laporan kasus demam tifoid
DESCRIPTION
demam tifoidTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
DEMAM TIFOID
Disusun Oleh :Diky Sukma Wibawa
BAGIAN PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
BAB IPENDAHULUAN
Tuberkulosis paru masih merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang tersering di Indonesia. Sekitar sepertiga populasi penduduk dunia telah terinfeksi tuberkulosis (TB) dan kejadian ini terus meningkat. Dilaporkan lebih dari 90 % kasus akibat TB terjadi di negara berkembang termasuk di Indonesia yang merupakan penyumbang kasus TB ketiga terbesar di dunia.Keterlambatan dan ketidakpatuhan dalam menegakkan diagnosis mempunyai dampak yang besar karena pasien TB akan menularkan penyakitnya pada lingkungan sehingga jumlah penderita semakin bertambah.Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang diakibatkan oleh bakteri Mycrobakterium tuberkulosis. Sebagaian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, kulit, saluran kemih, dan otak.
Kekhawatiran terhadap kegagalan penanganan kasus TB paru masih dalam perhatian yang serius dan mungkin dapat menjadi sebuah tantangan di masa depan, salah satunya penyebabnya yaitu resistensi kuman TB akibat ketidakpatuhan dalam minum obat atau Multi Drug Resistance (MDR) minimal rifampicin dan INH.
BAB IIKASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. KarsinahJenis Kelamin
: PerempuanUmur
: 44 tahun
Alamat
: Pusponjolo tengah gang 6 no. 9 SemarangPekerjaan
: Penjual makanan kecilStatus perkawinan: Sudah menikahBiaya pengobatan: JAMKESMAS
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Badan panas dan menggigilRiwayat Penyakit Sekarang : 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan badan terasa tidak enak, panas. Sudah di periksakan ke dokter praktek umum dan sudah diberikan obat tetapi belum ada perubahan. 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan badan bertambah panas dan pegal-pegal.Pada saat masuk rumah sakit pasien mengeluh badan panas dan menggigil di sore hari, perut kenceng, mual (+), muntah (+), pusing (+).Riwayat Penyakit Dahulu :Demam tifoid (+)Maag (+)
Hipertensi (+)Penyakit Jantung disangkal
Diabetes melitus disangkal
Asma disangkalAlergi obat disangkal
Alergi makanan seafood disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.Hipertensi disangkal
Diabetes Mellitus disangkal
Asma disangkal
Jantung disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pekerjaan pasien swasta (penjual makanan ringan). Penghasilan dalam keluarga per bulan kira-kira Rp 500.000. Penderita mempunyai 1 orang anak. Kesan sosial ekonomi kurang. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Terlihat sakitKesadaran : Compos mentis
Vital sign :
TD: 130/80 mmHg
Suhu: 38,4oC
RR: 28x/menit
Nadi: 80x/menit reguler, isi dan tegangan cukupStatus gizi :
BB tidak diukur
TB tidak diukurStatus Generalis :
Kepala : Mesocepal
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL
(+/+)Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-), konka
hipertrofi (-/-)Mulut
: Sianosis (-), lidah kotor (-), gigi karies (-), Tenggorok : Faring hiperemis (-) tonsil T1-T1
Telinga : Normotia, deformitas (-), serumen (-/-), sekret (-/-)Leher
: Pembesaran KGB (-), struma (-), deviasi trakhea (-)
Thorax
Pulmo depan:
Inspeksi : Simetris secara statis dan dimanis, sela iga melebar (-),
sudut arcus costa 90o (+).
Palpasi : Taktil fremitus normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi : Vesikuler (+/+), ronchi basah halus (-)Pulmo belakang :
Inspeksi : Bentuk simetris statis dan dinamis
Palpasi : Taktil fremitus normalPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi : Suara dasar vesikulerCor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihatPalpasi : Ictus cordis tidak terabaPerkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal kiri
Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis kanan
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS V 1-2 cm media linea midclavicula sinistra
Konfigurasi jantung : normal
Auskultasi : BJ I-II normal, gallop (-) murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut katak (-), defance muscular (-)
Auskultasi: Peristaltik 5-30x/menit, metalic sound (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (+), hepatomegali (-), turgor kulit (-),
splenomegali (-)
Perkusi: Tympani (+), Pekak sisi (-), pekak alih (-),
Ekstrimitas
superior
inferior
Oedema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
+/+
Clubbing finger
-/-
-/-
Refleks fisiologis
+/+
+/+
Refleks patologis
-/-
-/-
Pemerikaan penunjang
Pemeriksaan laboratoriumDarah Lengkap Hasil Satuan
Lekosit Eritrosit Hb Ht Trombosit Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit Imunoserologi
WIDAL
Salmonella thypi O
Salmonella thypi H
Salmonella parathypi AO
Salmonella parathypi AH
Salmonella parathypi BO
Salmonella parathypi BH
Salmonella parathypi CO
Salmonella parathypi CH11.00
3.8
11.30
34
160
0.10 0.10 85.20 6.40 8.20Positif (1/320)Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif 10^3/ ul
10^6/ uL
g/ dL
%
10^3/ ul
%% % % %
Usulan Pemeriksaan
Mikrobiologi : Pemeriksaan Sputum SPS
Diagnosis Banding :
TB Paru Relaps PPOK
Diagnosis Klinis :
Suspek TB Paru RelapsPenatalaksanaan : Non farmakologi : Jangan membuang dahak sembarang tempat Kebersihan lingkungan Pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari Farmakologi :
O2 3 liter/menit
Inf RL 20 tetes/menitOral :
Ambroxol 3 x 1
Terapi bila BTA (+) diberikan OAT kategori 2 2HRZES/HRZE/5H3R3E3Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri daari 2 bulan dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam satu minggu.BAB III
PEMBAHASANKasus yang dibahas pada kasus kali ini adalah tuberkulosis paru. Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.1
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan batuk terus menerus, dahak berwarna hijau, nafsu makan menurun, berat badan menurun, demam, sesak nafas dan bekeringat pada malam hari. Hal ini sesuai dengan teori pada buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis bahwa gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.1
Keluhan sesak nafas dan batuk berdahak disebabkan kuman Mycobacterium Tuberculosis yang menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag lalu akan membentuk sarang primer yang disebut ghon. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening dan juga diikuti pembesaran kelanjar getah bening hilus lalu terbentuklah komplek primer atau yang disebut ranke.2,3
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada Ny. Wulan maka dapat diklasifikasikan bahwa tuberkulosis yang dideritanya merupakan infeksi kambuhan maka dapat diklasifikasikan menjadi Tuberkulosis relaps. Yang dimaksud dengan kasus relaps adalah pasien yang pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis termasuk dalam tuberkulosis paru BTA positif. Tuberkulosis paru dikatakan BTA positif jika sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorak dada menunjukkan gambaran tuberkulosis, satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif, satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 1
Prinsip pengobatan pada tuberkulosis ada tiga yaitu :
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. BAB IV
RINGKASAN
A. Kasus Seorang wanita usia 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nafsu makannya menurun yang disertai penurunan berat badan. Sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan batuk. Menurut pasien batuk yang dirasakan terus menerus, batuk disertai dahak (+) berwarna kehijauan. Sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan sesak nafas (+), demam (+), keringat dingin dimalam hari (+), BAB normal, BAK normal. Pada saat masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas (+), demam (+), mual (+), muntah (+). B. PermasalahanBerdasarkan anamnesis didapatkan batuk (+), dahak (+) kehijauan, sesak napas (+), anoreksia (+), keringat dingin malam hari (+), demam (+), penurunan berat badan (+)Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (+), ronchi basah halus (+), stem fremitus kanan mengeras (+)
Diperlukan usulan pemeriksaan berupa :
Mikrobiologi : Pemeriksaan Sputum SPS
Radiologi : Foto ThoraxC. Solusi O2 3 liter/menit
Inf RL 20 tetes/menitOral : Ambroxol 3 x 1Terapi bila BTA (+) diberikan OAT kategori 2 2HRZES/HRZE/5H3R3E3Non farmakologi Jangan membuang dahak sembarang tempat Kebersihan lingkungan Pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.2007.2. Price, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC3. Amin, et al. 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta.