laporan genetika irma

9
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA (15 Maret 2015) Disusun oleh : Attika Purbosari (4411413041) Irma Susanti (4411413043) Titi Alfath (4411413032) BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: irmasusanti

Post on 01-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKASIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA(15 Maret 2015)

Disusun oleh :Attika Purbosari (4411413041)Irma Susanti (4411413043)Titi Alfath (4411413032)

BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015

SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA. Tujuan1. Membuktikan adanya prinsip segregasi secara bebas2. Membuktikan perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 13. Dapat menggunakan uji Chi-Square (Khi-kuadrat) dalam analisis genetika Mendel

B. Tinjauan PustakaPersilangan dengan hanya melihat satu sifat beda disebut dengan persilangan monohibrida. Pada persilangan digunakan beberapa simbol yaitu simbol P untuk parental atau tetua, F1 atau filial 1 untuk keturunan pertama, F2 atau filial 2 untuk keturunan 2 dan seterusnya. Hasil dari persilangan monohibrida yang dilakukan oleh Mendel ternyata memberikan hasil : semua individu F1 yang diperoleh seragam, yaitu hanya satu fenotip saja. Jika antar F1 yang diperoleh kemudian disilangkan akan diperoleh F2 dengan dua macam fenotip yang merupakan fenotip dari kedua induk. Ini berarti satu fenotip yang hilang akan muncul kembali pada F2. Pada persilangam biji bulat dan biji kisut diperoleh F2 dengan fenotip biji bulat dan kisut dengan perbandingan mendekati 3:1. Semua eksperimen monohibrid yang dilakukan Mendel ternyata menghasilkan pola yang hampir sama. (Tuti dan Aini, 2014) Dengan analisisnya, Mendel menemukan bahwa pasangan alel yang menentukan suatu sifat tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan pengecualian yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel yang secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi lain. Fenomena ini disebut hukum segregasi atau hukum pemisahan. Dari hasil-hasil ini, Mendel menarik kesimpulan bahwa dari dua alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi , yang satu adalah dominan terhadap yang lain. Konsep ini dikenal sebagai dominan dan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah dominan terhadap pendek. Mengenai warna polong hijau adalah dominan terhadap kuning. Selanjutnya, Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental pada generasi F2. Rupanya selalu ada rasio dari tipe-tipe resesif pada kisaran 3:1, tidak memandang sifat yang diteliti. (Pai dan Muchidin, 1987)Anil Kumar dkk dalam jurnalnya telah menyilangkan Coffe congensis dengan C. canephora var. Robusta. Dari hasil persilangannya tersebut didapatkan pemisahan genetik sesuai dengan hukum segregasi Mendel dan cocok dengan rasio monohybrid dari 3: 1 dan 1: 2: 1 dengan tingkat kepercayaan yang tinggi hipotetis (P0.50 hingga 0,95). Diamati bahwa gen yang mengatur efek pengerdilan kopi semak, batang tipis dan ketebalan primer, nomor utama yang rendah dan pendek karakter panjang primer yang ditemukan dominan atas tinggi jenis semak, batang utama tebal dan menembak primer serta lebih banyak jumlah dan panjang tunas utama.

C. Alat dan Bahan1. Kancing genetika dua macam warna, tiap warna berjumlah 502. Alat tulis

D. Metode 1. Mengambil dua warna kancing, masing-masing sebanyak 50, ditentukan simbol-simbol gen dan sifat yang diwakili oleh setiap warna kancing2. Memisahkan 50 kancing (hitam) menjadi dua bagian, masing-masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet betina dan 25 buah sebagai gamet jantan. Demikian pula untuk sisanya dimasukkan dalam kantong yang lain, sebagai gamet betina.3. 25 Kancing hitam dan 25 kancing kuning sebagai gamet jantan dimasukkan ke dalam suatu kantong, demikian pula untuk sisanya dimasukkan dalam kantong yang lain, sebagai gamet betina4. Mengambil secara acak satu kancing dari kantong pertama dan 1 kancing dari kantong kedua pertemukan dan ditabulasi5. Dengan cara yang sama melakukan terus sampai kancing-kancing yang berfungsi sebagai gen ini habis6. Menghitung perbandingan yang diperoleh baik perbandingan genotip maupun fenotip7. Menguji hasil perbandingan yang diperoleh dengan Khi-kuadrat

E. Hasil 1. Genotip

Kombinasi Kancing (kombinasi gen)FenotipTallyFrekuensiJumlah

IIIIII

MMMerah Merah 161026

MmMerah Hijau 183048

mmHijau Hijau 161026

GenotipFenotip

MMMerah Merah 252610,04

MmMerah Hijau 504840,08

MmHijau Hijau 252610,04

X2 hitung0,16

X2 tabel , db = 2X2 tabel 5 % dengan db 2= 5,99X2 hitung < X2 tabel maka h0 diterimaH0 = X2 hitung x2 tabel, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan harapan.H1 = X2 hitung > x2 tabel, ditolak bahwa sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.X2 hitung < X2 tabel (0,16 < 5,99) h0diterima, maka sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (Ho berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I.

2. Fenotip

Kombinasi Kancing (kombinasi gen)FenotipFrekuensiJumlah

III

MM dan MmMerah 344074

MmHijau161026

Fenotip

Merah7574-110,01

Hijau2526-110,04

X2 hitung0,05

X2 tabel , db = 2X2 tabel 5 % dengan db 2= 5,99H0 = X2 hitung x2 tabel, diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan harapan.H1 = X2 hitung > x2 tabel, ditolak bahwa sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.X2 hitung < X2 tabel (0,05 < 5,99) h0diterima, maka sebaran pengamatan tidakberbeda nyata dengan sebaran harapan (Hoberlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I.F. PembahasanPada praktikum simulasi persilangan monohibrida disilangkan Apel Merah (MM) dan Apel Hijau (mm) yang menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotip 2,125 : 1 untuk percobaan pertama dan 4 :1 untuk percobaan kedua. Perbandingan fenotip yang diharapkan Apel merah : apel hijau seharusnya sebesar 3:1 berdasarkan hukum Mendel 1. Sebenarnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis, ratio ini diperoleh dari ratio fenotipnya. Namun dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian. Kalau misalnya spesies F2 yang dihitung adalah 100 buah, maka tidak akan selalu persis bahwa yang merah 75 buah dan yang hijau 25 buah.Setelah dilakukan analisis menggunakan uji Chi Quadrat didapatkan X2 hitung < X2 tabel (0,16