laporan anfisman refleks

Upload: rizky-alfarizy

Post on 02-Jun-2018

314 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    1/15

    A. DASAR TEORI

    Refleks adalah respon yang cepat dan tidak disadari terhadap

    perubahan lingkungan interna maupun lingkungan eksterna, terjadi lewat

    suatu lintasan refleks yang disebut lengkung refleks. Komponen utama

    dari lengkung refleks adalah reseptor yang menerima stimulus, efektor

    yang merespon stimulus, neuron sensorik dan motorik yang merupakan

    lintasan komunikasi antara reseptor dan efektor (Basoeki, 2000).

    Berdarkan prosesnya (dipelajari/tidak dipelajari) terdapat dua tipe

    refleks; (1) refleks sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa

    dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda yang menuju ke

    arahnya, dan (2) refleks yang dipelajari atau refleks yang dikondisikan

    (conditioned reflex) yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti

    membelokkan setir mobil jika akan menabrak benda. Hal tersebut

    dikerjakan secara otomatis, namun hanya setelah banyak berlatih secara

    sadar (Soewolo, 2005).

    Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan

    beberapa neuron penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik

    (refleks polisinap). Refleks sederhana hanya melibatkan dua neuron, tanpa

    neuron penghubung (refleks monosinap), misalnya refleks patella. Karena

    penundaan atau penghambatan refleks dapat terjadi pada sinap-sinap,

    maka makin banyak sinap yang terlibat pada lengkung refleks makin

    banyak waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu refleks (Basoeki,

    2000).

    Menurut Soewolo (1999), refleks patella merupakan reflek

    monosinap karena dalam lengkung refleknya hanya ada satu sinap yaituantara saraf aferen dengan saraf eferen. Refleks monosinap ini tidak

    melibatkan neuron penghubung seperti pada refleks monsinap yang

    membutuhkan neuron penghubung antara saraf aferen dan saraf eferen.

    Lebih lanjut, Andin (2008) menyatakan bahwa waktu respon gerak refleks

    sangat cepat sekitar 50milidetik.

    Menurut Binhasyim (2008), contoh refleks monosinap adalah

    refleks regangan (stretch reflex). Gambaran umum stretch refleks adalah

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.wisegeek.com/what-are-milliseconds.htm&prev=/search%3Fq%3Dreflek%2Bpatella%26start%3D10%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DpFd%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhjZJ_YJyufBkxjvZJeg6g4QXtoqghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.wisegeek.com/what-are-milliseconds.htm&prev=/search%3Fq%3Dreflek%2Bpatella%26start%3D10%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DpFd%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhjZJ_YJyufBkxjvZJeg6g4QXtoqg
  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    2/15

    sebagai berikut; pukulan pada ligamentum patella akan meregangkan otot

    ekstrafusal maupun muscle spindle muskulus quadriceps. Muscle spindle

    menjawab dengan mengirimkan impuls ke medula spinalis. Serabut aferen

    di radix dorsale yang membawa impuls membentuk sinapsis dengan

    motoneuron yang kemudian tereksitasi dan menyebabkan kontraksi

    muskulus quadriceps. Agar hal ini terjadi, maka harus disertai

    pengurangan tensi di otot antagonis m. quadriceps, yaitu otot fleksor lutut.

    Hal ini terjadi sebagai berikut; aferen dari muscle spindle membentuk

    cabang ke sekelompok neuron intermediet di substasia grisea. Neuron ini

    ini bersifat inhibitor dan mengirimkan axonnya ke motoneuron yang

    menginervasi otot antagonis.

    Refleks tidak hanya dihubungkan dengan kontraksi otot kerangka,

    tetapi juga dengan fungsi tubuh seperti denyut jantung, respirasi, digesti,

    urinasi, dan devakasi. Refleks yang dibawakan oleh korda spinalis saja

    disebut refleks spinal. Refleks yang mengakibatkan kontraksi otot

    kerangka dikenal sebagai refleks somatik. Sedangkan refleks yang

    menyebabkan kontraksi otot polos, jantung atau sekresi kelenjar disebut

    refleks visceral/autonomic (Basoeki, 1988).

    Berdasarkan atas sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas

    refleks somatik (yang dikendalikan oleh system saraf somatik) dan refleks

    otonom (yang dikendalikan oleh sistem saraf otonom). Kedua macam

    refleks tersebut dapat berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks

    spinal dapat terjadi tanpa melibatkan otak, misalnya refleks fleksor.

    Meskipun demikian otak seringkali memberikan pertimbangan pada

    aktifitas refleks spinal sehingga dapat menguatkan atau menghambatrefleks tersebut (Basoeki, 2000).

    Menurut Soewolo dkk (2005), berdasarkan pusat pengintegrasinya

    refleks dibedakan menjadi refleks cranial dan refleks spinal. Refleks

    cranial adalah refleks yang diintegrasi oleh otak. Contoh reflek cranial

    adalah refleks mengedipkan mata. Sedangkan refleks spinal adalah refleks

    yang diintegrasikan oleh sum-sum tulang belakang. Refleks menarik diri

    (withdrawal refleks), merupakan contoh dari refleks spinal dasar. Bila jari

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    3/15

    seseorang tersentuh benda panas, suatu refleks terjadi untuk menarik

    tangan menjauhi benda panas tersebut.

    B.

    TUJUAN PRAKTIKUM

    Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai

    bermacam-macam refleks pada manusia.

    C. PROSEDUR KERJA

    1. Refleks Patella

    Pelaku duduk di kursi dengan kedua kaki terjuntai bebas

    Memukul ligamentum patella pelaku dengan pemukul dari karet

    Mengamati respon dari pelaku

    Mengulangi perlakuan I saat pelaku sedang mengerjakan

    penjumlahan sederetan tiga digit angka (otak aktif)

    Memperhatikan respon kaki, lebih kuat atau lebih lemah daripada

    respon perlakuan I

    Megulangi uji refleks tersebut pada saat pelaku melakukan aktivitasotot lain, misalnya menarik kedua tangan yang jari-jarinya bertautan

    satu sama lain.

    Mengamati respon kaki yang terjadi pada pelaku

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    4/15

    2. Refleks Achilles

    a.

    3. Refleks Cornea

    a.

    4. Refleks Fotopupil/Cahaya

    a.Mengukur diameter pupil mata pelaku (dalam mm) sbelum dilakukan

    perlakuan

    Pelaku menghadap kearah cahaya terang dengan mata tertutup selama

    2 menit

    Memperhatikan dan mengukur kembali diameter kedua pupil mata

    pelaku, segera setelah dia membuka matanya.

    Mendekatkan sedekat mungkin sedikit kapas ke cornea mata pelaku

    Mengamati respon dari mata pelaku

    Mendudukan pelaku di kursi dengan kedua telapak kaki tergantung

    bebas pada tepi kursi

    Mengamati respon dari kaki pelaku

    Menekuk telapak kaki kearah betis untuk menambah tegangan otot

    gastrocnemius, kemudian menepuk tendon Achilles dengan pemukul

    karet

    Mengamati terus perubahan pupil mata pelaku selama beberapa detik

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    5/15

    5. Refleks Akomodasi Pupil

    6.

    6. Refleks Konvergensi

    7.

    Refleks Menelan

    8. Refleks Salivari

    Pada cahaya yang cukup terang, pelaku melihat suatu obyek yang berjarak kira-kira

    6 m, mengukur diameter pupilnya.

    Pelaku mengalihkan pandangan pada obyek yang dekat misalnya sebuah pensil

    yang diletakkan pada jarak 20 cm dari mata pelaku. Mengamati perubahan pupil

    dan mengukur diameternya.

    Pelaku memusatkan pandangannya pada suatu obyek yang jauh. Mengamati posisi

    kedua bola matanya.

    Pelaku mengalihkan pandangan pada obyek di dekat mata. Mengamati posisi bola

    matanya.

    Menelan saliva di dalam milut secara berturut-turut selama 20 detik. Apa yang

    terjadi ?

    Melakukan hal yang sama untuk sejumlah air yang dimasukkan ke dalam mulut.

    Setelah menahan tidak menelan saliva selama 2 menit, mengumpulkan saliva dari

    mulut ke dalam gelas piala kecil. Mengukur volume dan pH.

    Meneteskan 2-3 tetes sari jeruk pada lidah. Membiarkan 5-10 detik. Mengukur pH

    saliva dengan cara menempelkan kertas pH pada ujung lidah.

    Setelah menahan tidak menelan saliva selama 2 menit, mengumpulkan saliva

    dalam gelas piala. Mengukur volume dan pH.

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    6/15

    E. ANALISIS DATA

    1. Refleks pada Patella

    Pada saat keadaan kaki yang terjuntai bebas dipukul dengan pemukul dari

    karet pada ligamentum patellarisnya maka akan menyebabkan respon kaki

    bergerak ketika diberi pukulan dengan kekuatan yang lebih keras, sedangkan jika

    dipukul dengan kekuatan rendah, respon kaki tidak bergerak. Pada pelaku yang

    sedang berkonsentrasi memikirkan sesuatu atau pada saat otak sedang bekerja

    secara aktif maka ketika ligamentum patella dipukul dengan menggunakan

    pemukul karet respon yang terjadi kaki bergerak dengan lambat dan lemah

    dibandingkan pada perlakuan yang pertama tadi. Sedangkan untuk ligamentum

    patella yang dipukul dengan menggunakan pemukul karet pada saat pelaku

    melakukan aktifitas otot lain memberikan respon gerak reflex yang sangat lambat

    dan lemah.

    2. Refleks Achilles

    Dilakukan dengan menepuk tendon Achilles setelah pelaku duduk berlutut di

    kursi dan telapak kakinya ditekuk ke atas dan dikembalikan ke posisi normal.

    Hasilnya adalah tumit, telapak, dan jari kaki langsung bergerak setelah dipukul.

    3. Refleks Kornea

    Untuk melihat refleks kornea pengamat mendekatkan sedikit kapas secara

    perlahan ke arah mata pelaku, responnya adalah saat kapas menjadi sangat dekat

    dengan mata, kelopak mata langsung berkedip.

    4. Refleks Fotopupil atau Cahaya

    Percobaan selanjutnya yaitu dengan mengukur diameter pupil terlebih

    dahulu dan didapatkan angka 5 mm pada ulangan pertama dan 4 mm pada

    ulangan kedua. Setelah diberi perlakuan berupa menghadap kea rah cahaya

    dengan keadaan mata yang tertutup selama 2 menit maka memebrikan respon

    yang berbeda dengan sebelum mata dihadapkan pada cahaya. perbedaan respon

    ini berupa diameter pupil yang mengecil dari ukuran diameter pupil sebelum

    diberi perlakuan. Setelah diberi perlakuan, diameter pupil mengecil, yaitu pada

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    7/15

    ulangan pertama berubah dari ukuran semula 5 mm menjadi 3 mm, dan ulangan

    ke dua dari ukuran 4 mm menjadi 2 mm.

    5.

    Refleks Akomodasi PupilPada cahaya yang cukup terang pelaku melihat suatu obyek yang berjarak kira-

    kira 6 meter, diameter pupil pelaku menyempit, yaitu pada ulangan 1 diameternya

    6 mm dan ulangan 2 diameternya 5 mm lalu perlahan kembali normal. Kemudian

    saat pelaku mengalihkan pandangan pada obyek yang dekat pada jarak 20 cm

    pupil sedikit melebar, yaitu pada ulangan 1 diameternya 7 mm dan ulangan 2

    diameternya 6 mm lalu perlahan kembali normal.

    6. Refleks konvergensi

    Percobaan kali ini yaitu dengan mengamati keadaan bola mata pada saat

    memusatkan pandangan pada suatu objek yang jauh dan membandingkannya

    dengan keadaan bola mata saat beralih pandangan pada objek yang berada lebih

    dekat dengan mata. Pada saat mata memandang benda yang berada jauh dengan

    mata, maka posisi bola mata terletak di tengah, sedangkan ketika mata

    memusatkan pada suatu objek yang memiliki jarak dekat dengan mata makaposisi bola mata bergerak mendekati sumbu tubuh atau menuju hidung.

    7. Refleks Menelan

    Pelaku diminta menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20

    detik, hasilnya pelaku hanya mampu menelan sebanyak 6 kali. Ketika diberi

    perlakuan yang sama dengan memasukkan sejumlah air ke dalam mulut, hasilnya

    pelaku hanya bisa menelan, yaitu 4 kali telanan.

    8. Refleksi Salivari

    Percobaan terakhir yaitu dengan mengukur volume dan PH saliva setelah

    tidak ditelan selama 2 menit dan mengahsilkan volume air saliva sebanyak 0,8

    mm dengan kadar PH 7 atau normal. Setelah lidah ditetesi dengan air jeruk berupa

    nutri sari dan dibiarkan selama 5 hingga 10 menit kemudian diukur PH nya

    dengan menempelkan indikator PH pada ujung lidah maka diketahui PHnya

    berubah menjadi 4. Kemudian setelah diukur kembali volume dan PH saliva

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    8/15

    setelah tidak ditelan selama 2 menit menghasilkan volume 1,2 mm dan PH 7 atau

    normal dengan hasil warna saliva sedikit kekuningan.

    F.PEMBAHASAN

    1. Refleks Patella

    Pada saat kaki terjuntai dengan bebas, pemberian stimulus berupa pukulan

    dengan menggunakan pemukul karet memberikan respon berupa gerakan kaki.

    Ketika stimulus pukulan yang diberikan cukup kuat, maka respon kaki bergerak

    juga lebih cepat, sedangkan jika kaki dipukul dengan kekuatan lebih lemah maka

    respon gerak yang timbul juga lebih lambat dan dapat juga tidak bergerak. Hal ini

    disebabkan karena kuat atau lemahnya stimulus akan mempengaruhi munculnya

    potensial aksi. Menurut Silverthorn (2010) menyatakan bahwa kuatnya stimulus

    akan membuka kanal tertentu yang menyebabkan peristiwa depolarisasi sehingga

    sel melepaskan banyak neurotransmitter dan membangkitkan potensial aksi.

    Respon gerak yang timbul akibat adanya stimulus yang diberikan

    merupakan gerak refleks yang dikendalikan oleh sistem saraf pusat yaitu medulla

    spinalis. Dikendalikan oleh medula spinalis karena gerak yang muncul terjadisecara tidak sadar dan bukan merupakan suatu kesengajaan untuk bergerak. Untuk

    menghasilkan respon gerak refleks perlu adanya koordinasi antara sel saraf

    dengan sel otot. Dalam hal ini stimulus berupa pukulan karet akan diterima oleh

    sel saraf sensoris dan diteruskan ke sel saraf pusat (medulla spinalis) untuk

    selanjutnya disalurkan ke sel saraf motoris sehingga muncullah suatu efektor.

    Efektor yang terjadi berupa gerak merupakan akibat dari kerja sel otot yang

    menerima sinyal dari sel saraf.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Soewolo (2000) yang menyatakan bahwa

    suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Dan

    terdapat dua macam refleks yaitu sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa

    dipelajari dan refleks yang dipelajari. Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam

    aktivitas refleks terdiri atas lima komponen yaitu reseptor, saraf aferen, pusat

    pengintegrasi, saraf eferen, dan efektor. Reseptor merespon stimulus yang

    merupakan perubahan fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    9/15

    stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf

    aferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak yang lebih tinggi

    memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor

    (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang didinginkan.

    Pukulan yang diarahkan pada ligamentum patellaris akan mengaktifkan

    serabut otot dan mengirimkan potensial aksinya ke medulla spinalis melalui

    serabut sensori. Sinaps pada saraf sensori kemudian langsung mengirimkan pesan

    ke sarf motorik yang akan mengendalikan kontraksi dari otot quadriceps. Eksitasi

    dari saraf motor menyebabkan unit motor pada quadriceps berkontraksi dan kaki

    bergerak kea rah depan (Silverthorn, 2010).

    Hal ini sesuai dengan hasil percobaan pada respon yang terjadi saat pelaku

    sedang memikirkan sesuatu atau otaknya sedang bekerja secara aktif dan pada saat

    otot lain bekerja. Dalam hal ini, otak sebagai sistem saraf pusat yang ikut andil

    dalam meningkatkan potensial aksi sedang berfungsi, sehingga impuls yang

    diterima oleh otak membutuhkan waktu lebih lama untuk diproses dan

    diterjemahkan sebagai suatu efektor.

    2. Refleks Achilles

    Fenomena refleks achilles ini merupakan salah satu contoh dari refleks

    tendon yang melibatkan neuron asosiasi dan neuron motor. Refleks tendon terpola

    untuk melindungi tendon dari kerusakan yang mungkin dihasilkan karena

    tegangan yang berlebihan. Adanya organ neuron tendinose sebagai

    mekanoreseptor dapat mengakibatkan kontraksi tendon (Burhan, 2009). Pusat

    pengintegrasi refleks ini pada segmen sakral ke-1 dan kedua dari sumsum tulang

    belakang. Jika pelaku tidak dapat merasakan refleks ini maka telah terjadi

    kerusakan saraf pada otot kaki posterior atau sel saraf di dalam wilayah

    lumbosacral cordaspinal.

    Pada percobaan, saat pelaku duduk berlutut di kursi dengan telapak kaki

    ditekuk-tekuk agar menghasilkan tegangan otot gastroknemius dan setelah itu

    dipukul pada bagian tendon achillesnya, maka terdapat respon pada pelaku berupa

    kaki langsung bergerak/adanya gerakan kaki. Sehingga hal ini menunjukan bahwa

    gerakan kaki pelaku dalam keadaan normal merespon refleks. Refleks ini

    menunjukkan kontraksi gastroknemius dan solius (Tortora, 1984). Seperti yang

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    10/15

    dinyatakan Burhan (2009) bahwa Refleks tendon terpola untuk melindungi tendon

    dari kerusakan yang mungkin dihasilkan karena tegangan yang berlebihan oleh

    karena itu sebelum dilakukan pemukulan pada tendon Achilles, telapak kaki

    pelaku ditekuk-tekuk ke atas untuk menghasilkan tegangan pada otot

    gastroknemius. Dalam praktikum ini pelaku memberikan respon berupa adanya

    gerakan kaki yang artinya refleks tendon pelaku masih baik.

    3. Refleks Kornea

    Percobaan refleks kornea dilakukan dengan mendekatkan kapas ke

    kornea pelaku serta mengamati bagaimana responnya. Adapun respon dari pelaku

    adalah mengedipkan matanya, respon ini adalah refleks dasar sebagai bentuk

    respon adanya benda yang akan masuk ke mata. Menurut Burhan (2009), refleks

    ini merupakan refleks kranial yang diintegrasikan oleh otak. Sedangkan menurut

    Anthony (1983) refleks ini di mediai oleh lengkung refleks dengan serabut sensori

    pada percabangan opnthalmik dari saraf kranial ke-5 yang berpusat dalam pons

    dan serabut motoriknya pada saraf kranial ke-7. Dalam praktikum ini pelaku

    merespon kapas yang perlahan didekatkan ke mata dengan langsung mengedipkan

    mata yang artinya refleks mata pelaku terhadap benda yang akan masuk ke mata

    masih baik.

    4. Refleks Fotopupil/Cahaya

    Diameter pupil pada setiap orang berbeda antara yang satu dengan lainnya.

    Pada saat dalam keadaan gelap maka diameter pupil akan membesar, sedangkan

    jika dalam keadaan gelap maka diameter pupil akan menjadi lebih sempit. Hal ini

    karena fungsi pupil untuk menyesuaikan dan menangkap secara optimal terhadap

    setiap cahaya yang masuk ke dalam mata. Menurut Soewolo dkk (2003) pada

    pupil memiliki otot polos radier dan otot polos sirkuler yang memungkinkan pupil

    dipersempit atau diperlebar untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian

    dalam mata atau yang sering disebut juga dengan akomodasi pupil. Pupil akan

    menjadi sempit jika otot sirkuler berkontraksi dan otot radier berelaksasi.

    Sedangkan apabila otot sirkuler relaksasi dan otot radier berkontraksi maka pupil

    akan melebar.

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    11/15

    Pada saat terang yang berarti ada stimulus cahaya yang mengenai

    fotoreseptor akan menutup saluran Na+pada segmen luar fotoreseptor. Akibatnya

    pada fotoreseptor terjadi hiperpolaisasi yang selanjutnya menyebabkan

    tertutupnya saluran Ca++ pada ujung sinap. Tertutupnya salauran Ca++ ini akan

    mengehentikan pembebasan neurotransmitter yang berarti meniadakan hambatan

    pada sel bipolar sehingga pada sel bipolar akan terjadi impuls yang akan

    dirambatkan ke pusat penglihatan melalui sel ganglion dan sel saraf. Konstriksi

    pupil menghasilkan penyempitan pada pupil yang bertujuan untuk membatasi

    cahaya tepi agar tidak masuk ke bagian tepi lensa. Hal ini sesuai dengan hasil

    percobaan diameter pupil setelah dihadapkan pada cahaya selama 2 menit

    semakin mengecil karena pupil berperan untuk mengatur intensitas cahaya yang

    masuk ke dalam mata. Jika diameter pupil tidak mengecil, maka cahaya yang akan

    masuk ke dalam mata dalam jumlah yang sangat banyak dan tidak diimbangi

    dengan kemampuan fotoreseptor yang memadai sehingga dapat menimbulkan

    gangguan.

    5. Refleks Akomodasi Pupil

    Pada cahaya yang cukup terang pelaku melihat suatu obyek yang

    berjarak kira-kira 6 meter, diameter pupil pelaku menyempit, yaitu pada ulangan 1

    diameternya 6 mm dan ulangan 2 diameternya 5 mm lalu perlahan kembali

    normal. Kemudian saat pelaku mengalihkan pandangan pada obyek yang dekat

    pada jarak 20 cm pupil sedikit melebar yaitu pada ulangan 1 diameternya 7 mm

    dan ulangan 2 diameternya 6 mm lalu perlahan kembali normal. Hal tersebut

    dapat terjadi karena daya akomodasi mata diatur melalui saraf parasimpatis,

    perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang

    selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.

    Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat

    dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek ke

    arah mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar

    objek tetap dilihat dengan jelas.

    Menurut Febrisa (2012) pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap,

    dan akan menyempit bila kondisi ruangan terang. Lebar pupil di pengaruhi oleh

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    12/15

    iris di sekelilinginya. Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah yang terlihat

    sebagai bagian yang berwarna pada mata.

    6.

    Refleks Konvergensi

    Hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa pada saat mata

    memusatkan fokusnya pada benda yang jauh maka kedua bola mata akan terletak

    di tengah, sedangkan jika melihat pada benda yang dekat dnegan mata maka bola

    mata akan beralih bergerak mendekati sumbu tubuh. Hal ini karena pada saat

    melihat suatu benda, kedua bola matanya akan terfokus pada satu benda tersebut.

    jika benda terletak jauh dari pengamat, maka bayangan yang diterima oleh retina

    mata tepat karena arah rambatannya sejajar, sehingga bola mata tetap dalam posisi

    di tengah, sedangkan jika pada saat melihat benda dengan jarak yang dekat, agar

    bayangan yang terbentuk jatuh tepat pada retina, maka bola mata harus melakukan

    gerakan yang sesuai untuk membentuk bayangan yang tepat pada retina.

    Pernyataan tersebut didukung oleh Soewolo dkk (2003) yang meyatakan

    bahwa pada manusia jika melihat suatu benda akan memusatkan fokusnya pada

    satu benda tersebut yang dikenal dengan stilah single binocular visionatau suatu

    kemampuan mengarahkan cahaya dari suatau benda agar jatuh pada titik yang

    sesuai. Bila sedang melihat benda yang cukup jauh, maka cahaya yang melewati

    pupil akan dapat langsung sampai ke titik sesuai pada retina mata tanpa

    menggerakkan kedua bola mata ke medial sebab cahaya yang datang relatif

    sejajar. Jika benda didekatkan dengan mata, agar bayangan mata tersebut jatuh

    tepat pada titik yang sesuai, maka kedua bola mata harus digerakkan kea rah

    medial atau arah sumbu tubuh.

    7. Refleks Menelan

    Pelaku diminta menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut

    selama 20 detik, hasilnya pelaku hanya mampu menelan sebanyak 6 kali. Ketika

    diberi perlakuan yang sama dengan memasukkan sejumlah air ke dalam mulut,

    hasilnya pelaku hanya bisa menelan lebih sedikit dari perlakuan tanpa

    memasukkan air, yaitu 4 kali telanan. Dari data tersebut tidak sesuai dengan teori.

    Menurut Ronquillo (2011) perbedaan antara menelan ludah dengan menelan air

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    13/15

    berkenaan dengan produksi saliva yang secara tidak sadar, dimana menurunnya

    sekresi ludah diatur oleh saraf autonom, tepatnya saraf simpatik. Sedangakan

    menelan air lebih mudah karena tidak dipengaruhi oleh kerja saraf autonom, tetapi

    merupakan gerakan sadar.

    Seharusnya hasil telanan air lebih banyak daripada hasil telanan saliva

    (air ludah). Hal ini karena kekentalan air ludah yang menyebabkan kesulitan atau

    hambatan dalam penelanannya. Selain itu juga pada saat menelan air ludah, kita

    harus terlebih dahulu mengumpulkan air ludah didalam mulut, hal ini juga

    menyebabkan mengapa menelan air ludah lebih lama bila dibandingkan dengan

    menenlan air liur. Faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pada

    praktikum kali ini diantaranya kondisi praktikan, karena pada saat praktikum

    praktikan sedang sakit batuk berdahak, sehingga pada saat proses menelan tidak

    seperti pada orang yang normal (sehat) dan berpengaruh terhadap banyaknya hasil

    menelan air ludah maupun air minum.

    8. Refleks Salivari

    Percobaan ini yaitu untuk mengetahui volume dan PH salivari setelah

    tidak ditelan selama 2 menit. Volume tersebut diukur untuk mengetahui jumlah

    produksi saliva di dalam mulut. Sedangkan PH merupakan indikator keasaman

    saliva. Sebelum diberi perlakuan berupa air jeruk, PH saliva 7 yang menunjukkan

    PH normal dengan jumlah volume 0,8 mm. Namun setelah diberi larutan air jeruk

    maka PH saliva berubah menjadi 4 yang merupakan indikator PH asam. Hal ini

    menunjukkan bahwa kadar PH dalam mulut dipengaruhi oelh jenis makanan yang

    dikonsumsi. Setelah meminun air, volume saliva setelah tidak menelan saliva

    selama 2 menit bertambah menjadi 1,2 mm dengan PH 7 yang berarti PH kembali

    normal. Kembalinya PH ini disebabkan karena konsumsi air putih sehingga dapat

    menegmbalikan kadar keasaman dari saliva di dalam mulut.

    G.KESIMPULAN

    Gerak refleks ialah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak.

    Gerak refleks dilakukan tanpa kesadaran. Mekanisme gerak refleks berlangsung

    secara spontan dibawah kontrol medulla spinalis, yakni; rangsang reseptor

  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    14/15

    neuron sensorik interneuron medulla spinalis interneuron neuron

    motorik efektor gerakan. Impuls dari neuron motorik langsung menuju

    efektor diluar kontrol otak.

    H. Daftar Rujukan

    Andin. 2008. Patellar Reflex. (Online). ( http://www.wisegeek.com/what-is-

    a-patellar-reflex.htm,diakses tanggal 20 September 2014)

    Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983.Anatomy and Physiology. London:

    The C.V Mosby Company.

    Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi

    Manusia. IMSTEP JICA: Malang.

    Basoeki, Soedjono. 1988.Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: P2LPTK

    Binhasyim. 2008. Stretch Reflex dan Pengendalian Otot. (Online).

    (http://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-

    pengendalian-otot-bag6/,diakses tanggal 20 September 2014)

    Burhan. 2009. Macam Refleks pada Manusia. (Online). (http://biologi-

    itey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.html, diakses

    tanggal 20 September 2014).

    Febrisa, Dwi. 2012. Laporan Praktikum Faal Reaksi Pupil. (Online).

    (http://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-

    reaksi-pupil.html,diakses tanggal 20 September 2014)

    Ronquillo, Iysses. 2011. Sistem Saraf Manusia. (Online).

    http://wong168.wordpress.com/2011/04/12/sistem-saraf-

    manusia/feed. Diakses tanggal 20 September 2014.

    Silverthorn, D. 2010.Human Physiology. Austin: University of Texas.

    Soewolo, dkk. 1999.Fisiologi Manusia.IMSTEP JICA: Malang.

    ___________. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktur Jenderal

    Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

    ___________. 2003.Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.

    ___________. 2005.Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.

    Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and

    Physiology. New York: D Van Nostran Company.

    http://www.wisegeek.com/what-is-a-patellar-reflex.htmhttp://www.wisegeek.com/what-is-a-patellar-reflex.htmhttp://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-pengendalian-otot-bag6/http://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-pengendalian-otot-bag6/http://biologi-itey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.htmlhttp://biologi-itey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.htmlhttp://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-reaksi-pupil.htmlhttp://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-reaksi-pupil.htmlhttp://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-reaksi-pupil.htmlhttp://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-reaksi-pupil.htmlhttp://biologi-itey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.htmlhttp://biologi-itey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.htmlhttp://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-pengendalian-otot-bag6/http://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-pengendalian-otot-bag6/http://www.wisegeek.com/what-is-a-patellar-reflex.htmhttp://www.wisegeek.com/what-is-a-patellar-reflex.htm
  • 8/10/2019 Laporan anfisman Refleks

    15/15