laporan kasus diare

59
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTIFIKASI Nama : Shelin Djuwita Sundari Umur : 1 tahun 11 bulan Jenis kelamin : Perempuan Nama Ayah : Yayat Nama Ibu : Hendrawati Berat badan : 9.1 kg Tinggi badan : 79 cm Agama : Islam Alamat : Gunung Beraksa Dikirim oleh : Puskesmas Lubuk Batang MRS : 15 September 2014 1.2 ANAMNESIS Alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 15 September 2014 Keluhan utama : Lemas dan muntah Keluhan tambahan : BAB cair 1.2.1 Riwayat perjalanan penyakit 1

Upload: weteka

Post on 26-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus Diare

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Diare

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTIFIKASI

Nama : Shelin Djuwita Sundari

Umur : 1 tahun 11 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Yayat

Nama Ibu : Hendrawati

Berat badan : 9.1 kg

Tinggi badan : 79 cm

Agama : Islam

Alamat : Gunung Beraksa

Dikirim oleh : Puskesmas Lubuk Batang

MRS : 15 September 2014

1.2 ANAMNESIS

Alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 15 September 2014

Keluhan utama : Lemas dan muntah

Keluhan tambahan : BAB cair

1.2.1 Riwayat perjalanan penyakit

Sejak 4 hari SMRS, pasien mengalami BAB cair + 3-4x/hari, banyaknya ¼

gelas belimbing setiap BAB cair, air lebih banyak daripada ampas, warna kuning,

lendir (-) darah (-). Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-). Anak dibawa berobat

ke bidan di puskesmas dan diberi obat tablet berwarna abu-abu, syrup berwarna pink

dan putih, BAB berkurang. Anak tidak mau makan dan hanya minum ASI.

1

Page 2: Laporan Kasus Diare

3 hari SMRS, anak mengalami BAB cair 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing tiap kali BAB, air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning, darah (-)

lendir (-). Muntah (+) tidak menyemprot, frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang diminum, berwarna putih. Os diberi

obat anti muntah, muntah tidak berkurang. Anak masih tidak mau makan dan hanya

minum ASI.

2 hari SMRS, frekuensi BAB cair 1-2x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing,

banyaknya air setara dengan ampas, darah (-), lendir (-). Muntah (+), tidak

menyemprot, frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing tiap muntah, isi

muntah apa yang diminum berwarna putih. Anak masih tidak mau makan dan hanya

minum ASI.

1 hari SMRS, frekuensi BAB cair anak berkurang 1x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing setiap BAB cair, ampas lebih banyak dari pada air, darah(-), lendir(-).

Anak masih muntah (+), menyemprot (-), frekuensi 2-3 x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang diminum. Pasien kemudian dibawa

berobat ke RSUD Ibnu Soetowo Baturaja. Saat MRS anak terlihat lemas dan menetek

dengan lahap.

Riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan sekitar rumah pasien (+).

1.2.2 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan gejala yang serupa disangkal

1.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi

Os merupakan anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan bapak Yayat

dan Hendrawati. Pekerjaan orang tua os adalah pedagang dengan pendapat per bulan

keluarga kurang lebih Rp. 1.500.000.

2

Page 3: Laporan Kasus Diare

Kesan : status ekonomi menengah ke bawah.

1.2.5 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : Kurang bulan (7 bln)

Partus : Spontan

Ditolong oleh : Bidan

Tempat : Rumah bidan

Tanggal : 21 Oktober 2012

BBL : 2500 gr

PBL : Lupa

Keadaan lahir : Lahir langsung menangis

1.2.6 Riwayat Makanan

ASI : 0 bln – sekarang (on demand, + 8 kali/hari)

Susu formula : -

Bubur Nasi : 1 th – 1,5 th

Nasi Biasa : 1,5 th – sekarang ( makan 3x/hari, banyak nasi satu centong

nasi sekali makan, makan disuapi oleh ibu. Lauk bervariasi, daging satu kali

perminggu @ 1 potong kecil, ikan 3-4 kali perminggu @ 1 potong sedang, tahu

tempe setiap hari @ satu iris kecil, sayuran setiap hari ada bervariasi dari bayam,

kangkung, sup, dsb. Buah setiap 1-2 kali perminggu, jenis bervariasi).

Air putih : 6 bulan – sekarang (on demand)

Kesan : Kuantitas dan kualitas makanan kurang.

Riwayat Perkembangan Fisik

Berbalik : 3 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Merangkak : -

Duduk : 6 bulan

3

Page 4: Laporan Kasus Diare

Berdiri : 10 bulan

Berjalan : 11 bulan

Berbicara : 18 bulan

Kesan : Perkembangan fisik sesuai usia

Riwayat Imunisasi

BCG : (+) ada scar

DPT : (+) DPT1,2,3

Polio : (+) Polio 1,2,3,4

Hepatitis B : (+) HB 0,1,2,3

Campak : (+)

Kesan : imunisasi dasar lengkap

Riwayat Keluarga

Lama Perkawinan : 18 tahun

Usia : Ibu 38 tahun, Ayah 40 th

Pendidikasn : Ibu SD (tamat), Ayah SD (tamat)

Saudara : Os merupakan anak ke empat dari empat bersaudara

Riwayat Hieginitas Rumah dan Keluarga

Penderita tinggal dalam rumah dengan luas 9x10m yang dihuni oleh 5 orang

anggota keluarga. Terdapat 3 buah kamar tidur dan 1 buah kamar mandi. Penderita

masak dan mandi menggunakan air dari sumur bor. Jarak sumur bor dan septic tank

sekitar 300 m. Penderita dan keluarganya minum dari air galon. Jarak rumah dengan

tempat pembuangan sampah sekitar 100 m, dan bau sampah tercium dari rumah.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : sakit sedang

4

Page 5: Laporan Kasus Diare

Kesadaran : compos mentis

Berat badan : 9,1 kg

Panjang badan : 79 cm

Keadaan gizi menurut kurva WHO :

BB/U = 0 SD – (-2) SD normal

PB/U = 0 SD – (-2) SD normal

BB/TB = 0 SD – (-1) SD normal

Kesan = Gizi baik

Suhu : 36,6 0C

Nadi : 135 x/menit, isi dan tegangan: cukup, reguler

Pernafasan : 44 x/menit, tipe abdominotorakal, reguler

Keadaan Spesifik

Kepala : UUB menutup, rambut warna hitam, lebat, tidak mudah

dicabut, distribusi rambut normal, lesi kulit kepala (-),

lingkar kepala 46 cm.

Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat,

isokor,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, mata cekung

(+), air mata (-).

Hidung : nafas cuping hidung (-), deformitas (-), deviasi septum (-),

mukosa hiperemis (-), sekret (-).

Mulut

Bibir : bibir pucat (-), sianosis (-), kelainan bentuk (-), ulkus (-),

rhagaden (-)

Mukosa pipi : oral thrush (-)

Lidah : lidah bentuk normal, warna merah ,atrofi papil (-), tremor (-).

Faring&tonsil : arcus faring simetris, uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil

besarnya T0-T0, kripta (-), detritus (-)

5

Page 6: Laporan Kasus Diare

Leher : pembesaran KGB (-),

Thoraks : Bentuk normal, simetris, retraksi (-)

Paru-paru

Inspeksi : statis belum dapat dinilai; dinamis simetris kanan = kiri

Palpasi : stemfremitus normal kanan=kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-)

Auskultrasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Jantung

Inspeksi : ictus kordis terlihat pada ICS IV thoraks sinistra

Palpasi : ictus cordis teraba : ICS IV thoraks sinistra, thrill tidak teraba

Perkusi : - batas atas jantung: belum dapat dinilai

- batas bawah jantung: belum dapat dinilai

- batas kanan jantung: belum dapat dinilai

- batas kiri jantung: belum dapat dinilai

Auskultasi : HR 135x/menit, irama reguler, pulsus defisit (-), bunyi

jantung I dan II normal, murmur dan gallop tidak ada

Abdomen

Inspeksi : datar, simetris

Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit

kembali cepat (<2 detik), nyeri tekan (-).

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) meningkat : 15x/menit

Ekstremitas

Akral hangat, pucat (-), CRT <2 detik

Lipat paha dan genitalia

6

Page 7: Laporan Kasus Diare

Pembesaran KGB tidak ada, genitalia tidak ada kelainan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Darah rutin, elektrolit

- Feses rutin

V. RESUME

Sejak 4 hari SMRS, pasien mengalami BAB cair + 3-4x/hari, banyaknya ¼

gelas belimbing setiap BAB cair, air lebih banyak daripada ampas, warna kuning,

lendir (-) darah (-). Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-). Anak dibawa berobat

ke bidan di puskesmas dan diberi obat tablet berwarna abu-abu, syrup berwarna pink

dan putih, BAB berkurang.

3 hari SMRS, anak mengalami BAB cair 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing tiap kali BAB, air lebih banyak dari ampas. Muntah (+) tidak menyemprot,

frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang

diminum, berwarna putih. Os diberi obat anti muntah, muntah tidak berkurang.

1 hari SMRS, frekuensi BAB cair anak berkurang 1x/hari, banyaknya ¼ gelas

belimbing setiap BAB cair, ampas lebih banyak dari pada air. Anak masih muntah (+)

2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing setiap muntah. Anak tidak mau makan dan

hanya minum ASI sejak 4 hari SMRS. Pasien kemudian dibawa berobat ke RSUD

Ibnu Soetowo Baturaja. Saat MRS anak terlihat lemas dan menetek dengan lahap dan

menangis ketika berhenti disusui.

Os belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Tidak ada keluhan

penyakit serupa pada keluarga. Terdapat riwayat anak-anak di sekitar rumah yang

menderita penyakit yang sama di lingkungan rumah os

Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, anak gelisah, nadi 135

x/menit dengan isi dan tegangan cukup, reguler, pernafasan 44 x/menit, tipe

abdominotorakal, reguler, suhu 36.6º C. Pada keadaan spesifik ditemukan mata

cekung (+), air mata (-), turgor kulit <2 detik.

7

Page 8: Laporan Kasus Diare

VI. DIAGNOSIS BANDING

Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c virus

Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c bakteri

VII. DIAGNOSIS KERJA

Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c virus

VII. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 75cc/kgBB dalam 4 jam → gtt XLVI/menit

- Selanjutnya maintenance → gtt IX/menit

- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama 10 hari

- Oralit 100-200ml setiap kali BAB cair dan 50-100ml setiap kali muntah

- Teruskan ASI

o Pemberian ASI lebih sering dan lebih lama

- Edukasi Ibu:

o Cara membuat oralit untuk digunakan di rumah

o Oralit diberikan sedikit-sedikit tapi sering. Jika anak muntah, tunggu

10 menit kemudian lanjutkan pemberian dengan lebih lambat

o Beritahu ibu kapan harus kembali jika terdapat tanda-tanda bahaya:

anak susah minum/tidak mau lagi minum; menyusu, anak

memuntahkan segalanya, anak kejang, anak letargis/tidak sadar

o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

o Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

o Menutup makanan

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

8

Page 9: Laporan Kasus Diare

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9

Page 10: Laporan Kasus Diare

FOLLOW UP

Tanggal 16 September 2014 pukul 07.00

S: BAB cair berkurang, demam (-), muntah (-)

O :

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

96 x/menit, reguler, i/t cukup

36 x/menit

36, 5ºC

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR = 96x/m,

pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,

cubitan perut kembali cepat (<2 detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"

A: Diare akut tanpa dehidrasi

P: - Oralit 100-200 ml/BAB, 50-

100ml/muntah

- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama

10 hari

10

Page 11: Laporan Kasus Diare

- Teruskan ASI

o Pemberian ASI lebih sering dan

lebih lama

- Edukasi Ibu

Tanggal 17 Agustus 2014 pukul 07.00

S: Mencret (-)

O:

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

94 x/menit, reguler, i/t cukup

42 x/menit

36, 7ºC

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR= 94x/m,

pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,

cubitan perut kembali cepat (<2 detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"

A: Diare akut tanpa dehidrasi

P: - Oralit 100-200ml/BAB, 50-100

ml/muntah

11

Page 12: Laporan Kasus Diare

- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama

10 hari

- Teruskan ASI

o Pemberian ASI lebih sering dan

lebih lama

- Edukasi Ibu

Tanggal 18 Agustus 2014 pukul 07.00

S: Mencret (-)

O:

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

96 x/menit, reguler, i/t cukup

40 x/menit

36, 8ºC

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR= 96x/m,

pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,

cubitan perut kembali cepat (<2 detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"

A: Diare akut tanpa dehidrasi

12

Page 13: Laporan Kasus Diare

P: - Oralit 100-200 ml/BAB, 50-100

ml/muntah

- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama

10 hari

- Teruskan ASI

o Pemberian ASI lebih sering dan

lebih lama

- Edukasi Ibu

13

Page 14: Laporan Kasus Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Diare

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan encer. Di

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK

UNSRI)/Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH), diare diartikan sebagai defekasi

dengan feses cair atau lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali

atau lebih sehari, berlangsung belum lebih dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan.

2.2. Epidemiologi

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih

tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan

dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR

penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,

tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk.

Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di

Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi

mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).

14

Page 15: Laporan Kasus Diare

2.3. Etiologi

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,

etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,

Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus

3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,

Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan

motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).

2.4. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak

langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku

15

Page 16: Laporan Kasus Diare

2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diarekarena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

16

Page 17: Laporan Kasus Diare

2.5. Klasifikasi

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah

(failure to thrive) selama masa diare tersebut.(Suraatmaja, 2007).

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a. Diare sekresi (secretory diarrhea)

b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

(Suraatmaja, 2007)

3. Berdasarkan derajat dehidrasi :

a. diare dibagi menjadi tanpa dehidrasi

b. diare dengan dehidrasi ringan sedang

c. diare dengan dehidrasi berat.

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi

dehidrasi ringan, sedang, atau berat, yaitu:

1. Dehidrasi Ringan

17

Page 18: Laporan Kasus Diare

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Anak tampak sadar, kelopak mata

tidak cekung, air mata masih terlihat pada saat anak menangis, bibir dan lidah basah,

anak minum secara normal bila diberikan air atau oralit (meskipun kadangkala anak

menolak cairan oralit karena tidak menyukai rasanya), dan turgor kulit kembali

dengan cepat (<1 detik). Anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.

2. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

a. Gelisah, cengeng

b. Anak sangat kehausan

c. Ubun-ubun besar dan kelopak mata cekung

d. Sedikit air mata saat menangis

e. Bibir dan lidah kering

f. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera

kembali ke posisi semula (1-2 detik).

3. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

a. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

b. Tidak bisa minum, tidak mau makan

c. Ubun-ubun besar dan kelopak mata sangat cekung

d. Tidak ada air mata sangat menangis

e. Bibir dan lidah sangat kering

f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

g. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang

dari 6 popok/hari.

h. Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

18

Page 19: Laporan Kasus Diare

Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan gambaran klinis, dapat dilihat pada

tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Derajat Dehidrasi berdasarkan Manifestasi Klinis

Gejala dan Tanda

Klinis

Derajat Dehidrasi

Tanpa

Dehidrasi

Dehidrasi Ringan

Sedang

Dehidrasi Berat

Keadaan umum

Kesadaran Baik Gelisah Apatis

Rasa Haus + +++ -

Frekuensi Nadi < 120 Cepat > 140

Frekuensi Napas Biasa Cepat dan dalam

Keadaan spesifik

UUB Normal Cekung Cekung sekali

Kelopak Mata Normal Cekung Cekung sekali

Turgor < 1 detik 1-2 detik > 2 detik

Selaput Lendir Normal Agak kering Kering

Diuresis Normal Oliguri Anuri

Sumber: Diare pada Anak, 2008

2.6. Patofisiologi

19

Page 20: Laporan Kasus Diare

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:

1. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan

elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu

secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare

tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum

(Simadibrata, 2006).

2. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen

dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik

(antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam

20

Page 21: Laporan Kasus Diare

absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi

glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006)

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi

micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata,

2006).

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal

(Simadibrata, 2006).

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas

usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.

Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid

(Simadibrata, 2006).

6. Gangguan permeabilitas usus

21

Page 22: Laporan Kasus Diare

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal

disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus

halus (Simadibrata, 2006).

7. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,

tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,

elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih

menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan

dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie,

2010).

8. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari

sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif

(merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin

yang disekresikan oleh bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).

2.7. Manifestasi Klinis Diare

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul

diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Gejala muntah

dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung

22

Page 23: Laporan Kasus Diare

yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan

elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka

gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata

dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta

kulit tampak kering.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan

elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga

meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling

berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps

kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi

yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,

dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut

derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

2.8. Penatalaksanaan Diare

Prinsip penatalaksanaan diare, yaitu:

a. Mencegah terjanya dehidrasi

Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang

dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup.Macam cairan yang dapat

digunakan akan tergantung pada :

1. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

2. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

23

Page 24: Laporan Kasus Diare

3. Jangkauan pelayanan Kesehatan

4. Tersedianya oralit

5. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan ,

berikan air matang.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa

ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat

dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus

segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan

terapioral

c. Memberi makanan

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.

Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang

minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makananyang mudah dicerna sedikit sedikit

tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihanberat badan anak.

d. Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka

diberikan pengobatan sesuai indikasi,dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.

Terapi rehidrasi dengan cairan parenteral pada dehidrasi berat

memerlukan tahapan-tahapan, yaitu:

24

Page 25: Laporan Kasus Diare

1) Terapi awal ditujukan untuk memperbaiki dinamik sirkulasi dan fungsi

ginjal dengan cara reekspansi cepat volume CES,

2) Terapi lanjutan ditujukan untuk mengganti defisit air dan elektrolit

dengan kecepatan pemberian yang lebih rendah dibandingkan terapi awal,

3) perlu memperhatikan kekurangan glukosa saat rehidrasi, karena diare

menyebabkan kekurangan kalori dan hipoglikemi.3,4

Tabel 2. Perbedaaan Jenis, Jumlah, dan Kecepatan Pemberian Cairan

FK UNSRI WHO/Depkes

Tanda-tanda

syok

RL 20 ml/kgBB

secepatnya

Terapi Awal RL 30 ml/kgBB/jam RL 30 ml/kgBB

< 1 tahun: 1 jam

≥ 1 tahun: ½ jam

Terapi

Lanjutan

RL 30 ml/kgBB/jam,

monitor setiap jam,

hentikan jika rehidrasi

tercapai

RL 70 ml/kgBB

< 1 tahun: 5 jam

≥ 1 tahun: 2 ½

jam

Jumlah Total RL 120 ml/kgBB/4 jam

RL resusitasi syok

RL 100 ml/kgBB

Sumber: Diare pada Anak, 2008

25

Page 26: Laporan Kasus Diare

Pada diare akut tanpa penyulit (penyakit jantung, BP, bronkiolitis, meningitis,

ensefalitis, penyakit ginjal, hipernatremia), rehidrasi ditujukan untuk mengganti PWL

(previous water loss). Pemberian rehidrasi cepat (3-6 jam) ditujukan untuk: 1)

memperbaiki dinamik sirkulasi, 2) mengganti defisit yang terjadi, sementara

penggantian CWL (on going water loss) dan IWL (insensible water loss) dilakukan

per oral. Berbeda dengan diare akut murni, pada diare akut dengan penyulit, tujuan

pemberian cairan adalah: 1) mengganti kehilangan yang terjadi/PWL, 2) mencukupi

kehilangan abnormal cairan/CWL, 3) mengganti cairan melalui keringan dan

pernapasan/IWL.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jumlah terapi cairan selama 24 jam

adalah:

1. Dehidrasi ringan sedang

200 ml/kgBB/24 jam: 1) PWL 75 ml/kgBB +, 2) CWL 10-20 ml/kgBB/BAB, 5-

10 ml/kgBB/muntah dengan rerata 100 ml/kgBB +, 3) IWL 25 ml/kgBB/hari

atau 1) kebutuhan rumatan 100 ml/kgBB/hari +, 2) PWL dehidrasi ringan sedang

50-100 ml/kgBB + 3) CWL tergantung BAB dan muntah

2. Dehidrasi berat

250 ml/kgBB/24 jam: 1) PWL 125 ml/kgBB +, 2) CWL 10-20 ml/kgBB/BAB, 5-

10 ml/kgBB/muntah dengan rerata 100 ml/kgBB +, 3) IWL 25 ml/kgBB/hari

atau atau 1) kebutuhan rumatan 100 ml/kgBB/hari +, 2) PWL dehidrasi ringan

sedang 125 ml/kgBB + 3) CWL tergantung BAB dan muntah

3. Pada dehidrasi berat disertai penyulit, diberikan cairan sebanyak 250

ml/kgBB/24 jam dimana ¼ bagiannya (60 ml/kgBB/hari) diberikan dalam 4 jam

pertama sedangkan sisanya (190 ml/kgBB/hari) diberikan dalam 20 jam

selanjutnya.

26

Page 27: Laporan Kasus Diare

Pada diare, diet memegang peranan penting. Pemberian diet secara dini dapat

mempercepat penyembuhan diare dan mencegah penurunan BB lebih lanjut. Pada

dehidrasi berat, makanan diberikan setelah keadaan umum anak membaik. ASI

diteruskan seperti biasa. Tetap meneruskan makan dan minum seperti biasa, dengan

penambahan porsi karena pada diare kebutuhan akan diet meningkat 50% adalah

prinsip terapi diet pada terapi diare. Makanan yang dikonsumsi banyak mengandung

kalium dan tidak merangsang. Pada bayi yang mendapat susu formula, jika ada tanda-

tanda intoleransi glukosa (klinis maupun lab), dehidrasi berat, diare telah berlangsung

3-5 hari, ganti susu formula dengan susu rendah laktosa atau bebas laktosa.

Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare. Pada diare akut, menurut

WHO dan Depkes, antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri. Jenis

antibiotika untuk membasmi kolera drug of choice nya adalah tetrasiklin atau

kotrimoksazol. Untuk disentri drug of choice nya adalah kotrimoksazol. Untuk

amobiasis dan giardiasis, drug of choice nya adalah metronidazol.

Zinc merupakan mikronutrien yang esensial bagi tubuh. Zinc berperan dalam

proses pertumbuhan dan diferensiasi sel, menjaga stabilitas dinding sel, serta ikut

dalam proses ekspresi gen dan pengaturan ion intraseluler. Zinc berperan penting

dalam sistem imun. Pada sistem imunitas non spesifik, jika terjadi defisiensi zinc

akan menyebabkan kerusakan sel epidermal, mukosa GIT dan saluran napas.

Defisiensi zinc juga akan mengganggu fungsi leukosit PMN, sel NK, dan aktivitas

kompelemen. Pada sistem imunitas spesifik, defisiensi zinc menurunkan prekursor

limfosit di sumsum tulang, sehingga jumlah limfosit dalam darah akan menurun,

yang menyebabkan respon antibodi menurun. Sekarang sudah ada bentuk zinc

elemental, yaitu Zinkid dan Diazinc, dengan setiap tablet mengandung 20 mg.

Dosisnya adalah untuk bayi berumur < 6 bulan, diberikan 10 mg, sedangkan untuk

27

Page 28: Laporan Kasus Diare

bayi > 6 bulan, diberikan 20 mg, diberikan selama 10 hari.5,6

28

Page 29: Laporan Kasus Diare

29

Page 30: Laporan Kasus Diare

30

Page 31: Laporan Kasus Diare

31

Page 32: Laporan Kasus Diare

2.9. Pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ASIASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi

dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai

daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui

mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan

resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula

merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula

biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan

terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa

yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI

dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain

yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping

32

Page 33: Laporan Kasus Diare

ASI yang lebih baik yaitu :

a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi

masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu

anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali

sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang

dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila

mungkin.

b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-

bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,

kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam

makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi

anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa

makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum

diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)

3. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-

oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau

benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,

makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes

RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat

yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

33

Page 34: Laporan Kasus Diare

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat

lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta

lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air

hujan dari sumber.

c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan

gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI,

2006)

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban

mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan

keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b) Bersihkan jamban secara teratur.

34

Page 35: Laporan Kasus Diare

c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang

air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan

tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari

buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)

6. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini

tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak

dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-

hal yang harus diperhatikan:

a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau

kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih

dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya

atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran

atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006)

7. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak

segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.

Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang

menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari

penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus

mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah

penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan

35

Page 36: Laporan Kasus Diare

tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio

(Depkes RI, 2006).

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada

balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan

menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,

perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana

sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan

(health seeking behavior)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku

kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-

domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini

domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert

behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu

stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara

tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati

oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

36

Page 37: Laporan Kasus Diare

2.10. Komplikasi Diare

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi

seperti:

1. Dehidrasi

2. Renjatan (shock) hipovolemik

3. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia,hipernatremia)

4. Hipoglikemi

5. Intoleransi laktosa sekunder

6. Kejang

7. Malnutrisi energi protein

37

Page 38: Laporan Kasus Diare

BAB III

ANALISA KASUS

Dari alloanamnesa didapatkan penderita telah mengalami BAB cair sejak + 4

hari SMRS frekuensi 3-4 kali/hari, air lebih banyak dari ampas. Keadaan ini sesuai

dengan batasan diare menurut WHO yaitu BAB lunak/cair dengan frekuensi ≥3x/hari

dengan atau tanpa darah atau lendir. Durasi diare berlangsung 4 hari, diklasifikasikan

sebagai diare akut, yaitu diare yang berlangsung <14 hari, dan frekuensi <4

episode/bulan. BAB cair tanpa disertai darah dan lendir berarti pasien tidak menderita

disentri. Pasien tampak kehausan dan masih mau minum menujukan bahwa pasien

mengalami dehidrasi ringan-sedang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda dehidrasi ringan-sedang, yaitu

anak terlihat rewel dan gelisah, mata cekung, menangis tanpa air mata. Menurut ibu

pasien, anak ingin minum ASI terus-menerus, lebih sering dari biasanya. Anak juga

terlihat menangis ketika ibu berhenti menyusui. Dehidrasi dapat terjadi akibat

kehilangan cairan (output) lebih banyak daripada cairan yang masuk (input). Diare

akibat intoleransi protein susu sapi dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat

minum susu botol.

Penatalaksanaan pada kasus ini seharusnya menggunakan ORS dengan

pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien mengalami muntah sehingga ditakutkan

rehidrasi tidak tercapai dengan pemberian ORS sehingga penggantian cairan

diberikan secara parenteral. Cairan parenteral yang diberikan adalah RL 75cc/kgBB

dalam 4 jam (gtt XLVI/menit). Oralit diberikan untuk menggantikan kehilangan

38

Page 39: Laporan Kasus Diare

cairan yang keluar lewat BAB cair dan muntah dengan dosis 100-200 ml setiap kali

BAB cair dan 50-100 ml setiap kali muntah.

ASI dan pemberian makanan lain diteruskan, ASI diberikan lebih sering dan

lebih lama. Antibiotika tidak perlu diberikan karena diare paling banyak disebabkan

oleh virus, dan pemberian antibiotika tidak akan mempengaruhi durasi dan derajat

dehidrasi pada diare. Zinc 20 mg/hari diberikan selama 10 hari guna memperbaiki

fungsi mukosa usus dan mencegah kejadian diare berulang selama 2-3 bulan ke

depan. Edukasi pada orang tua juga dilakukan saat pasien dirawat inap dan saat

pasien diperbolehkan pulang. Edukasi meliputi pemberian cairan tambahan, tablet

zinc, dan kapan harus kembali berobat.

Untuk membedakan diare akut karena bakteri virus, diperlukan anamnesis

serta pemeriksaan fisik dan lanjutan yang cermat. Adapun perbedaan antara

keduanya, yaitu:

Virus Bakteri Pada Penderita

Mual muntah sering jarang Sering

Demam + ++ -

Bau tinja - Busuk -

Konsistensi tinja Cair Agak lembek Cair

Frekuensi 5-10x >10x 3-4x

Warna Kuning Kehijauan Kuning

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada penderita ini menderita diare

akut ec virus dehidrasi ringan-sedang

39

Page 40: Laporan Kasus Diare

Perbedaan antara daire akibat bakteri dan virus :

40

Page 41: Laporan Kasus Diare

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Salwan, H. 2013. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. 2013. Diare Akut.

Palembang.

Juffrie, M dkk. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1 Cetakan Ketiga.

UKK- Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buku Bagan Manajemen Terpadu

Balita Sakit. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare.

Jakarta.

41

Page 42: Laporan Kasus Diare