laporan evaluasi renja badan ketahanan pangan … · laporan evaluasi renja badan ketahanan pangan...

84
LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016 DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Upload: ngokhuong

Post on 03-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH

PROVINSI LAMPUNG TA. 2016

DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2017

i

KATA PENGANTAR

Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka dianggap

perlu dilakukan Evaluasi terhadap hasil Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

lingkup Provinsi yang hasilnya akan disampaikan kepada menteri Dalam Negeri.

Penyusunan Laporan Evaluasi Rencana Kerja (Renja) SKPD Badan Ketahanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung ini bertujuan agar dapat diketahuinya pencapaian

realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian sasaran,

tujuan, misi dan visi sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan stratejik sehingga

dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang

akan datang.

Semoga Laporan ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pelaksana

program/kegiatan di bidang ketahanan pangan.

Bandar Lampung, Februari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Ir. Kusnardi, M. Agr. Ec NIP. 19631123 198803 1 005

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................................ i

Daftar Isi............................................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1

1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 2

1.3 Tupoksi .............................................................................................................................................. 2

1.4 Sasaran Strategis ............................................................................................................................ 5

BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN RENJA, RENSTRA...................................... 7

2.1 Program dan Kegiatan .................................................................................................................. 7

2.2 Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD ........................... 10

2.3 Kesesuaian Target Renstra dan Renja SKPD ........................................................................ 11

BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD .............................................................................................................. 12

3.1 Capaian Kinerja SKPD ................................................................................................................... 12

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja.................................................................................... 16

BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA ........................................................................................................ 74

4.1 Hambatan dan Kendala ................................................................................................................ 74

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................................. 75

LAMPIRAN........................................................................................................................................................ 77

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap

manusia untuk hidup dan beraktifitas, dengan demikian pangan sangat

mempengaruhi stabilitas Nasional, stabilitas nasional dapat terguncang

jika ketersediaan pangan tidak terjamin.

Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud

apabila tersedianya pangan yan cukup dan merata untuk seluruh

penduduk, kemudian setiap penduduk mempunyai akses fisik dan

ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi gizi guna menjalani

kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.

Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan

landasan bagi Ketahanan Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi

pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan

pemahaman tersebut, maka salah satu prioritas utama pembangunan

ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu

menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan

ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.

Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan

adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan

Pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun

2002 tentang Ketahanan Pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan

pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan

rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui : a)

pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 2

sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal; b) pengembangan efisiensi

sistem usaha pangan; c) pengembangan teknologi produksi pangan; d)

pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan; dan e)

mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud disusunya Laporan Evaluasi Rencana Kerja adalah

sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Tahun 2016.

Tujuan disusunya laporan ini adalah sebagai bahan evaluasi atas

kinerja SKPD khususnya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung dalam rangka mencapai sasaran kinerja di tahun anggaran

2016.

1.3 Tupoksi SKPD

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10 Tahun

2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah Provinsi Lampung yang kemudian disempurnakan kembali

melalui Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 dan disempurnakan

kembali melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perubahan kedua Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Rincian Tugas, Fungsi dana Tatakerja Inspektorat Daerah, Badan

Perencanaan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, tugas pokok dan

fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah

sebagai berikut :

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 3

A. Tugas Pokok Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung :

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

bidang ketahanan pangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan

yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. Badan Ketahanan Pangan Daerah dalam melaksanakan tugas

pokoknya mempunyai 5 (lima) fungsi yang harus dijalankan, yaitu :

1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan

daerah dibidang ketahanan pangan

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang

ketahanan pangan

5. Pengololaan Administratif.

Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung terdiri dari :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat, membawahi :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi

3. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, membawahi :

a. Sub Bidang Ketersediaan dan Akses Pangan

b. Sub Bidang Kerawanan Pangan

4. Bidang Distribusi dan Harga Pangan, membawahi :

a. Sub Bidang distribusi Pangan

b. Sub Bidang Harga dan Cadangan Pangan

5. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan,

membawahi :

a. Sub Bidang Konsumsi Pangan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 4

b. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan

6. Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, membawahi :

a. Sub Bidang Mutu Pangan dan Gizi

b. Sub Bidang Keamanan Pangan

Berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 10 Tahun

2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil

Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada

BKPD Provinsi Lampung dipimpin oleh seorang Kepala UPT berada di

bawah dan betanggungjawab kepada Kepala BKPD Provinsi Lampung.

Tugas Pokok dan Fungsi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan

Pangan Produk Hasil Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

a. UPT mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

menyelenggarakan pelayanan adinistrasi di bidang sertifikasi mutu

dan keamanan pangan produksi hasil pertanian secara terpadu

dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,

keamanan dan kepastian.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud UPT mempunyai

fungsi sebagai berikut :

- Pengawasan mutu dan keamanan produk segar hasil pertanian;

- Pelayanan sertifikasi dan labelisasi produk pangan segar hasil

pertanian yang beredar;

- Pelayanan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian yang

beredar;

- Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,

labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian

yang beredar sesuai dengan rencana strategis yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

- Pemberian dukungan atas perencanaan,pembinaan dan

pengendalian kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,

labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian

yang beredar;

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 5

- Penyelenggaraan urusan ketatausahaan; dan

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

C. Susunan organisasi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan

Produk Hasil Pertanian terdiri dari :

1. Kepala;

2. Sub Bagian Tata Usaha;

3. Seksi Pelayanan Teknis;

4. Seksi Pengujian dan Sertiikasi;

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.4 Sasaran Strategis

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai

sasaran strategis sesuai dengan sasaran Rencana Strategis Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, berikut adalah sasaran

strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung:

Tabel Sasaran Kinerja Tahun 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1.

2.

3.

4.

5.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)

4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

85,6

1

≥ HPP

CV < 10% 85,0 2.019

56,3

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 6

6.

Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

10%

80% (dibawah ambang batas)

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 7

BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN

RENJA, RENSTRA

2.1 Program dan Kegiatan

Berdasarkan sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung dijabarkan dalam program-program Badan Ketahanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu:

1. Peningkatan Disiplin Aparatur

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran

3. Pelayanan Administrasi Perkantoran

4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

5. Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Didalam 5 (lima) program yang terdapat di dalam renstra dan renja

tersebut tersebut terdapat beberapa kegiatan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

KODE Urusan Bidang RENSTRA Tahun 2016 APBD Tahun 2016

Pagu Indikatif Target Pagu Indikatif Target

2 5 6 7 8

URUSAN WAJIB BUKAN PELAYANAN DASAR

Pangan

15 Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan

15 3

Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan Segar 200.000.000

15 kab/kota 0 15 kab/kota

15 5 Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum Residu) 150.000.000

15 kab/kota 96.250.000 15 kab/kota

15 6 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 250.000.000 6 Kws 88.600.000 6 Kws

15 7 Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 150.000.000

15 kab/kota 55.500.000 15 kab/kota

15 8 Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah 400.000.000 40 Ton 1.000.000 0 Ton

15 9 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 260.000.000 8 kab/kota 25.000.000 6 kab/kota

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 8

15 10

Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan 250.000.000 1 Laporan 68.850.000 1 Laporan

15 11 Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan 250.000.000 8 kab/kota 100.000.000 5kab/kota

15 13 Alur Distribusi Pangan 200.000.000 5 kab/kota 0 0 15 14 Kegiatan Akses Pangan 200.000.000 5 kab/kota 46.312.000 15 kab/kota

15 15 Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD 200.000.000 12 Bulan 50.000.000 12 Bulan

15 16

Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar 165.000.000 9 kab/kota 60.092.000 9 kab/kota

15 17

Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC 17065 90.000.000 4 Laporan 14.000.000 4 Laporan

15 19

Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis 250.000.000

45 Pelaku_usaha 146.588.000

35 Pelaku_usaha

15 20 Audit Internal 75.000.000 30 Orang 8.170.000 20 Orang

15 21

Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi 110.000.000 2 Kali 25.000.000 1 Kali

15 22

Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di Lokasi Sentra 100.000.000 3 kab/kota 0 0 kab/kota

15 25

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 300.000.000

15 kab/kota 65.080.000 15 kab/kota

15 26 Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 150.000.000

6 Pemenang 85.555.000 6 Pemenang

15 28 Promosi Pangan Segar dan Olahan 250.000.000 1 Paket 0 0

15 29 Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional 350.000.000 2 Keg 283.965.750 2 Keg

15 30 Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 375.000.000

15 kab/kota 158.050.000 15 kab/kota

15 33

Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar 300.000.000

10 kab/kota 128.900.000 15 kab/kota

15 34 Pengembangan usaha pangan lokal 250.000.000

5 Pelaku_usaha 131.655.000

7Pelaku_usaha

15 35 Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 200.000.000 1 Tahun 50.000.000 1 Tahun

15 37

Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan Bersertifikat 110.000.000

1 Dokumen 80.000.000 1 Dokumen

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 9

15 38

Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD Provinsi Lampung (DAK+Pendampingan) 3.450.000.000 1 Laporan 2.509.989.000

1 Laporan (1 Unit)

15 39 Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian 100.000.000

10 kab/kota 0 15 kab/kota

15 40 Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga 165.000.000

10 kab/kota 26.000.000 15 kab/kota

15 41 Penyusunan Pola Pangan Harapan 250.000.000 1 Laporan 33.400.000 1 Laporan

15 42

Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 250.000.000

15 kab/kota 37.510.000 15 kab/kota

URUSAN PENDUKUNG Non Urusan (Eks BAU)

15 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

15 2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 140.000.000 12 Bulan 102.000.000 12 Bulan

15 7 Penyediaan jasa administrasi keuangan 175.000.000 12 Bulan 190.900.000 12 Bulan

15 10 Penyediaan alat tulis kantor 35.000.000 12 Bulan 25.000.000 12 Bulan

15 11 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 23.000.000 12 Bulan 16.700.000 12 Bulan

15 12

Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor 26.250.000 1 Tahun 10.000.000 1 Tahun

15 13 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor 168.000.000 1 Tahun 0 0

15 14 Penyediaan peralatan rumah tangga 26.250.000 1 Tahun 12.500.000 1 Tahun

15 15 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan 15.750.000 12 Bulan 16.500.000 12 Bulan

15 18 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah 157.500.000 1 Tahun 80.205.250 1 Tahun

15 22 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi dalam daerah 157.500.000 1 Tahun 59.426.000 1 Tahun

15 46 Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD 69.140.000 1 Paket 87.600.000 1 Paket

15 56 Penatausahaan Aset Daerah 10.500.000 1 Tahun 7.000.000 1 Tahun

16 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

16 20 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional 210.000.000 12 Bulan 100.000.000 12 Bulan

16 24 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor 157.500.000 12 Bulan 9.000.000 12 Bulan

16 29 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor 24.150.000 1 Paket 10.000.000 1 Paket

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 10

17 Program Peningkatan Disiplin Aparatur

17 2 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya 100.934.000 1 Paket 0 1 Paket

17 19 Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov. Lampung 61.425.000 1 Tahun 3.600.000 1 Tahun

20

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

20 7

Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD- 115.500.000 1 Laporan 43.500.000 1 Laporan

20 8 Penyusunan Rencana Kerja (RenJa) dan RKA SKPD- 105.000.000

2 Dokumen 33.507.000 2 Dokumen

11.578.399.000 5.182.905.000

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa semua Program dan

Kegiatan yang terdapat pada Rencana Kerja yang dibiayai Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2016 terdapat pada Rencana

Strategis (Renstra) 2015-2019.

Untuk target-target yang direncanakan pada Renstra sedikit

berbeda dengan dengan Target yang didanai oleh APBD Tahun 2016 hal

ini disebabkan oleh optimalisasi APBD Tahun 2016.

2.2 Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD

Berdasarkan Program dan Kegiatan yang terdapat pada Rencana

Strategis (Renstra) 2015-2019 dan Rencana Kerja (Renja) 2015 telah

sesuai dan tidak ada program Renja yang tidak terdapat pada Renstra

2015-2019, namun ada beberapa kegiatan pada Rencana Strategis 2015-

2019 seperti Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu

Keamanan Pangan Segar, Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan

Hasil Pertanian di Lokasi Sentra, Promosi Pangan Segar dan Olahan,

Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian,

Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor dan Pengadaan pakaian

dinas beserta perlengkapannya tidak dapat didanai oleh Anggaran

Belanaja dan Pendapatan Daerah karena keterbasan dana sehingga

hanya program prioritas yang dapat di danai.

.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 11

2.3 Kesesuaian Target antara Renstra dan Renja SKPD

Berdasarkan Target Kegiatan antara Renstra dan Renja Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung terdapat beberapa

perbedaan antara lain:

a. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah dari 35 Ton

menjadi 0 Ton karena terjadi perubahan Mou sehingga tidak dapat

terserapnya anggaran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung. b. Audit Internal dari target jumlah orang yang di audit sebanyak 30

orang menjadi 20 orang

c. Jumlah Orang yang mengikuti Bimtek target Renstra 30 Orang

sedangkan Renja 25 Orang pada kegiatan Bimtek Penerapan Mutu

dan Keamanan Pangan.

d. Jumlah pelaku usaha pada kegiatan Sertifikasi,Registrasi Produk

Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis pada Renstra

sebesar 45 pelaku usaha sedangkan pada Renja hanya sebesar 35

pelaku usaha.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 12

BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD

3.1 Capaian Kinerja SKPD

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target

indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja

masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel

dibawah ini:

Tabel Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)

0,68 1 0,43 43 1% 43

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP Rp.

4.100

≥ HPP Rp. 3.700

≥ HPP Rp. 3.776

100 ≥ HPP

HPP tahun 2019

belum diketahui

4. Coefisien Variasi

pangan beras di tingkat konsumen

CV : 6% CV<10%

CV : 2% 100 CV <10% 100

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

79,3 85,0 78,0

91,76 92,5 84,32

6.

Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)

1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 13

7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)

49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

3,16 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

91,39

80% 83,78 104,73 80% 104,73

Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU)

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator

menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤

90, 1 indikator kinerja memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan

capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator

menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1

indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian

sangat rendah.

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016

Sangat Tinggi 55,56% Tinggi

22,22%

Sangat Rendah 11,11%

Sedang 11,11%

Tingkat Capaian IKU Tahun 2016

Sangat Tinggi 55,56%

Tinggi 22,22%

Sedang 11,11%

Sangat Rendah 11,11%

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 14

Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana

dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :

Tabel. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan

No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan

Target

Tahunan

Triwulan Target Realisasi %

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

% 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100

Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen

% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96

Jumlah Konsumsi Protein

Gram/kap/hr

56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73

Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016

Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi

triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter

indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator.

Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy

indikator adalah sebagai berikut :

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 15

1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana

pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi

pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator

penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran

secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang

biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam

kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH)

konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.

Tabel Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No Sasaran Strategi

Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2016 Tahun 2017

Target Capaian Realisasi Target RPJMD PK

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 1

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen Rp/Kg

HPP≤

3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700

Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen

% <10% 2% 100 < 10% < 10%

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034

Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/

hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 10

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

%

80% (dibawah ambang batas)

83,78 104,73 80 % 80 %

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 16

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang

menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam

sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

memiliki 6 sasaran, yaitu :

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Tercapainya keamanan pangan segar

yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :

1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen

4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen

5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi

6. Jumlah konsumsi energi

7. Jumlah konsumsi protein

8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji

Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator

yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.

Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari

periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun

2016 adalah sebagai berikut:

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 17

Tabel . Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016

NO

Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2016 2019

Target Realisasi % Target RPJMD %

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 43

3.

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/Kg HPP≤

3.700

3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya

4. Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen

% <10% 2% 100 <10% 100

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 78,0*) 91,76 92,5 84,32

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7*) 91,96 2.150 86,36

7. Jumlah Konsumsi Protein

Gram/kap/hr

56,3 50,30*) 89,34 57 88,25

6. Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80% (dibawah ambang batas)

83,78 104,73 80 104,73

Catatan *) Angka sementara

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam

menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut

dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang

telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,

Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi

Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan

Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan

Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran

realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri

wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 18

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar

mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai

bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar

untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka

mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk

mencapai tujuan dan sasaran.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja

kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja

dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung

menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun

2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat

dijelaskan sebagai berikut :

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia

mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki

dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan

pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai

subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan

dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan

sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan

mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.

Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun

produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi

volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya

serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan

pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan

yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan,

disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 19

atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana

dan sarana transportasi akibat bencana alam.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan,

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

No Indikator Kinerja

Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan

70,31 85,60

75,08

87,71

88,70

84,64

Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016

ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian

kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah

tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%.

Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi

Lampung 2012 – 2016

Kelompok Pangan Skor Maks

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016

Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain

25 2,5 24

5 1

10 2,5 30

-

25 2,5

7,08 5,0

0

1,55 2,5

30,0 -

25 1,97

10,06 2,36

-

1,97 2,5 30

-

25 2,00 9,87 2,82

-

1,72 2,50

30,00 -

25 1,65 9,40 1,03

-

0,73 2,50

30.00 -

25 1,0

10,7 3,2 1,0

1,6 2,5

30,0 -

T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 20

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung

Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi

Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan,

hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada

beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga

masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan

buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk

kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji

berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor

maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung

belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi

Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan

harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun

mengalami peningkatan di tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan

bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang

karena belum mencapai 100.

Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan

selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

73,63 73,86 73,92

70,31

75,08

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

SKOR PPH KETERSEDIAAN

Series 1

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 21

Tabel Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016

No. Komoditas Surplus (+)/Minus (-) (ton) 2012 2013 2014 2015 2016

I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir

889.523

1.508.442 -87.733

1.671 -2.796

6.810.249 11.125

-340.047 1.230.602

49.240 650.819

952.622

1.506.991 -91.857

1.442 -3.469

6.752.862 8.367

-360.415 1.609.894

-48.954 722.018

780.725

1.557.589 -85.814

274 -77

8.122.537 19.889

-444.243 1.481.576

-63.528 628.267

873.967

1.509.246 -80.588

7.257 -9

6.657.508 14.042

- 20.764.046

- -

1.020.287 1.315.733

- 87.702 2.440

- 1 6.101.486

1.337 - -

16.613 531.241

II. 1. 2. 3. 4.

Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan

-4.528 87.443

-341.961 248.798

19.134 98.106

-350.308 491.323

5.927 3.176

-362.463 367.435

-

-15.943 -

7.913

6.897 2.231

- 362.707 -

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan

pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya

energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Sebagai gambaran

ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini.

Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.

No. Uraian Standar WNPG

Tahun 2012 (ATAP 2011)

Tahun 2013 (ATAP 2012)

Tahun 2014 (ATAP 2013)

Tahun 2015 (ATAP 2014)

Tahun 2016 (ATAP 2015

1

Energi (kal/kap/hr) 2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819

a. Nabati 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686

b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104,66 133

2

Protein (gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67

a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82

b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 22

Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016

Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016

Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah

melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan

Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan

pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM)

78,36 111,71 109,93 104,66 133,00

2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686,00

2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819,00

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Energi

0

10

20

30

40

50

60

70

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

8,95 12,76 12,33 12,28

16,85

51,19 49,36

55,47

43,57

51,82

66,41

58,31

68,23

55,9

68,67

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Protein

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 23

digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan

pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan

berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau

pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai

acuan dalam perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan

dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.

Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan

sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di

Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di

inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi

Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil

penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM)

menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di

dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%),

kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak

(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-

kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.

Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena

Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut

belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan

yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian

sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor

maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan

kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5). Hal ini

mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang

dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor

maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam

komposisi gizi seimbang.

Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang,

maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-

umbian, kacang-kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan

lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 24

lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa

komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat

dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan

pendapatan daerah.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan

mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna

sebagai masukan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan

meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan

Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi,

dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka

kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein.

Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu

memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi

tingkat ketersediaan di targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan

neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi

tingkat ketersediaan mencapai 2.819 Kkal/kapita/hari (117,45% dari target

angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.400

Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal

dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan

sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari

kelompok pangan tersebut sebagai berikut :

Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya

Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein

Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %

Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46

Hewani 133 4,72 16,85 24,54

Total 2.819 100 68,67 100 Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 25

Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016

Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016

Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih

besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat

sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi,

protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876

kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan

10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak

5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak

2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah

NABATI; 95,28%

HEWANI; 4,72%

KETERSEDIAAN ENERGI

75,46%

24,54%

Ketersediaan Protein Nabati Hewani

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 26

kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000

kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016

Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan

Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi

Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :

Tabel Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th.

2016

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % % AKE*) Bobot Skor

Aktual Skor AKE

Skor Maks

Skor PPH

Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00 Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7 Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2 Buah/Biji Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0

Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6

Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain - - - - - - - - Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08

% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN

Padi-Padian 66,55%

Buah-Buahan 10,03%

Gula 7,95%

Minyak dan Lemak 5,36%

Buah/Biji Beminyak 2,69%

Ikan 2,66%

Makanan Berpati 1,74%

Daging 1,06%

Sayuran 0,99%

Telur 0,92%

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 27

Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok

Pangan

Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan

berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun

2016 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih

17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH

75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung

belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.

Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas)

telah mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka

kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH

75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut

disebabkan karena :

1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan

tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak

seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan

2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan

kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang

Skor Maksimum

0,00

10,00

20,00

30,00 25,00

2,50

24,00

5,00 1,00

10,00

2,50

30,00

0,00

25,00

1,00

10,70

3,20 1,00 1,60 2,50

30,00

0,00 Skor Maksimum

Skor PPH

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 28

3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan

pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu

pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-

umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan

kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk

masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.

Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)

menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras

surplus 1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus

2.440 ton, Ubi Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe

merah 4.122, daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur

2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan

untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu

ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 87.702

ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu

minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi

Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 29

Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)

No. Komoditas Produksi (Ton)

Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan (Ton)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)

Total Konsumsi

(Ton)

Surplus/Minus

Ketersediaan/Konsumsi (%)

Skor % (Ton)

Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037

1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1

2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1

3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4

4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1

5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3

6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1

7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1

8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4

Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1

9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1

10. Daging ayam

ras dan buras

57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1

Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4

11. Telur

(ayam,itik) 79.377 79.377

9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1

Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1

12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1 Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 30

Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan

(PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015

skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun

2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok

pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi-

umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-

kacangan.

Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di

bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah

target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan

pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target

renstra dan nasional

Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan

(PPH) ketersediaan, antara lain :

1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk

mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya

program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan

suatu wilayah.

Solusi

1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya

perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju

alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar

2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan

melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan

potensi wilayah

3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile

dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat

tergantung pasokan dari luar

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 31

PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)

Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan

pangan, sebagai berikut :

Tabel Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan

No Indikator Kinerja

Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)

0,68 1

0,43

43 1%

43

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan

jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa

dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran

menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1%

tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan

jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah,

Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini

sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang

mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan

berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:

a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat

b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka

panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi

Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran,

karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli

masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 32

jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016

cenderung turun :

Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu

Jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 2012 (Maret)

2012 (Sept)

2013 (Maret)

2013 (Sept)

2014 (Maret)

2014 (Sept)

2015 (Maret)

2015 (Sept)

2016 (Maret)

2016 (Sept)

241,10

240,11

235,47

224,81

230,63

224,21

233,27

197,94

233,39

227,44

1.023,39

990,05

939,88

919,95

912,28

919,73

930,22

902,74

936.21

912,34

1.264,48

1.230,16

1.175,35

1.144,76

1.142,92

1.143,93

1.163,49

1.100,68

1.169,60

1.139,78

12,00

11,88

11,59

10,89

11,08

10,68

10,94

9,25

10,53

10,15

17,63

16,96

15,99

15,62

15,41

15,46

15,56

15,05

15,69

15,24

16,18

15,65

14,86

14,39

14,28

14,21

14,35

13,53

14,29

13,86

Sumber Data : BPS Provinsi Lampung

Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 -

2016

Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah

penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

11,88 10,89 10,68

9,25 10,15

16,96 15,62 15,46 15,05 15,24 15,65

14,39 14,21 13,53 13,86

Kota

Desa

Jumlah

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 33

penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan

target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu

1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung

tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1%

per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata

penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%

menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung

selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk

rawan pangan.

Tabel Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%

Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%

Realisasi Capaian

Kinerja

0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%

Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan

0,92%

1,26%

0,18%

0,68%

0,43%

1% 1% 1% 1% 1%

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

1,40%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Realisasi Kinerja

Target Renstra

Target Nasional

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 34

Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu

:

a. Pengembangan desa mandiri pangan

b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP

c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah

d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat

e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.

f. Akses Pangan

g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan

pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan

pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil

pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri

pangan, antara lain :

· meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga

Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa

(TPD)

· Menurunkan tingkat kemiskinan

· Menurunkan kerawanan pangan

· Meningkatkan tahan pangan

· Meningkatkan pola pikir

Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan

yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan,

Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil

pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini

dampaknya belum terlihat karena rata-rata pemberian bantuan modal dari

anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum

menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk

usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb.

Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi

pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 35

penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada

satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi

waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur,

Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat,

sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung

Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan

Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif

serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan

pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan

akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15

Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi

Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator

pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten

Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan

pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit)

yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada

yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah,

Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan

jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan,

Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.

Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632

desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas

1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425

desa/pekon prioritas 4.

Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap

kerentanan pangan disebabkan oleh :

a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-

rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10

rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar

dengan rata-rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa

terdapat 7 – 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki

sanitasi yang baik.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 36

c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan

rata-rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga

dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.

d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih

dengan rata-rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah

tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya

surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang

perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi

adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-

199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan

melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi

terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan

cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat

dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang

perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi

adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-

199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan

melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi

terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan

pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena

belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan

dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan

pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016

kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah.

Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan

pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di

masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang

No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 37

sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata

dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan

sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat di musim paceklik.

Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan

alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam

suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata

mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi

lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan

bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya

adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga alternatif yang diintervensi

dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani

kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan

finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.

Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara

sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi

salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah

salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan

dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi

perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan lumbung pangan pada akhir-akhir

ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan

berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2) terjadinya reformasi

peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu

solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di pedesaan

dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai

program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah

satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan

di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya

di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan

masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat

untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing-masing

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 38

lumbung mendapat anggaran Rp. 20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada

tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang

berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :

No. Nama Kelompok Alamat Lumbung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.

Bangun Karya I Jaya Lestari Karya Maju Margo Seto Mekar Jaya Rejosari II Subur Makmur Suka Maju Sumber Rejeki Harapan Tani II Baru Muncul Mugi lestari Rukun Sentosa Sido Dadi Sido Makmur Sido Dadi Trimo Maju Tunas Baru I Tunas Remaja Untung Jaya Ngudi Makmur Tani Maju Setia Bakti Tirta Waru Flamboyan Harapan Jaya Sederhana Sumber Nabati Tri Kencana Tani Maju Muda Karya Sumber Makmur Ngudi Agung Ngudi Santoso Ngudi Luhur Mekar Sari Margo Mukti II

Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 39

Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD

tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada

panen, maka rata-rata kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu

antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil

pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan

pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan

lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat. HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN

Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan

kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga

bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,

permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar

internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli

masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis

informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang

diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan

ketahanan pangan.

Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di

tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen

No Indikator Kinerja Capaian 2014

Tahun 2015 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2015 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

2.

Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen

Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen

3.557 (HPP : 3.300)

CV : 6%

≥ HPP (3.700)

CV<10

%

≥ HPP (4.000)

CV =

2%

100

100

≥ HPP

CV<10%

HPP tahun 2019

belum diketahui

100

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 40

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan

yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan

pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.

Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap

kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data

harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam

perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan

pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi

yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan

kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi

beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan,

kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya

beras dan kedelai.

Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam

negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan

menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.

Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi

Lampung sebagai berikut :

Tabel Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016

Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran

Padi.Gabah - GKP - GKPG - GKG

3.776 4.049 4.603

- - -

- - -

Beras - Premium - Medium - Asalan

8.719 8.034

-

9.937 8.797 7.982

10.558 9.374 8.505

Kacang kedelai - Kering 6.268 8.648 9.962 Jagung pipilan kering

- Kering 3.052 4.371 5.363

Cabe - Merah Keriting 26.081 34.750 39.415 Bawang Merah - Bawang Merah 28.520 31.604 36.110 Daging - Sapi di tingkat - 103.661 -

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 41

pemotong - Sapi hidup tingkat

peternak - Daging sapi murni - Ayam broiler/potong

- - -

45.440 -

27.194

- 116.755

30.808

Telur - Ayam ras - 19.153 21.183 Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 12.889 14.201 Minyak Goreng - - 12.279 Tepung Terigu - - 7.451

Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat

dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari

harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015,

Harga HPP Tahun 2016 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg.

Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen

di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung mencapai Rp. 3.776/kg atau

lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP).

Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen

Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan

untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang

berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang

dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan

untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil,

maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV,

maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan

tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung

No. Komoditas Tahun 2016

Target CV Realisasi CV Ket.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting

5 5 5 5 5

25 25

2 3 2 2 2 7

35

S S S S S S

TS

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 42

8. 9. 10. 11. 12. 13.

Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goring

10 10 10 10 10 10

6 4 5 2 2 4

S S S S S S

Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi

Pangan (Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari

Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang

kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang

ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.

Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

Tahun

2016

Target Nasional

(>HPP)

Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700

Target Renstra

(>HPP)

Rp. 3.300 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700

Capaian Kinerja Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067 Rp. 3.776

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di

tingkat produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian

pemerintah (HPP). Dan pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat

konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

Tahun

2016

Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2%

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 43

Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki

topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung

sektor tersebut (produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu

wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa

wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen

raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu

dihadapkan pada berbagai masalah :

- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,

penyimpanan, pendistribusian/pemasaran

- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan

dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya

dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara)

- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena

tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,

menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat

menyebabkan :

- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat

terjadi panen raya

- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani,

gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui

Kementerian pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah

mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan

gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan

penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-PLDPM). Dan

melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap

gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.

Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering

panen (GKP) di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di

tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan

a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 44

b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan

Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di

tingkat produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering

panen (GKP) di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di

tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan

dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh

Gapktan ataupun poktan antara lain :

1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,

penyimpanan, pendistribusian/pemasaran;

2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan

dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya

dengan harga rendah;

3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena

tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan

pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :

1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen

raya

2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra

produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq.

Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN

untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai

akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat ( Penguatan LDPM). Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai

tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113

gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung

Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus,

Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah

masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang

dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi

PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 45

dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung

Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran

Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25

gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17

Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang

mendapat dana P-LDPM dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan.

Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk

Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan

Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan perkembangan dana bansos

gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.

2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan

Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini

dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok

cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan

pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5 – 10%.

Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang

dihadapi, antara lain :

1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar

desa/kecamatan

2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan

modal untuk saprodi

3. SDM gapoktan yang belum memadai

4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani

5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll)

sehingga biaya angkut jadi tinggi

6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak

yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.

7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 46

8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan

terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan

kesibukan diluar tugas sebagai PPL.

Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani

terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya

bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli

kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga

tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan

harga bisa diatas harga pembelian pemerintah (HPP), harga tidak lagi

dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual

turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan

diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok

tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.

Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah

ketergantungan pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan

ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran

menghadapi hari-hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan

mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen

serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut

dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen

yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani

mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah

ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP)

dan harga panen asal temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di

bawah harga biaya produksi.

Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen

(petani) sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman

fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada

giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat

rumah tangga petani. Lemahnya daya "Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh

tersedianya modal usaha, tingkat penerapan teknologi pasca panen,

ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana

angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 47

segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses

pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu.

Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil

pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem

"tunda jual " yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal

sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk

memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala

besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar

dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran

untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah

tangga dapat terealisasi.

Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan

produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen

secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli

masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka

stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi

pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk

mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas

pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way

Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu

gabah/beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur

ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan

pasokan komoditas pangan di Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang

gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way

Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan

sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan

Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus,

Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.

Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan

koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini

telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra

maupun target nasional.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 48

Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat

konsumen menemui beberapa masalah di antaranya :

1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-

hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan

konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik

dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan

peraturan untuk menjamin siste pemasaran yang adil dan

bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk

mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan

teknis petugas dan pelaku pemasaran.

2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang

memadai serta terjadinya bencana alam

3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah

bersaing dengan para tengkulak

4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin

kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta

5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan

usahanya

6. Kualitas SDM yang masih kurang

7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi

masih berantakan

Solusi

1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran

serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana

umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan

terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran

masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompok/koperasi

hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang

jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus

di tinngkatkan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 49

2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan

program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui

peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan

kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses

pangan.

3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin

kemitraan agar usahanya lebih berkembang

4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis

melalui pelatihan dan pendampingan

5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN

Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator

Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu,

karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut

sama.

Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di

Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi,

identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan

penganekaragaman pangan.

Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan

aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan

ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman

pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa

kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi

pangan (pelatihan bagi petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu

tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan

usaha pangan lokal.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 50

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi,

Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

3.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)

79,3

1.841,5

49,6

85,0

2.019

56,3

78,0*)

1.856,7*)

50,3*)

91,76

91,96

89,34

87,7

2.064

57

88,94

89,96

88,25

Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah

susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari

kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola

ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan

PPH sebagai komposisi kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat

memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.Dengan demikian PPH

merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi

keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi

kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi

daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi

pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya

sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin

berimbang dan seimbang.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 51

Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang

akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut

mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan

lemak, buah/biji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor

PPH di nilai dengan angka 100.Kegunaan PPH merupakan instrummen

sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah

maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor

PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi

pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi

pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman

dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan

penduduk, baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan

mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada

tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata

dari hasil analisis target PPH tahun 2016 tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara),

seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % % AKE*) Bobot Skor

Aktual Skor AKE

Skor Maks

Skor PPH

Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0 Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0 Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0

Kacang-kacangan 75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6

Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 1.856,7 100 92,8 87,9 81,6 100 78,0

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara

Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan

pada tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya

baru akan keluar sekitar bulan Juni 2017.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 52

Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-

padian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu

perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan

pangan dari umbi-umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga

masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung

merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan

makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting

lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk

hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah

pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.

Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun

bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh

memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan

kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.

Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat

gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang

cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu

manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses

dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita

konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan

memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan

mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya

akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga

mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan

memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.

Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman

konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih

beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup

(Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing

rumah tangga.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 53

Tabel Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

2012 2013 2014 2015 2016

Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2

Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0

Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0

Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 - 2016

Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein

(gr/kapita/hari)

Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7

kkal/ kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan

untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang

ditargetkan sebesar 56,3 atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah

konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk

tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%. Secara rinci pencapaian

jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

70

75

80

85

90

95

2012 2013

2014 2015

2016

89,8 91,5

93,3

84,1 86,2

89,8 91,5 93,3

84,1 85

86,5

84,3 83,4

79,3 78

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 54

Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016

No Indikator Kinerja

Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

2.

Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)

1.841,5

49,6

2.016

56,3

1.856,7*)

50,3*)

92,10

89,34

2.064

57

89,96

88,25

Sumber Data BKPD Prov. Lampung

Keterangan *) Angka Sementara

Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi

dalam satuan Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau

dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung

bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi

pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang

dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk menilai kuantitas

konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi

(TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan

bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma

atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain

juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.

Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada

aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya

beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi

bahan pangan lainnya.

Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan

disajikan pada tabel di bawah ini :

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 55

Tabel Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016

PPH Jumlah

Konsumsi

Energi

Jumlah Konsumsi

Protein

Target Nasional

Target Renstra

Capaian Kinerja

86,2

85,0

78,0*)

2.040

2.019

1.856,7*)

56,4

56,3

50,30*) Keterangan *) Data Sementara

Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk

indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein

dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di

renstra.

Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan

konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

86,2 56,4

2.040

85,0 56,3

2.019

78,0 50,3

1.856,7

0

500

1000

1500

2000

2500

PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 56

Tabel Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 -

2016

Uraian Th. 2012 Th. 2013 Th.

2014 Th. 2015 Th. 2016

Skor PPH Konsumsi

86,5 84,3 83,4 79,3 78,0*)

Jumlah Konsumsi Energi

2.228 2.156 2.067 1.841,5 1.856,7*)

Jumlah Konsumsi Protein

59,5 57,2 54,8 49,6 50,3*)

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara

Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

86,5

84,3 83,4

79,3 78,0

72

74

76

78

80

82

84

86

88

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

SKOR PPH KONSUMSI

PPH

2.228,0 2.156,0 2.067,0 1.841,5 1.856,7

0,0

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Konsumsi Energi

Konsumsi Energi

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 57

Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-

2016

Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-

2016

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH)

konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada

beragam, bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 –

2016 terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data

BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan

dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah

dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini yaitu melalui beberapa kegiatan

diantaranya terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan

pangan melalui lomba cipta menu dan makanan sehat, pameran dan

penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.

upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :

a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional

c. Pengembangan usaha pangan lokal

Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua

aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas

konsumsi (mutu Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan

59,5

57,2

54,8

49,6 50,3

44 46 48 50 52 54 56 58 60 62

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Konsumsi Protein

Konsumsi Protein

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 58

dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan

mikrobiologi/aspek keamanan pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi.

Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada

aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya

beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman

konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang

dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak

ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup

jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan

Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung

menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin

beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman

konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat

perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan

dan gizi.

Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan

Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya

melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran

anak SD/usia dini, petugas Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan

kelompok wanita tani di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara,

Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD

dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan

aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras.

Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan

sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan

beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK,

karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai

anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra

yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan

gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan

konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam

menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 59

Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam,

bergizi, seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah

harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi

pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam

rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah

melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang

diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun

2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10

Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun

2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan

oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri

mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung,

karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM

tingkat Provinsi.

Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan

salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu

rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan

diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di

tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju

ketahanan pangan nasional.

Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber

daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha

pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin

sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan

produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 2016, Badan

Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat

penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 60

No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tlawung Sari

Tresno Maju

Dewi Sri

Kuntum Berseri

Serunai

Karya Sejahtera

Permata Bunda

Samitri

Hindun Muasoma

Dewi Novita Sari

Suparni

Titik Sadarsih

Darsilah

Tri Handayani

Gunung Sugih

Way Kenanga

Tanjung Raya

Sumberejo

Gading Rejo

Tanjung Sari

Bengkunat

Lampung Tengah

Tlg. Bawang Barat

Mesuji

Tanggamus

Pringsewu

Lampung Selatan

Pesisir Barat

Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan

(PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai

berikut :

Masalah

1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan

pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat

disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan

sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan

masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya

konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah

2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan

asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal

3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan

pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih

relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan

yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta

masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman

konsumsi pangan melalui berbagai media.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 61

Solusi

1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya

pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk

meningkatkan pendapatan keluarga.

2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan

keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola

konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam

diversifikasi konsumsi pangan.

3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan

makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha

dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)

PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)

Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada

tahun 2016 sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di

sajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1..

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

10% 7,33%

73,3%

10% 73,3%

Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan

tar get nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi adalah 10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 62

indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi

Tahun

Jumlah Kebun dan lahan usaha

yang sudah Teregister

Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah

tersertifikasi Presentase

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

360 430 468

42 76

117

11,67 17,67 25,00

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau

73,30% dari yang ditargetkan yaitu 10%.

Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara

sosiallisasi atau pelatihan pelatihan

dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman.

Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan

domestik dan internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan

keamanan pangan produk (food safety) agribisnis terutama untuk produk segar

adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petani/pelaku

usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada

penerapan Hazard analysis critical control point (HACCP), selain hal tersebut,

untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar

diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan

mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label

yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI)

atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan

keamanan pangan, petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan

mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait

seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 63

Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa

faktor, yaitu :

1. Dari segi pelaku usaha

Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami

tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun

prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas

produk yang sudah bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras

dari OKKP-D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan

sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir petani/pelaku usaha untuk

menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami

dan kurang diperhatikan

2. Dari segi konsumen

Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi

sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap

penting sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang

dihasilkannya.

3. Dari segi pasar

Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh

petani/pelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang

bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal

ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi

atas produk pangan segar yang dihasilkannya.

Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan

beberapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang

penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk

yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan

keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan

sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga

melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan

registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai

jualnya.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 64

Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan

segar yang tersertifikasi, antara lain :

1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang

teregister

2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh

atas produk yang telah bersertifikat/teregister

3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang

dimiliki oleh petani/pelaku usaha)

4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi

Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir)

untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai

media massa secara intensif

2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir

dalam hal pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi

3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi

4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya

sertifikasi/registrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya

saing produk hortikultura

PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR

Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah

menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem

Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur

Lampung No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor

G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim

Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan

menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 65

disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan

melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan

pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)

No Indikator Kinerja

Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab)

91,39% (114,24%

)

80% (dibawah

ambang batas)

83,78%

104,73

80% (dibawah

ambang batas)

104,73

Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada

tahun 2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung

melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern.

Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat

menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta

menjelang hari raya natal tahun 2016.

Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di

dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai

83,78% dari target 80%. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium

menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti

Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah

ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.

Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan

Pangan Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan

pangan segar antara lain melalui kegiatan

a. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 66

b. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan

segar

c. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat

d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga

Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja,

tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan

membentuk jejaring kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien.

Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini

tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin

tinggi.

Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung

pada tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan

pangan, masih rendahnya kesadaran masyarakat

(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan, kurangnya

monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari

permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan

pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas

pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas

keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring

keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan

secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci

kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan

upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi-fungsi

jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program yang

ada di daerah.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 67

TABEL REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016

No. Kabupaten Jenis uji

Jumlah Sampel yang

Diuji

Hasil Uji Jumlah Komoditi

Asal Komoditi

Negatif Positif

Terdeteksi Aman

dikonsumsi 1 Lampung Barat Formalin 6 4 2 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pestisida**) 4 4 0 4 Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu

2 Pringsewu Formalin 1 1 0 1 Buah (jeruk

madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo

Rhodamin B 3 0 3 0

Kolkan dadu, cendol aci pink,

merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo

Pestisida**) 18 15 3 15 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo

3 Tanggamus Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pestisida**) 15 11 4 11 Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting

Rhodamin B 1 0 1 0 Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting

4 Pesawaran Formalin 3 3 0 3 Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan Pestisida**) 19 18 1 18 Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan 5 Tulang Bawang Formalin 5 5 0 5 Buah Pasar Unit II Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Unit II 6 Metro Formalin 9 7 2 7 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih Pestisida**) 12 11 1 11 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih

7 Bandar Lampung Formalin*) 17 10 7 10 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung

Pestisida**) 0 0 0 0 Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung 8 Lampung Timur Formalin 7 7 0 7 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan Pestisida**) 14 12 2 12 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan 9 Lampung Selatan Formalin*) 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Natar Pestisida**) 19 17 2 17 Buah dan Sayur Pasar Natar

10 Lampung Tengah Formalin 7 4 3 4 Buah Pasar Wates

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 68

Pestisida**) 13 10 3 10 Sayuran dan Buah Pasar Wates 11 Lampung Utara Pestisida**) 15 15 0 15 Buah dan Sayur Pasar Impres Formalin 8 7 1 7 Buah Pasar Impres

12 Way Kanan Formalin 5 4 1 4 Buah Pasar Baradatu Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Baradatu

13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri

Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Mulya Asri 14 Mesuji Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram Formalin 7 6 1 6 Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram

15 Pesisir Barat Pestisida**) 5 5 0 5 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat

Jumlah 259 217 42 217 Persentase (%) 100 83,78 16,22 83,78

Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin

**)

Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 69

Permasalahan :

1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat

(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan

3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.

4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan

Solusi :

Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di

Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :

1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM

2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel

keamanan pangan segar

3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar

4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah

maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan

dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah

5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu

dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung

seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016

Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari

total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per

sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola

pangan harapan (PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi

energi, dan Jumlah konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil

pada

kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan

pangan (97,24%).

Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang

dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input

tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 70

keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga

sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai

sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.

Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak

menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas

dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan

realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja

sesuai dengan anggaran yang dianggarkan.

Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi

anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan,

yang realisasi anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru

mencapai 43%, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor

apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa

baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk

menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena

masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus

melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana

membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.

Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk

membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan

dalam tabel berikut :

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 71

Tabel Pencapaian Kinerja dan anggaran

Sasaran Indikator

Kinerja Anggaran

Target Realisasi %

Realisasi Target Realisasi

%

Realisasi

1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam

2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman

3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

3. Jumlah Konsumsi Energi

4. Jumlah Konsumsi Protein

85,6

85,0

2.019

56,3

75,08

78,0*)

1.856,7*) 50,30*)

87,71

91,76

91,96 89,34

637.165.750

633.781.000

99,47

4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

1 0,43 43 397.000.000 386.025.000 97,24

5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

HPP ≤ (HPP : 3.700)

3.776

100

196.312.000

192.648.800

98,13

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 72

7. Coefisien Variasi

Pangan (beras) di Tingkat Konsumen

CV<10%

2 %

100

6. Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

10 % 7,33 % 73,3 % 2.813.839.000.

2.789.545.300

99,14

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

80%

83,78 104,73 331.150.000

328.028.000

99,06

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 73

3.4 Analisis Efisiensi

Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator

yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9

indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3

indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator

harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar

98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat

keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai

kinerja 104,73%.

Tabel Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Sasaran Strategis Indikator %

Capaian Kinerja

% Penyerapan

Anggaran

Tingkat Efisiensi

1. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

2. Tercapainya keamanan pangan segar

1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat

2. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen

3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

100

100

104,73

98,13

98,13

99,06

1,87

1,87

0,94

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 74

BAB IV

HAMBATAN DAN KENDALA

4.1 Hambatan dan Kendala

Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Badan Ketahanan Provinsi Lampung yang

didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun

Anggaran 2016 terdapat beberapa hambatan dan kendala. Berikut hambatan dan

kendala yang berada pada Badan Ketahanan Pangan :

a. Keterbatasan waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan kegiatan yang ada

sehingga tidak dapat mengikuti rencana anggaran yang baik dan benar

b. Perubahan Peraturan di Perum Bulog sehingga Pengadaan Cadangan Pangan

Pemerintah Provinsi Lampung tidak dapat dilaksanakan

c. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang

teregister

d. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh

atas produk yang telah bersertifikat/teregister

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 75

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

· Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam melalui Skor Pola Pangan

Harapan Ketersediaan dari target 85,6 hanya terealisasi 75,08 atau sebesar

87,71% dari target

· Jumlah penduduk rawan pangan berkurang minimal 1 % setiap tahun tidak

tercapai hanya 0.43% atau sebesar 43% dari target

· Stabilnya harga pangan (gabah/beras) di tingkat Produsen target HPP

sebesar 3700 (≥HPP) terealisasi sebesar 3776 (≥HPP) atau sebesar 100%.

· Stabilnya harga pangan (beras) di tingkat konsumen Coefisien Variant

(CV<10%) Realisasi 2%, masih di bawah 10% atau sebesar 100%.

· Meningkatnya keragaman konsumen pangan yang sehat dan aman Skor Pola

Pangan Harapan Konsumsi 85,0 realisasi 79,3 (angka sementara) atau

sebesar 91,76% .

· Meningkatnya pengawasan keamanan pangan segar melalui peran dan

partisipasi masyarakat telah tercapai melalui kegiatan keamanan pangan.

Hasil penilaian rata-rata capaian kinerja anggaran 2016 BKPD Provinsi

Lampung Tahun 2016 Cukup (98,8%) dan capaian kinerja program/kegiatan

mencapai 99 %.

5.2 Saran

Potensi dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi

Lampung secara umum masih cukup tersedia. Masih tersedia potensi

sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan

kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi memiliki potensi untuk

ditingkatkan dalam upaya mendukung ketersediaan dan distribusi pangan serta

perbaikan konsumsi pangan. Penguatan kelembagaan ketahanan pangan

pemerintah dan masyarakat berpeluang besar untuk mendorong pencapaian

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 76

sasaran program ketahanan pangan di Provinsi lampung. Dalam upaya tindak

lanjut pemecahan masalah/hambatan yang dihadapi dalam pembangunan

ketahanan pangan di Provinsi Lampung perlu dilakukan beberapa hal yaitu :

a. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran

serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasiltasi prasarana

umum distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan

terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga

peran masyarakat baik bersifat individu berskala kecil, usaha

kelompok/koperasi hingga perusahanan besar dalam pengembangan

usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengakutan, pengolahan dan

penyimpanan perlu terus ditingkatkan;

b. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan,

penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem

distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisis harga pangan

serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masayarakat serta

peningkatan akses pangan.

c. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan

keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola

konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam

diversifikasi konsumsi pangan;

d. Peningkatan sosialisasi dan promosi dalam penganekaragaman konsumsi

pangan melalui berbagai media;

e. Pengetahuan pelaku usaha, kelompok wanita/tani sehingga

meningkatnya pengetahuan dalam pengembangan diversifikasi konsumsi

pangan.

f. Peningkatan koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan

keamanan pangan;

g. Perlu peningkatan koordinasi mulai dari perencanaan sampai

pelaksanaan.

Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 77

LAMPIRAN

FORM EVALUASI KINERJA

No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator

1 2 3 4

K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp

1.21.1.21.01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1 02 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Pembiayaan

Rekening Telepon,

Listrik dan Air

60 Bulan 756.570.000Rp 12 Bulan 102.000.000Rp 12 Bulan 73.614.197Rp 100% 72,17 40% 24%

2 07 Penyediaan jasa administrasi keuangan

Pembiayaan

Honorarium

Pengelola Keuangan

80 Pegawai, 35

PTHL; 60 Bulan920.472.000Rp

16 Pegawai, 7

PTHL190.900.000Rp 16 Pegawai, 7 PTHL 190.900.000Rp 100% 100,00 40% 40%

3 10 Penyediaan alat tulis kantorJumlah Penyediaan

ATK60 Bulan 180.855.000Rp 12 Bulan 25.000.000Rp 12 Bulan 25.000.000Rp 100% 100,00 40% 30%

4 11 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

Jumlah Penyediaan

Cetakan dan

Penggandaan

60 Bulan 120.976.000Rp 12 Bulan 16.700.000Rp 12 Bulan 16.700.000Rp 100% 100,00 40% 32%

5 12Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan

bangunan kantor

Jumlah Penyediaan

Komponen Listrik60 Bulan 138.142.000Rp 12 Bulan 10.000.000Rp 1 Tahun 10.000.000Rp 100% 100,00 40% 25%

6 13 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantorJumlah Penyediaan

Perlengkapan Kantor60 Bulan 884.101.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 7%

7 14 Penyediaan peralatan rumah tangga

Jumlah Penyediaan

peralatan rumah

tangga

60 Bulan 138.142.000Rp 12 Bulan 12.500.000Rp 12 Bulan 12.500.000Rp 100% 100,00 40% 18%

8 15Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-

undangan

Jumlah jenis bahan

bacaan 20 Jenis (45eks) 82.885.000Rp

4 Jenis (9

Eksemplar per

bulan)

16.500.000Rp 9 Jenis 16.500.000Rp 100% 100,00 40% 38%

9 18 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

Jumlah Rapat dan

Konsultasi Ke Luar

Daerah

45 Kali 828.845.000Rp 9 Kali 80.205.250Rp 9 Kali 79.744.700Rp 100% 99,43 40% 28%

10 22 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke dalam daerahJumlah Pembinaan ke

Kab/Kota 145 Kali 828.845.000Rp 29 Kali 59.426.000Rp 29 Kali 59.291.000Rp 100% 99,77 40% 24%

11 46 Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPDPembiayaan

Operasional SIPKD5 Paket 363.851.000Rp 1 Paket 87.600.000Rp 1 Paket 75.000.000Rp 100% 85,62 40% 42%

12 56 Penata Usahaan Aset Daerah Jumlah Dokumen 5 Dokumen 44.267.855Rp 1 Dokumen 7.000.000Rp 1 Dokumen 7.000.000Rp 100% 100,00 40% 38%

1.21.1.21.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

13 20 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional

Pembiayaan

Operasional

Kendaraan

60 bulan;25 Unit

Roda 41.105.126.250Rp

12 Bulan; 5 Unit

Roda 4

10 Unit Roda 2

100.000.000Rp

12 Bulan; 5 Unit

Roda 4

10 Unit Roda 2

99.992.000Rp 100% 99,99 40% 21%

14 24 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantorJumlah Unit

Komputer dan AC

40 Unit Komputer,

100 Unit AC828.845.000Rp

7 Unit Komputer,

20 Unit AC9.000.000Rp

7 Unit Komputer, 20

Unit AC9.000.000Rp 100% 100,00 40% 3%

15 29 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor Jumlah Unit 5 Paket 127.090.000Rp 5 Unit WC

1 Taman10.000.000Rp

5 Unit WC

1 Taman10.000.000Rp 100% 100,00 40% 39%

1.21.1.21.03 Program Peningkatan Disiplin Aparatur

16 02 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya Jumlah Aparatur 420 PNS,35 PTHL 528.423.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 0% 12%

17 19Peningkatan SDM dan Budaya

Kerja BKPD Prov.Lampung

Jumlah Aparatur

yang diklat / Bimtek150 Pegawai 323.249.000Rp 3 Pegawai 3.600.000Rp 30 Pegawai 3.450.000Rp 100% 95,83 40% 10%

9

Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi

Anggaran Renja Tahun 2016 (%)

8

Realisasi Kinerja dan Anggaran

Renstra SKPD s/d Tahun 2016

5

Target Renstra pada Tahun 2019

6

Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran

Tahun 2016

7

No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator

1 2 3 4

K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp

9

Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi

Anggaran Renja Tahun 2016 (%)

8

Realisasi Kinerja dan Anggaran

Renstra SKPD s/d Tahun 2016

5

Target Renstra pada Tahun 2019

6

Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran

Tahun 2016

7

1.21.1.21.06Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan

Capaian Kinerja dan Keuangan

18 07

Penyusunan Laporan Capaian

Kinerja dan Ikhtisar Realisasi

Kinerja SKPD

Jumlah Dokumen

Capaian Kinerja35 Laporan 607.820.000Rp 7 Laporan 43.500.000Rp 7 Laporan 42.820.000Rp 100% 98,44 40% 22%

19 08 Penyusunan Renja dan RKA SKPDJumlah Dokumen

Renja dan RKA10 Dokumen 552.564.000Rp 2 Dokumen 33.507.000Rp 2 Dokumen 32.039.900Rp 100% 95,62 40% 21%

1.21.1.21.15Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan

Pangan

20 01 Bimtek Mutu dan Keamanan Pangan

Jumlah Petugas Mutu

dan Keamanan

Pangan

150 Orang 577.200.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 10%

21 03Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu

Keamanan Pangan Segar

Jumlah Lokasi

pemantauan dan

pengawasan

keamanan pangan

segar

75 Kab/Kota 1.207.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 10%

22 05Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum

Residu)

Jumlah

petugas/petani/pelak

u usaha pedagang

yang terbina dalam

penerapan BMR

175 Orang 902.000.000Rp 35 Orang 96.250.000Rp 35 Orang 96.055.000Rp 100% 99,80 40% 18%

23 06 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

Jumlah Kawasan

Desa Mandiri Pangan

yang terbina dalam

upaya penurunan

daerah rawan

pangan

40 Kawasan 1.393.000.000Rp 6 Kawasan 88.600.000Rp 6 Kawasan 88.499.200Rp 100% 99,89 40% 15%

24 07 Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRPJumlah Pemantauan

SKPG dan PDRP75 Kali 1.077.500.000Rp 15 kali 55.500.000Rp 15 kali 45.389.000Rp 100% 90,00 35% 12%

25 08 Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah

Jumlah Cadangan

Pangan Pemerintah

Provinsi Lampung

100 Ton 3.259.995.000Rp 0 1.000.000Rp 0 Ton 1.000.000Rp 85% 100,00 1% 4%

26 09 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat

Jumlah Lumbung

Pangan Masyarakat

yang diberdayakan

25 Kelompok

Lumbung1.287.673.000Rp

5 Kelompok

Lumbung25.000.000Rp

5 Kelompok

Lumbung24.920.000Rp 100% 99,68 40% 12%

27 10Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan

Kerentanan Pangan

Jumlah Analisa dan

Peta Ketahanan

Pangan dan

Kerentanan Pangan

5 Laporan 1.120.000.000Rp 1 Laporan dan 1

Peta68.850.000Rp

1 Laporan dan 1

Peta68.796.800Rp 100% 99,92 40% 12%

28 11Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga

pangan

Jumlah Gapoktan

yang diberdayakan

dalam pengelolaan

LUP

427 Orang 1.393.000.000Rp 50 Orang 100.000.000Rp 50 Orang 97.558.000Rp 100% 97,56 12% 16%

29 13 Alur Distribusi PanganJumlah Laporan Alur

Distribusi5 Laporan 1.177.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 0%

30 14 Kegiatan Akses PanganJumlah Laporan Akses

Pangan5 Laporan 1.177.500.000Rp

1 Laporan /

Dokumen46.312.000Rp

1 Laporan /

Dokumen45.614.800Rp 100% 98,49 40% 6%

No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator

1 2 3 4

K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp

9

Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi

Anggaran Renja Tahun 2016 (%)

8

Realisasi Kinerja dan Anggaran

Renstra SKPD s/d Tahun 2016

5

Target Renstra pada Tahun 2019

6

Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran

Tahun 2016

7

31 15Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

OKKPD

Pembiayaan

Operasional

Pengawasan Mutu

dan Keamanan

Pangan OKKPD

60 Bulan 1.202.500.000Rp 12 Bulan 50.000.000Rp 12 Bulan 49.877.400Rp 100% 99,75 40% 11%

32 16Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang

Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar

Jumlah Surveilen dan

pengawasan

produk/komoditas

yang sudah

bersertifikat/registra

si

47 Kab/Kota 915.765.000Rp 8Kab/Kota 60.092.000Rp 8Kab/Kota 60.081.800Rp 100% 99,98 30% 16%

33 17Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada

ISO/IEC 17065

Jumlah Dokumen

Sistem Mutu yang

sesuai dengan

ISO/IEC 17065

23 Dokumen 451.000.000Rp 7 Dokumen 14.000.000Rp 7 Dokumen 12.433.300Rp 100% 88,81 25% 6%

34 19Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung

Terminal Agrobisinis

Jumlah Pelaku Usaha

yang akan di

sertifikasi Prima 3

/Registrasi

250 Pelaku 1.443.000.000Rp 40 pelaku 146.588.000Rp 20 pelaku 146.262.200Rp 50% 99,78 30% 20%

35 20 Audit Internal

Jumlah Personil

OKKPD Provinsi

Lampung yang di

Audit secara teknis

dan administrative

150 Orang 459.450.000Rp 20 orang 8.170.000Rp 20 orang 8.170.000Rp 100% 100,00 13% 14%

36 21Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah

Sertifikasi/Registrasi

Jumlah Kegiatan

Promosi produk

unggulan

bersertifikat

10 Kegiatan 610.510.000Rp 1 Kegiatan 25.000.000Rp 1 Kegiatan 24.957.000Rp 100% 99,83 40% 15%

37 22Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil

Pertanian di Lokasi Sentra

Jumlah Pelaku Usaha

yg memahami

Penerapan Mutu dan

Keamanan Pangan di

Lokasi Sentra

150 Pelaku Usaha 656.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 4%

38 25 Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Jumlah Lokasi

gerakan

pengembangan

pangan lokal dan

produk pangan

olahan

70 Kab/Kota 1.443.000.000Rp 10 Kab/Kota 65.080.000Rp 10 Kab/Kota 62.465.000Rp 100% 95,98 30% 12%

39 26 Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan NasionalJumlah Pemenang

Lomba Cipta Menu30 Pemenang 740.152.000Rp 6 Pemenang 85.555.000Rp 6 Pemenang 85.555.000Rp 100% 100,00 40% 23%

40 28 Promosi Pangan Segar dan OlahanJumlah Kegiatan

Promsi Pangan Segar5 Keg 1.443.000.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 14%

41 29 Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. NasionalJumlah Kegiatan Hari

Pangan Sedunia10 Kegiatan 1.891.250.000Rp 2 Kegiatan 283.965.750Rp 2 Kegiatan 283.905.000Rp 100% 99,98 20% 31%

42 30 Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan

Jumlah Rapat dan

Koordinasi antara

Pusat dan Daerah

Lingkup Dewan

Ketahanan Pangan

10 Kali 1.925.000.000Rp 2 kali 158.050.000Rp 2 kali 157.420.000Rp 100% 99,60 40% 10%

No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator

1 2 3 4

K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp

9

Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi

Anggaran Renja Tahun 2016 (%)

8

Realisasi Kinerja dan Anggaran

Renstra SKPD s/d Tahun 2016

5

Target Renstra pada Tahun 2019

6

Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran

Tahun 2016

7

43 33Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi

keamanan pangan segar

Jumlah Pembinaan

Promosi dan

Keamanan Pangan

Segar

60 Kab/Kota 1.658.500.000Rp 15 Kali 128.900.000Rp 15 Kali 128.162.000Rp 100% 99,43 30% 18%

44 34 Pengembangan usaha pangan lokalJumlah pelaku usaha

yang terbina33 Pelaku Usaha 1.202.500.000Rp 5 Pelaku Usaha 131.655.000Rp 5 Pelaku Usaha 131.305.000Rp 100% 99,73 30% 19%

45 35 Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan

Jumlah Dokumen /

Laporan Data

Mobilitas Pangan

Keluar Masuk Provinsi

Lampung

5 Laporan 1.125.000.000Rp 1 Laporan 50.000.000Rp 1 Laporan 49.476.000Rp 100% 98,95 20% 13%

46 36 Pembinaan Manajemen KelembagaanJumlah Kelompok /

Orang yang terbina150 Orang 1.202.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 8%

47 37Pengembangan Pangan Segar yang bermutu dan

bersertifikat

Jumlah Laporan /

Dokumen Kajian

Pengembangan

Pangan Segar yang

bermutu dan

Bersertifikat

5 Laporan 610.510.000Rp 1 Laporan 80.000.000Rp 1 Laporan 79.088.000Rp 100% 98,86 35% 26%

48 38

Pembangunan Gedung Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)

Provinsi Lampung, Laboratorium Pengujian Mutu OKKP-D,

dan Penyediaan Sarana Pendukung (DAK) dan

Pendampingan

Jumlah Gedung yang

terbangun1 Gedung 7.850.000.000Rp 1 Gedung 2.300.000.000Rp 0 Gedung 238.560.000Rp 100% 10,37 40% 32%

49 40 Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga

Jumlah Kabupaten

yang di sosialisasi

peningkatan gizi dan

pangan keluarga

50 Kab/Kota 915.765.000Rp 15 kab/kota 25.000.000Rp 15 kab/kota 24.723.000Rp 100% 98,89 20% 3%

50 41 Penyusunan Pola Pangan HarapanJumlah Laporan Pola

Pangan Harapan5 Laporan 1.410.250.000Rp 1 Laporan 33.400.000Rp 1 Laporan 33.319.000Rp 100% 99,76 20% 2%

49 42Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan

Lestari

Jumlah Kab/Kota

yang di bina KRPL-nya75 Kab/Kota 1.327.500.000Rp 15 Kab/Kota 37.510.000Rp 15 Kab/Kota 37.232.000Rp 100% 99,26 20% 3%

83% 63,67 31% 18%Rata-rata Capaian Kinerja (%)

Predikat Kinerja