laporan ii (uji dosis dan reagen)

9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEMOTERAPI “PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi Kemoterap Oleh Nama : Anita Anggriani NIM : 3111200 Kelas :F III ! PRODI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2014

Upload: anita-anggriani

Post on 07-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Uji dosis dan reagen dalam P. Farmakologi Kemoterapi

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMFARMAKOLOGI KEMOTERAPIPERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi Kemoterapi

OlehNama: Anita AnggrianiNIM: 31112060Kelas: F III B

PRODI S1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2014

LAPORAN FARMAKOLOGI KEMOTERAPI

Hari/tanggal praktikum: Senin, 08 September 2014Pertemuan ke-: IIJudul: Perhitungan dosis dan pembuatan sediaan ujiTujuan: Untuk mengetahui kadar dosis dari suatu hewan percobaan secara kuantitatif sebelum uji klinis pada manusia

i. Dasar TeoriBioaktivitas terhadap hewan percobaan erat kaitannya dengan pengujian dosis serta pembuatan sediaan uji. Zat yang biasa diberikan kepada hewan percobaan dapat berupa bahan dari tanaman (ekstrak, air rebusan, dll) atau berupa obat untuk tujuan tertentu. Bahan-bahan tersebut tidak bisa diberikan begitu saja melainkan harus melewati proses formulasi terlebih dahulu dengan beberapa ketentuan dan pertimbangan. Terdapat beberapa pertimbangan dalam hal pemberian obat/ekstrak kepada hewan percobaan, diantaranya rute pemberian, jenis sediaan, jenis bahan pembantu yang digunakan, besaran dosis yang digunakan, dan banyak hal lainnya.Konsentrasi sediaan yang dipersiapkan menunjukkan berapa mg obat atau ekstrak yang dilarutkan dalam sejumlah ml larutan. Konsentrasi ini biasanya dinyatakan dalam % (persen), atau lebih tepatnya % b/v (persen berat per volume) dimana 1% b/v berarti 1 gram zat yang terlarut dalam 100 ml larutan zat. Konsentrasi sediaan yang dibuat dapat ditentukan melalui pembagian dosis dengan persen pemberian. Dosis biasanya dinyatakan dalam mg/kgBB dimana 1 mg/kgBB menunjukkan 1 mg zat diberikan untuk setiap 1 kg hewan. Sedangkan persen pemberian biasanya dinyatakan dalam % v/b dimana 1% v/b menunjukkan 1 ml obat diberikan untuk setiap 100 gram berat badan hewan. Persen pemberian ditentukan berdasarkan rute pemberian obat yang akan digunakan, misalnya: Rute oral/ oral gavage/ gastric intubation: biasa diberikan 1 % Rute intraperitoneal: biasa diberikan 0,1 % Rute intravena: biasa diberikan 0,1 %Pada dasarnya, berat obat atau ekstrak yang ditimbang untuk dibuat sediaan uji ditentukan berdasarkan dosis yang diberikan dan total berat hewan percobaan. Untuk menentukan berat obat/ekstrak yang dibutuhkan tersebut, data yang diperlukan adalah jumlah hewan percobaan yang akan diberikan sediaan dan berat rata-rata hewan tersebut.Volume sediaan yang akan dibuat ditentukan berdasarkan konsentrasi sediaan yaitu berdasarkan dosis (mg/kg) dan persen volume pemberian atau rute pemberian yang digunakan ; Lalu total berat obat/ekstrak yang diperlukan yaitu berdasarkan dosis yang digunakan dan total berat hewan.Volume sediaan yang diberikan kepada masing-masing hewan dihitung berdasarkan 2 hal diantaranya Persen volume pemberian yang tergantung kepada jenis rute pemberian yang digunakan dan berat masing-masing hewan percobaan. Hewan dengan berat badan yang berbeda tentu akan menerima volume sediaan yang berbeda pula.

Tabel 1.1 Skema Kerja Perhitungan dosis hewan uji

ii. Alat dan bahanAlat : Kalkulator Batang pengaduk Gelas beaker Gelas ukur Botol semprot Mortir dan stamper Neraca analitik digitalBahan : Asam asetat glasial Glibenclamide Aquadest

iii. Karakteristik sampel Asam asetat glasialPemerian : Asam asetat glasial berbentuk massa kristal, tidak berwarna solusi yang mudah menguap dengan bau yang menyengat.Kelarutan : Larut dan bercampur dengan etanol, eter, gliserin, air, dan minyak volatile. Stabilitas dan Penyimpanan : Asam asetat harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang dingin, kering.Khasiat : Zat tambahan, Penginduksi (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition:5-6) GlibenclamidePemerian : Putih atau hampir putih, kristal bubuk.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sedikit larut dalam alkohol dan metil alkohol; sedikit larut dalam diklorometana. Stabilitas dan penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap udara.Khasiat : AntidiabetikaFarmakokinetika : Glibenclamide mudah diserap oleh saluran pencernaan, konsentrasi plasma puncak biasanya terjadi dalam waktu 2 sampai 4 jam, dan secara luas terikat protein plasma. Penyerapan mungkin lebih lambat dari pasien hiperglikemia. Obat di metabolisme hampir sepenuhnya di hati, metabolit utama aktif lemah. Sekitar 50% dari dosis diekskresikan dalam urin dan 50% melalui empedu ke tinja. (Martindale Volume 36 : 440) Air sulingPemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak memiliki rasaPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik(FI edisi III : 96)

iv. Prosedur kerjaA. Tabel 4.1 NoHewan20 g200 g400 g1,5 kg2 kg4 kg12 kg70 kg

1Mencit 20 g1,07,012,2927,823,764,1124,2387,9

2Tikus 200 g0,141,01,743,34,20,217,856,0

3Marmot 400 g0,080,571,02,252,45,210,231,5

4Kelinci 1,5 kg0,040,250,441,01,082,44,514,2

5Kucing 2 kg0,030,230,410,921,02,24,113,0

6Kera 4 kg0,0160,110,190,420,451,01,96,1

7Anjing 12 kg0,0080,060,10,220,240,521,03,1

8Manusia 70 kg0,00260,0180,0310,070,130,160,321,0

Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis Contoh :

Bila diinginkan, dosis absolut manusia 70 kg dadari data dosis pada anjing 10 mg/kg (untuk anjing dengan bb 12 kg) maka dihitung dahulu dosisi absolut pada anjing : 10x12 =120 mgDengan mengambil faktor konversi 3,1 dari tabel.Diperoleh dosis untuk manusia :120x3,1 = 372 mgEfek farmakologis obat timbul pada manusia dengan dosis 372/70kgBB = dosis pada anjing 120/12kgBB

B. Tabel 4.2NoHewanIntra VenaIntra MuscularIntra PeritonialSub CutanPer Oral

1Mencit0,50,00510,51

2Tikus10,1325

3Kelinci5-100,510320

4Marmut20,23310

Volume maksimum(ml) pemberian obat pada hewan

C. Pembuatan Sediaan Pembuatan Asam asetat

Aduk homogen, masukkan ke botol reagenPipet asam asetat sebanyak 0,71 ml dan masukkan ke dalam beaker glassTambahkan aquadest sebanyak 3 mlSediakan alat danbahan

Pembuatan glibenclamide

Gerus homogen lalu timbang sebanyak 0,13 gramTimbang masing-masing tablet lalu hitung rata-rata bobot tabletMasukkan ke dalam labu ukurSediakan alat dan bahan

Tambah aquades hingga 50 mlKocok homogen, masukkan ke botol reagen

v. Perhitungan dosis dan sediaan ujiKet : seluruh reagen dibuat 3 ml Asam asetat 0,7% v/v Pengenceran : V1.N1 = V2.N2V1. 98% = 100 ml. 0,7%V1 = 70/98V1 = 0,71 ml/3 ml Glibenclamide Dik : Bobot rata-rata 3 tablet : 200 mgDosis glibenclamide/tablet = 5 mg Yang akan dibuat = 130 mg/50 ml Seharusnya : 7,3 mg/3 ml PGA 1% /3 ml Karagenan 1% / 3 ml PGA 3% / 3 ml

Asetosal 1,5% dosis 150mg/kgBB Maka Konsentrasi sediaan = Dosis (mg/kgBB) : Persen pemberian (ml/100gBB) = [150 mg/kgBB] x [100 gBB/0,045 ml]= [150 mg/1000 gBB] x [100 gBB/0,045 ml]= [150 mg/10] x [1/0,045 ml]= [150/10 . 0,045] mg/ml= 333,3 mg/ml Larutan pepton 5% Norit 5% dalam PGA 50%PGA : /3 mlTambahkan norit ke dalam PGA 50% : Glukosa 10%

vi. PembahasanPraktikum kali ini merupakan praktikum pertemuan kedua untuk farmakologi dan kemoterapi yang membahas mengenai perhitungan dosis dan pembuatan sediaan uji. Praktikum kali ini hanya melakukan perhitungan dari beberapa reagen yang biasa digunakan pada pengujian bioaktivitas suatu zat aktif dengan metode induksi kimia maupun metode lainnya. Biasanya untuk pengujian bioaktivitas konsentrasi yang digunakan dalam persentase (%) sehingga bisa dilakukan perhitungan secara langsung. Namun lain halnya jika terdapat dosis dari suatu zat aktif atau menggunakan dosis kontrol pembanding dari sediaan obat maka terdapat hitungan tertentu dari tiap dosis tersebut.Hal pertama yang dilakukan adalah perhitungan dosis dan sediaan uji dari beberapa reagen diantaranya asam asetat 0,7%, PGA 1% ; 3%, Karagenan 1%, Asetosal 1,5% dosis 150mg/kgBB, larutan pepton 5%, norit 5% dalam PGA 50%, glukosa 10% dan glibenclamide 5 mg (Lihat data v. Perhitungan dosis dan sediaan uji). Terdapat beberapa reagen yang memiliki masing-masing fungsi ketika praktikan akan menguji terhadap hewan uji.Asam asetat , asetosal yang merupakan obat analgetika antipiretika dapat digunakan sebagai penginduksi atau dengan kata lain membuat hewan uji sakit terlebih dahulu (mencit di induksi menggunakan asam asetat/asetosal). Selain itu terdapat PGA berbagai konsentrasi yang biasa digunakan sebagai suspending agent karena beberapa sediaan farmasi, contohnya tablet glibenclamide yang akan dilakukan pengujian terhadap hewan uji tidak mungkin langsung diberikan kepada hewan uji dalam bentuk tablet/serbuknya. Maka ketika tablet tersebut telah menjadi serbuk, dosis yang seharusnya dapat ditimbang kemudian dicampurkan dengan PGA yang telah dibuat sebelumnya sehingga sediaan yang diberikan kepada hewan uji dalam bentuk suspensinya yang dapat larut dalam air. PGA dapat digunakan sebagai suspending agent karena ketika menyerap air, struktur PGA akan membentuk seperti globul yang mengembang yang nantinya akan menyelimuti partikel zat aktif yang tidak larut dalam air. Begitupun dengan larutan pepton dan karagenan yang bisa berfungsi sebagai agen pensuspensi. Untuk norit yang terdapat pada PGA, di ketahui bahwa norit/arang jerap merupakan antidotum atau penawar racun karena sifat adsorpsi yang dimilikinya. Ketika norit masuk dalam usus ketika seseorang mengalami keracunan maka karbon aktif akan menyerap zat yang dideteksi sebagai racun dalam usus sehingga tidak menyebar hingga ke organ vital yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat pula glukosa yang dapat diberikan untuk zat penginduksi saat pengujian antidiabetes sehingga membuat si mencit hiperglikemia dan dilakukan uji selanjutnya.Praktikum kali ini, reagen yang dibuat tidak seluruhnya melainkan hanya asam asetat 0,7% dan glibenklamid 5 mg karena adanya keterbatasan waktu praktikum dan ketersediaan alat dan bahan di laboratorium. Untuk pembuatan asam asetat 0,7% penimbangan dilakukan pada neraca analitis digital di mana selanjutnya sediaan diencerkan menggunakan pelarut air. Asam asetat dipipet menggunakan pipet volume 1 ml agar kuantitatif karena volume dari asam asetat yang dibutuhkan dalam 3 ml cukup sedikit yakni hanya 0,7 ml. Kegunaan asam asetat sendiri digunakan sebagai zat penginduksi sehingga sebelum diberikan zat aktif yang akan diuji, mencit diberikan terlebih dahulu asam asetat untuk membuatnya sakit sehingga dapat dilakukan pengujian dari obat yang akan praktikan uji. Yang selanjutnya adalah obat antidiabetes yang merupakan obat generiknya yaitu glibenclamide 5 mg. Berdasarkan literatur, karakteristik dari glibenclamide memiliki kelarutan yang tidak larut dalam air sehingga ketika akan diujikan pada mencit sebaiknya glibenclamide dibuat suspensi terlebih dahulu. Pengujian terhadap hewan uji sebenarnya cukup untuk dibuat 4 ml dan tidak lebih dari 5 ml karena ketika diberikan per oral, sonde oral tidak akan masuk seluruhnya pada mencit begitupun dengan dosis yang diberikan. Mencit biasanya cukup diberikan 0,2 ml dan tikus putih 2 ml. Glibenclamide merupakan golongan antidiabetes sulfonilurea yang mudah diserap oleh saluran pencernaan, konsentrasi plasma puncak biasanya terjadi dalam waktu 2 sampai 4 jam, dan secara luas terikat protein plasma. Penyerapan mungkin lebih lambat dari pasien hiperglikemia. Obat di metabolisme hampir sepenuhnya di hati, metabolit utama aktif tetapi lemah. Sekitar 50% dari dosis diekskresikan dalam urin dan 50% melalui empedu ke tinja.Praktikum kali ini tidak sampai pada pemberian sediaan uji kepada hewan uji karena ketersediaan waktu praktikum tidak mencukupi. Jika reagen, dosis dan alat pelindung diri telah digunakan, maka selanjutnya cukup memperhatikan cara pemberiaan obat terhadap hewan uji dengan cara penanganan hewan uji yang seharusnya.

vii. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan : Perhitungan dosis dan sediaan uji biasanya diberikan dalam bentuk persentase sehingga dapat dilakukan perhitungan dengan langsung mengkalikannya pada volume larutan dan juga mengkonversinya sesuai hewan uji. Pemberian dosis per oral pada mencit biasanya 0,2 ml dan tikus putih 2 ml. Pembuatan reagen sebagai zat penginduksi, zat berkhasiat, maupun zat pembanding patut diperhatikan mulai dari perhitungan hingga pembuatannya.

viii. Daftar PustakaTanu, Ian, dkk . (1995). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Gaya Baru : Jakarta Anonim. id.wikipedia.com [diakses] 14 September 2014 pukul 16.15 WIB