laporan kasus ii - kejang demam.doc

16
BAB I LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : An. M Usia : 1 tahun 11 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Nama Orangtua : Tn. A Alamat : Jl. T MRS : 30 mei 2013 pkl. 09.30 ANAMNESA Keluhan utama : Kejang ± 6 jam SMRS. Keluhan tambahan : Kejang, demam, pilek, batuk, dan muntah Riwayat penyakit sekarang Kejang 1 x ± 6 jam SMRS, kejang seluruh tubuh, mata melotot, dengan waktu ± 4 menit. Setelah kejang langsung menangis. Demam (+) sejak 1 hari SMRS. Muntah 3 x SMRS, muntah nasi dan air. Batuk (+) kering dan pilek sejak 1 minggu yang lalu. BAB dan BAK lancar. Riwayat penyakit dahulu: Memiliki riwayat kejang demam pada usia 11 bulan selama ± 5 menit. 1

Upload: rahma-larasati-syaheeda

Post on 29-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

anamnesa dan pemeriksaan fisik kejang demam

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. M

Usia : 1 tahun 11 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Orangtua : Tn. A

Alamat : Jl. T

MRS : 30 mei 2013 pkl. 09.30

ANAMNESA

Keluhan utama : Kejang ± 6 jam SMRS.

Keluhan tambahan : Kejang, demam, pilek, batuk, dan muntah

Riwayat penyakit sekarang

Kejang 1 x ± 6 jam SMRS, kejang seluruh tubuh, mata melotot, dengan waktu ± 4 menit.

Setelah kejang langsung menangis. Demam (+) sejak 1 hari SMRS. Muntah 3 x SMRS,

muntah nasi dan air. Batuk (+) kering dan pilek sejak 1 minggu yang lalu. BAB dan BAK

lancar.

Riwayat penyakit dahulu:

• Memiliki riwayat kejang demam pada usia 11 bulan selama ± 5 menit.

• Memiliki riwayat kejang tanpa demam pada usia 1 tahun 1 bulan dengan waktu ± 2 menit.

Riwayat penyakit keluarga

• Disangkal

Riwayat Pengobatan

Pengobatan dengan luminal sehari 2 x -> bulan ke 7

1

Page 2: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Riwayat kehamilan ibu

• ANC rutin ke bidan

• Tidak pernah sakit selama hamil

Riwayat kelahiran

Lahir dengan persalinan spontan normal dibantu bidan, lahir tunggal, langsung menangis,

cukup bulan, tidak ada cacat kongenital, BBL 2800 gram PBL 51 cm

Riwayat makanan

• Minum ASI 0 bulan sampai sekarang

• Makanan tambahan nasi + sayur

Kesan : Makanan sesuai usia

Riwayat pertumbuhan

- BB : 11 kg

- TB : 86 cm

- LK ; 48 cm

- Status Gizi :

BB/U : 11/12,4 x 100% = 77%

(Gizi Baik)

TB/U : 86/97 x 100% = 88%

(Tinggi Normal)

BB/TB :11/12,2 x 100% = 90%

(Gizi Baik)

Kesimpulan : Status Gizi Baik

Riwayat perkembangan

• Tengkurap umur 5 bulan

• Duduk umur 8 bulan

• Berdiri umur 12 bulan

• Berjalan umur 17 bulan

• Berbicara umur 19 bulan

• Kesan: tidak ada gangguan tumbuh kembang

2

Page 3: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Riwayat Imunisasi

BCG

Hepatitis B

DPT

Polio

Campak

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Alergi

Disangkal

Riwayat Psikososial

Ayah Merokok (+)

PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang

• Kesadaran : Compos mentis

• Tanda Vital

- Suhu : 36.7 C

- Nadi : 88 x/mnt

- Pernapasan: 24 x/mnt

Status Generalis

Kepala : Normocephal , Rambut tidak mudah dicabut, distribusi merata

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks

pupil (+), d 3 mm, isokor kanan-kiri. Eksoftalmos dan enoftalmos (-), edema palpebra (-),

pergerakan mata kesegala arah baik

KGB : Tidak ada pembesaran KGB (-/-), nyeri tekan (-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+/+), darah (-/-), nyeri tekan (-), hidung bagian luar

tidak ada kelainan, pernapasan cuping hidung (-).

Telinga : Normotia, nyeri tekan (-/-), serumen (+/+), darah (-/-), pendengaran baik

3

Page 4: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-), gigi geligi lengkap, gusi berdarah (-), faring

hiperemis (-), T1/T1

Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-)

Dada : Normochest simetris

Paru

Inspeksi : simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas,

retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)

Palpasi : simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang

tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor pada semua lapang paru, batas sonor-pekak setinggi ICS 6 linea

midclavicularis dextra

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), lendir (-/-), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar, setinggi dada

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel (+), distensi (-), turgor kulit cepat kembali

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen (+)

Genitalia : phimosis (-)

Anus dan rektum : tidak ada keluhan4

Page 5: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Extremitas

Atas : akral hangat, peteki (-/-), udem (-/-), pucat (-),RCT < 2 detik

Bawah : akral hangat, peteki (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik, nadi kuat angkat

Status Neurologis

- TRM : Negatif (-)

- Refleks fisiologis : Positif (+)

- Refleks Patologis : Negatif (-)

- Tonus otot : Normal

- Motorik : gerakan volunter (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tgl 30 mei 2013

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

a. Hematologi

Hb 10 g/dl 10,8 – 12,8

Ht 32 % 35 - 43

Trombosit 613 ribu/µL 217 - 491

Leukosit 21,72 ribu/µL 6,00 – 17,00

b. Elektrolit

Na 130 mEq/L 135 – 147

K 3,8 mEq/L 3,5 – 5,0

Cl 94 mEq/L 94 – 111

RESUME

5

Page 6: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Pasien datang dengan kejang 1 x ± 6 jam SMRS, kejang seluruh tubuh, mata melotot, dengan

waktu ± 4 menit. Setelah kejang langsung menangis. Demam (+) sejak 1 hari SMRS. Muntah

3 x SMRS, muntah nasi dan air. Batuk (+) kering dan pilek sejak 1 minggu yang lalu. BAB

dan BAK lancar. Riwayat kejang demam pada usia 11 bulan selama ± 5 menit, dan riwayat

kejang tanpa demam pada usia 1 tahun 1 bulan dengan waktu ± 2 menit.

Assesment

• Kejang demam

• Epilepsi

• Leukositosis

• Anemia

• Hiponatremia

Working Diagnosis

• Kejang demam sederhana e.c ISPA

• Epilepsi dalam pengobatan

• Anemia

Tatalaksana

• IVFD RL 15 tpm

10 x 100 ml/cc = 1000 ml

1 x 50 ml/cc = 500 ml

1500 cc/24 jam -> 1500 x 15/24 x 60 = 15 tpm

• Cefotaxime 2 x 500 mg

• Trazep 10 mg

• Puyer batuk dan pilek 3 x 1 (CTM ¼ tab, Salbutamol 0,5 mg, Ambroxol ¼ tab, INE 20

mg, Citirizin ¼ tab)

• Luminal 2 x 25 mg

• Puyer Panas 3 x 1 (Pct 150 mg + diazepam 1 mg)

Follow Up

6

Page 7: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

TGL / JAM S O A P

31-05-2013 Kejang 1 x ±

5 menit,

kejang

seluruh

badan

dengan mata

naik ke atas.

Demam (+),

pilek (+),

BAB & BAK

lancar

T : 37,5° C

HR : 108x/mnt

RR : 36x/mnt

Kejang demam

pada epilepsi

- Terapi

dilanjutkan

01-05-2013 Pilek (+),

batuk

berdahak (+),

muntah (+) 1

x, kejang (-)

T : 36,8° C

HR : 100x/mnt

RR : 35x/mnt

Kejang demam

telah teratasi.

- Pulang

- PCT 150

mg drop 1

mg 3 dd 1

- P.batuk

pilek 3 dd 1

- Cefotaxime

2 x 500 mg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA7

Page 8: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

1.1 DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di atas

38,4oC per rektal), tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut

(proses ekstrakranial), terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, tanpa riwayat kejang

tanpa demam sebelumnya.

1.3 EPIDEMIOLOGI

Insiden kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah usia 5 tahun. Anak laki-laki lebih

sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1.1,2. Saing B (1999),

menemukan 62,2%, kemungkinan kejang demam berulang pada 90 anak yang

mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada 100 anak yang

mengalami kejang setelah usia 12 tahun.

Kejang demam kompleks dan khususnya kejang demam fokal merupakan prediksi

untuk terjadinya epilepsi. Sebagian besar peneliti melaporkan angka kejadian epilepsi

kemudian hari sekitar 2 – 5 %.

1.4 PATOGENESIS

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan

permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah

dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan

ion Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka

terdapat potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada

permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:

a.       Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.

b.      Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.

c.       Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.

8

Page 9: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan menaikan metabolisme basal 10-15%

dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia  3 tahun,

sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya

15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na

melalui membran. Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar,

sehingga meluas ke membran sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC. Pada anak dengan ambang

kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC. Terulangnya kejang demam

lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam

penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.

 I.5 GAMBARAN KLINIS

Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan

suhu badan yang tinggi dan cepat, berkembang bila suhu tubuh mencapai 39oC,

disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan kejang

biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik,

tonik, klonik, fokal, atau akinetik. Berlangsung singkat beberapa detik sampai 10 menit,

diikuti periode mengantuk singkat pasca kejang. Kejang demam yang menetap lebih dari

15 menit menunjukkan adanya penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan

memerlukan pengamatan menyeluruh.

I.6 KLASIFIKASI

9

Page 10: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Unit Keja Koordinasi Neurologi IDAI membuat klasifikasi kejang demam pada anak

menjadi4:

a.       Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)

-          Singkat

-          Durasi kurang dari 15 menit

-          Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik.

-          Umumnya akan berhenti sendiri.

-          Tanpa gerakan fokal.

-          Tidak berulang dalam 24 jam

- Status neurologis (-)

b.      Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

-          Kejang lama.

-          Durasi lebih dari 15 menit.

-          Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsia.

-          Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

- Status neurologis (+)

I.6 DIAGNOSIS

Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama

kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab

demam di luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat kejang demam

dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus menyingkirkan

penyebab kejang lainnya, misalnya tetanus.

Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda

rangsang meningeal, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda

infeksi di luar SSP

10

Page 11: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang

demam, di antaranya:

a.       Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis,

biakan darah, urin atau feses.

b.      Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan

pada anak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di atas 18 bulan yang

dicurigai menderita meningitis.

c.       CT Scan atau MRI diindikasikan pada keadaan riwayat atau tanda klnis trauma,

kemungkinan lesi struktural otak (mikrocephal, spastik), dan adanya tanda

peningkatan tekanan intrakranial.

d.      EEG dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

I.7 PENATALAKSANAAN

Algoritma Penghentian Kejang Demam

Bila kejang berhenti dapat diberikan terapi profilaksis intermitten atau rumatan berupa2:

a.       Antipiretik. Berupa parasetamol 10-15mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.

b.      Antikejang berupa diazepam oral 0,3mg/kgBB tiap 8 jam saat demam atau diazepam

rektal 0,5mg/kgBB tiap 12 jam.

c.       Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang

demam kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalah Fenobarbital 3-

5mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40mg/kgBB/hari.

Pemberian obat rumatan, bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut :

- Kejang lama > 15 menit

- Kejang fokal

- Ditemukan kelaianan neurologis setelah kejang

11

Page 12: Laporan Kasus II - Kejang Demam.doc

Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :

- Kejang berulang 2 kali atau lebih dari 24 jam

- Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan

- Kejang demam > 4 kali pertahun

I.8 KOMPLIKASI

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit)

biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi artrial, suhu

tubuh makin meningkat, metabolisme otak meningkat.

I.9 PROGNOSIS

Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi

epilepsi di kemudian hari.

12