laporan golongan mic.docx
DESCRIPTION
Minimum inhibitory ConcentrationTRANSCRIPT
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
UJI MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION (MIC)
OLEH
GOLONGAN : KAMIS SIANG
ASISTEN : DEWI PURWANINGSIH, S.Si.
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
I.1.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan nilai MIC
(Minimum Inhibitory Concentration) suatu desinfektan.
I.1.2 Tujuan Percobaan
Menentukan nilai MIC dari sampel alcohol 70%, super pel,
Dettol, bayclin, dan albotyl.
I.2 Prinsip Percobaan
Penentuan nilai MIC dari sampel berdasarkan
penghambatan pertumbuhan bakteri uji dalam medium NB ( Nutrien
Broth ) dalam berbagai tingkat pengenceran sampel yang
diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24 jam untuk mengetahui
pada tingkat pengenceran tertinggi berapa tabung tetap bening
yang menandakan tidak adanya pertumbuhan bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Desinfektan merupakan senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat atau mematikan mikroorganisme, yang
digunakan pada benda mati dan dengan cepat menghasilkan efek
letal yang tidak terpulihkan. Antiseptika adalah senyawa kimia yang
digunakan untuk menghambat atau mematikan mikroorganisme pada
jaringan hidup yang mempunyai efek membatasi dan mencegah
infeksi agar tidak menjadi lebih parah. (1 : 380)
Perbedaan antara desinfektan dan antiseptika salah satunya
adalah desinfektan digunakan pada benda mati sedangkan
antiseptika pada jaringan hidup. Desinfektan digunakan secara luas
untuk sanitasi rumah atau rumah sakit sedangkan antiseptik biasa
digunakan dalam bentuk tunggal atau digabung dengan detergen ,
sabun, serbuk tabur. (2)
Penggolongan desinfektan :
1. Turunan aldehida
a. Larutan formaldehida (solutio formaldehida, formalin)
mengandung formaldehida, (HCOC) 37%, mempunyai efek
antibakteri dengan kerja hambat. Larutan formaldehida
digunakan untuk desinfektan ruangan, alat-alat dan baju
dengan kadar 1 : 5000. Larutan formaldehida dalam air atau
alkohol digunakan untuk mengeraskan kulit, mencegah
keringat yang berlebihan dan untuk desinfektan pada tangan.
b. Paraformaldehida, diperoleh dengan cara menguapkan larutan
formalin, dibuat untuk memudahkan dalam pengangkutan.
Penggunaannya sama dengan formalin. Formalin dan
paraformaldehida mempunyai bau yang tidak
menyenakngkan.
c. Glutaraldehida, digunakan sterilisasi larutan atau peralatan
pembedahan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan.
Senywa ini mempunyai keuntungan dari senyawa ini tidak
berbau, efek terhadap kulit dan mata lebih rendah
dibandingkan dengan formaldehid.
2. Turunan klofor
Contoh dari senywa ini adalah kloramin T, dikloramin T, klorin,
halozan, dan natrium hipoklorit.
3. Senyawa pengoksidasi
Contoh senyawa ini adalah hidrogen peroksida, benzil peroksida,
karbmid peroksida, kalium permanganat dan natrium perborat.
4. Turunan fenol
Contoh dari turunan ini adalah kresol, klorokresol, kreosot, timol
dan klorotimol.
Penggolongan antiseptika:
1. Turunan alkohol
Turunan alkohol terutama digunakan untuk antiseptik pada
pembedahan, sebagai pengawet (benzil alkohol, klorobutanol),
dan mensterilkan udara dalam bentuk aerosol misalnya etilen
glikol, propilen glikol dan trimetilen glikol.
2. Turunan amidin dan guanidin
Contohnya adalah Klorheksidin Glukonat (Hibiscrub, Hibisol) dan
klor-heksidin asetat (Hibitane, Bactrigas)
3. Zat warna
Zat warna digolongkan atas 2 kelompok yaitu turunan Akridin
(akrilavin, aminakrin HCl,prolavin)dan trurunan trifenilmetan.
4. Halogen dan halogenofor
Halogenofor adalah kompleks antara halogen dengan senywa
organik. Kompleks klorin dan iodin dengan senyawa organik
disebut klorofor dan iodofor.
5. Senyawa merkuri
Senyawa merkuri terbagi atas 2 kelompok yaitu: merkuri
anorganik dan merkuri organik.
6. Senyawa fenol
Turunan fenol ini mempunyai efek antiseptik, anthelmintik,
anestesik, keratolotik, kaustik dan bekerja dengan cara
mengedandapkan protein sel mikroorganisme.
7. Turunan amonium kuarterner
Turunan amonium kuartener mempunyai efek bakterisid dan
bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif, sejumlah jamur dan protozoa.
8. Senyawa perak
Contoh senyawa ini adalah perak nitrat (AgNO3), perak nitrat
amoniakal, perak proteinatum ringan, perak sulfadiazin.
9. Turunan lain
Contohnya adalah heksetidin (bactidol).
Hingga sekarang makin banyak zat-zat kimia yang dipakai
untuk membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan
penemuan bar uterus muncul di pasaran. Oleh karena itu tidak
adanya bahan kimia yang ideal atau dapat dipergunakan untuk
segala macam keperluan maka pilihan akan jatuh pada bahan kimia
yang mampu untuk membunuh mikroorganisme yang ada dalam
waktu yang sesingkat mungkin dan tanpa merusak bahan yang
didisenfeksi (1).
Mekanisme kerja desinfektansia dikelompokkan menjadi 5
kelompok yaitu :
1. Penginaktifan enzim tertentu. Penginaktifan enzim tertentu adalah
mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan desinfektansia,
seperti turunan aldehida, amida, karbanilida, etilan-oksida,
halogen, senyawa-senyawa merkuri dan senyawa kuartener.
2. Denaturasi protein. Turunan alkohol, halogen dan halogenator,
senyawa merkuri, peroksida, turunan fenol dan senyawa
amonium kuartener bekerja sebagai antiseptika dan desinfektan
dengan cara denaturasi konjugasi protein sel bakteri.
3. Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri. Cara ini
adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turuna fenol
dan senyawa amonium kuartener. Dengan mengubah
permeabilitas membran sitoplasma bakteri, senyawa-senyawa
tersebut dapat menyebabkan bocornya konstituen sel yang
essensial, sehingga bakteri mengalami kematian.
4. Intekalasi ke dalam DNA. Beberapa zat warna seperti turunan
trifenilmetan dan turunan akridin, bekerja sebagai antibakteri
dengan meningkat secara kuat asam nukleat, menghambat
sintesis DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi
pada sintetis protein.
5. Pembentukan khelat. Beberapa turunan fenol, seperti
heksoklorofen oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion
Fe dan Cu, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel
bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel
menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga
mikroorganismenya mengalami kematian. (1 : 381)
Dalam memilih bahan desinfektan atau antiseptic perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut (4):
1. Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan
hanya beberapa desinfektan seperti halogen, merkuri klorida,
formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap spora.
Mycobacteria merupakan bentuk vegetatif yang paling tahan
dibandingkan dengan kebanyakan sel vegetatif lainnya. Untuk
membunuh mycobacteria sebaiknya digunakan fenol atau
alkohol. Virus lebih tahan dibandingkan bentuk vegetatif, dan
dapat dibunuh dengan halogen, oksidan dan formalin. Komponen
kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut mempunyai
sifat bakterisidal dan fungisidal.
2. Sifat mikrostatik
Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat
membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat
pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentuyang terdapat pada
rempah-rempah. Komponen kimia tersebut mempunyai sifat
bakteriostatik atau fungistatik. Komponen kimia yang bersifat
membunuh lebih baik daripada yang hanya bersifat menghambat
.
3. Kecepatan penghambatan
Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh atau
menghambat yang berbeda-beda terhadap jasad renik. Beberapa
komponen kimia bekerja dengan cepat, sedangkan komponen
lainnya hanya efektif setelah beberapa menit, bahkan ada setelah
beberapa jam. Sel yang sedang tumbuh atau berkembang biak
lebih sensitive dan mudah dibunuh dibandingkan dengan sel
dalam keadaan istirahat atau statis.
4. Sifat-sifat lain
Dalam pemilihan suatu desinfektan harus diusahakan yang
harganya tidak mahal, aktifitasnya tetap dalam waktu lama, larut
air, dan stabil di dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat
racunnya, sifat iritasi pada kulit, dan warna yang ditinggalkan.
Beberapa komponen organic dapat menghambat kerja
desinfektan, misalnya halogen, garam merkuri, dan deterjen
kationik, sedangkan sabun dan deterjen sintetik anionic dapat
membantu penyerapan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan
adalah (3):
1. Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba
2. Suhu desinfektan
3. Konsentrasi desinfektan
4. Jumlah dan tipe dari mikroorganisme
5. Keadaan bahan yang didesinfektan
Bahan kimia menimbulkan suatu pengaruh yang lebih
selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik
seperti panas dan radiasi.
Aktivitas anti bakteri ditentukan oleh spectrum kerja, cara
kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu bakteri dikatakan
mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar rendah
tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar (5).
Minumum Inhibitory Concentration (MIC) adalah uji dasar
untuk menentukan kemampuan atau sensifitas dari bakteri terhadap
antibiotik. (6)
II.2 Uraian Bahan
1. Pepton (6:169)
Nama resmi : Pepton
Nama lain : Pepton
Pemerian : Serbuk kering kemerahan sampai cokelat, bau
khas tidak busuk
Kelarutan : Larut dalam air, memberikan warna coklat
kekuningan yang bereaksi agak asam
Kegunaan : Sebagai komposisi medium
Penyimpanan : Wadah tertutup baik.
2. Ekstrak beef (6:1152)
Nama resmi : Ekstrak beef
Nama lain : Ekstrak daging
Pemerian : Berbentuk pasta berwarna coklat kekuningan
sampai kemerahan, rasa seperti daging dan
sedikit asam
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai komposisi medium
3. Aquades (6:96)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
4. Alkohol (1 : 26)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah bergerak bau khas,
rasa panas, mudah menguap, terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
II.3 Uraian Mikroba
II.3.1 Klasifikasi Mikroba
1. Staphylococcus aureus (5:176)
Kingdom : Protista
Divisi : protophyta
Class : schizoomycetes
Ordo : enterobacteriales
Family : enterobacteriaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
2. Salmonella thyposa (5:175)
Kingdom : Protista
Divisi : protophyta
Class : schizomycetes
Ordo : enterobacteriales
Family : enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella thyposa
3. Eschericia coli (3:174)
Kingdom : Protista
Divisi : protophyta
Class : schizomycetes
Ordo : enterobacteriales
Family : enterobacteriaceae
Genus : Eschericia
Spesies : Eschericia coli
4. Pseudomonas aeroginosa (5:168)
Kingdom : Protista
Divisi : protophyta
Class : schizomycetes
Ordo : pseudomonas
Family : pseudomonaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeroginosa
II.3.2 Morfologi Mikroba
1. Staphylococcus aureus (5:176)
Sel-sel berbentuk bola, berdiameter o,5-1,5 mm terdapat
tunggal dan berpasangan, secara khas membelah diri pada
lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol tidak
teratur, non motil, Gram positif, anaerob fakultatif, tumbuh lebih
cepat dan lebih banyak.
2. Salmonella thyposa (5:175)
Berbentuk batang, biasanya motil dan flagellum peritrikus,
kebanyakan akan tumbuh pada medium sintetis tanpa factor
tumbuh khusus dan dapat menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon, anaerob fakultatif.
3. Eschericia coli (3:174)
Batang halus, 1,1-1,5 mm x 2,0-6,0 mm, motil dengan flagellum
peritrikus atau non motil, Gram negative, tumbuh dengan
mudah pada medium nutrient sederhana, koloni utamanya pada
nutrient gelatin.
4. Pseudomonas aeroginosa(5:168)
Sel tunggal, batang lurus atau melengkung, namun tidak
berbentuk heliks, pada umumnya berukuran 0,5-1,0 mm x 1,5-
4,0 mm. motil dengan flagellum polos, monatriks atau
multikrikus, Gram negatif.
II.4 Uraian sampel
1. Alcohol 70% : zat aktifnya alcohol dengan konsentrasi 70%
mekanisme kerjanya dengan cara denaturasi
protein dan melarutkan lemak.
2. Super pel : zat aktifnya adalah pine oil dengan konsentrasi
2,1% mekanisme kerjanya obat
3. Albotyl : zat aktifnya yaitu polieronalen dengan
konsentrasi 26% mekanisme kerjanya dapat
mengkoagulasi protein secara spesifik dalam
jaringan disekitarnya yang masih sehat.
4. Bayclin : zat aktifnya yaitu NaOCl dengan konsentrasi
5,57% mekanisme kerja NaOCl yaitu reaksi
saponifikasi, reaksi netralisasi da reaksi
kloraminasi.
5. Dettol : zat aktifnya yaitu chloroxylenol CoH3ClO
dengan konsentrasi 4,8% w/v. mekanisme
kerjanya yaitu dapat membunuh bakteri yang
akan menurunkan kemampuan membrane sel
untuk memproduksi ATP sebagai sumber
energi.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat percobaan
Alat yang digunakan adalah autoklaf, botol pengencer,
inkubator, lampu spritus, sprayer, rak tabung, tabung reaksi, spoit.
III.1.2 Bahan percobaan
Bahan yang digunakan adalah medium Nutrien Broth (NB),
alcohol 70%, biakan bakteri, albotyl, Dettol, super pel.
III.2 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disuspensikan biakan bakteri
3. Dipipet sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi medium NB9,5 ml lalu diberi label pengenceran 1:20
4. Dipipet lagi sampel yang ada di pengenceran 1:20 sebanyak 5
ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua yang berisi
medium NB 5 ml lalu diberi label pengenceran 1:40, setelah itu
diinokulasikan biakan bakteri secara aseptis
5. Dilakukan pemipetan secara terus-menerus sampai
pengenceran 1:1280, diinokulasikan biakan bakteri
6. Dibuat kontrol (+) dan kontrol (-), kontrol (+) dibuat dengan cara
memipet sampel ke dalam 5 ml medium NB, sedangkan kontrol
(-) dibuat dengan cara menginokulasikan biakan bakteri ke
dalam 5 ml medium NB
7. Diinkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC
8. Diamati perubahan kekeruhan yang terjadi
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel pengamatan
Klp Sampel 1:20 1:40 1:80 1:160 1:360 1:640 1:1280
1Alkohol
70%- + + + + + ++
2Super
pel- + + + + + +
3 Dettol - - - - ++ - +
4 Albotyl
5 Alcohol + ++ + + - - +
6 liserin + + + ++ ++ ++ ++
Keterangan :
( - ) Tidak ada pertumbuhan
(++) Sangat keruh
( + ) keruh
IV.2 Gambar pengamatan
Kelompok 4
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
KETERANGAN :BAKTERI : Bacillus subtilisSAMPEL : BayclinPENGENCERAN : 1:40, 1:80, 1:160, 1:320
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
KETERANGAN :BAKTERI : Bacillus subtilisSAMPEL : BayclinPENGENCERAN : 1:2560, 1 : 1280, 1:640
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
KETERANGAN :BAKTERI : Bacillus subtilisSAMPEL : BayclinKONTROL (+); SAMPEL, BAYCLIN, BAKTERI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KETERANGAN :BAKTERI : Bacillus subtilisSAMPEL : Super Pel
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
KETERANGAN :BAKTERI : Bacillus subtilisSAMPEL : BayclinKONTROL (+); SAMPEL, BAYCLIN, BAKTERI
DAFTAR PUSTAKA
1. Djide, NM, Sartini. 1999. Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi.
Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin,
Makassar
2. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPP
Jakarta
3. Dwijdosoeputra, D. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi Cetakan IV,
Penerbit Djambatan, Malang
4. Wattimena, J.R. 1982. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
5. Struthers JK, Western Roger P. 2003. Clinical Bacteriology. Manson
Publishing
6. Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Jakarta : Depkes
RI