laporan - dpr.go.id · komersial pabrik cga tayan menambah lini komoditas olahan yang diproduksi pt...

17
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT DAN SMELTER ALUMINA PT ANTAM TBK DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 6-8 JULI 2018 MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018

Upload: vuxuyen

Post on 02-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI

KE UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT DAN SMELTER ALUMINA

PT ANTAM TBK DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PADA TANGGAL 6-8 JULI 2018

MASA PERSIDANGAN V

TAHUN SIDANG 2017-2018

KOMISI VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air,

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Mengingat sumber daya

alam khususnya mineral sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi

merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan, maka pengelolaannya perlu

dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Selain itu, sumber daya alam, khususnya mineral yang terkandung

dalam perut bumi wilayah pertambangan Indonesia mempunyai peranan penting

dalam memenuhi hajat hidup orang banyak terutama untuk pasokan kebutuhan

sumber energi dan listrik. Oleh karena itu pengelolaannya harus memberi nilai

tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.

Mineral termasuk bauksit sebagai salah satu sumber daya alam yang ada di

Indonesia mempunyai arti penting, baik dari aspek ekonomi maupun aspek lainnya.

Mineral juga merupakan sumber daya alam yang masuk sebagai komoditi yang

penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga

pengelolaannya harus dikuasai oleh negara. Bentuk penguasaan negara ini

diwujudkan dengan pengaturan tata kelola mineral yang dilandasi oleh undang-

undang dan peraturan pelaksanaannya. Diantaranya Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berlaku sejak

tanggal 12 Januari 2009, dan saat ini juga dalam tahap untuk dilakukan perubahan

kembali.

Tata kelola mineral yang dilandasi hukum dan peraturan perundang-undangan

yang baik akan dapat menjamin pengelolaan mineral dapat sesuai yang diharapkan,

yaitu memberikan nilai tambah dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Selain itu,

pengelolaan mineral termasuk pengolahan dan pemuriniannya harus didukung

dengan fasilitas dan sarana yang memadai, sehingga proses usaha pertambangan

mineral, khususnya tahap produksi serta pengolahan dan pemurnian dapat berjalan

dengan baik. Hal ini penting untuk mendukung produksi dan peningkatan nilai

tambah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kegiatan ini dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap

implementasi undang-undang, khususnya implementasi Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara beserta peraturan

perundang-undangan turunannya. Selain itu juga untuk melihat langsung

penambangan serta fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter), maka Komisi VII

DPR RI perlu melakukan kunjungan kerja spesifik ke lokasi unit penambangan

bauksit serta fasilitas pengolahan dan pemurnian (smleter) bauksit/alumina PT

Antam Tbk di Kalimantan Barat. Komisi VII DPR RI sesuai dengan tugas dan

fungsinya, berharap agar kegiatan usaha penambangan bauksit serta fasilitas

pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit/alumina, dapat lebih kondusif dan

optimal namun dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat dan bangsa.

Sehingga pelaksanaan kunjungan lapangan ke Provinsi Kalimantan Barat dipandang

mempunyai urgensi dan sesuai dengan program Komisi VII DPR RI dalam

pelaksanaan fungsi pengawasan serta untuk mendukung fungsi legislasi berkaitan

dengan tahapan pembahasan Rancangan Perubahan Undang-Undang tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara.

B. DASAR HUKUM

Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI adalah:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014

tentang Tata Tertib beserta perubahannya.

3. Keputusan Rapat Internal Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja Masa

Persidangan V Tahun Sidang 2017-2018.

C. MAKSUD DAN TUJUAN KUNJUNGAN KERJA

Maksud kunjungan lapangan adalah melaksanaan tugas dan fungsi Komisi VII

DPR RI, khususnya fungsi pengawasan terhadap implementasi Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara beserta

peraturan perundang-undangan turunannya. Sedangkan tujuan kunjungan

lapangan ini secara khusus adalah:

1. Untuk melihat langsung dan mendapatkan informasi tentang pelaksanaan

kegiatan usaha pertambangan bauksit serta fasilitas pengolahan dan pemurnian

(smelter) bauksit/alumina milik PT. Antam Tbk di Provinsi Kalimantan Barat.

2. Untuk mengetahui sejauhmana implementasi dan kepatuhan pelaku usaha

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Untuk mengetahui dan melihat tahapan, status, dan kondisi eksisting kegiatan

operasi pertambangan serta pembangungan dan operasinal smelter

bauksit/alumina PT Antam Tbk,

4. Untuk mendapatkan informasi tentang kontribusi pertambangan bauksit dan

smelter bauksit/alumina PT Antam Tbk terhadap negara, daerah dan masyarakat

sekitar.

5. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan yang dihadapi oleh PT

Antam Tbk sebagai pelaku usaha pertambangan di Provinsi Kalimantan Barat

khususnya dalam usaha pertambangan bauksit serta operasional smelternya.

6. Mendapatkan data, aspirasi dan masukan untuk perbaikan tatakelola

pertambangan mineral.

D. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi sekunder,

koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi kegiatan)

2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi dan

melihat langsung objek kunjungan.

3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta

rekomendasinya.

4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapat-rapat

Komisi VII DPR RI.

E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI, yang merupakan

representasi dari fraksi-fraksi, sebagaimana daftar dalam lampiran.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU, LOKASI KUNJUNGAN DAN KEGIATAN

Kegiatan kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan pada tanggal

6 – 8 Juli 2018 dan lokasi tujuan kunjungan adalah unit bisnis pertambangan bauksit

dan fasilitas pengolahan dan pemurnian bauksit/alumina atau Chemical Grade

Alumina (CGA) PT Antam Tbk. di Tayan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan

Barat.

Sedangkan kegiatan kunjungan kerja spesifik sebagai berikut :

1. Meninjau lokasi pertambangan bauksit serta fasilitas pengolahan dan pemurnian

bauksit/alumina atau Chemical Grade Alumina (CGA) PT Antam Tbk. di Tayan

Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

2. Pertemuan dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Irjen Kementerian LHK,

Direksi dan jajaran PT Antam Tbk serta pihak-pihak terkait lainnya.

B. KONDISI OBYEKTIF UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT DAN FASILITAS

PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BAUKSIT/ALUMINA ATAU CHEMICAL

GRADE ALUMINA (CGA) DI TAYAN KABUPATEN SANGGAU PROVINSI

KALIMANTAN BARAT.

B.1. Pertambangan Bauksit

Bauksit adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan

aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al (OH) 3, boehmite γ-ALO (OH),

dan diaspore α-ALO (OH), bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi,

mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio 2 . Pertama kali ditemukan

pada tahun 1821 oleh geolog bernama Pierre Berthier. Pemberian nama sama dengan

nama desa Les Baux di selatan Perancis.

Bauksit merupakan material dasar untuk memproduksi alumina. Bauksit pertama

kali ditemukan pada tahun 1924 di Kijang, pulau Bintan provinsi Kepulauan Riau.

Bauksit yang berasal dari Bintan telah ditambang dan diekspor sejak tahun 1935. Pada

tahun 1968, pengelolaan tambang diserahkan kepada PT Antam Tbk. Hal ini

menjadikan PT Antam Tbk sebagai perusahaan produsen bauksit tertua di Indonesia.

Bauksitnya diekspor ke produsen alumina di Jepang dan China.

Menyusul penutupan tambang Kijang di tahun 2009, PT Antam Tbk saat ini

tengah mengembangkan dua proyek alumina untuk meningkatkan nilai cadangan

bauksit yang dimiliki di Kalimantan Barat. Per 31 Desember 2012, PT Antam Tbk

memiliki cadangan bauksit berjumlah 108,8 juta wmt dan 365 juta wmt sumber daya

bauksit di wilayah Tayan, Mempawah dan Munggu Pasir, yang kesemuanya berlokasi

di Kalimantan Barat.

Berdasarkan IUP OPK, wilayah tambang bauksit PT Antam Tbk di Tayan seluas

455,7 hektar. Pertambangan ini dilengkapi juga dengan pelabuhan (jetty) untuk

pengapalan hasil tambang melalui sungai Kapuas seterusnya menuju laut lepas di selat

Karimata.

B.2 Pabrik pengolahan bauksit Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan

Indonesia memiliki satu satunya pabrik pengolaham bauksit CGA yaitu CGA di

Tayan, Kalimantan Barat. CGA milik PT Antan Tbk ini salah satu dari 50 CGA yang

terdapat di Asia Pasifik. Untuk membuat pabrik pengolahan bauksit ini, pada tahun

2007 PT Antam Tbk mendirikan perusahaan PT Indonesia Chemical Alumina (ICA)

berkolaborasi dengan perusahaan Jepang Showe Denko KK (SDK) dengan

kepemilikan saham 80% PT Antam Tbk dan sisanya 20% Showe Denko KK dengan

investasi sekitar Rp 7 triliun. Pada saat ini PT Antam Tbk sedang dalam penyelesaian

untuk mengakuisisi 20% saham Showe Denko KK sehingga PT ICA menjadi milik PT

Antam Tbk sepenuhnya.

Pabrik ini didirikan (groundbreaking) tahun 2011 dan mulai berproduksi komersial

Januari 2015 dengan kapasitas produksi terpasang 300.000 alumnina. Operasi

komersial pabrik CGA Tayan menambah lini komoditas olahan yang diproduksi PT

Antam Tbk yaitu nikel, emas, perak, batu bara dan alumina. Pengoperasian pabrik ini

juga merefleksikan komitmen PT Antam Tbk yang berorientasi pada pengembangan

komoditas hilir yang bernilai tambah.

Selain itu dipastikan akan muncul multiplier effect baik yang terkait langsung

maupun tidak langsung dengan pengoperasian pabrik CGA di Tayan sehingga akan

berdampak positif terutama bagi pertumbuhan ekonomi di Tayan dan sekitarnya, PT

ICA mempekerjakan 100 persen karyawan WNI dengan komposisi 78% berasal dari

Kalbar dan sisanya 22% dari luar Kalbar.

B.3 Peninjauan Lapangan dan Diskusi

Foto 1 Suasana pertemuan dan diskusi antara Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Direksi PT Antam Tbk dan jajarannya.

Foto 1 Suasana pertemuan dan diskusi antara Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Direksi PT Antam Tbk dan jajarannya. Komisi VII DPR RI melakukan pertemuan dan diskusi dengan Dirjen Minerba

Kementerian ESDM, Irjen KLHK dan Manajemen PT Antam Tbk berserta jajarannya

pada tanggal 6 Juli 2018 di Tayan, Kalimantan Barat. Kemudian dilanjutkan dengan

peninjauan lapangan.

Komisi VII DPR RI menemukan faka bahwa pabrik ini tidak beroperasi sejak Mei 2017

(sudah setahun lebih). Sesuai penjelasan dari Manajemen PT Antam Tbk, penghentian

sementara dari pabrik ini dilakukan karena terjadi ketidakstabilan harga jual CGA di

pasar tujuan sehingga biaya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual.

Akibatnya PT ICA mengalami kerugian operasi terus menerus. Akhirnya Manajemen

PT ICA mengambil keputusan menghentikan operasi pabrik. PT Antam Tbk selaku

induk usaha dari PT ICA melakukan kaji ulang dan berdiskusi dengan SDK. Akhirnya

disepakati, bahwa untuk menyelamatkan operasional PT ICA, maka diperlukan aksi

korporasi pengambilalihan saham SDK sebesar 20% sehingga kontrol pemasaran

sepenuhnya di tangan PT Antam. Saat ini dalam proses perundingan tahap akhir antara

PT Antam Tbk dengan SDK. Pengambilanalihan saham tersebut dilakukan karena PT

Antam Tbk menilai, ketergantungan dan dominasi pemasaran produk oleh SDK dalam

perjalanannya tidak menguntungkan posisi PT Antam Tbk.

Foto 3 Rombongan Komisi VII DPR RI sedang persiapan peninjauan ke pabrik CGA

Pada pertemuan tersebut, Komisi VII DPR RI menyampaikan akan terus

mendalami dan mendorong PT Antam Tbk untuk terus menyelesaikan proses akusisi

saham SDK ini serta membenahi manajemen dan produksi PT ICA. Menurut rencana,

kuartal III tahun ini akan diselesaikan closing saham SDK dan pabrik akan beroperasi

kembali. Selama masa penghentian operasi, PT ICA secara terbatas menjual produksi

yang tersisa dan melakukan perawatan fasilitas produksi. Seluruh karyawan tidak di

PHK sambil menunggu operasi pabrik.

Foto 4 Peninjauan rombongan ke lokasi pabrik alumina

Foto 5 Tenaga Ahli Komisi VII DPR RI Ismet Djafar ST MM di lokasi pabrik alumina

Foto 6 Ketua Rombongan Dr. Ir. Herman Khaeron, MSi (tengan) bersama Direksi dan

staf PT Antam Tbk dan PT ICA.

Foto 7 Dr. Ir. Herman Khaeron MSi (kedua dari kanan) bersama Dirut PT Antam Tbk Ario Seotedjo (kedua dari kiri) meninjau gudang hasil produksi alumina.

Foto 8 Rombongan Komisi VII DPR RI meninjau gudang penyimpanan hasil produksi

Dirjen Minerba Kementerian ESDM memberikan komitmen untuk mendorong

dan mendukung aksi korporasi PT Antam dalam upaya mengoperasikan kembali pabrik

CGA Tayan. Dirjen Minerba juga tetap memberikan persetujuan ekspor kepada PT

Antam Tbk untuk menjual ore bauksit kepada PT Antam Tbk sambil menungu proses

produksi alumina berjalan kembali. Menurut Dirjen Minerba, PT Antam Tbk mendirikan

pabrik ini sebagai bentuk komitmennya dalam implementasi dari Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara beserta peraturan

perundang-undangan turunannya.

Dari paparan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hasil

audit lingkungan untuk PT ICA menghasilkan “proper hijau” tahun 2017. PT ICA adalah

salah satu dari tiga perusahaan yang memperoleh proper hihau di Kalimantan Barat.

Dengan penilaian demikian artinya PT ICA memiliki pengelolaan lingkungan hidup yang

baik dan berkelanjutan. Komisi VII DPR RI memberikan apresiasi yang tinggi kepada

PT Antam Tbk yang dapat membina PT ICA selaku anak perusahaannya untuk

mematuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup sesuai ketentuan perundangan-

undangan yang berlaku.

Dari paparannya PT ICA telah menyalurkan program Corporate Social Responsibility

sebesar Rp 1,0 Milyar tahun 2015, Rp 1,3 Milyar tahun 2016 dan Rp 639 juta tahun

2017.

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil kunjungan kerja spesifik ini, Komisi VII DPR RI mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. PT Antam Tbk mendirikan pabrik CGA ini sebagai bentuk komitmennya dalam

menjalankan amanat dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara beserta peraturan perundang-undangan

turunannya, dalam hal ini mendirikan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral

bauksit.

2. PT Antam Tbk menghentikan sementara pabrik CGA ini karena terjadi

ketidakstabilan harga jual CGA di pasar tujuan sehingga biaya produksi lebih tinggi

dibandingkan dengan harga jual. Akibatnya PT ICA mengalami kerugian terus

menerus.

3. PT Antam Tbk memastikan sedang melakukan aksi korporasi pengambilalihan

saham Showe Denko KK (SDK) sebesar 20% sehingga control pemasaran

sepenuhnya di tangan PT Antam. Pengambilanalihan saham tersebut dilakukan

karena PT Antam Tbk menilai, ketergantungan dan dominasi pemasaran produk

oleh SDK dalam perjalanannya tidak menguntungkan PT Antam Tbk.

4. PT Antam berhasil membina PT ICA sehingga menjadi salah satu dari tiga

perusahaan yang memperoleh predikat proper hihau di Kalimantan Barat tahun 2017

dari Kementerian LHK. Dengan penilaian demikian artinya PT ICA memiliki

pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan.

5. PT ICA berkomitmen memperhatikan kondisi daerah sekitar pabrik. PT ICA

mempekerjakan 100 persen karyawan WNI dengan komposisi 78% berasal dari

Kalbar dan sisanya 22% dari luar Kalbar. Pada saat pabrik berhenti beroperasi tidak

melakukan PHK terhadap karyawan.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka rekomendasi Komisi VII DPR RI dari kunjungan

kerja spesifik ini adalah sebagai berikut :

1. Meminta kepada PT Antam Tbk untuk menuntaskan aksi korporasi dalam proses

pengambilalihan saham SDK 20% pada PT ICA dalam waktu dekat agar fasilitas

pengolahan dan pemurnian bauksit/alumnia segera beroperasi kembali.

2. Meminta kepada PT Antam Tbk untuk terus mempertahankan karyawan yang ada

sehingga tidak menimbulkan gejolak perusahaan.

3. Meminta kepada PT Antam Tbk untuk tetap menjaga pengelolaan lingkungan

pabrik dan tambang sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan di

bidang lpertambangan dan ingkungan hidup.

4. Komisi VII DPR RI akan mengagendakan Rapat Komisi VII DPR RI bersama Dirjen

Minerba Kementerian ESDM dengan menghadirkan PT Antam Tbk dalam upaya

menjalankan fungsi pengawasan akan mendalami proses yang terjadi pada saat

pembentukan PT ICA sebagai perusahaan patungan antara PT Antam Tbk dan

Showa Denko K.K. agar pengelolaan mineral kedepan tidak merugikan PT Antam

Tbk dan dapat mendatangkan hasil yang optimal untuk sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat.

Indonesia Chemical Alumina is Indonesia’s first CGA producer, making

Indonesia as the fifth country in

PT Indonesia Chemical Alumina is Indonesia’s first CGA producer, making Indonesia as the fifth country in

BAB IV

PENUTUP

Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Provinsi

Kalimantan Barat, dengan harapan dapat memberikan manfaat sebaik-baiknya.

Jakarta, Juli 2018

Pimpinan Komisi VII DPR RI