laporan eksplorasi pt.bims

59
 Exploration Document Presented by PT. BIMS 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bergejolaknya harga minyak mentah dunia yang terus meningkat, yang dipicu oleh memanasnya konflik politik di negara - negara penghasil minyak bumi, diperparah dengan krisis ekonomi global yang menimpa negara adikuasa seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa yang notabene sebagai operator produsen migas, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif lain selain migas untuk menunjang ketahanan energi nasional. Batubara adalah bagian dari sumber energi nasional yang potensial untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini dan masa depan. Sebagai komplemen BBM sebagian besar batubara di dalam negeri digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik, sedangkan untuk industri umumnya dipakai untuk pabrik semen dan sebagian kecil bahan bakar boiler pada pabrik tekstil. Kalimantan Tengah termasuk salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Beberapa sumber daya pembangunan, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, industri dan pariwisata, termasuk sektor pertambangan, telah dimanfaatkan dan akan terus dikembangkan seiring dengan program pembangunan yang berkesinambungan. Menurut laporan penyelidikan terdahulu bahwa di daerah Barito Selatan sudah diketahui adanya keterdapatan kandungan bahan galian batubara dengan batuan penyusunnya terdiri dari Formasi Berai, Formasi Warukin dan Formasi Montalat yang merupakan formasi pembawa batubara (coal bearing formation). Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Barito Selatan Nomor : 156 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi kepada PT. Bina Insan Makmur Sentosa, tertanggal 26 Maret 2010. Atas dasar hal tersebut di atas maka telah dilakukan

Upload: muhammad-rofi

Post on 12-Apr-2018

293 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 1/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bergejolaknya harga minyak mentah dunia yang terus meningkat, yang

dipicu oleh memanasnya konflik politik di negara - negara penghasil

minyak bumi, diperparah dengan krisis ekonomi global yang menimpa

negara adikuasa seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa yang

notabene sebagai operator produsen migas, sehingga perlu dicarikan

sumber energi alternatif lain selain migas untuk menunjang ketahanan

energi nasional.

Batubara adalah bagian dari sumber energi nasional yang potensial

untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini dan masa depan.

Sebagai komplemen BBM sebagian besar batubara di dalam negeri

digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik,

sedangkan untuk industri umumnya dipakai untuk pabrik semen dan

sebagian kecil bahan bakar boiler pada pabrik tekstil.

Kalimantan Tengah termasuk salah satu daerah di Indonesia yang

memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Beberapa sumber

daya pembangunan, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan,

peternakan, perikanan, industri dan pariwisata, termasuk sektorpertambangan, telah dimanfaatkan dan akan terus dikembangkan

seiring dengan program pembangunan yang berkesinambungan.

Menurut laporan penyelidikan terdahulu bahwa di daerah Barito Selatan

sudah diketahui adanya keterdapatan kandungan bahan galian

batubara dengan batuan penyusunnya terdiri dari Formasi Berai,

Formasi Warukin dan Formasi Montalat yang merupakan formasi

pembawa batubara (coal bearing formation).

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Barito Selatan Nomor : 156

Tahun 2010 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Eksplorasi kepada PT. Bina Insan Makmur Sentosa, tertanggal 26

Maret 2010. Atas dasar hal tersebut di atas maka telah dilakukan

Page 2: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 2/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  2

kegiatan eksplorasi pengamatan geologi batubara di daerah

Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan Provinsi

Kalimantan Tengah.

I.2. Maksud dan Tujuan

Kegiatan eksplorasi pengamatan geologi batubara ini dimaksudkan

untuk mengetahui pola sebaran lapisan batubara di permukaan dengan

cara pengumpulan data semaksimal mungkin meliputi; ketebalan

lapisan batubara dan batuan lain sebagai pengapitnya, sifat fisik, arah

 jurus dan kemiringan perlapisan serta ketepatan lokasi singkapan yang

diukur dengan alat Global Positioning System (GPS). Data-data

tersebut akan ditafsirkan guna mengetahui pola sebaran lapisan

batubara secara lateral yang kemudian akan dideterminasi dengan

melakukan pemboran di beberapa titik.

 Adapun tujuan yang akan dicapai antara lain : agar dapat dijadikan

sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk

kegiatan lebih lanjut dalam rangka usaha pertambangan batubara di

wilayah IUP Eksplorasi. PT. Bina Insan Makmur Sentosa (BIMS).

I.3. Lokasi Daerah Penyelid ikan

Secara administratif lokasi wilayah Ijin Usaha Pertambangan

Eksplorasi PT. Bina Insan Makmur Sentosan (BIMS) termasuk

Kecamatan Dusun Utara dan Kecamatan Gunung Bintang Awai,

Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas

sekitar 5.000 hektar.

Sedangkan secara geografis lokasinya dibatasi oleh koordinat-

koordinat sebagai berikut : (lihat Tabel 1. 1)

Page 3: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 3/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  3

Tabel 1.1. Daftar Koordinat IUP Eksplorasi

PT. Bina Insan Makmur Sentosa

TITIK BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN

° ‘ “ ° ‘ “

1 115 09 00 01 23 00

2 115 14 27 01 23 00

3 115 14 27 01 20 19.68

4 115 15 00 01 20 19.68

5 115 15 00 01 26 18

6 115 12 00 01 26 18

7 115 12 00 01 24 9.5

8 115 10 52 01 24 9.5

9 115 10 52 01 24 00

10 115 09 00 01 24 00

Page 4: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 4/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  4

Gambar 1.1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Peninjauan 

Page 5: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 5/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  5

I.4. Keadaan Lingkungan

I.4.1. Morfologi

Daerah eksplorasi pengamatan geologi batubara adalah bagian

dari Provinsi Kalimantan Tengah, secara geografi merupakan

perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 55 m sampai

dengan 100 m di atas permukaan air laut dengan kemiringan

lereng antara 15o sampai dengan 400, seperti yang terlihat dalam

Gambar 1.2. di bawah ini.

Gambar 1.2 : Morfologi Daerah Peninjauan PT. Bina Insan Makmur

Sentosa

Page 6: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 6/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  6

Morfologi daerah eksplorasi terdiri dari dua satuan yaitu satuan

perbukitan sedimen denudasional dan satuan pedataran karst.

Morfologi satuan perbukitan sedimen denudasional menempati

bagian barat dari daerah eksplorasi dihuni oleh batuan sedimen

seperti batulanau dengan sisipan batubara, batupasir kuarsa

berbutir halus, membentuk perbukitan bergelombang (Foto 1.1.)

Foto 1.1.  Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen

Denudasional. Foto diambil dari arah Selatan Belingo kearah

Utara.

Morfologi satuan pedataran karst menempati bagian timur danselatan daerah eksplorasi dihuni oleh satuan batugamping yang

membentuk gua-gua kars dan aliran sungai bawah tanah.

Pola aliran sungai yang berkembang berupa pola anastomatik

dengan sungai utama adalah Sungai Balingo dan Sungai Ngurit,

kedua sungai tersebut bermuara di sungai Ayuh di sebelah

selatan Blok IUP PT. Bina Insan Makmur Sentosa.

Page 7: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 7/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  7

Foto 1.2. Satuan Geomorfologi Pedataran Karst. Foto diambil

dari daerah Belingo kearah tenggara.

I.4.2. Tata Guna Lahan

Daerah eksplorasi pemetaan geologi batubara sebagian besar

merupakan bekas hutan produksi dari PT Sindo Lumber dan

sebagiuan kecil hutan sekunder, sering dimanfaatkan sebagai

lahan kebun karet, coklat dan hutan kayu jati meskipun ada

sebagian daerah yang dimanfaatkan sebagai lahan perladangan

padi darat dan lahan pemukiman tempat tinggal penduduk.

Foto 1.3. Hutan kayu jati dan kebun karet di wilayah IUP

Eksplorasi PT. BIMS

I.4.3. Iklim dan Curah Hujan

Iklim daerah penyelidikan adalah tropis dicirikan dengan

terdapatnya hutan kayu yang berukuran cukup besar dan tinggi.

Page 8: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 8/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  8

Curah hujan berpatokan kepada dua musim yaitu musim

kemarau dan musim penghujan. Musim penghujan biasanya

terjadi antara bulan September sampai dengan bulan Pebruari

sedangkan musim kemarau biasanya terjadi mulai bulan Maret

sampai dengan Agustus meskipun diantara bulan tersebutkadang-kadang turun hujan tapi tidak merata.

I.4.4. Penduduk, Sosial, Ekonomi dan Budaya

Wilayah IUP. PT. Bina Insan Makmur Sentosa (BIMS) termasuk

Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan,

Provinsi Kalimantan Tengah, meliputi Desa Ngurit dan Desa

Malungai Raya.

Mata pencaharian penduduk di daerah ini umumnya berkebun

karet, kebun jati, coklat, padi darat dan ada juga yang bekerja

sebagai pedagang.

Suku Dayak merupakan suku asli penduduk setempat

sedangkan suku Banjar, suku Jawa adalah sebagai pendatang.

Bahasa yang digunakan yaitu bahasa dayak, banjar, jawa dan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Penduduk daerah ini hampir seimbang antara menganut agama

Kristen Protestan, Katolik dengan agama islam.

Sarana keperluan umum seperti pasar tradisional yang ramainya

hanya sekali dalam satu minggu, sarana pendidikan mulai dari

tingkat taman kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah

 Atas, mesjid dan gereja sudah tersedia di Desa Baturaya yangterletak disebelah timurlaut daerah peninjauan. Di Desa Baturaya

telah dibangun sebuah Tower Telekomunikasi oleh INDOSAT.

Daerah peninjauan ini dilalui oleh jalan raya provinsi di bagian

tepi barat yang menghubungkan Muarateweh dengan Ampah

Page 9: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 9/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  9

dan jalan logging perusahan kayu PT. Sindo Lumber mulai dari

bagian barat sampai dengan timurluat daerah peninjauan.

Foto 1.4. Jalan Logging PT. Sindo Lumber melintasi wilayah IUP

Eksplorasi PT. Bina Insan Makmur Sentosa (BIMS)

Page 10: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 10/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  10

I.5. Waktu

Waktu pelaksanaan eksplorasi secara keseluruhan memakan waktu

selama 4 (empat) bulan meliputi :

No Uraian Kegiatan

Minggu ke

Ket

2 4 6 8 10 12 14 16

1 Persiapan & Perjalanan

2 Sosialisasi

3 Survei lapangan

4 Evaluasi data

5 Pemboran

6 Penyusunan laporan

I.6. Metoda dan Peralatan

Metode pelaksanaan kegiatan eksplorasi meliputi pemetaan geologi

permukaan dengan mengamati singkapan – singkapan batuan yang

dijumpai, deskripsi batuan meliputi : jenis batuan, kedudukan batuan,

struktur batuan, warna, ukuran butir, bentuk butir, dll. Selain itu juga

mengamati struktur geologi yang berkembang pada daerah tersebut.

Pada beberapa lokasi yang terdapat singkapan batubara dilakukan

pengambilan conto untuk kemudian dibawa kelaboratorium untuk

dianalisa.

Setelah semua data diplotkan kedalam peta geologi, barulah kemudian

ditentukan titik – titik pemboran untuk mendeterminasi keakuratan dari

penarikan kemenerusan batuan di permukaan dan membuat model

rekonstruksi bawah permukaan khususnya geometri batubara.

Page 11: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 11/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  11

 Adapun peralatan yangdigunakan antara lain :

- Alat tulis - Pita Ukur / meteran

- Cangkul - Palu Geologi

- GPS - Printer & Scanner

- Kamera - Plastik sampel

- Kendaraan Operasional - Peta Topografi skala 1 : 50.000

- Kompas geologi - Peralatan logistik lainnya

- Laptop - Ransel

- Linggis - Mesin pemboran (Jacro 175)

- Peta Geologi Lembar Buntok skala 1:250.000, (Soetrisno, dkk.,

1994), P3G Bandung

I.7. PelaksanaPT. Bina Insan Makmur Sentosa bekerja sama dengan suatu

perusahaan jasa survey PT. Mahameru Jaya untuk melakukan kegiatan

eksplorasi tersebut dengan tenaga pelaksana sebagai berikut :

1. Maruli Tua J.F, ST : Penangung jawab kegiatan

2. Endang Suganda, Dipl.EG. : Geologist

3. Didi Cahyadi, ST : Geologist

4. Allan Munggar, ST : Geologist

5. Thomson Tumanggor : Logistik

6. Gindo : Mekanik

7. Bambang Widianto : Pengemudi

Page 12: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 12/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  12

II. GEOLOGI

II.1. Geologi Umum

Secara geologi regional endapan batubara ditemukan dalam suatu

cekungan sedimen melalui proses pembatubaraan (coalification).

Endapan batubara biasanya hanya ditemukan dalam cekungan –

cekungan yang pada saat pengendapan material sedimen muncul di

permukaan danau, delta, rawa dan bisa juga laut pada suatu sistem

geologi tertentu. Sistem geologi tertentu tersebut meliputi daerah yang

sangat luas (regional) dengan beberapa unsurnya seperti gunung,

lautan, sungai, jalur sesar, gempa, dimana semua unsur tersebut dapat

saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, Pulau Kalimantan memilikisejarah geologi yang cukup panjang (sekitar 65 juta tahun yang lalu)

dan proses pembentukan batubara dimulai pada awal Zaman Tersier

tepatnya pada Kala Eosen Tengah (sekitar 45 juta tahun yang lalu).

Pemahaman geologi regional dimaksudkan untuk dapat menguraikan

proses-proses geologi yang berpengaruh terhadap keterdapatan

batubara di daerah penelitian sehingga dapat membantu analisis-

analisis dalam eksplorasi awal sampai eksplorasi rinci, antara lain :

  Mendapatkan gambaran variasi dan susunan umur batuan

  Mendapatkan gambaran pola geometri (struktur geologi) tubuh

lapisan batubara

  Dasar pemikiran untuk korelasi lapisan batubara, baik lateral

maupun vertikal, kemana arah menipis atau menebal lapisan

batubara.

II.2. Geotektonik Kalimantan

Faktor letak geotektonik sangat memegang peran penting dalam

hubungannya dengan pembentukan cekungan pengendapan batubara.

Dengan memahami latak geotektonik suatu cekungan maka akan

terlihat topografi purba dimana batubara terbentuk sehingga bisa

Page 13: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 13/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  13

diketahui atau diperkirakan adanya daerah tepi daratan, arah

pengendapan dan sumber material sedimen di suatu cekungan.

Elemen tektonik di Kalimantan terdiri dari tinggian – tinggian seperti

terlihat pada gambar 3, yaitu :

  Pegunungan Schwaner di sebelah barat

  Pegunungan Meratus, Tinggian Paternoster dan Patahan Adang di

sebelah timur

  Punggungan Mangkalihat, Kuching dan Samporna di sebelah utara.

Selain tinggian – tinggian tersebut di atas terdapat pula beberapa

cekungan – cekungan Tersier diantara elemen struktur mayor (tinggian-

tinggian), yaitu:

  Cekungan Melawi dan Ketungau di sebelah barat

  Cekungan Barito, Kutai dan Tarakan di sebelah timur

Daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Barito, cekungan ini

meliputi daerah seluas 70.000 km2, terletak di antara dua elemen Pra-

Tersier (Mesozoikum), (Gambar 2.1.) berumur sekitar 65 juta tahun

yang lalu yaitu :

  Pegunungan Schwaner yang merupakan bagian Paparan Sunda di

sebelah barat terdiri dari batu granit (batuan kerak benua) dan

batuan metamorf. Pegunungan Schwaner telah stabil menjadi

daratan sepanjang Zaman Tersier hingga saat ini, dan terbentuk

sejak akhir Zaman Kapur. Pegunungan ini juga berperan sebagai

sumber utama material sedimen klastik di Cekungan Barito pada

Zaman Tersier. (R. Haryanto dan Baharuddin, 1995)

Page 14: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 14/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  14

Gambar 2.1. : Simplifikasi peta geologi Kalimantan

  Pegunungan Meratus yang merupakan suatu jalur mélange dan ofiolit

(batuan metamorf), di sebelah timur, muncul menjadi daratan sejak

akhir Kala Miosen dan menjadi sumber material sedimen pada Kala

Pliosen di Cekungan Barito. (R. Haryanto dan Baharuddin, 1995).

  Tinggian melintang paternoster atau Patahan Mendatar Adang

merupakan elemen struktur besar yang memiliki sifat gerak mengiri

(sinistral)  yang memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Kutai.

Patahan ini juga mendeformasi batuan sepanjang batas antara

Cekungan Barito dan Kutai. (A.W. Satyana, 1997).

Simplifikasi peta geologi Kalimantan, menunjukkan elemen-elemenstruktur mayor cekungan-cekungan, ketebalan sedimentasi Masa

Koneozoikum, endapan gambut-batubara dan akumulasi minyak bumi.

Modifikasi dari Wilson dan Moss, 1998. (diambil dari Steve J. Moss dan

Page 15: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 15/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  15

John L.C. Chambers dalam Prosiding Indonesian Petroleum

 Association 1999, halaman 188). 

Gambar 2.2. Penampang Cekungan Barito (Sumber : Schlumberger –

Formation Evaluation Conference Indonesia, 1986)

Suatu penampang melintang melalui Cekungan Barito menunjuk-kan

gambaran asimetrik (Gambar 3.2) disebabkan adanya gerak naik dan

gerak ke arah barat dari Pegunungan Meratus. Sedimen-sedimen

Neogen ditemukan paling tebal sepanjang bagian timur Cekungan

Barito lalu menipis ke arah barat terhadap batuan dasar dari Paparan

Sunda/ Pegunungan Schwaner.

II.3. Stratigrafi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam peta geologi

Lembar Buntok skala 1:250.000, (S. Supriatna, dkk. 1994)

Urutan stratigrafi regional dari tua ke muda adalah :

1. Formasi Berai

Formasi ini terdiri dari batugamping dengan sisipan batulempung,

napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung limonit.

Batugamping berfosil foram besar. Formasi ini diendapkan di laut

dangkal menempati perbukitan Kars yang terjal.

Page 16: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 16/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  16

2. Formasi Montalat

Formasi Montalat terdiri dari batupasir kuarsa putih berstruktur

silang siur, bersisipan batulanau/serpih dan batubara. Formasi ini

merupakan formasi pembawa batubara, diendapkan di laut dangkal

terbuka dan mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi

Berai yang berumur Oligosen sampai Miosen Awal.

3. Formasi Warukin

Formasi ini terdiri dari batupasir kasar-sedang, sebagian konglome-

ratan, batulanau dan serpih sebagai sisipan, setengah padat,

berlapis dan berstuktur silang siur. Struktur lipatan terbuka dengan

kemiringan lapisan sekitar 100. Formasi ini berumur Miosen Tengah

 – Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai 500 m, dan

diendapkan di daerah transisi. Formasi Warukin berada selaras di

atas Formasi Berai dan Montalat. Formasi ini menempati daerah

dataran menggelombang landai, di luar blok wilayah PT. Bina Insan

Makmur Sentosan (BIMS).

Page 17: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 17/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  17

Tabel 2.1. : Kolom Stratigrafi Wilayah IUP PT Bina Insan Makmur Sentosa

II.4. Struktur Geologi Regional

Pemahaman struktur geologi secara regional di daerah pengamatan

akan sangat membantu dalam memperkirakan pola sebaran batubara

di bawah permukaan.

Page 18: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 18/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  18

Berdasarkan peta geologi regional lembar Buntok skala 1:250.000 yang

disusun oleh S. Supriatna, dkk, 1994, (PPPG Bandung), diketahui

bahwa di atas batuan dasar (basemant),  batuan sedimen Pra-Tersier

telah mengalami struktur deformasi dan membentuk lipatan antiklin,

sinklin dan sesar.

Kemiringan sayap lipatan sangat bervariasi mulai dari 100 sampai 450.

Sumbu lipatan umumnya berarah utara selatan ada pula yang

utaratimurlaut – selatanbaratdaya. Antiklin umumnya tidak simetris,

sayap antiklin di bagian timur lebih tajam dari pada sayap di sebelah

barat. Sesar yang ada umumnya sesar normal dan sesar normal geser.

Pada akhir Miosen Tengah kegiatan blok Meratus mengakibatkan

Cekungan Barito menjadi terisolir dari laut terbuka ke arah timur.

Page 19: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 19/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  19

III. KEGIATAN PENYELIDIKAN

III.1. Penyelidikan Sebelum Lapangan

Tahap persiapan dilakukan di kantor seperti, pengumpulan data

sekunder, persiapan peta kerja, dan perlengkapan survei lainnya.

Peta dasar yang digunakan sebagai acuan daerah penelitian adalah :

- Peta topografi skala 1 : 50.000 (sumber BAKOSURTANAL)

- Peta Geologi Lembar Buntok skala 1:250.000, (Soetrisno, dkk.,

1994), P3G Bandung

III.2. Penyelidikan Lapangan

III.2.1. Pemetaan Geologi 

Pemetaan geologi batubara dilakukan dengan cara menyusuri

aliran sungai untuk mencari singkapan batubara dan batuan

lainnya di daerah yang termasuk wilayah kerja yang sudah

ditentukan batas koordinatnya sesuai Ijin Usaha Pertambangan

(IUP) yang dikeluarkan oleh Bupati Barito Selatan. Semua data

yang didapat direkam dalam bentuk data digital yang bisa

diolah dengan menggunakan alat bantu computer.

Singkapan batubara di daerah penyelidikan secara umum

keadaannya cukup baik, sifat fisiknya hitam, keras,

mengandung resin, sedikit pyrite,ketebalan lapisannya berkisar

antara 0,10 meter sampai dengan 1,75 meter , sebarannya

secara umum berarah Timur Laut – Barat Daya. Batubara yang

diambil contohnya adalah lapisan yang mempunyai ketebalan

lebih besar dari 0,40 m, singkapan yang didapat sebanyak 96

lokasi pengamatan dengan jumlah contoh batubara sebanyak

34 kantong.

Metode Pengambilan contoh batubara dilakukan dengan

metode chanel sampling.

Penentuan blok prospek batubara di daerah penyelidikan pada

Page 20: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 20/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  20

dasarnya ditentukan oleh ; potensi sumberdaya batubara baik

secara “Kuantitas” maupun “Kualitas”, kondisi geologi dan

penyebaran seam  batubara, kondisi umum daerah yang

bersangkutan terutama yang menyangkut kondisi infrastruktur /

alternatif sarana transportasi batubara, serta tingkat kelayakan-

nya untuk dikembangkan ke tahap Eksplorasi lanjut dan

kemudian Eksploitasi, hal ini tentunya dengan mengacu kepada

“Orientasi” serta “Skala Penambangan” yang diinginkan /

direncanakan oleh Perusahaan terkait.

Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tersebut di atas,

maka berdasarkan data-data hasil kegiatan penyelidikan

lapangan (Juli – Agustus 2011) dapat dilokalisir : 1 (satu) “BLOK

PROSPEK BATUBARA” dengan luas areal  1.000 Ha, dari luas

wilayah IUP eksplorasi 5.000 Ha. (lihat Lampiran 5) Peta Blok

Prospek Batubara.

Koordinat Geografis “BLOK PROSPEK BATUBARA” dapat

dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini :

Tabel 3.1 : Daftar Koordinat Blok Prospek Batubara Wilayah

IUP PT.BIMS

TITIK BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN

° ‘ “ ° ‘ “

1 115 09 00 01 23 00

2 115 12 00 01 23 00

3 115 12 00 01 24 9.54 115 10 52 01 24 9.5

5 115 10 52 01 24 006 115 09 00 01 24 00

Page 21: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 21/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  21

III.2.2. Pemboran 

Kegiatan pemboran dilakukan masih secara acak (Random)

dengan jarak lebih kurang 500 meter.

Penentuan titik-titik pemboran dilakukan dengan cara membuat

penampang drilling line dengan mengacu pada singkapan

batubara yang dikenal. Hasil pembuatan penampang di

lapangan digambar dalam software AutoCad dan MapInfo,

kemudian ditentukan lokasi titik pemboran dan kedalaman

target lapisan batubara yang direncanakan untuk dibor.

Pemboran dilakukan dengan metoda touch core. Metoda touch

core, yaitu merupakan gabungan antara metoda open hole dan

metoda coring. Metoda open hole dilakukan pada batuan non

coal, dan metoda coring dilakukan pada saat 0.2 meter

menjelang dan sesudah seam/lapisan batubara yang

ditargetkan.

Litologi hasil coring diletakan pada pipa paralon dan dilakukan

perhitungan core recovery, kemudian dideskripsi oleh wellsite

geologist. Selanjutnya dimasukan ke dalam core box

berdasarkan urutan kedalaman dan diberi kode mengenai

lokasi atau nomor lubang pemboran, interval kedalaman, nomor

core box dan hal-hal lain yang perlu dicatat pada core box

tersebut. Setelah itu core box diangkut ke tempat

penyimpanannya.

Sampel batubara hasil pemboran diambil untuk dianalisa

dengan kriteria sebagai berikut :

 Sampel batubara untuk keperluan analisa kualitas di

laboratorium diambil dari lapisan batubara dengan ketebalan

≥ 0.50 meter.

Page 22: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 22/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  22

  Bila lapisan batubara dengan ketebalan > 1 meter diambil

untuk setiap selang 1 meter dan apabila terdapat sisa, maka

sisa dari batubara tersebut menjadi 1 sampel tersendiri.

  Parting yang berukuran <10 cm disertakan dalam sampel,

sedangkan parting berukuran ≥10 cm dipisahkan. 

  Sampel batubara yang terambil untuk dianalisa dipreparasi

dengan kantong plastik dan diberi label untuk selanjutnya

dikirim ke laboratorum. 

Peralatan pemboran yang digunakan pada awal kegiatan (08

Oktober s/d 29 November 2011) antara lain:

- 2 (satu) unit mesin bor berjenis Jacro 100 yang dilengkapi

dengan peralatan pendukung lainnya. Kemampuan

kedalaman maksimum 100 meter. Ukuran Core Barrel NQ,

pipa ukuran NQ.

Peralatan pemboran yang digunakan pada tanggal 22

 Agustus s/d 14 Desember 2010 , antara lain:

 1 (satu) unit mesin bor berjenis Jacro 200 yang

dilengkapi dengan peralatan pendukung lainnya.

Kemampuan kedalaman maksimum 200 meter. Ukuran

Core Barrel NQ, casing ukuran HQ, pipa ukuran NQ.

 1 (satu) unit mesin bor berjenis Jacro 75 yang dilengkapi

dengan peralatan pendukung lainnya. Kemampuan

kedalaman maksimum 75 meter. Ukuran Core Barrel NQ,

pipa ukuran AW

Page 23: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 23/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  23

Foto 3.1 Jekro 200

Foto 3.2 Jekro 175

Foto 3.3 Jekro 175

Page 24: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 24/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  24

III.3. Penyelidikan Laboratorium

Conto / sampel batubara yang telah diambil dari singkapan kemudian

dikemas dalam kantong plastik kedap udara dan diberi kode

penomoran. Sampel - sampel tersebut kemudian dikirim ke

laboratorium untuk diuji.

PT. Bina Insan Makmur Sentosa menggunakan jasa suatu perusahaan

yang memiliki laboratorium terakreditasi untuk menganalisa sampel

batubara, dengan identitas sebagai berikut :

- Nama Laboratorium : Laboratorium Sucofindo Banjarmasin –

PT. Sucofindo

- Alamat : Jl. A. Yani Km. 7,8 No. 21 A, Banjarmasin

 –

Kalimantan Selatan 70654

Telp. (0511) 271080 - 85

Faks. (0511) 258111; 264355

Daftar sampel dan hasil analisa dilampirkan dalam tabel 3.1.

III.3.1.  Analisis Kimia 

Metode analisis kimia dapat dilihat dalam table sebagai berikut :

Bidang

Pengujian

Bahan

atau

produk

yang diuji

Jenis pengujian

atau sifat-sifat

yang diukur

Spesifikasi, Metode

pengujian, Teknik

yang digunakan

Keterangan

Kimia Batubara Total moisture  ISO 589 - 1981; ASTM D 3302 -1999;BS 1016.1 - 1989

Moisture in the

analysis sample 

 ASTM D 3172 -

1999; BS1016.104.1 - 1991

 Ash content ISO 1171 - 1997; ASTM D 3174 -2000;BS 1016.104.4 -1991

Page 25: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 25/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  25

Volatile matter ISO 562 - 1998; ASTM D 3175 -2000;BS 1016.104.3 -1991

Calorific value ISO 1928 - 1995;

 ASTM D 1989 -2000;BS 1016.105 - 1992

Total sulfur ISO 351 - 1984; ASTM D 4239 -2000;BS 1016.6 - 1994

III.3.2.  Analisis Fisika 

Metode analisis fisika dapat dilihat dalam table sebagai berikut :

BidangPengujian

Bahanatau

produk

yang

diuji

Jenis pengujianatau sifat-sifat

yang diukur

Spesifikasi, Metodepengujian, Teknik

yang digunakan

Keterangan

Fisika Batubara Hardgrove

grindability index 

ISO 5074 - 1994; ASTM D 409 - 2000;BS 1016.112 - 1995

III.4. Pengolahan Data

III.4.1. Pengolahan Data Geologi Permukaan 

Data geologi yang terekam dari lapangan, berupa deskripsi

batuan, kedudukan lapisan batuan, kemudian diplot kedalam

peta topografi digital untuk kemudian ditarik kemenerusan dan

batas – batas litologinya, proses tersebut dilakukan dengan

menggunakan computer dengan menggunakan software

pembantu berupa CAD Drawing.

Data – data visual singkapan dari kamera digital kemudian

digabungkan dengan data deskripsi batuan untuk kemudian

dijadikan data log singkapan.

Dari hasil pengolahan data geologi permukaan menghasilkan

produk berupa :

- Peta Singkapan dan Perencanaan Titik Pemboran

Page 26: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 26/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  26

- Peta Geologi Permukaan

- Peta Blok Area Prospek

- Sumber Daya Hipotetik Batubara

III.4.2. Pengolahan Data Pemboran 

Penentuan titik-titik pemboran dilakukan dengan cara membuat

penampang drilling line dengan mengacu pada singkapan

batubara yang dikenal. Hasil pembuatan penampang di

lapangan digambar dalam software AutoCad dan MapInfo,

kemudian ditentukan lokasi titik pemboran dan kedalaman

target lapisan batubara yang direncanakan untuk dibor.

Data – data hasil pemboran kemudian dikombinasikan dengan

data geologi permukaan untuk kemudian dijadikan dasar untuk

merekontruksi geologi bawah permukaan.

Produk hasil pengolahan data pemboran berupa :

- Log litologi pemboran

- Korelasi Seam batubara antar titik bor

- Peta Coal Bottom Contour

- Verifikasi Sumber Daya Batubara

Page 27: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 27/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  27

IV. HASIL PENYELIDIKAN

IV.1. Geologi

Geologi daerah eksplorasi didominasi oleh satuan batuan yang

termasuk Formasi Berai dan sebagian kecil satuan batuan dari Formasi

Montalat.

IV.1.1. Stratigrafi

Secara stratigrafi daerah eksplorasi mempunyai satuan batuan

paling tua adalah Formasi Berai yang terdiri dari batugamping

dengan sisipan napal. Batugamping berwarna putih terang –

putih kotor dan berlapis, mengandung fosil foraminifera besar,

sebagian dolomitan, seperti yang tersingkap di daerah

Malungai Raya. (Foto 4.1.)

Foto 4.1. Singkapan batugamping di daerah Malungai Raya

Formasi Montalat terdiri dari batupasir kuarsa sebagian bersifat

gampingan dengan sisipan batulempung dan batubara.

Formasi ini merupakan formasi pembawa batubara. Formasi ini

Page 28: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 28/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  28

mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi Berai yang

berumur Oligosen sampai Miosen.

Selama pengamatan di lapangan singkapan batubara dijumpai

sebanyak 96 lokasi (Lampiran 2). Lapisan yang paling tebal

terdapat di lokasi BM AM 04 yaitu 1,70 m di daerah Balingo,

koordinat 297671.17 E, 9846694.95 S. (Foto 4.2.). Lapisan

batubara yang paling tipis antara lain di lokasi BM DC 34 yaitu

0,10 m di daerah Balingo, koordinat : 298370.36 E, 9845643.50

S.

Foto 4.2. Singkapan batubara tebal 1,70 m, di lokasi BM AM 04,

koordinat 297671.17 E, 9846694.95 S.

Singkapan batubara yang terdiri dari 5 (lima) lapisan adalah di

lokasi BM DC 08, koordinat : 297583.27 E, 9846050.19 S di

daerah Balingo, ketebalan lapisannya dari atas ke bawah

adalah 0,60 m, 0,10 m, 0,55m, 0,70 m, 0,40 m. (Foto 4.3)

Page 29: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 29/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  29

Foto 4.3. Singkapan batubara mempunyai 5 lapisan di lokasi

BM DC 08,Koordinat; 297583.27 E, 9846050.19 S

Secara rinci setiap singkapan batubara direkam dalam

lembaran Log Outcrop Batubara dan dalam laporan ini disajikan

sebagai lampiran.

IV.1.2. Struktur Geologi

Sepanjang pengamatan geologi dan struktur di lapangan

daerah eksplorasi IUP PT. Bina Insan Makmur Sentosa secara

setempat tidak banyak dipengaruhi oleh kegiatan struktur

geologi seperti sesar dan lipatan.

IV.1.3. Singkapan Endapan Batubara

Daerah yang berpotensi batubara terdapat pada batuan dari

Formasi Montalat tersebar di daerah Balingo dengan cakupan

luas sekitar 1.000 hektar dari wilayah IUP Eksplorasi PT. Bina

Insan Makmur Sentosa seluas 5.000 ha. Hasil rekontruksi data

Page 30: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 30/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  30

singkapan batubara dapat diasumsikan bahwa pada daerah

seluas 1.000 ha ada 10 (sepuluh) seam yaitu mulai dari Seam

 A sampai dengan Seam J.

Seam A

Seam berada di bagan timur daerah peninjauan dan secara

stratigrafi merupakan lapisan tertua. Jumlah singkapan

ditemukan sebanyak 4 lokasi yaitu ; BM AM39, BM AM40, BM

 AM41 dan BM DC60 dengan ketebalan masing-masing 0,50 m,

0,35 m, 0,35m dan >0,15m.

Foto 4.4. Singkapan batubara lokasi BM AM39, tebal 0,50 m

Seam B

Seam B ini masih berada di bagan timur daerah peninjauan dan

secara stratigrafi merupakan lapisan lebih muda dari seam A.

Jumlah singkapan ditemukan sebanyak 7 lokasi yaitu ; BM

 AM39, BM AM40, BM AM41 dan BM DC49, BM DC50, BM

DC52, BM DC54, BM DC61 dan BM DC63, dengan ketebalan

berkisar antara 0,10 sampai dengan 0,50 m.

Page 31: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 31/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  31

Foto 4.5. Singkapan batubara lokasi BM DC54, tebal 0,50 m

Singkapan BM DC54, (Foto 4.5) di S. Balingo, koordinat S 010 

23’ 12,8”, E 1150  11’ 35,4” mempunyai arah jurus N2000E

kemiringan 190 batubara warna hitam, gores coklat, kilap terang

 – pekat, subconchoidal, keras – agak keras, mengandung

resin, cleat memotong, di bagian bawah ada parting

batulempung karbonan 0,03 m, batuan pengapitnya adalah

batulempung abu-abu, lunak di bagian bawah, sedangkan di

bagian atasnya adalah soil coklat kekuningan, lunak.

Seam C

Seam C mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 11 lokasi yaitu; BM DC30, BM DC31, BM DC32, BM

DC33, BM DC34, BM DC40, BM DC46, BM DC47, BM DC48

dan BM DC64. Ketebalan berkisar antara >0,10 m sampai

dengan 1,42 m, sedangkan BM DC31 di S. Karamo mempunyai

3 lapisan, dari bawah ke atas 0,15 m, 0,20 m dan 0,30 m, (Foto

4.6)

Page 32: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 32/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  32

Foto 4.6. Singkapan batubara lokasi BM DC31, mempunyai 3

lapisan, Koordinat S 010 23’ 47,1”, E 1150 11’ 08,6”

Seam D

Seam D mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 5 lokasi yaitu; BM DC26, BM DC28, BM DC43, BM

DC44 dan BM AM32. Ketebalan berkisar antara >0,20 m

sampai dengan 0,37 m, sedangkan BM DC28  di S. Karamo

mempunyai 2 lapisan, dari bawah ke atas 0,37 m, dan 0,30 m,

(Foto 4.7)

Page 33: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 33/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  33

Foto 4.7. Singkapan batubara lokasi BM DC28, mempunyai

2 lapisan, Koordinat S 010 23’ 45,5”, E 1150 11’ 04,2”

Seam E

Seam E mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 9 lokasi yaitu; BM DC02, BM DC03, BM DC04, BM

DC05, BM DC06, BM DC37, BM DC38, BM DC65 dan BM

 AM37. Ketebalan berkisar antara 0,30 m sampai dengan 1,43

m, sedangkan BM DC37 mempunyai 2 lapisan, dari bawah ke

atas 0,70 m, dan 0,35 m. Singkapan batubara dengan

ketebalan 1,43 terdapat di S. Balingo lokasi BM DC65  pada

koordinat S 010 23’ 08,0”, E 1150  11’ 30,5”, arah jurus dan

kemiringannya adalah N1900E/140, batubara warna hitam,

gores hitam, kilap terang – pekat, subconchoidal, keras,

mengandung resin, cleat sejajar. Batuan pengapitnya di bagian

bawah batulempung abu-abu tua, lunak sedangkan di bagian

atas adalah soil coklat kekuningan, lunak. (Foto 4.8)

Page 34: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 34/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  34

Foto 4.8. Singkapan batubara lokasi BM DC65, mempunyai

ketebalan 1,43 m, di S.Balingo

Seam F

Seam F mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 11 lokasi yaitu; BM DC01, BM DC09, BM DC35, BM

DC36, BM DC55, BM DC56, BM DC57, BM DC66 BM AM35,

BM AM36 dan BM AM38. Ketebalan berkisar antara 0,30 m

sampai dengan 1,0 m. Singkapan batubara dengan ketebalan

1,0 terdapat di S. Karamo II lokasi BM DC57 pada koordinat S

010 23’ 12,6”, E 1150 11’ 09,2”, arah jurus dan kemiringannya

adalah N1830E/12

0, batubara warna hitam kecoklatan, gores,

coklat, kilap pekat – pudar, subconchoidal, keras, mengandung

resin, cleat memotong. Batuan pengapitnya di bagian bawah

batulempung karbonan hitam lunak, sedangkan di bagian atas

adalah soil coklat tua, lunak. (Foto 4.9)

Page 35: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 35/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  35

Foto 4.9. Singkapan batubara lokasi BM DC57, mempunyai

ketebalan 1,0 m, di S.Karamo II

Seam G

Seam G mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 13 lokasi yaitu; BM DC08, BM DC10, BM DC11, BM

DC12, BM DC14, BM AM05, BM AM03, BM AM02, BM AM09,

BM AM08, BM AM33, BM AM34 dan BM AM01. Ketebalan

berkisar antara 0,55 m sampai dengan >1,75 m. sedangkan BM

DC08 mempunyai 4 lapisan, dari bawah ke atas 0,40 m, 0,70

m, 0,65 m dan 0,60 m. Singkapan batubara dengan ketebalan

>1,75 terdapat di anak S. Karamo BM AM08 pada koordinat S

010 23’ 16,9”, E 1150 10’ 51,2”, arah jurus dan kemiringannya

adalah N2080E/190, batubara warna hitam, gores coklat, kilap

agak terang, subconchoidal, keras, mengandung resin, cleat

memotong. Battom tidak tersingkap. (Foto 4.10)

Page 36: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 36/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  36

Foto 4.10. Singkapan batubara lokasi BM AM08, mempunyai

ketebalan >1,75 m, di anak S.Karamo

Seam H

Seam H mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 8 lokasi yaitu; BM DC16, BM DC58, BM AM07, BM

 AM06, BM AM13, BM AM24, BM AM04,  dan BM AM010.

Ketebalan berkisar antara 0,55 m sampai dengan >1,70 m.

sedangkan BM AM10 mempunyai 2 lapisan, dari bawah ke atas

>1,55 m, dan >1,10 m. Singkapan batubara dengan ketebalan

>1,70 terdapat di anak S. Karamo BM AM04 pada koordinat S

010 23’ 10,7”, E 1150 10’ 52,3”, arah jurus dan kemiringannya

adalah N2150E/200, batubara warna hitam kecoklatan, gores

coklat, kilap pudar bintik terang, subconchoidal, keras,

mengandung resin, cleat memotong. Battom tidak tersingkap.

(Foto 4.11)

Page 37: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 37/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  37

Foto 4.11. Singkapan batubara lokasi BM AM04, mempunyai

ketebalan >1,70 m, di S.Karamo

Seam H1

Seam H1 mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 3 lokasi yaitu; BM DC17, BM DC18, dan BM AM23.

Ketebalan berkisar antara >0,20 m sampai dengan >0,40 m.

Singkapan batubara dengan ketebalan >0,40 terdapat di S.

Karamo BM AM23 pada koordinat S 010 23’ 20,0”, E 1150 10’

39,9”, arah jurus dan kemiringannya adalah N1950E/250,

batubara warna hitam kecoklatan, gores coklat, kilap pudar

agak terang, subconchoidal, keras, mengandung resin, cleat

memotong. Battom tidak tersingkap. (Foto 4.12)

Page 38: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 38/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  38

Foto 4.12. Singkapan batubara lokasi BM AM23, mempunyai

ketebalan 0,40 m, di S.Karamo

Seam I

Seam I mempunyai titik pengamatan contoh batubara sebanyak

12 lokasi yaitu; BM DC19, BM DC20, BM DC21, BM AM15, BM

 AM14, BM AM22, BM AM21, BM AM20, BM AM19, BM AM18,

BM AM17 dan BM AM016. Ketebalan berkisar antara >0,15 m

sampai dengan >1,0 m. sedangkan BM AM15 mempunyai 2

lapisan, dari bawah ke atas >0,50 m, dan >1,0 m. Singkapan

batubara dengan ketebalan >1,2 terdapat di S. Karamo BM

 AM14 pada koordinat S 010 23’ 17,6”, E 1150 10’ 37,2”, arah

 jurus dan kemiringannya adalah N2000E/16

0, batubara warna

hitam kecoklatan, gores coklat, kilap agak pudar,

subconchoidal, keras, mengandung resin, cleat memotong.

Batuan pengapitnya di bagian bawah batulempung abu-abu

kompak, plastis, lunak sedangkan di bagian atas adalah

batulempung karbonan, lunak. (Foto 4.13)

Page 39: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 39/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  39

Foto 4.13. Singkapan batubara lokasi BM AM14, mempunyai

ketebalan 1,20 m, di S.Karamo

Seam J

Seam J mempunyai titik pengamatan contoh batubara

sebanyak 9 lokasi yaitu; BM DC23, BM DC24, BM DC25, BM

 AM25, BM AM27, BM AM26, BM AM29, BM AM30, dan BM

 AM31. Ketebalan berkisar antara 0,30 m sampai dengan 0,8 m.

Singkapan batubara dengan ketebalan 0,80 m terdapat di S.

Karamo BM AM26 pada koordinat S 010 23’ 41,5”, E 1150 10’

06,6”, arah jurus dan kemiringannya adalah N630E/250,

batubara warna hitam kecoklatan, gores coklat, kilap agak

pudar, subconchoidal, keras, mengandung resin, cleat

memotong. Battom tidak tersingkap (Foto 4.14)

Page 40: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 40/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  40

Foto 4.14. Singkapan batubara lokasi BM AM26, mempunyai

ketebalan >0,80 m, di S. Pantak Jatuh

IV.1.4. Singkapan Non Batubara

Daerah penelitian singkapan non batubara didominasi oleh

batugamping terubu dan sedkit batugamping klastik.

Batugamping, berwarna putih keabuan, sangkeras, massive,

mengandung foraminifera dan sebagian terkersikan, ini banyak

tersingkap di daerah Malungai Raya sampai perbatasan

dengan Balingo di bagian utara dan Baturaya dan Bulu di

bagian timurlaut.

Foto 4.15. Singkapan batugamping di daerah Malungai Raya

mempunyai stalaktit sangat indah

Page 41: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 41/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  41

Di daerah batugamping ini dicirikan dengan adanya sungai di

bawah tanah dan morfologi karst, dengan vegetasi hutan jati

dan pohon coklat. Singkapan non batubara di bagian barat

daerah penelitian ditemukan pula singkapan batupasir kuarsa,

Batupasir kuarsa, abu-abu kecoklatan, menyudut, kemas

terbuka, agak keras, massive dan lempung karbonan hitam,

lunak.

Foto 4.16. Singkapan batupasir di daerah Balingo

Rekapitulasi singkapan non batubara dapat dilihat pada tabel

dan dalam laporan ini disajikan sebagai lampiran.

Page 42: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 42/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  42

IV.2. Pemboran

Kegiatan pemboran dilaksanakan pada tanggal 8 oktober 2011 dan

berakhir pada tanggal 1 januari 2012, dengan rincian dapat dilihat pada

tabel 5.1.

Tabel 5.1 Bore hole

DATEDRILL GPS

HOLE SITE COORDINATE Elev.

START FINISH NO. NOE

(m)S

(m) ASL(m)

8 Okt 2011 12 Okt 2011 BH08 BH08 1150 10' 53.9'' 1

0 23' 14.4'' 91

8 Okt 2011 16 Okt 2011 BH03 BH03 1150 10' 46.5'' 1

0 23' 36.6'' 93

14 Okt 2011 16 Okt 2011 BH07 BH07 1150 10' 51.2'' 1

0 23' 09.8'' 83

17 Okt 2011 19 Okt 2011 BH09 BH09 1150 10' 49.9'' 10 23' 15.2'' 76

17 Okt 2011 20 Okt 2011 BH04 BH04 1150 10' 44.7'' 1

0 23' 40.9'' 92

21 Okt 2011 23 Okt 2011 BH10 BH10 1150 10' 41.8'' 1

0 23' 20.3'' 97

22 Okt 2011 30 Okt 2011 BH05 BH05 1150 10' 52.9'' 1

0 23' 45.5'' 85

31 Okt 2011 8-Nov-11 BH17 BH17 1150 11' 02.5'' 1

0 23' 44.9'' 80

7-Nov-11 12-Nov-11 BH12 BH12 1150 10' 34.4'' 1

0 23' 17.1'' 90

9-Nov-11 13-Nov-11 BH15 BH15 1150 11' 08.3'' 1

0 23' 46.1'' 90

14-Nov-11 20-Nov-11 BH01 BH01 1150 11' 03.7'' 1

0 23' 21.0'' 98

14-Nov-11 23-Nov-11 BH06 BH06 1150 10' 59.9'' 1

0 23' 03.8'' 64

22-Nov-11 25-Nov-11 BH02 BH02 1150 11' 7.62'' 1

0 23' 12.5'' 92

7-Dec-11 8-Dec-11 BH13 BH13 1150 10' 14.1'' 1

0 23' 39.9'' 129

13-Dec-11 18-Dec-11 BH19 BH19 1150 10' 37.3'' 1

0 23' 51.2'' 132

16-Dec-11 18-Dec-11 BH11 BH11 1150 11' 30.3'' 1

0 23' 01.8'' 82

22-Dec-11 27-Dec-11 BH14 BH14 1150 11' 28.7'' 1

0 23' 17.3'' 91

22-Dec-11 24-Dec-11 BH20 BH20 1150 11' 15.0'' 1

0 23' 25.9'' 132

25-Dec-11 1-Jan-12 BH18 BH18 1150 11' 21.5'' 1

0 23' 29.1'' 90

Berdasarkan hasil interpretasi dan korelasi dari setiap ketebalan

batubara data hasil pemboran yang ditemukan di daerah eksplorasi,

dengan memperhatikan kesamaan ciri fisik dan posisi stratigrafi lapisan

batubara, lapisan pengapit dan batuan lain antar lapisan, maka dapat

disimpulkan bahwa di daerah pemboran setidaknya terdapat 10

(sepuluh) lapisan batubara (coal seam) utama, dan 9 (Sembilan)

Page 43: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 43/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  43

lapisan  batubara (coal seam) acssecories. Lapisan – lapisan tersebut

diurutkan dari lapisan paling atas ke bawah adalah sebagai berikut:

Seam A

Seam A memiliki ketebalan > 0.34 m, belum di bor.

Seam B

Seam B memiliki ketebalan > 0.31 , belum di bor.

Seam C

Lapisan batubara ini didapatkan pada titik bor BH-11, BH-15 dan BH-

18, dengan ketebalan yang bervariasi yaitu dari ketebalan BH-11 (0.71

m), BH-15 (0.73 m) dan BH-18 (0.92 m) dengan (ketebalan rata-rata

0.79 meter). Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna

hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan

pengapit lapisan ini adalah batupasir untuk BH-11 dan BH-15 sebagai

atap (roof ) dan untuk BH-18 batulempung sebagai batuan atap dan

batupasir sebagai batuan dasar (floor).  Acuan penempatan titik bor

mengacu pada autcrop BM AM 44, BM DC 65, BM DC 33, BM DC 32,

BM DC 31, BM DC 30.

Seam C1

Lapisan batubara ini didapatkan pada titik bor BH-14 dan BH-18,

dengan ketebalan yang bervariasi yaitu dari ketebalan BH-14 (0.36 m)

dan BH-18 (0.27 m) dengan (ketebalan rata-rata 0.32 meter). Secara

megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap

terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah.

 Atap (roof ) dan dasar (floor )  adalah batuan lempung. Seam inimerupakan pecahan dari seam C penarikan penyebaran batubara pada

kegiatan mapping, penarikan seam ini mengacu dari outcrop BM DC

47, BM DC 54.

Page 44: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 44/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  44

Seam D

Lapisan Batubara (coal seam)  D didapatkan pada titik bor BH-17 dan

BH-20, dengan ketebalan 0.87 dan 1.75 m dengan (ketebalan rata-rata

1.31). Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam

kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras dan pada lapisan

batubbara terdapat parting 10-13 cm. Batuan pengapit lapisan ini

adalah batupasir pada Atap (roof ) dan batulempung pada dasar (floor ).

 Acuan penempatan titik bor ini adalah BM DC 26, 28, 44.

Seam E

Seam ini didapatkan pada titik bor BH-2 dan BH-5, dengan ketebalan

0.87 m dan 0.92 m dengan (ketebalan rata-rata 0.83 m). Secara

megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap

terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah

mudstone sebagai batuan atap (roof) dan batuan mudstone untuk BH-5

dan batu pasir untuk BH-2 lapisan dasar (floor). Penariakan seam ini

acuan dari outcrop BM DC 3, 4, 5, 6, 38 dan BM DC 66.

Seam E1

Seam ini didapatkan pada titik bor BH-1, BH-2 dan BH-5, dengan

ketebalan 1.1 m, 0.59 dan 0.8 m dengan (ketebalan rata-rata 0.83 m).

Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam

kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit

lapisan ini adalah mudstone sebagai batuan atap (roof)  dan lapisan

dasar (floor). Penarikan seam ini dipengaruhi oleh outcrop yang BM DC

55, 56, 57, 35, 1, 2, 3, 4.

Seam E2

Seam ini didapatkan pada titik bor BH-1, BH-2 dan BH-5, dengan

ketebalan 0.78 m, 0.68 dan 0.5 m dengan (ketebalan rata-rata 0.65 m).

Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam

kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit

Page 45: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 45/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  45

lapisan ini adalah batupasir pada BH-1 dan BH-2dan pada BH-5 adalah

batulempung sebagai batuan atap (roof)  dan mudstone pada lapisan

dasar (floor).

Seam E3

Seam ini didapatkan pada titik bor BH-1dan BH-2 dengan ketebalan 0.4

m dan 0.15 dengan (ketebalan rata-rata 0.28 m). Secara megaskopis

batubara pada lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-

60%, kekerasan keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah batupasir

pada BH-1 dan BH-2dan pada BH-5 adalah batulempung sebagai

batuan atap (roof)  dan lapisan dasar (floor). Penempatan titik pada

seam ini mengacu pada outcrop BM DC 3, BM DC 37.

Seam E4

Seam ini didapatkan pada titik bor BH-3, BH-4 dan BH-19 dengan

ketebalan 1.64 m, 1.6 dan 1.3 dengan (ketebalan rata-rata 1.51 m).

Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam

kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit

lapisan ini adalah batupasir pada BH-3, BH-4 dan BH-19 adalah

batulempung sebagai batuan atap (roof)  dan lapisan dasar (floor).

Penarikan seam ini mengacu pada uotcrop BM DC 12.

Seam F

Lapisan batubara ini didapatkan pada titik bor bor BH-3, BH-4, dengan

ketebalan 1.1 m, 1.5 m (ketebalan rata-rata 1.3 meter). ). Secara

megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap

terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah

batulempung sebagai batuan atap (roof)  dan lapisan dasar (floor).

Penempatan titik ini mengacu pada outcrop BM DC 9, 10, 11.

Seam G

Lapisan batubara ini didapatkan pada titik BH-6 dan BH 8, memiliki

ketebalan yang bervariasi yaitu dari 1.55 dan 2 meter dengan

Page 46: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 46/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  46

(ketebalan rata-rata 1.78 meter). ). Secara megaskopis batubara pada

lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan

keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah batulempung sebagai batuan

atap (roof) dan madstone pada lapisan dasar (floor). Untuk BH-8 titik ini

mengacu pada singkapan BM AM 03 yang dimana terdapat singkapan

batubara dengan ketebalan 0.6 m dan 1.4 m yang disela lapisan

terdapat shalycoal dengan ketebalan 0.4 m, penjumlahan batubara

pada titik ini di satukan menjadi 2 meter karena loss core.

Seam G1

Lapisan batubara ini didapatkan pada titik bor bor BH-7, BH-9, dan BH-

10 dengan ketebalan 0.5 m, 1 m dan 0.95 m dengan (ketebalan rata-

rata 0.82 meter). Secara megaskopis batubara pada lapisan ini

berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras.

Batuan pengapit lapisan ini adalah mudstone sebagai batuan atap

(roof)  dan lapisan dasar (floor). Penarikan seam ini mengacu pada

outcrop BM AM 5, 7.

Seam H

Lapisan ini didapatkan pada lokasi titik bor BH-7, BH-9, dan BH-10,

dengan ketebalan 1.75, 1.54 dan 1.7, dengan (ketebalan rata-rata

lapisan adalah 1.66 meter). Secara megaskopis batubara pada lapisan

ini berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras.

Batuan pengapit lapisan ini adalah mudstone sebagai batuan atap

(roof)  dan lapisan dasar (floor). Penariakan seam ini mengacu pada

outcrop BM AM 6, 8.

Seam H1

Lapisan ini didapatkan pada lokasi titik bor BH-7, BH-9, dan BH-10,

dengan ketebalan 0.65, 0.75 dan 0.41, dengan (ketebalan rata-rata

lapisan adalah 0.6 meter). Secara megaskopis batubara pada lapisan

ini berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras.

Batuan pengapit lapisan ini adalah claystone sebagai batuan atap (roof) 

Page 47: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 47/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  47

dan mudstone pada lapisan dasar (floor). Acuan penempatan titik ini

mengacu pada ada nya outcrop BM AM 4, 5.

Seam H2

Seam B memiliki ketebalan > 0.3, belum di bor.

Seam H3

Lapisan ini didapatkan pada lokasi titik bor BH-12 dan BH-16B, dengan

ketebalan 0.1 m, 0.35 m, dengan (ketebalan rata-rata lapisan adalah

0.23 meter). Secara megaskopis batubara pada lapisan ini berwarna

hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan

pengapit lapisan ini adalah mudstone sebagai batuan atap (roof ) pada

BH-12 dan sandstone pada BH-16B dan mudstone pada lapisan dasar

(floor). Penrikan seam ini mengacu pada outcrop BM AM 14, 21.

Seam I

Lapisan ini didapatkan pada lokasi titik bor BH-12, 16A dan BH-16B,

dengan ketebalan 0.92 m, 0.63 m, dan 0.6 m, dengan (ketebalan rata-

rata lapisan adalah 0.72 meter). Secara megaskopis batubara pada

lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap terang 40-60%, kekerasan

keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah claystone sebagai batuan

atap (roof ) pada BH-12, 16A dan sandstone pada BH-16B dan

mudstone pada lapisan dasar (floor). Penentuan titik ini mengacu pada

outcrop BM AM 15, 17, 18, 19, 21.

Seam J

Lapisan ini didapatkan pada lokasi titik bor BH-13, dengan ketebalan

0.85 m, dengan (ketebalan rata-rata lapisan adalah 0.85 meter). Secaramegaskopis batubara pada lapisan ini berwarna hitam kecoklatan, kilap

terang 40-60%, kekerasan keras. Batuan pengapit lapisan ini adalah

sebagai sa ndstone batuan atap (roof dan pada lapisan dasar (floor).

Page 48: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 48/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  48

 Acuan dari penempatan titik bor mengacu pada outcrop BH DC 23, 24,

25.

Sampel batubara yang diambil dari hasil coring adalah sebanyak 21

sampel, Sampel-sampel tersebut berasal dari kegiatan pemboran sbb :

Tabel 4.2. Daftar Sampel Hasil Pemboran

Sample

IDSeam

DepthThickness

(m)

Sample

Description

No. of

BagsDATEFrom

(m)

To

(m)

BH01001 14.45 14.60 0.15 Coal 1 Of 1 18-Nov-11

BH01002 24.80 25.58 0.78 Coal 1 Of 1 19-Nov-11

BH01003 39.85 40.58 0.73 Coal 1 Of 1 19-Nov-11

BH01004 40.85 40.95 0.10 Coal 1 Of 1 20-Nov-11

BH02001 10.55 10.95 0.40 Coal 1 Of 1 23-Nov-11BH02002 22.65 23.00 0.35 Coal 1 Of 1 24-Nov-11

BH02003 25.85 26.68 0.83 Coal 1 Of 1 24-Nov-11

BH02004 42.70 43.29 0.59 Coal 1 Of 1 25-Nov-11

BH02005 46.72 47.01 0.29 Coal 1 Of 1 25-Nov-11

BH03001 23.80 24.30 0.50 Coal 1 Of 1 12-Oct-11

BH03002 24.47 24.90 0.43 Coal 1 Of 1 14-Oct-11

BH03003 25.70 27.30 1.60 Coal 1 Of 1 15-Oct-11

BH03004 41.10 41.90 0.80 Coal 1 Of 1 16-Oct-11

BH04001 19.00 20.45 1.45 Coal 1 Of 1 19-Oct-11

BH04002 20.67 21.20 0.53 Coal 1 Of 1 19-Oct-11

BH04003 21.90 22.31 0.41 Coal 1 Of 1 19-Oct-11

BH04004 24.47 24.67 0.20 Coal 1 Of 1 20-Oct-11

BH05001 9.50 10.00 0.50 Coal 1 Of 1 24-Oct-11

BH05002 19.30 20.10 0.80 Coal 1 Of 1 25-Oct-11

BH05003 30.80 30.89 0.09 Coal 1 Of 1 28-Oct-11

BH05004 35.20 36.12 0.92 Coal 1 Of 1 29-Oct-11

BH06001 1.55 3.10 1.55 Coal 1 Of 1 14-Nov-11

BH06002 5.30 5.67 0.37 Coal 1 Of 1 14-Nov-11

BH06003 18.00 19.00 1.00 Coal 1 Of 1 15-Nov-11

BH07001 23.76 25.46 1.70 Coal 1 Of 1 15-24-2011

BH08001 22.85 23.21 0.36 Coal 1 Of 1 9-Oct-11

BH08002 24.46 24.70 0.24 Coal 1 Of 1 9-Oct-11

BH08003 32.01 32.54 0.53 Coal 1 Of 1 11-Oct-11

BH09001 9.36 9.73 0.37 Coal 1 Of 1 17-Oct-11

BH09002 9.73 9.79 0.06Carbonaceous

mudstone1 Of 1 17-Oct-11

Page 49: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 49/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  49

BH09003 9.79 9.91 0.12 Coal 1 Of 1 17-Oct-11

BH09004 16.81 18.56 1.75 Coal 1 Of 1 18-Oct-11

BH09005 40.61 40.91 0.30 Coal 1 Of 1 19-Oct-11

BH09006 40.91 41.03 0.12Carbonaceous

mudstone1 Of 1 19-Oct-11

BH09007 41.03 41.61 0.58 Coal 1 Of 1 19-Oct-11

BH10001 8.30 8.95 0.65 Coal 1 Of 1 21-Oct-11

BH10002 21.25 22.79 1.54 Coal 1 Of 1 22-Oct-11

BH10003 41.10 42.06 0.96 Coal 1 Of 1 22-Oct-11

BH11001 21.30 22.01 0.71 Coal 1 Of 1 16-Dec-11

BH12001 3.20 4.12 0.92 Coal 1 Of 1 8-Nov-11

BH12002 27.80 28.10 0.30 Coal 1 Of 1 11-Nov-11

BH12003 40.75 40.98 0.23 Coal 1 Of 1 12-Nov-11

BH13001 33.90 34.36 0.46 Coal 1 Of 1 8-Dec-11

BH13002 34.60 34.75 0.15 Coal 2 Of 1 8-Dec-11

BH14001 20.40 20.76 0.36 Coal 1 Of 1 23-Dec-11

BH15001 19.60 19.96 0.36 Coal 1 Of 1 9-Nov-11

BH15002 33.30 34.22 0.92 Coal 1 Of 1 11-Nov-11

BH16A001 6.10 6.31 0.21 Coal 1 Of 1 29-Oct-11

BH16A002 6.31 6.38 0.07Carbonaceous

mudstone1 Of 1 29-Oct-11

BH16A003 6.38 6.73 0.35 Coal 1 Of 1 29-Oct-11

BH16B001 12.35 12.58 0.23 Coal 1 Of 1 31-Oct-11

BH16B002 12.58 12.65 0.07Carbonaceous

mudstone1 Of 1 31-Oct-11

BH16B003 12.65 12.95 0.30 Coal 1 Of 1 31-Oct-11

BH17001 20.60 20.96 0.36 Coal 1 Of 1 31-Oct-11

BH17002 21.09 21.47 0.38 Coal 1 Of 1 31-Oct-11

BH18001 11.10 11.83 0.73 Coal 1 Of 1 28-Dec-11

BH18002 31.26 31.53 0.27 Coal 1 Of 1 30-Dec-11

BH19001 20.32 21.22 0.90 Coal 1 Of 1 14-Dec-11

BH19002 21.22 21.62 0.40 Coal 1 Of 1 14-Dec-11

BH20001 25.69 27.20 1.51 Coal 1 Of 1 23-Dec-11

BH20002 27.30 27.54 0.24 Coal 1 Of 1 23-Dec-11

Page 50: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 50/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  50

IV.3. Estimasi Sumber Daya/Cadangan

Metode atau sistim yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya

batubara di daerah penyelidikan adalah Sistim USGS (System of United

States Geological Survey), kemudian dikombinasi dengan prakiraan nilai

“Coal Ratio” / “Stripping Ratio” yang diinginkan, atau kedalaman

penambangan yang direncanakan untuk tambang terbuka (open-pit

minning) skala menengah.

Kriteria-kriteria umum dalam Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan

Sistim USGS, adalah sebagai berikut : 

  Panjang sebaran batubara ke arah jurus bidang lapisan / seam 

batubara (on-strike) sejauh yang masih dapat diidentifikasi, dan

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut : 

1) Kategori Terukur (Measured), sebaran lapisan diasumsikan 2  (0  

400) meter. 

2) Kategori Terindikasi (Indicated), sebaran lapisan diasumsikan 2  

(400  1.200) meter. 

3) Kategori Tereka (Inferred), sebaran lapisan diasumsikan 2  (1.200

 4.800) meter. 

4) Lebar sebaran seam  batubara ke arah kemiringan bidang lapisan

(dip), dihitung sampai kedalaman tambang tertentu sesuai dengan

“Coal Ratio” / “Stripping Ratio” yang direncanakan, dengan “slope

stability” untuk penambangan terbuka sekitar 45° atau 100%

(Gambar 4.2.). 

-  Sebaran seam  batubara baik ke arah on-strike maupun ke arah

down-dip dianggap menerus, tanpa terjadi perubahan yang diakibatkan

oleh mekanisme sedimentasi, kondisi topografi, atau gejala alam

lainnya (pelapukan dan erosi). -  Penyebaran lapisan / seam  batubara ini hanya akan dibatasi oleh ;

Batas Daerah Penyelidikan / Blok Prospek Batubara, Zona Struktur

Geologi, serta Batas Formasi Batuan Pembawa Batubara yang berada

/ tersebar di Daerah Penyelidikan. 

Page 51: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 51/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  51

Klasifikasi tersebut didasarkan pada jarak atau panjang sebaran seam 

batubara maksimal dihitung dari titik singkapan ke arah on-strike, dengan

tingkat keyakinan yang bersifat progresif untuk masing-masing kategori

(Gambar 4.1). 

  Ketebalan seam batubara yang dihitung adalah jumlah dari ketebalan

setiap lapisan batubara (ply), apabila terdapat singkapan dengan 2

(dua) buah ply atau lebih. 

  Berat Jenis Batubara yang dihitung, adalah nilai rata-rata dari

beberapa harga berat jenis batubara yang ada, yaitu sekitar 1,3 gr/cm3. 

Selain menggunakan metode / sistim tersebut di atas, perhitungan

Jumlah Sumberdaya Batubara di Daerah Penyelidikan, juga didasarkan

pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

  Perhitungan dilakukan pada setiap Seam Batubara yang telah

diidentifikasi secara menyeluruh, maka untuk harga “ketebalan” dan

“dip” untuk setiap Seam Batubara adalah merupakan “Harga

Maksimum” atau “Harga Rata-rata”. 

  Panjang lateral sebaran lapisan / seam batubara ke arah “on-strike”

yang dihitung untuk setiap kategori adalah berdasarkan

keterpengaruhan dari 2 (dua) singkapan / outcrop  yang berada

diantaranya, atau antara outcrop  batubara dengan “Batas Zona

Geologi” tertentu. 

  Jumlah “Over Burden” untuk masing-masing Seam  Batubara belum

dapat dihitung dengan menggunakan “Metode Planimeter Topografi”

karena belum ada data pengukuran topografi. 

  Perhitungan Sumberdaya Batubara dilakukan pada “BLOK PROSPEK

BATUBARA” yang telah dilokalisir berdasarkan hasil Interpretasi data-

data lapangan periode Juli – Agustus 2011. 

Page 52: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 52/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  52

Gambar 4.1 Klasifikasi Perhitungan Sumberdaya Batubara untuk 

masing-masing Kategori (USGS Circular – 891,1983).

Page 53: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 53/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  53

Gambar 4.2. Sketsa Perhitungan Sumberdaya Batubara.

Jumlah Sumberdaya Batubara dapat dihitung dengan menggunakan

rumus matematika sederhana, sebagai berikut :

dSD = -------------- x p x t x β 

sin

Keterangan :

SD = Jumlah sumberdaya batubara. 

d = Kedalaman penambangan sesuai dengan “Stripping Ratio”. 

  = Kemiringan bidang lapisan (dip) batubara. 

p = Panjang sebaran lapisan batubara ke arah jurus (on-strike). 

t = Tebal lapisan batubara. 

β  = Berat jenis rata-rata batubara atau SG (1,3 gr/cm3). 

Secara matematis Perhitungan Sumberdaya Batubara di Daerah

Penyelidikan dengan menggunakan metode / rumus tersebut di atas

dapat dilihat secara jelas pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4

Page 54: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 54/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  54

Tabel 4.3. : Perhitungan Sumberdaya Batubara Terukur dengan kedalaman 50 m

Seam

Thickness DIP Sin

Dip 50/SinDip

S.G

Resources Zone(m2) Measured

 Average Average Inferred Resources

(m) (…..o) gr/m3 (m) (ton)

SAEM A0.34 16 0.28 181.40 1.3 1080 86,592.04

SEAM B0.31 14 0.24 206.68 1.3 1960 163,251.04

SEAM C0.79 16 0.28 181.40

1.3 2077386,935.76

SAEM D1.31 16.5

0.28176.05

1.3 1559467,400.27

SEAM E0.83 25

0.42118.31

1.3 1900242,547.49

SEAM F1.3 19.5

0.33149.79

1.3 820207,575.12

SEAM G1.78 16.7

0.29174.00

1.3 1370551,603.26

SEAM H1.66 19.7

0.34148.33

1.3 1370438,519.96

SAEM I0.72 23.8

0.40123.90

1.3 1127130,700.57

SAEM J0.85 19

0.33153.58

1.3 1000169,703.33

C10.32 14 0.24 206.68 1.3

1950167,657.42

E10.83 21

0.36139.52

1.3 1900286,032.83

E2 0.65 19 0.33 153.58 1.3 1900 246,568.96

E30.28 19

0.33153.58 1.3

1900106,214.32

E41.51 20

0.34146.19

1.3 1110318,538.26

G10.82 19

0.33153.58 1.3

1370224,287.91

H10.6 13 0.22 222.27

1.31370 237,518.34

H20.3 26 0.44 114.06 1.3 1110 49,375.97

H30.23 16 0.28 181.40 1.3 942 51,092.13

TOTAL 4,532,114.97

Page 55: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 55/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  55

Tabel 4.4. : Perhitungan Sumberdaya Batubara Terukur dengan kedalaman 100 m

SeamThickness DIP Sin

Dip 100/SinDip

S.G

Resources Zone(m2) Measured

 Average Average Inferred Resources

(m) (…..o) gr/m3 (m) (ton)

SAEM A0.34 16 0.28 362.80 1.3 1080 173,184.07

SEAM B 0.31 14 0.24 413.36 1.3 1960 326,502.07

SEAM C 0.79 16 0.28 362.80 1.3 2077 773,871.52

SAEM D 1.31 16.5 0.28 352.09 1.3 1559 934,800.55

SEAM E 0.83 25 0.42 326.62 1.3 1900 485,094.99SEAM F 1.3 19.5 0.33 299.57 1.3 820 415,150.25

SEAM G 1.78 16.7 0.29 347.99 1.3 1370 1,103,206.52

SEAM H 1.66 19.7 0.34 296.65 1.3 1370 877,039.92

SAEM I 0.72 23.8 0.40 247.80 1.3 1127 261,401.14

SAEM J 0.85 19 0.33 307.16 1.3 1000 339,406.66

C1 0.32 14 0.24 413.36 1.3 1950 335,314.83

E1 0.83 21 0.36 279.04 1.3 1900 572,065.67

E2 0.65 19 0.33 307.16 1.3 1900 493,137.91

E3 0.28 19 0.33 307.16 1.3 1900 212,428.64

E4

1.51 200.34

292.381.3 1110

637,076.51G1 0.82 19 0.33 307.16 1.3 1370 448,575.81

H1 0.6 13 0.22 444.54 1.3 1370 457,036.67

H2 0.3 26 0.44 228.12 1.3 1110 98,751.94

H3 0.23 16 0.28 362.80 1.3 942 102,184.26

TOTAL 9,064,229.94

Page 56: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 56/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

  Secara morfologi sebagian besar daerah Peninjauan masuk dalam

satuan morfologi perbukitan sedimen denudasional denganketinggian antara 55 -100 m di atas permukaan laut, dan sebagian

yang lain masuk dalam satuan morfologi pedataran karst.

  Berdasarkan aspek geologi, maka endapan batubara yang terdapat

di daerah Desa Ngurit, Desa Malungai Raya dan sekitarnya,

Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan,

Provinsi Kalimantan Tengah seluas 5.000 Ha terdapat pada Formasi

Montalat yang berumur Oligosen - Miosen.

  Beradasarkan hasil data mapping Seam batubara pada wilayah IUP

terdapat 10 seam Utama dan 1 (satu) Seam Acssecories, dan

setelah aktivitas pemboran jumlah seam batubara berubah menjadi

10 seam utama dan 9 seam acssecories. Dengan ketebalan rata-rata

seam ± 0,28 – 1.78.

  Jumlah sumberdaya terukur batubara pada daerah Peninjauan

sampai kedalaman 50 m sebanyak 4,532,114.97 ton, sedangkan

untuk kedalaman 100 m sebanyak 9,064,229.94 ton.

  Hasil analisa laboratorium menunjukan kualitas batubara pada

daerah PT. BIMS termasuk ke dalam Sub Bituminus dengan nilai

rata - rata total moisture 29.9 %, inherent moisture 14.6%,

Kandungan abu 6.1%, zat terbang 32.4%, kandungan karbon 31.6%,

kandungan belerang 0.73%, kalori 4931 – 6235 Kcal/Kg, dan hgi 51.

  Daerah prospek dipilih seluas 1.000 ha pada Formasi Montalat,

pemilihan blok prospek berdasarkan pertimbangan daerahnya

memiliki singkapan batubara yang cukup banyak.

  Pada saat penarikan batubara roof dan floor tidak sama karena

dipengaruhi oleh metoda pemboran yaitu touch core, yang dimana

mengetahui lithology melalui cutting hasil pemboran yang dimana

cutting yang keluar seringkali terlambat dan batuan bagian atas yang

Page 57: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 57/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  57

runtuh, kedua hal tersebut yang mempengaruhi ketidak akuratan

diskripsi yang dilakukan dlapangan.

  Dari hasil penilitian pemboran tahap awal wilayah IUP PT. Bina Insan

Makmur Sentosa layak untuk dilakukan kegiatan eksplorasi lanjutan.

V.2. SARAN

  Sumberdaya batubara daerah ini layak untuk di kembangkan lebih

lanjut. Untuk itu perlu eksplorasi lebih rinci, pemboran, pengukuran

topografi dan pengkajian lebih detil mengenai pemanfaatannya.

  Pemboran direncanakan pemboran detail dengan jarak ± 250 meter

searah jurus. Pada daerah prospek direncanakan sebanyak 20

lubang bor dengan kedalaman tiap lubang rata-rata 50 meter.

  Pengukuran topografi dilakukan bersamaan dengan pemboran, skala

topografi di rencanakan dengan skala 1 : 1000. 

   Agar data lebih akurat kegiatan Eksplorasi lanjutan dilakukan full

coring dan logging. 

  Perusahaan harus meyakinkan/menunjukan keseriusan nya untuk

meneruskan kegiatan di lokasi wilayah Ijin Usaha Pertambangan

Eksplorasi PT. Bina Insan Makmur Sentosan (BIMS) bahkan sampai

kepenambangan. 

Page 58: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 58/59

 

Exploration Document Presented by PT. BIMS  58

VI. DAFTAR ACUAN

1. Bemmellen ; R,W, Van, 1970; The Geology of Indonesia, Vol 2, pp 78 –

82, Martinus Nijhoff, The Haque Beureun De Recherdes Geologiques

Minieres and Direktorat Sumberdaya Mineral, Final Report 1979 – 1982;

Geological Mapping and Mineral Exploration in North East Kalimantan.

2. Colin R. Ward., (1984) : Coal Geology and Technology. ; Blackwell

Scientific Publications, Melbourne.

3. Geoservice Report No.10.151, 1980; Recent Development in Indonesia

Coal Geology, (Unpublished).

4. Gordon H. W. Jr., Kenh T.M.,Carter M.D. and Culbertson C.W. (1983) :

Coal Resource,  Classification System of the U.S. Geological Survey.,

USGS Circ. 891.

5. Koesoemadinata, R,P, 1978; Tertiary Coal Basin of Indonesia, United

Nations Escap, CCOP, Technical Bulletin, Vol, 2.

6. Luki samuel, Muchsin S., 1975; Stratigraphy and Sedimentation in The

Kutai Basin, Kalimantan, Proceeding Indonesian Petroleum Association,

4th annual Convention.

7. Rance H.C., (1975) : Coal Quality Parameter and Their Influence in Coal

Utilization. ; Shell International Petroleum Co., Ltd.

8. Soetrisno ; Supriatna S. ; Rustandi E., Sanyoto P. And Hasan K. (1994) ;

Regional Geological Map of The Buntok Quadrangle, Kalimantan.,

Geological Research and Development Centre, Bandung.

9. Robertson Research, 1978; Coal Resources of Indonesia.

10. Stefanko R., (1983) : Coal Mining Technology, Theory and Practice. ;

Society of Mining Engeneers, New York.

Page 59: Laporan Eksplorasi PT.bims

7/22/2019 Laporan Eksplorasi PT.bims

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-eksplorasi-ptbims 59/59

VII. LAMPIRAN