gambaran tingkat kooperasi pasien dengan …

20
1 GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN PERAWATAN ORTODONTI CEKAT DI KLINIK SPESIALIS ORTODONTI RSGM-P FKG UI Saskia Paramita, Erwin Siregar, Sariesendy Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi ABSTRAK Latar Belakang: Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang membutuhkan biaya yang mahal dan waktu perawatan yang tidak sebentar, karena itu kooperasi pasien menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan hasil dari perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 94 pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI yang sudah dirawat selama paling sedikit 12 bulan. Pasien diminta mengisi kuesioner tentang tingkat kooperasi dalam perawatan ortodonti yang digambarkan melalui frekuensi pembatalan kontrol rutin dalam 12 bulan terakhir. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI. Hasil: 43,6% pasien tergolong kooperatif, 43,6% pasien tergolong cukup kooperatif, 7,4% pasien tergolong tidak kooperatif, dan 5,3% pasien tergolong sangat tidak kooperatif. Kesimpulan: Sebagian besar pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI tergolong kooperatif dan cukup kooperatif. KATA KUNCI : Gambaran; kooperasi; ortodonti cekat ABSTRACT Background: Orthodontic treatment requires high cost and long duration of treatment. Therefore, patient’s cooperation becomes an important factor in determining the result of orthodontic treatment. Objective: To understand the cooperation level of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI. Methods: A descriptive study of 94 patients with fixed orthodontic treatment that have been treated for at least 12 months. They are asked to fill a questionnaire about cooperation in orthodontic treatment predicted by frequency of miss-appointments in last 12 months. A univariate analysis is used to understand the distribution of cooperation level in patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI. Results: 43.6% patients are cooperative, 43.6% patients are cooperative-enough, 7.4% patients are non-cooperative, and 5.3% patients are very non-cooperative. Conclusion: Majority of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI are cooperative and cooperative-enough. KEYWORDS : Description; cooperative; fixed orthodontic treatment Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

1

GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN PERAWATAN ORTODONTI CEKAT DI KLINIK SPESIALIS

ORTODONTI RSGM-P FKG UI

Saskia Paramita, Erwin Siregar, Sariesendy Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi

ABSTRAK Latar Belakang: Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang membutuhkan biaya yang mahal dan waktu perawatan yang tidak sebentar, karena itu kooperasi pasien menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan hasil dari perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 94 pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI yang sudah dirawat selama paling sedikit 12 bulan. Pasien diminta mengisi kuesioner tentang tingkat kooperasi dalam perawatan ortodonti yang digambarkan melalui frekuensi pembatalan kontrol rutin dalam 12 bulan terakhir. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI. Hasil: 43,6% pasien tergolong kooperatif, 43,6% pasien tergolong cukup kooperatif, 7,4% pasien tergolong tidak kooperatif, dan 5,3% pasien tergolong sangat tidak kooperatif. Kesimpulan: Sebagian besar pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P FKG UI tergolong kooperatif dan cukup kooperatif. KATA KUNCI : Gambaran; kooperasi; ortodonti cekat

ABSTRACT Background: Orthodontic treatment requires high cost and long duration of treatment. Therefore, patient’s cooperation becomes an important factor in determining the result of orthodontic treatment. Objective: To understand the cooperation level of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI. Methods: A descriptive study of 94 patients with fixed orthodontic treatment that have been treated for at least 12 months. They are asked to fill a questionnaire about cooperation in orthodontic treatment predicted by frequency of miss-appointments in last 12 months. A univariate analysis is used to understand the distribution of cooperation level in patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI. Results: 43.6% patients are cooperative, 43.6% patients are cooperative-enough, 7.4% patients are non-cooperative, and 5.3% patients are very non-cooperative. Conclusion: Majority of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI are cooperative and cooperative-enough. KEYWORDS : Description; cooperative; fixed orthodontic treatment

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 2: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

2

PENDAHULUAN Perawatan ortodonti adalah perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi,

mendapatkan struktur yang seimbang dan estetis yang harmonis dari regio orofasial dengan

cara merapikan susunan gigi geligi yang tidak rapi.1, 2 Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan diagnosis yang tepat, penggunaan alat yang tepat, dan yang tak kalah penting

adalah kooperasi yang baik dari pasien dalam menjalani perawatan.

Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang membutuhkan biaya yang mahal dan

waktu perawatan yang tidak sebentar.2, 3 Oleh sebab itu, kooperasi pasien merupakan faktor

yang sangat menentukan hasil perawatan ortodonti. Kooperasi pasien dalam perawatan

ortodonti dapat dilihat dari kepatuhan pasien dalam mengikuti instruksi yang diberikan oleh

dokter gigi seperti menjaga kebersihan gigi, menjaga alat ortodonti yang dipakainya, serta

melakukan kunjungan untuk kontrol rutin.4 Pasien yang kurang kooperatif membutuhkan

waktu perawatan yang lebih lama untuk menyelesaikan perawatan.5

Perilaku dan sikap kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti dapat dipengaruhi oleh

berbagai hal seperti dukungan orang tua terhadap perawatan, tingkat pendidikan pasien, status

sosio-ekonomi pasien, komunikasi yang terbentuk antara operator dan pasien, serta

kepribadian dan temperamen pasien itu sendiri.4, 6

Besarnya pengaruh kooperasi pasien dalam menentukan hasil perawatan ortodonti

menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis

ortodonti RSGM-P FKG UI

TINJAUAN TEORITIS Kooperasi Pasien

Kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti merupakan hal yang sangat penting

untuk menentukan hasil dan waktu perawatan.5 Berdasarkan tingkat kooperasinya, pasien

ortodonti dibedakan menjadi pasien yang kooperatif dan pasien yang non-kooperatif. Pasien

ortodonti yang kooperatif merupakan pasien yang menjaga kebersihan rongga mulutnya,

menggunakan alat ortodonti sesuai instruksi dan tidak menyalahgunakannya, menjaga pola

makan, serta menepati jadwal kunjungan untuk kontrol rutin.7 Sebaliknya, pasien yang non-

kooperatif bersikap tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan dokter gigi selama

perawatan. Sikap pasien yang kooperatif akan mendukung perawatan sehingga tujuan estetik

tercapai dan didapat hasil perawatan yang memuaskan bagi pasien dan operator. Sikap yang

tidak kooperatif dari pasien akan berdampak pada lamanya waktu perawatan, kerusakan pada

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 3: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

3

gigi dan jaringan periodonsium, relapse pada gigi geligi setelah perawatan dan akan

menimbulkan stres pada pasien dan juga operator.8

Banyak faktor yang dinilai dapat mempengaruhi tingkat kooperasi pasien dalam

perawatan ortodonti. Pada penelitian ini faktor yang dinilai adalah usia, gender, status sosio-

ekonomi, dukungan keluarga, sikap operator ortodonti, serta motivasi pasien dalam

mendapatkan perawatan ortodonti.4-6

Riset-riset terdahulu telah banyak meneliti mengenai hubungan antara gender atau

jenis kelamin dengan kooperasi pada perawatan ortodonti. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa tidak ada perbedaan tingkat kooperasi dalam perawatan ortodonti pada lak-laki dan

perempuan.9, 10 Namun, beberapa riset yang lain membuktikan bahwa perempuan

menunjukkan sikap yang lebih kooperatif dibandingkan laki-laki.7 Beberapa penelitian yang

meneliti hubungan usia dengan perilaku pasien dalam perawatan ortodonti berpendapat bahwa

usia tidak mempengaruhi tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti.9, 10 Pendapat

ini bertentangan dengan pendapat Egolf yang menyebutkan bahwa pasien berusia 12 tahun

atau lebih muda memiliki sikap yang lebih kooperatif jika dibandingkan dengan pasien yang

berusia lebih tua.7

Status sosio-ekonomi seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya tingkat

pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan atau penghasilan. Graber berpendapat, yang

dikutip dari Sergl, bahwa keturunan yang berasal dari keluarga dengan status sosio-ekonomi

yang tinggi, cenderung memiliki kooperasi yang baik dalam perawatan.11 Namun pendapat ini

bertentangan dengan studi yang dilakukan oleh Starnbach dan Crawford (Egolf, 1990), pasien

dengan kondisi sosio-ekonomi menengah ke bawah memiliki sikap yang lebih kooperatif.7

Motivasi pasien dalam mendapatkan perawatan ortodonti merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat kooperasi dalam perawatan.5 Menurut Proffit, pasien yang

melakukan perawatan ortodonti atas dasar motivasi internal umumnya memiliki tingkat

kooperasi yang lebih baik dibandingkan pasien dengan motivasi eksternal.1

Kondisi keluarga, terutama orang tua, juga dinilai memiliki peran terhadap perilaku

pasien dalam perawatan ortodonti, terutama pada pasien anak-anak.12 Hal ini telah dibuktikan

dalam penelitian Bartsch, et al. Derajat kepedulian orang tua terhadap maloklusi, perilaku

orang tua yang baik terhadap perawatan dan keinginan yang tinggi untuk mendapatkan hasil

perawatan yang baik akan meningkatkan sikap kooperatif anak.13

Faktor lain yang dinilai dapat mempengaruhi perilaku pasien dalam menjalani

perawatan adalah sikap operator ortodonti. Riset telah membuktikan bahwa jika operator

menunjukkan rasa simpati dan serta perhatian pada perawatan pasien, yang ditunjukkan

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 4: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

4

dengan cara komunikasi dan bahasa tubuh yang ramah, pasien akan merasa nyaman dan

diterima sehingga tingkat kooperasi pasien pun akan meningkat seiring dengan perasaan

nyaman yang ia rasakan dalam perawatan giginya.13

Perawatan Ortodonti

American Board of Orthodontics (ABO) mendefinisikan ortodonti sebagai area

spesifik dari profesi kedokteran gigi yang mempelajari dan mensupervisi pertumbuhan dan

perkembangan dari gigi geligi beserta struktur anatomi yang terkait sejak lahir sampai

dewasanya kondisi gigi geligi, termasuk segala prosedur preventif dan korektif pada kondisi

gigi yang tidak beraturan yang membutuhkan reposisi gigi dengan menggunakan alat

fungsional dan mekanis untuk mencapai oklusi normal dan kontur wajah yang memuaskan.14

Menurut Abtahi, perawatan ortodonti merupakan perawatan yang memanfaatkan tekanan

mekanis pada gigi dan jaringan periodonsium untuk membentuk respon biologis, yang

kemudian akan memicu pergerakan gigi.15

Perawatan ortodonti dapat memperbaiki kondisi maloklusi dan malposisi gigi seperti

gigi berjejal (crowding), inklinasi yang tidak sesuai, rotasi, diastema (spacing), gigitan

terbuka (open bite), gigitan dalam (deep bite), gigitan silang (cross bite), dan sebagainya.

Proffit mengklasifikasikan indikasi perawatan ortodonti ke dalam lima kelompok, yaitu:1

a. indikasi psikososial. Pasien yang memiliki masalah psikososial dan kepercayaan diri akibat

tampilan wajah dan susunan gigi geliginya membutuhkan perawatan ortodonti.

b. indikasi perkembangan. Perawatan ortodonti dilakukan untuk menjaga tahap tumbuh

kembang yang mungkin mengalami gangguan yang dapat mengarah ke maloklusi.

c. indikasi fungsional. Pasien yang mengalami gangguan fungsi seperti mengunyah, bicara

dan menelan memerlukan perawatan ortodonti.

d. indikasi kontrol trauma atau penyakit. Perawatan ortodonti dibutuhkan untuk mencegah

terjadinya trauma dan mengurangi potensi terjadinya penyakit, seperti karies dan penyakit

periodontal, pada pasien yang memiliki maloklusi.

e. Sebagai perawatan pendukung. Perawatan ortodonti dapat dilakukan sebagai perawatan

pre-prostodontik dan pre-endodontik.

Secara umum perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki fungsi, mendapatkan

struktur yang seimbang dan estetis yang harmonis dari regio orofacial dengan cara merapikan

susunan gigi geligi yang tidak rapi.1, 2 Tujuan utama perawatan ortodonti sekarang adalah

untuk mendapatkan hubungan dan adaptasi yang baik dari jaringan lunak. Sedangkan tujuan

sekunder dari perawatan ini adalah untuk mendapatkan oklusi yang fungsional.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 5: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

5

Ada tiga macam perawatan ortodonti, yaitu ortodonti preventif, ortodonti interseptif

dan ortodonti kuratif. Ortodontik preventif adalah tindakan untuk mempertahankan integritas

oklusi normal pada jangka waktu tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya maloklusi.14

Perawatan ortodonti interseptif bertujuan untuk memperbaiki kondisi maloklusi ringan agar

pertumbuhan selanjutnya dapat berjalan dengan normal sehingga tidak terjadi maloklusi yang

lebih parah.1 Sedangkan perawatan ortodonti kuratif adalah perawatan yang bertujuan untuk

mengoreksi kondisi maloklusi yang telah berkembang.1

Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam alat, yaitu alat

lepasan dan alat cekat. Alat ortodonti lepasan merupakan alat ortodonti yang dapat dilepas

dan dipasang sendiri oleh pasien tanpa bantuan operator. Alat lepasan hanya diindikasikan

untuk kasus kelainan gigi yang tidak terlalu komplek. Alat ortodonti cekat merupakan alat

ortodonti yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien. Alat ini direkatkan ke gigi

menggunakan sistem direct bonding. Perawatan dengan alat ortodonti cekat diindikasikan

untuk kelainan gigi yang kompleks dan sudah melibatkan rahang pada pasien yang berusia di

atas dua belas tahun, dimana semua gigi permanen sudah tubuh kecuali gigi molar 3.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk melihat gambaran tingkat

kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat. Penelitian ini dilakukan di RSGM-P FKG

UI pada tanggal 31 November sampai dengan 21 Desember 2012. Subjek penelitian ini adalah

pasien yang sudah menjalani perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGM-P

FKG UI selama minimal 12 bulan sejumlah 94 orang. Subjek diberikan kuesioner yang

digunakan untuk mengukur tingkat kooperasinya dalam perawatan ortodonti dan mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kooperasinya. Sebelumnya telah dilakukan

pengujian reliabilitas kuesioner dengan nilai koefisien Cronbach’s alpha 0,649. Setelah data

dari subjek didapatkan, dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi

tingkat kooperasi dari pasien ortodonti cekat dan untuk mengetahui distribusi frekuensi

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kooperasi tersebut. Bentuk kooperasi pasien yang

diukur dalam penelitian ini yaitu kepatuhan pasien dalam melakukan kontrol rutin dalam 12

bulan terakhir, yang biasanya dilakukan setiap 4 sampai 6 minggu sekali.16 Dalam penelitian

ini, pasien dikategorikan kooperatif apabila pasien selalu melakukan kontrol rutin tepat waktu

sesuai dengan instruksi yang diberikan dokter gigi yang merawatnya. Kategori kedua yaitu

cukup kooperatif, apabila pasien pernah tidak menepati jadwal kontrol sebanyak 1 sampai 3

kali. Kategori berikutnya yaitu tidak kooperatif, apabila pasien pasien pernah tidak menepati

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 6: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

6

jadwal kontrol sebanyak 4 sampai 6 kali. Kategori terakhir yaitu sangat tidak kooperatif,

apabila pasien pasien pernah tidak menepati jadwal kontrol sebanyak lebih dari 6 kali.

HASIL PENELITIAN

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 94 responden (100%). Responden merupakan pasien

yang telah menjalani perawatan dengan alat ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti

RSGM-P FKG UI selama paling sedikit 12 bulan. Jumlah responden laki-laki yaitu 19 orang

atau 20,2% dan responden perempuan berjumlah 75 orang atau 79,8%.

Jika dilihat distribusi berdasarkan kelompok usianya, 1 orang responden (1,1%) berada

dalam kelompok usia kurang dari 13 tahun, 15 orang responden (16,0%) berada dalam

kelompok usia antara 13 sampai 18 tahun, 75 responden (79,8%) berada dalam kelompok usia

antara 19 sampai 40 tahun, dan 3 responden (3,2 %) berada dalam kelompok usia lebih dari

40 tahun.

Status sosio-ekonomi responden dapat dilihat dari pekerjaan, tingkat pendidikan

terakhir dan tingkat penghasilan per bulan. 14 orang responden (14,9%) merupakan pelajar,

44 orang responden (46,8%) merupakan mahasiswa, 5 orang responden (5,3%) merupakan

pegawai negeri, 17 orang responden (18,1%) merupakan pegawai swasta, 8 orang (8,5%)

merupakan wiraswasta, 2 orang responden (2,1%) tidak bekerja, dan 4 orang responden

(4,3%) lain-lain (guru, dokter gigi dan BUMN).

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang diterima responden, 7 orang responden

(7,4%) merupakan lulusan SD, 8 orang responden (8,5%) merupakan lulusan SMP, 31 orang

responden (33,0%) merupakan lulusan SMA, 10 orang responden (10,6%) merupakan lulusan

universitas program diploma, 34 orang responden (36,2%) merupakan lulusan universitas

program sarjana (S1), 3 orang responden (3,2%) lainnya (pasca sarjana), dan 1 orang

responden (1,1%) tidak mengisi kolom pekerjaan.

Berdasarkan status sosio-ekonomi yang dinilai dari tingkat penghasilan responden

atau orang tua responden setiap bulan, 4 orang responden (4,3%) berpenghasilan kurang dari

1 juta rupiah per bulan sehingga termasuk dalam status sosio-ekonomi rendah, 41 orang

responden (43,7%) berpenghasilan antara 1 sampai 5 juta rupiah per bulan sehingga termasuk

dalam status sosio-ekonomi sedang, 32 orang responden (34,0%) berpenghasilan antara 5

sampai 10 juta rupiah per bulan sehingga termasuk dalam status sosio-ekonomi cukup tinggi,

dan 17 orang responden (18,1%) berpenghasilan lebih dari 10 juta rupiah per bulan sehingga

termasuk dalam status sosio-ekonomi tinggi.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 7: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat

Kuesioner disebarkan kepada 94 responden untuk mengetahui tingkat kooperasi

pasien dengan perawatan ortodonti cekat

orang responden (43,6%) termasuk golongan pasien yang kooperatif, 41 orang responden

(43,6%) termasuk golongan pasien yang cukup kooperatif, 7 orang responden (7,4%)

termasuk golongan pasien yang tidak kooperatif dan 5 orang responden (5,3%) termasuk

golongan pasien yang sangat tidak kooperatif.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi

Tingkat KooperasiKooperatif (Selalu melakukan kontrol tepat waktu)Cukup kooperatif(miss-appointment Tidak kooperatif (miss-appointment Sangat tidak kooperatif(miss-appointment

Distribusi Frekuensi Alasan Pasien Tidak Menepati Jadwal Kontrol Rutin

Pada pertanyaan kuesioner

didapatkan hasil bahwa alasan yang paling banyak dikemukakan responden adalah ‘tidak

punya waktu’, alasan ini disetujui oleh 66 orang responden.

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Alasan Pasien Tid

Alasan berikutnya yang banyak dikemukakan oleh responden adalah ‘dokter gigi yang

membatalkan jadwal’, alasan ini disetujui oleh 54 orang responden. Alasan ‘lokasi klinik yang

jauh dari rumah’ disetujui oleh 12 orang

0

20

40

60

80

100

Tidak punya

waktu

Lokasi klinik

yang jauh

66

28

Setuju

Tidak Setuju

7

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat

uesioner disebarkan kepada 94 responden untuk mengetahui tingkat kooperasi

pasien dengan perawatan ortodonti cekat. Seperti yang terlihat pada tabel 1, diperoleh hasil 41

43,6%) termasuk golongan pasien yang kooperatif, 41 orang responden

(43,6%) termasuk golongan pasien yang cukup kooperatif, 7 orang responden (7,4%)

termasuk golongan pasien yang tidak kooperatif dan 5 orang responden (5,3%) termasuk

angat tidak kooperatif.

Distribusi Frekuensi Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat

Tingkat Kooperasi Frekuensi Persentase

(Selalu melakukan kontrol tepat waktu) 41 43.6%

Cukup kooperatif appointment 1-3 kali)

41 43.6%

appointment 4-6 kali)

7 7.4%

Sangat tidak kooperatif appointment lebih dari 6x)

5 5.3%

94 100%

Distribusi Frekuensi Alasan Pasien Tidak Menepati Jadwal Kontrol Rutin

Pada pertanyaan kuesioner tentang alasan pasien tidak menepati jadwal kontrol rutin,

didapatkan hasil bahwa alasan yang paling banyak dikemukakan responden adalah ‘tidak

punya waktu’, alasan ini disetujui oleh 66 orang responden.

Distribusi Frekuensi Alasan Pasien Tidak Menepati Jadwal Kontrol Ruti

Alasan berikutnya yang banyak dikemukakan oleh responden adalah ‘dokter gigi yang

membatalkan jadwal’, alasan ini disetujui oleh 54 orang responden. Alasan ‘lokasi klinik yang

jauh dari rumah’ disetujui oleh 12 orang responden. Dan alasan lain seperti ‘merasa tidak

Lokasi klinik

yang jauh

Takut sakit Merasa tidak

perlu

Dokter yang

membatalkan

121 3

54

8293 91

uesioner disebarkan kepada 94 responden untuk mengetahui tingkat kooperasi

eperti yang terlihat pada tabel 1, diperoleh hasil 41

43,6%) termasuk golongan pasien yang kooperatif, 41 orang responden

(43,6%) termasuk golongan pasien yang cukup kooperatif, 7 orang responden (7,4%)

termasuk golongan pasien yang tidak kooperatif dan 5 orang responden (5,3%) termasuk

Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat

Persentase

43.6%

43.6%

7.4%

5.3%

100%

Distribusi Frekuensi Alasan Pasien Tidak Menepati Jadwal Kontrol Rutin

tentang alasan pasien tidak menepati jadwal kontrol rutin,

didapatkan hasil bahwa alasan yang paling banyak dikemukakan responden adalah ‘tidak

ak Menepati Jadwal Kontrol Rutin

Alasan berikutnya yang banyak dikemukakan oleh responden adalah ‘dokter gigi yang

membatalkan jadwal’, alasan ini disetujui oleh 54 orang responden. Alasan ‘lokasi klinik yang

responden. Dan alasan lain seperti ‘merasa tidak

Dokter yang

membatalkan

40

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 8: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

8

perlu’ dan ‘takut sakit’ hanya disetujui oleh 3 dan 1 orang responden. Distribusi frekuensi

alasan pasien tidak menepati jadwal kontrol rutin dapat dilihat pada grafik di gambar 1.

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti cekat jika dikaitkan dengan jenis

kelamin dapat dilihat di tabel 2. Dari 41 responden yang termasuk golongan pasien yang

kooperatif (43,6%), 7 orang adalah laki-laki (7,4%) dan 34 orang adalah perempuan (36,2%).

Pada golongan pasien yang cukup kooperatif sejumlah 41 responden (43,6%), 8 orang adalah

laki-laki (8,5%) dan 33 orang adalah perempuan (35,1%). Pada golongan pasien yang tidak

kooperatif sejumlah 7 responden (7,4%), 2 orang adalah laki-laki (2,1%) dan 5 orang adalah

perempuan (5,3%). Dan pada golongan pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif

sejumlah 5 responden (5,3%), 2 orang adalah laki-laki (2,1%) dan 3 orang adalah perempuan

(3,2%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien

dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % n % n %

Laki-laki 7 7.4% 8 8.5% 2 2.1% 2 2.1% 19 20.2%

Perempuan 34 36.2% 33 35.1% 5 5.3% 3 3.2% 75 79.8%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 100.0%

Tabel 3. Perbandingan Distribusi Frekuensi Antara Laki-laki dan Perempuan

Tentang Tingkat Kooperasi Pasien dalam Perawatan Ortodonti Cekat

Jenis Kelamin

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % n % n %

Laki-laki 7 36.8% 8 42.1% 2 10.5% 2 10.5% 19 100.0%

Perempuan 34 45.3% 33 44.0% 5 6.7% 3 4.0% 75 100.0%

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Usia

Tabel 4 memperlihatkan distribusi frekuensi tingkat kooperasi pasien dalam perawatan

ortodonti cekat jika dikaitkan dengan usia. Dari 41 responden yang termasuk golongan pasien

yang kooperatif (43,6%), 1 orang responden berusia kurang dari 13 tahun (1,1%), 6 orang

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 9: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

9

responden berada dalam kelompok usia antara 13 sampai 18 tahun (6,4%), 31 orang

responden berada dalam kelompok usia 19 sampai 40 tahun (33,0%) dan 3 orang responden

berada dalam kelompok usia lebih dari 40 tahun. Pada golongan pasien yang cukup kooperatif

sejumlah 41 responden (43,6%), tidak ada responden yang berada pada kelompok usia kurang

dari 13 tahun dan kelompok usia lebih dari 40 tahun. 7 orang responden berada dalam

kelompok usia 13 sampai 18 tahun (7,4%) dan 34 orang responden berada dalam kelompok

usia 19 sampai 40 tahun (36,2%). Pada golongan pasien yang tidak kooperatif sejumlah 7

responden (7,4%), tidak ada responden yang berada pada kelompok usia kurang dari 13 tahun,

juga pada kelompok usia 13 sampai 18 tahun dan kelompok usia lebih dari 40 tahun. Seluruh

responden dari golongan ini termasuk ke dalam kelompok usia 19 sampai 40 tahun. Pada

golongan pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif sejumlah 5 responden (5,3%), 1 orang

responden berada dalam kelompok usia antara 13 sampai 18 tahun (1,1%) dan 4 orang

responden berada dalam kelompok usia 19 sampai 40 tahun (4,3%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien

dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % N % n %

<13 tahun 1 1.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 1.1%

13-18 tahun 6 6.4% 7 7.4% 0 0.0% 1 1.1% 14 14.9%

19-40 tahun 31 33.0% 34 36.2% 7 7.4% 4 4.3% 76 80.9%

>40 tahun 3 3.2% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 3 3.2%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 1

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Status

Sosio-ekonomi

Berdasarkan kuesioner yang menanyakan status sosio-ekonomi yang dinilai dari

tingkat penghasilan responden atau orang tua responden per bulan, diperoleh 94 responden

(100,0%) yang mengisi poin pertanyaan tersebut. 4 orang responden (4,3%) memliki

penghasilan kurang dari 1 juta rupiah per bulan sehingga termasuk dalam status sosio-

ekonomi rendah, 41 orang responden (43,6%) memiliki penghasilan antara 1 sampai 5 juta

rupiah per bulan sehingga termasuk dalam status sosio-ekonomi sedang, 32 orang responden

(34,0%) memiliki penghasilan antara 5 sampai 10 juta rupiah per bulan, sehingga termasuk

dalam status sosio-ekonomi cukup tinggi, dan 17 orang responden (18,1%) memiliki

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 10: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

10

penghasilan lebih dari 10 juta rupiah per bulan sehingga termasuk dalam status sosio-

ekonomi.

Jika tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti cekat dikaitkan dengan status

sosio-ekonomi, diperoleh hasil bahwa dari 41 responden yang termasuk golongan pasien yang

kooperatif (43,6%), 3 orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang rendah (3,2%), 19

orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang sedang (20,2%), 14 orang responden

memiliki status sosio-ekonomi yang cukup tinggi (14,9%), dan 5 orang memiliki status sosio-

ekonomi yang tinggi (5,3%). Pada golongan pasien yang cukup kooperatif sejumlah 41

responden (44,1%), 1 orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang rendah (1,1%), 17

orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang sedang (18,1%), 13 orang responden

memiliki status sosio-ekonomi yang cukup tinggi (13,8%), dan 10 orang memiliki status

sosio-ekonomi yang tinggi (10,6%). Pada golongan pasien yang tidak kooperatif sejumlah 7

responden (7,5%), tidak terdapat responden yang memiliki status sosio-ekonomi yang rendah,

2 orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang sedang (2,1%), 4 orang responden

memiliki status sosio-ekonomi yang cukup tinggi (4,3%), dan 1 orang memiliki status sosio-

ekonomi yang tinggi (1,1%). Pada golongan pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif

sejumlah 5 responden (5,3%), tidak terdapat responden yang memiliki status sosio-ekonomi

yang rendah, 3 orang responden memiliki status sosio-ekonomi yang sedang (3,2%), 1 orang

responden memiliki status sosio-ekonomi yang cukup tinggi (1,1%), dan 1 orang memiliki

status sosio-ekonomi yang tinggi (1,1%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien

dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Status sosio-ekonomi

Status Sosio-Ekonomi (Tingkat

Penghasilan)

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % n % n % Rendah (<1juta)

3 3.2% 1 1.1% 0 0.0% 0 0.0% 4 4.3%

Sedang (1-5 juta)

19 20.2% 17 18.1% 2 2.1% 3 3.2% 41 43.6%

Cukup tinggi (5-10 juta)

14 14.9% 13 13.8% 4 4.3% 1 1.1% 32 34.0%

Tinggi (>10 juta)

5 5.3% 10 10.6% 1 1.1% 1 1.1% 17 18.1%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 100.0%

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 11: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

11

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Motivasi

Mendapatkan Perawatan Ortodonti

Motivasi untuk mendapatkan perawatan ortodonti dibedakan menjadi motivasi yang

berasal dari diri sendiri dan motivasi yang berasal dari orang lain. Dari pertanyaan kuesioner

mengenai motivasi mendapatkan perawatan ortodonti diperoleh hasil 92 orang responden

(97,9%) melakukan perawatan ortodonsi atas keinginannya sendiri dan 2 orang responden

lainnya (2,1%) melakukan perawatan ortodonti atas keinginan orang lain.

Distribusi tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti cekat jika dikaitkan

dengan motivasi untuk mendapatkan perawatan ortodonti dapat dilihat pada tabel 6. Dari 41

responden yang termasuk golongan pasien yang kooperatif (43,6%), seluruhnya melakukan

perawatan ortodonti atas keinginannya sendiri. Pada golongan pasien yang cukup kooperatif

sejumlah 41 responden (43,6%), 39 orang responden melakukan perawatan ortodonti atas

keinginannya sendiri (41,5%) dan 2 orang responden melakukan perawatan ortodonti atas

keinginan orang lain. Pada golongan pasien yang tidak kooperatif sejumlah 7 responden

(7,4%), seluruhnya melakukan perawatan ortodonti atas keinginannya sendiri. Pada golongan

pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif sejumlah 5 responden (5,3%), juga seluruhnya

melakukan perawatan ortodonti atas keinginannya sendiri.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan

Motivasi Mendapatkan Perawatan Ortodonti

Motivasi Mendapat-

kan Perawatan

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % n % n %

Sendiri 41 43.6% 39 41.5% 7 7.4% 5 5.3% 92 97.9%

Orang Lain 0 0.0% 2 2.1% 0 0.0% 0 0.0% 2 2.1%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 100.0%

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Dukungan

Keluarga dalam Menjalani Perawatan Ortodonti

Pada pertanyaan kuesioner mengenai dukungan keluarga terhadap perawatan ortodonti

yang dijalani, didapatkan hasil 88 orang responden (93,6%) mendapat dukungan keluarga

dalam menjalani perawatan ortodonti dan 6 orang responden lainnya (6,4%) tidak mendapat

dukungan keluarga dalam menjalani perawatan ortodonti.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 12: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

12

Distribusi tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti cekat jika dikaitkan

dengan dukungan keluarga dalam menjalani perawatan ortodonti dapat dilihat pada tabel 7.

Dari 41 responden yang termasuk golongan pasien yang kooperatif (43,6%), 37 orang

responden mendapat dukungan keluarga dalam menjalani perawatan ortodonti (39,4%),

sedangkan 4 orang responden tidak mendapat dukungan keluarga dalam menjalani perawatan

ortodonti (4,3%). Pada golongan pasien yang cukup kooperatif sejumlah 41 responden

(43,6%), 39 orang responden mendapat dukungan keluarga dalam menjalani perawatan

ortodonti (41,5%), sedangkan 2 orang responden tidak mendapat dukungan keluarga dalam

menjalani perawatan ortodonti (2,1%). Pada golongan pasien yang tidak kooperatif sejumlah

7 responden (7,4%), seluruhnya mendapat dukungan keluarga dalam menjalani perawatan

ortodonti. Pada golongan pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif sejumlah 5 responden

(5,3%), juga seluruhnya mendapat dukungan keluarga dalam menjalani perawatan ortodonti.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan

Dukungan Keluarga dalam Menjalani Perawatan Ortodonti

Dukungan Keluarga

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % N % n % n %

Mendukung 37 39.4% 39 41.5% 7 7.4% 5 5.3% 88 93.6%

Tidak Mendukung

4 4.3% 2 2.1% 0 0.0% 0 0.0% 6 6.4%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 100.0%

Tingkat Kooperasi Pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan Sikap

Operator Ortodonti yang Merawatnya

Pada pertanyaan kuesioner mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya,

didapatkan hasil 89 orang responden (94,7%) memiliki pendapat yang baik mengenai sikap

operator ortodonti yang merawatnya dan 5 orang responden lainnya (5,3%) memiliki

pendapat yang buruk mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya.

Distribusi tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti cekat jika dikaitkan

dengan sikap operator ortodonti yang merawatnya dapat dilihat pada tabel 5.9.1, dari 41

responden yang termasuk golongan pasien yang kooperatif (43,6%), 40 orang responden

memiliki pendapat yang baik mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya (42,6%),

dan 1 orang responden lainnya (1,1%) memiliki pendapat yang buruk mengenai sikap

operator ortodonti yang merawatnya. Pada golongan pasien yang cukup kooperatif sejumlah

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 13: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

13

41 responden (43,6%), 38 orang responden memiliki pendapat yang baik mengenai sikap

operator ortodonti yang merawatnya (40,4%) dan 3 orang responden lainnya (3,2%) memiliki

pendapat yang buruk mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya. Pada golongan

pasien yang tidak kooperatif sejumlah 7 responden (7,4%), seluruhnya memiliki pendapat

yang baik mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya. Pada golongan pasien yang

tergolong sangat tidak kooperatif sejumlah 5 responden (5,3%), 4 orang responden memiliki

pendapat yang baik mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya (4,3%) dan 1 orang

responden lainnya (1,1%) memiliki pendapat yang buruk mengenai sikap operator ortodonti

yang merawatnya.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tentang Tingkat Kooperasi Pasien dalam Perawatan Ortodonti Cekat Berdasarkan

Sikap Operator Ortodonti yang Merawatnya

Sikap Operator Ortodonti

Tingkat Kooperasi Jumlah

Responden (n) Kooperatif Cukup

Kooperatif Tidak

Kooperatif Sangat Tidak Kooperatif

n % n % n % n % n %

Baik 40 42.6% 38 40.4% 7 7.4% 4 4.3% 89 94.7%

Buruk 1 1.1% 3 3.2% 0 0.0% 1 1.1% 5 5.3%

Total 41 43.6% 41 43.6% 7 7.4% 5 5.3% 94 100.0%

DISKUSI Dalam perawatan ortodonti, kooperasi pasien merupakan hal yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan perawatan dan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan.5

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, persentase tingkat kooperasi

paling tinggi terdapat pada pasien yang tergolong kooperatif dan pasien yang tergolong cukup

kooperatif dengan persentase yang sama, yaitu masing-masing 41 orang (43,6%). Persentase

berikutnya yaitu pasien yang tergolong tidak kooperatif sebanyak 7 orang (7,4%) dan terakhir

pasien yang tergolong sangat tidak kooperatif sebanyak 5 orang (5,3%). Hasil dari penelitian

ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trenouth tahun 2002 pada 500

pasien yang menunjukkan bahwa sekitar 59% pasien tidak melakukan kunjungan kontrol

sebanyak 0 sampai 3 kali selama perawatan ortodonti berlangsung.17 Hal ini menunjukkan

cukup tingginya kesadaran mayoritas pasien untuk melakukan kontrol tepat waktu.

Banyak alasan yang dikemukakan pasien dengan perawatan ortodonti cekat ketika

mereka tidak melakukan kontrol sesuai jadwal. Pada penelitian ini, alasan yang paling banyak

dikemukakan pasien adalah tidak punya waktu, yang disetujui oleh 66 orang pasien (70,2%).

Hal ini mungkin disebabkan oleh pekerjaan pasien yang kebanyakan berprofesi sebagai

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 14: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

14

mahasiswa, pelajar, dan pegawai, baik swasta maupun negeri (85,1%). Waktu yang tidak

sesuai antara kegiatan sehari-hari dengan waktu operasional klinik menjadi penghalang bagi

pasien untuk melakukan kontrol tepat waktu. Hasil ini sesuai dengan penelitian AlBarakati

pada 200 pasien wanita di sebuah klinik sekolah kedokteran gigi di Saudi Arabia yang

menyatakan 65,1% pasien tidak menepati jadwal kunjungan ke klinik karena waktu

perjanjian yang tidak tepat.18 Alasan berikutnya yang juga banyak dikemukakan oleh pasien

yaitu dokter gigi yang membatalkan jadwal, dengan jumlah 54 orang pasien yang

menyetujuinya (57,4%). Hal ini mungkin disebabkan karena dokter gigi yang menjadi

operator di klinik spesialis RSGM-P FKG UI masih menjadi mahasiswa Program Pendidikan

Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) di FKG UI. Terkadang kegiatan akademis membuat dokter

gigi di klinik spesialis RSGM-P FKG UI harus mengatur kembali jadwal kontrol pasien-

pasiennya untuk menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan. Alasan lokasi klinik yang jauh

disetujui oleh 12,8% pasien. Alasan lain seperti merasa tidak perlu dan takut sakit hanya

disetujui oleh 4,3% pasien. Persentase ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien di RSGM-P

FKG UI tidak menepati jadwal kontrol karena alasan yang berasal dari luar diri pasien, yang

berarti kesadaran dari dalam diri pasien untuk melakukan kontrol rutin selama perawatan

ortodonti berlangsung sebenarnya sudah tinggi, hanya saja terkadang mereka tidak dapat

melakukan kontrol tepat waktu karena terbentur masalah waktu, operator dan jarak.

Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa persentase tingkat kooperasi yang paling

tinggi pada laki-laki adalah golongan pasien yang cukup kooperatif yaitu 42,1% dari populasi

laki-laki, kemudian golongan pasien yang kooperatif yaitu 36,8% dari populasi laki-laki, lalu

golongan pasien yang tidak kooperatif dan golongan pasien yang sangat tidak kooperatif

dengan persentase yang sama yaitu 10,5% dari populasi laki-laki (lihat tabel 3). Pada

perempuan, persentase tingkat kooperasi yang paling tinggi adalah golongan pasien yang

kooperatif yaitu 45,3% dari populasi perempuan, kemudian golongan pasien yang cukup

kooperatif yaitu 44,0% dari populasi perempuan, lalu golongan pasien yang tidak kooperatif

dan golongan pasien yang sangat tidak kooperatif yaitu 6,7% dan 4,0% dari populasi

perempuan (lihat tabel 3). Dari persentase tersebut terlihat sedikit perbedaan antara laki-laki

dan perempuan dimana persentase pasien yang tidak kooperatif dan sangat tidak koperatif

lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hasil ini mendukung

penelitian Lindauer, et al pada tahun 2008, yang menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak

tidak menepati jadwal kontrol rutin jika dibandingkan dengan perempuan.19 Hal ini mungkin

dikarenakan adanya perbedaan perilaku secara fisiologis dan psikologis pada laki-laki dan

perempuan. Pada dasarnya, perempuan lebih memperhatikan kondisi tubuh dan penampilan

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 15: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

15

mereka, sehingga motivasi kaum perempuan untuk memperbaiki kondisi gigi geligi mereka

menjadi lebih tinggi.20

Jika ditinjau berdasarkan usia (lihat tabel 4), pada kelompok usia kurang dari 13 tahun

yang hanya terdiri dari satu orang responden (1,1%), tergolong ke dalam pasien yang

kooperatif. Kemungkinan pasien tersebut mendapat dukungan penuh dari orang tuanya,

karena pada usia tersebut orang tua lah yang memegang peranan penting dalam memulai

perawatan dan menjaga tingkat kooperasi anak.12 Pada pasien dengan kelompok usia antara

13 sampai 18 tahun, jumlah antara pasien yang kooperatif dan cukup kooperatif tidak jauh

yaitu 6 orang (6,4%) dan 7 orang (7,4%). Tidak ada pasien yang termasuk dalam golongan

tidak kooperatif dan hanya 1 orang yang termasuk dalam golongan sangat tidak kooperatif

(1,1%). Kecenderungan yang sama terlihat pada pasien dengan kelompok usia antara 19

sampai 40 tahun. Jumlah antara pasien yang kooperatif dan cukup kooperatif tidak jauh

berbeda yaitu 31 orang (33,0%) dan 34 orang (36,2%). 7 orang yang termasuk dalam

golongan tidak kooperatif (7,4%) dan hanya 4 orang yang termasuk dalam golongan sangat

tidak kooperatif (4,3%). Bahkan pada kelompok usia lebih dari 40 tahun yang berjumlah 3

orang (3,2%), seluruhnya termasuk dalam golongan pasien yang kooperatif. Hal ini mungkin

disebabkan karena pada kelompok usia 13 tahun ke atas, yang tergolong dalam usia remaja

dan dewasa dan tua, faktor psikososial menjadi motivasi yang utama dalam mendapatkan

perawatan ortodonti.21 Faktor psikososial adalah salah satu pendorong yang membuat

seseorang ingin kondisi maloklusi pada dirinya diperbaiki. Keinginan ini akan menimbulkan

motivasi yang tinggi pada pasien, sehingga tingkat kooperasi pasien tersebut dalam menjalani

perawatan pun menjadi tinggi.1, 5, 22

Berdasarkan status sosio-ekonomi yang diukur dari tingkat penghasilan (liha tabel 5),

persentase paling besar terdapat pada kelompok responden dengan status sosio-ekonomi

sedang dengan jumlah responden 41 orang yaitu sebesar 43,6%. Pada kelompok ini

responden paling banyak termasuk dalam golongan pasien yang kooperatif yakni berjumlah

19 orang, golongan yang paling banyak kedua yaitu golongan pasien yang cukup kooperatif

dengan jumlah yang tidak jauh berbeda yakni 17 orang, pada golongan pasien yang tidak

kooperatif dan sangat tidak koperatif hanya terdapat sedikit responden, yakni 2 orang dan 3

orang. Terdapat pola yang tidak jauh berbeda pada kelompok responden dengan status sosio-

ekonomi cukup tinggi dengan jumlah responden 32 orang (34,0%). Pada kelompok ini

responden paling banyak termasuk dalam golongan pasien yang kooperatif dan jumlah

responden menurun pada tingkat kooperasi yang lebih rendah. Pada kelompok responden

dengan tingkat pendapatan tinggi yang terdiri dari 17 orang (18,1%), responden paling banyak

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 16: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

16

termasuk dalam golongan pasien yang cukup kooperatif yaitu sebesar 10 orang, diikuti oleh

golongan pasien yang kooperatif sebesar 5 orang, lalu pasien yang tidak kooperatif dan sangat

tidak kooperatif dengan jumlah masing-masing sebesar 1 orang. Responden yang berada pada

kelompok dengan tingkat pendapatan rendah hanya berjumlah 4 orang (4,3%). Dari kelompok

ini, responden terbagi menjadi 3 orang yang termasuk golongan pasien yang kooperatif dan

satu orang yang termasuk dalam golongan pasien yang cukup kooperatif. Gambaran distribusi

frekuensi tingkat kooperasi pasien berdasarkan status sosio-ekonomi pada penelitian ini tidak

menunjukkan pola bahwa semakin tinggi status sosio-ekonomi, semakin tinggi pula tingkat

kooperasi pasien, begitu juga sebaliknya. Hal ini mungkin terkait dengan penelitian Mandal

yang menyimpulkan bahwa usia, gender dan status sosio-ekonomi tidak berhubungan dengan

kepatuhan pasien.23

Pada tabel 6 terdapat distribusi yang tidak merata antara responden yang melakukan

perawatan ortodonti atas keinginannya sendiri (97,9%) dengan responden yang melakukan

perawatan ortodonti atas keinginan orang lain (2,1%). Distribusi ini tidak dapat memberikan

gambaran mengenai perbedaan tingkat kooperasi antara pasien yang melakukan perawatan

ortodonti atas keinginan sendiri dengan yang melakukan perawatan ortodonti atas keinginan

orang lain. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel et al menunjukkan

bahwa remaja yang menyatakan bahwa dirinya sendirilah yang menjadi motivasi dalam

melakukan perawatan ortodonti, memiliki motivasi dan tingkat kooperasi yang lebih tinggi.5

Persentase yang besar pada kelompok responden yang mendapat dukungan keluarga

dalam perawatan ortodonti (88%). Hal ini menunjukkan tingginya persepsi masyarakat

tentang pentingnya penampilan, karena perubahan persepsi ini tidak hanya terjadi pada pasien

tetapi juga keluarga pasien, sehingga keluarga mendukung pasien untuk melakukan perawatan

ortodonti. Distribusi frekuensi tentang tingkat kooperasi pasien dalam perawatan ortodonti

cekat berdasarkan dukungan keluarga tidak menunjukan perbedaan tingkat kooperasi antara

pasien yang mendapat dukungan keluarga dengan pasien yang tidak mendapat dukungan

keluarga. Hal ini mungkin terkait dengan penelitian Daniels, Seacat dan Inglehart yang

menyimpulkan bahwa tingkat motivasi orang tua tidak memiliki korelasi dengan tingkat

kepatuhan anak dalam perawatan ortodonti.5

Hasil survey tentang pendapat pasien mengenai sikap operator ortodonti menunjukkan

bahwa 94,7% memiliki pendapat yang baik mengenai sikap dan 5,3% memiliki pendapat yang

buruk mengenai sikap dengan operator ortodonti yang merawatnya. Tingkat kooperasi pada

kelompok pasien yang memiliki pendapat yang baik mengenai sikap operator ortodonti yang

merawatnya paling banyak termasuk dalam kategori kooperatif dan cukup kooperatif yaitu

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 17: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

17

sebanyak 40 dan 38 orang. Namun pada kelompok ini terdapat juga 7 orang yang termasuk

pasien yang tidak kooperatif dan 4 orang yang termasuk pasien yang sangat tidak kooperatif.

Penyebaran ini juga terlihat pada kelompok pasien yang memiliki pendapat yang buruk

mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya. Jumlah responden tersebar hampir

merata di setiap kategori tingkat kooperasi, namun yang terbanyak adalah kategori pasien

yang cukup kooperatif. Distribusi frekuensi tentang tingkat kooperasi pasien berdasarkan

pendapat pasien mengenai sikap operator ortodonti pada penelitian ini menunjukkan tidak ada

perbedaan distribusi tingkat kooperasi dalam perawatan ortodonti cekat antara kelompok

pasien yang memiliki pendapat yang baik dengan kelompok pasien yang memiliki pendapat

yang buruk mengenai sikap operator ortodonti yang merawatnya. Hasil ini bertentangan

dengan penelitian Bartsch et al yang menyatakan bahwa tingkat kooperasi yang lebih baik

ditunjukkan oleh pasien yang dirawat oleh operator yang membuat pasien tersebut merasa

diterima dan nyaman selama perawatan.13

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. 43,6% pasien dengan perawatan ortodonti cekat di RSGM-P FKG UI tergolong

kooperatif karena selalu melakukan kontrol tepat waktu, 43,6% pasien tergolong cukup

kooperatif, 7,4% pasien tergolong tidak kooperatif, dan 5,3% pasien tergolong sangat

tidak kooperatif.

2. Alasan paling banyak pasien tidak melakukan kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan

adalah karena tidak punya waktu (disetujui oleh 70,2% responden) dan operator ortodonti

yang membatalkan (disetujui oleh 57,4% responden).

3. Pasien perempuan termasuk dalam golongan pasien yang lebih kooperatif (45,3% dari

populasi perempuan), sedangkan pasien laki-laki paling banyak termasuk dalam golongan

cukup kooperatif (42,1% dari populasi laki-laki).

4. Pada kelompok usia 13-18 tahun dan 19-40 tahun, paling banyak termasuk dalam

golongan pasien yang cukup kooperatif (7,4% dan 36,2%) dan golongan pasien yang

kooperatif (6,4% dan 33,0%) .

5. Hampir semua pasien melakukan perawatan ortodonti atas keinginanya sendiri (97,9%)

sebagian besar termasuk dalam golongan pasien yang kooperatif dan cukup kooperatif

(43,6% dan 41,5%).

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 18: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

18

6. Mayoritas pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan perawatan ortodonti

(93,6%) dan sebagian besar termasuk dalam golongan pasien yang kooperatif dan cukup

kooperatif (39,4% dan 41,5%).

7. Mayoritas pasien memiliki pendapat yang baik mengenai sikap operator ortodonti yang

merawatnya (94,7%) dan sebagian besar termasuk dalam golongan pasien yang

kooperatif dan cukup kooperatif (42,6% dan 40,4%).

SARAN

Setelah melihat hasil yang telah didapatkan dalam penelitian ini, maka disarankan:

1. Operator ortodonti harus mengkomunikasikan kepada pasien tentang perawatan ortodonti

cekat, sehingga pasien terpacu datang ke klinik untuk kontrol tepat waktu.

2. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan data-data dari subjek yang berbeda,

yaitu menggunakan data dari pasien-pasien dokter gigi spesialis ortodonti untuk melihat

gambaran tingkat kooperasi pasien ortodonti.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda

untuk mengetahui tingkat kooperasi pasien dengan perawatan ortodonti cekat dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

4. Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk mendapatkan gambaran tingkat kooperasi pasien

yang melakukan perawatan ortodonti dengan alat lepasan.

KEPUSTAKAAN

1. Proffit WR, Henry W. Fields, David M. Sarver. Contemporary Orthodontics. 4th ed. ed.

St. Louis: Mosby Elsevier; 2007.

2. Nazruddin. Peranan Ortodonti pada Perawatan Kelainan Susunan Gigi Geligi yang Tidak

Teratur (Malkolusi). Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu

Ortodonti pada Fakultas Kedokteran GIgi. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.

3. Masulili BI. Gambaran Fenomena Distribusi Pemilihan Operator Perawatan Ortodonti

Cekat dan Faktor-Faktor yang Berperan (Kajian epidemiologi pada mahasiswa UI

angkatan 2010 yang sedang memakai alat ortodonti cekat): Universitas Indonesia,

Fakultas Kedokteran Gigi; 2010.

4. Amado J, et al. Relationship between Personality Traits and Cooperation of Adolescent

Orthodontic Patients. Angle Orthodontist. 2008; 78(No. 4):688-91.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 19: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

19

5. Daniel AS, Seacat, J. D., Inglehart, M R. Orthodontic Treatment Motivation and

Cooperation: A Cross-sectional Analysis of Adolescent Patients’ and Parents’ Responses.

American Journal of Orthodontic and Dentofacial Orthopedic. 2009;136(No. 6):780-7.

6. Behenam M, Pooya, O. Factors Affecting Patient Cooperation During Orthodontic

Treatment. Orthodontic Cyber Journal. 2007:http://orthocj.com/2007/01/patient-

cooperation-orthodontic-treatment/

7. Egolf RJ, BeGolle E. A., Upshaw H. S. Factors Associated with Orthodontic Patient

Compliance with Intraoral Elastic and Headgear Wear. American Journal of Orthodontic

and Dentofacial Orthopedic. 1990;97(No. 4):336-48.

8. Trakyali G, et al. Anxiety among Adolescent and Its Affect on Orthodontic Compliance.

Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry. 2009;27(No.4):205-

10.

9. Murray AM. Discontinuation of Orthodontic Treatment: A Study of the Contributing

Factors. Britsh Journal of Orthodontics. 1989;16:1-7.

10. Richter DD, et al. Effect of Behaviour Modification on Patient Compliance in

Orthodontics. Angle Orthodontist. 1998;68:123-32.

11. Sergl HG, Zentner, A. Predicting Patient Compliance in Orthodontic Treatment.

Seminars in Orthodontic. 2000 December;6(No. 4):231-6.

12. Pratelli P, Gelbier, S., Gibbons, D. E. Parental Perceptions and Attitudes on Orthodontic

Care. Britsh Journal of Orthodontics. 1998 February;25(No. 1):41-6.

13. Bartsch A ea. Correlates of Objective Patient Compliance with Removable Appliance

Wear. American Journal of Orthodontic and Dentofacial Orthopedic. 1993;104(No.

4):378-86.

14. Singh G. Textbook of Orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers;

2007.

15. Abtahi S. Evaluation of the Outcome of Removable Orthodontic Treatment Performed by

Dental Undergraduate Students SM. DJH. 2009;1(No. 1):24-8.

16. Jerrold L NN. Evidence-Based Considerations for Determining Appointment Intervals.

Journal of Clinical Orthodontics. 2011;XLV(No. 7):379-83.

17. Trenouth MJ. Do Failed Appointments Lead to Discontinuation of Orthodontic

Treatment? Angle Orthodontist. 2003;73(No. 1):51-5.

18. AlBarakati SF. Appointments Failure Among Female Patients at a Dental School Clinic

in Saudi Arabia. Journal of Dental Education. 2009;73(No. 9):1118-24.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013

Page 20: GAMBARAN TINGKAT KOOPERASI PASIEN DENGAN …

20

19. Lindauer SJ, et al. Influence of Patient Financial Account Status on Orthodontic

Appointment Attendance. Angle Orthodontist. 2009;79(No. 4):755-8.

20. Kateeb E. Gender-specific Oral Health Attitudes and Behaviour Among Dental Students

in Palestine. Eastern Mediterranean Health Journal. 2010;16(No. 3):329-33.

21. Huda MM. Motivasi Pasien-pasien dengan Perawatan Ortodonti Cekat di Klinik

Ortodonti RSGM-P FKG UI: Universitas Indonesia: Fakultas KEdokteran Gigi; 2007.

22. Dewi O. Analisis Hubungan Maloklusi dengan Kualitas Hidup pada Remaja SMU Kota

Medan Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.

23. Mandall NA, et al. Prediction of Compliance and Completion of Orthodontic Treatment:

Are Quality of Life Measures Important? European Journal of Orthodontics. 2008;30:40-

5.

Gambaran tingkat..., Saskia Paramita, FKG UI, 2013