laporan antibiotika

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses biokimia di dalam organism, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transporman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutuskan satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbada dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Penemuan antibiotik terjadi secara tidak sengaja ketika Alexander Fleming , pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pecan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang bersih dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Kerena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitia lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicilium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui antibiotik yang paling cocok untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam

Upload: olivin-bty

Post on 06-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mikrobiologi dan antibiotik

TRANSCRIPT

Page 1: laporan antibiotika

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses biokimia di dalam organism, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transporman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutuskan satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbada dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Penemuan antibiotik terjadi secara tidak sengaja ketika Alexander Fleming , pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pecan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang bersih dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Kerena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitia lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicilium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari).

Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui antibiotik yang paling cocok untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan teknik-teknik dalam pengujian sensitivitas bakteri terhadap antibiotik serta melakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika untuk mengetahui batas kepekaan / sensitivitas suatu bakteri (peka, setengah peka, resisten) terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) suatu antibiotika.

Page 2: laporan antibiotika

1.3. MANFAAT PRAKTIKUM

Kegiatan praktikum ini diharapkan membuat praktikan dapat mengetahui sensitivitas suatu bakteri terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum suatu antibiotika serta mengetahui teknik dalam pengujian sensitivitas bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat digunakan dalam kegiatan praktikum lainnya.

BAB II

Page 3: laporan antibiotika

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari mikororganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).

Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi sehingga mengakibatkan bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup. Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Stainier, et al., 1986).

Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial. Antibiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga bakterisid. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotika. 

Uji kepekaan terhadap antimikroba dimulai  ketika pertemuan yang diprakarsai WHO di Genewa (1977), kepedulian terhadap semakin luasnya resistensi antimikroba baik yang berhubungan dengan infeksi manusia atau hewan. Hal ini mencetuskan program surveilance  untuk memonitor resistensi antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Dengan tes kepekaan terhadap antimikroba akan membantu klinisi untuk menentukan antimikroba yang sesuai untuk mengobati infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang valid, tes kepekaan harus dilakukan dengan metode yang  akurat dan presisi yang baik, dimana metode tersebut langsung dapat digunakan dalam menunjang upaya pengobatan. Kriteria  yang penting dalam metode tes kepekaan adalah hubungannya dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba.

Dari pertemuan tersebut WHO  merekomendasikan  penggunaan teknik difusi Kirby-Bauer yang telah diperkenalkan pada tahun 1976, metode tersebut sangat sesuai

Page 4: laporan antibiotika

khususnya untuk golongan Enterobactriaceae, tetapi dapat pula digunakan untuk semua bakteri pathogen.

Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba  yang berpotensi untuk pengobatan.

Resistensi merupakan zona hambat antibiotik yang terjadi terhadap bakteri, sedangkan sensitifitas merupakan zona hambat yang tidak terjadi pada antibiotik terhadap bakteri.

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.

     Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. 

Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. 

Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dilakukan dengan : a.            Cara Cakram (Disc Method), menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman disekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa sensitif terhadap antibiotika tersebut, Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.

b.            Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).

c.             Cara penipisan seri agar lempeng. Pada umumnya cara ini hampir sama dengan cara tabung atau penipisan kaldu pepton, perbedaannya terletak pada media yang digunakan yaitu pada cara ini menggunakan media padat. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat di gunakan untuk semua jenis bakteri. Untuk beberapa

Page 5: laporan antibiotika

bakteri tertentu seperti bakteri yang membentuk koloni yang sangat halus dalam media agar kaldu pepton (contoh:Streptococcus) atau bakteri yan gakan menyebar pertumbuhannya dalam media padat (contoh : Proteus)cara ini tidak dapat digunakan.

BAB III

Page 6: laporan antibiotika

METODELOGI

1. Cara penipisan seri kaldu pepton (Serial Broth Dilution Method)

Alat :

Pipet-pipet steril Tabung-tabung steril

Bahan: Larutan pengenceran antibiotika (Tetrasiklin HCl 100 µg/mL) Suspensi biakan Staphylococcus aureus dalam kaldu pepton (24 jam,

25%T) Air suling steril Media kaldu pepton steril

Cara kerja:1. Menyiapkan penipisan biakan bakteri 1:1000

a. Siapkan 4 tabung steril dan beri nomor 1 s.d 4b. Ke dalam tabung no.1 dan 2 masing-masing dimasukkan 2,7 mL kaldu

pepton dan ke dalam tabung no.3 dan 4 masing-masing sebanyak 9 mL.c. Ke dalam tabung no.1 dimasukkan 0,3 mL susupensi biakan

Staphylococcus aureus (24 jam, 25%T), kemudian dihomogenkan. Maka pada tabung no.1 terdapat pengenceran bakteri 1:10.

d. Dari tabung no.2 pindahkan masing-masing 1 mL kedalam tabung no.3 dan 4. Maka tabung no.3 dan 4 terdapat pengenceran bakteri 1:1000.

2. Siapkan 10 tabung steril dalam rak, beri nomor 1 s.d 10.3. Kedalam tabung no. 2 s.d 10 masing-masing dimasukkan 0,5 mL media kaldu

pepton.4. Ke dalam tabung no.1 dan 2 masing-masing dimasukkan 0,5 mL enceran

antibiotika (Tetrasiklin HCl) dengan konsentrasi tertentu (100 µm/mL), kemudian homogenkan.

5. Pindahkan sebanyak 0,5 mL dari tabung no. 2 ke tabung no.3, homogenkan, lalu pindahkan 0,5 mL dari tabung no.3 ke tabung no.4, homogenkan, dan seterusnya hingga tabung no.10.

6. Masukkan ke dalam tabung-tabung 1 s.d 10 penipisan bakteri 1:1000, masing-masing sebanyak a,5 mL, kemudian homogenkan.

7. Inkubasi dalam inkubator 35-370C selama 18-24 jam dan dipilih pada konsentrasi antibiotik terendah manakah terdapat penghambat yang sempurna terhadap pertumbuhan bakteri. Konsentrasi antibiotika terendah inilah yang disebut sebagai batas kepekaan bakteri terhadap antibiotika tersebut.

Page 7: laporan antibiotika

2. Cara difusi agar (The Agar Diffusion Method)

Alat:

Cawan petri steril Pipet steril Kertas cakram atau pecadang logam steril pinset

Bahan:

Suspensi biakan Staphylococcus aureus dalam kaldu pepeton (24 jam, 25%T)

Media agar bersuhu ± 48 0C Air suling steril

Cara kerja:

1. Pipetkan 0,1 mL biakan Staphylococcus aureus ke dalam cawan petri steril, kemudian tuangkan agar cair bersuhu 480C, homogenkan, biarkan memadat. Setelah memadat, simpat dalam inkubator bersuhu 370C dengan posisi cawan terbalik sampai titik uap air yang berada di permukaan agar hilang. Bagian dasar cawan dibagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan pensil gelas. Tandai untuk dosis rendah (R), menengah (M), dan tinggi (T).

2. Denagn menggunakan pinset steril, ambil kertas cakram atau pecadang logam steril dan jenugkan dengan cairan antibiotika tertentu dan letakkan dipermukaan agar yang telah mengandung suspensi bakteri sesuai dengan konsentrasi yang akan diuji

3. Inkubasikan dalam inkubator bersuhu 370C selama 18-24 jam4. Amati dan ukur diameter daerah hambat yang dihasilkan.

Interpretasi hasil

1. Peka (sensitive)

Apabila diameter daerah hambat terdapat disekitar kertas cakram pada ketiga konsentrasi larutan pengenceran antibiotika.

2. Setengah peka (moderately sensitive)

Apabila tidak ada diameter daerah hambat pada kertas cakram dengan konsentrasi larutan pengencer antibiotik yang rendah, tetapi ada pada konsentrasi yang menengah dan tinggi.

3. Sedikit peka (slightly sensitive)

Page 8: laporan antibiotika

Apabila tidak ada diameter daerah hambat yang dihasilkan disekitar kertas cakram dengan konsentrasi antibiotik rendah dan menengah, tetapiada pada konsentrasi yang tinggi.

4. Rentan (resistant)

Apabila tidak ada diameter daerah hambat yang dihasilkan pada semua kertas cakram dengan konsentrasi larutan pengenceran antibiotika yang rendah, menengah, maupun tinggi.

BAB IV

Page 9: laporan antibiotika

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN

a. Cara pengenceran seri kaldu peptonSetelah seluruh tabung diinkubasi selama 18-24 jam.Nama Antibiotik : kloramfenikolBakteri Uji : staphylococcus aureusDari : Hani Afifah, Ghia Lestari, Stephanus Brian, Sudomo.

No . Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Dosis Antibiotik

(μg/ml) 200 100 50 2512,5 6,25 3,125 15,625

0,78125 0,3906

Pertumbuhan bakteri  - -  -  -  -   + +  +  +  + 

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka konsentrasi hambatan minimum (KHM) antibiotic Kloramfenikol terhadap bakteri staphylococcus aureus adalah 12,5µg/ml.

Berdasarkan nilai KHM yang diperoleh,maka bakteri staphylococcus aureus bersifat Peka terhadap antibiotic kloramfenikol.

b. Cara Difusi AgarSetelah cawan petri diinkubasikan selama 18-24jam.Hasil pengamatan : Hani Afifah dan Ghia Lestari

  GAMBAR   Dosis Antibiotik  

      R (10μg/ml) M (50μg/ml) T (100μg/ml)

   

       DDH = 0mm DDH= 10mm DDH= 90mm

   

     

Keterangan Nama Antibiotika : KloramfenikolBakteri Uji : staphylococcus aureus

Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas, maka bakteri uji staphylococcus aureus bersifat setengah peka terhadap antibiotic kloroamfenikol.

Hasil pengamatan: Stephanus Brian dan Sudomo

Page 10: laporan antibiotika

  GAMBAR   Dosis Antibiotik  

      R (10μg/ml) M (50μg/ml) T (100μg/ml)

                      DDH = 5mm DDH= 10mm DDH= 90mm         

           

Keterangan Nama Antibiotika: kloramfenikolBakteri Uji : Staphylococcus aureusBerdasarkan hasil percobaan uji Staphylococus aureus bersifat peka terhadap antibiotika kloramfenikol.

PEMBAHASAN

1. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.

2. Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.

3. Tujuan dari proses uji sensitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada terhadap berbagai macam antibiotic.

4. Pada praktikum kali ini digunakan bakteri staphylococcus aureus dengan jenis antibiotika kloramfenikol sebagai bakteri pengujinya.

5. Pada pengujian dengan cara media agar/kertas cakram dalam difusi di cawan petri sebagai indikatornya adalah zona hambatan berupa daerah bening disekitar kertas cakram.

6. Diameter daerah hambatan (DDH) diperoleh dengan mengukur diameter menggunakan penggaris / jangka sorong/alat pengukur diameter zona hambat.

7. Hasil pengamatan diatas dengan bakteri yang sama dan antibiotic yang sama mengahasilkan data yang berbeda,dikarenakan pada saat pengamatan dilakukan tidak secara bersamaan. Jadi pada saat pemeriksaan diameter daerah hambat bertambah karena dipengaruhi oleh waktu. Semakin lama waktu pengamatan maka semakin meluas zona hambatan karena bakteri tidak resisten terhadap antibiotic pada percoba ini.

BAB VKESIMPULAN

Page 11: laporan antibiotika

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa teknik pengujian kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan cara pengenceran seri kaldu pepton dan cara difusi agar pada cawan dinyatakan peka dan setengah peka pada sampel antibiotic kloramfenikol pada uji bakteri staphylococcus aureus . dengan hasil

1. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dalam pengujian pengenceraan seri kaldu pepton pada antibiotika kloramfenikol terhadap bakteri staphylococus aureus adalah12,5 μg/ml, bakteri bersifat peka.

2. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dalam pengujian difusi agar dalam cawan petri pada pengamatan pertama. Pada antibiotika kloramfenikol terhadap bakteri staphylococcus aureus adalah R (10 μg/ml)= 0mm terhadap diameter daerah hambat,M (50μg/ml) = 10mm terhadap diameter daerah hambat, T (100μg/ml)= 90mm terhadap diameter. Bakteri bersifat setengah peka.

3. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dalam pengujian difusi agar dalam cawan petri pada pengamatan kedua. Pada antibiotika kloramfenikol terhadap bakteri staphylococcus aureus adalah R (10μg/ml)= 5mm terhadap diameter daerah hambat,M (50μg/ml) = 10mm terhadap diameter daerah hambat, T (100μg/ml)= 90mm terhadap diameter. Bakteri bersifat peka

DAFTAR PUSAKA

Page 12: laporan antibiotika

Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; Jakarta.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

TABEL TATA NAMA

Page 13: laporan antibiotika

Susunan Nama

Pendahulan Stephanus Brian dan Ghia Lestari

Tinjauan Pusaka Hani Afifah

Metodologi Ghia Lestari dan Sudomo

PembahasanHani Afifah, Ghia Lestari, Stephanus Brian dan

Sudomo

Kesimpulan Hani Afifah, Ghia lestari, Stephanus Brian dan Sudomo

LampiranHani Afifah, Ghia Lestari, Stephanus Brian dan

Sudomo

Cover dan Tabel Nama Sudomo

Page 14: laporan antibiotika

Praktikum Mikrobiologi

UJI SENSITIVITAS BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA

Disusun oleh:

Ghia Lestari (2012210119)

Hani Afifah (2012210126)

Stephanus Brian (2012210263)

Sudomo ( 2012210266 )

Fakultas Farmasi

Universitas Pancasila

Jakarta

2013