laporan kasus demodikosis di rsud dr. moewardi … · obat minum dan oles, dan dinyatakan pasien...

6
28 ABSTRAK Demodikosis adalah suatu kepekaan terhadap kelebihan populasi Demodex sp. yang tidak dapat dikontrol oleh sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan inflamasi. Keadaan ini mungkin sering terjadi namun sering luput dari pengamatan. Dibutuhkan tingkat kewaspadaan tinggi para klinisi, apabila menjumpai kasus jerawat dan tinea yang tidak kunjung sembuh dengan berbagai modalitas terapi. Dilaporkan empat orang pasien terdiri atas tiga laki-laki dengan keluhan penyakit jamur dan seorang perempuan dengan keluhan jerawat yang sulit sembuh walau sudah diterapi secara teratur. Gambaran klinis pada pasien penyakit jamur berupa makula atau bercak eritematosa multipel diskret sebagian konfluens dengan skuama tipis di atasnya, sedangkan pada jerawat didapatkan papul dan pustul eritematosa multipel diskret. Hasil pemeriksaan mikroskopik KOH dari kerokan lesi kulit dan pustul tampak Demodex. Pasien diberikan terapi permetrin 5% topikal dan cetirizin 10 mg sekali sehari yang memberikan hasil penyembuhan cepat dan memuaskan.(MDVI 2015; 42/1:28 - 33) Kata Kunci: demodikosis, penyakit jamur, jerawat, permetrin ABSTRACT Demodicosis is a sensitivity to the overpopulation of Demodex sp. that can not be controlled by the human immune system and causing inflammation. This situation may occur, but mostly missed from regular inspection. Increased level of awareness of clinicians are needed, when encountering cases of acne or tinea that do not heal with various therapeutic modalities . Four patients consisted of three men with chief complaint of fungal diseases that difficult to heal, and a woman with acne that difficult to be treat were reported. The clinical features of the fungal infections were multiple discrete erythematous macules and patch, partially confluent with thin scales, while on acne, patient there were multiple erythematous papules and pustules. KOH microscopic examination from lesional skin scrapings and pustules, showed Demodex. Patients were treated with topical 5% permethrin and 10 mg cetirizine tablet once a day yielded fast improvement and satisfactory results.(MDVI 2015; 42/1:28 - 33) Keyword: demodicosis, fungal diseases, acne, permethrin Laporan Kasus DEMODIKOSIS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Moerbono Mochtar, Synthia Sari Toha, Alamanda Murasmita Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sebelas Maret/RSUD dr. Moewardi - Surakarta Korespondensi : Jl. Kol. Sutarto 132, Surakarta Telp (0271) 661095 Email: [email protected]

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 28

    ABSTRAK

    Demodikosis adalah suatu kepekaan terhadap kelebihan populasi Demodex sp. yang tidakdapat dikontrol oleh sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan inflamasi. Keadaan inimungkin sering terjadi namun sering luput dari pengamatan. Dibutuhkan tingkat kewaspadaantinggi para klinisi, apabila menjumpai kasus jerawat dan tinea yang tidak kunjung sembuhdengan berbagai modalitas terapi. Dilaporkan empat orang pasien terdiri atas tiga laki-lakidengan keluhan penyakit jamur dan seorang perempuan dengan keluhan jerawat yang sulitsembuh walau sudah diterapi secara teratur. Gambaran klinis pada pasien penyakit jamur berupamakula atau bercak eritematosa multipel diskret sebagian konfluens dengan skuama tipis diatasnya, sedangkan pada jerawat didapatkan papul dan pustul eritematosa multipel diskret.Hasil pemeriksaan mikroskopik KOH dari kerokan lesi kulit dan pustul tampak Demodex. Pasiendiberikan terapi permetrin 5% topikal dan cetirizin 10 mg sekali sehari yang memberikan hasilpenyembuhan cepat dan memuaskan.(MDVI 2015; 42/1:28 - 33)

    Kata Kunci: demodikosis, penyakit jamur, jerawat, permetrin

    ABSTRACT

    Demodicosis is a sensitivity to the overpopulation of Demodex sp. that can not be controlledby the human immune system and causing inflammation. This situation may occur, but mostlymissed from regular inspection. Increased level of awareness of clinicians are needed, whenencountering cases of acne or tinea that do not heal with various therapeutic modalities .

    Four patients consisted of three men with chief complaint of fungal diseases that difficult toheal, and a woman with acne that difficult to be treat were reported. The clinical features of thefungal infections were multiple discrete erythematous macules and patch, partially confluent withthin scales, while on acne, patient there were multiple erythematous papules and pustules. KOHmicroscopic examination from lesional skin scrapings and pustules, showed Demodex. Patientswere treated with topical 5% permethrin and 10 mg cetirizine tablet once a day yielded fastimprovement and satisfactory results.(MDVI 2015; 42/1:28 - 33)

    Keyword: demodicosis, fungal diseases, acne, permethrin

    Laporan Kasus

    DEMODIKOSIS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

    Moerbono Mochtar, Synthia Sari Toha, Alamanda Murasmita

    Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFK Universitas Sebelas Maret/RSUD dr. Moewardi - Surakarta

    Korespondensi :Jl. Kol. Sutarto 132, SurakartaTelp (0271) 661095Email: [email protected]

  • 29

    M Mochtar, dkk Demodikosis di RSUD dr. Moewardi Surakarta

    PENDAHULUAN

    Demodex, genus tungau parasitik kecil yang hidup diatau dekat folikel rambut mamalia adalah salah satu artropodaterkecil.1 Spesies Demodex merupakan tungau berukuranmikroskopis, berbentuk memanjang, bersifat obligat, yangtergolong, family Demodicidae, super famili Cheyletoidea,sub kelas Acari dari kelas Arachnida .2 Demodexfolliculorum dan Demodex bravis adalah dua tungauDemodex, parasit permanen yang ditemukan pada manusia3Demodex folliculorum terdapat dalam folikel rambut di ataslapisan kelenjar sebasea, sementara Dermodex bravis (Db)terdapat di lapisan sebasea yang lebih dalam dan kelenjarmeibom. Kedua sampel spesies Demodex dapat ditemukandari hampir seluruh area kulit manusia, tetapi predileksitersering di wajah.4 Tungau dapat ditemukan dalam setiapkelompok umur kecuali pada bayi baru lahir yang didugakemudian mengalami kontak dengan tungau segera setelahlahir.3,4 Populasi tungau meningkat dengan usia pasien, danpada populasi dewasa, dua spesies Demodex ini merupakanparasit kulit normal dengan prevalensi 23-100% dankepadatan normal

  • 30

    LAPORAN KASUS

    Kasus 1.

    Seorang laki-laki berusia 68 tahun sejak satu tahunsebelum berobat mengalami bercak kemerahan di punggungyang semakin melebar dan gatal terutama saat berkeringat.Pasien sudah berobat ke dokter umum dan puskesmas, diberiobat minum dan oles tetapi tidak ada perubahan, serta hanyadinyatakan pasien menderita penyakit jamur. Pasien barupertama kali sakit seperti ini dan tidak dijumpai sakit serupapada keluarga. Riwayat alergi dan atopi disangkal tidak adatekanan darah tinggi, meskipun pasien dengan kencing manis.Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 65 kg, tinggibadan 168 cm. Lesi kulit pada punggung didapatkan bercakeritematosa batas tegas dengan skuama tipis di atasnya(gambar 1.A). Diagnosis banding kelainan ini ialah tineakorporis, kandidosis dan eritrasma. Hasil pemeriksaan KOHdari kerokan kulit lesi (gambar 1.B) menunjukkan hifa danDemodex. Pasien diterapi dengan tablet cetirizin 1x10mg secaraoral, krim mikonazol 2% yang dioles 2 kali sehari selama 1bulan dan krim permetrin 5% yang dioles pada malam hariseluruh tubuh selama 8 jam dan diulang seminggu kemudian.Pasien tidak kembali untuk kontrol.

    Kasus 2.

    Seorang laki-laki berusia 33 tahun mengeluh sejak 6 bulansebelum datang berobat terdapat bercak kemerahan di pipikanan yang meluas ke daerah wajah lainnya dan gatal terutamasaat berkeringat. Pasien sudah berobat ke dokter umum diberi

    obat minum dan oles, dan dinyatakan pasien menderitapenyakit jamur, namun tidak terjadi perbaikan. Pasien barupertama kali sakit seperti ini dan tidak dijumpai sakit serupapada keluarga. Riwayat alergi dan atopi disangkal. Padapemeriksaan fisik didapatkan berat badan 60 kg, tinggi badan170 cm. Lesi kulit pada wajah didapatkan makula dan bercakeritematosa multipel diskret sebagian konfluens denganskuama tipis di atasnya (gambar 2.A). Diagnosis bandingkelainan ini ialah tinea fasialis, morbus Hansen dan dermatitisseboroik. Hasil pemeriksaan KOH didapatkan Demodex.(gambar 2.B). Pasien diberi terapi tablet cetrizin 1x10mg oraldan krim permetrin 5% yang dioles pada malam hari padaseluruh wajah selama 8 jam, dan diulang seminggu kemudian.Pasien tersebut tidak kembali untuk kontrol.

    Kasus 3.

    Seorang laki-laki berusia 71 tahun, sejak 8 bulansebelum berobat timbul bercak kemerahan di pipi kiri yangmeluas ke daerah wajah lainnya dan gatal terutama saatberkeringat. Pasien sudah berobat ke dokter umum danpuskesmas, dinyatakan menderita penyakit jamur dan diberiobat minum dan oles tetapi tidak ada perubahan. Pasienbaru pertama kali sakit seperti ini dan tidak dijumpai sakitserupa pada keluarga. Riwayat alergi dan atopi disangkal,tidak diketahui apakah ada kencing manis maupun tekanandarah tinggi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan67 kg, tinggi badan 162 cm. Lesi kulit pada wajah berupaplak eritematosa multipel diskret dengan batas tegas danskuama tipis di atasnya.(gambar 3.A,B,C). Diagnosis band-ing kelainan ini ialah tinea fasialis dan dermatitis seboroik.

    Gambar 2. A. Regio fasialis tampak makula bercak eritematosa multipel diskret sebagian konfluens dengan skuama tipis di atasnya. B. Gambaran mikroskopik Demodex dengan pembesaran 40x.

    2.A 2.B

    MDVI Vol. 42 No. 1 Tahun 2015; 28 - 33

  • 31

    Hasil pemeriksaan penunjang dengan KOH, pada wajahterdapat Demodex. (Gambar 3.D). Pasien diberi terapi tab-let cetirizin 1x10mg oral dan krim permetrin 5% yang diolespada malam hari di seluruh wajah selama 8 jam dan diulangseminggu kemudian. Pasien ini juga tidak datang untukkontrol.

    Kasus 4.

    Seorang perempuan berusia 23 tahun sejak 5 bulansebelum berobat mengalami jerawat di pipi kiri yang meluaske daerah wajah yang lain. Lesi terasa gatal dan kadangnyeri. Pasien sudah berobat ke dokter umum, dinyatakan

    3. A 3. B

    3.C 3.D

    Gambar 3.A, B, C Regio fasialis tampak plak eritematosa multipel diskret dengan batas tegas dan skuama tipis di atasnya. D. Gambaran mikroskopik Demodex dengan pembesaran 40x.

    menderita jerawat dan diberi obat minum dan oles tetapi tidakada perubahan. Pasien baru pertama kali sakit seperti ini dantidak dijumpai sakit serupa pada keluarga, tidak ada riwayatalergi dan atopi, serta riwayat menstruasi normal. Padapemeriksaan fisik didapatkan berat badan 55 kg, tinggi badan157 cm. Lesi kulit pada wajah didapatkan papul eritematosadan pustul multipel diskret (gambar 4. A,B,C). Diagnosisbanding kelainan ini yaitu akne papulopustular dan folikulitis.Hasil pemeriksaan KOH didapatkan Demodex (gambar 4.D).Pasien diberi terapi tablet cetirizin 1x10mg secara oral dankrim permetrin 5% yang dioles pada malam hari di seluruhwajah selama 8 jam dan diulang seminggu kemudian. Kelainankulit pasien perlahan-lahan berkurang dan tidak ditemukan

    M Mochtar, dkk Demodikosis di RSUD dr. Moewardi Surakarta

  • 32

    4. A 4. B

    4.C 4.D

    Gambar 4.A, B, C. Regio fasialis tampak papul eritematosa dan pustul multipel diskret diatas kulit yang eritematosa. D. Gambaran mikroskopis demodex dengan pembesaran 40x

    Gambar 5.A, B,C. Setelah 3 bulan pengobatan lesi tampak perbaikan hanya masih terlihat papul eritematosa multipel diskret di atas kulit yang eritematosa.

    MDVI Vol. 42 No. 1 Tahun 2015; 28 - 33

    lesi baru, seperti tampak pada gambar 5.A,B,C masih tampakbeberapa papul eritematosa dengan beberapa areahiperpigmentasi.

    PEMBAHASAN

    D. folliculorum dan D.brevis bertahan hidup lebih lamapada suhu 16-22oC dan lebih cepat mati pada suhu 36-37oC,serta hidup lebih lama pada serum manusia dan 1640/seroculture

    5.A 5.B 5.C

  • 33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rather PA, Hassan I. Human demodex mite: the versatilemite of dermatological importance. Indian J Dermatol. 2013;59: 60.

    2. Zhao Y, Hu L, Wu L-p, Ma J-x. A meta-analysis of associationbetween acne vulgaris and demodex infestation. J ZhejiangUniv-Sci B (Biomed & Biotechnol). 2012; 13(3).

    3. Zhao Y, Guo N, Xun M, Xu J-r, Wang M, Wang D-l.Sociodemographic characteristics and risk factor analysis ofdemodex infestation (acari: demodicidae). J Zhejiang Univ-Sci B (Biomed & Biotechnol). 2012; 12(12).

    4. Zhao Y, Peng Y, Wang X-l, Wu L-p, Wang M, YAn H-l, XiaoS-x. Facial dermatosis associated with demodex: a case-controlstudy. J Zhejiang Univ-Sci B (Biomed & Biotechnol). 2011;12(12).

    5. Lacey N, Raghallaigh SN, Powel FC. Demodex mites-commensals, parasites or mutualistic organism? Dermatology.2011; 222: 128-30.

    6. Zhao Y, Guo N, Wu L-p. Influence of temperature and mediumon viability of demodex folliculorum and demodex brevis(acari:demodicidae). Exp Appl Acarol. 2011; 54: 421-5.

    7. Kligman MA, Christensen MS. Demodex folliculorum:requirements for understanding its role in human skin disease.J Investigate Dermatol. 2011; 131: 8-10.

    8. Aquilina C, Viraben R, Sire S. Ivermectin in-responssivedemodex infestation during human immunodeficiency virusinfection. Dermatology. 2002; 205: 394-7.

    9. Borgo SN, Satller EC, Hogardt M, Adler K, Plewig G. PCRanalysis for wolbachia in human and canine demodex mites.Arch Dermatol Res. 2009; 301: 747-52

    10. Chen W, Plewig G. Human Demodecosis: Revisit and AProposed Classification. Br J Dermatol. 2014; 170: 1219-25.

    solution.6 Tungau Demodex dalam folikel sebaseus mungkinmenginduksi katelisidin pada kulit sekitarnya dan menciptakanlingkungan proinflamasi sebagai bagian respons imun bawaanterhadap tungau dengan demikian berkontribusi padamanifestasi klinis rosasea berupa eritema dan pustul.7Terdapatbanyak laporan menyampaikan bahwa tungau ini dalam jumlahtinggi di kulit yang terkena, dan askarisidal merupakan obatyang sering digunakan untuk penatalaksanaan penyakit initermasuk lindan, permetrin, ivermektin, dan sulfur.7 Ivermektinsangat efektif sebagai terapi mikrofilarisida dan umumnya dapatditoleransi dengan baik. Ivermektin juga telah terbukti efektifsebagai skabisida dalam dosis tunggal 200µg/kg beratbadandengan toleransi yang baik.8

    Tungau Demodex ditemukan membawa spora jamurdalam perutnya dan bahkan dibahas sebagai vektor penyakitkusta. Efek terapi antibiotik, misalnya tetrasiklin pada rosaseamendukung teori bahwa bakteri endosymbionts mungkinmemainkan peran penting. Diaz-Perez, dkk. membuktikanpenurunan jumlah tungau Demodex yang bermakna setelahpengobatan dengan tetrasiklin pada pasien yang menderitarosasea.9

    Keberadaan tungau Demodex dipengaruhi oleh usia,jenis kulit, dan higienes kulit.4 Jumlah Demodex terusmeningkat antara usia 30-60 tahun. Hal tersebut mungkinberkaitan langsung dengan pengembangan sekresi sebumyang lebih matang pada usia 30-60 tahun.4 B e b e r a p apenelitian menunjukkan, bahwa jenis kulit berhubungan eratdengan tungau Demodex; yakni tingkat deteksi tungau padapasien dermatosis dengan kulit berminyak atau campurankulit berminyak dan kering lebih tinggi dibandingkan padapasien dengan kulit netral atau kering.4 Higiene kulit individujuga ditemukan berkorelasi secara statistik dengan Demodex;penggunaan alat pribadi, peningkatan frekuensi cuci mukasetiap hari, dan penggunaan pembersih wajah dapatmembantu membersihkan tungau Demodex pada permukaankulit dan mengurangi populasi tungau dan kemungkinantungau terlepas dari folikel rambut dan kelenjar sebasea.3,4Penelitian oleh Okay, dkk. dikutip dari Zao Y, dkk. melaporkanbahwa Demodex terkait dengan konsumsi alkohol, tetapi tidakmemberikan kesimpulan yang pasti karena ukuran kecil darikelompok yang meminum alkohol. Ia juga melaporkan bahwamakanan pedas (misalnya cabai) memberikan kontribusiterhadap tingkat infestasi yang lebih tinggi, karena makananpedas bisa membuat hiperplasia epitel folikular dan kelenjarsebasea yang dapat memberikan banyak nutrisi untukreproduksi Demodex.4 Jenis kelamin dan tempat tinggalpasien juga secara statistik tidak berkorelasi dengan tungauDemodex.3,4

    Telah dilaporkan empat kasus demodecosis yangawalnya terjadi kesalahan diagnosa. Tetapi dengan anam-nesis yang mendukung dan pemeriksaan penunjang berupakerokan lesi kulit dan ekstraksi pustule ditemukan parasitdemodex sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti danpasien mendapatkan terapi yang sesuai. Kelemahan laporan

    kasus ini ialah teknik pemeriksaan penunjang tidak dapatmendukung temuan jumlah tungau >5/cm2. Pengobatan yangditujukan untuk eradikasi Demodex menunjukkan hasil baikyang mendukung diagnosis demodikosis. Pada kasustersebut kelainan kulit pasien perlahan-lahan berkurang dantidak ditemukan lesi baru dengan pengobatan spesifik yaitupermetrin 5% krim.

    Pada praktek pribadi cukup banyak pasien akne kronisyang sudah berobat di klinik lain didiagnosis sebagai jerawatmenahun, dengan kelainan kulit yang mirip jerawat tetapilebih eritematosa dan terdapat skuama halus di atasnya.Pemeriksaan laboratorium pada kasus demikian seringmendukung demodikosis, dan dengan pengobatan krimpermetrin 5%, kemudian diulang satu minggu lagi,memberikan hasil yang mengejutkan dan memuaskan. Selainitu, pasien perlu disarankan mempunyai vacum cleaner,karena Demodex sering terdapat di tempat tidur dan tidakdapat hilang dibersihkan dengan pembersih biasa (sapu lidi).

    M Mochtar, dkk Demodikosis di RSUD dr. Moewardi Surakarta