laporan kegiatan€¦  · web viewlaporan kegiatan. studi lapangan (bio305) keberadaan dan...

Click here to load reader

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN KEGIATAN

STUDI LAPANGAN (BIO305)

Keberadaan dan Penyebaran Mamalia Kecil di Sekitar Gunung Walat

Kelompok :30

Disusun Oleh

Restuti Rahayu (G34120038)

Selly Sahara Hasibuan (G34120039)

Fima Meiza Siregar (G34120079)

Fauziah Tri Aprilianti (G34120080)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

RINGKASAN

RESTUTI RAHAYU,SELLY SAHARA HASIBUAN, FIMA MEIZA SIREGAR, dan FAUZIAH TRI APRILIANTI. Keberadaan dan Penyebaran Mamalia Kecil di Sekitar Gunung Walat. Dibimbing oleh Dr. DEDY DURYADI SOLIHIN

Pola aktivitas hewan sangat bergantung pada hewan yang diamati. Pola aktivitas merupakan suatu keadaan atau kondisi yang dapat membuat hewan bangun, beraktivitas, dan beristirahat. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati ada tidaknya aktivitas serta mengetahui lokasi penyebaran mamalia kecil disekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Metode yang digunakan dalam studi lapang ini adalah metode trap ( penjebakan) dengan cara memasang perangkap di 3 lokasi yang ditentukan disekitar HPGW. Selain itu, digunakan metode pengamatan langsung dengan bantuan teropong untuk mengamati bajing dan mengidentifikasi keberadaan musang berdasarkan feses musang secara langsung. Pengamatan dilakukan selama tiga hari yaitu pada 24 Juni 2014 yang dimulai dari 14.00-18.00 WIB, pada tanggal 25 Juni 2014 dimulai dari jam 07.30-16.00 WIB dan hari terakhir tanggal 26 Juni 2014 dimulai dari jam 06.00-08.00 WIB.

Populasi bajing yang ada di kawasan HPGW banyak ditemukan pada pepohonan pinus. Jenis bajing yang ditemukan memiliki ciri memakan buah Pinus merkusii terlihat dari makanan yang dikonsumsinya yaitu buah pinus muda, hidup pada tempat dengan kerapatan vegetasi yang tinggi untuk memudahkan bajing berpindah tempat, mencari makan dan menghindari predator. Berdasarkan identifikasi karakter dan penyebarannya, bajing yang diamati merupakan Callosciurus sp. Selain itu untuk mengetahui populasi musang dapat diketahui melalui kotoran musang yang berada di sepanjang jalan menuju basecamp. Hasil identifikasi lapang bahwa musang memakan buah afrika yang dicirikan dengan feses musang yang didalamnya berisi biji dari pohon tersebut. Kemudian pada populasi tikus hutan tidak ditemukan di 3 tempat lokasi penyebaran trap di kawasan HPGW, disebabkan oleh umpan yang kurang menarik, waktu pengamatan yang terlalu singkat atau titik pemasangan perangkap kurang tepat.

(i)

LAPORAN KEGIATAN STUDI LAPANG (BIO305) TAHUN 2014

Judul:Mamalia Kecil di Sekitar Gunung Walat

Penyusun:Restuti Rahayu (G34120038)

Selly Sahara Hasibuan (G34120039)

Fima Meiza Siregar (G34120079)

Fauziah Tri Aprilianti (G34120080)

Bogor, 15 Juli 2014

(ii)

Menyetujui,

Dr Dedy Duryadi Solihin

Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Iman Rusmana

Ketua Departemen

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menjalani studi lapang di Gunung Walat dengan selamat. Atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir studi lapang yang berjudul Mamalia Kecil disekitar Gunung Walat

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Dedy Duryadi Solihin selaku dosen pembimbing studi lapang kami yang telah sabar dan setia mendampingi kami selama pengamatan dan proses pembuatan laporan ini, serta kepada semua dosen, rekan-rekan dan staf laboratoriumzoology atas semua bantuan dan dukungannya, rekan-rekan Biologi 49 dan selaku staf mikroteknik yang telah meminjamkan alat untuk keperluan pengamatan kami.

Terima kasih juga kepada keluarga kami atas doa, kasih sayang, bantuan dan dukungan yang tidak henti-hentinya kepada kami. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam pengerjaan laporan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya mahasiwa biologi

Bogor, 15 Juli 2014

Restuti Rahayu

Selly Sahara Hasibuan

Fima Meiza Siregar

Fauziah Tri Aprilianti

(iii)

DAFTAR ISI

RINGKASANi

HALAMAN PENGESAHANii

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiv

DAFTAR GAMBARv

DAFTAR TABELvi

PENDAHULUAN1

Latar Belakang1

Tujuan2

BAHAN DAN METODE3

HASIL DAN PEMBAHASAN4

1. Keberadaan Bajing…………………………………………………..............………….4

2. Keberadaan Musang…………………………………………………...............………..7

3. Keberadaan Tikus Hutan……………………………………………...............………...9

SIMPULAN DAN SARAN11

SIMPULAN11

SARAN11

DAFTAR PUSTAKA12

LAMPIRAN13

(iv)

DAFTAR GAMBAR

1. Peta umum Hutan Pendidikan Gunung Walat............................................................4

2. Peta penyebaran bajing...............................................................................................7

3. Peta Penyebaran Musang............................................................................................9

4. Titik penyebaran jebakan tikus.................................................................................11

5. Musang.....................................................................................................................14

5. Bajing.......................................................................................................................14

6. Tikus hutan...............................................................................................................14

7. Makanan bajing (bunga kaliandra)...........................................................................15

8. Makanan musang (buah aprika)...............................................................................15

9. Makanan bajing (buah pinus)...................................................................................15

10. Makanan bajing (buah damar)..................................................................................15

11. Sarang bajing............................................................................................................15

12. Fases I basah ............................................................................................................15

13. Fases I kering............................................................................................................15

14. Fases II basah...........................................................................................................15

15. Fases III setengah kering..........................................................................................15

16. Fases IV kering.........................................................................................................15

17. Fases V kering..........................................................................................................15

18. Jebakan tikus di titik pengamatan sepanjang jalan menuju penginapan..................15

19. Jebakan tikus di titik pengamatan jalan menuju goa................................................15

20. Jebakan tikus di titik pengamatan sekitar penginapan.............................................16

21. Umpan dalam jebakan tikus B6 yang termakan.......................................................16

DAFTAR TABEL

1. Pengamatan bajing secara langsung…………………………..............…………….5

2. Pengamatan bajing secarra tidak langsung……………......................…….………..6

3. Pengamatan musang secara tidak langsung…………………………...............….....8

4. Hasil pengamatan tikus hutan………………………………………...............……10

(viii)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki luas 359 ha terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. SK Menhut No. 188/Menhut-II/2005 menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus dan pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB. Selanjutnya HPGW dikelola sebagai media implementasi Tridharma Fakultas Kehutanan IPB yang meliputi fungsi pendidikan, penelitian, dan pengabdia masyarakat (Massijaya 2011). Secara Geografis HPGW berada pada 106°48'27"BB sampai 106°50'29"BT dan -6°54'23"LU sampai -6°55'35"LS. HPGW merupakan daerah dengan klimatologi yang mempunyai kelembaban relatif 80% ± 6,31% rel dan suhu lingkungan harian 25 ± 1,65 °C (Astuti dan Suprayogi 2005). Letak ketinggian daerah tersebut 500 – 700 mdpl dengan topografi landai sampai bergelombang (Silamon 2004).

Kawasan HPGW terdapat beranekaragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia besar dan mamalia kecil. Jenis mamalia yang ada yaitu, babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis bengalensis), bajing (Callociurus sp.), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic) (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

Kelompok hewan mamalia kecil menurut definisi International Biological Program yaitu spesies mamalia yang berat badan dewasa kurang dari 5 kg (Maryanto et al 2011), sedangkan selebihnya termasuk dalam kelompok mamalia besar. Contoh dari mamalia kecil yang ada di kawasan HPGW diantaranya bajing dan musang.

Jenis mamalia, khususnya mamalia kecil yang ada seperti musang dan bajing dapat diketahui keberadaannya melalui pengamatan secara langsung dari aktivitas yang mereka lakukan. Selain itu, bagi mamalia kecil yang aktivitasnya pada malam hari, hewan tersebut dapat diketahui keberadaannya secara tidak langsung melalui jejak sisa makanan dan fases.

Pengamatan mamalia kecil lain seperti tikus hutan juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keberadaan mamalia tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan keingintahuan mengenai keberagaman mamalia kecil lain di kawasan HPGW yang ada selain musang dan bajing. Adanya pengamatan yang dilakukan tersebut, diharapkan pula dapat diketahui keberadaan secara langsung dan penyebaran dari mamalia kecil tersebut

(1)

berdasarkan data pengamatan secara tidak langsung yang diperoleh. Penelitian ini dilaksanakan sebagai suatu kegiatan yang dapat menambah dan melatih keahlian sebagai peniliti dilapangan. Latihan ini akan sangat berguna untuk menunjang sebagai sarjana sains biologi.

Tujuan

Mengamati penyebaran mamalia kecil seperti tikus, bajing, dan musang di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan mengamati makanan yang dikonsumsi mamalia kecil tersebut secara langsung.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan studi lapang ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang berlangsung dari tanggal 24 Juni sampai 26 Juni 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah umpan tikus (ikan asin dan kelapa bakar), mamalia kecil yang diamati (bajing), sisa makanan berupa buah pinus, buah damar, dan buah afrika serta fases yang ditinggalkan. Alat yang digunakan adalah GPS, teropong binokuler, alat tulis, label dan perangkap.

Metode

Metode yang digunakan dalam studi lapang ini adalah metode trap (metode penjebakan) dengan cara memasang jebakan di 3 lokasi yang berbeda di sekitar HPGW dan mencatatjumlah tikus hutan yang ditemukan sehingga kita bisa menentukan titik-titik lokasi penyebarannya. Jebakan tikus hutan diberi perlakuan umpan yang berbeda yaitu kelapa bakar dan ikan asin sebagai pembanding. Tidak hanya dengan metode trap saja namun penelitian ini juga melakukan pengamatan langsung dengan bantuan teropong untuk mengamati bajing dan mengidentifikasi kotoran musang secara langsung. Pengamatan dilakukan selama tiga hari yaitu pada 24 Juni 2014 yang dimulai dari 14.00-18.00 WIB, pada tanggal 25 Juni 2014 dimulai dari jam 07.30-16.00 WIB dan hari terakhir tanggal 26 Juni 2014 dimulai dari jam 06.00-08.00 WIB.

Tiga lokasi yang kami amati di Hutan Pendidikan Gunung Walat diantaranya disekitar penginapan, jalan menuju goa dan jalan menuju pemancar TVRI. Letak geografis setiap lokasi penyebaran kelompok bajing dan musang dideteksi menggunakan GPS sehingga dapat dilakukan peta posisi titik pengamatan yang akan disajikan dengan bantuan google maps.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat di sekitar kawasan HPGW dapat menunjukan keberadaan mamalia kecil seperti bajing, musang, dan tikus hutan yang ada. Keberadaan mamalia kecil tersebut dapat menentuka posisi penyebaran mamalia kecil tersebutm sehingga diperoleh peta penyebarannya.

Gambar 1 Peta umum Hutan Pendidikan Gunung Walat

1. Keberadaan Bajing

Berdasarkan pengamatan, diperoleh bahwa keberadaan bajing dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan bajing secara langsung dilakukan pada tiga titik pengamatan yaitu sepanjang jalan menuju penginapan, jalan menuju pemancar TVRI, dan jalan menuju goa (dalam Tabel 1). Data ini didapatkan pada pagi dan menjelang siang hari. Hal ini dikarenakan bajing termasuk hewan diurnal yg sebagian besar aktif pada pagi dan siang hari (Payne et al 2000).

Ciri bajing pertama yg ditemukan antara lain, memiliki bulu berwarna kecoklatan, ekor yg pendek (seperti sapu). Berdasarkan ciri tersebut bajing pertama merupaka bajing dengan jenis Sundasciurus lowii. Selanjutnya ciri bajing kedua yg ditemukan antara lain, memiliki bulu berwarna kecoklatan, ekor yang panjang, dan suara yang melengking seperti kicauan burung. Berdasarkan ciri tersebut bajing kedua merupakan bajing dengam jenis Sundasciurus tenuis (Matsom dan Suhaimi 1969)

Tabel 1. Pengamatan bajing secara langsung

No.

Titik pengamatan

Data GPS

Waktu pengamatan

Keterangan

1.

Jalan menuju penginapan

Elevasi: 665 m

Lokasi 1:

S 06054,677’

E 106049,361’

Lokasi 2:

S 06054,701’

E 106049,475’

25 Juni 2014, pukul 08.30 dan 10.21 WIB

26 Juni 2014, pukul 07.00 WIB

Ditemukan 1 sampai 2 ekor bajing jenis Sundasciurus lowii dan Sundasciurus tenuis

2.

Jalan menuju pemancar TVRI

Elevasi: 702 m

Lokasi:

S 06054,621’

E 106049,354’

24 Juni 2014, pukul 14.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

Tidak ditemukan bajing secara langsung

3.

Jalan menuju goa

Elevasi: 615 m

Lokasi:

S 06054,835’

E 106049,442’

26 Juni 2014, pukul 06.00 WIB

Ditemukan lebih dari 5 ekor bajing jenis Sundasciurus lowii dan Sundasciurus tenuis

Pengamatan bajing secara tidak langsung juga dilakukan pada tiga titik pengamatan yaitu sepanjang jalan menuju penginapan, jalan menuju pemancar TVRI, dan jalan menuju goa (dalam Tabel 2). Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan pada siang hari, ditemukan adanya sisa makanan berupa buah pinus muda, buah damar, dan bunga kaliandra serta ditemukannya sarang bajing yang ada di atas pohon. Berdasarkan literatur yang ada, bajing merupakan hewan aboreal karena hampir sepanjang hidupnya dihabiskan di atas pohon. Bajing membuat sarang di atas pohon menggunakan ranting atau dedaunan. Bajing hanya akan turun dari pohon pada saat mencari makan (Payne et al 2000).

Tabel 2 Pengamatan bajing secara tidak langsung

No.

Titik pengamatan

Data GPS

Waktu pengamatan

Keterangan

1.

Jalan menuju penginapan

Elevasi: 665 m

Lokasi 1:

S 06054,677’

E 106049,361’

Lokasi 2:

S 06054,701’

E 106049,475’

24 Juni 2014, pukul 14.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00

26 Juni 2014, pukul 07.00 WIB

Tidak ditemukan sisa makanan bajing

2.

Jalan menuju pemancar TVRI

Elevasi: 702 m

Lokasi:

S 06054,621’

E 106049,354’

24 Juni 2014, pukul 14.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

Ditemukannya sisa makanan bajing berupa buah pinus (terlampir pada Gambar 10) dan sarang bajing (terlampir pada Gambar 12)

3.

Jalan menuju goa

Elevasi: 615 m

Lokasi:

S 06054,835’

E 106049,442’

24 Juni 2014, pukul 15.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

Ditemukan sisa makanan bajing berupa buah damar (terlampir pada Gambar 11) dan bunga kaliandra (terlampir pada Gambar 8)

Berdasarkan data pengamatan yang didapat, maka keberadaan bajing yang diamati secara langsung maupun tidak langsung dapat menujukan peta penyebaran bajing di sekitar kawasan HPGW sebagai berikut:

(ABCDE)

Gambar 2 Peta penyebaran bajing

Keterangan:

A = Elevasi 702 m, lokasi S 06054,621’ dan E 106049,354’

B = Elevasi 665 m, lokasi S 06054,677’ dan E 106049,361’

C = Elevasi 665 m, lokasi S 06054,701’ dan E 106049,475’

D = Elevasi 615 m, lokasi S 06054,835’ dan E 106049,442’

E = Penginapan

2. Keberadaan Musang

Pengamatan pada musang dilakukan secara tidak langsung melalui sisa makanan yang berupa buah afrika (Maesopsis eminii) dan fases yang ditinggalkan karena musang termasuk hewan nokturnal (aktif pada malam hari). Musang merupakan satwa dari suku Viverridae dan buah afrika adalah makanannya sehingga musang dapat menjaga keberlangsungan sumber pakannya sendiri. Hal ini dikarenakan biji yang dikeluarkan melalui fases pada umumnya akan dapat berkecambah dan tumbuh lebih cepat daripada biji yang jatuh langsung dari pohon induknya (Setia 2008).

Hasil pengamatan menunjukan bahwa keberadaan musang dapat diketahui secara tidak langsung pada dua titik pengamatan yaitu di sepanjang jalan menuju penginapan dan jalan menunju pemancar TVRI. Berdasarkan dua titik pengamatan tesebut terdapat lima fases musang yang tersebar dan sisa makanan berupa buah afrika (dalam Tabel 3). Data tersebut didapatkan pada pagi dan siang hari.

Tabel 3 Pengamatan musang secara tidak langsung

No.

Titik pengamatan

Data GPS

Waktu pengamatan

Keterangan

1.

Jalan menuju penginapan

Elevasi: 646 m

Lokasi

S 06054,718’

E 106049,444’

Elevasi: 647 m

Lokasi:

S 06054,719’

E 106049,370’

Elevasi: 639 m

Lokasi:

S 06054,726’

E 106049,406’

Elevasi: 653 m

Lokasi:

S 06054,720’

E 106049,448’

24 Juni 2014, pukul 14.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 08.30 dan 10.21 WIB

Ditemukan feses yang ditinggalkan musang yaitu, fases 1 (terdapat pada Gambar 13 dan Gambar 14), fases 2 (terdapat pada Gambar 15), fases 4 (terdapat pada Gambar 17), dan fases 5 (terdapat pada Gambar 18)

2.

Jalan menuju pemancar TVRI

Elevasi: 702 m

Lokasi:

S 06054,621’

E 106049,354’

24 Juni 2014, pukul 14.00 WIB

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

Ditemukan sisa makanan musang berupa buah afrika (terlampir pada Gambar 9) dan fases musang yaitu fases 3 (terlampir pada Gambar 16)

Berdasarkan data pengamatan yang didapat, maka keberadaan musang yang diamati secara tidak langsung dapat menujukan peta penyebaran musang di sekitar kawasan HPGW sebagai berikut:

(CFEDBA)

Gambar 3 Peta penyebaran musang

Keterangan :

A= Fases 1 (Elevasi 646 m dengan lokasi S 06054,718’ dan E 106049,444’)

B= Fases 2 (Elevasi 647 m dengan lokasi S 06054,719’ dan E 106049,370’)

C= Fases 3 (Elevasi 674 m dengan lokasi S 06054,597’ dan E 106049,288’)

D= Fases 4 (Elevasi 639 m dengan lokasi S 06054,726’dan E 106049,406’)

E= Fases 5 (Elevasi 653 m dengan lokasi S 06054,720’ dan E 106049,448’)

F= Penginapan

3. Keberadaan Tikus Hutan

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa tidak ada tikus hutan yang terjebak dalam perangkap tikus yang dipasang pada tiga titik pengamatan yaitu, di sepanjang jalan menuju penginapan, jalan menuju goa, dan di sekitar penginapan. Hal ini ditandai dengan umpan yang ada pada perangkap tidak dimakan, sehingga tidak ada tikus hutan yang terjebak pada perangkap. Namun, ada pula umpan yang termakan pada salah satu perangkap yang ada di jalan menuju goa, tetapi tikus hutan tidak didapat. Keberadaan tikus hutan di sekitar kawasan HPGW tidak dapat diamati mungkin dikarenakan umpan yang digunakan kurang menarik, waktu pengamatan yang terlalu singkat atau titik pemasangan perangkap kurang tepat. Data hasil pengamatan ini didapat berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama dua hari pada pagi hari (dalam Tabel 4).

Tabel 4 Hasil pengamtan tikus hutan

No.

Titik pengamatan

Data GPS

Waktu pengamatan

Keterangan

1.

Jalan menuju penginapan

Elevasi: 665 m

Lokasi:

S 06054,677’

E 106049,361’

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

26 Juni 2014, pukul 07.00 WIB

Tidak ditemukan adanya tikus pada perangkap dan umpan pada perangkap tidak termakan (terlampir pada Gambar 19)

2.

Jalan menuju goa

Elevasi: 615 m

Lokasi:

S 06054,835’

E 106049,442’

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

26 Juni 2014, pukul 06.30 WIB

Tidak ditemukan adanya tikus pada perangkap (terlampir pada Gambar 20) dan ditemukan salah satu umpan pada perangkap yang termakan (terlampir pada Gambar 22)

3.

Di sekitar penginapan

Elevasi: 585 m

Lokasi:

S 06054,872’

E 106049,445’

25 Juni 2014, pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB

26 Juni 2014, pukul 07.30

Tidak ditemukan adanya tikus pada perangkap dan umpan pada perangkap tidak termakan (terlampir pada Gambar 21)

Berdasarkan data pengamatan yang didapat, maka peta penyebaran perangkap tikus adalah sebagai berikut:

Gambar 4 Peta penyebaran jebakan tikus

Keterangan:

A = Elevasi 665 m, lokasi S 06054,677’ dan E 106049,361’

B = Elevasi 615 m, lokasi S 06054,835’ dan E 106049,442’

C = Elevasi 585 m, lokasi S 06054,872’ dan E 106049,445’

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyebaran mamalia kecil bajing, musang dan tikus dapat diamati melalui metode trap dan metode pengamatan langsung. Metode trap digunakan untuk mengamati penyebaran tikus, sedangkan metode pengamatan langsung untuk mengamati penyebaran musang dan bajing. Penyebaran musang dapat diketahui melaui fases yang tersebar di jalan sekitar HPGW tepatnya jalan menuju pemancar TVRI. Penyebaran bajing dapat diketahui melalui jejak makanan yang ditemukan berupa sisa gigitan pada buah pinus di sekitar HPGW.

Saran

Saran untuk study lapang tahun depan diharapkan panitia dapat menyediakan waktu yang lebih lama sehingga pengamatan dapat dilakukan dalam beberapa kali ulangan agar data yang diperoleh valid. Bagi peneliti aktivitas hewan setidaknya menggunakan dua atau beberapa tempat yang berbeda sehingga kita bisa membandingkannya. Setidaknya, pengamatan mamalia kecil dilakukan secara umum tidak hanya terpusat pada bajing, tikus dan musang sehingga kita bisa mengetahui keanekaragaman mamalia kecil disekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad A, PO Ngakan, A Umar, Asrianny. 2013. Potensi keanekaragaman satwaliar untuk pengembangan ekowisata di laboratorium lapangan konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata Hutan Pendidikan UNHAS. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(2): 79-92

Astuti DA dan A Suprayogi. 2005. Produktivitas domba lokal yang dipelihara dilingkungan hutan tropis gunung walat, Sukabumi Jawa Barat. Miniworkshop DAAD. SEAG 2005, Cisarua Bogor. April 2005

Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat. 2009. Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009-2013. Bogor : Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat

Maryanto I, IM Sudiana, D Arifiani, IA Fijridiyanto. 2011. Profil mamalia kecil Gunung Slamaet Jawa Tengah. Jurnal Biologi Indonesia. 7(1): 171-185

Massijaya A. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai Hutan Wisata [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Matsom M, H Suhaimi. 1969. The Wild Mammals of Malaya. London (EG): Oxford University Press

Silamon RF. 2004. Analisa laju infiltrasi pada perbedaan kerapatan tegakan hutan pinus, blok cimenyen, HPGW, Sukabumi - Jawa Barat. Departemen MNH, Fakultas Kehutanan. IPB

Junaidi Payne, Charles.Francis, Karen Phillips, Sri Nurani Kartikasari. 2013. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Jakarta (ID):Prima Centra

Setia. 2008. Penyebaran biji oleh satwa liar kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Jurnal Vis Vitalis. 1(1):1-8

LAMPIRAN

Gambar 5 Musang(http://www.profauna.net/id/pengenalan-jenis-satwa-liar/paradoxurus-hermaphroditus)

Gambar 6 Bajing

(http://www.planetmammiferes.org/drupal/en/node/63?photo=21&zone=18)

Gambar 7 Tikus hutan (http://www.buahnabarconservation.org/indonesia/menu2_species_detail.php?id=199)

Gambar 8 Makanan bajing (bunga kaliandra)

Gambar 9 Makanan musang (buah aprika)

Gambar 10 Makanan bajing (buah pinus)

Gambar 11 Makanan bajing (buah damar)

Gambar 12 Sarang bajing

Gambar 13 Fases 1 basah

Gambar 14 Fases 1 kering

Gambar 15 Fases 2 basah

Gambar 16 Fases 3 setengah kering

Gambar 17 Fases 4 kering

Gambar 18 Fases 5 kering

Gambar 19 Jebakan tikus di titik pengamatan sepanjang jalan menuju penginapan

Gambar 20 Jebakan tikus di titik pengamatan jalan menuju goa

Gambar 21 Jebakan tikus di titik pengamatan sekitar penginapan

Gambar 22 Umpan dalam jebakan tikus B6 yang termakan

(ix)