laporan akutansi biaya
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
AKUNTANSI BIAYA
KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA
GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS
Disusun oleh:
1. Aef Saepul Anwar (A0A011014)2. Julyta Nurul Astria (A0A011022)3. Ariyanto (A0A011030)4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)
PROGRAM DIPLOMA TIGA AGROBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2012
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA
GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS
Disusun oleh:
1. Aef Saepul Anwar (A0A011014)2. Julyta Nurul Astria (A0A011022)3. Ariyanto (A0A011030)4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai kelulusan mata kuliah
Akuntansi Biaya pada Program Diploma Tiga Agrobisnis Fakultas Pertanian
UNSOED
Diterima dan disyahkan pada tanggal………………
Purwokerto………………….
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Praktikum Ketua Kelompok,
Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP Maman Fathurrohman
NIP. 195604251986012001 NIM. A0A011048
SURAT BUKTI PRAKTIKUM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Bapak Sutarno
Jabatan : Pemilik
Nama Perusahaan :UD. Ripin
Alamat perusahaan : Jln. Bougenvil,24 Gerendeng Purwokerto Utara 53122.
Tlpn 085 292 480 478
Berkaitan dengan adanya kegiatan praktikum lapang ke “industri pengolahan kayu di desa gerendeng ” yang merupakan bagian dari mata kuliah Akutansi Biaya, maka dengan ini kami menyatakan bahwa 5 (lima) mahasisawa yang namanya tersebut di bawah ini telah melaksanakan praktikum di perusahaan kami, yang terdiri dari :
1. Aef Saepul Anwar ( A0A011014 )
2. Julyta Nurul Astria ( A0A011022 )
3. Ariyanto (A0A011030)
4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)
Demikian surat bukti praktikum ini kami buat dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan di ubah dan dipertimbangkan kembali sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini.
Purwokerto, 11 Desember 2012
Pemilik home industri pengolahan kayu
( Bapak Sutarno )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebaikannya,
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum lapang tersebut laporan
hasil praktikum Akuntansi Biaya untuk analisis kajian “finansial Usaha
Pengolahan Kayu” di kelurahan Grendeng purwokerto utara Kami menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang bersangkutan serta kerjasama teman-
teman praktikum ini tidak mungkin dapat terwujud dengan baik. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP selaku pengampu yang telah memberikan arahan atas
praktikum ini
2. Bpk Sutarno selaku pemilik sekaligus manager usaha pengolahan kayu yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan tentang praktikum yang kami
lakukan.
3. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga dapat
terselesaikan laporan praktikum ini.
Besar harapan kami laporan praktikum ini dapat diterima. Sekian kami ucapkan
terima kasih.
Purwokerto, 11 Desember 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………….12
BAB IV HASIL PRAKTIKUM……………………………………………13
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………...22
BAB VI PENUTUP........…………………………………………………...29
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………30
LAMPIRAN………………………………………………………………...31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa
dengan cara – cara tertentu atau penafsiran. Oleh karena itu diperlukan
akuntansi biaya, dimana akuntansi biaya : Berfungsi untuk mengukur
pengorbanan nilai masukan, Menghasilkan informasi bagi manajemen,
Apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak?
1. Menentukan harga pokok
a. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan
- Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan
produk/penyerahan jasa.
- Biaya : biaya historis.
- Tunduk pada prinsip akuntansi.
b. Memenuhi kebutuhan manajemen
- Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan
produk/penyerahan jasa.
- Biaya : biaya historis.
- Tunduk pada prinsip akuntansi.
B. Metode penentuan biaya produksi
Cara memperhitungkan unsur – unsur biaya kedalam cost produksi ada 2
pendekatan
1. Full Costing jangka panjang ( 1 tahun )
Full Costing adalah penentuan Cost produksi dengan
memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi kedalam Cost
produksi baik yang berperilaku Tetap maupun Variabel. Terdiri atas
biaya bahan baku, biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead
pabrik.
2. Variabel Costing jangka pendek ( 1 periode produksi )
Variabel Costing adalah penentuan Cost produksi dengan
memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi yang
berperilaku Variabel kedalam Cost produksi. Terdiri atas biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya operasional pabrik
Variabel.
C. Menurut perilakunya
a. BOP tetap adalah yang tidak berubah dalam kisaran perubahan volume
kegiatan tertentu.
b. BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
c. BOP semi variable adalah yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan tertentu.
D. Persediaan dalam perusahaan manufaktur
a. Persediaan bahan baku ( bahan mentah ) ialah bahan baku yang belum
digunakan dalam proses produksi, biasanya masih tersimpan dalam
gudang BB
b. Persediaan barang ( pabrik ) dalam proses ialah merupakan bahan
( material ) yang belum selesai dalam proses produksi. Elemen barang
dalam proses seperti diatas :
- Biaya Bahan Baku ( BBB )
- Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL )
- Biaya Overhead Pabrik ( BOP )
c. Persediaan Barang ( produk ) jadi ( selesai )
Merupakan barang ( material ) yang sudah selesai diproduksi & telah
siap untuk dijual. Biasanya disimpan dalam gudang barang jadi.
E. Harga Pokok Penjualan
Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang.
Nilai penjualan barang dagang dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai
barang yang sudah terjual dicatat sebagai harga pokok penjualan.
Harga Pokok Penjualan ( HPP ) adalah harga perolehan barang dagang
yang terjual, yaitu persediaan awal barang dagang ditambah pembelian
bersih dikurangi persediaan akhir barang dagang.
Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara
biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sering pula
disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).
Masalah Break-event baru muncul apabila suatu perusahaan disamping
mempunyai biaya variable juga mempunyai biaya teteap.
Manfaat Break-Even point :
1. Menentukan posisi laba/rugi perusahaan.
2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu.
F. Tujuan praktikum
1. Menyusun pengelompokan biaya berdasarka prilaku biaya,
2. Menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan (keuntungan),
3. Menghitung harga pokok produksi,
4. Menghitung harga pokok penjualan,
5. Menghitung titik impas (break-even piont),
6. Menghitung mergin of safety (MOS),
7. Menghitung shut-down point,
8. Menghitung degree of operating leverage,
9. Menghitung laba kontribusi (kontribusi marjin)
II TINJAUAN PUSTAKA
a. Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2004:40),biaya didefinisikan sebagai
kas atau nilaie kuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberikanmanfaat saat ini atau di masa yang
akan datang bagiorganisasi.
Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14), biaya adalah sesuatu
yang berkonotasi sebagai pengurangyang harus dikorbankan untuk
memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba.
Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Biaya dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi
dimana penyebab satu-
satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam
kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya
dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya
overhead pabrik.
Rumus biaya:
TC= FC+VC
Keterangan: TC: Total Cost (biaya)
FC: Fix Cost (biaya tetap)
VC: Variable Cost (biaya variable)
Penerimaan
Total Revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang
diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu.
Rumus Penerimaan:
TR=PxQ
Keterangan: TR: Total Revenue (penerimaan)
P: Price (harga)
Q: Quantity (kuantitas)
Keuntungan (Laba)
Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal
Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi.
Menurut Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi
kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas
kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan
posisi awalnya.
Menurut Suwardjono (2008 : 464), laba dimaknai sebagai imbalan
atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba
merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat
dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)
Menurut Belkaoui (1993), Laba merupakan suatu pos dasar dan
penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam
berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Rumus Laba
π=TR−TC
Keterangan: π: Laba / Keuntungan
TR: Total Revenue
TC: Total Cost
b. Harga Pokok Produksi
Pengertian harga pokok produksi menurut Hansen dan
Mowen dalam bukunya ”Management Accounting” adalah sebagai berikut
: “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang
diseleseikan pada periode tertentu”.(2004 ; 48)
Pengertian harga pokok produksi menurut Supriyono dalam
bukunya ”Sistem Pengendalian Manajemen” adalah sebagai berikut :
“Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau
diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi”. (2002 ;
11)
Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang
diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi
Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang
setengah jadi”.
Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang
diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi
Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang
setengah jadi”.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan
didalam menentukan harga pokok produksi, yaitu :
a. Full Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh
biaya produksi sebagai harga pokok produksi yaitu :
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap.
( Mulyadi, 1991,18 )
Penentuan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan metode Full Costing
Biaya Bahan Baku XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX
Biaya Overhead Pabrik Tetap XXX
+
Harga Pokok Produksi XXX
b. Variabel Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya-biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok
produksi atau secara keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut :
Variabel costing adalah penentuan harga pokok yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Penentuan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan Metode Variabel Costing
Biaya Bahan Baku XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX
+
Harga pokok Produksi XXX
c. Harga Pokok Penjualan
Pengertian harga penjualan menurut Mulyadi (1997:349) dalam
buku yang berjudul “Akuntansi Manajemen” adalah sebagai berikut:
“Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan penawaran dipasar”.
Harga pokok penjualan menurut Garisson/Norren dalam bukunya
“Akuntansi Manajer” yang diterjemaahkan oleh A. Totok Budisantoso
mengemukakan pengertian haarga jual sebagai berikut: “Harga penjualan
adalah biaya produksi ditambahkan kepersentase mark up atau laba”.
Harga pokok penjualan menurut Gill dan Chatton yang
diterjemahkan oleh Prabaningtyas (2008:15), "Harga pokok penjualan
(HPP), yaitu biaya pembuatan atau hrga pembelian yang melekat pada
produk barang jadi yang dikirim dari pemasok ke pelanggan"
Rumus Harga Pokok Penjualan:
Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih -
persediaan akhir
d. Titik Impas (Break Event Point)
Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari
antara biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan,
sering pula disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).
Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha
dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue(penghasilan) sama
dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan
untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu
cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama
dengan nol). (Mulyadi,2001:230)
Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas
sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk
menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak
perusahaan yang profit center atau mengembankannya.(Darsono
Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121)
Rumus Break Even Point (BEP)/Impas:
Impas(dalamunit )= BiayaTetapHarga Jual satuan−BiayaVariabel satuan
Impas (dalam rupiah )= BiayaTetap
1−BiayaVariabel
Pendapatan pemjualan
e. Margin of Safety (MOS)
Margin of Safety menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar,
Margin of Safety (batas keselamatan adalah perbedaan antara tingkat
penjualan aktual dengan tingkat penjualan break even. Margin ini
merupakan jumlah dimana penerimaan penjualan bisa turun sebelum
kerugian terjadi, dan seringkali diekspresikan sebagai persentase dari
penjualan yang dianggarkan.( Syahrul dan Muhammad Afdi
Nizar,2000:535)
Margin of Safety menurut Aliminsyah dan Padji, adalah suatu rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dari operasi suatu
perusahaan yang menyangkut kemungkinan timbulnya kerugian atau
permasalahan dalam penjualan produk yang tidak mustahil akan dialami
perusahaan tersebut, dinyatakan dalam persentase.( Aliminsyah dan Padji,
2000:535)
Rumus Margin of Safety(MOS):
MOS=Pendapatan Penjualan−ImpasPendapatan Penjualan
x100%
f. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)
Menurut Darsono dan Ari (2008:125)“Titik penutupan usaha yaitu
informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tentang berapa jumlah nilai
penjualan minimum sehingga perusahaan tidak layak untuk dilanjutkan
(atau harus ditutup).’
Menurut Dwi & Rifka (2008:199)”Titik penutupan usaha (shut down
point) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total
penghasilan.”
Rumus Shut-down Point:
ShutdownPoint= BiayaTunaiContribution Margin(% )
g. Degree of Operating Leverage(DOL)
Degree of Operating Leverage yaitu rasio dari perubahan
persentase laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual
atau total pandapatan (Bambang Riyanto, 2000)
Rumus Degree of Operating Leverage(DOL):
DOL (kali )=Contribution Margin(Rp)Laba Bersih
h. Kontribusi (contribution margin)Laba
Menurut Machfoedz (1996:299) contribution margin adalah sisa
hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi
akan bisa digunakan untuk menutup semua biaya tetap dan setelah biaya
tetap tertutup maka sisanya untuk menghasilkan laba periode yang
bersangkutan.
Menurut Garrison (1997:249) contribution margin adalah jumlah
yang tersisa dari hasil penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang
dapat digunakan untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian
mendapatkan laba untuk periode yang bersangkutan.
Rumus Laba Kontribusi (contribution margin):
Laba Kontribusi=Pendapatan Penjualan−BiayaVariabelPendapatan Penjualan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
a. Lokasi dan waktu praktikum
Lokasi praktikum : Jln. Bougenvile no. 24 kelurahan Grendeng
RT 02 / 04 Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas
Waktu pelaksanaan : Selasa, 11 Desember 2012
b. Metode praktikum :
1. Alat dan bahan
Alat : Alat tulis dan Kamera
Bahan : lokasi usaha pengolahan kayu di “UD Ripin”
2. Prosedur kerja :
Mencari data primer dan sekunder denagn cara melakukan
wawancara secara langsung
c. Jenis dan cara pengambilan data praktikum
Kegiatan praktikum yang kami lakukan adalah secara
berkelompok, yakni terdiri dari 5 orang yang dikoordinator oleh 1 orang
Ketua kelompok dan selebihnya adalah anggota kelompok.
Sedangkan cara pengambilan data praktikum dilakukan secara kolektif
yang terdiri atas data primer dan sekunder, kelompok kami sebagian
berkonsultasi kepada pemilik sebagian pengambilan data dengan cara
mencatat hasil apa yang disampaikan oleh pemilik perusahaan kayu
tersebut.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
a. Keadaan umum perusahaan
1. Sejarah Usaha/Perusahaan
Usada Dagang Ripin merupakan usaha pengolahan kayu
yang berdiri sejak tahun 1985 yang didirikan oleh bapak Sutarno,
yang saat itu diawali dengan niatan untuk mengisi waktu luang
dan kegemarannya terhadap proses pengolahan kayu. Dengan
kegemarannya terhadap pengolahan kayu ia memberanikan diri
untuk memulai usaha tersebut dengan bermodalkan satu batang
pohon dan satu tenaga kerja, yang menghasilkan produk utama
berupa sebuah kursi yang dininai oleh masyarakat mempunyai
kualitas dan daya jual yang baik. Sehinga pak sutarno memiliki
semangat untuk mendalami usaha tersebut. Dan usahanya
mengalami kemajuan pada tahun 1992.
UD Ripin adalah perusahaan manufaktur bergerak di
bidang produksi dan pengolahan kayu, khususnya pembuatan
mebel dan aksesoris yang mengintegrasikan nilai estetis,
fungsional dan kenyamanan. “UD R ipin” memproduksi beragam
jenis produk kayu olahan yang dirancang mengacu pada prinsip
desain modern, diantaranya adalah kusen, pintu, jendela, dan
berbagai jenis mebel dan aksesoris.
2. Aspek Produksi
Aspek produksi dari kegiatan pengolahan kayu meliputi,
dari penyediaan bahan baku, diantaranya, kayu jenis Albasia,
Mahoni, dan Akasia, kemudian kayu tersebut diolah hingga menadi
bahan jadi. Dan penyediaan tenaga kerja dalam pengolahannya,
yang berjumlah 15 orang.
3. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran dari kegiatan “UD Ripin” pada awalnya
melalui mulut ke mulut, sehingga usaha pengolahan kayu “UD
Ripin” berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu, dan
saat ini Usaha Dagang Ripin dapat memasokkan hasil produksinya
sampai keluar kota, seperti kota Cirebon, Jogya, dan Surabaya.
b. Pengelompokan biaya
Tabel 1. Jenis Peralatan yang digunakan untuk Produksi pengolahan
kayu selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012.
No Jenis
peralatan
Jumlah
alat
Harga beli
(Rp)
Umur
ekonomis
(thn)
Biaya
penyusutan /
bulan (Rp)
1 Mesin serut
kayu
5 5.000.000 2 208.333
2 Mesin kral 1 800.000 3 22.222
3 Mesin bor
kayu
2 2.000.000 3 55.555
4 Mesin
bobok
4 8.000.000 5 133.333
5 Mesin lori 2 70.000.000 10 583.333
Jumlah biaya peralatan 1.002.776
Biaya penyusutan :
Alat serut kayu = Nb−NL
N ҽ =
Rp . 5.000 .000−012 x 2
¿ Rp . 5.000 .00024
= Rp. 208.333/ bulan
Mesin kral = Nb−NL
N ҽ =
Rp . 800.000−012 x 3
=¿
Rp . 800.00036
= Rp. 22.222,-/ bln
Mesin bor kayu = Nb−NL
N ҽ =
Rp . 2.000 .000−012 x 3
=¿
Rp . 2.000 .00036
= Rp. 55.555,-/ bln
Mesin bobok = Nb−NL
N ҽ =
Rp . 8.000 .000−012 x 5
=¿
Rp . 8.000 .00060
= Rp. 133.333,-/ bln
Mesin lori = Nb−NL
N ҽ =
Rp . 70.000 .000−012 x10
=Rp .70.000 .000120
= Rp. 583.333,-/ bln
Tabel 2. BOP tetap produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di“UD
Ripin” November 2012.
No Jenis biaya jumlah Total biaya tetap /
bulan (Rp)
1 Penyusutan peralatan :
a. Mesin serut
kayu
b. Mesin kral
c. Mesin bor
kayu
d. Mesin bobok
e. Mesin lori
f. Pajak usaha
5
1
2
4
2
-
208.333
22.222
55.555
133.333
583.333
300.000
Jumlah tota BOP tetap 1.302.776
Tabel 3. BOP Variabel Produksi pengolahan kayu selama 1 bulan
di“UD Ripin” November 2012
No Jenis biaya Volume
penggunaan
Harga (Rp) Total biaya
variabel (Rp)
1 Biaya bahan baku
(kayu
albasia,akasia dan
mahoni)
80 kubik
glondongan
1.100.000 88.000.000
2 Tenaga kerja
Langsung
15 HOK 1.200.000 18.000.000
3 Cat kayu 30 kaleng 35.0000 1.050.000
4 Amplas 3 meter 60.000 180.000
5 Biaya pemasaran - - 120.000
6 Biaya telphon - - 50.000
7 Biaya listrik - - 380.000
Jumlah total BOP variabel 107.780.000
Tabel 4. Hasil produksi utama selama 1 bulan di “UD Ripin”
November 2012
No Jenis barang
utama yang di
produksi
Volume hasil
produksi/bulan
Harga
satuan (Rp)
penerimaan (Rp)
1 Meja 50 200.000 10.000.000
2 Kursi 75 200.000 15.000.000
3 Dipan 20 400.000 8.000.000
4 Lemari 1 pintu 15 1.700.000 22.500.000
5 Lemari 2 pintu 16 2.000.000 32.000.000
6 Meja belajar 25 200.000 5.000.000
7 Pintu 30 500.000 15.000.000
8 Jendela 60 175.000 10.500.000
9 Rak buku 90 80.000 7.200.000
Jumlah total penerimaan produk utama 125.200.000
Tabel 5. Hasil produksi sampingan selama 1 bulan di “UD Ripin”
November 2012
No Jenis produksi
sampingan
Volume hasil
produksi
sampingan/bulan
Harga
(Rp)
Jumlah
penerimaan
(Rp)
1 Kayu bakar 8 box mobil 350.000 2.800.000
2 Serbuk kayu 50 karung 5.000 250.000
Jumlah penerimaan produk sampingan 3.050.000
c. Biaya, penerimaan, Pendapatan
Biaya tetap
o Mesin serut kayu 5 x Rp. 1.000.000 : 24 = Rp.208.333
o Mesin kral 1 x Rp. 800.000 : 36 = Rp. 22.222
o Mesin bor kayu 2 x Rp. 2.000.000 : 36 = Rp. 55.555
o Mesin bobok 2 x Rp. 4.000.000 : 60 = Rp. 133.333
o Mesin lori 2 x Rp. 35.000.000 : 120 = Rp. 583.333
o Pajak Perusahaan Rp. 3.600.000 : 12 = Rp. 300.000
+
Total biaya tetap = Rp 1.302.776
Biaya Variabel
o Biaya kayu 80 kubik x Rp 1.100.000 = Rp. 88.000.000
o Tenaga kerja 15 HOK x Rp. 1.200.000 = Rp. 18.000.000
o Cat kayu 30 kaleng x Rp. 35.000 = Rp. 1.500.000
o Amplas 3 meter x Rp. 60.000 = Rp. 180.000
o Biaya pemasaran = Rp. 120.000
o Biaya telphon = Rp. 50.000
o Biaya listrik = Rp. 380.000
+
Total biaya variabel = Rp. 107.780.000
Total Biaya (TC)
TC = FC + VC
= Rp. 1.302.776 + Rp. 107.780.000
= Rp. 109.082.776
Total Penerimaan produk utama
TR = Q x P
o 50 meja x Rp. 200.000 = Rp 10.000.000
o 75 kursi x Rp 200.000 = Rp 15.000.000
o 20 dipan x Rp 400.000 = Rp 8.000.000
o 15 lemari 1 pintu x Rp 1.700.000 = Rp 22.500.000
o 16 lemari 2 pintu x Rp 2.000.000 = Rp 32.000.000
o 25 meja belajar x Rp 200.000 = Rp 5.000.000
o 30 pintu x Rp 500.000 = Rp 15.000.000
o 60 jendela x Rp 175.000 = Rp 10.500.000
o 90 rak buku x Rp 80.000 = Rp 7.200.000
Rp 125.200.000+
Total Penerimaan produk sampingan
o 8 box mobil kayu bakar x Rp 350.000 = Rp 2.800.000
o 50 karung serbuk kayu x Rp 5000 = Rp 250.000
Total penerimaan produksi pengolahan kayu di UD Ripin
= Totap penerimaan dari produk utama + total penerimaan produk
sampingan
= Rp 125.200.000 + Rp 3.050.000 = Rp 128.250.000
Pendapatan (π)
π = TR – TC
= Rp 128.250.000– Rp. 109.082.776
= Rp 19.167.224
d. Harga pokok produksi
Metode Full Costing
Biaya bahan baku = Rp 88.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000
Biaya Overhead Pabrik Tetap = Rp 1.302.776
Harga pokok produksi = Rp 215.082.776
Metode Varaibel Costing
Biaya bahan baku = Rp 88.000.000
+3.050.000
+
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000
=Rp213.780.000
Jumlah %
Pendapatan penjualan Rp 128.250.000 100
Biaya variabel Rp 107.780.000 84.04
-
Laba kontribusi Rp 20.470.000 5,96
Biaya tetap Rp 1.302.776 1,02
Laba bersih Rp 19.167.224 14,95
e. Harga pokok penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan sama dengan harga pokok produksi karena
tidak ada persediaan akhir.
HPP = Rp 213.780.000 – 0 = Rp 213.780.000
f. Titik Impas ( Break- even Point)
BEP (dalam rupiah )= BiayaTetap
1−BiayaVariabel
Pendapatan penjualan
=1.302.776
1−107.780.000128.250.000
= Rp 8.142.350
g. Margin of Safety
+
-
-
MOS=Pendapatan Penjualan−ImpasPendapatan Penjualan
x100%
=128.250.000−8.142 .350
128.250 .000x 100 %
= 93,65 %
h. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)
Asumsi biaya tunai dalam pemasaran hasil produk pengolahan kayu
sebesar Rp 700.000
ShutdownPoint= BiayaTunaiContribution Margin(% )
=700.00015,96 %
=Rp 4.385.964
i. Laba Kontribusi
Laba Kontribusi = Penerimaan – Total Biaya Variabel
= Rp 128.250.000 - Rp 107.780.000
= Rp 20.470.000
BAB V
PEMBAHASAN
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah
hingga berubah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan, semua proses
yang terjadi di “ UD Ripin” umumnya melibatkan berbagai peralatan
modern. Dalam melaksanakan praktikum Akutansi Biaya kami sepakat
untuk mengamati Usaha Dagang Ripin untuk dijadikan sebagai objek
pencarian data keuangan, perusahaan ini mengolah bahan baku kayu
menjadikan hasil produk yaitu meabel atau peralatan rumah tangga.
Pengelompokan biaya dalam UD Ripin terbagi menjadi biaya tetap, biaya
variabel, BOP tetap dan BOP variabel.
Biaya tetap adalah biaya peruahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
volume kegiatan perusahaan, baik dalam produksi maupun dalam
penjualan, biaya tetap ini termasuk gaji yang di keluarkan perusahaan
untuk pegawai tetap , pembayaran bunga, sewa, depresiasi, dan biaya
asuransi.
Biaya variabel adalah biaya perusahaan yang besarnya sesuai dengan
volume kegiatan usaha, contohnya biaya bahan baku.
Biaya BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.
biaya tetap “UD Ripin” terdiri peralatan seperti : mesin serut kayu, mesin
krall, mesin bor kayu, mesin bobok, mesin lori dan pajak perusahaan.
Biaya variabel “UD Ripin” terdiri dari bahan baku kayu, Tenaga kerja, Cat
kayu, Amplas, Biaya pemasaran, Biaya telphon, Biaya listrik.
Dalam waktu sekali produksi (1 bulan) Usaha Dagang Ripin
membutuhkan sebanyak 80 kubik glondong kayu, yang akan di jadikan
sebagai meabel atau alat rumah tangga sebanyak 480 buah yang terdiri dari
: meja, kursi, dipan, lemari 1 pintu, lemari dua pintu, meja belajar, pintu,
jendela, dan rak buku. Dalam usahanya” UD Ripin” mempunyai 15 orang.
Selain menghasilkan produk utama meabel atau alat rumah tangga, juga
menghasilkan produk sampingan yaitu berupa serbuk kayu sebanyak 50
karung dan kayu bakar sebanyak 8 box mobil. Dalam waktu sebulan “UD
Ripin” mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 128.250.000 dengan
penerimaan tesebut UD Ripin menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
19.167.224.
Harga pokok produksi adalah penjumlahan dari 3 unsur biaya produksi,
yaitu : bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Metode penentuan harga pokok produksi :
a) Full costing
Metode penentuan harga poko produksi yang bembebankan seluruh biaya
produksi sebagai harga poko produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan BOP yang bersifat variabel dan tetap. Usaha
Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode full costing sebesar Rp.
215.082.776.
b) Variabel costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi atau
secara keseluruhan, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan BOP variabel. Usaha Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode
variabel costing sebesar Rp. 213.780.000.
Titik impas
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu
operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas
(penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk,
perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang
diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan
biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada
waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak
menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan
harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal
tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga
jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas
tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan.
Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam
analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2. Struktur biaya tetap dan variable
3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya
tetap
4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan
kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi
keuntungan yang diharapkan melalui penentuan
harga jual persatuan,
produksi minimal,
pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah
ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat
ditingkatkan
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap
maupun biaya variable.
Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total
penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian. Dalam “UD
Ripin” mempunyai titik impas sebesar Rp 8.142.350, dengan titik impas
tersebut artinya apabila pendapatan yang di peroleh “UD Ripin” sebesar
Rp 8.142.350 atau dengan mendapatkan penerimaan penjualan sebesar Rp
penjualan sebesar Rp 188.467.675 ( Rp 190.950.000 – Rp 2.319.433 ).
Dengan titik impas yang dihasilkan pemilik “UD Ripin” dapat
mengetahui :
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Break Eveb Point ( BEP ) akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas
produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC
dan TC-nya, maskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan
garis TC. Bila Fcnaik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana
perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost.
Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan
mempengaruhi miringnya garis total tevenue (TR). Naiknya harga jual per
unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap,
akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah
tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada
produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah.
Mos (Margin of safety)
Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di
masa akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh karena itu adalah tugas manajemen untuk merencanakan masa depan
perusahaan, agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di
masa akan datang telah didasari oleh perusahaan dan telah direncanakan
bagaimana menghadapinya sejak sekarang. Kegiatan pokok manajemen
dalam merencanakan perusahaan adalah mengambil keputusan dalam
memilih perumusan kebijaksanaan.
Manajer memakai margin pengalaman penjualan (margin of safety) untuk
mengevaluasi kegiatan atau operasinya saat itu atau untuk mengukur
resiko rencana bisnis baru. Semakin rendah margin of safety dari sebuah
usaha, maka semakin tinggi resikonya. Sebaliknya semakin tinggi margin
of safety penjualannya, maka semakin rendah tingkat resikonya.
Ukuran yang sering kali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen
suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba
perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
1. Volume penjualan
2. Harga Jual Pokok
3. Biaya.
Apabila volume penjualan berubah sedangkan faktor-faktor yang lain
(harga jual, ratio biaya variable, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan
laba juga akan berubah. Apabila harga jual per unit mengalami perubahan,
sedangkan volume penjualan, biaya variable per unit, dan biaya tetap tidak
berubah, maka perubahan laba akan juga mengalami perubahan.
Sedangkan apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubah
sedangkan volume penjualan dan harga jual per unit tidak berubah, maka
perolehan laba juga akan mengalami perubahan.
Margin of safety adalah jarak dari penjualan nyata dengan tingkat break
even (BE). Margin of safety merupakan hubungan antara volume
penjualan yang dibudgetkan dengan volume penjualan pada titik impas.
Apabila volume penjualan pada titik impas telah diketahui dan kemudian
dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan, maka,dapat diketahui
batas keamanan yaitu berapa besar volume penjualan boleh turun asal
perusahaan tidak menderita kerugian.
SHUT DOWN POINT adalah suatu titik di mana pada kondisi itu jika
proses dijalankan maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba tetapi
juga tidak menimbulkan kerugian. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di
bawah titik Shut Down Point maka pabrik akan mendapatkan rugi.
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika
pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya
tunainya.diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.
1.302.776 merupakan biaya tunai, titik penutupan usaha sebesar Rp.
4.385.964 . Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar Rp.
4.385.964, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan
karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
Laba Kontibusi
Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya
tetap & menghasilkan laba.
Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang
diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk
menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi
dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit
dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce
resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai
macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan
landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan
laba tertinggi.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan Usaha pengolahan kayu pada “UD Ripin” dalam satu kali periode
produksinya membutuhkan sebanyak 80 ubik glondongan yang
akan dijadikan sebagai bahan utama untuk pembuatan mebel dan
aksesoris seperti : meja, kursi, lemari dll, dimana pada awalnya
pemasarannya dari mulut kemulut, hingga akhirnya “UD Ripin”
dapat berkembang pesaat dengan seiring berjalannya waktu.
Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali periode produksi
pengolahan kayu di “UD Ripin” sebesar Rp 109.082.776 denagn
penerimaan penjualan sebesar Rp128.250.000, sehhingga dalam
satu kali poroduksi “UD Ripin” mendapatkan keuntungan atau laba
bersih sebesar Rp 19.167.224.
Berdasarkan perhitungan BEP ( Break-even Point ) pada “UD
Ripin” sebesar Rp 8.142.350, margin of safety pada “UD Ripin”
93,65 % , Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Rp 4.385.964,
Laba Kontribusi = Rp 20.470.000.
B. Saran
Sebaiknya dalam pemasaran hasil produksi yaitu meabel bisa
memanfaatkan teknologi moderen seperti membuat akun bloger
yang memuat usaha tersebut, sehingga dalam pemasaranya
tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga tidak
dapat menutup kemungkinan dapat menerima order dari luar kota
maupun luar pulau yang dapat mempengarhui tingkat pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-harga-pokok.html
http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/
http://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/13/konsep-laba-income-concept/
http://nneuivnieghina.wordpress.com/2011/12/29/hubungan-margin-kontribusi-
dengan-perencanaan-laba-perusahaan/
LAMPIRAN