gambaran penilaian tingkat penerapan sistem …
TRANSCRIPT
GAMBARAN PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO.50 TAHUN
2012 DI PT X (Persero) TAHUN 2015
Arief Aulia Riza1 dan Syahrul M. Nasri2
1Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia 16424
1Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia 16424
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini tentang Gambaran Penilaian tingkat Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero)
tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripstif analitik.
Peneltian ini menggunakan data primer berupa observasi dan menggunakan data sekuder dari
perusahaan. Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang
terdapat pada lampiran 3 PP No.50 Tahun 2012. Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang
dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166
kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian
penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Memuaskan.
The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health and Safety
Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015
Abstract
This Study is about The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health
and Safety Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015.
Design study is a Descriptive analytic. Method od data acquisition through interviews,
obseravtion and secondary data. The results showed that the level of adpotion research SMK3
in PT X (Persero) by PP No.50 Tahun 2012 as much as 89%, which means 148 from 166
kriteria SMK3 PP No.50 tahun 2012 have completed and assessment of The implementations
are Satisfy.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
Keywords : Criteria, Element, wisdom, plan, do, check, action and evaluation
Pendahuluan
Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam segala
aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan adanya perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas
dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur,
dan terintergarsi melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) guna
menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/ serikat buruh dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di berbagai
negara baik melalui pedoman maupun standar. Untuk memberikan keseragaman bagi setiap
perusahaan dalam menerapkan SMK3 sehingga perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan produktifitas perusahaan.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) no. 50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Melalui peraturan ini pemerintah
mewajibkan perusahaan yang berisiko tinggi atau mempunyai lebih sama dengan 100
karyawan untuk menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen yang
lainnya.
Menurut PP 50 tahun 2012, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman,efisien, dan produktif. SMK3 merupakan alat bantu yang
dapat digunakan untuk memenuhi tuntuan dan persyaratan yang ada dan berlaku yang
beruhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3 merupakan
sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi
obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen yang
berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan bahkan
properti.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
PP Nomor 50 Tahun 2012 melampirkan pada lampiran ke 2 yaitu Pedoman Penilaian
Penerapan SMK3 untuk menilai sejauh mana perusahaan menerapkan SMK3 pada
perusahaannya. Penilaian Penerapan SMK3 yang selanjutnya disebut Audit SMK3 ialah
pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap penerapan kriteria yang telah
ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan
dalam penerapan SMK3 di perusahaan. Departemen Tenaga Kerja RI menunjuk PT
Sucofindo sebagai Lembaga Audit Independen untuk melaksanakan audit eksternal yang
bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian penerapan SMK3 di setiap tempat kerja di
Indonesia. PT Sucofindo mempunyai Unit Bisnis Strategis yaitu Sucofindo International
Certification Services (SICS) yang dibentuk tahun 1994, yang memberikan jasa sertifikasi
untuk perusahaan-perusahaan unggulan. Proses audit dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
Industri (Persero) merupakan salah satu jenis industri yang memiliki risiko yang tinggi dalam
hal keselamatan dan kesehatan kerja. Pada 2012, data menunjukan sekitar 502.800 kejadian
fatal dan penyakit yang dialami oleh para tenaga kerja (Persero) di Amerika Serikat dari total
11.268.906 industri yang ada (Shift Indonesia). Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja di AS,
di tahun 2012 ada 314 karyawan (Persero) tewas dalam insiden yang berhubungan dengan
pekerjaan. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun
2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat
kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak
dua orang meninggal dua per hari karena kecelakaan kerja. Sementara menurut data
Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000
kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian
dan cacat seumur hidup (beritasatu.com).
Hasil Audit SMK3 PT Sucofindo kepada perusahaan Manufaktur tercantum
ketidaksesuaian dengan kriteria berdasarkan PP No.50 Tahun 2012.
1. PT ABC INDONESIA kriteria 6.5.7 yaitu terdapat ex- konveyor di gudang ME
dan Battery charger di ruang genset dalam keadaan rusak namun tidak ada
penandaan atau pemisahan.
2. PT XYZ kriteria 7.2.2 yaitu belum dilakukan pengukuran terhadap faktor
ergonomi dan psikologi serta iklim kerja.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
3. PT RST kriteria 9.3.3 yaitu unit simbol B3 untuk oksigen dalam tabung
bertekanan belum sesuai dengan karakteristik yang ada pada lembar data
keselamatan bahan dan PER-03/MENLH/2008, yaitu sebagai gas yang bersifat
pengoksidasi.
4. PT 123 kriteria 6.7.7 yaitu di area warehouse hanya tersedia 2 APAR dry
chemical, hal ini tidak sesuai ketentuan PER-4/MEN/1980
Tinjauan Teoritis
Sistem manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan
komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan,
penerapan, pengukuran dan pengawasan.
Penedekatan sistem manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 80an yang dipelopori
oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, dan Petersen, Franks Birds
dan lainnya. Terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai
lembaga dan institusi didalam dan luar negeri antara lain :
• Sistem manajemen five star dari British Safety Council, UK. Dikembangkan
oleh lembaga K3 di Inggris sekitar tahun 1970 dan digunakan diberbagai
perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberikan penghargaan kepada
perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan ( Sword of Honour
). Beberapa perusahaan di indonesia, seperti pertamina dan petrokimia telah
memperoleh penghargaan ini.
• Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OSHA, USA
• International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV suatu sistem
manajemen K3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA Mr. Frank Bird yang
mengembangkan metoda penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem ini
memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan system
scoring atau nilai. Di indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan
sistem ini.
Hingga saat ini terdapat beberapa standar SMK3 yang berlaku secara internasional maupun
nasional. Standar SMK3 internasional yang digunakan secara luas adalah OHSAS 18001 :
2007 yang dikeluarkan oleh Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS).
Standar SMK3 internasional lainnya adalah ILO-OSH 2001 yang ditetapkan oleh
International Labour Organization (ILO). Standar SMK3 nasional yang berlaku di indonesia
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
adalah peraturan pemerintah No.50 Tahun 2012. Standar SMK3 ini menggantikan standar
SMK3 yang lama, yaitu Peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehetan kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manejemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif ( pasal 1 PP No.50 Tahun 2012).
Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana,terukur,terstruktur dan terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut :
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian penerapan
kurang.
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat penilaian penerapan baik
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat penilaian penerapan
memuaskan.
Tingkat penilaian penerapan SMK3 dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1. Penilaian Tingkat Penerapan SMK3
Kategori Perusahaan Tingkat Pencapaian Penerapan
0-59% 60-84% 85-100%
Kategori tingkat
awal (64 kriteria)
Tingkat
Penilaian
penerapan
kurang
Tingkat penilaian
penerapan baik
Tingkat
penilaian
penerapan
memuaskan
Kategori tingkat
transisi (122 kriteria)
Tingkat
penilaian
penerepan
Tingkat penilaian
penerapan baik
Tingkat
penilaian
memuaskan
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
kurang
Kategori tingkat
lanjutan (166
kriteria)
Tingkat
penilaian
penerapan
kurang
Tingkat penilaian
penerapan baik
Tingkat
penilaian
memuaskan
Selain penilaian terhadap tingkat pencapaian penerapan SMK3, juga dilakukan penilaian
terhadap perusahaan berdasarkan kriteria yang menurut sifatnya dibagi atas 3 (tiga) kategori,
yaitu :
1. Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
2. Kategori Mayor
a) Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3 ; dan
c) Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.
3. Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam penerapan persyaratan peraturan perundang-undangan,
standar, pedoman dan acuan lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dengan judul gambaran penilaian tingkat penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero)
merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik. Tempat Penelitian ini dilakukan di
PT X (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Manufaktur untuk pengolahan
logam mulia. Waktu dilakukannnya penelitian ini adalah bulan April-Mei 2015.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Data sekunder
yang digunakan yaitu profil perusahaan, proses bisnis perusahaan, identifikasi bahaya dan
pengendalian risiko, manual SMK3 dan dokumen-dokumen yang disebutkan dalam elemen
penilaian penerapan SMK3 di PP Nomor 50 Tahun 2012.
Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang terdapat
pada lampiran 2 PP Nomor 50 Tahun 2012.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
Hasil Penelitian
A. Penetapan Kebijakan K3
Tabel 2 Hasil Observasi elemen Penetapan Kebijakan K3
No
Kriteria Yang
Tidak
Terpenuhi
Deskripsi
Ketidaksesuaian Kategori
1. • 1.1.2
Tidak terdapat catatan
hasil konsultasi
dengan perwakilan
tenaga kerja terkait
draft kebijakan K3
Minor
Penjelasan Tabel 2 perusahaan tidak memenuhi kriteria 1.1.2 yaitu kebijakan disusun
oleh pengusaha dan/atau pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan wakil
tenaga kerja. Perusahaan tidak ditemukan catatan hasil konsultasi dengan perwakilan
tenaga kerja terkait hal draft kebijakan K3.
B. Perencanaan K3
Tabel 3 Hasil Observasi elemen Perencanaan K3
No
Kriteria Yang
Tidak
Terpenuhi
Deskripsi
Ketidaksesuaian Kategori
1. • 2.1.2 Tidak ditemukan
bukti bahwa pekerja
telah mendapatkan
pelatihan untuk
mengidentifikasi
bahaya, menilai dan
mengendalikan risiko
Minor
Penjelasan pada tabel 3 perusahaan tidak memenuhi kriteria 2.1.1 yaitu identifikasi
potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi K3
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Saat observasi tidak ditemukan bukti
dokumen bahwa pekerja yang melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko telah diberikan pelatihan resmi bersertifikat.
C. Pelaksanaan Rencana K3
Tabel 4 Hasil Observasi Pelaksanaan Rencana K3
No
Kriteria Yang
Tidak
Terpenuhi
Deskripsi Ketidaksesuaian Kategori
1. • 5.1.2 Dalam surat pesanan kepada PT
Adimitra Prima Lestari untuk
pembelian Sodium Tetraborate,
belum mensyaratkan aspek K3
• Minor
2. • 5.1.1 SOP Pengadaan barang dan
pesanan 601-01, tidak terdapat
persyaratan K3
• Minor
3. • 6.1.6 Penyimpanan masker catridge
di ruang maintenance tidak
teridentifikasi penggunaanya
dan kondisinya sudah tidak
layak pakai
• Minor
4. • 6.7.1
Perusahaan belum
mengidentifikasikan jenis-jenis
kondisi darurat yang mungkin
terjadi
• Minor
5. • 6.7.2 Belum terdapat pemastian
kondisi keadaan darurat akan
dilakukan simulasi
• Minor
6. • 6.7.6 Dilokasi percetakan emas dan
silver refining terdapat SCBA
yang tidak terpastikan dalam
kondisi baik
• Minor
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
7. • 6.8.1 Isi kotak P3K yang tersedia di
area kerja belum sesuai dengan
PER-15/MEN/2008 seperti di
ruang maintenance dan wastafel
di klinik tidak berfungsi
• Minor
8. • 6.9.1 Perusahaan belum memiliki
prosedur paska terjadi bencana
• Minor
9. • 9.3.3
Dilokasi clorinasi dan sel emas
terdapat penggunaan bahan
kimia namun tidak terdapat
simbol bahaya sesuai dengan
bahaya bahan tersebut
• Minor
10. • 9.3.2 MSDS untuk acetylene di ruang
maintenance, doorslag di
gudang B3 belum tersedia
• Minor
Penjelasan pada tabel 4 Hasil Observasi elemen Pelaksanaan K3 dari 97 kriteria yang
harus dipenuhi dalam elemen pelaksanaan K3, terdapat 87 kriteria yang terpenuhi.
Kriteria yang tidak terpenuhi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria 5.1.2 yaitu spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat
kmia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan
peraturan perundang-undangan dan standar K3.
2. Kriteria 5.1.1 yaitu terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dpaat
menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3
telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.
3. Kriteria 6.1.6 yaitu Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan
digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai
4. Kriteria 6.7.1 yaitu keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar
tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah
didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang
ada ditempat kerja
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
5. Kriteria 6.7.2 yaitu penyediaan alat/ sarana dan prosedur keadaan darurat
berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas
yang berkompeten dan berwenang
6. Kriteria 6.7.6 yaitu perlatan dan sistem tanda bahaya keadaan darurat
disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
7. Kriteria 6.8.1 perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa
sistem P3K yang ada memenuhi peraturan perundang-undangan, standar dan
pedoman teknis
8. Kriteria 6.9.1 prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga kerja maupun sarana
dan perlatan produksi yang mengalami kerusakan telah ditetapkan dan dapat
diterapkan sesegera mungkin setelah tterjadinya kecelakaan dan penyakit aibat
kerja
9. Kriteria 9.3.2 yaitu terdapat Lembar Data Keselamatan BKB ( Material Safety
Data Sheets ) meliputi keterangan mengenai keselamatan bahan sebagaimana
diatur pada peraturan perundang-undangan dan dengan mudah dapat diperoleh
10. Kriteria 9.3.3 yaitu terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label
secara jelas pada bahan kimia berbahaya
D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Tabel 5 Hasil Observasi Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
No
Kriteria Yang
Tidak
Terpenuhi
Deskripsi Ketidaksesuaian Kategori
1. • 7.2.2 • Pengukuran lingkungan
kerja yang telah dilakukan
tahun 2015 belum
mencakup faktor biologi
• Dari hasil pengukuran
pencahayaan terdapat hasil
yag dibawah minimal dan
untuk pengukuran
kebisingan melebihi NAB
tetapi tidak ada
• Minor
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
dokumentasi tindak lanjut
2. • 8.2.1 Belum terdapat prosedur yang
mengatur laporan dan
investigasi penyakit akibat kerja
• Minor
3. • 8.3.6 Monitoring tindakan perbaikan
dari investigasi kecelakaan
tanggal 3 Maret 2015 tidak
terdokumentasi
• Minor
4. • 8.4.1 Terdapat hasil kegiatan
pemeriksaan isolasi listrik ,
tidak terlihat adanya bukti
tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan PT Wahana pada
tanggal 12 Juli 2014
• Minor
5. • 11.1.1 Organisasi telah melakukan
audit internal antara lain pada
periode1 tahun 2014 mencakup
standar OHSAS 18001,ISO
9001, dan ISO 14001, tetapi
belum mengacu kepada PP No.
50 thn 2012
• Minor
6. • 11.1.2 Organisasi belum memiliki
auditor SMK3 PP 50 Tahun
2012 yang tersertifikasi
• Minor
Penjelasan pada tabel 6.5 hasil observasi pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dari 29
kriteria yang harus dipenuhi dalam elemen tersebut, didapat 23 kriteria yang terpenuhi.
Kriteria yang tidak terpenuhi sebagai berikut :
1. Kriteria 7.2.2 yaitu pemantuan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
2. Kriteria 8.2.1 yaitu terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa
semua kecelakaan kerja, PAK, kebakaran atau peledakan serta kejadian
berbahaya lainya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Kriteria 8.3.6 yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan dipantau, didokumentasikan
dan diinformasikan ke seluruh tenaga kerja
4. Kriteria 8.4.1 yaitu terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan
dan kesehatan yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
5. Kriteria 11.1.1 yaitu audit internal SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk
memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan efektifitas
kegiatan tersebut
6. Kriteria 11.1.2 yaitu audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang
independen, berkompeten dan berwenang
E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Tabel 6 Hasil Observasi Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
No
Kriteria Yang
Tidak
Terpenuhi
Deskripsi
Ketidaksesuaian Kategori
1. - - -
Dalam elemen ini semua dari 3 kriteria yang harus terpenuhi, perusahaan memenuhi
ketiga kriteria tersebut.
F. Penilaian Tingkat Penerapan SMK3
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, wawancara
dan penelusuran dokemen-dokumen terkait pelaksanaan sistem manajemen K3 di PT X
(Persero) didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
Tabel 7 Hasil Persentase Penilaian SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012
No Proses Total Nilai Persentase
1. Penetapan Kebijakan K3 22 dari 23 Kriteria 96 %
2. Perencanaan K3 13 dari 14 Kriteria 93 %
3. Pelaksanaan Rencana K3 87 dari 97 Kriteria 89 %
4. Pemantauan dan Evaluasi
Kinerja K3 23 dari 29 Kriteria 79 %
5. Peninjauan dan Peningkatan
Kinerja SMK3 3 dari 3 Kriteria 100 %
TOTAL SKOR 148 dari 166 Kriteria 89 %
Dari hasil yang terdapat dalam tabel, maka diketahui bahwa secara keseluruhan dari
semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %,
yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X
(Persero) tingkat penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012
Memuaskan dan sertifikat bendera emas.
Proses SMK3 yang mempunyai nilai paling rendah adalah proses pemantauan dan
evaluasi K3, dengan nilai persentase 79 %, yang berarti 23 dari 29 kriteria SMK3 PP
No.50 Tahun 2012 sudah terpenuhi. Sedangkan proses SMK3 yang mempunyai nilai
tertinggi adalah proses penetapan kebijakan K3 dengan nilai persentase 96 % yang
berarti 22 dari 23 kriteria sudah terpenuhi.
Pembahasan
A. Penetapan Kebijakan K3
Perusahaan telah memiliki kebijakan yang terintegrasi dengan sistem manajemen
lainnya seperti OHSAS 18001, ISO 900, dan ISO 14001. Dalam kebijakan perusahaan
berkomitmen terhadap K3 untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja
serta pencegahan terhadap cidera dan penyakit akibat kerja mulai diberlakukan pada
tahun 2014 yang ditandatangani oleh General Manager PT X UBPP Logam Mulia.
Kebijakan yang telah di tandatangani disosialisasikan ke seluruh pekerja melalui
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
safety talk dan ditempel di lokasi kerja namun kebijakan yang dibuat belum melalui
konsultasi dengan perwakilan tenaga kerja.
Perusahaan telah membentuk organisasi sesuai Kepmentamben 555/1995 dan juga
telah membentuk P2K3 yang telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Jakarta Timur
no. 5380/2013 pada tanggal 26 Juli 2013 dengan jumlah anggota 24 orang. Ketua
P2K3 merupakan Vice President, Bapak Muhidin, dan Sekretaris Bapak Budhi
Santoso yang telah memiliki sertifikat Ahli K3 Umum. Rapat P2K3 telah rutin
dilakukan setiap bulan hanya saja belum dilakukan monitoring penyelesaiannya di
bulan berikutnya dan pelaporan ke Disnaker juga telah dilakukan.
B. Perencanaan K3
Tujuan dan Sasaran K3 dituangkan dalam K3L-01-Q-2015 dibagi menjadi 3 bagian
sasaran Kinerja yaitu, Saran kinerja terhadap Lingkungan, Safety dan Mutu ditambah
dengan sasaran untuk program Hiperkes. Tujuan dan Sasaran dimonitoring setiap
bulan oleh Bagian Internal Audit dan rekaman laporan akan di evaluasi setiap enam
bulan satu kali.
Organisasi telah menetapkan Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Resiko dengan No. SOP-007-13 Revisi 1 Tanggal terbit 15 Januari
2015. Prosedur berupa aliran proses mulai dari identifikasi aktivitas, produk dan jasa
hingga mendokumentasikan HIRARC versi terbaru. Asisten manajer masing – masing
satuan kerja bertanggung jawab mengidentifikasi bahaya dan melakukan upaya
pengendalian berdasarkan WI Penetapan Pengendalian Resiko dan Dampak
Lingkungan pada HIRARC (WI-792-03-21). Namun tidak ditemukan bukti bahwa
telah mendapatkan pelatihan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai dan
mengendalikan resiko. Pencatatan atas kegiatan IBPPR menggunakan Form Risk
Assessment Identification dengan No. FORM-007-00-03.
Penilaian potensi bahaya sesuai dengan WI Penetapan Pengendalian Resiko dan
Dampak Lingkungan pada HIRARC (WI-792-03-21) mempertimbangkan faktor
kemungkinan (likelihood) dan keparahan (severity) dengan kriteria penilaian
ditetapkan dengan nilai 1 s/d 5. Organisasi juga telah menetapkan resiko yang dapat
diterima sesuai dengan Matriks Penilaian Tingkat Resiko dan pengendalian resiko
sesuai dengan hierarki pengendalian resiko. Catatan atas IBPPR telah dibuat oleh
masing – masing unit kerja.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
C. Pelaksanaan Rencana K3
1. Komunikasi dan Konsultasi
Perusahaan memiliki SOP Partisipasi dan Konsultasi (SOP-007-14 rev 1 tanggal 31
Januari 2015) dimana pekerja dilibatkan dalam penyusunan HIRADC, penyelidikan
insiden, dan konsultasi terkait ketentuan dan perubahan yang berdampak pada K3
diwadahi dalam rapat P2K3 yang diselenggarakan sebulan sekali. Selain itu, juga
diatur di dalam prosedur mengenai konsultasi terkait K3 disampaikan oleh pihak HSE
ke kontraktor dalam bentuk safety induction. Perusahaan juga memiliki SOP
Komunikasi Inetrnal & Eksternal (SOP-007-09 rev 2 tanggal 11 September 2011)
yang mengatur terkait komunikasi internal dan eksternal. Untuk komunikasi internal
diatur lebih lanjut dalam Materi Komunikasi WI-007-09-01.
2. Manual SMK3
Perusahaan memiliki Manual Organisasi PT X (Persero) Tbk UBPP Logam Mulia
revisi 8 hanya saja ruang lingkup manual tersebut belum untuk SMK3 PP Nomor 50
Tahun 2012 baru untuk SMM, SML, SMK3 OHSAS. Manual belum memiliki nomor
dokumen dan table korelasi. Manual belum memuat semua tanggung jawab untuk
semua tingkatan di perusahaan. Manual mudah diakses ke personil di perusahaan
karena dapat diakses via online dan berdasarkan distribusi dokumen sudah
terdistribusi ke seluruh unit di perusahaan.
3. Pengendalian Dokumen
Perusahaan memiliki SOP Pengendalian Dokumen (Internal-Eksternal) (SOP-007-07
revisi 5 tanggal 26 Februari 2015) yang mengatur terkait pembuatan, perubahan,
pengesahan, tata cara penomoran. Mekanisme pengendalian dokumen ini dilakukan
secara paperless melalui system web based yang diatur lebih rinci pada SD-007-07-01.
Untuk dokumen eksternal seperti sertifikat, sertifikat kalibrasi, perizinan, manual book
alat, hand book, peraturan perundangan akan dievaluasi keterkaitannya oleh MR dan
Manager Satuan Kerja terkait. Daftar Induk Dokumen otomatis akan tergantikan
setiap kali ada revisi/edisi baru. Mekanisme pemeriksaan & persetujuan dokumen oleh
orang yang ditunjuk sesuai dengan WI-007-07-01.
4. Pengendalian Rekaman
Perusahaan memiliki SOP Pengendalian Catatan (SOP-007-02 rev 3 tanggal 10
Februari 2014). Semua catatan Mutu & K3L didaftarkan dalam Daftar Induk Catatan
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
dan diatur didalam SOP masa retensi catatan adalah 5 tahun. Belum diatur mengenai
kerahasiaan catatan di dalam prosedur. Hal yang perlu diperhatikan, Daftar Induk
Catatan belum memiliki nomor dokumen, format yang digunakan tidak seragam, dan
daftar induk catatan bagian K3 belum memuat seluruh catatan K3.
5. Pemeliharaan dan Perawatan Peralatan
Perusahaan memiliki biro Maintenance yang bertanggung jawab terkait perbaikan dan
pemeliharaan peralatan dan sarana produksi. Jadwal preventive maintenance tahun
2015 untuk setiap peralatan sudah disusun, dan sudah dipastikan terhadap
pemeriksaannya. Untuk perbaikan dilakukan dengan mengajukan melalui work order
dan setelah dilakukan perbaikan telah dilakukan monitoring status penyelesaiannya
didalam system.
6. Gudang
Perusahaan memiliki gudang yang diperuntukkan bagi penyimpanan material bahan
kimia, spare part dan gudang sementara limbah B3. Areal gudang juga telah
dilengkapi dengan safety eye wash, APAR, dan kotak P3K beserta isinya. Hal yang
perlu diperhatikan, untuk barang-barang yang sudah tidak berfungsi belum dipisahkan
dan belum diberi safety line. B3 yang disimpan sudah disimpan dengan baik dan
dipisahkan berdasarkan karaketristik sifat bahayanya hanya saja beberapa B3 belum
tersedia MSDS nya seperti doorslag serta rambu B3 yang dipasang juga belum sesuai
dengan symbol B3 yang teridentifikasi dalam kemasan.
7. Waste Water Treatment Plant
Perusahaan memiliki instalasi pengolahan air limbah. Bahan kimia yang digunakan
pada pengolahan limbah yaitu asam nitrat dan caustic soda yang telah dilengkapi
symbol pada kemasannya dan MSDS telah tersedia sebagai informasi terhadap B3
tersebut. Informasi keadaan darurat telah tersedia. Perusahaan juga telah menyediakan
APD standar berupa helm, sarung tangan dan sepatu. Untuk pekerja yang berinteraksi
dengan bahan kimia pada saat pencampuran bahan kimia diberikan tambahan APD
berupa masker catridge dan kacamata. Di area tersebut juga dilengkapi dengan APAR,
kotak P3K beserta isinya dan safety eye wash.
8. Pengadaan Barang dan Jasa
Setiap pengadaan barang dan jasa menggunakan program E-PROC dari mulai
pembelian sampai dengan melakukan evaluasi dilakukan secara elektronik. Untuk PO
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
yang dicetak belum terpastikan aspek K3 telah dimasukan sebagai salah satu
persyaratan produk yang akan dibeli, namun untuk pengadaan yang melalui kontrak
perusahaan telah memasukan aspek K3 sebagai persyaratan.
9. Pelaporan dan Investigasi Insiden
Perusahaan menetapkan Prosedur Investigasi Kecelakaan dengan no. WI-792-03-17
Revisi 1, tanggal 14 Desember 2011 yang bertujuan untuk mencari penyebab
kecelakaan yang telah terjadi dan menentukan tindakan pencegahannya. Prosedur juga
telah mencakup perihal hampir celaka near miss yang dicatatkan dalam form near
miss (792-03-17-1). Perusahaan telah menetapkan form Laporan Penyelidikan
Kecelakaan Kerja (792-03-17-01) yang telah berisikan perihal analisa penyebab.
Berdasarkan laporan tahun 2014 terdapat 11 kasus kategori Near miss, dan 1 kasus
dengan kategori incident (23-24 april 2014) di zona 2 (SCC, server, loket, kluis).
Berdasarkan Laporan Investigasi Kecelakaan letupan selang gas acetylene/pecah pada
tanggal 3 Maret 2015 shift 1 terdapat rekomendasi dan tindakan perbaikannya namun
tidak terdokumentasi monitoringnya. Hal yang perlu diperhatikan, prosedur belum
mengatur pelaporan dan investigasi terkait penyakit akibat kerja.
10. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Perusahaan menyediakan kotak P3K beserta isinya di area-area kerja, namun perlu
diperhatikan isinya belum sesuai dengan PER-15/MEN/2008. Perusahaan
menyediakan ruang P3K dengan izin klinik pratama namun perlu diperhatikan
mengenai monitoring obat yang tersedia beserta fasilitas seperti wastafel yang tidak
berfungsi.
11. Kesiapan Tanggap Darurat dan Pengendalian Paska Bencana
Organisasi telah menetapkan Prosedur Tanggap Darurat dengan No. SOP-792-03
Revisi 03 Tanggal 8 Agustus 2011. Prosedur berupa aliran proses mulai dari
identifikasi situasi potensi bahaya/ emergensi (FORM-792-03-01) hingga mereview
pelaksanaan dan perencanaan tanggap darurat dengan HSE Department sebagai
penanggung jawabnya. Dalam prosedur belum teridentifikasi jenis keadaan darurat
apasaja yang mungkin terjadi di area Perusahaan. Pelatihan dan simulasi
dipersyaratkan untuk dilakukan 1x setahun. Sesuai dengan Keputusan General
Manager dengan No. 057.K/0072/PLM/2014 menetapkan Struktur Organisasi Tim
Tanggap Darurat. Personil telah mendapatkan pelatihan untuk penggunaan APAR dan
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
hydrant seperti pada tanggal 25 Juni 2014. Simulasi telah dilakukan setiap tahun
namun hanya untuk keadaan darurat kebakaran.
12. Penerimaan Pegawai dan Pelatihan
Perusahaan memiliki SOP Rencana Tenaga Kerja (SOP-401-01 rev 2 tanggal 2 April
2014) yang mengatur proses penerimaan pegawai di perusahaan dan di dalam
prosedur telah diatur adanya tes kesehatan dalam salah satu rangkaian seleksi pegawai.
Dalam hal pelatihan, perusahaan memiliki SOP Pelatihan/ Training Pegawai (SOP-
401-02 rev 5 tanggal 2 April 2014). Di dalam prosedur diatur bahwa HR, CSR & GA
Manager merancang usulan program pelatihan dan menerima usulan pelatihan di luar
rencana serta menyusun rencana peningkatan kemampuan dan peningkatan kesadaran.
Dasar penentuan kebutuhan pelatihan yaitu berdasarkan analisa jabatan, usulan dari
Bureau Head terkait, dan kajian untuk pengembangan pegawai. Di tahun 2015, telah
disusun rencana pelatihan termasuk pelatihan K3 seperrti refresh training K3, P3K,
fire fighting, forklift, dll. Untuk evaluasi pelatihan terdapat tiga jenis evaluasi
pelatihan yaitu evaluasi pelaksanaan pelatihan, pre test post test, dan evaluasi
keefektifan dilakukan pasca pelatihan oleh atasan langsung. Evaluasi juga mencakup
penilaian terhadap kemampuan dan kepedulian serta penambahan wawasan dinilai
berdasarkan jenis pelatihan yaitu 3, 6 & 12 bulan.
D. Pemantauan dan Evaluasi kinerja K3
1. Pemantauan Kesehatan
Perusahaan memiliki Pedoman Perjanjian Kerja Bersama yang berisikan tentang
Pemeriksaan Kesehatan Pegawai. Pemeriksaan kesehatan khusus untuk pegawai yang
bekerja pada potensi bahaya tinggi telah dipersyaratkan dalam PKB berupa
pemeriksaan audiometri dan spirometri. Pada tahun 2014 bekerjasama dengan RS.
Antam Medika telah dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus terhadap
126 pegawai. Atas pemeriksaan kesehatan tersebut didapatkan hasil berupa 4 pegawai
fit optimal, 119 pegawai fit moderat dan 3 pegawai fit minimal. Dokter pemeriksa
kesehatan merupakan dokter kesehatan kerja dan Paramedis yang bertugas telah
mendapatkan pelatihan Hiperkes.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
2. Pemantauan Lingkungan Kerja
Perusahaan memiliki Prosedur Pemantauan dan Pengukuran Lingkungan dengan no.
SOP-792-02 Revisi 02. Terdapat form Daftar Item Pemantauan dan Pengukuran (792-
02-01) yang terdiri atas pemantauan udara ambient, udara lingkungan kerja,
kebisingan, pencahayaan dan emisi. Tahun 2015, perusahaan bekerjasama dengan PT.
Unilab Perdana dengan pengujian meliputi emisi, kebisingan, udara ambient, iklim
kerja, pencahayaan, udara lingkungan kerja terakhir pada tanggal 16 Februari 2015 – 2
Maret 2015. Dari hasil pengukuran pencahayaan terdapat hasil yang dibawah nilai
minimal yaitu di tuag pemurnian perak, ruang HSSE, ruang chlorinasi, ruang gold bar
casting dan untuk pengukuran kebisingan di ruang peleburan melebihi NAB namun
tidak ada dokumentasi tindak lanjut perbaikannya.
3. Sistem Inspeksi
Perusahaan melakukan pengawasan pekerjaan dengan melakukan Safety Patrol dan
Inspeksi dimana untuk Inspeksi dilakukan oleh bidang K3 dan Safety Patrol dilakukan
secara gabungan disetiap bidang. Hasil dari safety patrol dibahas di setiap pertemuan
P2K3 dari hasil pembahasan tersebut bila terdapat hal yang perlu perbaikan telah
dibuatkan program perbaikannya.
Saat ini safety patrol merupakan bagian dari sasaran program namun sebaiknya
perusahaan membuat aturan sebagai pedoman untuk pelaksanaan Safety Patrol dan
Inspeksi agar pelaksanaannya dapat berjalan konsisten.
4. Internal Audit
Internal Audit diatur pada prosedur SOP-007-03, Organisasi telah melakukan audit
internal antaral lain pada periode I tahun 2014 mencakup standar OHSAS, ISO 9001,
dan OHSAS, tetapi belum mengacu pada lampiran II PP 50 2012. Tenaga auditor
internal khususnya coordinator audit belum memiliki kualifikasi sebagai auditor
tersertifikasi dari Kementerian Tenaga kerja RI.
E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Rapat Tinjauan Manajemen dilakukan minimal setahun satu kali, untuk hasil tinjauan
manajemen di 20 Maret tahun 2015, agenda rapat tinjauan manajemen telah sesuai
dengan lampiran I PP 50 dan hasil rapat telah dibuatkan program tindak lanjut untuk
yang memerlukan tindak lanjut serta telah ditentukan PIC yang menyelesaikan
perbaikannya.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
Kesimpulan
Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai
persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah
terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50
Tahun 2012 Memuaskan.
Saran
1. Dalam penyusunan kebijakan K3, perusahaan melakukan tinjauan awal kondisi K3
dan konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/ buruh.
2. Penetapan sumber daya yang baik karena untuk menjamin tersedianya sumber daya
manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dan yang memadai agar
pelaksanaan rencana K3 dapat berjalan.
3. Perusahaan harus menjamin setiap pembelian atau pengadaan jasa produk barang dan
jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3.
4. Perusahaan harus menjamin keselamatan dalam pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan serta pemusnahannya.
5. Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya mmenghadapi keadaan darurat
kecelakaan dan bencana industri meliputi penyediaan personil dan fasilitas P3K dan
proses perawatan lanjutan
6. Perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat
untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga
kerja yang mengalami trauma
7. Perusahaan harus melalukan tindakan perbaikan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran
8. Audit internal SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil
yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah
ditetapkan
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015
Referensi
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( Lampiran I )
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( Lampiran II )
OHSAS 18001 : 2007 . Occupational Health and Safety Assessment Series, Occupational
Health and Safety Management System Requirement, BSI
ILO-OSH 2001 .Guidelines on Occupational Safety and Health Management Systems.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (OHSAS
18001). Dian Rakyat : Jakarta
Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung
Usman, Syarif. 2010. Studi Evaluasi Tingkat Pemenuhan Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 : 2007 di Universitas
Indonesia, Depok. Universitas Indonesia Depok.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.15/MEN/VIII/2008 Tentang P3K di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.18/MEN/XI/2008 Tentang Penyelanggaraan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
www.sucofindo.co.id.
Gambaran penilaian..., Arief Aulia Riza, FKM UI, 2015