laporan inventaris benda cagar budaya (bcb) grobogan lengkap 2013_uploaded by wahyu dwi pranata

176
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian diupayakan memiliki kemajuan pesat dan keunggulan di bidang industri pengolahan produk pertanian dan juga menjadi daerah penghasil komoditas perdagangan dari hasil pertanian daerah Grobogan itu sendiri. Perkembangan pembangunan Kabupaten Grobogan saat ini, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2025 maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008- 2013, memiliki visi yang diterapkan dalam pembangunan Kabupaten Grobogan pada periode lima tahun ke depan (tahun 2011-2016) yaitu: "Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian, untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan lebih sejahtera." Penjelasan di atas memberikan gambaran daerah Grobogan merupakan daerah berpotensi bagi perkembangan kota kabupaten. Dengan demikian, perubahan di daerah ini cukup pesat dan meningkat akibat aktivitas pembangunan dan lahan yang mendukung sebagai salah satu tempat strategis dalam perpindahan manusia dan barang. Berkaitan dengan hal tersebut, bangunan-bangunan kuna yang ada dikhawatirkan akan terkesampingkan atau cenderung dihilangkan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang dianggap lebih memenuhi permintaan kemajuan jaman. Kondisi tersebut dapat mengancam keberadaan cagar budaya. Di sisi lain, keberadaan cagar budaya perlu dilestarikan antara lain untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa, serta

Upload: wahyu-dwi-pranata

Post on 26-Dec-2015

308 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Grobogan berasal dari kata Grobog yang dalam ucapnya menjadi"grogol". yaitu alat penangkap binatang buas. Sejalan denganpenjelasan tersebut, maka Grobogan adalah sebuah daerah yangdigunakan sebagai daerah perburuan. Daerah ini merupakan daerahperburuan Sultan Demak (Atmodarminto, 1962 : 119) atau merupakandaerah persembunyian para bandit dan penyamun zaman KerajaanDemak Pajang (Atmodarminto, 1955 : 123). Pada zaman Kartasuradaerah ini merupakan daerah tempat tinggal tokoh-tokoh peperangan(Babad Kartasura, 79), misalnya : Adipati Puger, Pangeran Serang, danNg. Kartodirjo.Menurut legenda yang dikisahkan secara lisan di daerahGrobogan, terdapat rombongan dari pasukan Kerajaan Demak dipimpinoleh Sunan Ngudung dan Sunan Kudus menyerbu Kerajaan Majapahit.Akibat dari penyerbuan tersebut, Kerajaan Majapahit mengalamikekalahan hingga akhirnya runtuh. Sunan Ngudung memasuki IstanaKerajaan Majapahit yang telah kosong, dia menemukan banyak pusakaMajapahit yang ditinggalkan.Setelah selesainya perampasan senjata tersebut, seluruh bendarampasan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam suatu wadah yangdinamakan grobog yang nantinya digunakan sebagai barang boyonganke Kerajaan Demak. Demi kelancaran perjalanan menuju Demaklgrobog tersebut harus ditinggal di suatu daerah. Grobog dititipkankepada penguasa daerah saat itu. Sebagai kenangan, maka tempattersebut diberi nama “Grobogan”, yaitu tempat grobog.7Grobog adalah sebuah tempat atau wadah yang digunakanuntuk menyimpan uang atau barang yang dibuat dari kayu agar bendayang tersimpan lebih mudah dibawa. Di lain tempat, grobog jugadifungsikan untuk mengangkut hewan hasil buruan atau bahkanbiasanya grobog berbentuk persegi atau bulat dengan ukuran yangbermacam-macam tergantung benda yang akan disimpan di dalamnya.1Uploaded By Wahyu Dwi Pranata

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan

yang berbasis pertanian diupayakan memiliki kemajuan pesat dan

keunggulan di bidang industri pengolahan produk pertanian dan juga

menjadi daerah penghasil komoditas perdagangan dari hasil pertanian

daerah Grobogan itu sendiri.

Perkembangan pembangunan Kabupaten Grobogan saat ini,

sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2025 maupun Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-

2013, memiliki visi yang diterapkan dalam pembangunan Kabupaten

Grobogan pada periode lima tahun ke depan (tahun 2011-2016) yaitu:

"Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan

perdagangan yang berbasis pertanian, untuk mencapai masyarakat yang

sehat, cerdas dan lebih sejahtera."

Penjelasan di atas memberikan gambaran daerah Grobogan

merupakan daerah berpotensi bagi perkembangan kota kabupaten.

Dengan demikian, perubahan di daerah ini cukup pesat dan meningkat

akibat aktivitas pembangunan dan lahan yang mendukung sebagai salah

satu tempat strategis dalam perpindahan manusia dan barang. Berkaitan

dengan hal tersebut, bangunan-bangunan kuna yang ada dikhawatirkan

akan terkesampingkan atau cenderung dihilangkan untuk pembangunan

fasilitas-fasilitas yang dianggap lebih memenuhi permintaan kemajuan

jaman. Kondisi tersebut dapat mengancam keberadaan cagar budaya.

Di sisi lain, keberadaan cagar budaya perlu dilestarikan antara

lain untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa, serta

Page 2: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

2

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai amanat Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka

salah satu langkah awal pelestarian cagar budaya adalah registrasi. Oleh

karena itu, sebagai tindakan awal pelestarian, maka Balai Pelestarian

Cagar Budaya Jawa Tengah melakukan Inventarisasi Benda Cagar Budaya

tidak bergerak yang terdapat di Kabupaten Grobogan.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan

Undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 52 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai

Pelestarian Cagar Budaya;

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.

5. DIPA Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah Nomor

023.15.2.427832/2013 Tanggal 5 Desember 2012, revisi ke-2 tanggal 15

April 2013

6. Surat Keputusan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah

nomor 850/401.KP/BPCB/P-IV/2013 tanggal 29 April 2013 tentang

Penunjukan Pelaksana Kegiatan Inventarisasi Cagar Budaya Tidak

Bergerak Kabupaten Grobogan Tahun 2013.

7. Surat Tugas Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah nomor

184/103.UM/BPCB/P-V/2013 tanggal 8 Mei 2013 tentang Inventarisasi

Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Grobogan.

Page 3: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

3

C. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Maksud kegiatan ini adalah sebagai upaya perekaman data

berupa visual, piktorial, maupun verbal terhadap bangunan yang diduga

sebagai cagar budaya di Kabupaten Grobogan.

Tujuan inventarisasi cagar budaya tidak bergerak adalah

1. Melakukan pendataan potensi cagar budaya

2. Melestarikan cagar budaya dengan cara penggalian data atau sumber

referensi penting dalam menentukan dan merencanakan kegiatan

pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan cagar budaya yang dapat

diakses oleh lembaga purbakala, lembaga non purbakala dan

masyarakat umum untuk pertimbangan konservasi kawasan Kabupaten

Grobogan.

Sasaran kegiatan meliputi :

1. Bangunan / Situs kategori cagar budaya tidak bergerak di wilayah

Kabupaten Grobogan.

2. Data arkeologis, teknis dan data lainnya yang memiliki kaitan dengan

peninggalan sejarah dan purbakala hasil pendataan / inventarisasi

Dengan kegiatan pendataan ini diharapkan dapat terwujud

cermin potensi cagar budaya di Kabupaten Grobogan.

D. ANGGARAN

Anggaran yang telah diserap melalui kegiatan ini sebesar Rp.

44.414.000,00 (Empat puluh empat juta empat ratus empat belas ribu

rupiah) yang berasal dari anggaran Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa

Tengah Tahun Anggaran 2013 yang terdiri dari Belanja Bahan Rp

3.729.000,00, belanja honor output Rp 2.950.000,00, belanja perjalanan

transport dalam kota Rp 1.650.000,00, belanja perjalanan dan akomodasi

Page 4: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

4

Rp 34.510.000,00, dan belanja jasa profesi Rp 1.575.000,00 dengan jangka

waktu pelaksanaan satu bulan, mulai tanggal 6 Mei hingga 5 Juni 2013.

E. TIM INVENTARISASI

1. Penanggung Jawab : Dra. Sri Ediningsih, M. Hum.

2. Ketua Tim : Bagus Ujianto, SS.

3. Sekretaris Pelaksana : Sutarto

4. Arkeolog : Winda Artista Harimurti, SS.

5. Arkeolog : Wahyu Broto Raharjo, SS.

6. Arsitek : Sulistyo Andayaningrum, ST.

7. Pengolah Data : Iwuk Trikiswarsiki, SS.

8. Fotografer : Sunarno

9. Juru Kamera Video : Sunardi

F. KOORDINASI

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan koordinasi berupa

pertemuan antara Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kabupaten Grobogan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah

yang telah diangkat melalui Surat Keputusan Balai Pelestarian Cagar

Budaya Jawa Tengah No. 850/401.KP/BP3/P-IV/2013 tanggal 29 April 2013,

beserta narasumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Grobogan yang telah ditunjuk melalui Surat Keputusan Balai Pelestarian

Cagar Budaya Jawa Tengah No. 851/401.KP/BP3/P-IV/2013 tentang

Penunjukan Narasumber Inventarisasi Benda Cagar Budaya Tidak

Bergerak Kabupaten Grobogan Tahun 2013 tanggal 29 April 2013.

Dalam kesempatan pertemuan ini, pihak Dinas Kebudayaan

Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Grobogan menyambut

gembira kegiatan yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya

Page 5: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

5

Jawa Tengah karena kegiatan ini selaras dengan program pemerintah

kabupaten untuk lebih mendayagunakan peninggalan-peninggalan

budaya.

Selanjutnya, setelah menyampaikan salam serta maksud

pelaksanaan kegiatan, dijelaskan bahwa kegiatan ini akan dibantu oleh

para narasumber yang berasal dari unsur Dinas Kebudayaan Pariwisata,

Pemuda dan Olah raga kabupaten Grobogan. Diterangkan bahwa setelah

dilakukannya kegiatan inventarisasi berupa pendataan di lapangan,

laporan hasil inventarisasi juga akan disampaikan kepada Dinas

Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Grobogan

untuk dilanjutkan kepada Bupati. Hal tersebut selaras dengan amanat

Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa ujung

dari kegiatan ini bukan hanya sebatas pendaftaran namun harus

ditindaklanjuti dengan penetapan Bupati. Dalam laporan juga akan

disampaikan rekomendasi bagi upaya tindak lanjut pengelolaan cagar

budaya yang berada di wilayah Kabupaten Grobogan.

Page 6: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

6

II. SEJARAH GROBOGAN

A. LEGENDA

1. Asal Mula Nama Grobogan

Grobogan berasal dari kata Grobog yang dalam ucapnya menjadi

"grogol". yaitu alat penangkap binatang buas. Sejalan dengan

penjelasan tersebut, maka Grobogan adalah sebuah daerah yang

digunakan sebagai daerah perburuan. Daerah ini merupakan daerah

perburuan Sultan Demak (Atmodarminto, 1962 : 119) atau merupakan

daerah persembunyian para bandit dan penyamun zaman Kerajaan

Demak Pajang (Atmodarminto, 1955 : 123). Pada zaman Kartasura

daerah ini merupakan daerah tempat tinggal tokoh-tokoh peperangan

(Babad Kartasura, 79), misalnya : Adipati Puger, Pangeran Serang, dan

Ng. Kartodirjo.

Menurut legenda yang dikisahkan secara lisan di daerah

Grobogan, terdapat rombongan dari pasukan Kerajaan Demak dipimpin

oleh Sunan Ngudung dan Sunan Kudus menyerbu Kerajaan Majapahit.

Akibat dari penyerbuan tersebut, Kerajaan Majapahit mengalami

kekalahan hingga akhirnya runtuh. Sunan Ngudung memasuki Istana

Kerajaan Majapahit yang telah kosong, dia menemukan banyak pusaka

Majapahit yang ditinggalkan.

Setelah selesainya perampasan senjata tersebut, seluruh benda

rampasan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam suatu wadah yang

dinamakan grobog yang nantinya digunakan sebagai barang boyongan

ke Kerajaan Demak. Demi kelancaran perjalanan menuju Demak

lgrobog tersebut harus ditinggal di suatu daerah. Grobog dititipkan

kepada penguasa daerah saat itu. Sebagai kenangan, maka tempat

tersebut diberi nama “Grobogan”, yaitu tempat grobog.

Page 7: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

7

Grobog adalah sebuah tempat atau wadah yang digunakan

untuk menyimpan uang atau barang yang dibuat dari kayu agar benda

yang tersimpan lebih mudah dibawa. Di lain tempat, grobog juga

difungsikan untuk mengangkut hewan hasil buruan atau bahkan

biasanya grobog berbentuk persegi atau bulat dengan ukuran yang

bermacam-macam tergantung benda yang akan disimpan di dalamnya.1

2. Asal Mula nama Purwodadi

Purwodadi sebagai kota Kabupaten Grobogan mempunyai

arti yaitu "purwa" berarti "permulaan" (Jawa : kawitan). "dadi" artinya

"jadi" (Jawa : dumadi). Selanjutnya dapat diterjemahkan dalam

bahasa Jawa, “purwaning dumadi: sangkan paraning dumadi”. Hal ini

dikaitkan dengan cerita Aji Saka dalam penciptaan aksara Jawa-nya

yang di dalamnya terkandung ajaran filsafat hidup dan kehidupan

manusia "manunggaling kawula gusti", dari sejak asal mula manusia di

dunia ini.2

B. GROBOGAN MASA KLASIK

Sejarah masa klasik di Kabupaten Grobogan terkait cerita rakyat

tentang Aji Saka dan Kerajaan Medang Kamulan. Sementara itu hasil

inventarisasi Cagar Budaya Kabupaten Grobogan Tahun 2013, ditemukan

pula situs Medang Kamulan yang terletak di Dusun Medang Kamulan, Desa

Banjarejo, Kecamatan Gabus. Masyarakat setempat percaya bahwa daerah

ini merupakan lokasi kerajaan Medang Kamulan, karena nama

kampung/dusun tersebut adalah Medang Kamulan.

Saat ini lokasi tersebut banyak ditemukan fragmen keramik Cina

dan fragmen gerabah serta sebagian arealnya mengandung butir-butir

emas. Menurut informasi penduduk, di areal ini juga banyak ditemukan

1 http://mastonofisip.blog.uns.ac.id/files/2010/04/lokasi2.pdf 2 http://grobogan.8k.com/kabupaten.htm

Page 8: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

8

artefak seperti patung/arca dan topeng yang terbuat dari emas, mata uang

kepeng serta tembikar dan keramik.

Perkataan Medang Kamulan terdiri dari dua kata: Medang dan

Kamulan. Perkataan Medang Medang) berarti "ibu kota". Buktinya :

1. Prasasti Mantyasih berangka tahun 907 M ditemukan di desa Kedu.

Antara lain menyebutkan : "rahyangta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu".

(Slametmulyana, Sriwijaya: hal. 147). Artinya pembesar-pembesar

terdahulu yang memerintah di Medang Poh Pitu, atau pembesar-

pembesar yang memerintah terdahulu yang beribu kota di Poh Pitu.

2. Prasasti Tengaran yang ditemukan di Jombang, Jawa Timur bercerita

pemindahan Ibu kota Medang dari Poh Pitu ke Mamratipura, dan raja

Wawa mengatakan ibukotanya "ri Medang ri Bhumi Mataram", artinya

"di Medang di Bumi Mataram". Dan nama ibukota ini dalam prasasti

Tengaran tersebut disebut pula "Medang i Bumi Mat i Watu" yang

artinya "Ibukota di Bhumi Mat i Watu" (Casparis, I, 1950 : hal. 39-42).

Sedang Kamulan berasal dari kata dasar "mula" mendapatkan

awalan "ka" dan akhiran "an", membentuk kata benda. Arti "mula" adalah

awal, asal, atau akar. Untuk memperoleh penjelasan tentang kata "mula"

tersebut, dikemukakan contoh-contoh seperti yang diajukan oleh Casparis

dalam Prasasti Indonesia I (1950).

Batu dari Siman, Kediri (OJO 28) menyebutkan beberapa kali

"Sang Hyang Dharma Kamulan", yang artinya "Mula Sang Hyang Dharma"

Maksudnya adalah "pendahulu yang telah tiada, atau sebuah tempat

pemakaman nenek moyang". Selanjutnya dalam Prasasti Singasari

disebutkan (OJO 38) "apan ngakai gunung wangkali kamulan Kahyangan ia

pangawan" yang artinya "sebab inilah gunung Wangkali dari Kahyangan di

Pangawan". Jadi disini kata "mula" berhubungan dengan "gunung suci,

pendahulu, cikal bakal atau suci.

Page 9: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

9

Dalam Prasasti Karangtengah (824 M) diceritakan bahwa Ratu

Pramodhawardhani (Prasasti Sri Kahulunan th 842) mendirikan "Kamulan"

di Bhumi Sambhara (Budhara). Di sini arti "Kamulan" adalah makam nenek

moyang dan tempat pemujaan. Dari penjelasan di atas kita dapat

menduga mungkin yang dimaksudkan dengan kata "mula" di sini adalah

"asal, cikal bakal, awal atau permulaan kejadian." Jadi Medang Kamulan

berarti ibukota yang pertama.

Melihat sebutan-sebutan ibukota seperti Medang i Poh Pitu,

Medang i Mat i Watu, Medang ri Mamratipura, ri Medang ri Bhumi

Mataram, bahwa agaknya ibukota tersebut selalu berpindah-pindah

tempat, sebab mungkin terdesak oleh penguasa lain, bencana alam dan

lain-lain. Sehingga ibukota kerajaan dari Majapahit ke Sengguruh; dari

Majapahit ke Bintara, Demak; Mataram Islam : dari Kerta ke Plered; dari

Plered ke Wanakerta atau Kartasura, dan dari Kartasura berpindah ke

Surakarta, dan sebagainya.

Beberapa ahli menunjuk letak kota Medang sebagai berikut :

1. Di sekitar Prambanan, karena terdapat peninggalan sejarah berupa

candi sehingga dapat diasumsikan sebagai pusat ibukota kerajaan

Medang. Inilah pendapat Krom (1957 : 40). Cerita Bandung Bandawasa

berperang dengan Prabu Baka di Prambanan dan cerita terjadinya

Candi Sewu dan Candi Rara Jonggrang berlokasi di Prambanan.

(Ranggawarsita, III, 1922).

2. Letaknya di Purwodadi, daerah Grobogan, sebab di situ terdapat desa

Medang Kamulan, Kesanga, dan sebagainya yang berkaitan dengan

Ceritera Aji Jaka Linglung. Serta di desa Kesanga terdapat puing-puing

bekas istana kerajaan yang diduga bekas istana kerajaan Medang.

(Raffles, 1978).

3. Purbatjaraka dalam bukunya "Enkele Oud platsnamen" dalam TBG,

1933, menyatakan bahwa letak Medang Kamulan di sekitar Bagelen

Page 10: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

(Purworejo), sebab di daerah itu terdapat desa bernama Awu-awu

langit dan desa Watukura. Dyah Watukura adalah nama lain bagi

Balitung, salah seorang keturunan Raja Sanjaya. Desa Awu-awu Langit

artinya mendung atau Medang

Dari beberapa pendapat tersebut, yang jelas bahwa ibukota

kerajaan Mataram selalu berpindah-pindah. Sebagai ibukota permulaan

adalah Purwodadi, daerah Grobogan, kemudian berpindah ke sekitar

Prambanan, kemudian berpindah ke daerah Kedu, dan berpindah ke

Prambanan lagi, baru sesudah itu berpindah ke Jawa Timur.

Alasan menentukan ibukota pertama di Purwodadi adalah :

1. "Purwa" berarti "permulaan" (Jawa: kawitan). "Dadi" artinya "jadi"

(Jawa : dumadi). Hal ini dikaitkan dengan ceritera Aji Saka dengan

Carakan Jawanya yang mengandung hidup, dan kehidupaan manusia

"Manunggaling Kawula Gusti", dari sejak asal mula manusia di dunia.

2. Bila ditinjau letak geografisnya, memang lebih sesuai, sebab di daerah

tersebut mudah mencari air, padahal setiap makhluk membutuhkan air.

Daerah ini memanfaatkan air sungai Lusi dan beberapa anak sungainya

untuk lalu lintas, pengairan kebutuhan hidup sehari-hari.

Di dalam Primbon Jayabaya (hal.27) dikatakan bahwa Aji Saka

naik takhta di negara Sumedang Purwacarita. Perkataan "SuMedang" di

sini bukanlah kota Sumedang di Jawa Barat sekarang, tetapi dimaksudkan

kota Medang yang sangat baik. Jadi Sumedang Purwacarita artinya ibukota

Medang yang sangat baik bagi (negara) Purwacarita. Purwa berarti

permulaan; carita berarti cerita, kejadian. Dengan demikian Sumedang

Purwacarita identik dengan Medang Kamulan yang lahir di Mataram yang

pertama kali.

Keberadaan kerajaan Medang Kamulan dapat dikatakan setengah

mitologis karena belum ditemukan bukti-bukti arkeologis yang dapat

memberikan penjelasan akurat tentang kerajaan tersebut. Medang

Page 11: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

Kamulan sendiri diceritakan sebelumnya diperintah oleh Prabu Dewata

Cengkar yang kejam, kemudian dapat dikalahkan oleh Aji Saka yang

kemudian menjadi raja di kerajaan tersebut. Aji Saka sendiri dipercaya oleh

masyarakat Jawa adalah tokoh yang melahirkan aksara Jawa Baru.

Cerita tentang Aji Saka ini diawali dari kisah Prabu Isaka yang

berkuasa di dataran Lampung berasal dari tanah Hindu. Prabu Isaka

tersebut turun tahta dan digantikan oleh patihnya yang bernama Patih

Belawan. Dalam kisah selanjutnya, Raja Isaka yang dikawal oleh empat

orang pergi ke tanah Jawa dan mendirikan sebuah perguruan. Sejak saat

itu dia bergelar Sang Mudhik Bathara Tupangku. Sang Bathara mengajarkan

berbagai ilmu, diantaranya ilmu kesusastraan, ilmu penitisan (inkarnasi),

dan ilmu keagamaan. Pengembaraan Sang Bathara berlanjut hingga ke

suatu daerah yang bernama Medang Kamulan dengan rajanya bernama

Prabu Dewata Cengkar.

Dalam Sekar Jangka Jagad dikisahkan bahwa Prabu Dewata

Cengkar adalah raja yang jahat dan kejam, karena suka makan daging

manusia. Sang Bathara akhirnya mampu mengalahkan Prabu Dewata

Cengkar dengan cara membentangkan ikat kepalanya hingga dapat

menutupi seluruh wilayah Medang Kamulan. Di sinilah pengikut Prabu

Dewata Cengkar harus mengakui kekalahan, dan harus menyingkir dari

negeri Medang Kamulan (dikiaskan dengan menyeburkan diri ke laut

menjadi seekor buaya putih). Sang Bathara menguasai daerah tersebut

dengan gelar Sri Maha Prabu Lobang Widayaka3 atau lebih dikenal dengan

sebutan Aji Saka. Ketika Aji Saka menjadi raja, ditandai dengan sengkalan

"nir wuk tanpa jalu" yang berarti angka tahun 1000 Saka atau 1078 Masehi.4

3 Primbon jayabaya dalam www.mastonofisip.blog.uns.id 4 Tahun Saka diciptakan berdasarkan peringatan penobatan Prabu Kanishka di India pada

tahun 79 M = 1 Saka. Tahun Saka mengikuti peredaran Matahari. Di Jawa terdapat tradisi penggunaan sengkalan tersebut. Apabila menggunakan perhitungan tahun Matahari, disebut Surya Sengkala, dan bila menggunakan perhitungan peredaran Bulan di sebut Candra Sangkala. Dalam kisah yang lain, lahirnya Candra Sangkala adalah sejak masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645) yaitu menciptakan Tahun Jawa dengan perhitungan peredaran Bulan (sejak 1555 Saka atau tahun 1633 Masehi).

Page 12: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

HIngga saat ini, data historis berupa prasasti atau data tertulis lain

mengenai Aji Saka belum ditemukan. Dimungkinkan tokoh Aji Saka

merupakan tokoh bayangan untuk menunjukkan keberadaan pengaruh

Agama Hindu di Tanah Jawa. Pengaruh Agama Hindu dikiaskan dalam

lambang “desthar” atau ikat kepala. Ikat kepala melambangkan otak

dimana manusia berfikir atau dimana sumber dari segala ilmu

pengetahuan.

Sementara itu sengkalan Nir Wuk Tanpa Jalu, memiliki arti

harafiah “Hilang Rusak Tanpa Susuh” (ayam jantan) atau Hilang Rusak

Tanpa Kekuatan Laki-Laki. Maksudnya negara atau masyarakat kacau

tanpa kekuatan laki-laki, karena tenaga laki-laki "dimakan" oleh Dewata

Cengkar. Ungkapan ini merupakan kias bagi mereka yang diperkerjakan

untuk membangun bangunan suci berupa candi-candi yang tidak sedikit

jumlahnya. Misalnya: candi Borobudur, Pawon, Mendut, Sari, Kalasan,

Sewu, dan Ratu Baka.

Pada masa berikutnya, pada akhir masa kekuasaan Majapahit,

wilayah Grobogan merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. Grobogan

mempunyai arti penting sebagai wilayah pemasok padi bagi Kerajaan

Majapahit. Terdapat nama Buyut Masharar di desa Getas yang menjadi

"juru sabin sang Prabu". Selain itu muncul pula beberapa nama di wilayah

Kabupaten Grobogan, seperti Ki Ageng Tarub dan Bondan Kejawan atau

Lembu Peteng yang dimakamkan di Desa Tarub, Desa Tawangharjo,

Kabupaten Grobogan.

Sengkalan adalah perhitungan tahun yang diwujudkan dalam bentuk rangkaian kata menjadi kalimat atau berupa gambar yang menunjukkan angka tahun. Kalimat itu harus menggambarkan keadaan pada waktu tahun itu. Tujuan untuk memperingati suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia dalam masyarakat dan bernegara. Sengkalan dalam bentuk kalimat disebut Sengkalan Lamba, sedang sengkalan yang diujudkan dalam bentuk gambar atau benda, disebut Sengkalan Memet. Tiap kata dalam kalimat atau gambar diberi nilai yang berbeda-beda antara 0 - 9 dengan mengingat akan adanya guru dasanama, guru karya, guru jarwa, dan sebagainya.

Page 13: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

C. GROBOGAN MASA ISLAM

1. Masa Akhir Kerajaan Majapahit

Pada awal masa Islam terdapat nama-nama seperti Ki Buyut

Masharar, Ki Ageng Tarub, dan Bondan Kejawan yang diindikasikan

merupakan tokoh-tokoh Islam dalam lingkungan istana Kerajaan

Majapahit. Ki Buyut Masharar merupakan juru sabin bagi Kerajaan

Majapahit yang telah beragama Islam. Sedangkan Ki Ageng Tarub

yang berada di Desa Tarub adalah tokoh Islam yang menjadi

kepercayaan Prabu Brawijaya.

Tokoh Bondan Kejawan merupakan putra Prabu Brawijaya dari

pernikahannya dengan Puteri Wandan Kuning. Karena menurut

ramalan ahli nujum anak ini akan membunuh ayahnya, maka oleh raja,

Bondan Kejawan dititipkan kepada juru sabin raja, Ki Buyut Masharar.

Setelah dewasa Bondan Kejawan diberikan kepada Ki Ageng Tarub

untuk berguru agama Islam dan ilmu kesaktian. Oleh Ki Ageng Tarub,

namanya diubah menjadi Lembu Peteng. Dia dikawinkan dengan putri

Ki Ageng Tarub bernama Dewi Nawangsih. Setelah Ki Ageng Tarub

meninggal dunia, Lembu Peteng menggantikan kedudukan

mertuanya, dengan nama Ki Ageng Tarub II.

Perkawinan Bondan Kejawan atau Lembu Peteng dengan

Nawangsih berputera Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas

Pendawa lahirlah Bagus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki

Ageng Sela yang kemudian menurunkan Ki Ageng Henis. Dari data

sejarah Ki Ageng Henis ini nantinya berputera Ki Ageng Pemanahan

yang menurunkan Sutawijaya atau Mas Ngabehi Loring Pasar atau

Panembahan Senapati, yang nantinya menjadi raja pertama Kerajaan

Mataram.5

5 http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/3-ki-ageng-selo-muhammad-abdurrohman_24.html

Page 14: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

2. Masa Kerajaan Demak

Pada masa kerajaan Demak, wilayah Grobogan merupakan

daerah perdikan di mana muncul beberapa tokoh, antara lain Ki

Ageng Sela. Ki Ageng Sela mendirikan masjid di Desa Sela, Kecamatan

Tawang Harjo, Kabupaten Grobogan 10 km sebelah timur Kota

Purwodadi yang masih berdiri hingga sekarang. Dalam cerita, Ki

Ageng Sela lebih dikenal sebagai tokoh sakti yang mampu

menangkap halilintar (bledheg). Ki Ageng Sela memiliki murid Joko

Tingkir yang nantinya menjadi raja di Kerajaan Pajang.

3. Masa Kerajaan Pajang

Pada masa Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir yang bergelar

Sultan Hadiwijaya sang penguasa Pajang merupakan murid Ki Ageng

Sela. Sultan Hadiwijaya yang menjadi menantu Sultan Trenggono dari

Demak akhirnya mampu mengganti Dinasti Demak.

Kerabat dari Ki Ageng Sela banyak yang mengabdi di Pajang,

yaitu Ki Ageng Henis, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Penjawi (putra

angkat Ki Ageng Sela). Ikatan kerabat dari Sela tersebut dengan

Pajang bertambah erat dengan diangkatnya putera Ki Ageng

Pemanahan, yaitu Raden Bagus atau Bagus Srubut yang dalam Serat

Kanda di sebut Raden Mas Danang, menjadi putera angkat Sultan

Hadiwijaya. Putera angkat itu diberi nama Sutawijaya, dan karena

tempat tinggalnya di sebelah utara pasar Pajang maka disebut Mas

Ngabehi Loring Pasar. Pengangkatan ini dimaksudkan sebagai

"lanjaran" atau pengantar agar Sultan segera memperoleh putera

sendiri dari permaisuri.

Kisah selanjutnya, Kerajaan Pajang terjadi kerusuhan yang

dilakukan oleh Haryo Penangsang. Dalam kerusuhan tersebut peran

Grobogan sangat penting, karena tokoh-tokoh dari Sela seperti Ki

Ageng Pemanahan, Ki Ageng Panjawi, Ki Juru Martani dan Sutawijaya

Page 15: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

mampu menumpas Haryo Penangsang. Sebagai hadiahnya maka Ki

Ageng Pemanahan memperoleh bumi Mataram, dan Panjawi

memperoleh daerah Pati. Sedang Juru Martani dan Sutawijaya

mengikuti Ki Ageng Pemanahan di Bumi Mataram.

Ki Ageng Pemanahan di Bumi Mataram menjabat setingkat

Kadipaten. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan pada tahun 1575,

kedudukan sebagai adipati Bumi Mataram digantikan oleh Sutawijaya.

4. Masa Kerajaan Mataram Islam

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Kerajaan Pajang terjadi

perebutan kekuasaan antara Arya Pangiri dan Pangeran Benowo.

Tahun 1586 Arya Pangiri dibunuh oleh pangeran Benowo atas bantuan

Sutawijaya. Selanjutnya atas kerelaan Benowo, kekuasaan Pajang

diserahkan kepada Sutawijaya. Dengan demikian seluruh kekuasaan

Pajang, termasuk wilayah Grobogan berada di bawah kuasa

Mataram.

Pada masa selanjutnya, tahun 1646 Sunan Amangkurat I

mengadakan perjanjian dengan Kompeni Belanda. Tindakan Sunan

inilah yang menjadi awal mula Mataram secara berangsur-angsur

jatuh di bawah kuasa Kompeni Belanda. Banyak bangsawan yang

tidak senang dan akhirnya melakukan pemberontakan. Pada masa

pemberontakan Trunajaya, Karaton Plered berhasil diduduki musuh.

Menurut kepercayaan Jawa, istana yang telah diduduki

musuh akan hilang kesaktiannya. Oleh karena itu Sunan Amangkurat II

tidak mau menempati istana Plered lagi. Akhirnya dipilihlah

Wanakerta sebagai istana baru dengan diberi nama Kartasura

Adiningrat.

Page 16: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

D. MASA KOLONIAL6

1. Masa Mataram Kartasura

Kemenangan Mataram atas para pemberontakan Trunajaya

dibantu oleh Kompeni Belanda. Oleh karena itu Kerajaan Mataram

dengan Kompeni Belanda mengadakan perjanjian yang dikenal

dengan sebutan Kontrak Kendeng. Isinya pantai utara Jawa

digadaikan kepada Kompeni Belanda dan juga beberapa daerah

Mancanegari seperti Blora, Jipang, Grobogan, dan Cengkal Sewu.

Susuhunan Ngalaga tidak senang terhadap tindakan Sunan

Amangkurat tersebut. Maka dia bersiap-siap menyerbu Kartasura.

Pertentangan antara Sunan Ngalaga dengan Sunan Amangkurat II ini

dapat diselesaikan setelah keduanya mengetahui duduk perkaranya.

Sunan Ngalaga kembali menjadi P. Puger dan bertempat tinggal di

Kartasura dengan mendapatkan "lungguh" 4000 karya.

Pada tahun 1703 Sunan Amangkurat II mangkat dan diganti

oleh putranya Sunan Amangkurat III. Raja yang masih muda ini selalu

berbeda pendapat dengan P. Puger. Akhirnya pada Tahun 1708 P.

Puger minta bantuan kepada Kompeni Belanda agar diangkat menjadi

Sunan Kartasura. Oleh Kompeni permintaan tersebut dikabulkan dan

P. Puger diangkat menjadi Sunan Kartasura dengan gelar Susuhunan

Paku Buwono I. dengan upah daerah-daerah Demak, Grobogan, Sela

dan daerah sekitar Semarang sampai Ungaran diambil oleh Kompeni

sebagai wilayah Kompeni .

Pada masa Sunan Paku Buwono I, yaitu pada tahun 1709

diadakan perjanjian dengan Kompeni. Isi pokok perjanjian tersebut

antara lain daerah Semarang dan sekitarnya digadaikan kepada

Kompeni, termasuk didalamnya daerah-daerah Demak, kudus, Blora,

Jepara, Pati, Grobogan, Kendal.

6 http://grobogan.go.id/profil-daerah/sejarah/masa-mataram-kartosuro-surakarta.html

Page 17: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

Pada masa Amangkurat IV terdapat seorang abdi pekatik

yang sangat dekat dengan raja bernama Wongso Dipo. Karena

jasanya dapat menyelamatkan jiwa Sunan ketika terjadi perang

dengan Pangeran Blitar dan P. Purboyo di Mataram, akhirnya dia

diangkat menjadi Bupati Grobogan dengan gelar Tumenggung

Martapura pada hari Senin, 21 Jumadilakir, tahun Jimakir, 1650 atau 4

Maret 1726. Dalam pengangkatan itu disebutkan daerah-daerah yang

menjadi wilayah kekuasaan Kabupaten Grobogan, adalah: Sela, Teras

Karas, Wirosari, Grobogan, Santenan, dan beberapa daerah di

Sukowati bagian utara Bengawan Sala.

Pada waktu itu wilayah Grobogan masuk dalam wilayah

Mancanagari. Mancanagari ialah daerah taklukan Raja. Pendudukan

sebagai daerah yang berkewajiban "seba" kepada raja setahun sekali

yaitu pada hari besar "Gerebeg". Daerah ini merupakan daerah vasal

yang terdiri dari daerah Mancanagari Kilen dan Mancanagari Wetan

serta pengangkatan Ng. Wongsodipo sebagai Bupati Grobogan

dengan gelarnya RTumenggung Martapura.

Dalam sejarah Jawa, jabatan Bupati adalah Bupati Prajurit,

Sebutannya Adipati. Tugasnya adalah menyediakan prajurit dan

tenaga untuk raja dan kerajaan sehingga Bupati ini harus bertempat

tinggal di Kutagara. Di samping tugas tersebut, maka dia harus pula

menyediakan kebutuhan istana, kain-kain, dan sebagainya. Pemimpin

dari beberapa Bupati tersebut diangkat Bupati Nayoko atau Wedono

Bupati Sepuh (Serat Adhel : 11-13).

Bupati jenis ini memiliki wilayah yang pasti dan sistem

pemerintahan yang tetap. Hal ini seperti pada zaman kerajaan yang

diketahui adanya Bupati Panekar, Bupati Numbak Anyar, Bupati Bumi

Gede, dan Bupati Penumping. Kota Kartasura pada waktu itu sedang

dalam keadaan kacau, maka Tumenggung Martapura masih tetap di

Page 18: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

Kartasura. Sedang pengawasan terhadap daerah Grobogan

diserahkan kepada kemenakan sekaligus menantunya, yaitu RT.

Suryonegoro (Suwandi). Tugasnya adalah menciptakan struktur

pemerintahan Kabupaten Pangreh Praja, seperti adanya Bupati Patih,

Kaliwon, Panewu, Mantri dan seterusnya, hingga jabatan Bekel di

desa-desa.

Setelah Sunan Amangkurat IV mangkat, maka digantikan oleh

putranya yang bergelar Sunan Paku Buwono (PB) II (1727 - 1749).

Sunan PB II masih terlalu muda sehingga sebagai penasehat ditunjuk

Patih Danurejo yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap

raja. Patih tersebut sangat membenci Belanda. Ia mendapatkan

dukungan Ibu suri raja Ratu Amangkurat. Demikian pula Tumenggung

Martapura, Bupati Grobogan, dapat mempengaruhi hati Sunan

sehingga membenci Belanda. Pada tahun 1731 Tumenggung

Martapura meminta kepada Bupati Demak. T. Joyoningrat untuk

mengusir Belanda dari Semarang. Usaha ini berhasil. Tumenggung

Joyoningrat melaporkan bahwa mereka telah bersepakat dengan

para Bupati pesisir. Sementara itu orang-orang Tionghoa mengangkat

seorang Kapten bernama Kapten Sinseh sebagai pemimpin mereka.

Mereka mengkoordinasi kekuatan Tionghoa di daerah Demak, Pati,

Santenan, dan Grobogan.

Oleh karena Sikap PB II yang kurang menguntungkan, maka

Tumenggung Martapura kembali ke Grobogan dan mengangkat

dirinya sebagai Adipati Puger. Adipati Puger bekerjasama dengan

masyarakat Tionghoa di Kartasura untuk menghancurkan PB II.

Atas bantuan Kapitan Sepanjang, Bupati Pati, Tumenggung

Mangunonen, dan Bupati Grobogan, Adipati Martapura Puger, maka

Raden Mas Garendi, putera P. Teposono, dan salah seorang cucu

Sunan Amangkurat III, diangkat menjadi raja Kartasura dengan gelar

Page 19: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

Susuhunan Kuning. Karaton Kartasura dapat dikuasai pada tanggal 30

Juni 1742. Peristiwa ini disebut Geger Pecinan yang berakibat PB II

menyingkir ke Laweyan dan akhirnya ke Ponorogo.

Atas bantuan pasukan Cakraningrat dari Madura, akhirnya

Karaton bisa direbut kembali oleh PB II. Sunan Kuning menyerah,

namun tidak halnya Adipati Martapura di Grobogan; RM Sahid atau

RM Suryokusumo di Nglaroh; P. Singosari di Keduwang, P. Buminoto

di Wiraka dan lain-lain. Dengan hancurnya Karaton Kartasura, maka

pusat kerajaan harus dipindah ke Solo7 dan digantinya namanya

menjadi Surakarta Hadiningrat.

2. Peran Grobogan dalam Perjuangan Pangeran Mangkubumi

dan Adipati Mangkunegara

Walaupun Karaton sudah dipindahkan ke Surakarta

Hadiningrat, negara masih tetap dalam keadaan kacau.

Pemberontakan masih tetap merajalela. Salah satunya adalah Adipati

Martapura yang berganti nama menjadi Panembahan Puger. Sejak

saat itulah wilayah Grobogan dijadikan tempat perjuangan yang

berpusat di desa Glagah. Sayangnya pasukan Panembahan Puger

diserang oleh Kompeni dan mengalami kekalahan sampai harus

melarikan diri ke semarang.

Di lain pihak, Pangeran Mangkubumi, adik PB II, juga keluar

dari istana dan melakukan pemberontakan karena dihina oleh Patih

Pringgoloyo. Maka Panembahan Puger bergabung dengan Pangeran

Mangkubumi dan diangkat sebagai Adipati Puger (kembali pada

namanya yang lama). Sesudah penobatan itu, adipati Puger

7 Dalam beberapa referensi ditulis Desa Sala

Page 20: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

diperintahkan kembali ke Grobogan untuk menaklukkan daerah-

daerah sekitarnya dan selanjutnya menyerbu ke Surakarta.

Sementara itu pasukan Pangeran Mangkubumi di Sembuyan

sampai di Grobogan dan bertemu dengan Adipati Puger. Mereka

menghadap Pangeran Mangkubumi di desa Ramun, Grobogan. Tidak

lama kemudian mereka berangkat ke Sembuyan dengan membawa

1500 prajurit. Dari Sembuyan Pangeran Mangkubumi kembali ke

Jekawal, Sukowati. Dari Jekawal terus ke Barat lewat arah Wirosari,

Sela. Dari sini terus ke arah barat daya menyusuri lereng Merbabu dan

Merapi menuju ke Kedu terus ke Mataram. Di desa Banaran, daerah

Nanggulan, Gunung Gamping, Pangeran Mangkubumi mengangkat

diri menjadi Susuhunan Kabanaran (daerah Kulon Progo) pada

tanggal 11 Desember 1749. Sejak saat itu daerah Banaran dijadikan

pusat Perlawanan Mangkubumi. Sementara itu di Karaton Kasunanan

Surakarta, pada tanggal yang sama, Sunan PB II yang dalam keadaan

sakit keras menandatangani Surat Perjanjian yang dibawa oleh

Hogendorp. Namun Mangkubumi tidak memperdulikan sehingga

mampu menguasai Pantura.

Menghadapi perang Mangkubumi, Belanda melaksanakan

politik pecah belah (devide et empera). Usaha ini kelihatan hasilnya

saat Sunan Kabanaran dapat dipisahkan dari Pangeran Adipati

Mangkunegara. Di samping itu Mayor Hogendorp melalui utusannya

Syech Ibrahim dapat membujuk Sunan Paku Buwono II untuk

membagi kerajaannya untuk Sunan sendiri dan untuk Sunan

Kabanaran. Di lain pihak pada hari Ahad Legi, 4 Besar, Dai, 1679 atau

22 September 1754, Komisaris Jendral N Hartingh menghadap Sunan

Kabanaran di desa Padagangan, sebelah barat laut kota Surakarta,

untuk mengadakan pembicaraan perjanjian antara Sunan Surakarta

dengan Kabanaran. Selanjutnya pada hari kamis Kliwon, 29

Rabingulakir, Be, 1680 atau 13 Pebruari 1755 diadakan perjanjian di

Page 21: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

desa Giyanti, wilayah Lebak Jatisari antara Sunan Paku Buwono II

dengan Sunan Kabanaran. Naskah perjanjian disahkan pada 1 Sapar,

Jumakir, 1682.

Dalam perjanjian tersebut, sebagai wilayah Mancanegara,

Grobogan termasuk wilayah Kasultanan bersama-sama dengan

Madiun, separuh Pacitan, Magetan, Caruban, Jipang (Bojanegara),

Teras Karas (Ngawen), Sela, Warung (Kuwu-Wirosari). Kompeni

meminta agar daerah Pesisir dan Madura tidak dibagi, sebab sudah

diserahkan kepada Kompeni berdasarkan perjanjian dengan Sunan

Paku Buwono II (1749) dan Sunan Paku Buwono III (1751). Daerah yang

dibagi adalah daerah Mancanagari Kilen dan Wetan. Daerah-daerah

mancanegara ini sebelumnya merupakan daerah koordinatif Bupati

Pati, Caruban, dan Kediri. Namun Sunan juga memiliki daerah

kekuasaan di daerah Grobogan seluas 35000 karya.

Dalam perjanjian antara Daendels dengan Pangeran Adipati

Aryo Mangkunegara di Yogyakarta, tanggal 10 Januari 1811, ditetapkan

bahwa uang-uang pantai yang harus dibayar oleh Guperman Belanda

dihapus. Kedua, kepada Guperman Belanda diserahkan sebagian

Kedu, beberapa daerah di Semarang, Demak, Jepara, Salatiga, distrik-

distrik Grobogan, Wirosari, Sesela, Warung, Jipang, dan Japan. Ketiga,

kepada Yogyakarta diberikan daerah sekitar Boyolali, Galo, dan distrik

Cauer Wetan.

Selanjutnya Pangeran Adipati Aryo Mangkunegara juga

mengadakan perjanjian di Salatiga pada hari Jumat Pon, 5 Jumadilakir,

Be, Windu Adi, 1681 atau 25 Maret 1757. Mangkunegara memperoleh

tanah lungguh 4000 karya, yang terdiri dari Laroh, Sembuyan,

Matesih, Wiraka, Keduwang, Ngawen, separuh kota Surakarta,

Karang Anyar, dan Baturetno.

Page 22: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

Kemudian berdasarkan perjanjian dengan pemerintah Inggris,

pada hari sabtu, 1 Agustus 1812 daerah-daerah enclave di Salatiga,

Demak, dan Grobogan dikembalikan kepada Sunan, dan sebagai

gantinya Inggris mengambil seluruh kota pelabuhan, pasar-pasar,

sarang burung, Kedu, Wirasaba, Blora, Jombang, dan Pacitan. Sebagai

gantinya Sunan mendapatkan pajak pelabuhan, pasar, dan lain-lain

tersebut sebesar 120.000 ringgit tiap tahun.

Pada 22 Juni 1830 antara Sunan dengan Belanda diadakan

perjanjian, yang isinya antara lain: daerah Sela, Kuwu, dan Kradenan

dimasukkan ke dalam wilayah Sukowati. Pada masa Perang

Diponegoro, di beberapa daerah Grobogan, seperti Purwodadi,

Wirosari dan Mangor tenggelam dalam api peperangan melawan

Belanda.

Pada tahun 1848 di daerah Grobogan dilanda kemiskinan dan

kelaparan sehingga banyak masyarakat yang meninggal. Hal tersebut

dipicu adanya penyimpangan pelaksanaan Cultuur Stelsel (Sistem

Tanam Paksa), seperti tanah yang dipakai bisa lebih dari 1/5 bagian,

selisih harga tidak diberikan ke petani, kegagalan panen ditanggung

petani, serta rakyat masih diwajibkan kerja rodi. Dengan

penyimpangan tersebut aparat pemerintah dan Bupati dapat

mengumpulkan Cultuur procenten8 yang banyak untuk memperkaya

diri di atas penderitaan rakyat9.

Pada tahun 1928, berdasarkan Staatsblad 1928 No. 117,

Kabupaten Grobogan mendapat tambahan dua distrik dari Kabupaten

Demak yaitu Distrik Manggar dengan ibukota di Godong dan Distrik

Singenkidul dengan ibukota di Gubug. Kemudian pada tahun 1933

memperoleh tambahan Asistenan Klambu dari Distrik Undaan Kudus.

8 cultuur procenten yaitu hadiah atau bonus bagi pelaksana sistem tanam paksa yang dapat menyerahkan hasil tanaman melebihi ketentuan yang telah ditetapkan 9 http://www.pustakasekolah.com/sistem-tanam-paksa-culture-stelsel-di-indonesia.html

Page 23: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

3. Eksploitasi Sumber Daya Alam

a.a.a.a. Minyak Bumi

Di Dusun Bapo, Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus

kabupaten Grobogan ditemukan beberapa kilang minyak yang

dibangun pada masa penjajahan Belanda. Lokasi yang oleh

masyarakat disebut Boran tersebut hingga kini masih digunakan

masyarakat dengan memanfaatkan sisa struktur bangunan yang

dibangun Belanda tersebut dengan cara yang masih tradisional.

Kandungan minyak di wilayah Cepu dan Grobogan tersebut

ditemukan pada tahun 1894 oleh Andrian Stoop. Andrian Stoop

melakukan pengeboran pertamanya di Desa Ledok, serta

menyimpulkan bahwa di sekitar Panolan terdapat ladang minyak

yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Kilang Cepu

merupakan kilang minyak kedua yang dibangun de Dordtsche. Hasil

dari penambangan minyak digunakan sebagai bahan bakar lampu

gas untuk penerangan jalan di Jawa. De Dordtsche mengimpor

sendiri lampu gas yang ditawarkan untuk dijual kepada kotapraja-

kotapraja.

Untuk memanfaatkan kandungan lilin dalam residu, maka

pada tahun 1895 dibangun pabrik lilin di Cepu. Setelah proses

distilasi dihasilkan lilin parafin keras dan lilin parafin lunak. Lilin

parafin keras dijual sebagai lilin untuk penerangan, sedangkan lilin

parafin lunak harus dicampur dulu dengan lilin korek api Skotlandia

atau Amerika dan sedikit lilin Cina sebelum dapat dijual untuk

keperluan industri batik.

b.b.b.b. Kayu Jati

Penanganan terhadap hutan di wilayah Hindia Belanda telah

dilakukan oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1849 dengan

mendatangkan ahli hutan dari Jerman. Aturan pengelolaan terus

Page 24: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

mengalami perbaikan, hingga pada tahun 1865 lahir Staatblad

nomor 96 yang dapat dikatakan sebagai Undang-Undang

Kehutanan yang pertama, yang memuat pedoman dan petunjuk

yang mengelola atau mengeksploitasi hutan.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Purwodadi diawali

pengelolaan Hutan Kradenan Utara yang dibentuk tahun 1917

bersamaan dengan dibentuknya Perusahaan Jati di Jawa Madura,

tahun 1918. Bagian Hutan Grobogan dibentuk Perusahaan Jati, dan

tahun 1922 Bagian Hutan Sambirejo juga dibentuk pula Perusahaan

Jati. Pengukuran lahan di Kesatuan pemangkuan Hutan Purwodadi

baru dilaksanakan tahun 1930 berdasarkan ” Gouvernements Besluit

Van Den Hoofd Insspecteur ” nomor : 6672/Ai tanggal 21 Nopember

1930 dan nomor 09/9072 tanggal 18 Desember 1930. Kesatuan

Pengelolaan Hutan Jati sempat dihentikan tahun 1938 dan tahun

1940 pengelolaan hutan jati diserahkan kembali dari Djatibedrijf

kepada Jawatan Kehutanan milik Pemerintah sampai tahun 1942.10

4. Masa Politik Etis11

Gagasan dasar politik etis berasal dari tulisan C. Th. van

Deventer yang dimuat dalam de Gids pada tahun 1899 yang berjudul

“Een Ereschuld” yang berarti Hutang Budi. Dalam tulisan ini

dikemukakan bahwa kemakmuran Negeri Belanda sebagai bangsa

yang bermoral harus membayar hutang dengan menyelenggarakan

trias atau trilogy antara lain irigasi, emigrasi dan edukasi.

Pelaksanaan politik Etis tetap tak lepas dari kepentingan

kolonial Belanda. Implementasi politik etis tidak pernah lepas dari

kolonialistis – eksploitatis. Politik Etis dimaksudkan untuk mengakhiri

wingwest (daerah keuntungan), maka selama periode 1900 – 1925

10 http://perumperhutani.com/profil/sejarah/ 11 A. Daliman., Prof., Sejarah Indonesia abad XIX – Awal Abad, Sistem Politik Kolonial dan

Administrasi Pemerintah Hindia – Belanda, Yogyakarta: Ombak Dua, 2012.

Page 25: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

25

banyak dilakukan perubahan misalnya dalam pertanian, irigasi, lalu

lintas, peternakan, pendidikan dan emigrasi.

Di bidang irigasi, dibangun banyak bangunan-bangunan irigasi

dan bendungan. Di Grobogan terdapat Bendungan Glapan, Sedadi dan

Wilalung. Namun dalam kenyataannya bangunan-bangunan irigasi

tersebut bukan untuk kesejahteraan rakyat, namun lebih memenuhi

kebutuhan perkebunan (onderneming) dan kebutuhan ekonomi

kolonial lainnya.

Demikian pula halnya pembangunan jaringan Rel Kereta Api.

Pembangunan stasiun dan jaringan kereta api bukan semata untuk

kepentingan rakyat, namun bertujuan untuk memperlancar

pengangkutan tanaman-tanaman ekspor dari pedalaman ke

pelabuhan-pelabuhan. Bagi kepentingan pemerintahan, jaringan jalan

kereta api digunakan untuk mengendalikan pemerintahan dan

menjaga keamanan.

Di Grobogan juga didirikan beberapa Rumah Gadai dan Bank

Penyimpanan. Hal tersebut merupakan bagian dari rencana Politik Eis

agar rakyat terbebas dari cengkraman lintah darat.

Bidang pendidikan juga merupakan salah satu bagian utama

dari politik etis. Sebagai realisasinya, Pemerintah Hindia-Belanda

mendirikan sekolah-sekolah. Pada abad XX sistem Sekolah Desa atau

Volksschool diperkenalkan kepada masarakat. Volksschool memiliki

masa pendidikan 5 tahun. Pembangunan dan penyelenggaraan

Volksschool dipercayakan kepada masyarakat, sementara pemerintah

hanya memberikan subsidi dan bimbingan. Bagi siswa yang berprestasi

diberi kesempatan untuk melanjutkan ke Vervolgschool selama 2

tahun. Sekolah ini diperuntukkan untuk golongan rakyat biasa.

Guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi golongan

menengah, pemerintah mendirikan HIS (Holland Inlandse School)

setara dengan Sekolah Dasar. Bahasa pengantar yang digunakan

Page 26: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

Bahasa Belanda. Masa pendidikan selama 7 tahun. Di wilayah

Grobogan, HIS didirikan di Desa Purwodadi, sebuah bangunan yang

sekarang difungsikan untuk SMP N 1 Purwodadi. Dari HIS, siswa bisa

meneruskan ke MULO dan berlanjut ke AMS.

Dari data tersebut terlihat bahwa pendidikan bersifat

diskriminatif. Pendidikan yang dilaksanakan hanya tingkat rendah

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan seperti

mandor dan pelayan.

E. MASA PENDUDUKAN JEPANG

Pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan tata

pemerintahan daerah, yaitu dengan Undang-undang No. 27 tahun 1942.

Menurut undang-undang ini seluruh Jawa kecuali daerah Vorstenlanden

dibagi atas : Syuu (Karesidenen), Si (Kotapraja), Ken (Kabupaten), Gun

(Distrik), Son (Onder Distrik), dan Ku (Kelurahan/Desa).

Pada Bulan Maret 1942 di masa Perang Dunia II daerah Grobogan

juga tidak luput dari pendudukan tentara Jepang. Pada waktu itu Bupati

Grobogan R. Adipati Ario Soekarman Martohadinagoro meninggalkan kota

(Purwodadi) dan mengungsi di Pesanggrahan Argomulyo (milik Perhutani).

Tetapi tidak lama kemudian oleh Jepang diserahkan kembali ke Purwodadi

dengan ditetapkan sebagai Kentyo (Bupati) Grobogan. Pada tahun 1944

Bupati Ario Soekarman di pindah ke Semarang, digantikan oleh R Soegeng

sampai Tahun 1946.

F. MASA KEMERDEKAAN

Tahun 1948, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang

No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 1 UU ini

menyatakan bahwa Daerah Negara Republik Indonesia tersusun dalam tiga

tingkatan, yaitu : Propinsi, Kabupaten, Desa (Kota Kecil). Selanjutnya

berdasarkan UU No. 13 Tahun 1950 dibentuk Daerah-daerah Tingkat II di

Page 27: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Dengan demikian UU inilah yang

mendasari pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan.

Melalui Perda Kabupaten Dati II Grobogan No. 11 Tahun 1991

ditetapkan bahwa Hari Jadi Kabupaten Grobogan adalah : Hari Senin

Kliwon, 21 Jumadil Akhir 1650 atau 4 Maret 1726 atau 1 Rajab 1138 H yaitu

pada saat diangkatnya Raden Tumenggung Martapura sebagai Bupati

Mancanagari di Grobogan. Raden Tumenggung Martapura inilah yang

sampai sekarang dianggap sebagai Bupati Grobogan yang pertama.

Pengangkatan Bupati Grobogan atas diri Ng. Wongsodipo atau

Tumenggung Martapura atau Adipati Puger disertai dengan penyerahan

kekuasaan atas daerah-daerah yang menjadi wilayahnya. Ini berarti,

bahwa pengangkatan Bupati di sini adalah sebagai Bupati Kepala Daerah.

Sebagai Bupati Patih adalah RT Suryonegoro. Dalam perkembangan

selanjutnya sebagai Bupati Kepala Daerah, Adipati Puger menguasai

daerah-daerah Demak, Santenan, Cengkal Sewu, Wirosari, Sela, Teras,

Karas, Blora dan Jipang, serta daerah-daerah di Sukowati bagian utara

Bengawan Sala. Sedang sebutan Adipati merupakan sebutan bagi seorang

Bupati Mancanagari yang memiliki kedaulatan atas daerah-daerah yang

dikuasainya.

Penataan administrasi wilayah sudah barang tentu dilakukan

secara bertahap dan baru pada masa pembentukan Kabupaten Pangreh

Praja (1847) sistem administrasi Kabupaten sudah boleh dikatakan

mendekati sempurna, seperti Kabupaten Daerah Tingkat II sekarang. Di

samping itu Adipati Puger atau Tumenggung Martapura menjabat Bupati

Grobogan sampai meninggalnya (1753), dan nantinya dia digantikan oleh

menantunya : RT Suryonagoro dengan gelarnya RT Yudonagoro.

Dari penjelasan di atas, maka tanggal 4 Maret 1726 dapat

ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Grobogan telah ada dan jelas

memiliki perangkat yang diisyaratkan bagi adanya sebuah Kabupaten,

Page 28: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

yaitu adanya : wilayah, rakyat, dan pemerintahan, walaupun belum

sempurna (Senin, 21 Jumadilakir, 1650).

Selanjutnya sebagai akhir uraian dari bab ini perlu disebutkan

para Bupati yang pernah memerintah di Kabupaten Grobogan. Menurut

data yang ada Kabupaten Grobogan dengan ibu kota Grobogan pindah ke

kota Purwodadi terjadi pada Tahun 1864. Peristiwa ini hanyalah

merupakan perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan. Jadi

tidak terjadi perubahan status daerah tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya kita ketahui bahwa pada 1928

(Staatbald, 1928 No. 117) Kabupaten Grobogan mendapatkan tambahan

dua distrik (Kawedanan) dari Kabupaten Demak, yaitu :

1. Kawedanan distrik Manggar dengan ibukotanya di Godong

2. Kawedanan distrik Singen Kidul dengan ibukotanya di Gubug.

Maka jumlah desa di dalam wilayah Kabupaten Grobogan

dengan tambahan dua Kawedanan tersebut yang semula terdiri atas 129

desa menjadi 280 desa sampai sekarang. Pada tanggal 1 Januari 1930

(Staatblad 1930, No. 3) berdirilah Regent Schapsraad (Dewan Katapaten)

Grobogan sebagai badan ekonomi dimana Regent (Bupati) sebagai

ketuanya.

Pada Bulan April 1932 asistenan Karangasem Kawedanan

Wirosari dihapus dan dalam Bulan September 1933, asistenan Gadoh

Kawedanan Manggar juga dihapus (Staatblad 1932, No. 16; Staatblad 1933,

No. 51). Kemudian mendapatkan tambahan asistenan Klambu Distrik

Undaan Kabupaten Kudus.

Pada Bulan Maret 1942 di masa Perang Dunia II daerah

Grobogan juga tidak luput dari pendudukan tentara Jepang. Pada waktu

itu Bupati Grobogan R. Adipati Ario Soekarman Martohadinagoro

meninggalkan kota (Purwodadi) dan mengungsi di Pesanggrahan

Page 29: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

Argomulyo (milik Perhutani). Tetapi tidak lama kemudian oleh Jepang

diserahkan kembali ke Purwodadi dengan ditetapkan sebagai Kentyo

(Bupati) Grobogan. Pada tahun 1944 Bupati Ario Soekarman di pindah ke

Semarang, digantikan oleh R Soegeng sampai Tahun 1946.

Nama-nama Bupati yang pernah memerintah Kabupaten

Grobogan sejak Adipati Martapura Tahun 1726 adalah sebagai berikut :

a. Pada waktu ibukota Kabupaten menetap di Kota Grobogan

1. Adipati Martapura atau Adipati Puger : 1726 -

2. RT. Suryonagoro Suwandi atau RT. Yudonagoro.

3. RT. Kartodirjo : 1761 - 1768

4. RT. Yudonagoro : 1768 - 1775

5. R. Ng. Sorokerti atau RT. Abinaro : 1775 - 1787

6. RT. Yudokerti atau Abinarong II : 1787 - 1795.

7. RM. T. Sutoyudo : 1795 - 1801.

8. RT. Kartoyudo : 1801 - 1815.

9. RT. Sosronagoro I : 1815 - 1840.

10. RT. Sosronagoro II : 1840 - 1864.

b. Setelah ibukota Kabupaten menetap di Kota Purwodadi Tahun 1864.

1. Adipati Martonagoro : 1864 - 1875.

2. RM. Adipati Ario Yudonagoro : 1875 - 1902.

3. RM. Adipati Ario Haryokusumo : 1902 - 1908.

4. Pangeran Ario Sunarto : 1908 - 1933, Pencipta Trilogi Pedesaan

yaitu di desa-desa harus ada Sekolah Dasar, Balai Desa, dan

Lumbung Desa.

5. R. Adipati Ario Sukarman Martohadinegoro : 1933 - 1944.

6. R. Sugeng : 1944 - 1946.

7. R. Kaseno : 1946 -1948.

8. M. Prawoto Sudibyo : 1948 - 1949.

Page 30: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

9. R. Subroto : 1949 - 1950.

10. R. Sadono : 1950 - 1954.

11. Haji Andi Patopoi : 1954 - 1957. Bupati Kepala Daerah.

12. H. Abdul Hamid sebagai Pejabat Bupati dan Ruslan sebagai Kepala

Daerah yang memerintah sama-sama; 1957-1958.

13. R. Upoyo Prawirodilogo, Bupati Kepala Daerah merangkap Ketua

DPRDGR 1958 - 1964. Bupati inilah yang memprakarsai

pembangunan monumen obor Ganefo I di Mrapen.

14. Supangat; Bupati Kepala Daerah merangkap Ketua DPRGR : 1964 -

1967.

15. R. Marjaban, Pejabat Bupati Kepala Daerah : 1967 - 1970.

16. R. Umar Khasan, Pejabat Bupati Kepala Daerah : 1970 - 1974

17. Kolonel Inf. H. Soegiri, Bupati Kepala Daerah : 11 Juli 1974 - 11 Maret

1986.

18. Kolonel H. Mulyono US : Bupati Kepala Daerah : 11 Maret 1986 - 11

Maret 1996.

19. Kolonel Inf. T. Soewito , Bupati Kepala Daerah : 11 Maret 1996 - 2001

20. Agus Supriyanto, SE. sebagai Bupati dan H.Bambang Pudjiono,SH

sebagai Wakil Bupati Grobogan : 11 Maret 2001 - 2006

21. H.Bambang Pudjiono, SH. sebagai Bupati dan H.Icek Baskoro,SH

sebagai Wakil Bupati Grobogan : 2006 - 2011.

22. H.Bambang Pudjiono, SH. sebagai Bupati dan H.Icek Baskoro,SH

sebagai Wakil Bupati Grobogan : 2011 - 2016.

G. DATA CAGAR BUDAYA

Kabupaten Grobogan yang terungkap baik dari sejarah, legenda,

maupun artefaktual memberikan gambaran peran penting daerah ini dari

masa Klasik Bindu-Budha, Islam, hingga Kolonial. Data artefaktual tersebut

perlu dilestarikan karena mempunyai nilai penting bagi perkembangan

Page 31: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

daerah Grobogan. Data tersebut diinventarisasi sebagai data cagar budaya

karena memiliki kriteria :

1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

2. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadianbangsa.

Dengan demikian dapat diperikan data yang diduga sebagai

cagar budaya seperti tabel berikut:

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis

BCB Periode Posisi

1

11-15/

Gbo/2013/

TB/1

Masjid Ki Ageng

Sela

Ds. Sela , Kec.

Tawangharjo Makam Islam

S7 05 52.7

E111 00 02.8

2

11-15/

Gbo/2013/

TB/2

Gereja Kristen

Jawa Tengah

Utara

Dsn. Kaliceret, Ds.

Mrisi, Kec.

Tanggungharjo

Gereja Kolonial S7 06 42.2

E110 39 05.0

3

11-15/

Gbo/2013/

TB/4

Makam Bupati RT.

Adipati Mertohadi

Negoro

Kompl. Makam

Sedomukti,

Ngembak, Purwodadi

Makam Islam S7 05 41.6

E110 52 42.2

4

11-15/

Gbo/2013/

TB/6

Stasiun Kedungjati Ds. Kedungjati, Kec.

Kedungjati Stasiun Kolonial

S7 09 49.25

E110 38 06.5

5

11-15/

Gbo/2013/

TB/7

Klenteng Hok An

Bio

Jl. Suhada No. 1

Purwodadi Klenteng Kolonial

S7 04 49.4

E110 54 52.8

6

11-15/

Gbo/2013/

TB/9

Masjid Jami'

Baiturrahman

Dsn. Ngaringan, Ds.

Tawangharjo, Kec.

Wirosari

Masjid Islam S7 04 41.0

E111 05 25.2

7

11-15/

Gbo/2013/

TB/10

Masjid An Nur Ds. Kuwu, Kec.

Kradenan Masjid Islam

S7 07 26.4

E111 07 42.1

Page 32: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

8

11-15/

Gbo/2013/

TB/11

Stasiun Tanggung Ds. Tanggungharjo,

Kec. Tanggungharjo Stasiun Kolonial

S7 05 29.6

E110 36 12.6

9

11-15/

Gbo/2013/

TB/12

Stasiun Gundih Ds. Geyer, Kec. Geyer Stasiun Kolonial S7 13 07.2

E110 54 00.7

10

11-15/

Gbo/2013/

TB/13

Makam Ki Ageng

Sela

Ds. Sela , Kec.

Tawangharjo Makam Islam

S7 05 51.8

E111 00 01.6

11

11-15/

Gbo/2013/

TB/14

Makam Ki Ageng

Tarub

Ds. Tarub, Kec.

Tawangharjo Makam Islam

S7 03 45.5

E111 00 55.1

12

11-15/

Gbo/2013/

TB/15

Makam RM.

Bondan Kejawan

Ds. Tarub, Kec.

Tawangharjo Makam Islam

S7 03 45.5

E111 00 55.1

13

11-15/

Gbo/2013/

TB/16

Bak Kontrol

Saluran Air

Jatipohon

Dsn. Krajan RT 4 RW

2, Ds. Jatipohon, Kec.

Grobogan

Reservoir Kolonial S6 59 34.8

E110 55 40.8

14

11-15/

Gbo/2013/

TB/17

Sumber Air

Jatipohon

Dsn. Sumber, Ds.

Jatipohon, Kec.

Grobogan

mata air Kolonial S6 59 07.7

E110 55 46.4

15

11-15/

Gbo/2013/

TB/18

Kolam Renang

Jatipohon

Dsn. Sumber, Ds.

Jatipohon, Kec.

Grobogan

Kolam

Renang Kolonial

S6 59 08.1

E110 55 46.0

16

11-15/

Gbo/2013/

TB/19

Rumah City View

Dsn. Sumber, Ds.

Jatipohon, Kec.

Grobogan

Rumah Kolonial S6 59 09.9

E110 55 46.4

17

11-15/

Gbo/2013/

TB/20

Pendapa

Kawedanan

Grobogan

Jl. Pangeran Puger

110, Kec. Grobogan Pendapa Kolonial

S7 01 22.6

E110 55 20.7

18

11-15/

Gbo/2013/

TB/21

Rumah Dinas

Wedana Grobogan

Jl. Pangeran Puger

110, Kec. Grobogan Rumah Kolonial

S7 01 22.6

E110 55 20.7

19

11-15/

Gbo/2013/

TB/22

Bekas Penjara

Kawedanan

Grobogan

Jl. Pangeran Puger

110, Kec. Grobogan Kantor Kolonial

S7 01 22.6

E110 55 20.7

Page 33: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

20

11-15/

Gbo/2013/

TB/23

Makam Adipati

Puger Martapura

Jl. Pangeran Puger,

Kec. Grobogan Makam Islam

S7 01 21.1

E110 55 12.2

21

11-15/

Gbo/2013/

TB/24

Pendapa

Kecamatan Gubug

Jl. Jendral A. Yani

No.24, Gubug Kantor Kolonial

S7 03 15.0

E110 39 57.9

22

11-15/

Gbo/2013/

TB/25

Rumah Dinas

Camat Gubug

Jl. Jendral A. Yani

No.24, Gubug Kantor Kolonial

S7 03 15.0

E110 39 57.9

23

11-15/

Gbo/2013/

TB/26

TK Bhayangkari 40

Gubug

Jl. Bhayangkara, Kec.

Gubug Sekolah Kolonial

S7 03 17.4

E110 40 08.9

24

11-15/

Gbo/2013/

TB/27

Masjid An Nur

Gubug

Jl. Bhayangkara, Kec.

Gubug Masjid Islam

S7 03 11.5

E110 39 58.2

25

11-15/

Gbo/2013/

TB/28

Kantor Balai

Pengelolaan

Sumberdaya Air

Serang Lusi Juana

Jl. Jenderal Sudirman,

Kec. Godong Stasiun Kolonial

S7 01 28.3

E110 46 35.2

26

11-15/

Gbo/2013/

TB/29

Rumah Tinggal Jl. Bhayangkara No.

62 Gubug Rumah Kolonial

S7 03 15.7

E110 40 04.0

27

11-15/

Gbo/2013/

TB/30

SMP Keluarga

Gubug

Jl. Bhayangkara No.

63 Gubug Sekolah Kolonial

S7 03 17.3

E110 40 08.1

28

11-15/

Gbo/2013/

TB/31

Stasiun Gubug Ds. Kuwaron, Kec.

Gubug Stasiun Kolonial

S7 03 39.2

E110 40 10.2

29

11-15/

Gbo/2013/

TB/32

Rumah Dinas KAI Ds. Kuwaron, Kec.

Gubug Rumah Kolonial

S7 03 35.3

E110 40 05.8

30

11-15/

Gbo/2013/

TB/33

Rumah Dinas KAI Ds. Kuwaron, Kec.

Gubug Rumah Kolonial

S7 03 35.1

E110 40 05.1

31

11-15/

Gbo/2013/

TB/34

Rumah Dinas KAI Ds. Kuwaron, Kec.

Gubug Rumah Kolonial

S7 03 34.8

E110 40 04.8

Page 34: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

32

11-15/

Gbo/2013/

TB/35

Rumah Dinas KAI Ds. Kuwaron, Kec.

Gubug Rumah Kolonial

S7 03 33.8

E110 40 03.5

33

11-15/

Gbo/2013/

TB/36

Bekas Stasiun

Godong

Ds. Godong, Kec.

Godong Stasiun Kolonial

S7 01 21.2

E110 46 22.2

34

11-15/

Gbo/2013/

TB/37

Watu Bobot

Mrapen

Dsn. Mrapen, Ds

Manggarmas, Kec.

Godong

Petilasan Islam S7 01 21.4

E110 41 59.6

35

11-15/

Gbo/2013/

TB/38

Tugu Ganefo

Mrapen

Dsn. Mrapen, Ds

Manggarmas, Kec.

Godong

Tugu Kemer-

dekaan

S7 01 21.4

E110 41 59.6

36

11-15/

Gbo/2013/

TB/39

Api Abadi Mrapen

Dsn. Mrapen, Ds

Manggarmas, Kec.

Godong

Cagar

budaya

alam

- S7 01 21.4

E110 41 59.6

37

11-15/

Gbo/2013/

TB/40

SD Kristen

Kaliceret

Dsn. Kaliceret, Ds.

Mrisi, Kec.

Tanggungharjo

Gedung Kolonial S7 06 40.5

E110 39 05.6

38

11-15/

Gbo/2013/

TB/41

Rumah Pendeta

GKJ Kaliceret

Dsn. Kaliceret, Ds.

Mrisi, Kec.

Tanggungharjo

Gedung Kolonial S7 06 40.8

E110 39 07.8

39

11-15/

Gbo/2013/

TB/42

Gereja Kristen

Jawa Kaliceret

Dsn. Kaliceret, Ds.

Mrisi, Kec.

Tanggungharjo

Gereja Kolonial S7 06 40.0

E110 39 07,6

40

11-15/

Gbo/2013/

TB/43

BKPH Padas Ds. Kedungjati, Kec.

Kedungjati Gedung Kolonial

S7 09 37.1

E110 37 59.1

41

11-15/

Gbo/2013/

TB/45

Gudang KAI

Kedungjati

Ds. Kedungjati, Kec.

Kedungjati Gedung Kolonial

S7 09 49.25

E110 38 06.5

42

11-15/

Gbo/2013/

TB/46

Rumah Dinas KAI Ds. Kedungjati, Kec.

Kedungjati Rumah Kolonial

S7 09 49.25

E110 38 06.5

43

11-15/

Gbo/2013/

TB/47

Polsek Kedungjati Ds. Kedungjati, Kec.

Kedungjati Gedung Kolonial

S7 09 43.8

E110 37 58.1

Page 35: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

44

11-15/

Gbo/2013/

TB/48

Rumah Dinas KAI Ds. Tanggungharjo,

Kec. Tanggungharjo Rumah Kolonial

S7 05 29.6

E110 36 12.6

45

11-15/

Gbo/2013/

TB/49

Masjid Jami'

Zaidattut Taqwa

Dsn. Brebes, Ds.

Glapan, Kec. Gubug Masjid Islam

S7 06 41.0

E110 41 10.7

46

11-15/

Gbo/2013/

TB/50

Bendung Glapan Ds. Glapan, Kec.

Gubug Reservoir Kolonial

S7 06 34.1

E110 41 20.6

47

11-15/

Gbo/2013/

TB/51

Jembatan

Bendung Glapan

Ds. Glapan, Kec.

Gubug Struktur Kolonial

S7 06 29.3

E110 41 18.7

48

11-15/

Gbo/2013/

TB/52

Stasiun Kradenan Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Stasiun Kolonial

S7 08 59.2

E111 08 42.1

49

11-15/

Gbo/2013/

TB/53

Tugu Perang

Kemerdekaan

Kedungjati

Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Tugu Kolonial

S7 08 59.2

E111 08 42.1

50

11-15/

Gbo/2013/

TB/54

Rumah Dinas KAI Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Rumah Kolonial

S7 09 00.7

E111 08 41.1

51

11-15/

Gbo/2013/

TB/55

Rumah Dinas KAI Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Rumah Kolonial

S7 09 00.7

E111 08 41.1

52

11-15/

Gbo/2013/

TB/56

KANTOR UPT

RESORT SINTELIS

4.7. KRADENAN

Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Rumah Kolonial

S7 09 00.7

E111 08 41.1

53

11-15/

Gbo/2013/

TB/57

KPH Kradenan Ds. Kradenan, Kec.

Kradenan Kantor Kolonial

S7 09 01.1

E111 08 45.8

54

11-15/

Gbo/2013/

TB/58

Rumah Dinas

Bupati Grobogan

Jl. S. Parman No. 1

Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 56.2

E110 55 03.0

55

11-15/

Gbo/2013/

TB/59

Pendapa Bupati

Grobogan

Jl. S. Parman No. 1

Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 56.2

E110 55 03.0

Page 36: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis

BCB Periode Posisi

56

11-15/

Gbo/2013/

TB/60

Kantor

Kesbanglinmas

Jl. DI. Panjaitan No. 6

Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 51.7

E110 55 10.4

57

11-15/

Gbo/2013/

TB/61

Kantor BKD

Purwodadi

Jl. Jend. Sudirman No.

83 Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 54.4

E110 54 59.9

58

11-15/

Gbo/2013/

TB/62

Kodim 0717

Purwodadi

Jl. Suhada No. 1

Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 48.2

E110 54 57.0

59

11-15/

Gbo/2013/

TB/63

SMPN 1 Purwodadi

JL. Mayjen Sutoyo

Siswomiharjo No. 6

Purwodadi

Kantor Kolonial S7 05 16.2

E110 55 05.2

60

11-15/

Gbo/2013/

TB/64

Masjid Jami

Purwodadi

Jl. Jend. Sudirman

Purwodadi Masjid Islam

S7 04 51.7

E110 54 58.6

61

11-15/

Gbo/2013/

TB/65

Kantor PMI

Grobogan

JL. Piere Tendean No.

5A Purwodadi Kantor Kolonial

S7 05 04.6

E110 55 08.8

62

11-15/

Gbo/2013/

TB/66

Rumah Dinas

Polsek Purwodadi

Jl. Bhayangkara No. 5

Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 49.1

E110 55 06.8

63

11-15/

Gbo/2013/

TB/67

Bekas Stasiun

Purwodadi

Jl. A. Yani Purwodadi-

Grobogan Stasiun Kolonial

S7 05 01.1

E110 54 41.0

64

11-15/

Gbo/2013/

TB/68

Bank Panin Jl. Letjen Suprapto

No. 30-31 Purwodadi Kantor Kolonial

S7 05 07.6

E110 54 52.0

65

11-15/

Gbo/2013/

TB/69

Rumah Tinggal Go

Peng Hong

Jl. Letjen Suprapto

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 05 10.5

E110 54 52.2

66

11-15/

Gbo/2013/

TB/70

Rumah Tinggal Jl. Suprapto No. 54

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 05 13.6

E110 54 52.0

67

11-15/

Gbo/2013/

TB/71

Rumah Tinggal Jl. Bhayangkara No. 2

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 04 49.1

E110 55 06.8

Page 37: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis

BCB Periode Posisi

68

11-15/

Gbo/2013/

TB/72

Kantor Pemasaran

Hasil Hutan

Jl. Gatot Subroto No.

7 Purwodadi Kantor Kolonial

S7 04 53.7

E110 55 10.6

69

11-15/

Gbo/2013/

TB/73

Rumah Dinas BRI

Purwodadi

Jl. DI. Panjaitan

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 04 50.8

E110 55 09.2

70

11-15/

Gbo/2013/

TB/74

GKJTU Purwodadi Jl. Kartini No. 9

Purwodadi Gereja Kolonial

S7 05 03.3

E110 55 01.9

71

11-15/

Gbo/2013/

TB/75

Rumah Pastur GKJ

Purwodadi

Jl. Kartini No. 11

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 05 03.3

E110 55 01.9

72

11-15/

Gbo/2013/

TB/76

Bekas Rumah

Dinas Bupati

Grobogan

Jl. DI. Panjaitan

Purwodadi Rumah Kolonial

S7 05 04.3

E110 55 10.2

73

11-15/

Gbo/2013/

TB/77

Bangsal RSU

Purwodadi

Jl. DI. Panjaitan No.

36 Purwodadi Kantor Kolonial

S7 05 03.8

E110 55 10.8

74

11-15/

Gbo/2013/

TB/78

Stasiun Ngrombo Dsn. ngrombo, Ds.

Depok, Kec. Toroh Stasiun Kolonial

S7 08 43.0

E110 54 03.2

75

11-15/

Gbo/2013/

TB/79

Rumah Dinas KAI Dsn. ngrombo, Ds.

Depok, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 42.9

E110 54 06.0

76

11-15/

Gbo/2013/

TB/80

Situs Medang

Kamulan

Dsn. Medang

Kamulan, Ds.

Banjarejo, Kec. Gabus

Situs Klasik S7 06 45.8

E111 12 56.4

77

11-15/

Gbo/2013/

TB/81

Stasiun Sulur Ds. Sulursari, Kec.

Gabus Stasiun Kolonial

S7 10 27.1

E111 13 22.2

78

11-15/

Gbo/2013/

TB/82

Rumah Dinas KAI Ds. Sulursari, Kec.

Gabus Rumah Kolonial

S7 10 27.1

E111 13 22.2

79

11-15/

Gbo/2013/

TB/83

KPH Sulursari Ds. Sulursari, Kec.

Gabus Gedung Kolonial

S7 10 43.3

E111 13 08.4

Page 38: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

80

11-15/

Gbo/2013/

TB/84

Tambang Minyak

Padas

Ds. Bendoharjo, Kec.

Gabus

Kilang

Minyak Kolonial

S7 09 11.3

E111 14 09.7

81

11-15/

Gbo/2013/

TB/85

Tambang Minyak

Padas

Ds. Bendoharjo, Kec.

Gabus

Kilang

Minyak Kolonial

S7 09 11.3

E111 14 09.7

82

11-15/

Gbo/2013/

TB/86

Tambang Minyak

Padas

Ds. Bendoharjo, Kec.

Gabus

Kilang

Minyak Kolonial

S7 09 14.5

E111 14 08.9

83

11-15/

Gbo/2013/

TB/87

Tambang Minyak

Padas

Ds. Bendoharjo, Kec.

Gabus

Kilang

Minyak Kolonial

S7 09 10.6

E111 14 00.9

84

11-15/

Gbo/2013/

TB/88

Rumah Dinas

Perhutani Segara

Gunung

Ds. Segorogunung,

Kec. Gabus Rumah Kolonial

S7 12 45.2

E111 12 57.5

85

11-15/

Gbo/2013/

TB/89

Makam R.

Abdullah Kuwu

Ds. Kuwu, Kec.

Kradenan Makam Islam

S7 07 25.8

E111 07 41.0

86

11-15/

Gbo/2013/

TB/90

Klenteng Hok Ling

bio

Ds. Kuwu, Kec.

Kradenan Klenteng

S7 07 23.6

E111 07 24.7

87

11-15/

Gbo/2013/

TB/91

Pendapa

Kawedanan

Wirosari

Dsn. Ngaringan, Ds.

Tawangharjo, Kec.

Wirosari

Pendapa Kolonial S7 04 35.6

E111 05 29.1

88

11-15/

Gbo/2013/

TB/92

Stasiun

Gambringan

Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Stasiun Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

89

11-15/

Gbo/2013/

TB/93

Tandon Air Stasiun

Gambringan

Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Kantor Kolonial

S7 08 37.9

E110 54 55.1

90

11-15/

Gbo/2013/

TB/94

Gedung Resort

Inspeksi Jalam Rel

Gambringan

Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Kantor Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 58.7

91

11-15/

Gbo/2013/

TB/95

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

Page 39: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

No No. Inv. Nama BCB / Situs Alamat Jenis BCB Periode Posisi

92

11-15/

Gbo/2013/

TB/96

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

93

11-15/

Gbo/2013/

TB/97

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

94

11-15/

Gbo/2013/

TB/98

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

95

11-15/

Gbo/2013/

TB/99

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

96

11-15/

Gbo/2013/

TB/100

Rumah Dinas KAI Dsn. Pucang, Ds.

Tambirejo, Kec. Toroh Rumah Kolonial

S7 08 37.6

E110 54 53.9

97

11-15/

Gbo/2013/

TB/101

Gedong Papak Ds. Geyer, Kec. Geyer Rumah Kolonial S7 13 08.0

E110 54 06.3

98

11-15/

Gbo/2013/

TB/102

Balai Pertemuan

KPH Gundih Ds. Geyer, Kec. Geyer Kantor Kolonial

S7 12 42.6

E110 54 12.0

99

11-15/

Gbo/2013/

TB/103

Rumah Dinas Adm

KPH Gundih Ds. Geyer, Kec. Geyer Rumah Kolonial

S7 12 47.5

E110 54 11.8

100

11-15/

Gbo/2013/

TB/104

Rumah Dinas KAI Ds. Geyer, Kec. Geyer Rumah Kolonial S7 12 42.6

E110 54 12.0

101

11-15/

Gbo/2013/

TB/105

UPT Resor Sintelis

4.5 Gundih Ds. Geyer, Kec. Geyer Kantor Kolonial

S7 13 07.2

E110 54 00.7

102

11-15/

Gbo/2013/

TB/106

Reservoir Stasiun

Gundih Ds. Geyer, Kec. Geyer Reservoir Kolonial

S7 13 08.5

E110 53 58.7

103

11-15/

Gbo/2013/

TB/107

Rumah Dinas KAI Ds. Geyer, Kec. Geyer Rumah Kolonial S7 13 09.5

E110 54 06.0

104

11-15/

Gbo/2013/

TB/108

Depo Loko Ds. Geyer, Kec. Geyer Kantor Kolonial S7 12 59.3

E110 53 58.6

Page 40: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

1. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MASJID KI AGENG SELA

NAMA SEBELUMNYA : Masjid Ki Ageng Sela

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/01

JENIS : Masjid

PERIODE : Islam

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 45.5 E111 00 55.1

DUSUN :

DESA : Sela

KECAMATAN : Tawangharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Karaton Surakarta Hadiningrat

STATUS PENGELOLAAN : Karaton Surakarta Hadiningrat

TAHUN PEMBANGUNAN : Abad XV

TAHUN RENOVASI : Pada tahun 2012, Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah melakukan renovasi pada

bagian atap dan pengelupasan cat.

LATAR BELAKANG SEJARAH : Nama asli Ki Ageng Ngabdurahman Sela, menurut

sebagian masyarakat adalah Bagus Sogom. Menurut

naskah-naskah babad ia dipercaya sebagai keturunan

langsung Brawijaya, raja terakhir Majapahit.

Dikisahkan, Brawijaya memiliki anak bernama Bondan

Kejawan , yang tidak diakuinya. Bondan Kejawan

berputra Ki Getas Pandawa. Kemudian Ki Getas

Pandawa berputra Ki Ageng Sela. Ki Ageng Sela

berputra beberapa orang putri dan seorang putra

bergelar Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis

berputra Ki Ageng Pemanahan, penguasa pertama

Mataram.

FUNGSI : Masjid

Page 41: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

UKURAN :

PANJANG : 16 m

LEBAR : 25 m

TINGGI : 9,5 m

LUAS AREA : 5400 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman dan makam

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Komplek pemakaman

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di tengah pemukiman

ARAH HADAP : Timur

DISKRIPSI : Masjid memiliki atap tumpang dan sebagian besar

komponen bangunan terbuat dari kayu, terutama

bagian dinding ruang utama dan tiang. Penambahan

bangunan terdapat di bagian serambi yang diperlebar

ke arah timur dengan konstruksi beton cor. Masjid

telah mengalami renovasi pada tahun 2012 yaitu

perbaikan konstruksi atap, terutama bagian genting

dan kerangka serta pengelupasan cat yang

sebelumnya melapisi bagian dinding ruang utama.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Ki Ageng Sela merupakan leluhur dari raja-raja Pajang

dan Mataram.

ILMU PENGETAHUAN

:

Ilmu pengetahuan mengenai arsitektur masjid kuna di

Jawa

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN : Salah satu tujuan wisata religi di Kabupaten Grobogan

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan menggunakan mobil, motor

dan jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan bahan karena rayap

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian keaslian

REKOMENDASI : Perawatan rutin

Page 42: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 10 Mei 2013

PETA KABUPATEN

MASJID KI AGENG SELA

Sela , Tawangharjo,

Grobogan

Pendapa dan Ruang Utama dilihat dari

arah utara Pendapa Masjid Ki Ageng Sela

Page 43: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

2. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : GEREJA KRISTEN JAWA TENGAH UTARA KALICERET

NAMA SEBELUMNYA : Salatiga Zending

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/02

JENIS : Gereja

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 06 42.2 E110 39 05.0

DUSUN : Kaliceret

DESA : Mrisi

KECAMATAN : Tanggung Harjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Salatiga Zending

BARU : GKJTU Kaliceret

STATUS PENGELOLAAN : GKJTU Kaliceret

TAHUN PEMBANGUNAN : 1930an

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Pertama-tama datanglah orang-orang dari Salatiga

Zending membangun rumah dari welit/ilalang yang

dulunya berlokasi di Pastori GKJ Kaliceret. Rumah

welit tersebut dipakai untuk mengabarkan Injil melalui

bidang kesehatan. Beberapa orang yang sembuh dari

penyakitnya tidak mau kembali ke daerah asalnya,

tetapi menetap di Kaliceret dan menjadi penganut

Kristen. Jadi tempat itu di samping sebagai balai

pengobatan juga dipakai sebagai tempat ibadah juga

sekaligus pastori. Mereka yang pernah tinggal di

tempat itu adalah Pdt. Steisen, Pdt. Prusdey, dan Pdt.

Panenga.

FUNGSI : Gereja

UKURAN :

PANJANG : 19 m

LEBAR : 12 m

TINGGI : 8 m

LUAS AREA :

Page 44: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Jalan raya

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Pemukiman

ARAH HADAP : Timur

DISKRIPSI : Bangunan gereja dibangun sepenuhnya dari kayu

yang pada bagian bawah diperkuat dengan besi.

Bangunan utama dikelilingi dengan teras berkolom

balok kayu. Konstruksi atap terbuat dari kayu yang

ditutup dengan genteng pres. Lantai telah diganti

keramik. Bagian teras depan terdapat hiasan lisplang.

Pintu terbuat dari kayu berbentuk kupu tarung dan

jendela juga berbentuk kupu tarung dengan motif

krepyak.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Terkait dengan keberadaan zending atau misionaris

Jerman pada masa kolonial Belanda

ILMU PENGETAHUAN

:

Pemakaian konstruksi kayu untuk bangunan pada

areal dengan struktur tanah labil

PENDIDIKAN :

Perpaduan penyebaran Kristen melalui media

kesehatan dan pendidikan.

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Penyebaran agama Kristen di wilayah Grobogan pada

masa Kolonial.

AKSESIBILITAS : Berada di tepi jalan raya

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan kayu kalau tidak dilakukan treatment

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Konservasi dan rehabilitasi bangunan kayu

DATA INFORMAN : Bp. Samuel (66 tahun)

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11 Mei 2013

Page 45: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

GEREJA KRISTEN

JAWA TENGAH UTARA

KALICERET

Mrisi, Tanggung Harjo,

Grobogan

Façad Bangunan GKJTU Kaliceret Dinding Barat GKJTU Kaliceret

Page 46: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

3. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MAKAM RT. ADIPATI MERTOHADI NEGORO

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/04

JENIS : Makam

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 05 41.6 E110 52 42.2

DUSUN :

DESA : Ngembak

KECAMATAN : Purwodadi

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Pemkab Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Pemkab Grobogan

TAHUN PEMBANGUNAN : 1875

TAHUN RENOVASI : -

LATAR BELAKANG SEJARAH : RT. Adipati Mertohadi Negoro merupakan bupati

Grobogan yang memerintah antara tahun 1864 - 1875.

FUNGSI : Makam

UKURAN :

PANJANG : 1,8 m

LEBAR : 0,8 m

TINGGI : 0,6 m

LUAS AREA : 100 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemakaman

SELATAN : Hutan

TIMUR : Hutan

BARAT : Pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di sekitar pemakaman umum

ARAH HADAP : Selatan

Page 47: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Makam Bupati RT Adipati Mertohadi Negoro berada di

tempat paling tinggi di area pemakaman Muktiharjo.

Terdapat paseban di sebelah selatan makam berupa

bangunan beratap kampung yang dilengkapi dengan

teralis besi. Atap dan dinding terbuat dari bahan seng.

Kondisi makam sudah mengalami perubahan di

antaranya lantai ditutup keramik baru. Bangunan

makam terdiri dari 2 makam dan terdapat beberapa

makam kecil di sekelilingnya. Makam utama bagian

jirat dan nisan terbuat dari marmer berwarna putih.

Kondisi cungkup cukup terawat, namun lingkungan

tidak terawat.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Sejarah pemerintahan di Kabupaten Grobogan

ILMU PENGETAHUAN : Ragam nisan dan jirat pada makam kuna

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Tempat pemakaman seorang pemimpin diletakkan di

tempat tinggi atau bukit.

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Berada di alam terbuka

AKTIFITAS MANUSIA :

Pembiaran dan Pengembangan kawasan tanpa

memperhatikan konsep pelestarian cagar budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 17 Mei 2013

Page 48: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

MAKAM RT. ADIPATI

MERTOHADI NEGORO

Ngembak, Purwodadi,

Grobogan

Cungkup dan Makam Bupati RT. Adipati

Mertohadi Negoro

Gambar Detail Makam Bupati RT. Adipati

Mertohadi Negoro

Page 49: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

4. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : STASIUN KEDUNGJATI

NAMA SEBELUMNYA : Stasiun Kedung jati

NO. INVENTARISASI : 183/04.58167/Kej/BQ

11-15/Gbo/2013/TB/06

SURAT KEPUTUSAN :

JENIS : Stasiun

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN

Astronomi : S 7 9 49,03 E 110 38 8.37

DUSUN : Kedungjati

DESA : Kedungjati

KECAMATAN : Kedungjati

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA : NIS (Nederland Indische Spoorweg Maatschappij)

BARU : PT. KERETA API INDONESIA

STATUS PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA

TAHUN PEMBANGUNAN : 21 Mei 1873

TAHUN RENOVASI : 1907

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Stasiun ini dibangun oleh perusahaan NIS (Nederland

Indische Spoorweg Maatschappij) setelah jalur kereta

api Samarang - Tanggung yang merupakan jalur

pertama di pulau Jawa beroperasi pada tahun 1867.

Jalur pertama tersebut diteruskan menjadi jalur

Semarang — Yogyakarta melalui Solo agar lebih

menguntungkan bagi kepentingan militer Belanda pada

masa itu serta pengangkutan hasil perkebunan. Stasiun

Kedungjati mulai dioperasikan, bersamaan dengan

selesai dan dibukanya KA jalur Semarang -

Yogyakarta untuk umum.

RIWAYAT PENELITIAN : Studi Teknis Arkeologis Stasiun Kedung Jati, Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, 2011

FUNGSI : Stasiun

DOKUMENTASI :

Page 50: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

UKURAN

PANJANG : 93 m

LEBAR : 25 m

TINGGI : 12 m

LUAS :

BATAS-BATAS

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Pemukiman

ARAH HADAP : Barat

DISKRIPSI : Stasiun Kedungjati semula dibangun dengan konstruksi

kayu dan tahun 1907 dibangun kembali dengan

konstruksi baja dan dinding bata. Arsitekturnya mirip

dengan Stasiun Willem I atau Stasiun Ambarawa yang kini

jadi Museum Kereta Api Ambarawa. Stasiun Kedungjati

memiliki emplasemen ganda dengan bangunan utama

berada di antara dua rel di sisi utara dan selatannya.

Salah satu sisi relnya tertutup atap yang menjadi satu

dengan bangunan stasiun. Stasiun ini terdiri dari satu

bangunan utama yang di dalamnya terdapat ruang

tunggu (peron), loket karcis, kantor pengelola dan lain-

lain. Bangunan utama berkonstruksi baja bentang lebar

yang menaungi ruang tunggu, ruang administrasi, ruang

kepala stasiun dan loket penjualan karcis. Penghawaan

bangunan dirancang teliti dengan ruang tunggu berupa

ruang setengah terbuka yang dibatasi tembok rendah

dan atap tinggi sehingga udara mengalir lancar. Fasilitas

stasiun (ruang kepala stasiun, administrasi, dan loket

penjualan karcis) disusun secara linier sepanjang

bangunan yang berbentuk empat persegi panjang sejajar

rel. Keunikan arsitektur Stasiun Kedungjati terutama

pada penggunaan bata ekspos sebagai ornamen dan

aksen pada tepian pintu, jendela dan dinding yang

inspirasinya berasal dari arsitektur Eropa abad 19. Ciri

khas tersebut saat ini dipertajam dengan finishing cat

yang menonjolkan karakter ornamen bata ekspos.

Konstruksi baja yang digunakan pada struktur bangunan

utama dan emplasemen masih kokoh hingga saat ini.

Page 51: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

NILAI PENTING

HISTORIS : salah satu stasiun tertua di Indonesia

ILMU PENGETAHUAN : Perkembangan ilmu arsitektur pada pemanfaatan

sarana transportasi massal

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN : Salah satu cikal bakal pemanfaatan sarana transportasi

massal untuk mobilitas pada masa kolonial.

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan tidak jauh dari jalan

raya.

ANCAMAN

PROSES ALAM : Pelapukan

AKTIVITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Konservasi bangunan kayu

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL / Waktu : 12 Mei 2013

Page 52: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

STASIUN KEDUNGJATI

Kedungjati,

Kedungjati, Grobogan

Stasiun Kedungjati Ruang PPKA Stasiun Kedungjati

Lantai Ruang Tunggu Kelas Eksekutif Ruang Tunggu kelas Ekonomi

Page 53: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

5. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : TEMPAT IBADAH TRI DHARMA HOK AN BIO

NAMA SEBELUMNYA : Hok An Bio

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/07

JENIS : Klenteng

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN

ASTRONOMI : S7 04 49.4 E110 54 52.8

ALAMAT : Jalan Suhada No. 1

KECAMATAN : Purwodadi

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA :

BARU :

STATUS PENGELOLAAN :

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

Tahun 2013 dilakukan pengecatan seluruh

bangunan

LATAR BELAKANG SEJARAH : sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadah

masyarakat Tionghoa di Grobogan

FUNGSI : tempat Ibadah Tri Dharma

UKURAN

PANJANG : 11,3 m

LEBAR : 6,5 m

TINGGI : 8,3 m

LUAS AREA : 1800 m2

BATAS-BATAS

UTARA : Jalan Raya (jalan Suhada)

SELATAN : pemukiman

TIMUR : pertokoan

BARAT : pemukiman dan pertokoan

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman dan pertokoan

ARAH HADAP : timur

Page 54: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DESKRIPSI : Bangunan sebagian besar terbuat dari kayu

didominasi warna merah dan kuning. Bagian teras

disangga dengan 4 buah tiang kayu yang masing-

masing tiang terdapat tulisan cina. Di bagian atas

terdapat banyak ukiran dan tumbuhan serta hewan

mitologi dan dewa-dewa. Selain ukiran terdapat

juga lukisan cerita. Untuk masuk ke altar utama

terdapat pintu masuk berbentuk teralis yang

terbuat dari kayu. Di sisi kanan-kiri pintu masuk

terdapat gambar kilin dan ukiran relief cerita. Altar

utama ditempatkan arca Hok Tek Chen Sin (Dewa

Amurwabumi). Perubahan terdapat pada sebagian

dinding yang dilapisi dengan keramik, lantai diganti

dengan traso dan genting sudah diganti dengan

genting pres. Di sebelah selatan bangunan altar

utama terdapat bangunan untuk kantor pengurus

dan juga altar pemujaan. Bangunan ini sebagian

besar juga terbuat dari kayu serta terdapat banyak

ukiran. Pada bagian jendela dibuat bentuk teralis. Di

komplek ini terdapat prasasti berhuruf cina yang

sebagian hurufnya sudah aus.

NILAI PENTING

HISTORIS :

sejarah keberadaan masyarakat Tionghoa di

Grobogan

ILMU PENGETAHUAN : Ragam bangunan tridharma/ klenteng

PENDIDIKAN :

Pendidikan moral berlatar belakang agama

Tridharma

AGAMA :

Perkembangan agama konghucu dan Budha di

Grobogan

AKSESIBILITAS : mobil, motor dan jalan kaki

ANCAMAN

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : pengembangan fungsi bangunan

REKOMENDASI :

DATA INFORMAN : Parjaka (45 Tahun)

PENINJAUAN :

Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Tahun 2013

SURVEYOR :

Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Tahun 2013

TANGGAL : 15 May 2013

Page 55: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

KLENTENG HOK AN BIO

Jln. Suhada No. 1

Purwodadi, Grobogan

Ruang Pemujaan Utama Klenteng Hok An

Bio Ruang kantor Klenteng Hok An Bio

Page 56: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

6. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MASJID JAMI' BAITURRAHMAN WIROSARI

NAMA SEBELUMNYA : Masjid Jami' Baiturrahman Wirosari

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/09

JENIS : Masjid

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 04 41.0 E111 05 25.2

DUSUN :

DESA : Wirosari

KECAMATAN : Wirosari

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Kyai Reso Ngulomo

BARU : Pemerintah Kabupaten Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Takmir Masjid

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI : -

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Masjid Dibangun oleh Kyai Reso Ngulomo. Tokoh Kyai

Reso Ngulomo merupakan putra dari Abdul Karim

(Pendiri Baitul Makmur Alun-alun Purwodadi) yang masih

keturunan dari Ki Ageng Panjawi dari Pati. Pada masanya,

masjid Wirosari merupakan masjid terbesar se-

Kawedanan Wirosari.

FUNGSI : Masjid

UKURAN :

PANJANG : 13,5 m

LEBAR : 13 m

TINGGI :

LUAS AREA : 2600 m2

Page 57: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Jalan Raya

BARAT : Jalan Raya

KONDISI LINGKUNGAN : Di lingkungan pemukiman

ARAH HADAP : Timur

DISKRIPSI : Bangunan berdenah persegi. Sudah banyak mengalami

perubahan. Komponen-komponen pendukung

bangunan telah diganti tembok. Bangunan terdiri dari

ruang utama, pawestren dan serambi. Ruang utama

beratap tumpang yang ditopang oleh 4 (empat) buah

soko guru yang masih asli. Secara Façad , terdapat 3

(tiga) buah pintu kayu. Pintu yang terpasang di utara

dan selatan merupakan pintu lama. Dinding ruang

utama dilapisi dengan keramik. Bagian serambi sudah

direnovasi total. Pilar bagian serambi dirubah menjadi

pilar beton dengan atap bentuk limasan.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Sejarah perkembangan Kabupaten Grobogan

ILMU PENGETAHUAN : Ragam Arsitektur bangunan Masjid

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN : Sejarah perkembangan Islam di Grobogan

AKSESIBILITAS : Berada di pinggir jalan raya

ANCAMAN :

PROSES ALAM : -

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : M. Khaliq

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 17 Mei 2013

Page 58: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

MASJID JAMI'

BAITURRAHMAN

Wirosari, Wirosari,

Grobogan

Façad Bangunan Masjid Jami Wirosari Ruang Utama Masjid Jami Wirosari

Page 59: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

7. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MASJID AN-NUUR KUWU

NAMA SEBELUMNYA : Masjid An-Nuur Kuwu

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/10

JENIS : Masjid

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 07 26.4 E111 07 42.1

DUSUN :

DESA : Kuwu

KECAMATAN : Kuwu

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Takmir masjid

STATUS PENGELOLAAN : Takmir masjid

TAHUN PEMBANGUNAN : 1818

TAHUN RENOVASI : Masjid dibangun secara besar-besaran pada tahun 2000.

Mustaka diganti dengan bahan seng dengan bentuk yang

sama. Pawestren dibangun pada tahun 2003. Sementara

pagar masjid yang terbuat dari bahan tembok dibongkar

pada tahun 1998.

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Masjid An-Nur Kuwu didirikan pada tahun 1818 0leh R.

Abdullah yang sekarang dimakamkan di belakang Masjid.

Beliau semula sebagai penghulu. Pada masa dulu, seluruh

pernikahan se-Karesidenan Kradenan dilaksanakan di

Masjid Kuwu. Tokoh R. Abdullah adalah putra Abdul

Kharim (Pendiri Baitul Makmur Alun-alun Purwodadi)

yang masih keturunan dari Ki Ageng Panjawi dari Pati.

FUNGSI : Masjid

UKURAN :

PANJANG : 25 m

LEBAR : 15 m

TINGGI :

LUAS AREA : 1800 m2

Page 60: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : Pasar (Kios dan pertokoan)

SELATAN : Pasar (Kios dan pertokoan)

TIMUR : Jl. Sura Jenggala / Pasar Kuwu

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di lingkungan pasar Kuwu

ARAH HADAP : Timur

DISKRIPSI : Semula masjid ini seluruhnya terbuat dari bahan

kayu. Kondisi sekarang ini sebagian besar

komponen bangunan merupakan komponen baru

dengan dinding tembok. Bangunan terdiri dari

ruang utama, serambi dan pawestren. Bagian yang

masih asli di antaranya sebagian plafon ruang

utama dan mimbar. Ruang utama berdenah

persegi empat dengan atap berbentuk tajuk

tumpang dua dengan penutup atap yang telah

digantu dengan genteng pres. Atap disangga

dengan 4 buah saka guru berbahan kayu yang dicat

warna hijau. Lantai telah ditutup dengan keramik.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Sejarah perkembangan Kabupaten Grobogan

ILMU PENGETAHUAN : Ragam Arsitektur bangunan Masjid

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN : Sejarah perkembangan Islam di Grobogan

AKSESIBILITAS : Berada di tepi jalan raya

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : M. Khaliq

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kab. Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 17 Mei 2013

Page 61: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

MASJID AN-NUUR

Kuwu, Kuwu,

Grobogan

Façad Bangunan Masjid An Nuur Kuwu Ruang Utama Masjid An Nuur Kuwu

Page 62: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

8. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : STASIUN TANGGUNG

NAMA SEBELUMNYA : Stasiun Tanggoeng

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/11

JENIS : Stasiun

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S 7 05 29,6 E 110 36 12,6

DUSUN :

DESA : Tanggung Harjo

KECAMATAN : Tanggung Harjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : NIS

BARU : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

STATUS PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

TAHUN PEMBANGUNAN : 1864

TAHUN RENOVASI : 1910 diubah menjadi bangunan baru. Pada tahun

1996 terdapat penambahan bangunan yang

berfungsi sebagai rumah sinyal.

LATAR BELAKANG SEJARAH : Stasiun Tanggung merupakan stasiun tertua di

Indonesia. Halte Tanggoeng mulai dikerjakan pada 17

Juni 1864. Pembukaan halte tersebut dilakukan oleh

Gubernur Jenderal LAJW Baron Sloet van Beel

Pembukaan Halte Tanggoeng bersamaan dengan

peresmian jalur kereta api pertama di Jawa,

Samarang-Tanggoeng sepanjang 25 km.

Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM)

alias Maskapai Kereta api Hindia Belanda yang

membangun jalur kereta api itu, menempatkan Halte

Tanggoeng sebagai halte pemberhentian kereta api

dari Stasiun Samarang (Semarang).

FUNGSI : Stasiun

Page 63: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

UKURAN :

PANJANG : 22 m

LEBAR : 6,6 m

TINGGI : 6,4 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Rumah Dinas dan Pemukiman

SELATAN : Rel

TIMUR : -

BARAT : -

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di tengah pemukiman

ARAH HADAP : Selatan

DISKRIPSI : Stasiun berdenah persegi empat dengan atap

bebentuk pelana yang ditutup dengan genteng pres.

Srawing terpasang di sisi barat dan timur terbuat dari

bahan kayu. Di sisi utara dan selatan terdapat

emperan yang disangga oleh 5 buah tiang besi

berbentuk lingkaran. Di sisi barat terdapat ruang

tunggu dengan tiang kayu. Lantai stasiun ditutup

dengan tegel kasar. Dinding bangunan stasiun terbuat

dari bahan kayu jati. Kondisi stasiun terawat dan

difungsikan dengan baik. Terdapat penambahan

rumah sinyal di emperan sisi barat

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Stasiun Tanggung merupakan salah satu stasiun halte

pertama di Pulau Jawa dan bukti pemakaian sarana

transportasi massal untuk mobilitas.

ILMU PENGETAHUAN : Pemanfaatan tenaga mesin untuk sarana tranportasi

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Pemanfaatan sarana transportasi massal pada masa

kolonial.

AKSESIBILITAS : Terdapat akses jalan melalui stasiun yang dapat dilalui

mobil

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan bahan bangunan

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Konservasi bangunan kayu

Page 64: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

PETA KABUPATEN

STASIUN TANGGUNG

Tanggung Harjo,

Tanggung Harjo,

Grobogan

Stasiun Tanggung Emplasemen Stasiun Tanggung

Page 65: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

9. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : STASIUN GUNDIH

NAMA SEBELUMNYA : -

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/12

JENIS : Stasiun

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN

ASTRONOMI : S7 13 07.2 E110 54 00.7

DUSUN :

DESA : Geyer

KECAMATAN : Geyer

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA : NIS

BARU : PT. KERETA API INDONESIA

STATUS

PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA DAOP VI Yogyakarta

TAHUN

PEMBANGUNAN : 1870

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

:

Di masa lalu, stasiun ini adalah awal dimulainya jalur dengan

3 rel, yaitu rel lebar 1435 mm ditambah sebuah rel lagi di

dalamnya sehingga kereta dengan lebar sepur 1067 mm bisa

melewati jalur itu. Hal ini harus dilakukan supaya perjalanan

kereta dari dua arah tidak terhambat, karena pada saat itu

rel dari arah Gambringan berukuran 1067 mm sementara

dari Brumbung lebar relnya 1435 mm. Jalur 3 rel ini

terbentang sampai ke Stasiun

Lempuyangan di Yogyakarta sebelum dibongkar paksa

oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1942.

FUNGSI : stasiun

UKURAN

PANJANG : 47,65 m

LEBAR : 15 m

TINGGI : 7 m

LUAS AREA :

Page 66: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS

UTARA : pekarangan

SELATAN : pekarangan

TIMUR : Pemukiman

BARAT : hutan

KONDISI

LINGKUNGAN : Pemukiman

ARAH HADAP : timur

DESKRIPSI

:

Stasiun Gundih merupakan stasiun dengan jenis stasiun

pulau, yaitu terletak di tengah-tengah jalur rel. Bangunan

memiliki arsitektur indis dengan atap berbentuk perisai.

Bagian Façad bangunan terdapat kuncungan yang

dilengkapi hiasan berupa list plang. Pintu masuk utama

berada di tengah-tengah yang kanan-kiri terdapat jendela

kaca. Terdapat bangunan emplasemen di sisi kanan-kiri

bangunan stasiun. Di areal ini terdapat beberapa bangunan

yaitu Depo loko, rumah dinas pegawai, kantor resor Sinkel

4,5 Gundih, tangki air, rumah kepala stasiun dan kamar

mandi.

NILAI PENTING

HISTORIS : sejarah transportasi di Kabupaten Grobogan

ILMU

PENGETAHUAN :

awal dimulainya jalur dengan 3 rel dan dengan 2 jenis rel

yang berbeda (1067 mm dan 1435 mm)

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN :

pemanfaatan sarana transportasi massal pada masa kolonial

di Kabupaten Grobogan

AKSESIBILITAS : mobil, motor dan jalan kaki

ANCAMAN

PROSES ALAM :

AKTIFITAS

MANUSIA : Perawatan yang kurang memadai

REKOMENDASI : konservasi bangunan kayu

DATA INFORMAN : Sapto - Kepala Stasiun Gundih

PENINJAUAN :

Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab. Grobogan

2013

SURVEYOR :

Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab. Grobogan

2013

TANGGAL : 18-May-13

Page 67: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

STASIUN GUNDIH

Geyer, Geyer, Grobogan

Façad Stasiun Gundih Emplasemen Stasiun Gundih

Page 68: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

10. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MAKAM KI AGENG SELA

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/13

JENIS : Makam

PERIODE : Islam

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 45.5 E111 00 55.1

DUSUN :

DESA : Sela

KECAMATAN : Tawangharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Karaton Surakarta Hadiningrat

STATUS PENGELOLAAN : Karaton Surakarta Hadiningrat

TAHUN PEMBANGUNAN : Abad XV

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Nama asli Ki Ageng Ngabdurahman Sela, menurut

sebagian masyarakat adalah Bagus Sogom. Menurut

naskah-naskah babad ia dipercaya sebagai keturunan

langsung Brawijaya, raja terakhir Majapahit.

Dikisahkan, Brawijaya memiliki anak bernama Bondan

Kejawan , yang tidak diakuinya. Bondan Kejawan

berputra Ki Getas Pandawa. Kemudian Ki Getas

Pandawa berputra Ki Ageng Sela. Ki Ageng Sela

berputra beberapa orang putri dan seorang putra

bergelar Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis berputra Ki

Ageng Pemanahan yang kemudian berputera

Sutawijaya, penguasa pertama Mataram.

FUNGSI : Makam

UKURAN :

PANJANG : 2,4 m

LEBAR : 1,4 m

TINGGI : 30 cm

LUAS AREA :

Page 69: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : Madrasah

SELATAN : Pemakaman

TIMUR : Masjid Ki Ageng Sela

BARAT : Madrasah

KONDISI LINGKUNGAN : Berada 1 komplek dengan Masjid Ki Ageng Sela

ARAH HADAP : Selatan

DISKRIPSI : Bangunan cungkup beratap tajug dengan dinding

sudah berupa tembok yang dilengkapi dengan teras

yang disangga dengan tiang kayu. Bagian lantai sudah

diganti dengan keramik. Bagian makam/ jirat juga

sudah dilapis dengan keramik, sedangkan nisan masih

asli dari batu andesit. Kondisi cungkup sebagian telah

rusak, terutama di bagian atap yang sedikit melesak,

dan beberapa bagian dinding serta lantai sudah retak.

Tiang penyangga teras yang terbuat dari kayu juga

sudah mulai keropos serta miring.

NILAI PENTING :

HISTORIS

:

Ki Ageng Sela merupakan leluhur raja-raja Pajang dan

Mataram.

ILMU PENGETAHUAN

:

Ilmu pengetahuan mengenai arsitektur makam kuna di

Jawa

PENDIDIKAN :

AGAMA : Leluhur dari Kerajaan Pajang dan Mataram yang

berlatar belakang agama Islam

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, dan jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Konstruksi kayu sudah banyak yang keropos

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Konservasi dan rehabilitasi bangunan cungkup

DATA INFORMAN : -

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11 Mei 2013

Page 70: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

MAKAM KI AGENG

SELA

Sela , Tawangharjo,

Grobogan

Cungkup Makam

Gapura Makam Jirat dan Nisan Makam

Page 71: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

11. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN/ SITUS : MAKAM KI AGENG TARUB (JAKA TARUB)

NAMA SEBELUMNYA : Makam Ki Ageng Tarub (Jaka Tarub)

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/14

JENIS : Makam

PERIODE : Islam

KELETAKAN

ASTRONOMI : S7 03 45.5 E111 00 55.1

DUSUN : Tarub

DESA : Tarub

KECAMATAN : Tawangharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA :

BARU : Karaton Surakarta Hadiningrat

STATUS PENGELOLAAN : Karaton Surakarta Hadiningrat

TAHUN PEMBANGUNAN : Abad XV

TAHUN RENOVASI : Semula merupakan bangunan kayu. Pada tahun

1992 dinding kayu yang rusak diganti tembok

dengan lapisan keramik. Lantai semula merupakan

tatanan batu bata dengan ukuran besar. Plavon

diganti eternit pada tahun 1998. Pemasangan

teralis di bagian dalam cungkup dilakukan pada

tahun 2009.

LATAR BELAKANG SEJARAH : Jaka Tarub dikisahkan merupakan putra dari Syekh

Maulana Maghribi, seorang ulama penyebar agama

Islam yang menikah dengan Dewi Retno Roso

Wulan, adik dari Sunan Kalijaga. Setelah dewasa,

Jaka Tarub menikah dengan seorang bidadari yang

turun dari kahyangan yang bernama Dewi Nawang

Wulan. Dari hasil pernikahannya lahir Dewi Nawang

Sih yang kelak menikah dengan Putra Brawijaya V.

Dari pernikahan tersebut kelak melahirkan raja-raja

yang berkuasa di tanah Jawa.

FUNGSI : Makam

Page 72: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

UKURAN

PANJANG : 3,5 m

LEBAR : 1,6 m

TINGGI : 0,6 m

BATAS-BATAS

UTARA : Pekarangan

SELATAN : Pekarangan

TIMUR : Pemukiman

BARAT : pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di areal yang banyak ditumbuhi pohon jati

ARAH HADAP : Timur

DESKRIPSI : Bangunan cungkup seluruhnya berupa bangunan

baru dengan dinding tembok. Atap tumpang

bergenting pres. Lantai bangunan telah diganti

dengan keramik. Bagian makam di dalam cungkup

berupa lapisan keramik, termasuk bagian jirat.

Sekeliling jirat diberi pengaman teralis besi.

Bagian yang masih asli yaitu nisan batu andesit.

NILAI PENTING

HISTORIS : Jaka Tarub dipercaya sebagai leluhur raja-raja

Mataram Islam

ILMU PENGETAHUAN :

Dapat dikaji sebagai bahan penulisan sejarah

kerajaan Mataram Islam

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN : Budaya ziarah kubur

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan Rutin

DATA INFORMAN : KRT. Hastana Adipura

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kab. Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 10-May-13

Page 73: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

MAKAM KI AGENG

TARUB

Tarub, Tawangharjo,

Grobogan

Cungkup Makam Jirat dan Nisan Makam

Page 74: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

12. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MAKAM RM BONDAN KEJAWAN

NAMA SEBELUMNYA : Makam RM Bondan Kejawan

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/15

JENIS : Makam

PERIODE : Islam

KELETAKAN

ASTRONOMI : S7 03 45.5 E111 00 55.1

DUSUN :

DESA : Tarub

KECAMATAN : Tawangharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA : Karaton Surakarta Hadiningrat

BARU : Karaton Surakarta Hadiningrat

STATUS PENGELOLAAN : Karaton Surakarta Hadiningrat

TAHUN PEMBANGUNAN : Abad XV

TAHUN RENOVASI :

Pada tahun 1997 sampai 1998 dilakukan renovasi besar-

besaran

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Bondan Kejawan merupakan anak kandung dari raja

Majapahit terakhir, yaitu Brawijaya V. Bondan Kejawan

kemudian diambil sebagai anak angkat dan menjadi

menantu Ki Ageng Tarub. Hasil pernikahan RM. Bondan

Kejawan dengan Nawangsih (Putri Jaka Tarub) nantinya

melahirkan raja-raja Mataram Islam

FUNGSI : Makam

UKURAN

PANJANG : 2,6 m

LEBAR : 1,6 m

TINGGI : 0,6 m

LUAS AREA :

Page 75: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS

UTARA : Pekarangan

SELATAN : Pekarangan

TIMUR : Pemukiman

BARAT : pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di areal yang banyak ditumbuhi pohon jati

ARAH HADAP : Timur

DESKRIPSI : Bangunan cungkup seluruhnya sudah berupa bangunan

baru dengan dinding tembok. Bangunan tersebut

memiliki atap tumpang bergenting pres. Lantai

bangunan juga telah diganti dengan keramik porselain.

Bagian makam yang berada di bagian dalam cungkup

juga telah mengalami perubahan dengan diberi lapisan

keramik, termasuk bagian jirat. Bagian yang masih asli

yaitu bagian nisan yang terbuat dari batu andesit.

NILAI PENTING

HISTORIS :

Makam tokoh yang menurunkan keluarga penguasa

Mataram Islam

ILMU PENGETAHUAN :

Dapat dikaji sebagai bahan penulisan sejarah kerajaan

Mataram Islam

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN : Budaya ziarah kubur

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : KRT. Hastana Adipura

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 10-May-13

Page 76: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

MAKAM RM BONDAN

KEJAWAN

Tarub, Tawangharjo,

Grobogan

Cungkup Makam Jirat dan Nisan Makam

Page 77: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

13. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : BAK KONTROL SALURAN AIR

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/16

JENIS : Bak air

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S6 59 34.8 E110 55 40.8

DUSUN : Krajan RT 4 RW 2

DESA : Sumber

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PDAM Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN :

TAHUN PEMBANGUNAN : 1925

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : bangunan ini adalah salah satu bagian sejarah

penyaluran air bersih di daerah Grobogan

FUNGSI : kontrol penyaluran air bersih

UKURAN :

PANJANG : 2,45 m

LEBAR : 2,4 m

TINGGI : 1,7 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : pemukiman

TIMUR : jalan raya

BARAT : pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : berada di tepi jalan raya

ARAH HADAP : Timur

Page 78: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

DISKRIPSI : Bangunan berbentuk tabung setengah lingkaran

yang di bagian atasnya dilengkapi pintu dan

cerobong. Di bagian dalam bangunan ini terdapat

pipa yang menyalurkan air bersih dari Pegunungan

Kapur Utara (pegunungan yang terletak di sebelah

utara Kabupaten Grobogan) serta pipa yang

menyalurkan air tersebut ke arah kota grobogan.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

terkait dengan sejarah penyediaan air bersih untuk

Grobogan dan sekitarnya

ILMU PENGETAHUAN

:

Teknologi distribusi air dari pegunungan ke wilayah

perkotaan.

PENDIDIKAN : Mengajarkan tentang pemanfaatan air bersih

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Pemanfaatan air pegunungan untuk konsumsi

masyarakat perkotaan.

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pencemaran lingkungan

AKTIFITAS MANUSIA : penebangan hutan oleh masyarakat

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Tahun 2013

TANGGAL : 11-May-13

Page 79: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

BAK KONTROL

SALURAN AIR

Sumber, Grobogan,

Grobogan

Bangunan Bak kontrol Saluran air Jatipohon

Inskripsi angka tahun pendirian bangunan Kondisi di dalam bangunan

Page 80: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

14. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : SUMBER AIR JATIPOHON

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/17

JENIS : Mata Air

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S6 59 07.7 E110 55 46.4

DUSUN : Sumber

DESA : Jatipohon

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PDAM Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN :

TAHUN PEMBANGUNAN : 1925

TAHUN RENOVASI : 1990an

LATAR BELAKANG SEJARAH : Merupakan sumber mata air yang pada masa

kolonial Belanda dimanfaatkan untuk sumber air

bersih yang disalurkan ke wilayah kota Grobogan

dan Purwodadi.

FUNGSI : penyaluran air bersih

UKURAN :

PANJANG : 3,3 m

LEBAR : 3,1 m

TINGGI : 3 m

LUAS AREA : 220 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : hutan

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : hutan

Page 81: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lereng pegunungan yang masih banyak

hutan

ARAH HADAP : selatan

DISKRIPSI : Berupa kolam mata air yang diberi pelindung berupa

bangunan berbentuk rumah yang di dalamnya

terdapat pipa yang dialirkan ke kolam untuk

kemudian diteruskan ke pipa yang mengarah ke

kota.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Terkait dengan sejarah penyediaan air bersih untuk

Grobogan dan sekitarnya

ILMU PENGETAHUAN

:

Teknologi distribusi air dari pegunungan ke wilayah

perkotaan.

PENDIDIKAN : Mengajarkan tentang pemanfaatan air bersih

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Pemanfaatan air pegunungan untuk konsumsi

masyarakat perkotaan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Penebangan hutan dan pertambangan

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11-May-13

Page 82: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

MATA AIR JATIPOHON

Jatipohon, Grobogan,

Grobogan

Bangunan pelindung sumber air dan kolam

penyaluran

Kondisi di dalam bangunan

pelindung

Page 83: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

15. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : KOLAM RENANG JATIPOHON

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/18

JENIS : Kolam Renang

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S6 59 08.1 E110 55 46.0

DUSUN : Sumber

DESA : Jatipohon

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Perhutani Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : saat ini dikelola oleh pemerintah desa setempat

TAHUN PEMBANGUNAN : 1925

TAHUN RENOVASI : 1990

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Didirikan pada masa kolonial dimanfaatkan sebagai

kolam renang/pemandian yang mengambil sumber air

dari mata air samping timur kolam renang.

FUNGSI : Kolam Renang

UKURAN :

PANJANG : 26 m

LEBAR : 21 m

TINGGI : 3 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : hutan

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : hutan

Page 84: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lereng pegunungan

ARAH HADAP : timur

DISKRIPSI : Terdiri dari satu kolam berukuran besar yang memiliki

kedalaman 2,5 - 3 meter. Kondisi kolam renang telah

mengalami perubahan yaitu dengan dilapisinya dinding

kolam dengan keramik.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Munculnya tempat rekreasi berupa pemandian

buatan/kolam renang di daerah Grobogan

ILMU PENGETAHUAN : Pemanfaatan air untuk sarana rekreasi dan olah raga

PENDIDIKAN :

Mengajarkan hidup sehat dengan olah raga dan

rekreasi.

KEBUDAYAAN

: Tempat peristirahatan dan bagian dari pengawasan

kawasan hutan lindung dan sumber air Jatipohon

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Berada di tempat terbuka

AKTIFITAS MANUSIA : Pencemaran lingkungan dan penebangan pohon

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11-May-13

Page 85: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

KOLAM RENANG

JATIPOHON

Jatipohon, Grobogan,

Grobogan

Kolam renang dilihat dari arah tenggara

Page 86: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

16. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN/ SITUS : PENGINAPAN CITY VIEW

NAMA SEBELUMNYA : Rumah tinggal milik Tionghoa

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/19

JENIS : Rumah Tinggal

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN

ASTRONOMI : S6 59 09.9 E110 55 46.4

DUSUN : Sumber

DESA : Jatipohon

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK

LAMA : Warga Tionghoa

BARU : Perhutani

STATUS PENGELOLAAN : Perhutani

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI : Sejak tahun 1950-an, bangunan ditinggalkan dan tidak

difungsikan dengan baik. Pada tahun 2006

difungsikan kembali oleh Perhutani dengan

memperbaiki genteng, pembuatan kamar mandi

modern dan pengecatan ulang

LATAR BELAKANG SEJARAH : Diperkirakan dibangun bersamaan dengan

pembuatan kolam renang yang berada di sebelah

utaranya. Bangunan semula milik warga Tionghoa

yang digunakan untuk rumah huni. Kemudian pada

tahun 1950, bangunan menjadi hak milik Perhutani

namun tidak difungsikan dengan baik. Mulai tahun

2006, bangunan digunakan untuk home stay bagi

para wisatawan Sumber Jatipohon.

FUNGSI : Homestay

UKURAN

PANJANG : 14,3 m

LEBAR : 13,7 m

TINGGI : 7,8 m

LUAS AREA : 900 m2

Page 87: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

BATAS-BATAS

UTARA : Kolam renang

SELATAN : Wisata Sumber Jatipohon

TIMUR : Jalan kampung dan pemukiman

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Di lingkungan Sumber Air Jatipohon

ARAH HADAP : Timur

DESKRIPSI : Bangunan memiliki atap limasan kombinasi genteng

pres diteruskan dengan Plafon eternit. Pintu bahan

kaca bingkai kayu jati bentuk kupu tarung,

sedangkan jendela bahan kayu dilengkapi dengan

engsel putar. Di atas pintu dan jendela terdapat

lobang ventilasi. Rumah terbagi menjadi 4 kamar

yang masing-masing telah dibangun kamar mandi

baru. Lantai ditutup dengan tegel motif, sedang di

bagian dapur ditutup dengan keramik merah. Di

sebelah utara bangunan terdapat bangunan sebagai

Rumah jaga. Bangunan rumah jaga berdenah segi

lima dengan atap berbentuk limasan

NILAI PENTING

HISTORIS : Dari dulu hingga sekarang merupakan rumah

peristirahatan sekaligus pengawasan kawasan hutan

lindung dan sumber air Jatipohon

ILMU PENGETAHUAN :

Salah satu model arsitektur pada kawasan di lereng

bukit yang menghadap ke arah Kota Grobogan.

PENDIDIKAN :

Pemilihan material bangunan yang sesuai dengan

lokasi sekitar.

KEBUDAYAAN : Pemilihan lokasi peristirahatan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pemanfaatan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : Penjaga

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 10-May-13

Page 88: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

PETA KABUPATEN

PENGINAPAN CITY VIEW

Jatipohon, Grobogan,

Grobogan

Bangunan dilihat dari arah utara Bangunan dilihat dari arah timur

Interior bangunan Lantai ruang utama

Page 89: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

17. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : PENDAPA UPTD DISPORABUDPAR KEC. GROBOGAN

NAMA SEBELUMNYA : Pendapa Kawedanan Grobogan

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/20

JENIS : Kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 22.6 E110 55 20.7

DUSUN : Jalan Pangeran Puger no. 110

DESA : Grobogan

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Kawedanan Grobogan

BARU : Disporabudpar Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Disporabudpar Kab. Grobogan

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Kawedanan adalah wilayah administrasi kepemerintahan

yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan

yang berlaku pada masa Hindia-Belanda. Menurut arsip

Kab. Grobogan berdasarkan babad Pecina, Hari Jadi

Kabupaten Grobogan jatuh pada hari Senin, 21

Jumadilakir, 1650 atau 4 Maret 1726. Pada saat itu

Susuhunan Amangkurat IV mengangkat seorang abdi

yang berjasa kepada Sunan, bernama Ng. Wongsodipo

menjadi Bupati Monconegari dengan nama Tumenggung

Martapura . Dalam pengangkatan ini ditetapkan pula

wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya, yaitu Sela,

Teras, Karas, Wirosari, Santenan, Grobogan, dan

beberapa daerah di Sukowati bagian Utara Bengawan

Sala. Sampai pada tahun 1864 ibukota Kabupaten

Grobogan berada di wilayah Grobogan, sebelum akhirnya

dipindah di Purwodadi. Dengan demikian, kantor

kawedanan Grobogan tersebut tentu pernah digunakan

sebagai salah satu kantor pusat pemerintahan

Kabupaten Grobogan pada waktu itu.

FUNGSI : Kantor

Page 90: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

UKURAN :

PANJANG : 12 m

LEBAR : 12 m

TINGGI : 6,4 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : pemukiman

TIMUR : pemukiman

BARAT : jalan raya (Jalan Pangeran Puger, Grobogan)

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lingkungan pemukiman

ARAH HADAP : barat

DISKRIPSI : Berupa satu komplek yang terdiri dari 4 (empat) buah

bangunan, yang terdiri dari Pendapa , bangunan utama,

dapur dan bekas penjara. Bangunan Pendapa belum

banyak mengalami perubahan. Bangunan Pendapa

memiliki konstruksi dari kayu dengan atap berbentuk

tajuk yang sudah diganti dengan genteng pres. Atap

disangga oleh 4 buah saka guru, 12 saka rawa dan 20

saka pangrawit. Lantai dilapisi dengan tegel kasar yang

masih asli namun beberapa bagian sudah melesak.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Sejarah struktur administrasi pemerintahan Kab.

Grobogan pada masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN

:

Ilmu pengetahuan tentang arsitektur bangunan

perpaduan antara kolonial dan Jawa.

PENDIDIKAN :

Memberikan pemahaman sistem pemerintahan yang

dibangun pada masa kolonial

AGAMA/KEBUDAYAAN : Adanya ruang publik di lingkungan pemerintahan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Tanah yang labil mengakibatkan lantai melesak

AKTIFITAS MANUSIA : tidak terawat

REKOMENDASI : Rehabilitasi bangunan kayu

Page 91: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab. Grobogan

thn 2013

SURVEYOR : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab. Grobogan

thn 2013

TANGGAL : 11-May-13

PETA KABUPATEN

UPTD DISPORABUDPAR

KEC. GROBOGAN

Jl. Pangeran Puger No.

110, Grobogan,

Grobogan

Pendapa Bekas Kawedanan Grobogan

Page 92: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

18. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : KANTOR UPTD DISPORABUDPAR KEC. GROBOGAN

NAMA SEBELUMNYA : Kantor Kawedanan Grobogan

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/21

JENIS : Kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 22.6 E110 55 20.7

DUSUN : Jalan Pangeran Puger no. 110 Grobogan

DESA : Grobogan

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Kawedanan Grobogan

BARU : Disporabudpar Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Disporabudpar Kab. Grobogan

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : kantor kawedanan Grobogan pernah digunakan

sebagai kantor pusat pemerintahan Kabupaten

Grobogan.

FUNGSI : Kantor

UKURAN :

PANJANG : 15,4 m

LEBAR : 12 m

TINGGI : 6780 m2

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : pemukiman

TIMUR : pemukiman

BARAT : jalan raya (Jalan Pangeran Puger, Grobogan)

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lingkungan pemukiman

ARAH HADAP : barat

Page 93: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Berupa satu komplek yang terdiri dari 4 (empat) buah

bangunan, yang terdiri dari Pendapa , bangunan

utama, dapur dan bekas penjara. Bangunan Pendapa

belum banyak mengalami perubahan. Bangunan

utama bergaya Indis yang terdiri dari 5 (lima) ruangan

dengan atap berbentuk perisai. Desain pintu dengan

model kuputarung yang terbuat dari kayu. Bagian

jendela juga terbuat dari kayu dengan bentuk krepyak

dan kuputarung. Di atas pintu terdapat ventilasi

dengan teralis besi. Kelengkapan bangunan lain yaitu

adanya kamar mandi dan dapur. Pada sisi selatan

bangunan terdapat sisa doorloop yang

menghubungkan dengan bangunan di selatan

bangunan kantor kawedanan. Akan tetapi sekarang

bangunan di sisi selatan kawedanan merupakan

bangunan baru yang berfungsi sebagai taman kanak-

kanak (TK).

NILAI PENTING :

HISTORIS :

sejarah struktur administrasi pemerintahan Kab.

Grobogan pada masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN

:

Model bangunan fasilitas untuk pegawai

pemerintahan di tingkat kawedanan.

PENDIDIKAN :

Bahan kajian ilmu pemerintahan yang dibangun pada

masa kolonial

KEBUDAYAAN : Budaya pembagian kekuasaan pemerintahan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Berada di kawasan terbuka

AKTIFITAS MANUSIA : tidak terawat

REKOMENDASI : Rehabilitasi bangunan

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Tahun 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Tahun 2013

TANGGAL : 11-May-13

Page 94: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

UPTD

DISPORABUDPAR KEC.

GROBOGAN

Jl. Pangeran Puger No.

110, Grobogan,

Grobogan

Rumah Dinas Bekas Kawedanan Grobogan

Page 95: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

19. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : BEKAS PENJARA KAWEDANAN GROBOGAN

NAMA SEBELUMNYA : Penjara Kawedanan Grobogan

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/22

JENIS : Kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 22.6 E110 55 20.7

DUSUN : Jalan Pangeran Puger no. 110 Grobogan

DESA : Grobogan

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Kawedanan Grobogan

BARU : Disporabudpar Kab. Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Disporabudpar Kab. Grobogan

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Bangunan dalam keadaan rusak dan tidak

dipergunakan tersebut merupakan bekas penjara

yang difungsikan saat pemerintahan Kabupaten

Grobogan beribukota di Grobogan.

FUNGSI :

UKURAN :

PANJANG : 8,4 m

LEBAR : 4 m

TINGGI : 4,5 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : pemukiman

TIMUR : pemukiman

BARAT : jalan raya (Jalan Pangeran Puger, Grobogan)

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lingkungan pemukiman

ARAH HADAP : barat

Page 96: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Berupa satu komplek yang terdiri dari 4 (empat)

buah bangunan, yang terdiri dari Pendapa ,

bangunan utama, dapur dan bekas penjara. Bekas

penjara terletak di sisi barat daya dari bangunan

kawedanan, semula bangunan ini digunakan

untuk TK. Namun kondisi sekarang sudah rusak.

Bangunan ini sudah tidak memiliki pintu dan

jendela karena sudah rusak, bahkan sebagian

atap juga sudah roboh.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

sejarah struktur administrasi pemerintahan Kab.

Grobogan pada masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN : Model bangunan yang memiliki fungsi khusus

PENDIDIKAN : Penanaman kedisiplinan dan taat hukum.

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Pembuatan bangunan khusus untuk orang-orang

yang melanggar hukum.

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Berada di kawasan terbuka

AKTIFITAS MANUSIA : tidak terawat

REKOMENDASI : Rehabilitasi bangunan dengan didahului kajian

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN :

SURVEYOR : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan

TANGGAL : 11-May-13

Page 97: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

BEKAS PENJARA

KAWEDANAN

GROBOGAN

Jalan Pangeran Puger

no. 110, Grobogan,

Grobogan

Bekas Penjara Kawedanan Grobogan

Page 98: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

20. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : MAKAM ADIPATI PUGER MARTAPURA

NAMA SEBELUMNYA : Makam Pangeran Puger

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/23

JENIS : Makam

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 21.1 E110 55 12.2

DUSUN :

DESA : Grobogan

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Pemkab Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Kasultanan Yogyakarta

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Pada masa Amangkurat IV terdapat seorang abdi

bernama Wongso Dipo. Karena jasanya dapat

menyelamatkan jiwa Sunan ketika terjadi perang

dengan Pangeran Blitar dan P. Purboyo di

Mataram, akhirnya dia diangkat menjadi Bupati

Grobogan dengan gelar Tumenggung Martapura.

Peristiwa ini terjadi pada hari Senin, 21 Jumadilakir,

tahun Jimakir, 1650 atau 4 Maret 1726. Dalam

pengangkatan tersebut disebutkan wilayah

kekuasaan Kabupaten Grobogan, adalah : Sela,

Teras Karas, Wirosari, Grobogan, Santenan, dan

Sukowati bagian utara Bengawan Sala.

FUNGSI : Makam

UKURAN :

PANJANG : 2 m

LEBAR : 1,8 m

TINGGI : 0,5 m

LUAS AREA :

Page 99: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : Jalan kampung

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Masjid

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN :

ARAH HADAP : utara

DISKRIPSI : Makam telah diganti kayu jati. Di dalam cungkup

dimakamkan pula Kyai RM. Hasan Zaimul Abidin

(pendiri masjid), RM. Seco Pawiro dan RM. Seco

Taruno.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Terkait dengan sejarah perkembangan Kadipaten

Grobogan

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai bahan kajian penulisan sejarah

perkembangan Daerah Grobogan pada masa

Mataram Islam.

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Terkait dengan perkembangan wilayah perdikan di

luar pusat pemerintahan Mataram Islam

AKSESIBILITAS : Terdapat akses jalan masuk

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : Muhammad Ismail (73 Tahun)

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kab. Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 100: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

MAKAM ADIPATI

PUGER MARTAPURA

Grobogan, Grobogan

Jirat dan Nisan Makam Adipati dan Istri Cungkup makam

Page 101: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

21. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : PENDAPA KECAMATAN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA : Pendapa Kawedanan Gubug

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/25

JENIS : Kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 15.0 E110 39 57.9

DUSUN : Jl. Jendral A. Yani No.24

DESA :

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Pemkab Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Kecamatan Gubug

TAHUN PEMBANGUNAN : 1928

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Kawedanan adalah wilayah administrasi

kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten

dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa

Hindia-Belanda. Menurut arsip Kab. Grobogan

berdasarkan babad Pecina, Hari Jadi Kabupaten

Grobogan jatuh pada hari Senin, 21 Jumadilakir, 1650

atau 4 Maret 1726. Pada saat itu Susuhunan

Amangkurat IV mengangkat seorang abdi yang

berjasa kepada Sunan, bernama Ng. Wongsodipo

menjadi Bupati Monconegari dengan nama

Tumenggung Martapura . Dalam pengangkatan ini

ditetapkan pula wilayah yang menjadi daerah

kekuasaannya, yaitu Sela, Teras, Karas, Wirosari,

Santenan, Grobogan, dan beberapa daerah di

Sukowati bagian Utara Bengawan Sala. pada 1928

(Staatbald, 1928 No. 117) Kabupaten Grobogan

mendapatkan tambahan dua kawedanan dari

Kabupaten Demak, yaitu :

1. Kawedanan distrik Manggar dengan ibukotanya di

Godong

2. Kawedanan distrik Singen Kidul dengan ibukotanya

di Gubug.

Page 102: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

FUNGSI : Kantor kecamatan

UKURAN :

PANJANG : 17,25 m

LEBAR : 15,6 m

TINGGI : 9,6 m

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : jalan raya

KONDISI LINGKUNGAN :

berada di lingkungan pemukiman dan pertokoan di

tepi jalan

ARAH HADAP : barat

DISKRIPSI : Terdiri dari 2 unit bangunan yaitu Pendapa dan

bangunan utama. Bangunan Pendapa memiliki atap

berbentuk joglo dengan konstruksi kayu. Kondisi

komponen Pendapa masih banyak yang asli.

Perubahan terjadi pada genteng yang diganti dengan

genting pres, lantai keramik dan adanya plafon serta

umpak yang menyangga tiang dan soko guru diganti

dengan bata semenan. Saka guru memiliki ukuran 24 x

24 cm dan saka rowo memiliki ukuran 18 x 18 cm.

Bangunan utama memiliki gaya arsitektur indis

dengan atap berbentuk tajuk. Perubahan terjadi pada

genteng yang diganti dengan genteng pres dan lantai

yang awalnya menggunakan tegel sekarang diganti

dengan keramik. Perubahan lainnya yaitu adanya

penambahan ruang dan jendela diganti dengan

jendela kaca. Penghubung antara Pendapa dengan

bangunan utama menggunakan talang yang terbuat

dari plat besi.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Sejarah struktur administrasi pemerintahan

Kabupaten Grobogan pada masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN

:

Ilmu pengetahuan tentang arsitektur bangunan

perpaduan antara kolonial dan Jawa

PENDIDIKAN :

Memberikan pemahaman sistem pemerintahan yang

dibangun pada masa kolonial

AGAMA / KEBUDAYAAN : Perubahan sistem pemerintahan pada masa kolonial

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

Page 103: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Bangunan cukup terawat

AKTIFITAS MANUSIA :

Pemanfaatan dan pengembangan tanpa konsep

pelestarian kawasan cagar budaya

REKOMENDASI : Konservasi bangunan kayu

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11-May-13

PETA KABUPATEN

PENDAPA KECAMATAN

GUBUG

Jl. A. Yani 24 Gubug,

Grobogan

Pendapa Bekas Kawedanan Gubug

Page 104: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

22. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH DINAS CAMAT GUBUG

NAMA SEBELUMNYA : Rumah Dinas Wedana Gubug

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/25

JENIS : Rumah Tinggal

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 15.0 E110 39 57.9

DUSUN : Jl. Jendral A. Yani No.24

DESA :

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Pemkab Grobogan

STATUS PENGELOLAAN : Kecamatan Gubug

TAHUN PEMBANGUNAN : 1928

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Bangunan dipergunakan sebagai rumah tinggal

asisten Bupati/wedana setelah Kabupaten Grobogan

mendapatkan tambahan dua kawedanan dari

Kabupaten Demak, yaitu :

1. Kawedanan distrik Manggar dengan ibukotanya di

Godong

2. Kawedanan distrik Singen Kidul dengan ibukotanya

di Gubug.

FUNGSI : Kantor kecamatan

UKURAN :

PANJANG : 17,25 m

LEBAR : 16,7 m

TINGGI : 9,6 m

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : jalan raya

Page 105: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

KONDISI LINGKUNGAN :

berada di lingkungan pemukiman dan pertokoan di

tepi jalan

ARAH HADAP : barat

DISKRIPSI : Terdiri dari 2 unit bangunan yaitu Pendapa dan

bangunan utama.. Bangunan utama memiliki gaya

arsitektur indis dengan atap berbentuk tajuk.

Perubahan terjadi pada genteng yang diganti dengan

genteng pres dan lantai yang awalnya menggunakan

tegel sekarang diganti dengan keramik. Perubahan

lainnya yaitu adanya penambahan ruang dan jendela

diganti dengan jendela kaca. Penghubung antara

Pendapa dengan bangunan utama menggunakan

talang yang terbuat dari plat besi.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Sebagai bangunan pendukung Kawedanan Gubug

pada masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN

:

Pendopo dan bangunan pendukung di sekitarnya

merupakan tipologi pusat pemerintahan pada tingkat

kawedanan

PENDIDIKAN :

Memberikan pemahaman tentang fasilitas bagi tokoh

publik pada sistem pemerintahan masa kolonial

AGAMA / KEBUDAYAAN : Perubahan sistem pemerintahan pada masa kolonial

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan bangunan

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Rehabilitasi bangunan kayu

DATA INFORMAN : Rehabilitasi bangunan

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 11-May-13

Page 106: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS

KECAMATAN GUBUG

Jl. A. Yani 24 Gubug,

Grobogan

Dinding Utara Rumah dinas Bekas

Kawedanan Gubug

Dinding Selatan Rumah dinas Bekas

Kawedanan Gubug

Page 107: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

23. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS :

TAMAN KANAK-KANAK KEMALA BHAYANGKARI

40 GUBUG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/26

JENIS : sekolahan

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 17.4 E110 40 08.9

DUSUN : Jalan Bhayangkara No. 80 Gubug

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Yayasan Kemala Bhayangkari

STATUS PENGELOLAAN : Yayasan Kemala Bhayangkari

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Bekas rumah tinggal yang dimanfaatkan sebagai

sekolah.

FUNGSI : sekolahan

UKURAN :

PANJANG : 14,3 m

LEBAR : 13,4 m

TINGGI : 7,2 m

LUAS AREA : 900 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : jalan raya

TIMUR : jalan

BARAT : SMP Keluarga

KONDISI LINGKUNGAN : pertokoan dan pemukiman

ARAH HADAP : selatan

Page 108: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : bangunan bergaya arsitektur indis dengan bagian

depan/Façad berdenah menyerupai huruf "U"

(teras berada di tengah dengan diapit 2 ruang).

Bangunan sudah mengalami perubahan

diantaranya yaitu bagian lantai diganti dengan

keramik, jendela diganti dengan jendela kaca

berwarna gelap serta genting diganti dengan

genting pres.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Keberadaan permukiman kolonial di wilayah

Kawedanan Gubug

ILMU PENGETAHUAN : Bangunan rumah tinggal bergaya arsitektur indis

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Terbentuknya permukiman baru yang terintegrasi

dengan Kawedanan, fasilitas umum, jalan,

sehingga membentuk pola kota di Kawedanan

Gubug

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kab. Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 109: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

TK KEMALA

BHAYANGKARI 40

Jalan Bhayangkara No.

80 Gubug, Grobogan

Façad TK Kemala Bhayangkari Gubug

Page 110: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

24. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : MASJID AN-NUUR GUBUG

NAMA SEBELUMNYA : Masjid An-Nuur

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/27

JENIS : Masjid

PERIODE : Islam

KELETAKAN :

Astronomi : 7° 3'12.01"S 110°39'59.97"E

DUSUN : Jl. Jendral A. Yani Gubug

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Takmir masjid

STATUS PENGELOLAAN : Takmir masjid

TAHUN PEMBANGUNAN : 1822

TAHUN RENOVASI : 1903 dan 2013

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Berdasarkan prasasti pendirian masjid yang

ditempelkan di atas pintu masuk, Bangunan masjid

mulai didirikan tahun 1822 dan selanjutnya didirikan

menara pada tahun 1903. Gambar masjid dan menara

ini terekam dalam gambar foto tahun 1912 yang

diterbitkan oleh KITLV.

FUNGSI : Tempat ibadah

UKURAN :

PANJANG : 25 m

LEBAR : 45 m

TINGGI : 25 m

LUAS AREA : 1300 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Jl. A. Yani

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Pemukiman

ARAH HADAP : Timur

Page 111: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Bangunan masjid lama yang hampir semua bagian

telah diperbarui. Jejak kekunaan didapatkan dari data

foto KITLV yang diterbitkan tahun 1912 berupa

sebuah masjid bangunan kayu dengan menara

semenan.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Penyebaran Islam masa kolonial

ILMU PENGETAHUAN : Merunut perkembangan arsitektur masa kolonial

PENDIDIKAN : Pendidikan Islam

AGAMA/KEBUDAYAAN : Perkembangan Islam di wilayah Gubug

AKSESIBILITAS : Berada di tepi jalan raya

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 17 Mei 2013

Page 112: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

MASJID AN-NUUR

Jl. A. Yani Gubug,

Grobogan

Façad Masjid An Nuur Gubug Prasasti Pendirian Masjid

Masjid An Nuur Gubug, Foto Diambil tahun 1912, Koleksi Islam Stichting Leiden

Page 113: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

25. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN :

KANTOR BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

SERANG LUSI JUANA

NAMA SEBELUMNYA : Rumah tinggal pengawas perairan Kali Lusi

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/28

JENIS : kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 28.3 E110 46 35.2

DUSUN : Jalan Jenderal Sudirman

DESA : Kemantren

KECAMATAN : Godong

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

STATUS PENGELOLAAN : BPSDA Serang Lusi dan Juana

TAHUN PEMBANGUNAN : 1918

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Sejak dahulu digunakan sebagai kantor pengelola air di

wilayah kabupaten Grobogan khususnya wilayah

kecamatan Godong dan sekitarnya. Keberadaan instansi

pengelolaan sumber daya air diperkuat dengan

diterbitkannya Algemeen Water Reglement, yang berisi

tentang pengaturan air. Adapun bendungan yang dibuat

antara lain di Sedadi, Wilalung dan Glapan yang sampai

sekarang masih difungsikan.

FUNGSI : kantor

UKURAN :

PANJANG : 16,4 m

LEBAR : 9,5 m

TINGGI : 7,2 m

LUAS AREA : 3000 m2

Page 114: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

BATAS-BATAS :

UTARA : jalan raya (jalan Jenderal Sudirman)

SELATAN : Pengairan kabupaten (Barat Daya)

TIMUR : pemukiman dan pertokoan

BARAT : Garasi

KONDISI LINGKUNGAN : berada di lingkungan pemukiman di tepi jalan raya

ARAH HADAP : utara

DISKRIPSI : Berupa komplek perkantoran yang terdiri dari

beberapa komponen bangunan, akan tetapi hanya 1

(satu) bangunan yang masih asli, bangunan yang lain

merupakan bangunan tambahan. Bangunan ini

memiliki arsitektur indis dengan atap berbentuk

perisai dan genting sudah diganti dengan genting

pres. Bagian depan/Façad terdapat semacam teras

yang ditutup dengan kaca dengan bingkai kayu serta

terdapat pintu kaca. Di bagian bawah atap terdapat

angka tahun 1918, kemungkinan angka tahun tersebut

merupakan tahun didirikannya bangunan tersebut.

Bagian jendela menggunakan kayu dengan berbentuk

kupu tarung dengan model krepyak dengan ukuran

tinggi 2,2 m dan lebar 1,4 m. Masing-masing jendela

pada bagian atasnya diberi semacam tritisan

tambahan dengan bahan asbes. Perubahan terjadi

pada bagian atap yang diganti dengan genting, lantai

sudah diganti keramik dan tritisan jendela diganti

dengan asbes.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

sejarah tentang tata kelola air di kabupaten Grobogan

khususnya Kecamatan Godong

ILMU PENGETAHUAN

:

Instansi yang mengelola sumber daya air sudah dibuat

pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Termasuk

berkedudukan di wilayah Godong, yang dahulu

berupa kawedanan.

PENDIDIKAN :

Pendidikan pengelolaan dan pemanfaatan air di

Kabupaten Grobogan dan sekitarnya, khususnya

Sungai Lusi

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Bukti adanya institusi yang khusus menangani tata

kelola air

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

Page 115: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pembangunan tanpa konsep pelestarian

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

PETA KABUPATEN

BALAI PENGELOLAAN

SUMBERDAYA AIR

SERANG LUSI JUANA

Jalan Jenderal Sudirman,

Godong, Grobogan

Façad Bangunan Dinding sebelah barat

Page 116: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

26. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH TINGGAL

NAMA SEBELUMNYA : Penggilingan Padi

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/29

JENIS : Rumah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 15.7 E110 40 04.0

DUSUN : Jl. Bhayangkara No. 62 Gubug

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU :

STATUS PENGELOLAAN : Pribadi

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Dahulu digunakan sebagai tempat penggilingan padi

yang dibangun oleh warga Tionghoa

FUNGSI : Rumah tinggal

UKURAN :

PANJANG : 21,7 m

LEBAR : 10 m

TINGGI : 7,3 m

LUAS AREA : 6000 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Jalan Raya

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pertokoan

BARAT : Pertokoan

KONDISI LINGKUNGAN : Di tepi jalan raya di pusat pertokoan

ARAH HADAP : utara

Page 117: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Bangunan terdiri dari Rumah (bangunan utama) dan di

bagian belakang adalah bangunan bekas penggilingan

padi. Bangunan utama bergaya arsitektur indis beratap

berbentuk limasan dan ditutup dengan genteng. Di

bagian depan dan samping masih asli menggunakan

tegel. Kondisi bangunan secara umum tidak terawat,

baik bangunan depan maupun bangunan belakang.

Bangunan belakang sudah tidak digunakan lagi dan

beberapa bagian telah runtuh atau ditutupi semak

belukar. Halaman yang luas ditumbuhi semak belukar.

Beberapa bagian tembok telah mengalami kerusakan

dan retak. Rumah dilengkapi dengan pagar teralis besi

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Sejarah perekonomian daerah Gubug dan sekitarnya

terkait usaha di bidang sarana prasarana pertanian

ILMU PENGETAHUAN

:

Munculnya teknologi baru dalam pengelolaan padi dari

alat tradisional ke mesin modern

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Perubahan budaya dari tradisonal ke modern dalam

pengelolaan padi

AKSESIBILITAS : Di tepi jalan dan dapat ditempuh dengan mobil

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pembiaran

AKTIFITAS MANUSIA : Pembiaran hingga kerusakan alami

REKOMENDASI : Perawatan dan perbaikan

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 118: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

RUMAH TINGGAL

Jl. Bhayangkara No. 62

Gubug, Grobogan

Façad Bangunan Bangunan bagian belakang, bekas

penggilingan padi

Page 119: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

27. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : SMP KELUARGA

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/30

JENIS : Sekolah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 17.3 E110 40 08.1

DUSUN : Jalan Bhayangkara No. 63 Gubug

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Yayasan Mardi Lestari

STATUS PENGELOLAAN : Yayasan Mardi Lestari

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH :

FUNGSI : Sekolahan

UKURAN :

PANJANG : 14 m

LEBAR : 6,4 m

TINGGI : 10 m

LUAS AREA : 900 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan raya (Jalan Bhayangkara)

TIMUR : TK Bhayangkari

BARAT : pertokoan

KONDISI LINGKUNGAN : pertokoan dan pemukiman

ARAH HADAP : barat

Page 120: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Bangunan sudah banyak mengalami perubahaan,

yaitu adanya ruang tambahan yang digunakan untuk

ruang kelas. Bangunan asli terdiri dari 2 (dua) lantai

dengan bagian bawah/ lantai I menggunakan

tembok, sedangkan bagian lantai II menggunakan

kayu. Bangunan memiliki arsitektur indis dengan

bentuk atap berupa atap pelana, genting sudah

diganti asbes. Pada bagian atap terdapat hiasan

listplang dari kayu. Denah berbentuk persegi

panjang, jendela di lantai I berupa teralis besi dan

pintu terbuat dari kayu, sedangkan di bagian lantai 2

menggunakan jendela kayu dengan bentuk krepyak

kupu tarung.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

ILMU PENGETAHUAN

:

Bangunan rumah tinggal yang dialihfungsikan

menjadi bangunan sekolah

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Terbentuknya permukiman baru yang terintegrasi

dengan Kawedanan, fasilitas umum, jalan, sehingga

membentuk pola kota di Kawedanan Gubug

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

pengembangan fungsi bangunan tanpa konsep

pelestarian

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 121: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

SMP KELUARGA

Jl. Bhayangkara No. 63,

Gubug, Grobogan

Bangunan baru berdampingan dengan

bangunan lama Bagian belakang bangunan lama

Page 122: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

28. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : STASIUN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI :

091/04.58164/GUB/ BD (inv. PT. KERETA API

INDONESIA)

11-15/Gbo/2013/TB/31

JENIS : Stasiun

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 39.2 E110 40 10.2

DUSUN : Kuwaron

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : NIS

BARU : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

STATUS PENGELOLAAN :

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV

Semarang

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI : Tahun 2007 lantai diganti keramik. Tahun 2013

didirikan bangunan persinyalan dan telekomunikasi

untuk kepentingan pembangunan jalan rel ganda

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Sejak masa kolonial berfungsi sebagai stasiun. Dahulu

Stasiun ini tidak memiliki emplasement karena

berfungsi untuk melayani persilangan. Stasiun Gubug

tidak melayani tiket penumpang sejak 1 Mei 2012.

FUNGSI : Stasiun

UKURAN :

PANJANG : 32,3 m

LEBAR : 4 m

TINGGI : 5,7 m

LUAS AREA :

Page 123: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : pemukiman

TIMUR : pekarangan

BARAT : jalan raya

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman

ARAH HADAP : utara

DISKRIPSI : Bangunan stasiun memiliki denah persegi panjang.

Terdiri dari 3 ruang yang terdiri dari 3 ruang kantor,

dan ruang tunggu penumpang. Ruang tambahan

berupa ruang pemantau sinyal dan ruang generator.

Bagian emplasement memakai konstruksi kayu,

beratap asbes yang terletak di samping stasiun serta

menaungi sepur/ jalur kereta api dan peron. Terdapat

hiasan listplang di ruang tunggu penumpang. Pintu

stasiun menggunakan pintu kayu kupu tarung dengan

model krepyak. Stasiun Gubug berfungsi untuk

persilangan kereta dan untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang atau barang secara terbatas.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Sejarah transportasi di Kabupaten Grobogan

ILMU PENGETAHUAN

:

penggunaan alat transportasi modern pada masa

kolonial

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN

: pemanfaatan sarana transportasi massal pada masa

kolonial di Kabupaten Grobogan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

pengembangan fungsi bangunan tanpa konsep

pelestarian

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 124: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

STASIUN GUBUG

Kuwaron, Gubug,

Grobogan

Stasiun Gubug Emplasemen Stasiun Gubug

Page 125: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

29. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH DINAS STASIUN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI :

2/04.58164/GUB/ EMPL GUBUG (inv. PT. KERETA API

INDONESIA)

11-15/Gbo/2013/TB/32

JENIS : Rumah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 34.8 E110 40 04.8

DUSUN : Kuwaron

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

STATUS PENGELOLAAN :

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV

Semarang

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: pada masa lalu digunakan sebagai rumah dinas pejabat

stasiun gubug

FUNGSI : -

UKURAN :

PANJANG : 9,7 m

LEBAR : 8,3 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA : 400 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan

TIMUR : jalan

BARAT : pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman

ARAH HADAP : selatan

Page 126: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Berupa bangunan dengan luas 70 m², dinding tembok

bata yang diberi perkuatan dengan kayu. Atap

berbentuk pelana/kampung dengan genting kripik.

Pintu masih menggunakan pintu kayu dan jendela juga

kayu.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Bagian sejarah keberadaan Stasiun Gubug

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai kajian tipologi kawasan stasiun, yang dilengkapi

dengan rumah dinas dan fasilitas pendukung lainnya

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Terbentuknya budaya efisiensi waktu dan keteraturan

di lingkungan stasiun

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : rusak karena tidak terawat

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 127: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

GUBUG

Kuwaron, Gubug,

Grobogan

Façad Bangunan Bagian samping bangunan

Page 128: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

128

30. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH DINAS STASIUN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI :

3/04.58164/GUB/ EMPL GUBUG (inv. PT. KERETA API

INDONESIA)

11-15/Gbo/2013/TB/33

JENIS : Rumah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 35.1 E110 40 05.1

DUSUN : Kuwaron

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

STATUS PENGELOLAAN :

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV

Semarang

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: pada masa lalu digunakan sebagai rumah dinas pejabat

stasiun gubug

FUNGSI : rumah tinggal

UKURAN :

PANJANG : 11 m

LEBAR : 8 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA : 362 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan

TIMUR : pemukiman

BARAT : pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman

ARAH HADAP : selatan

Page 129: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Rumah sudah banyak mengalami perubahan di bagian

Façad . Perubahan tersebut adalah penggantian jendela,

pintu dan tambahan teras. Atap bangunan utama

berbentuk pelana dengan genting kripik, sedangkan

atap teras menggunakan seng. Lantai juga sudah diganti

dengan keramik.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Bagian sejarah keberadaan Stasiun Gubug

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai kajian tipologi kawasan stasiun, yang dilengkapi

dengan rumah dinas dan fasilitas pendukung lainnya

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Terbentuknya budaya efisiensi waktu dan keteraturan

di lingkungan stasiun

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pembiaran hingga kerusakan alami

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 130: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

GUBUG

Kuwaron, Gubug,

Grobogan

Façad Bangunan

Page 131: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

31. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH DINAS STASIUN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA : Rumah Dinas Stasiun Gubug

NO. INVENTARISASI :

4/04.58164/GUB/ EMPL GUBUG (inv. PT. KERETA API

INDONESIA)

11-15/Gbo/2013/TB/34

JENIS : Rumah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi :

DUSUN : Kuwaron

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. Kereta Api Indonesia

STATUS PENGELOLAAN : PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV Semarang

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: pada masa lalu digunakan sebagai rumah dinas pejabat

Stasiun Gubug

FUNGSI : rumah tinggal

UKURAN :

PANJANG : 7,6 m

LEBAR : 6,3 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA : 245 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan

TIMUR : pemukiman

BARAT : pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman

ARAH HADAP : selatan

Page 132: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Rumah memiliki gaya arsitektur indis dengan tambahan

komponen berupa teras di bagian depan. Atap bangunan

berbentuk limasan dengan genting sudah diganti dengan

genting pres. Sebagian bangunan menggunakan komponen

kayu. Pintu dan jendela berbentuk kuputarung dengan

model krepyak. Bagian lantai sudah diganti dengan

keramik.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Bagian sejarah keberadaan Stasiun Gubug

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai kajian tipologi kawasan stasiun, yang dilengkapi

dengan rumah dinas dan fasilitas pendukung lainnya

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Terbentuknya budaya efisiensi waktu dan keteraturan di

lingkungan stasiun

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pembiaran hingga kerusakan alami

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab. Grobogan

Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 133: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

GUBUG

Kuwaron, Gubug,

Grobogan

Façad Bangunan

Page 134: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

32. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : RUMAH DINAS STASIUN GUBUG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI :

1/04.58164/GUB/ EMPL GUBUG (inv. PT. KERETA API

INDONESIA)

11-15/Gbo/2013/TB/35

JENIS : Rumah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 03 33.8 E110 40 03.5

DUSUN : Kuwaron

DESA : Gubug

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. Kereta Api Indonesia

STATUS PENGELOLAAN : PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV Semarang

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: pada masa lalu digunakan sebagai rumah dinas

pejabat stasiun gubug

FUNGSI : rumah tinggal

UKURAN :

PANJANG : 13,75 m

LEBAR : 8,75 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan

TIMUR : pemukiman

BARAT : jalan

KONDISI LINGKUNGAN : pemukiman

ARAH HADAP : selatan

Page 135: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Rumah memiliki gaya arsitektur indis dengan atap

berbentuk limasan bergenting kripik. Bagian Façad

terdapat teras yang diberi bingkai-bingkai kayu. Pintu

dan jendela berbentuk kuputarung dan terbuat dari

kayu. Untuk bagian jendela dengan model krepyak.

Perubahan terjadi di bagian lantai yang sudah diganti

keramik.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Bagian sejarah keberadaan Stasiun Gubug

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai kajian tipologi kawasan stasiun, yang

dilengkapi dengan rumah dinas dan fasilitas

pendukung lainnya

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Terbentuknya budaya efisiensi waktu dan keteraturan

di lingkungan stasiun

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA :

Pengembangan tanpa konsep pelestarian cagar

budaya

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 136: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

GUBUG

Kuwaron, Gubug,

Grobogan

Façad Bangunan Interior ruang tamu

Page 137: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

33. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : BEKAS STASIUN GODONG

NAMA SEBELUMNYA : Stasiun Godong

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/36

JENIS : stasiun

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 21.2 E110 46 22.2

DUSUN : Jalan Jenderal Sudirman

DESA : Godong

KECAMATAN : Grobogan

KABUPATEN :

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. Kereta Api Indonesia

STATUS PENGELOLAAN : PT. Kereta Api Indonesia

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Dahulu merupakan stasiun yang menghubungkan jalur

kereta api dari Demak menuju Purwodadi

FUNGSI : Rumah Toko

UKURAN :

PANJANG : 63 m

LEBAR : 9 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA : 700 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : pemukiman

SELATAN : jalan raya

TIMUR : pertokoan

BARAT : pertokoan

KONDISI LINGKUNGAN :

berada di lingkungan pemukiman dan pertokoan di tepi

jalan raya

ARAH HADAP : selatan

Page 138: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Dilihat dari sisa sisanya, bangunan stasiun dan bagian

emplasement dahulu kemungkinan besar terbuat dari

kayu dengan denah berbentuk persegi panjang, dengan

posisi emplasement berada satu garis lurus dengan

bangunan stasiun. Saat ini stasiun beralih fungsi sebagai

komplek pertokoan. Yang tersisa dari stasiun addalah

bagian atap, sedangkan bagian dinding saat ini sudah

disekat-sekat untuk dijadikan pertokoan.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

pemanfaatan sarana transportasi massal pada masa

kolonial di Kabupaten Grobogan

ILMU PENGETAHUAN

:

penggunaan alat transportasi modern pada masa

kolonial

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: pemanfaatan sarana transportasi massal pada masa

kolonial di Kabupaten Grobogan

AKSESIBILITAS : Mobil, motor, jalan kaki

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : alih fungsi bangunan dan pembiaran menuju kerusakan

REKOMENDASI : Sosialisasi arti penting cagar budaya

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12-May-13

Page 139: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

BEKAS STASIUN

GODONG

Jl. Jenderal Sudirman,

Godong, Grobogan

Bangunan dilihat dari arah barat Bangunan dilihat dari arah timur

Page 140: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

34. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN : RUMAH WATU BOBOT

NAMA SEBELUMNYA : Watu Bobot

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/37

JENIS :

PERIODE : islam

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 21.4 E110 41 59.6

DUSUN : Mrapen

DESA : Manggarmas

KECAMATAN : Godong

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Ibu Parminah (Waris Wedana Masa kerajaan Demak)

BARU : Pemprov. Jawa Tengah (Mulai Juni 2012)

STATUS PENGELOLAAN : Keluarga Ibu parminah

TAHUN PEMBANGUNAN : Bertahap

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Cerita rakyat tentang perjalanan Sunan Kalijaga saat

perjalanan pulang setelah merebut Kekuasaan

Kerajaan Majapahit. Di lokasi tersebut bersitirahat

sejenak. Sebagian rombongan kemudian mencoba

membuat masakan namun tidak dijumpai air dan api.

Sunan Kalijaga menancapkan tongkat ke tanah, ketika

tongkatnya dicabut keluarlah api. Kemudian berjalan

agak ke timur beliau menancapkan tongkatnya ketika

dicabut mengeluarkan air jernih. Api dan air tersebut

menjadi Api Abadi Mrapen dan Sendang Roso Wulan.

Ketika hendak berangkat melanjutkan perjalanan,

salah satu pembawa benda kerajaan mengeluh tetang

beratnya salah satu umpak bekas Kerajaan Majapahit.

Maka Sunan Kalijaga menyuruh meninggalkan benda

berupa “umpak” tiang kerajaan Majapahit. Sekarang

benda tersebut dinamakan Watu Bobot.

FUNGSI : Petilasan

Page 141: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

UKURAN :

PANJANG : 3,4 m

LEBAR : 3 m

TINGGI : 6 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Pekarangan

SELATAN : Api Mrapen

TIMUR : Pekarangan

BARAT : Rumah Ibu Parminah

KONDISI LINGKUNGAN : Di lingkungan Api Abadi Mrapen

ARAH HADAP : Selatan

DISKRIPSI : Pendapa terbuat dari bahan kayu yang sudah dicat.

Bebepapa bagian diukur. Bangunan memiliki atap

berbentuk joglo dengan konstruksi kayu dan ditutup

dengan genteng kodok. Atap disangga dengan tiang

kayu berukir. Plavon terbuat dari bahan eternit.

Bagian lantai ditutup dengan keramik warna merah

berukuran 30 x 30 Cm.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Jejak perjalanan sejarah pergantian masa klasik

menuju Islam

ILMU PENGETAHUAN

:

Dapat dikaji terkait dengan perjalanan syiar Islam

Sunan Kalijaga

PENDIDIKAN : Penyebaran agama Islam di Grobogan

KEBUDAYAAN : Pelestarian nilai kepercayaan masyarakat

AKSESIBILITAS : Kendaraan roda dua dan empat

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian kawasan

REKOMENDASI : Penataan kawasan wisata

DATA INFORMAN : Ibu Rubi

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 13 Mei 2013

Page 142: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

RUMAH WATU BOBOT

Manggarmas, Godong,

Grobogan

Pendapa Watu Bobot Watu Bobot

Page 143: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

35. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : TUGU GANEFO I

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/38

JENIS : Tugu

PERIODE :

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 21.4 E110 41 59.6

DUSUN : Mrapen

DESA : Manggarmas

KECAMATAN : Godong

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Ibu Parminah (Waris Wedana masa kerajaan Demak)

BARU : Pemprov. Jawa Tengah (Mulai Juni 2012)

STATUS PENGELOLAAN : Keluarga Ibu Parminah

TAHUN PEMBANGUNAN : 1963

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Desa Mrapen telah memberikan andil dalam sejarah

keolahragaan nasional. GANEFO tanggal 1 Nopember

1963 menggunakan api dari kompleks api abadi

Mrapen sebagai sumber obornya.

FUNGSI : Tugu peringatan

UKURAN :

PANJANG : 1,6 m

LEBAR : 1,6 m

TINGGI : 3,6 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Pekarangan

SELATAN : Api Mrapen

TIMUR : Pekarangan

BARAT : Rumah Ibu Parminah

Page 144: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

KONDISI LINGKUNGAN : Di lingkungan Api Abadi Mrapen

ARAH HADAP : Selatan

DISKRIPSI : Berupa tugu peringatan berbentuk obor. Tugu ini

terletak di komplek api abadi Mrapen. Tugu ini

didirikan dalam rangka pelaksanaan Ganefo I.

Terdapat Prasasti yang berbunyi, " Pada hari

Djumuat Tg. 11-11-1963 Djam 14.20 Telah diambil Api

Abadi dari tempat ini untuk digunakan menjalankan

obor Ganefo I".

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Peringatan sejarah peristiwa pada masa

pemerintahan Orde Lama

ILMU PENGETAHUAN

:

Sebagai bukti pelaksanaan event olahraga

internasional pada masa orde lama/Ganefo

PENDIDIKAN :

Mengajarkan spirit perjuangan dalam mencapai

kemenangan

AGAMA/KEBUDAYAAN

: Budaya menghormati sejarah melalui monumen dan

prasasti Ganefo

AKSESIBILITAS : Kendaraan roda dua dan empat

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Berada di alam terbuka

AKTIFITAS MANUSIA : Pembiaran

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : Ibu Rubi

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 13 Mei 2013

Page 145: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

TUGU GANEFO I

Manggarmas, Godong,

Grobogan

Tugu Ganefo I

Page 146: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

36. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : API ABADI MRAPEN

NAMA SEBELUMNYA : -

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/39

JENIS : Cagar Budaya bentukan alam

PERIODE :

KELETAKAN :

Astronomi : S7 01 21.4 E110 41 59.6

DUSUN : Mrapen

DESA : Manggarmas

KECAMATAN : Godong

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Ibu Parminah (Waris Wedana Masa kerajaan Demak)

BARU : Pemprov Jawa Tengah (Mulai Juni 2012)

STATUS PENGELOLAAN : Keluarga Ibu Parminah

TAHUN PEMBANGUNAN : 1963

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Desa Mrapen telah memberikan andil dalam sejarah

keolahragaan nasional. GANEFO tanggal 1 Nopember

tahun 1963 menggunakan api dari kompleks api

abadi Mrapen sebagai sumber obornya. Selanjutnya

hingga saat ini, semua peristiwa olah raga

menggunakan api Mrapen sebagai sumber api obor

yang dibawa berkeliling hingga kegiatan

berlangsung di istana olah raga.

FUNGSI : Tempat pengambilan api berbagai peristiwa nasional

UKURAN :

PANJANG : 1 m

LEBAR : 1 m

TINGGI : 40 cm

LUAS AREA : 1 ha

Page 147: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

BATAS-BATAS :

UTARA : Pekarangan

SELATAN : Api Mrapen

TIMUR : Pekarangan

BARAT : Rumah Ibu Parminah

KONDISI LINGKUNGAN : Di lingkungan Api Abadi Mrapen

ARAH HADAP : Selatan

DISKRIPSI : Berupa api yang keluar dari tanah. Api ini tidak pernah

padam. Lingkungan Sumber Api Mrapen saat ini

dimanfaatkan sebagai area wisata terdiri dari sumber

api, sumber air panas, dan tugu peringatan berbentuk

obor.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Berkait cerita rakyat tentang bagian sejarah kerajaan

Demak

ILMU PENGETAHUAN

:

Merupakan cagar budaya alam terkait berbagai

peristiwa nasional terutama dalam bidang olah raga

PENDIDIKAN :

Mengajarkan spirit perjuangan dalam mencapai

kemenangan

KEBUDAYAAN

: Ritual pengambilan api untuk event olahraga nasional

hingga saat ini

AKSESIBILITAS : Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pemeliharaan yang kurang memadai

REKOMENDASI : Konservasi lingkungan

DATA INFORMAN : Ibu Rubi

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 13 Mei 2013

Page 148: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

API ABADI MRAPEN

Manggarmas, Godong,

Grobogan

Api Abadi Mrapen

Page 149: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

37. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : SD KRISTEN KALICERET

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/40

JENIS : Gedung Sekolah

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 06 40.5 E110 39 05.6

DUSUN : Kaliceret

DESA : Mrisi

KECAMATAN : Tanggungharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : PI Salatiga Zending

BARU : GKJTU

STATUS PENGELOLAAN : GKJTU

TAHUN PEMBANGUNAN : 1930-an

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Mulai dibuka sebagai sekolah “Ongko Loro/angka

dua” atau Sekolah Dasar kelas Dua di Balai Pelatihan

Perawat Pribumi (belakang loji) berdasarkan

pertimbangan sebagai tempat mendidik/melatih

calon-calon perawat pribumi, pendidikan dasar

sangat penting bagi masyarakat. Pada masa Jepang,

sekolah berhenti, karena baik gereja, loji, maupun

balai perawat pribumi dikuasai oleh Jepang. Jaman

kemerdekaan sekolah dimulai lagi dan pada jaman

perang kemerdekaan tahun 1947-1948 sekolah

sempat dipindahkan ke desa Mliwang. Baru tahun

1970 oleh Bp.Sutrisno Yuwono sekolah diminta agar

diselenggarakan lagi di Kaliceret dan menempati loji

kembali. Pada rumah kapandhitan/loji juga pernah

dikembangkan sekolah tehnik (ST) dan kemudian

menjadi SMP PGRI. Untuk saat ini kompleks SD

Kristen Kaliceret ditambah local baru ditambah

gedung TK Kristen Kaliceret.

FUNGSI : Sekolah

Page 150: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

UKURAN :

PANJANG : 19 m

LEBAR : 12 m

TINGGI : 9 m

LUAS AREA : 4020 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Perpustakaan

SELATAN : Sekolah Inpres

TIMUR : Jalan Raya

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Timur

ARAH HADAP : Timur

DISKRIPSI : Bangunan utama berupa rumah panggung yang

sebagian besar komponen bangunan terbuat dari

bahan kayu termasuk bagian dinding, plavon dan

lantai. Bagian façade terdapat kuncungan yang

diberi hiasan lisplank. Pintu dan jendela terbuat dari

kayu dengan bentuk kupu tarung bermotif krepyak.

Pada tiap-tiap atas pintu terdapat ventilasi yang

diberi hiasan panah. Secara umum kondisinya kurang

terawat. Banyak papan yang sudah melengkung dan

keropos. Bagian talang dan plavon juga sebagian

sudah keropos. Umpak memiliki lebar 0,8 M

memanjang sepanjang lebar bangunan.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Penyebaran Kristen di Grobogan melalui media

pendidikan

ILMU PENGETAHUAN : Kontruksi bangunan panggung bahan kayu

PENDIDIKAN :

Perkembangan pendidikan berlatar belakang Agama

Kristen

AGAMA/KEBUDAYAAN : Perkembangan Agama Kristen di Grobogan

AKSESIBILITAS : kendaraan roda dua dan empat, dekat jalan raya

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Kurang terawat

Page 151: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

REKOMENDASI : Perbaikan bagian yang rusak

DATA INFORMAN : Ibu Ester (60 Th)

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

PETA KABUPATEN

SD KRISTEN KALICERET

Mrisi, Godong,

Grobogan

Façad Bangunan

Page 152: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

38. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : RUMAH PENDETA GKJ KALICERET

NAMA SEBELUMNYA : Kantor dan Ruang Obat RS. Kristen Kaliceret

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/41

JENIS : Gedung

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 06 40.5 E110 39 05.6

DUSUN : Kaliceret

DESA : Mrisi

KECAMATAN : Tanggungharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Pekabaran Injili Salatiga Zending

BARU :

Yayasan Pergerakan Kristen Widya Wacana

Salatiga

STATUS PENGELOLAAN :

Yayasan Pergerakan Kristen Widya Wacana

Salatiga

TAHUN PEMBANGUNAN : 1930-an

TAHUN RENOVASI : -

LATAR BELAKANG SEJARAH : Pertama-tama datanglah orang-orang dari

Salatiga Zending membangun rumah dari

welit/ilalang yang dulunya berlokasi di Pastori GKJ

Kaliceret yang sekarang ini. Rumah welit tersebut

oleh orang-orang asing tersebut dipakai untuk

mengabarkan Injil melalui bidang kesehatan.

Beberapa orang yang sembuh dari penyakitnya

tidak mau kembali ke daerah asalnya, tetapi

menetap di Kaliceret dan menganut Kristen. Lama

kelamaan balai pengobatan juga semakin

berkembang, sehingga dibuatlah rumah sakit

Kaliceret yang menjadi satu-satunya rumah sakit

di grobogan waktu itu. Tetapi karena keberadaan

jalan yang menuju ke kaliceret waktu itu rusak,

maka rumah sakit Kaliceret berangsur-angsur

mengalami kemunduran dan akhirnya mati.

FUNGSI : Rumah Pendeta

Page 153: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

UKURAN :

PANJANG : 9,2 m

LEBAR : 8 m

TINGGI : 6,2 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Kantor

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Jalan Raya

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di lingkungan pemukiman Kristiani

ARAH HADAP : Barat

DISKRIPSI : Bangunan berdenah segi empat dengan atap

berbentuk pelana

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Penyebaran agama Kristen di Grobogan melalui

media sarana pengobatan

ILMU PENGETAHUAN

:

Pengetahuan tentang pengobatan modern pada

masa kolonial

PENDIDIKAN :

Memberikan pemahaman kepada masyarakat

akan ilmu pengobatan modern

AGAMA : Penyebaran Agama Kristen di Grobogan

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan tidak jauh dari

jalan raya.

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan kayu dan lapisan tanah yang melesak

AKTIFITAS MANUSIA : Kurang dirawat

REKOMENDASI : Perawatan rutin

DATA INFORMAN : Bp. Samuel (66 Tahun)

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak

Kab. Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 154: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH PENDETA GKJ

KALICERET

Mrisi, Godong,

Grobogan

Façad Bangunan

Page 155: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

39. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : GEREJA KRISTEN JAWA KALICERET

NAMA SEBELUMNYA : Gereja Rumah Sakit Kristen

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/42

JENIS : Gereja

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 06 40.5 E110 39 05.6

DUSUN : Kaliceret

DESA : Mrisi

KECAMATAN : Tanggungharjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Pemberitaan Injil Salatiga Zending

BARU : Yayasan Pergerakan Kristen Widya Wacana Salatiga

STATUS PENGELOLAAN : Yayasan Pergerakan Kristen Widya Wacana Salatiga

TAHUN PEMBANGUNAN : 1930-an

TAHUN RENOVASI : -

LATAR BELAKANG SEJARAH : kitab ”Babad Zending di Tanah Jawi” karangan J.D.

WOLTERBEEK, bahwa gereja dibangun oleh

perkumpulan Salatiga Zending (S Z) dalam misinya

mengembangkan agama Kristen di tanah Jawa. pada

tahun 1892 pendeta C.R.Kuhnen diangkat menjadi

pendeta di Kaliceret. Saat itu di Kaliceret sudah ada

beberapa warga yang memeluk agama Kristen, dan

sudah melaksanakan kegiatan pertemuan jamaah

setiap hari Minggu pagi. Sebagai pemimpin jamaah

kadang pendeta yang datang dari Salatiga, atau

kadang dipimpin warga setempat. Selama menjadi

pendeta di wilayah Kaliceret, beliau tinggal di dusun

Kaliceret. Sepeninggal pendeta Kuhnen, yang

bertugas menjadi pendeta di Kaliceret adalah tuan

Kabelitz yang bertugas sampai tahun 1927.

Diperkirakan gereja Kristen, kantor rumah sakit serta

rumah sakit Kristen yang ada di dusun Kaliceret

didirikan antara tahun 1904 sampai tahun 1927.

Melihat cukup lama pendeta Kabelitz bertugas di

wilayah dusun Kaliceret, sehingga diperkirakan

ketiga bangunan tersebut didirikan secara

berurutan. Adapun yang didirikan pertama kali tentu

Page 156: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

bangunan gereja Kristen, mengingat sebagian besar

penduduk dusun Kaliceret adalah pemeluk agama

Kristen. Adapun sebagai tempat pelaksanaan

pasamuan (doa kebaktian bersama) waktu itu

berada di rumah milik penduduk, sehingga

dibutuhkan sebuah gereja. Dengan kebutuhan itu,

maka pembangunan gereja tersebut dilaksanakan.

Pada tahun 1930, Gereja dibagi menjadi dua utara

dan selatan

FUNGSI : Gereja

UKURAN :

PANJANG : 18 m

LEBAR : 6 m

TINGGI : 8,5 m

LUAS AREA : 3250 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Kantor

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Jalan Raya

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di lingkungan pemukiman Kristiani

ARAH HADAP : Barat

DISKRIPSI : Bangunan berdenah segi empat dengan atap

berbentuk pelana tumpang 2 dengan kuncugan di

bagian façade. Konstruksi atap dari bahan kayu yang

ditutup dengan genteng keripik. Di bagian emperan

terdapat tiang penyangga yang terbuat dari bahan

kayu. Pintu dan jendela dengan bahan kayu jati

berbentuk kupu tarung. Lantai ditutup dengan tegel

abu-abu. kondisi tegel sudah banyak yng melesak

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Penyebaran Kristen di Grobogan melalui media

pendidikan dan sarana kesehatan

ILMU PENGETAHUAN :

PENDIDIKAN : Penyebaran nilai-nilai moral

AGAMA/KEBUDAYAAN : Perkembangan Agama Kristen di Grobogan

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan tidak jauh dari jalan

raya.

Page 157: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan kayu dan lapisan tanah yang melesak

AKTIFITAS MANUSIA : Kurang dirawat

REKOMENDASI :

Perbaikan kerusakan pada komponen kayu dan

lantai

DATA INFORMAN : Bp. Samuel (66 Tahun)

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

PETA KABUPATEN

GEREJA KRISTEN JAWA

KALICERET

Mrisi, Godong,

Grobogan

Façad Bangunan

Page 158: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

40. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : BKPH PADAS

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/43

JENIS : Gedung

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 09 37.1 E110 37 59.1

DUSUN : Jl. Perintis Kemerdekaan Kedung Jati

DESA : Kedungjati

KECAMATAN : Kedungjati

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Perum Perhutani

BARU : Perum Perhutani

STATUS PENGELOLAAN :

TAHUN PEMBANGUNAN : -

TAHUN RENOVASI : Sejak masa kolonial dimanfaatkan sebagai pos

pemanfaatan hasil hutan.

LATAR BELAKANG SEJARAH :

FUNGSI : kantor

UKURAN :

PANJANG : 12 m

LEBAR : 11 m

TINGGI : 8 m

LUAS AREA : 1650 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pekarangan

TIMUR : Jalan Raya

BARAT : Pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di lingkungan pertanian / perkebunan

ARAH HADAP : Timur

Page 159: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Berupa rumah panggung dengan denah persegi 4

yang komponen bangunan terbuat dari kayu.

Bangunan memiliki arsitektur indis dengan atap

bentuk perisai bergenting kripik. Bagian depan

terdapat teras yang disangga dengan tiang kayu.

Luas Umpak bagian bawah 110 x 95 dan bagian atas

40 x45 Cm dengan tinggi 1 M

NILAI PENTING :

HISTORIS : sejarah eksploitasi sumberdaya alam di Grobogan

ILMU PENGETAHUAN

:

pembuatan rumah panggung dan berbahan kayu

untuk daerah dengan struktur tanah yang labil.

PENDIDIKAN :

Memberikan pemahaman kepada masyarakat

tentang eksploitasi masa kolonial

KEBUDAYAAN :

AKSESIBILITAS : berada di tepi jalan utama kec. Kedungjati

ANCAMAN :

PROSES ALAM : sebagian kayu sudah lapuk

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : konservasi bangunan kayu

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 160: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

PERUM PERHUTANI

UNIT I JAWA TENGAH

Jl. Perintis Kemerdekaan

Kedung Jati, Grobogan

Façad Bangunan Pintu masuk utama

Page 161: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

41. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : GUDANG STASIUN KEDUNG JATI

NAMA SEBELUMNYA : Rumah Dinas

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/45

JENIS : Rumah Tinggal

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : 7° 9'47.31"S 110°38'5.77"E

DUSUN : Kedungjati

DESA : Kedungjati

KECAMATAN : Kedungjati

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. KERETA API INDONESIA

STATUS PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA

TAHUN PEMBANGUNAN : 1873

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH :

FUNGSI : Rumah Tinggal

UKURAN :

PANJANG : 21 m

LEBAR : 8 m

TINGGI : 8 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Jalan Kampung

SELATAN : Pekarangan

TIMUR : Pekarangan

BARAT : Pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN :

Berada di lingkungan Pemukiman kawasan

Stasiun Kereta Api Kedungjati

ARAH HADAP : Utara

Page 162: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Dua buah Bangunan gudang dalam keadaan rusak dan

sudah dipergunakan lagi. Gudang pertama berada

mepet dengan jalan rel, sementara gudang kedua

berdampingan dengan pemukiman.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Bagian Sejarah transportasi masa kolonial di

Grobogan

ILMU PENGETAHUAN :

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN :

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan tidak jauh dari jalan

raya.

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pembiaran menuju kerusakan

REKOMENDASI : Perbaikan komponen yang rusak

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 163: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

GUDANG STASIUN

KEDUNG JATI

Kedungjati, Kedungjati,

Grobogan

Gudang I Gudang II

Page 164: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

42. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : RUMAH DINAS STASIUN KEDUNGJATI

NAMA SEBELUMNYA : Rumah Dinas Stasiun Kedungjati

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/46

JENIS : Rumah Tinggal

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : 7° 9'45.32"S 110°38'9.15"E

DUSUN : Kedungjati

DESA : Kedungjati

KECAMATAN : Kedungjati

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : PT. KERETA API INDONESIA

STATUS PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA

TAHUN PEMBANGUNAN : 1873

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Stasiun Kedungjati merupakan salah satu stasiun

tertua di Indonesia setelah Stasiun Tanggung.

FUNGSI : Rumah Tinggal

UKURAN :

PANJANG : 12,8 m

LEBAR : 21 m

TINGGI : 8 m

LUAS AREA : 1500 m

BATAS-BATAS :

UTARA : Jalan Kampung

SELATAN : Pekarangan

TIMUR : Pekarangan

BARAT : Pekarangan

KONDISI LINGKUNGAN :

Berada di lingkungan Pemukiman kawasan

Stasiun Kereta Api Kedungjati

ARAH HADAP : Utara

Page 165: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Bangunan bergaya indis dengan model setangkup

kembar ruangan kiri kanan mengapit teras model

terbuka yang diberikan dua buah pintu yang tampak

tinggi pada sudut kiri dan kanannya. Ruang tengah

merupakan bagian inti yang terdiri dari 3 ruang untuk

kamar tidur, dan ruang keluarga. Di bagian belakang

merupakan bangunan terpisah yang dihubungkan

sebuah doorlop digunakan sebagai fasilitas untuk

dapur dan kamar mandi. Kontruksi bangunan adalah

bangunan permanen semenan dengan atap genting

yang telah mengalami pergantian.

NILAI PENTING :

HISTORIS : Bagian sejarah Stasiun Kedungjati

ILMU PENGETAHUAN

:

Tahan lamanya bangunan tembok buatan Belanda di

daerah dengan tanah yang cukup labil.

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Pemberian fasilitas rumah dinas bagi pegawai

pemerintah

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan tidak jauh dari jalan

raya.

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

Faktor cuaca membuat sebagian dinding dan

komponen kayu menjadi lapuk

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Perbaikan komponen yang rusak

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 166: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

KEDUNGJATI

Kedungjati, Kedungjati,

Grobogan

Façad Bangunan Ruang Tamu di teras depan

Page 167: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

43. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : KANTOR KEPOLISIAN SEKTOR KEDUNGJATI

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/47

JENIS : Gedung Kantor

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi : S7 09 43.8 E110 37 58.1

DUSUN : Kedungjati

DESA : Kedungjati

KECAMATAN : Kedungjati

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA :

BARU : Polsek Kedungjati

STATUS PENGELOLAAN : Kepolisian RI Sektor Kedungjati

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG SEJARAH : Bangunan rumah tinggal yang kemudian

dialihtangankan kepada kepolisian

FUNGSI : Kantor Polisi

UKURAN :

PANJANG : 14,7 m

LEBAR : 14,1

TINGGI : 6,8 m

LUAS AREA : 1200 m2

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pertokoan

TIMUR : Pertokoan

BARAT : Jalan Peritis Kemerdekaan

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di tepi jalan

ARAH HADAP : Timur

Page 168: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

DISKRIPSI : Bangunan indis dengan sebagian besar

menggunakan bahan kayu, termasuk di bagian

dinding. Genteng telah diganti genteng pres dan

lantai telah ditutup dengan keramik. Bangunan

berbentuk U. bagian teras disangga dengan tiang

kayu. Terdapat alih fungsi dan modifikasi bentuk di

bagian sisi selatan. Plafon di bagian teras diganti

dengan asbes. Sebagian dinding diganti dengan

tembok karena pelapukan kayu. Pintu dan jendela

dengan bahan kayu model kupu tarung. Di atas pintu

terdapat ventilasi yang terbuat dari teralis besi

berbentuk sulur suluran.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

ILMU PENGETAHUAN : Bangunan arsitektur kayu untuk keperluan publik

PENDIDIKAN : Contoh penggunaan material kayu pada bangunan

AGAMA/KEBUDAYAAN :

AKSESIBILITAS : Di tepi jalan raya dan Dapat diakses mobil.

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan kayu

AKTIFITAS MANUSIA : Penggantian komponen kayu menjadi tembok

REKOMENDASI : Perbaikan komponen yang rusak

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 169: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

POLSEK KEDUNGJATI

Kedungjati, Kedungjati,

Grobogan

Façad Bangunan Dinding Selatan

Page 170: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

44. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : RUMAH DINAS STASIUN TANGGUNG

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/48

JENIS : Rumah Tinggal

PERIODE : Kolonial

KELETAKAN :

Astronomi :

DUSUN :

DESA : Tanggung Harjo

KECAMATAN : Tanggung Harjo

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : NIS

BARU : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

STATUS PENGELOLAAN : PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

TAHUN PEMBANGUNAN : 1864

TAHUN RENOVASI :

LATAR BELAKANG

SEJARAH

: Stasiun Tanggung yang dibangun pada tahun 1864

membutuhkan Rumah Dinas Kepala Stasiun yang

dibangun di belakang bangunan stasiun

FUNGSI : Rumah Dinas

UKURAN :

PANJANG : 7 m

LEBAR : 7 m

TINGGI : 6 m

LUAS AREA :

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Stasiun Tanggung

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di tengah pemukiman

ARAH HADAP : Timur

Page 171: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : bangunan panggung yang berdenah segi empat. Atap

berbentuk limasan dengan penutup genteng kripik. Di

tepi atap terdapat lisplang berukir. Dinding terbuat dari

papan kayu jati. Pintu dan jendela di bagian façade

terbuat dri kaya yang dibingkai dengan kayu. Namun

jendela di beberapa kamar terbuat dari bahan kayu

dengan bentuk kuputarung motif krepyak. Bangunan

disangga dengan umpak semen. Tangga terdapat di

bagian depan dengan bahan kayu. Bangunan cukup

terawat, namun tidak dengan halaman rumah.

NILAI PENTING :

HISTORIS :

Fasilitas di Stasiun Tanggung, yang merupakan salah

satu stasiun tertua di Pulau Jawa

ILMU PENGETAHUAN :

PENDIDIKAN :

KEBUDAYAAN

: Terbentuknya budaya efisiensi waktu dan keteraturan

di lingkungan stasiun

AKSESIBILITAS : Terdapat akses jalan melalui stasiun yang dapat dilalui

mobil

ANCAMAN :

PROSES ALAM : Pelapukan kayu

AKTIFITAS MANUSIA :

REKOMENDASI : Perbaikan komponen yang rusak

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 172: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� �

PETA KABUPATEN

RUMAH DINAS STASIUN

TANGGUNG

Tanggung Harjo,

Tanggung Harjo,

Grobogan

Façad Bangunan Dinding bagian depan

Page 173: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

173

45. INVENTARISASI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

NAMA BANGUNAN / SITUS : MASJID JAMI’ BAIDATUT TAQWA

NAMA SEBELUMNYA :

NO. INVENTARISASI : 11-15/Gbo/2013/TB/49

JENIS : Masjid

PERIODE :

KELETAKAN :

Astronomi : S7 06 41.0 E110 41 10.7

DUSUN : Brebes

DESA : Glapan

KECAMATAN : Gubug

KABUPATEN : Grobogan

PEMILIK :

LAMA : Desa

BARU : Desa

STATUS PENGELOLAAN : Takmir Masjid

TAHUN PEMBANGUNAN :

TAHUN RENOVASI : 2012

LATAR BELAKANG SEJARAH :

FUNGSI : Masjid

UKURAN :

PANJANG : 7,7 m

LEBAR : 7,5 m

TINGGI : 6,7 m

LUAS AREA : 726 m

BATAS-BATAS :

UTARA : Pemukiman

SELATAN : Pemukiman

TIMUR : Pemukiman

BARAT : Pemukiman

KONDISI LINGKUNGAN : Berada di tengah pemukiman

ARAH HADAP : Timur

Page 174: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

DISKRIPSI : Bangunan masjid mengalami perubahan dengan

adanya penambahan serambi dan teras di sisi timur

maupun kanan kiri masjid. Pembangunan masjid

masih mempertahankan keaslian bangunan utama

masjid. Atap masjid berbentuk tajuk tumpang 2 yang

ditutup dengan genteng pres. Atap disangga dengan

4 buah soko guru yang terbuat dari kayu jati dengan

ukuran 26 x 26 Cm dengan umpak dari bahan batu.

Sementara itu di bagian mihrab terlihat lebih

menonjol ke arah barat. Ruangan mihrab berbentuk

panggung dimana penyangganya telah diganti

dengan semen. Dinding mihrab masih menggunakan

bahan kayu jati. Dinding ruang utama masjid terbuat

dari kayu, demikian pula lantai masjid terbuat dari

bahan yang sama. Pintu masuk ruang utama

dimodifikasi menjadi pintu geser, sedangkan jendela

telah diganti dengan bahan kaca. Komponen kayu

dilapisi polytur dengan warna kuning kecoklatan.Di

dalam masjid ditemukan bedug dan kentongan serta

di dalam mihrab terdapat yoni.

NILAI PENTING

HISTORIS : Bukti sejarah perkembangan Islam di wilayah Gubug

ILMU PENGETAHUAN

:

Penggunaan konstruksi kayu dan bentuk panggung

untuk daerah dengan tanah yang labil

PENDIDIKAN :

AGAMA/KEBUDAYAAN : sebagai sarana peribadatan di wilayah Gubug

AKSESIBILITAS : Dapat diakses dengan mobil dan di tepi jalan raya.

ANCAMAN :

PROSES ALAM :

AKTIFITAS MANUSIA : Pengembangan tanpa konsep pelestarian

REKOMENDASI : Perbaikan komponen yang rusak

DATA INFORMAN :

PENINJAUAN : Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

SURVEYOR : Tim Inventarisasi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kab.

Grobogan Thn. 2013

TANGGAL : 12 Mei 2013

Page 175: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

� � �

PETA KABUPATEN

Page 176: Laporan Inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) Grobogan Lengkap 2013_uploaded by Wahyu Dwi Pranata

ERROR: stackunderflow

OFFENDING COMMAND: ~

STACK: