laporan kasus mammae abberans
DESCRIPTION
mammae abberansTRANSCRIPT
LAPORAN PORTOFOLIO
MAMMA ABERRANS
Pendamping:
dr. Irriane Dewi
Penyusun:
dr. Astri Ayu Setianingtyas
RS TINGKAT IV 02.07.04 DINAS KESEHATAN TENTARA
PERIODE 5 MARET 2013 – 5 MARET 2014
BANDAR LAMPUNG – LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN
Payudara itu tidak selalu sama besar, selalu ada perbedaan sedikit.
Adakalanya yang sebelah tidak berkembang sesempurna yang sebelahnya. Ini
tidak perlu dikhawatirkan sebagai suatu hal yang patologik. Payudara pada wanita
menonjol mulai dari iga ke II-III sampai ke VI-VII dan dari dekat pinggir sternum
sampai garis axillaris anterior. Tetapi jaringan payudara yang sebenarnya lebih
luas lagi, ia bisa sampai klavikula sebagai suatu lapisan jaringan tipis dan ke
medial sampai garis median, ke lateral sampai pinggir m. Latissimus dorsi.
Sebagai tonjolan payudara itu terdiri dari jaringan lemak.
Keluhan utama penderita kelainan payudara sehingga datang berobat ke
dokter adalah berupa adanya benjolan (78-80 %), rasa nyeri atau sakit (10-12 %),
dan adanya cairan keluar dari puting susu (4-6 %).
Ada beberapa anomali yang terjadi pada mamma, yaitu : amastia, jaringan
mamma aksesoris (Supernumerary breast) atau mamma aberrans dan bentuk
abnormal dari payudara.
Mamma Aberrans merupakan hasil dari kegagalan regresi jaringan payudara
selama embriogenesis. Hal ini dapat hadir di mana saja sepanjang garis susu (milk
line), dari regio aksila ke inguinal. Insiden Mamma Abberans tidak pasti, tetapi
umumnya diyakini menjadi sekitar 1% dalam suatu populasi. Mamma Abberans
tanpa kehadiran puting terletak di luar pinggiran kelenjar didefinisikan sebagai
jaringan payudara menyimpang dan sering “misdiagnosed” sebagai lesi subkutan.
Sehingga sebagai dokter umum untuk membedakannya dari penyakit lain yang
berhubungan dengan payudara, dibutuhkan pengetahuan tentang Mamma
Aberrans itu sendiri dan kemampuan untuk mediagnosa serta penatalaksanaan
awal dengan baik penyakit tersebut.
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Pasien berobat ke UGD RS DKT
Tanggal : 4 November 2013
No Rekam Medik : 04.25.16
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Kebangsaan/suku : Indonesia
Agama : Islam
Perkerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kedaton
Pendidikan terakhir : SMA
Anamnesis
Dilakukan dengan autoanamnesis pada tanggal 4 November 2013 pukul 08.30
WIB di poliklinik.
Keluhan Utama
Terdapat benjolan yang menyerupai payudara di bawah ketiak kanan, sejak ± 1
tahun yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak ± 1 tahun SMRS, pasien mengaku teraba benjolan di bawah ketiak
kanan sebesar telur puyuh, benjolan dapat digerakkan, tidak nyeri, dan tidak
kemerahan.
3
Sejak ± 8 bulan SMRS, pasien mengaku muncul benjolan kecil yang
menyerupai puting di atas benjolan yang sebelumnya, tidak nyeri, tidak merah,
dan tidak mengeluarkan cairan.
Sejak ± 1 bulan SMRS, pasien mengaku benjolan semakin membesar, nyeri,
tidak merah, dan tidak mengeluarkan cairan. Pasien juga mengeluhkan benjolan
terasa semakin kencang dan nyeri menjelang mensturasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah = 130/80 mmHg
Nadi = 84 x/menit
Pernapasan = 20 x/menit
Suhu = 36,4oC
Status Gizi : Berat badan = 64 kg, Tinggi badan = 163 cm
BMI : 24,15
Status Generalis :
Kepala : normocephal, deformitas (-), rambut berwarna hitam,
tersebar merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
THT : dalam batas normal
Mulut : bibir kering (-), oral higiene baik
Leher : KGB tidak teraba membesar
4
Thoraks :
Paru : Inpeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak
penggunaan otot bantu napas, tidak tampak
pelebaran sela iga
Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan (-), fokal fremitus +/+
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
batas paru-hati terletak di ICS IV linea
midklavikula dekstra
batas paru-lambung terletak di ICS VII linea
aksilaris anterior sinistra
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikula
sinistra
Perkusi : batas kanan jantung ICS V linea sternalis
dekstra
batas kiri jantung ICS VI linea midklavikula
sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : supel, datar, benjolan (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar, massa (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : Inspeksi : deformitas (-), bengkak (-), kemerahan (-)
Palpasi : panas saat perabaan (-), nyeri tekan (-), akral
hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
Kulit : purpura (-), ekimosis (-)
5
Status Lokalis: Regio Axillaris Dextra
Inspeksi : ukuran ± 9 cm x 8 cm, sewarna kulit, permukaan rata, edema (-)
Palpasi : konsistensi kenyal, batas tegas, immobile, nyeri tekan (-)
Diagnosis Banding
1. Mamma Aberrans
2. Soft Tissue Tumor Axillaris
3. Ca mammae
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Hemoglobin : 11,4 gr%
Leukosit : 3100 mm2
LED : 4%
Trombosit : 225.000 mm2
Hitung jenis :
Basofil : 0%
Eosinofil : 1%
Batang : 2%
Segmen : 47%
Limfosit : 33%
Monosit : 17%
SGOT : 14
SGPT : 18
Ureum : 20
Creatinin : 0,8
GDS : 115 mg/dl
Asam urat : 4,6
BT : 2 menit
CT : 8 menit
2. Profil lipid
Kolesterol total : 126
HDL : 41
LDL : 87
Trigiliserida : 78
3. Foto Thorax
Kesan : paru dan jantung dalam batas normal
Diagnosis
Mamma Aberrans
6
Penatalaksanaan
Terapi Non-medikamentosa
1. Konsul dokter spesialis bedah
2. Edukasi pasien bahwa seperti jaringan payudara lainnya, ada kemungkinan
benjolan akan timbul lagi dan berkembang ke arah keganasan
Terapi Medikamentosa
1. IVFD RL 20 tetes per menit
2. Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gr
3. Injeksi Tramadol 3 x 1 ampul
Tindakan Operasi
1. Ekstirpasi jaringan mamma
Rencana Post Operasi
1. Biopsi jaringan mamma
2. Kontrol 3 hari pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadi penyulit
Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam
Follow up
Tanggal Keluhan & PF Terapi
5/11/2013 S : Nyeri luka bekas operasi (+)
O : PF : dbn
A : Post op ekstirpasi mamma
aberrans hari ke-1
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
3. Inj Tramadol 3 x 1 amp
4. Mobilisasi minimal
6/11/2013 S : Nyeri luka bekas operasi (+) 1. IVFD RL 20 tpm
7
O : PF : dbn
A : Post op ekstirpasi mamma
aberrans hari ke-2
2. Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
3. Inj Tramadol 3 x 1 amp
7/11/2013 S : Nyeri luka bekas operasi ↓
O : Regio axillaris dextra: luka bekas
operasi pus (-), nyeri (+)
A : Post op ekstirpasi mamma
aberrans hari ke-3
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
3. Inj Tramadol 3 x 1 amp
4. Ganti perban per hari
5. Luka bekas operasi
jangan terkena air
6. Boleh pulang
7. Kontrol 3 hari setelah
pulang
BAB III
FORMAT PORTOFOLIO
8
Kasus 2
Daftar Pustaka :
1. Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad Dermatol, 49:
1154-1156, 2003.
2. Giron Gl, Friedman I, Feldman S: Lobular carcinoma in ectopic axillary breast tissue.
Am Surg, 70: 312-315, 2004.
3. Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic breast tissue.
Clin Rev, 58: 566-570, 2002.
4. Yerra L, Karunad AB, Votaw ML: Primary breast cancer in aberrant breast tissue in the
axilla. South Med J, 90: 661-662, 1997.
5. Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P. Axillary breast
tissue: clinical presentation and surgical breast treatment. Ann Plast Surg 1995; 35: 356–
360.
6. Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration cytology
diagnosis of axillary accessory breast tissue, including its physiologic changes and
pathologic lesions. Acta Cytol 1992; 38: 130–135.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Mamma Aberrans
2. Patofisiologi Mamma Aberrans
3. Penatalaksanaan Mamma Abberans
4. Edukasi tentang penyebab, faktor risiko, dan penatalaksanaan yang tepat
9
Topik : Mammae Abberans
Tanggal (kasus) : 4 November 2013 Persenter : dr. Astri Ayu Setianingtyas
Tangal presentasi : 22 November 2013 Pendamping : dr. Irriane Dewi
Tempat presentasi : RS DKT Bandar Lampung
Obyektif presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa √ □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Wanita, 42 tahun, benjolan yang menyerupai payudara di ketiak kanan sejak ± 1
tahun SMRS
□ Tujuan : pengertian mamma aberrans, diagnosis mamma aberrans
Bahan bahasan : □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ Email □ Pos
Data pasien : Nama : Ny. N No registrasi : 04.25.16
Nama RS : RS TK IV 02.07.04 DKT Telp: Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis : Mamma aberrans, benjolan yang menyerupai payudara di
ketiak kanan, semakin membesar, nyeri (-)
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit : Pasien tidak pernah mengalami penyakit dengan keluhan
yang sama sebelumnya
4. Riwayat keluarga : Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
5. Riwayat pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Lain-lain : -
Subyektif
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang menyerupai payudara di ketiak
kanan sejak 1 tahun SMRS. Benjolan dirasakan semakin hari semakin membesar
dan mulai terasa kencang dan nyeri pada saat menstruasi. Pasien tidak pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat keluhan yang sama dalam
keluarga disangkal.
Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan
beberapa diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien ini dengan
usia 42 tahun, yaitu suatu anomali (mamma aberrans), neoplastik berupa infeksi
(mastitis atau limfadenitis) dan neoplastik jinak dapat berupa fibroadenoma,
lipoma, adenoma dan papiloma.
Untuk diagnosis anomali sendiri dapat dilihat dari anamnesis, pasien
mengeluh terdapat benjolan yang menyerupai mamma pada ketiak bawahnya,
dimana pada benjolan juga tidak terasa nyeri, tidak ada tanda-tanda peradangan
dan tidak mengeluarkan cairan apapun yang dapat menyingkirkan adanya mastitis
(tidak ada demam), pertumbuhan benjolan juga tidak terlalu cepat sehingga bisa
menyingkirkan suatu keganasan, tidak ada benjolan lain di daerah aksilla,
subklavikula, supraklavikula sehingga dapat menyingkirkan limfadenitis.
Diagnosis banding berupa keganasan Ca mamma) dapat disingkirkan dengan
tidak adanya gejala berupa pertumbuhan benjolan yang cepat membesar dan tidak
dipengaruhi oleh siklus mensturasi, tidak nyeri, perubahan permukaan benjolan
(peau de orange), kasar, berbenjol sampai tukak, keluar cairan berupa darah,
riwayat tumor jinak sebelumnya tidak ada, riwayat keluarga mendertia penyakit
yang sama tidak ada .
Riwayat benjolan dipengaruhi oleh siklus mensturasi juga semakin
menguatkan suatu anomali, dimana mamma aberrans tipe lengkap juga memiliki
keluhan yang sama dengan payudara pada umumnya.
Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
10
Terdapat benjolan yang menyerupai payudara di bawah ketiak kanan dengan
ukuran ± 9 cm x 8 cm, dengan konsistensi kenyal, immobile, berbatas tegas dan
tidak ditemukan tanda-tanda peradangan. Hal ini menunjukkan bahwa benjolan
bukan merupakan suatu proses infeksi ataupun peradangan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan :
Seluruh pemeriksaan laboratorium, foto thoraks dan EKG pasien menunjukkan
hasil dalam batas normal.
“Assesment”
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan mendukung kesimpulan diagnosa Mamma Aberrans.
“Plan”
Diagnosis : Mamma Aberrans
Pengobatan :
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah tindakan operasi
berupa ekstirpasi jaringan mamma aberrans serta biopsi jaringan mamma untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan.
KIE :
Pasien perlu diberikan edukasi tentang kemungkinan munculnya benjolan
yang berulang dan penyulit yang mungkin terjadi setelah operasi.
Rujukan :
Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis bedah untuk penatalaksanaan yang tepat.
Kontrol :
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Kepatuhan mengganti 3 hari sekali selama Tidak terjadi infeksi
11
perban luka operasi
setiap hari
1-2 minggu sampai
jahitan pada luka
operasi dilepas
3-6 bulan sekali
untuk berikutnya
pada luka bekas
operasi
Edukasi gejala klinis,
penyebab, faktor risiko,
pengobatan, dan
komplikasi penyakit
Setiap kali kontrol
di poli
Timbul kewaspadaan
pasien jika benjolan
muncul lagi
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Mamma aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma yang
lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi
kebanyakan di axilla.
Gambar 1. Mamma Aberrans
12
II. ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI
Menurut Haagensen insidensi anomali ini 1-2 % pada wanita kulit putih.
Tetapi penduduk Asia agaknya lebih banyak. Iwai menemukan 1,88 % pada pria
dan 5,19 % pada wanita. Taheya menemukan 3,8 % pada pria Tionghoa. Menurut
Haagensen mamma aberrans ditemukan 2 kali lebih banyak pada wanita dari pada
laki-laki, yang ditemukan di Bandung hampir selalu wanita.
Anomalis tersebut ada hubungannya dengan keturunan dan terdapat pada
keluarga - keluarga tertentu.
III. GEJALA KLINIS
Ectopic breast tissue mungkin muncul sebagai sesuatu dari jaringan subkutan
dan memiliki fungsi penuh. Secara histologi, supernumerary breast mungkin
memiliki sistem duktal yang terorganisir pada kulit eksternal, sedangkan ectopic
breast tissue sendiri tidak memiliki perkembangan duktus tersebut dan tidak
terhubung ke payudara ipsilateral.
Jaringan ini mengikuti kontrol hormon normal dan dapat menjadi klinis yang
jelas saat perempuan memasuki masa puber atau selama kehamilan. Payudara
ektopik dengan kompleks areolar lengkap akan berfungsi sebagai payudara
normal, termasuk menyusui. Gejala pada jaringan payudara aksila dilaporkan
memburuk dengan kehamilan berikutnya, menyebabkan rasa sakit meningkat dan
iritasi lokal. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa jaringan mungkin tanpa
gejala.
Polythelia dihubungkan dengan kelainan pada saluran kemih. Kelainan ginjal
tersebut termasuk kegagalan pembentukan ginjal dan karsinoma ginjal. Hubungan
polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat tetapi sangat didukung oleh
beberapa studi. Sebuah studi dari Israel melaporkan 40% dari anak-anak dengan
polythelia memiliki anomali ginjal obstruktif atau duplikasi dari sistem
ekskretoris. Kehadiran puting ekstra pada anak-anak harus meningkatkan
kecurigaan klinisi anomali ginjal.
13
Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi kasus-kasus
familial dilaporkan. Dalam keluarga, mamma aberrans dapat dilihat pada saudara
kandung. Toumbis-Ioannou dan Cohen menggambarkan seorang wanita dengan
sisi kiri polythelia dan ginjal kanan ektopik. Kakaknya memiliki sisi kiri
polythelia, dan kakaknya memiliki payudara supernumerary lengkap di sisi
kirinya.
IV. PATOFISIOLOGI
Pada minggu kelima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral
band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia,
penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva. Pada minggu kesembilan,
mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali di daerah pectoralis. Di sepanjang
milk lines terdapat rudimen multipel untuk perkembangan payudara dikemudian
hari. Rudimen multiple tersebut akan berkembang dikemudian hari jika terdapat
pengaruh hormonal baik pada masa pubertas ataupun kehamilan. Hasil kegagalan
regresi mammary ridges pada mamma aberrans memiliki berbagai tingkat
ekspresi klinis termasuk jaringan payudara dengan puting tanpa memiliki areola,
jaringan kelenjar dengan areola tapi tanpa puting, atau hanya dengan jaringan
payudara bukan merupakan areola atau nipple. Terjadinya jaringan payudara
menyimpang yang paling sering terjadi di kawasan aksila.
V. KLASIFIKASI MAMMA ABERRANS
Mamma aberrans memiliki beberapa bentuk dan telah diklasifikasikan oleh
Kajava sebagai berikut:
a. payudara lengkap dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar,
b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,
c. payudara tanpa puting tapi dengan jaringan areola dan kelenjar,
d. payudara tanpa puting atau areola,
e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan
(jaringan payudara digantikan oleh lemak),
f. polythelia (Adanya puting saja);
14
g. polythelia areolaris (keberadaan dari areola saja),
h. polythelia pilosa (kehadiran hanya sepetak rambut).
Tabel 1. Klasifikasi Mamma Aberrans menurut Kajava
VI. DIAGNOSIS MAMMA ABERRANS
Untuk mendiagnosis suatu benjolan / massa, baik itu yang terdapat di regio
aksilaris ataupun regio mammaria, ada beberapa hal yang harus kita pikirkan.
Apakah benjolan merupakan suatu anomali, tumor jinak, keganasan atau
merupakan suatu infeksi baik itu spesifik maupun non-spesifik. Hal tersebut dapat
kita bedakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan
penunjang jika dibutuhkan.
Untuk suatu benjolan atau massa apapun, diagnosis jaringan diperlukan.
Diagnosis dini karsinoma pada mamma aberrans memerlukan diagnosis jaringan
awal karena diagnosis klinis tidak dapat diandalkan. Jika ditemani oleh kompleks
puting-areolar, massa mungkin tidak salah didiagnosis sebagai lipoma, kelenjar
getah bening, kista sebasea, atau suppurativa hidradenitis.
Mamma aberrans berisiko untuk menjadi jinak ataupun ganas. Diagnosa
dilaporkan termasuk penyakit fibrokistik, mastitis, fibroadenoma, hiperplasia
15
atipikal, dan karsinoma. Penyakit keganasan yang paling sering dilaporkan adalah
infiltrating ductal carcinoma (79%), diikuti oleh meduler dan karsinoma lobular
(9,5%).
Satu studi tentang mamma aberrans didiagnosis dengan aspirasi jarum halus
hanya ditemukan 2 kasus kemungkinan kanker dari 69 kasus, dan sebuah studi
terpisah dari jaringan payudara aksilaris menyimpang dihapus untuk tujuan
kosmetik menemukan kanker tidak ada dalam 28 kasus.
VII. PENATALAKSANAAN MAMMA ABERRANS
Mamma aberrans untuk sebagian besar kasus hadir sebagai masalah
kosmetik dan mungkin pembedahan. Mereka juga dapat dibuang ketika
menyebabkan ketidaknyamanan karena terasa mengganjal, menseksresikan cairan
susu atau bahkan adanya kekuatiran bila terjadi karsinoma yang tidak mudah
diketahui. Dalam kasus mamma aberrans, ekstirpasi yang direkomendasikan.
Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya dengan
narkose agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara yang
dimaksud, bukan jaringan lemak subkutan.
VIII. KOMPLIKASI MAMMA ABERRANS
Seperti disebutkan, jaringan mamma aberrans dapat menjalani perubahan
patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma aberrans dengan
perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan fibroadenoma), dan karsinoma
telah dilaporkan. Ketika massa terletak di sepanjang “milk lines”, kemungkinan
adanya jaringan payudara harus dipertimbangkan. Massa tersebut, misalnya di
ketiak, mungkin pada pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening yang
membesar. Sejumlah kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan payudara
ektopik telah dilaporkan. Kasus tersebut dapat menyajikan sebuah tantangan
untuk kedua dokter dan ahli patologi dalam membuat diagnosis yang benar.
16
BAB VKESIMPULAN
1. Mamma aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma yang
lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi
kebanyakan di axilla.
2. Seperti jaringan payudara pada umumnya, mamma aberrans dapat bersifat
jinak maupun ganas, sehingga diperlukan pemeriksaan patologis jaringan untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadinya keganasan.
3. Perlu diberikan edukasi pada pasien tentang komplikasi yang mungkin terjadi
dan masih ada kemungkinan akan terjadi benjolan yang berulang, serta tanda-
tanda terjadinya keganasan di kemudian hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad
Dermatol, 49: 1154-1156, 2003.
2. Giron Gl, Friedman I, Feldman S: Lobular carcinoma in ectopic axillary
breast tissue. Am Surg, 70: 312-315, 2004.
3. Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic
breast tissue. Clin Rev, 58: 566-570, 2002.
4. Yerra L, Karunad AB, Votaw ML: Primary breast cancer in aberrant breast
tissue in the axilla. South Med J, 90: 661-662, 1997.
5. Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P.
Axillary breast tissue: clinical presentation and surgical breast treatment. Ann
Plast Surg 1995; 35: 356–360.
6. Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration
cytology diagnosis of axillary accessory breast tissue, including its
physiologic changes and pathologic lesions. Acta Cytol 1992; 38: 130–135.
18