laporan hasil penelitian gambaran tingkat …
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS
ABANG 1 TAHUN 2019
Oleh :
Putu Ayu Larasati (170261077)
Ellintang Charisma Dewi (1702612110)
Pembimbing :
dr. I Made Dwi Ariawan
dr. Komang Wirya, MM
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS
ABANG 1 TAHUN 2019
Telah diujikan dihadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian
Pada tanggal 2 September 2019
Menyetujui,
Pembimbing
dr. I Made Dwi Ariawan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Laporan Penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Terhadap ASI Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Abang 1 Tahun 2019”
ini dapat diselesaikan. Laporan Penelitian ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dilaksanakan tanggal
29 Juli 2019 – 08 September 2019 bertempat di UPT Kesmas Abang 1, Kabupaten
Karangasem.
Semua tahapan Laporan Penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. I Made Dwi Ariawan, selaku Dosen Pembimbing, atas segala nasehat,
bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini.
2. dr. Komang Wirya, MM selaku Kepala Puskesmas Abang 1 Karangasem.
3. Bapak Nyoman Slamet selaku pemegang program Gizi di Puskesmas
Abang 1 Karangasem atas segala informasi dan kerja sama terkait dengan
penyusunan Laporan Penelitian ini.
4. Para pemegang program dan seluruh staf di Puskesmas Abang 1
Karangasem.
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.
Denpasar, September 2019
Penulis
ABSTRAK
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
PUSKESMAS ABANG 1 TAHUN 2019
Putu Ayu Larasati, Ellintang Charisma Dewi
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP), Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Di Puskesmas Abang 1 tahun 2018, data bayi dengan ASI eksklusif masih
dibawah 50% dari populasi bayi lulus ASI eksklusif. Sehingga dari masalah
tersebut dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan
dukungan keluarga terhadap ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Abang 1 tahun
2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
desain studi cross sectional yang melibatkan 66 sampel di Desa Ababi dan
Kesimpar pada bulan Agustus 2019. Sampelnya adalah seluruh ibu-ibu dengan
usia anak 6-24 bulan yang datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang
1 dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. pemilihan sampel dengan
teknik consecutive sampling. Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Abang 1 tahun 2019 ini, dapat disimpulkan bahwa ibu dengan tingkat
pengetahuan baik lebih banyak memberikan ASI eksklusif (46.4%), dan masih
banyak ibu yang memperoleh dukungan suami dan orang tua namun belum
memberikan ASI secara eksklusif (58.8 % dan 63.9%). Berdasarkan dukungan
tenaga kesehatan didapatkan hasil relatif tinggi (80,3%). Selain itu, pada ibu
berpendidikan tinggi lebih banyak memberikan ASI eksklusif (57.6%), dan
mayoritas ibu disana bekerja (69.2%), sehingga tidak memberikan ASI eksklusif.
Saran bagi tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Abang 1 adalah untuk lebih
menekankan pada konseling dan edukasi terkait ASI eksklusif secara rata dan
menyeluruh, diharapkan pula pada peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih
banyak variable, pengetahuan, dukungan emosi dan dukungan dalam bentuk
informasi dari suami, orangtua dan tenaga kesehatan serta sikap terhadap ASI
eksklusif.
Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan, dukungan suami, dukungan keluarga,
dukungan petugas kesehatan
v
ABSTRACT THE DISCRIPTION OF KNOWLADGE AND FAMILY SUPPORT
FOR EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN COMMUNITY HEALTH
CENTER OF ABANG 1 IN 2019
Putu Ayu Larasati, Ellintang Charisma Dewi Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Department of Community and Public Medicine,
Faculty of Medicine, Udayana University
At Abang 1 health center in 2018, data on infants with exclusive breastfeeding is
still below 50% of the population of infants passing exclusive breastfeeding. So
from this problem, a study was conducted on the description of the level of
knowledge and family support for exclusive breastfeeding in the Abang 1
community health center in 2019. This study was a quantitative descriptive study
with a cross sectional study design involving 66 samples in August 2019. The
sample is all mothers with last children aged 6-24 months who come to the
posyandu of Kesimpar and Ababi village and has fulfilled the inclusion and
exclusion criteria. sample selection by consecutive sampling technique. From the
results of research conducted in the working area of community health center of
Abang 1 area in 2019, it can be concluded that mothers with a good level of
knowledge give more exclusive breastfeeding (46.4%), and there are still many
mothers who have the support of their husbands and parents but have not yet
exclusively breastfed (58.8% and 63.9%). Based on the support of health workers
obtained relatively high results (80.3%). In addition, higher educated mothers
gave exclusive breastfeeding (57.6%), and the majority of mothers there worked
(69.2%), so they did not give exclusive breastfeeding. Suggestions for health
workers in the Abang 1 community health center is to put more emphasis on
counseling and education related to exclusive breastfeeding on an even and
comprehensive basis, it is also hoped that further researchers can examine more
variables, knowledge, emotional support and support in the form of information
from husband, parents and health workers and attitudes towards exclusive
breastfeeding.
Keywords: exclusive breastfeeding,Knowladge, Husband support, Family
support, Health worker support
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
ABSTRAK ............................................................................................................iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................5
2.1 Air Susu Ibu ....................................................................................................5
2.1.1 Pengertian ASI ............................................................................................5
2.1.2 Komposisi ASI ............................................................................................5
2.2 Pengertian ASI Eksklusif ...............................................................................6
2.3 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif .................................................................6
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif .....................7
2.5 Dukungan Terhadap ASI Eksklusif ................................................................11
2.5.1 Dukungan Keluarga ....................................................................................11
2.5.2 Dukungan Petugas Kesehatan .....................................................................11
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN ....................................................12
3.1 Kerangka Teori ...............................................................................................12
3.2 Kerangka Konsep ...........................................................................................12
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................13
4.1 Jenis Penelitian ...............................................................................................13
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................13
4.3 Populasi dan sampel Penelitian .......................................................................13
4.4 Definisi Operasional .......................................................................................16
vii
4.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................19
4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ............................................19
4.7 Pengolahan dan Analisis Data .........................................................................19
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................21
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................26
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan kesejahteraan
dan kejayaan suatu bangsa dan negara. Dalam implementasinya, anak merupakan
sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, oleh karena diperlukan
suatu perhatian khusus terhadap pemberian gizi anak, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. Gizi sangat berperan pada masa
anak-anak karena sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang, bahkan sejak
masih dalam kandungan. Oleh karena itu, apabila ibu hamil mendapat makanan
yang adekuat, maka bayi dalam kandungnya akan lahir dengan berat lahir normal.
Sedangkan ibu yang kurang gizi akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(Nilakesuma, 2015).
Pada saat ini, permasalahan gizi yang sedang terjadi di Indonesia merupakan
masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi
kurang biasanya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan,
sanitasi lingkungan yang tidak baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi, dan adanya daerah miskin gizi. Sedangkan masalah gizi lebih biasanya
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang tidak
diimbangi dengan peningkatan pengetahuan gizi. Masalah gizi kurang menjadi
salah satu masalah gizi yang belum terselesaikan di Indonesia. Meskipun demikian,
prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada
tahun 2010 (Nilakesuma, 2015).
Setiap siklus dari kehidupan manusia memerlukan makanan yang berbeda-
beda dan harus dipenuhi secara tepat. Pola pemberian makanan yang baik dalam
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas menurut para ilmuwan dunia
dan telah menjadi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah
memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai dengan
umur 6 bulan (ASI eksklusif), diteruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24
bulan dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi mulai usia 6 bulan
(KemenKes RI, 2012).
2
Selain untuk pemenuhan hak bayi, pemberian ASI juga merupakan salah satu
usaha untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu
32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI pada tahun 2007, lebih dari tiga
perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak
dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Angka kematian
neonatal (AKN) per kabupaten/kota tahun 2015 mengalami peningkatan di
beberapa wilayah Bali, seperti Kabupaten Karangasem meningkat 0,95 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi pun dicapai oleh kabupaten Karangasem
sebesar 10,6 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Bali, 2015). Laporan dari Puskesmas
Abang 1, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem pada tahun 2018,
menunjukkan data bayi dengan ASI eksklusif masih sangat rendah, diperkirakan
dibawah 50% dari populasi bayi lulus ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan di Buleleng, Bali pada tahun 2013, didapatkan
adanya hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
balita usia 6-24 bulan (Giri, 2013). ASI merupakan makanan paling ideal baik
secara fisiologis maupun biologis yang harus diberikan kepada bayi diawal
kehidupannya. Hal ini dikarenakan selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi,
ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi dari berbagai
jenis penyakit yang dapat menghambat petumbuhan bayi tersebut
(Kemenkes,2012).
Dari uraian diatas, dijelaskan manfaat ASI yang begitu besar namun sangat
disayangkan masih sedikit ibu yang mau atau bisa memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama seperti yang disarankan oleh WHO. Berdasarkan data yang
dikeluarkan UNICEF, di negara berkembang hanya 38% bayi berusia 6 bulan yang
diberikan ASI eksklusif. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif cakupannya masih
sangat rendah. Proporsi pemberian ASI eksklusif menurut data Riskesdas tahun
2013, pada bayi umur 0 bulan adalah 52,7%. Dimana persentase ASI eksklusif
semakin menurun seiring meningkatnya kelompok umur bayi. Sedangkan pada bayi
berumur 6 bulan, pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 30,2% (Kementrian
Kesehatan, 2013).
3
Dari masalah di atas, beberapa alasan Ibu tidak memberikan ASI eksklusif
antara lain disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI,
pendidikan yang rendah dan banyaknya ibu yang memiliki pekerjaan (Kusmayanti,
2018). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Katasura
tahun 2014, dimana terdapat pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan
tingkat pengetahuan (Rahminah, 2014). Selain tingkat pengetahuan, umur juga
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, seperti pada ibu yang berumur 35
tahun atau lebih, karena tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup.
Sedangkan pada ibu yang mendapatkan dukungan suami, memiliki peluang dua kali
lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif (Ramadani, 2010).
Mengingat pentingnya ASI eksklusif berdasarkan uraian diatas, dan belum
ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Abang 1, maka penulis
tertarik meneliti mengenai “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
PUSKESMAS ABANG I TAHUN 2019”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap ASI eksklusif di
wilayah Puskesmas Abang I tahun 2019?
2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga terhadap ASI eksklusif di wilayah
Puskesmas Abang I tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.
2. Mengetahui dukungan keluarga terhadap asi eksklusif di wilayah
puskesmas abang I tahun 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan), dukungan suami, orang tua, dan petugas kesehatan di
Puskesmas Abang 1.
4
2. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik,
dukungan suami, orang tua dan petugas kesehatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
Memberikan data kepada puskesmas mengenai pemberian ASI eksklusif
diwilayah kerjanya sehingga disusun program untuk mengatasi
permasalahan berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.
1.4.2 Penelitian Selanjutnya
Sebagai data dasar ataupun data penunjang bagi penelitian yang terkait
dalam pemberian ASI eksklusif.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita mealui proses laktasi. ASI merupakan hal yang mudah dan murah
untuk meningkatkan kesehatan dan keberlangsungan hidup bayi (Cohen, 2002).
ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi, komposisinya tidak sama
selama periode menyusui (Proverawati, 2009).
2.1.2 Komposisi ASI
Komposisi ASI berbeda dengan susu formula karena bersifat khas untuk bayi
jika dilihat dari susunan kimianya, nilai biologisnya dan ASI memiliki substansi
yang spesifik (Manuaba, 1998).
ASI yang keluar pertama kali setelah proses persalinan yaitu kolostrum.
Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari. Kolostrum berwarna
kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. Kolostrum mengandung
immunoglobulin, laktoferin, lemak, ion-ion seperti Na, Ca, K, Zn, dan Fe, vitamin
A, E, K dan D serta rendah laktosa. Terdapat beberapa pengertian yang salah
mengenai kolostrum yang sering dikira sebagai ASI yang kotor dan buruk sehingga
tidak patut diberikan pada bayi, padahal kolostrum merupakan pembuka jalan agar
bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibody dan
anti-infeksi serta dapat menumbuhkan flora normal pada usus bayi untuk siap
menerima ASI. Tidak ada ASI yang tidak berguna, semuanya telah dipersiapkan
untuk tumbuh kembang bayi hingga empat bulan setelah kelahiran. (Manuaba,
1998).
Pengeluaran kolostrum diikuti oleh ASI transisi (antara), berwarna putih
bening dengan kandungan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemapuan usus
bayi mencerna. Setelah itu, keluarlah ASI sempurna yaitu ASI penuh yang sesuai
dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerim susunan ASI sempurna.
(Manuaba, 1998).
5
6
2.2 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif merupakan makanan pertama dan utama yang terbaik bagi bayi.
(Nurkhasanah, 2011) Pemberian ASI secara Eksklusif merupakan langkah awal
bagi bayi agar tumbuh dan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, sehat dan
memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang lebih unggul. Memberikan ASI
setelah persalinan memberikan perlindungan bayi baru lahir terhadap infeksi dan
pengaturan suhu tubuh dari bayi. Disebut ASI Eksklusif apabila pemberian hanya
ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan lain. ASI Eksklusif dianjurkan
sampai 6 bulan pertama kehidupan. (WH0, 2007). Pemberian ASI sedini mungkin
dan secara eksklusif akan membantu mencegah berbagai penyakit pada anak seperti
gangguan lambung dan saluran nafas serta asma pada anak, disebabkan karena
adanya antibody yang terkandung dalam kolustrum ASI, hal ini yang akan
melindungi dan mencegah bayi baru lahir dari timbulnya alergi. Sehingga
kolostrum penting untuk dikonsumsi oleh bayi (Rahmi, 2005). ASI Eksklusif
diberikan dalam jangka waktu setelah bayi lahir hingga 6 bulan pertama kelahiran.
Kemudian setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan, bayi baru boleh diperkenalkan
dengan makanan tambahan dan ASI dapat terus diberikan hingga usia 2 tahun atau
lebih (Roesli, 2008).
2.3 Manfaat pemberian ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI eksklusif tidak hanya untuk bayi namun juga terdapat
manfaat untuk ibu. Konsumsi ASI eksklusif bayi akan mendapatkan kolostrum,
cairan kental berwarna kekuningan yang keluar beberapa jam setelah ibu
melahirkan, kolustrum mengandung zat kekebalan tubuh terutama Immuniglobulin
A (IgA) yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi yang dapat menyerang
tubuh dan menyebabkan penyakit seperti diare. Selain itu kolostrum dapat
membantu pengeluaran meconium atau kotoran pertama bayi (roesli, 2005). ASI
eksklusif secara tidak langsung dapat menyelamatkan kehidupan bayi karena ASI
eksklusif merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang terdiri dari proporsi
yang seimbang dan memiliki kuantitas zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan
selama 6 bulan pertama (Bhandari,dkk, 2003).
7
Pemberian ASI Eksklusif merupakan pilihan yang tepat sebab ASI selalu
bersih, selalu siap sedia dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan diserap. Tidak
ada yang perlu dikhwatirkan dalam pemberian ASI Eksklusif karena pemberian ASI
akan melindungi bayi baru lahir dari berbagai penyakit terutama gangguan
pencernaan dan alergi sebab ASI tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan
alergi (Mahtab, 2007). Sedangkan manfaat ASI Eksklusif bagi ibu diantaranya
pemberian ASI memberikan 98% kontrasepsi yang efiseien selama 6 bulan pertama
setelah kelahiran apabila belum terjadi menstruasi kembali (Roesli, 2005).
Pemberian ASI segera setelah melahirkan dalam kurun waktu 60 menit akan
membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, membantu mencegah
payudara bengkak, serta membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi
merangsang kontraksi Rahim, sehingga pemberian ASI dapat menurunkan resiko
pasca persalinan (Roesli,2008). Pemberian ASI dapat membantu mengurangi beban
kerja ibu karena selalu tersedia, bersih dan suhunya cocok serta ekonomis. Yang
paling penting adalah ASI dapat meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.
2.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif terdiri dari umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan pengalaman menyusui.
a. Umur Ibu
Masa produksi wanita pada dasarnya dibagi menjadi tiga periode yaitu
reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi
tua (36-45 tahun). Pembagian tersebut berdasarkan atas data epidemiologi bahwa
resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi secara
tajam pada kurun reproduksi tua.
Masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk
menunda kehamilan dulu hingga paling sedikit berumur 18 tahun. Karena jika
hamil pada usia kurang dari 18 tahun sering melahirkan berat bayi rendah
(BBLR) dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi, hal tersebut terjadi
dipengaruhi oleh pemberin ASI dan resiko terhadap ibu tinggi. Demikian pula
8
dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena resiko untuk ibu
dan bayi semakin meningkat (Atabik, 2013).
b. Pekerjaan Ibu
Dalam kehidupan manusia selalu dilakukan bermacam-macam aktivitas.
Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan
kerja. Bekerja mengandung arti melaksanakn suatu tugas yang diakhiri dengan
buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan (Esther,
2013). Waktu kerja yang dimaksud yaitu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu
untuk 6 hari kerja dalam seminggu atau 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Ibu yang bekerja merupakan salah satu
kendala dalam peningkatan pemberian ASI secara eksklusif yang menyebabkan
penggunaan susu formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan
ASI (Depkes RI, 2002). Namun, seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara eksklusif bila memiliki pengetahuan dan motivasi yang
benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan
kerja yang positif, sehingga bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI secara eksklusif yang harus dijalani selama enam bulan tanpa
intervensi makanan dan minuman lain meskipun hanya mendapatkan cuti hamil
selama tiga bulan (Utami, 2000). Hal terpenting untuk ibu bekerja yaitu
dukungan untuk melakukan menyusui secara eksklusif dalam enam bulan
pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberin makanan pendamping
(Depkes RI, 2002).
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman
karena kehidupan adalah pertumbuhan. Pendidikan artinya membantu
pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Secara umum mudah diduga bahwa
tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan dan kebiasaan ASI
eksklusif serta keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
9
umumnya yang akan mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik,
demikian juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara
umum dinyatakan bahwa ibu yang memiliki pendidikan lebih memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi pula (Ratna, 2000). Dalam suatu kondisi, seorang ibu
yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu menyusun makanan yang
memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi
pendidikannya. Ibu yang memiliki pendidikan kurang pun tidak mustahil
memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik bila rajin mendengarkan TV, radio
serta penyuluhan. Hal yang harus diingat dan dipertimbangkan adalah faktor
tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang diperolehnya. Kejadian gizi buruk dapat
dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara
memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat
terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada
anaknya. Keadaan tersebut akan membawa pengaruh buruk terhadap tingkat
gizi anak (Ratna,2000).
d. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia baik indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan atau kognitif
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan dibutuhkan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa
percaya diri maupun dengan dorongan perilaku setiap orang sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2005)
Tingkat pengetahuan terdiri dari enam tingkat yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis
(synthesis), evaluasi (evaluation).
Tahu (know) diartikan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan
badan yang dipelajari atau rangsangan. Tingkat ini merupakan tingkat
10
pengetahuan yang paling rendah. Tingkat ke dua yaitu memahami
(comprehension), yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat men ginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Tingkat ke tiga yaitu aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.
Tingkat yang lebih tinggi adalah analisa, dimana punya kemampuan untuk
menjabarkan materi suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemudian sintesis, menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi yang ada. Sedangkan evaluasi berkaitan dengan pengetahun
untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Dimana evaluasi
merupakan tingkat pengetahuan yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2005)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, media
masa atau sumber informasi, sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Media
masa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televise,
radio, surat kabar, majalah dan internet mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sosial budaya merupakan kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada
disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Sedangkan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecah masalah yang dihadapi masa lalu. (Notoatmodjo,
2005)
Dukungan dapat ditentukan oleh fator penguat yang duberikan oleh
beberapa pihak seperti suami, orangtua dan petugas kesehatan. Dukungan
keluarga dan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
keinginan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, sehingga semakin besar
dukungan semakin besar pula peluang ibu menyusui eksklusif. Dukungan orang
11
tua juga merupakan faktor penguat dan berpengaruh terhadap perilaku
pemberian ASI eksklusif (Ferawati, 2010).
2.5 Dukungan Terhadap ASI Eksklusif
2.5.1. Dukungan Keluarga
Keluarga memberikan peran penting untuk keberhasilan ASI eksklusif.
Penelitian di lapangan menunjukkan kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui yang
telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan pengetahuan
yang didapat karena lebih memilih saran yang diberikan oleh keluarga. Strategi
untuk memotivasi praktek pemberian ASI eksklusif yaitu dengan meningkatkan
keterlibatan suami dan mertua (Widiastuti, 2004). Dari semua dukungan yang
terima oleh ibu, dukungan suami merupakan dukungan yang berarti bagi ibu. Suami
dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif berupa dukungan
secara emosional dan bantuan-bantuan praktis seperti bergantian dalam mengasuh,
mengganti popok dan beberapa kegiatan lainnya (Roesli, 2009).
2.5.2. Dukungan Petugas Kesehatan
Faktor pengetahuan yang terbatas dapat mengakibatkan pemberian ASI belum
secara optimal diberikan, selain itu kurangnya ketrampilan petugas kesehatan
dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang benar kepada
ibu dan keluarga juga merupakan salah satu faktor penyebab capaian ASI eksklusif
belum optimal. Petugas kesehatan merupakan ujung tombak keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat diawali dengan keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini serta pemberian motivasi untuk memberikan ASI kepada ibu dan
keluarga. (Lestari, 2009).
12
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
Perilaku pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor Internal adalah karakteristik seseorang yang menjadi dasar
atau motivasi bagi seseorang sehingga mempermudah terjadinya perilaku
pemberian ASI eksklusif diantaranya tingkat pengetahuan, pengalaman menyusui
dan faktor demografi seperi umur, pekerjaan, pendidikan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku menyusui. Faktor
eksternal ini sangat diperlukan karena meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
berperilaku sehat tetapi bisa saja orang tersebut tidak melakukanya. Oleh karena itu
maka diperlukan contoh atau dukungan dari keluarga (suami dan orang tua) serta
petugas kesehatan.
3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka
gambaran pemberian ASI eksklusif dapat dijelaskan melalui kerangka konsep
berikut ini:
Faktor internal
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Tingkat
Pengetahuan
Pemberian ASI
eksklusif
Faktor eksternal
- Dukungan suami
- Dukungan orang tua
- Petugas kesehatan
Skema 3.1 kerangka konsep penelitian
12
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
desain studi cross sectional, yaitu mempelajari hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali
saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Desain cross sectional
digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Abang 1.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa desa yang termasuk ke dalam wilayah
kerja Puskesmas Abang 1, yakni 7 posyandu, 5 posyandu di wilayah Desa Ababi
dan 2 posyandu Desa Kesimpar. Pengambilan data dilakukan di balai banjar
tempat dilakukannya kegiatan posyandu.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
4.3.1.1 Populasi Target
Populasi target adalah seluruh ibu yang memiliki satu anak atau lebih
dengan usia anak terakhir 6-24 bulan.
4.3.1.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dibatasi oleh
tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang memiliki satu anak atau lebih dengan usia anak terakhir 6-24 bulan yang
datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang 1.
14
4.3.2 Sampel
Sampel adalah seluruh ibu-ibu dengan usia anak 6-24 bulan yang datang ke
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang 1 yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, dengan teknik pemilihan sampel yaitu consecutive sampling.
A. Kriteria Inklusi
1. Ibu dengan usia anak 6-24 bulan yang tercatat dalam register
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Abang I.
2. Hadir di posyandu balita saat pengambilan data dilakukan.
3. Bisa membaca dan menulis.
B. Kriteria Eksklusi
1. Ibu memiliki riwayat penyakit menular melalui ASI seperti HIV/AIDS,
Hepatitis B dan lain-lain.
2. Responden tidak bersedia menjadi dengan tidak memberikan
persetujuan di lembar informed consent.
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive
sampling, di mana peneliti mendatangi posyandu di banjar desa kemudian
menerima siapapun calon responden yang memenuhi kriteria inklusi sampel dan
tidak memenuhi kriteria eksklusi sampai memenuhi jumlah sampel minimal atau
waktu pengumpulan sampel telah selesai.
Jumlah sampel minimum yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk
proporsi tunggal. Terdapat penelitian serupa yang dilakukan di kabupaten
Sukoharjo diperoleh 22% Ibu yang memberikan ASI eksklusif
(Rachmaniah,2014), sehingga besar proporsi adalah 22%.
Perhitungannya:
𝑛 = (1,96)20.22 𝑥 0.778
0.1 = 66
Keterangan :
15
n : jumlah sampel minimal yang diperlukan
Zα : 1,96 untuk α = 0,05
p : 0.22
q : 1-p = 0.778
d : ketetapan absolut / relatif yang dipakai 10% = 0,1
Berdasarkan perhitungan di atas, dibutuhkan minimal 66 orang sebagai
subyek penelitian.
16
4.4 Definisi Operasional
4.1 Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Umur Penentuan umur responden
berdasarkan tahun kelahiran
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Muda : <35
tahun
2.Tua :≥35
tahun
Ordinal
Pendidikan
Ibu
Jenjang pendidikan terakhir
yang diselesaikan responden
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Rendah: ≤
SMP
2. Tinggi : ≥
SMA
Ordinal
Status
Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan
responden untuk mendapatkan
upah atau gaji
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Bekerja
2.Tidak
Bekerja
Nominal
Tingkat
Pengetahuan
Tingkat pemahaman
responden tentang ASI
Dari pertanyaan yang
diberikan yang meliputi
(pengertian ASI, manfaat ASI,
lama pemberian ASI)
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Kurang
2.Baik
Ordinal
Dukungan
Suami
Dukungan suami terhadap
pemberian ASI eksklusif
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Mendukung
2.Tidak
Mendukung
Nominal
Dukungan
Keluarga
Pengaruh
positif dan dukungan orangtua
dengan tidak memberikan susu
formula,pisang madu atau air
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Mendukung
2.Tidak
Mendukung
Nominal
Dukungan
Petugas
Kesehatan
Dukungan dari petugas
kesehatan dengan tidak
memberikan susu formula
setelah bayi lahir.
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Mendukung
2.Tidak
Mendukung
Nominal
Pemberian
ASI
Cara ibu dalam pemberian ASI
pada bayinya mulai saat
melahirkan sampai bayi berusia
6 Bulan
Pernyataan
dalam
kuisioner
Kuisioner 1.Eksklusif
2.Tidak
Eksklusif
Nominal
17
4.5 Instrumen Penelitian
Kuisioner yang digunakan mencakup pertanyaan data umum responden meliputi
umur, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat penolong ketika melahirkan. Terdapat
9 pertanyaan mengenai pengetahuan dasar tentang ASI eksklusif, 2 pertanyaan
tentang dukungan keluarga dan 1 pertanyaan tentang dukungan tenaga kesehatan.
Kuisioner dapat diisi sendiri atau dibantu oleh peneliti apabila responden
berkenan.
4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
1. Peneliti datang ke Posyandu di lingkungan Puskesmas Abang 1
2. Peneliti menyeleksi calon responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
3. Peneliti meminta kesediaan masyarakat yang berkunjung untuk menjadi
responden dalam penelitian dengan menandatangani informed consent
4. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuisioner untuk dijawab oleh
responden
5. Data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian dikumpulkan
dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat pengetahuan para ibu
di lingkungan Puskesmas Abang 1 mengenai ASI eksklusif
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
4.7.1 Pengolahan Data
4.7.1.1 Editing
Peneliti melakukan pengecekan kuesioner dengan memastikan kejelasan
dan relevansi jawaban responden. Pengecekan kuesioner dilakukan setiap kali
kuesioner dikembalikan oleh responden dengan memberi tanda ceklist pada
kuesioner tersebut
4.7.1.2 Coding
Untuk mempermudah memasukkan data pada saat dilakukan
penghitungan, maka dilakukan coding yaitu dengan mengganti data yang ada
18
dalam kuesioner ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data
seperti komputer.
4.7.1.3 Entry data
Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh
responden ke software input komputer.
4.7.1.4 Cleaning
Memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin
pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya, yaitu dengan melakukan
pengecekan pengkodean kembali data yang asli dan melakukan perbaikan
kesalahan.
4.7.2 Analisis Data
4.7.2.1 Analisis Univariat
Analisa data dalam penelitian ini adalah univariat. Tujuan analisis
univariat menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian (Notoatmojo, 2006). Variabel yang diteliti berupa kategorik, yaitu
usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan suami, pengaruh orang
tua, dan dukungan petugas kesehatan. Hasil analisis penelitian ini berupa
perhitungan proporsi dari variable yang disajikan dalam bentuk tabel.
4.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mempelajari hubungan variabel ASI
eksklusif dan variabel seperi umur, tingkat pendidikan, status, pekerjaan ibu,
tingkat pengetahuan dan dukungan suami,keluarga dan petugas kesehatan.
19
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden
Berikut ini adalah informasi tentang karakteristik responden meliputi umur
pendidikan status pekerjaan dan tingkat pengetahuan terkait ASI eksklusif.
Table 5.1 Diskripsi Karakteristik responden dan tingkat pengetahuan (n=66)
Karakteristik Kategori Frekuensi Presentase (%)
Umur Muda 52 78.8
Tua 14 21.2
Pendidikan Rendah 33 50
Tinggi 33 50
Pekerjaan Tidak bekerja 20 36.4
Bekerja 46 63.6
Tingkat Pengetahuan Kurang 38 57.6
Baik 28 42.4
Pada table 5.1 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden,
diperoleh gambaran usia ibu yaitu 25 orang (78,8%) berusia muda dan hanya 12 orang
(21.2%) berusia tua ditemukan perbandingan yang tidak imbang antara dua kelompok
usia tersebut.
Berdasarkan tingkat pendidikan, responden terbagi atas dua kategori rendah dan
tinggi. Kategori rendah dan tinggi masing-masing berjumlah 33 orang (50%).
Ditemukan perbandingan yang seimbang diantara kedua populasi ini.
Pada penelitian ini, berdasarkan status pekerjaan diperoleh lebih dari separuh
ibu bekerja yaitu sebanyak 42 orang (63,6%) dan sebanyak 24 orang 36.4 % tidak
bekerja.
Berdasarkan tingkat pengetahuan lebih dari separuh responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 57,6% atau 38 orang dan sisanya sebesar
42,2% atau 28 orang memiliki pengetahuan terkait ASI eksklusif yang cukup baik.
19
20
Table 5.2 Diskripsi Karakteristik dukungan kepada responden terhadap
pemberian ASI eksklusif.
Karakteristik Kategori Frekuensi Presentase (%)
Dukungan Suami Mendukung 34 51.5
Tidak 32 48.5
Dukungan Orang Tua Mendukung 36 54.5
Tidak 30 45.5
Dukungan Tenaga
Kesehatan
Mendukung 53 80.3
Tidak 13 19.7
Pada tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik dukungan,
diperoleh gambaran dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu 34
orang (51.5%) mendukung dan 32 orang (48.5%) tidak menudukung.
Berdasarkan dukungan orang tua, frekuensi orang tua yang mendukung
pemberian ASI eksklusif lebih banyak dari pada yang tidak mendukung, yaitu 36
orang (54.5%) mendukung dan 30 orang (45.5%) tidak mendukung.
Berdasarkan dukungan dari tenaga kesehatan ditempat bersalin, frekuensi tenaga
kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif lebih dari separuh populasi,
yaitu 53 orang (80.3%) mendukung dan 13 orang (19.7%) tidak mendukung.
5.3 Pemberian ASI Eksklusif
Pada penelitian ini distribusi frekuensi berdasarkan gambaran pemberian ASI
yaitu sebesar 33,3% atau sebanyak 22 ibu memberikan ASI eksklusif, dan lebih dari
separuh responden atau 66,7% atau 44 orang ibu tidak memberikan asi eksklusif.
Tabel 5.3 Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Frekuensi Presentase
Tidak Eksklusif 44 66.7
Eksklusif 22 33.3
21
5.4 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik.
Dari hasil penelitian pada table 5.4 didapatkan gambaran asi eksklusif
berdasarkan karakteristik responden. Didapatkan proporsi ASI eksklusif terbanyak
pada ibu kelompok tingkat Pendidikan tinggi yaitu sebanyak 19 orang atau 57.6%,
lebih besar dibanding ibu dengan kelompok Pendidikan yang lebih rendah yaitu
sebanyak 8 orang atau sebesar 24.2%.
Pada table 5.4 juga menunjukan bahwa ada jumlah yang sama yaitu masing-
masing 7 orang atau 50% responden kelompok ibu usia tua yang memberikan asi
eksklusif dan tidak memberikan asi eksklusif. Sedangkan kelompok ibu usia muda
yang memberi asi eksklusif sebesar 28,8% atau sebanyak 15 orang. Pada populasi ibu
bekerja dan tidak bekerja memiliki proporsi yang sama untuk pemberian ASI
eksklusif yaitu sebesar 33,3%. Ibu yang termasuk kelompok tingkat pengetahuan baik
lebih banyak memberikan ASI-nya secara eksklusif yaitu sebesar 46.4% atau
sebanyak 13 orang responden. Sedangakn ibu dengan kelompok pengetahuannya
kurang hanya 9 orang responden atau sebesar 23.7% responden yang memberikan
ASI-nya secara eksklusif.
Tabel 5.4 Gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik ibu
dan tingkat pengetahuan
Variable Kategori
Pemberian ASI
Eksklusif Tidak Jumlah
F % F % F %
Umur Muda 15 28,8 37 71.2 52 100
Tua 7 50 7 50 14 100
Pendidikan Rendah 8 24.2 25 75.8 33 100
Tinggi 19 57.6 14 42.4 33 100
Pekerjaan Bekerja 14 30.4 32 69.2 46 100
Tidak Bekerja 8 40 12 60 20 100
Tingkat
Pengetahuan
Kurang 9 23.7 29 76.3 38 100
Baik 13 46.4 15 53.6 28 100
22
Berikut ini adalah informasi mengenai dukungan suami, keluarga responden dan
tenaga kesehatan di tempat bersalin mengenai pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.5 Dukungan Suami, Keluarga dan Tenaga Kesehatan di Tempat
Bersalinterhadap Pemberian ASI Eksklusif
Variable Kategori
Pemberian ASI
Eksklusif Tidak Jumlah
F % F % F %
Dukungan Suami Mendukung 14 41.2 20 58.8 34 100
Tidak 8 25.0 24 75.0 32 100
Dukungan Orang
Tua
Mendukung 13 36.1 23 63.9 36 100
Tidak 9 30.0 21 70.0 30 100
Dukungan Tenaga
Kesehatan
Mendukung 19 35.8 34 64.2 53 100
Tidak 3 23.1 10 76.9 13 100
Dari hasil penelitian pada table 5.5 didapatkan gambaran dukungan kepada
responden terhadap pemberian ASI eksklusif. Didapatkan proporsi responden yang
mendapatkan dukungan suami lebih besar peluangnya untuk memberikan ASI
eksklusif yaitu 14 orang atau 41.2%, dibandingkan dengan responden yang tidak
mendapatkan dukungan suami yaitu sebanyak 8 orang atau 25.0%.
Pemberian ASI eksklusif yang mendapat dukungan dari orang tua sebanyak 13
orang atau 36.1% lebih banyak dari pada yang tidak mendapat dukungan yaitu 9 orang
atau 30.0%, sebaliknya populasi yang tidak memberikan ASI ekslusif mendapat
dukungan orang tua sebanyak 23 orang atau 63.9% lebih banyak dari pada orang tua
yang tidak mendukung tidak diberikannya ASI eksklusif, yaitu 21 orang atau 70.0%.
Berdasarkan dukungan dari Tenaga Kesehatan di tempat bersalin, didapatkan
frekuensi responden yang memberikan ASI eksklusif sebagain besar mendapat
dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 19 orang atau 35,8% dan sebagian kecil yang
tidak mendapat dukungan yaitu hanya 3 orang atau 23.1 %.
23
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik dan tingkat
pengetahuan ibu di Wilayah Puskesmas Abang I, Karangasem, Bali.
Penelitian ini mendapatkan gambaran proporsi ibu yang memberikan ASI
eksklusif masih lebih rendah dibanding ibu yang memberikan ASI secara tidak
eksklusif, dimana ibu sudah memberikan minuman atau makanan lain selain ASI
sebelum bayi mereka berusia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini
hanya 33,3% dari responden, sehingga dapat dikatakan cakupan perilaku ibu
menyusui di walayah kerja Puskesmas Abang I masih rendah. Rendahnya pemberian
ASI eksklusif dalam penelitian ini kemungkinan karena pemberian susu formula yang
terlalu dini, selain itu ada juga responden yang memberikan air putih, ada juga yang
memberikan pisang pada bayinya saat usia bayi kurang dari 6 bulan. Hal tersebut
terjadi karena berbagai alasan diantaranya pekerjaan, pengetahuan atau kondisi lain
seperti ibu atau anak yang sakit.
Kelompok usia pada penelitian ini menggambarkan ibu dengan usia lebih tua
proporsinya lebih banyak memberika ASI secara eksklusif dibanding ibu yang lebih
muda yaitu sebesar 50% dari responden kelompok ibu dengan usia tua memberikan
ASI secara eksklusif dan hanya 28.8% kelompok ibu muda yang memberi ASI
eksklusif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Rawerangga tahun 2016 (Paschalia, 2017). Namun berbeda dengan penelitian yang di
lakukan di Jakarta dimana ASI eksklusif lebih banyak diberikan pada kelompok ibu
muda yaitu sebesar 17,1% dan hanya 9,4% pada kelompok ibu usia tua, namun tidak
ada hubungan signifikan anatara umur dan pemberian ASI eksklusif (Astuti, 2017).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa produksi ASI
bagi ibu menyusui yang ideal adalah umur 18- 30 tahun, sedangkan umur yang >30
tahun sangat berpengaruh pada produksi ASI, karena produksi ASI semakin menurun.
Umur >35 tahun dianggap kesehatan reproduksinya sudah mulai menurun. Pada ibu
yang usianya lebih tua, kemampuan ibu untuk menyusui dan memproduksi ASI-nya
23
24
lebih rendah dari pada ibu yang usianya lebih muda (Depkes, 2007). Perlu
diperhatikan pula pada penelitian ini jumlah responden ibu dengan kelompok usia tua
jauh lebih kecil dibandingkan ibu dengan kelompok usia muda, selain itu adanya
kemungkinan lain yaitu karena ibu yang bekerja lebih banyak pada kelompok usia
lebih muda, dan juga karena dipengaruhi pengalaman ibu menyusui sebelumnya yang
tidak di teliti dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, ibu dengan tingkat pengetahuan lebih tinggi lebih banyak
memberikan ASI secara eksklusif dibanding kelompok pendidikannya rendah yaitu
sebesar 57,6%. Hal ini serupa dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, salah
satunya penelitian yang dilakukan di Jakarta yaitu 24.4% ibu yang berpendidikan
tinggi memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pendidikan ibu berpengaruh terhadap
ASI eksklusif.. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih baik penerimaannya
terhadap ASI eksklusif serta lebih berupaya untuk mempraktikannya. Penyerapan
informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan
akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan
maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kemampuan
dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pemberian ASI. Tingkat pendidikan dapat
mendasari sikap ibu dalam menyerap dan mengubah sistem informasi tentang ASI
(Astuti, 2017).
Pada penelitian ini, didapat ibu dengan status ibu bekerja mayoritas tidak
memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebesar 69.2%. hasil ini memiliki hasil serupa
dengan penelitian di Jakarta tahun 2013 yang mendapatkan sekitar 76,1 % ibu yang
tidak memberi ASI secara eksklusif (Astuti, 2017). Namun berbeda dengan penelitian
di Puskesmas Cilacap Tengah 1 tahun 2017 yang mendapatkan 74% dari kelompok
ibu bekerja memberikan ASI secara eksklusif (Sohimah, 2017). Dalam
mempraktekkan pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini, ibu bekerja mempunyai
tantangan dalam memberikan ASInya, proses memerah ASI bagi ibu bekerja adalah
merupakan masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. Ibu kembali bekerja
penuh sebelum bayi berusia enam bulan menyebabkan pemberian ASI eksklusif ini
tidak berjalan sebagaimana seharusnya, belum lagi ditambah kondisi fisik dan mental
25
yag lelah karena harus bekerja sepanjang hari dan ditambah diet yang kurang memadai
jelas akan berakibat pada kelancaran produksi ASI ini pun juga terjadi pada penelitian
sebelimnya di jakarta (Astuti, 2017).
Berdasarkan tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi
responden dengan tingkat pengetahuan baik dan kurang. Responden dengan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 42.4%, namun dari besaran tersebut hanya 46,6% yang
memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan hanya 23.7% dari ibu berpengetahuan
kurang yang memberi ASI secara eksklusif. Hal ini serupa dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan baik cenderung
memiliki peluang 5,94 kali untuk memberi ASI eksklusif (Astuti, 2017).
Mayoritas ibu mengetahui pengertian dari ASI eksklusif yaitu memberikan ASI
saja tanpa makanan atau minuman lain sampai 6 bulan pertama kehidupan. Separuh
respondenmu sudah mengetahui kolostrum merupakan air susu yang kental berwarna
kekuningan yang biasanya pertama keluar.
Pada penelitian ini mendapatkan masih banyak responden yang belum
memahami perlunya menyusui sesegera mungkin setelah lahir, biasanya dalam 30
menit - 1 jam paska bayi dilahirkan atau biasanya disebut dengan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD). Responden mayoritas menjawab bahwa bayi biasanya disusui 1-24 jam
paska dilahirkan, dimana diakui hal tersebut merupakan pengalaman ibu saat
melahirkan. Padahal menurut kementrian kesehatan, IMD memiliki beberapa tujuan
diantaranya kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang, saat IMD
bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus
bayi sebagai perlindungan diri juga meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi
(Infodatin, 2014). Selain itu, mayoritas responden juga tidak melanjutkan pemberian
ASI saat usia bayi mencapai 12 bulan. Padahal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
menyarankan setelah bayi berusia 6 bulan akan mendapat makanan pendamping ASI
(MP-ASI) sesuai dengan usianya, sedangkan ASI tetap diberikan sampai anak berusia
2 tahun. Kandungan ASI memang tidak mencukupi untuk memenuhi tumbuh
kembang anak setelah usia 6 bulan namun peranan makanan tambahan sama sekali
bukan untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi ASI. Hal ini terjadi
26
salah satunya disebabkan oleh kepercayaan setempat juga ibu yang tidak ingin sulit
menyapih pemberian ASI kepada bayinya (Infodatin, 2014).
6.2 Dukungan Suami, Orang Tua dan Tenaga Kesehatan di Tempat Bersalin
Pada Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesms Abang I,
Karangasem, Bali.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dukungan suami pada ibu dalam memberikan
ASI eksklusif di wilayah Puskesms Abang I, Karangasem, Bali menunjukkan bahwa
memang proporsi responden yang mendapatkan dukungan suami lebih besar
peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang
tidak mendapatkan dukungan suami. Namun juga masih banyak ibu yang tidak
memberika ASI secara eksklusif padahal sudah mendapat dukungan dari suami.
Dukungan yang dimaksudkan berperan dalam kegiatan menyusui, dimana interaksi
antara ibu dengan suami memang dibutuhkan. Interaksi dapat berupa dukungan
suami kepada ibu yang menyusui, kemudian berdampak terhadap praktek pemberian
ASI eksklusif. Oleh karena itu, adanya dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif kepada ibu menyusui sangat dibutuhkan. Dukungan dari suami dapat
meningkatkan persepsi, motivasi, emosi dan sikap ibu. Selama ini, suami
menganggap dirinya hanya sebagai pengamat pasif pada proses pemberian ASI
eksklusif, padahal dukungan mereka memiliki peran dalam sikap dan perilaku ibu
dalam menyusui bayinya. Semakin besarnya dukungan yang didapatkan seorang ibu
dari suami untuk menyusui, maka akan semakin tinggi juga kemampuan dan kemauan
ibu dalam menyusui bayinya (Rahmawati, 2015).
Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di daerah
Urban Jakarta dan Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, yang membuktikan dukungan suami
berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami
membuat ibu berpeluang 5,1 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif
daripada yang tidak didukung suami (Handayani, 2018). Sama halnya dengan hasil
penelitian yang dilakukan di wilayah kelurahan Semanan Jakarta Barat dengan jumlah
sampel 82 orang, menyatakan bahwa ibu menyusui yang kurang mendapatkan
27
dukungan suami berjumlah 38 orang (46,3%) lebih banyak dari pada ibu menyusui
yang mendapatkan dukungan suami dengan baik yaitu sebanyak 36 orang (43.9%).
Hal ini karena faktor kebanyakan di daerah Jakarta masih banyak ibu yang bekerja
(Zakiyah, 2012). Sedangkan pada penelitian ini didapatkan alasan suami tidak
mendukung pemberian ASI eksklusif karena berbagai alasan, seperti tidak mengetahui
tentang pentingnya ASI eksklusif atau bahkan menyerahkan seluruh keputusan kepada
istri.
Alasan lain yang juga berperan yaitu dikarenakan adanya pengaruh gaya hidup
yang semakin modern dan kesibukan suami untuk mencari materi, sehingga
menjadikan suami kurang peduli dan kurang mendukung terhadap pemberian ASI
eksklusif, maka banyak ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan ASI lebih
awal. Pengetahuan suami yang kurang tentang manfaat ASI, serta iklan/promosi susu
formula, menjadikan suami ikut mendukung untuk memberikan makanan tambahan
atau memberi susu formula (Roesli, 2013).
Berdasarkan dukungan orang tua, didapatkan hasil distribusi ibu yang mendapat
dukungan dari orang tua dan memberikan ASI eksklusif pada penelitian ini tercatat
lebih banyak yaitu 13 orang atau 36.1%, dan yang tidak mendapat dukungan yaitu 9
orang atau 30.0% .Namun mayoritas ibu yang mendapat dukungan dari orang tua
masih belum memberikan ASI secara eksklusif, hal ini mungkin dikarenakan ibu yang
bekerja atau tidak tinggal serumah dengan orang tua. Hal tersebut tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan jumlah sampel
70 responden, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga yang baik dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi pemberian dukungan, maka ibu akan lebih termotivasi, semangat dan yakin
selama menyusui (Trisnawati, 2012).
Dukungan keluarga merupakan faktor pendorong ibu untuk memberikan ASI
eksklusif. Salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam
bentuk materi, bantuan fisik berupa alat atau lainnya yang mendukung dan membantu
ibu dalam proses menyusui. Kehadiran keluarga sangat penting untuk mendorong ibu
dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan
28
motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui. Peran keluarga dalam mendukung
ibu menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan yang
berasal dari keluarga baik suami, ibu mertua, dan anggota keluarga lainnya yang sudah
mempunyai pengalaman menyusui biasanya menjadi dominan terhadap ibu (Andarini,
2018).
Berdasarkan dukungan dari tenaga kesehatan di tempat bersalin, pada penelitian
ini didapatkan frekuensi responden yang memberikan ASI eksklusif sebagain besar
mendapat dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 19 orang atau 35,8% dan hanya
sebagian kecil yang tidak mendapat dukungan yaitu 3 orang atau 23.1%. Namun
masih ada lebih dari separuh jumlah responden yang mendapat dukungan tenaga
kesehatan belum memberikan ASI eksklusif, hal ini disebabkan karena pada
penelitian ini hanya menekankan pada petugas kesehatan yang memberikan susu
formula sebelum bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang, yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI
esksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari bidan mempunyai peluang 2,48
kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang kurang
mendapat dukungan dari bidan (Ariwati, 2014). Hasil yang sama juga didapatkan dari
penelitian yang dilakukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian
ASI eksklusif. Responden yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari
petugas kesehatan akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yang akan
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif (Lestari, 2009).
Secara teoritis petugas kesehatan yang mempunyai sikap positif terhadap
pemberian ASI eksklusif dan mau memotivasi ibu-ibu untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayinya akan berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif. Seorang
ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang manfaat ASI eksklusif serta
tidak dimotivasi oleh petugas kesehatan cenderung untuk tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Jadi peran petugas kesehatan merupakan salah satu faktor
29
penentu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Dwiani, 2014).
Dukungan petugas kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan, dan
mendukung usaha menyusui harus dapat dilihat dalam segi keterlibatannya yang luas
dalam aspek sosial. Sebagai individu yang bertanggung jawab dalam perawatan
kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat mempengaruhi
organisasi dan fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun setelah
kehamilan dan persalinan. Semua subjek, baik yang melahirkan di rumah maupun di
rumah bersalin atau rumah sakit pernah memeriksakan kehamilannya ke bidan
(Dwiani, 2014).
6.3 Kelemahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner hanya
menggali tentang dukungan fisik terhadap ibu, tidak menggali tentang dukungan
dukungan dari suami, orang tua dan petugas kesehatan secara emosional dan dukungan
berupa pengetahuan kepada ibu terkait dalam pemberian ASI eksklusif. Suami atau
orang tua yang mendukung bisa saja belum tentu mengerti tentang pentingnya ASI
eksklusif dan menyerahkan seluruh keputusan masalah nutrisi kepada istri atau ibu.
Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling yaitu consecutive
sampling yang di mana respondennya merupakan ibu yang datang ke Posyandu tidak
diacak, sehingga hasilnya mungkin belum dapat digeneralisasi pada populasi
sebenarnya. Selain itu, penelitian ini tidak meneliti tingkat pengetahuan mengenai ASI
eksklusif secara komponen yang terbagi dan tidak meneliti tentang sikap dan perilaku
ASI eksklusif.
Pengalaman menyusui juga jumlah paritas tidak diteliti lebih lanjut, di mana hal
ini seharusnya dapat dihubungkan dengan karakteristik demografi, contohnya ibu yang
memiliki anak jarak usia anak sempit sehingga ibu lebih sulit pemberian ASI secara
eksklusif.
30
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas
Abang 1 tahun 2019, pada ibu dengan tingkat pengetahuan baik lebih banyak
memberikan ASI eksklusif , hal ini karena masih kurangnya edukasi yang baik dan
menyeluruh mengenai ASI eksklusif.
Pada penelitian ini masih banyak ibu yang memperoleh dukungan suami dan
orang tua namun belum memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan
separuh dari ibu yang mendapat dukungan suami dan orang tua yang belum
memberikan ASI secara eksklusif. Dukungan tenaga kesehatan untuk pemberian ASI
eksklusif relatif tinggi hingga mencapai 80,3%, dikarenakan dukungan dari petugas
kesehatan memang menjadi salah satu peran penting dalam keberhasilan pemberian
ASI eksklusif.
Ibu berpendidikan tinggi lebih banyak memberikan ASI Eksklusif karena akan
lebih baik dalam penyerapan informasi dan lebih berupaya untuk mempraktikannya.
Berdasarkan hasil status pekerjaan diperoleh mayoritas ibu bekerja. Sehingga tidak
memberikan ASI eksklusif, dikarenakan alasan kesulitan memerah, kondisi yang tidak
memadai sepulang bekerja dan ibu kembali bekerja sebelum bayi berusia 6 bulan.
7.2 Saran
Saran bagi tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Abang 1 adalah untuk
lebih menekankan pada konseling dan edukasi terkait ASI eksklusif secara rata dan
menyeluruh guna mengetahui hambatan dan keluhan ibu yang sebenarnya dalam
memberikan ASI eksklusif.
Selain itu, bagi penelitian selanjutnya terkait ASI eksklusif di Puskesmas Abang
1, diharapkan dapat meneliti lebih banyak variable pengetahuan, dukungan emosi dan
dukungan informasi dari suami, orangtua dan tenaga kesehatan. juga meneliti tentang
sikap terhadap ASI eksklusif, sehingga mampu membuktikan faktor-faktor penyebab
terkait masih rendahnya cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Abang 1.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Andarini. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Desa Bubakan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ariwati, V.D., Rosyidi, M.I & Pranowowati, P. 2004. Hubungan Dukungan Bidan
Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran: Semarang.
Arlotti JP, Cottrell BH, Lee SH, Curtin JJ.2009 Breastfeeding Among Low-Income
Women With And Without Peer Support. Journal Of Community Health
Nursing. Sep 1;15(3):163-78.
Astuti, I. 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jurnal
HealthQuality. [Online] Available at: Https:
//Www.Poltekkesjakarta1.Ac.Id/File/Dokumen/41Jurnal_ISRONI.Pdf
[Accessed 25 Aug. 2019].
Bhandari N, Bahl R, Mazumdar S, Martines J, Black RE, Bhan MK.2003 Effect Of
Community-Based Promotion Of Exclusive Breastfeeding On Diarrhoeal Illness
And Growth: A Cluster Randomized Controlled Trial. Infant Feeding Study
Group. Lancet 361: 1418 –1423.
(Abstract)
Chezem J, Friesen C, Boettcher J. Breastfeeding Knowledge, Breastfeeding
Confidence, And Infant Feeding Plans: Effects On Actual Feeding Practices.
Journal Of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. 2003 Jan;32(1):40-7.
Cohen R, Lange L, Slusser W. A Description Of A Male-Focused
Breastfeeding Promotion Corporate Lactation Program. J Hum Lact
2002; 18: 61–65.
32
Dwiani A, Destriatania S, Mutahar R. Analysis Of The Factors Relating To The
Granting Of Exclusive Breastfeeding At Dempo Health Centres Palembang And
Simpang Timbangan Health Centres Ogan Ilir 2012. J Ilmu Kesehat Masy.
2014;5(1):9–18.
Ferawati, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif Pada Anak Umur 6-24 Bulan Di Kelurahan Pondok Cina Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2010, Skripsi, FKM UI, Depok.
Handayani SL, Putri ST, Soemantri B. Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemberian
ASI Eksklusif. J Pendidik Keperawatan Indones. 2018;1(2):116.
Infodatin. (2014). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Lestari, Sri. 2009 Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 0-
12 Bulan Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Di Kelurahan Bagan Deli Kec.
Medan Belawan. Skripsi FKM USU, Medan.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mahtab S, 2007; Maternal Nutrition Status And Practice & Perinatal, Neonatal
Mortality In Rural Andhara Pradesh, India., Indian J Med Res 127, January 2008,
Pp 44-51
Nilakusumah,2015. Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Pemberian Asi
Eksklusif,Tingkat Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Pasir,Jurnal FK Unand.Padang
Notoatmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta. PT Renika
Cipta.
Paschalia, Y.2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Rewarangga. [Online] Available At:
Http://Jurnal.Poltekeskupang.Ac.Id/Index.Php/Jkp/Article/View/78/76
[Accessed 26 Aug. 2019].
Prawirohardjo Dkk, 2004 Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Sarwono
Prawirohardjo,
33
Proverawati, A. Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi Dan Kebidanan. Nuha Medika,
Yogyakarta
Rachmaniah, Nova. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan
Tindakan ASI Eksklusif. FKM Muhammadiah,.Surakarta
Rahmawati A, Susilowati B 2015. Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif Pada Husband Support With Exclusive Breastfeeding.;25–35.
Rahmi, Halohalo Parenting Guide, Menyusui Dini Cegah Kematian Balita. Selasa, 29-
Januari-2008 20:36:07
Ramadani, M. And Hadi, E. 2010. Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Kesmas:
National Public Health Journal, 4(6), P.269.
Riskesdas,2013.Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
Roesli, 2005 Mengenal ASI Ekkslusif Seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara,
Roesli U. 2013. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Sohimah, 2019. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Air Susu Ibu (Asi)
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap
Tahun 2017. Akbid YLPP Purwokerto, 8(2).
Stuebe AM, Bonuck K. 2011. What Predicts Intent To Breastfeed Exclusively?
Breastfeeding Knowledge, Attitudes, And Beliefs In A Diverse Urban
Population. Breastfeeding Medicine;6(6):413-20.
Tohotoa J, Maycock B, Hauck YL, Howat P, Burns S, Binns CW. 2009.An
Exploratory Study Of Paternal Support For Breastfeeding In Perth, Western
Australia. International Breastfeeding Journal.;4(1):15.
Trisnawati E, I Muchmudah & S. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian ASI Eksklusifdi Wilayah Kerja Puskesmas Ngalihan Semarang
Widiastuti, 2004, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Usia 0-4 Bulan Di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten
Lampung Barat, FKM UI. Depok
34
WHO. 1998 Evidence For The Ten Steps To Successful Breastfeeding. Geneva,
Switzerland: Family And Reproductive Health, Division Of Child Health And
Development, WHO
Zakiyah,2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012 (Diunduh
Pada 18 April 2015)
35
LAMPIRAN I
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN ORANG
TUA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ABANG 1 TAHUN 2019
TUJUAN KEGIATAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai sejak masa hamil, bayi, anak
sekolah, dewasa, sampai usia lanjut atau yang dikenal dengan perjalanan siklus
kehidupan. Setiap saat dari siklus tersebut manusia memerlukan makanan yang
berbeda-beda dan harus dipenuhi secara tepat. Pola pemberian makanan terbaik bagi
bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah menjadi rekomendasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif. ASI kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan
tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif
dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Pemberian ASI eksklusif dapat
peningkatan derajat kesehatan bayi serta rendahnya cakupan pemberian ASI.
Pemberian ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan dan
dukungan orang terdekat Ibu. ,maka penelitian ini memiliki tujuan untuk :
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu dan dukungan orangtua tentang
ASI eksklusif
2. Menghasilkan rekomendasi terkait program kerja puskesmas terkait ASI
eksklusif
PROSEDUR KEGIATAN
Kegitan ini merupakan upaya untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan cara pemberian ASI eksklusif yang peneliti ingin ketahui melalui tingkat
36
pengetahuan Ibu dan dukungan orang tua tentang ASI eksklusif. Kegiatan ini bertujuan
mengidentifikasi karakterstik Ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan),
dukungan suami, orang tua, dan petugas kesehatan di Puskesmas Abang 1) dan
mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif berdasarkan karakteristik, dukungan suami,
orang tua dan petugas kesehatan. Kegiatan ini akan dilakukan dalam 5 tahap, yaitu 1)
peneliti datang ke Posyandu di lingkungan Puskesmas Abang 1, 2) peneliti menyeleksi
calon responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, 3) peneliti meminta
kesediaan masyarakat yang berkunjung untuk menjadi responden dalam penelitian
dengan menandatangani informed consent 4) peneliti meminta responden untuk
mengisi kuisioner 5) data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian
dikumpulkan dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu
dan dukungan orang tua tentang ASI eksklusif di lingkungan Puskesmas Abang 1.
PARTISIPASI SUKARELA
Partisipasi Anda dalam kegiatan ini sepenuhnya bersifat sukarela dan tidak terdapat
risiko yang diketahui dapat terjadi jika Anda berpartisipasi dalam kegiatan ini. Anda
dapat menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini juga tidak akan memiliki
risiko apapun. Anda dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang manapun
seandainya Anda tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya,
Anda juga dapat menghentikan partisipasi dalam kegiatan ini kapan saja tanpa
dampak negatif apapun, dengan cara memberitahukan keputusan Anda tersebut
kepada kami.
KETIDAKNYAMANAN DAN RISIKO
Tidak diketahui adanya risiko terjadinya dampak negatif tertentu jika Anda
berpartisipasi dalam kegiatan ini.
MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan ini diharapkan nantinya bermanfaat agar seluruh bayi khususnya usia 0-6
bulan di wilayah kerja puskesmas abang 1 dapat mendapatkan ASI secara eksklusif
37
sehingga bayi mendapatkan gizi terbaik sekaligus antibody yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit.
KOMPENSASI
Responden ini tidak mendapatkan imbalan jika bersedia mengikuti kegiatan ini
(bersifat sukarela).
PERNYATAAN KERAHASIAAN
Data terkait partisipasi anda akan digunakan untuk tujuan dan kepentingan kegiatan
ini. Data hasil kegiatan ini mungkin akan disimpan secara internal dalam jangka
waktu yang tidak dapat ditentukan. Nama dan semua informasi yang anda berikan
akan dirahasiakan dan disimpan ditempat yang aman .
PERNYATAAN DAN HAK UNTUK MENGUNDURKAN DIRI
Anda dapat mengundurkan diri dari kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi
apapun. Anda dapat menghubungi peneliti dibawah ini jika anda memiliki
pertanyaan terkait kegiatan ini. Peneliti : Putu Ayu Larasati (HP: 082247668885)
dan Ellintang Charisma Dewi (HP: 081239527573)
PERNYATAAN PARTISIPAN
Saya telah diberikan informasi secara lisan dan tertulis mengenai kegiatan ini dan
mengerti mengenai apa saja yang akan dilakukan. Saya juga mengetahui siapa yang
dapat dihubungi jika saya memiliki pertanyaan. Saya mengerti bahwa kerahasiaan
data saya terjamin. Saya mengerti bahwa saya dapat mengundurkan diri dari
kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi apapun. Saya setuju untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ini secara sukarela.
Tanda Tangan :_________________________
Nama :_________________________
PERNYATAAN PELAKSANA KEGIATAN
38
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini, telah menjelaskan kepada partisipan dalam
bahasa yang dapat dimengerti, mengenai prosedur kegiatan, tujuan, risiko dan
manfaat terkaitpartisipasinya dalam kegiatan ini. Saya telah memberikn informasi
kepada partisipan bahwa kerahasiaannya akan dijaga, dan bahwa ia dapat
mengundurkan diri dari kegiatan ini kapan saja tanpa mempengaruhi apapun.
Setelah penjelasan diberikan, partisipan bersedia untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ini.
Tanggal : _________________________
Nama pelaksana kegiatan yang memberikan informasi : ______________________
Tanda pelaksana kegiatan : _________________________
39
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode Responden : (diisi oleh peneliti)
Nama Responden :
Tanggal Pengambilan Data :
Alamat Ibu :
Petunjuk Pengisian
Isilah pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda bulatan (pilihan a, b, c, atau d).
jika terjadi kesalahan dalam pengisian atau anda ingin mengubah jawaban beri
tanda (=)
1. Karakteristik sosiodemografi
1. Umur : …………Tahun
2. Pendidikan: : a. tidak tamat SD b.Tamat SD c. Tamat SMP
d.Tamat SMA e. tamat d 3 / PT
3. Pekerjaan : a. Bekerja b. Tidak Bekerja
4. Siapa yang membantu proses kelahiran anak terakhir ibu:
a. Bidan/dr.umum b. Dukun
2. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Pada usia berapa bayi ibu diberikan makanan selain ASI seperti (air, madu,
susu formula, pisang dll)...............bulan
3. PENGETAHUAN IBU
1. Apa yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif ?
a. Memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
b. Memberi ASI diselingi dengan member susu formula
c. Memberi ASI, air putih dan susu formula secara bergantian
d. Tidak tahu
40
2. Menurut ibu apa itu Kolostrum ?
a. ASI yang berwarna putih
b. ASI yang encer
c. ASI yang pertama kali keluar, kental berwarna kekuning-kuningan
d. Tidak tahu
3. Menurut ibu, apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi?
a. bayi menjadi cerdas dan tidak mudah sakit.
b. bayi menjadi montok
c. supaya bayi cepat kenyang
d. tidak tahu
4. Menurut ibu sampai usia berapa sebaiknya anak harus diberikan ASI
saja tanpa makanan/minuman tambahan ?
a. 6 bulan
b. Kurang dari 6 bulan, bayi dapat diberi makanan selain ASI
c. Segera lahir bayi diberi madu
d. Tidak Tahu
5. Menurut ibu berapa kali sebaiknya bayi disusui dalam sehari ?
a. Satu jam sekali
b. 8-12 kali sehari
c. Bayi disusui kapanpun bayi mau
d. Tidak tahu
6. Manurut ibu sebaiknya menyusui itu sampai bayi berumur berapa ?
a. 4 bulan
b. 12 bulan
c. 24 bulan
d. Tidak tahun
7. Jika ASI yang keluar masih sedikit apa yang harus dilakukan ibu?
a. Menambah minum bayi dengan susu formula
b. Tetap menyusui dan semakin sering menyusui ASI
c. Berhenti menyusui dan memberi minum susu botol
41
d. Tidak tahu
8. Menurut ibu kapan bayi mulai disusui?
a. kurang dari ½ jam setelah lahir, bayi bisa disusui
b. 1-24 jam setelah bayi dilahirkan bayi disusui
c. Lebih dari 24 jam setelah lahir bayi baru bisa disusui
d. Tidak tahu
9. Jika payudara bengkak apa yang ibu lakukan?
a. Berhenti menyusui
b. Tetap menyusui dan melakukan perawatan payudara
c. Bayi tidak boleh menyusu dari payudara
d. Tidak tahu
4. DUKUNGAN KELUARGA
1. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan suami ibu meganjurkan
ibu memberi pisang, susu formula, air putih, kopi dll?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan orang tua/mertua ibu
meganjurkan ibu memberi pisang, susu formula, air putih,kopi dll ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Apakah petugas kesehatan di tempat ibu bersalin (dokter, bidan,
petugas puskesmas) pernah memberikan susu formula kepada bayi
sebelum usia 6 bulan ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
42
LAMPIRAN II
FOTO KEGIATAN