laporan kasus diare
DESCRIPTION
Laporan Kasus DiareTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Shelin Djuwita Sundari
Umur : 1 tahun 11 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Yayat
Nama Ibu : Hendrawati
Berat badan : 9.1 kg
Tinggi badan : 79 cm
Agama : Islam
Alamat : Gunung Beraksa
Dikirim oleh : Puskesmas Lubuk Batang
MRS : 15 September 2014
1.2 ANAMNESIS
Alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 15 September 2014
Keluhan utama : Lemas dan muntah
Keluhan tambahan : BAB cair
1.2.1 Riwayat perjalanan penyakit
Sejak 4 hari SMRS, pasien mengalami BAB cair + 3-4x/hari, banyaknya ¼
gelas belimbing setiap BAB cair, air lebih banyak daripada ampas, warna kuning,
lendir (-) darah (-). Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-). Anak dibawa berobat
ke bidan di puskesmas dan diberi obat tablet berwarna abu-abu, syrup berwarna pink
dan putih, BAB berkurang. Anak tidak mau makan dan hanya minum ASI.
1
3 hari SMRS, anak mengalami BAB cair 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing tiap kali BAB, air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning, darah (-)
lendir (-). Muntah (+) tidak menyemprot, frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang diminum, berwarna putih. Os diberi
obat anti muntah, muntah tidak berkurang. Anak masih tidak mau makan dan hanya
minum ASI.
2 hari SMRS, frekuensi BAB cair 1-2x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing,
banyaknya air setara dengan ampas, darah (-), lendir (-). Muntah (+), tidak
menyemprot, frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing tiap muntah, isi
muntah apa yang diminum berwarna putih. Anak masih tidak mau makan dan hanya
minum ASI.
1 hari SMRS, frekuensi BAB cair anak berkurang 1x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing setiap BAB cair, ampas lebih banyak dari pada air, darah(-), lendir(-).
Anak masih muntah (+), menyemprot (-), frekuensi 2-3 x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang diminum. Pasien kemudian dibawa
berobat ke RSUD Ibnu Soetowo Baturaja. Saat MRS anak terlihat lemas dan menetek
dengan lahap.
Riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan sekitar rumah pasien (+).
1.2.2 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan gejala yang serupa disangkal
1.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi
Os merupakan anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan bapak Yayat
dan Hendrawati. Pekerjaan orang tua os adalah pedagang dengan pendapat per bulan
keluarga kurang lebih Rp. 1.500.000.
2
Kesan : status ekonomi menengah ke bawah.
1.2.5 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Kurang bulan (7 bln)
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Tempat : Rumah bidan
Tanggal : 21 Oktober 2012
BBL : 2500 gr
PBL : Lupa
Keadaan lahir : Lahir langsung menangis
1.2.6 Riwayat Makanan
ASI : 0 bln – sekarang (on demand, + 8 kali/hari)
Susu formula : -
Bubur Nasi : 1 th – 1,5 th
Nasi Biasa : 1,5 th – sekarang ( makan 3x/hari, banyak nasi satu centong
nasi sekali makan, makan disuapi oleh ibu. Lauk bervariasi, daging satu kali
perminggu @ 1 potong kecil, ikan 3-4 kali perminggu @ 1 potong sedang, tahu
tempe setiap hari @ satu iris kecil, sayuran setiap hari ada bervariasi dari bayam,
kangkung, sup, dsb. Buah setiap 1-2 kali perminggu, jenis bervariasi).
Air putih : 6 bulan – sekarang (on demand)
Kesan : Kuantitas dan kualitas makanan kurang.
Riwayat Perkembangan Fisik
Berbalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : -
Duduk : 6 bulan
3
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 11 bulan
Berbicara : 18 bulan
Kesan : Perkembangan fisik sesuai usia
Riwayat Imunisasi
BCG : (+) ada scar
DPT : (+) DPT1,2,3
Polio : (+) Polio 1,2,3,4
Hepatitis B : (+) HB 0,1,2,3
Campak : (+)
Kesan : imunisasi dasar lengkap
Riwayat Keluarga
Lama Perkawinan : 18 tahun
Usia : Ibu 38 tahun, Ayah 40 th
Pendidikasn : Ibu SD (tamat), Ayah SD (tamat)
Saudara : Os merupakan anak ke empat dari empat bersaudara
Riwayat Hieginitas Rumah dan Keluarga
Penderita tinggal dalam rumah dengan luas 9x10m yang dihuni oleh 5 orang
anggota keluarga. Terdapat 3 buah kamar tidur dan 1 buah kamar mandi. Penderita
masak dan mandi menggunakan air dari sumur bor. Jarak sumur bor dan septic tank
sekitar 300 m. Penderita dan keluarganya minum dari air galon. Jarak rumah dengan
tempat pembuangan sampah sekitar 100 m, dan bau sampah tercium dari rumah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sakit sedang
4
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 9,1 kg
Panjang badan : 79 cm
Keadaan gizi menurut kurva WHO :
BB/U = 0 SD – (-2) SD normal
PB/U = 0 SD – (-2) SD normal
BB/TB = 0 SD – (-1) SD normal
Kesan = Gizi baik
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 135 x/menit, isi dan tegangan: cukup, reguler
Pernafasan : 44 x/menit, tipe abdominotorakal, reguler
Keadaan Spesifik
Kepala : UUB menutup, rambut warna hitam, lebat, tidak mudah
dicabut, distribusi rambut normal, lesi kulit kepala (-),
lingkar kepala 46 cm.
Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat,
isokor,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, mata cekung
(+), air mata (-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), deformitas (-), deviasi septum (-),
mukosa hiperemis (-), sekret (-).
Mulut
Bibir : bibir pucat (-), sianosis (-), kelainan bentuk (-), ulkus (-),
rhagaden (-)
Mukosa pipi : oral thrush (-)
Lidah : lidah bentuk normal, warna merah ,atrofi papil (-), tremor (-).
Faring&tonsil : arcus faring simetris, uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil
besarnya T0-T0, kripta (-), detritus (-)
5
Leher : pembesaran KGB (-),
Thoraks : Bentuk normal, simetris, retraksi (-)
Paru-paru
Inspeksi : statis belum dapat dinilai; dinamis simetris kanan = kiri
Palpasi : stemfremitus normal kanan=kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-)
Auskultrasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Jantung
Inspeksi : ictus kordis terlihat pada ICS IV thoraks sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba : ICS IV thoraks sinistra, thrill tidak teraba
Perkusi : - batas atas jantung: belum dapat dinilai
- batas bawah jantung: belum dapat dinilai
- batas kanan jantung: belum dapat dinilai
- batas kiri jantung: belum dapat dinilai
Auskultasi : HR 135x/menit, irama reguler, pulsus defisit (-), bunyi
jantung I dan II normal, murmur dan gallop tidak ada
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit
kembali cepat (<2 detik), nyeri tekan (-).
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat : 15x/menit
Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-), CRT <2 detik
Lipat paha dan genitalia
6
Pembesaran KGB tidak ada, genitalia tidak ada kelainan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin, elektrolit
- Feses rutin
V. RESUME
Sejak 4 hari SMRS, pasien mengalami BAB cair + 3-4x/hari, banyaknya ¼
gelas belimbing setiap BAB cair, air lebih banyak daripada ampas, warna kuning,
lendir (-) darah (-). Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-). Anak dibawa berobat
ke bidan di puskesmas dan diberi obat tablet berwarna abu-abu, syrup berwarna pink
dan putih, BAB berkurang.
3 hari SMRS, anak mengalami BAB cair 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing tiap kali BAB, air lebih banyak dari ampas. Muntah (+) tidak menyemprot,
frekuensi 2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing setiap muntah, isi muntah apa yang
diminum, berwarna putih. Os diberi obat anti muntah, muntah tidak berkurang.
1 hari SMRS, frekuensi BAB cair anak berkurang 1x/hari, banyaknya ¼ gelas
belimbing setiap BAB cair, ampas lebih banyak dari pada air. Anak masih muntah (+)
2-3x/hari, banyaknya ¼ gelas belimbing setiap muntah. Anak tidak mau makan dan
hanya minum ASI sejak 4 hari SMRS. Pasien kemudian dibawa berobat ke RSUD
Ibnu Soetowo Baturaja. Saat MRS anak terlihat lemas dan menetek dengan lahap dan
menangis ketika berhenti disusui.
Os belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Tidak ada keluhan
penyakit serupa pada keluarga. Terdapat riwayat anak-anak di sekitar rumah yang
menderita penyakit yang sama di lingkungan rumah os
Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, anak gelisah, nadi 135
x/menit dengan isi dan tegangan cukup, reguler, pernafasan 44 x/menit, tipe
abdominotorakal, reguler, suhu 36.6º C. Pada keadaan spesifik ditemukan mata
cekung (+), air mata (-), turgor kulit <2 detik.
7
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c virus
Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c bakteri
VII. DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c virus
VII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 75cc/kgBB dalam 4 jam → gtt XLVI/menit
- Selanjutnya maintenance → gtt IX/menit
- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama 10 hari
- Oralit 100-200ml setiap kali BAB cair dan 50-100ml setiap kali muntah
- Teruskan ASI
o Pemberian ASI lebih sering dan lebih lama
- Edukasi Ibu:
o Cara membuat oralit untuk digunakan di rumah
o Oralit diberikan sedikit-sedikit tapi sering. Jika anak muntah, tunggu
10 menit kemudian lanjutkan pemberian dengan lebih lambat
o Beritahu ibu kapan harus kembali jika terdapat tanda-tanda bahaya:
anak susah minum/tidak mau lagi minum; menyusu, anak
memuntahkan segalanya, anak kejang, anak letargis/tidak sadar
o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
o Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
o Menutup makanan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
8
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
FOLLOW UP
Tanggal 16 September 2014 pukul 07.00
S: BAB cair berkurang, demam (-), muntah (-)
O :
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
96 x/menit, reguler, i/t cukup
36 x/menit
36, 5ºC
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR = 96x/m,
pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,
cubitan perut kembali cepat (<2 detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"
A: Diare akut tanpa dehidrasi
P: - Oralit 100-200 ml/BAB, 50-
100ml/muntah
- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama
10 hari
10
- Teruskan ASI
o Pemberian ASI lebih sering dan
lebih lama
- Edukasi Ibu
Tanggal 17 Agustus 2014 pukul 07.00
S: Mencret (-)
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
94 x/menit, reguler, i/t cukup
42 x/menit
36, 7ºC
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR= 94x/m,
pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,
cubitan perut kembali cepat (<2 detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"
A: Diare akut tanpa dehidrasi
P: - Oralit 100-200ml/BAB, 50-100
ml/muntah
11
- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama
10 hari
- Teruskan ASI
o Pemberian ASI lebih sering dan
lebih lama
- Edukasi Ibu
Tanggal 18 Agustus 2014 pukul 07.00
S: Mencret (-)
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
96 x/menit, reguler, i/t cukup
40 x/menit
36, 8ºC
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR= 96x/m,
pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) N,
cubitan perut kembali cepat (<2 detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT <2"
A: Diare akut tanpa dehidrasi
12
P: - Oralit 100-200 ml/BAB, 50-100
ml/muntah
- Zink 1 x 20 mg (1 tablet)/hari selama
10 hari
- Teruskan ASI
o Pemberian ASI lebih sering dan
lebih lama
- Edukasi Ibu
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Diare
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan encer. Di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK
UNSRI)/Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH), diare diartikan sebagai defekasi
dengan feses cair atau lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih sehari, berlangsung belum lebih dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan.
2.2. Epidemiologi
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk.
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi
mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).
14
2.3. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).
2.4. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
15
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diarekarena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).
16
2.5. Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.(Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
(Suraatmaja, 2007)
3. Berdasarkan derajat dehidrasi :
a. diare dibagi menjadi tanpa dehidrasi
b. diare dengan dehidrasi ringan sedang
c. diare dengan dehidrasi berat.
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat, yaitu:
1. Dehidrasi Ringan
17
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Anak tampak sadar, kelopak mata
tidak cekung, air mata masih terlihat pada saat anak menangis, bibir dan lidah basah,
anak minum secara normal bila diberikan air atau oralit (meskipun kadangkala anak
menolak cairan oralit karena tidak menyukai rasanya), dan turgor kulit kembali
dengan cepat (<1 detik). Anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.
2. Dehidrasi Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:
a. Gelisah, cengeng
b. Anak sangat kehausan
c. Ubun-ubun besar dan kelopak mata cekung
d. Sedikit air mata saat menangis
e. Bibir dan lidah kering
f. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera
kembali ke posisi semula (1-2 detik).
3. Dehidrasi berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:
a. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
b. Tidak bisa minum, tidak mau makan
c. Ubun-ubun besar dan kelopak mata sangat cekung
d. Tidak ada air mata sangat menangis
e. Bibir dan lidah sangat kering
f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
g. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang
dari 6 popok/hari.
h. Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
18
Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan gambaran klinis, dapat dilihat pada
tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Derajat Dehidrasi berdasarkan Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda
Klinis
Derajat Dehidrasi
Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi Ringan
Sedang
Dehidrasi Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik Gelisah Apatis
Rasa Haus + +++ -
Frekuensi Nadi < 120 Cepat > 140
Frekuensi Napas Biasa Cepat dan dalam
Keadaan spesifik
UUB Normal Cekung Cekung sekali
Kelopak Mata Normal Cekung Cekung sekali
Turgor < 1 detik 1-2 detik > 2 detik
Selaput Lendir Normal Agak kering Kering
Diuresis Normal Oliguri Anuri
Sumber: Diare pada Anak, 2008
2.6. Patofisiologi
19
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu
secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare
tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum
(Simadibrata, 2006).
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
(antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam
20
absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006)
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata,
2006).
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
(Simadibrata, 2006).
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid
(Simadibrata, 2006).
6. Gangguan permeabilitas usus
21
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus (Simadibrata, 2006).
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,
elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan
dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie,
2010).
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif
(merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin
yang disekresikan oleh bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).
2.7. Manifestasi Klinis Diare
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung
22
yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan
elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi
yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
2.8. Penatalaksanaan Diare
Prinsip penatalaksanaan diare, yaitu:
a. Mencegah terjanya dehidrasi
Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup.Macam cairan yang dapat
digunakan akan tergantung pada :
1. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
2. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
23
3. Jangkauan pelayanan Kesehatan
4. Tersedianya oralit
5. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan ,
berikan air matang.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan
terapioral
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.
Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang
minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makananyang mudah dicerna sedikit sedikit
tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihanberat badan anak.
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi,dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.
Terapi rehidrasi dengan cairan parenteral pada dehidrasi berat
memerlukan tahapan-tahapan, yaitu:
24
1) Terapi awal ditujukan untuk memperbaiki dinamik sirkulasi dan fungsi
ginjal dengan cara reekspansi cepat volume CES,
2) Terapi lanjutan ditujukan untuk mengganti defisit air dan elektrolit
dengan kecepatan pemberian yang lebih rendah dibandingkan terapi awal,
3) perlu memperhatikan kekurangan glukosa saat rehidrasi, karena diare
menyebabkan kekurangan kalori dan hipoglikemi.3,4
Tabel 2. Perbedaaan Jenis, Jumlah, dan Kecepatan Pemberian Cairan
FK UNSRI WHO/Depkes
Tanda-tanda
syok
RL 20 ml/kgBB
secepatnya
Terapi Awal RL 30 ml/kgBB/jam RL 30 ml/kgBB
< 1 tahun: 1 jam
≥ 1 tahun: ½ jam
Terapi
Lanjutan
RL 30 ml/kgBB/jam,
monitor setiap jam,
hentikan jika rehidrasi
tercapai
RL 70 ml/kgBB
< 1 tahun: 5 jam
≥ 1 tahun: 2 ½
jam
Jumlah Total RL 120 ml/kgBB/4 jam
RL resusitasi syok
RL 100 ml/kgBB
Sumber: Diare pada Anak, 2008
25
Pada diare akut tanpa penyulit (penyakit jantung, BP, bronkiolitis, meningitis,
ensefalitis, penyakit ginjal, hipernatremia), rehidrasi ditujukan untuk mengganti PWL
(previous water loss). Pemberian rehidrasi cepat (3-6 jam) ditujukan untuk: 1)
memperbaiki dinamik sirkulasi, 2) mengganti defisit yang terjadi, sementara
penggantian CWL (on going water loss) dan IWL (insensible water loss) dilakukan
per oral. Berbeda dengan diare akut murni, pada diare akut dengan penyulit, tujuan
pemberian cairan adalah: 1) mengganti kehilangan yang terjadi/PWL, 2) mencukupi
kehilangan abnormal cairan/CWL, 3) mengganti cairan melalui keringan dan
pernapasan/IWL.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jumlah terapi cairan selama 24 jam
adalah:
1. Dehidrasi ringan sedang
200 ml/kgBB/24 jam: 1) PWL 75 ml/kgBB +, 2) CWL 10-20 ml/kgBB/BAB, 5-
10 ml/kgBB/muntah dengan rerata 100 ml/kgBB +, 3) IWL 25 ml/kgBB/hari
atau 1) kebutuhan rumatan 100 ml/kgBB/hari +, 2) PWL dehidrasi ringan sedang
50-100 ml/kgBB + 3) CWL tergantung BAB dan muntah
2. Dehidrasi berat
250 ml/kgBB/24 jam: 1) PWL 125 ml/kgBB +, 2) CWL 10-20 ml/kgBB/BAB, 5-
10 ml/kgBB/muntah dengan rerata 100 ml/kgBB +, 3) IWL 25 ml/kgBB/hari
atau atau 1) kebutuhan rumatan 100 ml/kgBB/hari +, 2) PWL dehidrasi ringan
sedang 125 ml/kgBB + 3) CWL tergantung BAB dan muntah
3. Pada dehidrasi berat disertai penyulit, diberikan cairan sebanyak 250
ml/kgBB/24 jam dimana ¼ bagiannya (60 ml/kgBB/hari) diberikan dalam 4 jam
pertama sedangkan sisanya (190 ml/kgBB/hari) diberikan dalam 20 jam
selanjutnya.
26
Pada diare, diet memegang peranan penting. Pemberian diet secara dini dapat
mempercepat penyembuhan diare dan mencegah penurunan BB lebih lanjut. Pada
dehidrasi berat, makanan diberikan setelah keadaan umum anak membaik. ASI
diteruskan seperti biasa. Tetap meneruskan makan dan minum seperti biasa, dengan
penambahan porsi karena pada diare kebutuhan akan diet meningkat 50% adalah
prinsip terapi diet pada terapi diare. Makanan yang dikonsumsi banyak mengandung
kalium dan tidak merangsang. Pada bayi yang mendapat susu formula, jika ada tanda-
tanda intoleransi glukosa (klinis maupun lab), dehidrasi berat, diare telah berlangsung
3-5 hari, ganti susu formula dengan susu rendah laktosa atau bebas laktosa.
Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare. Pada diare akut, menurut
WHO dan Depkes, antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri. Jenis
antibiotika untuk membasmi kolera drug of choice nya adalah tetrasiklin atau
kotrimoksazol. Untuk disentri drug of choice nya adalah kotrimoksazol. Untuk
amobiasis dan giardiasis, drug of choice nya adalah metronidazol.
Zinc merupakan mikronutrien yang esensial bagi tubuh. Zinc berperan dalam
proses pertumbuhan dan diferensiasi sel, menjaga stabilitas dinding sel, serta ikut
dalam proses ekspresi gen dan pengaturan ion intraseluler. Zinc berperan penting
dalam sistem imun. Pada sistem imunitas non spesifik, jika terjadi defisiensi zinc
akan menyebabkan kerusakan sel epidermal, mukosa GIT dan saluran napas.
Defisiensi zinc juga akan mengganggu fungsi leukosit PMN, sel NK, dan aktivitas
kompelemen. Pada sistem imunitas spesifik, defisiensi zinc menurunkan prekursor
limfosit di sumsum tulang, sehingga jumlah limfosit dalam darah akan menurun,
yang menyebabkan respon antibodi menurun. Sekarang sudah ada bentuk zinc
elemental, yaitu Zinkid dan Diazinc, dengan setiap tablet mengandung 20 mg.
Dosisnya adalah untuk bayi berumur < 6 bulan, diberikan 10 mg, sedangkan untuk
27
bayi > 6 bulan, diberikan 20 mg, diberikan selama 10 hari.5,6
28
29
30
31
2.9. Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASIASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan
resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula
biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa
yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI
dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain
yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping
32
ASI yang lebih baik yaitu :
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu
anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali
sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang
dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila
mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-
bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes
RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).
33
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta
lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air
hujan dari sumber.
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI,
2006)
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan
keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
34
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang
air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan
tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari
buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-
hal yang harus diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih
dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya
atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran
atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006)
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak
segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan
35
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio
(Depkes RI, 2006).
Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada
balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan
menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan
(health seeking behavior)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku
kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-
domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini
domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert
behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu
stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara
tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati
oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).
36
2.10. Komplikasi Diare
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi
seperti:
1. Dehidrasi
2. Renjatan (shock) hipovolemik
3. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia,hipernatremia)
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein
37
BAB III
ANALISA KASUS
Dari alloanamnesa didapatkan penderita telah mengalami BAB cair sejak + 4
hari SMRS frekuensi 3-4 kali/hari, air lebih banyak dari ampas. Keadaan ini sesuai
dengan batasan diare menurut WHO yaitu BAB lunak/cair dengan frekuensi ≥3x/hari
dengan atau tanpa darah atau lendir. Durasi diare berlangsung 4 hari, diklasifikasikan
sebagai diare akut, yaitu diare yang berlangsung <14 hari, dan frekuensi <4
episode/bulan. BAB cair tanpa disertai darah dan lendir berarti pasien tidak menderita
disentri. Pasien tampak kehausan dan masih mau minum menujukan bahwa pasien
mengalami dehidrasi ringan-sedang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda dehidrasi ringan-sedang, yaitu
anak terlihat rewel dan gelisah, mata cekung, menangis tanpa air mata. Menurut ibu
pasien, anak ingin minum ASI terus-menerus, lebih sering dari biasanya. Anak juga
terlihat menangis ketika ibu berhenti menyusui. Dehidrasi dapat terjadi akibat
kehilangan cairan (output) lebih banyak daripada cairan yang masuk (input). Diare
akibat intoleransi protein susu sapi dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat
minum susu botol.
Penatalaksanaan pada kasus ini seharusnya menggunakan ORS dengan
pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien mengalami muntah sehingga ditakutkan
rehidrasi tidak tercapai dengan pemberian ORS sehingga penggantian cairan
diberikan secara parenteral. Cairan parenteral yang diberikan adalah RL 75cc/kgBB
dalam 4 jam (gtt XLVI/menit). Oralit diberikan untuk menggantikan kehilangan
38
cairan yang keluar lewat BAB cair dan muntah dengan dosis 100-200 ml setiap kali
BAB cair dan 50-100 ml setiap kali muntah.
ASI dan pemberian makanan lain diteruskan, ASI diberikan lebih sering dan
lebih lama. Antibiotika tidak perlu diberikan karena diare paling banyak disebabkan
oleh virus, dan pemberian antibiotika tidak akan mempengaruhi durasi dan derajat
dehidrasi pada diare. Zinc 20 mg/hari diberikan selama 10 hari guna memperbaiki
fungsi mukosa usus dan mencegah kejadian diare berulang selama 2-3 bulan ke
depan. Edukasi pada orang tua juga dilakukan saat pasien dirawat inap dan saat
pasien diperbolehkan pulang. Edukasi meliputi pemberian cairan tambahan, tablet
zinc, dan kapan harus kembali berobat.
Untuk membedakan diare akut karena bakteri virus, diperlukan anamnesis
serta pemeriksaan fisik dan lanjutan yang cermat. Adapun perbedaan antara
keduanya, yaitu:
Virus Bakteri Pada Penderita
Mual muntah sering jarang Sering
Demam + ++ -
Bau tinja - Busuk -
Konsistensi tinja Cair Agak lembek Cair
Frekuensi 5-10x >10x 3-4x
Warna Kuning Kehijauan Kuning
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada penderita ini menderita diare
akut ec virus dehidrasi ringan-sedang
39
Perbedaan antara daire akibat bakteri dan virus :
40
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Salwan, H. 2013. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. 2013. Diare Akut.
Palembang.
Juffrie, M dkk. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1 Cetakan Ketiga.
UKK- Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buku Bagan Manajemen Terpadu
Balita Sakit. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare.
Jakarta.
41