laporan fisika batuan.doc
DESCRIPTION
its about rock physicsTRANSCRIPT
PERCOBAAN FISIKA BATUAN
MENGHITUNG DENSITAS DAN POROSITAS BATU BATA
MERAH, PUTIH DAN TAHAN API (SK 34)
DISUSUN OLEH :
Mashuri
1109 100 004
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan-batuan yang ada di permukaan bumi biasanya memiliki bentuk dan
ukuran berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan proses pembentukan
yang dialaminya. Namun dalam hal ini densitas dari batuan akan dicari dengan
menggunakan metode fisika.
Secara umum porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam
suatu batuan. Atau secara definitif porositas merupakan perbandingan antara
volume ruang yang terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume
batuan secara keseluruhan. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan
menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Pori merupakan ruang di
dalam batuan; yang selalu terisi oleh fluida, seperti udara, air tawar/asin, minyak
atau gas bumi. Porositas suatu batuan sangat penting dalam eksplorasi dan
eksploitasi baik dalam bidang perminyakan maupun dalam bidang air tanah.
Sedangkan densitas atau rapat massa (ρ) suatu zat merupakan perbandingan antara
nilai massa zat dengan volume zat tersebut dengan satuan SI gr.cm-3 atau Kg.m-3.
Massa jenis dari suatu fluida homogen dapat bergantung banyak faktor, seperti
temperatur fluida dan tekanan yang Memengaruhi temperatur tersebut. Untuk
cairan, maka massa jenis sangat sedikit berubah pada jangkauan tekanan dan
temperatur yang lebar, dan kita dengan aman dapat memperlakukan massa jenis
tersebut sebagai suatu konstanta.
1.2 Perumusah Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada percobaan kali ini adalah
bagaimana mengetahui cara mengukur rapat massa dan menentukan besarnya
porositas dari batu bata (bata merah,bata putih, bata tahan api dengan SK 34).
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara mengukur rapat massa
dan menentukan besarnya porositas dari batu bata (bata merah,bata putih, bata
tahan api dengan SK 34).
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum ini adalah melakukan pengukuran
densitas batuan serta porositas dari benda tak berongga dengan menggunakan
neraca ohaus dan neraca pegas Archimedes. Sampel yang digunakan dalam
praktikum ini adalah bata merah,bata putih, bata tahan api dengan SK 34.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut BAB 1 Pendahuluan,
BAB II Tinjauan Pustaka, BAB III Metodologi Percobaan yang terdiri dari alat
dan bahan, serta skema rangkaian kerja percobaan, BAB IV Analisis data dan
Pembahasan yang mana akan diperoleh dari hasil perhitungan, BAB V
Kesimpulan, dan Daftar Pustaka.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Massa jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa
jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan
memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
dengan
ρ adalah massa jenis (gr/cm3),
m adalah massa (gr) ,
V adalah volume (ml) .
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per
sentimeter kubik (g/cm3).
1 g/cm3=1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk
menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2
menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif'
Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama
2.2.a Porositas
Porositas merupakan hal yang sangat penting untuk mengukur ruang
kosong yang tersedia bagi tempat menyimpan fluida hidrokarbon. Porositas (Φ)
adalah kemampuan suatu batuan untuk menyimpan fluida. Porositas adalah
perbandingan ruang kosong /pori-pori dalam batuan dengan keseluruhan volume
batuan dikali 100 (untuk menyatakan persen).
Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya:
1. Original (Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi)
tanpa ada faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran pada
batupasir, antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.
2. Induced (Secondary) Porosity
Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa
proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault,
retakan, dan sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang
sebelumnya non-porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya
retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang akibat pelarutan
pada batukapur.
Batuan yang berporositas original lebih seragam dalam karakteristik
batuannya daripada porositas induced.
Porositas berdasarkan kualitas :
- Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.
- Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal.
- Celah dan rekah : Pori- pori terdapat di antara celah/rekahan.
- Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah, tanpa
terlihat bersambungan.
- Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-
pori kecil sekali dan hampir tidak ada porositas.
- Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.
- Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan
kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.
- Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua,
sehingga porositasnya besar.
Porositas berdasarkan kuantitas :
- ( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)
- (5% – 10%) buruk (poor)
- (10%- 15%) cukup baik (fair)
- (15%- 20%) baik (good)
- (20%- 25%) sangat baik ( very good )
- (>25%) istimewa ( excellent )
2.2.b Faktor Yang Memengaruhi Porositas
1. Susunan Batuan
Pemeriksaan porositas batuan salah satunya dengan melihat porositas
gabungan batuan.Dalam memperkirakan nilai porositas, Slichter dan kemudian
Graton dan Fraser menghitung porositas berbagai susunan batuan serupa.
Porositas dengan susunan kubik atau biasa disebut cubic packing (agak kompak)
adalah 47.6 %, sedangkan rombohedral (seperti belah ketupat, lebih kompak)
adalah 25,96 %.
Berdasarkan susunan kubik, porositas dapat dihitung :
r adalah jari-jari, sehingga tingginya 2r.
karena ada 8 butir (1/8) maka volume butir pasirnya :
2. Distribusi Batuan
Kita tahu bahwa di alam, batuan terdiri dari berbagai jenis dan ukuran
yang tidak hanya menyebabkan perbedaan susunannya saja tapi juga angularity
dan distribusi dari berbagai ukuran partikel akan Memengaruhi nilai porositas
batuan.
Distribusi suatu batuan berhubungan erat dengan komposisi butiran dari
batuan tersebut.Batuan dengan satu jenis unsur penyusun bisa memiliki porositas
yang lebih besar daripada porositas batuan yang terdiri dari berbagai macam unsur
penyusun. Misalnya saja batupasir dapat tersusun dari butiran kuarsa, feldspar,
limestone, fossil, dan chert. Keberagaman penyusun batuan ini sangat
Memengaruhi besarnya porositas dari suatu batuan karena bentuk dan ukuran dari
masing-masing penyusun yang berbeda. Jelas akan sangat berbeda perhitungannya
dengan ukuran partikel yang seragam.
Semakin besar ukuran butiran, semakin besar ruang kosong yang akan
diisi dengan batu lempung atau partikel-partikel lebih kecil dan materi semen.
Semakin banyak partikel kecil yang masuk, mengurangi jumlah pori-pori batuan.
Seperti contoh hasil pengayakan antara batupasir (a) dengan batupasir serpihan (b)
Distribusi ukuran batuan dapat dilihat dari skewness
(kecondongan).Eksperimen yang dilakukan oleh Tickell di pasir Ottawa
menunjukkan bahwa porositas adalah fungsi dari skewness distribusi ukuran
batuan.Secara umum, semakin kecil butiran dan semakin besar angularity maka
porositas semakin besar.Semakin besar ukuran butiran maka semakin kecil
porositas.
Material semen juga perlu diperhatikan karena semen akan menyegel
batuan sehingga fluida tidak dapat mengalir.
3. Sementasi
Sementasi juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat
Memengaruhi porositas. Material semen juga perlu diperhatikan karena semen
akan menyegel batuan sehingga fluida tidak dapat mengalir. Jika suatu batuan
tersementasi dengan baik, maka kemungkinan besar akan terdapat banyak pori
yang tidak berhubungan. Hal ini dapat menyebabkan porositas efektif dari batuan
itu menjadi kecil, sebaliknya jika suatu batuan tidak tersementasi dengan baik,
kemungkinan besar semakin banyak pori yang terhubungkan, sehingga harga
porositas efektif semakin besar.
4. Kompaksi
Kompaksi dapat Memengaruhi harga dari porositas.Semakin dalam posisi
batuan dari permukaan, beban yang diterima semakin besar.Tekanan yang
disebabkan oleh akumulasi beban batuan yang berada di atasnya disebut tekanan
overburden. Jika suatu batuan terkompaksi dengan baik artinya semakin dalam
dari permukaan, pori-pori dari batuan itu akan semakin kecil karena butiran
penyusun semakin merapat, contohnya pada rhombohedral packing. Begitu pula
sebaliknya, jika kompaksi semakin rendah maka presentasi pori akan semakin
besar, contohnya saja pada cubic packing.
5. Angularitas
Jika derajat angularitas butiran penyusun batuan semakin besar (semakin
jauh dari kebundaran/roundness), bentuk butirannya akan semakin menyudut. Hal
ini akan menyebabkan daerah sentuh antar butiran yang satu dengan yang lainnya
akan semakin besar jika dibandingkan dengan bidang sentuh antar butiran yang
roundness-nya tinggi (daerah sentuhnya kecil). Sehingga, mengakibatkan ruang
yang dapat ditempati fluida akan semakin berkurang dan porositasnya menurun.
2.2.c Porositas Total dan Effective Porosity
Total Porosity / Absolute Porosity adalah perbandingan ruang kosong/
pori-pori dalam batuan dengan bulk volume batuan (dinyatakan dalam persen).
Effective Porosity adalah perbandingan ruang kosong/ pori-pori yang saling
berhubungan dalam batuan dengan bulk volume batuan (dinyatakan dalam
persen).
Porositas Residual adalah porositas yang besarnya merupakan
perbandingan antara volume pori yang tidak berhubungan dengan volume bulk
batuan (dinyatakan dalam persen).
Para reservoir engineering menginginkan nilai effective point yang besar
karena berhubungan dengan kelancaran laju alir fluida dalam batuan. Untuk
batuan dengan penyemenan yang buruk hingga pertengahan, porositas total kira-
kira hampir sama dengan effective porosity. Sedangkan penyemenan yang sangat
tinggi dan batukapur, kemungkinan terjadi perbedaan yang signifikan antara
porositas total dengan effective porosity.
Susunan pori sangatlah kompleks, tetapi relatif terdistribusi merata.
Kekompleksan susunan pori meningkat dari interaksi berbagai faktor dalam
lingkungan geologi, yaitu pengepakan butir dan distribusi ukuran butir dari
kerangka pecahan, tipe material yang mengisi bagian kosong, dan tipe kadar
penyemenan. Induced porosity seperti batuan karbonat memiliki tingkat susunan
pori yang lebih kompleks. Terkadang terdapat dua atau lebih sistem pori pada
batuan. Materi dasar batuan biasanya kristal sebagai matriks. Matriks
mengandung pori-pori kecil terbuka yang terdiri dari 1 sistem pori. Sistem ini
berasal dari struktur kristal dari dalam batuan. Sistem pori dapat juga berasal dari
fracturing/ retakan, lepasan dari batuan utama, atau pelarutan.
2.3 Permeabilitas
permeabilitas adalah kemampuan untuk meloloskan air yang biasanya di
ukur dalam satuan MD atau biasa di sebut millidarcie. Semakin besar angka nya
maka permeabilitasnya semakin baik untuk produksi dan sebaliknya, biasanya
pada rumus dia menggunakan lambang K. Sedangkan porositas adalah
kemampuan untuk menyerap fluida pada batuan atau formasi atau ruang-ruang
yang terisi oleh fluida di antara zat-zat padat atau mineral pada suatu batuan.
Dimana selalu di lambangkan dengan ϕ, Porositas ini terbagi menjadi 5 macam
porositas primer, sekunder, bersambung, potensial dan efektif. Sedangkan
kejenuhan adalah rasio dari volume yang terisi oleh cairan dengan porositas total,
biasa menggunakan lambang S.
Pentingnya mengenal sifat batuan ini adalah untuk membantu intrepretasi
dalam analisis log yang akan di tunjang dengan pengetahuan secara geologi.
Sehingga akan membantu kandungan hidrokarbon terdapat sampai dengan
prakiraan jumlah kandungan hidrokarbon dalam formasi. Dengan mengetahui
jenis porositas,permeabilitas dan kejenuhan air pada formasi sehingga dapat
mengetahui apakah sumur tersebut dapat berproduksi. Sebelum bicara lebih
banyak mengenai permeabilitas, porositas dan kejenuhan , penting buat saya
pribadi sebagai seorang geologist untuk untuk mengetahui dimana porositas,
permeabilitas dan kejenuhan dalam bawah permukaan itu terdapat, yang nantinya
dapat menentukan kandungan hidrokarbon.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca pegas, neraca
ohaus, benang, meja penyangga, gelas ukur.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah, batu bata tahan api
(SK 34), batu bata merah, batu bata putih, air secukupnya.
3.2 Skema Percobaan
(a) (b) (c)
Gambar 3.1 Bahan yang digunakan; (a) batu bata merah; (b) batu bata putih (karbonat);
(c) batu bata tahan api (SK 34)
(a) (b) (c)
Gambar 3.2Alat yang digunakan; (a) neraca ohaus; (b) neraca pegas;
(c) meja penyangga (besi)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 3.3 Menghitung berat kering dan berat tercelup dari bahan
(a) Menghitung berat kering batu bata merah; (b)Menghitung berat basah batu bata merah
(c) Menghitung berat kering batu bata putih;
(d)Menghitung berat batu basah batu bata putih
(e) Menghitung berat kering batu bata tahan api (SK 34);
(f)Menghitung berat basah batu bata tahan api (SK 34)
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.4 Diagram Alur cara kerja
3.3 Cara Kerja
Pertama menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
untuk langkah pertama, menghitung massa kering dari bahan yang mana masing-
masing terdiri dari tiga sampel. Setelah didapat, mengukur berat kering dengan
menggunakan neraca pegas. Menghitung berat kering ini dilakukan dengan
menggunakan benang yang nantinya diikat pada pegas. Lalu untuk menghitung
berat tercelupnya, maka kita masukkan sampel yang sudah terikat ke dalam gelas
ukur yang sudah berisi air (hingga sampel tercelup keseluruhan). Dalam hal ini
digunakan penyangga yang terbuat dari besi untuk membantu sampel dapat
tercelup. Setelah sampel yang sudah didapat hasil nilai dari berat tercelupnya
maka kemudian menghitung massa basah dari sampel dengan menggunakan
neraca ohaus. Langkah-langkah ini diulang untuk sampel yang berbeda sebanyak
masing-masing tiga kali.
Batu Bata
Sampel
Ditimbang massa kering
(neraca ohaus)
Ditimbang berat tercelup (neraca pegas Archimedes)
Batu Bata
Sampel
Diikat pada pegas (dengan menggunakan benang)
Dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air
Ditimbang berat kering (neraca pegas Archimedes)
Batu Bata
Sampel
Diikat pada pegas (dengan menggunakan benang)
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Analisa data yang dilakukan percobaan ini adalah dengan mengamati
perhitungan massa kering, massa basah, berat kering dan berat tercelup dari setiap
sampel yang digunakan sehingga didapat data-data tersebut dalam bentuk table
sebagai berikut :
Table 4.1 Data percobaan dengan menggunakan batu bata merah
Batu Bata Merah
SampelMassa kering
(gr)
Massa basah
(gr)
Berat Kering
(N)
Berat tercelup
(N)Gravitasi (m/s)
1 65 71,2 0,6 0,35 10
2 43,2 48,3 0,3 0,05 10
3 46,5 52,4 0,5 0,3 10
Table 4.2 Data percobaan dengan menggunakan batu bata putih (karbonat)
Batu Bata Putih (Karbonat)
SampelMassa kering
(gr)
Massa basah
(gr)
Berat Kering
(N)
Berat tercelup
(N)Gravitasi (m/s)
1 58,2 62,5 0,55 0,3 10
2 89,8 94,7 0,75 0,35 10
3 77,8 78 0,6 0,25 10
Table 4.3 Data percobaan dengan menggunakan batu bata tahan api (SK 34)
Batu Bata Tahan Api (SK 34)
SampelMassa kering
(gr)
Massa basah
(gr)
Berat Kering
(N)
Berat tercelup
(N)Gravitasi (m/s)
1 125,1 136,8 1,2 0,6 10
2 113,4 124,4 1 0,6 10
3 132,5 145,8 1,35 0,8 10
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Densitas dan Porositas batu bata merah
Diketahui : massa kering (mk) = 65 gr
mk = 0,065 kg
massa basah (mb) = 71,2 gr
mb = 0,0712 kg
berat kering (Wk) = 0,6 N
berattercelup (Wb) = 0,35 N
percepatan gravitasi = 10 m/s2
Ditanya : a) densitas (ρ) = ………….?
b) porositas (ϕ) = …………?
Jawab :
(a) densitas (ρ) = b) porositas (ϕ) =
dimana FA = Wk – Wb dimana : mb = massa basah
FA = 0,6 – 0,35 mk = massa kering
FA = 0,15 N mt = massa tercelup
densitas (ρ) = porositas (ϕ) = x 100%
densitas (ρ) = 4333,33 kg/m3 porositas (ϕ) = 0,17%
densitas (ρ) = 4,33 gr/cm3
Untuk selanjutnya dapat dilihat pada table 4.4 berikut
Tabel 4.4 Perhitungan densitas dan porositas batu bata merah
Batu Bata merah
Sampel
Massa
kering
(gr)
Massa
basah
(gr)
Berat
Kering
(N)
Berat
tercelup
(N)
Gravitasi
(m/s)
densitas (ρ)
(gr/cm3)
porositas
(ϕ)
1 65 71,2 0,6 0,35 10 4,333 0,17
2 43,2 48,3 0,3 0,05 10 1,728 0,11
3 46,5 52,4 0,5 0,3 10 2,325 0,26
4.2.2 Perhitungan Densitas dan Porositas batu bata putih (karbonat)
Diketahui : massa kering (mk) = 58,2 gr
mk = 0,0582 kg
massa basah (mb) = 62,5 gr
mb = 0,0625 kg
berat kering (Wk) = 0,55 N
berat tercelup (Wb) = 0,3 N
percepatan gravitasi = 10 m/s2
Ditanya : a) densitas (ρ) = ………….?
b) porositas (ϕ) = …………?
Jawab :
(a) densitas (ρ) = b) porositas (ϕ) =
dimana FA = Wk – Wb dimana : mb = massa basah
FA = 0,55 – 0,3 mk = massa kering
FA = 0,25 N mt = massa tercelup
densitas (ρ) = porositas (ϕ) = x 100%
densitas (ρ) = 2328 kg/m3 porositas (ϕ) = 0,13%
densitas (ρ) = 2,3 gr/cm3
Untuk selanjutnya dapat dilihat pada table 4.5 berikut
Tabel 4.5 Perhitungan densitas dan porositas batu bata putih (karbonat)
Batu Bata Putih (Karbonat)
Sampel
Massa
kering
(gr)
Massa
basah
(gr)
Berat
Kering
(N)
Berat
tercelup
(N)
Gravitasi
(m/s)
densitas (ρ)
(gr/cm3)
porositas
(ϕ)
1 58,2 62,5 0,55 0,3 10 2,328 0,13
2 89,8 94,7 0,75 0,35 10 2,245 0,08
3 77,8 78 0,6 0,25 10 2,222 0,004
4.2.3 Perhitungan Densitas dan Porositas batu bata tahan api (SK 34)
Diketahui : massa kering (mk) = 125,1gr
mk = 0,125 kg
massa basah (mb) = 136,8 gr
mb = 0,0136 kg
berat kering (Wk) = 1,2 N
berat tercelup (Wb) = 0,6 N
percepatan gravitasi = 10 m/s2
Ditanya : a) densitas (ρ) = ………….?
b) porositas (ϕ) = …………?
Jawab :
(a) densitas (ρ) = b) porositas (ϕ) =
dimana FA = Wk – Wb dimana : mb = massa basah
FA = 1,2 – 0,6 mk = massa kering
FA = 0,6N mt = massa tercelup
densitas (ρ) = porositas (ϕ) = x 100%
densitas (ρ) = 2083,3 kg/m3 porositas (ϕ) = 0,14 %
densitas (ρ) = 2,083 gr/cm3
Untuk selanjutnya dapat dilihat pada table 4.4 berikut
Tabel 4.4 Perhitungan densitas dan porositas batu bata tahan api (SK 34)
Batu Bata Tahan Api (SK 34)
Sampel
Massa
kering
(gr)
Massa
basah
(gr)
Berat
Kering
(N)
Berat
tercelup
(N)
Gravitasi
(m/s)
densitas (ρ)
(gr/cm3)
porositas
(ϕ)
1 125,1 136,8 1,2 0,6 10 2,083 0,14
2 113,4 124,4 1 0,6 10 2,825 0,17
3 132,5 145,8 1,35 0,8 10 2,400 0,20
4.3 Pembahasan
Pada praktikum ini, penulis telah melakukan percobaan yang bertujuan
untuk mencari densitas dan porositas dari bahan yakni batu bata tahan api (SK
34), bata merah, dan bata putih (karbonat). Pada praktikum ini penulis
menggunakan alat dan bahan yaitu neraca ohaus, neraca pegas, gergaji, gelas
ukur, penyangga (besi), benang, air, batu bata tahan api, bata merah, dan bata
putih. Untuk mencari bata tahan api penulis di kedai yang berlokasi di pasar kecil
gang 2 keputraan, Urip Sumaharjo Surabaya. Pada awal melakukan praktikum,
penulis harus memecahkan batu bata tersebut hingga ukuran dari batu bata
tersebut dapat diukur pada pegas Archimedes. Pada awalnya penulis terpaku pada
bentuk sampel bata yang berbentuk balok kubus, namun setelah menyadarinya
pada pengukuran densitas atau porositas tidak terlalu memperhatikan bentuk dari
batuan maka penulis pun membentuk batu bata tersebut sembarang bentuk (ini
yang penulis jadikan sampel dalam percobaan ini). Setelah ketiga jenis batu bata
tersebut terbagi menjadi tiga sampel yang berbeda tiap jenisnya. Maka barulah
penulis mengerjakan percobaan untuk menentukan densitas dan porositasnya.
Tahap pertama percobaan penulis menghitung massa kering dari bata-bata
tersebut. Setelah itu didapat massa keringnya lalu penulispun menghitung berat
kering dan berat tercelup dengan menggunakan pegas Archimedes. Penulis
mendapati hasil pengukurannya yaitu berat tercelup lebih ringan dibandingkan
berat kering. Penyebab mengapa berat tercelup tersebut lebih ringan? Disebabkan
oleh gaya apung yang dialami oleh benda di dalam air yang memiliki densitas 1
gr/cm3. Setelah itu barulah penulis menghitung kembali massa basah dari batu
bata tersebut pada neraca ohaus (gambar 3.2a).
Pada pencelupan bata-bata tersebut, khususnya pada bata putih (karbonat)
penulis mendapati ketidakkonsitenan bentuk benda sebelum dan sesudah
pencelupan bata tersebut. Penulis mendapati peluruhan batu bata putih pada saat
di dalam air sehingga dalam pengamatan besarnya berat celup, penulis harus
secepat mungkin mengamati besar berat tercelup dari batu bata putih tersebut
supaya tidak terlalu banyak meluruh (mengalami perubahan bentuk).
Pada perbandingan massa basah dan massa kering, dapat diamati bahwa
tingkat keserapan air dari bata-bata tersebut berbeda. Hal ini dilihat dari selisih
massa basah dan massa kering. Semakin besar selisih yang didapat menunjukkan
semakin besar pula kandungan air yang terserap oleh batu bata tersebut. Dan hal
ini menunjukkan tingkat porositasnya yang besar. Dan begitu pula sebaliknya.
Pada bata yang memiliki serapan air yang rendah ditandai dari kecilnya selisih
antara massa basah dan massa kering, dan dapat disimpulkan pula bahwa batu
bata tersebut memiliki porositas yang kecil.
Pada percobaan ini, didapat nilai dari densitas rata-rata dan porositas rata
dari tiap jenis batu bata yaitu untuk densitas rata-rata batu bata merah 2,795, batu
bata putih 2,265, batu bata tahan api 2,436. Porositas rata-rata batu bata merah
0,18, batu bata putih 0,071, batu bata tahan api 0,17. Dari hasil yang telah didapat
maka menginformasikan bahwa tingkat porositas dan densitas tertinggi dari ketiga
jenis batuan tersebut yaitu batu bata merah lalu batu bata tahan api dan seterusnya
batu bata kapur (karbonat).
Tidak salah bila batu bata merah menjadi pilihan utama dari konsumen
dalam rangka membangun bangunan yang kokoh, hal disebabkan tingkat serapan
terhadap air memiliki tingkat rata-rata yang tinggi. Dan hal inipun dapat diartikan
tingkat dari elastisitas batu bata cukup besar. Inilah alasan utama mengapa
konsumen batu bata memilih batu bata merah untuk membangunan bangunan
yang kokoh.
BAB V
KESIMPULAN
1. - Densitas rata-rata pada batu bata merah adalah 2,795 gr/cm3
- Porositas rata-rata pada batu bata merah adalah 0,18
2. - Densitas rata-rata pada batu bata putih (karbonat) adalah 2,265 gr/cm3
- Porositas rata-rata pada batu bata putih (karbonat) adalah 0,071
3. - Densitas rata-rata pada batu bata tahan api (SK 34) adalah 2,436 gr/cm3
- Porositas rata-rata pada batu bata tahan api (SK 34) adalah 0,17
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis
http://chadsquarepants.wordpress.com/2013/02/05/porositas-batuan-part-1/
http://geologyguobloki.blogspot.com/2013/03/porositas-permeabilitas-
dan-kejenuhan.html