laporan akuntabilitas kinerja · 1. persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian...

69
0

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

0

Page 2: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

KATA PENGANTAR

i

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)

Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 dapat diselesaikan dengan baik.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas

kinerja instansi, LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini adalah

media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian kinerja atas

pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun

2019 sekaligus evaluasi akhir dalam mencapai tujuan dan sasaran terhadap target

yang telah ditentukan dalam perubahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2017-2019.

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Kefarmasian

adalah hasil kerja keras dan peran serta seluruh pegawai, kerjasama lintas program

dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan serta dukungan dari provinsi

maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan para stakeholder. Untuk itu kami

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas dukungan,

peran serta dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.

Kami menyadari LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini masih

belum sempurna. Masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat kami harapkan untuk perbaikan LAK ini di masa mendatang.

Akhir kata, semoga LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini

dapat memberikan informasi dan manfaat dalam penyusunan kebijakan dan

perencanaan program dan kegiatan khususnya di lingkungan Direktorat Pelayanan

Kefarmasian, maupun bagi para stakeholder terkait.

Jakarta, Januari 2020

Direktur Pelayanan Kefarmasian

ttd

Dita Novianti SA, S.Si, Apt, MM

NIP. 197311231998032002

Page 3: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

DAFTAR ISI

ii

Ikhtisar eksekutif _______________________________________________________ 1

BAB I. PENDAHULUAN __________________________________________________ 6

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 6

B. Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 8

C. Tugas dan Fungsi Organisasi ................................................................................. 8

D. Struktur Organisasi ................................................................................................. 9

E. Sistematika ........................................................................................................... 11

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ________________________________________ 14

A. Perencanaan Kinerja ............................................................................................ 14

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 .............................................................................. 18

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA _______________________________________ 22

A. Tantangan dan peluang ........................................................................................ 22

B. Capaian Kinerja Organisasi .................................................................................. 23

C. Realisasi Anggaran .............................................................................................. 45

BAB IV. PENUTUP _____________________________________________________ 51

LAMPIRAN ___________________________________________________________ 52

Page 4: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

DAFTAR TABEL

iii

Tabel 1. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian

Beserta Perubahannya pada Tahun 2019 ........................................................ 2

Tabel 2. Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian ................................... 16

Tabel 3. Indikator Kinerja, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan

Pelayanan Kefarmasian Tahun 2015-2019 Renstra Perubahan .................... 17

Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ........................................ 19

Tabel 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019 ................................. 25

Tabel 6. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019 .......................................... 31

Tabel 7. Capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tahun 2015

– 2019............................................................................................................ 41

Page 5: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

DAFTAR GAMBAR

iv

Gambar 1. Pharmavenger tengah memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) .............. 4

Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian ................................. 11

Gambar 3. Dokumen Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian

Tahun 2019 .................................................................................................. 19

Gambar 4. Lampiran perjanjian kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ..................... 20

Gambar 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019 ................................ 25

Gambar 6. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar per Provinsi .................................................... 25

Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran .......... 26

Gambar 8. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019 ......................................... 30

Gambar 9. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar per Provinsi .................................................... 31

Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran ........ 31

Gambar 11. Perkembangan Formularium Nasional ......................................................... 34

Gambar 12. Perkembangan DOEN ................................................................................. 35

Gambar 13. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas per

Provinsi ........................................................................................................ 39

Gambar 14. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

Tahun 2015 – 2017 ...................................................................................... 40

Gambar 15. Capaian Indikator Persentase Kabupaten/kota yang Menerapkan Penggunaan

Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017 – 2019 ........................................ 40

Gambar 16. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran ........ 41

Gambar 17. Persebaran AoC Gema Cermat ................................................................... 45

Gambar 18. Hasil Penilaian e-Monev DJA ...................................................................... 46

Gambar 19. Perbandingan Capaian Realisasi Volume Kegiatan dan Anggaran .............. 47

Gambar 20. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag ......................................................... 48

Gambar 21. Gambaran Keragaman Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 48

Page 6: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

1

IKHTISAR EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

mengamanatkan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban

suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku

kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan

sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi

pemerintah (LAKIP) yang disusun secara periodik.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Pelayanan

Kefarmasian bertahan dalam kategori AA.

No. Tahun Hasil Penilaian Kategori

1. 2016 96,67 AA

2. 2017 96,71 AA

3. 2018 92,47 AA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian disusun

sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam

rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan alat evaluasi atas pelaksanaan

kegiatan selama tahun 2019 yang merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan

perubahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019 yang

tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, sasaran hasil (outcome) kegiatan

Peningkatan Pelayanan Kefarmasian adalah Puskesmas dan Rumah sakit yang

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar, dan Penggunaan obat

rasional di Puskesmas.

Sebagai indikator keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan, ditetapkan tiga

indikator kinerja. Pencapaian indikator kinerja kegiatan yang tertuang di dalam

Page 7: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

2

Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 beserta revisinya sebagai

berikut:

1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10%

2. Persentase Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai

standar sebesar 65,28% atau mencapai 100,43%

3. Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di

Puskesmas sebesar 47,08% atau mencapai 117,7%

Pada awal tahun 2019, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengelola

anggaran sebesar Rp. 21.523.529.000,- (Dua puluh satu milyar lima ratus dua

puluh tiga juta lima ratus dua puluh sembilan rupiah). Selama pelaksanaan kegiatan

tahun 2019, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami beberapa kali

perubahan, karena adanya pergeseran anggaran antar komponen dan

penambahan anggaran yang berasal dari Hibah Luar Negeri melalui program WHO

Bienium 2018-2019. Penambahan anggaran yang berasal dari Hibah Luar Negeri

yang tercatat pada DIPA tahun 2019 sebesar Rp. 1.623.552.000,- (Satu milyar

enam ratus dua puluh tiga juta lima ratus lima puluh dua ribu rupiah) sehingga DIPA

akhir Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 23.147.081.000,-

(Dua puluh tiga milyar seratus empat puluh tujuh juta delapan puluh satu ribu

rupiah).

Tabel 1. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian

Beserta Perubahannya pada Tahun 2019

No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)

1 DIPA Awal 21.523.529.000 22.278.603.530 96,25%

2 DIPA Akhir 23.147.081.000

Sumber: Om SPAN

Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang komprehensif atas capaian kinerja organisasi dalam

menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan disusunnya laporan ini,

diharapkan pula dapat menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan capaian

kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada periode renstra berikutnya.

Page 8: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

3

Selama tahun 2019, selain menjalankan program rutin, juga dilaksanakan

kegiatan unggulan sebagai berikut:

a. Desktop e-Fornas

Aplikasi ini terintegrasi dengan database usulan, detil pembahasan

Fornas yang telah dilakukan dan disertai dengan data dukung bukti ilmiah

untuk masing – masing obat dalam website e-Fornas. Penggunaan aplikasi

ini bertujuan untuk memastikan setiap tahapan proses seleksi obat dalam

Fornas sesuai dengan alur proses penyusunan Fornas, sebagaimana

tercantum di Permenkes No. 54 tahun 2018 tentang Penyusunan dan

Penerapan Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program

Jaminan Kesehatan, sehingga proses penyusunan Fornas yang akuntabel,

transparan, profesional, dan berintegritas dapat terjamin.

b. ISO Penyusunan Fornas

Dalam memenuhi komitmen mutu dan menjamin proses penyusunan

Fornas yang akuntabel, transparan, profesional dan berintegritas, Dit.

Pelayanan Kefarmasian telah melakukan sertifikasi ISO 9001:2015 untuk

ruang lingkup Jasa Pelayanan Penyusunan Formularium Nasional. Sertifikat

ini berlaku dari tahun 2018 hingga 2021 dan pada tiap tahunnya dikenakan

audit pengawasan baik secara internal maupun eksternal.

c. Booth Gema Cermat untuk Pelayanan Informasi di pameran Hari

Kesehatan Nasional ke-55

Pameran Pembangunan Kesehatan dalam rangka Hari Kesehatan

Nasional ke 55 dilaksanakan pada tanggal 7-9 November 2019 di ICE BSD

Serpong Hall 9-10. Direktorat Pelayanan Kefarmasian membuka booth

GeMa CerMat. Pengunjung pameran yang datang ke booth GeMa CerMat

dapat mengikuti kuis-kuis terkait penggunaan obat dan mendapat informasi

dan konsultasi terkait obat. Pelayanan informasi obat diberikan oleh

apoteker Agent of Change Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Tim GeMa

CerMat Kementerian Kesehatan. Selain itu juga ada sesi Talkshow GeMa

CerMat dengan topik "Cermat Gunakan Antibiotik, Hindari Kekebalan

Bakteri" bersama dr. Lisa Safira, SpA (IDAI) dan Apoteker Indri Mulyani

Bunyamin (Pengurus Pusat Hisfarkesmas).

Page 9: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

4

Dalam Pameran

Pembangunan Kesehatan

tahun ini dilakukan pemilihan

booth terbaik dengan

beberapa kategori penilaian.

Booth GeMa CerMat

mendapat penghargaan

sebagai Juara III Pelayanan

Masyarakat Terbaik.

Gambar 1. Pharmavenger tengah memberikan

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Page 10: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

5

Page 11: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

6

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015

– 2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

bidang Kesehatan (RPJPK) 2005 – 2025, yang bertujuan meningkatkan

kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah

meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan

perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Untuk mencapai tujuan Kementerian Kesehatan, terlebih dahulu akan

diwujudkan 5 (lima) sasaran strategis yang saling berkaitan sebagai hasil

pelaksanaan berbagai program teknis secara terintegrasi, yakni:

1) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat (SS1);

2) Meningkatnya Pengendalian Penyakit (SS2);

3) Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Kesehatan (SS3);

4) Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga

Kesehatan (SS4); dan

5) Meningkatnya Akses, Kemandirian, serta Mutu Sediaan Farmasi

dan Alat Kesehatan (SS5).

Sasaran strategis Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah

meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat

kesehatan. Kemudian dalam rangka mencapai hal tersebut disusun

beberapa strategi. Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Kefarmasian

Page 12: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

7

dan Alat Kesehatan, strategi terkait yang didukung dengan pelaksanaan

kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian adalah:

a. Memperkuat program seleksi obat dan alat kesehatan yang

aman, bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk program

pemerintah maupun manfaat paket JKN.

b. Melaksanakan program promotif preventif di bidang pelayanan

kefarmasian melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat,

untuk meningkatkan penggunaan obat rasional pada masyarakat

dengan melibatkan lintas sektor.

Laporan kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian merupakan

laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat

Pelayanan Kefarmasian dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis

yang telah tercantum didalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Penyusunan

laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun

2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran

sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan

dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut

menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,

realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan organisasi, penjelasan atas

pencapaian kinerja melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan

perbandingan capaian indikator kinerja dengan tahun berjalan terhadap

target kinerja yang telah direncanakan serta dipantau selama periode lima

tahunan yakni tahun 2015 – 2019.

Page 13: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

8

B. Maksud dan Tujuan

Pada dasarnya laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Pelayanan

Kefarmasian Tahun 2019 menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat

Pelayanan Kefarmasian selama tahun 2019 sebagai tolak ukur

keberhasilan organisasi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

Pelayanan Kefarmasian disusun dengan maksud dan tujuan sebagai

berikut:

1. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan.

2. Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang.

3. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang.

4. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

C. Tugas dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Pelayanan Kefarmasian

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di 4 (empat) bidang pelayanan

kefarmasian antara lain:

1. bidang manajemen dan klinikal farmasi;

2. bidang analisis farmakoekonomi;

3. bidang seleksi obat dan alat kesehatan; dan

4. bidang penggunaan obat rasional;

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelayanan

Kefarmasian menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal

farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,

dan penggunaan obat rasional;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal

farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,

dan penggunaan obat rasional;

Page 14: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

9

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi,

seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat

dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan

klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat

kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

D. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, berdasarkan struktur

satuan kerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dibagi menjadi:

1. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi

Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal

farmasi. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi terdiri atas:

a. Seksi Manajemen Farmasi

b. Seksi Klinikal Farmasi

2. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi

Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis farmakoekonomi obat

dan alat kesehatan. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi terdiri

atas:

a. Seksi Analisis Farmakoekonomi Obat

b. Seksi Analisis Farmakoekonomi Alat Kesehatan

Page 15: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

10

3. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan

Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang seleksi obat dan alat

kesehatan. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan terdiri atas:

a. Seksi Seleksi Obat

b. Seksi Seleksi Alat Kesehatan

4. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional

Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian

bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan di bidang penggunaan obat rasional. Subdirektorat

Penggunaan Obat Rasional terdiri atas:

a. Seksi Peningkatan Penggunaan Obat Rasional

b. Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional

5. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi

penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan

dan barang milik negara, evaluasi dan pelaporan, urusan

kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta

kerumahtanggaan Direktorat.

Susunan Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:

Page 16: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

11

Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian

E. Sistematika

Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

Pelayanan Kefarmasian adalah sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan

penekanan kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi

serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun

yang bersangkutan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk

setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai

Page 17: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

12

dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis

capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan

dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan

untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen

Perjanjian Kinerja.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan

organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

Page 18: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

13

Page 19: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

14

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan

dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah

ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan kinerja disusun sebagai

pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis,

terarah dan terpadu. Kementerian Kesehatan telah menetapkan 12 Sasaran

Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang dikelompokkan

sebagai berikut:

1) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek input (organisasi, sumber daya

manusia dan manajemen);

2) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek penguatan kelembagaan; dan

3) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek upaya Strategis.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017

yang merupakan perubahan dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 merupakan dokumen negara

yang berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam

bentuk program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka

pendanaan dan kerangka regulasinya. Selanjutnya Renstra Kementerian

Kesehatan Tahun 2015 – 2019 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi

Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di

tingkat Eselon II. Renstra Kementerian Kesehatan sebagai dasar

penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengamanatkan Sasaran

Strategis kepada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat

kesehatan. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dimaksud

disusun dua belas strategi yang perlu dilakukan antara lain:

a. Memastikan ketersediaan obat esensial di fasilitas pelayanan

kesehatan, terutama di Puskesmas, dengan melakukan pembinaan

Page 20: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

15

pengelolaan obat sesuai standar di instalasi farmasi provinsi,

kabupaten/kota.

b. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat

kesehatan, melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan

pengujian, inspeksi sarana produksi dan distribusi, dan penegakan

hukum.

c. Memperkuat program seleksi obat dan alat kesehatan yang aman,

bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk program pemerintah

maupun manfaat paket JKN.

d. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai Center of Excellence

manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di

sektor publik.

e. Memperkuat regulasi industri farmasi dan alat kesehatan untuk

memproduksi bahan baku obat, sediaan farmasi lain, dan alat

kesehatan dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan

kemandirian nasional.

f. Menyederhanakan sistem dan proses perizinan dalam

pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.

g. Mengembangkan sistem data dan informasi secara terintegrasi yang

berkaitan dengan kebutuhan, produksi dan distribusi sediaan farmasi

dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan serta industri farmasi dan

alat kesehatan.

h. Memfasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan

terutama pengembangan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural,

dan Active Pharmaceutical Ingredients (API) kimia.

i. Mempercepat tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru

habis masa patennya.

j. Mendorong dan mengembangkan penyelenggaraan riset dan

pengembangan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka

kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan.

k. Memprioritaskan penggunaan produk sediaan farmasi dan alat

kesehatan dalam negeri melalui e-tendering dan e-purchasing

berbasis e-catalogue.

Page 21: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

16

l. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan

penggunaan obat rasional di masyarakat, dan melibatkan lintas

sektor.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,

sasaran kinerja kegiatan pada Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah

Puskesmas dan Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian

sesuai standar, serta Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas. Sasaran

kinerja kegiatan pada Renstra Perubahan sedikit berbeda dengan Renstra

sebelumnya, yaitu meningkatnya pelayanan kefarmasian dan penggunaan

obat rasional di fasilitas kesehatan.

Tabel 2. Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Renstra Sebelum Perubahan Renstra Setelah Perubahan

Sasaran

Meningkatnya pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat

rasional di fasilitas kesehatan

1. Puskesmas yang

melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar.

2. Kab/Kota yang menerapkan

penggunaan obat rasional di

Puskesmas

3. Rumah sakit yang

melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar

Sebagai dampak perubahan Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Pelayanan Kefarmasian menyusun

Rencana Aksi Kegiatan yang memuat kebijakan, program dan kegiatan yang

juga berbeda dari sebelumnya. Jika dalam rencana strategis sebelum

perubahan disebutkan bahwa tujuan Direktorat Pelayanan Kefarmasian

adalah (1) memperkuat tata laksana Health Technology Assessment (HTA)

dan pelaksanaan dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program

pemerintah maupun manfaat paket JKN, (2) menjadikan tenaga kefarmasian

Page 22: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

17

sebagai tenaga strategis untuk mendorong pemerataan distribusi tenaga

kefarmasian, dan (3) meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi

dan sistem monitoring serta evaluasi. Maka dalam rencana strategis

perubahan tersebut disebutkan bahwa tujuan Direktorat Pelayanan

Kefarmasian menjadi (1) memperkuat program seleksi obat dan alat

kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk

program pemerintah maupun manfaat paket JKN dan (2) menjalankan

program promotif preventif melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk

yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di

masyarakat, dan melibatkan lintas sektor.

Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan Indikator

Kinerja Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian beserta target yang

harus dicapai. Berdasarkan Renstra Perubahan, berikut indikator kinerja

kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian:

Tabel 3. Indikator Kinerja, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan

Pelayanan Kefarmasian Tahun 2015-2019 Renstra Perubahan

Indikator Kinerja Definisi Operasional Target

2015 2016 2017 2018 2019

Persentase

Puskesmas yang

melaksanakan

pelayanan

kefarmasian sesuai

standar

Puskesmas yang

melaksanakan Pelayanan

Kefarmasian sesuai standar

adalah Puskesmas yang

melaksanakan Pemberian

Informasi Obat (PIO)

dan/atau Konseling

40% 45% 50% 55% 60%

Persentase Rumah

sakit yang

melaksanakan

pelayanan

kefarmasian sesuai

standar

Rumah sakit yang

melaksanakan Pelayanan

Kefarmasian sesuai standar

adalah Instalasi Farmasi

Rumah sakit yang

melaksanakan Pelayanan

Informasi Obat dan

Konseling

- - 55% 60% 65%

Page 23: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

18

Indikator Kinerja Definisi Operasional Target

2015 2016 2017 2018 2019

Persentase

Kabupaten/kota

yang menerapkan

Penggunaan Obat

Rasional di

Puskesmas.

Kabupaten/kota yang telah

menerapkan Penggunaan

Obat Rasional di

Puskesmas adalah

Kabupaten/kota dengan

minimal 20% puskemas di

wilayahnya memperoleh

nilai penggunaan obat

rasional di Puskesmas

minimal 60%

- - 30% 35% 40%

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan

penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi

yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai

dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen

penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah

atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta

sumber daya yang tersedia.

Perjanjian kinerja berisi tekad dalam rencana kinerja tahunan yang

dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima

amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang memberikannya.

Perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang diwujudkan oleh

seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.

Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja tahun 2019

untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat luaran dan kegiatan.

Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2019

menjadi komitmen bagi Direktorat Pelayanan Kefarmasian untuk

mencapainya pada tahun 2019.

Page 24: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

19

Gambar 3. Dokumen Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan

Kefarmasian Tahun 2019

Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

1 Puskesmas dan rumah

sakit yang melaksanakan

pelayanan kefarmasian

sesuai standar.

1. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar

2. Persentase rumah sakit yang

melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar

60%

65%

2 Penggunaan obat

rasional di Puskesmas.

Persentase kabupaten/kota yang

menerapkan penggunaan obat

rasional di Puskesmas.

40%

Kegiatan: Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Anggaran: Rp. 21.523.529.000,- (Dua puluh satu milyar lima ratus dua puluh

tiga juta lima ratus dua puluh sembilan rupiah)

Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019

ditandatangani oleh Direktur Pelayanan Kefarmasian sebagai Pihak Pertama

Page 25: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

20

dan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak

Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut dapat dilihat pada gambar 4 di

bawah ini.

Gambar 4. Lampiran perjanjian kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian

Page 26: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

21

Page 27: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

22

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

A. TANTANGAN DAN PELUANG

Survei Hootsuite pada Januari 2019 mengungkapkan, pengguna

internet di Indonesia mencapai 150 juta orang (56%), dimana lebih dari 90%

di dalamnya adalah pengguna aktif media sosial. Dengan semakin

berkembangnya interaksi sosial dan perkembangan teknologi informasi pada

era digital, membuka berbagai peluang untuk mengoptimalkan upaya

pencapaian kinerja organisasi. Salah satu potensi era digital yang diuji oleh

Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah pengumpulan data indikator

melalui google form. Pengumpulan data indikator melalui google form

diharapkan dapat mempermudah pengolahan data bagi pengolah data

indikator, serta meningkatkan kepatuhan pelaporan data indikator dari dinas

kesehatan kabupaten/kota dan rumah sakit.

Dalam proses mencapai sasaran kegiatan yang telah ditetapkan,

Direktorat Pelayanan Kefarmasian menghadapi beberapa masalah dan

tantangan. Untuk mencapai sasaran pelaksanaan pelayanan kefarmasian

yang sesuai standar di rumah sakit dan Puskesmas, tantangan yang

dihadapi antara lain tuntutan masyarakat akan terdaftarnya obat-obat

penyakit katastropik dalam Formularium Nasional, ketersediaan tenaga

kefarmasian di Puskesmas untuk menjaga mutu pelayanan kefarmasian,

serta kurangnya ketersediaan data evaluasi penggunaan obat untuk

menunjang analisis farmakoekonomi dalam rangka kendali mutu dan kendali

biaya obat dalam JKN.

Selain itu, tingginya angka kejadian anti microbial resistence (AMR) di

dunia juga menjadi tantangan sekaligus peluang dalam pencapaian sasaran

penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas. AMR menjadi tantangan

bagi penerapan POR di Puskesmas karena salah satu variabel yang diukur

dalam pengukuran indikator POR adalah peresepan antibiotik pada ISPA

non-pneumonia dan diare non spesifik. Di sisi lain hal ini dapat menjadi

peluang untuk meningkatkan kesadaran tenaga kesehatan terhadap

penggunaan antibiotik secara bijak sehingga pencapaian indikator POR

dapat ikut terangkat.

Page 28: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

23

B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran kinerja memberikan gambaran kepada pihak internal dan

eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra ataupun

Penetapan Kinerja, merupakan proses sistematis dan berkesinambungan

untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Indikator merupakan

dokumen perencanaan kinerja yang diukur dalam pengukuran kinerja yaitu

dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar,

rencana, atau target yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan

untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang

berhasil dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian.

Dalam rangka menunjang program peningkatan pelayanan

kefarmasian, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian melakukan berbagai

aktivitas/kegiatan yang dapat menunjang pencapaian indikator kinerja yang

telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun

2015 - 2019. Berikut ini akan diuraikan penjelasan tolak ukur kinerja dari

Direktorat Pelayanan Kefarmasian berdasarkan definisi operasional indikator

kinerja kegiatan sebagai berikut:

a. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar

Tujuan

Mengetahui jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar yaitu puskemas yang telah

melaksanakan pemberian informasi obat dan/atau konseling.

Manfaat

1) Bagi Tenaga Kefarmasian

- Meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam pemberian

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga

kefarmasian di Puskesmas.

Page 29: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

24

2) Bagi Puskesmas

- Meningkatkan kinerja Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama.

- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan

pelayanan kesehatan.

3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi

- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan

alat kesehatan.

- Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat

Kabupaten/Kota/Provinsi.

- Meningkatnya jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan

pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan

pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.

Perhitungan

= Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian

Jumlah Puskesmas𝒙 100%

= 5951

9909𝑥100%

= 60,06%

Kondisi yang dicapai:

Capaian indikator tahun 2019 adalah sebesar 60,06% dengan

target sebesar 60%, dimana pada tahun sebelumnya capaian

indikatornya adalah 55,13% dengan target sebesar 55%. Dari data

diatas tampak bahwa target indikator persentase Puskesmas yang

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar pada tahun

2019 telah tercapai dengan analisis sebagai berikut:

1) Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar mengalami kenaikan 4,93% dari tahun

2018, dengan capaian 100,10%;

2) Peningkatan realisasi indikator ini pada tahun ketiga Renstra Revisi

2017 – 2019 menunjukkan tren yang positif.

Page 30: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

25

Gambar 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019

Tabel 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019

Capaian Indikator Tahun 2015 - 2019

2015 2016 2017 2018 2019

Target 40,00% 45,00% 50,00% 55,00% 60,00%

Realisasi 40,01% 45,39% 50,01% 55,13% 60,06%

Persentase

Capaian 100,02% 100,86% 100,02% 100,24% 100,10%

Gambar 6. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan

Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar per Provinsi

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

2015 2016 2017 2018 2019

Target 40,00% 45,00% 50,00% 55,00% 60,00%

Realisasi 40,01% 45,39% 50,01% 55,13% 60,06%

Target Realisasi

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

BA

LI

GO

RO

NT

ALO

JA

WA

BA

RA

T

DI

YO

GY

AK

AR

TA

NU

SA

TE

NG

GA

RA

BA

RA

T

AC

EH

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

JA

MB

I

KA

LIM

AN

TA

N S

ELA

TA

N

KE

PU

LA

UA

N B

AN

GK

A…

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A

LA

MP

UN

G

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

MA

LU

KU

UT

AR

A

BA

NT

EN

DK

I JA

KA

RT

A

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

BE

NG

KU

LU

NU

SA

TE

NG

GA

RA

TIM

UR

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H

JA

WA

TE

NG

AH

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T

JA

WA

TIM

UR

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

MA

LU

KU

KA

LIM

AN

TA

N U

TA

RA

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A

RIA

U

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Page 31: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

26

Permasalahan:

1. Belum semua Puskesmas memiliki tenaga kefarmasian

khususnya apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian

sesuai standar.

2. Tenaga apoteker dan tenaga kefarmasian di Puskesmas

jarang/tidak pernah mendapatkan pelatihan pelayanan

kefarmasian.

3. Belum semua Puskesmas melaporkan pelayanan kefarmasian.

Upaya yang telah dilakukan:

1. Membuat Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.01/Menkes/382/2019 tentang Penempatan Tenaga

Apoteker di Puskesmas.

2. Diselesaikannya penyusunan Kurikulum Pelatihan Pelayanan

Kefarmasian bagi Tenaga Apoteker di Puskesmas.

3. Sosialisasi dan pembinaan kepada dinas kesehatan provinsi dan

dinas kesehatan kabupaten/kota.

Analisis Capaian:

Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran

Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah bekerja cukup efisien

karena dengan penggunaan anggaran sebesar 96,16%, mampu

94,00%

95,00%

96,00%

97,00%

98,00%

99,00%

100,00%

101,00%

2018 2019

Capaian IKK 100,23% 100,10%

Realisasi Anggaran 99,86% 96,16%

Capaian IKK Realisasi Anggaran

Page 32: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

27

mencapai indikator persentase Puskesmas yang melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar dengan pencapaian sebesar

100,10%. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, pencapaian

indikator tidak terlalu berbeda, namun untuk realisasi anggaran

perbedaannya cukup bermakna.

Pada tahun 2019, dengan penggunaan anggaran 96,16% sudah

mampu mencapai target indikator, karena kegiatan difokuskan untuk

kegiatan pendampingan Puskesmas di tujuh lokus, sehingga

diperoleh hasil peningkatan capaian indikator dari 55,13% pada tahun

2018, menjadi 60,06% pada triwulan ke-IV tahun 2019. Untuk

kegiatan penunjang lain, tetap dilakukan namun tidak menjadi fokus

utama kegiatan.

Kegiatan Pendukung Indikator:

1) Pencapaian indikator pelayanan kefarmasian melalui

pendampingan Puskesmas

Pencapaian Indikator Pelayanan Kefarmasian melalui

Pendampingan Puskesmas dapat memberikan gambaran sejauh

mana keberhasilan penerapan standar pelayanan kefarmasian

baik itu pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

maupun pelayanan farmasi klinik, termasuk kendala kendala

dalam penerapan aktifitas pelayanan.

2) Advokasi terkait penempatan tenaga kefarmasian di

Puskesmas

Kegiatan advokasi terkait penempatan tenaga kefarmasian di

Puskesmas dilaksanakan untuk meningkatkan awareness tentang

pentingnya penempatan tenaga kefarmasian di Puskesmas. Salah

satu bentuk advokasi yang telah dilakukan adalah pengiriman

surat edaran menteri terkait penempatan apoteker di Puskesmas.

3) Penyusunan pedoman pengelolaan vaksin di Fasyankes

Pada tahun 2016 terjadi kasus vaksin palsu di Indonesia.

Kasus tersebut merupakan sebuah peringatan bagi apoteker

sebagai penanggung jawab rantai suplai obat dan vaksin untuk

Page 33: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

28

lebih cermat dalam memastikan kualitas obat dan vaksin yang

beredar di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes).

Sebagai langkah untuk menyediakan acuan bagi apoteker

dalam pengelolaan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan maka

dibuat Penyusunan Pedoman Pengelolaan Vaksin di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

b. Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar

Tujuan

Mengetahui jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai standar yaitu rumah sakit yang telah

melaksanakan pemberian informasi obat dan konseling.

Manfaat

1) Bagi Tenaga Kefarmasian

- Meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam pemberian

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga

kefarmasian di rumah sakit.

2) Bagi Rumah sakit

- Meningkatkan peran rumah sakit sebagai Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Rujukan.

- Meningkatkan penilaian akreditasi rumah sakit dalam Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) maupun Joint Commission

International (JCI).

- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan

pelayanan kesehatan.

3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi

- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan

alat kesehatan.

Page 34: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

29

- Meningkatnya jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan

pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan

pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.

Perhitungan

= Jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian

Jumlah rumah sakit𝒙 100%

=660

1011𝑥100%

= 65,28%

Kondisi yang dicapai:

Capaian indikator tahun 2019 adalah sebesar 65,28% dengan

target sebesar 65%. Berdasarkan perubahan Renstra Kementerian

Kesehatan 2017 – 2019, dari data pada tabel 6 tampak bahwa target

indikator persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan

kefarmasian sesuai standar dan tahun 2019 telah tercapai dengan

analisis sebagai berikut:

Permasalahan:

1. Masih ditemui kekurangan jumlah tenaga kefarmasian, terutama

tenaga apoteker, di rumah sakit.

2. Untuk dapat memberikan dampak positif terhadap mutu pelayanan

kesehatan secara umum di rumah sakit, tenaga kefarmasian

terutama apoteker di rumah sakit hendaknya memiliki kompetensi

yang memadai.

3. Sulitnya mendapatkan kelengkapan data dan informasi tentang

pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Upaya yang telah dilakukan:

1. Advokasi kepada para pemangku kepentingan tentang pentingnya

penempatan tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan

kefarmasian, termasuk rumah sakit.

2. Mengadakan upaya peningkatan mutu pelayanan kefarmasian

dalam bentuk bimbingan teknis, pelatihan dan workshop berbagai

Page 35: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

30

bidang terkait pelayanan kefarmasian bagi tenaga apoteker di

rumah sakit.

3. Mempermudah pelaporan pelayanan kefarmasian dari rumah sakit

dengan membuat inovasi pelaporan dengan menggunakan sistem

informasi.

Gambar 8. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019

Tabel 6. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan

Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

2015 2016 2017 2018 2019

Target 0,00% 50,00% 55,00% 60,00% 65,00%

Realisasi 0,00% 56,02% 57,40% 65,86% 65,28%

Target Realisasi

Capaian

Indikator

Tahun 2015 – 2019

2015 2016 2017 2018 2019

Target - 50,00% 55,00% 60,00% 65,00%

Realisasi - 56,02% 57,40% 65,86% 65,28%

Persentase

Capaian - 112,04% 104,36% 109,76% 100,43%

Page 36: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

31

Analisis Capaian:

Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran

Pencapaian indikator persentase rumah sakit yang

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar tahun 2019

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini

disebabkan oleh adanya updating database rumah sakit pemerintah

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Ace

hSu

mat

ra U

tara

Sum

atra

Sel

atan

Sum

atra

Bar

atB

engk

ulu

Ria

u

Kep

ula

uan

Ria

u

Jam

bi

Lam

pu

ng

Kep

ula

uan

Ban

gka

Bel

itu

ng

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Tim

ur

Kal

iman

tan

Se

lata

n

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Uta

ra

Ban

ten

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Te

nga

hD

I Yo

gyak

arta

Jaw

a Ti

mu

r

Bal

iN

usa

Ten

ggar

a Ti

mu

r

Nu

sa T

engg

ara

Bar

atG

oro

nta

lo

Sula

wes

i Bar

at

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

ggar

aSu

law

esi S

elat

anM

alu

ku U

tara

Mal

uku

Pap

ua

Bar

atP

apu

a

90,00%92,00%94,00%96,00%98,00%

100,00%102,00%104,00%106,00%108,00%110,00%

2018 2019

Capaian IKK 109,76% 100,43%

Realisasi Anggaran 98,06% 97,20%

Capaian IKK Realisasi Anggaran

Gambar 9. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar per Provinsi

Page 37: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

32

pada tahun 2019. Dari 1011 rumah sakit, 660 di antaranya telah

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.

Meskipun database meningkat, capaian indikator dapat terjaga

memenuhi target karena memperoleh dana hibah WHO Biennium,

sehingga Direktorat Pelayanan Kefarmasian bisa melakukan

intervensi langsung kepada rumah sakit dalam jumlah yang cukup

banyak, yang cukup efektif dan efisien untuk mencapai target.

Kegiatan Pendukung Indikator:

1) Peningkatan Kemampuan Tenaga Kefarmasian di RS untuk

Mendukung Akreditasi RS

Kegiatan dilakukan untuk melatih apoteker di rumah sakit

dalam menghadapi akreditasi. Dalam pelaksanaannya dihadapi

kendala apoteker rumah sakit yang diundang, rumah sakitnya

dalam proses re-akreditasi dan akreditasi sehingga tidak dapat

mengikuti kegiatan. Untuk dapat meningkatkan partisipasi RS

dalam pelatihan terkait akreditasi, salah satu alternatif solusi yang

dilakukan adalah pada tahun 2020, model penyelenggaraan

peningkatan kemampuan apoteker di rumah sakit diubah

menggunakan metode fasilitasi pelatihan secara terbuka, untuk

seluruh rumah sakit yang berminat mengikuti pelatihan. Direktorat

Pelayanan Kefarmasian hanya akan membiayai biaya pelatihan,

sedangkan biaya perjalanan dibebankan kepada masing-masing

instansi.

Selain pelatihan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit,

dilakukan juga peningkatan kapasitas apoteker di rumah sakit

menggunakan dana hibah WHO. Peningkatan kapasitas apoteker

rumah sakit yang menggunakan dana hibah difokuskan untuk

penatalaksanaan pelayanan kefarmasian pada pasien infeksi dan

geriatri.

Page 38: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

33

2) Hands On Practice Penerapan Analisis Farmakoekonomi dan

Penggunaan Aplikasi e-Case Report Form dan e-Modelling di

Rumah Sakit

Kegiatan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan

kemampuan apoteker untuk ikut terlibat dalam melakukan

Analisis Farmakoekonomi dalam rangka kendali mutu dan kendali

biaya. Di awal perencanaan, kegiatan hanya akan

diselenggarakan satu kali dalam satu tahun dengan target peserta

21 rumah sakit. Dalam perkembangannya, dengan adanya

respon positif dari peserta akan kemanfaatan materi dan setelah

memperoleh dana hibah dari WHO, kegiatan ini ditambah

pelaksanaannya sebanyak 3 kali dengan peningkatan jumlah

peserta menjadi 63 rumah sakit.

Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan sebagai

berikut:

1. Kebijakan Penerapan Analisis Farmakoekonomi dalam

Pelayanan Kefarmasian.

2. Evaluasi Penggunaan Obat di RS.

3. Konsep Farmakoekomi dan Tipe Evaluasi Farmakoekonomi.

4. Pengukuran Luaran.

5. Pengolahan Data Evaluasi Penggunaan Obat di RS.

6. Identifikasi Biaya dan Perspektif Farmakoekonomi.

7. Analisis dan Interpretasi Hasil Studi Farmakoekonomi.

3) Pengembangan Fornas sebagai acuan dalam penggunaan

obat sebagai kendali mutu dan kendali biaya pada pelayanan

kesehatan di Era JKN

Untuk memastikan akses masyarakat terhadap obat melalui

pelayanan JKN, sejak pertama diterbitkan pada tahun 2013,

Formularium Nasional telah mengalami perkembangan baik dari

segi jumlah item obat maupun jumlah sediaan/kekuatan

sebagaimana ditampilkan pada gambar 11.

Page 39: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

34

Gambar 11. Perkembangan Formularium Nasional

Tahun 2019 merupakan tahun revisi Fornas Tahun 2017,

dan dalam proses revisinya terdapat beberapa kendala antara

lain:

a. Diperlukan penyelarasan daftar obat program beserta

ketentuannya dengan unit program terkait.

b. Hasil studi Komite Penilaian Teknologi Kesehatan (KPTK)

yang mempengaruhi ketentuan daftar obat dalam Fornas.

c. Kebutuhan koordinasi lintas sektor terkait, yaitu Badan POM

dan BPJS Kesehatan

Alternatif solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala

tersebut adalah:

a. Meminta ketentuan daftar obat program terbaru kepada unit

program dengan batas waktu tertentu, dan memastikan unit

program terkait untuk mengawal pembahasan obat program.

b. Hasil studi KPTK yang terbit setelah jadwal pembahasan

Fornas sebaiknya dicantumkan untuk Fornas periode

berikutnya.

c. Memastikan Badan POM dan BPJS terus terlibat dalam setiap

pembahasan obat.

Page 40: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

35

4) Penyusunan Revisi DOEN

Konsep obat esensial

merupakan pendekatan

yang telah terbukti paling

berma nfaat untuk

menyediakan pelayanan

kesehatan yang bermutu

dan terjangkau. Konsep

ini diwujudkan dengan

penyusunan Daftar Obat

Esensial Nasional

(DOEN), yang memilih

obat yang paling

dibutuhkan dengan

mempertimbangkan ratio manfaat terhadap risiko maupun

manfaat terhadap biaya.

Pada tahun 2019, dilakukan revisi DOEN 2017 untuk

mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan melalui

evidence-based medicine. Jika dibandingkan dengan DOEN

2017, dapat dilihat pada gambar 12 jumlah item obat DOEN 2019

mengalami sedikit penurunan.

c. Persentase Kabupaten/kota yang Menerapkan Penggunaan Obat

Rasional di Puskesmas

Tujuan

Mengingat setiap pemberian obat harus didasarkan pada

indikasi penggunaan dan diagnosis, serta mempertimbangkan segi

ilmiah kemanfaatannya, maka dokter bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap mutu penggunaan obat yang diberikan. Jika prosedur medik

Gambar 12. Perkembangan DOEN

Page 41: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

36

yang diterima adalah pedoman pengobatan di pusat pelayanan

setempat, maka pemantauan penggunaan obat yang rasional

bertujuan untuk menilai apakah praktek penggunaan obat yang

dilakukan telah sesuai dengan pedoman pengobatan yang berlaku.

Manfaat

1) Bagi Dokter/Pelaku Pengobatan

Pemantauan penggunaan obat dapat dilakukan untuk melihat mutu

pelayanan pengobatan dan mutu keprofesian. Dengan pemantauan

ini maka dapat dideteksi adanya kemungkinan penggunaan yang

berlebih (over prescribing), kurang (under prescribing), boros

(extravagant prescribing) maupun tidak tepat (incorrect

prescribing).

2) Bagi Perencana Obat

Pemantauan penggunaan obat secara teratur dapat digunakan

untuk membuat perencanaan obat dan perkiraan kebutuhan obat

secara lebih rasional. Upaya tersebut perlu dikoordinasikan dengan

berbagai stakeholder termasuk dokter penulis resep (prescriber).

Perencana obat tidak dapat berdiri sendiri. Perencanaan yang

didasarkan pada data morbiditas dan pola konsumsi yang akurat

memberikan jaminan kecukupan ketersediaan obat.

3) Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemantauan obat tidak saja bermanfaat terhadap mutu pelayanan

dan upaya intervensi, tetapi juga sebagai sarana pembinaan bagi

kinerja tenaga kesehatan setempat.

4) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi

Meningkatnya jumlah Puskesmas yang telah menerapkan

penggunaan obat rasional dapat menjadi indikator keberhasilan

pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.

Perhitungan

% Kabupaten/kota yang menerapkan POR

=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑏/𝐾𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑂𝑅 𝑑𝑖 20% 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 60%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑏

𝐾𝑜𝑡𝑎

× 100%

Page 42: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

37

%POR

= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛× 100%

atau

= [(100 − 𝑃(𝐴)𝐼𝑆𝑃𝐴) ×

100

80] + [(100 − 𝑃(𝐴)𝐷𝐼𝐴𝑅𝐸) ×

100

92] + [(100 − 𝑃(𝐴)𝑀𝑌𝐴𝐿𝐺𝐼𝐴) ×

100

99] + [(1 −

𝑅(𝑇)

4⁄ ) ×

4

1,4]

4

Indikator Peresepan terdiri dari:

1) Penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia maksimal 20 %

Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non-pneumonia

=Jumlah penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia

Jumlah kasus ISPA non Pneumonia × 100%

Jika a ≤20%, maka persentase capaian indikator kinerja POR

adalah 100%

2) Penggunaan antibiotika pada Diare non Spesifik maksimal 8%

Persentase penggunaan Antibiotik pada Diare non Spesifik

=Jumlah Penggunaan Antibiotik pada Diare Non Spesifik

Jumlah kasus Diare non Spesifik × 100%

Jika b ≤ 8%, maka persentase capaian indikator kinerja POR

adalah100%

3) Penggunaan injeksi pada Myalgia maksimal 1%

Persentase penggunaan Injeksi pada Myalgia

=Jumlah penggunaan injeksi pada Myalgia

Jumlah kasus Myalgia × 100%

Jika c ≤ 1%, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah

100%

4) Rerata item obat yang diresepkan (untuk 3 penyakit tersebut di

atas) adalah maksimal 2,6

Rerata item obat (d)=Jumlah item obat

Jumlah lembar resep

• Jika d ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR

adalah100%

• Jika d ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR

adalah 0%

Page 43: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

38

Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional

dilakukan berdasarkan rekapitulasi data capaian Penggunaan Obat

Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan

kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian

dilaporkan ke Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan

Kefarmasian setiap tiga bulan.

Kondisi yang dicapai:

Capaian indikator Persentase penggunaan obat rasional di

Puskesmas pada tahun 2015-2017 menunjukkan tren positif dengan

terjaganya pencapaian indikator yang melebihi target, dan pada tahun

2017 pencapaiannya sebesar 73,41% dengan target sebesar 66%,

dimana pada tahun sebelumnya capaian indikatornya adalah 71,05%

dengan target sebesar 64%.

Indikator penggunaan obat rasional berubah untuk tahun 2017-

2019 menjadi persentase kabupaten/kota yang menerapkan

penggunaan obat rasional di Puskesmas. Kabupaten/kota yang

menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas adalah

kabupaten/kota yang 20% Puskesmasnya memiliki nilai rerata

Penggunaan Obat Rasional minimal 60%. Target indikator

kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional tahun

2017-2019 secara berurutan adalah 30%, 35%, dan 40%. Pada tahun

2019, capaian indikator persentase kabupaten/kota yang menerapkan

penggunaan obat rasional di Puskesmas sebesar 47,08% melampaui

target 40%.

Page 44: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

39

Gambar 13. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di

Puskesmas per Provinsi

Permasalahan:

1. Masih kurangnya jumlah dan pemahaman SDM di puskesmas

dalam pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data indikator

POR secara benar dan tepat waktu.

2. Belum semua Puskesmas tersedia data peresepan yang

dilengkapi dengan diagnosis/kode penyakit.

3. Masih rendahnya kesadaran tentang manfaat pemantauan

Penggunaan Obat Rasional.

Upaya yang telah dilakukan:

1. Advokasi tentang pentingnya penempatan tenaga kefarmasian di

fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk Puskesmas.

2. Mengadakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui

bimbingan teknis, pelatihan, dan koordinasi dengan organisasi

profesi.

3. Menyusun instrumen pelaporan dinas kesehatan kabupaten/kota

secara elektronik sehingga waktu pengumpulan, monitoring dan

evaluasi data menjadi lebih baik.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jaw

a Te

nga

h

Jaw

a Ti

mu

r

Ace

h

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Kal

iman

tan

Bar

at

Sum

ater

a U

tara

Kal

iman

tan

Se

lata

n

Sula

wes

i Ten

gah

Mal

uku

Uta

ra

Bal

i

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kep

ula

uan

Ria

u

Jam

bi

Jaw

a B

arat

DK

I Jak

arta

Kal

iman

tan

Tim

ur

Sula

wes

i Bar

at

Ben

gku

lu

Bab

el

Lam

pu

ng

Sum

ater

a Se

lata

n

Ria

u

DI Y

ogy

akar

ta

Kal

iman

tan

Ten

gah

Sula

wes

i Uta

ra

Sum

ater

a B

arat

Ban

ten

Mal

uku

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Kal

iman

tan

Uta

ra

Go

ron

talo

Sula

wes

i Sel

atan

Pap

ua

Pap

ua

Bar

at

Page 45: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

40

Gambar 14. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di

Puskesmas Tahun 2015 – 2017

Keterangan: Mulai tahun 2017, terjadi perubahan indikator POR

sehingga data menyesuaikan indikator baru, sebagaimana tercantum

pada gambar 15.

Gambar 15. Capaian Indikator Persentase Kabupaten/kota yang Menerapkan

Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2017 – 2019

56,00%58,00%60,00%62,00%64,00%66,00%68,00%70,00%72,00%74,00%

2015 2016 2017

Target 62,00% 64,00% 66,00%

Realisasi 70,64% 71,05% 73,41%

Target Realisasi

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50,00%

2017 2018 2019

Target 30,00% 35,00% 40,00%

Realisasi 30,35% 37,55% 47,08%

Target Realisasi

Page 46: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

41

Tabel 7. Capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tahun

2015 – 2019

Capaian Indikator

DO: Persentase penggunaan obat

rasional di Puskesmas

Tahun

2015

Tahun

2016

Tahun

2017

Target 62.00% 64.00% 66.00% - -

Realisasi 70.64% 71.05% 73.41% - -

Persentase

Capaian 113.94% 111.02% 111.21% - -

Capaian Indikator

DO: Persentase Kabupaten/ Kota

yang menerapkan penggunaan

obat rasional di Puskesmas

Tahun

2017

Tahun

2018

Tahun

2019

Target - - 30.00% 35.00% 40.00%

Realisasi - - 30.35% 37.55% 47,08%

Persentase

Capaian - - 101.17% 107.29% 117,70%

Analisis Capaian:

Gambar 16. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran

Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah bekerja cukup efisien karena

dengan penggunaan anggaran kisaran 99%, mampu mencapai

indikator Persentase Kabupaten/kota yang Menerapkan Penggunaan

90,00%

95,00%

100,00%

105,00%

110,00%

115,00%

120,00%

2018 2019

Capaian IKK 107,29% 117,70%

Realisasi Anggaran 99,84% 99,88%

Capaian IKK Realisasi Anggaran

Page 47: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

42

Obat Rasional di Puskesmas dengan pencapaian indikator rata-rata di

atas 100% selama dua tahun terakhir.

Keberhasilan tersebut dapat terjadi karena pendampingan untuk

penghitungan capaian Puskesmas yang telah menerapkan POR

dilakukan secara maksimal pada setiap kegiatan yang melibatkan

tenaga kefarmasian di Puskesmas dan petugas di dinas

kabupaten/kota.

Kegiatan Pendukung Indikator:

1) Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat

Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat)

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut pembekalan dan

sosialisasi Gema Cermat sehingga diharapkan dapat

memaksimalkan peran Apoteker dalam melakukan edukasi pada

masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan kegiatan (GeMa CerMat) yang telah dilakukan

maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi untuk mengukur

tingkat keberhasilan dan dampaknya terhadap masyarakat.

Ruang lingkup pelaksanaan Evaluasi Hasil Uji Coba

Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Gerakan Masyarakat

Cerdas Menggunakan Obat terdiri dari penyusunan tools

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan GeMa CerMat di Jakarta,

uji coba reabilitas di 5 provinsi (Jawa Timur, DI Yogyakarta, Riau,

Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat), evaluasi hasil uji coba

reabilitas di Jakarta. Setelah itu dilakukan pengumpulan data

dengan cara tools dikirim melalui email ke Dinas Kesehatan untuk

diteruskan kepada AoC, data hasil evaluasi dikirim kembali ke

Pusat untuk dianalisis.

Komponan yang diuji pada evaluasi pelaksanaan GeMa CerMat

terdiri dari:

• Komponen A: Data demografi

• Komponen B: Pengetahuan

Page 48: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

43

• Komponen C: Sikap

• Komponen D: Kebiasaan/perilaku

Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GeMa

CerMat yang sudah difinalisasi berdasarkan hasil kuantitatif dan

rekomendasi akan menjadi bagian dari Pedoman Pelaksanaan

GeMa CerMat.

2) Optimalisasi Peran Apoteker sebagai AoC Gema Cermat

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut pembekalan dan

sosialisasi Gema Cermat sehingga diharapkan dapat

memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan edukasi pada

masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pembekalan

untuk meningkatkan kemampuan peserta yang akan dikukuhkan

sebagai Master AoC. Ruang lingkup pelaksanaan Optimalisasi

Peran apoteker sebagai Agent of Change GeMa CerMat tahun

2019 adalah penguatan kapasitas aoc gema cermat dengan

metode pemberian materi edukasi oleh narasumber dengan tema

Pakar Teknik Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kefarmasian,

Public Speaking bagi apoteker dan Branding Image bagi

apoteker.

Peserta pertemuan ini merupakan hasil seleksi terhadap

Apoteker AoC yang mengikuti pembekalan pada tahun 2016-

2018. Seleksi dilakukan secara berjenjang dimulai dari tingkat

kabupaten/kota, kemudian tingkat provinsi dan dilanjutkan sampai

tingkat pusat. Dari seleksi tersebut diperoleh 100 orang apoteker

AoC terpilih sesuai kriteria yang sudah ditetapkan yaitu frekuensi

pelaksanaan edukasi, jumlah masyarakat yang mendapat

edukasi, pengembangan metode edukasi, kreatifitas serta

program inovasi dalam bidang pemberdayaan masyarakat dalam

rangka meningkatkan penggunaan obat rasional.

Pada kesempatan ini diberikan penghargaan atas peran

dan kontribusi AoC sebagai individu atau sebagai tim dalam

mensukseskan GeMa CerMat. Penghargaan tahun ini diberikan

Page 49: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

44

kepada Tim AoC Kabupaten Sleman, DIY dan Tim AoC Polewali

Mandar, Sulawesi Barat untuk kategori kelompok dan Ibu Hj. Umy

Qalsum, S.Si, Apt (Kepala Seksi Kefarmasian Dinkes Kabupaten

Polewali Mandar, Sulawesi Barat) untuk kategori individu.

Penghargaan dan apresiasi ini diberikan sebagai ungkapan

terima kasih atas kerjasama dan upaya yang telah dilaksanakan

untuk mengembangkan program GeMa CerMat. Selanjutnya

apoteker AoC diharapkan terus menjadi penggerak dan aktif

dalam melakukan edukasi dan memberikan informasi yang

memadai kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang

benar.

3) Sosialisasi Gema Cermat pada Pembina Keluarga dan

Masyarakat

Pada tahun 2019, Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah

melaksanakan Sosialisasi GeMa CerMat pada Pembina Keluarga

dalam rangka Mendukung Indonesia Sehat di 37 kabupaten/kota.

Kegiatan terbagi menjadi dua yaitu Pembekalan Apoteker Agent

of Change dan Pertemuan Sosialisasi GeMa CerMat.

1. Pembekalan Apoteker Agent of Change (AoC)

a) Peserta

Peserta Pembekalan apoteker Agent of Change (AoC)

terdiri dari:

i. 30 (tiga puluh) orang apoteker;

ii. 2 (dua) orang dinas kesehatan provinsi; dan

iii. 3 (tiga) orang dinas kesehatan kabupaten.

b) Materi dan Narasumber

i. Strategi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas

Menggunakan Obat (GeMa CerMat)

ii. Metode Edukasi Masyarakat

2. Pertemuan Sosialisasi GeMa CerMat

a) Peserta

Peserta Sosialisasi GeMa CerMat terdiri dari:

Page 50: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

45

i. 30 (tiga puluh) orang Tenaga Kesehatan

ii. 45 (empat puluh lima) orang Kader Kesehatan

iii. 225 (dua ratus dua puluh lima) orang masyarakat

b) Materi dan Narasumber

i. Dialog Interaktif tentang Pemberdayaan Masyarakat

dalam Rangka Pembangunan Indonesia Sehat

ii. Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa

CerMat) dan Edukasi Masyarakat

iii. Simulasi Praktek (Diskusi Kelompok) Penggunaan Obat

Secara Benar Bersama AoC

Gambar 17. Persebaran AoC Gema Cermat

C. REALISASI ANGGARAN

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Direktorat Pelayanan

Kefarmasian semula didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2019 dengan alokasi sebesar Rp.

21.523.529.000,- (Dua puluh satu milyar lima ratus dua puluh tiga juta lima

ratus dua puluh sembilan rupiah). Dalam pelaksanaan anggaran Direktorat

Pelayanan Kefarmasian mendapatkan tambahan dana hibah dari WHO

melalui program WHO Biennium 2018-2019 sebesar sebesar Rp.

1.623.552.000,- (Satu milyar enam ratus dua puluh tiga juta lima ratus lima

Page 51: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

46

puluh dua ribu rupiah) sehingga DIPA akhir Direktorat Pelayanan

Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 23.147.081.000,- (Dua puluh tiga

milyar seratus empat puluh tujuh juta delapan puluh satu ribu rupiah).

1. Analisis Efisiensi e-Monev DJA

Gambar 18. Hasil Penilaian e-Monev DJA

Berdasarkan penilaian efisiensi melalui e-Monev DJA, Direktorat

Pelayanan Kefarmasian mendapatkan nilai efisiensi 6,84%. Hal tersebut

menandakan bahwa dalam penggunaan anggaran untuk mencapai

target volume keluaran, Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah cukup

efisien. Dengan realisasi anggaran sebesar 96,25%, Direktorat

Pelayanan Kefarmasian mampu mencapai rata-rata capaian volume

keluaran 99,67%.

Page 52: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

47

Gambar 19. Perbandingan Capaian Realisasi Volume Kegiatan dan Anggaran

2. Analisis Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data hasil analisis beban kerja Direktorat Pelayanan

Kefarmasian, jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk menjalankan

tugas dan fungsi satuan kerja adalah sebanyak 95 orang. Jumlah total

pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2019 sebanyak

55 orang, namun yang aktif sebanyak 50 orang. Lima orang lainnya non

aktif karena tengah dalam masa tugas belajar (2 orang), masa

persiapan pensiun (2 orang), dan cuti di luar tanggungan negara (1

orang). Dengan jumlah pegawai aktif yang kurang dari hasil analisis

beban kerja, Direktorat Pelayanan tetap mampu menjalankan tugas

dan fungsinya.

Distribusi pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian per

subdirektorat dan subbagian sebagai berikut:

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Rumah Sakit dan Puskesmas yangmelaksanakan pelayanan kefarmasian…

FORNAS yang ditetapkan sebagai acuandalam penggunaan obat sebagai kendali…

Kab/Kota yang menerapkan programGerakan Masyarakat Cerdas…

Kab/Kota yang fasilitas pelayanankefarmasiannya mampu melaksanakan…

Layanan Sarana dan Prasarana Internal

Layanan Dukungan Manajemen Satker

Layanan Perkantoran

Realisasi Volume Kegiatan( % ) Realisasi Anggaran ( % )

Page 53: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

48

Gambar 20. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, keragaman SDM Direktorat

Pelayanan Kefarmasian didominasi oleh lulusan S1/Apoteker (58%),

setelahnya S2 (24%), dan lainnya D3 (10%), SMA (8%).

Gambar 21. Gambaran Keragaman Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

3. Sarana dan Prasarana

Laporan perkembangan Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2019

sebagai berikut :

a) BMN Intrakomptable

• Posisi awal (01 Januari 2019) : Rp. 7.328.058.720,-

• Penambahan : Rp. 805.230.440,-

• Pengurangan : Rp. 704.705.140,-

• Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 7.428.584.020,-

b) BMN Ekstrakomptable

• Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 1.640.000,-

15

99

7

10

Subbag TU

Subdit POR

Subdit MKF

Subdit FE

Subdit SOA

8%10%

58%

24%

SMA

D3

S1-Apoteker

S2

Page 54: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

49

• Penambahan : -

• Pengurangan : -

• Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 1.640.000,-

c) BMN Gabungan Intra dan Ekstra

• Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 7.329.698.720,-

• Penambahan : Rp. 805.230.440,-

• Pengurangan : Rp. 704.705.140,-

• Saldo akhir : Rp. 7.430.224.020,-

Page 55: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

50

Page 56: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

51

BAB IV. PENUTUP Pelaksanaan pengukuran kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun

2019 dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan selama tahun

anggaran 2019 yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat

Pelayanan Kefarmasian dan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015 - 2019.

Berdasarkan laporan ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat

Pelayanan Kefarmasian telah mampu merealisasikan kegiatan yang merupakan

penjabaran dari program dan sasaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian, serta

mampu mencapai target ketiga indikator kinerja kegiatan.

Langkah-langkah strategis yang akan ditempuh Direktorat Pelayanan

Kefarmasian pada tahun 2020 untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada

antara lain:

1. Pembentukan centre of excellence pelayanan kefarmasian di rumah sakit;

2. Evaluasi penerapan penggunaan obat sesuai Fornas di rumah sakit;

3. Seminar dan kampanye publik Antimicrobial Awareness Week;

4. Workshop analisis penggunaan obat di rumah sakit;

5. Peningkatan pembinaan dan pengawasan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota di wilayahnya melalui menu dekonsentrasi peningkatan

kapasitas tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten/kota.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dimanfaatkan

untuk bahan evaluasi kinerja direktorat, penyempurnaan dokumen perencanaan,

pelaksanaan program dan kegiatan dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang

diperlukan di masa yang akan datang.

Sinergi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan peningkatan

pelayanan kefarmasian perlu ditingkatkan sehingga terjadi keselarasan dalam

mencapai akuntabilitas kinerja.

Page 57: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

52

LAMPIRAN

1. Perjanjian Kinerja Direktur Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019

Page 58: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

53

Page 59: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

54

Page 60: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

55

2. Contoh Hasil Pengumpulan Data Indikator melalui Google Form

Page 61: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

56

3. Link Google Form Pelaporan Capaian Indikator

Page 62: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

57

4. Surat Penyampaian Laporan Capaian Indikator

Page 63: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

58

Page 64: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

59

Page 65: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

60

Page 66: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

61

Page 67: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

62

5. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Puskesmas yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar

No Provinsi Rawat Inap

Non Rawat Inap

JUMLAH Pelayanan

Kefarmasian %

1 Aceh 147 200 347 324 93.37

2 Sumatera utara 173 398 571 157 27.50

3 Sumatera barat 91 180 271 129 47.60

4 Riau 81 135 216 56 25.93

5 Jambi 78 115 193 179 92.75

6 Sumatera selatan 95 234 329 94 28.57

7 Bengkulu 47 133 180 95 52.78

8 Lampung 119 180 299 235 78.60

9 Kepulauan bangka belitung 21 42 63 57 90.48

10 Kepulauan riau 32 48 80 44 55.00

11 Dki jakarta 30 310 340 201 59.12

12 Jawa barat 186 883 1,069 1050 98.22

13 Jawa tengah 325 555 880 429 48.75

14 Di yogyakarta 43 78 121 116 95.87

15 Jawa timur 527 437 964 444 46.06

16 Banten 56 177 233 151 64.81

17 Bali 35 85 120 120 100.00

18 Nusa tenggara barat 112 50 162 152 93.83

19 Nusa tenggara timur 141 233 374 197 52.67

20 Kalimantan barat 99 142 241 98 40.66

21 Kalimantan tengah 74 123 197 102 51.78

22 Kalimantan selatan 50 182 232 213 91.81

23 Kalimantan timur 96 83 179 140 78.21

24 Kalimantan utara 32 24 56 21 37.50

25 Sulawesi utara 92 101 193 152 78.76

26 Sulawesi tengah 81 116 197 183 92.89

27 Sulawesi selatan 259 193 452 256 56.64

28 Sulawesi tenggara 82 199 281 186 66.19

29 Gorontalo 26 67 93 93 100.00

30 Sulawesi barat 45 49 94 27 28.72

31 Maluku 64 136 200 79 39.50

32 Maluku utara 28 101 129 85 65.89

33 Papua barat 44 113 157 14 8.92

34 Papua 106 290 396 72 18.18

Jumlah 3517 6392 9909 5951 60.06

Page 68: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

63

6. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Rumah Sakit yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar

NO NAMA PROVINSI Jumlah RS Capaian Indikator

Persentase

1 Aceh 32 18 56.25%

2 Sumatera Utara 52 38 73.08%

3 Sumatera Selatan 41 9 21.95%

4 Sumatera Barat 32 28 87.50%

5 Bengkulu 17 12 70.59%

6 Riau 24 16 66.67%

7 Kepulauan Riau 16 7 43.75%

8 Jambi 17 13 76.47%

9 Lampung 20 15 75.00%

10 Kepulauan Bangka Belitung 12 9 75.00%

11 Kalimantan Barat 28 16 57.14%

12 Kalimantan Timur 25 18 72.00%

13 Kalimantan Selatan 23 14 60.87%

14 Kalimantan Tengah 20 13 65.00%

15 Kalimantan Utara 9 2 22.22%

16 Banten 16 10 62.50%

17 DKI Jakarta 57 41 71.93%

18 Jawa Barat 74 72 97.30%

19 Jawa Tengah 77 61 79.22%

20 DI Yogyakarta 14 14 100.00%

21 Jawa Timur 102 98 96.08%

22 Bali 22 18 81.82%

23 Nusa Tenggara Timur 29 10 34.48%

24 Nusa Tenggara Barat 19 10 52.63%

25 Gorontalo 10 5 50.00%

26 Sulawesi Barat 8 5 62.50%

27 Sulawesi Tengah 27 9 33.33%

28 Sulawesi Utara 27 20 74.07%

29 Sulawesi Tenggara 21 20 95.24%

30 Sulawesi Selatan 51 23 45.10%

31 Maluku Utara 16 4 25.00%

32 Maluku 23 4 17.39%

33 Papua Barat 15 3 20.00%

34 Papua 35 5 14.29% Jumlah Total 1011 660 65.28%

Page 69: Laporan akuntabilitas Kinerja · 1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10% 2. Persentase Rumah sakit yang

64

7. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Persentase Kabupaten/kota yang

Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

No Provinsi Jumlah

Kabupaten/ Kota

Jumlah Kabupaten yang 20% Puskesmasnya dengan

Capaian POR minimal 60 %

1 Aceh 23 20

2 Sumatera Utara 33 11

3 Sumatera Barat 19 1

4 Riau 12 2

5 Kepulauan Riau 7 7

6 Jambi 11 6

7 Bengkulu 10 5

8 Sumatera Selatan 17 3

9 Babel 7 5

10 Lampung 15 4

11 Banten 8 1

12 Jawa Barat 27 6

13 DKI Jakarta 6 6

14 Jawa Tengah 35 34

15 DI Yogyakarta 5 2

16 Jawa Timur 38 32

17 Bali 9 9

18 Nusa Tenggara Barat 10 0

19 Nusa Tenggara Timur 22 9

20 Kalimantan Barat 14 14

21 Kalimantan Tengah 14 2

22 Kalimantan Selatan 13 11

23 Kalimantan Timur 10 6

24 Kalimantan Utara 5 0

25 Gorontalo 6 0

26 Sulawesi Utara 15 2

27 Sulawesi Barat 6 6

28 Sulawesi Selatan 24 0

29 Sulawesi Tengah 13 10

30 Sulawesi Tenggara 17 17

31 Maluku 11 1

32 Maluku Utara 10 10

33 Papua 29 0

34 Papua Barat 13 0 Jumlah 514 242