota, sampai mencakup kecamatan atau provinsi.

Klaster yang didefinisikan Porter (1998) menggambarkan bentuk klaster yang

paling maju dan sebagian ditemukan di negara maju. Klaster negara maju berbeda

dengan klaster-klaster di negara berkembang yang dijumpai pada klaster sepatu

Brazil, India, dan Mexico; peralatan bedah di Pakistan; garmen di Peru, dan mebel

di Indonesia (Schmits dan Nadvi, 1999).

Sebagai dasar penelitian ini digunakan definisi sederhana yang dikemukakan oleh

Schmits dan Nadvi (1999). Definisi tersebut sesuai dengan industri kecil di negara

berkembang dan sesuai dengan kondisi klaster Indonesia. Dimana klaster industri

kecil memiliki kriteria: terdapat lebih dari satu usaha kecil, terdapat satu sektor

usaha yang dominan, dan di dalam suatu wilayah geografis tertentu. Klaster

industri terdiri dari :

1. Industri inti

Industri inti adalah industri yang dijadikan titik masuk kajian, dapat

merupakan sentra industri. Industri yang maju dicirikan dengan adanya

inovasi.

Page 6: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

14

2. Industri Pemasok

Industri pemasok adalah industri yang memasok dengan produk khusus.

Pemasok yang khusus (spesialis) merupakan pendukung kemajuan klaster.

Produk khusus industri pemasok berupa bahan baku, bahan tambahan, dan

aksesoris).

3. Pembeli/Konsumen

Pembeli/konsumen dapat berupa distributor, pengecer atau pemakai

langsung. Pembeli yang sangat penuntut merupakan pendukung kemajuan

klaster.

4. Industri Pendukung

Industri pendukung meliputi industri jasa dan barang (infrastruktur,

peralatan, kemasan), termasuk layanan pembiayaan (Bank, Venture

Capital), dan layanan pengembangan bisnis.

5. Industri Terkait

Istilah terkait di sini agak berbeda dengan yang dipakai sehari-hari.

Industri terkait tidak berhubungan bisnis secara langsung. Industri terkait

adalah industri yang mengggunakan infrastruktur dan sumber daya yang

sama (misalnya kelompok tenaga ahli).

6. Lembaga/Institusi Pendukung

Lembaga/institusi pendukung dapat berupa lembaga pemerintah sebagai

penentu kebijakan, asosiasi profesi yang bekerja untuk kepentingan

anggota, dan lembaga swadaya masyarakat yang bekerja pada bidang

khusus yang mendukung (Lembaga pendukung : Pemerintah, Asosisasi,

LSM).

Skema generik yang dapat menjelaskan hubungan di dalam klaster industri dapat

dilihat pada gambar 2.1.

Page 7: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

15

Gambar 2.1 Skema Generik Klaster Industri (Disperindag, 2006)

II.2.2 Model-model Analisis Klaster Industri

Beberapa model dalam menganalisis klaster telah dikembangkan akhir-akhir ini.

Model-model yang ada tersebut adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang

menentukan suatu klaster dapat hidup dan tumbuh. Empat model utama yang

digunakan untuk menjelaskan fenomena klaster industri kecil yaitu External

Economies, Flexible Specialization, Collective Efficiency, Diamond Porter Model.

II.2.2.1 External Economies

Perkembangan model tentang klaster industri diawali dari kesuksesan klaster yang

terjadi di Italia Utara. Fenomena kesuksesan tersebut berusaha dijelaskan

menggunakan konsep External Economies yang dikemukakan oleh Marshall

(1920, dalam Untari, 2004). Konsep ini menjelaskan (1) mengapa dan bagaimana

terjadinya lokasi industri, dan (2) mengapa dan bagaimana usaha kecil dapat

efisien dan kompetitif. External Economies merupakan penghematan yang timbul

dari kenaikan skala produksi yang tergantung pada pembangunan industri secara

umum. Beberapa contoh External Economies tersebut yaitu:

- Peningkatan pengetahuan tentang pasar dan teknologi yang mendampingi

ekspansi output industri.

- Kreasi pasar bagi tenaga kerja terampil, dan jasa pelayanan khusus.

Page 8: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

16

- Kemungkinan untuk membagi proses produksi ke dalam tahap-tahap yang

khusus.

- Pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan jaringan kereta api.

Pembahasan mengenai external economies dapat dilakukan dalam kerangka

analisis yang statis dan dinamis. Dalam kerangka statis kumpulan usaha kecil

pada suatu lokasi juga cenderung menurunkan biaya transaksi melalui aktor-aktor

perekonomian yang beroperasi. Berdasarkan konsep ini usaha kecil yang hidup

mengumpul di dalam klaster akan mendapatkan external economies sehingga

menimbulkan keuntungan efisiensi yang menyebabkan mereka dapat tumbuh.

Sedangkan external economies yang dinamis merupakan akumulasi keterampilan,

know-how, dan pengetahuan yang didapat secara spontan dengan sosialisasi di

dalam distrik.

Kritik utama terhadap analisis external economies adalah penghematan yang

secara tidak sengaja diperoleh karena perusahaan yang lokasinya berdekatan.

Ketidaksengajaan ini menjadi keterbatasan teori external economies (Mishan

(1971), dalam Untari, 2004).

II.2.2.2 The Flexible Specialization Framework

Di tahun 1984 Piore dan Sabel mengemukakan suatu kerangka analisis industri

yang lebih dikenal dengan flexible specialization. Model ini menjelaskan

pengalaman industri kecil dan menengah di Italia dan Jerman Selatan yang

mengalami pertumbuhan dan keberhasilan. Piore dan Sabel berpendapat bahwa

flexible specialization adalah konsekuensi dari krisis produksi massal dimana

pasar massal sudah jenuh dan konsumen menginginkan produk yang spesial dan

berbeda (spesialized and differentiated goods) yang tidak dapat dipenuhi sistem

produksi massal (Amin dan Robin (1990) dalam Untari, 2004).

Ide utama dari kerangka flexible specialization, bahwa IKM dapat tumbuh lebih

cepat dari pada industri skala besar dalam hal proses pengembangan (Piore dan

Sabel (1984), dalam Untari, 2004). Di negara-negara Eropa Barat, Jepang, Swedia

Page 9: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

17

dan Amerika Serikat, IKM di beberapa subsektor seperti elektronik dan automotif,

ditemukan hal-hal signifikan sebagai sumber invention, inovasi, dan efisiensi.

Industri-industri tersebut telah menemukan kemampuan untuk bersaing dengan

industri besar, bahkan memperbaiki posisi relatif mereka dalam beberapa aspek

persaingan.

Kritik terhadap teori flexible specialization (Schmitz (1990), dalam Untari, 2004)

adalah sebagai berikut :

1. Flexible specialization tidak didefinisikan, sehingga teori tersebut sering

didefinisikan secara sempit maupun luas. Hal ini menyulitkan

pengadopsian teori tersebut ke dalam beberapa kasus.

2. Di dalam produksi masal sebenarnya juga terdapat fleksibilitas. Hal ini

karena muncul teknologi proses produksi baru yang dapat diprogram

secara otomatis sehingga memungkinkan produksi masal cepat bereaksi

dan merevisi proses produksi. Artinya perbedaan antara mass production

dan Flexible specialization menjadi kabur dan kurang dapat diaplikasikan.

3. Pasar tidak pernah jenuh karena akan selalu muncul pasar baru.

4. Adanya rasa tidak aman pekerja karena dipekerjakan tidak reguler atau

tidak mempunyai hubungan formal dengan perusahaan.

5. Pendekatan mikro yang digunakan oleh flexible specialization tidak dapat

digunakan untuk menjadi dasar bagi kebijakan makro.

6. Belum mengikutsertakan peranan pemerintah lokal.

II.2.2.3 The Collective Efficiency Model

Kerangka ”collective efficiency” digagas oleh Hubert Shmitz setelah melakukan

sejumlah observasi dan studi kasus di banyak industri, terutama Eropa Barat

(seperti Italia) dan Brazil. Konsep ”collective efficiency” tersebut

mengungkapkan bagaimana industri kecil dapat tumbuh dan bersaing, baik di

pasar nasional dan internasional. Dengan konsep ini juga, Hubert Schmitz

menganalisa prospek pertumbuhan industri kecil di banyak negara. Skope analisa

dengan kerangka ”collective efficiency” fokus pada kosentrasi industri yang

berdekatan dalam suatu wilayah, yang memproduksi barang atau jasa sejenis.

Page 10: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

18

Menurut Schmitz (1995), pengelompokan industri dalam wilayah yang sama

memberikan banyak manfaat bagi pengembangan di masa datang, diantaranya

adalah :

• Pengelompokan tenaga kerja sesuai dengan keahlian masing-masing.

• Adanya produk dengan spesialisasi khusus

• Munculnya supplier yang menyediakan bahan baku atau komponen, baik

mesin-mesin baru maupun bekas.

• Munculnya agen-agen yang menjual produk ke pasar nasional maupun

internasional.

• Munculnya lembaga-lembaga penyedia jasa teknik, permodalan, dan

akuntan.

• Munculnya pengelompokan gaji tenaga kerja sesuai dengan keahlian.

• Terbentuknya secara bersama-sama lembaga yang menjadi penghubung

atau mediator antar pelaku industri, seperti asosiasi industri dan

sebagainya.

Schmitz (1995) menyebutkan bahwa timbulnya collective efficiency karena

adanya external economies dan joint action. Teori tentang external economies

dianggap tidak cukup untuk menjelaskan pengembangan klaster. Hal ini

dikarenakan external economies merupakan sesuatu yang didapatkan secara tidak

sengaja (Mishan (1971) dalam Untari, 2004). Sedangkan untuk dapat menjelaskan

pertumbuhan klaster dengan sesuatu yang sengaja dilakukan dengan joint action.

Schmitz (1995) menyatakan bahwa joint action memiliki dua dimensi, yaitu

jumlah partisipasi dana dan kerjasamanya. Jumlah partisipasi joint action dapat

dibedakan menjadi:

1. Individual Enterprise Cooperation (sebagai contoh sharing equipment

atau mengembangkan produk baru) disebut sebagai bilateral.

2. Sekelompok perusahaan bersama-sama membentuk bisnis asosiasi,

konsorsium prosedur dan sejenisnya, disebut sebagai joint action

multilateral.

Page 11: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

19

Sedangkan arah kerjasama dapat dibedakan dalam:

1. Kerjasama horizontal (diantara kompetitor)

2. Kejasana vertikal (antara produser dan supplier input atau antara produser

dan penjual output)

Bentuk dari joint action tersebut terlihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Bentuk Joint Action

Bilateral Multirateral

Horizontal Seperti sharing peralatan atau mesin-mesin

Asosiasi industri

Vertikal

Seperti produsen dan konsumen saling berbagi informasi untuk memperbaiki kualitas

Aliansi dalam penciptaan rantai nilai tambah

Collective efficiency merupakan dasar bahwa industri kecil akan kuat, tumbuh,

dan berkembang jika berkumpul dalam klaster. Industri kecil bahkan dapat

menjadi pemain dalam pasar dunia jika usaha kecil yang berdekatan tersebut

memiliki spesialisasi antar usaha kecil tinggi dan saling berfungsi menjadi

komplementer (Untari, 2004).

Teori Collective efficiency oleh Schmitz dan Nadvi (1999) sendiri dianggap masih

mempunyai beberapa kekurangan, yaitu belum mencakup external linkage.

Keterbatasan ini terjadi karena pendekatan pada level meso yang digunakannya.

Keterbatasan selanjutnya adalah memandang klaster sebagai sesuatu yang statis

(Neven dan Droge (2001), dalam Untari, 2004).

II.2.2.4 Diamond Porter Model

Model Diamond memberikan 4 (empat) hal yang saling berhubungan, yang

menggambarkan determinan keunggulan regional seperti tercantum pada gambar

2.2. Keempat determinan itu yaitu:

1. Strategi, struktur, dan pesaing perusahaan (firm and strategy rivalry),

kondisi bagaimana usaha terbentuk, terorganisir, dan membentuk struktur

persaingan yang sehat.

Page 12: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

20

2. Kondisi faktor (factor conditions), kemampuan produksi, tenaga kerja,

infrastruktur, dan kondisi lainnya.

3. Kondisi permintaan (demand conditions), permintaan dalam negeri atau

hasil produksi perusahaan dalam negeri yang dapat menyaingi produk

impor.

4. Industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industries),

industri-industri pendukung (termasuk IKM), kemampuan pemasok,

keterkaitan/jaringan kerja antar usaha yang dapat meningkatkan

persaingan internasional.

Selain itu, terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap keempat determinan

tersebut yaitu peluang (chance) dan peranan pemerintah (goverment), akan tetapi

kedua faktor tersebut bukan merupakan determinan itu sendiri. Teori diamond

menjelaskan bahwa tiap-tiap determinan dipengaruhi oleh ketiga determinan

lainnya (Porter, 1990).

Gambar 2.2. Model diamond Porter

Dalam suatu negara, faktor penentu keunggulan nasional tidak seluruhnya

tersedia sejak awal. Biasanya industri-industri muncul dengan keunggulan pada

salah satu determinan saja. Ketika proses berlanjut, kompetitor tertarik,

determinan lain menjadi signifikan dan keunggulan pun terakumulasi.

Page 13: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

21

Industri-industri cenderung mengelompok secara geografis. Konsentrasi pesaing

domestik secara bertahap akan dikelilingi oleh pamasok-pemasok dan industri

terkait. Kota-kota atau wilayah tertentu kemudian menjadi lokasi industri yang

unik dengan jenis industri yang berbeda-beda. Konsentrasi geografis ini terjadi

karena pengaruh determinan dalam “diamond” dan efek penguatan masing-

masing yang didukung dengan kedekatan geografis. Hal ini berkaitan dengan

efisiensi dan spesialisasi. Dalam rangka mendorong peningkatan dan inovasi,

sejumlah pesaing dalam lokasi yang sama akan cenderung menjadi perusahaan

yang “pencemburu” dan emosional, sehingga akan mendorong peningkatan dan

inovasi. Konsentrasi geografis menjadi magnet yang kuat untuk menarik potensi

dan faktor-faktor lain masuk ke wilayah tersebut (Porter,1990).

2.2.3 Pembentukan Klaster Industri Kecil

LPM-ITB (2001) menyatakan bahwa dilihat dari proses munculnya, klaster

industri kecil dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Klaster yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa dan swadaya

masyarakat

2. Klaster yang khusus diciptakan oleh pemerintah, misalnya PIK

(Perkumpulan Industri Kecil) dan LIK (Lokasi Industri Kecil)

Klaster industri kecil terbentuk karena adanya permintaan (demand) yang tidak

layak dipenuhi oleh industri menengah maupun besar, dan di sisi lain permintaan

tersebut sulit untuk dipenuhi hanya oleh satu atau sejumlah kecil perusahaan

industri kecil (LPM-ITB, 2001). Karena lebih menguntungkan, antara perusahaan-

perusahaan industri kecil tersebut terjadi kerjasama, baik berupa kerjasama antara

perusahaan industri kecil sejenis maupun kerjasama antara perusahaan industri

kecil dengan perusahaan lain yang bersifat pendukung. Perusahaan industri kecil

yang termasuk dalam suatu klaster dapat berkumpul dalam suatu lokasi, maupun

tidak terintegrasi (lokasi tersebar) tetapi masih memiliki suatu keterkaitan (LPM-

ITB, 2001).

Page 14: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

22

Motivasi berkumpulnya perusahaan industri kecil dalam klaster adalah karena

adanya keuntungan (advantage), misalnya membuat akses industri kecil terhadap

informasi mengenai ketersediaan bahan baku, proses transformasi dan peluang

pasar menjadi lebih mudah, atau pola kerjasama dimana sebagian perusahaan

menjadi industri inti dan sebagian menjadi industri pendukung, sehingga akhirnya

dapat meningkatkan efisiensi usaha masing-masing perusahaan industri kecil yang

menjadi anggota klaster (LPM-ITB, 2001).

Untari (2004) menyatakan klaster industri kecil terbentuk dari usaha kecil yang

disebut sebagai usaha pelopor. Tumbuhnya usaha pelopor memiliki pemicu

bermacam-macam seperti:

- Keterampilan yang dimiliki penduduk di suatu lokasi seperti penduduk

Bugangan Semarang memiliki keterampilan di bidang pengolahan logam,

sehingga memicu munculnya usaha kompor. Penduduk Pasirsari memiliki

keterampilan membatik, sehingga muncul usaha batik.

- Tersedianya bahan baku. Bahan baku ikan yang melimpah telah

mendorong penduduk Bandarharjo untuk mengolahnya menjadi ikan

panggang.

- Tersedianya fasilitas kerja. Usaha kerajinan ATMB di Medono berawal

dari adanya mesin-mesin tenun yang menganggur setelah usaha tenun

handuk hancur. Tersedianya fasilitas ini juga didukung oleh adanya

keterampilan di bidang pertenunan yang dimiliki oleh penduduk Medono.

- Berkembangnya industri inti. Usaha konveksi di Medono dan Canting Cap

di Landungsari dipicu oleh adanya perkembangan industri batik di wilayah

Pekalongan.

Pembentukan klaster industri kecil perlu diawali dari identifikasi terhadap pasar,

identifikasi terhadap produk dan proses produksi yang dilakukan industri kecil

(Untari, 2004). Adapun langkah-langkah tersebut adalah:

- Identifikasi karakteristik pasar industri kecil diperlukan untuk mengetahui

kondisi permintaan dibandingkan dengan Supply dan hambatan yang

dialami industri kecil karena adanya karakteristik pasar.

Page 15: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

23

- Identifikasi karakteristik produk yang dibuat industri kecil akan

menentukan apakah produk tersebut hanya cocok dikerjakan oleh industri

kecil atau industri besar. Untuk dapat berkembang menjadi klaster, produk

yang dihasilkan industri kecil harus mempunyai kecenderungan

berkembang menjadi produk yang terdiferensiasi.

- Identifikasi proses produksi dilakukan untuk menentukan kemampuan

industri kecil dalam melakukan proses produksi dan hambatan dalam

menambahkan kapasitas produksi yang disebabkan oleh karakteristik

proses produksi.

- Identifikasi bahan baku dan bahan penolong dilakukan untuk melihat

apakah bahan dapat mendukung kelancaran proses produksi. Selain itu

juga dapat digunakan untuk menentukan hambatan yang dihadapi industri

kecil dalam meningkatkan proses produksi.

Purwaningsih (2003) menyatakan bahwa pembentukan klaster industri sangat

dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhinya, namun secara umum akan

melibatkan beberapa elemen kegiatan yang dapat terjadi secara berurutan atau

secara simultan seperti:

- Mengidentifikasi pemeran utama serta mitra terkait (stakeholder) di dalam

klaster.

- Perlunya suatu proses agar terjaminnya seluruh pihak yang terlibat mampu

melaksanakan dialog yang konstruktif.

- Mengembangkan dan merumuskan visi dari klaster.

- Pengumpulan dan analisis data untuk memperoleh pengertian bersama

terhadap lingkungan persaingan yang sedang dan akan dihadapi.

- Menentukan prioritas dari berbagai masalah sebagai kunci dalam

memperkuat daya saing dari klaster.

- Membentuk kelompok kerja untuk memecahkan berbagai masalah serta

manfaat peluang yang telah diidentifikasi.

- Melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan secara berkelanjutan dan terfokus

pada program aksi jangka pendek dan jangka panjang dalam rangka

meningkatkan daya saing klaster.

Page 16: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

24

II.2.4 Keberhasilan Klaster Industri Kecil

Menurut Purwaningsih (2003) ada beberapa hal yang dapat menolong

keberhasilan pembentukan suatu klaster industri, yaitu:

- Keterlibatan aktif dari aparat pemerintah yang senior, pelaku bisnis, serikat

pekerja, dan tokoh masyarakat yang memiliki peran dalam pengambilan

keputusan serta memiliki komitmen waktu pada seluruh proses

pembentukan klaster.

- Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara terfokus

terhadap hal-hal yang spesifik.

- Pengumpulan dan analisis data yang relevan akan menimbulkan dialog

yang konstruktif dari seluruh partisipasi.

- Beritikad untuk memberikan data kepada anggota klaster dengan catatan

beberapa informasi yang sensitif dapat dirundingkan dengan pihak

fasilitator yang netral.

- Memiliki niat untuk belajar, terbuka terhadap gagasan baru dan mampu

berbeda pendapat.

- Memiliki kemampuan dan kemauan untuk menterjemahkan prakarsa-

prakarsa strategis ke dalam kegiatan-kegiatan yang praktis.

- Tercapainya sudut netral yang bertindak sebagai fasilitator dan koordinator.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan klaster

industri, harus dilakukan suatu diagnosis klaster industri kecil. Dengan diagnosis

ini akan dapat dipahami dan dijelaskan kondisi klaster seperti permasalahan,

tantangan, dan interaksi antar anggota dengan lingkungannya. LPM-ITB (2001)

menyatakan diagnosis klaster industri kecil mengacu kepada mekanisme kegiatan

klaster sebagai suatu kesatuan (entity), yang merupakan resultan dari interaksi

yang terjadi antara perusahaan-perusahaan industri kecil individual anggota

klaster, dan juga dengan berbagai aspek eksternal lainnya. Performasi klaster

industri kecil merupakan resultan dari performansi perusahaan-perusahaan

industri kecil individual yang terdapat dalam klaster. Karena itu, dalam

melakukan diagnosis terhadap klaster industri kecil perlu mempertimbangkan

bahwa klaster industri kecil beranggotakan perusahaan-perusahaan individual

Page 17: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

25

dengan performansi yang beraneka ragam. Performansi yang berbeda-beda

tersebut kemungkinan oleh perbedaan berbagai aspek internal masing-masing

perusahaan industri kecil, seperti motivasi, kewirausahaan, kepemimpinan, dan

kemampuan pimpinan dan karyawan (LPM-ITB, 2001).

Performansi yang berbeda-beda itu akan menentukan peran setiap perusahaan

industri kecil dalam klaster. Perusahaan dengan performansi yang baik (misalnya

karena memiliki pimpinan dengan motivasi, kewirausahaan, kepemimpinan, dan

kemampuan yang baik) akan lebih berkembang yang akan berperan sebagai

perusahaan inti, dan kemudian bekerjasama dengan perusahaan yang kurang

berkembang yang berperan sebagai perusahaan pendukung. Sehingga proses

saling penyesuaian yang dalam jangka panjang ini akan membuat klaster seakan-

akan suatu kesatuan. Apabila kondisi ini telah tercapai maka pengaruh berbagai

jenis aspek internal industri kecil tidak lagi terlalu menentukan, dan performansi

klaster akan lebih dipengaruhi oleh corak aspek-aspek eksternal (seperti kondisi

pasar, tingkat persaingan, jalur distribusi), dan kesesuaian berbagai aspek klaster

industri kecil tersebut sebagai kesatuan terhadap kondisi lingkungannya.

LPM-ITB (2001) menjelaskan bahwa mekanisme sukses klaster industri kecil

dirumuskan berdasarkan sukses perusahaan industri kecil individual, dan

kelengkapan komponen klaster yang telah diidentifikasi. Komponen-komponen

klaster tersebut adalah (LPM-ITB, 2001):

1. Bahan baku

Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi,

karena bahan baku merupakan input proses produksi. Tanpa adanya

ketersediaan bahan baku dengan kuantitas, kualitas, dan harga yang

diharapkan pada waktu yang dibutuhkan, maka kegiatan produksi tidak

dapat berjalan. Atomsa (1997) menyatakan bahwa bahan baku merupakan

faktor yang dominan dalam keberhasilan industri kecil.

Page 18: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

26

2. Peralatan

Peralatan adalah segala perangkat keras (hardware) yang digunakan dalam

proses produksi. Peralatan menyangkut teknologi peralatan, kondisi

peralatan.

3. Proses produksi

Proses produksi adalah segala aktivitas yang dilakukan dalam proses

perwujudan produk. Dimulai dari penanganan bahan baku, perencanaan, dan

pengendalian produksi, perencanaan tata letak fasilitas produksi dan lain-

lain (Trindira, 2002). Unsur yang menyangkut proses produksi meliputi

sumber dan perkembangan teknologi.

4. Keuangan

Keuangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan

aktivitas perusahaan dan pengelolaannya. Unsur yang tercakup dalam aspek

ini meliputi manajemen (pengelolaan) dan perencanaan keuangan.

5. Energi

Yang dimaksud dengan energi adalah sumber tenaga yang digunakan untuk

menjalankan peralatan produksi. Aspek ini meliputi teknologi penggunaan

energi dalam meningkatkan daya saing.

6. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah segala sumber daya manusia yang terlibat dalam proses

produksi. Unsur yang tercakup dalam aspek ini meliputi kemudahan dalam

memperoleh tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja, kemampuan tenaga

kerja, dan lain sebagainya.

7. Produk

Produk adalah komoditas yang dihasilkan setelah melalui proses

transformasi. Unsur yang termasuk dalam produk meliputi kualitas produk

yang dihasilkan, image konsumen, muatan teknologi yang terkandung, dan

tingkat keuntungan yang diperoleh.

8. Pemasaran

Pemasaran adalah strategi yang dijalankan dalam memasarkan produk

sehingga proses transaksi dapat terwujud.

Page 19: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

27

9. Modal

Modal adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan

pendirian usaha dan aktivitas perusahaan.

10. Kemampuan Pengusaha

Kemampuan pengusahaan adalah tingkat pengetahuan atau wawasan,

pendidikan, serta manajerial dari orang yang memiliki dan menjalankan

perusahaan industri kecil.

11. Kultur Industri

Kultur industri adalah sistem nilai yang dianut oleh suatu komunitas

(termasuk pengusaha) dalam hal ini komunitas lingkungan klaster yang

memberikan iklim kondusif terhadap pertumbuhan dan berkembangnya

industri.

Trindira (2002) menambah komponen-komponen di atas dengan komponen

lingkungan usaha yaitu kondisi eksternal klster yang mempengaruhi performansi

klaster. Sedangkan Atomsa (1997), dan Siregar (1998) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan industri kecil yaitu: bahan baku, sumber daya

manusia, teknologi, keuangan, pemasaran, kemampuan pengusaha, dan program

pembinaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Industri Kecil

No Atomsa (1997),

Siregar (1998)

LPM-ITB (2001) Trindira (2002)

1 Bahan baku Bahan baku Bahan baku

2 Sumber daya manusia Tenaga kerja Tenaga kerja

3 Teknologi Peralatan Peralatan

4 - Proses produksi Proses produksi

5 - Energi Energi

6 Keuangan Keuangan Keuangan

7 - Modal Modal

8 Pemasaran Pemasaran Pemasaran

9 - Produk Produk

10 Kemampuan pengusaha

Kemampuan pengusaha

Kemampuan pengusaha

11 - Kultur Industri Kultur Industri

12 Program Pembinaan - Lingkungan usaha

Page 20: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

28

Berikut ini adalah beberapa contoh keberhasilan pembentukan atau

pengembangan klaster industri di negara lain, antara lain:

- Di Italia khususnya Italia bagian Tengah-Utara sebagai pusat pergerakan

jejaring klaster IKM. Hasil studi yang dilakukan menunjukkan

pertumbuhan yang pesat di daerah klaster terjadi karena kerjasama yang

kuat antar asosiasi bisnis, dukungan teknologi, dan keinginan belajar dari

pengalaman kerjasama dalam jejaring melalui klaster IKM yang telah

mendukung keberhasilan tersebut (Dipta, 2004).

- Keberhasilan pengembangan klaster IKM di Denmark dengan adanya

peran dari The Danish Technological Institute. Dengan menggunakan

jejaring bisnis secara transparan melalui media (cetak dan elektronik).

Adanya peran pemerintah dalam bentuk grant untuk pengembangan

jejaring produk baru untuk memasuki pasar baru dan program pelatihan

bagi pialang jejaring bisnis untuk mendorong kerjasama diantara IKM

(Dipta, 2004).

- Keberhasilan klaster IKM di bagian Utara kota dan desa di India dengan

membentuk jejaring yang efektif antara IKM dengan melibatkan pialang

bisnis, Business Development Services (BDS), dan bantuan dana untuk

memacu percobaan produk dan pasar baru (Dipta, 2004). Dalam hal ini

kepercayaan antar perusahaan menjadi kunci penting bagi suksesnya

pengembangan klaster IKM.

- Menurut Zhang, et.al (2004) keberhasilan pengembangan klaster industri

tekstil dan produk tekstil di Shengze China ditentukan oleh sejarah dan

keadaan alam, kebijakan pemerintah daerah, kemampuan pengusaha,

pengembangan industri pendukung, dan pasokan tenaga kerja. Dimana

terjadi perkebangan dari segi kuantitas (jumlah dan skala perusahaan), dan

kualitas (peralatan, produk, desain, pemasaran, dan manajemen). Dimulai

dari usaha keluarga yang kemudian menjadi usaha yang profesional

dengan manajemen lulusan perguruan tinggi dengan gelar MBA, dan PhD.

Dari perusahaan tradisional menjadi perusahaan modern dengan

memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran dan pengembangan

produk.

Page 21: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

29

II.3 Industri Kecil dan Menengah (IKM)

II.3.1 Definisi IKM

IKM didefinisikan secara berbeda-beda dalam berbagai pengertian tergantung

wilayah atau lembaga yang berkepentingan. Hingga saat ini di Indonesia, belum

ada batasan mutlak tentang IKM yang dapat dijadikan sebagai pedoman umum.

Dari beberapa referensi terdapat beberapa definisi industri, yaitu:

a. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002)

Industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau

rumah-tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang

ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai

kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta, dan mempunyai nilai penjualan

per tahun sebesar Rp.1 milyar atau kurang.

Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

perseorangan atau badan bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa

untuk diperniagakan secara komersial yaitu mempunyai nilai penjualan per

tahun lebih besar dari 1 milyar namun kurang dari 50 milyar rupiah.

Menurut Inpres No. 10 tahun 1999 tentang pemberdayaan usaha menengah,

industri menengah didefinisikan sebagai perusahaan industri yang memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp. 20 juta sampai dengan Rp. 10 Milyar tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Prawironingrum, 2003).

b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 pasal 5 ayat 1 tentang Usaha Kecil

– Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

– Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah).

– Milik Warga Negara Indonesia.

– Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

– Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Page 22: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

30

c. Inpres Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah

– Memiliki kekayaan bersih lebih besar dan Rp 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

– Milik warga negara Indonesia.

– Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha besar.

– Berbentuk usaha orang perseorangan. Badan usaha yang tidak berbadan

hukum dan atau badan usaha yang berbadan hukum.

d. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor

257/MPP/Kep/7/1997 tentang Penyusunan Laporan Perkembangan Industri

Kecil Menengah), disebutkan bahwa Indsutri Kecil Menengah (IKM) adalah

semua perusahaan industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya

sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima milyar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

e. BPS mendefinisikan skala industri berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja,

yaitu:

– Industri Mikro : 1-4 orang

– Industri Kecil : 5-19 orang

– Industri Menengah : 20-99 orang

– Industri Besar : 100 orang ke atas

II.2.2 Kekuatan dan Kelemahan IKM

Masalah industri kecil dan menengah berbeda dari industri besar. Masalah

utamanya adalah tingkat spesialisasi yang rendah dalam pengelolaan, susahnya

memperoleh dukungan keuangan karena kurangnya pengetahuan dan kepercayaan

oleh instansi keuangan. Kesulitan lain dalam pembinaan adalah karena jumlahnya

banyak dan tersebar.

Industri kecil dan menengah muncul karena permintaan atau potensi yang ada,

seperti bahan baku, tenaga kerja, dan lain-lain. Berbeda dengan usaha berskala

Page 23: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

31

besar, industri kecil dan menengah tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi

semua kekurangan yang dihadapinya. Oleh karena itu pemerintah harus

mengembangkan pembinaan yang terkoordinasi untuk mengatasi masalahnya.

Studi tentang kelemahan dan keterbatasan industri kecil dan menengah

dibutuhkan untuk menyediakan dukungan pembinaan yang sesuai. Meskipun ada

beberapa kelemahan, industri kecil memiliki beberapa kekuatan dibandingan

dengan industri-industri lainnya.

Menurut Staley dan Morse (1965) ada 10 hal yang dapat menjadi competitive

advantage bagi industri kecil, yaitu:

1. Hubungan antara aspek fisik dan rekayasa

Faktor ini ditandai dengan adanya keselarasan hubungan antara aspek fisik

dan aspek rekayasa dalam proses produksi. Keselarasan hubungan antara

aspek fisik dan aspek rekayasa akan menarik produk-produk tertentu menjadi

menguntungkan jika dibuat oleh industri kecil. Seperti produk yang ringan,

kecil, syarat presisinya moderat seringkali dapat dibuat pada peralatan yang

ringan. Produk tersebut dibuat dengan operasi perakitan yang sederhana

dengan skala ekonomis (titik impas) yang dapat dicapai pada volume produk

yang kecil.

2. Produk yang memerlukan tingkat keterampilan/ketelitian tinggi

Faktor ini merupakan faktor penting yang kritis. Jika produk yang dibuat

memerlukan ketelitian yang tinggi sekali, maka hanya dapat dibuat oleh

tenaga kerja yang sangat terampil, sehingga akan lebih menguntungkan bila

dikerjakan oleh industri kecil.

3. Produksi massal komponen atau produk akhir yang bersifat khusus

Usaha kecil dapat berkonsentrasi untuk membuat komponen khusus yang

diperlukan industri besar. Bagi industri besar membuat komponen khusus

akan merugikan karena jumlah yang diperlukan tidak cukup untuk melewati

titik pulang pokok. Oleh karena itu, diperlukan industri kecil yang membuat

komponen khusus ini bagi beberapa industri besar.

Page 24: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

32

4. Produk yang dibuat dalam jumlah kecil dan tidak baku

Beberapa jenis produk tertentu tidak mempunyai bentuk yang baku dan harus

bervariasi sesuai dengan permintaan konsumen. Oleh karena itu, setiap jenis

dibuat hanya dengan jumlah kecil, dimana titik pulang pokok hanya bisa

dicapai oleh industri kecil. Selain itu, faktor ini ditandai dengan kecilnya

potensi pasar sehingga tidak ekonomis jika dikerjakan industri besar.

5. Produk yang dipengaruhi lokasi dan ongkos transportasi

Tingginya biaya transportasi, lokasi sumber bahan baku yang tersebar dan

sifat industri yang sulit dipindahkan merupakan hambatan bagi masuknya

industri besar. Sebagian besar pasar yang dilayani bersifat lokal dengan

permintaan yang relatif kecil sangat ekonomis jika dilakukan oleh industri

kecil.

6. Produk dengan desain khusus atau memerlukan inovasi tinggi

Produk-produk dengan disain khusus dan unik, sesuai dengan keinginan

konsumen. Produk-produk dengan disain khusus ini tidak memungkinkan

untuk dibuat secara massal, sehingga hanya sesuai dikerjakan oleh industri

kecil.

7. Hubungan dekat antara personil dalam industri kecil

Ukuran usaha kecil membuat komunikasi secara lisan dimungkinkan.

Hubungan yang relatif erat antara pekerja dengan pimpinan maupun antara

sesama pekerja membuat produktivitas kerja makin tinggi, pola kerjasama

lebih efektif, dan jarang terjadi pemutusan kerja. Antar pimpinan industri kecil

pada umumnya juga terjadi hubungan yang erat, sehingga kerjasama antar

perusahaan jadi lebih efektif.

8. Fleksibilitas operasi dan ongkos tidak langsung yang rendah

Pada industri berukuran kecil, prosedur operasi dan birokrasi menjadi lebih

sederhana. Oleh karena itu biaya overhead pada industri kecil menjadi rendah.

9. Pelayanan yang lebih baik

Adanya perhatian khusus kepada konsumen dan kecepatan pelayanan yang

lebih tinggi menjadi keunggulan tersendiri bagi usaha kecil. Perhatian

perusahaan dapat dipusatkan pada pesanan yang penting ataupun pada

kesempatan yang menarik, tidak seperti pada industri besar

Page 25: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

33

10. Respon yang lebih cepat terhadap perkembangan

Kecepatan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaannya pada usaha

kecil memungkinkan bagi usaha kecil untuk lebih cepat bereaksi terhadap

perubahan yang terjadi. Selain itu kedekatan usaha kecil dengan konsumen

menjadikan usaha kecil peka terhadap perubahan dan mampu merasakan

adanya kesempatan.

Enam yang pertama dari faktor-faktor yang tersebut di atas merupakan

karakteristik produk yag sesuai bagi industri kecil. Keenam faktor tersebut

merupakan entry barrier bagi industri besar untuk memasuki lapangan industri

kecil. Sedangkan empat faktor yang lainnya berhubungan dengan kondisi dinamis

organisasi dan manajemen.

LPM-ITB (2001) mengemukakan bahwa suatu industri kecil akan tumbuh

tergantung pasarnya, jika pasarnya sangat lemah, maka industri kecil tersebut

akan tumbuh menjadi industri sangat kecil yang hopeless. Kondisi ini dapat

menjadi lebih buruk jika produk yang dibuatnya tidak sesuai dengan karakteristik

produk industri kecil-nya Stanley & Morse (1965), sehingga dapat terjadi usaha

tersebut hidup sebentar kemudian mati. Sedangkan pada idustri kecil yang

melayani pasar dengan produk yang sesuai dengan karakteristik produk industri

kecil akan ada dua kemungkinan pertumbuhannya (LPM-ITB, 2001), yaitu:

– Pasarnya lemah menjadikan industri kecil yang individual.

– Pasarnya agak kuat akan berkembang menjadi klaster karena jika pasar

tersebut dilayani oleh satu usaha kecil saja (industri kecil yang individual)

akan tidak mampu, sementara industri besar/menengah tidak berminat

melayani karena masih jauh di bawah Break Even Point. Sehingga pasar

tersebut akan dilayani secara bersama-sama oleh beberapa industri kecil.

II.4. IKM Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

II.4.1. Gambaran Umum dan Kinerja Industri TPT Indonesia

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) adalah salah satu industri prioritas dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang tertuang dalam

Page 26: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

34

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005. Alasan industri TPT menjadi industri

prioritas karena industri ini mampu menghasilkan devisa ekspor dan merupakan

industri yang padat tenaga kerja. Potensi ekspor Indonesia di sektor ini dari tahun

ke tahun terus mengalami perkembangan. Tabel 2.3 memperlihatkan net ekspor

industri TPT (BPS, API, 2006). Selain itu juga industri TPT di Indonesia telah

berkembang secara terintegrasi dari hulu (serat), intermediate (staple, filament,

tenun dan rajut) sampai dengan produk akhir (garmen dan barang jadi tekstil).

Total investasi dan unit usaha pada industri TPT pada tahun 2005 cukup besar.

Angka investasi mencapai Rp. 132,38 Trilyun dan 2.656 unit usaha. Tambahan

investasi ini berasal dari luar negeri yang melonjak sebesar 252% dari US$ 165,5

juta menjadi US$ 418,1 juta. Sebagian besar investasi berasal dari luar negeri

yaitu India dan Korea, untuk India terkonsentrasi di sektor hulu, sedangkan Korea

di Sektor hilir (Garmen). Sedangkan tambahan investasi dari dalam negeri masih

stagnan pada angka Rp. 75 Miliar.

Tabel 2.3 Net Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil

No

Tahun Ekspor

(USD

Milyar)

Pertumbuhan

Terhadap

Tahun

Sebelumnya

Impor

(USD

Milyar)

Surplus

(USD

Milyar)

1 1996 6,57 - 2,58 4,00

2 1997 7,44 13,24 2,24 5,20

3 1998 7,43 -0,13 2,04 5,40

4 1999 7,28 -2,01 1,73 5,55

5 2000 8,28 15,11 2,28 6,09

6 2001 7,68 -8,35 2,44 5,24

7 2002 6,89 -10,28 1,83 5,06

8 2003 7,03 2,03 1,67 5,36

9 2004 7,75 10,24 1,72 6,03

10 2005 8,59 10,83 1,60 6,99

Di sisi penyerapan tenaga kerja, industri TPT pada tahun 2005 mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 1,18 juta orang, belum termasuk tenaga kerja pada IKM

dan Rumah Tangga sebanyak 600.000 orang (API, 2006). Tabel 2.4 menunjukan

jumlah penyerapan tenaga kerja industri TPT.

Page 27: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

35

Tabel 2.4 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Tenaga Kerja 2002 2003 2004 2005 2006

Industri Besar 1.182.212 1.182.871 1.184.079 1.176.183 1.174.532

Industri Kecil dan Menengah

635.210 584.786 668.372 665.337 665.337

Tenaga Kerja Tidak Langsung

3.634.844 3.535.314 3.704.902 3.683.040 3.679.738

Total 5.452.266 5.302.971 5.557.353 5.524.560 5.519.607

Beberapa tahun terakhir ini pertumbuhan industri TPT mengalami perlambatan

yang disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal terutama

munculnya pesaing baru seperti Bangladesh, Vietnam, dan Srilangka) dan

berbagai isu perdagangan global (seperti isu lingkungan, social accountability)

yang mempegaruhi daya saing. Faktor internal yang dihadapi industri TPT

nasional antara lain transhipment, impor ilegal, dan kondisi permesinan yang

sudah tua. Namun secara umum industri TPT Indonesia saat ini masih dalam masa

perbaikan dan pengembangan. Kenaikan nilai ekspor tahun 2005 sebenarnya

sempat menjadi pemicu bergairahnya industri TPT nasional. Namun keadaan ini

kurang direspon pemerintah dengan baik. Iklim investasi yang seharusnya bisa

menjadi syarat utama, mengalami stagnasi, hal ini berimbas kepada semua lini di

industri TPT.

Tabel 2.5 Profil Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia

Tahun Deskripsi Unit

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jumlah Perusahaan Unit 2.665 2.646 2.654 2.662 - -

Nilai Investasi Milyar Rp. 130.823 132.101 132.355 132.362 - -

Tenaga Kerja Orang 1.219.325 1.182.212 1.182.870 1.184.079 - -

Nilai Juta US$ 7.645 6.888 7.033 7.647 8.603 9.470 Ekspor

Volume Ribu ton 1.727 1.758 1.773 .626 1.794

Nilai Juta US$ 2.440 1.824 1,673 1.720 1.606 2.540 Impor

Volume Ribu ton 1.265 1.048 962 880 851

Net Ekspor

Nilai Juta US$ 5.205 5.064 5.360 5.929 6.997 6.930

Volume Ribu ton 462 710 811 764 943

Page 28: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

36

Tabel 2.5 memperlihatkan perkembangan industri TPT dalam dua tahun terakhir

ini tidak menunjukkan perkembangan yang menonjol, baik dari penyerapan

tenaga kerja, jumlah investasi, jumlah perusahaan maupun nilai ekspor impor.

II.4.2 Gambaran Umum dan Kinerja Industri TPT Jawa Barat

Jenis industri TPT Jawa Barat sangat beragam jenisnya, yang secara umum dapat

diklasifikasikan ke dalam :

- Industri Serat Buatan (Benang/filamen buatan, serat/stopel buatan)

- Industri kapuk

- Industri pemintalan, pertenunan, pengolaan akhir tekstil (persiapan serat

tekstil, pemintalan benang, pertenunan, kain tenun ikat, penyempurnaan

benang, penyempurnaan kain, percetakan kain, serta batik).

- Industri Perajutan (Kain rajut, pakaian jadi rajutan, rajutan kaos kaki,

barang jadi rajutan)

- Industri barang jadi tekstil dan permadani (untuk kesehatan, kosmetik,

karung, permadani babut, tali, kain pita, kain industri, kain bordir/sulaman,

kain ban, dan non woven)

- Industri pakaian jadi (pakaian jadi berbulu dan pakaian jadi tidak berbulu).

Dengan beragam jenis output ini, Jawa Barat merupakan propinsi yang memiliki

unit industri TPT yang terbesar di Indonesia yaitu sekitar 40,67% industri TPT

terkonsentrasi di Jawa Barat. Keragaman ini mengindikasikan bahwa industri TPT

Jawa Barat terdiri atas pelaku bisnis yang beragam juga. Komponen-komponen

industri TPT hampir seluruhnya tersedia (lengkap) yang berada pada ikatan rantai

pasok dari industri hulu hingga industri hilir (keterkaitan vertikal), demikian juga

dengan keterkaitan horisontal. Selain itu juga selama ini diketahui terdapat

beberapa sentra industri TPT di Jawa Barat, seperti yang terdapat di Soreang,

Majalaya, Tasikmalaya, Cirebon, Majalengka, Garut dan daerah Rancaekek.

Selain daerah-daerah tersebut di atas terdapat juga sentra industri produk tekstil

yang berpotensi sangat besar sebagai daya ungkit perekonomian Jawa Barat, yaitu

Sentra Industri Kaos Surapati yang berada di Kota Bandung. Letak sentra yang

Page 29: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

37

berada di dekat pusat perdagangan Kota Bandung berimplikasi pada mudahnya

akses transportasi dan akses teknologi lainnya dibandingkan dengan sentra lainnya.

Dalam konteks klaster industri, keterkaitan industri yang terjadi melalui titik

masuk sentra industri kaos Surapati diharapkan dapat menggambarkan peta

potensi industri TPT Jawa Barat.

Tabel 2.6 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Jawa Barat

(Berdasarkan Pengelompokan Komoditi )

JENIS / KELOMPOK Tahun 2005 Pangsa Tahun 2006 Pangsa ∆

No KOMODITI (Jan - Des) % (Jan - Des) (%) (%)

(USS) (USS)

1 Tekstil/Produk Tekstil 1,391,340,814.40 44,19 1,420,948,457.52 45,13 2,13

2 Sepatu/Alas Kaki 20,338,965.37 0,90 21,018,456.29 0,67 3,34

3 Meubel/Kerajinan Rotan 173,787,520.09 5,85 181,667,242.62 5,77 4,53

4 T e h 50,204,372.39 1,59 42,713,648.52 1,36 (14,92)

5 Kayu Olahan/ Kerajinan Gergajian

5,070,646.54 0,16 19,845,268.35 0,63 (16,24)

6 Elektronik 412,391,760.17 13,10 428,462,168.52 13,61 3,92

7 Coklat/Produk Coklat 26,012,184.14 0,83 21,944,503.84 0,70 (15,64)

8 Udang Beku/Makanan Laut

4,459,250.21 0,14 3,847,251.85 0,12 (13,72)

9 Karet/Produk Karet 16,273,308.46 0,52 18,193,298.51 0,58 11,80

10 Marmer/Prod. Marmer 4,725,752.31 0,15 7,154,864.32 0,23 51,40

11 Peralatan Masak 8,004,080.46 0,25 9,418,735.82 0,30 17,67

12 Makanan Olahan 59,847,872.67 1,90 51,768,429.53 1,64 (13,50)

13 Perlengkapan Olah Raga 17,559,156.45 0,56 14,081,947.52 0,45 (19,80)

14 Kertas/Produk Kertas 48,613,446.46 1,54 61,332,542.65 1,95 26,16

15 Lain lain 891,220,549.10 28,31 1,061,323,045.83 33,71 19,09

T o t a l 3,148,371,267.03 100,00 3,363,719,861.69 100,00 6,84

Tabel 2.6 meperlihatkan bahwa ekspor TPT Jawa Barat pada tahun 2006

mencapai US $ 1.420.948.457,52 menyumbang 45,13 % terhadap total ekspor non

Migas Jawa Barat dan merupakan ekspor terbesar. Sedangkan untuk ekspor non

migas Kota Bandung dari subsektor pakaian jadi sebesar 34,97% dan merupakan

peringkat kedua setelah ekspor tekstil sebesar 57,56% (Bandung dalam angka,

2003). Untuk penyerapan tenaga kerja sektor pakaian jadi Kota Bandung

menyerap tenaga kerja sebanyak 21.790 orang dari 847.077 angkatan kerja yang

ada.

Di bidang pariwisata Kota Bandung merupakan Kota wisata belanja untuk tekstil

dan produk tekstil. Akhir-akhir ini di Kota Bandung marak bermunculan factory

Page 30: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

38

outlet (FO), Cloting Company (CC), dan bisnis Distro (Distribution Store).

Sehingga setiap akhir pekan Kota Bandung dikunjungi oleh para wisatawan

khususnya dari Jakarta dan sekitarnya.

II.5 Penelitian Terdahulu Mengenai IKM dan Pengembangan Klaster

Industri

Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai pengembangan klaster industri.

Di bawah ini akan diuraikan secara garis besar beberapa penelitian yang

berhubungan dengan pengembangan klaster industri.

1. Atomsa (1997)

Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

industri kecil yaitu bahan baku, sumber daya manusia, teknologi, keuangan,

pemasaran, pemasaran, kemampuan pengusaha, dan program pembinaan.

Setiap faktor-faktor tersebut di atas dibagi lagi menjadi variabel-variabel

penelitian. Metoda yang digunakan adalah analisis multivariat yang terdiri dari

analisis kluster untuk mengelompokkan industri kecil berdasarkan

performasinya dan analisis diskriminan, dan analisis diskriminan untuk

menghasilkan variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadap

keberhasilan industri kecil elektronik di Kuningan.

2. Hany (2000)

Penelitian ini bertujuan membentuk model keterkaitan kemampuan teknologi

yang diukur dengan komponen-kompoen teknologi (ESCAP, 1989), yaitu

technoware, humanware, infoware, dan orgaware dengan strategi bersaing

yang diukur melalui beberapa variabel bersaing manufaktur dan pengaruhnya

terhadap performasi bisnis industri kecil. Penelitian ini dilakukan pada industri

kecil sektor logam di Bandung dengan menggunakan metode analisis regresi.

Penelitian ini mengatakan bahwa untuk memperbaiki performasi bisnis

industri kecil adalah dengan meningkatkan komponen-komponen teknologi

terutama informasi (infoware), dan manajemen organisasi (orgaware).

Page 31: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

39

3. Trindira (2002)

Penelitian ini mengambil studi kasus pada klaster industri kecil karet di Kota

Bandung. Tujuan penelitian untuk menentukan prioritas variabel-variabel

unsur klaster industri kecil. Metoda yang digunakan untuk pengembangan

adalah dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini

menghasilkan variabel-variabel yang diperhatikan dalam mencari permasalah

pada klaster industri kecil yaitu kemampuan pengusaha, pemasaran, produk,

proses produksi, tenaga kerja, bahan baku, peralatan, modal, keuangan,

lingkungan usaha, kultur industri, dan energi.

4. Handayani (2002)

Penelitian ini bertujuan menyusun metodologi dalam perumusan strategi

pengembangan klaster industri dengan studi kasus industri Tekstil dan Produk

Tekstil Indonesia (Makro). Penelitian ini menghasilkan metodologi

pengklasteran industri dengan empat tahapan yaitu: (1) tahap penyusunan

konsep klaster industri, (2) tahap pemasyarakatan (sosialisasi konsep), (3)

tahap pelaksanaan (implementasi), dan (4) tahap pematangan.

5. Djohar dan Tanjung (2003)

Penelitian ini bertujuan membangun memformulasikan supply chain

management dalam sebuah model dan melakukan analisis sistem. Model yang

dibangun terdiri dari model startegis yang terdiri dari submodel supply

forcasting, supply chain, dan supply cost, dan model taktis yang terdiri dari

submodel manajemen pasokan, manajemen tangki, dan manajemen biaya

perjam. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa permasalahan supply chain

dalammenghasilkan keunggulan kompetitif terletak pada permasalahan

keunggulan nilai dan keunggulan produktivitas.

6. Purwaningsih (2003)

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan industri kulit

di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan klaster dengan model Diamond Porter. Sedangkan metode yang

digunakan untuk menyusun strategi pengembangan adalah Analisis SWOT

dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini menghasilkan lima

urutan strategi pengembangan indsutri kulit, yaitu (1) pengembangan

Page 32: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

40

teknologi dan produksi, (2) peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku

kulit mentah, (3) pengembangan sumber daya manusia, (4) pengembangan

pasar, dan (5) pengembangan industri pendukung.

7. Setiawan dan Santosa (2003)

Penelitian ini memfokuskan pada pengintegrasian Supply Chain Management

pada perusahaan tekstil di Jawa Tengah dan Jawa Timur dari segi eksternal

yang meliputi pelanggan (customer) dan pemasok (supplier). Hasil dari

penelitian ini menunjukkan perusahaan yang melakukan integrasi yang luas

mempunyai performa yang tinggi.

8. Mayer (2003)

Penelitian ini performasi klaster industri pada kota Portland-Vancouver

terhadap performansi ekonomi kota tersebut, dan bagaimana hubungan antara

perusahaan dengan kebijakannya, serta daya saingnya. Langkah-langkah yang

dilakukan adalah (1) Menentukan daerah klaster, (2) Mengidentifikasi pola

hubungan (key partners), (3) Menganalisis secara kuantitatif, (4) Analisis

Kualitatif dan Analisis daya saing,dan (5) Mengidentifikasi Kebijakan

Pengembangan Ekonomi dan Pelaksanaannya.

9. Untari (2004)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya klaster

sampai terbentuknya pola pertumbuhan klaster. Analisis yang digunakan

adalah dengan mekanisme kehidupan klaster yang melibatkan empat unsur

pembentuk klaster yaitu industri inti, supplier, subkontrak, dan pemasar.

Metoda yang digunakan adalah metoda kualitiatif dengan mengekplosasi dari

teori-teori yang ada dan melihat kondisi aktual.

10. Permadi (2006)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah metode pemodelan

untuk kolaborasi knowledge pada sebuah klaster industri. Pendekatan yang

dilakukan adalah dengan konsep holon yang dijadikan acuan dalam

memodelkan kolaborasi knowledge. Dimana klaster dianggap sebagai holon

dan perusahaan-perusahaan di dalamnya sebagai sub-holon. Metoda

pemodelan ini menghasilkan domain knowledge dan media untuk

mengorganisasikan domain knowledge, dengan cara mengkonversi aktivitas

Page 33: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

41

dan panah sebagai knowledge/work/stance dalam fungsi, context,

occasion ,mode dan action.

11. DeWitt (2006)

Penelitian ini menganalisis hubungan antara teori klaster dan teori supply

chain management. Klaster mempunyai kekuatan terkonsentrasinya pada

suatu wilayah, serta jaringan supply chain. Pada klaster, perusahaan

mempunyai keuntungan dari adanya persaingan, mudahnya akses kepada

tenaga kerja dan supplier, akses kepada informasi, akses kepada institusi dan

pemerintah, motivasi yang tinggi, serta inovasi dan formasi usaha yang baru.

Pada penelitian ini dilakuan studi kasus pada industri furniture Amish, Ohio,

Amerika Serikat.

12. Wu, Yue, and Sim (2006)

Penelitian ini menganalisis bagaimana keberhasilan supply clusters di China.

Metoda yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan ekplorasi

terhadap integrasi supply chain, sehingga menghasilkan biaya yang rendah

dalam keuntungan kompetitifnya. Dengan mengelaborasi empat performasi

supply chain yaitu fasilitas, transportasi, inventori, dan informasi.

Page 34: BAB II STUDI LITERATUR - Perpustakaan Digital · PDF filepembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap ... - Tingginya angka pengangguran ... ketergantungan

42

Gambar 2.3 Posisi Penelitian