laporan farmako nelwan (atropin & morfin)

13
ATROPIN Merupakan penghambat reseptor muskarinik atau anti muskarinik. Kelompok obat ini bekerja pada reseptor muskarinik pada afinitas yang berbedauntuk berbagai subtype reseptor muskarinik. Oleh karena itu saat ini terdapat antimuskarinik yang digunakan untuk (1) mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral misalnya, antispasmodik; (2) penggunaan local pada mata sebagai midriatikum; (3) memperoleh efek sentral misalnya untuk mengobati penyakit Parkinson; (4) Bronkodilatasi; (5) memperoleh efek hambatan pada sekresi lambung dan gerakan saluran cerna. Atropin dtemukan terutama pada Atropa belladonna dan Datura stramonium. Farmakodinamik Hambatan oleh atropine bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetil kolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetil kolin endogen maupun eksogen. Pada dosis kecil (0,25 mg) atropine hanya menekan sekresi air liur, mucus bronkus, dan keringat. Pada dosis yang lebih besar (0,5 – 1 mg) baru terlihat dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan N. Vagus sehingga terlihat takikardia. - Susunan saraf pusat Atropin pada dosis kecil memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf pusat dan pada dosis toksik memperlihatkan efek depresi setelah melampaui fase eksitasi yang

Upload: innomad

Post on 25-Jul-2015

141 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

ATROPIN

Merupakan penghambat reseptor muskarinik atau anti muskarinik. Kelompok obat ini bekerja

pada reseptor muskarinik pada afinitas yang berbedauntuk berbagai subtype reseptor muskarinik.

Oleh karena itu saat ini terdapat antimuskarinik yang digunakan untuk (1) mendapatkan efek

perifer tanpa efek sentral misalnya, antispasmodik; (2) penggunaan local pada mata sebagai

midriatikum; (3) memperoleh efek sentral misalnya untuk mengobati penyakit Parkinson; (4)

Bronkodilatasi; (5) memperoleh efek hambatan pada sekresi lambung dan gerakan saluran cerna.

Atropin dtemukan terutama pada Atropa belladonna dan Datura stramonium.

Farmakodinamik

Hambatan oleh atropine bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetil kolin dalam

jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetil kolin endogen

maupun eksogen. Pada dosis kecil (0,25 mg) atropine hanya menekan sekresi air liur, mucus

bronkus, dan keringat. Pada dosis yang lebih besar (0,5 – 1 mg) baru terlihat dilatasi pupil,

gangguan akomodasi dan penghambatan N. Vagus sehingga terlihat takikardia.

- Susunan saraf pusat

Atropin pada dosis kecil memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf pusat dan

pada dosis toksik memperlihatkan efek depresi setelah melampaui fase eksitasi yang

berlebihan. Atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Dalam dosis

0,5 mg, atropine merangsang N vagus sehingga frekuensi denyut jantung berkurang. Pada

dosis yang besar, atropine menyebabkan depresi napas, eksitasi, disorientasi, delirium,

halusinasi dan perangsangan lebih jelas di pusat – pusat yang lebih tinggi. Lebih lanjut

terjadi depresi dan paralisis medulla oblongata.

- Sistem Kardiovaskular

Pengaruh atropine terhadap jantung bersifat bifasik, dengan dosis 0,25 – 0,5 mg frekuensi

jantung berkurang, mungkin disebabkan oleh perangsangan pusat vagus. Bradikardia

biasanya tidak nyata dan tidak disertai perubahan tekanan darah atau curah jantung.

Page 2: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

- Mata

Alkaloid belladonna menghambaqt M. constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa mata,

sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi).

Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya

kemampuan melihat jarak dekat.

- Saluran Napas

Alkaloid belladonna mengurangi secret hidung, mulut, faring, dan bronkus.

Penggunaannya pada pramedikasi anesthesia dimaksudkan untuk mengurangi sekresi

lendir jalan napas sehingga mengurangi resiko aspirasi pada pemulihan. Namun

pengurangan sekresi mucus dan mekanisme pembersihan mukosilier merupakan efek

samping merugikan bagi pasien PPOK

- Saluran Cerna

Karena bersifat menghambat peristalsis lambung dan usus, atropine juga disebut sebagai

antispasmodic. Atropin menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi

lambung

Farmakokinetik

Alkaloid belladonna mudah diserap di semua tempat kecuali di kulit. Pemberian atropine

sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorbs dalam jumlah

yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan

keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penkanan kantus internus mata

setelah penetesan obat agar larutan atropine tidak masuk ke rongga hidung, terserap dan

menyebabkan efek sistemik. Hal ini tidak tampak pada derivate sintesis maupun

semisintesis. Dari sirkulasi darah, atropine cepat memasuki jaringan dan separuhnya

megalami hidrolisis enzimatik di hepar. Sebagian diekresi melalui ginjal dalam bentuk

asal. Waktu paruh atropine sekitar 4 jam.

Indikasi

- Saluran Cerna

Page 3: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

Antikolinergik digunakan untuk menghambat motilitas lambung dan usus. Terutama

dipakai pada ulkus peptikum dan sebagai pengobatan simptomatik pada berbagai keadaan

misalnya disentri, colitis, diverticulitis dan kolik karena obat atau sebab lain. Dalam

pengobatan ulkus peptikum, atropine dalam dosis yang biasa digunakan tidak cukup

untuk menghambat ekresi asam lambung.

- Saluran Napas

Berguna untuk mengurangi sekresi lendir hidung, dan saluran napas misalnya pada

rhinitis akut, koriza dan Hay fever tetapi terapi ini tidak memperpendek masa sakit.

- Oftalmologi

Biasanya dipakai local untuk menimbulkan midriasis pada beberapa keadaan misalnya

untuk melakukan funduskopi, menghilangkan daya akomodasi sewaktu pemeriksaan

refraksi dan untuk beberapa keadaan infeksi misalnya iritis, iridosiklitis, keratitis

- Medikasi pra anesthesia

Atropin berguna untuk mengurangi sekresi lendir jalan napas pada anesthesia, terutama

anestesi inhalasi dengan gas yang merangsang. Kelenjar yang sekresinya dihambat

secara baik oleh antikolinergik ialah kelenjar keringat dan kelenjar ludah.

Atropin kadang – kadang berguna untuk menghambat N. vagus pada bradikardi atau

sinkope akibat reflex sinus karotis yang hiperaktif. Beberapa blok A-V yang disertai

dengan hiperaktivitas vagus dapat diperbaiki dengan atropine.

Efek Samping

Pada orang muda efek sampingnya : mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering

terjadi, tetapi tidak membahayakan. Pada orang tua dapat terjadi efek sentral terutama

sindrom demensia. Memperburuknya retensi urin pada pasien hipertrofi prostat dan

menyebabkan obat ini kurang diterima. Efek samping sentral kurang pada pemberian

antimuskarinik yang tergolong ammonium kuaterner. Walaupun demikian, selektivitas

hanya berlaku pada dosis rendah dan pada dosis toksik semuanya dapat terjadi.

Page 4: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

MORFIN

Morfin pertama kali diisolasi pada 1804 oleh ahli farmasi Jerman  Friedrich Wilhelm Adam

Sertürner. Tapi morfin belum digunakan hingga dikembangkan hypodermic needle (1853).

Morfin digunakan untuk mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan

alkohol dan opium.

Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah dan

menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudah larut

dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting

Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu

mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan

pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis

terapi.

Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang

rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi

yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari

thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri

meningkat.

Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi

reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi,

euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis

reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis

Page 5: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

 

Gambar morfin(serbuk)          Gambar struktur morfin

Farmakodinamik 

Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek

morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan

depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk

stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi

hormon anti diuretika (ADH).

Farmakokinetik 

Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga

dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian

oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan

dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin

terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.

Indikasi

Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri

hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar

dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard

; (2) Neoplasma ; (3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer,

pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri

akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.

Morfin adalah analgesic narkotik pertama yang digunakan untuk mengurangi cemas dan

ketegangan pasien menghadapi pembedahan, mengurangi nyeri, menghindari takipneu pada

anesthesia dengan trikloretilen dan membantu agar anesthesia berlangsung dengan baik.

Page 6: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

Kelompok obat ini juga memiliki sifat anestetik sehingga ia dapat mengurangi KAM, tetapi ia

tidak digunakan untuk tujuan anesthesia karena untuk ini ternyata dibutuhkan dosis yang

menimbulkan efek SSP lainnya. Dengan teknik anesthesia berimbang, dampak buruk morfin

yaitu memperpanjang waktu pemulihan dan depresi kardiovaskuler dapat diatasi dan mual

muntah, eksitasi, serta nyeri pasca bedah dapat dikurangi.

Dosis dan sediaan

Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan

teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang

adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang

sesuai yamg diperlukan.

Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk :

1. Bubuk atau serbuk. Berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat disalahgunakan

dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur dalam minuman, adakalanya

ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas disilet sendiri oleh para korban.

2. Cairan Berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya hanya

dilakukan dengan jalan menyuntik.

3. Balokan. Dibuat dalam bentuk balok-balok kecil dengan ukuran dan warna yang berbeda-

beda

4. Tablet. Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih. Morfin diabsorbsi dengan baik setelah

pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra muskuler, tetapi tidak diabsorbsi dengan

baik di saluran pencernaan. Oleh sebab itu morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat

minum. Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain merasa

gembira, santai, mengantuk, dan kadang diakhiri dengan mimpi yang menyenangkan.

Pengguna morfin umumnya terlihat apatis, daya konsentrasinya menurun, dan pikirannya

sering terganggu pada saat tidak menggunakan morfin. Efek tersebut yang selanjutnya

menyebabkan penggunanya merasa ketagihan

Page 7: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

Efek Samping

Disamping memberi manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek samping yang

cukup beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan, saluran pencernaan, dan

sistema urinarius. Efek pada sistema pernafasan berupa depresi pernafasan, yang sering

fatal dan menyebabkan kematian. Efek ini umumnya terjadi beberapa saat setelah

pemberian intravenosa atau sekitar satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini

meningkat pada penderita asma, karena morfin juga menyebabakan terjadinya

penyempitan saluran pernafasan. Efek pada sistema saluran pencernaan umumnya berupa

konstipasi, yang terjadi karena morfin mampu meningkatkan tonus otot saluran

pencernaan dan menurunkan motilitas usus. Pada sistema urinarius, morfin dapat

menyebabkan kesulitan kencing. Efek ini timbul karena morfin mampu menurunkan

persepsi terhadap rangsang kencing serta menyebabkan kontraksi ureter dan otot- otot

kandung kencing. Tanda- tanda pemakaian obat bervariasi menurut jenis obat, jumlah

yang dipakai, dan kepribadian sipemakai serta harapannya.

Gejala kelebihan dosis : 

Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga gejala klasik). Bila

sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-

kadang timbul edema paru (paru-paru basah). Gejala–gejala lepas obat : Agitasi, nyeri otot dan

tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis sangat tinggi) dapat terjadi

konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata (lakrimasi), keluar air dari hidung(rhinorhea),

berkeringat banyak, cold turkey, pupil dilatasi, tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat,

hiperpirexia (suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang psikosis

toksik.

Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat menghentikan

zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan sebelumnya. Keadaan putus heroin

tidak begitu membahayakan. Di kalangan remaja disebut “sakau” dan untuk mengatasinya

Page 8: Laporan Farmako Nelwan (Atropin & Morfin)

pecandu berusaha mendapatkan heroin walaupun dengan cara merugikan orang lain seperti

melakukan tindakan kriminal. Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu mual/muntah, nyeri

otot lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, diare, menguap/sneezing, demam, dan insomnia. Untuk

mengatasinya, diberikan simptomatik. Misalnya, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi

analgetik, untuk menghilangkan muntah diberi antiemetik, dan sebagainya. Pengobatan sindroma

putus opioid harus diikuti dengan program terapi detoksifikasi dan terapi rumatan. Kematian

akibat overdosis disebabkan komplikasi medis berupa gangguan pernapasan, yaitu oedema paru

akut (Banks dan Waller). Sementara, Mc Donald (1984) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan erat dengan kematian dan disabilitas yang

diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.

Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam, tetapi yang paling banyak digunakan adalah obat

yang memiliki tempat aksi utama di susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan gangguan-

gangguan persepsi, perasaan, pikiran, dan tingkah laku serta pergerakan otot- otot orang ynag

menggunakannya. Tujuan penyalahgunaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan perubahan

mental sesaat yang menyenangkan. Efek menenangkan sering dipergunakan untuk mengatasi

kegelisahan, kekecewaan, kecemasan, dorongan- dorongan yang terlalu berlebihan oleh orang

yang lemah mentalnya atau belum matang kepribadiannya. Sedangkan efek merangsang sering

dipakai untuk melancarkan pergaulan, atau untuk suatu tugas, menambah gairah sex,

meningkatkan daya tahan jasmani. Penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal

sebagai berikut :

1. tanda- tanda pemakai obat

2. keadaan lepas obat

3. kelebihan dosis akut

4. komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )

5. komplikasi lainnya ( sosial, legal, dsb)