laporan kebutuhan rasa aman (1).doc
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA AMAN
A. Pengertian
Keamanan adalah suatu keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan
pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal penting untuk
kelangsungan hidup klien. Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam
keamanan dan lingkunagn selanjutnya melakukan intervensi.
Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera
dipengaruhioleh beberapa faktor, seperti usia dan perkembangan, gaya hidup,
mobilitas dan status kesehatan, perubahan sensori-persepsi, kesadaran kognitif,
status psikososial, kemampuan komunikasi, kesadaran terhadap keamanan, dan
faktor lingkungan. Perawat harus mengkaji setiap faktor ini saat mereka
menyusun rencana asuhan keperawatan atau memberi penyuluhan kepada klien
mengenai cara melindungi dirinya sendiri.
1) Usia dan Perkembangan
Individu belajar melindungi diri mereka sendiri dari berbagai cedera
melalui pengetahuan dan pengkajian yang akurat terhadap lingkungan. Anak-anak
yang berjalan kaki ke sekolah belajar untuk berhenti sebelum menyebrang jalan
dan menunggu kendaraan yang akan melintas. Mereka juga belajar untuk tidak
menyentuh kompor yang panas.Bagi individu yang sangat muda, sangat penting
untuk belajar mengenai lngkungan di sekitar mereka.Anak-anak yang hanya dapat
belajar mengenai hal-hal dalam lingkungan yang mungkin berbahaya bagi mereka
lewat pengetahuan dan pengalaman. Individu lanjut usia mungkin mengalami
hambatan pergerakan dan mengalami penurunan ketajaman sensori sehingga
berisiko terhadap cedera.
2) Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang membuat individu berisiko terhadap cedera adalah
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal di lingkungan rawan kejahatan,
kemudahan memiliki senjata dan amunisi, pendapatan yang kurang memadai
untuk membeli perlengkapan keselamatan atau memiliki perbaikan alat tertentu
dan kemudahan untuk mendapatkan obat terlarang, yang juga dapat
terkontaminasi oleh zat aditif yang berbahaya. Perilaku berisiko merupakan salah
satu faktor dalam beberapa kecelakaan.
3) Mobilitas dan Status Kesehatan
Individu yang mengalami hambatan mobilitas akibat paralisis, kelemahan
otot, dan keseimbangan atau koordinasi yang buruk sangat rentan terhadap
cedera.Klien yang mengalami cedera korda spinal dan paralisis pada kedua
kakinya, mungkin tidak mampu bergerak kendati merasa tidak nyaman. Klien
hemiplegi atau klien yang terpasang gips pada tungkai sering kali memiliki
keseimbangan yang buruk dan mudah jatuh. Klien yang lemah akibat penyakit
atau pembedahan tidak selalu sadar penuh terhadap kondisi mereka.
4) Perubahan Sensori-Persepsi
Persepsi sensori yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
terhadap keamanan.Individu yang mengalami gangguan persepsi peraba,
pendengar, perasa, pencium, dan penglihatan sangat rentan terhadap cedera.
Individu yang tidak melihat dengan baik akan terpeleset mainan atau tidak melihat
kabel listrik. Individu yang tuli mungkin tidak mendengar klakson di jalan, dan
individu yang mengalami gangguan indra pencium mungkin tidak mencium bau
masakan yang gosong atau aroma belerang dari kebocoran gas.
5) Kesadaran Kognitif
Kesadaran merupakan kemampuan untuk merasakan stimulus lingkungan
dan reaksi tubuh serta untuk berespons secara tepat lewat proses pikir dan
tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran meliputi individu yang
kurang tidur, individu tak sadar atau semi taksadar, individu yang disorientasi
(individu yang tidak tahu darimana mereka berada atau apa yang harus mereka
lakukan untuk menolong diri merea sendiri). Individu yang merasakan stimulus
yang tidak ada, dan individu yang mengalami hambatan penilalian akibat proses
penyakit atau pengobatan, seperti narkotik, hipnotik, obat penenang, dan sedative.
Klien yang sedikit bingung mungkin sementara lupa di mana mereka berada,
mempertanyakan di mana letak kamar mereka, salah mengenali barang milik
pribadi dan lain sebagainya.
6) Status Emosi
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk
merasakan bahaya yang terdapat dalam lingkungan.Situasi yang penuh tekanan
dapat menurunkan tingkat konsentrasi individu, menyebabkan kesalahan
penilaian, dan penurunan kesadaran terhadap stimulus eksternal.Individu yang
mengalami depresi dapat berpikir dan dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan
lebih lambat daripada biasanya.
7) Kemampuan Komunikasi
Individu yang mengalami hambatan kemampuan untuk menenrima dan
menyampaikan informasi termasuk klien afasia, individu dengan hambatan
bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga berisiko terhadap
cedera.Sebagai contoh, individu yang tidak dapat menerjemahkan tanda “dilarang
merokok-Oksigen sedang digunakan” dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
8) Kesadaran terhadap Keamanan
Informasi sangat penting terhadap keamanan.Klien yang berada di
lingkungan asing sering kali membutuhkan informasi keamanan yang spesifik.
Kurang pengetahuan mengenai peralatan asing, seperti tabung oksigen, slang
intravena, dan bantal panas, dapat menimbulkan bahaya. Klien yang sehat harus
mendapat pengetahuan mengenai keamanan air, keamanan dalam mobil,
pencegahan kebakaran, cara mencegah ingesti zat yang berbahaya, dan beberapa
tindakan pencegahan yang berhubungan dengan bahaya pada usia tertentu.
9) Faktor Lingkungan
Rumah yang aman adalah rumah yang memiliki lantai dan karpet yang
terpasang dengan baik, permukaan bath-tub atau shower yang tidak licin alarm
asap yang berfungsi dan dan terletak strategis, serta pengetahuan mengenai rute
penyelamatan diri apabila terjadi kebakaran. Keamanan area luar rumah, seperti
kolam renang harus terjaga dan terpelihara.Pencahayaan yang adekuat, baik di
dalam maupun di luar, meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Di tempat kerja, mesin, sabuk keselamatan kerja dan katrol, serta zat kimia
dapat dapat menimbulkan bahaya.Kelemahan pekerja, polusi suara dan udara, atau
bekerja di ketinggian atau di bawah tanah juga dapat menyebabkan bahaya
okupasional.Lingkungan kerja perawat juga tidak aman. Personel layanan
kesehatan perlu mempertahankan kesadaran akan risiko yang mungkin terjadi.
Cahaya lampu jalan yang adekuat, air yang aman dan pengaturan
pembuangan sampah serta pengaturan sanitasi dalam pembelian dan pengolahan
makanan mempengaruhi komnitas yang sehat dan bebas dari bahaya.Komunitas
yang aman dan terlindungi harus berjuang untuk terbebas dari kebisingan,
kejahatan, kemacetan lalu intas, rumah yang bobrok, atau anak sungai atau
timbunan tanah yang tidak terlindungi. (Kozier, 2010: 58-60).
B. Tanda dan Gejala
1. Gangguan Proses Pikir
Batasan karakteristik
a. Subjektif
1) Ketidaksesuaian kognitif
2) Ketidakakuratan interpretasi lingkungan
3) Ketidaksesuaian pemikiran
b. Objektif
1) Mudah distraksi
2) Egosentris
3) Terlampau atau kurang waspada
4) Defisit atau masalah memori
2. Gangguan Pemeliharaan Rumah
Batasan karakteristik
a. Subjektif
1) Anggota keluarga menjelaskan utang yang belum dilunasi atau
krisis keuangan
2) Anggota keluarga mengungkapkan kesulitan dalam
mempertahankan penataan yang nyaman di rumah mereka
3) Anggota keluarga meminta bantuan untuk pemeliharaan rumah
b. Objektif
[Menumpuknya kotoran, sisa makanan atau limbah]
1) Lingkungan sekitar tidak teratur atau kotor
2) Suhu di rumah yang tidak tepat
3) Kekurangan peralatan yang diperlukan
4) Bau yang menyengat
5) Anggota keluarga bekerja terlalu berat (misalnya keletihan dan
cemas)
6) Adanya serangga atau hewan pengerat
7) Gangguan kebersihan atau infeksi berulang
8) Alat-alat masak, pakaian, linen yang belum dicuci atau tidak
tersedia
3. Defisit Pengetahuan
Batasan karakteristik
a. Subjektif
1) Mengungkapkan masalah secara verbal
b. Objektif
1) Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
2) Performa uji tidak akurat
3) Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan (sebagai
contoh, histeris, bermusuhan, agitasi atau apatis)
C. Pohon Masalah
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan rasa
aman.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Memantau janin elektronik: intrapartum: mengevaluasi dengan alat
elektronik respons denyut jantung janin terhadapkontraksi uterus selama
asuhan intrapartum.
Usia
Bayi
Anak-anak
Remaja Dewasa
lansia
Risiko cedera
Risiko asfiksia
Risiko trauma
Gangguan proses
pikir
Gangguan pemeliharaan rumah
Defisit pengetahuan
Risiko keracunan
Perubahan suhu tubuh
Gangguan Rasa Aman
2. Edukasi kesehatan: mengembangkan dan memberikan bimbingan dan
pengalaman belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar perilaku
yang kondusif untuk kesehatan individu, keluarga, kelompok, komunitas.
3. Memantau pernapasan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk memastikan kepatenan jalan napas dan keadekuatan pertukaran gas.
4. Surveilans kulit: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mempertahankan kintegritas kulit serta membran mukosa.
5. Manajemen halusinasi: meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan
orientasi realitas pasien yang mengalami halusinasi.
6. Risiko Perubahan Suhu:
a. Perawatan bayi baru lahir: menatalaksana neonatus selama masa
transisi ke kehidupan ekstrauteri dan periode stabilisasi selanjutnya
b. Regulasi suhu: mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal
c. Regulasi suhu: intraoperatif: mencapai atau mempertahankan suhu
tubuh intraoperatif yang diharapkan
d. Pemantauan tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan
mencegah komplikasi
F. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang berisiko terhadap kecelakaan dan
cedera meliputi:
1. Menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik
2. Menggunakan instrument pengkajian risiko yang dikembangkan secara
khusus
3. Mengevaluasi lingkungan rumah klien
a. Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap data
penting mengenai praktik keamanan klien dan risiko klien terhadap
cedera. Data yang perlu dikaji meliputi usia dan tingkat
perkembangan, status kesehatan umum, status mobilitas, ada tidaknya
gangguan fidiologis atau defisit persepsi, seperti pencium, penglihat,
taktil, perasa atau gangguan sensori lainnya, gangguan proses pikir
atau gangguan kognitif lain atau gangguan kecakapan emosi,
penyalahgunaan zat, semua indikasi penganiayaan atau pengabaian,
serta riwayat kecelakaan dan cedera. Riwayat mengenai keamanan
juga harus meliputi kesadaran klien terhadap bahaya, pengetahuan
mengenai tindakan kewaspadaan keamanan di rumah dan di tempat
kerja, dan semua persepsi ancaman terhadap keamanan.
b. Instrumen pengkajian risiko
Instrumen pengkajian risiko juga tersedia untuk menentukan klien
yang berisiko terhadap beberapa cedera tertentu, seperti jatuh, atau
untuk pengkajian umum yang penting untuk menjaga klien tetap aman
di rumah mereka dan di tatanan layanan kesehatan. Pada umumnya,
instrument pengkajian ini dapat mengarahkan perawat untuk mengkaji
faktor yang memengaruhi keamanan yang telah didiskusikan
sebelumnya.Instrument pengkajian tersebut merangkum data khusus
yang terdapat dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik klien.
c. Pengkajian Bahaya dalam Rumah
Bahaya dalam rumah merupakan penyebab utama jatuh, kebakaran,
keracunan, sufokasi dan kecelakaan lain, misalnya akibat penggunaan
peralatan dan perlengkapan rumah tangga serta alat masak yang tidak
tepat. (Kozier, 2010: 60)
G. Diagnosis
1. Risiko cedera
a. Definisi: beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi
lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif an sumber
defensive individu
b. Factor resiko :
Eksternal:
Biologis (misalnya : tingkat imunisasi komunitas,
mikroorganisme)
Zat kimia (misalnya : racun, polutan, obat, agens farmasi,
alkohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna)
Manusia (misalnya : agens nosocomial, pola ketegangan,
atau faktor kognitif, afektif, dan psikomotor)
Cara pemindahan transpor
Nutrisi (misalnya : desain, struktur, dan pengaturan
komunitas, bangunan, dan/atau peralatan)
Internal:
Profil darah yang abnormal
Disfungsi biokimia
Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
Disfungsi efektor
Disfungsi imun/auto imun
Disfungs integrative
Malnutrisi
Fisik (misalnya : integritas kulit tidak utuh, gangguan
mobilitas)
Psikologis
Disfungsi sensori
Hipoksia jaringan
2. Risiko keracunan
a. Resiko tinggi terpajan keracunan terhadap atau mengonsumsi obat-
obatan atau produk berbahaya dalam dosis yang cukup untuk
menyebabkan keracunn.
b. Factor resiko :
Internal:
Kesulitan kognitif atau emosional
Kurang tindakan kewaspadaan yang sesuai
Kurang edukasi tentang keamanan atau obat
Mengungkapkan secara verbal tentang lingkungan kerja
yang tanpa usaha perlindungan yang adekuat
Eksternal
Ketersediaan obat-obatan terlarang yang berpotensi
terkontaminasi aditif beracun
Produk berbahaya yang ditempatkan atau disimpan dalam
jangkauan anak-anak atau orang yang bingung
Banyaknya suplay obat-obatan dirumah
Tempat penyimpanan obat-obatan ditempat yang tidak
terkunci
3. Risiko asfiksia
a. Definisi: resiko utaa afiksia yang tidak disengaja (yaitu
ketidakadekuatan udara yang tersedia untuk dihirup)
b. Factor risiko:
Internal:
Gangguan emosi atau kognitif
Proses penyakit atau cedera
Kurang pengetahuan tentang keamanan
Kurang kewaspadaan keamanan
Penurunan kemampuan motoric
Penurunan sensasi penghidu
Eksternal
Membiarkan anak-anak berman sendiri didalam air
Bermain dengan kantung plastic
Kebocoran gas didalam ruangan
Seseorang yang makan makanan dengan mulut penuh
Merokok ditempat tidur
4. Risiko trauma
a. Definisi: peningkatan resiko cedera jaringan yang tidak
disengaja missal, luka, terbakar, fraktur)
b. Factor resiko:
Internal:
Kesulitan keseimbangan, kognitif
Kesulitan emosinal
Riwayat trauma sebelumnya
Ketidakcukupan finansial
Kurang pendidikan tentang keselamatan
Eksternal:
Aksesibilitas senjata
Mandi dengan air yang sangat panas
Kurang peralatan anti slip dikamar madi
Anak bermain dengan objek yang berbahaya
Tidak ada pintu pada bagian atap tangga
5. Gangguan proses pikir
a. Definisi: gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya:
pikiran sadar, orientasi realitas, pemecahan masalah, dan
penilaian)
b. Batasan Karakteristik
Subjektif
Ketidaksesuaian kognitif
Ketidakakuratan interpretasi lingkungan
Ketidaksesuaian pemikiran
Objektif
Mudah distraksi
Egosentris
Terlampau atau kurang waspada
Defisit atau masalah memori
c. Factor yang berhubungan :
Gangguan jiwa
Gangguan mental organic
Gangguan kepribadian
Penyalahgunaan zat
Kehilangan memori
Kesulitan tidur
Efek samping obat
6. Gangguan pemeliharaan rumah
a. Definisi : ketidakmampuan untuk secara mandiri
mempertahankan lingkungan yang aman dan menunjang
pertumbuhan
b. Batasan Karakteristik
Subjektif
Anggota keluarga menjelaskan utang yang belum
dilunasi atau krisis keuangan
Anggota keluarga mengungkapkan kesulitan dalam
mempertahankan penataan yang nyaman di rumah
mereka
Anggota keluarga meminta bantuan untuk pemeliharaan
rumah
Objektif
[Menumpuknya kotoran, sisa makanan atau limbah]
Lingkungan sekitar tidak teratur atau kotor
Suhu di rumah yang tidak tepat
Kekurangan peralatan yang diperlukan
Bau yang menyengat
Anggota keluarga bekerja terlalu berat (misalnya
keletihan dan cemas)
Adanya serangga atau hewan pengerat
Gangguan kebersihan atau infeksi berulang
Alat-alat masak, pakaian, linen yang belum dicuci atau
tidak tersedia
c. Factor yang berhubungan:
Gangguan fungsi
System pendukung yang tidak adekuat
Penyakit atau cedera individu atau anggota keluarga
Tidak adanya pengaturan atau perencanaan keluarga
Keuangan yang tidak memadai
Perubahan fungsi kognitif
Kurang model peran
Tidak mengenal sumber-sumber di sekeliling
7. Defisit pengetahuan
a. Definisi: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang
berkaitan dengan topic tertentu.
b. Batasan Karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan masalah secara verbal
Objektif
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Performa uji tidak akurat
Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan
(sebagai contoh, histeris, bermusuhan, agitasi atau
apatis)
c. Factor yang berhubungan:
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi
Tidak terbiasa dengan tindakan pencegahan untuk anak-
anak
8. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
a. Definisi : berisiko terhadap kegagalan untuk memelihara suhu
tubuh dalam batas normal
b. Factor resiko:
Perubahan laju metabolism
Dehidrasi
Terpajan suhu lingkungan yang dingin, sejuk, hangat
atau panas
Usia yan ekstrem
Berat badan yang ekstrem
Kesakitan atau trauma yang memengaruhi pusat pengatur
suhu
Ketidakmampuan untuk berkeringat
Inaktivitas
Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Berat badan bayi yang rendah
Aktivitas berlebihan
H. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1 Risiko cedera NOC
a. Risk Control
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untk mencegah injuri/cedera
c. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan atau perilaku personal
d. Mampu memodifikai gaya hidup untuk mencegah injuri
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali
NIC
Environment Management (Manajemen Lingkungan)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanaan pasie, sesuai dengan kndisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
c. Hindari lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
d. Pasang side rall tempat tidur
e. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Tempatkan saklar lampu di tempat yang mudah dijangkau
perubahan status kesehatan
pasieng. Batasi pengunjungh. Anjurkan keluarga
untuk menemani pasieni. Kontrol lingkungan dari
kebisinganj. Pindahkan barang-
barang yang dapat membahayakan
k. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
2. Risiko keracunan Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Menunjukan keamanan lingkungan rumah
b. Menunjukan perilaku keamanan individu
c. Meminimalisir keparahan cedera fisik
NIC
a. Pantau adanya perubahan status keamanan lingkungan
b. Pantau pasien terhadap perubahan fungfi fisik atau kognitif yang dapat menyebabkan perilaku tidak aman
c. Tentukan derajat surveilans yang dibutuhkan pasien berdasarkan tingkat fungsi dan bahaya yang ada dilingkngan
d. Ajarkan individu dan kelompok yang beresiko tinggi tentang bahaya lingkungan (misalnya : timble dan randon)
e. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi bahaya dan risiko
f. Gunakan alat-alat pelindung (misalnya : restrain, pagar tempat tidur, mengunci pintu, pagar, dan gerbang) untuk membatasi secara fisik mobilitas atau
akses terhadap situasi yang membahayakan
g. Lakukan pengawasan dan surveilans pada tingkat yang sesuai untuk memantau pasien dan untuk memungkinkan tindakan terapeutik, jika perlu
3. Risiko asfiksia Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Pencegahan aspirasi : tindakan pribadi untuk mencegah masuknya cairan dan partikel padat ke dalam paru
b. Manajemen mandiri : asma : tindakan pribadi untuk membalik kondisi radang yang mengakibatkatkan konstriksi bronkus jalan napas
c. Status pernapasan : ventilasi : pergerakan udara keluar masuk paru
NIC
a. Identifikasi bahaya keamanan di lingkungan
b. Pantau frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas
c. Pantau adanya perubahan suara atau serak setiap jam untuk pasien yang mengalami luka bakar pada wajah
d. Lakukan upaya resusitasi, jika perlu
e. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah asfiksia dan tindakan kegawatdaruratan untuk mengatasi asfiksia
f. Berikan informasi tentang karakteristik dan bahaya lingkungan
g. Pantau posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
h. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko dan bahaya
4. Risiko trauma NOC
a. Knowledge : personal saety
b. Safety behavior : fall prevention
NIC
Environmental management safety
a. Sediakan
c. Safety behavior : fall occurance
d. Safety behavior : physical injury
e. Tisuue integrity : skin and mucous membrane
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Pasien terbebas dari trauma fisik
b. Lingkungan rumah aman
c. Perilaku pencegahan jatuh
d. Dapat mendeteksi resiko
e. Pengendalian resiko : penggunaan alcohol
f. Pengendalian resiko: penggunaan narkoba
g. Pengendalian resiko: pencahayaan sinar matahari
h. Pengetahuan keamanan terhadap anak
i. Pengetahuan personal safety
j. Dapat memproteksi terhadap kekerasan
lingkungan yang aman bagi pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
c. Hindari lingkungan yang berbahaya
d. Pasang side rail tempat tidur
e. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Tempatkan saklar lampu dtemoat yang mudak dijangkau pasien
g. Batasi pengunjungh. Berikan penerangan
yang cukupi. Anjurkan keluarga
untuk memahami pasien
j. Kontrol lingkungan dari kebisingan
k. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
l. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
5. Gangguan proses pikir Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Meunjukan orientasi kognitif
NIC
a. Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap orang, tempat, waktu, dan
b. Menunjukan pembuatan keputusan
c. Menunjukan identitas
d. Menunjukan status neurologis
situasi
b. Kaji fungsi kognitif
c. Pantau kemampuan perawatan diri
d. Pantau status fisik pasien
e. Pantau isi waham yang membahayakan atau mengakibatkan kekerasan terhadap diri sendiri
f. Pantau efek samping dan efek terapeutik obat pada pasien
g. Beri pendidikan kepada psien dan orang terdekat jika waham terjadi akibat penyakit (misalnya : delirium, skizofrenia, depresi)
h. Berikan obat antipsikotik dan antiansietas secara rutin, jika diperlukan
i. Berikan umpan balik positif dan penguatan untuk perilaku yang sesuai
j. Berika dukungan kepada pasien dan keluarga saat periode disorientasi pasien
k. Dukung pasien untuk mengungkapkan waham kepada pemberi asuhan
sebelum bereaksi terhadap waham tersebut
l. Berikan aktivitas rekreasional dan aktivitas pengalihan yang membutuhkan perhatian atau keterampilan
m. Kurangi stimulus lingkungan yang berlebihan, jika diperlukan
n. Pastikan pasien dirawat oleh perawat yang sama setiap harinya
o. Identifikasi dan singkirkan barang-barang di lingkungan yang berpotensi membahayakan pasien
p. Berikan penghargaan positif tanpa syarat
q. Gunakan distraksi, bukan konfrotasi untuk menata laksana perilaku
r. Batasi jumlah pilihan yang harus dibuat oleh pasien agar tidak menyebabkan ansietas
6. Gangguan pemeliharaan rumah
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Gangguan
NIC
a. Tentukan kebutuhan pemeliharaan rumah pasien
pemeliharaan rumah akan dikurangi atau diperbaiki
b. Performa peran akan ditunjukan
c. Fungsi keluarga akan ditunjukan :
1) merawat anggota keluarga yang tidak mandiri
2) mengatur perilaku anggota keluarga
3) anggota keluarga menampilkan peran yang diharapkan
4) memperoleh sumber yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga
5) anggota keluargasaling mendukung dan membantu satu sama lain
b. Berikan informasi tentang bagaimana membuat lingkungan rumah aman dan bersih
c. Kaji dan dokumentasikan kebutuhan tindak lanjut setelah pemulangan melalui perawat kesehatan masyarakat
d. Hubungi pembuat rencana pemulangan atau petugas dinas sosial untuk menentukan rencana pemeliharaan rumah yang realistis
e. Untuk pasien rawat inap, buat perujukan memperoleh kunjungan rumah untuk mengkaji kemampuan klien dalam berfungsi secara mandiri setelah pulang dari rumah sakit
f. Bantu pasien dan keluarga/anggota keluarga mengidentifikasi kendala dan bahaya dalam rumah yang memengaruhi pemeliharaan rumah
g. Pelopori diskusi dengan pasien dan keluarga tentang status kesehatan seluruh anggota keluarga karena penyakit dapat
memengaruhi manajemen pemeliharaan rumah
h. Beri saran perlunya perubahan struktural agar penataan rumah lebih mudah
7. Defisit pengetahuan NOC
a. Knowledge : disease proses
b. Knowledge : behavior
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC
Teaching: disease process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tenang proses penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan ara yang tepat
d. Identifikasi kemungkinn penyebab, dengan cara yang tepat
e. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepathindari jaminan yang kosong
f. Sediakan keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
g. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
i. Dukung pasien untuk
mengeksplirasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
j. Rujuk pasien pada group atau agensi dikomunitas local dengan cara yang tepat
k. Intruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi peraatan kesehatan dengan cara yang tepat.
8 Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Menunjukan termoregulasi : 1) Peningkatan
suhu tubuh2) Penurunan
suhu tubuh3) Hipertermia 4) Hipotermia
b. Tidak memperlihatkan berkeringat, menggigil dan merinding
c. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal
d. Melaporkan suhu yang nyaman
e. Menguraikan tindakan adaptif untuk meminimaka fluktuasi suhu tubuh
f. Melaporkan tanda dan gejala awal dari hipotermia
NIC
a. Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (seperti menggigil, pucat, bagian dasar kuku sianosis, pengisan ulang kapiler lambat, piloereksi, disritmia) dan hipertermia (seperti tidak berkeringat, kelemahan, mual, dan muntah, sakit kepala, delirium)
b. Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral
c. Pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermia serta hipertermia
d. Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan
e. Berikan obat antipiretik, jika perlu
f. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
dan hipertermia
I. REFERENSI
Kozier. 2010. Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan, Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014, Jakarta: EGC
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA. Jogjakarta: Mediaction
Potter Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC