gambaran penilaian tingkat penerapan sistem …

21
GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO.50 TAHUN 2012 DI PT X (Persero) TAHUN 2015 Arief Aulia Riza 1 dan Syahrul M. Nasri 2 1 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 16424 1 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 16424 Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini tentang Gambaran Penilaian tingkat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero) tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripstif analitik. Peneltian ini menggunakan data primer berupa observasi dan menggunakan data sekuder dari perusahaan. Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang terdapat pada lampiran 3 PP No.50 Tahun 2012. Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Memuaskan. The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health and Safety Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015 Abstract This Study is about The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health and Safety Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015. Design study is a Descriptive analytic. Method od data acquisition through interviews, obseravtion and secondary data. The results showed that the level of adpotion research SMK3 in PT X (Persero) by PP No.50 Tahun 2012 as much as 89%, which means 148 from 166 kriteria SMK3 PP No.50 tahun 2012 have completed and assessment of The implementations are Satisfy. Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO.50 TAHUN

2012 DI PT X (Persero) TAHUN 2015

Arief Aulia Riza1 dan Syahrul M. Nasri2

1Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok, Indonesia 16424

1Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok, Indonesia 16424

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini tentang Gambaran Penilaian tingkat Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero)

tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripstif analitik.

Peneltian ini menggunakan data primer berupa observasi dan menggunakan data sekuder dari

perusahaan. Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang

terdapat pada lampiran 3 PP No.50 Tahun 2012. Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang

dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166

kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian

penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Memuaskan.

The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health and Safety

Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015

Abstract

This Study is about The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health

and Safety Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015.

Design study is a Descriptive analytic. Method od data acquisition through interviews,

obseravtion and secondary data. The results showed that the level of adpotion research SMK3

in PT X (Persero) by PP No.50 Tahun 2012 as much as 89%, which means 148 from 166

kriteria SMK3 PP No.50 tahun 2012 have completed and assessment of The implementations

are Satisfy.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 2: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

Keywords : Criteria, Element, wisdom, plan, do, check, action and evaluation

Pendahuluan

Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam segala

aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan adanya perlindungan

atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas

dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur,

dan terintergarsi melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) guna

menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/ serikat buruh dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta

terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di berbagai

negara baik melalui pedoman maupun standar. Untuk memberikan keseragaman bagi setiap

perusahaan dalam menerapkan SMK3 sehingga perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja bagi tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan produktifitas perusahaan.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) no. 50 tahun 2012 tentang Penerapan

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Melalui peraturan ini pemerintah

mewajibkan perusahaan yang berisiko tinggi atau mempunyai lebih sama dengan 100

karyawan untuk menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen yang

lainnya.

Menurut PP 50 tahun 2012, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman,efisien, dan produktif. SMK3 merupakan alat bantu yang

dapat digunakan untuk memenuhi tuntuan dan persyaratan yang ada dan berlaku yang

beruhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3 merupakan

sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi

obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen yang

berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan bahkan

properti.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 3: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

PP Nomor 50 Tahun 2012 melampirkan pada lampiran ke 2 yaitu Pedoman Penilaian

Penerapan SMK3 untuk menilai sejauh mana perusahaan menerapkan SMK3 pada

perusahaannya. Penilaian Penerapan SMK3 yang selanjutnya disebut Audit SMK3 ialah

pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap penerapan kriteria yang telah

ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan

dalam penerapan SMK3 di perusahaan. Departemen Tenaga Kerja RI menunjuk PT

Sucofindo sebagai Lembaga Audit Independen untuk melaksanakan audit eksternal yang

bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian penerapan SMK3 di setiap tempat kerja di

Indonesia. PT Sucofindo mempunyai Unit Bisnis Strategis yaitu Sucofindo International

Certification Services (SICS) yang dibentuk tahun 1994, yang memberikan jasa sertifikasi

untuk perusahaan-perusahaan unggulan. Proses audit dilaksanakan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.

Industri (Persero) merupakan salah satu jenis industri yang memiliki risiko yang tinggi dalam

hal keselamatan dan kesehatan kerja. Pada 2012, data menunjukan sekitar 502.800 kejadian

fatal dan penyakit yang dialami oleh para tenaga kerja (Persero) di Amerika Serikat dari total

11.268.906 industri yang ada (Shift Indonesia). Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja di AS,

di tahun 2012 ada 314 karyawan (Persero) tewas dalam insiden yang berhubungan dengan

pekerjaan. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun

2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat

kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak

dua orang meninggal dua per hari karena kecelakaan kerja. Sementara menurut data

Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000

kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian

dan cacat seumur hidup (beritasatu.com).

Hasil Audit SMK3 PT Sucofindo kepada perusahaan Manufaktur tercantum

ketidaksesuaian dengan kriteria berdasarkan PP No.50 Tahun 2012.

1. PT ABC INDONESIA kriteria 6.5.7 yaitu terdapat ex- konveyor di gudang ME

dan Battery charger di ruang genset dalam keadaan rusak namun tidak ada

penandaan atau pemisahan.

2. PT XYZ kriteria 7.2.2 yaitu belum dilakukan pengukuran terhadap faktor

ergonomi dan psikologi serta iklim kerja.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 4: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

3. PT RST kriteria 9.3.3 yaitu unit simbol B3 untuk oksigen dalam tabung

bertekanan belum sesuai dengan karakteristik yang ada pada lembar data

keselamatan bahan dan PER-03/MENLH/2008, yaitu sebagai gas yang bersifat

pengoksidasi.

4. PT 123 kriteria 6.7.7 yaitu di area warehouse hanya tersedia 2 APAR dry

chemical, hal ini tidak sesuai ketentuan PER-4/MEN/1980

Tinjauan Teoritis

Sistem manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan

komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan,

penerapan, pengukuran dan pengawasan.

Penedekatan sistem manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 80an yang dipelopori

oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, dan Petersen, Franks Birds

dan lainnya. Terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai

lembaga dan institusi didalam dan luar negeri antara lain :

• Sistem manajemen five star dari British Safety Council, UK. Dikembangkan

oleh lembaga K3 di Inggris sekitar tahun 1970 dan digunakan diberbagai

perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberikan penghargaan kepada

perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan ( Sword of Honour

). Beberapa perusahaan di indonesia, seperti pertamina dan petrokimia telah

memperoleh penghargaan ini.

• Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OSHA, USA

• International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV suatu sistem

manajemen K3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA Mr. Frank Bird yang

mengembangkan metoda penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem ini

memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan system

scoring atau nilai. Di indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan

sistem ini.

Hingga saat ini terdapat beberapa standar SMK3 yang berlaku secara internasional maupun

nasional. Standar SMK3 internasional yang digunakan secara luas adalah OHSAS 18001 :

2007 yang dikeluarkan oleh Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS).

Standar SMK3 internasional lainnya adalah ILO-OSH 2001 yang ditetapkan oleh

International Labour Organization (ILO). Standar SMK3 nasional yang berlaku di indonesia

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 5: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

adalah peraturan pemerintah No.50 Tahun 2012. Standar SMK3 ini menggantikan standar

SMK3 yang lama, yaitu Peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehetan kerja yang selanjutnya disingkat SMK3

adalah bagian dari sistem manejemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif ( pasal 1 PP No.50 Tahun 2012).

Penerapan SMK3 bertujuan untuk :

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana,terukur,terstruktur dan terintegrasi;

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan

unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/serikat buruh; serta

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong

produktivitas.

Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut :

1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian penerapan

kurang.

2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat penilaian penerapan baik

3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat penilaian penerapan

memuaskan.

Tingkat penilaian penerapan SMK3 dapat dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1. Penilaian Tingkat Penerapan SMK3

Kategori Perusahaan Tingkat Pencapaian Penerapan

0-59% 60-84% 85-100%

Kategori tingkat

awal (64 kriteria)

Tingkat

Penilaian

penerapan

kurang

Tingkat penilaian

penerapan baik

Tingkat

penilaian

penerapan

memuaskan

Kategori tingkat

transisi (122 kriteria)

Tingkat

penilaian

penerepan

Tingkat penilaian

penerapan baik

Tingkat

penilaian

memuaskan

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 6: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

kurang

Kategori tingkat

lanjutan (166

kriteria)

Tingkat

penilaian

penerapan

kurang

Tingkat penilaian

penerapan baik

Tingkat

penilaian

memuaskan

Selain penilaian terhadap tingkat pencapaian penerapan SMK3, juga dilakukan penilaian

terhadap perusahaan berdasarkan kriteria yang menurut sifatnya dibagi atas 3 (tiga) kategori,

yaitu :

1. Kategori Kritikal

Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.

2. Kategori Mayor

a) Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

b) Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3 ; dan

c) Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.

3. Kategori Minor

Ketidakkonsistenan dalam penerapan persyaratan peraturan perundang-undangan,

standar, pedoman dan acuan lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dengan judul gambaran penilaian tingkat penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero)

merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik. Tempat Penelitian ini dilakukan di

PT X (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Manufaktur untuk pengolahan

logam mulia. Waktu dilakukannnya penelitian ini adalah bulan April-Mei 2015.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Data sekunder

yang digunakan yaitu profil perusahaan, proses bisnis perusahaan, identifikasi bahaya dan

pengendalian risiko, manual SMK3 dan dokumen-dokumen yang disebutkan dalam elemen

penilaian penerapan SMK3 di PP Nomor 50 Tahun 2012.

Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang terdapat

pada lampiran 2 PP Nomor 50 Tahun 2012.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 7: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

Hasil Penelitian

A. Penetapan Kebijakan K3

Tabel 2 Hasil Observasi elemen Penetapan Kebijakan K3

No

Kriteria Yang

Tidak

Terpenuhi

Deskripsi

Ketidaksesuaian Kategori

1. • 1.1.2

Tidak terdapat catatan

hasil konsultasi

dengan perwakilan

tenaga kerja terkait

draft kebijakan K3

Minor

Penjelasan Tabel 2 perusahaan tidak memenuhi kriteria 1.1.2 yaitu kebijakan disusun

oleh pengusaha dan/atau pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan wakil

tenaga kerja. Perusahaan tidak ditemukan catatan hasil konsultasi dengan perwakilan

tenaga kerja terkait hal draft kebijakan K3.

B. Perencanaan K3

Tabel 3 Hasil Observasi elemen Perencanaan K3

No

Kriteria Yang

Tidak

Terpenuhi

Deskripsi

Ketidaksesuaian Kategori

1. • 2.1.2 Tidak ditemukan

bukti bahwa pekerja

telah mendapatkan

pelatihan untuk

mengidentifikasi

bahaya, menilai dan

mengendalikan risiko

Minor

Penjelasan pada tabel 3 perusahaan tidak memenuhi kriteria 2.1.1 yaitu identifikasi

potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi K3

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 8: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Saat observasi tidak ditemukan bukti

dokumen bahwa pekerja yang melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko telah diberikan pelatihan resmi bersertifikat.

C. Pelaksanaan Rencana K3

Tabel 4 Hasil Observasi Pelaksanaan Rencana K3

No

Kriteria Yang

Tidak

Terpenuhi

Deskripsi Ketidaksesuaian Kategori

1. • 5.1.2 Dalam surat pesanan kepada PT

Adimitra Prima Lestari untuk

pembelian Sodium Tetraborate,

belum mensyaratkan aspek K3

• Minor

2. • 5.1.1 SOP Pengadaan barang dan

pesanan 601-01, tidak terdapat

persyaratan K3

• Minor

3. • 6.1.6 Penyimpanan masker catridge

di ruang maintenance tidak

teridentifikasi penggunaanya

dan kondisinya sudah tidak

layak pakai

• Minor

4. • 6.7.1

Perusahaan belum

mengidentifikasikan jenis-jenis

kondisi darurat yang mungkin

terjadi

• Minor

5. • 6.7.2 Belum terdapat pemastian

kondisi keadaan darurat akan

dilakukan simulasi

• Minor

6. • 6.7.6 Dilokasi percetakan emas dan

silver refining terdapat SCBA

yang tidak terpastikan dalam

kondisi baik

• Minor

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 9: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

7. • 6.8.1 Isi kotak P3K yang tersedia di

area kerja belum sesuai dengan

PER-15/MEN/2008 seperti di

ruang maintenance dan wastafel

di klinik tidak berfungsi

• Minor

8. • 6.9.1 Perusahaan belum memiliki

prosedur paska terjadi bencana

• Minor

9. • 9.3.3

Dilokasi clorinasi dan sel emas

terdapat penggunaan bahan

kimia namun tidak terdapat

simbol bahaya sesuai dengan

bahaya bahan tersebut

• Minor

10. • 9.3.2 MSDS untuk acetylene di ruang

maintenance, doorslag di

gudang B3 belum tersedia

• Minor

Penjelasan pada tabel 4 Hasil Observasi elemen Pelaksanaan K3 dari 97 kriteria yang

harus dipenuhi dalam elemen pelaksanaan K3, terdapat 87 kriteria yang terpenuhi.

Kriteria yang tidak terpenuhi adalah sebagai berikut :

1. Kriteria 5.1.2 yaitu spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat

kmia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan

peraturan perundang-undangan dan standar K3.

2. Kriteria 5.1.1 yaitu terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dpaat

menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3

telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.

3. Kriteria 6.1.6 yaitu Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan

digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai

4. Kriteria 6.7.1 yaitu keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar

tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah

didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang

ada ditempat kerja

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 10: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

5. Kriteria 6.7.2 yaitu penyediaan alat/ sarana dan prosedur keadaan darurat

berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas

yang berkompeten dan berwenang

6. Kriteria 6.7.6 yaitu perlatan dan sistem tanda bahaya keadaan darurat

disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.

7. Kriteria 6.8.1 perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa

sistem P3K yang ada memenuhi peraturan perundang-undangan, standar dan

pedoman teknis

8. Kriteria 6.9.1 prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga kerja maupun sarana

dan perlatan produksi yang mengalami kerusakan telah ditetapkan dan dapat

diterapkan sesegera mungkin setelah tterjadinya kecelakaan dan penyakit aibat

kerja

9. Kriteria 9.3.2 yaitu terdapat Lembar Data Keselamatan BKB ( Material Safety

Data Sheets ) meliputi keterangan mengenai keselamatan bahan sebagaimana

diatur pada peraturan perundang-undangan dan dengan mudah dapat diperoleh

10. Kriteria 9.3.3 yaitu terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label

secara jelas pada bahan kimia berbahaya

D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Tabel 5 Hasil Observasi Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

No

Kriteria Yang

Tidak

Terpenuhi

Deskripsi Ketidaksesuaian Kategori

1. • 7.2.2 • Pengukuran lingkungan

kerja yang telah dilakukan

tahun 2015 belum

mencakup faktor biologi

• Dari hasil pengukuran

pencahayaan terdapat hasil

yag dibawah minimal dan

untuk pengukuran

kebisingan melebihi NAB

tetapi tidak ada

• Minor

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 11: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

dokumentasi tindak lanjut

2. • 8.2.1 Belum terdapat prosedur yang

mengatur laporan dan

investigasi penyakit akibat kerja

• Minor

3. • 8.3.6 Monitoring tindakan perbaikan

dari investigasi kecelakaan

tanggal 3 Maret 2015 tidak

terdokumentasi

• Minor

4. • 8.4.1 Terdapat hasil kegiatan

pemeriksaan isolasi listrik ,

tidak terlihat adanya bukti

tindak lanjut dari hasil

pemeriksaan PT Wahana pada

tanggal 12 Juli 2014

• Minor

5. • 11.1.1 Organisasi telah melakukan

audit internal antara lain pada

periode1 tahun 2014 mencakup

standar OHSAS 18001,ISO

9001, dan ISO 14001, tetapi

belum mengacu kepada PP No.

50 thn 2012

• Minor

6. • 11.1.2 Organisasi belum memiliki

auditor SMK3 PP 50 Tahun

2012 yang tersertifikasi

• Minor

Penjelasan pada tabel 6.5 hasil observasi pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dari 29

kriteria yang harus dipenuhi dalam elemen tersebut, didapat 23 kriteria yang terpenuhi.

Kriteria yang tidak terpenuhi sebagai berikut :

1. Kriteria 7.2.2 yaitu pemantuan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor

fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 12: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

2. Kriteria 8.2.1 yaitu terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa

semua kecelakaan kerja, PAK, kebakaran atau peledakan serta kejadian

berbahaya lainya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3. Kriteria 8.3.6 yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan dipantau, didokumentasikan

dan diinformasikan ke seluruh tenaga kerja

4. Kriteria 8.4.1 yaitu terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan

dan kesehatan yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

5. Kriteria 11.1.1 yaitu audit internal SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk

memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan efektifitas

kegiatan tersebut

6. Kriteria 11.1.2 yaitu audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang

independen, berkompeten dan berwenang

E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Tabel 6 Hasil Observasi Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

No

Kriteria Yang

Tidak

Terpenuhi

Deskripsi

Ketidaksesuaian Kategori

1. - - -

Dalam elemen ini semua dari 3 kriteria yang harus terpenuhi, perusahaan memenuhi

ketiga kriteria tersebut.

F. Penilaian Tingkat Penerapan SMK3

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, wawancara

dan penelusuran dokemen-dokumen terkait pelaksanaan sistem manajemen K3 di PT X

(Persero) didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 13: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

Tabel 7 Hasil Persentase Penilaian SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012

No Proses Total Nilai Persentase

1. Penetapan Kebijakan K3 22 dari 23 Kriteria 96 %

2. Perencanaan K3 13 dari 14 Kriteria 93 %

3. Pelaksanaan Rencana K3 87 dari 97 Kriteria 89 %

4. Pemantauan dan Evaluasi

Kinerja K3 23 dari 29 Kriteria 79 %

5. Peninjauan dan Peningkatan

Kinerja SMK3 3 dari 3 Kriteria 100 %

TOTAL SKOR 148 dari 166 Kriteria 89 %

Dari hasil yang terdapat dalam tabel, maka diketahui bahwa secara keseluruhan dari

semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %,

yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X

(Persero) tingkat penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012

Memuaskan dan sertifikat bendera emas.

Proses SMK3 yang mempunyai nilai paling rendah adalah proses pemantauan dan

evaluasi K3, dengan nilai persentase 79 %, yang berarti 23 dari 29 kriteria SMK3 PP

No.50 Tahun 2012 sudah terpenuhi. Sedangkan proses SMK3 yang mempunyai nilai

tertinggi adalah proses penetapan kebijakan K3 dengan nilai persentase 96 % yang

berarti 22 dari 23 kriteria sudah terpenuhi.

Pembahasan

A. Penetapan Kebijakan K3

Perusahaan telah memiliki kebijakan yang terintegrasi dengan sistem manajemen

lainnya seperti OHSAS 18001, ISO 900, dan ISO 14001. Dalam kebijakan perusahaan

berkomitmen terhadap K3 untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja

serta pencegahan terhadap cidera dan penyakit akibat kerja mulai diberlakukan pada

tahun 2014 yang ditandatangani oleh General Manager PT X UBPP Logam Mulia.

Kebijakan yang telah di tandatangani disosialisasikan ke seluruh pekerja melalui

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 14: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

safety talk dan ditempel di lokasi kerja namun kebijakan yang dibuat belum melalui

konsultasi dengan perwakilan tenaga kerja.

Perusahaan telah membentuk organisasi sesuai Kepmentamben 555/1995 dan juga

telah membentuk P2K3 yang telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Jakarta Timur

no. 5380/2013 pada tanggal 26 Juli 2013 dengan jumlah anggota 24 orang. Ketua

P2K3 merupakan Vice President, Bapak Muhidin, dan Sekretaris Bapak Budhi

Santoso yang telah memiliki sertifikat Ahli K3 Umum. Rapat P2K3 telah rutin

dilakukan setiap bulan hanya saja belum dilakukan monitoring penyelesaiannya di

bulan berikutnya dan pelaporan ke Disnaker juga telah dilakukan.

B. Perencanaan K3

Tujuan dan Sasaran K3 dituangkan dalam K3L-01-Q-2015 dibagi menjadi 3 bagian

sasaran Kinerja yaitu, Saran kinerja terhadap Lingkungan, Safety dan Mutu ditambah

dengan sasaran untuk program Hiperkes. Tujuan dan Sasaran dimonitoring setiap

bulan oleh Bagian Internal Audit dan rekaman laporan akan di evaluasi setiap enam

bulan satu kali.

Organisasi telah menetapkan Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan

Pengendalian Resiko dengan No. SOP-007-13 Revisi 1 Tanggal terbit 15 Januari

2015. Prosedur berupa aliran proses mulai dari identifikasi aktivitas, produk dan jasa

hingga mendokumentasikan HIRARC versi terbaru. Asisten manajer masing – masing

satuan kerja bertanggung jawab mengidentifikasi bahaya dan melakukan upaya

pengendalian berdasarkan WI Penetapan Pengendalian Resiko dan Dampak

Lingkungan pada HIRARC (WI-792-03-21). Namun tidak ditemukan bukti bahwa

telah mendapatkan pelatihan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai dan

mengendalikan resiko. Pencatatan atas kegiatan IBPPR menggunakan Form Risk

Assessment Identification dengan No. FORM-007-00-03.

Penilaian potensi bahaya sesuai dengan WI Penetapan Pengendalian Resiko dan

Dampak Lingkungan pada HIRARC (WI-792-03-21) mempertimbangkan faktor

kemungkinan (likelihood) dan keparahan (severity) dengan kriteria penilaian

ditetapkan dengan nilai 1 s/d 5. Organisasi juga telah menetapkan resiko yang dapat

diterima sesuai dengan Matriks Penilaian Tingkat Resiko dan pengendalian resiko

sesuai dengan hierarki pengendalian resiko. Catatan atas IBPPR telah dibuat oleh

masing – masing unit kerja.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 15: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

C. Pelaksanaan Rencana K3

1. Komunikasi dan Konsultasi

Perusahaan memiliki SOP Partisipasi dan Konsultasi (SOP-007-14 rev 1 tanggal 31

Januari 2015) dimana pekerja dilibatkan dalam penyusunan HIRADC, penyelidikan

insiden, dan konsultasi terkait ketentuan dan perubahan yang berdampak pada K3

diwadahi dalam rapat P2K3 yang diselenggarakan sebulan sekali. Selain itu, juga

diatur di dalam prosedur mengenai konsultasi terkait K3 disampaikan oleh pihak HSE

ke kontraktor dalam bentuk safety induction. Perusahaan juga memiliki SOP

Komunikasi Inetrnal & Eksternal (SOP-007-09 rev 2 tanggal 11 September 2011)

yang mengatur terkait komunikasi internal dan eksternal. Untuk komunikasi internal

diatur lebih lanjut dalam Materi Komunikasi WI-007-09-01.

2. Manual SMK3

Perusahaan memiliki Manual Organisasi PT X (Persero) Tbk UBPP Logam Mulia

revisi 8 hanya saja ruang lingkup manual tersebut belum untuk SMK3 PP Nomor 50

Tahun 2012 baru untuk SMM, SML, SMK3 OHSAS. Manual belum memiliki nomor

dokumen dan table korelasi. Manual belum memuat semua tanggung jawab untuk

semua tingkatan di perusahaan. Manual mudah diakses ke personil di perusahaan

karena dapat diakses via online dan berdasarkan distribusi dokumen sudah

terdistribusi ke seluruh unit di perusahaan.

3. Pengendalian Dokumen

Perusahaan memiliki SOP Pengendalian Dokumen (Internal-Eksternal) (SOP-007-07

revisi 5 tanggal 26 Februari 2015) yang mengatur terkait pembuatan, perubahan,

pengesahan, tata cara penomoran. Mekanisme pengendalian dokumen ini dilakukan

secara paperless melalui system web based yang diatur lebih rinci pada SD-007-07-01.

Untuk dokumen eksternal seperti sertifikat, sertifikat kalibrasi, perizinan, manual book

alat, hand book, peraturan perundangan akan dievaluasi keterkaitannya oleh MR dan

Manager Satuan Kerja terkait. Daftar Induk Dokumen otomatis akan tergantikan

setiap kali ada revisi/edisi baru. Mekanisme pemeriksaan & persetujuan dokumen oleh

orang yang ditunjuk sesuai dengan WI-007-07-01.

4. Pengendalian Rekaman

Perusahaan memiliki SOP Pengendalian Catatan (SOP-007-02 rev 3 tanggal 10

Februari 2014). Semua catatan Mutu & K3L didaftarkan dalam Daftar Induk Catatan

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 16: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

dan diatur didalam SOP masa retensi catatan adalah 5 tahun. Belum diatur mengenai

kerahasiaan catatan di dalam prosedur. Hal yang perlu diperhatikan, Daftar Induk

Catatan belum memiliki nomor dokumen, format yang digunakan tidak seragam, dan

daftar induk catatan bagian K3 belum memuat seluruh catatan K3.

5. Pemeliharaan dan Perawatan Peralatan

Perusahaan memiliki biro Maintenance yang bertanggung jawab terkait perbaikan dan

pemeliharaan peralatan dan sarana produksi. Jadwal preventive maintenance tahun

2015 untuk setiap peralatan sudah disusun, dan sudah dipastikan terhadap

pemeriksaannya. Untuk perbaikan dilakukan dengan mengajukan melalui work order

dan setelah dilakukan perbaikan telah dilakukan monitoring status penyelesaiannya

didalam system.

6. Gudang

Perusahaan memiliki gudang yang diperuntukkan bagi penyimpanan material bahan

kimia, spare part dan gudang sementara limbah B3. Areal gudang juga telah

dilengkapi dengan safety eye wash, APAR, dan kotak P3K beserta isinya. Hal yang

perlu diperhatikan, untuk barang-barang yang sudah tidak berfungsi belum dipisahkan

dan belum diberi safety line. B3 yang disimpan sudah disimpan dengan baik dan

dipisahkan berdasarkan karaketristik sifat bahayanya hanya saja beberapa B3 belum

tersedia MSDS nya seperti doorslag serta rambu B3 yang dipasang juga belum sesuai

dengan symbol B3 yang teridentifikasi dalam kemasan.

7. Waste Water Treatment Plant

Perusahaan memiliki instalasi pengolahan air limbah. Bahan kimia yang digunakan

pada pengolahan limbah yaitu asam nitrat dan caustic soda yang telah dilengkapi

symbol pada kemasannya dan MSDS telah tersedia sebagai informasi terhadap B3

tersebut. Informasi keadaan darurat telah tersedia. Perusahaan juga telah menyediakan

APD standar berupa helm, sarung tangan dan sepatu. Untuk pekerja yang berinteraksi

dengan bahan kimia pada saat pencampuran bahan kimia diberikan tambahan APD

berupa masker catridge dan kacamata. Di area tersebut juga dilengkapi dengan APAR,

kotak P3K beserta isinya dan safety eye wash.

8. Pengadaan Barang dan Jasa

Setiap pengadaan barang dan jasa menggunakan program E-PROC dari mulai

pembelian sampai dengan melakukan evaluasi dilakukan secara elektronik. Untuk PO

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 17: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

yang dicetak belum terpastikan aspek K3 telah dimasukan sebagai salah satu

persyaratan produk yang akan dibeli, namun untuk pengadaan yang melalui kontrak

perusahaan telah memasukan aspek K3 sebagai persyaratan.

9. Pelaporan dan Investigasi Insiden

Perusahaan menetapkan Prosedur Investigasi Kecelakaan dengan no. WI-792-03-17

Revisi 1, tanggal 14 Desember 2011 yang bertujuan untuk mencari penyebab

kecelakaan yang telah terjadi dan menentukan tindakan pencegahannya. Prosedur juga

telah mencakup perihal hampir celaka near miss yang dicatatkan dalam form near

miss (792-03-17-1). Perusahaan telah menetapkan form Laporan Penyelidikan

Kecelakaan Kerja (792-03-17-01) yang telah berisikan perihal analisa penyebab.

Berdasarkan laporan tahun 2014 terdapat 11 kasus kategori Near miss, dan 1 kasus

dengan kategori incident (23-24 april 2014) di zona 2 (SCC, server, loket, kluis).

Berdasarkan Laporan Investigasi Kecelakaan letupan selang gas acetylene/pecah pada

tanggal 3 Maret 2015 shift 1 terdapat rekomendasi dan tindakan perbaikannya namun

tidak terdokumentasi monitoringnya. Hal yang perlu diperhatikan, prosedur belum

mengatur pelaporan dan investigasi terkait penyakit akibat kerja.

10. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Perusahaan menyediakan kotak P3K beserta isinya di area-area kerja, namun perlu

diperhatikan isinya belum sesuai dengan PER-15/MEN/2008. Perusahaan

menyediakan ruang P3K dengan izin klinik pratama namun perlu diperhatikan

mengenai monitoring obat yang tersedia beserta fasilitas seperti wastafel yang tidak

berfungsi.

11. Kesiapan Tanggap Darurat dan Pengendalian Paska Bencana

Organisasi telah menetapkan Prosedur Tanggap Darurat dengan No. SOP-792-03

Revisi 03 Tanggal 8 Agustus 2011. Prosedur berupa aliran proses mulai dari

identifikasi situasi potensi bahaya/ emergensi (FORM-792-03-01) hingga mereview

pelaksanaan dan perencanaan tanggap darurat dengan HSE Department sebagai

penanggung jawabnya. Dalam prosedur belum teridentifikasi jenis keadaan darurat

apasaja yang mungkin terjadi di area Perusahaan. Pelatihan dan simulasi

dipersyaratkan untuk dilakukan 1x setahun. Sesuai dengan Keputusan General

Manager dengan No. 057.K/0072/PLM/2014 menetapkan Struktur Organisasi Tim

Tanggap Darurat. Personil telah mendapatkan pelatihan untuk penggunaan APAR dan

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 18: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

hydrant seperti pada tanggal 25 Juni 2014. Simulasi telah dilakukan setiap tahun

namun hanya untuk keadaan darurat kebakaran.

12. Penerimaan Pegawai dan Pelatihan

Perusahaan memiliki SOP Rencana Tenaga Kerja (SOP-401-01 rev 2 tanggal 2 April

2014) yang mengatur proses penerimaan pegawai di perusahaan dan di dalam

prosedur telah diatur adanya tes kesehatan dalam salah satu rangkaian seleksi pegawai.

Dalam hal pelatihan, perusahaan memiliki SOP Pelatihan/ Training Pegawai (SOP-

401-02 rev 5 tanggal 2 April 2014). Di dalam prosedur diatur bahwa HR, CSR & GA

Manager merancang usulan program pelatihan dan menerima usulan pelatihan di luar

rencana serta menyusun rencana peningkatan kemampuan dan peningkatan kesadaran.

Dasar penentuan kebutuhan pelatihan yaitu berdasarkan analisa jabatan, usulan dari

Bureau Head terkait, dan kajian untuk pengembangan pegawai. Di tahun 2015, telah

disusun rencana pelatihan termasuk pelatihan K3 seperrti refresh training K3, P3K,

fire fighting, forklift, dll. Untuk evaluasi pelatihan terdapat tiga jenis evaluasi

pelatihan yaitu evaluasi pelaksanaan pelatihan, pre test post test, dan evaluasi

keefektifan dilakukan pasca pelatihan oleh atasan langsung. Evaluasi juga mencakup

penilaian terhadap kemampuan dan kepedulian serta penambahan wawasan dinilai

berdasarkan jenis pelatihan yaitu 3, 6 & 12 bulan.

D. Pemantauan dan Evaluasi kinerja K3

1. Pemantauan Kesehatan

Perusahaan memiliki Pedoman Perjanjian Kerja Bersama yang berisikan tentang

Pemeriksaan Kesehatan Pegawai. Pemeriksaan kesehatan khusus untuk pegawai yang

bekerja pada potensi bahaya tinggi telah dipersyaratkan dalam PKB berupa

pemeriksaan audiometri dan spirometri. Pada tahun 2014 bekerjasama dengan RS.

Antam Medika telah dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus terhadap

126 pegawai. Atas pemeriksaan kesehatan tersebut didapatkan hasil berupa 4 pegawai

fit optimal, 119 pegawai fit moderat dan 3 pegawai fit minimal. Dokter pemeriksa

kesehatan merupakan dokter kesehatan kerja dan Paramedis yang bertugas telah

mendapatkan pelatihan Hiperkes.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 19: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

2. Pemantauan Lingkungan Kerja

Perusahaan memiliki Prosedur Pemantauan dan Pengukuran Lingkungan dengan no.

SOP-792-02 Revisi 02. Terdapat form Daftar Item Pemantauan dan Pengukuran (792-

02-01) yang terdiri atas pemantauan udara ambient, udara lingkungan kerja,

kebisingan, pencahayaan dan emisi. Tahun 2015, perusahaan bekerjasama dengan PT.

Unilab Perdana dengan pengujian meliputi emisi, kebisingan, udara ambient, iklim

kerja, pencahayaan, udara lingkungan kerja terakhir pada tanggal 16 Februari 2015 – 2

Maret 2015. Dari hasil pengukuran pencahayaan terdapat hasil yang dibawah nilai

minimal yaitu di tuag pemurnian perak, ruang HSSE, ruang chlorinasi, ruang gold bar

casting dan untuk pengukuran kebisingan di ruang peleburan melebihi NAB namun

tidak ada dokumentasi tindak lanjut perbaikannya.

3. Sistem Inspeksi

Perusahaan melakukan pengawasan pekerjaan dengan melakukan Safety Patrol dan

Inspeksi dimana untuk Inspeksi dilakukan oleh bidang K3 dan Safety Patrol dilakukan

secara gabungan disetiap bidang. Hasil dari safety patrol dibahas di setiap pertemuan

P2K3 dari hasil pembahasan tersebut bila terdapat hal yang perlu perbaikan telah

dibuatkan program perbaikannya.

Saat ini safety patrol merupakan bagian dari sasaran program namun sebaiknya

perusahaan membuat aturan sebagai pedoman untuk pelaksanaan Safety Patrol dan

Inspeksi agar pelaksanaannya dapat berjalan konsisten.

4. Internal Audit

Internal Audit diatur pada prosedur SOP-007-03, Organisasi telah melakukan audit

internal antaral lain pada periode I tahun 2014 mencakup standar OHSAS, ISO 9001,

dan OHSAS, tetapi belum mengacu pada lampiran II PP 50 2012. Tenaga auditor

internal khususnya coordinator audit belum memiliki kualifikasi sebagai auditor

tersertifikasi dari Kementerian Tenaga kerja RI.

E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Rapat Tinjauan Manajemen dilakukan minimal setahun satu kali, untuk hasil tinjauan

manajemen di 20 Maret tahun 2015, agenda rapat tinjauan manajemen telah sesuai

dengan lampiran I PP 50 dan hasil rapat telah dibuatkan program tindak lanjut untuk

yang memerlukan tindak lanjut serta telah ditentukan PIC yang menyelesaikan

perbaikannya.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 20: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

Kesimpulan

Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai

persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah

terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50

Tahun 2012 Memuaskan.

Saran

1. Dalam penyusunan kebijakan K3, perusahaan melakukan tinjauan awal kondisi K3

dan konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/ buruh.

2. Penetapan sumber daya yang baik karena untuk menjamin tersedianya sumber daya

manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dan yang memadai agar

pelaksanaan rencana K3 dapat berjalan.

3. Perusahaan harus menjamin setiap pembelian atau pengadaan jasa produk barang dan

jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3.

4. Perusahaan harus menjamin keselamatan dalam pengemasan, penyimpanan,

pendistribusian dan penggunaan serta pemusnahannya.

5. Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya mmenghadapi keadaan darurat

kecelakaan dan bencana industri meliputi penyediaan personil dan fasilitas P3K dan

proses perawatan lanjutan

6. Perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat

untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga

kerja yang mengalami trauma

7. Perusahaan harus melalukan tindakan perbaikan segera pada saat ditemukan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan

pengukuran

8. Audit internal SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil

yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah

ditetapkan

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015

Page 21: GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM …

Referensi

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja ( Lampiran I )

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja ( Lampiran II )

OHSAS 18001 : 2007 . Occupational Health and Safety Assessment Series, Occupational

Health and Safety Management System Requirement, BSI

ILO-OSH 2001 .Guidelines on Occupational Safety and Health Management Systems.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (OHSAS

18001). Dian Rakyat : Jakarta

Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT. Toko Gunung

Agung

Usman, Syarif. 2010. Studi Evaluasi Tingkat Pemenuhan Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 : 2007 di Universitas

Indonesia, Depok. Universitas Indonesia Depok.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :

Per.15/MEN/VIII/2008 Tentang P3K di Tempat Kerja

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :

Per.18/MEN/XI/2008 Tentang Penyelanggaraan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

www.sucofindo.co.id.

Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015