laporan hasil penelitian gambaran tingkat …

49
LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS ABANG 1 TAHUN 2019 Oleh : Putu Ayu Larasati (170261077) Ellintang Charisma Dewi (1702612110) Pembimbing : dr. I Made Dwi Ariawan dr. Komang Wirya, MM DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

LAPORAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN

KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS

ABANG 1 TAHUN 2019

Oleh :

Putu Ayu Larasati (170261077)

Ellintang Charisma Dewi (1702612110)

Pembimbing :

dr. I Made Dwi Ariawan

dr. Komang Wirya, MM

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU

KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN

KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS

ABANG 1 TAHUN 2019

Telah diujikan dihadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian

Pada tanggal 2 September 2019

Menyetujui,

Pembimbing

dr. I Made Dwi Ariawan

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

karunia-Nya, Laporan Penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan

Keluarga Terhadap ASI Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Abang 1 Tahun 2019”

ini dapat diselesaikan. Laporan Penelitian ini disusun dalam rangka mengikuti

Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran

Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dilaksanakan tanggal

29 Juli 2019 – 08 September 2019 bertempat di UPT Kesmas Abang 1, Kabupaten

Karangasem.

Semua tahapan Laporan Penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-

baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. I Made Dwi Ariawan, selaku Dosen Pembimbing, atas segala nasehat,

bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini.

2. dr. Komang Wirya, MM selaku Kepala Puskesmas Abang 1 Karangasem.

3. Bapak Nyoman Slamet selaku pemegang program Gizi di Puskesmas

Abang 1 Karangasem atas segala informasi dan kerja sama terkait dengan

penyusunan Laporan Penelitian ini.

4. Para pemegang program dan seluruh staf di Puskesmas Abang 1

Karangasem.

Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca

dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.

Denpasar, September 2019

Penulis

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN

KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

PUSKESMAS ABANG 1 TAHUN 2019

Putu Ayu Larasati, Ellintang Charisma Dewi

Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu

Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP), Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Di Puskesmas Abang 1 tahun 2018, data bayi dengan ASI eksklusif masih

dibawah 50% dari populasi bayi lulus ASI eksklusif. Sehingga dari masalah

tersebut dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan

dukungan keluarga terhadap ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Abang 1 tahun

2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan

desain studi cross sectional yang melibatkan 66 sampel di Desa Ababi dan

Kesimpar pada bulan Agustus 2019. Sampelnya adalah seluruh ibu-ibu dengan

usia anak 6-24 bulan yang datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang

1 dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. pemilihan sampel dengan

teknik consecutive sampling. Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Abang 1 tahun 2019 ini, dapat disimpulkan bahwa ibu dengan tingkat

pengetahuan baik lebih banyak memberikan ASI eksklusif (46.4%), dan masih

banyak ibu yang memperoleh dukungan suami dan orang tua namun belum

memberikan ASI secara eksklusif (58.8 % dan 63.9%). Berdasarkan dukungan

tenaga kesehatan didapatkan hasil relatif tinggi (80,3%). Selain itu, pada ibu

berpendidikan tinggi lebih banyak memberikan ASI eksklusif (57.6%), dan

mayoritas ibu disana bekerja (69.2%), sehingga tidak memberikan ASI eksklusif.

Saran bagi tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Abang 1 adalah untuk lebih

menekankan pada konseling dan edukasi terkait ASI eksklusif secara rata dan

menyeluruh, diharapkan pula pada peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih

banyak variable, pengetahuan, dukungan emosi dan dukungan dalam bentuk

informasi dari suami, orangtua dan tenaga kesehatan serta sikap terhadap ASI

eksklusif.

Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan, dukungan suami, dukungan keluarga,

dukungan petugas kesehatan

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

v

ABSTRACT THE DISCRIPTION OF KNOWLADGE AND FAMILY SUPPORT

FOR EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN COMMUNITY HEALTH

CENTER OF ABANG 1 IN 2019

Putu Ayu Larasati, Ellintang Charisma Dewi Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Department of Community and Public Medicine,

Faculty of Medicine, Udayana University

At Abang 1 health center in 2018, data on infants with exclusive breastfeeding is

still below 50% of the population of infants passing exclusive breastfeeding. So

from this problem, a study was conducted on the description of the level of

knowledge and family support for exclusive breastfeeding in the Abang 1

community health center in 2019. This study was a quantitative descriptive study

with a cross sectional study design involving 66 samples in August 2019. The

sample is all mothers with last children aged 6-24 months who come to the

posyandu of Kesimpar and Ababi village and has fulfilled the inclusion and

exclusion criteria. sample selection by consecutive sampling technique. From the

results of research conducted in the working area of community health center of

Abang 1 area in 2019, it can be concluded that mothers with a good level of

knowledge give more exclusive breastfeeding (46.4%), and there are still many

mothers who have the support of their husbands and parents but have not yet

exclusively breastfed (58.8% and 63.9%). Based on the support of health workers

obtained relatively high results (80.3%). In addition, higher educated mothers

gave exclusive breastfeeding (57.6%), and the majority of mothers there worked

(69.2%), so they did not give exclusive breastfeeding. Suggestions for health

workers in the Abang 1 community health center is to put more emphasis on

counseling and education related to exclusive breastfeeding on an even and

comprehensive basis, it is also hoped that further researchers can examine more

variables, knowledge, emotional support and support in the form of information

from husband, parents and health workers and attitudes towards exclusive

breastfeeding.

Keywords: exclusive breastfeeding,Knowladge, Husband support, Family

support, Health worker support

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii

ABSTRAK ............................................................................................................iv

DAFTAR ISI .........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................5

2.1 Air Susu Ibu ....................................................................................................5

2.1.1 Pengertian ASI ............................................................................................5

2.1.2 Komposisi ASI ............................................................................................5

2.2 Pengertian ASI Eksklusif ...............................................................................6

2.3 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif .................................................................6

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif .....................7

2.5 Dukungan Terhadap ASI Eksklusif ................................................................11

2.5.1 Dukungan Keluarga ....................................................................................11

2.5.2 Dukungan Petugas Kesehatan .....................................................................11

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN ....................................................12

3.1 Kerangka Teori ...............................................................................................12

3.2 Kerangka Konsep ...........................................................................................12

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................13

4.1 Jenis Penelitian ...............................................................................................13

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................13

4.3 Populasi dan sampel Penelitian .......................................................................13

4.4 Definisi Operasional .......................................................................................16

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

vii

4.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................19

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ............................................19

4.7 Pengolahan dan Analisis Data .........................................................................19

BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................21

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................26

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan kesejahteraan

dan kejayaan suatu bangsa dan negara. Dalam implementasinya, anak merupakan

sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, oleh karena diperlukan

suatu perhatian khusus terhadap pemberian gizi anak, sehingga dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. Gizi sangat berperan pada masa

anak-anak karena sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang, bahkan sejak

masih dalam kandungan. Oleh karena itu, apabila ibu hamil mendapat makanan

yang adekuat, maka bayi dalam kandungnya akan lahir dengan berat lahir normal.

Sedangkan ibu yang kurang gizi akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(Nilakesuma, 2015).

Pada saat ini, permasalahan gizi yang sedang terjadi di Indonesia merupakan

masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi

kurang biasanya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan,

sanitasi lingkungan yang tidak baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

gizi, dan adanya daerah miskin gizi. Sedangkan masalah gizi lebih biasanya

disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang tidak

diimbangi dengan peningkatan pengetahuan gizi. Masalah gizi kurang menjadi

salah satu masalah gizi yang belum terselesaikan di Indonesia. Meskipun demikian,

prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada

tahun 2010 (Nilakesuma, 2015).

Setiap siklus dari kehidupan manusia memerlukan makanan yang berbeda-

beda dan harus dipenuhi secara tepat. Pola pemberian makanan yang baik dalam

pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas menurut para ilmuwan dunia

dan telah menjadi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah

memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai dengan

umur 6 bulan (ASI eksklusif), diteruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24

bulan dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi mulai usia 6 bulan

(KemenKes RI, 2012).

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

2

Selain untuk pemenuhan hak bayi, pemberian ASI juga merupakan salah satu

usaha untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu

32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per

1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI pada tahun 2007, lebih dari tiga

perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak

dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Angka kematian

neonatal (AKN) per kabupaten/kota tahun 2015 mengalami peningkatan di

beberapa wilayah Bali, seperti Kabupaten Karangasem meningkat 0,95 per 1.000

kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi pun dicapai oleh kabupaten Karangasem

sebesar 10,6 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Bali, 2015). Laporan dari Puskesmas

Abang 1, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem pada tahun 2018,

menunjukkan data bayi dengan ASI eksklusif masih sangat rendah, diperkirakan

dibawah 50% dari populasi bayi lulus ASI eksklusif.

Penelitian yang dilakukan di Buleleng, Bali pada tahun 2013, didapatkan

adanya hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi

balita usia 6-24 bulan (Giri, 2013). ASI merupakan makanan paling ideal baik

secara fisiologis maupun biologis yang harus diberikan kepada bayi diawal

kehidupannya. Hal ini dikarenakan selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi,

ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi dari berbagai

jenis penyakit yang dapat menghambat petumbuhan bayi tersebut

(Kemenkes,2012).

Dari uraian diatas, dijelaskan manfaat ASI yang begitu besar namun sangat

disayangkan masih sedikit ibu yang mau atau bisa memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama seperti yang disarankan oleh WHO. Berdasarkan data yang

dikeluarkan UNICEF, di negara berkembang hanya 38% bayi berusia 6 bulan yang

diberikan ASI eksklusif. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif cakupannya masih

sangat rendah. Proporsi pemberian ASI eksklusif menurut data Riskesdas tahun

2013, pada bayi umur 0 bulan adalah 52,7%. Dimana persentase ASI eksklusif

semakin menurun seiring meningkatnya kelompok umur bayi. Sedangkan pada bayi

berumur 6 bulan, pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 30,2% (Kementrian

Kesehatan, 2013).

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

3

Dari masalah di atas, beberapa alasan Ibu tidak memberikan ASI eksklusif

antara lain disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI,

pendidikan yang rendah dan banyaknya ibu yang memiliki pekerjaan (Kusmayanti,

2018). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Katasura

tahun 2014, dimana terdapat pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan

tingkat pengetahuan (Rahminah, 2014). Selain tingkat pengetahuan, umur juga

berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, seperti pada ibu yang berumur 35

tahun atau lebih, karena tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup.

Sedangkan pada ibu yang mendapatkan dukungan suami, memiliki peluang dua kali

lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif (Ramadani, 2010).

Mengingat pentingnya ASI eksklusif berdasarkan uraian diatas, dan belum

ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Abang 1, maka penulis

tertarik meneliti mengenai “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

PUSKESMAS ABANG I TAHUN 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap ASI eksklusif di

wilayah Puskesmas Abang I tahun 2019?

2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga terhadap ASI eksklusif di wilayah

Puskesmas Abang I tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

2. Mengetahui dukungan keluarga terhadap asi eksklusif di wilayah

puskesmas abang I tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan), dukungan suami, orang tua, dan petugas kesehatan di

Puskesmas Abang 1.

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

4

2. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik,

dukungan suami, orang tua dan petugas kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas

Memberikan data kepada puskesmas mengenai pemberian ASI eksklusif

diwilayah kerjanya sehingga disusun program untuk mengatasi

permasalahan berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.

1.4.2 Penelitian Selanjutnya

Sebagai data dasar ataupun data penunjang bagi penelitian yang terkait

dalam pemberian ASI eksklusif.

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara wanita mealui proses laktasi. ASI merupakan hal yang mudah dan murah

untuk meningkatkan kesehatan dan keberlangsungan hidup bayi (Cohen, 2002).

ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi, komposisinya tidak sama

selama periode menyusui (Proverawati, 2009).

2.1.2 Komposisi ASI

Komposisi ASI berbeda dengan susu formula karena bersifat khas untuk bayi

jika dilihat dari susunan kimianya, nilai biologisnya dan ASI memiliki substansi

yang spesifik (Manuaba, 1998).

ASI yang keluar pertama kali setelah proses persalinan yaitu kolostrum.

Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari. Kolostrum berwarna

kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. Kolostrum mengandung

immunoglobulin, laktoferin, lemak, ion-ion seperti Na, Ca, K, Zn, dan Fe, vitamin

A, E, K dan D serta rendah laktosa. Terdapat beberapa pengertian yang salah

mengenai kolostrum yang sering dikira sebagai ASI yang kotor dan buruk sehingga

tidak patut diberikan pada bayi, padahal kolostrum merupakan pembuka jalan agar

bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibody dan

anti-infeksi serta dapat menumbuhkan flora normal pada usus bayi untuk siap

menerima ASI. Tidak ada ASI yang tidak berguna, semuanya telah dipersiapkan

untuk tumbuh kembang bayi hingga empat bulan setelah kelahiran. (Manuaba,

1998).

Pengeluaran kolostrum diikuti oleh ASI transisi (antara), berwarna putih

bening dengan kandungan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemapuan usus

bayi mencerna. Setelah itu, keluarlah ASI sempurna yaitu ASI penuh yang sesuai

dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerim susunan ASI sempurna.

(Manuaba, 1998).

5

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

6

2.2 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif merupakan makanan pertama dan utama yang terbaik bagi bayi.

(Nurkhasanah, 2011) Pemberian ASI secara Eksklusif merupakan langkah awal

bagi bayi agar tumbuh dan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, sehat dan

memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang lebih unggul. Memberikan ASI

setelah persalinan memberikan perlindungan bayi baru lahir terhadap infeksi dan

pengaturan suhu tubuh dari bayi. Disebut ASI Eksklusif apabila pemberian hanya

ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan lain. ASI Eksklusif dianjurkan

sampai 6 bulan pertama kehidupan. (WH0, 2007). Pemberian ASI sedini mungkin

dan secara eksklusif akan membantu mencegah berbagai penyakit pada anak seperti

gangguan lambung dan saluran nafas serta asma pada anak, disebabkan karena

adanya antibody yang terkandung dalam kolustrum ASI, hal ini yang akan

melindungi dan mencegah bayi baru lahir dari timbulnya alergi. Sehingga

kolostrum penting untuk dikonsumsi oleh bayi (Rahmi, 2005). ASI Eksklusif

diberikan dalam jangka waktu setelah bayi lahir hingga 6 bulan pertama kelahiran.

Kemudian setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan, bayi baru boleh diperkenalkan

dengan makanan tambahan dan ASI dapat terus diberikan hingga usia 2 tahun atau

lebih (Roesli, 2008).

2.3 Manfaat pemberian ASI Eksklusif

Manfaat pemberian ASI eksklusif tidak hanya untuk bayi namun juga terdapat

manfaat untuk ibu. Konsumsi ASI eksklusif bayi akan mendapatkan kolostrum,

cairan kental berwarna kekuningan yang keluar beberapa jam setelah ibu

melahirkan, kolustrum mengandung zat kekebalan tubuh terutama Immuniglobulin

A (IgA) yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi yang dapat menyerang

tubuh dan menyebabkan penyakit seperti diare. Selain itu kolostrum dapat

membantu pengeluaran meconium atau kotoran pertama bayi (roesli, 2005). ASI

eksklusif secara tidak langsung dapat menyelamatkan kehidupan bayi karena ASI

eksklusif merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang terdiri dari proporsi

yang seimbang dan memiliki kuantitas zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan

selama 6 bulan pertama (Bhandari,dkk, 2003).

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

7

Pemberian ASI Eksklusif merupakan pilihan yang tepat sebab ASI selalu

bersih, selalu siap sedia dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan diserap. Tidak

ada yang perlu dikhwatirkan dalam pemberian ASI Eksklusif karena pemberian ASI

akan melindungi bayi baru lahir dari berbagai penyakit terutama gangguan

pencernaan dan alergi sebab ASI tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan

alergi (Mahtab, 2007). Sedangkan manfaat ASI Eksklusif bagi ibu diantaranya

pemberian ASI memberikan 98% kontrasepsi yang efiseien selama 6 bulan pertama

setelah kelahiran apabila belum terjadi menstruasi kembali (Roesli, 2005).

Pemberian ASI segera setelah melahirkan dalam kurun waktu 60 menit akan

membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, membantu mencegah

payudara bengkak, serta membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi

merangsang kontraksi Rahim, sehingga pemberian ASI dapat menurunkan resiko

pasca persalinan (Roesli,2008). Pemberian ASI dapat membantu mengurangi beban

kerja ibu karena selalu tersedia, bersih dan suhunya cocok serta ekonomis. Yang

paling penting adalah ASI dapat meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.

2.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif terdiri dari faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif terdiri dari umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan pengalaman menyusui.

a. Umur Ibu

Masa produksi wanita pada dasarnya dibagi menjadi tiga periode yaitu

reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi

tua (36-45 tahun). Pembagian tersebut berdasarkan atas data epidemiologi bahwa

resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi secara

tajam pada kurun reproduksi tua.

Masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk

menunda kehamilan dulu hingga paling sedikit berumur 18 tahun. Karena jika

hamil pada usia kurang dari 18 tahun sering melahirkan berat bayi rendah

(BBLR) dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi, hal tersebut terjadi

dipengaruhi oleh pemberin ASI dan resiko terhadap ibu tinggi. Demikian pula

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

8

dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena resiko untuk ibu

dan bayi semakin meningkat (Atabik, 2013).

b. Pekerjaan Ibu

Dalam kehidupan manusia selalu dilakukan bermacam-macam aktivitas.

Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan

kerja. Bekerja mengandung arti melaksanakn suatu tugas yang diakhiri dengan

buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan (Esther,

2013). Waktu kerja yang dimaksud yaitu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu

untuk 6 hari kerja dalam seminggu atau 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Ibu yang bekerja merupakan salah satu

kendala dalam peningkatan pemberian ASI secara eksklusif yang menyebabkan

penggunaan susu formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan

ASI (Depkes RI, 2002). Namun, seorang ibu yang bekerja dapat tetap

memberikan ASI secara eksklusif bila memiliki pengetahuan dan motivasi yang

benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan

kerja yang positif, sehingga bekerja bukan alasan untuk menghentikan

pemberian ASI secara eksklusif yang harus dijalani selama enam bulan tanpa

intervensi makanan dan minuman lain meskipun hanya mendapatkan cuti hamil

selama tiga bulan (Utami, 2000). Hal terpenting untuk ibu bekerja yaitu

dukungan untuk melakukan menyusui secara eksklusif dalam enam bulan

pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberin makanan pendamping

(Depkes RI, 2002).

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman

karena kehidupan adalah pertumbuhan. Pendidikan artinya membantu

pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Secara umum mudah diduga bahwa

tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan dan kebiasaan ASI

eksklusif serta keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

9

umumnya yang akan mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik,

demikian juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara

umum dinyatakan bahwa ibu yang memiliki pendidikan lebih memiliki tingkat

pemahaman yang tinggi pula (Ratna, 2000). Dalam suatu kondisi, seorang ibu

yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu menyusun makanan yang

memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi

pendidikannya. Ibu yang memiliki pendidikan kurang pun tidak mustahil

memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik bila rajin mendengarkan TV, radio

serta penyuluhan. Hal yang harus diingat dan dipertimbangkan adalah faktor

tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang diperolehnya. Kejadian gizi buruk dapat

dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara

memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat

terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada

anaknya. Keadaan tersebut akan membawa pengaruh buruk terhadap tingkat

gizi anak (Ratna,2000).

d. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia baik indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan atau kognitif

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan dibutuhkan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa

percaya diri maupun dengan dorongan perilaku setiap orang sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2005)

Tingkat pengetahuan terdiri dari enam tingkat yaitu tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis

(synthesis), evaluasi (evaluation).

Tahu (know) diartikan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan

badan yang dipelajari atau rangsangan. Tingkat ini merupakan tingkat

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

10

pengetahuan yang paling rendah. Tingkat ke dua yaitu memahami

(comprehension), yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat men ginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Tingkat ke tiga yaitu aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

Tingkat yang lebih tinggi adalah analisa, dimana punya kemampuan untuk

menjabarkan materi suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemudian sintesis, menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun suatu formulasi

baru dari formulasi yang ada. Sedangkan evaluasi berkaitan dengan pengetahun

untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Dimana evaluasi

merupakan tingkat pengetahuan yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2005)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, media

masa atau sumber informasi, sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Media

masa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televise,

radio, surat kabar, majalah dan internet mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sosial budaya merupakan kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada

disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Sedangkan

pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecah masalah yang dihadapi masa lalu. (Notoatmodjo,

2005)

Dukungan dapat ditentukan oleh fator penguat yang duberikan oleh

beberapa pihak seperti suami, orangtua dan petugas kesehatan. Dukungan

keluarga dan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan

keinginan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, sehingga semakin besar

dukungan semakin besar pula peluang ibu menyusui eksklusif. Dukungan orang

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

11

tua juga merupakan faktor penguat dan berpengaruh terhadap perilaku

pemberian ASI eksklusif (Ferawati, 2010).

2.5 Dukungan Terhadap ASI Eksklusif

2.5.1. Dukungan Keluarga

Keluarga memberikan peran penting untuk keberhasilan ASI eksklusif.

Penelitian di lapangan menunjukkan kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui yang

telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan pengetahuan

yang didapat karena lebih memilih saran yang diberikan oleh keluarga. Strategi

untuk memotivasi praktek pemberian ASI eksklusif yaitu dengan meningkatkan

keterlibatan suami dan mertua (Widiastuti, 2004). Dari semua dukungan yang

terima oleh ibu, dukungan suami merupakan dukungan yang berarti bagi ibu. Suami

dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif berupa dukungan

secara emosional dan bantuan-bantuan praktis seperti bergantian dalam mengasuh,

mengganti popok dan beberapa kegiatan lainnya (Roesli, 2009).

2.5.2. Dukungan Petugas Kesehatan

Faktor pengetahuan yang terbatas dapat mengakibatkan pemberian ASI belum

secara optimal diberikan, selain itu kurangnya ketrampilan petugas kesehatan

dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang benar kepada

ibu dan keluarga juga merupakan salah satu faktor penyebab capaian ASI eksklusif

belum optimal. Petugas kesehatan merupakan ujung tombak keberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat diawali dengan keberhasilan Inisiasi

Menyusu Dini serta pemberian motivasi untuk memberikan ASI kepada ibu dan

keluarga. (Lestari, 2009).

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

12

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Perilaku pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor Internal adalah karakteristik seseorang yang menjadi dasar

atau motivasi bagi seseorang sehingga mempermudah terjadinya perilaku

pemberian ASI eksklusif diantaranya tingkat pengetahuan, pengalaman menyusui

dan faktor demografi seperi umur, pekerjaan, pendidikan. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku menyusui. Faktor

eksternal ini sangat diperlukan karena meskipun seseorang tahu dan mampu untuk

berperilaku sehat tetapi bisa saja orang tersebut tidak melakukanya. Oleh karena itu

maka diperlukan contoh atau dukungan dari keluarga (suami dan orang tua) serta

petugas kesehatan.

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka

gambaran pemberian ASI eksklusif dapat dijelaskan melalui kerangka konsep

berikut ini:

Faktor internal

- Umur

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Tingkat

Pengetahuan

Pemberian ASI

eksklusif

Faktor eksternal

- Dukungan suami

- Dukungan orang tua

- Petugas kesehatan

Skema 3.1 kerangka konsep penelitian

12

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

13

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan

desain studi cross sectional, yaitu mempelajari hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali

saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Desain cross sectional

digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Abang 1.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa desa yang termasuk ke dalam wilayah

kerja Puskesmas Abang 1, yakni 7 posyandu, 5 posyandu di wilayah Desa Ababi

dan 2 posyandu Desa Kesimpar. Pengambilan data dilakukan di balai banjar

tempat dilakukannya kegiatan posyandu.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

4.3.1.1 Populasi Target

Populasi target adalah seluruh ibu yang memiliki satu anak atau lebih

dengan usia anak terakhir 6-24 bulan.

4.3.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dibatasi oleh

tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

yang memiliki satu anak atau lebih dengan usia anak terakhir 6-24 bulan yang

datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang 1.

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

14

4.3.2 Sampel

Sampel adalah seluruh ibu-ibu dengan usia anak 6-24 bulan yang datang ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang 1 yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi, dengan teknik pemilihan sampel yaitu consecutive sampling.

A. Kriteria Inklusi

1. Ibu dengan usia anak 6-24 bulan yang tercatat dalam register

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang I.

2. Hadir di posyandu balita saat pengambilan data dilakukan.

3. Bisa membaca dan menulis.

B. Kriteria Eksklusi

1. Ibu memiliki riwayat penyakit menular melalui ASI seperti HIV/AIDS,

Hepatitis B dan lain-lain.

2. Responden tidak bersedia menjadi dengan tidak memberikan

persetujuan di lembar informed consent.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive

sampling, di mana peneliti mendatangi posyandu di banjar desa kemudian

menerima siapapun calon responden yang memenuhi kriteria inklusi sampel dan

tidak memenuhi kriteria eksklusi sampai memenuhi jumlah sampel minimal atau

waktu pengumpulan sampel telah selesai.

Jumlah sampel minimum yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk

proporsi tunggal. Terdapat penelitian serupa yang dilakukan di kabupaten

Sukoharjo diperoleh 22% Ibu yang memberikan ASI eksklusif

(Rachmaniah,2014), sehingga besar proporsi adalah 22%.

Perhitungannya:

𝑛 = (1,96)20.22 𝑥 0.778

0.1 = 66

Keterangan :

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

15

n : jumlah sampel minimal yang diperlukan

Zα : 1,96 untuk α = 0,05

p : 0.22

q : 1-p = 0.778

d : ketetapan absolut / relatif yang dipakai 10% = 0,1

Berdasarkan perhitungan di atas, dibutuhkan minimal 66 orang sebagai

subyek penelitian.

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

16

4.4 Definisi Operasional

4.1 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Umur Penentuan umur responden

berdasarkan tahun kelahiran

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Muda : <35

tahun

2.Tua :≥35

tahun

Ordinal

Pendidikan

Ibu

Jenjang pendidikan terakhir

yang diselesaikan responden

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Rendah: ≤

SMP

2. Tinggi : ≥

SMA

Ordinal

Status

Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan

responden untuk mendapatkan

upah atau gaji

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Bekerja

2.Tidak

Bekerja

Nominal

Tingkat

Pengetahuan

Tingkat pemahaman

responden tentang ASI

Dari pertanyaan yang

diberikan yang meliputi

(pengertian ASI, manfaat ASI,

lama pemberian ASI)

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Kurang

2.Baik

Ordinal

Dukungan

Suami

Dukungan suami terhadap

pemberian ASI eksklusif

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Mendukung

2.Tidak

Mendukung

Nominal

Dukungan

Keluarga

Pengaruh

positif dan dukungan orangtua

dengan tidak memberikan susu

formula,pisang madu atau air

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Mendukung

2.Tidak

Mendukung

Nominal

Dukungan

Petugas

Kesehatan

Dukungan dari petugas

kesehatan dengan tidak

memberikan susu formula

setelah bayi lahir.

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Mendukung

2.Tidak

Mendukung

Nominal

Pemberian

ASI

Cara ibu dalam pemberian ASI

pada bayinya mulai saat

melahirkan sampai bayi berusia

6 Bulan

Pernyataan

dalam

kuisioner

Kuisioner 1.Eksklusif

2.Tidak

Eksklusif

Nominal

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

17

4.5 Instrumen Penelitian

Kuisioner yang digunakan mencakup pertanyaan data umum responden meliputi

umur, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat penolong ketika melahirkan. Terdapat

9 pertanyaan mengenai pengetahuan dasar tentang ASI eksklusif, 2 pertanyaan

tentang dukungan keluarga dan 1 pertanyaan tentang dukungan tenaga kesehatan.

Kuisioner dapat diisi sendiri atau dibantu oleh peneliti apabila responden

berkenan.

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

1. Peneliti datang ke Posyandu di lingkungan Puskesmas Abang 1

2. Peneliti menyeleksi calon responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

3. Peneliti meminta kesediaan masyarakat yang berkunjung untuk menjadi

responden dalam penelitian dengan menandatangani informed consent

4. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuisioner untuk dijawab oleh

responden

5. Data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian dikumpulkan

dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat pengetahuan para ibu

di lingkungan Puskesmas Abang 1 mengenai ASI eksklusif

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

4.7.1.1 Editing

Peneliti melakukan pengecekan kuesioner dengan memastikan kejelasan

dan relevansi jawaban responden. Pengecekan kuesioner dilakukan setiap kali

kuesioner dikembalikan oleh responden dengan memberi tanda ceklist pada

kuesioner tersebut

4.7.1.2 Coding

Untuk mempermudah memasukkan data pada saat dilakukan

penghitungan, maka dilakukan coding yaitu dengan mengganti data yang ada

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

18

dalam kuesioner ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data

seperti komputer.

4.7.1.3 Entry data

Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh

responden ke software input komputer.

4.7.1.4 Cleaning

Memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin

pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya, yaitu dengan melakukan

pengecekan pengkodean kembali data yang asli dan melakukan perbaikan

kesalahan.

4.7.2 Analisis Data

4.7.2.1 Analisis Univariat

Analisa data dalam penelitian ini adalah univariat. Tujuan analisis

univariat menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmojo, 2006). Variabel yang diteliti berupa kategorik, yaitu

usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan suami, pengaruh orang

tua, dan dukungan petugas kesehatan. Hasil analisis penelitian ini berupa

perhitungan proporsi dari variable yang disajikan dalam bentuk tabel.

4.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mempelajari hubungan variabel ASI

eksklusif dan variabel seperi umur, tingkat pendidikan, status, pekerjaan ibu,

tingkat pengetahuan dan dukungan suami,keluarga dan petugas kesehatan.

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

19

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden

Berikut ini adalah informasi tentang karakteristik responden meliputi umur

pendidikan status pekerjaan dan tingkat pengetahuan terkait ASI eksklusif.

Table 5.1 Diskripsi Karakteristik responden dan tingkat pengetahuan (n=66)

Karakteristik Kategori Frekuensi Presentase (%)

Umur Muda 52 78.8

Tua 14 21.2

Pendidikan Rendah 33 50

Tinggi 33 50

Pekerjaan Tidak bekerja 20 36.4

Bekerja 46 63.6

Tingkat Pengetahuan Kurang 38 57.6

Baik 28 42.4

Pada table 5.1 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden,

diperoleh gambaran usia ibu yaitu 25 orang (78,8%) berusia muda dan hanya 12 orang

(21.2%) berusia tua ditemukan perbandingan yang tidak imbang antara dua kelompok

usia tersebut.

Berdasarkan tingkat pendidikan, responden terbagi atas dua kategori rendah dan

tinggi. Kategori rendah dan tinggi masing-masing berjumlah 33 orang (50%).

Ditemukan perbandingan yang seimbang diantara kedua populasi ini.

Pada penelitian ini, berdasarkan status pekerjaan diperoleh lebih dari separuh

ibu bekerja yaitu sebanyak 42 orang (63,6%) dan sebanyak 24 orang 36.4 % tidak

bekerja.

Berdasarkan tingkat pengetahuan lebih dari separuh responden memiliki tingkat

pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 57,6% atau 38 orang dan sisanya sebesar

42,2% atau 28 orang memiliki pengetahuan terkait ASI eksklusif yang cukup baik.

19

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

20

Table 5.2 Diskripsi Karakteristik dukungan kepada responden terhadap

pemberian ASI eksklusif.

Karakteristik Kategori Frekuensi Presentase (%)

Dukungan Suami Mendukung 34 51.5

Tidak 32 48.5

Dukungan Orang Tua Mendukung 36 54.5

Tidak 30 45.5

Dukungan Tenaga

Kesehatan

Mendukung 53 80.3

Tidak 13 19.7

Pada tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik dukungan,

diperoleh gambaran dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu 34

orang (51.5%) mendukung dan 32 orang (48.5%) tidak menudukung.

Berdasarkan dukungan orang tua, frekuensi orang tua yang mendukung

pemberian ASI eksklusif lebih banyak dari pada yang tidak mendukung, yaitu 36

orang (54.5%) mendukung dan 30 orang (45.5%) tidak mendukung.

Berdasarkan dukungan dari tenaga kesehatan ditempat bersalin, frekuensi tenaga

kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif lebih dari separuh populasi,

yaitu 53 orang (80.3%) mendukung dan 13 orang (19.7%) tidak mendukung.

5.3 Pemberian ASI Eksklusif

Pada penelitian ini distribusi frekuensi berdasarkan gambaran pemberian ASI

yaitu sebesar 33,3% atau sebanyak 22 ibu memberikan ASI eksklusif, dan lebih dari

separuh responden atau 66,7% atau 44 orang ibu tidak memberikan asi eksklusif.

Tabel 5.3 Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Frekuensi Presentase

Tidak Eksklusif 44 66.7

Eksklusif 22 33.3

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

21

5.4 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik.

Dari hasil penelitian pada table 5.4 didapatkan gambaran asi eksklusif

berdasarkan karakteristik responden. Didapatkan proporsi ASI eksklusif terbanyak

pada ibu kelompok tingkat Pendidikan tinggi yaitu sebanyak 19 orang atau 57.6%,

lebih besar dibanding ibu dengan kelompok Pendidikan yang lebih rendah yaitu

sebanyak 8 orang atau sebesar 24.2%.

Pada table 5.4 juga menunjukan bahwa ada jumlah yang sama yaitu masing-

masing 7 orang atau 50% responden kelompok ibu usia tua yang memberikan asi

eksklusif dan tidak memberikan asi eksklusif. Sedangkan kelompok ibu usia muda

yang memberi asi eksklusif sebesar 28,8% atau sebanyak 15 orang. Pada populasi ibu

bekerja dan tidak bekerja memiliki proporsi yang sama untuk pemberian ASI

eksklusif yaitu sebesar 33,3%. Ibu yang termasuk kelompok tingkat pengetahuan baik

lebih banyak memberikan ASI-nya secara eksklusif yaitu sebesar 46.4% atau

sebanyak 13 orang responden. Sedangakn ibu dengan kelompok pengetahuannya

kurang hanya 9 orang responden atau sebesar 23.7% responden yang memberikan

ASI-nya secara eksklusif.

Tabel 5.4 Gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik ibu

dan tingkat pengetahuan

Variable Kategori

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Jumlah

F % F % F %

Umur Muda 15 28,8 37 71.2 52 100

Tua 7 50 7 50 14 100

Pendidikan Rendah 8 24.2 25 75.8 33 100

Tinggi 19 57.6 14 42.4 33 100

Pekerjaan Bekerja 14 30.4 32 69.2 46 100

Tidak Bekerja 8 40 12 60 20 100

Tingkat

Pengetahuan

Kurang 9 23.7 29 76.3 38 100

Baik 13 46.4 15 53.6 28 100

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

22

Berikut ini adalah informasi mengenai dukungan suami, keluarga responden dan

tenaga kesehatan di tempat bersalin mengenai pemberian ASI eksklusif.

Tabel 5.5 Dukungan Suami, Keluarga dan Tenaga Kesehatan di Tempat

Bersalinterhadap Pemberian ASI Eksklusif

Variable Kategori

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Jumlah

F % F % F %

Dukungan Suami Mendukung 14 41.2 20 58.8 34 100

Tidak 8 25.0 24 75.0 32 100

Dukungan Orang

Tua

Mendukung 13 36.1 23 63.9 36 100

Tidak 9 30.0 21 70.0 30 100

Dukungan Tenaga

Kesehatan

Mendukung 19 35.8 34 64.2 53 100

Tidak 3 23.1 10 76.9 13 100

Dari hasil penelitian pada table 5.5 didapatkan gambaran dukungan kepada

responden terhadap pemberian ASI eksklusif. Didapatkan proporsi responden yang

mendapatkan dukungan suami lebih besar peluangnya untuk memberikan ASI

eksklusif yaitu 14 orang atau 41.2%, dibandingkan dengan responden yang tidak

mendapatkan dukungan suami yaitu sebanyak 8 orang atau 25.0%.

Pemberian ASI eksklusif yang mendapat dukungan dari orang tua sebanyak 13

orang atau 36.1% lebih banyak dari pada yang tidak mendapat dukungan yaitu 9 orang

atau 30.0%, sebaliknya populasi yang tidak memberikan ASI ekslusif mendapat

dukungan orang tua sebanyak 23 orang atau 63.9% lebih banyak dari pada orang tua

yang tidak mendukung tidak diberikannya ASI eksklusif, yaitu 21 orang atau 70.0%.

Berdasarkan dukungan dari Tenaga Kesehatan di tempat bersalin, didapatkan

frekuensi responden yang memberikan ASI eksklusif sebagain besar mendapat

dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 19 orang atau 35,8% dan sebagian kecil yang

tidak mendapat dukungan yaitu hanya 3 orang atau 23.1 %.

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

23

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik dan tingkat

pengetahuan ibu di Wilayah Puskesmas Abang I, Karangasem, Bali.

Penelitian ini mendapatkan gambaran proporsi ibu yang memberikan ASI

eksklusif masih lebih rendah dibanding ibu yang memberikan ASI secara tidak

eksklusif, dimana ibu sudah memberikan minuman atau makanan lain selain ASI

sebelum bayi mereka berusia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini

hanya 33,3% dari responden, sehingga dapat dikatakan cakupan perilaku ibu

menyusui di walayah kerja Puskesmas Abang I masih rendah. Rendahnya pemberian

ASI eksklusif dalam penelitian ini kemungkinan karena pemberian susu formula yang

terlalu dini, selain itu ada juga responden yang memberikan air putih, ada juga yang

memberikan pisang pada bayinya saat usia bayi kurang dari 6 bulan. Hal tersebut

terjadi karena berbagai alasan diantaranya pekerjaan, pengetahuan atau kondisi lain

seperti ibu atau anak yang sakit.

Kelompok usia pada penelitian ini menggambarkan ibu dengan usia lebih tua

proporsinya lebih banyak memberika ASI secara eksklusif dibanding ibu yang lebih

muda yaitu sebesar 50% dari responden kelompok ibu dengan usia tua memberikan

ASI secara eksklusif dan hanya 28.8% kelompok ibu muda yang memberi ASI

eksklusif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Rawerangga tahun 2016 (Paschalia, 2017). Namun berbeda dengan penelitian yang di

lakukan di Jakarta dimana ASI eksklusif lebih banyak diberikan pada kelompok ibu

muda yaitu sebesar 17,1% dan hanya 9,4% pada kelompok ibu usia tua, namun tidak

ada hubungan signifikan anatara umur dan pemberian ASI eksklusif (Astuti, 2017).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa produksi ASI

bagi ibu menyusui yang ideal adalah umur 18- 30 tahun, sedangkan umur yang >30

tahun sangat berpengaruh pada produksi ASI, karena produksi ASI semakin menurun.

Umur >35 tahun dianggap kesehatan reproduksinya sudah mulai menurun. Pada ibu

yang usianya lebih tua, kemampuan ibu untuk menyusui dan memproduksi ASI-nya

23

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

24

lebih rendah dari pada ibu yang usianya lebih muda (Depkes, 2007). Perlu

diperhatikan pula pada penelitian ini jumlah responden ibu dengan kelompok usia tua

jauh lebih kecil dibandingkan ibu dengan kelompok usia muda, selain itu adanya

kemungkinan lain yaitu karena ibu yang bekerja lebih banyak pada kelompok usia

lebih muda, dan juga karena dipengaruhi pengalaman ibu menyusui sebelumnya yang

tidak di teliti dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini, ibu dengan tingkat pengetahuan lebih tinggi lebih banyak

memberikan ASI secara eksklusif dibanding kelompok pendidikannya rendah yaitu

sebesar 57,6%. Hal ini serupa dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, salah

satunya penelitian yang dilakukan di Jakarta yaitu 24.4% ibu yang berpendidikan

tinggi memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pendidikan ibu berpengaruh terhadap

ASI eksklusif.. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih baik penerimaannya

terhadap ASI eksklusif serta lebih berupaya untuk mempraktikannya. Penyerapan

informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan

akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan

maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kemampuan

dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pemberian ASI. Tingkat pendidikan dapat

mendasari sikap ibu dalam menyerap dan mengubah sistem informasi tentang ASI

(Astuti, 2017).

Pada penelitian ini, didapat ibu dengan status ibu bekerja mayoritas tidak

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebesar 69.2%. hasil ini memiliki hasil serupa

dengan penelitian di Jakarta tahun 2013 yang mendapatkan sekitar 76,1 % ibu yang

tidak memberi ASI secara eksklusif (Astuti, 2017). Namun berbeda dengan penelitian

di Puskesmas Cilacap Tengah 1 tahun 2017 yang mendapatkan 74% dari kelompok

ibu bekerja memberikan ASI secara eksklusif (Sohimah, 2017). Dalam

mempraktekkan pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini, ibu bekerja mempunyai

tantangan dalam memberikan ASInya, proses memerah ASI bagi ibu bekerja adalah

merupakan masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. Ibu kembali bekerja

penuh sebelum bayi berusia enam bulan menyebabkan pemberian ASI eksklusif ini

tidak berjalan sebagaimana seharusnya, belum lagi ditambah kondisi fisik dan mental

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

25

yag lelah karena harus bekerja sepanjang hari dan ditambah diet yang kurang memadai

jelas akan berakibat pada kelancaran produksi ASI ini pun juga terjadi pada penelitian

sebelimnya di jakarta (Astuti, 2017).

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi

responden dengan tingkat pengetahuan baik dan kurang. Responden dengan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 42.4%, namun dari besaran tersebut hanya 46,6% yang

memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan hanya 23.7% dari ibu berpengetahuan

kurang yang memberi ASI secara eksklusif. Hal ini serupa dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan baik cenderung

memiliki peluang 5,94 kali untuk memberi ASI eksklusif (Astuti, 2017).

Mayoritas ibu mengetahui pengertian dari ASI eksklusif yaitu memberikan ASI

saja tanpa makanan atau minuman lain sampai 6 bulan pertama kehidupan. Separuh

respondenmu sudah mengetahui kolostrum merupakan air susu yang kental berwarna

kekuningan yang biasanya pertama keluar.

Pada penelitian ini mendapatkan masih banyak responden yang belum

memahami perlunya menyusui sesegera mungkin setelah lahir, biasanya dalam 30

menit - 1 jam paska bayi dilahirkan atau biasanya disebut dengan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD). Responden mayoritas menjawab bahwa bayi biasanya disusui 1-24 jam

paska dilahirkan, dimana diakui hal tersebut merupakan pengalaman ibu saat

melahirkan. Padahal menurut kementrian kesehatan, IMD memiliki beberapa tujuan

diantaranya kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang, saat IMD

bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus

bayi sebagai perlindungan diri juga meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi

(Infodatin, 2014). Selain itu, mayoritas responden juga tidak melanjutkan pemberian

ASI saat usia bayi mencapai 12 bulan. Padahal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

menyarankan setelah bayi berusia 6 bulan akan mendapat makanan pendamping ASI

(MP-ASI) sesuai dengan usianya, sedangkan ASI tetap diberikan sampai anak berusia

2 tahun. Kandungan ASI memang tidak mencukupi untuk memenuhi tumbuh

kembang anak setelah usia 6 bulan namun peranan makanan tambahan sama sekali

bukan untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi ASI. Hal ini terjadi

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

26

salah satunya disebabkan oleh kepercayaan setempat juga ibu yang tidak ingin sulit

menyapih pemberian ASI kepada bayinya (Infodatin, 2014).

6.2 Dukungan Suami, Orang Tua dan Tenaga Kesehatan di Tempat Bersalin

Pada Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesms Abang I,

Karangasem, Bali.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dukungan suami pada ibu dalam memberikan

ASI eksklusif di wilayah Puskesms Abang I, Karangasem, Bali menunjukkan bahwa

memang proporsi responden yang mendapatkan dukungan suami lebih besar

peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang

tidak mendapatkan dukungan suami. Namun juga masih banyak ibu yang tidak

memberika ASI secara eksklusif padahal sudah mendapat dukungan dari suami.

Dukungan yang dimaksudkan berperan dalam kegiatan menyusui, dimana interaksi

antara ibu dengan suami memang dibutuhkan. Interaksi dapat berupa dukungan

suami kepada ibu yang menyusui, kemudian berdampak terhadap praktek pemberian

ASI eksklusif. Oleh karena itu, adanya dukungan suami dalam pemberian ASI

eksklusif kepada ibu menyusui sangat dibutuhkan. Dukungan dari suami dapat

meningkatkan persepsi, motivasi, emosi dan sikap ibu. Selama ini, suami

menganggap dirinya hanya sebagai pengamat pasif pada proses pemberian ASI

eksklusif, padahal dukungan mereka memiliki peran dalam sikap dan perilaku ibu

dalam menyusui bayinya. Semakin besarnya dukungan yang didapatkan seorang ibu

dari suami untuk menyusui, maka akan semakin tinggi juga kemampuan dan kemauan

ibu dalam menyusui bayinya (Rahmawati, 2015).

Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di daerah

Urban Jakarta dan Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, yang membuktikan dukungan suami

berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami

membuat ibu berpeluang 5,1 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif

daripada yang tidak didukung suami (Handayani, 2018). Sama halnya dengan hasil

penelitian yang dilakukan di wilayah kelurahan Semanan Jakarta Barat dengan jumlah

sampel 82 orang, menyatakan bahwa ibu menyusui yang kurang mendapatkan

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

27

dukungan suami berjumlah 38 orang (46,3%) lebih banyak dari pada ibu menyusui

yang mendapatkan dukungan suami dengan baik yaitu sebanyak 36 orang (43.9%).

Hal ini karena faktor kebanyakan di daerah Jakarta masih banyak ibu yang bekerja

(Zakiyah, 2012). Sedangkan pada penelitian ini didapatkan alasan suami tidak

mendukung pemberian ASI eksklusif karena berbagai alasan, seperti tidak mengetahui

tentang pentingnya ASI eksklusif atau bahkan menyerahkan seluruh keputusan kepada

istri.

Alasan lain yang juga berperan yaitu dikarenakan adanya pengaruh gaya hidup

yang semakin modern dan kesibukan suami untuk mencari materi, sehingga

menjadikan suami kurang peduli dan kurang mendukung terhadap pemberian ASI

eksklusif, maka banyak ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan ASI lebih

awal. Pengetahuan suami yang kurang tentang manfaat ASI, serta iklan/promosi susu

formula, menjadikan suami ikut mendukung untuk memberikan makanan tambahan

atau memberi susu formula (Roesli, 2013).

Berdasarkan dukungan orang tua, didapatkan hasil distribusi ibu yang mendapat

dukungan dari orang tua dan memberikan ASI eksklusif pada penelitian ini tercatat

lebih banyak yaitu 13 orang atau 36.1%, dan yang tidak mendapat dukungan yaitu 9

orang atau 30.0% .Namun mayoritas ibu yang mendapat dukungan dari orang tua

masih belum memberikan ASI secara eksklusif, hal ini mungkin dikarenakan ibu yang

bekerja atau tidak tinggal serumah dengan orang tua. Hal tersebut tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan di Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan jumlah sampel

70 responden, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga yang baik dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan semakin

tinggi pemberian dukungan, maka ibu akan lebih termotivasi, semangat dan yakin

selama menyusui (Trisnawati, 2012).

Dukungan keluarga merupakan faktor pendorong ibu untuk memberikan ASI

eksklusif. Salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam

bentuk materi, bantuan fisik berupa alat atau lainnya yang mendukung dan membantu

ibu dalam proses menyusui. Kehadiran keluarga sangat penting untuk mendorong ibu

dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

28

motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui. Peran keluarga dalam mendukung

ibu menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan yang

berasal dari keluarga baik suami, ibu mertua, dan anggota keluarga lainnya yang sudah

mempunyai pengalaman menyusui biasanya menjadi dominan terhadap ibu (Andarini,

2018).

Berdasarkan dukungan dari tenaga kesehatan di tempat bersalin, pada penelitian

ini didapatkan frekuensi responden yang memberikan ASI eksklusif sebagain besar

mendapat dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 19 orang atau 35,8% dan hanya

sebagian kecil yang tidak mendapat dukungan yaitu 3 orang atau 23.1%. Namun

masih ada lebih dari separuh jumlah responden yang mendapat dukungan tenaga

kesehatan belum memberikan ASI eksklusif, hal ini disebabkan karena pada

penelitian ini hanya menekankan pada petugas kesehatan yang memberikan susu

formula sebelum bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan di Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang, yang menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI

esksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari bidan mempunyai peluang 2,48

kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang kurang

mendapat dukungan dari bidan (Ariwati, 2014). Hasil yang sama juga didapatkan dari

penelitian yang dilakukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian

ASI eksklusif. Responden yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari

petugas kesehatan akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan

dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yang akan

berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif (Lestari, 2009).

Secara teoritis petugas kesehatan yang mempunyai sikap positif terhadap

pemberian ASI eksklusif dan mau memotivasi ibu-ibu untuk memberikan ASI

eksklusif pada bayinya akan berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif. Seorang

ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang manfaat ASI eksklusif serta

tidak dimotivasi oleh petugas kesehatan cenderung untuk tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya. Jadi peran petugas kesehatan merupakan salah satu faktor

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

29

penentu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Dwiani, 2014).

Dukungan petugas kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan, dan

mendukung usaha menyusui harus dapat dilihat dalam segi keterlibatannya yang luas

dalam aspek sosial. Sebagai individu yang bertanggung jawab dalam perawatan

kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat mempengaruhi

organisasi dan fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun setelah

kehamilan dan persalinan. Semua subjek, baik yang melahirkan di rumah maupun di

rumah bersalin atau rumah sakit pernah memeriksakan kehamilannya ke bidan

(Dwiani, 2014).

6.3 Kelemahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner hanya

menggali tentang dukungan fisik terhadap ibu, tidak menggali tentang dukungan

dukungan dari suami, orang tua dan petugas kesehatan secara emosional dan dukungan

berupa pengetahuan kepada ibu terkait dalam pemberian ASI eksklusif. Suami atau

orang tua yang mendukung bisa saja belum tentu mengerti tentang pentingnya ASI

eksklusif dan menyerahkan seluruh keputusan masalah nutrisi kepada istri atau ibu.

Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling yaitu consecutive

sampling yang di mana respondennya merupakan ibu yang datang ke Posyandu tidak

diacak, sehingga hasilnya mungkin belum dapat digeneralisasi pada populasi

sebenarnya. Selain itu, penelitian ini tidak meneliti tingkat pengetahuan mengenai ASI

eksklusif secara komponen yang terbagi dan tidak meneliti tentang sikap dan perilaku

ASI eksklusif.

Pengalaman menyusui juga jumlah paritas tidak diteliti lebih lanjut, di mana hal

ini seharusnya dapat dihubungkan dengan karakteristik demografi, contohnya ibu yang

memiliki anak jarak usia anak sempit sehingga ibu lebih sulit pemberian ASI secara

eksklusif.

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

30

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas

Abang 1 tahun 2019, pada ibu dengan tingkat pengetahuan baik lebih banyak

memberikan ASI eksklusif , hal ini karena masih kurangnya edukasi yang baik dan

menyeluruh mengenai ASI eksklusif.

Pada penelitian ini masih banyak ibu yang memperoleh dukungan suami dan

orang tua namun belum memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan

separuh dari ibu yang mendapat dukungan suami dan orang tua yang belum

memberikan ASI secara eksklusif. Dukungan tenaga kesehatan untuk pemberian ASI

eksklusif relatif tinggi hingga mencapai 80,3%, dikarenakan dukungan dari petugas

kesehatan memang menjadi salah satu peran penting dalam keberhasilan pemberian

ASI eksklusif.

Ibu berpendidikan tinggi lebih banyak memberikan ASI Eksklusif karena akan

lebih baik dalam penyerapan informasi dan lebih berupaya untuk mempraktikannya.

Berdasarkan hasil status pekerjaan diperoleh mayoritas ibu bekerja. Sehingga tidak

memberikan ASI eksklusif, dikarenakan alasan kesulitan memerah, kondisi yang tidak

memadai sepulang bekerja dan ibu kembali bekerja sebelum bayi berusia 6 bulan.

7.2 Saran

Saran bagi tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Abang 1 adalah untuk

lebih menekankan pada konseling dan edukasi terkait ASI eksklusif secara rata dan

menyeluruh guna mengetahui hambatan dan keluhan ibu yang sebenarnya dalam

memberikan ASI eksklusif.

Selain itu, bagi penelitian selanjutnya terkait ASI eksklusif di Puskesmas Abang

1, diharapkan dapat meneliti lebih banyak variable pengetahuan, dukungan emosi dan

dukungan informasi dari suami, orangtua dan tenaga kesehatan. juga meneliti tentang

sikap terhadap ASI eksklusif, sehingga mampu membuktikan faktor-faktor penyebab

terkait masih rendahnya cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Abang 1.

30

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

31

DAFTAR PUSTAKA

Andarini. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di

Desa Bubakan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Program Studi Ilmu

Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ariwati, V.D., Rosyidi, M.I & Pranowowati, P. 2004. Hubungan Dukungan Bidan

Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Di

Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi

Waluyo Ungaran: Semarang.

Arlotti JP, Cottrell BH, Lee SH, Curtin JJ.2009 Breastfeeding Among Low-Income

Women With And Without Peer Support. Journal Of Community Health

Nursing. Sep 1;15(3):163-78.

Astuti, I. 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jurnal

HealthQuality. [Online] Available at: Https:

//Www.Poltekkesjakarta1.Ac.Id/File/Dokumen/41Jurnal_ISRONI.Pdf

[Accessed 25 Aug. 2019].

Bhandari N, Bahl R, Mazumdar S, Martines J, Black RE, Bhan MK.2003 Effect Of

Community-Based Promotion Of Exclusive Breastfeeding On Diarrhoeal Illness

And Growth: A Cluster Randomized Controlled Trial. Infant Feeding Study

Group. Lancet 361: 1418 –1423.

(Abstract)

Chezem J, Friesen C, Boettcher J. Breastfeeding Knowledge, Breastfeeding

Confidence, And Infant Feeding Plans: Effects On Actual Feeding Practices.

Journal Of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. 2003 Jan;32(1):40-7.

Cohen R, Lange L, Slusser W. A Description Of A Male-Focused

Breastfeeding Promotion Corporate Lactation Program. J Hum Lact

2002; 18: 61–65.

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

32

Dwiani A, Destriatania S, Mutahar R. Analysis Of The Factors Relating To The

Granting Of Exclusive Breastfeeding At Dempo Health Centres Palembang And

Simpang Timbangan Health Centres Ogan Ilir 2012. J Ilmu Kesehat Masy.

2014;5(1):9–18.

Ferawati, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif Pada Anak Umur 6-24 Bulan Di Kelurahan Pondok Cina Kecamatan

Beji Kota Depok Tahun 2010, Skripsi, FKM UI, Depok.

Handayani SL, Putri ST, Soemantri B. Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemberian

ASI Eksklusif. J Pendidik Keperawatan Indones. 2018;1(2):116.

Infodatin. (2014). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Lestari, Sri. 2009 Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 0-

12 Bulan Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Di Kelurahan Bagan Deli Kec.

Medan Belawan. Skripsi FKM USU, Medan.

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mahtab S, 2007; Maternal Nutrition Status And Practice & Perinatal, Neonatal

Mortality In Rural Andhara Pradesh, India., Indian J Med Res 127, January 2008,

Pp 44-51

Nilakusumah,2015. Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Pemberian Asi

Eksklusif,Tingkat Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Di Wilayah

Kerja Puskesmas Padang Pasir,Jurnal FK Unand.Padang

Notoatmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta. PT Renika

Cipta.

Paschalia, Y.2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi

Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Rewarangga. [Online] Available At:

Http://Jurnal.Poltekeskupang.Ac.Id/Index.Php/Jkp/Article/View/78/76

[Accessed 26 Aug. 2019].

Prawirohardjo Dkk, 2004 Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Sarwono

Prawirohardjo,

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

33

Proverawati, A. Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi Dan Kebidanan. Nuha Medika,

Yogyakarta

Rachmaniah, Nova. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan

Tindakan ASI Eksklusif. FKM Muhammadiah,.Surakarta

Rahmawati A, Susilowati B 2015. Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi

Eksklusif Pada Husband Support With Exclusive Breastfeeding.;25–35.

Rahmi, Halohalo Parenting Guide, Menyusui Dini Cegah Kematian Balita. Selasa, 29-

Januari-2008 20:36:07

Ramadani, M. And Hadi, E. 2010. Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Kesmas:

National Public Health Journal, 4(6), P.269.

Riskesdas,2013.Jakarta, Kementrian Kesehatan RI

Roesli, 2005 Mengenal ASI Ekkslusif Seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara,

Roesli U. 2013. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

Sohimah, 2019. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Air Susu Ibu (Asi)

Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap

Tahun 2017. Akbid YLPP Purwokerto, 8(2).

Stuebe AM, Bonuck K. 2011. What Predicts Intent To Breastfeed Exclusively?

Breastfeeding Knowledge, Attitudes, And Beliefs In A Diverse Urban

Population. Breastfeeding Medicine;6(6):413-20.

Tohotoa J, Maycock B, Hauck YL, Howat P, Burns S, Binns CW. 2009.An

Exploratory Study Of Paternal Support For Breastfeeding In Perth, Western

Australia. International Breastfeeding Journal.;4(1):15.

Trisnawati E, I Muchmudah & S. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemberian ASI Eksklusifdi Wilayah Kerja Puskesmas Ngalihan Semarang

Widiastuti, 2004, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif Pada Bayi Usia 0-4 Bulan Di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten

Lampung Barat, FKM UI. Depok

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

34

WHO. 1998 Evidence For The Ten Steps To Successful Breastfeeding. Geneva,

Switzerland: Family And Reproductive Health, Division Of Child Health And

Development, WHO

Zakiyah,2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di

Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012 (Diunduh

Pada 18 April 2015)

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

35

LAMPIRAN I

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN ORANG

TUA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ABANG 1 TAHUN 2019

TUJUAN KEGIATAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai sejak masa hamil, bayi, anak

sekolah, dewasa, sampai usia lanjut atau yang dikenal dengan perjalanan siklus

kehidupan. Setiap saat dari siklus tersebut manusia memerlukan makanan yang

berbeda-beda dan harus dipenuhi secara tepat. Pola pemberian makanan terbaik bagi

bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah menjadi rekomendasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif. ASI kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan

tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif

dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Pemberian ASI eksklusif dapat

peningkatan derajat kesehatan bayi serta rendahnya cakupan pemberian ASI.

Pemberian ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan dan

dukungan orang terdekat Ibu. ,maka penelitian ini memiliki tujuan untuk :

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu dan dukungan orangtua tentang

ASI eksklusif

2. Menghasilkan rekomendasi terkait program kerja puskesmas terkait ASI

eksklusif

PROSEDUR KEGIATAN

Kegitan ini merupakan upaya untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia

dengan cara pemberian ASI eksklusif yang peneliti ingin ketahui melalui tingkat

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

36

pengetahuan Ibu dan dukungan orang tua tentang ASI eksklusif. Kegiatan ini bertujuan

mengidentifikasi karakterstik Ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan),

dukungan suami, orang tua, dan petugas kesehatan di Puskesmas Abang 1) dan

mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik, dukungan suami,

orang tua dan petugas kesehatan. Kegiatan ini akan dilakukan dalam 5 tahap, yaitu 1)

peneliti datang ke Posyandu di lingkungan Puskesmas Abang 1, 2) peneliti menyeleksi

calon responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, 3) peneliti meminta

kesediaan masyarakat yang berkunjung untuk menjadi responden dalam penelitian

dengan menandatangani informed consent 4) peneliti meminta responden untuk

mengisi kuisioner 5) data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian

dikumpulkan dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu

dan dukungan orang tua tentang ASI eksklusif di lingkungan Puskesmas Abang 1.

PARTISIPASI SUKARELA

Partisipasi Anda dalam kegiatan ini sepenuhnya bersifat sukarela dan tidak terdapat

risiko yang diketahui dapat terjadi jika Anda berpartisipasi dalam kegiatan ini. Anda

dapat menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini juga tidak akan memiliki

risiko apapun. Anda dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang manapun

seandainya Anda tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya,

Anda juga dapat menghentikan partisipasi dalam kegiatan ini kapan saja tanpa

dampak negatif apapun, dengan cara memberitahukan keputusan Anda tersebut

kepada kami.

KETIDAKNYAMANAN DAN RISIKO

Tidak diketahui adanya risiko terjadinya dampak negatif tertentu jika Anda

berpartisipasi dalam kegiatan ini.

MANFAAT KEGIATAN

Kegiatan ini diharapkan nantinya bermanfaat agar seluruh bayi khususnya usia 0-6

bulan di wilayah kerja puskesmas abang 1 dapat mendapatkan ASI secara eksklusif

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

37

sehingga bayi mendapatkan gizi terbaik sekaligus antibody yang dapat melindungi

bayi dari berbagai penyakit.

KOMPENSASI

Responden ini tidak mendapatkan imbalan jika bersedia mengikuti kegiatan ini

(bersifat sukarela).

PERNYATAAN KERAHASIAAN

Data terkait partisipasi anda akan digunakan untuk tujuan dan kepentingan kegiatan

ini. Data hasil kegiatan ini mungkin akan disimpan secara internal dalam jangka

waktu yang tidak dapat ditentukan. Nama dan semua informasi yang anda berikan

akan dirahasiakan dan disimpan ditempat yang aman .

PERNYATAAN DAN HAK UNTUK MENGUNDURKAN DIRI

Anda dapat mengundurkan diri dari kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi

apapun. Anda dapat menghubungi peneliti dibawah ini jika anda memiliki

pertanyaan terkait kegiatan ini. Peneliti : Putu Ayu Larasati (HP: 082247668885)

dan Ellintang Charisma Dewi (HP: 081239527573)

PERNYATAAN PARTISIPAN

Saya telah diberikan informasi secara lisan dan tertulis mengenai kegiatan ini dan

mengerti mengenai apa saja yang akan dilakukan. Saya juga mengetahui siapa yang

dapat dihubungi jika saya memiliki pertanyaan. Saya mengerti bahwa kerahasiaan

data saya terjamin. Saya mengerti bahwa saya dapat mengundurkan diri dari

kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi apapun. Saya setuju untuk

berpartisipasi dalam kegiatan ini secara sukarela.

Tanda Tangan :_________________________

Nama :_________________________

PERNYATAAN PELAKSANA KEGIATAN

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

38

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini, telah menjelaskan kepada partisipan dalam

bahasa yang dapat dimengerti, mengenai prosedur kegiatan, tujuan, risiko dan

manfaat terkaitpartisipasinya dalam kegiatan ini. Saya telah memberikn informasi

kepada partisipan bahwa kerahasiaannya akan dijaga, dan bahwa ia dapat

mengundurkan diri dari kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi apapun.

Setelah penjelasan diberikan, partisipan bersedia untuk berpartisipasi dalam

kegiatan ini.

Tanggal : _________________________

Nama pelaksana kegiatan yang memberikan informasi : ______________________

Tanda pelaksana kegiatan : _________________________

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

39

INSTRUMEN PENELITIAN

Kode Responden : (diisi oleh peneliti)

Nama Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

Alamat Ibu :

Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda bulatan (pilihan a, b, c, atau d).

jika terjadi kesalahan dalam pengisian atau anda ingin mengubah jawaban beri

tanda (=)

1. Karakteristik sosiodemografi

1. Umur : …………Tahun

2. Pendidikan: : a. tidak tamat SD b.Tamat SD c. Tamat SMP

d.Tamat SMA e. tamat d 3 / PT

3. Pekerjaan : a. Bekerja b. Tidak Bekerja

4. Siapa yang membantu proses kelahiran anak terakhir ibu:

a. Bidan/dr.umum b. Dukun

2. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Pada usia berapa bayi ibu diberikan makanan selain ASI seperti (air, madu,

susu formula, pisang dll)...............bulan

3. PENGETAHUAN IBU

1. Apa yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif ?

a. Memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan

b. Memberi ASI diselingi dengan member susu formula

c. Memberi ASI, air putih dan susu formula secara bergantian

d. Tidak tahu

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

40

2. Menurut ibu apa itu Kolostrum ?

a. ASI yang berwarna putih

b. ASI yang encer

c. ASI yang pertama kali keluar, kental berwarna kekuning-kuningan

d. Tidak tahu

3. Menurut ibu, apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi?

a. bayi menjadi cerdas dan tidak mudah sakit.

b. bayi menjadi montok

c. supaya bayi cepat kenyang

d. tidak tahu

4. Menurut ibu sampai usia berapa sebaiknya anak harus diberikan ASI

saja tanpa makanan/minuman tambahan ?

a. 6 bulan

b. Kurang dari 6 bulan, bayi dapat diberi makanan selain ASI

c. Segera lahir bayi diberi madu

d. Tidak Tahu

5. Menurut ibu berapa kali sebaiknya bayi disusui dalam sehari ?

a. Satu jam sekali

b. 8-12 kali sehari

c. Bayi disusui kapanpun bayi mau

d. Tidak tahu

6. Manurut ibu sebaiknya menyusui itu sampai bayi berumur berapa ?

a. 4 bulan

b. 12 bulan

c. 24 bulan

d. Tidak tahun

7. Jika ASI yang keluar masih sedikit apa yang harus dilakukan ibu?

a. Menambah minum bayi dengan susu formula

b. Tetap menyusui dan semakin sering menyusui ASI

c. Berhenti menyusui dan memberi minum susu botol

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

41

d. Tidak tahu

8. Menurut ibu kapan bayi mulai disusui?

a. kurang dari ½ jam setelah lahir, bayi bisa disusui

b. 1-24 jam setelah bayi dilahirkan bayi disusui

c. Lebih dari 24 jam setelah lahir bayi baru bisa disusui

d. Tidak tahu

9. Jika payudara bengkak apa yang ibu lakukan?

a. Berhenti menyusui

b. Tetap menyusui dan melakukan perawatan payudara

c. Bayi tidak boleh menyusu dari payudara

d. Tidak tahu

4. DUKUNGAN KELUARGA

1. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan suami ibu meganjurkan

ibu memberi pisang, susu formula, air putih, kopi dll?

a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan orang tua/mertua ibu

meganjurkan ibu memberi pisang, susu formula, air putih,kopi dll ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

3. Apakah petugas kesehatan di tempat ibu bersalin (dokter, bidan,

petugas puskesmas) pernah memberikan susu formula kepada bayi

sebelum usia 6 bulan ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT …

42

LAMPIRAN II

FOTO KEGIATAN