lp kejang demam.doc

27
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN ANAK KEJANG DEMAM Oleh: Retno Meia Deniyati, S. Kep. G1B210062 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: sri-kuspartianingsih

Post on 12-Dec-2014

532 views

Category:

Documents


179 download

DESCRIPTION

lp kjd

TRANSCRIPT

Page 1: LP Kejang Demam.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN ANAK

KEJANG DEMAM

Oleh:

Retno Meia Deniyati, S. Kep.

G1B210062

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2011

Page 2: LP Kejang Demam.doc

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering

dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas

kemudian disusul infeksi saluran pencernaan (Ngastiyah, 1997). Insiden

terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4

tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita

kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada

perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi

serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki (Sumijati, 2000).

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan

kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan

aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-

spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah mencegah atau

mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan

jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada

keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat laporan

pendahuluan dengan judul “Kejang Demam Pada Anak”.

Page 3: LP Kejang Demam.doc

KEJANG DEMAM

A. Definisi

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan

oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997). Kejang demam sering juga

disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak

usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan

hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus (Price &

Wilson, 1995).

B. Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan

cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya

tonsilitis ostitis media akut, bronchitis. Nilai ambang untuk kejang demam ini

berbeda untuk tiap anak dan insiden kejang demam pada suhu di bawah 39oC

sebesar 6,3 % sedangkan pada suhu diatas 39˚C sebesar 19% sehingga bisa

dikatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin besar kemungkinan untuk

kejang. Akan tetapi secara fisiologis belum diketahui dengan pasti pengaruh

suhu dan faktor yang berperan dalam kejang demam pada saat infeksi.

C. Tanda dan Gejala

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-

klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.

Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah

beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf. Di sub

bagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai

pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.

Page 4: LP Kejang Demam.doc

3. Kejang bersifat umum.

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu

normal tidak menunjukkan kelainan.

7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali.

D. Klasifikasi

Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas dua golongan

yaitu:

1. Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

b.Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6

tahun.

d.Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.

e. Kejang tidak bersifat fokal

f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

g.Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas

perkembangan

h.Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.

2. Kejang demam kompleks

Bila kejang tidak memenuhi kriteria di atas maka digolongkan sebagai

kejang demam kompleks.

E. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali

Page 5: LP Kejang Demam.doc

ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka

terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi

dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit / keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan

dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh

dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu

yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat

terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya

dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.

Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya

disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi

otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat

disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut

jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin

meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

Page 6: LP Kejang Demam.doc

F. Pathway

Etiologi

Kebutuhan O2 meningkat sampai 20%

Demam

Metabolisme basal meningkat

10-15%

Asidosis laktat

Perubahan difusi K+ & Na+

Denyut jantung

Kerusakan neuron otak

Singkat (<15 mnt)

hiperkapniaHipoksemia Kontraksi otot

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dgn bantuan neurotransiter

Perubahan beda potensial mambran sel neuron

Pelepasan muatan listrik neuron otak

> 15 mnt

Kejang

Metabolisme otak

hypertermia

Resiko Trauma

Thermoregulasi tdk efektif

Page 7: LP Kejang Demam.doc

G. Komplikasi

1. Kejang berulang

2. Retardasi mental

3. Palsi cerebralis

4. Epilepsi

5. Hemiparese

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Anamnesis: riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu dan obat yang dipakai

selama kehamilan,  problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi

persalinan).

2. Pemeriksaan fisik: bentuk kejang, iritabel, hipotoni, gangguan pola nafas,

perdarahan kulit, sianosis, ikterus, ubun-ubun besar cembung.

3. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa gas

darah, punksi lumbal, kultur darah, bilirubin, pemeriksaan urine.

4. Pemeriksaan radiologi: USG dan CT Scan kepala

5. Pemeriksaan EEG

hipoglikemi evaporesishipertensi takikardi

hipotensi

Gangg. saraf otonom

Resiko tinggi terhadap trauma

syok Jalan nafas tidak efektif

Perfusi jaringan tidak efektif

Page 8: LP Kejang Demam.doc

I. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan kejang dibagi menjadi 3 hal, yaitu:

1. Pengobatan Fase Akut

a. Memberantas kejang

Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg

10 mg untuk BB > 10 kg

atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

tunggu 5 menit, berikan oksigen.

Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit

* oksigenasi adekuat 1 lt/menit

*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL)

Masih kejang

Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15

mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.

Masih kejang: Kejang berhenti, rumatan:

Masuk ICU-aneatesi umum. Fenitoin 5 – 8 mg/Kg

Dormikum iv dosis Fenobalbital 4-5 mg/kgBB

Fenitoin drip dengan dosis 15 mg/kgBB/24 jam.

b. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya

c. Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi dengan kompres

seluruh tubuh dan bila telah menunjukkan dapat diberikan paracetamol

10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB.

d. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (>

10 menit) dengan intravena D5 1/4S, D5 1/2S, RL.

2. Mencari penyebab dan mengobati penyebab

Dengan penelusuran sebab kejang dan faktor risiko terjadinya kejang,

pengobatan terhadap penyebab kejang sesuai yang ditemukan.

Page 9: LP Kejang Demam.doc

3. Pengobatan pencegahan berulangnya kejang

Diberikan anti konvulsan rumatan yaitu fenitoin/difenilhidation 5-8

mg/kgBB/hari, dalam 2 kali pemberian (terbagi 2 dosis) atau fenobarbital

(bila tak ada fenitoin): 5-8 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.

J. Pengkajian

1. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali.

Adakah dispersi bentuk kepala.

Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-

ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar

menutup atau belum.

b. Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.

Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang

jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa

menyebabkan rasa sakit pada pasien.

c. Muka/wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah, sisi yang paresis

tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik

ke sisi sehat.

Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus.

Apakah ada gangguan nervus cranial.

d. Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil

dan ketajaman penglihatan.

Apakah keadaan sklera, konjungtiva.

e. Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya

infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,

keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.

Page 10: LP Kejang Demam.doc

f. Hidung

Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat

jalan napas.

Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.

g. Mulut

Adakah tanda-tanda sardonicus.

Adakah cynosis.

Bagaimana keadaan lidah.

Adakah stomatitis.

h. Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.

Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat.

i. Leher

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.

Adakah pembesaran vena jugulans

j. Thorax

Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak

pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi

Intercostale.

Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan.

k. Jantung

Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya.

Adakah bunyi tambahan.

Adakah bradicardi atau tachycardia.

l. Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen.

Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus.

Adakah tanda meteorismus.

Adakah pembesaran lien dan hepar.

m. Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya.

Apakah terdapat oedema, hemangioma.

Page 11: LP Kejang Demam.doc

Bagaimana keadaan turgor kulit.

n. Ekstremitas

Apakah terdapat oedema atau paralise terutama setelah terjadi

kejang.

Bagaimana suhunya pada daerah akral.

o. Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,

tanda-tanda infeksi.

K. Diagnosa

Diagnosa yang mungkin muncul pada kejang demam menurut Nanda (2005),

yaitu:

1. PK: Kejang berulang b.d hipertermi

2. Risiko trauma fisik b.d kurangnya koordinasi otot

3. Hipertermia b.d proses infeksi

4. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d keterbatasan informasi

Page 12: LP Kejang Demam.doc

DAFTAR PUSTAKA

Nanda. 2001. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Sumijati. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak. Surabaya: PERKANI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Wahidiyat. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Info Medika.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, NIC dan NOC. Jakarta: EGC.

Page 13: LP Kejang Demam.doc

L. Perencanaan (Wilkinson, 2007)

No. Diagnosa NOC NIC

1. PK: Kejang berulang b.d

hipertermi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam diharapkan klien tidak

mengalami kejang selama berhubungan

dengan hiperthermi.

Kriteria hasil :

1. Tidak terjadi serangan kejang

ulang.

2. Suhu 36,5 – 37,5 ºC

3. Nadi 110 – 120 x/menit

4. Respirasi 30 – 40 x/menit

5. Kesadaran composmentis

1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis

yang mudah menyerap keringat.

Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh

pakaian yang ketat dan tidak menyerap

keringat.

2. Berikan kompres dingin

Rasional : perpindahan panas secara konduksi

3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan

tubuh meningkat.

4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

Rasional : Pemantauan yang teratur

menentukan tindakan yang akan dilakukan.

5. Batasi aktivitas selama anak panas

Rasional : aktivitas dapat meningkatkan

metabolisme dan meningkatkan panas.

6. Berikan antipiretik dan pengobatan sesuai

Page 14: LP Kejang Demam.doc

advis.

Rasional : Menurunkan panas pada pusat

hipotalamus dan sebagai propilaksis

2. Risiko trauma fisik b.d

kurangnya koordinasi otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam diharapkan tidak terjadi trauma

fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil :

1. Tidak terjadi trauma fisik selama

perawatan.

2. Mempertahankan tindakan yang

mengontrol aktivitas kejang.

3. Mengidentifikasi tindakan yang

harus diberikan ketika terjadi

kejang.

1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan

penggunaan tempat tidur yang rendah.

Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..

Rasional : meningkatkan keamanan klien.

3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan

bawah.

Rasional : menurunkan resiko trauma pada

mulut.

4. Letakkan klien di tempat yang lembut.

Rasional : membantu menurunkan resiko injuri

fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot

volunter berkurang.

5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi

kejang.

Rasional : membantu menurunkan lokasi area

Page 15: LP Kejang Demam.doc

cerebral yang terganggu.

6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

Rasional : mendeteksi secara dini keadaan

yang abnormal

3. Hipertermia b.d proses

infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam diharapkan tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal.

2. Nadi dan RR dalam rentang normal.

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan

tidak ada pusing.

Fever treatment

1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.

Rasional: Mengetahui penyebab terjadinya

hiperthermi karena penambahan

pakaian/selimut dapat menghambat penurunan

suhu tubuh.

2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali.

Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur

dapat menentukan perkembangan keperawatan

yang selanjutnya.

3. Pertahankan suhu tubuh normal

Rasional: Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh

tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban

tinggiakan mempengaruhi panas atau

dinginnya tubuh.

Page 16: LP Kejang Demam.doc

4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres

dingin pada kepala / ketiak.

Rasional: Proses konduksi/perpindahan panas

dengan suatu bahan perantara.

5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan

terbuat dari kain katun.

Rasional: Proses hilangnya panas akan

terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat

menyerap keringat.

6. Atur sirkulasi udara ruangan.

Rasional: Penyediaan udara bersih.

7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien

banyak minum

Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena

penguapan tubuh meningkat.

8. Batasi aktivitas fisik

Rasional: Aktivitas meningkatkan

metabolismedan meningkatkan panas.

Page 17: LP Kejang Demam.doc

4. Kurangnya pengetahuan

keluarga b.d keterbatasan

informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam diharapkan pengetahuan

keluarga bertambah tentang penyakit

bayi nya.

Kriteria hasil :

1. Keluarga tidak sering bertanya

tentang penyakit anaknya.

2. Keluarga mampu diikutsertakan

dalam proses keperawatan.

3. Keluarga mentaati setiap proses

keperawatan.

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang dimiliki keluarga dan

kebenaran informasi yang didapat.

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan

akibat kejang demam

Rasional : penjelasan tentang kondisi yang

dialami dapat membantu menambah wawasan

keluarga

3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan

dilakukan.

Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan

setiap tindakan perawatan

4. Berikan Health Education tentang cara

menolong anak kejang dan mencegah kejang

demam, antara lain :

a. Jangan panik saat kejang

b. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

c. Kepala dimiringkan.

Page 18: LP Kejang Demam.doc

d. Pasang gagang sendok yang telah

dibungkus kain yang basah, lalu

dimasukkan ke mulut.

e. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar

segera minumkan obat tunggu sampai

keadaan tenang.

f. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan

kompres dingin dan beri banyak minum

g. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang

lama.

Rasional : sebagai upaya alih informasi dan

mendidik keluarga agar mandiri dalam

mengatasi masalah kesehatan.

5. Berikan Health Education agar selalu sedia

obat penurun panas, bila anak panas.

Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih

tinggi dan serangan kejang ulang.

6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena

penyakit infeksi dengan menghindari orang

Page 19: LP Kejang Demam.doc

atau teman yang menderita penyakit menular

sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.

Rasional : sebagai upaya preventif serangan

ulang

7. Beritahukan keluarga jika anak akan

mendapatkan imunisasi agar memberitahukan

kepada petugas imunisasi bahwa anaknya

pernah menderita kejang demam.

Rasional : imunisasi pertusis memberikan

reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang

demam.