laporan antikonvulsan

51
LABORATORIUM FARMASEUTIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR LAPORAN LENGKAP FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 1 ANTIKONVULSI OLEH : KELAS : P.11 ASISTEN : Zainuddin, S.Farm, M.kes

Upload: budiyanto-tanumihardja

Post on 19-Jan-2016

737 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

laporan praktikum anti konvulsan

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ANTIKONVULSAN

LABORATORIUM FARMASEUTIKAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

LAPORAN LENGKAP

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 1

ANTIKONVULSI

OLEH :

KELAS : P.11

ASISTEN : Zainuddin, S.Farm, M.kes

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2013

Page 2: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BAB I

PENDAHULUAN

Obat ialah bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang

digunakan pada hewan dan manusia (istilah Inggris drug) identik dengan

obat, jadi tidak menyangkut istilah Jerman yaitu dreg (Tjay, 2012).

Pengujian bahan obat yang potensial pada hewan dan pada manusia

apabila menurut percobaan pada hewan, pengujian klinik sangat bermanfaat

dan tampak tidak berbahaya (Mutschler, 1999).

Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” yang artinya obat dan

“logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Sehingga secara harfiah, farmakologi

berarti ilmu pengetahuan tentang obat namun secara umum farmakologi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjaya pada

system biologis. Disamping itu juga mempelajari asal usul (sumber obat)

fisika kimia cara pembuatan efek biokimia dan fisiologi yang ditimbulkan,

nasib obat dalam tubuh dan kegunaan obat dalam terapi (Nurridhayah,

2011).

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati

bangkitan epilepsi. Golongan obat ini lebih dapat dinamakan anti epilepsi

telah ditinggalkan karena telah ditemukannya berbagai anti epilepsi baru

yang lebih efektif. Phenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik

yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek

hipnotiknya.Di Indonesia Phenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun

Page 3: LAPORAN ANTIKONVULSAN

diluar negri obat ini mulai banyak ditinggalkan.Fenitoin sampai saat ini masih

merupakan obat utama antiepilepsi (Ganiswarna, 1995).

Maksud percobaan adalah untuk mengetahui dan memahami efek

yang ditimbulkan setelah pemberian obat antikonvulsan secara oral pada

hewan uji mencit (Mus musculus).

Tujuan percobaan yaitu untuk mengetahui dan memahami cara

pemberian obat dan efek yang ditimbulkan setelah pemberian pada hewan

coba mencit (Mus musculus).

Prinsip percobaan, berdasarkan efek antikonvulsan dengan melihat

waktu yang dibutuhkan mencit (Mus musculus) setelah dinaikkan diatas RRA

(Rolling Roller Apparatus), setelah pemberian Na. cmc sebagai kontrol

danobat diazepam, fenitoin dan fenobarbital yang diberikan secara oral.

Page 4: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas

Farmakologi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari

sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat.

Farmakologi klinik ialah cabang farmaklolgi yang mempelajari efek

obat pada manusia.Berbagai aspek dalam studio bat pada manusia

mencakup dalam cabang ilmu dengan tujuan mendapatkan dasar ilmiah

untuk penggunaan obat. Pengembangan dan penilaian obat akan dibahas

pada bagian terakhir (Ganiswarna, 1995).

Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau

penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode

singkat disebut bangkitan (atau seizure) dengan gejala utama kesadaran

menurun sampai-sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang

(konvulsan).Hiperaktivitas otonik, gangguan sensorik fisik dan selalu

diserati gambaran EEG epilepsi dapat dinamakan disimia serbal yang

disertai parokomal (Tjay, 2012).

Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :

1. Dengan mencegah timbulnya tetupan dipolusiasi eksresif pada neuron

epileptic dalam focus epilepsi.

Page 5: LAPORAN ANTIKONVULSAN

2. Dengan mencegah terjadinya letupan dipolirasasi pada neuron normal

akibat pengaruh dari focus epilepsi.

Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam

golongan terakhir ini, mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang

dimengerti secara baik.Berbagai obat antiepilepsi diketahui

mempengaruhi system inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme

kerja berbagai antiepilepsi (Ganiswarna, 1995).

Obat antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan, empat golongan

antiepilepsi mempunyai rumus dengan inti berbentuk cincin yang

mempersatu sama lain yaitu golongan antikonvulsi (UIT, 2013).

Separuh dari kasus epilepsi disebabkan oleh cedera otak seperti

geger otak berat atau infeksi, juga infark otak dan pendarahan otak

(beroerte), kekurangan oksigen selama persalinan serta abses atau tumor

dapat menimbulkan cacat dan epilepsi.Epilepsi adakalanya juga dapat

diatuskan oleh obat seperti petidin, asam nalidiksit, klorpromazin,

imipramin dan MAO-blocker. Begitu pula akibat penyalahgunaan alcohol

dan drugs (Tjay, 2012).

Pada sebagian besar kasus, tenaga kesehatan tidak langsung

menyaksikan terjadinya kejang.Banyak pasien tidak menyadari kejadian

kejang yang sesungguhnya.Oleh karena itu, memperoleh riwayat yang

memadai dan deskripsi kejadian iktal dari pihak ketiga (anggota keluarga)

sangat penting (Sukandar, 2008).

Page 6: LAPORAN ANTIKONVULSAN

B. Golongan Obat(Ganiswarna, 1995)

1. Golongan Hidantoin

Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senyawa antikonvulsi:

fenitoin (difenilhidantoin), mefenitoin dan etotoin dengan fenitoin

sebagai prototype. Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua

jenis epilepsi, kecuali bangkitan lena. Adanya gugus fenil atau

aromatik lainnya pada atom C5 penting untuk efek pengendalian

bangkitan toniklonik, sedangkan gugus alkali bertalian dengan efek

sedasi, sifat yang terdapat pada fenitoin dan barbitura, tetapi tidak

pada fenitoin. Adanya gugus metil pada atom N3akan mengubah

spektrum aktifitas misalnya mefenitoin dan hasil N demetilasi oleh

enzim mikrosom hati menghasilkan metabolit tidak aktif.

2. Golongan Barbiturat

Disamping sebagai hipnotik sedative, golongan barbiturat efektif

sebagai obat antikonvulsi; dan yang biasa digunakan adalah barbiturat

kerja lama (long acting barbiturates).Disini dibicarakan efek

antiepilepsi protipe barbiturat yaitu fenobarbital dan pirimidonyang

struktur kimianya mirip dengan barbiturat.

Sebagai antiepilepsi fenobarbital menekan letupan difokus

epilepsi.Barbiturat menghambat tahap akhir oksidasi mitokondria,

sehingga mengurangi pembentukan fosfat berenergi tinggi.Senyawa

Page 7: LAPORAN ANTIKONVULSAN

fosfat ini perlu untuk sintesis neurotransmitor misalnya Ach dan untuk

repolarisasi membran sel neuron setelah depolarisasi.

Interaksi fenobarbital dengan obat lain umumnya terjadi karena

fenobbarbital meningkatkan aktifitas enzim mikrosom hati. Kombinasi

dengan asam valporat akan menyebabkan kadar fenobarbital

meningkat 40%.

3. Golongan Benzodiazepin

Disamping sebagai antisietas, sebagian golongan obat

benzodiazepin bermanfaat sebagai antikonvulsi, khususnya untuk

epilepsi.Diazepam dapat dianggap sebagai prototip benzodiazepin.

Khasiat benzodiazepin lebih nyata terhadap konvulsi

pentiantetrazol daripada konvulsi renjatan listrik maksimal.Diazepam

merupakan obat terpilih untuk status epileptikus; dipihak lain, peranan

pemberian per oral dalam terapi epilepsi belum dapat dismpulkan

secara konklusf.

Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi

rekuren.Misalnya status epileptikus.Obat ini juga bermanfaat untuk

terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan

hipsaritmia yang refrakterterhadap terapi enzim. Diazepam dapat

efektif pada bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan

ombak yang terjadi dalam satu detik.

Page 8: LAPORAN ANTIKONVULSAN

C. Uraian bahan

1. Aquadest (Depkes RI 1979, hal 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus kimia : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Na. CMC (Depkes RI 1979, hal 401)

Nama resmi : NATRII HYDROXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P, dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Zat tambahan.

Page 9: LAPORAN ANTIKONVULSAN

D. Uraian Obat

1. Diazepam (Depkes RI, 1979)

Nama generik : Diazepam

Nama kimia : 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-

benzodiasepin-2-on

Struktur kima : C16H13ClN2O

Rumus bangun :

Sifat fisikokimia : Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai

kuning, praktis tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah

larut dalam kloroform; larut dalam etanol

Keterangan lain : tidak ada

Kelas terapi : Antiepilepsi – Antikonvulsi

Subkelas terapi : -

Nama paten/nama : Lovium; mentalium; paralium; stesolid; trankinon;

dagang valium; validex; valisanbe; cetalgin; danalgin;

hedix; neurodial; neurofal; proneuron.

N

N

CH3

O

Cl

Page 10: LAPORAN ANTIKONVULSAN

Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau

insomnia, tambahan pada putus alkohol akut,

status epileptikus, kejang demam, spasmi otot.

Dosis, cara pembe- : Oral : Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu

rian dan lama dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg sehari dalam

pemberian dosis terbagi; lansia (atau yang sudah tidak

mampu melakukan aktifitas) setengah dosis

dewasa. Insomnia yang disertai ansietas, 5-15

mg sebelum tidur. Anak-anak, night teror dan

somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur. Injeksi

i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar

dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)

untuk ansietas akut berat. Pengendalian

serangan panik akut, penghentian alkohol akut,

10mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.

Farmakologi : Tempat yang pasti dan mekanisme

benzodiasepin belum diketahui pasti, tapi efek

obat disebabkan oleh penghambatan

neurotransmitter y-aminobutyrik acid (GABA).

Bat ini bekerja pada limbik, talamus, hipotalamus

dari sistem saraf pusat dan menghasilkan efek

ansiolitik, sedatif, hipnotik, relaksan otot skelet

dan anti konfulsan. Benzodiasepin dapat

Page 11: LAPORAN ANTIKONVULSAN

menghasilkan berbagai tingkat depresi SSP

sampai mulai sedasiringan sampai hipnosis

hingga koma.

Stabilitas dan cara : Dalam wadah tertutup rapat , tidak tembus

Penyimpanan cahaya. Lindungi sediaan parenteral dari

cahaya; hasiat obat bertahan sampai 3 bulan

bila disimpan dalam suhu kamar; stabil pada pH

4-8, terjadi hidrolisis pada pH dibawah 3; jangan

campur sediaan i.v dengan obat lain.

Kontraindikasi : depresi pernafasan gangguan hati berat,

miastenia grafis, insufisiensi pulmoner akut,

glaukoma sudut sempit akut, serangan asma

akut, trimester pertama kehamilan, bayi

prematur, tidak boleh digunakan sebagai terapi

tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai

dengan depresi.

Efek samping : Efek samping pada susunan saraf pusat; rasa

lelah, ataksia, rasa malas, fertigo,sakit kepala,

mimpi buruk, dan efek amnesia. Efek lain;

gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi,

nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan

atau kenaikan berat badan, mulut kering,

Page 12: LAPORAN ANTIKONVULSAN

salifasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada

mulut.

Bentuk sediaan : Tablet, cairan injeksi, sirup.

Mekanisme aksi : Berikatan dengan reseptor stereospesifik

benzodiasepin pada saraf GABA post-sinaps

dibeberapa tempat pada sistim saraf pusat,

termasuk sistem limbik, susunan retikular.

Menambah efek penghambat GABA pada hasil

eksitabilitas saraf dengan meningkatkan

permiabilitas membran saraf terhadap ion klorin.

Pertukaran ion klorida menyebabkan

hiperpolarisasi dan stabilisasi (PIO, 2009).

2. Fenitoin (Depkes RI, 1979)

Nama generik : Fenitoin

Nama kimia : 5,5-Difenilhidantoin

Struktur kimia : C15H12N2O2

Rumus bangun :

Sifat fisikokimia : Serbuk, putih, tidak berbau, melebur pada suhu

lebih kurang 295°C. Kelarutanpraktis tida larut

dalam air, larut dalam etanol panas, sukar larut

N

N

O

Page 13: LAPORAN ANTIKONVULSAN

dalam etanol dingin, dalam kloroform dan dalam

eter.

Keterangan lain : Tidak ada

Kelas terapi : Antiepilepsi – Antikonvulsi

Subkelas terapi : -

Nama paten / nama : Dilantin;Kutoin100;Movileps;Phenileps;Zentropil

dagang

Indikasi : Terapi pada semua jenis epilepsi kecuali petit

mal; status epileptikus

Dosis, cara pembe- : Oral : Dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300

rian dan lama pem- : mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari.

berian Dapat dinaikkan bertahap. Dosis lazim : 300-400

mg/hari, maksimal 600 mg/hari. Anak : 5-8

mg/kg/hari, dosis tunggal terbagi 2 kali sehari.

Status epileptikus : i.v lambat atau infus, 15

mg/kg, kecepatan maksimal 50 mg/menit

(loading dose). Dosis pemeliharaan sekitar 100

mg diberikan sesudahnya, interval 6-8 jam.

Monitor kadar plasma. Pengurangan dosis

berdasar berat badan.

Farmakologi : Fenitoin menghambat zat-zat yang bersifat

antiaritmia. Walaupun obat ini memiliki efek yang

kecil terhadap perangsangan elektrik pada otot

Page 14: LAPORAN ANTIKONVULSAN

jantung, tetapi dapat menurunkankekuatan

kontraksi, menekan pacemaker action,

meningkatkan konduksi antrioventrikular,

terutama setelah ditekan oleh glikosida digitalis.

Obat ini dapat menimbulkan hipotensi jika

diberikan secara i.v. Fenitoin memiliki aktivitas

hipnotik yang kecil.

Stabilitas dan : Sediaan fenitoin tablet dan suspensi oral harus

disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada

temperatur ruang tidak lebih dari 30°C. Sediaan

fenitoin lepas lambat harus tehindar dari cahaya

dan kelembaban. Sediaan fenitoin suspensi oral

tidak boleh dibekukan dan terhindar dari cahaya.

Fenitoin injeksi harus disimpan pada suhu 15-

30°C dan tidak boleh dibekukan. Endapan dapat

timbul jika injeksi fenitoin didinginan atau

dibekukan, tetapi dapat melarut kembali jika

temperatur kamar. Endapan dari fenitoin bebas

timbul pada pH dibawah 11,5

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap fenitoin atau hidantoin

lain, komponen sediaan obat, kehamilan.

Efek samping : Gangguansaluran cerna, pusing, nyeri kepala,

tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi

Page 15: LAPORAN ANTIKONVULSAN

N

NH

H

OO

O

C2H5

gingvia, ataksia, bicara tak jelas, nistagmus,

penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme,

demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema

multiform, efek hematologik.

Bentuk sediaan : Tablet, kapsul, suspensi oral,injeksi.

Mekanisme aksi : Menstabilisasi membran saraf dan menurunkan

aktivitas kejang dengan meningkatkan eflux dari

ion natrium yang melewati membran sel pada

korteks motorik dari impuls saraf.

Memperpanjang effective refractory period dan

memperpendek potensial aksi di jantung (PIO,

2009).

3. Fenobarbital (Depkes RI, 1979)

Nama generik : Phenobarbital

Nama kimia : Asam 5-etil-5fenilbarbiturat

Struktur Kimia : C12H12N2O3

Rumus bangun :

Sifat fisikokimia : Hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat;

tidak berbau; tidak berasa; dapat terjadi

Page 16: LAPORAN ANTIKONVULSAN

polimorfisme. Stabil diudara; pH larutan jenuh

lebih kurang 5. Sangat sukar larut dalam air;

larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam

larutan alkali hidroksida dan dalam alkali

karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.

Keterangan lain : tidak ada

Kelas terapi : Antiepilepsi – Antikonvulsi

Subkelas terapi : -

Indikasi : sebagai antikonvulsi, fenobarbital digunakan

dalam penanganan seizure toniklonik (grandmal)

dan seizure parsial. Fenobarbital dapat

digunakan dalam pengobatan awal, baik untuk

bayi maupun anak-anak.

Dosis : Oral : 60-80 mg (malam). Anak 5-8 mg/kg/hari.

Injeksi i.m/i.v 50-200 mg. Ulan seelah 6 jam bila

perlu, maksimal 600 mg/hri. Encerkan dalam air

1:10 untuk i.v. Status epileptikus (tersedia di

ICU): i.v. kecepatan tak lebih dari 100 mg/menit,

sampa bangkitan teratasi atau sampai maksimal

15 mg/kg/hari tercapai.

Farmakologi : Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan

bariturat yang efektif dalam mengatasi epilepsi

pada dosis subhipnotis.

Page 17: LAPORAN ANTIKONVULSAN

Stabilitas dan : Lindungi eliksir dari sinar maahari, tidak stabil

dalam larutan air; gunakan hana larutan jernih;

jangan ditambahkan larutan asam, akan

berbentuk endapan; bentuk IV tidak

tercampurkan dengan benzquinamid (dalam

syringe; vancomisin, sefalotin, klorpromasin,

hidralasin, hidrokortison, hidroksizin, insulin

levorpanol, meperidi, metadon, morfin,

norepineprin, pentazosin, proklorferazin

promazin, ranitidin.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap barbiturat atau komponen

sediaan, angguan hati yang jelas, dispnea,

obstruksi saluran nafas, porfiria, hamil.

Efek samping : Mengantuk, kelelahan, depresi mental, ataksia

dan alergi kulit, paradoxical excitement

restlessness, bingung pada orang dewasa dan

hiperkinesia pada anak; anemia megaloblastik

Bentuk sediaan : Tablet, cairan injeksi

Mekanisme aksi : Barbiturat menekan korteks sensor, menurunkan

aktivitas motorik, mempengaruhi fungsi serebral

dan menyebabkan kantuk, efek sedasi dan

hipnotik. Pada dosis tinggi barbiturat memiliki

sifat antikonvulsan dan menyebabkan depresi

Page 18: LAPORAN ANTIKONVULSAN

saluran nafas yang dipengaruhi dosis (PIO,

2009).

E. Uraian hewan uji

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

2. Morfologi Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

Mencit (Mus musculus) adalah anggota muridae (tikus-tikusan)

yang berukuran kecil. Mencit mudah sampai dirumah-rumah dan

dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigit

meubel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarng disudut-sudut

lemari.Hewan ini diduga sebagai mammalian terbanyak kedua didunia

setelah manusia.Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan

bahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar dihutan

barangkali lebih sedikit mungkin ada yang tinggal di perkotaan.

Page 19: LAPORAN ANTIKONVULSAN

Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit,

melalui proses seleksi. Sekarang mencit dikembangkan sebagai

hewan peliharaan.

3. Karakteristik Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

Berat badan dewasa: jantan : 20-40 gr

betina : 25-40 gr

Berat lahir : 0,5-1,5 gr

Luas permukaan tubuh : 20 gr : 36 cm

Temperatur tubuh : 36,5˚C – 38,0˚C

Jumlah diploid : 40

Harapan hidup : 1,5 – 3,0 tahun

Konsumsi makanan : 15 gr/100gr/hari

Mulai diakwinkan: jantan : 50 hari

betina : 50-60 hari

Siklus birahi : 4-5 hari

Lama kebuntingan : 19-21 hari

Estrus postpartum : fertile

Jumlah anak per kelahiran : 10-12

Umur sapih : 21-28 hari

Waktu pemeliharaan komersial : 7-9 bulan/6-10 litter

Produksi anak : 8/bulan

Jumlah pernapasan : 94-163/menit

Page 20: LAPORAN ANTIKONVULSAN

Komposisi air susu : Lemak 12%

Protein 9,0 %

Laktose 3,2%

Tidal volume : 0,09-0,23

Penggunaan oksigen : 1,63-2,17 ml/gr/jam

Detak jantung : 325-780/menit

Volume darah : 76-80 mg/kg

Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg

Page 21: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan :

a. Batang pengaduk

b. Gelas kimia 250 ml

c. Gelas ukur 100 ml

d. Kertas perkamen

e. Lap halus

f. Lap kasar

g. Sendok tanduk

h. Spoit oral

i. Stopwatch

j. Timbangan analitik

k. RRA (Rolling Roller Apparatus)

2. Bahan-bahan yang digunakan :

a. Aquadest

b. Diazepam 2 mg

c. Fenitoin 100 mg

d. Fenobarbital 30 mg

e. Mencit (Mus musculus)

f. Na. cmc 1%

g. Tissue

Page 22: LAPORAN ANTIKONVULSAN

B. Cara Kerja

1. Pembuatan sampel diazepam

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Ditimbang 0,0273gr diazepam lalu dimasukkan ke dalam gelas

kimia.

c. Disuspensikan dengan Na. cmc 1% ad. 50 ml lalu dihomogenkan

dan diberi etiket.

2. Pembuatan sampel fenitoin

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Ditimbang 0,05265 gr fenitoin lalu dimasukkan ke dalam gelas

kimia.

c. Disuspensikan dengan Na. cmc 1% ad. 50 ml lalu dihomogenkan

dan diberi etiket.

3. Pembuatan sampel fenobarbital

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Ditimbang 0,023 gr fenobarbital lalu dimasukkan ke dalam gelas

kimia.

c. Disuspensikan dengan Na. cmc 1% ad. 50 ml lalu dihomogenkan

dan diberi etiket.

4. Pembuatan sampel Na. cmc 1%

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Ditimbang 1 gr lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.

Page 23: LAPORAN ANTIKONVULSAN

c. Ditambahkan aquadest panas sebanyak 100 ml lalu dihomogenkan

dan diberi etiket.

5. Perlakuan

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Mencit (Mus musculus) dipuasakan dan ditimbang.

c. Diberikan Na. cmc 1% pada mencit (Mus musculus) pertama,

diazepam pada mencit (Mus musculus) ke-2, fenitoin pada mencit

(Mus musculus) ke-3 dan fenobarbital pada mencit (Mus musculus)

ke-4 secara oral.

d. Diletakkan diatas RRA (Rolling Roller Apparatus).

e. Dicatat lama diatas RRA (Rolling Roller Apparatus).

Page 24: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Suspensi Obat BB Hewan Uji Waktu (Menit, detik)

1. Na. cmc

17 g

18 g

20 g

2 menit, 5 detik

2 menit, 3 detik

1 menit, 45 detik

2. Diazepam

18 g

25 g

16 g

38 detik

27 detik

1 menit

3. Fenitoin

16 g

18 g

19 g

42 detik

15 detik

10 detik

4. Fenobarbital

17 g

23 g

19 g

1 menit, 2 detik

1 menit, 6 detik

1 menit, 23 detik

Page 25: LAPORAN ANTIKONVULSAN

B. Pembahasan

Antikonvulsan digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati

bangkitan epilepsi (Epileptic seizure). Epilepsi adalah nama umum untuk

sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul

spontan dengan epilepsi singkat (disebut bangkitan atau seizure) dengan

gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.

Mekanisme kerja obat antiepilepsi atau antikonvulsan adalah obat

yang dapat mencegah timbulnya pelepasan listrik yang abnormal

dipangkalnya dalam sistem saraf pusat, misalnya fenobarbital dan

kloronazepam. Sedangkan mencegah besarnya aktifitas berlebih tersebut

ke neuron – neuron otak lain seperti pada obat kloronazepam, fenitoin

dan trimetadion.

Pada percobaan ini digunakan diazepam, fenitoin, fenobarbital

sebagai obat antikonvulsan dan Na. cmc 1% sebagai pembanding.Semua

pemberian obat untuk hewan uji mencit (Mus musculus) dilakukan secara

oral. Untuk pemberian Na.cmc 1%mencit (Mus musculus) bertahan pada

RRA selama 2 menit 5 detik untuk mencit pertama yang berat badannya

17 gr, untuk mencit kedua dengan berat badan 18 gr dapat bertahan

selama 2 menit 3 detik dan untuk mencit ke tiga dengan berat badan 20 gr

dapat bertahan selama 1 menit 45 detik.

Untuk obat diazepam dengan berat mencit (Mus musculus)

pertama yaitu 18 g, setelah pemberian obat secara oral mencit bertahan

pada RRA selama 38 detik, untuk mencit kedua dengan berat badan 25 gr

Page 26: LAPORAN ANTIKONVULSAN

dapat bertahan diatas RRA selama 27 detik dan mencit ketiga dengan

berat badan 16 gr dapat bertahan selama 1 menit.

Untuk obat fenitoin dengan berat mencit (Mus musculus) pertama

adalah 16 gr,setelah pemberian obat secara oral mencit (Mus musculus)

bertahan selama 42 detik, mencit yang kedua dengan berat badan 18 gr

dapat bertahan diatas RRA selama 15 detik dan untuk mencit ketiga

dengan berat badan 19 gr dapat bertahan selama 10 detik.

Untuk obat fenobarbital dengan berat mencit (Mus musculus)

pertama yaitu 17 gr, setelah pemberian secara oral mencit (Mus

musculus) bertahan selama 1 menit 2 detik, untuk mencit yang kedua

dengan berat badan 23 gr dapat bertahan diatas RRA selama 1 menit 6

detik dan untuk mencit yang ketiga dengan berat badan 19 gr dapat

bertahan selama 1 menit 23 detik.

Pada dasarnya semakin cepat jatuhnya mencit (Mus musculus)

dari RRA maka semakin baik obat itu bekerja pada mencit (Mus

musculus). Jadi obat yang bekerja baik dan yang paling bagus diantara

obat-obat yang digunakan pada percobaan ini adalah fenobarbital karena

hewan uji dapat bertahan paling lama diatas RRA yaitu selama 1 menit 23

detik. Dengan demikian, percobaan yang dilakukan kali ini dapat

dikatakan berhasil karena obat yang paling bagus digunakan sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa fenobarbital adalah obat

antokonvulsan yang paling baik.

Page 27: LAPORAN ANTIKONVULSAN

Adapun kesalahan – kesalahan dalam percobaan, hal ini

disebabkan oleh beberapa factor antara lain :

1. Alat dan bahan yang digunakan kurang steril.

2. Penimbangan bahan yang kurang teliti.

3. Perhitungan pengenceran obat yang tidak tepat.

Page 28: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Antikonvulsi adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan

mengobati bangkitan epilepsy

2. Onset yaitu waktu yang dibutuhkan dari pemberian obat sampai

menimbulkan efek, sedangkan durasi adalah waktu yang dibutuhkan

dari menimbulkan efek sampai hilangnya efek obat.

3. Pada obat diazepam membutuhkan waktu lama diatas RRA 1 menit

untuk mencit ke 3 dan paling cepat 27 detik untuk mencit ke 2.

Pada obat fenitoin membutuhkan waktu lama diatas RRA 42 detik

untuk mencit ke 1 dan waktu paling cepat 10 detik untuk mencit ke 3

Pada obat fenobarbital membutuhkan waktu lama diatas RRA 1 menit

25 detik untuk mencit ke 2 dan waktu paling cepat 1 menit 2 detik

untuk mencit ke 1.

4. Obat yang paling bagus pada percobaan yaitu fenobarbital, yang

berarti percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur.

Page 29: LAPORAN ANTIKONVULSAN

B. Saran

1. Laboratorium

Kami sebagai praktikan berharap agar alat-alat dalam

laboratorium dilengkapi dan bahan-bahan yang digunakan diganti

dengan bahan yang masih layak pakai, demi kelancaran

berlangsungnya praktikum.

2. Asisten

Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan bimbingan dari

para asisten baik dalam pembuatan laporan, maupun dalam

pelaksanaan praktikum.

Page 30: LAPORAN ANTIKONVULSAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013.“Mencit”. (online).(http://id.wikipedia.org/wiki/). Diakses pada tanggal 20 mei 2013

Bakti husada, 2009. “Pelayanan Informasi Obat”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Dirjen POM, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Ganiswarna, Sulistia, 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. UI Press: Jakarta

Malole, M.B, 1989. “Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium”.IPB : Bogor

Mutschler, Ernst, 1999. “Dinamika Obat”. Institute Tekhnologi : Bandung

Nurridhayah, 2011.“Modul Farmakologi dan Toksikologi”. Universitas Indonesia Timur : Makassar

Sukandar, dkk, 2008.“ISO Farmakoterapi”. PT. ISFI : Jakarta

Tjay,Tan Hoan, 2012. “Obat-obat Penting”. PT. Alex Media Computindo : Jakarta

Tim dosen, 2013.“Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 1”. Universitas Indonesia Timur : Makassar

Page 31: LAPORAN ANTIKONVULSAN

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Mencit(Mus musculus)

Dipuasakan

Ditimbang

Perlakuan

Klp. I Klp. II Klp. III Klp. IV

Na. cmc Diazepam Fenitoin Fenobarbital

Diletakkan diatas RRA

(Rolling Roller Apparatus)

Dicatat lama di RRA

Pembahasan

Disimpulkan

Page 32: LAPORAN ANTIKONVULSAN

B. Perhitungan

1. Diazepam

Dik : Diazepam 2 mg

Berat rata-rata = 0,14 gr (140 mg)

Berat 20 tablet = 2,91 gr

BB standar mencit = 20 gr

BB max mencit = 30 gr

Faktor konversi = 0,0026

Volume Pemberian = 1 ml

BB mencit 1 = 18 gr

BB mencit 2 = 25 gr

BB mencit 3 = 16 gr

a. Dosis untuk BB mencit standar = Dosis x fk

= 2 mg x 0,0026

= 0,0052 mg/20 g/1 ml

b. Dosis untuk BB mencit max = 30gr20gr

x 0,0052 mg

= 0,0078 mg/30 g/1 ml

= 7,8 gr

c. Untuk sediaan % b/v = 100ml1ml

x 1 ml x 7,8 gr

= 780 gr

d. Berat serbuk yang ditimbang= berat rata−rataberat etiket

x berat yg

dibutuhkan

Page 33: LAPORAN ANTIKONVULSAN

= 140mg2mg

x 0,0078 mg

= 0,546 mg

e. Untuk sediaan 50 ml = 50ml1ml

x 0,546 mg

= 27,3 mg

Jadi, ditimbang serbuk diazepam sebanyak 27,3 mg yang di

suspensikan dengan Na.cmc 1% ad.50 ml.

f. Vp mencit 1 = 18gr30gr

x 1 ml

= 0,6 ml

Vp mencit 1 = 25gr30gr

x 1 ml

= 0,83 ml

Vp mencit 1 = 16gr30gr

x 1 ml

= 0,53 ml

2. Fenobarbital

Dik : Fenobarbital 30 mg

Berat rata-rata = 0,126 gr (126 mg)

Berat 20 tablet = 2,52 gr

BB standar mencit = 20 gr

BB max mencit = 30 gr

Faktor konversi = 0,0026

Volume Pemberian = 1 ml

BB mencit 1 = 17 gr

Page 34: LAPORAN ANTIKONVULSAN

BB mencit 2 = 23 gr

BB mencit 3 = 19 gr

a. Dosis untuk BB mencit standar = Dosis x fk

= 30 mg x 0,0026

= 0,078 mg/20 g/1 ml

b. Dosis untuk BB mencit max = 30gr20gr

x 0,078 mg

= 0,117 mg/30 g/1 ml

= 0,000117 gr

c. Untuk sediaan % b/v = 100ml1ml

x 1 ml x 0,000117 gr

= 0,0117 gr

d. Berat serbuk yang ditimbang= berat rata−rataberat etiket

x berat yg

dibutuhkan

= 126mg30mg

x 0,117 mg

= 0,46914 mg

e. Untuk sediaan 50 ml = 50ml1ml

x 0,46914 mg

= 23,457 mg

Jadi, ditimbang serbuk fenobarbital sebanyak 23,457 mg yang di

suspensikan dengan Na.cmc 1% ad.50 ml.

f. Vp mencit 1 = 17gr30gr

x 1 ml

Page 35: LAPORAN ANTIKONVULSAN

= 0,57 ml

Vp mencit 1 = 23gr30gr

x 1 ml

= 0,77 ml

Vp mencit 1 = 19gr30gr

x 1 ml

= 0,63 ml

3. Fenitoin

Dik : Fenitoin 100 mg

Berat rata-rata = 0,27 gr (270 mg)

Berat 20 tablet = 2,71 gr

BB standar mencit = 20 gr

BB max mencit = 30 gr

Faktor konversi = 0,0026

Volume Pemberian = 1 ml

BB mencit 1 = 16 gr

BB mencit 2 = 18 gr

BB mencit 3 = 19 gr

a. Dosis untuk BB mencit standar = Dosis x fk

= 100 mg x 0,0026

= 0,26 mg/20 g/1 ml

b. Dosis untuk BB mencit max = 30gr20gr

x 0,26 mg

= 0,39 mg/30 g/1 ml

= 0,00039 gr

Page 36: LAPORAN ANTIKONVULSAN

c. Untuk sediaan % b/v = 100ml1ml

x 1 ml x 0,00039 gr

= 0,039 gr

d. Berat serbuk yang ditimbang= berat rata−rataberat etiket

x berat yg

dibutuhkan

= 270mg100mg

x 0,39 mg

= 1,053 mg

e. Untuk sediaan 50 ml = 50ml1ml

x 1,053 mg

= 52,65 mg

Jadi, ditimbang serbuk fenitoin sebanyak 52,65 mg yang di

suspensikan dengan Na.cmc 1% ad.50 ml.

f. Vp mencit 1 = 16gr30gr

x 1 ml

= 0,53 ml

Vp mencit 1 = 18gr30gr

x 1 ml

= 0,6 ml

Vp mencit 1 = 19gr30gr

x 1 ml

= 0,63 ml

Page 37: LAPORAN ANTIKONVULSAN

C. Foto Perlakuan

1. Pemberian obat secara peroral terhadap hewan uji mencit (Mus

musculus)

1

2

3

4

Keterangan gambar :

1 = Spoit oral

2 = Suspensi obat

3 = Mulut mencit

4 = Hewan Uji Mencit (Mus musculus)

Page 38: LAPORAN ANTIKONVULSAN

2. Pengamatan Hewan Uji Mencit (Mus musculus) diatas RRA

1

2

Keterangan gambar :

1 = Hewan uji mencit (Mus musculus)

2 = RRA (Rolling Roller Apparatus)