laporan kerja praktek di pt djarum analisis jumlah tenaga kerja wanita optimum di bagian material...
DESCRIPTION
PT DjarumTRANSCRIPT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT DJARUM
Disusun oleh :
Rodhe Louis Yunita Sari Suyanto
NPM : 10 06 06201
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan di PT Djarum
mulai tanggal 2 Juli 2013 sampai dengan 2 Agustus 2013
disusun oleh:
Nama : Rodhe Louis Yunita Sari Suyanto
NPM : 10 06 06201
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknologi Industri
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui
oleh pembimbing lapangan dan dosen pembimbing kerja
praktek.
Yogyakarta, September 2013
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing
Kristiono Ign. Luddy Indra Purnama,
M.Sc.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Kerja
Praktek selama 1 bulan di PT Djarum bagian SKM OASIS
dapat terlaksanakan dengan baik dan penyusunan laporan
Kerja Praktek dapat diselesaikan.
Tujuan dari penyusunan Laporan Kerja Praktek adalah
salah satu syarat akademis yang wajib dipenuhi dalam
kuliah Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Selain itu, tujuan dari melakukan Kerja Praktek adalah
untuk memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa
sebelum lulus dari program studi Teknik Industri.
Terselesaikannya penyusunan Laporan Kerja Praktek
tidak luput dari bantuan dan motivasi serta partisipasi
dari semua pihak, untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Daniel Budi Santoso selaku staff Human
Resource yang telah membantu mengurus lamaran dan
proposal kerja praktek.
2. Bapak Kristiono selaku Superintendent Department
Material Procurement dan Pre-process PT Djarum
bagian SKM Oasis yang telah banyak membantu dan
memberi masukan selama pelaksanaan Kerja Praktek.
3. Bapak Franky Natalis, Bapak Kristian, Cik Vonny,
Mas Wawan, Mbak Hesti, dan Mbak Ana yang telah
banyak memberikan saran serta penjelasan yang
dibutuhkan.
iii
4. Bapak Ign. Luddy Indra Purnama, M. Sc. selaku dosen
pembimbing Kerja Praktek yang telah membimbing
selama pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja
Praktek.
5. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung dan
memberikan doa restu.
6. Yohana Natalia Attik Primastuti dan Alderia Kurnia
selaku rekan sekerja yang telah bekerja sama dengan
baik dari awal perencanaan kerja praktek hingga
penulisan laporan.
7. Teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan
motivasi dan semangat selama pelaksanaan dan
penyusunan laporan akhir.
8. Ibu Yani (pengawas material), Pekerja Material Regu
A, Bapak Suyono (operator forklift), dan seluruh
karyawan PT DJARUM bagian material
preparation dan pre-process SKM OASIS yang telah
mendukung dan membantu selama pelaksanaan Kerja
Praktek.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan
ini dapat bermanfaat bukan saja bagi penulis tetapi juga
bermanfaat bagi pihak perusahaan dan memperluas
pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya
rekan–rekan mahasiswa.
Yogyakarta, 9 September 2013
iv
Penulis DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................. ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
KATA PENGANTAR ..................................... iii
DAFTAR ISI ......................................... v
DAFTAR TABEL ....................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................. 1
1.2. Tujuan ......................................... 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ..... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ..................... 3
2.2. Struktur Organisasi ............................ 4
2.3. Manajemen Perusahaan ........................... 10
BAB 3. TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
3.1. Proses Bisnis Perusahaan ....................... 16
3.2. Produk yang Dihasilkan ......................... 18
3.3. Proses Produksi ................................ 20
3.4. Fasilitas Produksi ............................. 40
v
BAB 4. TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.1. Lingkup Pekerjaan .............................. 45
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan .... 48
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ............... 49
4.4. Hasil Pekerjaan ................................ 55 BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ..................................... 71
5.2. Saran .......................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................... xiv
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Spesifikasi Djarum Super 12
Tabel 3.2. Spesifikasi Djarum Super Mild (MLD)
vi
Tabel 3.3. Spesifikasi LA Lights
Tabel 3.4. Spesifikasi LA Lights Menthol
Tabel 3.5. Spesifikasi Djarum Black
Tabel 3.6. Spesifikasi Djarum Black Cappucino
Tabel 3.7. Spesifikasi Djarum Black Menthol
Tabel 3.8. Spesifikasi Djarum Black Mild
Tabel 4.1. Persentase Produktivitas Pekerja Material A
Tabel 4.2. Persentase Produktivitas Pekerja Material B
Tabel 4.3. Persentase Produktivitas Pekerja Material C
Tabel 4.4. Persentase Produktivitas Pekerja Material D
Tabel 4.5. Persentase Produktivitas Pekerja Material E
Tabel 4.6. Persentase Produktivitas Pekerja Material F
Tabel 4.7. Persentase Produktivitas Pekerja Material G
Tabel 4.8. Persentase Produktivitas Pekerja Material H
Tabel 4.9. Persentase Produktivitas Pekerja Material I
Tabel 4.10. Persentase Produktivitas Pekerja Material J
Tabel 4.11. Beban Kerja yang Dialami Pekerja Bagian
Material Preparation (Regu A)
Tabel 4.12. Pengukuran Beban Kerja Operator
Tabel 4.13. Hasil Data Percobaan Persentase, Waktu
Baku, dan Beban Kerja Pekerja Wanita Regu A
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Departemen Produksi
Gambar 3.1. Proses Bisnis PT Djarum Bagian SKM OASIS
Gambar 4.1. Tata Letak Kantor Bagian Material
Preparation dan Pre-process
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Material
Preparation dan Pre-process
vii
Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek
Gambar 4.4. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material A
Gambar 4.5. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material B
Gambar 4.6. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material C
Gambar 4.7. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material D
Gambar 4.8. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material E
Gambar 4.9. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material F
Gambar 4.10. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material G
Gambar 4.11. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material H
Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material I
Gambar 4.13. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
Material J
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 1
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 2 viii
Lampiran 3. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 3
Lampiran 4. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 4
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 1
Lampiran 6. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 2
Lampiran 7. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 3
Lampiran 8. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 4
Lampiran 9. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari 1
Lampiran 10. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari
2
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari
3
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari
4
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari
1
Lampiran 14. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari
2
Lampiran 15. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari
3
Lampiran 16. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari
4
Lampiran 17. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari
1
Lampiran 18. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari
2
Lampiran 19. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari
3
Lampiran 20. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari
4 Lampiran 21. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari
1
Lampiran 22. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari ix
2
Lampiran 23. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari
3
Lampiran 24. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari
4
Lampiran 25. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari
1
Lampiran 26. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari
2
Lampiran 27. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari
3
Lampiran 28. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari
4
Lampiran 29. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari
1
Lampiran 30. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari
2
Lampiran 31. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari
3
Lampiran 32. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari
4
Lampiran 33. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari
1
Lampiran 34. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari
2
Lampiran 35. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari
3
Lampiran 36. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari
4 Lampiran 37. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari
1
Lampiran 38. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari x
2
Lampiran 39. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari
3
Lampiran 40. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari
4
Lampiran 41. Faktor Penyesuaian Pekerja Material A
Lampiran 42. Faktor Penyesuaian Pekerja Material B
Lampiran 43. Faktor Penyesuaian Pekerja Material C
Lampiran 44. Faktor Penyesuaian Pekerja Material D
Lampiran 45. Faktor Penyesuaian Pekerja Material E
Lampiran 46. Faktor Penyesuaian Pekerja Material F
Lampiran 47. Faktor Penyesuaian Pekerja Material G
Lampiran 48. Faktor Penyesuaian Pekerja Material H
Lampiran 49. Faktor Penyesuaian Pekerja Material I
Lampiran 50. Faktor Penyesuaian Pekerja Material J
Lampiran 51. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material A
Lampiran 52. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material B
Lampiran 53. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material C
Lampiran 54. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material D
Lampiran 55. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material
E
Lampiran 56. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material
F
Lampiran 57. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material
G Lampiran 58. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material
H
Lampiran 59. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material I
Lampiran 60. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material J
Lampiran 61. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
xi
Material A
Lampiran 62. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material B
Lampiran 63. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material C
Lampiran 64. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material D
Lampiran 65. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material E
Lampiran 66. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material F
Lampiran 67. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material G
Lampiran 68. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material H
Lampiran 69. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material I
Lampiran 70. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja
Material J
Lampiran 71. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material A
Lampiran 72. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material B
Lampiran 73. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material C
Lampiran 74. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material D
Lampiran 75. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material E
Lampiran 76. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material F
Lampiran 77. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material G Lampiran 78. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material H
Lampiran 79. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material I
Lampiran 80. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material J
Lampiran 81. Tabel Faktor Penyesuaian
Lampiran 82. Tabel Faktor Kelonggaran
Lampiran 83. Absensi Pelaksanaan Kerja Praktek xii
Lampiran 84. Buku Harian Kerja Praktek
Lampiran 85. Lembar Bimbingan Penyusunan Laporan Kerja
Praktek
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Analisis Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi Institut Teknologi Bandung. 2012. Tabel
xiii
Penyesuaian dan Kelonggaran. Bandung.
Laboratorium Analisis Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi UAJY. 2012. Buku Petunjuk Praktikum
Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Semester Genap 2012/2013. Yogyakarta.
MENPAN. 2004. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil. Keputusan Nomor :
KEP/75/M.PAN/7/2004. Jakarta
Niebel, B. W., and A. Freivalds. 1998. Methods,
Standards, and Work Design. New York: WCB/McGraw-
Hill,
Rutter, R.. February 1994. “Work Sampling: As a Win/Win
Management Tool.” Industrial Engineering. pp. 30–
31.
Sutalaksana, Iftikhar Z. 2009. Teknik Tata Cara Kerja.
ITB: Bandung.
Wignjosoebroto, S. 1989. Teknik Tata Cara dan
Pengukuran Kerja. Guna Widya: Surabaya.
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY)
mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja
praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY
memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi
mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta
menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja
profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang
simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma
yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya.
Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan,
perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan
masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan
b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
atasan, supervisor atau pembimbing lapangan
d. Mengamati perilaku sistem
e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
f. Melaksanakan ujian kerja praktek
1.2. Tujuan Kerja Praktek
1
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan
Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan. b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan
kerja, dan atasan dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam
berproduksi dan menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan
dengan praktek yang ada di perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem
bisnis.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan selama
satu bulan, yaitu dimulai sejak tanggal 2 Juli 2013
sampai dengan 2 Agustus 2013. Tempat pelaksanaan kerja
praktek ini adalah di PT Djarum bagian SKM – OASIS
Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa
Tengah.
Selama pelaksanaan Kerja Praktek ini, Penulis
ditempatkan pada Departemen Material Preparation dan
Pre-Process PT Djarum bagian SKM (Sigaret Kretek
Mesin)
OASIS.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Djarum didirikan oleh Oei Wie Gwan
(almarhum). Oei Wie Gwan memulai usaha pertama kali di
bidang produksi mercon. Oei Wie Gwan memproduksi mercon
Leeuw (Leo) yang cukup terkenal saat itu mampu
menguasai pasar Jawa.
Musibah datang dan menghancurkan usaha yang telah
dirintis di tahun 1929 ini. Tempat usaha meledak karena
kecelakaan pada tahun 1939. Tiga tahun kemudian (1942),
pabrik kembali meledak berawal dari kecerobohan para
perampok yang saat itu berupaya merampok usaha ini.
Oei Wie Gwan memutuskan untuk membuka perusahaan
rokok. Ia membeli merek rokok Djarum berikut
perizinannya. Merek Djarum itu terinspirasi dari jarum
pemutar gramafon.
Oei Wie Gwan merintis pendirian perusahaan rokok
kretek Djarum pada tanggal 23 Agustus 1950. Sembilan
bulan kemudian, tepatnya 21 April 1951, Menteri
Keuangan memberikan izin usaha kepada Djarum sebagai
3
perusahaan perorangan. Inilah momentum bersejarah yang
hingga kini diperingati sebagai hari ulang tahun
Djarum.
Awalnya, perusahaan ini hanya dijalankan oleh
sekitar 10 orang di jalan Bitingan Baru No. 28
(Sekarang: Jalan A.Pekerja Material A No.28). Oei mulai
memasarkan kretek dengan merek Djarum yang ternyata
sukses di pasaran. Setelah perusahaan pada tahun 1963
(Oei meninggal tidak lama kemudian), Djarum kembali
bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.
Selain dunia rokok, Djarum juga dikenal aktif terlibat
dalam dunia bulu tangkis. Djarum telah menghasilkan
pemain-pemain kelas dunia seperti Liem Swie King dan
Alan Budi Kusuma. Selain itu, sejak tahun 1998
perusahaan Djarum juga telah menguasai sebagian besar
saham BCA. Untuk Bakti terhadap masyarakat dan
lingkungan, Djarum memiliki lembaga khusus yaitu Djarum
Foundation yang bergerak di bidang pendidikan, sosial,
kebudayaan, dan lingkungan.
Saat ini PT Djarum sedang membangun Pabrik Terpadu di
daerah Gondangmanis Kecamatan Bae. Pabrik Terpadu
tersebut dibangun untuk sentralisasi semua kegiatan di
PT Djarum.
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan suatu hubungan
struktural antara orang-orang yang saling berhubungan
satu sama lain dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
masing-masing dalam suatu perusahaan.
4
Struktur organisasi merupakan bagian yang penting
dalam suatu perusahaan karena tanpa adanya struktur
organisasi, suatu perusahaan tidak akan dapat
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu
diperlukan pembentukan struktur organisasi yang baik
yaitu dengan menempatkan orang-orang yang tepat pada
jabatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
sehingga orang-orang tersebut dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik.
Ada bermacam-macam struktur organisasi yang
digunakan dalam perusahaan. Struktur organisasi yang
dipakai oleh satu perusahaan dapat berbeda dengan
struktur organisasi yang dipakai oleh perusahaan
lainnya. Struktur organisasi suatu perusahaan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, bentuk
perusahaan dan besar kecilnya perusahaan.
Adapun struktur organisasi yang ada di PT Djarum
bagian SKM OASIS ditunjukkan pada Gambar 2.1.
5
Gambar 2.1.Struktur Organisasi Departemen Produksi
6
Tugas, wewenang dan jabatan dari struktur organisasi
PT Djarum Bagian SKM OASIS dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajer Produksi
Berikut ini merupakan tugas manajer produksi:
a. Melaksanakan kebijakan produksi dalam bidang
produksi.
b. Menentukan strategi produksi
2. Superintendent
Seorang pengawas dan pemimpin yang berada di atas
supervisor tetapi tingkatannya di bawah manajer.
Tugasnya adalah:
a. Mengawasi kinerja supervisor dan staff yang berada
di bawahnya.
b. Memikirkan bagaimana improvement yang baik,
sehingga dapat menunjang produktivitas perusahaan.
c. Menggalang teamwork untuk menciptakan suatu
lingkungan dan suasana kerja yang baik.
d. Membantu menyelesaikan masalah yang terjadi di
lantai produksi.
3. Supervisor
Tanggung jawab utama supervisor:
a. Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi
langsung terhadap kepala regu yang dibawahinya
(serta mampu mensupervisi secara tidak langsung
semua karyawan yang berada di bawah tanggung
jawabnya), hal ini termasuk dalam memberikan
7
bimbingan/pelatihan kepada anak buah guna mencapai
tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan
bagi teamnya dan mendisiplinkan anak buahnya sesuai
dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di
perusahaan.
b. Bertanggung jawab dalam mencapai tingkat kuantitas
(output),kualitas dan schedule produksi serta
tingkat utilisasi mesin produkssi yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
c. Bertanggung jawab dalam pemenuhan standard kualitas
hasil produksi sesuai dengan tingkat kebutuhan
customer & schedule pengiriman hasil produksi
sesuai PPIC schedule.
d. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja dan
standard kebersihan lingkungan kerja
(keteraturan/kerapihan lingkungan kerja).
e. Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi dan
membina kerja sama team yang solid.
f. Bertanggung jawab dalam membuat laporan secara
berkala kepada atasannya atas hasil kerjanya
beserta analisa permasalahannya, tindakan–tindakan
perbaikan atas permasalahan tersebut serta batas
waktu estimasi penyelesaian masalah–masalah
tersebut secara singkat , padat dan kongkrit.
Adapun wewenang dari supervisor:
a. Wewenang dalam mendisiplinkan anak buahnya sesuai
dengan kententuan/peraturan yang berlaku di
perusahaan.
b. Wewenang dalam menghentikan dan mengatur
8
pengoperasian mesin– mesin produksi guna mencapai
hasil produksi yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan serta pemenuhan batas waktu pengiriman
hasil produksi.
4. Administrasi Tugas administrasi secara umum adalah:
a. Membuat kuitansi untuk pembayaran yang telah lunas.
b. Mengurus administrasi mengenai JAMSOSTEK.
c. Menyalurkan telepon yang masuk ataupun keluar di
dalam perusahaan.
d. Mengurus perpajakan yang menyangkut masalah
perusahaan.
5. Personil dan General Service
a.Mencatat semua hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan
b.Mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan
pelayanan umum seperti housekeeping dan pelayanan
pantry.
6. Production Planning and Control
a. Merencanakan dan menjadwalkan produksi perusahaan
b. Menerapkan perencanaan produksi tersebut ke lantai
produksi
c. Mengendalikan alur produksi pada suatu perusahaan
d. Mengevaluasi perencanaan dan jadwal produksi
7. Unit Head
a. Memimpin dan mengawasi anak buah (operator
masingmasing regu)
b. Memastikan kelancaran produksi
9
c. Merekap hasil produksi tiap shift
8. Material Preparation
Mempunyai wewenang untuk menginformasikan masalah
kelengkapan identifikasi lot produksi. Bertanggung
jawab akan persediaan material proses di sub
departemen, kelancaran distribusi part hasil dan
identitas produksi ke bagian terkait, bagian handling
ini mengatur persediaan material proses dan mendata
jumlah material yang keluar dan masuk.
9. Pre-Process
a. Memproduksi material pendukung dan pelengkap yang
digunakan untuk proses produksi rokok (filter, foil
ber-menthol, dan pemanis CTP)
b. Menjembatani bagian material preparation dengan
bagian proses
10. Clerk
Mencatat semua administrasi dalam produksi
11. Operator
Operator produksi mempunyai wewenang untuk
menginformasikan pada pimpinan kerja apabila terjadi
masalah kualitas terhadap barang yang diproduksinya.
Bertanggung jawab dalam pencapaian target produksi.
Mengisi laporan produksi, melaksanakan aktifitas
produksi sesuai dengan item part dan jumlah yang
telah ditentukan.
2.3. Manajemen Perusahaan 2.3.1.
Visi dan misi perusahaan
Visi perusahaan:
10
Menjadi yang terbesar dalam nilai penjualan dan
profitabilitas di industri rokok Indonesia.
Misi perusahaan :
Kami hadir untuk memuaskan kebutuhan merokok para
perokok.
Uraian visi :
Kepemimpinan dalam pasar dengan cara menghasilkan
produk-produk yang berkualitas tinggi secara konsisten
dan inovatif untuk memuaskan konsumen. Penciptaan citra
positif yang kuat untuk perusahaan dan produk-produk
kita. Manajemen profesional yang berdedikasi serta
sumber daya manusia yang kompeten.
Nilai Inti
Untuk mendukung tercapainya visi masa depan tersebut,
Djarum telah mendefinisikan, menetapkan, dan akan
menerapkan lima nilai inti dari perusahaan :
a. Fokus kepada pelanggan
Mendengarkan pelanggan dan memenuhi kebutuhan
mereka dengan cara terbaik yang dapat kita lakukan.
Karakteristiknya adalah meliputi berorientasi pada
pelayanan, kualitas, perbaikan yang berkesinambungan,
inovasi, serta konsep pemasar.
b. Profesionalisme
Profesionalisme lebih merupakan suatu sikap, dan
bukan hanya suatu perangkat kemampuan. Seorang
profesional adalah orang yang bekerja dengan sikap yang
baik dan melakukannya dengan cara yang terbaik, serta
memiliki perhatian yang serius. terbaik, serta memiliki
11
perhatian yang serius. Karakteristiknya adalah
kompeten, integritas, sinergi, komitmen, berorientasi
pada prestasi kerja, rasa tanggung jawab, dan
excellence.
c. Organisasi yang terus belajar
Organisasi yang belajar dari karyawan internal,
pelanggan external, serta lingkungan sekitarnya secara
terus menerus. Belajar adalah kepentingan seluruh
jenjang. Dilandasi sikap keterbukaan dan saling percaya
sehingga orang berani melakukan perubahan dan percobaan
tanpa merasa terancam. Karakteristiknya adalah berpikir
sistematis, belajar dan bereksperimen dengan cara-cara
baru, belajar dari pengalaman dan sejarah kita sendiri,
belajar dari pengalaman orang lain dan tindak tanduk
terbaik mereka, dan menyebarluaskan pengetahuan dengan
cepat dan efisien ke seluruh jenjang organisasi.
d. Satu Keluarga
Suatu himpunan orang yang mempunyai pertalian khas dan
mau hidup bersama dengan tata cara yang disepakati
bersama untuk mencapai satu tujuan. Karakteristik yang
dimaksud yaitu setiap orang memiliki nilai dan peran,
rasa memiliki, saling mendukung, kebanggaan dan
kehormatan, dan saling memperhatikan dan menghormati.
e. Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial adalah peka dan peduli
terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam
kehidupan bisnis kita. Karakteristiknya adalah
kepedulian terhadap lingkungan (internal dan
12
eksternal), menjadi warga negara yang baik melalui
kemitraan, kepedulian, dan kepekaan, dan rasa tanggung
jawab sosial yang hanya terbatas dimana kegiatan
berada.
2.3.2. Ketenagakerjaan
Hal-hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di
PT Djarum diatur sebagai berikut:
1. Pengadaan Tenaga Kerja
Prosedur dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
penarikan tenaga kerja pada PT Djarum antara lain:
a. Pengisian formulir, dimaksudkan untuk memperoleh
informasi dan data yang lengkap dari calon
karyawan. b. Mengikuti psikotest
c. Wawancara, dalam wawancara ini biasanya mudah
dinilai tentang penampilan, kemampuan bicara,
pendidikan dan sebagainya.
d. Pemeriksaan kesehatan, untuk mencegah terhadap
kemungkinan memperoleh karyawan yang menderita
suatu penyakit yang dapat menganggu proses kerja.
2. Jam kerja karyawan
Peraturan jam kerja karyawan pada perusahaan PT
Djarum bagian SKM OASIS telah diatur sesuai dengan
ketentuan pemerintah.
Adapun peraturan jam kerja PT Djarum SKM OASIS yang
berlaku adalah sebagai berikut:
Karyawan dengan jam kerja Shift
13
a. Shift I Pukul 06.00 – 14.00 WIB
Jam istirahat diatur sendiri dengan
istirahat selama 1 jam
b. Shift II Pukul 14.00 – 22.00 WIB
durasi
Jam istirahat diatur sendiri dengan
istirahat selama 1 jam
c. Shift III Pukul 22.00 – 06.00 WIB
durasi
Jam istirahat diatur sendiri dengan durasi istirahat selama 1 jam.
Hari Minggu, mesin beroperasi mulai shift II pukul
14.00 (sesuai shift)
Karyawan dengan jam kerja non shift
a. Hari Senin – Jumat:
Bekerja mulai pukul 07.00 – 16.00 WIB
Jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB
b. Hari Sabtu
Bekerja mulai pukul 07.00 – 12.00 WIB 3. Kesejahteraan Karyawan
Agar didapat hasil kerja yang sesuai dengan
tujuan serta untuk meningkatkan semangat karyawan,
maka pimpinan perusahaan memberikan fasilitas-
fasilitas antara lain:
a. Tunjangan hari raya dan tunjangan lainnya
b. Kantin
c. Mushola
d. Tempat parkir sepeda motor dan mobil
Dalam suatu perusahaan, keselamatan kerja
karyawan merupakan hal yang sangat penting karena
dapat mempengaruhi produktivitas maupun citra
perusahaan tersebut. PT Djarum telah memberi
perhatian tersendiri untuk keselamatan kerja
14
karyawannya. Hal ini terlihat dengan diberikannya
perlengkapan kerja, antara lain masker, sarung
tangan, google untuk workshop, safety helm, dan
safety shoes.
Penggunaan perlengkapan kerja tiap operator
berbeda-beda. Apabila terjadi suatu kecelakaan kerja,
maka akan dilihat terlebih dahulu apa
penyebabnya dan biaya pengobatan pasien ditanggung
oleh perusahaan.
Terdapat juga obat-obatan dan minuman bergizi.
Untuk Panelis atau yang disebut master diberikan
suntikan kesehatan setiap bulan sekali. Panelis
adalah orang yang bertugas untuk mencicipi rasa rokok
dari departemen R&D. Terdapat juga susu sapi
untuk ibu-ibu bagian tembakau manual. Susu
disinyalir dapat menetralkan tembakau dan berguna untuk kesehatan. Terdapat juga biaya berobat bagi
karyawan yang sedang sakit.
4. Fasilitas
Djarum menyediakan beberapa fasilitas, yaitu :
a. Beasiswa Pendidikan
Untuk karyawan PT Djarum yang sudah berkeluarga
berhak mendapatkan beasiswa dari PT Djarum untuk
jenjang SD – SMA bagi anak yang berprestasi.
b. Olahraga
PT Djarum menyediakan fasilitas Lapangan
Bulutangkis, Lapangan Voli, Lapangan Basket,
tempat fitness, jogging track.
c. Kendaraan
15
Untuk level Manajer, Senior Manajer, dan Direktur
mendapat pinjaman mobil dinas dari PT Djarum
selama menjabat posisi tersebut.
2.3.3. Pemasaran
Pemasaran produk PT Djarum saat ini tidak hanya di
dalam negeri namun juga hingga ke luar negeri. Untuk
pemasaran di dalam negeri, PT Djarum memiliki
distributor yang tersebar di wilayah Indonesia bagian
barat dan Indonesia bagian tengah. Sedangkan untuk
pemasaran ke luar negeri, PT Djarum telah merambah ke
India, Malaysia, Singapura, Amerika, dan Eropa. PT
Djarum juga telah memiliki perusahaan di Brazil.
Sebagian para pekerjanya tetap orang Indonesia yang
ditugaskan di Brazil.
Untuk meningkatkan pelayanan, PT Djarum telah
memiliki cabang di seluruh Indonesia. Sebagian besar
cabang kantor pemasarannya berada di Pulau Jawa.
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
3.1. Proses Bisnis Perusahaan
Proses bisnis merupakan rangkaian aktivitas antar
bagian dalam suatu perusahaan. Proses bisnis sendiri adalah
sekumpulan tugas atau aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diselesaikan baik secara berurut atau paralel, oleh manusia
atau sistem, baik di luar atau di dalam organisasi Adapun
proses bisnis yang ada di PT Djarum bagian SKM OASIS
ditunjukkan pada Gambar 3.1. di bawah ini.
16
Gambar 3.1. Proses Bisnis PT Djarum Bagian SKM OASIS Proses Bisnis di SKM OASIS bermula dari bagian logistik dan SCM yang menerima order dari marketing pusat. Kemudian dari bagian logistik dan SCM mengadakan meeting dengan bagian produksi, QC, maintenance, preproses, primary, dan administrasi. Meeting tersebut diadakan setiap hari Selasa pada pukul 14.00-16.00 di ruang meeting SKM OASIS. Dari hasil meeting tersebut akan digunakan untuk perencanaan dan penjadwalan
seminggu ke depan guna memenuhi order tersebut.
Administrasi PPIC (Production Planning and
Inventory Control) akan merencanakan dan menjadwalkan,
kemudian pada hari Jumat akan diedarkan kembali ke
bagian yang terkait. Dalam merencanakan dan
menjadwalkan produksi tersebut terdapat banyak elemen
yang harus dipertimbangkan dari masing-masing bagian.
Misalkan pada bagian primary sanggup atau tidak dalam
memenuhi kebutuhan tembakau pada bagian produksi rokok.
Primary adalah bagian yang berkewajiban untuk menyuplai
tembakau ke bagian produksi.
Untuk bagian maintenance dimungkinkan terjadi
perawatan berkala terhadap mesin. Hal tersebut
17
memungkinkan menganggu pemenuhan order atau tidak.
Bagian preproses masih memiliki stok material pendukung
atau tidak. Quality control juga harus merencanakan
berapa sampel yang harus diambil pada setiap kali
inspeksi. Perencanaan dan penjadwalan tersebut juga
dapat berubah secara mendadak misalkan terdapat kejadian
insidental. Sebagai contoh, ketika terjadi banjir di
pihak supplier dan tidak dimungkinkan untuk mengirim
material ke SKM OASIS PT Djarum atau mungkin terjadi
kerusakan mesin secara mendadak. Hal tersebut biasanya
diatasi dengan meeting darurat seketika itu juga. Pada
akhir produksi, produk rokok tersebut akan dikirim ke
bagian logistik dan SCM sebelum nantinya rokok tersebut
akan dipasarkan.
3.2. Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh PT Djarum bagian SKM OASIS
adalah rokok. Ada bermacam-macam rokok seperti Djaru
Super isi 12, Djarum Super Mild, Djarum Black, Djarum
Black Menthol, Djarum Black Cappucino, Djarum Black
Mild, LA Lights, LA Lights Menthol. Selain beberapa
rokok tersebut masih terdapat banyak lagi jenis rokok
yang diproduksi PT Djarum. Dari rokok tersebut masih
terbagi lagi untuk kualitas ekspor ke luar negeri maupun
reguler dalam negeri. Produk Djarum di SKM OASIS beserta
spesifikasinya dapat dilihat pada
Tabel 3.1. hingga Tabel 3.8.
Tabel 3.1. Spesifikasi Djarum Super 12
Material
Filter : Non Porous Diamater : 7,95
18
Pressure Drop : 180±10 Lem CP : Lem
Cortipping Lem TP : Lem Sigaret
Mesin
Tabel 3.2. Spesifikasi Djarum Super Mild (MLD)
Material Filter : Porous Diamater : 6,95 Pressure Drop : 480±10 Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin Tabel 3.3. Spesifikasi L.A. Lights
Material Filter : Porous
Diamater : 6,95 Pressure Drop :
480±15 Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin
Tabel 3.4. Spesifikasi L.A. Lights Menthol
Material
Filter : Porous Diamater : 6,95 Pressure Drop :
480±15 Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin
19
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 152±2
Diameter mm 8±0,05 Pressure Drop mmH2O 95±5 Ventilasi %
Fisik
Parameter Sat. Spec
Berat /100bt gr 96±2
Berat tob rod/bt mgr 790
Diameter mm 7±0,05
Pressure Drop mmH2O 115±5
Ventilasi % 45±5
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 103±2
Berat tob rod/bt
mgr 840
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 115±5 Ventilasi % 45±5
Tabel 3.5. Spesifikasi Djarum Black
Material
Filter : Non Porous Diamater : 6,95 Pressure Drop : 360±10
Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin
Tabel 3.6. Djarum Black Cappucino
Material Filter : Non Porous Diamater : 6,95 Pressure Drop :
360±10 Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin
Tabel 3.7. Djarum Black Menthol
Material Filter : Non Porous Diamater : 6,95 Pressure Drop :
360±10 Lem CP :Lem Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin
20
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 103±2
Berat tob rod/100 bt
mgr 86
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 130±5 Ventilasi %
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 103±2
Berat tob rod/bt
mgr 840
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 115±5 Ventilasi % 45±5
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 103±2
Berat tob rod/100 bt
mgr 86
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 130±5 Ventilasi %
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 103±2
Berat tob rod/100 bt
mgr 86
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 130±5 Ventilasi %
Tabel 3.8. Spesifikasi Djarum Black Mild
Material Filter : Dual Diamater : 6,95 Pressure Drop : 480 Lem CP :Lem
Cortipping Lem TP :Lem Sigaret
Mesin 3.3. Proses Produksi
Proses produksi adalah cara atau teknik
menciptakan sesuatu melalui tahapan-tahapan dari bahan
baku untuk diubah dengan cara-cara tertentu secara urut
dan sistematis untuk menghasilkan suatu produk yang
memiliki fungsi tertentu.
Suatu proses produksi melibatkan penggunaan sumber
daya. Sumber daya yang digunakan merupakan modal utama
untuk memulai suatu proses produksi. Sumber daya yang
dibutuhkan dalam proses produksi yaitu meliputi:
a. Material
Material meliputi segala jenis bahan bahan yang
diproses oleh mesin dan manusia yang sehingga menjadi
produk jadi yang bisa dipakai konsumen. Dalam hal
tersebut adalah kertas paper, CTP, alumunium foil,
kertas inner, plastik OPP, karton pak, karton press,
pita cukai, filter, dan material utamanya adalah
racikan tembakau yang telah dicampur dengan resep-
resep khusus.
b. Manusia
Manusia merupakan komponen penting dalam proses
produksi. Manusia harus merencanakan dan juga menjadi
21
Fisik
Parameter Satuan Spesifikasi
Berat rokok/100bt
gr 84±2
Diameter mm 7±0,05 Pressure Drop mmH2O 110±5 Ventilasi % 50±5
elemen pendukung dalam terjadinya proses produksi
karena di PT Djarum bagian SKM ini proses produksi
hampir semua dilakukan oleh Mesin. Manusia berperan
sebagai perencana, operator, QC, dan
teknisi dalam proses produksi di SKM PT Djarum.
c. Metode
Metode adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi. Ppada SKM OASIS ini
metode pengolahan menggunakan mesin untuk assembly
rokok sampai dengan bentuk press dan
dilakukan pengepakan dalam bentuk bale dengan manual
oleh tenaga manusia.
d. Money (modal/dana)
Dana yang dimaksud adalah dana/uang yang akan
dikeluarkan untuk membeli bahan baku, biaya riset,
membayar tenaga kerja, membayar daya listrik, pajak,
dll.
e. Mesin
Mesin sangat dibutuhkan dalam proses produksi. Karena
di SKM PT Djarum ini proses produksi adalah semi
otomatis. Mulai dari pelintingan sampai pada
pengemasan di dalam Press/Slope dilakukan oleh mesin
(Otomasi)
3.3.1. Bahan Baku (raw materials)
Dalam pengadaan material, PT Djarum tidak
mengandalkan hanya pada satu supplier saja. Bahan baku
yang ada terdiri atas bahan baku finished blend, bahan
baku rokok batangan, dan bahan baku rokok pak.
22
1. Bahan Baku Finished Blend
Bahan baku finished blend terdiri dari tembakau,
cengkeh, dan saos.
a. Tembakau
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rokok
adalah tembakau. Industri rokok sangat tergantung pada
keberadaan tanaman ini. Tembakau yang mempunyai
bermacam-macam jenis ini dipanen setiap setahun sekali.
Kualitas daunnya tidak sama untuk setiap bibit, bahkan
dari bibit yang sama bisa menghasilkan kualitas daun
yang berbeda bila ditanam di daerah yang berlainan atau
mengalami perawatan yang berbeda. Menanam tembakau
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Seringkali petani
mengalami kegagalan panen. Penyebabnya antara lain
masalah air dan hama.
Untuk mengantisipasi fluktuasi persediaan tembakau,
dibuat sistem pergudangan pada saat panen. Persediaan
tersebut digunakan saat musim tanam atau jika terjadi
kegagalan panen. Pergudangan tembakau tidak hanya
dilakukan semata-mata untuk persediaan, tetapi juga
berguna untuk proses penempatan (aging/ fermentasi) di
mana tembakau ditempatkan di gudangn dalam keadaan
saling bertumpukkan. Secara berkala tumpukkan dirotasi
sehingga tekanan untuk setiap tembakau merata, tembakau
menjadi padat, kering, dan menimbulkan aroma tertentu.
Penyimpanan ini dilakukan minimal selama dua tahun agar
dapat menghasilkan tembakau yang memiliki aroma
tembakau bermutu tinggi.
Untuk menjada pasok tembakau dan sekaligus membantu
peningkatan penghasilan petani, dilakukan Pengembangan
23
Tanaman Tembakau Djarum (PTTD) pada beberapa kemitraan
yang dilakukan di Lombok, Bondowoso, dan Bromo. Dengan
cara semacam ini perusahaan memperoleh bahan baku
bermutu dan sekaligus mampu meningkatkan penghasilan
petani tembakau. Bagian pengambilan ini mempunyai suatu
divisi yang terbagi menurut daerah pembelian tembakau
dan cengkeh yang harus dijangkau. Tim ini terdiri atas
pakar dalam bidang tembakau Madura, Bojonegoro,
Temanggung, dan Weleri. Masing-masing pakar kemudian
membagi tembakau tiap daerah menjadi beberapa tingkatan
jenis (grade).
Ada dua macam tembakau yang dibeli yang dibedakan
berdasarkan keadaan fisiknya. Yang pertama adalah
tembakau krosok (leaf tobacco) di mana daunnya masih
berbentuk lembaran. Tembakau krosok ini diproses dahulu
oleh koperasi petani tembakau dengan memisahkan tulang
daun dari lamina atau helai daun, baru setelah itu
disimpan dalam gudang penyimpanan tembakau. Yang kedua
adalah tembakau ranjang (pre-cut tobacco). Jenis ini
sudah tidak berbentuk lembaran daun lagi, tetapi sudah
diiris menjadi potongan-potongan halus memanjang.
Penyimpanan tembakau dalam gudang harus dilakukan
secara teliti dan penempatannya berdasarkan jenis,
daerah asal, serta umur tembakau sesuai dengan grade
masing-masing. Umumnya grading tembakau di Indonesia
hanya dilakukan sampai 40, tetapi PT Djarum membaginya
hingga grade 100. Grading dilakukan berdasarkan kadar
nikotin dan kadar gula sebagai basis, di samping tiga
aspek penting lainnya (warna, aroma, dan fisik). Masing-
masing tembakau grading-nya berbeda. Misalnya
saja untuk tembakau Madura ada empat grade.
24
Tembakau yang telah dibeli dan dikumpulkan itu,
disimpan di berbagai gudang yang tersebar di berbagai
lokasi di Kudus dan sekitarnya. Untuk mengambil
tembakau dan cengkeh perlu persetujuan dari Production
Quality Control (PQC) agar bisa melakukan permintaan
pengambilan tembakau dari gudang melalui Pusat
Administrasi Gudang (PAG) pada siang hari. Prosedur yang
ketat ini mutlak ditaati karena semua tembakau dan
cengkeh mempunyai spesifikasi tertentu dalam umur
penggunaannya. Oleh karena itu datanya harus diolah
untuk mengetahui mana yang sudah boleh diambil dan mana
yang belum boleh diambil.
Pada saat melakukan peramuan untuk jenis rokok
tertentu, tidak sembarang tembakau boleh dicampur,
melainkan harus sesuai resep yang telah ditentukan,
termasuk dari grade mana klasifikasi tembakau tersebut.
b. Cengkeh
Cengkeh merupakan ciri khas rokok kretek. Cengkeh
dapat diperoleh sepanjang tahun, baik dari pasar local
maupun dari luar negeri, misalnya cengkeh Zanzibar yang
memiliki aroma khas. Cengkeh yang dipakai berbentuk
gelondongan.
c. Saos
Saos merupakan bahan baku yang kerahasiaannya selalu
terjaga. Tingkat kesulitan untuk meramu saos jauh lebih
sulit daripada meramu tembakau. Karena kesulitan yang
tinggi dan merupakan rahasia utama perusahaan,
pembuatannya langsung dikelola oleh bagian R&D. Secara
umum, pembuatan saos ini merupakan
ekstraksi dari berbagai bahan yang telah ditentukan.
25
Jenis saos ada dua macam, yaitu casing dan flavor.
Casing digunakan untuk memberi rasa pada campuran
(blend), sedangkan flavor digunakan untuk memberi aroma
pada blend.
2. Bahan Baku Rokok Batangan
Bahan baku rokok batangan berupa finished blend, filter
rod, cigarette paper (paper), Cork Tipping Paper (CTP),
cairan pemanis dan menthol (optional), lem
paper, dan tinta.
a. Tobacco Finished Blend
Tobacco finished blend adalah tembakau siap jadi, di
mana tembakau ini sudah melalui proses pencampuran
dengan bahan-bahan lain, seperti cengkeh, saos, dan
flavor.
b. Filter Rod Filter dibuat menggunakan mesin KDF yang memiliki
kapasitas 395.000 untuk Rak Hauni hingga 396.000
batang/jam untuk Rak Gemini jika menggunakan plug wrap
yang porous. Untuk plug wrap yang non porous, mesin KDF
hanya mampu memproduksi 247.000 batang/jam untuk Rak
Gemini. Filter baru dapat digunakan empat jam setelah
diproduksi.
Bahan baku dalam pembuatan filter terdiri atas
acetate tow, hotmelt, triacetine, inner glue, dan plug
wrap. Pada pembuatan filter dihasilkan limbah berupa
paper, acetate tow yang terurai, dan filter yang tidak
memenuhi spesifikasi. Paper dan acetate tow yang
direject tidak dapat digunakan lagi, dengangkan filter
yang tidak memenuhi standar dijual ke pabrik rokok yang
26
kecil. Berikut ini adalah bahan baku dalam pembuatan
filter yang dimaksud:
1) Acetate Tow
Acetate tow berupa serat seperti kapas berwarna putih
yang sangat tipis dan tidak terputus dalam satu
gulungan. Acetate tow merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan filter rod maupun filter roll. Filter roll
merupakan filter yang berbentuk
gulungan. Sedangkan filter rod merupakan filter yang
telah dipotiong menjadi batangan. Acetate tow
diimpor dari Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
2) Hotmelt
Hotmelt berupa potongan-potongan kecil berukuran
kurang lebih 7 mm. Hotmelt berbentuk kotak dan
berwarna kekuningan. Hotmelt digunakan sebagai lem
untuk merekatkan ujung-ujung dari plug wrap.
3) Triacetine Triacetine berupa larutan putih. Triacetine
digunakan untuk mengeraskan dan mengenyalkan acetate
tow.
4) Inner glue
Inner glue berupa larutan yang digunakan sebagai lem
untuk merekatkan acetate tow dengan plug wrap. Inner
glue terbuat dari campuran triacetine dan potongan
acetate tow.
5) Plug wrap
Plug wrap merupakan pembungkus filter, berupa kertas
berwarna putih. Plug wrap ini lebih kuat dari paper
27
dan tahan air. Plug wrap ada dua macam, yaitu porous
dan non porous
c. Cigarette Paper
Paper adalah kertas yang digunakan untuk membungkus
tobacco finished blend. Setiap Cigarette Maker (CM)
membutuhkan sekitar 28 paper/hari.
d. Cork Tipping Paper (CTP)
Cork Tipping Paper adalah kertas yang digunakan
untuk melapisi sambungan antara batangan rokok (tobacco
rod) dengan filter, CTP yang akan digunakan harus
melewati proses pemanisan CTP (pada pre-process)
e. Cairan Pemanis (optional)
CTP tawar kemudian dimaniskan dengan menggunakan
cairan pemanis yang mengandung glukosa dan alcohol.
Tujuannya untuk memberi rasa manis pada CTP.
f. Menthol (optional)
Menthol hanya digunakan pada LA Light Menthol dan
Djarum Black Menthol di mana pada aluminiumnya
dilakukan aplikasi menthol.
g. Lem Lem digunakan untuk melekatkan paper, kertas CTP,
maupun untuk merekatkan bahan seperti aluminium foil,
kertas inner frame, etiket (blank), kertas craft, dan
bandrol. Penggunaan lem dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Lem yang digunakan dalam proses pembuatan sigaret
(pada mesin cigarette maker) meliputi lem cigarette/
side seam, digunakan untuk merekatkan antar dua paper,
dan lem CTP yang digunakan untuk mengelem Cork
Tipping.
28
2) Lem yang digunakan dalam proses pengemasan (pada mesin
packer) yaitu lem 8065 yang digunakan untuk mengelem
kertas etiket (blank) dan kertas inner frame.
h. Tinta
Tinta hanya digunakan dalam pembuatan produk Djarum
Super, di mana tinta digunakan untuk membuat logo pada
Paper.
Dalam pembuatan rokok batangan, juga digunakan bahan
pembantu seperti alcohol (Aqua DM 1), suction tape, dan
garniture tape.
3.3.2. Proses Produksi Rokok
Proses pembuatan rokok di Sigaret Kretek Tangan (SKT)
dilakukan secara manual, sedangkan pembuatan SKM
dilakukan dengan menggunakan mesin (otomatisasi
produksi). Proses produksi pada SKM bersifat continous.
Proses produksi di departemen produksi dibagi atas dua
bagian utama, yaitu di bagian primary (processing) dan
secondary.
1. Proses Produksi di Primary
Bagian primary merupakan tempat mengolah tembakau,
cengkeh, dan material tambahan lainnya untuk
menghasilkan komposisi blend (tembakau stelan) yang
homogen. Outputnya dikenal dengan finished blend. Bagian
primary membuat finished blend yang beragam, sesuai
dengan kebutuhan produksi karena setiap rokok
campurannya berbeda-beda. Finished blend ini kemudian
dikirimkan ke bagian secondary, Bagian primary terdiri
dari pra-process dan main process. Di bagian ini ada 3
29
kegiatan utama, yaitu pengolahan tembakau, pengolahan
cengkeh, dan proses inti.
a. Pengolahan Tembakau
1) Tembakau diperlakukan hotstreaming agar memiliki kadar
air yang sudah ditentukan.
2) Tembakau tersebut kemudian dirajang/dipotong dengan
ukuran sedang kemudian dipotong lagi lebih kecil
hingga sekitar 2 mm.
3) Tembakau yang sudah dipotong lalu dikeringkan.
4) Tembakau dipisahkan dengan material asing dengan
metode penghisapan (berdasarkan berat tembakau
dibanding dengan berat material asing). Proses ini
dilakukan sampai tiga tingkat pemisahan, yaitu
dimulai dengan yang penghisapannya lebih kuat.
5) Casing process, merupakan proses pemberian rasa (saos)
dan aroma (flavor) yang diinginkan untuk jenis merk
tertentu. 6) Tembakau siap untuk dicampur.
b. Pengolahan cengkeh
1) Cengkeh dicuci agar tidak bercampur dengan
materialmaterial lainnya
2)Cengkeh dikeringkan
3) Cengkeh dirajang/dipotong 4)
Cengkeh siap untuk dicampur
c. Main Process
Main process meliputi proses pre-blending, proses di
material tambahan, dan proses blending.
1) Proses Pre-blending
Proses ini merupakan proses mengkomposisikan
30
tembakau dan krosok agar sesuai dengan formula yang
ditentukan.
2) Proses di Material Tambahan
Proses di material tambahan meliputi proses kupas
rokok, proses rajang gagang, proses tembakau
kepala/top, proses puffing, dan proses rontokan.
a) Proses kupas rokok
Proses ini dilakukan untuk memproses ulang rokok
reject dari SKM atau SKT, dan rokok return dari pasar
dengan memisahkan tembakau dengan filter dan paper.
Tembakau hasil kupasan rokok yang cacat ini disebut
tembakau rework. Dalam mesin kupas rokok
terdapat vibrator sehingga tembakau dengan
sendirinya akan turun ke bawah. Tembakau tersebut akan
digetarkan (vibrasi) dua kali. Dalam industri rokok
yang diatur oleh undang-undang, tembakau
rework ini hanya diijinkan sekitar 15% saja.
b) Proses rajang gagang
c) Proses tembakau kepala/top
Tembakau top adalah tembakau yang paling bagus (wangi
dan rasanya kuat), walaupun persentase tembakau top
ini kecil tetapi tembakau ini sangat mempengaruhi rasa
dan aromanya.
d)Proses puffing
Proses ini dilakukan untuk memperbesar volume
tembakau sehingga kemampatannya tinggu dengan berat
yang sama dan untuk mengurangi pemakaian tembakau.
e) Proses rontokan
Proses ini dilakukan untuk memisahkan tembakau
31
bersih dengan debu dan foreign material.
3) Proses Bending
Proses ini mencampurkan tembakau dengan material
tambahan sehingga tembakau siap dibuat rokok di bagian
SKM dan SKT. Tembakau top, tembakau yang sudah dicasing,
dan juga tembakau rework dicampur menjadi satu dengan
persentase yang berbeda-beda. Tembakau hasil casing
paling banyak komposisinya di antara tembakautembakau
lainnya.
Tembakau dan cengkeh yang sudah dicampurkan ini
kemudian di-mixing agar merata. Setelah itu barulah
disimpan dengan cara berlapis-lapis dalam suatu silo
untuk didiamkan sekitar 48 jam, barulah dapat digunakan
sebagai finished blend.
2. Proses di Secondary
Bagian secondary merupakan kelanjutan proses pada
bagian primary, yaitu proses pelintingan, pengepakan,
sampai pengiriman cigarette rod. Proses produksi di SKM
meliputi:
a. Pre-process
Di bagian ini dilakukan pembuatan filter rod, pemberian
pemanis pada CTP, aplikasi menthol pada aluminium foil,
lem side seam, dan proses OPP tear tape cut sheet.
1)Pembuatan filter rod
Tempat pembuatan filter disebut filter house. Pada
mesin KDF, acetate tow mula-mula diuraikan dalam bentuk
tipis memanjang untuk kemudian dibounding sesuai ukuran
yang ditentukan. Kemudian acetate tow diberi triacetine
dan hotmelt melalui selang-selang yang dialirkan ke
32
batangan filter, setelah itu digabungkan dengan plug
wrap yang telah diberi inner glue. Filter yang keluar
langsung terbungkus oleh plug wrap.
Pada pembuatan filter rod ini, batangan filter
dipotong sepanjang 12 cm, kemudian dari 12 cm ini
kembali dipoting di mesin cigarette machine menjadi 3
bagian, tiap bagian 4 cm, dan dipotong menjadi 2 bagian
lagi sehingga tiap bagiannya 2 cm untuk setiap rokok.
Filter rod terbagi menjadi 2 macam, yaitu filter rod
porous dan filter rod non porous. Plug wrap pada filter
rod porous berporositas besar (berpori-pori). Filter rod
porous biasanya digunakan untuk rokok yang memiliki
kadar tar relatif rendah.
2) Pemanisan CTP
CTP merupakan kertas pembungkus filter dengan rokok
batangan. Ada bermacam-macam warna, seperti warna kuning
marble untuk Djarum Super, warna putih untuk LA Light,
warna hitam untuk Djarum Black baik lokal maupun
ekspor.
CTP manis ini dibentuk dari CTP tawar kemudian
diberi cairan pemanis, di mana cairan pemanis ini juga
dibuat pada bagian R&D. Pemberian pemanis pada CTP ini
dilakukan dengan bantuan mesin. Di SKM terdapat 24 unit
mesin pemanis. Setiap mesin dapat memproses dua CTP
sekaligus. Pada mesin tersebut terdapat heater agar CTP
yang sudah diberi pemanis cepat kering saat digulung
kembali.
3) Aplikasi Menthol
Pemberian menthol digunakan untuk memberi menthol
pada aluminium foil. Menthol akan terserap dengan
33
sendirinya oleh rokok yang dibungkus dengan aluminium
foil tersebut. Pada aplikasi menthol ini, cairan
menthol yang dioles pada aluminium foil diperoleh dari
bagian R&D. Cairan menthol ini relatif berwarna bening.
Aplikasi ini dilakukan oleh mesin menthol applicator.
4) Pembuatan Lem Side Seam
Lem side seam digunakan untuk mengelem kedua ujung
paper. Lem side seam ini juga diproses terlebih dahulu
pada bagian pre-process. Bagan yang digunakan berupa
gohsenol padat dan air.
b. Proses Inti di Secondary
Pada bagian secondary, dilakukan proses pembuatan rokok
batangan serta pengepakannya. Finished blend yang
merupakan bahan pokok dari rokoknya, dipindahkan dengan
menggunakan konveyor dari gedung primary ke gedung
secondary melalui konveyor dan ditampung dalam mesin KAB
lalu disalurkan ke tiap SPU dengan menggunakan pipa
pneumatic. Untuk PT-PT, masih ada finished blend yang
diangkut secara manual dengan menggunakan plastic box.
Untuk filter rod disalurkan melalui pipa-pipa
berdiameter 1cm. Pipa ini menghubungkan bagian
preprocess ke mesin.
Ada dua jenis lini pada bagian proses pada mesin di
SKM, yaitu lini terhubung dan lini terpisah. Mesin yang
digunakan pada lini terhubung bersifat kontinyu dan
memiliki karakteristik com-flex. Kontinyu berarti proses
pembuatan rokok sampai proses pengepakannya dilakukan
dalam satu alur proses di mana perpindahan material dari
satu tahap pengerjaan menuju tahap
34
lainnya dilakukan secara internal tanpa bantuan tenaga
operator sebagai alat transportasinya. Karakteristik
com-flex artinya bersifat ringkas (compact) dalam desain
layout konfigurasinya, tetapi cukup fleksibel jika
difungsikan sebagai unit-unit yang berdiri sendiri. Hal
ini sangat menguntungkan karena jika terjadi hambatan
dalam salah satu tahap produksi, perusahaan tidak perlu
menghentikan keseluruhan lini produksi.
Tembakau dihisap lewat hisapan central pneumatic dan
diatur oleh shuit-off flap yang terdapat pada airlock
untuk membuka dan menutupnya. Level tembakau di airlock
diatur oleh suatu sensor cahaya. Jika tembakau sudah
mencapai batas minimum, maka hisapan akan terjadi secara
otomatis. Pada beberapa mesin, tembakau dihisap secara
manual melalui pipa-pipa yang digerakkan oleh operator.
Selain itu, juga dilakukan pengadukan kembali agar
campuran lebih homogen dan pemisahan terhadap material
asing atau pun material yang berat, seperti cengkeh yang
belum terpotong sempurna. Pemisahan ini dilakukan dengan
hembusan udara ke atas pada tekanan tertentu sehingga
material yang kelebihan berat akan jatuh
dengan sendirinya.
Barulah kemudian tembakau masuk ke cigarette
forming yang berbentuk kanal untuk dilinting dengan
menggunakan paper. Sebelumnya, tembakau melewati
trimming disc yang membantu memotong dan mengatur berat tembakau. Berat tembakau ini diatur oleh suatu alat pengendali (weight control). Tembakau ini seolah-olah dipotong menjadi dua bagian.
Paper dipasang melewati suatu printing unit yang
melakukan proses pencetakan logo dan atau tulisan PT
35
Djarum. Setelah tembakau memenuhi paper, kedua ujung
paper dilipat dan di sepanjang paper diberi lem side
seam sehingga setelah paper menutup, rokok berbentuk
gulungan akan merekat, kemudian langsung dipanaskan
dengan unit seam sealer pada suhu tertentu agar lem
kering. Untuk mesin Protos, suhu pada unit seam sealer
kira-kira 250˚C. Batangan rokok yang sudah sempurna
pengelemannya akan dideteksi segi fisiknya, misalnya
berat rokok secara elektronik. Hasilnya dapat
ditampilkan di layar.
Setelah itu batangan rokok yang masih dalam bentuk
lonjoran ini dipotong sepanjang 13.8 cm yang kemudian
dipotong lagi menjadi dua bagian yang sama (cut off).
Setelah itu, rokok ditempatkan secara terpisah oleh
separating drum. Drum-drum yang ada pada CM memiliki
lekukan sebagai tempat menampung rokok yang disebut
groove. Hasil potongan ini disebut sebagai tobacco rod.
Kemudian tobacco rod ini masuk ke mesin assembler.
Sebelum masuk ke dalam mesin assembler, tobacco
rod ini melewati loose end sensor (ada yang menggunakan
sensor dengan sinar radiasi beta dan ada juga yang
menggunakan microwave) yang fungsinya memeriksa
densitas rokok. Jika densitas rokok tidak sesuai dengan
standar, rokok langsung di-reject. Densitas
mempengaruhi titik bakar dan moisture content. Pada feed drum, kedua rokok batangan sepanjang 6.9 cm
yang terpisah, diisi dengan satu potongan dilter
berukuran 2 cm. Filter sepanjang 2 cm tersebut
merupakan hasil pemotongan filter sepanjang 12 cm pada
filter cutting drum.
36
Dengan cork knives, CTP dipotong sesuai dengan standar
lebar dari macam produknya. Swash plate drum membawa CTP
yang sudah terpotong dan menempel pada filter yang
dibawa oleh feed drum bersama rokok batangan pada kedua
sisi filter tersebut. Setelah menempel, tobacco rod dan
filter disambung dengan menggunakan CTP. Setelah itu,
rokok melewati rolling drum.
Setelah proses penyambungan selesai, tobacco rod dan
filter yang semula berpasangan, dipoting tengahnya
sehingga menjadi dua batang rokok oleh rod cutting drum.
Di drum ini, rokok tanpa filter, rokok pada awal start
mesin di-reject.
Pemotongan tersebut menghasilkan dua cigarette rod yang
saling berkebalikan posisinya. Setelah dipotong,
batangan rokok ini akan dimasukkan ke dalam pak. Oleh
karena itu, batangan rokok yang berlawanan arah itu
disamakan arahnya di turning drum. Mesin ini dilengkapi
dengan pembalik arah batangan rokok itu dengan cara
kerja seperti dijepit dan dipilin secara spiral. Rokok
yang berada di luar spesifikasi akan direject di
injection drum. Rokok yang sudah memenuhi spesifikasi
ditransfer ke sampling drum melalui intermediate drum.
Sampel rokok dapat diambil dengan menekan switch
sampling. Apabila mesin berjalan normal, rokok dari
sampling drum akan berpindah ke catcher drum untuk
dibawa ke HCF hopper dengan cigarette feeding. Rokok-
rokok yang sudah digabungkan dengan CTP dan sudah
melewati sensor, dibawa menuju buffer sebagai tempat
penampungan rokok sementara sebelum rokok masuk ke mesin
packer.
37
Mesin packer (Focke) terdiri dari Hinge Lid Packer (HLP
350), reservoir 802, banderoller/stamper 402 (BD),
wrapper 401 (WR), dan boxer/cartooner 361 (BX), dan
Marden Edwards/Overwrapper (OW). Mesin packer disebut
juga HO. Kata HO ini mengambil dari unit pertama dan
unit terakhir yang ada pada mesin packer, yaitu HLP dan
OW.
Mesin HO mampu menghasilkan 380 pak/menit. Pada mesin
link up, rokok akan berjalan dengan sistem COC untuk
masuk dalam cigarette vane yang berfungsi menata rokok
menjadi dua baris. Pada mesin non link up, rokok
batangan yang sudah tertata di dalam rak dimasukkan ke
tray unloader.
Pada HLP, rokok dibungkus dengan aluminium foil.
Aluminium foil ini dibuat perforasinya dan diberi logo.
Perforasi harus baik kualitasnya agar konsumen tidak
kesulitan membuka kemasan rokok dan agar rokok di
dalamnya tidak rusak saat perforasi disobek. Sementara
itu, mesin juga sudah menyiapkan teiket yang disatukan
dengan inner frame. Etiket ini sudah terbentuk sesuai
dengan bentuk pak rokoknya, hanya saja belum tertutup.
Rokok yang telah terbungkus tadi barulah dimasukkan
dalam etiket yang belum tertutup. Etiket kemudian
ditekuk menjadi kotak pada folding turret dan diberi lem
PVAC yang dipasok secara manual oleh operator. Pada
CM dan HLP tidak ada pengerjaan ulang (rework). Setelah menjadi pak polos (pak rokok tanpa cukai),
rokok pak tersebut masuk dalam drying drum yang
berkapasitas 96 pak dan maturing drum yang berkapasitas
100 pak. Rokok tersebut dilewatkan pada drying drum dan
maturing drum agar perekatan pak polos pada HLP
38
sempurna.
Setelah itu, rokok masuk dalam area BD. Fungsinya
adalah untuk memberikan pita cukai pada pak rokok
tersebut. Di unit ini terdapat glue pot III. Pasokan lem
dan pita cukai dilakukan secara manual oleh
operator.
Jika yang akan dipak adalah rokok sortiran yang pack-
nya sudak ditempel pita cukai secara manual oleh pekerja
borongan, tombol pengatur puta diubah ke posisi “O” agar
pita cukai pada mesin tidak turun.
Jika terjadi kerusakan pada unit BD atau WR, packpack
yang dihasilkan akan ditampung dalam reservoir. Dalam
hal ini, reservoir berfungsi sebagai buffer antara HLP
dengan stamper. Jika kapasitasnya hampir penuh, operator
dapat menghentikan unit HLP.
Selanjutnya rokok pack masuk ke unit WR. Rokok
pack kemudian ditutup dengan menggunakan plastik (OPP)
yang sebelumnya sudah disatukan dengan tear tape.
Penyatuan ini menggunakan proses pemanasan pada melting
point tertentu agar OPP dapat menempel pada pack dan
tidak meleleh.
Pack lengkap yang sudah ada masuk dalam unit BX
untuk di-pack lagi menjadi ukuran press. Biasanya satu
press berisi 12 pack untuk Djarum Super, dan 16 pack
untuk LA Light. Pada unit ini, pengeleman dilakukan
dengan glue jet. Produk penge-press-an ini kemudian
dikirim ke unit OW dengan belt conveyor berkecepatan
rendah. Setelah masuk dalam dos press, barulah dilakukan
overwrapper yang bertujuan memberikan OPP pada dos press
yang sudah jadi.
39
Setelah proses overwrapper, rokok masuk dalam proses
bale. Proses ini juga merupakan proses
pengepakkan di mana dos press dibungkus dalam kertas
craft. Untuk produk Djarum Super, 1 bale berisi 20
press, dan untuk produk LA Light, 1 bale berisi 10
press.
Dari bale, rokok dilanjutkan dalam proses boxer, yaitu
proses pengepakan bale ke dalam tempat yang lebih besar
lagi. Biasanya 1 box berisi 4, 6, atau 8 bale
(tergantung pada jenis brand). Kemudian dos box ini
ditutup dan diberi packing tape. Box yang sudah diberi
packing tape ini disebut corrougated box.
Untuk produk ekspor, rokok dalam kemasan box
sebelumnya dimasukkan dalam plastic bag terlebih dahulu
untuk mencegah masuknya kandungan uap air ke dalam
rokok. Penutupan box juga berbeda antara produk
domestik dan ekspor. Untuk produk domestik, box hanya
ditutup dengan menggunakan packing tape, sedangkan untuk
ekspor, penutupan dilakukan dengan tali segel. Semua
proses pembungkusan yang kompleks ini dilakukan untuk
menjamin rasa dan aroma agar tetap baik sampai di tangan
konsumen. Setelah semua proses pembungkusan selesai,
produk jadi dikirim ke gudang maupun ke
distributor.
3.4. Fasilitas Produksi
Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai
tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Dalam berproduksi
40
diperlukan peralatan-peralatan, perlengkapan,
mesinmesin dan fasilitas produksi. Keseluruhan fasilitas
tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses
produksi sehingga hasil produksi dapat diproduksi dengan
jumlah dan kualitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat
diselesaikan tepat pada waktunya dengan biaya yang
minimal. Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan
secara optimum penempatan mesin dan
peralatan, tempat kerja, tempat penyimpanan dan
fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk
gedung pabriknya.
PT Djarum mengatur fasilitas produksinya
menggunakan tipe product layout. Tipe Product Layout
merupakan suatu tata letak pabrik yang mempunyai
efisiensi yang tinggi di mana peralatan disusun
berdasarkan urutan proses pembuatan produk. Aliran
produksi yang terjadi adalah Flow Shop dimana
karakteristik Flow Shop sebagai berikut:
a. Aliran pemindahan material berlangsung dengan lancer
dan sederhana, serta biaya material handling yang
rendah.
b. Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif
singkat.
c. Adanya sistem insentif bagi kelompok karyawan akan
dapat memberikan motivasi guna meningkatkan
produktivitas kerjanya. d. Tiap unit produksi atau stasiun kerja memerlukan luas
area yang minimal.
e. Pengendalian proses produksi mudah dilaksanakan.
41
Setiap bahan baku atau komponen yang masuk dalam
lantai produksi PT Djarum akan mengalami beberapa
perpindahan dari satu proses ke proses yang lain.
Sebagai contoh kertas paper yang menjadi salah satu
bahan baku utama rokok. Ketika tiba dari vendor akan
dimasukkan terlebih dahulu ke warehouse dan kemudian
dipindahkan ke departemen pre-proses untuk diproses.
Setiap perpindahan yang terjadi pasti memerlukan suatu
usaha perpindahan material atau penanganan material
(material handling).
Sistem penanganan material yang terdapat di PT Djarum
bermacam-macam tergantung dari jenis dan jumlah bahan
baku yang akan dipindahkan serta posisi bahan baku
tersebut berada sekarang. Metode pemindahan bahan baku
maupun produk jadi di PT Djarum dibedakan menjadi
3 jenis yaitu:
a. Pemindahan secara manual
Pemindahan secara manual dilakukan oleh operator tanpa
bantuan mesin. Hal ini dipakai bila tidak ada alat
khusus untuk menangani dan merupakan pekerjaan yang
ringan. Contohnya mengganti CTP dan kertas paper
secara manual. Pemindahan secara manual juga dilakukan
oleh operator pengepakan manual. Operator tanpa
bantuan alat khusus, memasukkan bale ke dalam dus box.
b. Pemindahan dengan mesin (terotomatisasi)
Pemindahan dengan menggunakan mesin tanpa bantuan
manusia. Ini digunakan apabila tidak memungkinkan
untuk dilakukan secara manual. Hal ini lebih efisien
untuk pekerjaan yang berat. Contohnya pada bagian
produksi, press rokok yang telah siap dipasarkan
dipindahkan ke bagian manual packaging dengan
42
menggunakan konveyor. Pada SPU 41 dengan mesin maker
single track, penggantian kertas paper, CTP serta
memasukkan karton press dilakukan oleh robot.
c. Pemindahan bahan secara campuran
Sistem pemindahan yang dilakukan oleh manusia dengan
bantuan mesin atau alat bantu, biasanya dipakai untuk
memindahkan komponen dari satu
departemen ke departemen yang lain. Contohnya untuk
memindahkan komponen dari departemen manual
packaging ke warehouse dengan menggunakan forklift.
Untuk pemindahan pallet yang berisi material dari
departemen pre-proses ke mesin menggunakan hand
pallet. Untuk mengangkut sisa tembakau maupun
sampah-sampah produksi menggunakan hand truck.
Sistem penanganan material yang terdapat di bagian
produksi bermacam-macam, tergantung dari jenis
material yang akan dipindahkan. Sebagian besar
perpindahan bahan baku dilakukan oleh manusia atau
operator. Alat material handling akan digunakan jika
materialnya berat atau berjumlah banyak.
Material handling yang digunakan di SKM PT Djarum
antara lain:
a. Konveyor
Konveyor digunakan untuk memindahan produk dari
setiap departemen ke departemen lain atau pun dari
mesin satu ke mesin lainnya yang saling terhubung,
sebagai contoh pada pemindahan finished blend dari
bagian primary ke bagian secondary.
b. Roller conveyor
43
Pemindahan produk ke bagian penge-bale-an dilakukan
melalui roller conveyor. Roller conveyor merupakan
alat pemindahan material yang digunakan dalam proses
perakitan, inspeksi dan untuk memindahkan produk dari
perakitan hingga manual packaging.
c. Pipa-pipa
Filter rod dari filter house juga ditransfer ke unit
receiving CM melalui pipa-pipa transfer secara
otomatis. Transfer ini dilakukan dengan sistem
pneumatic, yaitu melalui pipa bertekanan tinggi untuk
mencegah adanya debu yang masuk
d. Forklift
Forklift digunakan untuk memindahkan bahan baku dan
membantu pemindahan komponen produk yang ada di lantai
produksi.
e. Hand truck
Hand truck digunakan untuk membawa material-material
berukuran kecil dalam jumlah yang banyak.
f. Pallet
Pallet merupakan papan kayu yang digunakan sebagai
alat bantu dalam proses pemindahan bahan baku maupun
produk jadi.
e. Hand pallet
Hand pallet merupakan alat bantu khusus untuk
memindahkan material dari suatu departemen ke
departemen lain (misal dari gudang ke setiap mesin).
Hand pallet menggunakan sistem hidrolik untuk
mengatur ketinggian penampang hand pallet. Material
44
yang diangkut antara lain berupa etiket, paper, tear
tape, CTP, outer, inner, dan filter.
f. Kletek
Kletek digunakan untuk memindahkan filter (double
filter maupun filter reguler) dari gudang material ke
bagian pre-process. Kletek dapat mengangkut 16 rak.
Kletek ini memiliki bentuk semacam gerobak dengan dua
tingkat.
g. AGV (Automated Guided Vehicles)
Automated Guided Vehicles adalah mobile robot
yang dipandu dan dikendalikan secara elektronik yang
digunakan di PT Djarum untuk memindahkan material dari
departemen material ke mesin. Ada pun material yang
dipindahkan meliputi outer, inner, etiket, paper,
foil, CTP.
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.1.Lingkup Pekerjaan
Pada kerja praktek di PT Djarum bagian SKM Oasis,
penulis ditempatkan di Ruang Material Preparation and
Pre-Process Secondary. Letak ruang Material Preparation
and Pre-Process dengan lantai material preparation,
sehingga memudahkan penulis untuk mengamati keadaan
preparation.
Berikut ini adalah ruang kerja Bagian Pre-Process dan
Material Preparation beserta tata letak ditunjukkan
45
pada Gambar 4.1. Bagian Pre-Process dan Material
Preparation terletak di lantai 1 bangunan KDF.
Gambar 4.1. Tata Letak Kantor Bagian Material
Preparation dan Pre-process
Departemen material preparation di PT Djarum
digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan material yang
berhubungan dengan tahapan pre-process (pembuatan
filter) dan pengepakan (packer) yang meliputi lem
(tobacoll tip jet, technomelt), paper, plugwrap, filter
(putih polos dan double filter), OPP (Oriented
Polystylene Plastic), Foil, Inner, CTP (Cigarette Tipping Paper), tear tape, outer, etiket (kotak kemasan), treacetylene (pengembang acetate tow(busa filter)).
Outer (kemasan luar), etiket, dan inner digunakan untuk
produk rokok PT Djarum, yaitu Djarum Super, Djarum Super
Mild (MLD), Djarum Black, Djarum Black Cappucino, Djarum
Black Menthol, Djarum Black Mild, LA Lights, LA Lights
Menthol.
Penulis diberi tugas untuk menganalisa pekerja yang ada
di bagian material preparation and pre-process untuk
nantinya diketahui apakah pekerja yang ada sudah
optimum. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan
46
sampling pekerjaan (work sampling). Sebelumnya belum
pernah ada pengamatan tentang hal tersebut di Bagian
Pre-Process dan Material Preparation.
Adapun tujuan sampling pekerjaan dalam kasus ini yaitu:
a. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu
kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.
b. Mengetahui tingkat pemanfaatan material handling dan
alat-alat preparation.
c. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja secara
langsung.
d. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
e. Menetapkan performance level dari seseorang selama
waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu di mana orang
ini bekerja atau tidak bekerja.
f. Mengukur beban kerja.
g. Menentukan output standar.
h. Menentukan jumlah pekerja yang diperlukan di
departemen yang bersangkutan. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, penulis
berhubungan langsung dengan Superintendent Secondary
yaitu Bapak Kristiono, Supervisor Secondary Pre-Process
dan Material Preparation SKM OASIS yaitu Bapak Franky
Natalis. Selain itu juga penulis berhubungan langsung
dengan seluruh unit head pre-process dan material
preparation, dan pekerja di Bagian Pre-Process dan
Material Preparation.
4.1.2. Struktur Organisasi Departemen
Material Preparation dan Pre-process
47
Departemen Material Preparation dan Pre-process
dikepalai oleh seorang Superintendent Material
Preparation dan Pre-process. Struktur organisasi
Departemen Material Preparation dan Pre-process
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Material
Preparation dan Pre-Process 4.2.Tanggung Jawab dan Wewenang Dalam Perusahaan
Selama melaksanakan kerja praktek, penulis
ditempatkan preparation dan pre-process yang kemudian
memilih untuk memfokuskan pengamatan . Yang menjadi
obyek penulis dalam melakukan pengamatan adalah
produktivitas yang dilakukan pada keseluruhan karyawan
material regu A selama satu minggu (setelah dipotong
libur dan hari paruh waktu). Setelah mengamati motion
and time study, penulis diminta untuk melakukan analisis
perbaikan serta membuat usulan jika ada. Alasan
48
Operator OperatorOperatorOperatorOperatorOperator
ExportMaterials
ment Procure-Unit Head
Shipment Good
Finished Unit Head
Regular Materials
ment Procure-
Unit Head-
ProcessMenthol
Unit Head-
ProductionFilter
Unit Head-
ProcessSweetener Unit Head-
Pre-Process dan Material Preparation
Supervisor-Secondary
Pre-Process Superintendent-Secondary
ditunjukkan oleh Gambar 4.2.
penggunaan work sampling ini karena diinginkan hasil
pengukuran yang lebih teliti dan akurat.
Penulis memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh superintendent dan diakhir
pelaksanaan kerja praktek akan diadakan presentasi hasil
kerja praktek yang telah dilakukan selama sebulan. Dalam
penyelesaian kerja praktek, penulis melakukan pembagian
tugas dimana penulis bertanggung jawab untuk melakukan
pengamatan dan memberikan usulan
mengenai motion and time study pada 10 karyawan
departemen material preparation regu A.
Selama pelaksanaan kerja praktek, penulis diberi
beberapa wewenang oleh pembimbing lapangan maupun
perusahaan yaitu:
a. Penulis diperbolehkan untuk datang ke lantai
material preparation dan pre-process untuk melakukan
pengamatan dan menggali informasi mengenai aliran
material di bagian secondary dan proses pembuatan
filter, baik dari supervisor maupun dari semua staff
dan operator yang bersangkutan
b. Penulis menggunakan ruangan di bagian material
preparation dan pre-pocess yang digunakan sebagai
tempat untuk menyelesaikan tugas.
c. Penulis juga diperbolehkan untuk membantu staff dalam
menyiapkan material untuk departemen
secondary.
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
49
Dalam pelaksanaan kerja praktek kali ini, khususnya
untuk mengamati motion and time study, penulis
menggunakan metode work sampling. Metode work sampling
dipilih karena dari ciri-ciri metode work sampling
yaitu:
a. Digunakan untuk pengukuran waktu kerja bagi pekerja
langsung, tak langsung, dan mesin
b. Pengamatan dilakukan secara random (acak)
c. Sangat cocok untuk pekerjaan yang sifatnya tidak
berulang
d. Urutan pekerjaannya tidak menentu
e. Waktu penyelesaiannya relatif panjang
Terdapat 30 kali pengamatan dalam sehari. Jam kerja
operator 1 shift adalah 8 jam. Penulis membagi satuan
pengamatan menjadi 5 menit yang ditentukan dari
pengamatan pada minggu pertama, maka akan didapat 96
kali pengamatan jika dilakukan secara utuh, tetapi
penulis hanya mengambil sampel yaitu 30 kali pengamatan
tersebut.
Waktu pengamatan tersebut ditentukan secara acak dengan
bantuan bilangan random dan waktu satuan
pengamatan adalah 5 menit. Misalkan terdapat bilangan
random 1 maka
06:00 + (1 x 00:05)= 6:05
Pengamatan tersebut dilakukan selama 4 hari. Penulis
mendapatkan data yang cukup maka dilakukan rekapitulasi
lembar pengamatan.
Penulis memisahkan aktivitas produktif dan non
50
produktif. Ada pun aktivitas produktif yang dilakukan
dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Untuk pengawas material (Golongan 2 : Pekerja
Material A)
a. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan
administrasi
b. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan
administrasi
c. Memastikan pekerja bagian material bekerja dengan baik
bagian material
d. Menghitung pemakaian material
e. Membantu karyawan memindahkan material 2. Untuk
karyawan material (Golongan 4 dan 5)
a. Men-supply material ke mesin
b. Men-supply material ke terminal AGV atau pun hand
pallet
c. Memindahkan hand pallet untuk mengambil material
d. Mengumpulkan dan merapikan aval (ampalan, sampah
plastic, dan tali pengikat)
e. Mengecek ketersediaan material di mesin
f. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan
administrasi
g. Memindahkan filter dari kardus ke rak
h. Menulis label untuk ditempelkan pada karung sortiran
i. Mengepak sortiran rokok ke karung di gudang sortiran
j. Menimbang karung sortiran rokok di gudang sortiran k. Membersihkan gudang sortiran
l. Mengumpulkan aval
m. Membuka kemasan material
51
n. Membersihkan lantai (di area meja kerja material)
o. Membersihkan lem di mesin
p. Mengambil sisa material
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah
menentukan nilai faktor penyesuaian dan kelonggaran.
Faktor penyesuaian adalah teknik untuk menyamakan waktu
hasil observasi terhadap seorang operator dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang
diperlukan oleh operator normal dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1988).
Menurut Sutalaksana (1979), besarnya nilai faktor
penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu:
a. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja di atas normal (terlalu cepat)
b. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja di bawah normal (terlalu lambat)
c. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja dengan wajar.
Untuk mentukan faktor penyesuaian, penulis menggunakan
Metode Westinghouse karena penggunaannya yang lebih
mendetail dari masing-masing kemampuan yang dialami oleh
operator.
Ada pun pemberian faktor kelonggaran dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan
hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku
yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang
lengkap dan mewakili sistem kerja yang
diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain: a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique)
52
c. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat
dihindarkan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis sebelum
work sampling adalah:
1. Studi pendahuluan
a. Mendefinisikan masalah, menentukan tujuan pengukuran,
yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan
besarnya tingkat ketelitian dan
keyakinan.
b. Memilih operator
c. Membuat lembar pengamatan
d. Mendefinisikan aktivitas yang diamati (produktif/ non
produktif serta Output Identification Unit
(OIU))
2. Perancangan sampling pekerjaan
a. Menentukan satuan waktu pengamatan
b. Menentukan jumlah hari atau shift yang akan diamati
c. Menentukan jumlah pengamatan dengan mempertimbangkan
jam kerja perusahaan.
d. Membangkitkan bilangan acak untuk menentukan waktu
pengamatan dari table bilangan acak
e. Menentukan waktu pengamatan
3. Pengamatan dan pencatatan data 4.
Menetapkan waktu baku dan waktu normal
券件
Wn = ... (persamaan 1) 建剣建欠健 剣憲建喧憲建
Wb = Wn (1+a) ... (persamaan 2)
Keterangan :
53
喧 . 券 .
Wn : waktu normal
Wb : waktu baku T : selisih waktu kerja dengan waktu istirahat
ni : jumlah kejadian aktivitas ke–i n : jumlah
kejadian seluruh aktivitas p : penyesuaian
a : kelonggaran (allowance)
54
4.3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek Untuk
memahami lebih jelas mengenai pelaksanaan kerja
praktek di PT Djarum dapat dilihat pada Gambar 4.3.
55
Selesai
beban kerja Membuat perhitungan
operator produktivitas
Analisa persentase
uji petik (waktu baku) Membuat tabel perhitungan
penyesuaian & kelonggaran Membuat analisa faktor
beberapa elemen kegiatan operator ke dalam
Mengelompokkan aktivitas
Data Pengamatan Merekapitulasi Lembar
samplinwork untuk persiapan
Mengumpulkan data-data
Produksi Filter Material dan Proses Mempelajari Aliran
Mulai
Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek 4. 4.Hasil Pekerjaan
Penulis mendapatkan tugas untuk mengamati motion and
time study pada karyawan bagian material. Hasil
pekerjaan ini meliputi lembar penilaian Lembar data yang
diambil ketika Kerja Praktek kali ini meliputi lembar
pengamatan terhadap 10 orang pekerja yang
diambil selama 4 hari.
4.4. 1.Lembar Data
Pada lembar data yang dapat dilihat pada Lampiran 1
hingga Lampiran 40 berisi pengambilan data secara acak
dengan metode time study sesuai dengan bilangan random
yang telah ditentukan sebelumnya, dengan masing-masing
hari sejumlah 30 data.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, satuan waktu
yang digunakan sejumlah 5 menit. Untuk
keseluruhan pekerja, data diambil pada waktu yang sama
yaitu pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Sabtu 8 Juli
2013, 11-14 Juli 2013.
4.4.2. Perhitungan
Perhitungan yang digunakan untuk mengolah data yang
telah diperoleh, seperti yang tercantum pada lembar data
meliputi perhitungan faktor penyesuaian dan
kelonggaran.
Mengenai faktor penyesuaian, metode yang digunakan
adalah metode Westinghouse dengan faktor yang menjadi
pertimbangan meliputi skill, effort, condition, dan juga
consistency dari masing-masing pekerja dalam melakukan
56
setiap elemen kegiatan sesuai dengan job desknya. Untuk
lebih jelasnya, lihat Lampiran 41 hingga
Lampiran 50. Hampir sama halnya dengan perhitungan faktor
penyesuaian, perhitungan faktor kelonggaran pun
diterapkan pada keseluruhan pekerja. Jika dilihat pada
Lampiran 51 hingga Lampiran 60, ada beberapa hal yang
termasuk ke dalam faktor kelonggaran, yang meliputi
tenaga yang dikeluarkan (TD), sikap kerja (SK), gerakan
kerja (GK), kelelahan mata (KM), keadaaan temperatur
tempat kerja (KTK), keadaan atmosfer (KA), keadaaan
lingkungan yang baik (KL), dan kebutuhan pribadi (KP).
Pada setiap elemen kegiatan, terdapat persentase faktor
kelonggaran yang nantinya dijumlahkan sehingga diperoleh
total faktor kelonggaran tiap elemen
pekerjaan.
Lembar data yang ada kemudian digabungkan dengan
faktor penyesuaian dan kelonggaran untuk memudahkan
dalam melakukan analisis dan pengolahan data.
Penggabungan ketiga elemen ini disajikan dalam
Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja Material yang
tertera pada Lampiran 61 hingga Lampiran 70. Pada
rekapitulasi ini juga terdapat jumlah aktivitas
produktif dan non produktif dalam keseluruhan
pengamatan yang dilakukan pada masing-masing pekerja.
Hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan
pengolahan data untuk menghitung waktu baku tiap elemen
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.
Tabel perhitungan uji petik ini dapat dilihat pada
Lampiran 71 hingga Lampiran 80. Meskipun elemen
57
aktivitas yang dimiliki oleh beberapa pekerja adalah
sama, akan tetapi dengan faktor kelonggaran dan
penyesuaian yang berbeda, tentunya akan menghasilkan
waktu baku yang berbeda pula.
Perhitungan persentase produktivitas untuk masing-
masing pekerja dilakukan dengan menjumlahkan
keseluruhan persentase produktif pada keseluruhan hari
pengamatan yang kemudian dibagi dengan jumlah hari (4
hari). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 4.1 hingga
tabel 4.10 di bawah ini.
1. Pekerja Material A
Tabel 4.1. Persentase Produktivitas Pekerja Material A
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 20 22 27 28 97 Non
Produktif 10 8 3 2 23
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
66.67% 73.33% 90.00% 93.33% 80.83 %
58
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L A
Material A 2. Pekerja Material B Tabel 4.2. Persentase Produktivitas Pekerja Material B
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 26 21 18 27 92 Non
Produktif 4 9 12 3 28
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
86.67% 70.00% 60.00% 90.00% 76.67 %
59
% Produktif
Supply A Persentase Produktivitas Pekerja
Hari ke
4 321
%100.00
%80.00
% 60.00
% 40.00
% 20.00
% 0.00
% 93.33 90.00%
73.33 % % 66.67
Gambar 4.4. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
80.83 % =
4 %3.9+ % 9 +% 3.7% + 6.6 = kP = PE
KERJ
A M
ATER
IAL
B
Material B 3. Pekerja Material C Tabel 4.3. Persentase Produktivitas Pekerja Material C
Kegiatan Hari Jumlah 1 2 3 4
Produktif 26 23 25 25 99 Non
Produktif 4 7 5 5 21
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
86.67% 76.67% 83.33% 83.33% 82.50 %
60
% Produktif
Supply B Persentase Produktivitas Pekerja
Hari ke
4 321
100.00%
%80.00
% 60.00
% 40.00
% 20.00
% 0.00
% 90.00
% 60.00 % 70.00
%86.67
Gambar 4.5. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
76.67 % =
4 %0.9+ % 6 +% 0.7+ % 6.8 = kP = PE
KERJ
A M
ATER
IAL
C
Material C 4. Pekerja Material D Tabel 4.4. Persentase Produktivitas Pekerja Material D
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 26 26 24 26 102 Non
Produktif 4 4 6 4 18
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
86.67% 86.67% 80.00% 86.67% 85.00 %
Persentase Produktivitas Pekerja Supply
61
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L D
= 85.00 %
4 % 67.86 +% 00.80 +% 67.86 +% 67.86 = kPi =
% Produktif
C Persentase Produktivitas Pekerja Supply
Hari ke
4 321
90.00%
% 85.00
%80.00
%75.00
70.00 %
83.33 % %83.33
76.67 %
% 86.67
Gambar 4.6. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
= 82.50 %
4 % 3.8% + 3.8% + 6.7% + 6.8 = kP =
D
Hari ke-
Gambar 4.7. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja Material D
5. Pekerja Material E Tabel 4.5. Persentase Produktivitas Pekerja Material E
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 24 23 23 25 95 Non
Produktif 6 7 7 5 25
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
80.00% 76.67% 76.67% 83.33% 79.17 %
62
% Produktif
4 321
% 90.00
85.00 %
% 80.00
% 75.00
% 86.67
% 80.00
%86.67%86.67
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L E
% Produktif
Persentase Produktivitas Pekerja Supply E
Hari ke
4 321
84.00%
82.00 %
% 80.00
%78.00
%76.00
% 74.00
% 72.00
83.33 %
% 76.67 %76.67
% 80.00
Gambar 4.8. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
= 79.17 %
4 % 3.8 +% 6.7 +% 6.7 % +0.8 = kP =
Material E 6. Pekerja Material F Tabel 4.6. Persentase Produktivitas Pekerja Material F
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 25 25 24 26 100 Non
Produktif 5 5 6 4 20
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
83.33% 83.33% 80.00% 86.67% 83.33 %
Material F 7. Pekerja Material G Tabel 4.7. Persentase Produktivitas Pekerja Material G
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 22 25 24 26 97 Non
Produktif 8 5 6 4 43
Total 30 30 30 30 120 % 73.33% 83.33% 80.00% 86.67% 80.83
63
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L F
% Produktif
Supply F Persentase Produktivitas Pekerja
Hari ke
4 321
90.00%
%85.00
% 80.00
75.00 %
86.67 %
% 80.00 % 83.33 %83.33
Gambar 4.9. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja
= 83.33%
4 %6.8% +0.8 +% 3.8 +% 3.8 = kP =
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L G
Produktif %
Material G 8. Pekerja Material H Tabel 4.8. Persentase Produktivitas Pekerja Material H
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 20 20 22 23 85 Non
Produktif 10 10 8 7 35
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
66.67% 66.67% 73.33% 76.67% 70.83 %
64
80.03 % =
4 % 67.86 +% 00.80% + 33.83+% 33.73 = kPi =
% Produktif
Persentase Produktivitas Pekerja Supply G
Hari ke
4 321
%90.00
85.00%
% 80.00
%75.00
70.00 %
% 65.00
86.67 %
80.00 % % 83.33
% 73.33
a Gambar 4.10. Grafik Persentase Produktivitas Pekerj
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L H
Material H 9. Pekerja Material I Tabel 4.9. Persentase Produktivitas Pekerja Material I
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 20 21 25 21 87 Non
Produktif 10 9 5 9 33
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
66.67% 70.00 83.33% 70.00% 72.50 %
65
% Produktif
Persentase Produktivitas Pekerja Supply H
Hari ke
4 321
%80.00
75.00%
70.00%
%65.00
60.00 %
% 76.67 % 73.33
% 66.67 66.67%
a Gambar 4.11. Grafik Persentase Produktivitas Pekerj
= 70.83 %
4 %6.7% + 3.7% + 6.6% +6.6 = kP =
PEKE
RJA
MAT
ERIA
L H
Material I 10. Pekerja Material J Tabel 4.10. Persentase Produktivitas Pekerja Material J
Kegiatan Hari
Jumlah 1 2 3 4
Produktif 24 23 25 30 102 Non
Produktif 6 7 5 0 18
Total 30 30 30 30 120 % Produktif
80.00% 76.67% 83.33% 100.00% 85.00%
66
% Produktif
Persentase Produktivitas Pekerja Supply I
Hari ke
4 321
100.00 %
80.00%
% 60.00
% 40.00
% 20.00
0.00 %
70.00 % % 83.33
70.00%66.67%
aGambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerj
= 72.50 %
4 % 0.7% + 3.8 +% 0.7% + 6.6 = kP = PE
KERJ
A M
ATER
IAL
H
= 85.00 %
4 % 00.100 +% 33.83 +% 67.76 +% 00.80 = kPi =
Material J
Ketika diperhadapkan dengan sepuluh tabel dan
gambar grafik di atas, tentunya kita tidak dapat dengan
mudah memahami persentase produktivitas pekerja wanita
regu A di bagian material preparation PT Djarum. Oleh
karena itu, untuk mempermudah mengamati dan menarik
kesimpulan dari hasil analisis tersebut, penulis
membuat tabel rekapitulasi persentase produktivitas
67
% Produktif
Supply J Persentase Produktivitas Pekerja
Hari ke
4 321
150.00 %
%100.00
50.00 %
%0.00
% 100.00 83.33 % %76.6780.00%
a Gambar 4.13. Grafik Persentase Produktivitas Pekerj
Wanita Regu A Secara keseluruhan, pekerja yang memiliki
persentase produktivitas tertinggi adalah Pekerja
Material D dan Pekerja Material J dengan nilai 85%,
sedangkan pekerja dengan persentase produktivitas
terendah adalah Pekerja Material H dengan nilai 70.83%.
Pada pekerja golongan tertinggi pada kelompok ini, yaitu
golongan 2 (Pekerja Material A), hal yang mengakibatkan
produktivitas yang ada lebih rendah karena adanya
aktivitas Istirahat dengan atasan (kepala
regu) untuk membicarakan material yang harus
dipersiapkan untuk hari tersebut. Lain halnya dengan
pekerja golongan 4 (Pekerja Material H dan Pekerja
Material I). Mereka memiliki nilai persentase
produktivitas yang lebih rendah karena banyaknya
aktivitas Istirahat dan menunggu.
Berdasarkan hasil analisis dengan perhitungan
persentase produktivitas di atas, hal tersebut
membuktikan bahwa produktif atau tidaknya suatu pekerja
dalam melakukan aktivitasnya selama 1 hari tidak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya golongan pada masing
masing pekerja. Dapat dilihat pada pekerja yang bernama
Pekerja Material J dengan golongan 5 justru dapat
dikatakan lebih produktif dari pada pekerja lainnya.
4.4.3. Analisis Beban Kerja Pekerja
Rumus beban kerja operator yang digunakan:
拳欠倦建憲 決欠倦憲 結決欠券 計結堅倹欠 計 = 捲 100% ... (persamaan 3) 拳欠倦建憲 倦結堅倹欠
Sesuai dengan rumus pada persamaan 3 di atas,
68
dihasilkan nilai beban kerja yang dialami oleh
masingmasing pekerja yang dapat dilihat pada tabel 4.91.
Tabel 4.11. Beban Kerja yang Dialami Pekerja Bagian
Material Preparation (Regu A)
Nama Waktu Baku
(menit)
Waktu kerja (menit)
Beban Kerja
Pekerja Material A 2038 1920 106%
Pekerja Material B 1984.23 1920 103%
Pekerja Material C 2042.68 1920 106%
Pekerja Material D 2170.52 1920 113%
Pekerja Material E 2047.42 1920 107%
Pekerja Material F 2072.42 1920 108%
Pekerja Material G 2072.4 1920 108%
Pekerja Material H 1767.6 1920 92%
Pekerja Material I 1637.29 1920 85%
Pekerja Material J 2149.49 1920 112%
Jumlah 19972.88
Suatu beban kerja dapat dikatakan optimal dengan nilai
beban kerja sejumlah 100%. Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa beban kerja yang dialami oleh masing-
masing pekerja sangat tinggi dan karena lebih
dari 100%.
Yang menyebabkan tingginya beban kerja yang dialami
oleh masing-masing operator adalah karena material yang
harus dipindahkan memiliki massa yang sangat berat dan
harus dipindahkan secara manual dari pallet tempat
meletakkan material ke hand pallet untuk nantinya di-
supply ke produksi. Berat material yang dimaksud kurang
lebih 15 kg ke atas dan yang mengangkat material ini
adalah pekerja wanita secara keseluruhan. Hal ini pun
tidak cukup terjadi hanya sekali atau pun
69
dua kali selama satu shift mereka melakukan
pekerjaannya, melainkan secara terus menerus.
Selain itu, ada pula pekerjaan di bagian sortiran
yang mengharuskan pekerja untuk menunggu karyawan
produksi untuk mengambil produk sortiran di bagian
produksi sehingga muncul aktivitas menunggu yang
mengakibatkan beban kerja pada pekerja ini cenderung
terlihat lebih rendah dibandingkan dengan pekerja
lainnya.
4.4.4. Analisis Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan
Untuk menghitung jumlah tenaga kerja standar yang
dibutuhkan, dapat digunakan rumus berikut ini:
ℎ 欠倦建憲 建剣建欠健 憲券建憲倦 嫌結健憲堅憲 喧結券結堅倹欠欠券ℎ 蛍憲兼健欠 建結券欠欠 倦結堅倹欠 = ...(pers. 4) ℎ 蛍憲兼健欠 倹欠兼 倦結堅倹欠 検欠券 建結堅嫌結穴件欠19972.88ℎ 蛍憲兼健欠 建結券欠欠 倦結堅倹欠 = 1920
= 10.4 orang
Dari rumus di atas, dapat dihasilkan jumlah tenaga
kerja 10 orang untuk departemen material.
Pada departemen material preparation, khususnya untuk
regu A, tim pekerja yang ada dapat bekerja sama dengan
baik dan karena adanya pengalaman kerja yang cukup lama,
mereka dapat bekerja dengan cepat dan sigap meskipun
beban kerja yang ada melebihi 100% (standar beban kerja
maksimum). Pekerja yang ada pun sudah dapat melakukan
pekerjaannya dengan tangkas dan tidak perlu diberi aba-
aba setiap waktu.
Untuk mengetahui jumlah pekerja optimum yang
70
sebaiknya melakukan tugas pekerjaan ini, dapat dilihat
tabel 4.92 yang merupakan tabel untuk analisis jumlah
pekerja berdasarkan pengukuran beban kerja operator
yang dapat ditinjau berdasarkan tabel 4.91.
Tabel 4.12. Pengukuran Beban Kerja Operator
Nilai Beban Kerja Prestasi Kerja Jumlah Karyawan
A >1 Sangat Baik Sangat Kurang
B 0.9-1.00 Baik Kurang
C 0.7-0.89 Cukup Cukup
D 0.5-0.69 Kurang Banyak
E <0.5 Sangat Kurang Sangat Banyak
Dari analisa menggunakan tabel di atas, dapat
diketahui bahwa 80% operator wanita untuk regu A yang
ada termasuk dalam beban kerja dengan nilai A yang
memiliki prestasi kerja yang sangat baik karena beban
kerja yang ada melebihi 100%, dan jika dilihat dari
jumlah karyawannya masih termasuk kategori kurang.
Sedangkan 10% lainnya termasuk dalam nilai B dengan
prestasi kerja baik, dan 10% sisanya termasuk dalam
nilai C dengan prestasi kerja cukup. Akan tetapi, dengan
beban kerja maksimal adalah 112%, penambahan pekerja pun
tidak perlu dilakukan.
4.4.5. Analisis Produktivitas Pekerja dengan Pekerjaan
sesuai Job Desk Masing-masing Pekerja
Jika dilihat dari hasil data pengamatan yang
tertera pada Lampiran 1 hingga Lampiran 40, pekerja yang
ada cenderung melakukan pekerjaan multi tasking. Dengan
kata lain, setiap pekerja harus memiliki
kemampuan untuk mengerjakan keseluruhan pekerjaan yang
71
ada di bagian material preparation. Baik itu memindahkan
material, memastikan kesesuaian stock material, men-
supply material, dan membersihkan lantai di bagian
material preparation. Selain itu, ada pula 2 pekerja
wanita pada regu A yang ternyata hanya sebagai pekerja
sementara pada bagian material preparation, yaitu
pekerja H dan pekerja I. Hal inilah yang menjadikan data
produktivitas yang dimiliki oleh
pekerja bagian material ini menjadi terlihat ambigu. Berikut ini rincian job desk yang seharusnya
masing-masing pekerja lakukan:
a. Pekerja A : pengawas material, bertugas untuk
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan
material, memastikan kesesuaian material dengan stock,
membantu pekerja lain mensupply material.
b. Pekerja B dan E : pekerja supply, bertugas untuk
menyuplai material yang berupa lem, filter, alcohol,
dan bekerja di gudang sortiran untuk mengurus
material yang nantinya akan disortir.
c. Pekerja C, D, F, G, H : pekerja material, bertugas
untuk menyuplai material dan mengurus material di
lantai material preparation.
Oleh karena itu, untuk menemukan hasil
produktivitas bersih yang dialami masing-masing
pekerja, dengan cara menganggap aktivitas pekerja yang
tidak sesuai dengan job desknya dianggap sebagai idle
atau pekerjaan menganggur. Dengan demikian diasumsikan
jika pekerja tersebut tidak melakukan job desknya
berarti pekerja yang bersangkutan sedang tidak memiliki
pekerjaan pada waktu ketika diamati. Di samping itu,
72
pada analisis tambahan ini, kedua pekerja wanita
sementara di regu A di bagian material preparation tidak
dianggap karena tidak seharusnya berada di bagian
ini sehingga pada data analisis ini kemudian
dihilangkan.
Dengan cara yang sama seperti langkah-langkah pada
sub bab 4.4.1 hingga 4.4.3 di atas, diperoleh hasil pada
tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13. Hasil Data Percobaan Persentase, Waktu
Baku, dan Beban Kerja Pekerja Wanita Regu A
Nama Persentase
Produktivitas Waktu Baku Beban Kerja
Pekerja A 80.83% 2037.66 106% Pekerja B 67.50% 1984.23 103% Pekerja C 83% 2040.04 106% Pekerja D 83.33% 2170.52 113%
Pekerja E 69.70% 1811.04 94% Pekerja F 83.33% 2072.40 108%
Pekerja G 79.17% 2030.688 106% Pekerja J 84.17% 2144.032 112%
Dari data di atas, ternyata ada perbedaan dengan
hasil analisis data pada tabel 4.11 dan gambar 4.12.
Jika masing-masing pekerja diharuskan untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan job desk masing-masing,
persentase produktivitas pekerja tersebut cenderung
kecil, yaitu sekitar 67% hingga 83.33%, meskipun beban
kerja yang dialami masing-masing pekerja cenderung besar
karena bernilai lebih dari 90% dengan prestasi
kerja yang tergolong baik.
Hal ini cukup membuktikan bahwa dengan adanya 8
pekerja saja sudah sangat cukup untuk ditempatkan di
bagian material preparation dan tidak diperlukan lagi
adanya penambahan pekerja.
73
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan selama Kerja Praktek di bagian
material preparation PT Djarum Kudus yang bertempat di
OASIS, mengenai produktivitas pekerja wanita regu A,
dapat diketahui bahwa pekerja wanita regu A menerapkan
pekerjaan multi tasking di mana setiap pekerja harus
mampu untuk melakukan keseluruhan pekerjaan yang ada di
bagian material preparation. Pekerjaan yang dimaksud
meliputi menyuplai material, memastikan kesesuaian stock
material, mengumpulkan aval, membersihkan lantai di
bagian material
preparation, memindahkan material, menata material di
bagian material preparation.
Dengan adanya pekerjaan multi tasking ini ternyata
sangat mempengaruhi tingkat produktivitas yang dialami
oleh masing-masing pekerja. Ada pun hal positif yang
ditimbulkan adalah ketika pekerja seharusnya
menganggur, pekerja tersebut dapat membantu pekerja lain
dalam melakukan pekerjaannya sehingga mempermudah
pekerjaan yang ada.
Dalam konteks pekerjaan yang multi tasking,
produktivitas pekerja yang ada termasuk dalam kategori
baik karena nilai produktivitas yang ada lebih besar
dari 70%. Jika dilihat dari kondisi saat ini, pekerja
wanita regu A yang berjumlah 8 orang (dengan pekerja H
74
dan pekerja I yang berjabat sebagai pekerja sementara di
bagian material preparation diabaikan) sudah
tergolong sangat cukup dengan prestasi kerja yang dapat dikatakan baik. Oleh karena itu, penambahan pekerja pun tidak perlu dilakukan.
5.2. Saran
Berkaitan dengan perbaikan ke depannya, penulis
mengusulkan beberapa saran yang berkaitan dengan
produktivitas pekerja beserta usulan berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pekerja
wanita regu A yang meliputi:
1. Berdasarkan analisis produktivitas pekerja, dengan
adanya produktivitas yang ada masih belum optimal
karena masih jauh dari nilai 100%. Sehingga pekerjaan
yang ada perlu ditambah, yang dapat
dilakukan dengan cara membantu pekerja di bagian pre
filter maker dalam mensuplai acetate tow.
2. Penataan layout di material preparation sebaiknya
diusahakan lebih optimal dan pasti. Hal ini sering
kali dikeluhkan oleh pekerja wanita regu A karena
peletakkan material yang cenderung tersebar dan tidak
teratur. Masalah ini justru sangat menyulitkan pekerja
yang tentunya dituntut untuk bekerja dengan
cepat tetapi dikarenakan oleh hal ini mereka
diharuskan untuk mencari terlebih dahulu material
yang tersedia.
3. Untuk dapat menyelaraskan pendapat dan peraturan antar
regu, sebaiknya diperlukan adanya meeting antar kepala
regu dan pengawas pada masing-masing regu sehingga
75
nantinya dapat membicarakan hal-hal yang berkenaan
dengan pengaturan dan penyelesaian arsip-arsip di
bagian material preparation.
4. Pemberian reward dan penghargaan terhadap regu yang
prestasi kerjanya baik yang berguna untuk memotivasi
pekerja. Di samping itu, dapat juga dilakukan dengan
cara diadakan refreshing paling tidak setiap 2 tahun
sekali sehingga pekerja tidak jenuh dalam
menjalankan rutinitas pekerjaannya sehari-hari.
76