laporan kejadian banjir dan curah hujan …iklim.ntb.bmkg.go.id/file/artikel/analisis banjir bima 21...

23
LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA TANGGAL 20-24 DESEMBER 2016 Sumber: www.google.com BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB DESEMBER 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id Email : [email protected]

Upload: lyngoc

Post on 03-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA

TANGGAL 20-24 DESEMBER 2016

Sumber: www.google.com

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA

STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB

DESEMBER 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT – NTB

Alamat : Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362

Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id

Email : [email protected]

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA

TANGGAL 20-24 DESEMBER 2016

Oleh : Tim Stasiun Klimatologi Lombok Barat- NTB

I. PENDAHULUAN

Curah hujan lebat yang terjadi di wilayah Bima pada akhir bulan Desember menyebabkan

bencana banjir di daerah tersebut. Intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa hari

menyebabkan beberapa sungai di Kota Bima dan Kabupaten Bima meluap. Seperti dilansir

beberapa surat kabar online, curah hujan pada tanggal 21 dan 23 Desember 2016 terjadi dengan

intensitas cukup tinggi. Dilansir dari TEMPO.CO banjir disebabkan oleh meluapnya sungai Padolo

dan air bah kiriman dari Wawo, selain itu kondisi laut yang juga sedang pasang semakin

memperparah banjir di wilayah Bima. Berdasarkan data dari BPBD Kota Bima yang dilansir di

BBC.COM menyebutkan banjir di wilayah Bima mengakibatkan 593 rumah rusak berat, 2400

rumah rusak sedang, dan 16.226 rumah rusak ringan. Selain dampak rusaknya rumah warga dan

sebagian fasilitas umum seperti masjid, rumah sakit, kantor polisi juga menyebabkan terputusnya

lalu lintas karena rusaknya jembatan yang ada di Kabupaten Bima yaitu di kecamatan Wawo.

Kepala BPBD Kota Bima mengatakan banjir terjadi hampir di setiap kecamatan dengan

ketinggian air sekitar 1 hingga 3 meter. Selain sungai Padolo sungai Melayu juga meluap dan

merobohkan dan menghanyutkan pohon dan rumah warga. Listrik dan saluran komunikasi

terputus. Di lansir dari LOMBOKPOST.NET tercatat ribuan warga terjebak di dalam rumah dan

dikepung aliran air.

II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Analisa Citra Satelit Awan

Dari pantauan citra satelit awan dari tanggal 20 - 24 Desember 2016 dapat dilihat

pertumbuhan awan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia salah satunya di NTB. Awan

konvektif yang terbentuk di atas wilayah NTB diakibatkan oleh adanya kemunculan tekanan

rendah yang berakhir menjadi siklon tropis “Yvette” di Barat Laut Australia atau Selatan dari Bali-

Nusa Tenggara. Pumpunan awan yang berada di atas wilayah NTB tersebut menimbulkan peluang

terjadinya hujan lebat. Akumulasi curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama di

beberapa pos pengamatan pada beberapa hari merupakan salah satu penyebab banjir di wilayah

Bima.

Gambar 2.1 Citra Satelit Tanggal 20 Desember jam 20.00 Wita Gambar 2.2 Citra Satelit Tanggal 21 Desember jam 20.00 Wita

Gambar 2.3 Citra Satelit Tanggal 22 Desember jam 20.00 Wita Gambar 2.4 Citra Satelit Tanggal 23 Desember jam 20.00 Wita

Gambar 2.5 Citra Satelit Tanggal 24 Desember jam 20.00 Wita

(Sumber : http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/gms.sea/2016/12)

B. Analisa Angin (Streamline) dan Tekanan Udara

Analisa angin pada tanggal 20 - 24 Desember 2016 terlihat adanya daerah belokan angin dan

wilayah konvergensi di atas wilayah NTB. Banyaknya tekanan rendah yang aktif di selatan wilayah NTB

menyebabkan arah angin secara signifikan menuju ke arah wilayah Bali – Nusa Tenggara. Beberapa

tekanan rendah aktif di selatan Indonesia menyebabkan terbentuknya palung tekanan rendah di

wilayah selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara dengan nilai tekanan udara berkisar 993 mb – 1005 mb. Angin

bertiup dari arah Barat dan bertemu serta terjadi belokan di atas wilayah NTB. Hal ini diperparah

dengan aktifnya siklon tropis “Yvette” yang berasal dari tekanan rendah di selatan Bali-Nusa Tenggara

pada tanggal 21 Desember 2016. Monsun barat yang aktif menyebabkan angin yang terkumpul di

wilayah Bali-Nusa Tenggara salah satunya NTB membawa cukup banyak uap air baik dari arah asia

maupun dari daerah terbentuknya siklon tropis. Deretan tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia

khususnya di daerah Jawa, Bali, Nusa Tenggara bertahan cukup lama.

Hingga tanggal 24 Desember 2016 tekanan rendah di selatan Indonesia masih terjadi dengan

tekanan udara berkisar 993 - 999 hpa. Tercatat dalam beberapa hari kemudian belakangan tekanan

udara di wilayah palung tekanan rendah berkisar antara 1003 hpa – 1007 hpa. Tekanan udara terendah

pada palung tekanan di wilayah selatan Indonesia terjadi pada tanggal 21 Desember 2016.

Selain siklon tropis “Vyette” di Barat Daya Australia, terdapat pula siklon tropis “ Nock-Ten” di

Timur Laut Indonesia atau sekitar perairan Filipina. Hal ini tidak mengurangi pusaran angin pada deretan

tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia. Kondisi palung tekanan rendah yang masih bertahan

cukup lama memberikan dampak masih aktifnya pertumbuhan awan-awan konvektif di wilayah Bali –

Nusa Tenggara khususnya wilayah NTB hingga akhir Desember.

Gambar 2.6 Peta Analisis Angin Tanggal 20 Desember 2016 jam 20.00 Wita

Gambar 2.7 Peta Analisis Angin Tanggal 21 Desember 2016 jam 20.00 Wita

Gambar 2.8 Peta Analisis Angin Tanggal 22 Desember 2016 jam 20.00 Wita

Gambar 2.9 Peta Analisis Angin Tanggal 23 Desember 2016 jam 20.00 Wita

Gambar 2.10 Peta Analisis Angin Tanggal 24 Desember 2016 jam 20.00 Wita

(Sumber : http://www.bom.gov.au/australia/charts/archive/index.shtml)

C. Analisis Angin Zonal (Timur-Barat) Berdasarkan peta anomali angin zonal (Gambar 2.11 a dan b) pada tanggal 20 – 24 Desember

2016 di wilayah Indonesia memiliki nilai positif. Hal ini menandakan angin baratan bertiup di atas

wilayah Indonesia. Nilai anomali angin zonal terlihat cukup signifikan di wilayah Bal i – Nusa

Tenggara salah satunya NTB dengan nilai anomali mencapai 10 – 12. Nilai anomali yang besar

menunjukkan kuatnya angin baratan yang terjadi pada tanggal 20 – 24 Desember 2016 jika

dibandingkan dengan normalnya yang hanya memiliki nilai 2 - 4. Pembentukan awa-awan

konvektif semakin signifikan yang menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah NTB.

Secara vertikal (Gambar 2.12 a dan b) pada 8⁰LS - 9⁰LS, wilayah NTB terletak di bujur 115⁰ BT -

120⁰ BT (pada kotak hitam). Nilai anomali angin zonal di atas NTB bernilai positif yaitu berkisar

antara +5 s/d +15. Nilai postif tersebut terlihat hingga ketinggian lebih dari 400 mb. Hal ini

menunjukkan bahwa pergerakan angin baratan tidak hanya terjadi pada lapisan bawah, tetapi

hingga lapisan atas yang cukup tinggi dan stabil. Kondisi ini menunjukkan dominasi angin baratan

dalam pembentukan awan konvektif cukup signifikan yang mengakibatkan peningkatan curah

hujan di wilayah NTB. Jika dibandingkan dengan kondisi normalnya angin zonal yang terjadi di atas

NTB memiliki nilai positif berkisar antara 0 s/d +2. Nilai positif angin zonal hanya terjadi hingga

lapisan 850 mb atau lapisan permukaan, sedangkan untuk lapisan atas angin zonal masih di

dominasi angin timuran di tandai dengan nilai negatif.

(a) Anomali Angin Zonal (b) Normal Angin Zonal

Gambar 2.11 Peta Komponen Angin Zonal di Indonesia

(Sumber : http://extreme.kishou.go.jp/itacs5/)

(a) Anomali Angin Zonal Vertikal (b) Normal Angin Zonal Vertikal

Gambar 2.12 Peta Angin Zonal Secara Vertikal ( wilayah 8⁰LS - 9⁰LS) (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

D. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Nilai r a t a - r a t a OLR ( G a m b a r 2 . 1 3 a d a n b ) dari tanggal 20 – 24 Desember 2016 di

wilayah NTB pada umumnya menunjukkan nilai yang sangat rendah. Nilai OLR yang rendah

menunjukkan bahwa tutupan awan di wilayah tersebut sangat signifikan (banyak dan tebal)

hal ini dapat mengindikasikan banyaknya pertumbuhan awan konvektif di wilayah NTB. Nilai

OLR yang tergambar pada peta yaitu berkisar antara 150 – 160 W/m2 cukup rendah

dibandingkan dengan normalnya yaitu berkisar 210 – 220 W/m2 . Anomali OLR yang

ditunjukkan pada peta (Gambar 2.14) cukup besar berkisar antara -40 s/d -60 W/m², yang

artinya nilai OLR ini menunjukkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang cukup dominan

diwilayah NTB pada tanggal 20 -24 Desember 2016 terjadi .

(a) Rata-rata OLR (b) Normal OLR Gambar 2.13 Peta Outgoing Longwave Radiation (OLR)

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

Gambar 2.14 Peta Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

E. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature)

Anomali rata-rata SST selama tanggal 20 -24 Desember 2016 menunjukkan di wilayah Nusa

Tenggara Barat pada umumnya lebih hangat dibandingkan normalnya. Nilai anomali SST berkisar

antara 0.0⁰C s/d 0.3⁰C. Nilai anomali positif menandakan suhu muka laut yang menghangat dan

menyebabkan bertambahnya uap air di wilayah tersebut dan memicu pertumbuhan awan-awan

konvektif penghasil hujan lebat.

Gambar 2.15 Anomali SST Indonesia (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

F. Kelembaban Relatif (%)

Anomali kelembaban relative (Gambar 2.16) selama tanggal 20 -24 Desember 2016

menunjukkan di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya lebih basah dibandingkan

klimatologisnya. Nilai anomali kelembaban relatifnya mencapai 10 % s/d 20%. Nilai anomali positif

menandakan udara basah dengan kandungan uap air signifikan terjadi di wilayah NTB. Banyaknya

uap air yang ada di atas wilayah NTB menyebabkan peluang terbentuknya awan konvektif cukup

tinggi.

Rata-rata kelembaban relative (Gambar 2.17) selama tanggal 20 -24 Desember 2016 secara

vertikal pada 8⁰LS - 9⁰LS, wilayah NTB terletak di bujur 115⁰ BT - 120⁰ BT (pada kotak merah)

menunjukkan nilai kelembaban relative sebesar 80%-85% hingga ketinggian 700 mb. Secara

vertikal udara basah terkumpul hinggal lapisan 700 mb menyebabkan peluang terbentuknya

awan-awan penghasil hujan lebat di wilayah Nusa Tenggara Barat.

Gambar 2.16 Anomali Kelembaban Relatif (%) Indonesia

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

Gambar 2.17 Anomali Kelembaban Relatif (%) Secara Vertikal ( wilayah 8⁰LS - 9⁰LS)

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

III. ANALISIS CURAH HUJAN A. Intensitas Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan dari pos hujan kerjasama BMKG dan UPT BMKG di

wiilayah NTB yang terkena dampak banjir terlihat bahwa curah hujan dengan intensitas yang

cukup tinggi terjadi pada tanggal 20 - 24 Desember 2016. Beberapa pos hujan kerjasama di

Kota Bima dan Kabupaten Bima mencatat nilai curah hujan ekstrim, dimana kriteria curah hujan

ekstrim adalah terukurnya curah hujan >100 mm dalam 24 jam (1 hari). Berikut adalah data curah

hujan harian dari tanggal 20 – 24 Desember 2016 dari 20 Pos Hujan (Termasuk UPT BMKG

Stasiun Meteorologi Bima) yang tersebar di wilayah Bima.

Tabel 1. Data Curah Hujan Wilayah Bima Tanggal 21 s/d 24 Desember 2016 (dalam mm)

NO Kab/Kota POS HUJAN Tanggal 20 Tanggal 21 Tanggal 22 Tanggal 23 Tanggal 24

1

Kab. Bima

Bolo 44 10 11 2 18

2 Donggo (Oo) 41 89 56 97 37

3 Lambu - 44 - 35 4

4 Madapangga 40 42 20 23 20

5 Madapangga 2 2 15 5 4 -

6 Monta - 12 2 5 -

7 Palibelo Panda 10 102 42 108 4

8 Palibelo (Teke) - 51 1 - -

9 Sanggar 4 53 6 TTU -

10 Sape 95 22 83 1 2

11 Sape2 25 25 25 25 10

12 Soromandi 40 74 15 180 -

13 Stamet Bima TTU 34 1 17 1

14 Wawo 40 74 15 180 -

15 Wera 30 50 45 116 11

16 Woha 47 5 5 - 6

17

Kota Bima

Asakota 98 104 2 3 TTU

18 Kolo 116 105 40 208 15

19 Raba 23 101 29 129 -

20 Rasanae Timur - 124 13 108 -

(Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat - NTB)

Gambar 2.18 Grafik Curah Hujan Harian Wilayah Bima Tgl 20 – 24 Desember 2016

Data curah hujan tersebut diukur pada pukul 08.00 Waktu Setempat (WS). Berdasarkan data

yang terkumpul dapat dilihat bahwa pada tanggal 20 Desember 2016 curah hujan hampir

terjadi di seluruh wilayah Bima kecuali pos Lambu, Monta, Palibelo Teke da rsanae Timur

dengan intisitas Sangat Ringan hingga Ekstrim. Curah hujan tertinggi pada tanggal 20

Desember 2016 terjadi di Pos Kolo sebesar 116 mm. Pada tanggal 21 Desember 2016 semua

pos hujan di wilayah Bima mencatat kejadian hujan degan intensitas Sangat Ringan hingga

Ekstrim. Kejadian curah hujan lebat dan ekstrim pada tanggal 21 Desember 2016 terjadi di

10 pos hujan, dengan curah hujan tertinggi terjadi di Pos Rasanae Timur sebesar 124 mm.

Pada tanggal 22 Desember 2016 intensitas curah hujan mengalami penurunan dengan

intensitas Sangat Ringan hingga Lebat. Curah hujan tertinggi pada tanggal 22 Desember 2016

terjadi di pos Sape sebesar 83 mm. Pada tanggal 23 Desember 2016 intensitas curah hujan

kembali mengalami peningkatan dengan intensitas Sangat Ringan hingga Ekstrim. Walau pun

demikian terdapat pos hujan yang mencatat tidak adanya hujan yaitu pada pos hujan Palibelo

Teke dan Pos Woha. Curah hujan tertinggi pada tanggal 23 Desember 2016 tercatat di pos

Kolo sebesar 208 mm. Pada tanggal 24 Desember 2016 intensitas curah hujan mengalami

penurunan dengan intensitas berkisar Sangat Ringan hingga Sedang, sudah tidak tercatat

hujan lebat maupun kejadian hujan ekstrim pada tanggal ini.

Peta distribusi curah hujan pada tanggal 20 – 24 Desember 2016 di wilayah Bima dapat

dilihat sebagai berikut :

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 2.18 (a) s/d (e) Peta Distribusi Curah Hujan Di Bima Tgl 20 – 24 Desember 2016

Berdasarkan peta distribusi curah hujan yang terjadi pada tanggal 20 – 24 Desember 2016,

curah hujan ekstrim terjadi pada tanggal 21 dan 23 Desember 2016. Pada tanggal 21 Desember 2016

sebaran distribusi curah hujan lebat dan ekstrim terpusat pada wilayah Kota Bima dan sebagian

Kabupaten Bima (Sanggar, Donggo, Wawo, Wera dan Ambalawi). Sedangkan pada tanggal 23

Desember 2016 distribusi curah hujan lebat dan ekstrim berpusat pada Kota Bima dan juga sebagian

Kabupaten Bima (Donggo, Wawo, Langgudu, Wera dan Ambalawi).

B. Intensitas Curah Hujan Pentad

Gambar 2.19 (a) s/d (c) Grafik Persentil 95% Curah Hujan Pentad di wilayah Bima

(a)

(b)

(c)

Pada gambar grafik di atas dapat terlihat bagaimana curah hujan yang terjadi pada pentad 70

s/d pentad 72 jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil 95% untuk menunjukkan bahwa

hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim. Pada pentad 70 tahun 2016, 13 pos hujan yang

tersebar di wilayah Bima mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-

ratanya. Jika dibandingkan dengan persentil 95% terdapat 3 pos yang melewati batas ekstrim

persentil 95 yaitu pos hujan Sape, Kolo, dan Rasanae Timur. Pada pentad 71 tahun 2016 13 pos

yang tersebar di wilayah Bima mengalami curah hujan yang lebih tinggi dengan rata-ratanya.

Terdapat 5 pos yang melewati batas ekstrim 95 yaitu pos hujan Sape, Soromandi, Wera, Asakota

dan Kolo.

Pada pentad 72 tahun 2016 hampir seluruh pos mengalami curah hujan di atas rata-rata

kecuali pos hujan Mdapangga 2, Monta, dan Woha. Terdapat 7 Pos yang melewati batas ekstrim

persentil 95 yaitu pos Donggo, Palibelo Panda, Soromandi, Wawo, Wera, Kolo, Raba, dan Rasane

Timur.

C. Intensitas Curah Hujan Dasarian dan Bulanan

(a)

Gambar 2.20 (a) s/d (b) Grafik Persentil 95% Curah Hujan Dasarian di wilayah Bima

Gambar 2.20 Grafik Persentil 95% Curah Hujan Bulanan di wilayah Bima

Pada gambar grafik pentad (Gambar 2.20 a & b) dapat terlihat bagaimana curah hujan yang

terjadi pada Dasarian II dan Dasarian III bulan Desember jika dibandingkan dengan rata-rata dan

persentil 95% untuk menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim. Pada

Dasarian II desember tahun 2016, 10 pos hujan yang tersebar di wilayah Bima mengalami curah

hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya. Jika dibandingkan dengan persentil 95%

terdapat 4 pos yang melewati batas ekstrim persentil 95 yaitu pos hujan Sape 2, Soromandi, Wera,

dan Kolo. Pada Dasarian III Desember tahun 2016 hampir semua pos yang tersebar di wilayah Bima

mengalami curah hujan yang lebih tinggi dengan rata-ratanya, kecuali pos hujan Madapangga 2,

(b)

Monta, dan Sanggar. Terdapat 11 pos yang melewati batas ekstrim 95 yaitu pos hujan Donggo,

Palibelo Panda, Sape, Sape 2, Soromandi, Wawo, Wera, Woha, Asakota, Kolo, Raba, dan Rasanae

Timur.

Pada gambar grafik curah hujan bulanan (Gambar 2.20) dapat terlihat bagaimana curah hujan

yang terjadi pada Bulan Desember jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil 95% untuk

menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim. Secara sebagian besar curah

hujan di wilayah Bima pada bulan Desember 2016 mengalami curah hujan yang lebih tinggi

diabandingkan dengan rata-ratanya. Jika dibandingkan dengan persentil 95% terdapat 10 pos yang

melewati batas ekstrim persentil 95 yaitu pos hujan Donggo, Palibelo Panda, Sape 2, Soromandi,

Wawo, Wera, Asakota, Kolo, Raba, dan Rasanae Timur. Curah hujan bulan Desember 2016 tertinggi

tercatat sebesar 1168 mm di pos hujan Kolo.

D. Anomali Curah Hujan Pentad, Dasarian dan Bulanan

Gambar 2.21 Grafik Anomali Curah Hujan Pentad 70 s/d 72 Bulan Desember

Gambar 2.22 Grafik Anomali Curah Hujan Dasarian II dan Dasarian III Bulan Desember

Gambar 2.23 Grafik Anomali Curah Hujan Bulan Desember

Anomali curah hujan pentad didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah

hujan pada pentad tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada pentad masing-masing pos

hujan. Pada gambar grafik anomali curah hujan pentad (Gambar 2.21) dapat terlihat anomali curah

hujan yang terjadi pada pentad 70 s/d pentad 72 sebagian besar bernilai anomali positif. Hal ini

memberikan arti bahwa curah hujan pada pentad tersebut berada di atas rata-ratanya. Nilai

anomali curah hujan tertinggi terjadi di pentad 72 pada pos hujan Kolo sebesar +366 mm/pentad.

Anomali curah hujan dasarian didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah

hujan pada dasarian tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada dasarian masing-masing pos

hujan. Berdasarkan grafik anomali dasarian (Gambar 2.22) anomali curah hujan umumnya bernilai

postif atau terdapat peningkatan curah hujan jika dibandingkan dengan rata-ratanya. Anomali

curah hujan positif tertinggi terjadi pada dasarian III bulan Desember pada pos hujan Donggo

sebesar +329/dasarian.

Anomali curah hujan bulanan didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah

hujan pada bulan tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada bulanan masing-masing pos

hujan. Pada grafik anomali curah hujan bulanan (Gambar 2.23) terdapat 11 pos hujan yang

mengalami anomali curah hujan positif atau terdapat peningkatan curah hujan. Anomali postif

tertinggi terjadi pada pos hujan Kolo sebesar +705/bulan.

Jika dilihat dari anomali pentad dan dasarian penyumbang terbesar terjadi pada pentad 72

bulan desember yaitu terjadi pada tanggal (22 – 26), dan kemudian terakumulasi pada dasarian III

Desember yang mengalami anomali curah hujan yang juga cukup signifikan. Jika ditelusuri secara

harian curah hujan penyumbang anomali positif terbesar adalah pada tanggal 23 Desember 2016

di mana terjadi kejadian Banjir Bima.

III. KESIMPULAN.

Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer secara klimatologis dari beberapa parameter

seperti angin, tekanan udara, SST, kelembaban udara, komponen angin zonal, dan juga tutupan

awan yang terindikasi dari nilai OLR menunjukkan penumpukan masa udara basah di wilayah Bali-

Nusa Tenggara khususnya NTB cukup tinggi. Secara vertikal masa udara basah yang ada di atas

wilayah NTB sangat signifikan di tambah angin baratan yang melewati wilayah NTB hingga lapisan

atas sudah stabil. Terbentuknya palung tekanan rendah dan munculnya siklon tropis di wilayah

selatan NTB meningkatkan peluang terbentuknya awan-awan konvektif penghasil hujan lebat.

Peristiwa banjir yang melanda Kota dan Kabupaten Bima yang terjadi pada tanggal 21 dan

23 Desember 2016 merupakan akibat akumulasi curah hujan pada tanggal tersebut dan beberapa

hari sebelumnya. Curah hujan mengalami peningkatan mulai dari pentad ke-71 atau pada tanggal

(17-21) dan terus terakumulasi hingga tanggal 23 Desember 2016. Hal ini dapat dilihat dengan

anomali positif secara berurutan dari pentad ke -71 dan pentad ke-72 yang terakumulasi dan

terlihat pada dasarian III bulan Desember 2016. Secara analisis ekstrim dengan batas nilai persentil

95 Pentad 72 dan kemudian terakumulasi di dasarian III bulan Desember 2016 banyak terdapat

pos hujan yang mengalami curah hujan di atas batas ekstrim, khususnya Kota Bima dan sebagian

Kabupaten Bima.

Demikian laporan analisis kejadian banjir di wilayah Bima ini kami buat berdasarkan data

dinamika atmosfer dan intensitas hujan dari pos hujan di wilayah Bima yang terjadi pada tanggal

20 – 24 Desember 2016.

Mengetahui : Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I

Lombok Barat – NTB

TTD

W A AK O D I M, SP NIP. 196010021982031002

Kediri, Januari 2017 Pembuat Laporan

TTD

AFRIYAS, ULFAH, SST NIP. 199104232010122001