laporan akhir rtrw aceh besar

202
Laporan Akhir i RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR KATA PENGANTAR Kabupaten Aceh Besar Provinsi NAD merupakan salah satu daerah yang terkena bencana tsunami dan gempa, bagian wilayah pesisir dan pantai merupakan bagian yang paling banyak mengalami kerusakan. Namun demikian, secara umum akibat bencana tersebut menimbulkan perubahan pada aspek tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar, sehingga perlu dilakukan penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabuapten Aceh Besar. Perubahan fisik dan lingkungan akibat bencana tsunami di Kabupaten Aceh Besar tersebut menyebabkan pula terjadinya perubahan terhadap faktor sosial dan kemasyarakatan. Dengan demikian dalam penyusunan RTRW Kabupaten ini perlu dilakukan pendekatan rencana tata ruang partisipatif. Kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman Utama ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang dilaksanakan oleh SKS- BRR Tata Ruang, Lingkungan, Pemantauan dan Evaluasi Manfaat bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Aceh Besar dan PT. Virama Karya. Garis besar materi pekerjaan adalah finalisasi dari tujuan dan sasaran, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang serta usulan-usulan program partisipatif sampai akhir tahun rencana yang belum dicapai pada tahap sebelumnya. Laporan Akhir (Rencana) ini merupakan kegiatan tahap IV (terakhir) dari seluruh rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Penyelesaian RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman utama. Laporan Akhir ini berisikan tentang rencana: kebijakan internal dan eksternal/regional, ekonomi dan sektor unggulan, sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya manusia, sistem permukiman, penggunaan lahan, administrasi mekanisme pembangunan dan kelembagaan. Dalam laporan ini dijelaskan tentang rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Aceh Besar berikut dengan indikasi program prioritas pembangunan. Dengan selesainya Penyusunan Laporan Akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Banda Aceh, Desember 2006 Tim Penyusun

Upload: prihanantosa

Post on 29-Dec-2015

781 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

i RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

KATA PENGANTAR Kabupaten Aceh Besar Provinsi NAD merupakan salah satu daerah yang terkena bencana tsunami dan gempa, bagian wilayah pesisir dan pantai merupakan bagian yang paling banyak mengalami kerusakan. Namun demikian, secara umum akibat bencana tersebut menimbulkan perubahan pada aspek tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar, sehingga perlu dilakukan penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabuapten Aceh Besar.

Perubahan fisik dan lingkungan akibat bencana tsunami di Kabupaten Aceh Besar tersebut menyebabkan pula terjadinya perubahan terhadap faktor sosial dan kemasyarakatan. Dengan demikian dalam penyusunan RTRW Kabupaten ini perlu dilakukan pendekatan rencana tata ruang partisipatif.

Kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman Utama ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang dilaksanakan oleh SKS-BRR Tata Ruang, Lingkungan, Pemantauan dan Evaluasi Manfaat bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Aceh Besar dan PT. Virama Karya. Garis besar materi pekerjaan adalah finalisasi dari tujuan dan sasaran, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang serta usulan-usulan program partisipatif sampai akhir tahun rencana yang belum dicapai pada tahap sebelumnya.

Laporan Akhir (Rencana) ini merupakan kegiatan tahap IV (terakhir) dari seluruh rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Penyelesaian RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman utama. Laporan Akhir ini berisikan tentang rencana: kebijakan internal dan eksternal/regional, ekonomi dan sektor unggulan, sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya manusia, sistem permukiman, penggunaan lahan, administrasi mekanisme pembangunan dan kelembagaan. Dalam laporan ini dijelaskan tentang rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Aceh Besar berikut dengan indikasi program prioritas pembangunan.

Dengan selesainya Penyusunan Laporan Akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Banda Aceh, Desember 2006

Tim Penyusun

Page 2: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

ii RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 – 1

1.2. Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah ..................................... 1 – 3

1.3. Azas Rencana Tata Ruang Wilayah .............................................. 1 – 4

1.4. Maksud Dan Tujuan Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar .... 1 – 5

1.4.1. Maksud ............................................................................ 1 – 5

1.4.2. Tujuan ............................................................................. 1 – 5

1.5. Sasaran Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar ....................... 1 – 5

1.6. Fungsi RTRW Kabupaten Aceh Besar ............................................ 1 – 6

1.7. Lingkup Kegiatan dan Lingkup Wilayah ..................................... 1 – 6

1.7.1. Lingkup Kegiatan Pekerjaan ............................................. 1 – 6

1.7.2. Lingkup Wilayah .............................................................. 1 – 7

1.8. Keluaran ..................................................................................... 1 – 7

1.9. Metodologi .................................................................................. 1 – 9

1.9.1. Metode Pendekatan ........................................................... 1 – 9

1.9.2 Tahapan Pelaksanaan Penyusunan RTRW Kab. Aceh Besar ... 1 – 10

1.10. Sistematika Pembahasan ............................................................. 1 – 13

Page 3: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

iii RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENATAAN RUANG

2.1 Kebijakan Pembangunan dan Penataan Ruang .............................. 2 – 1

2.1.1 Program Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Besar ...... 2 – 1

2.1.2 Rencana Strategis Kabupaten Aceh Besar .......................... 2 – 2

2.2 Kebijakan Penataan Ruang ......................................................... 2 – 4

2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ............... 2 – 4

2.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera ................... 2 – 5

2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD ........................ 2 – 8

2.2.4 Kebijakan Kapet Bandar Aceh Darussalam ......................... 2 – 11

2.2.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Sabang ................. 2 – 13

2.2.6 Rencana Pokok Rehabilitasi & Rekonstuksi Untuk

Kota Banda ...................................................................... 2 -16

BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN

KABUPATEN ACEH BESAR

3.1 Potensi Pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar ................ 3 – 1

3.1.1 Posisi Kabupaten Aceh Besar Dalam Konteksi Regional ....... 3 – 1

3.1.2 Potensi Sumber Daya Alam ............................................... 3 – 2

3.1.2.1 Sumberdaya Mineral ............................................ 3 – 2

3.1.2.2 Sumberdaya Lahan.............................................. 3 – 3

3.1.2.3 Sumberdaya Air................................................... 3 – 6

3.1.2.4 Sumberdaya Hutan.............................................. 3 – 6

3.1.2.5 Pariwisata........................................................... 3 – 8

3.1.2.6 Potensi Kelautan dan Pulau Pulau Kecil................. 3 – 9

3.1.3 Potensi Ekonomi Wilayah .................................................. 3-12

3.1.4 Potensi Sumberdaya Manusia ............................................ 3 – 14

3.1.5 Potensi Sumberdaya Buatan ............................................. 3 – 15

3.1.6 Potensi Struktur Ruang Eksisting ....................................... 3 – 16

3.2 Permasalahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar....... 3 – 16

Page 4: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

iv RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

3.2.1 Permasalahan Pengembangan Kabupaten Aceh Besar

Dalam Lingkup Provinsi NAD ............................................. 3 – 17

3.2.2 Permasalahan Pengembangan Kabupaten Aceh Besar

Dalam Lingkup Internal .................................................... 3 – 18

3.2.2.1 Permasalahan Sumber Daya Alam ....................... 3 – 18

3.2.2.2 Permasalahan Ekonomi Wilayah ........................... 3 – 21

3.2.2.3 Permasalahan Sumberdaya Manusia .................... 3 – 23

3.2.2.4 Permasalahan Sumberdaya Buatan ...................... 3 – 23

3.2.2.5 Permasalahan Struktur Ruang ............................. 3 – 24

3.3 Potensi Masalah Wilayah Kecamatan ............................................. 3 – 24

BAB IV PERUMUSAN TUJUAN, KONSEPSI, DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH

4.1 Tujuan Pemanfaatan Ruang Wilayah ............................................ 4 – 1

4.2 Konsep Dasar Pengembangan ...................................................... 4 – 1

4.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Fisik ................................... 4 – 1

4.2.2 Konsep Dasar Pengembangan Ekonomi ............................ 4 – 2

4.2.3 Konsep Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah ............ 4 – 3

4.3 Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah ................................ 4 – 5

4.3.1 Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah ......................... 4 – 5

4.3.2 Strategi Pengembangan Sektor Unggulan dan

Sektor Strategis ............................................................... 4 – 6

4.3.3 Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah ................ 4 – 8

4.3.4 Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung Dan Budidaya ....... 4 – 9

4.3.5 Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah ....................... 4 – 10

4.3.6 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas ........................ 4 – 12

4.3.7 Strategi Mitigasi Bencana .................................................. 4 – 13

4.3.8 Strategi Pengendalian ....................................................... 4 – 21

BAB V RENCANA STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN

5.1 Rencana Struktur Tata Ruang Dan Sistem Kota-kota..................... 5 – 2

Page 5: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

v RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

5.1.1 Rencana Sistem Permukiman ........................................... 5 – 2

5.1.2 Rencana Sistem Kota Dan Hierarki Pusat Pelayanan ......... 5 – 2

5.1.3 Sistem Kota-kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ... .......... 5 – 6

5.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang .............................................. 5 – 10

5.2.1 Rencana Penentuan Kawasan Lindung ................................. 5 – 12

5.2.1.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan pada

Kawasan Bawahnya ............................................... 5 – 12

5.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan

Setempat Dan Kawasan Bencana .......................... 5 – 13

5.2.1.3 Kawasan Suaka Alam ............................................ 5 – 15

5.2.1.4 Kawasan Penyangga ............................................. 5 – 29

5.2.2 Kawasan Budidaya .............................................................. 5 – 33

5.2.2.1 Kawasan Perdesaan ............................................... 5 – 33

5.2.2.2 Kawasan Perkotaan ............................................... 5 – 35

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN

PEMBANGUNAN WILAYAH

6.1 Pengelolaan Dan Pengendalian Kawasan Lindung Dan

Budidaya...... .............................................................................. 6 – 1

6.1.1 Kewenangan Pengelolaan ................................................. 6 – 4

6.1.2 Program Pemanfaatan ...................................................... 6 – 8

6.1.3 Pengawasan .................................................................... 6 – 10

6.1.4 Penertiban ....................................................................... 6 – 11

6.1.5 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang ................ 6 – 11

6.2 Pengelolaan Dan Pengendalian Kawasan Perkotaan Dan

Kawasan Perdesaan ………………………………………………………………. 6 – 13

6.2.1 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Perkotaan Dan

Perdesaan ....................................................................... 6 – 13

6.2.2 Program Pemanfaatan ...................................................... 6 – 14

6.2.3 Pengawasan .................................................................... 6 – 15

6.2.4 Penertiban ....................................................................... 6 – 15

6.3 Mekanisme Pengendalian Pemanfaatan Ruang ............................. 6 – 16

Page 6: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

vi RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

6.3.1 Pengawasan..................................................................... 6 – 16

6.3.1.1 Pelaporan ............................................................ 6 – 16

6.3.1.2 Pemantauan ........................................................ 6 – 17

6.3.1.3 Evaluasi .............................................................. 6 – 21

6.3.2 Prosedur Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang ....... 6 – 24

6.4 Ketentuan Pemanfaatan Ruang ................................................... 6 – 28

6.4.1 Klasifikasi Penggunaan Lahan ............................................. 6 – 28

6.4.2 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang ........................................... 6 – 28

6.4.3 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Untuk Setiap Penggunaan

Lahan ......................................................................... 6 – 30

BAB VII RENCANA PENGEMBANGAN PRASARANA WILAYAH

7.1 Prasarana Trasportasi ................................................................. 7 – 1

7.1.1 Trasportasi Darat ............................................................... 7 – 1

7.1.2 Transportasi Laut, Sungai, Dan Udara ................................ 7 – 7

7.2 Pengembangan Prasarana Pengairan Irigasi ................................ 7 – 9

7.3 Pengembangan Fasilitas Sosial Dan Ekonomi ................................ 7 – 13

7.3.1 Pemerintahan ................................................................... 7 – 13

7.3.2 Kesehatan ........................................................................ 7 – 15

7.3.3 Pendidikan ....................................................................... 7 – 16

7.3.4 Peribadatan ..................................................................... 7 – 20

7.3.5 Perdagangan ................................................................... 7 – 22

7.3.6 Komunikasi ...................................................................... 7 – 22

7.3.7 Pengembangan Sistem Utilitas .......................................... 7 – 23

7.3.7.1 Air Bersih ............................................................ 7 – 23

7.3.7.2 Listrik .................................................................. 7 – 29

7.3.7.3 Telepon ................................................................ 7 – 30

7.3.7.4 Limbah Dan Sampah ............................................. 7 – 34

7.3.7.5 Drainase .............................................................. 7 – 38

BAB VIII RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR,UDARA, HUTAN

Page 7: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

vii RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

8.1 Rencana Penatagunaan Tanah .................................................... 8 – 1

8.1.1 Rencana Penatagunaan Tanah Di Kawasan Lindung ............ 8 – 2

8.1.2 Rencana Penatagunaan Tanah Di Kawasan Budidaya .......... 8 – 2

8.2 Rencana Penatagunaan Air ........................................................ 8 – 3

8.3 Rencana Penatagunaan Udara ..................................................... 8 – 3

8.4 Rencana Penatagunaan Hutan ..................................................... 8 – 4

BAB IX RENCANA SISTEM KEGIATAN PEMBANGUNAN

9.1 Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan ...................................... 9 – 1

9.1.1 Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan ....................... 9 – 1

9.1.2 Indikasi Program Pembangunan ....................................... 9 – 4

BAB X KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

10.1 Kesimpulan ............................................................................... 10 – 1

10.2 Rekomendasi .............................................................................. 10 – 3

10.2.1 Perbaikan Lahan Pertanian ................................................ 10 – 3

10.2.2 Pemupukan N, P, K ........................................................... 10 – 4

10.2.3 Agroekosistem Kedelai Kipas Putih ..................................... 10 – 5

10.2.4 Penanaman Pisang Cavendish ........................................... 10 – 6

10.2.5 Penanaman Kelapa Sawit .................................................. 10 – 6

10.2.6 Hasil Hutan Non Kayu ....................................................... 10 – 7

Page 8: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

viii RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengembangan Kawasan Andalan, Sektor Unggulan dan Pusat

Permukiman di Provinsi NAD ...................................................... 2 – 5

Tabel 2.2 Luas Kawasan Lindung & Kawasan Budidaya di Kab. Aceh Besar ... 2 – 10

Tabel 3.1 Kesesuaian Lahan Untuk 3 Tipe Penggunaan Lahan Pertanian ....... 3 – 4

Tabel 3.2 Potensi Obyek Wisata Pantai, Wisata Alam, dan Wisata Sejarah

di Kabupaten Aceh Besar ............................................................. 3 – 8

Tabel 3.3 Potensi & Masalah Tiap2 Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar ...... 3 – 26

Tabel 5.1 Identifikasi Sistem Kota-kota Berdasarkan Kelengkapan

Fasilitas Kawasan Perkotaan ........................................................ 5 – 3

Tabel 5.2 Interaksi Sistem Kota Wilayah Kabupaten Aceh Besar .................... 5 – 7

Tabel 5.3 Klasifikasi Sistem Kota Berdasarkan Penduduk Pendukung

Tahun 2016........ ........................................................................ 5 – 8

Tabel 5.4 Klasifikasi Kelerengan .................................................................. 5 – 10

Tabel 5.5 Klasifikasi Jenis dan Kepekaan Tanah ........................................... 5 – 11

Tabel 5.6 Intensitas Hujan Harian Rata-rata ................................................ 5 – 11

Tabel 5.7 Cathment Area dan Debit Air Permukaan Kabupaten Aceh Besar .... 5 – 14

Tabel 5.8 Matriks Dan Jenis Kriteria Kawasan Lindung .................................. 5 – 17

Tabel 5.9 Rencana Penetapan Kawasan Lindung .......................................... 5 – 26

Tabel 5.10 Matriks Jenis dan Kriteria Kawasan Budidaya ................................ 5 – 38

Tabel 5.11 Rencana Penetapan Kawasan Budidaya ........................................ 5 – 39

Tabel 5.12 Rencana Pemanfaatan Lahan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016 .. 5 – 43

Tabel 6.1 Wewenang Pengelolaan Kawasan Lindung di Kabupaten

Aceh Besar….. ........................................................................... 6 – 6

Tabel 6.2 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Budidaya di Kabupaten

Aceh Besar ............................................................................... 6 – 9

Tabel 6.3 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan ...... 6 – 14

Tabel 6.4 Kegiatan Pelaporan Perubahan Pemanfaatan Ruang ...................... 6 – 20

Page 9: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

ix RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

Tabel 6.5 Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang ............... 6 – 23

Tabel 6.6 Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang ...................... 6 – 24

Tabel 6.7 Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang (Sanksi

Administratif) .............................................................................. 6 – 26

Tabel 6.8 Alternatif Bentuk Penertiban ........................................................ 6 – 27

Tabel 6.9 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar ...... 6 – 28

Tabel 6.10 Pemanfaatan Ruang Kabupaten Aceh Besar .................................. 6 – 29

Tabel 6.11 Deskripsi Indikator Pemanfaatan Ruang ....................................... 6 – 30

Tabel 6.12 Matriks Pemanfaatan Ruang Untuk Guna Lahan ............................ 6 – 32

Tabel 7.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Tahun 2016 ..................... 7 – 5

Tabel 7.2 Arus Lalu-lintas Udara Bandara Sultan Iskandar Muda 2004 ........... 7 – 8

Tabel 7.3 Kapasitas Dan Jumlah Penumpang Pesawat Bandara Sultan

Iskandar Muda Tahun 1997 - 2004 .............................................. 7 – 9

Tabel 7.4 Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 17

Tabel 7.5 Kebutuhan Fasilitas Kesahatan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 18

Tabel 7.6 Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 19

Tabel 7.7 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 21

Tabel 7.8 Kebutuhan Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 24

Tabel 7.9 Kebutuhan Fasilitas Komunikasi di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011, Dan Tahun 2016 ..................................................... 7 – 25

Tabel 7.10 Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011 Dan Tahun 2016 ...................................................... 7 – 28

Tabel 7.11 Kebutuhan Listrik di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 dan

Tahun 2016. ....................................................................... 7 – 32

Tabel 7.12 Kebutuhan Telepon di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011 dan Tahun 2016 ....................................................... 7 – 33

Tabel 7.13 Rencana Timbulan Sampah di Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2011 dan Tahun 2016 ....................................................... 7 – 37

Tabel 9.1 Indikasi Program Pembangunan Kabupaten Aceh Besar Dan

Page 10: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

x RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

Pemukiman Utama Tahun 2007 – 2011 ...................................... 9 – 5

Tabel 10.1 Tingkat Salinitas (ECa) Lahan Sawah Terkena Tsunami Pada

Beberapa Lokasi Di Kabupaten Aceh Besar .................................. 10 – 2

Tabel 10.2 Rekomendasi Pemupukan N, P, K Pada Padi Sawah Di

Kabupaten Aceh Besar................................................................ 10 – 5

Tabel 10.3 Kondisi Fisik Lahan Untuk Kelapa Sawit ....................................... 10 – 7

Page 11: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

xi RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan RTRW Kabupaten

Aceh Besar............ ..................................................................... 1 – 12

Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang Nasional ......................................... 2 – 6

Gambar 2.2 Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Nasional ......................... 2 – 7

Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Pulau Sumatera ............................. 2 – 9

Gambar 2.4 Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kawasan Sabang .............. 2 – 15

Gambar 2.5 Peta Konsep Sistem Metropolitan Banda Aceh .............................. 2 – 19

Gambar 2.6 Peta Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang Metropolitan Banda Aceh 2 – 20

Gambar 3.1 Peta Kesesuaian Lahan utk 3 Tipe Penggunaan Lahan Pertanian .... 3 – 5

Gambar 3.2 Peta Fungsi Hutan Kabupaten Aceh Besar ................................. 3 – 7

Gambar 3.3 Peta Perwilayahan Komoditi di Kabupaten Aceh Besar................... 3 - 13

Gambar 4.1 Perbandingan Nilai PDRB Kota Sabang, Kota Banda Aceh,

Dan Kabupaten Aceh Besar ......................................................... 4 – 4

Gambar 4.2 Beberapa Contoh Antisipasi Bencana Tsunami .............................. 4 – 15

Gambar 4.3 Contoh Pengembangan Fisik Bangunan Kawasan Pesisir ............... 4 – 16

Gambar 4.4 Contoh Escape Hill . .................................................................... 4 – 20

Gambar 4.5 Peta Mitigasi Bencana ................................................................. 4 – 22

Gambar 5.1 Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Aceh Besar ........... 5 – 9

Gambar 5.2 Peta Kesesuaian Kawasan Lindung Kabupaten Aceh Besar ............. 5 – 27

Gambar 5.3 Peta Rencana Penetapan Kawasan Lindung Kabupaten Aceh Besar 5 – 28

Gambar 5.4 Peta Kesesuaian Kawasan Penyangga Kabupaten Aceh Besar ....... 5 – 31

Gambar 5.5 Peta Penetapan Kawasan Penyangga Kabupaten Aceh Besar ......... 5 – 32

Gambar 5.6 Peta Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Besar ............................ 5 – 42

Gambar 5.7 Peta Kesesuaian Pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar .. 5 – 44

Gambar 5.8 Peta Rencana Pola Pemanfaatan Lahan Kabupaten Aceh Besar ..... 5 – 45

Gambar 6.1 Proses Pengawasan Pemanfaatan Ruang ...................................... 6 – 18

Gambar 6.2 Proses Pelaporan Perubahan Pemanfaatan Ruang ......................... 6 – 19

Gambar 7.1 Peta Rencana Pengembangan Transportasi Darat Kabupaten

Aceh Besar ................................................................................. 7 – 6

Gambar 7.2 Rencana Pengembangan Transportasi Laut Dan Udara

Page 12: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

xii RENCAN A TAT A RU ANG WILAY AH K ABUPATEN ACEH BESAR

Kabupaten Aceh Besar ............................................................... 7 – 10

Gambar 7.3 Sistem Besawah Berdasarkan Adat Wilayah Aceh .......................... 7 – 12

Gambar 7.4 Peta Pengembangan Irigasi Kabupaten Aceh Besar ...................... 7 – 14

Gambar 7.5 Peta Pengembangan Prasarana Air Bersih Kabupaten Aceh Besar . 7 – 27

Gambar 7.6 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Listrik ............................... 7 – 31

Gambar 7.7 Peta Rencana Pengembangan Persampahan Kabupaten

Aceh Besar dan Kota Banda Aceh ................................................ 7 – 36

Page 13: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Bab 1PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 di

Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

dan gempa bumi lanjutan pada tanggal 28 Maret 2005 terutama di Kepulauan Nias Provinsi

Sumatera Utara telah mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan yang luar biasa di berbagai

aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Wilayah yang terkena dampak bencana

alam gempa bumi dan gelombang tsunami, sangat mendesak untuk segera ditangani, guna

mengembalikan kondisi psikologis penduduk, kehidupan sosial ekonomi dan pemerintahan

melalui usaha-usaha rehabilitasi dan rekonstruksi.

Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa yang

ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 untuk membentuk

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Propinsi NAD dan

Kepulauan Nias Propinsi Sumatera Utara, serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005

tentang Rencana induk rehabilitasi dan Rekonstruksi wilayah dan Kehidupan Masyarakat

Propinsi NAD dan Kepulauan Nias Propinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses

percepatan tersebut. Rencana induk ini merupakan dasar perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan.

Tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias pasca bencana tsunami dan gempa bumi

adalah membangun kembali wilayah, kota, desa, kawasan, dan lingkungan permukiman

yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga masyarakat dapat segera

melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.

Hal. 1 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 14: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Kebijakan dan strategi penataan ruang dan pertanahan, sebagaimana dijelaskan secara

detail dalam Lampiran 2 dari Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi, memberikan

gambaran konsep dan skenario penataan ruang, dan memberikan arahan pola serta struktur

tata ruang wilayah Propinsi NAD dan Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi NAD dan di

Kepulauan Nias. Arahan pola dan struktur tata ruang wilayah pada masing-masing wilayah

Kabupaten dan kota yang telah disusun perlu ditindaklanjuti dengan penyiapan Rencana

Umum Tata Ruang bagi kawasan permukiman utamanya.

Salah satu kabupaten di wilayah NAD yang mengalami kerusakan akibat tsunami adalah

Kabupaten Aceh Besar. Rencana pola dan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar

meliputi seluruh wilayah kabupaten termasuk kawasan permukiman utama. Oleh karena itu,

secara fungsional diperlukan penjabaran dari skenario dan arahan penataan ruang dari

Rencana Induk menjadi sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Aceh

Besar.

Sebagaimana diamanatkan pada pasal 22 ayat 3 UU No. 24 Tahun 1992, RTRW

Kabupaten/Kota menjadi pedoman untuk penyusunan rencana detail tata ruang di

Kabupaten/Kota. Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota pada hakekatnya merupakan strategi

dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang berisikan : (a) Penetapan

kawasan lindung dan kawasan budidaya; (b) Pengelolaan kawasan Perkotaan, kawasan

pedesaan, dan kawasan tertentu; (c) Sistem kegiatan pembangunan dan sistem perdesaan

dan perkotaan; (d) Sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan

prasarana pengelolaan lingkungan, dan (e) penatagunaan sumber daya alam lainnya, serta

memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

RTRW Kabupaten/Kota menjadi pedoman untuk : (a) Perumusan kebijaksanaan pokok

pemenfaatan ruang di wilayah kabupaten/kota; (b) Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan,

dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar

sektor; (c) Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat; (d)

Penyusunan rencana rinci tata ruang di kabupaten/kota, dan (e) Pelaksanaan pembangunan

dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan.

Hal. 1 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 15: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

1.2 PENGERTIAN TATA RUANG WILAYAH

Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah

ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang, wilayah, kawasan

llindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu.

a. Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara

sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan

melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

b. Tata Ruang

Tata ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan

maupun tidak direncanakan.

c. Penataan Ruang

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian ruang.

d. Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang.

Adapun yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur

pembentuk lingkungan secara hirarkis dan saling berhubungan satu dengan lainnya,

sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air,

udara, dan sumber daya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya.

e. Wilayah

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait

padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau

aspek fungsional.

f. Kawasan

Kawasan adalah satuan ruang wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu.

g. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.

Hal. 1 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 16: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

h. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya buatan.

i. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

j. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi.

k. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai

strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.

1.3 AZAS RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Azas penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Besar berdasarkan azas :

a. Keadilan

Penataan ruang wilayah harus dapat menjamin keadilan untuk semua kepentingan

masyarakat dan dunia usaha secara adil dengan berbasis pada masyarakat

b. Terpadu

Penantaan ruang wilayah merupakan suatu kesatuan dari berbagai kegiatan

pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh serta mencakup

antara lain pertimbangan waktu, modal, optimasi daya dukung lingkungan dan kondisi

geo-politik

c. Berdayaguna dan Berhasil Guna

Penataan ruang wilayah harus dapat mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan

potensi yang ada dan fungsi ruang.

d. Serasi, Selaras dan Seimbang

Penataan ruang wilayah dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan

kesimbangan sturktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah.

Hal. 1 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 17: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

e. Berkelanjutan

Penataan ruang wilayah menjamin kelestarian kemampuan daya dukung

sumberdaya alam dengan memperhatikan kepentingan masa mendatang.

f. Keterbukaan

Setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan

tata ruang serta proses yang ditempuh dalam penataan ruang.

1.4 MAKSUD & TUJUAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN ACEH BESAR

1.4.1 Maksud

Maksud pekerjaan penyusunan ini adalah membantu menyusun acuan bagi Pemerintah

Daerah dalam melaksanakan program-program pembangunan sebagai wujud operasional

dari Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi, sekaligus juga dengan mempromosikan

perencanaan yang berorientasi pada tradisi pembelajaran sosial dan alih tehnologi.

1.4.2 Tujuan

Tujuan dari pekerjaan penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman

Utama adalah :

1. Mewujudkan optimasi dan sinergi pemanfaatan ruang wilayah secara berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan

nasional.

2. Menciptakan keserasian dan keseimbangan antar wilayah, antar kawasan dan antar

sektor pembangunan.

3. Menciptakan keterpaduan program-program pembangunan wilayah

4. Mendorong minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kab. Aceh Besar.

1.5 SASARAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN ACEH BESAR

Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Tersusunnya RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Kawasan Permukiman utama;

Hal. 1 - 5PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 18: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

2. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Aceh Besar baik yang dilakukan oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat;

3. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

4. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah

Kabupaten Aceh Besar;

5. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten Aceh

Besar;

6. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

1.6 FUNGSI RTRW KABUPATEN ACEH BESAR

Fungsi dari RTRW Kabupaten Aceh Besar adalah:

Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah;

Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Aceh

Besar;

Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah

kabupaten dan antar kawasan serta keserasian antar sektor;

Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat

dan swasta;

Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan;

Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang;

Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.

1.7 LINGKUP KEGIATAN DAN LINGKUP WILAYAH

1.7.1 Lingkup Kegiatan Pekerjaan

Lingkup Kegiatannya mencakup :

1. Melakukan survey dan kompilasi data pada Dinas, Badan dan Instansi Pemerintah

Daerah Kabupaten Aceh Besar serta penjaringan aspirasi masyarakat. Pengumpulan

data, dilakukan dengan survey primer (observasi lapangan, wawancara, penyebaran

kuesioner) dan survey sekunder kepada seluruh instansi-instansi terkait.

Hal. 1 - 6PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 19: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

2. Untuk peta-peta dengan ketelitian tinggi dilakukan survey lapangan (Ground survey

dengan GPS) dan mengacu pada Peta Bakosurtanal yang dapat diperoleh pada Tim

Geo-Spatial BRR.

3. Melakukan analisis terhadap berbagai data dan informasi yang sudah didapatkan.

4. Menyusun konsepsi dan strategi rencana dengan sudah memperhatikan arahan dalam

Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

5. Menyusun RTRW Kabupaten Aceh Besar

6. Menyusun Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang

Kabupaten Aceh Besar.

7. Sosialisasi produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten pada tingkat Kabupaten

dan Kecamatan.

1.7.2 Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten

Aceh Besar. RTRW Kabupaten Aceh Besar dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan

ketelitian atau skala petanya, yakni 1 : 100.000 berjangka waktu perencanaan 10 tahun. Unit

analisis yang digunakan di dalam penyusunan RTRW Kabupaten ini adalah unit kecamatan

sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan

sekunder.

1.8 KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman kepada Keputusan

Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang

Penataan Ruang. Keluaran dari pekerjaan ini adalah :

SATU SET BUKU LAPORAN RENCANA TATA RUANG DAN DRAFT QANUN yang berisi :

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar yang berisi :

1. Tujuan pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

pertahanan keamanan.

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang

Hal. 1 - 7PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 20: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

• Struktur pemanfaatan ruang meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah seperti

sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman,

hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan

arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan kelas terminal.

• Pola pemanfaatan ruang memuat delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan

sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan

budidaya dan delineasi kawasan lindung.

3. Rencana Pengelolaan Wilayah Kabupaten :

• Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya

• Rencana pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan kawasan tertentu.

• Rencana sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan,

dan prasarana pengelolaan lingkungan.

• Rencana Penatagunaan tanah, air, udara, hutan, dan SDA lainnya.

• Rencana sistem kegiatan pembangunan

• Rencana pengembangan ekonomi/investasi wilayah kabupaten.

B. Proceeding Penyelengaaraan Sosialisasi Penataan Ruang Kabupaten

C. Rekaman/dokumentasi proses konsultansi publik/stakeholders (bisa berupa Proceeding

penyelenggaraan sosialisasi penataan ruang kabupaten , proses FGD, dll.)

D. Ringkasan/Executive Summary RTRW Kabupaten Aceh Besar

E. Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Tata Ruang wilayah Kabupaten .

Produk akhir dari penyusunan rencana tata ruang, terdiri dari :

1. Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

2. Buku Fakta dan Analisa (Laporan Antara).

3. Album Peta

Hal. 1 - 8PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 21: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

1.9 METODOLOGI

1.9.1 Metode Pendekatan

Kabupaten Aceh Besar mempunyai wilayah daratan, pegunungan, peraian laut dan pulau

pulau kecil, dimana wilayah sekitar pantai telah terkena bencana tsunami dan gempa yang

mengalami kerusakan yang berat. Untuk itu, metode pendekatan penyusunan RTRW

Kabupaten Aceh Besar mencakup pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan

masyarakat, berorientasi pada lingkungan, penataan ruang yang partisipatif dan pendekatan

pertumbuhan ekonomi.

a. Berorientasi Pada Kesjahteraan Masyarakat

Pengembangan wilayah ditujukan untuk memberikan hasil yang sebesar besarnya dan

bermanfaaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan dapat

dikembangkan melalui :

• Pembangunan Aceh dan Kabupaten/Kota dilaksanakan secara berkelanjutan yang

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran rakyat (UU Republik

Indonesia No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, Pasal 143 Ayat 1)

• Pengaturan pemanfaatan ruang yang adil untuk masyarakat golongan atas,

menengah dan kecil

• Adanya kemitraan kerja yang saling mendukung serta tetap memelihara kualitas

ruang

b. Penataan Ruang Yang Partisipatif

Pelaksanaan penataan ruang yang partisipatif seperti yang diamanatkan dalam UU

Republik Indonesia No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh adalah :

• Masyarakat berhak terlibat untuk memberikan masukan secara lisan maupun

tertulis tentang penyusunan perencanaan pembangunan Aceh dan

Kabupaten/Kota melalui penjaringan aspirasi dari bawah (Pasal 141 ayat 3).

• Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan maupun tertulis dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang Aceh dan

Kabupaten/Kota (Pasal 142 ayat 5).

• Masyarakat berhak mendapatkan informasi tata ruang yang sudah ditetapkan

Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota (Pasal 143 ayat 4).

Hal. 1 - 9PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 22: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

• Masyarakat berhak untuk terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan

hidup (Pasal 148 ayat 2).

c. Berorientasi pada lingkungan

• Penataan ruang menjamin kelestarian kemampuan daya dukung sumber daya

alam dan pemanfaatan ruang

• Pengeloaan ditekankan pada upaya untuk menjaga keseimbangan antara

pemanfaatan dan pelestarian wilayah tersebut.

• Pemanfaatan ruang menghindari konflik pemanfaatan sumberdaya yang dapat

merusak lingkungan

• Pengembangan antar wilayah dan antar kawasan lain perlu diselaraskan dengan

memperhatikan daya dukung sumberdaya yang ada, sehingga dapat mewujudkan

keselarasan perkembangan antar wilayah dan antar kawasan.

d. Pertumbuhan ekonomi

• Pemanfaatan ruang wilayah dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan

ruang

• Kegiatan ekonomi pada kawasan yang akan dikembangkan bertujuan untuk

memenuhi konsumsi masyarakat, tapi juga berorientasi pada pasar internasional

• Pemanfaatan ruang yang dilakukan diarahkan juga untuk memberikan nilai

tambah terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

1.9.2 Tahapan Pelaksanaan Penyusunan RTRW Kab. Aceh Besar

Pada garis besarnya tahapan pelaksanaan penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar dibagi

dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu : persiapan, pengumpulan data dan informasi,

analisis, rumusan strategi serta rencana seperti terlihat pada Gambar 1.1 serta uraiannya

sebagai berikut :

a. Persiapan

Kegiatan awal dalam pekerjaan ini adalah persiapan, dimana dalam persiapan ini

dilakukan penyiapan isu awal permasalahan, penyusunan metodologi serta pembuatan

rencana kerja. Penyiapan ini dituangkan dalam Laporan Pendahuluan dan didiskusikan

terhadap pihak yang terkait.

Hal. 1 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 23: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 1 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

b. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan survei primer dan survei

sekunder. Survei primer dilakukan dengan observasi fisik, diskusi instansi terkait dan

wawancara masyarakat. Adapun survei sekunder dilakukan dengan pencarian data

instansional seperti data: Kebijakan pembangunan, sosial ekonomi, sumber daya alam,

sumber daya buatan, sumber daya manusia, penggunaan lahan, pembiayaan

pembangunan, kelembagaan dan lain lain. Data data yang diperoleh baik dari data

primer maupun data sekunder selanjutnya dilakukan seleksi data dan kompilasi data.

c. Analisis

Berdasarkan hasil data yang diperoleh serta hasil dari pekerjaan review/evaluasi RTRW

Kab. Aceh Besar sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisis meliputi analisis :

kebijakan internal dan eksternal/regional, ekonomi dan sektor unggulan, sumber daya

alam, sumberdaya buatan, sumberdaya manusia, sistem permukiman, analisis

penggunaan lahan, pembiayaan pembangunan, kelembagaan serta analisis mitigasi

bencana.

d. Rumusan Strategi

Hasil dari analisis kemudian dilakukan identifikasi potensi dan masalah yang selanjutnya

dibuat rumusan startegi tata ruang Kabupaten Aceh Besar, meliputi strategi : kawasan

lindung dan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan prioritas,

sistem permukiman perdesaan dan perkotaan, pengembangan sarana dan prasarana

wilayah, pengembangan kawasan prioritas, pemanfaatan ruang, pengendalian

pemanfaatan ruang serta strategi mitigasi bencana.

e. Rencana

Dari rumusan strategi yang dibuat, maka selanjutnya dibuat rencana meliputi rencana :

zonasi dan mitigasi bencana, struktur dan pola pemanfaatan ruang, pengelolaan

kawasan lindung dan budidaya, pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan dan

kawasan prioritas, sistem prasarana wilayah, penatagunaan tanah, udara, hutan dan

sumber alam lainnya serta rencana sistem kegiatan pembangunan.

Page 24: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

aporan Akhir

Hal 1 - 12

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 1.1 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar

L

Page 25: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

1.10 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan penyusunan buku Laporan Akhir penyusunan RTRW Kabupaten

Aceh Besar ini terbagi dalam beberapa bab yang diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan dan sasaran,

lingkup kegiatan dan wilayah, keluaran, metodologi dan sistematika pembahasan.

BAB 2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENATAAN RUANG

Membahas tentang kebijakan-kebijakan pembangunan di Kabupaten Aceh Besar

serta penataan ruang ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota antara lain:

RTRW Nasional, RTRW Provinsi NAD, Kapet Bandar Aceh Darussalam serta

Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Banda Aceh.

BAB 3 POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN KABUPATEN

ACEH BESAR

Menguraikan tentang potensi dan permasalahan pengembangan wilayah di

Kabupaten Aceh Besar maupun ditiap-tiap kecamatan menyangkut perekonomian

wilayah, sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan

(infrastruktur).

BAB 4 PERUMUSAN TUJUAN, KONSEPSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TATA

RUANG WILAYAH

Menjelaskan tujuan pemanfaatan ruang wilayah, kebijakan dasar pengembangan,

strategi pengembangan tata ruang wilayah yang menyangkut : Strategi

pengembangan ekonomi wilayah, sektor unggulan dan sektor stategis,

pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, struktur tata ruang dan sistem

permukiman, pengembangan prasarana wilayah, pengembangan kawasan

prioritas serta strategi mitigasi bencana.

Hal 1 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 26: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

BAB 5 RENCANA STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN

Membahas rencana struktur ruang yang menyangkut rencana sistem kota kota,

rencana sistem pengembangan wilayah pelayanan. Selain itu membahas rencana

pola pemanfaatan ruang yang menguraikan kawasan lindung dan kawasan

budidaya.

BAB 6 RENCANA PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

WILAYAH

Menjelaskan pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung dan budidaya,

kawasan perdesaan dan perkotaan yang dijabarkan dalam pengembangan

kelembagaan, program pemanfaatan, pengawasan dan penertiban.

BAB 7 RENCANA PENGEMBANGAN PRASARANA WILAYAH

Membahas prasarana transportasi, prasarana pengairan irigasi, prasarana sosial

ekonomi, pengembangan sistem utilitas yang mencakup: air bersih, listrik dan

energi, telepon dan telekomunikasi , drainase dan sistem limbah, persampahan.

BAB 8 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, DAN HUTAN

Membahas tentang penguasaan dan pemanfaatan penatagunaan Tanah, Air,

Udara, dan Hutan.

BAB 9 RENCANA SISTEM KEGIATAN PEMBANGUNAN

Membahas indikasi kawasan prioritas pembangunan serta indikasi program

pembangunan di Kabupaten Aceh Besar.

BAB 10 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi terutama yang menyangkut

kajian yang tidak termaktub dalam subtansi RTRW Kabupaten Aceh Besar.

Hal 1 - 14PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AW AS AN PERMUKIMAN UT AM A

Page 27: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Bab 2KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN

PENATAAN RUANG

2.1 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

2.1.1 Program Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Besar

A. Visi dan Misi Pembangunan Daerah

Visi pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2001 – 2005 adalah

“Terwujudnya masyarakat Kabupaten Aceh Besar yang aman, sejahtera, dan

sadar hukum melalui pemerintahan yang baik berlandaskan syariat islam, adat

istiadat, yang berilmu pengetahuan dan teknologi”

Misi pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Besar diuraikan sebagai berikut :

1. Berupaya menjamin kondisi daerah yang aman, damai tertib dan diiringi kehidupan

masyarakat yang tentram.

2. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap

pengaruh globalisasi.

3. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah, terutama pengusaha

kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan

yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan berbasis pada

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya

saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

4. Mewujudkan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan

yang layak dan bermartabat untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Page 28: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

5. Mewujudkan sistem hukum yang menjamin tegaknya supermasi hukum dan

penghargaan HAM berlandaskan keadilan dan kebenaran, dengan tetap menjunjung

tinggi Pancasila sebagai azas negara

6. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan

pertumbuhan

7. Menegakkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat berbangsa

dan bernegara

8. Menjunjung tinggi Pancasila sebagai azas negara

9. Mewujudkan aparatur daerah yang profesional dalam menjalankan fungsi pelayanan

masyarakat serta berdaya guna, produktif dan bebas dari KKN

10. Mengamalkan Agama Islam secara utuh dalam kehidupan masyarakat sehari hari yang

harmonis, toleran, rukun dan damai antar sesama dan antar umat beragama

11. Menghidupkan kembali adat istiadat dan nilai nilai luhur dalam masyarakat sebagai

pedoman hidup sehari hari

12. Melestarikan budaya Aceh Besar sebagai bagian dari budaya NAD untuk menjadi budaya

nasional

13. Menggali dan mengembangkan adat dan budaya Aceh Besar dalam rangka memperkaya

khasanah budaya bangsa

14. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan di daerah yang bermutu guna membentuk

peserta didik yang berakhlak mulia, inovatif, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggung

jawab, terampil serta mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Agenda Pembangunan

Rumusan agenda pokok pembangunan sebagai berikut:

1. Membina sistem politik yang demokratis serta mewujudkan keamanan daerah

2. Menegakkan supermasi hukum dan mewujudkan pemerintahan daerah yang bersih

3. Mengupayakan pemulihan ekonomi daerah

4. Mewujudkan kesejahteraan rakyat dan membina ketahanan budaya

5. Meningkatkan kapasitas daerah dan masyarakat

2.1.2 Rencana Starategis Kabupaten Aceh Besar

Rencana Strategis Kabupaten Aceh Besar tahun 2001 – 2005 diwujukan dalam program dan

kegiatan pada masing masing Badan/Dinas/Kantor dilingkungan instansi Pemerintah

Page 29: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Kabupaten Aceh Besar. Program – program yang berkaitan dengan Penyusunan Rencana

Tata Ruang Kabupaten Aceh Besar antara lain :

1. Program Penataan Ruang

• Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten

• Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan

• Rencana Studi Kelayakan Keberadaan Kota Jantho

2. Program Pembangunan Ekonomi

• Program dan kegiatan pembangunan bidang industri dan perdagangan

• Program pembangunan pertanian rakyat terpadu (pertanian tanaman pangan dan

holtikultura)

• Program pembangunan bidang perkebunan

• Program pembangunan bidang perikanan dan kelautan

• Program pembangunan bidang peternakan

• Program pembangunan bidang kehutanan

• Program pembangunan bidang pertambangan dan energi

3. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana

• Program pengembangan sumber daya air

• Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi

• Program pembangunan jalan dan jembatan

• Program peningkatan/penggantian jalan dan jembatan

• Program penyehatan lingkungan dan permukiman

4. Program Pembangunan Perhubungan dan Pariwisata

• Program pembangunan bidang perhubungan

• Program pembangunan bidang kebudayaan dan pariwisata

5. Program Pembangunan Fasilitas

• Program pembangunan bidang kesehatan

• Program pembangunan bidang pendidikan

• Program pembangunan bidang peribadatan

• Program pembangunan bidang perdagangan

• Program pembangunan bidang telekomunikasi

Page 30: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

2.2 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Nasional merupakan acuan bagi penataan ruang daerah tingkat

bawahnya dan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah serta

masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program

pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang.

Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional tahun 2006 telah ditetapkan beberapa pusat pertumbuhan wilayah Di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terbagi dalam empat kawasan andalan dengan

sektor unggulan sebagai sektor penggerak pertumbuhan ekonomi (lihat Tabel 2.1).

Kawasan andalan ini didukung oleh sumber daya alam yang tersedia serta sistem

transportasi, baik darat, laut dan udara pada masing-masing kawasan tersebut.

Guna mendukung program pengembangan kawasan andalan ini juga telah direncanakan

jalur jalan nasional sepanjang Pulau Sumatera. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

sendiri adalah jalan pantai timur dimulai dari perbatasan Aceh - Sumatera Utara melalui

Lhokseumawe sampai ke Banda Aceh. Kemudian jalur jalan Pantai Barat mulai dari

perbatasan Aceh - Sumatera Utara melalui Tapaktuan - Meulaboh sampai ke Banda Aceh.

Dan jalur jalan tengah provinsi mulai dari perbatasan Aceh - Sumatera Utara melalui

Kutacane - Takengon sampai ke Banda Aceh (lihat Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur

Ruang Nasional). Dalam rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

terdapat kawasan hutan lindung, hutan konservasi (hutan suaka alam dan pelestarian alam)

serta kawasan budidaya ( lihat Gambar 2.2).

Kabupaten Aceh Besar Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), merupakan

hinterland (daerah belakang) dari kawasan andalan Banda Aceh dan sekitarnya dengan

sektor unggulan : pertanian, pariwisata dan industri. Sementara Bandar Udara Iskandar

Muda yang terletak di Kabupaten Aceh Besar termasuk kategori pusat penyebaran tersier.

Page 31: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 5PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 2.1

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN, SEKTOR UNGGULAN DAN PUSAT PERMUKIMAN

DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Kawasan Andalan

Sektor Unggulan

Pusat Permukiman

Wilayah Sungai Nasional

Pelabuhan

Bandar Udara

Pusat

Kegiatan Nasional

(PKN)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kw. Banda Aceh dsk

Pertanian

Pariwisata

Industri

- Banda Aceh

- Sabang

- Meulaboh

Pase – Peusangan

Jambo Aye

Tamiyang – Langsa

Singkulat – Tripa

Singkil

Sabang dan Lhokseumawe (Pelabuhan Internasional)

Meulaboh,

Malahayati

(Pelabuhan Nasional)

Sultan Iskandar Muda (Bandara Internasional/Pusat penyebaran primer)

Kw. Lhokseumawe dsk

Industri

Pertanian

Pertambangan

Perikanan

Perkebunan

Lhokseumawe

Kw. Pantai Barat Selatan

Pertanian

Perikanan

Pertambangan

Perkebunan

Kw. Andalan Laut Lhokseumawe

Perikanan

Pertambangan

Sumber: - Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Tahun 2006 - Hasil Kesepakatan RTRWP NAD di Langsa, Tahun 2006.

2.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera

Rencana Tata Ruang Pulau adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan kawasan baik

di ruang daratan, ruang lautan dan di ruang udara sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional di wilayah pulau. Tujuan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera ini adalah

memberikan landasan keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas provinsi dan lintas

sektor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang optimal.

Struktur ruang wilayah sumatera sebagaimana dijelaskan dalam Rancangan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Page 32: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 6PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.1

Peta Rencana Struktur Ruang Nasional

Page 33: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 7PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.2

Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Nasional

Page 34: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 8PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Sumatera pada dasarnya dibentuk oleh pengembangan jaringan jalan lintas timur,

pengembangan jaringan jalan lintas tengah, pengembangan jaringan jalan lintas barat dan

pengembangan jaringan jalan pengumpan lintas barat – timur. Disamping itu dibentuk oleh

pusat pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) serta terdapat pelabuhan internasional, pelabuhan nasional

serta pelabuhan pengumpan regional (lihat Gambar 2.3)

Arahan pola pemanfaatan ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera mencakup

arahan pola pengelolaan kawasan lindung dan arahan pola pengelolaan kawasan budidaya.

Yang termasuk kawasan lindung yaitu kawasan yang memberikan perlindungan pada

kawasan bawahannya seperti hutan lindung, untuk wilayah Sumatera seluas 9.936.680 ha,

sedangkan di wilayah Provinsi NAD seluas 1.741.000 ha, kawasan perlindungan setempat

(kawasan pantai, sungai, danau, waduk), kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar

budaya. Adapun kawasan budidaya mencakup kawasan andalan dan kawasan andalan laut.

Keterkaitan Kabupaten Aceh Besar dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera antara

lain:

a. Kabupaten Aceh Besar dilalui oleh jaringan jalan lintas timur, pengembangan jaringan

jalan lintas tengah serta pengembangan jaringan jalan lintas barat.

b. Pelabuhan Malahayati merupakan pelabuhan nasional dengan prioritas sedang

c. Bandara Iskandar Muda sebagai pelabuhan udara pusat penyebaran sekunder dengan

prioritas sedang (Dalam RTRWN sebagai pusat penyebaran tersier).

2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah disusun pada tahun

1995 dan dan telah dilakukan penyempurnaan oleh Bappeda NAD tahun 2000. Selanjutnya

pada tahun 2004 dilakukan peninjauan kembali, namun baru tahap Laporan Kemajuan,

karena telah terjadi tsunami. Uraian mengenai materi dari masing-masing produk tersebut

terutama yang berkaitan dengan Kabupaten Aceh Besar berikut ini.

A. Rencana Sistem Kota Kota

Dalam rencana sistem kota kota di Provinsi NAD berdasarkan buku penyempurnaan

RTRWP NAD Tahun 2000, Kabupaten Aceh Besar dengan Ibukotanya Jantho termasuk

kota orde IV pada tahun 2000, diharapkan pada tahun 2015 naik menjadi kota orde II

dengan fungsi kota adalah Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Page 35: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 9PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.3

Peta Rencana Struktur Ruang Pulau Sumatera

Page 36: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

B. Rencana Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

Alokasi luas kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar,

berdasarkan RTRWP NAD tahun 1995 luas kawasan lindung 99.292 ha, kawasan

budidaya 169.320 ha. Berdasarkan hasil penyempurnaan RTRWP NAD tahun 2000 luas

kawasan lindung 97.023 ha dan kawasan budidaya 171.589 ha, lihat Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Di Kabupaten Aceh Besar

No. Kawasan

RTRWP NAD

1995

Luas (Ha)

Penyempurnaan

RTRWP NAD

2000

Luas (Ha)

Peninjauan Kembali

RTRWP NAD 2004

(Buku Laporan

Kemajuan)

Luas (Ha)

1. Kawasan Lindung 99.292 97.023 -

2. Kawasan Budidaya 169.320 171.589 -

268.612 268.612

Sumber : - RTRWP NAD, 1995

- Buku Penyempuranaan RTRWP NAD, 2000, Bappeda NAD

- Peninjauan Kembali RTRWP NAD, 2004 (Buku Laporan Kemajuan)

Adapun pokok pokok yang terkandung dalam Buku Laporan Kemajuan dari Peninjauan

Kembali RTRW NAD, Tahun 2004 terutama yang terkait dengan Kabupaten Aceh Besar,

antara lain :

A. Potensi pengembangan di Kabupaten Aceh Besar adalah :

• Pertambangan dan penggalian

• Angkutan dan komunikasi

B. Sektor Unggulan di Kabupaten Aceh Besar adalah :

• Pertanian tanaman pangan (ubi kayu)

• Tanaman hortikultura (tomat, ketimun, kangkung)

• Buah-buahan (mangga, nangka/cempedak, durian, sirsak, sukon, pepaya, pisang)

• Perkebunan (jambu mete, kemiri)

• Peternakan (ayam petelur)

• Perikanan Laut

Page 37: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

C. Hirarki Pusat dan Tingkat Pelayanan

Kabupaten Aceh Besar dengan Ibu Kotanya Jantho termasuk dalam hirarki IV

D. Prasarana Transportasi

• Pelabuhan Malahayati di Kabuapaten Aceh Besar, termasuk pelabuhan utama

sekunder, yang mengubungkan pelabuhan sekunder dari dan ke pelabuhan luar

negeri atau menghubungkan antar pelabuhan utama sekunder – tersier atau

pelabuhan utama sekunder – sekunder.

• Bandara Udara Iskandar Muda yang berada di Kabupaten Aceh Besar merupakan

Bandara Udara Sekunder

2.2.4 Kebijakan Kapet Bandar Aceh Darussalam

Persetujuan prinsip atas perubahan area dan nama KAPET Sabang menjadi KAPET Bandar

Aceh Darussalam ditetapkan berdasarkan ketetapan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Republik Indonesia Nomor S-271/M.EKON/10/2002 Tanggal 21 Oktober 2002.

Selanjutnya penetapan wilayah kerja KAPET Sabang ke daratan Aceh dan pergantian nama

Badan Pengelola (BP) KAPET Sabang menjadi BP KAPET Bandar Aceh Darussalam

berdasarkan pada Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor

193/388/2002 Tanggal 25 Oktober 2002. Lingkup wilayah KAPET Bandar Aceh Darussalam

adalah sebagai berikut:

1. Kota Banda Aceh, meliputi seluruh kecamatan dalam Kota Banda Aceh

2. Kabupaten Aceh Besar, meliputi:

- Kecamatan Lhoknga

- Kecamatan Darussalam

- Kecamatan Kuta Baro

- Kecamatan Peukan Bada

- Kecamatan Seulimeum

- Kecamatan Mesjid Raya

3. Kabupaten Pidie, meliputi:

- Kecamatan Batee

- Kecamatan Padang Tiji

- Kecamatan Muara Tiga

- Kecamatan Kota Sigli

Page 38: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 12PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Program perencanaan KAPET Bandar Aceh Darussalam yang terdapat pada wilayah

Kabupaten Aceh Besar adalah Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Blang Ulam

dan Kawasan Peternakan Terpadu Kuta Baro.

A. Kawasan Industri Blang Ulam

Dukungan yang sangat strategis dari Kawasan Industri Blang Ulam adalah :

• Terletak di kawasan Indonesia Bagian Barat dengan Pasar Asia Selatan, Jazirah Arab,

Semenanjung Afrika.

• Berhadapan langsung dengan Free Trade dan Freeport Sabang sebagai outlet pasar.

• Didukung hinterland yang berpotensi SDA berpeluang pasar dunia.

Kawasan industri ini direncanakan akan dibangun di Kecamatan Mesjid Raya tepatnya di

Blang Ulam dengan luas areal 200 ha.

Fasilitas penunjang Kawasan Industri Blang Ulam yaitu :

1. Jalur transportasi antar kota dan propinsi

2. Jauh dari permukiman penduduk

3. Pelabuhan Malahayati

4. Pelabuhan Sultan Iskandar Muda

Ciri khas dari kawasan industri yang akan dikembangkan di KAPET Bandar Aceh

Darussalam antara lain :

• Industri yang berbasis pertanian dan berorientasi ekspor ;

• Dapat menyerap tenaga kerja dengan menggunakan teknologi tepat guna ;

• Dapat tercipnya keharmonisan antara kepentingan industri dengan situasi dan kondisi

daerah sekitar ;

• Industri yang berkelanjutan (sustainable industries).

Saat ini BRR bekerjasama dengan mitra kerja tengah menyusun DED kawasan industri

Blang Ulam.

B. Kawasan Peternakan Terbaru Kuta Baro

Kawasan Peternakan Terpadu berlokasi di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

Aspek ekonomi dan sosial dari pembangunan Kawasan Industri Peternakan di KAPET

Bandar Aceh Darussalam diperkirakan akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan

ekonomi kawasan dan daerah hinterland secara keseluruhan, antara lain :

Page 39: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

1. Terbukanya lapangan kerja bagi penduduk yang secara langsung ikut terlibat dalam

kegiatan usaha ternak. Secara tidak langsung akan timbul pengaruh multiplier effect

dari usaha ternak, seperti kegiatan pemasaran yang dapat menambah lapangan kerja

yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meminimalkan

tingkat pengangguran.

2. Meningkatkan kontribusi bagi pendapatan daerah melalui pajak penjualan dan dapat

menambah devisa negara untuk jangka panjang bila adanya permintaan import

ternak dari luar negeri sebagai salah satu produk non migas Aceh.

3. Dengan adanya bisnis ternak diharapkan akan terjadi alih teknologi di sekitar

kawasan peternakan terpadu.

2.2.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Sabang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Sabang disusun pada tahun 2003 yang membahas

antara lain rencana struktur tata ruang, rencana pola pemanfaatan ruang maupun rencana

transportasi.

1. Pembagian Klaster Pengembangan Kawasan

Dalam pembagian klaster kawasan, terdiri dari :

A. Kota Sabang, terdiri dari klaster :

Kawasan perkotaan yang meliputi kawasan pusat Kota Sabang, kawasan pertahanan

dan kawasan kota baru

Kawasan Industri yang meliputi kawasan pelabuhan Balohan, kawasan industri Jaboi

dan kawasan refinery dan bunker .

Kawasan pariwisata yang meliputi kawasan wisata gapang, Lheu Angen, dan Land

Mark Area untuk kawasan 0 km Indonesia

Disamping ketiga klaster tersebut juga dibentuk klaster lain yang fungsinya mendukung

aktivitas pada sektoral unggulan yang akan dikembangkan. Klaster tersebut ditujukan

sebagai :

- Kawasan pengembangan permukiman yang terletak di Kelurahan Paya

- Kawasan pertanian dan perkebunan yang meliputi sebagian kelurahan Bateshoek dan

Keunekal.

Page 40: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 14PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

B. Kecamatan Pulo Aceh (termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar), hanya terdiri

dari satu klaster yang ditujukan sebagai kawasan pengembangan ecowisata, industri

perikanan dan pengembangan industri kecil.

2. Tata Jenjang (hirarki) Pusat Pusat Kawasan

Tata jenjang (hirarki) pusat pusat kegiatan di kawasan Sabang adalah :

Primer : Kawasan Perkotaan Sabang

Sekunder : Kawasan industri dengan pusatnya di Balohan (Saat ini BRR bekerjasama

dengan mitra kerja PT. Bina Citra Kreasi Ganesha sedang melakukan

studi pengembangan tata ruang Kota Balohan)

Tersier : Kawasan permukiman baru dengan pusatnya di Paya, Kawasan

pengembangan pertanian dan perkebunan dengan pusatnya di

Bateeshoek

3. Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah

Kawasan Sabang terbagi dalam dua sub-kawasan utama yaitu Sub Kawasan Kota dan Sub

Kawasan Pulo Aceh. Dalam konteks ini, Kota Sabang berperan sebagai “daerah depan” yang

berfungsi sebagai motor penggerak utama pengembangan wilayah yang diharapkan mampu

memberi efek “trickling down” bagi wilayah sekitarnya. Sementara Pulo Aceh memiliki peran

sebagai “daerah belakang” yang berperan sebagai pendukung serta menjadi daerah

pengaruh utama yang menerima “back wash” dari “daerah depan”(core/main). Secara umum

struktur tata ruang wilayah Sabang dapat dilihat Gambar 2.4

4. Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah

Dalam rencana pemanfaatan ruang wilayah Kawasan Sabang, Pulo Aceh (termasuk wilayah

Kabupaten Aceh Besar), kawasan lindungnya meliputi lebih dari separuh dari luasannya,

perlu dilakukan pengembangan dengan tetap memperhatikan fungsi lindungnya. Konsep

yang dapat diterapkan untuk kawasan ini adalah pengembangan ecowisata berupa Taman

Hutan Raya atau Taman Wisata Alam.

Untuk kawasan budidaya Kecamatan Pulo Aceh dikembangkan untuk zona pertanian

tanaman pangan, sayur sayuran dan buah buahan. Disamping itu, di kawasan Pulo Aceh

dikembangkan dengan jenis kegiatan :

Pengembangan industri/ pengolahan perikanan

Pengembangan tambak super intensif

Budidaya perikanan laut

Page 41: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 15PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.4

Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kawasan Sabang

Page 42: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 16PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

5. Rencana Transportasi Laut

Pengembangan sistem laut diarahkan pada penyediaan jasa pelabuhan yang handal

sehingga mampu memberikan pelayan yang optimal baik untuk pelayaran penumpang

maupun barang sehingga dapat mendukung fungsi Sabang sebagai pelabuhan bebas.

Pengembangannya diarahkan pada pembangunan dermaga untuk dapat menampung

aktivitas perkapalan dengan baik sehingga mampu menangkap arus lalu lintas kapal yang

berada pada jalur pelayaran internasional.

2.2.6 Rencana Pokok Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Untuk Kota Banda Aceh

Dalam Rencana Pokok Rehabilitasi dan Rekonstruksi Untuk Kota Banda Aceh (JICA), 2006

diuraikan tentang kota metropolitan Banda Aceh dan sekitarnya meliputi wilayah Kota Banda

Aceh, Sabang dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Besar. Keterkaitan Wilayah Kabupaten

Aceh Besar dalam metropolis Banda Aceh diuraikan sebagai berikut :

A. Konsep Sistem Kota Metropolitan

Konsep sistem Kota Metropolitan Banda Aceh diwujudkan dalam pusat pusat hirarki

dengan fungsi tertentu. Pusat pusat hirarki tersebut adalah :

Hirarki 1

Kota yang termasuk hirarki 1 adalah pusat kota Banda Aceh dengan fungsi :

- Pelayanan dan komersial skala kota dan regional

- Kantor pemerintahan skala kota dan regional

- Pusat bisnis skala kota dan regional

- Fasilitas sosial dan umum skala kota dan regional

- Pendidikan skala kota dan regional

Hirarki 2

Kota yang termasuk hirarki 2 adalah :

• Kota satelit Sabang dengan fungsi :

- Zona perdagangan bebas

- Pengembangan pelabuhan Sabang

- Pengembangan pariwisata

- Komplek industri terpadu Sabang

Page 43: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 17PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Kota satelit Lambaro dengan fungsi :

- Pengembangan terminal terpadu

- Agropolitan (pusat kota pertanian)

• Kota satelit Lhoknga dengan fungsi :

- Industri (skala besar) perusahaan semen

- Pelabuhan (skala besar) perusahaan semen

• Kota satelit Krueng Raya dengan fungsi :

- Pengembangan agro industri

- Area industri

- Pengembangan Pelabuhan Malahayati

Hirarki 3

• Pusat pertumbuhan Peukan Bada dengan fungsi :

- Pariwisata alam

- Produksi laut dan produk perikanan tambak

• Pusat pertumbuhan Cot Iri dengan fungsi :

- Pengembangan area permukiman sekitar pinggiran Banda Aceh

• Pusat pertumbuhan Lambaro Angan dengan fungsi :

- Pengembangan area permukiman sekitar Banda Aceh

- Area spesial pertahanan dan keamanan

- Area Pariwisata

• Pusat pertumbuhan Peukan Beliu dengan fungsi:

- Produk pertanian

• Pusat pertumbuhan Lambada Lhok dengan fungsi :

- Pengembangan pusat perikanan

• Pusat pertumbuhan Blang Bintang dengan fungsi :

- Kota baru kota bandara (mandiri)

• Pusat pertumbuhan Montasik dengan fungsi :

- Pusat pertanian

• Pusat pertumbuhan Peukan Ateuk dengan fungsi :

- Pengembangan area permukiman sekitar Banda Aceh

• Pusat pertumbuhan Sibreh dengan fungsi :

- Pusat pertanian.

Selengkapnya Konsep sistem Kota Metropolitan Banda Aceh dapat dilihat Gambar 2.5

Page 44: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 18PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

B. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Struktur Metropolitan Banda Aceh dibentuk oleh prasarana dan sarana transportasi

seperti pelabuhan, badara udara, terminal multimedia serta pusat stasiun. Disamping itu

dilengkapi dengan jaringan jalan beserta prioritasnya. Adapun pola pemanfaatan ruang

metropolitan secara umum dibentuk oleh : area bangunan di pusat kota, area bangunan

di kota satelit, hutan preservasi, hutan nasional, hutan eksplorasi, hutan konservasi dan

area pengaruh kota satelit. Untuk lebih jelasnya struktur dan pola penggunaan lahan

metropolitan Banda Aceh dapat dilihat Gambar 2.6

Page 45: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 19PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.5

Peta Konsep Sistem Metopolitan Banda Aceh

Page 46: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 2 - 20PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 2.6

Peta Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Metropolitan Banda Aceh

Page 47: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Bab 3POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH

PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH BESAR

Wilayah Kabupaten Aceh Besar mempunyai wilayah yang beraneka ragam, mulai dari

wilayah perairan laut, wilayah dataran, wilayah perbukitan sampai wilayah pegunungan.

Disamping itu, wilayah Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda

Aceh sebagai Ibu Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sehingga perkembangan Kota

Banda Aceh akan berdampak langsung pada Kabupaten Aceh Besar. Adanya wilayah yang

beragam serta letak yang strategis ini tentunya mempunyai potensi dan masalah tersendiri,

berikut ini akan diuraikan potensi dan masalah Kabupaten Aceh Besar yang menyangkut,

perekonomian wilayah, sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan

(infrastruktur).

3.1 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR

3.1.1 Posisi Kabupaten Aceh Besar Dalam Konteks Regional

Kabupaten Aceh Besar terletak pada posisi geografis 05° 03' 7,2" - 05° 45' 16,2" Lintang

Utara dan 95° 06' 10,8" - 95° 50' 25,1" Bujur Timur. Letak geografis ini menunjukkan

Kabupaten Aceh Besar berada pada posisi paling ujung utara di Pulau Sumatera. Secara

administratif Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh sebagai

Ibu Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sehingga kabupaten kabupaten lain yang ingin

berinterkasi dengan Kota Banda Aceh ini harus melewati lebih dahulu Kabupaten Aceh Besar

sebagai pintu gerbang utama menuju Ibu Kota Provinsi ini.

Keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai pintu gerbang utama ini telah ditunjang sarana

transportasi yang cukup memadai seperti : Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh –

Page 48: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Medan serta Jalan Kolektor Primer Banda Aceh – Meulaboh. Disamping itu, ditunjang pula

prasarana transportasi Bandara Udara Iskandar Muda di Blang Bintang, Pelabuhan

Malahayati di Krueng Raya. Disisi lain sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan

Kota Banda Aceh, menyebabkan Kabupaten Aceh Besar sebagai penyangga dari Kota Banda

Aceh, yaitu penyangga dalam memenuhi kebutuhan perumahan, fasilitas kota, kegiatan

perdagangan/jasa maupun kegiatan perindustrian. Dengan demikian dapat dikatakan

perkembangan Kota Banda Aceh akan berimplikasi langsung terhadap perkembangan

Kabupaten Aceh Besar secara menyeluruh.

Sejalan dengan potensi letak dan posisi Kabupaten Aceh Besar yang demikian strategis,

menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpeluang tumbuh dan berkembang lebih cepat

daripada sebelumnya seperti yang diharapkan bersama.

3.1.2 Potensi Sumber Daya Alam

3.1.2.1 Potensi Sumberdaya Mineral

Sumber daya mineral yang ada di Kabupaten Aceh Besar ada 22 jenis yang tersebar hampir

di semua kecamatan. Hingga saat ini jumlah perusahaan tambang galian C sebanyak 19

perusahaan dengan luas penambangan 301 Ha, sementara untuk jenis perusahaan tambang

galian B sebanyak 3 perusahaan dengan luas penambangan 100 ha. Jenis sumber daya

mineral yang ada di Kabupaten Aceh Besar beserta perkiraan jumlah potensinya diuraikan

sebagai berikut :

1. Batu gamping Kapur diperkirakan potensi kandungannya 33.818.695.925 ton

2. Marmer diperkirakan potensi kandungannya 1.903.720.000 ton

3. Lempung serpih/Kapur diperkirakan potensi kandungannya 1.258.685.000 ton

4. Belerang diperkirakan potensi kandungannya 5.740 ton

5. Tras diperkirakan potensi kandungannya 947.100.000 ton

6. Serpintinit Berurat Magnesit diperkirakan potensi kandungannya 12.440.691.148 ton

7. Diorit/Granodiorit diperkirakan potensi kandungannya 82.048 ton

8. Batu setengah mulia diperkirakan potensi kandungannya 5.175 ton

9. Diorit /Granodiorit diperkirakan potensi kandungannya 604.000.000 ton

10. Andesit/Basalt diperkirakan potensi kandungannya 3.739.887.500 ton

11. Sirtu (pasir dan batu) diperkiraan potensi kandungannya 30.693.550 ton

12. Tuga Gampingan Diatome diperkirakan potensi kandungannya 591.168.596 ton

Page 49: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

13. Kalsit diperkirakan potensi kandungannya 808.728,2 ton

14. Batu Gunung diperkirakan potensi kandungannya 29.184.511.750 ton

15. Tanah urug diperkirakan potensi kandungannya 12.508.848.545 ton

16. Diabas diperkirakan potensi kandungannya 174.200.000 ton

17. Emas

18. Tembaga

19. Timah Hitam

20. Besi diperkirakan potensi kandungannya 1.5500.000 m³

21. Panas Bumi

22. Batubara diperkirakan potensi kandungannya 10.000.000 m³

3.1.2.2 Sumberdaya Lahan

Kabupaten Aceh Besar mempunyai sumberdaya lahan yang cukup potensi untuk

pengembangan pertanian maupun perkebunan. Hal ini dapat ditujukkan dengan kesesuaian

lahan yang ada terdapat kesesuaian untuk pengembangan padi sawah, tanaman pangan

lahan kering (TPLK) dan tanaman tahunan. Namun ada juga lahan yang tidak sesuai untuk

pengembangan pertanian maupun perkebunan dan direkomendasikan untuk konservasi.

Selengkapnya kesesuaian lahan di Kabupaten Aceh Besar diuraikan sebagai berikut:

• Lahan yang sesuai untuk pengembangan padi sawah seluas 31.557,2 ha (10,80 %)

• Lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering (TPLK) seluas

13.470,3 ha (4,61 %)

• Lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan seluas 107,645,2 ha

(36,84 %)

• Lahan yang sesuai untuk konservasi seluas 139.523,8 ha ( 47,75 %)

Potensi kesesuaian lahan untuk 3 tipe penggunaan lahan pertanian (Soil Taxonomy USDA

1976/PPT Bogor 1983, disajikan pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1.

Page 50: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 3.1

Kesesuaian Lahan untuk 3 tipe penggunaan lahan Pertanian

Page 51: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 5PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 3.1

Peta Kesesuaian Lahan untuk 3 tipe penggunaan lahan Pertanian

Page 52: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 6PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.1.2.3 Sumberdaya Air

a. Air Permukaan

Di Kabupaten Aceh Besar terdapat potensi sumber daya air permukaan (sungai) yang

relatif cukup memadai. Sungai yang cukup besar potensi sumber airnya adalah Sungai

Krueng Aceh dengan debit 30,86 m³/detik dengan luas DAS 179.900 ha yang didalamnya

terdapat anak anak sungai seperti Krueng Jrue, Krueng Indrapuri, Krueng Pangoh dan

Krueng Seulimeum. Sungai Krueng Aceh dan Krueng Jrue digunakan untuk irigasi

pertanian. Disamping itu, terdapat sungai sungai lain seperti Krueng Angan, Krueng

Baro, Krueng Batee, Krueng Biheue, Krueng Geupu, Krueng Lambeso, Krueng Leangah,

Krueng Pudeng, Krueng Raya, Krueng Teunom dan Krueng Utile

b. Air Tanah

Air tanah dangkal (sumur) di Kabupaten Aceh Besar umumnya dipakai untuk kebutuhan

air bersih dengan kedalaman air secara umum bervariasi antara 3 m – 25 m,

tergantung lokasinya.

c. Mata Air

Di Kabupaten Aceh Besar terdapat 27 sumber mata air yang tersebar diberbagai wilayah,

4 diantaranya sumber air panas. Mata air tersebut umumnya mempunyai debit air antara

10 – 50 liter/detik dan sebagian telah dimanfaatkan untuk sumber air bersih seperti mata

air di Jantho, Mata Ie, Saree, Lhoknga dan Krueng Raya.

3.1.2.4 Sumberdaya Hutan

Sumberdaya hutan di Kabupaten Aceh Besar meliputi kawasan budidaya kehutanan dan

kawasan lindung. Kawasan bididaya kehutanan berupa hutan produksi seluas 102.300 ha

atau 54,64 % dari luas kawasan hutan, sementara kawasan lindung seluas 84.914 ha

(45,36 %) meliputi cagar alam seluas 16.640 ha (8,88 %), Taman Hutan Raya seluas 6.030

ha (3,22 %), hutan lindung seluas 60.944 ha (32,55 %) serta kebun plasma nutfah seluas

1.300 ha (0,69 %).

Page 53: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 7PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 3.2

Peta Fungsi Hutan Kabupaten Aceh Besar

Page 54: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 8PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.1.2.5 Pariwisata

Di Kabupaten Aceh Besar mempunyai beberapa obyek wisata yang potensial, baik itu wisata

pantai, wisata alam maupun wisata sejarah. Selengkapnya obyek wisata tersebut lokasi dan

luasannya dapat dilihat Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Potensi Obyek Wisata Pantai, Wisata Alam Dan Wisata Sejarah

Di Kabupaten Aceh Besar

No. Obyek Wisata Luas (Ha) Lokasi

A Wisata Pantai

1 Pantai Ujung Batee 4 Kec. Mesjid Raya

2 Pantai Bunga Karang 5 Kec. Lhoknga

3 Pantai Ujung Karang 4 Kec. Mesjid Raya

4 Taman Tepi Laut 2 Kec. Lhoknga

5 Pantai Lamtadok 3 Kec. Pulo Aceh

6 Pantai Lhok Pasi Raya 2 Kec. Pulo Aceh

7 Pantai Nipah 1,5 Kec. Pulo Aceh

8 Pantai Lhok Reudep 1 Kec. Pulo Aceh

9 Pantai Cemara 5 Kec. Lhoknga

B. Wisata Alam

1 Air terjun Bilui 5 Kec. Darul Kamal

2 Kolam Renang Mata Ie 4 Kec. Darul Imarah

3 Air Terjun Sihom 2 Kec. Lhoong

4 Sarah 8 Kec. Leupung

5 Irigasi Krueng Jrue 50 Kec. Indrapuri

6 Tahura Saree 55 Kec. Lembah Seulawah

7 Ie Seuum 5 Kec. Mesjid Raya

C. Wisata Sejarah

1 Pustaka Kuno Tanoh Abee 1 Kec. Seulimeum

2 Makam T. Panglima Polem 2 Kec. Kuta Cot Glie

3 Makam Tgk. Chik Pante Kulu 1 Kec. Kuta Cot Glie

4 Masjid Indrapuri 2 Kec. Indrapuri

5 Makam Tgk. Chik Ditiro 2 Kec. Indrapuri

6 Makam Tgk. Chik Empe Awe 2 Kec. Montasik

7 Makam Sultan Mahmud Syah 1 Kec. Kuta Malaka

Page 55: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 9PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

No. Obyek Wisata Luas (Ha) Lokasi

8 Makam Sultan Aalaidin Syah 0,25 Kec. Suka Makmur

9 Makam Maha Raja Lela 0,50 Kec. Ingin Jaya

10 Benteng Inong Balee 3 Kec. Mesjid Raya

11 Kuburan Laksamana Malahayati 0,50 Kec. Mesjid Raya

12 Benteng Iskandar Muda 0,25 Kec. Mesjid Raya

13 Benteng Indrapatra 0,25 Kec. Mesjid Raya

14 Tugu Pendaratan Jepang 0,25 Kec. Mesjid Raya

15 Rumah Cut Nyak Dhien 1 Kec. Peukan Bada

Sumber : Profil Pembangunan Ekonomi Kab. Aceh Besar, Pemerintah Kabuapten Aceh Besar, Bappeda, Tahun 2005

3.1.2.6 Potensi Kelautan dan Pulau-Pulau Kecil

A. Wilayah Perairan dan Pantai

Panjang pantai wilayah Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami berdasarkan perhitungan Arc

Gis 9 pada Peta Dasar Bakosurtanal Kabupaten Aceh Besar (Geospasial-GIS Forum) adalah

283 km. Dengan demikian wilayah perairan Kabupaten Aceh Besar menurut ketetentuan dari

Depertemen Kelautan diuraikan sebagai berikut :

− Wilayah Perairan/Teritorial ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil dari garis pantai)

nusantara dengan luas perairan 47.483 ha.

− Wilayah Perairan/Teritorial Provinsi NAD (12 mil dari garis pantai) dengan luas perairan

6.120 ha.

− Wilayah Perairan/Teritorial Kabupaten Aceh Besar (4 mil dari garis pantai) dengan luas

perairan 2.040 ha.

Sumber kekayaan kelautan di Kabupaten Aceh Besar yang dapat di manfaatkan antara lain:

Perikanan tangkap

Wilayah perairan Kabupaten Aceh Besar yang memiliki potensi perikanan tangkap adalah

meliputi perairan Selat Malaka sampai Samudera Indonesia. Nelayan perikanan tangkap

pada tahun 2004 sekitar 8.967 orang dengan produksi yang dicapai sebesar 11.594,8

ton.

Jenis kapal yang digunakan nelayan terdiri dari kapal tak bermotor sebanyak 466 ukuran

kecil, sedang dan besar, perahu motor tempel 492 buah, kapal motor 0-5 GT 22 buah

Page 56: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

dan 5-10 GT sebanyak 51 buah. Jenis alat tangkap yang digunakan berupa pukat

kantong, pukat cincin dan jaring angkat bagan.

Jenis ikan tangkap berupa tongkol (Eulynnus Ssp.). cakaking (Kcilsu’ Wenus Pelam’s),

ikan terbang (Sardineki Fimbrkita), udang (Penecius Ssp.), cumi-cumi (Loliligo Ssp.) dan

teri (Stolephorus Ssp.)

Kegiatan perikanan tangkap ini telah dilakukan oleh para nelayan yang tersebar

diberbagai wilayah pesisir pantai di Kecamatan Peukan Bada, Lhoknga, Leupung,

Lhoong, Baitussalam, Mesjid Raya, Suelimeum dan Kecamatan Pulo Aceh.

Budidaya Perikanan Laut

Budidaya perikanan laut yang ada di Kabupaten Aceh Besar adalah budidaya ikan kerapu

(Epinepkis Sp.) dengan menggunakan keramba jaring apung. Wilayah yang sesuai untuk

budidaya perikanan laut terdapat di Teluk Krueng Raya, Teluk Lhok Seudu, Pulo Aceh

dan Lhoong.

Budidaya Rumput Laut

Budidaya rumput laut merupakan komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Usaha budidaya rumput laut ini telah dikembangkan di Pulo Aceh dan Leupung dengan

jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah jenis Euchema Splnosum,

E. Cotonii, Don Euchema Ecjle, E. Splnosum.

Budidaya Air Payau

Wilayah pantai Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk tambak dan telah produktif

sebelum terjadi bencana tsunami seluas 10.070 ha meliputi Kecamatan Mesjid Raya,

Peukan Bada, Baitussalam, Lhoong dan Lhoknga, Pulo Aceh dan Leupung. Jenis ikan

budidaya tambak terdiri dari udang windu, udang putih, udang api, udang rebon dan

bandeng. Jumlah petani tambak keseluruhan sebanyak 673 jiwa.

Fasilitas dan Infrastruktur Perikanan Laut

Hampir semua kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah pesisir merupakan sentra

priduksi perikanan laut, fasilitas dan infrastruktur yang ada berupa Pusat Pendaratan

Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kegiatan PPI dan TPI terbesar terdapat di

Krueng Raya (Kec. Mesjid Raya), Lambada Lhok (Baitussalam, Lhoknga dan Peukan

Bada.

Page 57: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

B. Wilayah Perairan dan Pulau Pulau Kecil

Pada wilayah perairan Kabupaten Aceh Besar terdapat kawasan lindung laut berupa Taman

Wisata Laut Lhoknga seluas ± 14,06 ha

Pulau pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk kegiatan

perikanan laut, diantaranya:

Pulau yang berpenghuni (terdapat penduduk) adalah :

• Pulau Breuh (Kec. Pulo Aceh)

• Pulau Nasi (Kec. Pulo Aceh)

• Pulau Teunom (Kec. Pulo Aceh)

• Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada)

Dominasi kegiatan pulau-pulau kecil tersebut diatas adalah nelayan

Pulau yang tidak berpenghuni (tidak ada penduduk) adalah :

• Pulau Sidom (Kec. Pulo aceh)

• Pulau Kepala/Pulau U (Kec. Pulo Aceh)

• Pulau Benggala (Kec. Pulo Aceh)

• Pulau Batee (Kec. Peukan Bada)

• Pulau Usam Lamlhok (Kec. Peukan Bada)

• Pulau Bruek (Kec. Peukan Bada)

• Pulau Burak (Kec. Lhoong)

• Pulau Kerling (Kec. Lhoong)

• Pulau Rusa (Kec. Lhoong)

Kawasan pesisir, perairan dan pulau yang harus dilindungi selain taman laut adalah kawasan

mangrove (bakau) di Kecamatan Seulimeum, Baitussalam, Mesjid Raya, Peukan Bada, Pulo

Aceh, Lhoknga, Leupung dan Lhoong seluruhnya seluas 253 ha.

Page 58: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 12PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.1.3 Potensi Ekonomi Wilayah

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan PDRB dalam

perkembangannya telah mengalami peningkatan. sektor yang paling dominan adalah

bidang pertanian, dibandingkan dengan sektor lainnya seperti perdagangan, jasa, industri

dan pertambangan. Untuk lebih mengetahui potensi tentang perekonomian wilayah di

Kabupaten Aceh Besar diuraikan sebagai berikut:

b. Sektor Pertanian

• Jenis tanaman pangan yang telah mengalami pertumbuhan cepat di Kabupaten Aceh

Besar adalah ubi jalar, ubi kayu, jagung dan kacang kedelai, sedangkan komoditi padi

mengalami pertumbuhan lebih cepat di tingkat kecamatan dibandingkan ditingkat

kabupaten.

• Komoditi hasil tanaman yang tumbuh dengan baik/cepat adalah kemiri, lada, aren,

nilam dan tembakau.

• Hasil perkebunan karet, kopi, cengkeh dan pala tumbuh dan berkembang dengan

cepat/baik.

• Tanaman sayuran yang tumbuh berkembang dengan baik adalah tomat, kacang

panjang dan sawi.

• Buah buahan alpokat, rambutan, langsat, jeruk besar, jambu biji, nenas, nangka,

salak, manggis, sirsak yang tumbuh dengan baik dan cepat.

• Peternakan kambing dan domba yang mengalami pertumbuhan cepat ditingkat

kabupaten, selain itu sapi, kerbau ayam dan itik yang mempunyai pertumbuhan

lambat di kecamatan dibandingkan pertumbuhannya ditingkat kabupaten.

• Perikanan tambak, perikanan laut dan budidaya laut mempunyai prospek yang baik.

Selengkapnya komoditi pertanian dan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Besar dapat

dilihat Gambar 3.3.

c. Sektor Kehutanan

• Adanya hasil hutan kayu dan non kayu (nipah, getah, minyak atsiri, biji/buah, kulit

kayu, madu tawon/lebah) serta adanya pengembangan Hutan Tanaman Industri

(HTI)

• Hutan dapat dimanfaatkan sebagai eco wisata alam dan hutan wisata

Page 59: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 3.3

Peta Komoditi dan Sektor Unggulan

Page 60: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 14PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

d. Sektor Perdagangan dan jasa

• Terdapat jumlah perusahaan 3.218 unit, terdiri dari perusahaan besar 80 unit,

perusahaan menengah 699 unit dan perusahaan kecil 2.439 unit.

• Mempunyai beberapa pasar yang berpotensi, yaitu Pasar Lambaro Di Kecamatan

Ingin Jaya merupakan kawasan pasar induk, Pasar Keutapang di Kecamatan Darul

Imarah dan Pasar Sibreh di Kecamatan Suka Makmur merupakan kawasan

penunjang, Pasar Saree di Kecamatan Lembah Seulawah merupakan pasar wisata,

sedangkan pasar yang ada di kecamatan kecamatan lain merupakan pasar

tradisional.

e. Sektor Perindustrian

• Berpotensi untuk pengembangan unit usaha industri formal dan non formal

• Teradapat kawasan kawasan industri menengah dan kecil, diantaranya :

- Kawasan industri menengah di Blang Ulam Kecamatan Mesjid Raya

- Kawasan industri kecil garam rakyat di Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan

Mesjid Raya.

- Kawasan industri kecil batu bata di Kecamatan Baitussalam dan Darussalam

f. Sektor Pertambanganan

Ditinjau potensinya sektor pertambangan mempunyai prospek yang besar, walaupun

produksinya belum cukup banyak.

3.1.4 Potensi Sumberdaya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dalam rangka mendorong keberhasilan

dalam suatu usaha maupun kegiatan. Salah satu sumber daya manusia adalah kemampuan

usaha, tenaga kerja serta ikatan kekerabatan.

a. Kemampuan Usaha

Sebagian penduduk di Kabupaten Aceh Besar mempunyai kemampuan/ketrampilan

berusaha di luar sektor pertanian seperti pengolahan hasil pertanian, kerajinan Aceh,

mebel, pandai besi, dan lain lain.

b. Tenaga Kerja

• Penduduk usia kerja lebih dominan dibandingkan dengan penduduk non kerja

Page 61: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 15PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Tingkat pendidikan penduduk yang tinggal di perkotaan, khususnya penduduk yang

tinggal dekat dengan Kota Banda Aceh umumnya mempunyai pendidikan yang

memadai.

c. Ikatan Kekerabatan

• Sebagian penduduk di Kabupaten Aceh Besar mempunyai ikatan rasa kekeluargaan.

• Sifat gotong royong dalam bekerja maupun dalam pembangunan masih terdapat

pada sebagian penduduk di Kabupaten Aceh Besar.

3.1.5 Potensi Sumberdaya Buatan

Sebagai penggerak utama dalam pengembangan wilayah, maka diperlukan sumber daya

buatan (infrastruktur) penunjang yang memadai. Infrastruktur tersebut antara lain jaringan

transportasi, jaringan irigasi serta jaringan utilitas lainnya.

a. Transportasi

• Transportasi darat di Kabupaten Aceh Besar dilalui oleh jaringan jalan darat jalur

lintas Sumatera yang menghubungkan jalur wilayah tengah dan pantai timur yaitu

Jalan Nasional Banda Aceh - Medan (Arteri Primer) serta jalur pantai barat yaitu

Jalan Nasional Banda Aceh – Meulaboh (Kolektor Primer). Selain jalan tersebut

terdapat pula jalan provinsi dan jalan kabupaten. Di Kabupaten Aceh Besar pernah

terdapat jaringan rel kereta api yang menghubungkan Kota Banda Aceh – Sigli –

Binjai (Sumatera Utara) selanjutnya dihubungkan ke Kota Medan, jaringan rel kereta

api ini sewaktu waktu dapat diaktifkan kembali.

• Transportasi laut di Kabupaten Aceh Besar telah mempunyai Pelabuhan Nasional

Malahayati di Krueng Raya berupa pelabuhan penumpang dan barang.

• Transportasi udara di Kabupaten Aceh Besar telah mempunyai Bandara Udara

Iskandar Muda di Blang Bintang.

b. Irigasi

Terdapat saluran irigasi teknis untuk pengairan pertanian padi sawah yang melayani

beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, yaitu irigasi Krueng Aceh dengan

wilayah pengairan seluas 7.884 ha meliputi wilayah Kecamatan Seulimeum, Kuta Cot

Glie, Indrapuri, Montasik, Ingin Jaya, Kuta Baro, Krueng Barona Jaya dan Kecamatan

Darussalam. Terdapat juga irigasi Krueng Jrue dengan wilayah pengairan seluas 7.061

ha meliputi wilayah Kecamatan Indrapuri, Kuta Malaka, Suka Makmur, Simpang Tiga,

Page 62: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 16PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Ingin Jaya, Darul Kamal dan Kecamatan Darul Imarah. Disamping itu, terdapat irigasi

semi teknis dan irigasi tradisional yang tersebar di berbagai wilayah serta terdapat

potensi irigasi pada Sungai Krueng Seulimeum yang dapat dikembangkan. Saat ini telah

dibangun bendung dan Waduk Keuliling yang direncanakan akan mensuplai Daerah

Irigasi yang telah ada.

c. Air Bersih

Terdapat jaringan air bersih yang masih aktif, yaitu terdapat di Lambaro (sumber air

bersih dari Sungai Krueng Aceh), Darul Imarah (Sumber air bersih dari mata air Mata

Ie), Jantho (sumber air bersih dari mata air Jantho). Juga terdapat jaringan air bersih

yang tidak aktif lagi, yaitu di Saree, Krueng Raya dan Lhoknga

d. Listrik

Semua kecamatan telah terlayani jaringan listrik, namun akibat adanya bencana tsunami

dan gempa telah terjadi kerusakan jaringan listrik terutama di Kecamatan Pulo Aceh.

e. Telepon

Beberapa kecamatan telah terlayani jaringan telepon kabel, yaitu Kecamatan Jantho,

Suelimeum, Mesjid Raya, Darussalam, Kuta Baro, Krueng Barona jaya, Darul Imarah,

Peukan Bada dan Lhoknga.

3.1.6 Potensi Struktur Ruang Eksisting

Kabupaten Aceh Besar telah mempunyai pusat pusat kegiatan yang berada dipusat kota,

pusat pusat tersebut telah ditunjang oleh prasarana dan sarana transportasi yang cukup

memadai, diantara pusat pusat kota yang telah berkembang antara lain :

• Kota Lambaro yang telah berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa

• Kota Jantho merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Besar yang telah berkembang menjadi Kota Pemerintahan

• Kota Krueng Raya merupakan Kota Pelabuhan yang didukung oleh kegiatan industri sedang

• Kota Lhoknga merupakan kota yang telah didukung oleh kegiatan Industri besar (Semen Andalas).

3.2 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR

Upaya untuk mengetahui permasalahan pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar

secara menyeluruh tidak lepas kaitannya dengan permasalahan pengembangan wilayah

secara makro dalam konteks Provinsi NAD dan secara mikro Kabupaten Aceh Besar itu

sendiri.

Page 63: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 17PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.2.1 Permasalahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar Dalam

Lingkup NAD

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Kabupaten Aceh Besar adalah merupakan pintu

gerbang dari wilayah kabupaten lain yang ingin berhubungan dengan Kota Banda Aceh

sebagai Ibu Kota Provinsi NAD. Sehubungan dengan hal itu, maka timbul permasalahan

permasalahan yang muncul yaitu terjadi penumpukan aliran kendaraan penumpang dan

barang yang pada akhirnya menimbulkan kemacetan arus lalu lintas seperti yang terjadi di

Kota Lambaro, kondisi seperti ini tidak diikuti dengan pelebaran jalan ruas Banda Aceh –

Medan, sehingga pada waktu waktu tertentu terjadi kepadatan kendaraan sepannjang ruas

jalan ini.

Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh, sehingga segala

perkembangan secara fisik di Kota Banda Aceh akan berimplikasi terhadap perkembangan di

Kabupaten Aceh Besar. Sehubungan dengan itu, isu yang berkembang adalah belum ada

kebijakan yang tetap, khususnya yang menyangkut integrasi antara Kota Banda Aceh

dengan Kabupaten Aceh Besar maupun kabupaten kabupaten lain disekitarnya. Integrasi ini

menyangkut sistem transportasi dalam skala Metropolitan Banda Aceh, sistem pusat pusat

kota serta keterkaitan secara spasial pemanfaatan ruang. Saat ini sinergitas tata ruang dan

kerja sama antar Kabupaten Aceh Besar dengan Kota Banda Aceh tengah diupayakan

bersamaan dengan Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh.

Di Kabupaten Aceh Besar terdapat Banda Udara Iskandar Muda dan Pelabuhan Malahayati

yang melayani wilayah di Provinsi NAD untuk berhubungan secara regional terhadap wilayah

lain. Dengan fungsi yang demikian, maka diperlukan prasarana dan sarana penunjang serta

penyiapan kegiatan di wilayah hinterland untuk mendukung Bandara dan Pelabuhan

tersebut.

Isu lain adalah banjir kiriman dari Kabupaten Aceh Besar ke Kota Banda Aceh, yang

disebabkan oleh meluapnya Sungai Krueng Aceh dari Aceh Besar yang bermuara di Kota

Banda.

Page 64: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 18PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.2.2 Permasalahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar Dalam

Lingkup Internal

3.2.2.1 Permasalahan Sumberdaya Alam

Permasalahan sumberdaya alam yang timbul menyangkut sumberdaya mineral, lahan, air,

hutan dan pariwisata yang diuraikan berikut ini.

a. Sumberdaya Mineral

• Penambangan bahan galian berupa batu maupun tanah urug pada kemiringan

lahan yang curam menimbulkan bahaya longsor dan erosi seperti terjadi di

Kecamatan Peukan Bada, Mesjid Raya dan Kecamatan Lhoknga.

• Penambangan batu kerikil dan pasir secara besar besaran pada Sungai Krueng

Aceh menimbulkan air menjadi keruh, sehingga mempengaruhi kualitas air sungai

sebagai sumber air bersih.

b. Sumberdaya Lahan

• Terdapat lahan yang rawan terjadi erosi seperti di Kecamatan Mesjid Raya,

Seulimeum, Jantho, Kuta Cot Glie, Leupung dan Lhoknga.

• Terdapat lahan yang rawan terhadap bahaya longsor seperti di Kecamatan Kuta

Cot Glie, Jantho, Sukamakmur dan Kecamatan Simpang Tiga

• Terdapat kerusakan lahan dan lingkungan di sekitar pantai akibat bencana

tsunami dan gempa, terdapat di Kecamatan : Pulo Aceh, Peukan Bada,

Baitussalam, Lhoknga, Mesjid Raya, Leupung dan Kecamatan Lhoong.

c. Sumberdaya Air

• Terjadi genangan/banjir pada musim hujan di wilayah dataran seperti di

Kecamatan Peukan Bada, Darul Imarah, Darul Kamal, Ingin Jaya, Krueng Barona

Jaya, Kuta Baro dan Indrapuri

• Terjadi genangan air di sekitar akibat bencana tsunami dan gempa terdapat di

Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Leupung, Lhoong dan Kec. Pulo Aceh

• Kualitas air tanah di wilayah pesisir pantai kurang baik terasa payau.

d. Sumberdaya hutan

• Terjadinya kebakaran hutan terutama terjadi pada musim kemarau

• Terjadinya perladangan berpindah

• Terjadinya illegal logging

Page 65: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 19PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Terjadi kerusakan hutan bakau akibat tsunami dan gempa seperti terjadi pada

Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam dan Lhoong

e. Pariwisata

• Wilayah pariwisata pantai telah terjadi keruskan akibat bencana tsunami dan

gempa seperti terjadi di Kecamatan Lhoknga, Mesjid Raya dan Pulo Aceh.

• Wisata wisata alam yang potensial belum tertata dengan baik dan dilengkapi

prasarana dan sarana pendukung.

• Kurangnya promosi terhadap obyek wisata yang mempunyai nilai sejarah

f. Wilayah Pesisir, Perairan dan Pulau-Pulau kecil

Perikanan Tangkap

• Pasca terjadinya tsunami 26 Desember 2004 telah menghancurkan semua

fasilitas, sarana dan prasarana perikanan tangkap. Berkurangnya jumlah

nelayan serta daerah penangkapan ikan yang terbatas juga jumlah unit

penangkapan ikan yang beroperasi dilaut masih rendah, karena alat tangkap

kapal belum seluruh wilayah merata, menyebabkan produksi perikanan

tangkap berkurang.

• Banyak terumbu karang sebagai habitat ikan di laut yang telah hancur serta

terjadi kerusakan hutan lingkungan. Selain itu terjadinya penangkapan ikan

secara bebas tanpa batasan, sehingga mengganggu pengoperasian alat alat,

baik alat tangkap maupun alat bantu seperti rumpon rumpon dan alat

pancing.

• Penggunaan bahan peledak oleh nelayan untuk penangkapan berbagai

macam jenis ikan karang cukup riskan. Selain itu penangkapan ikan hias

dengan menggunakan racun juga dapat membahayakan masyarakat nelayan.

• Penjarahan ikan secara besar besaran yang dilakukan oleh nelayan asing

dengan peralatan yang canggih (menggunakan sistem komputerisasi dan

satelit GPS), menyebabkan berkurangnya produksi tangkap.

• Nelayan pesisir Kabupaten Besar secara umum merupakan nelayan kecil yang

mengalami kesulitan memperoleh modal usaha dari lembaga lembaga yang

seharusnya menyediakan pinjaman. Hal ini menyebabkan terhambatnya

kelancaran operasi penangkapan ikan.

Page 66: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 20PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh musim terutama musim barat dan saat

perpindahan ikan pada musim tertentu juga mempengaruhi hasil tangkapan

nelayan.

Budidaya Perikanan laut

• Keterbatasan modal para nelayan untuk budidaya perikanan laut.

• Pengetahuan dan ketrampilan untuk budidaya perikanan laut masih kurang

memadai.

• Kebiasaan dan kemudahan nelayan untuk penangkapan ikan langsung dilaut,

menyebabkan budidaya perikanan laut kurang berkembang.

Budidaya Rumput Laut

• Pengelolaan usaha rumput laut masih tergolong relatif rendah ditinjau dari

sudut produksi maupun luas lahan garapan. Hal ini disebabkan pemanfaatan

dan pemasaran rumput laut di Kabupaten Aceh Besar masih tergolong langka,

karena belum ada permintaan dalam skala daerah.

Budidaya Air Payau (Tambak)

• Berkurangnya luas hutan rawa dan mangrove akan menurunkan kualitas

lingkungan yang dibutuhkan untuk memproduksi budidaya air payau

(tambak).

• Terjadinya kerusakan dan timbulnya penyakit pasca tsunami serta besarnya

modal dan resiko kegagalan, menyebabkan kegiatan budidaya air payau

(tambak) kurang berkembang.

• Faktor keamanan yang menjadi pertimbangan dalam proses produksi di

bidang budidaya perikanan tambak.

Fasilitas dan Infrastruktur Perikanan laut

• Telah terjadi kerusakan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) serta Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) pasca tsunami terdapat di Krueng Raya (Kec. Mesjid

Raya), Lambada Lhok (Kec. Baitussalam), Peukan Bada dan Lhoknga.

Wilayah Pulau-Pulau Kecil

• Terjadi kerusakan wilayah pesisir dan pantai pada pulau pulau kecil yang

terdapat di Kecamatan Pulo Aceh, Peukan Bada dan Kecamatan Lhoong akibat

bencana tsunami.

Page 67: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 21PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Fasilitas, sarana dan prasarana pendukung di pulau pulau kecil yang

berpenghuni seperti di Pulau Breuh, Pulau Nasi, Pulau Teunom (Kec. Pulo

Aceh) dan Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada) kurang memadai akibat bencana

tsunami.

• Kurang adanya perhatian khusus terhadap pulau pulau kecil luar seperti Pulau

Benggala (Kec. Pulo Aceh) dan Pulau Rusa (Kec. Lhoong).

3.2.2.2 Permasalahan Ekonomi Wilayah

Permasalahan ekonomi yang muncul terjadi pada sektor pertanian, perdagangan dan jasa,

Industri dan sektor pertambangan yang dijelaskan berikut ini.

a. Sektor Pertanian

Pertanian tanaman pangan

- Terjadi kerusakan pertanian sawah seluas 2.491 ha akibat bencana tsunami dan

gempa yang terjadi di Kecamatan Peukan Bada, Lhoknga, Lhoong, Mesjid Raya,

dan Pulo Aceh.

- Prasarana irigasi tidak berfungsi secara optimal dan sebagian jaringan rusak

- Banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau pada sawah irigasi

- Belum optimalnya produksi padi

- Gangguan hama (babi, tikus, dll) yang merusak tanaman pertanian/perkebunan

terutama di Kecamatan Lembah Seulawah, Jantho dan Kecamatan Seulimeum.

Perkebunan

- Keterbatasan lahan untuk perkebunan karena kendala status lahan, terjadi

diseluruh wilayah Kab. Aceh Besar.

- Terjadi kerusakan kebun akibat tsunami dan gempa seluas 1.893 ha, terjadi di

Kecamatan Lhoong, Lhoknga, Leupung, Mesjid Raya, Baitussalam, Peukan Bada,

Pulo Aceh.

- Kendala permodalan dan pembibitan untuk perkebunan, terutama untuk

perkebunan rakyat.

Perikanan

- Terjadi kerusakan tambak 1.424 ha akibat bencana tsunami dan gempa dan

belum dapat dibudidayakan kembali akibat barbagai penyakit dan kerusakan

Page 68: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 22PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

tanggul, terjadi di Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Lhoong dan Mesjid

Raya

- Sarana sentra perikanan terjadi kerusakan berupa TPI dan PPI

- Belum optimalnya pemanfaatan laut seperti rumput laut

- Belum optimalnya pemanfaatan air tawar untuk perikanan.

Peternakan

- Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha ternak hulu dan hilir

- Bantuan sarana dan prasarana pendukung ternak

- Dukungan penyuluhan untuk usaha peternakan

b. Sektor Perdagangan dan Jasa

• Kegiatan pasar (perdagangan) pada kecamatan kecamatan di sekitar wilayah pantai

belum berfungsi kembali akibat tsunami dan gempa seperti terjadi di Kecamatan

Mesjid Raya, Baitussalam, Peukan Bada, Lhoknga dan Kecamatan Lhoong

• Kegiatan pasar ditiap tiap kecamatan biasanya hanya ramai pada hari pasaran

tertentu atau seminggu sekali, kecuali Pasar Lambaro yang ramai setiap hari.

• Rehabilitasi pasar yang rusak akibat kebakaran seperti terjadi di Pasar Sukamakmur

dan Pasar Seulimeum

• Kendala permodalan untuk pengembangan usaha perdagangan dan jasa

c. Sektor Industri kecil dan menengah

• Kendala permodalan, pemasaran serta ketrampilan/keahlian dalam usaha industri

kecil.

• Kurangnya penyuluhan maupun pelatihan untuk pengembangan usaha industri kecil

• Terjadi kerusakan industri Besar Semen Andalas dan industri menengah di Krueng

Raya akibat bencana tsunami dan gempa.

d. Sektor pertambangan

• Pertambangan galain C di Sungai Krueng Aceh tidak terkendali dan dapat merusak

lingkungan

• Belum tergalinya sumberdaya pertambangan

• Terbatasnya ketersediaan data yang akurat untuk potensi pertambangan

Page 69: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 23PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

3.2.2.3 Permasalahan Sumberdaya Manusia

Masalah masalah yang menyangkut sumberdaya manusia terkait dengan kemampuan usaha,

tenaga kerja serta ikatan kekerabatan.

a. Kemampuan Usaha

• Kurangnya bantuan pelatihan ketrampilan untuk kegiatan usaha di luar sektor

pertanian.

• Hilangnya mata pencaharian sebagian penduduk yang terkena bencana tsunami dan

gempa dan sebagian belum mendapat pekerjaan yang tetap.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang siap pakai umumnya kurang dibekali pendidikan/ketrampilan yang

memadai.

c. Ikatan Kekerabatan

Untuk penduduk yang tinggal di komplek permukiman perkotaan sebagian telah

berkurang ikatan kekerabatannya.

3.2.2.4 Permasalahan Sumberdaya Buatan

Permasalahan yang muncul terhadap sumberdaya buatan meliputi : permasalahan

transportasi, irigasi, air bersih, listrik dan telepon.

a. Transportasi

• Lebar jalan jalur tengah lintas sumatera Banda Aceh – Medan yang melalui

Kabupaten Aceh Besar masih kurang, karena sering terjadi kemacetan lalu lintas

terutama disekitar Kota Lambaro.

• Sebagian Jalan Kolektor Primer pada jalur pantai barat Banda Aceh – Meulaboh

belum dilakukan pengaspalan, sehingga bila cuaca panas menyebabkan polusi udara.

• Jalan penghubung antar desa banyak mengalami kerusakan

• Jalan jalan sekitar pantai telah mengalami kerusakan akibat tsunami dan gempa

seperti terjadi di Kecamatan Peukan Bada, Lhoknga, Baitussalam, Leupung

(hilangnya ruas jalan dan jembatan Leupung – Lhoong 5 km), Lhoong, Pulo Aceh dan

Kecamatan Seulimeum.

• Jalur rel kereta api yang dulu pernah ada telah dibongkar.

• Pelabuhan Malahayati sebelum tsunami telah melayani angkutan penumpang orang,

namun setelah tsunami tidak melayani angkutan penumpang lagi.

Page 70: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 24PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Terjadi kerusakan pelabuhan lokal akibat tsunami seperti pelabuhan Lampuyang dan

Gugop di Kecamatan Pulo Aceh, Pelabuhan Ujung Pancu dan Lam Teungoh di Kec.

Peukan Bada.

• Kurangnya kapasitas penerbangan di Bandara Udara Iskandar Muda, akibat animo

penumpang yang cukup banyak.

b. Irigasi

• Debit air saluran irigasi kurang terutama pada musim kemarau.

• Sebagian saluran irigasi yang ada telah mengalami kerusakan dan kebocoran.

• Banyak saluran irigasi tersier yang belum menjangkau areal persawahan.

• Irigasi semi teknis di Kecamatan Lhoknga dan Lhoong telah terjadi kerusakan akibat

bencana tsunami dan gempa

c. Air Bersih

• Jaringan air bersih belum menjangkau wilayah yang lebih luas

• Terjadi kebocoran kebocoran jaringan air bersih

• Jaringan air bersih yang telah ada sebagian tidak berfungsi lagi seperti jaringan air

bersih di Lhoknga (rusak akibat tsunami dan gempa), Mesjid Raya dan di Saree

d. Listrik

Terjadi kerusakan jaringan listrik terutama di Kecamatan kecamatan yang terkena

bencana tsunami dan gempa.

e. Telepon

• Belum semua kecamatan dapat pelayanan jaringan telepon kabel.

• Jaringan telepon di kecamatan yang terkena bencana tsunami dan gempa belum

berfungsi kembali seperti di Kecamatan Peukan Bada, Lhoknga dan Baitussalam.

3.2.2.5 Permasalahan Struktur Ruang

Pusat pusat kota yang telah membentuk struktur ruang yang ada, terdapat permasalahan

permasalahan, diantaranya :

• Kota Jantho sebagai kota pemerintahan saat ini belum terlayani angkutan umum

yang optimal, sehingga belum dapat melayani kebutuhan administratif masyarakat

Kabupaten Aceh Besar. Selain itu daya hubung Kota Jantho tidak merata untuk

dijangkau dari ibukota-ibukota kecamatan yang secara langsung kegiatan kawasan

perkotaan Kota Jantho kurang berkembang.

Page 71: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 25PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Umumnya orientasi pelayanan lebih cenderung ke pusat Kota Banda Aceh

dibandingkan ke pusat pusat kota yang ada di Kabupaten Aceh Besar, sehingga

pusat pusat kota tersebut terasa kurang berkembang, kecuali pusat Kota Lambaro.

• Pusat Kota Krueng Raya dan Kota Lhoknga terkena bencana tsunami dan gempa,

sehingga perkembangannya agak lamban.

3.3 POTENSI DAN MASALAH WILAYAH KECAMATAN

Upaya untuk memperoleh gambaran detail tentang potensi dan masalah ditingkat kecamatan

secara spasial, maka diuraikan potensi dan masalah kecamatan kecamatan yang ada di

Kabupaten Aceh Besar yang menyangkut : perekonomian, sumber daya alam, sumber daya

manusia dan sumber daya buatan seperti yang tersaji pada Tabel 3.3.

Page 72: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 3 - 26PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 3.3

POTENSI DAN MASALAH PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH BESAR

Page 73: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 1

Bab 4PERUMUSAN TUJUAN, KONSEP DAN

STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH

4.1 TUJUAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH Tujuan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Mewujudkan optimasi dan sinergi pemanfaatan ruang wilayah secara berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

ketahanan nasional.

b. Menciptakan keserasian dan keseimbangan antar wilayah, antar kawasan dan antar

sektor pembangunan.

c. Menciptakan keterpaduan program-program pembangunan wilayah

d. Mendorong minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten Aceh

Besar.

4.2 KONSEP DASAR PENGEMBANGAN Sebagai langkah awal dalam pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar,

maka dibuat konsep dasar pengembangan yang meliputi konsep dasar pengembangan fisik,

konsep dasar pengembangan ekonomi serta konsep pengembangan tata ruang.

4.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Fisik Konsep pengembangan fisik di Kabupaten Aceh Besar didasarkan pada daya dukung fisik

lahan, fungsi lahan dan penggunaan lahan. Selengkapnya konsep dasar pengembangan fisik

tersebut diuraikan berikut ini.

Page 74: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 2

a. Daya dukung fisik lahan

Dalam rangka pengembangan fisik lahan, maka daya dukung fisik lahan perlu

mendapatkan pertimbangan dan perhatian yang serius, terutama menyangkut topografi,

kemiringan lereng, kesesuaian lahan, geologi dan geomorfologi serta sumber daya air.

Untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian maupun perkebunan, maka semua

faktor pertimbangan tersebut dijadikan dasar utama dalam pengembangan. Sementara

untuk pengembangan kawasan lindung, maka selain pertimbangan tersebut diatas juga

pertimbangan lain seperti : kelestarian flora dan fauna, kelestarian alam, kelestarian

budaya dan sejarah dan lain sebagainya.

b. Fungsi lahan

Fungsi lahan akan menentukan dalam pengembangan fisik lahan, karena lahan lahan

yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung berdasarkan peraturan yang sudah

berlaku, maka akan sulit untuk menjadikan lahan tersebut untuk dijadikan kawasan

budidaya.

c. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang ada akan mendasari dalam pengembangan fisik, bila

penggunaan lahan berupa sawah, maka pengembangan fisiknya akan cenderung berupa

sawah. Demikian juga bila penggunaan lahan berupa permukiman, maka pengembangan

fisiknnya mengarah pada permukiman.

4.2.2 Konsep Dasar Pengembangan Ekonomi Konsep dasar pengembangan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar terkait dengan

pengembangan KAPET Bandar Aceh Darussalam yang meliputi wilayah Kota Banda Aceh

(seluruh kecamatan), Kabupaten Aceh Besar (Kec. Lhoknga, Darussalam, Kuta Baro, Peukan

Bada, Seulimeum dan Kec. Mesjid Raya) serta Kab. Pidie (Kec. Batee, Padang Tiji, Muara

Tiga dan Kota Sigli). Program perencanaan untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah :

Pengembangan kawasan industri terpadu Blang Ulam dan kawasan peternakan terpadu Kuta

Baro.

Disamping itu terkait pula dengan penetapan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas, kawasan Sabang adalah wilayah yang meliputi : Pulau Weh, Pulau

Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, Pulau Rondo, Pulau Breuh, Pulau Nasi dan Pulau Teunom

serta pulau pulau kecil disekitarnya. Pulau Breuh dan Pulau Nasi itu sendiri terdapat di

Page 75: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 3

Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Sehingga kawasan Sabang meliputi juga

sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Besar.

Dalam konteks wilayah, Kota Sabang, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar terkait

dalam satu kesatuan ekonomi, sehingga pengembangan ekonomi Kabupaten Aceh Besar

terkait dengan kedua kota tersebut. Berdasarkan PDRB Sabang tahun 2004 berdasarkan

harga berlaku sebesar Rp. 142,6 juta, sektor utama konstruksi dan bangunan (22,2 %),

perdagangan restoran dan hotel (22,1 %) dan pertanian (19,6 %). PDRB Banda Aceh pada

tahun 2004 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 992,6 juta, sektor utama transportasi

dan perhubungan (33,2 %), perdagangan restoran dan hotel (21 %), pertanian (16,7 %).

Adapun PDRB Aceh Besar pada tahun 2004 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 1.976,4

juta, sektor utama pertanian (48,00 %), (industri pengolahan (17,56 %), bangunan

konstruksi (12,18 %), transportasi dan perhubungan (8,81 %) (lihat grafik pada Gambar

4.1)

Berdasarkan perbandingan PDRB tersebut, ternyata Kab. Aceh Besar yang mempunyai nilai

PDRB yang paling Besar terutama di sektor pertanian dan industri pengolahan. Dengan

demikian berdasarkan sektor utama yang dominan dalam PDRB serta program program

perencanaan dalam KAPET Bandar Aceh Darussalam dan potensi yang dilikinya, maka

konsep pengembangan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar diarahkan pada :

a. Pengembangan pertanian yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, perikanan dan kehutanan.

b. Pengembangan industri pengolahan yang berbasis pada agro industri.

4.2.3 Konsep Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Wilayah Kabupaten Aceh Besar merupakan wilayah yang bervariasi yang mempunyai

wilayah pegunungan, daratan, pesisir pantai dan pulau pulau kecil. Untuk itu, konsep dasar

pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Aceh tidak lepas kaitannya dengan bentuk

bentuk wilayah tersebut. Dalam pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Aceh

Besar didasarkan pada :

Unsur unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan

buatan yang digambarkan secara hirarkis yang berhubungan satu dengan lainnya

membentuk struktur ruang kabupaten.

Page 76: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 4

Jaringan jalan yang menghubungkan pusat pusat kegiatan dan pusat pusat

pelayanan.

Dalam pengembangan pemanfaatan ruang meliputi pengembangan pemanfaatan kawasan

lindung dan kawasan budidaya. Dasar dasar pengembangan pemanfaatan kawasan lindung

adalah :

PPDDRRBB AAcceehh BBeessaarr 2004 harga berlaku Rp. 1.976,4 juta. Sektor Utama: Pertanian (48,00%), Industri Pengolahan (17,56%), Bangunan Knstruksi (12,18%) Transportasi & Perhubungan

(8,81%)

PPDDRRBB BBaannddaa AAcceehh 2004 harga berlaku Rp. 992,6 juta . Sektor Utama : Transportasi & Perhubungan (33,2%), Perdagangan, Restoran & Hotel

(21,8%), pertanian (16,7%)

PPDDRRBB SSaabbaanngg 2004 harga berlaku Rp. 142,6 juta. Sektor Utama : Konstruksi dan Bangunan (22,2%), Perdagangan, Restoran & Hotel

(22,1%), Pertanian (19,6%)

-100.000,00

200.000,00300.000,00400.000,00500.000,00

600.000,00700.000,00800.000,00

900.000,001.000.000,00

Pertanian

Pertambangan dan

Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik dan Air Minum

Bangunan/Konstruksi

Perdagangan, hoteldan restoran

Pengangkutan dankom

unikasi

Keuangan,persew

aan dan jasaperusahaan

Jasa-jasa

Banda Aceh Aceh Besar Sabang

Gambar 4.1 Perbandingan Nilai PDRB Kota Sabang, Kota Banda

Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

Page 77: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 5

Peraturan perundang undangan maupun ketetapan ketetapan yang ada yaitu UU No.

5 Tahun 1990 tentang Pokok Pokok Kehutanan, Kepres No. 32 Tahun 1990 Tentang

Kawasan Lindung serta peta fungsi hutan SK Menhut No. 17/KPTS-II/2003 Tentang

Kawasan Hutan dan Perairan NAD.

Kendala kendal fisik seperti topografi dan kemiringan, rawan bencana (erosi, longsor,

banjir).

Adapun pengembangan pemanfaatan kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar

didasarkan pada: kesesuaian lahan, aksesibiltas lokasi dan orientasi pengembangan.

a. Kesesuaian lahan

Pemanfaatan kawasan budidaya didasarkan pada kesesuaian lahan untuk pengembangan

pertanian lahan basah, pertanian lahan kering maupun tanaman tahunan/perkebunan.

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas lokasi untuk kegiatan kegiatan tertentu seperti kegiatan permukiman,

perdagangan dan perindustrian menjadi dasar untuk pengembangan kegiatan tersebut.

c. Orientasi pelayanan

Orientasi pelayanan wilayah Kabupaten Aceh Besar cenderung ke Kota Banda Aceh, baik

itu pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan maupun pelayanan ekonomi dan jasa

seperti pasar, pertokoaan dan perkantoran, sehingga banyak penduduk Kabupaten Aceh

Besar yang tinggal dekat dengan Kota Banda Aceh. Untuk itu, pengembangan

permukiman maupun perdagangan dan jasa di Kabupaten Aceh Besar lebih diarahkan

pada wilayah wilayah yang dekat dengan Kota Banda Aceh seperti Kota Lambaro, Peukan

Bada, Lampeneurut, Cot iri, Peukan Ateuk, Lambaro Angan dan Lambada Lhok.

4.3 STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH Sebagai tindak lanjut dari permasalahan pembangunan Kabupaten Aceh Besar dan

keterkaitannya dengan masalah pemanfaatan ruang, maka dilakukan strategi

pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar yang dijabarkan berikut ini.

4.3.1 Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Strategi yang dikembangkan dalam pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Aceh

Besar, antara lain:

Page 78: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 6

a. Pengembangan kegiatan pertanian yang mempunyai nilai ekspor dengan menyerap

tenaga kerja, strategi ini untuk percepatan laju pertumbuhan ekonomi dan kesempatan

kerja.

b. Pengembangan kegiatan pertanian yang menunjang sektor industri melalui upaya

pengembangan kawasan budidaya pertanian komersial dan menghasilkan bahan baku

bagi industri pengolahan produk pertanian.

c. Pengembangan agro industri yang memberikan konstribusi dalam upaya penciptaan

lapangan usaha dan lapangan kerja.

d. Mempertahankan pertanian sawah sebagai lumbung pangan untuk kebutuhan di

Kabupaten Aceh Besar maupun wilayah lain disekitarnya.

4.3.2 Startegi Pengembangan Sektor Unggulan dan Sektor Strategis Langkah praktis dalam pengembangan ekonomi diaplikasikan dalam pengembangan sektor

unggulan dan sektor strategis. Untuk itu strategi pengembangan sektor unggulan dan sektor

strategis adalah :

1. Mengembangkan sektor unggulan yang sesuai potensi wilayah masing masing seperti

yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Pertanian tanaman pangan dan holtikultura

Komoditas prioritas :

- Padi di Kecamatan Indrapuri, Sukamakmur, Simpang Tiga, Montasik dan Kuta

Malaka

- Jagung di Kecamatan Seulimeum, Jantho, dan Kecamatan Lembah Selawah

- Ubi kayu di Kecamatan Seulimeum dan Kuta Cot Glie

- Ubi jalar di Kecamatan Lembah Seulawah

- Kedelai di Kecamatan Darul Kamal

- Kacang Hijau di Kecamatan Darul Imarah, Peukan Bada dan Pulo Aceh.

- Durian di Kecamatan Lhoong

- Sayur sayuran Mesjid raya, Darussalam, Baitussalam, Kuta Baro dan Ingin

Jaya, Lhoong.

Komoditas Penunjang :

- Kacang tanah di Kecamatan Lhoong, Lhoknga, Leupung

- Kedelai di Kecamatan Indrapuri, Sukamakmur, Simpang Tiga dan Kuta Malaka

- Kacang Hijau di Kecamatan Montasik

Page 79: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 7

- Rambutan di Kecamatan Indrapuri, Kuta Malaka, Seulimeum, Jantho, Lembah

Seulawah, Kuta Cot Glie.

- Langsat di Kecamatan Indrapuri, Kuta Malaka

- Mangga di Kecamatan Mesjid Raya, Darussalam, Baitussalam, Kuta Baro,

Ingin Jaya dan Kr Barona Jaya

- Sayur sayuran (tomat) di Kecamatan Darul Imarah, darul Kamal dan Peukan

Bada

b. Perkebunan

Komoditas prioritas untuk masa mendatang adalan sawit telah dikembangkan di

Jantho, kakao, lada, cengkeh dan tanaman jarak.

Komoditas penunjang yang telah ada adalah : kelapa dalam, kelapa hibrida,

karet, kopi, pala, pinang dan jambu mente.

c. Peternakan

Peternakan prioritas adalah sapi yang dikembangkan di Kecamatan Lembah

Seulawah, Seulimeum, Jantho, Kuta Glie, Kuta Malaka, Indrapuri, Suka Makmur,

Ingin Jaya dan Krueng Barona Jaya.

Peternakan penunjang adalah kambing/domba, ayam, itik yang tersebar di

beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Besar.

d. Perikanan/kelautan

Perikanan prioritas adalah perikanan tangkap dilaut yang terdapat di Kecamatan

Pulo Aceh, Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Leupung dan

Lhoong. Disamping itu pengembangan kelautan seperti ikan keramba dilaut,

rumput laut, dll.

Perikanan penunjang adalah perikanan tambak di Kecamatan Baitussalam,

Peukan Bada dan Lhoong serta perikanan kolam air tawar di Jantho dan Krueng

Barona Jaya.

2. Mengembangkan sektor sektor strategis yang dapat memberikan kontribusi terhadap

pendapatan daerah serta penyerapan tenaga kerja, diantaranya:

a. Industri

Pengembangan industri besar Semen Andalas di Lhoknga, industri menengah di

Krueng Raya serta industri kecil/rumahan yang tersebar dibeberapa kecamatan.

b. Perdagangan

Page 80: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 8

Pengembangan kegiatan pasar dan pertokoan seperti pasar induk di Lambaro, serta

pasar lainnya: Pasar Saree, Seulimeum, Jantho, Kuta Cot Glie, Indrapuri, Montasik,

Sibreh, Lhoknga, Baitussalam, Krueng Raya, Ketapang.

c. Pertambangan

Pengembangan potensi pertambangan yang belum digali secara optimal dengan

melakukan studi studi kelayakan pertambangan.

d. Pariwisata

Pengembangan dan penataan pariwisata pantai di Kecamtan Lhoknga, Pulo Aceh dan

Mesjid Raya, pariwisata alam di Kecamatan Darul Kamal, Darul Imarah, Lhoong,

Leupung, Indrapuri, Lembah Selawah dan Mesjid Raya, dan pariwisata sejarah di

Kecamatan Seulimeum, Kuta Cot Glie, Indrapuri, Montasik Kuta Malaka, Suka

Makmur, Ingin Jaya, Mesjid Raya dan Peukan Bada.

4.3.3 Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah

Startegi pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah :

1. Mengembangkan pusat pusat kota yang sudah ada dan sudah terbentuk menjadi pusat

pelayanan diwilayah sekitarnya.

2. Mendorong kota kota agar lebih berkembang dan maju seperti Kota Jantho dengan

melengkapi fasilitas kota, prasarana dan sarana transportasi antar kota serta

meningkatkan daya tarik kota.

3. Menetapkan kota kota satelit sebagai pendukung dan penyangga Kota Banda Aceh pada

poros jalan Banda Aceh – Medan, poros jalan Banda Aceh – Meulaboh serta poros jalan

Banda Aceh – Pelabuhan Malahayati.

4. Menetapkan fungsi fungsi kota sesuai dengan fungsi dan peranan kota serta daya

dukung kota.

5. Menentukan struktur jaringan jalan sebagai pembentuk unsur kota.

6. Sebagai pendukung pembentukan struktur ruang, maka diperlukan penyempurnaan dan

peningkatan pelayanan transportasi yang ada untuk mendukung tumbuh dan

berkembangnya pusat pusat kota.

Page 81: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 9

4.3.4 Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung dan Budidaya

Berdasarkan potensi dan permasalahan pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar,

maka strategi pengembangan kawasan lindung dan budidaya adalah:

1. Strategi pemanfaatan kawasan lindung

Strategi pemanfaatan kawasan lindung diarahkan pada :

a. Mempertahankan fungsi dan luas kawasan lindung yang ada.

b. Menyesuaikan batas batas kawasan lindung yang telah ditetapkan dalam peta fungsi

hutan SK Menhut No. 17/KPTS-II/2003 Tentang Kawasan Hutan dan Perairan NAD.

c. Mengembalikan wilayah wilayah yang telah berubah dari kawasan lindung kedalam

fungsi lindung yang sebenarnya.

d. Mengembangkan kawasan lindung minimal 30 % dari luas Kabupaten Aceh Besar.

e. Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan kriteria kriteria teknis yang telah

ditentukan.

f. Memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung.

g. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada

kawasan lindung

h. Mengembalikan fungsi lindung pada kawasan sekitar pantai yang rusak akibat

bencana tsunami dan gempa terutama pada kawasan kawasan hutan bakau

(mangrove).

2. Strategi pemanfaatan kawasan budidaya

Strategi pengembangan kawasan budidaya adalah :

a. Menetapkan kawasan budidaya berdasarkan kesesuaian lahan, daya dukung

lingkungan serta nilai ekonomis suatu lahan.

b. Memanfaatkan ruang kawasan secara optimal sesuai dengan kemampuan lahan.

c. Mengendalikan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang

ditetapkan dalam RTRW.

d. Mendorong kawasan kawasan budidaya yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam

RTRW

e. Membatasi kawasan budidaya yang terdapat pada kawasan lindung.

f. Melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap kawasan budidaya yang terkena

bencana tsunami dan gempa terutama untuk kegiatan permukiman, pertanian sawah,

tambak dan kebun.

Page 82: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 10

4.3.5 Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah

Pengembangan prasarana wilayah di Kabupaten Aceh Besar meliputi prasarana transportasi

dan prasarana irigasi.

1. Strategi pengembangan prasarana transportasi

Strategi pengembangan transportasi jalan

a. Meningkatkan jalan jalan alternatif yang menuju Kota Banda Aceh dengan pelebaran

jalan untuk menghindari route jalan Banda Aceh – Medan.

b. Menghubungkan aksesibilitas antar kota dengan melakukan pembangunan dan

peningkatan jalan terutama untuk menghubungkan jalan Jantho – Lamno dan Jantho

– Keumala

c. Akibat bencana tsunami dan gempa, maka jalan jalan yang rusak dilakukan

pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan terutama jalan Banda Aceh –

Meulaboh.

d. Memperlancar hubungan antar kecamatan dan antar desa dengan pembangunan dan

peningkatan jalan dan jembatan yang rusak.

e. Menghubungkan jalan jalan akses ke pertanian untuk memperlancar sarana produksi

dan pemasaran dengan pembangunan maupun peningkatan jalan.

f. Memudahkan transit untuk penumpang orang dengan pembangunan baru mapun

peningkatan terminal yang ada.

Strategi pengembangan transportasi laut

a. Memperlancar arus bongkar muat Pelabuhan Malahayati dengan pengembangan

kapasitas pelabuhan serta meningkatkan jalan yang menuju pelabuhan dengan

pelebaran jalan.

b. Mengaktifkan kembali angkutan penumpang orang dari Pelabuhan Malahayati menuju

Medan.

b. Mefungsikan kembali pelabuhan pelabuhan nelayan yang hancur akibat tsunami

dengan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi terutama untuk pelabuhan nelayan

Lampuyang, Gugob, Ujung Pancu dan Lam Teungoh.

Strategi pengembangan transportasi udara

a. Meningkatkan arus penerbangan di Bandara Udara Iskandar Muda dengan

pengembangan bandara melalui meningkatkan kapasitas landasan penerbangan.

Page 83: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 11

b. Meningkatkan pelayanan penumpang dengan menambah route route perjalanan yang

langsung ditempat tujuan.

Strategi pengembangan Rel Kereta

a. Mengaktifkan kembali rel kereta api yang sudah ada dengan pembangunan rel kereta

dan stasiun stasiun yang telah ada.

b. Mengidentifikasikan lahan milik kereta api dengan melakukan pendataan dan

inventarisasi lahan.

2. Strategi pengembangan prasarana irigasi

Strategi dalam pengembangan prasarana irigasi adalah :

a. Meningkatkan kapasitas sumber air irigasi dengan pembangunan bendungan baru

seperti bendung Keuliling serta bendung bendung lainnya yang berpotensi.

b. Meningkatkan pelayanan irigasi dengan rehabilitasi saluran irigasi yang mengalami

keruskan serta membangun saluran tersier untuk menjangkau wilayah pertanian

sawah.

3. Strategi pengembangan fasilitas

a. Meningkatkan pelayanan fasilitas pemerintahan dengan melakukan rehabilitasi

maupun pembangunan baru terutama kecamatan pemekaran baru Blang Bintang.

b. Meningkatkan pelayanan fasilitas pendidikan dengan penambahan sekolah baru

dimasa mendatang terutama fasilitas TK, SD dan SLTP maupun rehabilitasi sekolah

sekolah yang ada.

c. Meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan dengan penyediaan fasilitas kesehatan

terutama pada tempat tempat terpencil serta pengembangan rumah sakit umum

dalam skala wilayah.

d. Meningkatkan pelayanan fasilitas peribadatan dengan rehabilitasi tempat tempat

ibadah seprti musholla, meunasah dan masjid serta penambahan fasilitas peribadatan

bagi tempat yang masih membutuhkan.

e. Meningkatkan fisilitas perdagangan dengan peningkatan prasarana dan sarana pasar

serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasar akibat tsunami maupun kebakaran.

Page 84: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 12

4. Strategi pengembangan utilitas

a. Meningkatkan pelayanan air bersih dengan pemanfaatan sumber sumber air bersih

secara optimal seperti Sungai Krueng Aceh, mata air serta melakukan rehabilitasi

maupun pembangunan jaringan air bersih.

b. Meningkatan pelayanan listrik dengan melakukan penambahan daya listrik serta

penambahan jaringan maupun rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan listrik yang rusak

akibat tsunami dan gempa

c. Meningkatkan pelayanan telepon dengan pembangunan jaringan telepon ke setiap

kecamatan serta melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan telepon yang rusak

akibat tsunami dan gempa.

d. Melakukan pengelolaan air limbah dengan pembuangan air limbah rumah tangga

ketempat tempat pembuangan maupun sumur resapan serta pembuangan tinja

manusia ketempat septic tank

e. Melakukan pengelolaan sampah dengan penyediaan TPA dan TPS maupun armada

armada pengangkut sampah.

4.3.6 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas

Pengembangan kawasan prioritas di Kabupaten Aceh Besar dapat dikelompokkan dalam

kawasan yang cepat berkembang, kawasan yang lambat berkembang namun mempunyai

potensi hinterlad dan eksternalitas yang tinggi, kawasan pariwisata, cagar alam dan suaka

margasatwa, kawasan lahan kritis dan rawan bencana serta kawasan yang perlu

penanganan segera. Strategi pengembangan kawasan prioritas adalah :

a. Kawasan yang cepat berkembang

Strategi penanganan kawasan cepat berkembang adalah dengan pengembangan

maupun penataan kawasan perkotaan satelit Banda Aceh seperti Kota Lambaro, Kota

Lhoknga dan Kota Krueng Raya serta kota kota koridor pengembangan Banda Aceh

seperti Kota Lambaro Angan, Blang Bintang, Lambada Lhok, Peukan Bada, Lampeneurut,

Peukan Ateuk dan Cot Iri.

b. Kawasan yang lambat berkembang tetapi mempunyai potensi hinterland dan

eksternalitas yang tinggi.

Strategi penanganan kawasan yang lambat berkembang tetapi mempunyai potensi

hinterland dan eksternalitas yang tinggi adalah:

Page 85: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 13

Mengembangkan fungsi Kota Jantho bukan hanya sebagai kota pemerintahan,

namun fungsi kota lainnya seperti fungsi kota pendididikan yang mempunyai skala

pelayanan kabupaten, provinsi maupun nasional serta fungsi pariwisata.

Mengembangkan kawasan berdasarkan fungsi potensial kawasan seperti Kawasan

lumbung padi (Indrapuri, Cot Glie, Montasik), kawasan transit dan persinggahan

(Saree/Lembah Seulawah, Lhoong), kawasan andalan lahan kering (Lembah

Seulawah), kawasan pulau dan kepulauan (Pulo Aceh), kawasan pertambangan

logam dan mineral (Lembah Seulawah, Jantho, Cot Glie dan Pulo Aceh).

c. Kawasan pariwisata, cagar alam dan suaka margasatwa

Strategi penanganan kawasan ini adalah dengan mempertahankan dan mengembangkan

ekstensinya sebagai kawasan pariwisata, cagar alam dan suaka marga satwa, kawasan

ini meliputi: Taman Hutan Raya Cut Meurah Intan, Cagar Alam Jantho, wisata alam.

d. Kawasan lahan kritis dan rawan bencana

Strategi penanganan kawasan lahan kritis dan rawan bencana adalah memelihara fungsi

lindungnya agar tidak terjadi kerusakan lingkungan

e. Kawasan yang perlu penanganan segera

Kawasan yang perlu penanganan segera adalah kawasan kawasan sekitar pantai yang

terkena bencana tsunami dan gempa, strategi penanganannya adalah melakukan

rehabilitasi dan rekonstruksi dari semua sektor, meliputi : perumahan, infrastruktur,

kegiatan ekonomi dan lingkungan sekitar pantai.

4.3.7 Strategi Mitigasi Bencana

Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa bencana gempa bumi dan tsunami yang

terjadi di wilayah Provinsi NAD pada tahun 2004 menjadi perhatian dunia. Selama ini dalam

proses perencanaan tata ruang sebagaimana yang tertuang dalan UUPR No 24 tahun 1992,

faktor bencana alam dan bencana lainnya tidak secara khusus dikejawantahkan secara

detail, sebatas hanya identifikasi kawasan rawan bencana yang masuk dalam pembahasan

kawasan tertentu tanpa adanya indikasi untuk antisipasi dan penyelamatan pada saat

terjadinya bencana.

Tsunami adalah serangkaian gelombang tinggi yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah

besar air laut secara tiba-tiba. Fenomena alam yang diakibatkan oleh gempa bumi, letusan

gunung berapi, atau pergeseran lempeng bumi di bawah permukaan air dapat mencapai

Page 86: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 14

ketinggian sekitar 15,24 meter atau lebih yang dapat menghancurkan bangunan, komunitas

pantai, dan sekitarnya.

Prinsip-prinsip perencanaan dan perancangan bangunan yang dapat dilakukan untuk

memperkecil resiko kerusakan akibat tsunami antara lain :

1. Menghindari daerah terpaan

Hal ini dapat dilakukan dengan:

Menempatkan bangunan dan infrastruktur di bagian tapak yang tinggi

Menaikkan struktur di atas ketinggian terpaan tsunami

Memperkuat podium (tempat berpijaknya bangunan).

2. Memperlambat arus air

Teknik memperlambat arus air dapat dilakukan dengan membuat penahan yang dapat

memperlambat dan mengurangi daya hancur gelombang seperti hutan buatan, saluran

air, kontur tanah, dan jalur hijau. Untuk Kota Banda Aceh sampai Lhoknga telah

dibangun tanggul air asin untuk menahan gelombang pasang

3. Membelokkan kekuatan air

Teknik pembelokan kekuatan tsunami yaitu:

- Menggunakan tembok-tembok bersudut dan saluran air

- Menggunakan permukaan dengan lapisan yang memudahkan jalannya aliran air.

4. Menghambat terpaan air

Terpaan kekuatan gelombang air dapat dihambat melalui:

- Tembok

- Terasering (penataan gundukan/tanah curam berbentuk anak tangga)

- Jalur hijau

- Struktur parkir dan konstruksi lain yang kokoh

Page 87: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 15

Keempat strategi dasar di atas dapat dipakai secara terpisah atau dikombinasikan dalam

strategi yang lebih luas. Metodenya dapat dipakai secara pasif untuk membuat tsunami

melewati wilayah tanpa menyebabkan kerusakan besar.

Contoh Penerapan Bangunan di Tepi Pantai

Untuk bangunan di kawasan tepi pantai sebaiknya dibuat bertingkat atau berbentuk

bangunan panggung dengan struktur beton yang kuat, agar bisa dilalui oleh run-up tsunami.

Bagian bawah selain dimanfaatkan untuk fungsi publik, juga berfungsi sebagai tempat

lewatnya run-up tsunami.

Strategi Menghindar

Strategi Menahan Strategi Membelokan

Strategi Memperlambat

Gambar 4.2 BEBERAPA CONTOH ANTISIPASI BENCANA TSUNAMI

Page 88: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 16

Bangunan Penyelamatan

Bangunan penyelamatan ditujukan sebagai lokasi penyelamatan diri bagi masyarakat yang

terkena bencana. Bangunan penyelamatan ini dapat berupa bukit penyelamatan (escape hill)

dan gedung penyelamatan (escape building). Bangunan penyelamatan dapat dibangun

dengan mengolah bukit yang sudah ada, atau membuat bukit dari sisa puing-puing,

dan/atau bentuk bangunan (bila tanah tidak tersedia), atau berbentuk kawasan-kawasan

penyelamatan (hutan kota, taman kota, lapangan sepak bola), dimana gempa bumi dan/atau

gelombang tsunami tidak mampu menjangkaunya.

Sketsa – Tampak Bangunan di Tepi Pantai

Pola Kawasan Permukiman dan Perumahan di Daerah Tepi Pantai

Gambar 3.34 Sketsa – Potongan Bangunan di Tepi Pantai

Gambar 4. 3 CONTOH PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN KAWASAN PESISIR

Page 89: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 17

Pemilihan tipe bangunan penyelamatan yang sesuai sangat ditentukan oleh kondisi wilayah

rawan bencana, misalnya bukit penyelamatan memerlukan lahan yang relatif lebih luas.

Sebagai contoh, sebuah bukit penyelamatan dengan luas 2.500 m2, berbentuk bujur

sangkar, tinggi puncak bukit 10 meter dan kemiringan pendakian 1:3 dari keempat sisi,

memerlukan lahan seluas 12.100 m2.

Sebaliknya sebuah gedung penyelamatan berlantai 4 (ekspansi vertikal) dengan asumsi

sasaran evakuasi lantai III dan IV, maka memerlukan luas 1.250 m2 per lantai, dengan luas

lahan minimum 3.750 m2 (asumsi luas lahan/tanah adalah tiga kali luas satu lantai gedung).

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa luas lahan untuk bukit penyelamatan melebihi

tiga kali luas lahan untuk gedung penyelamatan.

1. Bukit Penyelamatan (Escape Hill)

Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi escape hill:

a. Dapat dicapai masyarakat dalam waktu sependek mungkin misalnya 5, 10, 15, 20

menit (dengan radius pelayanan berturut-turut 500 m, 1.000 m, 1.500 m, 2.000

m) oleh orang tua, perempuan dan anak-anak.

b. Memiliki radius pelayanan terhadap kawasan permukiman di sekitarnya.

c. Semakin jauh dari pantai, maka semakin rendah ketinggian bukit, tergantung

pada kondisi topografi wilayah.

d. Semakin jauh dari pantai, maka jarak waktu semakin besar.

e. Kemiringan bukit mencapai 350 dengan ramp antara 120—150.

f. Antar-escape hill dapat dibangun sabuk pohon.

g. Escape hill dapat disertai dengan hutan kota, taman kota, serta berbagai fasilitas

umum dan fasilitas sosial, sehingga dapat berfungsi juga sebagai tempat wisata.

h. Luas lahan yang dibutuhkan sekitar 1 m2 per orang.

2. Gedung Penyelamatan (Escape Building)

Gedung penyelamatan dapat berupa fasilitas peribadatan (masjid), fasilitas

pendidikan (sekolah), gedung pertemuan, gedung perkantoran atau perbelanjaan,

dan bangunan fisik lainnya yang tahan gempa dan tsunami (persyaratan khusus).

Escape building harus memiliki aksesibilitas yang tinggi, sehingga tidak mustahil

masih berada pada wilayah yang berpotensi untuk tersapu gelombang tsunami. Oleh

Page 90: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 18

karena itu, rancangan dan konstruksi escape building memiliki kriteria-kriteria teknis

seperti:

a. Lokasi gedung penyelematan sebaiknya berada di luar wilayah terpaan tsunami.

b. Konfigurasi bangunan (bentuk, ukuran, ketinggian, dan orientasinya), misalnya

setiap struktur bangunan di bawah ketinggian 20 kaki pada garis permukaan laut

dirancang untuk menahan terpaan air.

c. Memperhatikan intensitas dan frekuensi ancaman bencana.

d. Gedung penyelamatan harus dirancang sesuai dengan standar-standar rancangan

struktural dan non-struktural.

e. Memperhatikan bahan bangunan inti dan pendukungnya yang tahan tsunami.

f. Kualitas peralatan dengan tingkat keandalan tertentu.

g. Kualitas konstruksi harus diuji melalui tes uji teknik.

Gedung penyelamatan menjadi alternatif yang paling tepat diterapkan pada daerah

dengan kondisi lahan kosong yang sangat terbatas. Namun desain bangunan

tersebut harus memiliki kekuatan struktural yang handal sebagai gedung super kuat

(very strong buildings) yang tahan gempa, tsunami dan bencana alam lainnya.

Konsekuensinya adalah biaya fisik yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan

gedung biasa.

Untuk target pembangunan jangka panjang, pembangunan gedung penyelamatan

tidak tergolong mahal, karena gedung superkuat tersebut akan digunakan sampai

beberapa generasi mendatang. Dalam proses rekonstruksi wilayah Aceh dan

sekitarnya, bangunan publik seperti masjid, meunasah, sekolah, rumah sakit, gedung

olah raga, pasar dan lain-lain di wilayah pasca bencana dapat difungsikan sebagai

gedung super kuat untuk alternatif bangunan penyelamatan. Gedung/rumah milik

masyarakat juga dapat dibangun sebagai gedung super kuat, sehingga penataan tata

ruang pada suatu wilayah lebih fleksibel, termasuk memperluas jalur evakuasi.

Strategi penyiapan dan pembangunan gedung penyelamatan (escape building)

antara lain:

a. Identifikasi terhadap Bangunan-Bangunan Spesifik sebagai Tempat Perlindungan

Vertikal.

Page 91: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 19

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelayakan sebuah

bangunan antara lain ukuran, jumlah lantai, akses, isi bangunan, dan pelayanan

yang tersedia di dalamnya. Sebagai contoh, jika taksiran ketinggian gelombang

tsunami tidak melebihi satu lantai (sekitar 10 kaki = 3,05 meter), maka

rancangan lantai-terbuka/bangunan panggung dapat diterapkan agar gelombang

dapat melintas dengan kerusakan minimal pada bangunan.

b. Melakukan Persetujuan dan Menentukan Prosedur dengan Pemilik Bangunan.

Pada umumnya, tempat perlindungan untuk evakuasi vertikal dapat disiapkan

dalam bangunan-bangunan pribadi. Persetujuan yang tepat harus dinegosiasikan

dengan para pemilik bangunan mengenai hal pemberitahuan, standar perawatan,

kompensasi, lama penghunian, keamanan, dan pertanggungjawaban.

c. Menerapkan Informasi yang Efektif dan Program-program Pendidikan.

Keberadaan escape building sangat penting, sehingga informasi lokasi, cara

pencapaian, serta prosedur-prosedur lainnya harus dapat disosialisasikan secara

terstruktur. Masyarakat dapat menggunakan brosur, instruksi satu-lembar, uji

coba sistem peringatan secara berkala, informasi media elektronik dan cetak,

sinyal-sinyal, dan latihan-latihan respon keadaan darurat untuk terus menjaga

pemahaman dan menanamkan perilaku respon yang efektif.

d. Memelihara Program dalam Jangka Panjang.

Peninjauan ulang tentang suatu program evakuasi yang terkait dengan escape

building harus mengikutsertakan para pemilik bangunan dan pihak-pihak lain

yang terkait dalam program. Simulasi berkala harus dilakukan sebagai latihan dan

pelajaran yang berharga, bagi para penduduk yang menghuni wilayah-wilayah

rentan gempa dan tsunami.

Page 92: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 20

Sumber: Lampiran 4 Peraturan Presiden RI No. 30 Tahun 2005

3. Jalan Penyelamatan (Escape Road)

Gambar 4 4 CONTOH “ESCAPE HILL”

Gambar 3.35.b : Memasukan escape hilldan radius pelayanan terhadap pemukiman.

Gambar 3.35.c : Zonasi radius, semakin jauh dari pantai, jarak waktu semakin besar.

Gambar 3.35.d : Ketinggian escape hill, semakin jauh dari pantai, semakin rendah.

Gambar 3.35.e : Model escape hill alami. Gambar 3.35.f : Formasi escape hill bisa bermacam-macam dan bisa dimanfaatkan untuk fasum dan fasos.

Page 93: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 21

Jalan penyelamatan dapat berupa jaringan jalan yang ada atau dengan membuat

jalan khusus kearah yang lebih tinggi. Escape Road harus memiliki aksesibilitas yang

tinggi kearah yang aman terpaan gelombang tsunami, mengingat tinggi gelombang

tsunami yang terjadi pada kawasan pesisir mencapai 5 – 50 m pada radius 1 – 5 km .

Oleh karena itu, penentuan jaringan jalan escape road harus memiliki kriteria-

kriteria teknis seperti:

a. Jaringan jalan yang mempunyai banyak cabang-cabang/persimpangan ke arah

yang lebih tinggi.

b. Lebar badan jalan yang cukup untuk menampung 3 kendaraan secara sejajar.

Jaringan jalan yang direkomendasikan sebagai escape road di Kabupaten Aceh Besar

adalah, sbb :

a. Kecamatan Mesjid Raya dan Seulimeum: Jalan arteri primer, dalan kolektor,

persimpangan ruas Lampanan – Saree, persimpangan ruas Krueng Raya –

Seulimeum (Lamkabeu) – Blang Bintang

b. Kecamatan Peukan Bada : Ruas jalan Emperum – Sukarno Hatta (Banda Aceh)

c. Kecamatan Lhoknga : Ruas Jalan Lhoknga-Mataie

d. Kecamatan Lhoong : Ruas jalan Sihom (air terjun)

e. Leupung : pembangunan jalan penyelaman di perbukitan

f. Kecamatan Baitussalam dan Darussalam : Ruas jalan yeng menuju Blang Bintang

Mengenai identifikasi kawasan penyelamatan terhadap bencana tsunami dapat dilihat pada

Gambar 4.5

4.3.8 Strategi Pengendalian

Strategi pengendalian dalam pemanfaatan ruang dilakukan dengan pengembangan

kelembagaan pengelolaan kawasan, program program pemanfaatan ruang serta

pengawasan dalam bentuk pemantauan, pelaporan dan penertiban.

Page 94: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal. 4 - 22

Gambar 4.5 PETA MITIGASI BENCANA

Page 95: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 1 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Bab 5RENCANA STRUKTUR DAN POLA

PEMANFAATAN LAHAN

Berdasarkan uraian dan ketetapan yang tertuang dalam Program Pembangunan Daerah

(Propeda) Kabupaten Aceh Besar, dan prospek pengembangan wilayah yang ada dan stadia

perkembangan wlayah, maka akan membentuk tiga sistem wilayah pengembangan, yang

masing-masing mempunyai arah orientasi ke pusat pertumbuhan utama.

Pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar menjadi tiga wilayah pengembangan, secara

makro bertujuan untuk :

1. Membentuk keterkaitan (Lingkages) yang jelas antar pusat-pusat pertumbuhan yang

membentuk suatu sistem wilayah yang terintegasi.

2. Mengarahkan orientasi alur pergerakan perekonomian baik untuk orientasi

pemasaran maupun untuk pemenuhan kebutuhan pertumbuhan.

3. Memberikan acuan pada penyebaran pelayanan yang proposional dan terstruktur

berdasarkan tingkat dan skala pelayanan.

Tiga pusat pertumbuhan utama tersebut memiliki skala pelayanan dan keterkaitan dalam

upaya pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar, penekanan utama pelaksanaan

pembangunan hendaknya lebih diarahkan pada bagian wilayah yang terkena bencana

tsunami, bagian wilayah yang cepat perkembangannya, dan bagian wilayah yang lambat

perkembangannya serta terbelakang.

Page 96: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 2 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

5.1 RENCANA STRUKTUR TATA RUANG DAN SISTEM KOTA-KOTA

5.1.1 Rencana Sistem Permukiman

Sistem permukiman wilayah Kabupaten Aceh Besar dilakukan berdasarkan kajian analisa

wilayah regional, Pengembangan Sistem Kota Metropolitan Banda Ace dari studi JICA

(Urgent Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City), Program Pembangunan

Daerah (Propeda) Kabupaten Aceh Besar 2001 -2005 tentang pengembangan fungsi kota

serta kajian sistem perkotaan.

Sistem permukiman pada dasarnya akan cenderung membentuk sistem kota-kota, maka

dalam pengembangan sistem permukiman lebih difokuskan kepada pembentukan sistem

kota-kota dengan tujuan :

1. Membentuk suatu sistem permukiman yang terintegrasi dan bersinergi dengan sistem

struktur dan pola pemanfaatan ruang yang dituju.

2. Membentuk sistem dan pola permukiman kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan

perkotaan sebagai acuan pada penyebaran pelayanan yang proporsional dan terstruktur

berdasarkan tingkat skala pelayanan dan tatanan hirarkis yang ada, yakni mukim dan

gampong.

5.1.2 Rencana Sistem Kota dan Hierarki Pusat Pelayanan

Sistem kota-kota wilayah Kabupaten Aceh Besar tidak akan terlepas dari aspek

perkembangan Kota Banda Aceh serta serta aspek pertumbuhan perkotaan berdasarkan

potensi wilayah hinterlannya. Selain itu aspek tersebut, pembentukan sistem kota dan pusat

pelayanan akan ditentukan oleh aspek :

1. Kelengkapan Fasilitas dan Populasi Pendukung

Faktor kelengkapan fasilitas pelayanan dan infrastruktur suatu kawasan perkotaan dapat

dijadikan acuan untuk penentuan hierarki pusat pelayanan. Kelengkapan fasilitas

kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan jumlah dan skala pelayanannya meliputi

fasilitas pemerintahan, pelayanan umum dan sosial, perdagangan, pendidikan, kesehatan

dan infrastuktur kota lainnya yang dianggap sangat menentukan pelayanan perkotaan,

regional, nasional bahkan internasional. Hasil analisa dituangkan seperti pada Tabel 5.1.

:

Page 97: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 3 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

NO KECAMATAN POPULASI (Jiwa)

Kant

or K

ecam

atan

Kor

amil

Pols

ekSL

TASL

TPS

D TKKa

ntor

/Bal

ai D

esa

Pas

ar T

radi

sion

al/R

PH

/ Pa

sarI

kan

Jala

n Lo

kal

Jala

n Ko

lekt

orP

uske

smas

/Pus

kesm

as

Pem

bant

uP

rkte

k D

okte

r/Bid

anPo

liklin

ik/B

alai

Pen

goba

tnP

erto

koan

War

tel

Bank

Pang

kala

nP

LN R

anrin

gJa

lan

Arte

riK

anto

r Pos

Kurs

us/K

eter

ampi

lan

Sub

Ter

min

alPe

rusa

haan

/Age

n Be

sar/I

ndus

triB

esar

Inst

ansi

/Din

as P

emer

inta

h S

kala

Kab

upat

enP

DA

MP

asar

Gro

sir/G

egio

nal/T

PIA

TMP

om B

ensi

nW

arne

tK

anto

r Bup

ati

Kod

amP

olre

sKa

ntor

Tel

kom

Pus

at R

etai

l/Sup

erm

arke

tP

ergu

ruan

Ti

nggi

/Aka

dem

i/Int

erna

tioW

arpo

stel

Term

inal

Tip

e A/

Ter

min

al

Kar

goPe

labu

han

Term

inal

Tip

e B

Tele

pon

Um

umM

oney

Cha

nger

Rum

ah S

akit

Um

umR

S B

ersa

lin

Ting

kat P

elay

anan

Jara

k Ke

Kot

a B

anda

A

ceh

(km

)

Bob

ot F

asili

tas

Nila

i

Ran

king

/ H

iera

rki

1 Kota Jantho 5,906 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 1 0 22 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0.00082 52 219.5 3.451 I2 Darussalam 18,265 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00034 13 112.0 2.962 I3 Ingin Jaya 24,295 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00022 8 85.5 2.399 I

4 Baitulssalam 9,659 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00021 11 83.5 1.596 II5 Peukan Bada 8,449 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00015 6 59.0 1.489 II6 Darul Imarah 35,614 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00012 5 46.0 1.098 II7 Mesdjid Raya 11,481 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0.00022 31 103.5 0.726 II

8 Darul Kamal 6,128 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00011 8 42.0 0.552 III9 Krueng Barona Jaya 12,174 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00010 8 41.0 0.502 III

10 Lhoknga 11,962 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00013 16 55.0 0.459 III11 Seulimeum 20,389 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.00025 42 101.5 0.616 III12 Montasik 20,448 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00012 16 51.5 0.401 III13 Indrapuri 18,214 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.00017 32 76.0 0.393 III14 Kuta Baro 22,585 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00010 12 34.5 0.292 III

15 Sukamakmur 12,746 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00008 15 37.0 0.207 IV16 Kuta Cot Glie 10,914 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00006 25 42.5 0.109 IV17 Pulo Aceh 4,097 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0.00009 30 39.5 0.124 IV18 Kuta Malaka 5,146 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00007 19 32.5 0.116 IV19 Simpang Tiga 5,105 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00006 18 30.5 0.103 IV20 L h o o n g 7,615 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00011 54 48.0 0.097 IV21 Leupung 1,829 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00006 24 31.0 0.081 IV22 Lembah Seulawah 7,678 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0.00020 77 82.5 0.218 IV

280,699 22 22 22 19 22 22 22 22 42 22 20 17 14 32 13 12 9 9 8 7 7 2 3 5 24 2 3 2 5 4 1 1 1 2 1 4 1 1 2 - - - - 3

Sumber : Hasil Analisa 2006

TOTAL

TABEL 5.1 (Ganti pake A3)

IDENTIFIKASI SISTEM KOTA-KOTA BERDASARKAN KELENGKAPAN FASILITAS KAWASAN PERKOTAAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

Page 98: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 4 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Kota Jantho, Lambaro (Ingin Jaya) dan Lambaro Angan (Darussalam) termasuk dalam

rangking I

Kota Lambada Lhok (Baitussalam), Peukan Bada, Lampeuneurut (Darul Imarah) dan

Krueng Raya (Mesjid Raya) termasuk dalam rangking II

Kota Peukan Bilui (Darul Kamal), Cot Iri (Krueng Barona Jaya), Mon Ikeun (Lhoknga),

Seulimeum, Montasik, Indrapuri dan Peukan Ateuk (Kota Baro) termasuk dalam

rangking III

Kota Lampakuk (Cot Glie), Sibreh (Sukamakmur), Lampuyang (Pulo Aceh), Leupung,

Samahani (Kuta Malaka), Simpang Tiga, Lhoong dan Lamtamot (Lembah Seulawah)

termasuk dalam rangking IV.

2. Interaksi Kota-Kota

Faktor interaksi kota-kota sangat menentukan terhadap perkembangan suatu wilayah. Pola

interaksi sistem Kota-kota di wilayah Kabupaten Aceh Besar dapat dibedakan berdasarkan

5 kelompok penggerak utama perkembangan wilayah, sebagai berikut :

1. Kota-kota terkait dengan Kota Banda Aceh

Wilayah Kabupaten Aceh Besar sangat terkait erat dengan perkembangan Kota Banda

Aceh, simpul kegiatan kegiatan seperti transportasi, perdagangan, pemerintahan dan

jasa lainnya untuk wilayah Aceh Besar terpolar di Kota Banda Aceh. Kawasan perkotaan

wilayah Aceh Besar yang sangat terkait dengan perkembangan Kota Banda Aceh adalah

3 kota kecamatan, yaitu :

Lambaro (Kecamatan Ingin Jaya )

Krueng Raya (Mesjid Raya)

Lhoknga (Mon Ikeun).

Kelompok permukiman kawasan perkotaan tersebut diatas karena berfungsi sebagai

penyangga perkembangan Kota Banda Aceh sehingga dapat dikatakan sebagai kota

satelit bagi Kota Banda Aceh.

2. Permukiman kawasan perkotaan pusat pertumbuhan sistem Kota Metropolitan Banda

Aceh

Kelompok kawasan permukiman ini merupakan kawasan yang terimbas langsung oleh

perkembangan Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan

penduduk komuter dan koridor feri-feri Kota banda Aceh. Selain itu berfungsi juga

sebagai sentra pemasaran produk hinterland seperti hasil pertanian, peternakan,

Page 99: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 5 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

perikanan dan sebagainya. Permukiman kawasan perkotaan yang termasuk dalam

kelompok permukiman ini terdiri 10 kota kecamatan :

Lambada Lhok (Baitusalam)

Lambaro Angan (Darussalam)

Peukan Ateuk (Kuta Baro)

Lampeneurut (Darul Imarah)

Peukan Bilui (Darul Kamal)

Cot Iri (Krueng Baronajaya)

Blang Bintang (Blang Bintang)

Montasik (Montasik)

Sibreh (Simpang Tiga)

Peukan Bada (Peukan Bada)

3. Permukiman kawasan perkotaan strategis

Kawasan permukiman ini sebagai pendukung Kota Jantho yang berfungsi sebagai pusat

administrasi. Kelompok permukiman ini cenderung membentuk permukiman pegawai

pemerintahan sehingga untuk perkembangannya diperlukan diversifikasi kegiatan pada

Kota Jantho sebagai orientasinya.

4. Permukiman kawasan perkotaan persinggahan/transit

Kelompok kawasan permukiman sangat dipengaruhi oleh jalur transportasi sistem

primer penghubung intraregional dan interregional. Perkembangannya sangat

tergantung pada potensi lokal kawasan hinterlandnya serta faktor jarak titk lelah

perjalanan perhubungan antar kota intraregional maupun interregional. Yang termasuk

kelompok permukiman ini adalah :

Lhoong (Lhoong)

Lamtamot/Saree (Lembah Seulawah)

Permukiman kawasan perkotaan yang berkembang di Kecamatan Lembah Seulawah

pada kenyataannya terbentuk di Desa Saree tidak di Kota Kecamatan Lamtamot. Hal

ini disebabkan Desa Saree merupakan titik yang paling ideal sebagai persinggahan

karena memiliki potensi panorama alam dan fasilitas persinggahan yang lebih menarik

dibandingkan Lamtamot.

5. Permukiman kawasan perkotaan pusat pertumbuhan hinterland

Sekalipun kelompok kawasan permukiman tersebut berada pada jalur transportasi

sistem primer penghubung intraregional dan interregional kecuali Pulo Aceh, namun

bukan titik ideal untuk persinggahan. Sehingga dalam perkembangannya akan sangat

Page 100: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 6 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

tergantung pada potensi lokal kawasan hinterlandnya, yang termasuk kelompok

permukiman ini adalah :

Lampakuk (Cot Glie)

Seulimeum (Seulimeum)

Indraputi (Indrapuri)

Leupung (Leupung)

Lampuyang (Pulo Aceh)

Samahani (Kuta Malaka)

Simpang Tiga (Simpang Tiga)

3. Orientasi Pergerakan Barang dan Jasa

Identifikasi orientasi pergerakan barang dan jasa mencakup kegiatan koleksi dan distribusi.

Kegiatan ini berkaitan erat dengan tingkat kemudahan pencapaian. Berdasarkan kondisi

faktualnya orientasi pergerakan barang dan jasa sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh

Besar tertumpu ke Kota banda Aceh. Kota-kota yang berpotensi untuk menjadi orientasi

pergerakan adalah Lambaro, Lambaro Angan, Krueng Raya, Seulimeum, Montasik,

Indrapuri, Peukan Ateuk, Sibreh, Lamtamot/Saree, Peukan Bada dan Lampeuneurut,

matriks interaksi sistem kota Kabupaten Aceh Besar disajikan pada Tabel 5.2

5.1.3 Sistem Kota-Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk.

Klasifikasi kawasan perkotaan berdasarkan jumlah penduduk menurut ketentuan dari Ditjen

Penataan Ruang, Depkimpraswil 2002 sebagai berikut.

a) Kawasan Perkotaan Kecil, yaitu Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang

dilayani sebesar 10.000 hingga 100.000 jiwa (untuk luar Pulau Jawa 20.000 – 100.000);

b) Kawasan Perkotaan Sedang, yaitu Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang

dilayani sebesar 100.001 hingga 500.000 jiwa;

c) Kawasan Perkotaan Besar, yaitu Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang

dilayani lebih besar dari 500.000 jiwa;

d) Kawasan Perkotaan Metropolitan, yaitu Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang

dilayani lebih besar dari 1.000.000 jiwa.

Page 101: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 7 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

NO KECAMATANKAWASAN

PERKOTAAN 2006POPULASI

(Jiw a)

Kot

a Ja

ntho

Lam

baro

Ang

an

Lam

baro

Lam

bada

Lho

k

Peu

kan

Bada

Lam

peun

euru

t

Kru

eng

Ray

a

Peu

kan

Bilu

i

Cot

Iri

Mon

Ikeu

n

Seu

limeu

m

Mon

tasi

k

Indr

apur

i

Peu

kan

Ateu

k

Sib

reh

Lam

paku

k

Lam

puya

ng

Sam

ahan

i

Sim

pang

Tig

a

Lho

ong

Leu

pung

Lam

tam

ot/S

aree

Bla

ng B

inta

ng

TOTA

L

1 Kota Jantho Kota Jantho 5.906 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 33 2 Darussalam Lambaro Angan 18.265 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 38 3 Ingin Jaya Lambaro 24.295 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 46 4 Baitulssalam Lambada Lhok 9.659 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 21 5 Peukan Bada Peukan Bada 8.449 1 2 2 1 0 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 35 6 Darul Imarah Lampeuneurut 35.614 1 2 3 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 33 7 Mesdjid Raya Krueng Raya 11.481 1 2 3 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 8 Darul Kamal Peukan Bilui 6.128 1 2 2 1 1 2 1 0 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 30 9 Krueng Barona Jaya Cot Iri 12.174 1 2 3 1 2 2 1 2 0 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27 10 Lhoknga Mon Ikeun 11.962 1 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 27 11 Seulimeum Seulimeum 20.389 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 0 2 2 1 2 2 0 2 2 1 1 2 34 12 Montasik Montasik 20.448 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 36 13 Indrapuri Indrapuri 18.214 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2 0 2 2 2 1 2 2 1 1 2 36 14 Kuta Baro Peukan Ateuk 22.585 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 0 2 2 1 1 2 1 1 2 33 15 Sukamakmur Sibreh 12.746 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 0 1 1 1 1 1 1 2 30 16 Kuta Cot Glie Lampakuk 10.914 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 1 1 1 2 29 17 Pulo Aceh Lampuyang 4.097 1 1 1 1 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 18 Kuta Malaka Samahani 5.146 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 2 28 19 Simpang Tiga Simpang Tiga 5.105 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 0 1 1 2 29 20 L h o o n g Lhoong 7.615 1 1 1 0 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 21 Leupung Leupung 1.829 1 1 1 0 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22 22 Lembah Seulaw ah Lamtamot/Saree 7.678 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 2 2 1 1 0 32 23 Blang Bintang *) Blang Bintang 33

280.699 33 38 46 21 35 33 25 30 27 27 34 36 36 33 30 29 19 28 29 22 22 32 33

Sumber : Hasil Analisa 2006 Interaksi KuatInteraksi SedangInteraksi RendahTidak Ada Interaksi

Keterangan : *) Kota Blang Bintang baru terbentuk sesuai dengan Qanun No. 3 Kab. Aceh Besar

TOTAL

TABEL 5.2

INTERAKSI SISTEM KOTA WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka penentuan klasifikasi perkotaan di wilayah

Kabupaten Aceh Besar untuk masa mendatang sebagai berikut :

Page 102: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 8 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

KLASIFIKASI KOTA KLASIFIKASI KOTA

RTRW Aceh Besar2006

Metropolitan Banda Aceh JICA 2006

1 Pulo Aceh* Lampuyang 5.142 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan2 Simpang Tiga Simpang Tiga 6.408 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan3 Kota Jantho Kota Jantho 6.412 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kabupaten4 Darul Kamal Peukan Bilui 7.151 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Komuter5 Leupung* Leupung 7.208 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan6 Kuta Malaka Samahani 7.297 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan7 Lhoong* Lhoong 8.020 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan8 Kuta Cot Glie Lampakuk 13.285 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan9 Lhoknga* Lhoknga 13.326 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Satelit10 Lembah Seulaw ah Lamtamot/Saree 14.732 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Kecamatan11 Sukamakmur Sibreh 16.318 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Pusat Pertumbuhan12 Mesjid Raya* Krueng Raya 18.563 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Kota Satelit13 Baitussalam* Lambada Lhok 19.922 Desa Pertumbuhan Desa Pertumbuhan Pusat Pertumbuhan14 Krueng Barona Jaya Cot Iri 22.238 Kota Kecil Desa Pertumbuhan Komuter15 Peukan Bada* Peukan Bada 13.208 Kota Kecil Kota Kecil Komuter16 Darussalam Lambaro Angan 24.683 Kota Kecil Kota Kecil Komuter17 Seulimeum Seulimeum 25.999 Kota Kecil Kota Kecil Kota Kecil18 Montasik Montasik 22.136 Kota Kecil Kota Kecil Pusat Pertumbuhan19 Indrapuri Indrapuri 26.408 Kota Kecil Desa Pertumbuhan Komuter20 Kuta Baro Peukan ateuk 27.970 Kota Kecil Kota Kecil Komuter21 Ingin Jaya Lambaro 30.502 Kota Kecil Kota Kecil Kota Satelit22 Darul Imarah Lampeuneurut 43.170 Kota Kecil Kota Kecil Komuter23 Blang Bintang Blang Bintang 10.870 Kota Satelit Kota Kecil Kota Bandara

390.968

Sumber : Hasil Analisis 2006

TREND POTENCY

TOTAL

NO KECAMATAN Kaw asan PerkotaanPOPULASI

2016 (Jiw a)

TABEL 5.3

KLASIFIKASI SISTEM KOTA BERDASARKAN PENDUDUK PENDUKUNG TAHUN 2016

Kota-kota di wilayah Aceh Besar yang tergolong Pusat Desa Pertumbuhan ditetapkan sebagai

fungsi Kota Perdesaan. Kawasan perkotaan yang termasuk kategori kawasan perkotaan adalah

Peukan Ateuk, Cot Iri, Seulimeum, Montasik, Peukan Ateuk, Lambaro, Lambada Lhok,

Lambaro Angan, Peukan Bada, Lhoknga dan Lampeuneurut.

Untuk jelasnya struktur sistem kota eksisting wilayah Kabupaten Aceh Besar dapat dilhat pada

Gambar 5.1.

Page 103: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 9 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 5.1

Peta Struktur Tata Ruang Kabupaten Aceh Besar

Page 104: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

5.2 RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG

Rencana pola pemanfaatan lahan dilakukan dengan cara kedalam 2 tipe penggunaan lahan

secara umum, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Substansi kajian mancakup

aspek kondisi eksisting sebelum dan setelah tsunami, perkembangan serta kesesuaian

pemanfaatan lahan.

Rencana pola pemanfaatan di atas ditentukan berdasarkan hasil analisa kesesuaian lahan

untuk 3 tipe penggunaan lahan pertanian (tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan

lahan kering dan tanaman tahunan/perkebunan) juga mengacu kepada Keppres Nomor. 32

tahun 1990 serta SK Mentan Nomor : 837/Kpts/UM/II/1980 dan Nomor :

683/Kpts/UM/II/1980. Faktor pembatas yang digunakan dalam penilaian kesesuaian

berdasarkan uraian diatas tersebut ditentukan oleh skor dari penjumlahan 3 faktor, yaitu :

(1). Kemiringan Lahan, dikelompokan dalam 5 kelas (Tabel 5.4) :

TABEL 5.4

KLASIFIKASI KELERENGAN

Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi Fisiografi Bobot

I 0 - 8 Landai 20

II 9 - 15 Bergelombang 40

III 16 – 25 Agak Curam 60

IV 26 – 45 Curam 80

V > 45 Sangat Curam 100

Sumber : Kepmentani No. 837/Kpts/UM/II/1980

Page 105: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

(2). Jenis dan kepekaan tanah, dikelompokan dalam 5 kelas (Tabel 5.5) :

TABEL 5.5 KLASIFIKASI JENIS DAN KEPEKAAN TANAH

Kelas Jenis Tanah Tingkat

Kepekaan Bobot

I Aluvial, Gleisol, Plano-sol, Hidromorf

kelabu, Laterit Air Tanah Tidak Peka 15

II Latosol Agak Peka 30

III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown,

Mediteran Agak Peka 45

IV Andosol, Laterik, Grumosol, Podsolik Peka 60

V Regosol, Litosol, Organosol,

Rendzina

Sangat

Peka 75

Sumber : Kepmentani No. 837/Kpts/UM/II/1980

(3). Iklim dan curah hujan, faktor iklim dikelompokan dalam 5 kelas (Tabel 5.6) :

TABEL.5.6 INTENSITAS HUJAN HARIAN RATA_RATA

Kelas Intensitas Hujan Tingkat

Kepekaan Bobot

I < 13,6 mm/hari Tidak Peka 15

II 13,6 - 20,7 mm/hari Agak Peka 30

III 20,7 – 27,7 mm/hari Agak Peka 45

IV 27,7 – 34,8 mm/hari Peka 60

V > 34,8 mm/hari Sangat

Peka 75

Sumber : Kepmentani No. 837/Kpts/UM/II/1980

Page 106: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 12PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

5.2.1 Rencana Penentuan Kawasan Lindung

Mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, wilayah Kabupaten

Aceh Besar termasuk dalam kriteria kawasan lindung seluas 127.592 Ha ( 43,7 % ) berbeda

dengan yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD 2003 yaitu seluas 99.292 ha. Kriteria

ideal dari dari Departemen Kehutanan minimal 30 % dari luas suatu wilayah diarahkan untuk

menjadi kawasan hutan, baik yang berfungsi sebagai hutan lindung maupun hutan produksi.

Penetapan kawasan lindung untuk wilayah Aceh Besar selain mengacu kriteria diatas, juga

mengacu pada Undang Undang No. 5 Tahun 1967, tentang Pokok Pokok Kehutanan mengenai

Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Suaka Alam, Undang Undang No 5 Tahun 1990,

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Dalam lingkup Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten, penetapan kawasan Hutan Lindung dibedakan sesuai dengan

fungsinya sebagai berikut :

5.2.1.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Pada Kawasan Bawahnya.

Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung yang mempunyai fungsi perlindungan untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar

meliputi 8 wilayah kecamatan yaitu Darul Imarah, Lhoong, Peukan Bada, Sukamakmur,

Lhoknga, Leupung, Indrapuri dan Seulimeum. Areal yang dapat direkomendasikan untuk

hutan lindung seluas 34.440 Ha penggunaan lahan kawasan lindung saat ini seluas 99.929

ha termasuk hutan lindung sementara dan hutan lindung di luar kawasan hutan. Klasifikasi

hutan lindung diitetapkan dengan skor > 175 atau memenuhi salah satu dari beberapa

persyaratan sebagai berikut :

Lereng > 40 %

Tanah sangat peka jenis Regosol, Litosol, Organosol dan Rendzina dengan lereng > 15

%

Ketinggian > 2.000 dpl, untuk Provinsi NAD disepakati > 1.500 dpl.

Digunakan untuk kepentingan khusus yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung

(hutan lindung di luar kawasan hutan)

Kawasan Resapan Air ( Cactment Area )

Sesuai dengan karakteristik unit analisis kawasan daerah yang direkomendasikan sebagai

kawaan resapan air adalah wilayah yang mempunyai kemiringan > 40 % seluas 50.351,9

Page 107: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Ha. Fungsi kawasan tersebut adalah menampung air yang jatuh dan meresap kedalam

tanah dan menahan tanah dari laju erosi.

5.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Setempat Dan Kawasan

Bencana.

Sempadan Pantai, Sungai, Danau dan Sekitar Mata Air

Penetapan kawasan lindung ini berupa sempadan pantai, sungai, danau dan sekitar mata

air. Sempadan pantai ditetapkan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Panjang pantai di kawasan Kabupaten Aceh Besar pantai barat dan utara termasuk pantai

di Pulo Aceh sekitar 283,02 Km. Maka kawasan sempadan pantai ditetapkan seluas 2.830,2

Ha.

Sempadan sungai ditetapkan minimal 100 m pada kiri dan kanan sungai besar yaitu DAS

Krueng Aceh dan pada Sub DAS (anak sungai) ditetapkan 50 m, terutama pada aliran

sungai yang berada di kawasan permukiman berupa jalan inspeksi ditetapkan 10 – 15 m,

panjang Sungai Krueng Aceh sekitar 112,40 Km, dan telah ditetapkan sempadan 100 meter

dari kiri dan kanan sungai, maka luas sempadannya 1.124,0 ha. Panjang sungai-sungai

lainnya sekitar 84,78 Km maka diperlukan luas sempadan 131,76 ha. Total luas sempadan

sungai adalah 1.226 ha.

Sempadan danau ditetapkan minimal 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah

daratan. Di wilayah Kabupaten Aceh Besar tidak terdapat danau atau waduk karena bentuk

topografi yang ada berupa topografi karst dan langsung pedataran.

Sempadan mata air ditetapkan sekurang-kurangnya radius 200 m dari sumber air tersebut

dikonservasi. Prioritas sumber mata air yang perlu dikonservasi adalah mata air yang

mengalir sepanjang tahun. Di wilayah Kabupaten Aceh Besar terdapat sekitar 27 sumber

mata air yang tersebar hampir diseluruh kecamatan kecuali Lhoknga dan Leupung,

diantara sumber air tersebut terdapat 4 sumber air panas, masing-masing wilayah

kecamatan mempunyai sumber mata air antara 1 - 3 titik, wilayah yang paling banyak

sumber mata airnya sebagian besar di wilayah Kecamatan Seulimeum Alokasi untuk

sempadan mata air kurang lebih sekitar 339,12 Ha.

Page 108: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 14PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Sumber mata air, daerah tangkapan air (catchment area) dan debit sungai untuk wilayah

Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 5.7

TABEL 5.7

CATHCHMENT AREA DAN DEBIT AIR PERMUKAAN KABUPATEN ACEH BESAR

Total luas Sempadan pantai, sungai dan sekitar mata air adalah 1.129 ha.

Kawasan Rawan Bencana.

Kawasan rawan bencana di wilayah Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berupa bencana

aspek geologi yaitu gempa bumi, tanah longsor dan banjir, serta tsunami. Di wilayah Aceh

Besar terdapat pusat gempa pada kedalam 33 km dengan kekuatan > 5 Skala Richter di

Kecamatan Kuta Baro. Wilayah bahaya bencana alam yang terdapat di Kabupaten Aceh

Besar dikelompokan sebagai berikut :

o Wilayah bencana tanah longsor seluas 16.509 ha berupa fisiografi pegunungan dengan

lereng 25 – 40 % sampai dengan > 40 % dan mempunyai sifat fisik batuan mudah

lepas, kawasan ini meliputi wilayah Kecamatan Cot Glie bagian selatan, Kota Jantho

dan Kuta Malaka.

o Wilayah bencana erosi tanah terdapat pada wilayah pegunungan terjal dengan vegetasi

jarang dan batu di permukaan seluas 27.109,8 ha menyebar di Kecamatan Seulimeum,

Mesjid Raya dan Lembah Suelawah.

o Wilayah bencana banjir terdapat pada DAS Krueng Aceh bagian hilir seluas 11.434,7 ha

meliputi Kecamatan Ingin Jaya, Montasik, Darul Imarah dan Kuta Malaka.

Min Max1 Krueng Aceh 1.584,0 6,003 163,0 2 Krueng Jreu 1.078,0 6,000 163,0 3 Krueng Tengku 143,0 0,5724 Krueng Angen 103,0 0,4125 Krueng Paya 75,0 0,3006 Krueng Bihue 57,0 0,2287 Krueng Kale 49,0 0,9968 Krueng Leungah 46,0 0,1849 Krueng Lampanah 43,0 0,172

3.178,0 14,9 326,0 Sumber : Dinas Sumber Daya Air 2005

Jumlah

Debit (m3/detik)No. DASLuas

Catchment Area (Ha)

Page 109: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 15PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

o Wilayah bencana gunung berapi berupa bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung

berapi seperti lahar panas, material batu, lahar dingin, abu dan sebagainya. Di wilayah

Kabupaten Aceh Besar terdapat gunung baerapi aktif yaitu Gunung Seulawah, wilayah

yang termasuk dalam kategori bahaya I, II dan III apabila terjadi letusan gunung

seluas 65.044 ha meliputi Kecamatan Seulimum, Mesjid Raya dan Lembah Seulawah.

o Wilayah bahaya tsunami meliputi kawasan pesisir radius 5 km dari garis pantai dengan

ketinggian dibawah 50 meter dari permukaan laut seluas 16.422 ha. Wilayah yang

cukup luas bahaya tsunami adalah Kecamatan Peukan Bada, Baitusalam, Lhoknga, Pulo

Aceh, Lhoong dan Leupung.

Total luas wilayah yang termasuk rawan bencana sebesar 133.791,8 ha atau 45 % dari

luas wilayah kabupaten.

5.2.1.3 Kawasan Suaka Alam

Berdasarkan Undang Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Pokok Pokok Kehutanan

mengklasifikasikan kawasan suaka alam terdiri dari :

Cagar Alam

Merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik alam (flora) dan budaya yang perlu

dilestarikan. Cagar alam di wilayah Kabupaten Aceh Besar terdiri dari Cagar Alam Darat dan

Cagar Alam Laut. Cagar alam darat meliputi Taman Hutan Raya (Tahura) Cut Meurah Intan

di Lembah Seulawah (6.020 Ha), Pulo Aceh (3.879 Ha), Cagar Alam Jantho (8.000 Ha).

Sedangkan yang termasuk cagar alam laut adalah Taman Laut Lhoknga (140.610 Ha)

serta kawasan Hutan Bakau ( mangrove ) di sepanjang pantai, pada wilayah pantai yang

telah dibangun menjadi fasilitas transportasi laut (pelabuhan). Pengembangan wilayah

tersebut diupayakan pada daerah yang telah terbangun dan tidak diperluas, karena akan

mengganggu habitat mangrove dan kelestarian alam secara lebih luas, alokasi lahan untuk

mangrove tersebut pada sempadan pantai yang telah ditetapkan di atas.

Suaka Margasatwa

Merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik satwa langka, di wilayah Kabupaten

Aceh Besar yang tergolong satwa langka adalah gajah. Kawasan yang direkomendasikan

sebagai suaka margasatwa adalah Pusat Pelatihan Gajah (PLG) di Saree Kecamatan

Lembah Seulawah seluas 2 ha.

Page 110: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 5 - 16PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Taman Suaka Alam

Taman suaka alam adalah kawasan cagar alam dan suaka margasatwa yang dapat

dikunjungi umtuk kegiatan pariwisata. Luas wilayah yang termasuk dalam Kawasan Suaka

Alam ( cagar alam darat dan laut) diluar kawaan hutan lindung seluruhnya mencapai

26.539 Ha.

Total luas kawasan lindung wilayah Kabupaten Aceh Besar yang berupa daratan 127.602

ha. Pemanfaatan lahan kawasan lindung yang mengalami kerusakan oleh bencana

tsunami berupa hutan mangrove.

Page 111: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Bab 6RENCANA PENGELOLAAN DAN

PENGENDALIAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembahasan mengenai rencana pengelolaan dan pengendalian pembangunan wilayah

Kabupaten Aceh Besar mencakup : pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung dan

kawasan budidaya serta pengelolaan dan pengendalian kawasan perdesaan, perkotaan.

6.1 PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA

Upaya untuk mewujudkan rencana struktur dan pemanfaatan ruang dilakukan pengeloaan

dan pengendalian kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pekerjaan yang dilakukan dalam

pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya antara lain :

1. Pengembangan kelembagaan

Pengembangan kelembagaan meliputi kewenangan pengelolaan kawasan lindung dan

budidaya kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Mukim, Desa, swasta,

lembaga kemasyarakatan dan masyarakat. Kelembagaan yang bersumber dari kearifan

lokal yang tertuang dalam UUPA, seperti unsur Mukim, Keuchik, Tuhapeut (kalangan

cerdik pandai) juga terdapat seksi seksi operasional yang dapat berpartisipasi dalam

pengelolaan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Kelembagaan pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung dan budidaya di

Kabupaten Aceh Besar seharusnya dikelola oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah (BKPRD), namun demikian BKPRD tersebut di Kabupaten Aceh Besar belum

terbentuk. Untuk itu, agar terkoordindasi dan terpadu dalam pengelolaan dan

pengendalian kawasan lindung dan budidaya ini perlu dibentuk BKPRD.

Page 112: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

BKPRD sebagai unsur pelaksana koordinasi penataan ruang yang ditetapkan melalui

Keputusan Bupati Aceh Besar meliputi :

a. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar

b. Penyusunan Rencana Rinci/Detail Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan

sebagai penjabaran lebih lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh

Besar

c. Pengintegrasian dan pemaduserasian penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten

Aceh Besar dengan Rencana Tata Ruang Provinsi maupun Rencana Tata Ruang

Kabupaten/Kota yang berbatasan.

d. Pemaduserasian Rencana Tata Ruang dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah dan Tahunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar,

masyarakat dan dunia usaha.

e. Optimalisasi penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan, evaluasi dan

pelaporan) dan perizinan pemanfaatan ruang.

f. Perumusan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Aceh Besar

g. Optimalisasi peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

h. Pengembangan dan penyediaan data informasi tata ruang.

i. Penanganan masalah atau konflik pemanfaatan ruang Kabupaten Aceh Besar

Tugas BKPRD adalah :

a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang dengan

memperhatikan kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi

b. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan

pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang.

c. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang.

d. Melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi kepada dinas/instansi, masyarakat

dan dunia usaha berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang.

e. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang untuk kepentingan

penggunaan ruang dijajaran pemerintah, masyarakat dan swasta,

f. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang.

g. Memadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang kabupaten dengan Kabupaten/Kota yang berbatasan.

Page 113: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

h. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam

penyelenggaraan penataan ruang dan memberikan pengarahan dan saran

pemecahannya.

i. Menjabarkan petunjuk Bupati berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban

koordinasi penyelenggaraan penataan ruang.

j. Menyampaikan laporan penyelenggaraan tugas BKPRD Kabupaten secara berkala

kepada Bupati.

Susunan Keanggotaan

Susunan keanggotaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten

Aceh Besar yang akan dibentuk disesuaikan dengan Keputusan Bupati Aceh Besar No.

37 Tahun 2006 tentang Pembentukan Tim Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten (RTRWK) Aceh Besar dan Kawasan Permukiman Utama (RDTR)

Kota Lambaro terdiri dari :

a. Pengarah : Bupati Aceh Besar

b. Ketua : Kepala Bapeda

c. Wakil Ketua : Asisten Ekonomi dan Pembangunan

d. Sekretaris : Kabid Perencanaan Pembangunan III

e. Anggota : - Kepala Dinas Pertanian

- Kepala Dinas Perkebunan

- Kepala Dinas Kimpraswil

- Kepala Dinas Kehutanan

- Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan

- Kepala Bagian Hukum

- Kepala Kantor Pedalda

- Kepala Kantor Pertanahan

- Kabag Pembangunan Sesdakab

- Kasubbid. Kimpraswil Bappeda

- Kasubbid SDA dan SDL Bappeda

- Kasubbid Kerjasama Pembangunan

Selanjutnya BKPRD membentuk sekretariat, kelompok kerja perencanaan tata ruang

serta kelompok kerja pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Page 114: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

2. Program pemanfaatan

Program pemanfaatan meliputi garis besar program program pemanfaatan kawasan

lindung dan kawasan budidaya untuk jangka panjang dan jangka menengah dan

jangka pendek. Pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya

melibatkan unsur kelembagaan seperti Keujruen Blang, Panglima Laoet, Panglima

Uteun, Keujruen Seuneubok, Keujruen Bandar.

3. Pengawasan

Pengawasan meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kesesuaian

rencana untuk pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang dilakukan

secara bersama sama oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Mukim, Desa

masyarakat dengan melibatkan unsur kelembagaan lokal.

d. Penertiban

Penertiban meliputi tata cara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran

pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

Keberadaan mukim banyak berperan dalam mengkoordinir Gampong/Keuchik dalam

pengelolaan kawasan lindung. Kelembagaan mukim untuk mengkoordinir Keuchik pada

kawasan lindung daratan adalah Panglima Uteun, dan kawasan lindung di sekitar pantai

adalah Panglima Laoet.

6.1.1 Kewenangan Pengelolaan

A. Kewenangan Pengelolaan Kawasan Lindung

Jenis kawasan lindung di Kabuapten Aceh Besar meliputi kawasan hutan lindung, taman

hutan raya, kawasan resapan air, sempadan pantai, sungai, danau dan sekitar mata air,

kawasan rawan bencana, cagar alam, suaka margasatwa dan taman suaka alam. Dalam

pengelolaan kawasan lindung tersebut diperlukan konstribusi dari seluruh komponen pelaku

pembangunan agar pemnafaatan lahan di kawasan lindung tidak bertentangan dengan

fungsi lindung di kawasan tersebut.

Diantara pelaku pembangunan dalam pengelolaan kawasan lindung mempunyai ruang

lingkup sebagai berikut :

Page 115: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 5PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

a. Pemerintah provinsi, melakukan koordinasi pengelolaan kawasan lindung yang terletak di

perbatasan serta memberikan bantuan teknis dan anggaran kepada kabupaten agar

upaya pengelolaan kawasan lindung dapat berjalan dengan optimal.

b. Pemerintah kabupaten, melalui jajaran dinas, kantor dan badan Pemkab merencanakan,

menganggarkan dan melaksanakan program program pengelolaan kawasan lindung.

Sebagai pelaksana program, jajaran dinas kantor dan badan sekaligus melaksanakan

fungsi pengawasan, pengendalian, dan perizinan agar aktivitas yang dilakukan di

kawasan berfungsi lindung selaras dengan fungsinya.

c. Kecamatan, jajaran kecamatan difungsikan sebagai perpanjangan tangan dari dinas dan

badan badan yang memiliki tugas sebagai pelaksana program pengelolaan kawasan

lindung.

d. Mukim, beserta jajarannya seperti Panglima Uteun dan Planglima Laoet mempunyai

kewenangan mengkoordinir Gampong/Keuchik menjalankan peran pengawasan,

pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung.

e. Desa/Gampong, karena kedekatannya dengan lokasi, aparat desa memiliki posisi yang

paling strategis dalam menjalankan peran pengawasan dan pengendalian pemanfaatan

ruang di kawasan lindung. Berbagai bentuk pemanfaatan ruang yang tidak selaras

dengan fungsi lindung dapat dilaporkan kepada jajaran Pemkab untuk dilakukan

penertiban.

f. Swasta, karena posisinya yang umumnya berorientasi pada profit, seringkali sektor

swasta memiliki kecenderungan kurang memperhatikan lindung suatu kawasan.

Kecenderungan ini perlu ditekan melalui proses perizinan usaha yang berwawasan

lingkungan , misalnya dengan persyaratan menyusun dan melaksanakan RPL dan RKL.

g. Masyarakat, masyarakat sebagai pengguna ruang perlu mendapat sosialisasi tentang

aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan fungsi lindung suatu kawasan. Sebaliknya

masyarakat juga dapat berperan dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang tidak

selaras dengan fungsi lindung. Fungsi pengendalian masyarakat di wilayah Kabupaten

Aceh Besar telah terbentuk secara adat yang telah diakomodir dalam UUPA sebagai

lembaga formal, yaitu kelembagaan mukim beserta jajarannya. Wewenang pengelolaan

kawasan lindung di Kabupaten Aceh Besar selengkapnya disajikan dalam Tabel 6.1.

Page 116: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 6PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.1 Wewenang Pengelolaan Kawasan Lindung di Kabupaten Aceh Besar

No. Tingkat Kewenangan Keterangan

1 Provinsi • Koordinasi pengelolaan kawasan lindung di perbatasan

• Memeberikan bantuan teknis dan anggaran

Dilakukan oleh Dinas, Badan dan lembaga terkait di provinsi terutama Dinas Kehutanan dan Bapedalda

2 Kabupaten • Membuat rencana program dan anggaran pengelolaan kawasan lindung

• Pengawasan, perizinan dan pengendalian

Dilakukan oleh dinas, badan dan lembaga terkait di kabupaten terutama : Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Kimpraswil

3 Kecamatan • Pelaksana program Dilakukan ole seksi PMD 4 Mukim • Pengawasan dan pengendalian dalam

bentuk laporan Dilakukan oleh Panglima Uteun dan Panglima Laoet.

5 Desa/Gampong • Pengawasan dan pengendalian dalam bentuk laporan

Dilakukan oleh staft dan jajarannya

6 Masyarakat • Berperan dalam pengendalian pemanfaatan kawasan lindung

Mendapatkan penyuluhan dari dinas dan badan terkait

Sumber : Hasil Rencana, 2006

B. Kewenangan Pengelolaan Kawasan Budidaya

Jenis kawasan budidaya di Kabuapten Aceh Besar meliputi kawasan budidaya pertanian

(pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan), kawasan budidaya kehutanan, kawasan

Industri dan permukiman. Dalam pengelolaan kawasan budidaya tersebut diperlukan

konstribusi dari seluruh komponen pelaku pembangunan yang diuraikan sebagai berikut :

• Kawasan Budidaya Pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan)

- Dinas Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan sebagai jajaran

pelaksana pembangunan sektor pertanian pada pemerintahan kabupaten, memiliki

kewenangan dalam memberikan perijinan investasi di bidang pertanian, memberikan

penyuluhan dan sosialisasi serta memberikan percontohan intensifikasi produksi.

Dalam upaya ekstensifikasi pertanian, Dinas Pertanian direkomendasikan berperan

aktif dam menyusun dan menyebarluaskan sistem informasi kesesesuaian lahan

untuk mendukung aktivitas pertanian, agar investor mengetahui potensi lahan

pertanian yang ada di Kabupaten Aceh Besar.

Page 117: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 7PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

- Mukim dibantu oleh Keujruen Blang dan Keujruen Seuneubok terlibat dalam

pengelolaan kawasan budidaya pertanian.

- Masyarakat dan swasta melakukan aktivitas budidaya dan investasi di bidang

pertanian pada kawasan kawasan yang telah ditetapkan/direncanakan sebagai

kawasan pertanian dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar.

• Kawasan Budidaya Kehutanan

- Dinas Kehutanan memiliki kewenangan dalam opresional produksi kehutanan pada

hutan milik negara. Termasuk dalam kegiatan ini operasional ini adalah kegiatan

penanaman, penebangan, pemasaran, pengendalian, pengawasan kegiatan didalam

kawasan hutan negara.

- Mukim dibantu oleh Panglima Uteun terlibat dalam pengelolaan kawasan budidaya

kehutanan.

- Masyarakat dan swasta, melakukan aktivitas budidaya di kawasan yang ditetapkan

sebagai kawasan hutan diluar hutan milik negara.

• Kawasan Perindustrian dan perdagangan

- Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Kimpraswil, memiliki kewenangan

dalam memberikan perijinan investasi di bidang perdagangan dan perindustrian,

sehingga dapat dikendalikan peruntukan lahan untuk kegiatan tersebut sesuai

dengan arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar. Disamping itu, memberikan

penyuluhan dan sosialisasi untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan

perindustrian.

- Mukim dibantu oleh Keujruen Bandar terlibat dalam pengelolaan kawasan

perindustrian dan perdagangan.

- Swasta dan masyarakat, melakukan aktivitas budidaya di kawasan yang telah

ditetapkan sebagai kawasan perindustrian dan perdagangan.

• Kawasan Permukiman

- Dinas Kimpraswil, memiliki kewenangan dalam memberikan perijinan tentang

pendirian rumah beserta aturan aturan bangunan yang telah ditetapkan, sehingga

dapat dikendalikan peruntukan lahan sesuai dengan araghan RTRW kabupaten Aceh

Besar.

Page 118: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 8PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

- Masyarakat dan swasta, melakukan kegiatan perumahan di kawasan perumahan

yang telah ditetapkan sebagai kawasan permukiman.

• Kegiatan Pertambangan

- Dinas pertambangan memiliki tugas dan kewenangan dalam melaksanakan program

program pengembangan pertambangan serta penetapan aturan perijinan usaha

pertambangan.

- Tambang rakyat berupa galian C dikendalikan oleh Pawang Gunung.

Selengkapnya kewenangan pengelolaan kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar dapat

dilihat Tabel 6.2.

6.1.2 Program Pemanfaatan

A. Program Pemanfaatan Kawasan Lindung

Program program pemanfaatan pada kawasan lindung pada dasarnya dilaksanakan pada

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Program progam tersebut antara

lain :

Pengendalaian kawasan budidaya terutama bangunan pada kawasan lindung

Mencegah kebakaran hutan dan melakukan pengawasan hutan

Melakukan reboisasi dan penertiban banguan bangunan di sempadan pantai, sungai,

waduk dan sekitas mata air.

Penataan kawasan hutan wisata dan suaka margasatwa

Penanaman caver crop dan tanaman penyangga tanah pada kawasan rawan bencana

seperti erosi, longsor.

B. Program Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Program program pemanfaatan pada kawasan budi daya antara lain :

Kehutanan : budidaya tanaman hutan berumur pendek serta pengawasan dan

pengendalian hutan produksi.

Perkebunan : Identifikasi dan pengembangan untuk perkebunan sawit.

Pertanian tanaman pangan lahan basah : Pembersihan dan rehabilitasi saluran irigasi

yang terkena gempa.

Page 119: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 9PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.2 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Budidaya

Di Kabupaten Aceh Besar

No. Tingkat Kewenangan Keterangan

1. Provinsi • Kegiatan operasional produksi kehutanan pada kawasan hutan

2.

Kabupaten • Memberikan perijinan investasi di bidang pertanian • Memberikan penyuluhan, sosialisasi dan percontohan

intensifikasi produksi • Menyusun dan menyebarluaskan sistem informasi

kesesuaian lahan dan potensi pertanian.

Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan.

• Operasional kegiatan kehutanan termasuk penanaman, penebangan, pemasaran, pengendalian, pengawasan kawasan hutan

Dinas Kehutanan

• Memberikan perijinan investasi di bidang perdagangan dan perindustrian, sehingga dapat dikendalikan peruntukan lahan untuk kegiatan tersebut sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan

Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Kimpraswil.

• Memberikan perijinan tentang pendirian rumah beserta aturan aturan bangunan yang telah ditetapkan, sehingga dapat dikendalikan peruntukan lahan sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar.

Dinas Kimpraswil

Melaksanakan program – program pengembangan pertambangan serta penetapan aturan perijinan usaha pertambangan.

Dinas Pertambangan

3. Kecamatan Memberikan rekomendasi untuk izin izin kegiatan budidaya

Camat

4. Mukim Melakukan pengendalian dan pengawasan untuk kegiatan budidaya

Keujruen Blang, Keujruen Sueneubok, Panglima Uteun, Panglima Laoet, Keujruen Bandar.

5. Desa/Gampong Melakukan pengendalian dan pengawasan untuk kegiatan budidaya

Keuchik dan Staff

6. Masyarakat Melakukan aktivitas budidaya diluar kawasan hutan milik negara

Melakukan budidaya dan investasi di bidang pertanian

Petani, nelayan, pedagamg, usahawan, dll.

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Page 120: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Pertanian tanaman pangan lahan kering : pemanfaatan lahan untuk tanaman

pangan lahan kering.

Peternakan : Rehabilitasi sarana penggemukan sapi

Perikanan : Rehabiltasi sarana dan prasarana tambak

Permukiman : Penataan kembali serta pengendalian dan penertiban.

6.1.3 Pengawasan

Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang terdiri atas :

a. Pemantauan, adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa

dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang.

b. Pelaporan adalah kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan

ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

c. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam

mencapai tujuan rencana tata ruang.

Kegiatan pengawasan terhadap rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan

budidaya dilakukan dengan pemantauan, pelaporan dan evaluasi seperti yang jelaskan

diatas. Kegiatan pengawasan terhadap aktivitas yang berlangsung di kawasan lindung dan

budidaya memerlukan kerjasama antara seluruh jajaran pelaku pembangunan, yaitu jajaran

Dinas/Badan/lembaga Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Desa, swasta, lembaga

kemasyarakatan serta masyarakat. Aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi lindung harus

dilaporkan kepada instansi yang berwewenang sehingga dapat dilakukan penertiban.

Kegiatan pemantauan dilakukan terhadap penyimpangan/pelanggaran terhadap rencana tata

ruang, secara khusus dilakukan terhadap instansi yang memberi izin serta instansi lain yang

terkait. Pemantauan sangat diperlukan karena perkembangan yang terjadi dilapangan sangat

dinamis, sehingga adanya perubahan yang mungkin berimplikasi dari skenario dari rencana

yang sudah ditetapkan akan cepat diketahui dan dapat dibuat skenario baru sebagai langkah

antisipasinya. Pemantauan rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya

dilakukan oleh Bappeda dan dilakukan sekurang kurangnya sekali dalam setahun.

Lingkup kegiatan pemantauan ini selain mengawasi kemungkinan adanya penyimpangan

dilapangan yang menyangkut pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan, juga meliputi up

dating/pembaharuan berbagai data data dan informasi yang mendukung tata ruang.

Page 121: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Berbagai metode dan cara dalam upaya memudahkan sistem pemantaiuan antara lain

dengan menyusun data base yang terintegrasi dengan sistem pemetaan (grafis) dan

atisipatif terhadap adanya perubahan perubahan yang terjadi, sehingga proses perubahan

sekecil apapun dapat segera diketahui oleh instansi yang berwenang untuk segera diambil

langkah langkah penanganannya.

Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi perubahan perubahan yang terjadi, maka perlu

pengendalian pemanfaatan ruang dalam bentuk perizinan, yaitu setiap pemanfaatan ruang

terutama yang bersekala besar wajib mengajukan permohonan Surat Ijin Pemanfaatan

Ruang (IPR). Permohonan dapat dilakukan oleh orang per orang, kelompok orang maupun

badan hukum. Permohonan dilakukan dengan tata cara serta persyaratan yang akan diatur

oleh instansi yang terkait. Sebaiknya perijinan perijinan pembangunan meliputi :

a. Ijin Lokasi

b. Ijin Pemanfaatan Ruang

c. Site Plan (Rencana Tapak)

d. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

6.1.4 Penertiban

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan laporan perkembangan

pengawasan. Tindakan penertiban pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui pemeriksaan

dan penyelidikan atas semua pelanggaran/penyimpangan dalam pemanfaatan ruang yang

dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui aparat

yang diberi wewenang dalam hal penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang termasuk

aparat desa. Kegiatan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang dilakukan dengan cara pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan

perundang undangan yang berlaku.

6.1.5 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang seperti yang diamanatkan dalam UU

Republik Indonesia No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh adalah :

Page 122: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 12PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Masyarakat berhak terlibat untuk memberikan masukan secara lisan maupun tertulis

tentang penyusunan perencanaan pembangunan Aceh dan Kabupaten/Kota melalui

penjaringan aspirasi dari bawah (Pasal 141 ayat 3).

• Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan maupun tertulis dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang Aceh dan Kabupaten/Kota

(Pasal 142 ayat 5).

• Masyarakat berhak mendapatkan informasi tata ruang yang sudah ditetapkan

Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota (Pasal 143 ayat 4).

• Masyarakat berhak untuk terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup

(Pasal 148 ayat 2).

Penjabaran lebih lanjut tentang peran serta masyarakat dalam penataan ruang seperti yang

disebutkan dalam UU Pemerintahan Aceh tersebut, dapat diuraikan peran serta masyarakat

dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah, meliputi :

a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah

b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan

c. Bantuan untuk merumuskan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten

d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan startegi

dan struktur pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah kabupaten

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah, meliputi :

a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara berdasarkan peraturan

perundang udangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku.

b. Memberikan masukan berupa pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan wujud

struktural dan pola pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan perdesaan

c. Menyelenggarakan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan.

d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya untuk

tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.

e. Perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW kabupaten

f. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang, dan atau

Page 123: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

g. Berpartisipasi untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi

lingkungan.

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kabupaten termasuk pemberian

informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah

b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban kegiatan

pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang

Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dilaksanakan

dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, masukan

terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan masalah yang dilakukan secara

lisan atau tertulis.

Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang undangan yang berlaku yang pelaksanaannya di koordinasikan oleh

Kepala Daerah.

Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang disampaikan

secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib :

a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang

b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

c. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

6.2 PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN PERKOTAAN DAN

KAWASAN PERDESAAN

Pengelolaan dan pengendalian kawasan perdesaan dan perkotaan akan dibahas mengenai

kewenangan pengeloaan, program pemanfaatan, pengawasan dan penertiban.

6.2.1 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Kewenangan dalam pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan meliputi kewenangan

Pemerintah Daerah, swasta, lembaga kemasyarakatan dan masyarakat. Selengkapnya

Page 124: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 14PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

pembagian kewenangan pengelolaan kawasan perdesaan dan perkotaan dapat dilihat Tabel

6.3.

Tabel 6.3 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

No. Instansi Kewenangan

1 Pemerintah Kabupaten

Monitoring pelaksanaan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan

Melakukan promosi tata ruang kawasan perkotaan dan perdesaan Melakukan penanganan dan penyelesaian masalah dalam

penyelenggaraan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan

Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan

Membuat perizinan kegiatan dalam kawasan perkotaan dan perdesaan

2 Pemerintah Kecamatan Melakukan pelaksanaan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan, meliputi pengawasan, penertiban serta pengendalian izin izin ditingkat kecamatan

3 Pemerintah Mukim Mengawasi pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan membuat pelaporan.

4 Pemerintah Gampong Melakukan pelaksana teknis dalam mengawasi pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan dan membuat pelaporan.

5 Lembaga Masyarakat Melakukan pengawasan dan monitoring dalam penyelenggaraan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan

6 Swasta Melakukan pembangunan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

7 Masyarakat Melakukan pengawasan dan kontrol dalam penyelenggaraan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan.

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

6.2.2 Program Pemanfaatan

Program program pemanfaatan dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan kawasan

perkotaan dan perdesaan antara lain :

a. Kawasan Perkotaan :

Penyusunan rencana pengembangan kawasan perkotaan

Penataan permukiman di kawasan permukiman

Pengembangan Kota Jantho dengan penyediaan fasilitas pendidikan, pariwisata dan

rekreasi serta peningkatan jaringan jalan regional Jantho – Lamno.

Penyiapan Kota Blang Bintang sebagai kota baru

Page 125: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 15PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Rehabilitasi sarana dan prasarana industri besar dan sedang

b. Kawasan perdesaan

Integrasi kawasan budidaya dalam kawasan perdesaan agar dapat mendukung

kelangsungan sumber daya lahan dan sumberdaya air.

Pengembangan kawasan perdesaan.

Pengembangan pusat pusat desa pertumbuhan

6.2.3 Pengawasan

Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkotaan dan perdesaan

bertujuan untuk menjaga konsistensi kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi yang

telah ditetapkan dalam RTRW. Penyelenggaraan tersebut dapat berupa pelaporan (memberi

informasi yang obyektif), pemantauan (usaha mengamati, mengawasi dan memerikasa

perubahan kualitas ruang dan lingkungan yang bertentangan dengan RTRW) dan evaluasi

(usaha menilai kemajuan kegiatan).

Sebagai tindak lanjut daripada pengawasan dalam pengelolaan kawasan perkotaan dan

perdesaan yang mencakup pelaporan, pemantauan dan evaluasi melibatkan bebrapa

komponen pelaku pembangunan, diantaranya :

a. Pemerintah Kabupaten melalui dinas/badan/kantor yang terkair melakukan pemantauan,

pelaporan dan evaluasi terutama yang menyangkut perubahan kualitas ruang di

kawasan perkotaan serta pengendalian konversi pemanfaatan ruang di kawasan

perdesaan yang memperhatikan keberlanjutan pemenuhan kebutuhan hidup seperti air

dan pangan.

b. Pemerintah Kecamatan merupakan pelaksana dalam pengawasan (pemantauan dan

pelaporan) dalam penyelenggaraan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan.

c. Desa/mukim/masyarakat, melakukan pengawasan dengan melakukan pemantauan dan

pelaporan secara langsung terhadap perkembangan dan perubahan dalam kawasan

perkotaan dan perdesaan.

6.2.4 Penertiban

Pelanggaran dalam pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dan pedesaan dapat dilakukan

oleh suatu lembaga atau perorangan, agar pelanggaran tersebut tidak meluas/terulang

kembali maka diperlukan penertiban bagi para pelaku. Adapun bentuk tindakan terhadap

pelangggaran tersebut dapat berupa ;

Page 126: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 16PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

1. Penertiban langsung, yaitu melalui mekanisme penegakan hukum yang

diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti

sangsi administrasi, pidana atau perdata.

2. Penertiban tidak langsung, yaitu dalam bentuk pengenaan sangsi disinsentif

pemanfaatan ruang (melalui pengenaan distribusi secara progresif atau membatasi

penyediaan prasarana/sarana dasar lingkungan.

Sebelum dilakukan penertiban kepada pelaku pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan

perkotaan dan pemukiman diawali dengan memberikan teguran/ peringatan sebnyak 3 (tiga)

kali selama 3 (tiga) bulan sejak dikeluarkannya peringatan yang pertama, bila sampai lebih

dari tiga bulan maka pemerintah wajib memberikan sangsi baik (langsung maupun

diinsentif).

6.3 MEKANISME PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

6.3.1 Pengawasan

Pengawasan merupakan upaya-upaya untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang

dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Obyek pengawasannya

adalah perubahan pemanfaatan ruang (kegiatan pembangunan fisik) yang terjadi, baik yang

sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana beserta besaran-besaran perubahannya.

Dalam pengawasan pemanfaatan ruang terdapat 3 komponen utama, yaitu : pelaporan,

pemantauan dan evaluasi.

6.3.1.1 Pelaporan

Pelaporan merupakan upaya memberikan informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan

ruang baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Obyek pelaporan

adalah perubahan pemanfaatan ruang dalam persil/kawasaan dan tata ruang wilayah blok

peruntukan. Perubahan pemanfaatan ruang tingkat persil meliputi perubahan fungsi kegiatan

dan perubahan teknis bangunan yang ada di dalam persil. Akumulasi perubahan persil

merupakan perubahan blok peruntukan, sedangkan perubahan peruntukan merupakan

Page 127: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 17PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

perubahan kawasan dan seterusnya menjadi perubahan wilayah yang lebih luas. Hasil dari

proses pelaporan ini berupa tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang, yaitu:

a. Besaran penyimpangan (luasan, panjang, lebar).

b. Bentuk dan jenis penyimpangan (fungsi, intensitas, atau teknis).

c. Arah penyimpangan atau pergeseran pemanfaatan ruang.

6.3.1.2 Pemantauan

Pemantaun merupakan upaya mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat

perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Perubahan kualitas tata ruang disebabkan oleh semua pelaku pembangunan (pemerintah,

swasta dan masyarakat). Pengamatan lapangan dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh

pemerintah daerah. Pemantauan dilakukan dengan cara pemeriksaaan yang melibatkan

pelaku pelanggaran (dengan memeriksa lebih jauh dokumen perijinan yang dimilikinya).

Tahapan pelaksanaan pemantauan adalah sebagai berikut;

a. Penyidikan lapangan, dilakukan setelah tahap kegiatan pelaporan yang kemudian

diperoleh indikasi penyimpangan pemanfaaatan ruang persil (baik lokasi maupun tipologi

penyimpangannya). Kemudian dibentuk tim penyidik yang terdiri atas beberapa dinas

terkait di daerah dan rencana kerja penyidikan penyimpangan pemanfaatan ruang ke

lapangan. Penyidikan ini dilakukan untuk memperoleh klarifikasi bukti pelanggaran yang

telah ada pada Tim Penyidik dengan yang ada pada penguasa lahan atau bangunan

untuk dilihat dan diketahui penyebab pelanggaran.

b. Pembahasan dan perumusan terbukti tidaknya secara teknis administrasif penyimpangan

atau pelanggaran yang telah diindikasikan sebelumnya. Tahap berikutnya adalah

mengklasifikasikan bentuk-bentuk pelanggaran, akibat pelanggaran dan

penanggungjawab pelanggaran pemanfaatan ruang.

c. Laporan dan pemberitahuan. Rumusan penyimpangan dan pelanggaran tersebut

kemudian disusun laporan dan pemberitahuan kepada berbagai pihak yang

berkepentingan.

• Laporan hasil pemantauan diserahkan kepada kepala daerah untuk dievaluasi dan

dibahas untuk merumuskan bentuk-bentuk penertiban.

• Laporan hasil pemantauan diserahkan kepada instansi terkait untuk

mempersiapkan kegiatan evaluasi terhadap pelanggaran dan penyimpangan

pemanfaatan ruang untuk mendukung penetapan penertiban yang perlu diambil.

Page 128: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 18PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Pemberitahuan hasil pemantauan kepada pelaku pelanggaran untuk

mempersiapkan pertanggungjawaban pelanggaran pemanfaaatan ruang yang

telah dilakukan.

Gambar 6.1

Proses Pengawasan Pemanfaatan Ruang

Page 129: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 19PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 6.2

Proses Pelaporan Perubahan Pemanfaatan Ruang

Page 130: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 20PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.4

Kegiatan Pelaporan Perubahan Pemanfaatan Ruang

Kegiatan Keluaran Pelaksana/Penanggung Jawab

Perioda Pelaksanaan

Keterangan

Pengumpulan data dan informasi mengenai perubahan pemanfaatan lahan

Informasi perubahan pemanfaatan ruang

Instansi penerbit ijin dan masyarakat (palapor)

Minimum sekali dalam 3 bulan

Laporan dilakukan secara berkala oleh instansi terkait dan secara kontinyu oleh masyarakat sebagai kontrol sosial.

Pengkajian perubahan pemanfaatan ruang persil

Indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang

Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 3 bulan

Membandingkan antara perubahan pemanfaatan ruang dan rencana tata ruang.

Perumusan tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang persil.

Tipologi penyimpangan

Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 3 bulan

Menyangkut jenis, akibat penyimpangan serta penyebab dan penanggung jawab pelanggaran.

Rekapitulasi perubahan pemanfaatan ruang

Akumulasi perubahan pemanfaatan ruang persil

Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 3 bulan

• Daerah kota/Kabupaten Aceh Besar, akumulasi perubahan persil.

• Daerah propinsi, akumulasi perubahan daerah kota/Kabupaten Aceh Besar

• Nasional, akumulasi perubahan dari propinsi.

Pengkajian pola perubahan pemanfaatan ruang wilayah atau blok peruntukan

Indikasi perubahan pemanfaatan ruang

Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 6 bulan

Untuk perubahan tata ruang nasional dapat dilakukan minimum 1 tahun sekali

Perumusan tipologi perubahan pemanfaatan ruang wilayah/blok peruntukan

Tipologi perubahan pemanfaatan ruang

Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 6 bulan

Untuk perubahan tata ruang nasional dapat dilakukan minimum 1 tahun sekali

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Page 131: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 21PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

6.3.1.3 Evaluasi

Kegiatan evaluasi mencakup evaluasi pemanfaatan ruang, evaluasi pelanggaran

pemanfaatan ruang dan bentuk pelanggaran.

1. Evaluasi pemanfaatan ruang dan pelanggaran

Kegiatan evaluasi terdiri dari evaluasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang persil dan

evaluasi terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang wilayah, sedangkan pada tahapan

penataan ruang, evaluasi dilakukan pada pelanggaran pemanfaatan ruang, lembaga penerbit

ijin dan evaluasi terhadap rencana tata ruang. Oleh karena itu pada tahap evaluasi ini

dilakukan kegiatan:

a. Evaluasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang.

b. Evaluasi terhadap lembaga pemberi ijin.

c. Evaluasi terhadap rencana tata ruang.

d. Klarifikasi apakah masyarakat melaksanakan pemanfaatan ruang (perubahan)

mengikuti/mematuhi ijin yang telah diberikan oleh lembaga pemberi ijin pemanfaatan

ruang. Apabila tidak memenuhi ijin yang telah diberikan, maka pelanggaran pemanfaatan

ruang harus mempertanggung jawabkan pelanggarannya (dikenai sanksi jika terbukti

bersalah).

e. Apabila masyarakat melakukan pembangunan sesuai dengan ijin yang diberikan, maka

kemungkinan berikutnya adalah evaluasi terhadap lembaga pemberi ijin. Apabila

lembaga tersebut memberikan ijin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, maka

lembaga tersebut harus mempertanggung jawabkan pelanggarannya.

f. Apabila kesalahan pemberi ijin tersebut disebabkan oleh kekurangan yang ada di dalam

rencana tata ruang (kurang jelas/tidak jelas, kurang/tidak rinci, tidak diatur atau

kesalahan lainnya), maka perlu adanya peninjauan terhadap rencana tata ruang.

2. Bentuk Pelanggaran

Tindakan pelanggaran terjadi apabila terdapat tindakan pemanfaatan ruang yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk-bentuk pelanggaran pemanfaatan ruang yang

terjadi antara lain:

a. Pelanggaran fungsi, dimana pemanfaatan tidak sesuai denngan fungsi ruang yang telah

ditetapkan dalam rencana tata ruang.

b. Pelanggaran blok peruntukan, dimana pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan arahan

peruntukan ruang yang telah ditetapkan.

Page 132: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 22PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

c. Pelanggaran persyaratan teknis, dimana pemanfaatan sesuai dengan fungsi dan

peruntukan tetapi persyaratan teknis ruang bangunan tidak sesuai dengan ketentuan

dalam rencana tata ruang dan peraturan bangunan setempat.

d. Pelanggaran bentuk pemanfaatan, yaitu pemanfaatan fungsi, tetapi bentuk pemanfaatan

tidak sesuai dengan arahan rencana tata ruang.

3. Jenis Pelanggaran

Berdasarkan keberadaan rencana tata ruang

Pelanggaran terjadi setelah ada rencana tata ruang, dalam arti kegiatan

pembangunan dilaksanakan setelah rencana tata ruang mempunyai dasar hukum dan

diundangkan.

Pelanggaran terjadi sebelum ada rencana tata ruang, dimana kegiatan pembangunan

dilaksanakan sebelum rencana tata ruang mempunyai dasar hukum dan

diundangkan. Suatu contoh kasus dilapangan, yaitu terjadi alih fungsi penggunaan

lahan dari sawah irigasi teknis menjadi bangunan pertokoaan/perumahan terutama di

sekitar jalan jalan utama seperti di Jalan Banda Aceh - Medan. Mekanisme

penertiban dan pengendalian kasus seperti ini dapat dilihat pada tabel 6.8

Berdasarkan skala/luasannya

Penyimpangan Persil

- Masyarakat pembangun sendiri karena ketidaktahuan (tidak sengaja), kebutuhan

yang mendesak, atau keinginan tertentu, masyarakat membangun persilnya

melanggar ketentuan ijin yang telah diterima. Suatu contoh masyarakat

membangun rumah telah sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan permukiman,

namun luasan bangunannya tidak sesuai dengan luasan ijin yang diterima,

mekanisme penertiban dan pengendalian kasus seperti ini dapat dilihat tabel 6.8.

- Instansi pemberi ijin, dalam pemberian ijin pembangunan, instansi yang

berwenang menerbitkan ijin harus mengacu pada rencana tata ruang yang telah

ditetapkan dan disebabkan oleh berbagai hal, pemberi ijin menerbitkan ijin

pembangunan tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang yang direncanakan.

Dalam kasus ini kegiatan pembangunan oleh masyarakat tidak dapat disalahkan

dan diberikan sanksi yang merugikan masyarakat pembangun.

- Pengaturan pemanfaatan ruang atau rencana tata ruangnya, karena

ketidakjelasan aturan yang rinci dan tegas dari rencana tata ruang yang ada,

Page 133: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 23PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

pemberi ijin tidak dapat memahami rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Kondisi ini dapat menyebabkan kesalahan dalam memberi ijin pembangunan.

Penyimpangan Wilayah

Penyimpangan wilayah dapat terjadi karena akumulasi penyimpangan persil atau

kawasan yang lebih luas (kepemilikan tunggal/individu atau badan hukum tertentu)

akan berakibat pada perubahan wilayah yang lebih luas (kepemilikan lahan jamak).

Jenis penyimpangan ini meliputi penyimpangan pemanfaatan ruang maupun struktur

ruang. Kasus penyimpangan wilayah ini terjadi pada lahan lahan yang lebih luas,

misalnya kawasan kehutanan berubah fungsi menjadi kawasan budidaya

pertanian/perkebunan.

Tabel 6.5 Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Perioda

Pelaksanaan Keterangan

a. Penyusunan daftar penyimpangan/ pelanggaran pemanfaatan ruang persil

Tabel tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang. Peta sebaran penyimpangan

Bappeda/Lembagayang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Minimum sekali dalam 6 bulan

Daftar ini hanya untuk penyimpangan persil atau kawasan yang dikuasai oleh satu kepemilikan (individual ataupun badan hukum)

b. Menyiapkan kerangka acuan pekerjaan pemantauan

Kerangka acuan pelaksanaan pekerjaan pemantauan

Bappeda/Lembagayang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Jika terjadi pelanggaran

Penyiapan kerangka acuan dengan memanfaatkan hasil rekapitulasi pelaporan perubahan pemanfaatan ruang.

c. Pembentukan tim penyidik penyimpangan pemanfaatan ruang

Keputusaan Ketua /BKPRD tentang pembentukan Tim Kecil terdiri dari berbagai instansi terkait pelaksanaan pemantauan

Bappeda, Lembaga yang Terkait/ BKPRD kabupaten Aceh Besar

Jika terjadi pelanggaran

Tim pemantauan lapangan dapat dilakukan secara swakelola atau oleh konsultan.

d. Memeriksa dan membuktikan pelanggaran persil

Bukti pelanggaran Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran

Pengumpulan bukti diperoleh dari lapangan penguasaan lahan, instansi pemberi ijin dan instansi terkait.

e. Merumuskan temuan penyimpangan

Rumusan awal pelanggaran pemanfaatan ruang

Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran

Disajikan secara tipologi, besaran dan faktor penyebabnya.

f. Membahas temuan penyimpangan dan

Rumusan final pelanggaran

Bappeda/Lembaga yang

Jika terjadi pelanggaran

Temuan penyimpangan

Page 134: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 24PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Perioda

Pelaksanaan Keterangan

rekomendasi tindak lanjut dalam forum TKPR Daerah

pemanfaatan ruang dan rekomendasi penyelesaian masalah

Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

dibahas dalam forum BKPRD dengan mengundang pihak-pihak terkait.

g. Laporan hasil pemantauan kepada Bupati

Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada Bupati tentang laporan hasil pemantauan.

Bappeda/Lembagayang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Jika terjadi pelanggaran

Surat Ketua DPRD dilampirkan buku laporan hasil pemantauan.

h. Pemberitahuan hasil pemantauan kepada instansi tingkat kota/kabupaten terkait dan camat

Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPR kepada instansi terkait dan camat tentang laporan hasil pemantauan.

Bappeda/Lembagayang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Jika terjadi pelanggaran

Surat Ketua DPRD berisikan penyampaian temuan penyimpangan RTRWK kota yang perlu diketahui oleh instansi terkait.

i. Pemberitahuan laporan hasil pemantauan kepada pelanggar

Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada pelanggar.

Bappeda/Lembagayang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar

Jika terjadi pelanggaran

Berisikan tipologi pelanggaran persil yang bersangkutan.

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Tabel 6.6 Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Kegiatan Keluaran Pelaksana Perioda

Pelaksanaan Keterangan

Evaluasi temuan penyimpangan Rumusan tingkat penyimpangan RTRW Kabupaten

Bappeda dan instansi terkait

Minimum sekali dalam 5 tahun

-

Evaluasi kinerja instansi pemberi perijinan

Rumusan tingkat penyimpangan mekanisme pemberian perijinan pemanfaatan ruang.

Bappeda dan instansi terkait

Minimum sekali dalam 5 tahun

-

Masukan/umpan balik untuk evaluasi RTRWN/RTRW Propinsi/kota/kabupaten.

Rumusan materi bagi evaluasi RTRW.

Bappeda dan instansi terkait

Minimum sekali dalam 5 tahun

-

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

6.3.2 Prosedur Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Penertiban adalah upaya mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan

dapat terwujud. Sebelum dilakukan penertiban, perlu dilakukan pemeriksaan keberadaan

rencana tata ruang dikaitkan dengan wakktu terjadinya pelanggaran. Penertiban dilakukan

melalui

Page 135: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 25PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

pemeriksanaan dan penyidikan atas semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan

terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang yang ditetapkan.

Kegiatan penertiban dapat dilakukan secara langsung melalui penegakan hukum yang

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

penertiban tidak langsung melalui pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang, melalui

pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana

dasar lingkungannya.

1. Obyek Penertiban

Pola penyimpangan pembangunan terhadap rencana yang telah ditetapkan yang meliputi

penyimpangan fungsi, peruntukan dan ketentuan teknis lainnya.

2. Jenis Sanksi

Sanksi administrasi, dapat berupa tindakan pembatalan ijin dan pencabutan hak.

Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada

terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi administratif merupakan

sanksi yang dikenakan terlebih dahulu dibandingkan sanksi-sanksi lainnya. Dalam

pemantauan pemanfaatan ruang (pelanggaran persil) kemungkinan yang melakukan

pelanggaran adalah pemilik persil atau lembaga pemberi ijin (dalam hal ini diwakili oleh

pejabat yang bertanggung jawab). Sanksi yang dikenakan adalah;

Aparat pemerintah (teguran, pemecatan, denda, mutasi)

Masyarakat (teguran, pencabutan ijin, penghentian pembangunan, pembongkaran)

Sanksi diberi batas waktu pelaksanaan terutama untuk putusan yang membutuhkan

waktu seperti pembongkaran atau pelaksanaan administrasi. Apabila sampai batas waktu

yang telah ditentukan sudah terlampaui, sanksi administrasi belum dilaksanakan, maka

pemerintah berhak mengajukan kasus ke lembaga peradilan.

Sanksi Perdata, dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi.

Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya

kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum. Sanksi perdata dapat

berupa ganti rugi, pemulihan keadaan atau perintah dan pelarangan melakukan suatu

perbuatan

Sanksi pidana, dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan. Sanksi ini dikenakan

atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum.

Sanksi pidana dapat berupa kurungan, denda dan perampasan barang.

Page 136: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 26PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.7

Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang (Sanksi Administratif)

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan

Keterangan

Menyiapkan langkah-langkah penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang

Rumusan awal langkah-langkah penertiban

Bappeda kabupaten

Sesuai kebutuhan

Berdasarkan hasil pemantauan (bagian dari tahap pengawasan pemanfaatan ruang)

Membahas langkah penertiban dalam forum TKPR propinsi

Rumusan final langkah-langkah penertiban

Bappeda atau BKPRD kabupaten

Sesuai kebutuhan

-

Melaporkan kepada Bupati tentang rencana tindakan penertiban.

Surat Ketua TLPRD kota kepada Bupati.

BKPRD kabupaten.

Sesuai kebutuhan

Berisi rencana tindakan penertiban.

Pembentukan tim khusus pelaksana koordinasi tindakan penertiban

Keputusan Bupati tentang pembentukan tim khusus penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.

Bupati. Sesuai kebutuhan

Bupati membentk tim khusus untuk melakukan koordinasi tindakan penertiban yang melibatkan bagian penertiban, satpol pamong praja dan instansi terkait.

Koordinasi tindakan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang

Pemberian sanksi adminitratif kepada aparat pemerintah atau sanksi administratif kepada masyarakat.

Tim khusus penertiban.

Sesuai kebutuhan

• Tim khusus dapat menugaskan anggotanya untuk melaksanakan tindakan penertiban sesuai dengan perundang-undangan.

• Tim khusus dapat bekerja sama dengan Polisi, Kodim dll, untuk melaksanakan penertiban langsung.

Pengawasan pelaksanaan sanksi

Daftar pelanggar yang tidak melaksanakan sanksi.

Tim khusus penertiban/tim wibawapraja

Sesuai kebutuhan

Apabila pelanggar tidak menjalankan sanksinya maka tim khusus wajib mengajukan ke pengadilan untuk diproses secara hukum.

Pengajuan atau pengaduan ke lembaga peradilan

Berkas pengajuan ke pengadilan.

• Tim khusus. • Masyarakat atau

badan hukum.

Sesuai kebutuhan

Pengajuan ke lembaga peradilan dapat dilakukan oleh masyarakat atau badan hukum tertentu apabila merasa dirugikan oleh pelanggar.

Pengenaan sanksi Sanksi pidana dan atau sanksi perdata.

Lembaga peradilan.

Sesuai kebutuhan

Sanksi dikenakan apabila terbukti bersalah secara hukum oleh pengadilan.

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Page 137: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 27PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.8 Alternatif Bentuk Penertiban

Bentuk Pelanggaran Alternatif Bentuk Penertiban Setelah RTR Diundangkan Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah ditetapkan dalam RTR.

• Kegiatan/pembangunan dihentikan. • Pencabutan ijin.

Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRW.

• Kegiatan/pembangunan dihentikan. • Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan. • Denda. • Kurungan.

Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi kondisi teknis pemanfaatan ruang (bangunan, proporsi pemanfaatan, dll) tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan dalam RTR.

• Kegiatan dihentikan. • Memenuhi persyaratan teknis.

Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk atau pola pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam RTR.

• Kegiatan dihentikan. • Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang. • Denda. dan Kurungan.

Sebelum RTR Diundangkan Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. Contoh terjadi alih fungsi sawah irigasi teknis menjadi bangunan pertokoan, perumahan maupun bangunan lainnya yang terjadi di sekitar jalan jalan utama seperti di Jalan Banda Aceh – Medan.

a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap, melalui; • Pembatasan masa perijinan. • Pemindahan/relokasi/resetllement. • Penggantian yang layak.

b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; • Pembatasan luas areal pemanfaatan

ruang. • Pembatasan perluasan bangunan. • Pembatasan jenis dan skala kegiatan. • Penyesuaian persyaratan teknik. • Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.

c. Pembinaan melalui penyuluhan. Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan menyimpang. Contoh pembangunan rumah yang sesuai dengan fungsinya, tetapi luasannnya tidak sesuai dengan izin yang diterima

a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;• Pembatasan luas areal pemanfaatan

ruang. • Pembatasan perluasan bangunan. • Pembatasan jenis dan skala kegiatan.

b. Pembinaan melalui penyuluhan. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi persyaratan teknis menyimpang. Contoh bangunan bangunan yang tidak sesuai dengan aturan sempadan bangunan.

a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; • Penyesuaian persyaratan teknis. • Pembatasan perluasan bangunan. • Pembatasan jenis dan skala kegiatan.

b. Pembinaan melalui penyuluhan. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang menyimpang.

a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;• Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang. • Pembatasan perluasan bangunan. • Pembatasan jenis dan skala kegiatan. • Penyesuaian persyaratan teknis.

b. Pembinaan melalui penyuluhan. Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Page 138: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 28PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

6.4 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

6.4.1 Klasifikasi Penggunaan Lahan

Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar dibagi berdasarkan Keppres no.32

tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung. Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua

klasifikasi besar, yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga dan kawasan budidaya.

Tabel 6.9

Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4

Kawasan Lindung

LS Kawasan perlindungan setempat

LS-1 Sempadan Pantai/Sungai

LS-2 Kawasan Rawan Bencana

HL

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

HL Kawasan Hutan Lindung

CA Kawasan Suaka Alam

Cagar Alam Hutan Raya

Kawasan Penyangga

Warna Kuning Kawasan Hutan HP Hutan Produksi

Kawasan Budidaya

Warna Biru

Kawasan Pertanian

Kawasan Pertanian Lahann Basah

Warna Coklat Muda

LK Kawasan Pertanian Lahann Kering

In Perikanan/Tambak

Kawasan Industri Industri Pengolahan

Warna Coklat

Kawasan Permukiman

PK1 Kawasan Permukiman Perkotaan Perumahan Perkotaan

PK2 Kawasan Permukiman Perdesaan Perumahan Perdesaan

Simbol Kawasan Khusus Transportasi

BU Bandara Udara PL Pelabuhan

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006 6.4.2 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang dalam petunjuk opersional ini mengacu pada sistem kegiatan yang

berkembang dalam sebuah penggunaan lahan. Pemanfaatan ruang adalah semua aktifitas

dan atau fungsi yang mungkin terjadi dalam sebuah penggunaan lahan hirarki 3.

Pemanfaatan ini didapatkan dari survei lapangan semua penggunaan yang ada di Kabupaten

Aceh Besar. Untuk memudahkan klasifikasi, maka pemanfaatan ruang dibagi menjadi

kategori dan sub kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 139: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 29PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.10 Pemanfaatan Ruang Kabupaten Aceh Besar

Kategori Sub Kategori

Hunian

Rumah Tunggal Rumah Kopel, Rumah Deret Rumah Dinas Wisma Tamu (Guest House), sebagai aksesori Rumah Usaha sebagai aksesori

Komersial

Pasokan Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan Alat-alat Rumah Tangga, Perabot, dan Perkakas Toko Makanan dan Minuman Barang Kelontong dan Kebutuhan Sehari-hari Pakaian dan Perlengkapannya Pasokan Pertanian Apotik dan toko obat

Jasa Komersial

Jasa Bangunan Jasa Pelayanan Bisnis Jasa Usaha Makanan dan Minuman Jasa Perawatan/Perbaikan/Reparasi Jasa Pengiriman Pesanan/Ekspedisi Jasa Personal Klinik dan Laboratorium Kesehatan Salon

Perkantoran Bisnis dan Profesional Pemerintahan Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Ahli Kesehatan

Institusional

Tempat Ibadah TK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA Sekolah Tinggi, Universitas Sekolah Kejuruan Rumah Sakit dan Fasilitas Perawatan Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi Museum Lembaga Pelayanan Sosial

Industri

Industri Ringan Industri Manufaktur Industri Riset dan Pengembangan Terminal/Pool Truck dan Transportasi Percetakan/Penerbitan Penimbunan Rongsokan Industri Pergudangan Industri Depo

Pelayanan dan Jasa Kendaraan Bermotor

Bengkel Kendaraan Pribadi/Niaga Penjualan/ Persewaan Kendaraan Pribadi/Niaga Penjualan/Persewaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan Penjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Ruang terbuka Hijau

Rekreasi Aktif (Taman Bermain, Theme Park, Kebon Binatang) Rekreasi Pasif (Taman) Pemakaman Danau/ Waduk Lapangan Olahraga Preservasi Sumber Daya Alam Penjualan Tamanan Hias dan Bunga di Ruang Terbuka

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Page 140: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 30PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

6.4.3 Ketentuan Pemanfaatan Ruang untuk Setiap Penggunaan Lahan

Ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap penggunaan lahan menunjukkan boleh tidaknya

sebuah sistem kegiatan dikembangkan dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahan. Jika

terdapat sebuah penggunaan yang belum tercantum dalam kategori maupun sub kategori

pemanfaatan ruang, maka ijin untuk penggunaan tersebut ditentukan menggunakan

ketentuan yang berlaku. Jika penggunaan tersebut diperbolehkan, maka penggunaan baru

tersebut dapat ditambahkan pada kategori dan atau sub kategori melalui ketentuan yang

berlaku. Boleh tidaknya pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki 4 peruntukan tanah

ditunjukkan dengan 4 indikator, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.11.

Tabel 6.11 Deskripsi Indikator Pemanfaatan Ruang

Simbol Deskripsi

I

Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti

tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah

kabupaten.

T

Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan

standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan

tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan

kemudian oleh pemerintah kabupaten.

B

Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk

penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di

sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL,

dan RPL.

- Pemanfaatan yang tidak diizinkan

Pemanfaatan Terbatas

Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda T atau merupakan pemanfaatan yang

terbatas, berarti penggunaan tersebut mendapatkan ijin dengan diberlakukan pembatasan-

pembatasan, seperti:

Page 141: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 31PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Pembatasan pengoperasian. Baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya sebuah

pemanfaatan ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan ruang tersebut untuk

kegiatan yang diusulkan.

• Pembatasan intensitas ruang. Baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, ataupun ketinggian

bangunan. Pembatasan ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan menurunkan

nilai maksimum atau meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang.

• Pembatasan jumlah pemanfaatan. Jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada, masih

mampu melayani, dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah kawasan

perumahan yang telah cukup jumlah masjidnya, tidak diperkenankan membangun masjid

baru), maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diijinkan, atau diijinkan dengan

pertimbangan-pertimbangan khusus.

• Pengenaan aturan-aturan tambahan seperti disinsentif, keharusan menyediakan analisis

dampak lalu-lintas, dan sebagainya.

Pemanfaatan Bersyarat

Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan bersyarat,

berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan ini

diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan

sekitarnya. Persyaratan ini antara lain:

• Penyusunan dokumen AMDAL,

• Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL)

• Penyusunan Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN)

• Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau aturan

disinsentif lainya.

Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja. Penentuan

persyaratan mana yang dikenakan ditentukan oleh pemerintah kabupaten dengan

mempertimbangkan besarnya dampak bagi lingkungan sekitarnya.

Ketentuan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan terdiri dari ketentuan pemanfaatan ruang

untuk guna lahan perumahan, perdagangan, jasa, fasilitas pelayanan kota, industri

pergudangan, dan ruang terbuka hijau. Ketentuan pemanfaatan ruang untuk guna lahan

perumahan dapat dilihat pada tabel berikut ini (ketentuan yang ditunjukkan melalui abjad I,

T, B dan - dapat dilihat pada Tabel 6.11) .

Page 142: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 32PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 6.12 Matriks Pemanfaatan Ruang untuk Guna Lahan

Di Kabupaten Aceh Besar

Pemanfaatan Ruang HL LS-1 LS-2 HP LB LK IN PM ID BU PL A Hunian

Rumah Tunggal T T T T T T T I T - - Rumah Kopel, Rumah Deret - - - - T T T I T - - Rumah Dinas T T T T T T T I T T T Wisma Tamu (Guest House), sebagai aksesori

- - - - - - - - - - -

Rumah Usaha sebagai aksesori - - - - - - - I - - - B Komersial

Pasokan Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan

- - - - - - - - - - -

Alat-alat Rumah Tangga, Perabot, dan Perkakas

- - - - - - - T - - -

Toko Makanan dan Minuman - - - - - - - T - T T Barang Kelontong dan Kebutuhan Sehari-hari

- - - - - - - T - - -

Pakaian dan Perlengkapannya - - - - - - - - - - - Pasokan Pertanian - - - - - - - T - - - Apotik dan Toko Obat - - - - - - - T - - -

C Jasa Komersial Jasa Bangunan - - - - - - - - - - - Jasa Pelayanan Bisnis - - - - - - - - - - - Jasa Usaha Makanan dan Minuman - - - - - - - - - T T Jasa Perawatan/Perbaikan/Reparasi - - - - - - - - - I I Jasa Pengiriman Pesanan/Ekspedisi - - - - - - - - - I I Jasa Personal - - - - - - - - - - - Klinik dan Laboratorium Kesehatan - - - - - - - I - I I Salon - - - - - - - - - - -

D Perkantoran Bisnis dan Profesional - - - - - - - - T - - Pemerintahan - - - - - - - - - - - Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Ahli Kesehatan

- - - - - - - T - - -

E Institusi Tempat Ibadah - - - - T T T T T T T TK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA - - - - - - - T - - - Sekolah Tinggi, Universitas - - - - - - - - - - - Sekolah Kejuruan - - - - - - - T - - - Rumah Sakit dan Fasilitas Perawatan - - - - - - - - - - - Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi

- - - B B B B B B B B

Museum - - - - - - - - - - - Lembaga Pelayanan Sosial - - - - - - - - - - -

F Industri Industri Ringan - - - - - - - - I - - Industri Manufaktur - - - - - - - - I - - Industri Riset dan Pengembangan - - - - - - - - I - - Terminal/Pool Truck dan Transportasi - - - - - - - - - B B Percetakan/Penerbitan - - - - - - - - - - - Penimbunan Rongsokan - - - - - - - - - - - Industri Pergudangan - - - - - - - - I I I Industri Depo - - - - - - - - I I I

G Pelayanan dan Jasa Kendaraan Bermotor

Bengkel Kendaraan Pribadi/Niaga - - - - - - - - - - - Penjualan/ Persewaan Kendaraan Pribadi/Niaga

- - - - - - - - - T T

Page 143: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 6 - 33PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Pemanfaatan Ruang HL LS-1 LS-2 HP LB LK IN PM ID BU PL Penjualan/Persewaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan

- - - - - - - - - - -

Penjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

- - - - - - - B - B B

H Ruang Terbuka Hijau

Rekreasi Aktif (Taman Bermain, Theme Park, Kebon Binatang)

- - - - - - - - - - -

Rekreasi Pasif (Taman) I I I I I I I I I I I Pemakaman - - - - - - - B - - - Danau/Waduk - - - - - - - - - - - Lapangan Olahraga - - - - - - - T T T T Preservasi Sumber Daya Alam I I I B B B B B B B B Penjualan Tanaman Hias dan Bunga di Ruang Terbuka

- - - - - - - T - - -

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

Keterangan : I = Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.

T = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.

B = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.

- = Pemanfaatan yang tidak diizinkan HL = Hutan Lindung LS-1 = Lindung Setempat (sempadan pantai/sungai) LS-2 = Lindung Setempat (kawasan rawan bencana) HP = Hutan Produksi LB = Lahan Basah (sawah) LK = Lahan Kering (pangan, perkebunan) IN = Perikanan/Tambak PM = Permukiman ID = Industri (pengolahan) BU = Bandara Udara PL = Pelabuhan

Page 144: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 1 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah untuk menunjang berlangsungnya berbagai

kegiatan yang menunjang bagi perkembangan wilayah diperlukan sejumlah sarana dan

prasarana wilayah. Maka secara otomatis dalam upaya memacu laju pertumbuhan dan

perkembangan wilayah, penyediaan terhadap sarana dan prasarana wilayah sangat

diperlukan, yang berfungsi menselaraskan kebutuhan pembangunan dengan tujuan dan

sasaran yang hendak dicapai dalam setiap tahapan pembangunan.

7.1 PRASARANA TRANSPORTASI

Sebagaimana telah diuraikan pada sistem transportasi makro, dimana wilayah Kabupaten

Aceh Besar terdapat 3 sistem jaringan jalan primer yaitu sistem primer utara, tengah dan

selatan; pembangunan kembali jalan kereta api dengan rel standar; pengembangan

perhubungan laut dengan simpul di Pelabuhan Malahayati; pusat penyebaran sekunder

pelabuhan udara Sultan Iskandar muda di Blang Bintang.

7.1.1 Transportasi Darat

Secara umum kondisi jaringan jalan di Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami mengalami

penurunan, hal ini terjadi antara lain karena menurunnya kemampuan pembiayaan setelah

masa krisis ekonomi yang menyebabkan berkurangnya secara drastis biaya pemeliharaan

jalan oleh pemerintah. Tingkat kerusakan jalan akibat pembebanan muatan lebih dan sistem

penanganan yang belum memadai, berakibat pada hancurnya jalan sebelum umur teknis

jalan tersebut tercapai. Bila kondisi ini tidak dapat ditanggulangi akan sangat berpengaruh

Bab 7RENCANA PENGEMBANGAN

PRASARANA WILAYAH

Page 145: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 2 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

kepada tingginya biaya (ongkos) transportasi bagi masyarakat dan juga proses distribusi

barang semakin bertambah.

A. Jalan Raya

Rencana pengembangan prasarana sistem jalan raya meliputi kondisi jaringan jalan, status

dan fungsi jaringan, ketersediaan dan pengembangan jalan, status dan fungsi jalan, terminal

dan ketersediaan angkutan umum.

Jaringan Jalan

Jaringan jalan di wilayah Kabupaten Aceh Besar mempunyai pola linier dan radial yang

dikarenakan faktor topografi terjal. Jalan nasional/negara yang ada di wilayah Kabupaten

Aceh Besar berupa jalan arteri sepanjang 88,52 km, kolektor I sepanjang 83,52 km, jalan

kolektor II sepanjang 52,84 km dan jalan kolektor III sepanjang 33,44 km dengan kondisi

umumnya cukup baik.

Pada saat ini ruas badan jalan dari Kecamatan Lhoknga sampai Lhoong sebagian hilang

akibat bencana tsunami, ruas jalan pengganti masih dalam tahap perkerasan belum

mencapai tahap pengaspalan. Total panjang jalan kabupaten seluruhnya 924,5 km. Kondisi

jaringan jalan yang baik sebesar 20,84%, sedang 28,58%, rusak 39,10% dan rusak berat

11,48 %. Sedangkan sudah beraspal 88,06%, kerikil 5,66% dan tanah 6,28 %.

Dengan melihat kondisi dan ketersediaan jaringan jalan tersebut, maka wilayah yang

mempunyai akses cukup tinggi meliputi Kecamatan Ingin Jaya, Montasik, Indrapuri, Peukan

Bada, Lhoknga, Baitussalam, Darussalam dan Mesjid Raya.

Secara umum prasarana transportasi jalan raya di wilayah Aceh Besar masih kurang

mendukung kelancaran pelayanan perhubungan intra wilayah, yaitu masih tertumpu pada

jalan nasional dengan simpul perhubungan dan pergantian roda transport tertumpu pada

Kota Banda Aceh. Hal ini disebabkan oleh faktor topografi terjal, sehingga pengembangan

ruas jalan kabupaten tidak dapat menjangkau hubungan antar wilayah kecamatan.

Untuk mengurangi beban jalan nasional oleh pergerakan regional diperlukan peningkatan

jalan kabupaten sebagai jalan alternatif penghubung antar kecamatan. Hal ini juga

dimaksudkan agar hasil bumi dari bagian dalam kecamatan bisa disalurkan ke pusat-pusat

Page 146: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 3 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

kecamatan lainnya, dan sekaligus untuk membuka daerah terisolir bagian dalam (hinterland)

maka perlu dibuat jalan lokal primer.

Usaha untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka rencana pengembangan fungsi

jaringan jalan di Kabupaten Aceh Besar diarahkan :

a) Pemulihan perhubungan jalan primer pantai barat Banda Aceh – Meulaboh – Tapaktuan – Sidikalang (Sumut). Sebagai jaringan jalan penghubung orde I dengan orde I.

b) Peningkatan jalan dan jembatan jalan Nasional, seperti Jantho – arah Lamno 19.72 km, Leupung – Lhoong 5.6 km, Lampanah – Leungoh arah Sigli 9.2 km.

c) Peningkatan jalan dan jembatan jalan Propinsi, serperti : Jantho – Cucum – Indrapuri 23.62 km, Blang Bintang - Ie Seum – Krueng Raya 22.61 km, Lam Apeng – Meumen 14.53 km, Lambada Lhok – Montasik – Sibreh 20.5 km, Sibreh – Peukan Biluy 9.5 km, Ketapang – Mata Ie – Lhoknga 5.25 Km.

d) Peningkatan jalan Kabupaten, seperti Indrapuri – Lamkabeu 17.73 km, Leungoh – Pasar Saree 17.4 km, Krueng Kala – Pudeng 11.24 km.

Secara jelasnya mengenai rencana jaringan jalan Kabupaten Aceh Besar sampai dengan

tahun 2016 disajikan pada Tabel 7.1.

Terminal

Terminal yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar tergolong dalam terminal tipe C antar

kota dalam kabupaten sebanyak 2 buah yaitu di Kota Jantho dan Seulimeum, sedangkan

yang lainnya berupa pangkalan. Terminal di Kota Jantho sampai saat ini tidak berfungsi yang

dikarenakan arus kendaraan Kota Jantho sangat terbatas. Hal ini disebabkan perhubungan

jalan menuju Kota Jantho dari Kota Banda Aceh hanya searah dan tidak meneruskan ke kota

lainnya, sehingga fungsi Kota Jantho sebagai ibukota Kabupaten baru terbatas pada

pelayanan administrasi dan pemerintahan, kegiatan lainnya belum berkembang.

Diharapkan dengan adanya rencana sistem primer tengah dapat membuka perhubungan

Kota Jantho ke kota-kota lainnya baik dalam lingkup kabupaten maupun antar kabupaten.

Rencana Pengembangan prasarana Terminal diarahkan kepada :

a) Pengembangan pembangunan sarana dan prasaran terminal Tipe A di Kota Lambaro,

sebagai pusat koleksi dan distribusi transportasi intraregional (antar propinsi).

b) Pembangunan terminal persinggahan di Pasar Saree sebagai titik jenuh perjalanan

dan menopang pengembangan kawasan pariwisata di Saree.

Page 147: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 4 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

c) Mengembalikan fungsi dan tujuan terminal Tipe C di Kota Jantho, atau pemindahan

fungsi terminal Tipe C tersebut ketempat yang lebih strategis agar optimal fungsi

terminal tersebut.

d) Pengembangan sarana transportasi Terminal C di Krueng Raya sebagai terminal

penggantian moda, bertujuan untuk kelancaran kegiatan pengganti moda

transportasi darat – laut dan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. Jalan Kereta Api

Mengacu pada RTR Pulau Sumatera yang direncanakan akan mengembangkan trasnsportasi

kereta api sistem jaringan lintas utama Banda Aceh – Lhokseumawe – Langsa – Besitang –

Medan, dimana lintas utama ini akan melintas Kabupaten Aceh Besar. Rencana

pengembangan jaringan kereta api sangat dipandang perlu, mengingat aktivitas masyarakat

sudah mulai menunjukan peningkatan. Selain itu jaringan kereta api ini dapat mengurangi

intensitas jalan raya yang sudah cukup padat.

Di masa mendatang keberadaan transportasi kereta api ini sangat diperlukan dan juga

mempunyai prospek yang baik, mengingat intensitas mobilitas masyarakat sudah

menunjukan adanya peningkatan. Dengan manajemen operasional yang seimbang antara

kepentingan bisnis dan sosial diharapkan dapat mampu kembali membangun dan

mengoperasionalkan kereta api. Keberadaan infrastruktur ini dapat juga menarik minat

investor untuk mengembangkan usaha sumber-sumber daya di wilayah Provinsi NAD yang

memang belum tergali secara optimal.

Rencana Pengembangan prasarana jalan Kereta Api diarahkan :

Pembangunan dan pengaktifkan kembali operasional jalan kereta api di wilayah Kabupaten

Aceh Besar, dapat memanfatkan jalur yang pernah ada termasuk stasiun. Arahan fungsi

stasiun yang akan dikembangkan :

• Stasiun kordinator lengkap dengan dipo di Kota Banda Aceh.

• Stasiun multimoda bisa di Lambaro (untuk jangka panjang setelah adanya Light Rail Transportation/LRT/KRL sebagaimana yang dikembangkan Metropolitan Banda Aceh).

• Stasiun koordinator biasa di Lamtamot (Lembah Seulawah).

• Stasiun langsir di Sibreh (Sukamakmur), Samahani (Kutamalaka), Seulimeum dan Lampakuk (Cot Glie).

Page 148: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 5 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Lebar Badan Jalan

(meter)

Garis Sempadan Jalan (GSJ)

(Meter)1 Banda Aceh - Medan Alteri Primer Jalan Nasional 7 > 60 > 8 > 22 Pelebaran jalan 2 Banda Aceh - Malahayati Alteri Primer Jalan Nasional 7 > 60 > 8 > 22 Pelebaran jalan 3 Lambaro - Blang Bintang Alteri Primer Jalan Nasional 5 > 60 > 8 > 22 Pemeliharaan4 Banda Aceh - Meulaboh Kolektor Satu Jalan Nasional 5 - 7*) > 40 > 7 > 17 Pengaspalan (Leupung - Lhoong)

5 Seulimeun - Jantho - Batas Pidie

Kolektor Satu Jalan Nasional 4 > 40 > 7 > 17 Pelebaran jalan (Jantho - Batas Pidi)

6 Jalan AM. Ibrahim (Jantho) Kolektor Satu Jalan Nasional 6 *) > 40 > 7 > 17 Pemeliharaan

7 Blang Bintang - Krueng Raya

Kolektor Dua Jalan Nasional 3 > 30 > 7 >10 Pelebaran jalan

8 Krueng Raya - Batas Pidie Kolektor Dua Jalan Nasional 3 > 30 > 7 >10 Pembangunan (Lampanah , Leungah)

9 Batas Banda Aceh - Blang Bintang

Kolektor Dua Jalan Nasional 3 > 30 > 7 >10 Pelebaaran dan perbaikan

10 Alue Glong - Kota Jantho Kolektor Dua Jalan Nasional 3 > 30 > 7 >10 Perbaikan

11 Batas Aceh Besar - Lamno Kolektor Dua Jalan Nasional 3 > 30 > 7 >10 Pembangunan

12 Jln. Soekarno Hatta (Bd. Aceh - Lambaro)

Kolektor Primer Jalan Provinsi 6*) > 40 > 7 > 17 Pemeliharaan

13 Jalan Keutapang - Mata Ie Kolektor Sekunder Jalan Provinsi 3 > 20 > 7 > 7 Pelebaran

14 Sibreh - Batas Banda Aceh (Darul Iamrah)

Lokal Primer Jalan Kabupaten 5 > 20 > 6 > 12 Pelebaran/perbaikan

15 Montasik - Peukan Ateuk Lokal Primer Jalan Kabupaten 5 > 20 > 6 > 12 Perbaikan (Krueng Geulumpang - Seunelop)

16 Lambaro - Cot Iri Lokal Primer Jalan Kabupaten 5 > 20 > 6 > 12 Perbaikan17 Cot Iri - Lambaro Angan Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Pelebaran jalan

18 Lampadang - Lamteungoh - Lampageu

Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Pembangunan

19 Jl. Pasar indrapuri - Lamkabeu

Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Perbaikan

20 Jl. Pasar Keumiree - Lampakuk

Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Perbaikan

21 Seulimeum - Lamteuba Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Perbaikan22 Lamtamot - Panca Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Perbaikan 23 Saree - Leungah Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Pembangunan

24 Blang Mee - Geuntet - Suribee - Psr. Lhoong

Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 > 6 > 12 Perbaikan

25 Kots Jantho - Cucum - Lamno

Lokal Primer Jalan Kabupaten 3 > 20 ≥ 5 > 12 Peningkatan lebar jalan, Perkerasan/pengaspalan

26 Kots Jantho - Keumala - Tangse - Meulaboh (Aceh Barat)

Kolektor Jalan Nasional 3 > 30 ≥ 6 > 12 Pengerasan, Peningkatan

Sumber : Hasil Rencana Keterangan : *) 2 jalur **) Ruas Leupung Lhoong ± 5 Km telah dibuat lebar 7 meter oleh Us Aid

TABEL 7.1

No. Ruas Fungsi Status

Lebar Badan Jalan

Eksisting (m)

Rencana

Rencana Pengembangan

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN 2016

Page 149: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 6 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

GAMBAR 7.1

PETA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT KABUPATEN ACEH

BESAR

Page 150: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 7 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

7.1.2 Transportasi Laut, Air Sungai, Dan Udara

A. Transportasi Laut

Posisi geografis Kabupaten Aceh Besar yang terletak diujung pulau Sumatera mempunyai

potensi yang sangat strategis untuk pengembangan transportasi laut. Kondisi sebelum

tsunami, tepatnya data 2003 frekuensi kapal berangkat sebanyak 446 kali dan tiba 445 kali

dengan jumlah penumpang 91.317 orang, serta jumlah barang yang diangkut 11.314 ton

dan barang yang tiba berjumlah 33.356 ton.

Satu-satunya pelabuhan laut yang berada di Aceh Besar adalah pelabuhan Malahayati di

kecamatan Mesjid Raya, pasca gempa dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 kondisi

pelabuhan tersebut mengalami kerusakan yang cukup serius, bila kondisi ini tidak segera

ditangulangi akan sangat berpengaruh kepada proses bongkar muat barang dan akan

mengganggu proses perekonomian.

Salah satu permasalahan yang terjadi di pelabuhan adalah masih adanya biaya ekonomi

tinggi dan kurangnya prasarana pelabuhan, sehingga akan menambah beban bagi pengguna

jasa yang pada akhirnya menambah biaya bagi masyarakat. Hal ini berarti dibutuhkan

tambahan fasilitas baru untuk menghindari ketidak lancaran arus penumpang dan barang.

Pelabuhan lokal yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah Lampuyang (Pulo Aceh)

dan Ujong Pancu (Peukan Bada). Pelabuhan Lampuyang berfungsi sebagai pelabuhan

penumpang dengan frekuensi kapal 1 hari sekali. Saat ini operasi pelabuhan Ujong Pancu

belum berfungsi karena mengalami infrastruktur menuju pelabuhan tersebut kerusakan

akibat tsunami.

Sehubungan dengan rencana pengembangan wilayah yang ada serta rencana

pengembangannya dimasa datang, maka rencana pengembangan transportasi laut perlu

dilakukan upaya-upaya berikut :

a) Peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran transportasi, dengan pertimbangan dari pemanfaatan transportasi laut itu sendiri, misalnya untuk tujuan pengembangan komersial, lokasi dermaga, pertahanan keamanan, dan lain sebagainya.

b) Pengembangan sistem penataan kota pelabuhan Malahayati yang saat ini telah

dikembangkan kapasitasnya untuk pelayanan angkutan barang dan penumpang.

c) Rekonstruksi dan perbaikan fasilitas pelabuhan ikan dan penyediaan jasa pelayanan yang hilang akibat tsunami di Pulo Aceh, Ini termasuk penyediaan fasilitas pengangkutan penumpang dari dan ke Banda Aceh dan antar pulau.

Page 151: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 8 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

DATANG BERANGKAT DATANG BERANGKAT1 Januari 222 222 9,617 15,222 2 Februari 222 221 15,076 10,187 3 Maret 222 221 9,935 9,842 4 April 202 202 8,400 9,441 5 Mei 196 196 10,125 10,796 6 Juni 215 213 11,001 11,439 7 Juli 206 208 11,388 11,719 8 Agustus 209 209 11,689 12,282 9 September 215 215 11,593 12,282 10 Oktober 185 185 10,221 10,961 11 November 197 197 10,136 10,112 12 Desember 535 535 21,312 19,473

2004 2,826 2,824 140,493 143,756 2003 2,429 2,430 106,456 108,412 2002 1,560 1,560 91,073 86,475

Sumber : Bandara Sultan Iskandar Muda 2004

BULAN

Jumlah

PESAWAT PENUMPANGNO

d) Pembangunan dan peningkatan intensitas pelayanan dermaga di Ujong Pancu di kecamatan Peukan Bada, dan pelabuhan Lampuyang di Pulau Breueh (Pulau Aceh) sebagai pelabuhan penyebrangan baik dari dan ke pulau Nasi dan maupun ke Sabang.

e) Perlunya dilakukan upaya penggalian tempat berlabuhnya papal-kapal nelayan di pelabuhan Lam Teungoh dan Ujung Pancu di Kecamatan Peukan Bada, serta Pelabuhan nelayan di Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya, yang sangat berpengaruh pada bongkar muat barang, dan akan mudah masuknya papal-kapal besar, sehingga memberikan kontribusi pada perekonomian.

C. Transportasi Udara

Bandara Sultan Iskandar Muda merupakan satu-satunya bandara yang ada di Kabupaen

Aceh Besar. Dari tahun ketahun jumlah pesawat yang datang dan berangkat terus

bertambah, demikian juga penumpangnya. Jumlah barang yang dibongkar dan dimuat juga

terus mengalami peningkatan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.2, dan Tabel 7.3.

TABEL 7.2

ARUS LALU LINTAS UDARA BANDARA SULTAN ISKANDAR MUDA 2004

Page 152: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 9 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

1997 95,604 40,034 41.87%1998 70,060 18,886 26.96%1999 79,856 58,026 72.66%2000 45,360 29,940 66.01%2001 50,356 42,157 83.72%2002 113,842 86,475 75.96%2003 146,433 100,306 68.50%2004 161,411 144,937 89.79%

Sumber : Bandara Sultan Iskandar Muda 2004

TAHUN PERSENTASEKAPASITAS ANGKUTAN DIANGKUT

JUMLAH PENUMPANG

TABEL 7.3

KAPASITAS DAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT

BANDARA SULTAN ISKANDAR MUDA 1997 - 2004

Bandara Sultan Iskandar Muda berfungsi untuk kepentingan umum (komersial) disamping

untuk kegiatan pertahanan/keamanan, dan juga sebagai pintu gerbang bagi Nanggroe Aceh

Darussalam dari segi lintas udara, oleh karena itu peningkatan pelayanan dan peningkatan

kapasitasnya menjadi prioritas utama.

Berdasarkan kesepakatan pembahasan RTRW Provinsi NAD di Langsa, Bandara Sultan

Iskandarmuda ditetapkan sebagai Pelabuhan Udara Penyebaran Primer (Bandara

Internasional).

7.2 PENGEMBANGAN PRASARANA PENGAIRAN IRIGASI

Berdasarkan hasil survey lapangan dan in-depth interview yang melibatkan stake holder

camat, seksi pembangunan kecamatan, kepala mukim dan kepala desa, dapat diketahui

bahwa pengaturan tata cara bersawah, pengairan, bibit dan bertanam dahulu pernah diatur

oleh sistem yang dinamakan keuneunong. Sistem pengaturan sawah ini disesuaikan dengan

keadaan dan kebiasaan musim, dimana masyarakat Aceh secara umum telah mempunyai

penguasaan tentang waktu yang baik untuk bertanam dan penyediaan bibit.

Page 153: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 10 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Gambar 7.2

Rencana Pengembangan Transportasi Laut dan Udara

Page 154: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 11 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tata cara pengaturan sistem keuneunong ini dilakukan masyarakat Aceh sejak belum adanya

prasarana irigasi teknis berarti diberlakukan pada sawah tadah hujan. Setelah adanya

prasarana dan sistem irigasi teknis serta jenis bibit-bibit unggul dan obat-obatan dari

program pemerintah terjadi perubahan sistem keuneunong tersebut, namun yang memberi

komando untuk bersawah adalah struktur adat seperti diilustrasikan pada gambar 7.3.

Sistem pembagian air yang terilustrasikan bagan dibawah ini, diatur oleh Keujreun Blang

yang mendapat perintah langsung dari imam mukim. Untuk wilayah yang beririgasi PSD-PU

pengairan membuat suatu pola dan jadwal pemberian air dan tanam sesuai dengan

ketentuan teknis irigasi yang kemudian dikoordinasikan dengan kecamatan selanjutnya

diteruskan kepada iImam mukim dan sampai kepada Keujreun Blang.

Di wilayah Kabupaten Aceh Besar terdapat 2 Daerah Irigasi (DI) dengan wilayah pengaliran

cukup luas, yaitu :

1. DI Krueng Aceh dengan wilayah pengairan seluas 7.884 ha meliputi wilayah Kecamatan

Seulimeum, Montasik, Indrapuri, Ingin Jaya dan Kuta Baro.

2. DI Krueng Jreu dengan wilayah pengaliran seluas 7.061 ha meliputi wilayah Kecamatan.

Pada saat ini sedang dibangun Bendung dan Waduk Keuliling yang direncanakan akan

mensuplesi DI. Krueng Aceh dan Krueng Jreu sebesar 401 ha dan untuk DI Krueng Jreu

sebesar 809 ha. Total wilayah aliran DI Kr. Jreu dan Waduk Keuliling sebsesar 8.077 ha

Selain itu terdapat DI teknis, setengah teknis, sederhana dan irigasi desa (ID) yang

bersumber dari bendung pada sungai-sungai kecil yang berpotensial sebagai debit andalan.

Jumlah irigasi pedesaan terbanyak terdapat di Kecamatan Seulimeum dan Lhoong.

Wilayah Kabupaten Aceh Besar surplus neraca air curah hujan pada musim penghujan tidak

dapat menutupi defisit air pada musim kemarau. Selain itu terdapat jaringan irigasi baik

pembawa maun pembuang kurang terpelihara sehingga banyak endapan, pendangkalan

dan sampah serta sebagian mengalami rusak akibat bencana gempa bumi terutama di

Kecamatan Indrapuri dan Montasik.

Keadaan ini yang menyebabkan terjadinya banjir akibat saluran pembuang yang dangkal

oleh endapan sehingga kurang berfungsi untuk menampung debit curah hujan seperti yang

Page 155: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 12 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

terjadi Desa Lingom Kecamatan Indrapuri. Banjir pada persawahan yang berada di wilayah

pesisir seperti Peukan Bada, Lhoknga dan Baitusalam lebih dominan selain disebabkan

jaringan yang rusak adalah oleh pengaruh pasang air laut.

Dalam rangka pengembangan prasarana pengairan irigasi perlu dilakukan upaya sebagai

berikut :

a) Rencana pengembangan dalam mengatasi Kekurangan air pada pengairan irigasi perlu

diambil langkah ,

• Perlu dikembangkan waduk lapangan (embung) atau waduk bendungan. Kawasan

dengan bentuk topografi wilayah yang memungkinkan untuk dibuat waduk

bendungan terdapat di Krueng Seulimeum dengan luas genangan diperkirakan 7.100

ha. Potensi waduk ini dapat mensuplesi ke DI Krueng Aceh.

Camat

Pembina

Staf/Aparat

Kecamatan

Imam Mukim

Keujreun Blang

Pengurus Sawah

Haria Peukan

Pengurus Pasar

Panglima Uteuen

Pengurus Hutan

Peutua Seuneubok

Pengurus Ladang

Panglima Laot

Pengurus Laut

PSD-PU Pengairan

Provinsi dan Kabupaten

Pengairan Tanam Panen

GAMBAR 7.3

SISTEM BERSAWAH BERDASARKAN ADAT WILAYAH ACEH

Page 156: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 13 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• PSD-PU Provinsi NAD pada saat ini sedang membangun Waduk Bendungan Keuliling

yang direncanakan dapat mensuplei kebutuhan pelayanan air irigasi DI Krueng Aceh

seluas 401 ha dan untuk DI Keuliling 2.608 ha. Rencana waduk ini diperkirakan dapat

menampung volume air sebesar 17,32 x 106 (17,32 juta) m3 , mikrohidro 25 KW dan

debit andalan sebesar 1,75 m3/detik.

• Perlu dibuat sistem jaringan interkoneksi baik pada DI teknis, setengah teknis,

sederhana maupun irigasi desa di Kecamatan Montasik, Indrapuri, Seulimeum, Ingin

Jaya, Lhoong.

b). Rencana pengembangan dalam mengatasi kelebihan air (Banjir) pada pengairan irigasi

perlu diambil langkah ,

• Perlu dilakukan normalisasi saluran pembuang dan saluran primer.

• Pembersihan sampah pada pintu-pintu bangunan irigasi.

• Peningkatan efesiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya air pada kawasan

irigasi yang telah ada saat ini.

Untuk jelasnya mengenai rencana pengembangan prasarana irigasi dapat dilihat pada

Gambar 7.4.

7.3 PENGEMBANGAN FASILITAS SOSIAL DAN EKONOMI

Pengembangan fasilitas sosial dan ekonomi yang ada di Kabupaten Aceh Besar umumnya

meliputi fasilitas pemerintahan, kesehatan, pendidikan, peribadatan, perdagangan dan

komunikasi. Tingkat pelayanan, jumlah maupun proyeksi masing masing fasilitas diuraikan

berikut ini.

7.3.1 Pemerintahan

Jenis jenis fasilitas pemerintahan di kecamatan kecamatan di Kabupaten Aceh Besar berupa

Kantor Kecamatan, Kantor Polisi, Kantor Koramil dan Kantor KUA. Kantor Kecamatan

umumnya telah ada disetiap kecamatan, Namun untuk kecamatan kecamatan yang terkena

tsunami umumnya kantor kecamatannya rusak berat dan baru dibangun kembali,

sementara untuk kantor mukim dan kantor desa umumnya belum ada. Untuk fasilitas Kantor

Polisi hampir setiap kecamatan ada, sedangkan kantor koramil ada sebagian yang melayani

2 kecamatan. Adapun untuk Kantor Urusan Agama (KUA), tidak semua kecamatan ada.

Page 157: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 14 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Mengenai rencana pengembangan fasilitas pemerintahan sampai tahun 2016 disajikan pada

Tabel 7.4.

GAMBAR 7.4

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI

Page 158: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 15 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Sehubungan dengan fasilitas pemerintahan yang ada serta rencana pengembangannya

dimasa datang, maka rencana pengembangan fasilitas pemerintahan diarahkan :

a. Pembangunan semua kantor mukim disetiap kecamatan di Kabupaten Aceh Besar

b. Pembangunan fasilitas pemerintahan pada kecamatan pemekaran, yaitu Kecamatan

Blang Bintang

c. Perluasan maupun pemeliharaan fasilitas fasilitas pemerintahan untuk meningkatkan

pelayanan.

7.3.2 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar umumnya berupa polindes,

puskesmas (umum, pembantu, keliling), serta rumah sakit umum. Untuk puskesmas umum

yang ada, umumnya tingkat pelayanan sudah memadai (terdapat rumah rawat inap).

Fasilitas kesehatan polindes pada tahun 2004 sejumlah 173 unit, direncanakan pada tahun

2011 berjumlah 251 unit dan tahun 2016 berjumlah 270 unit. Puskesmas umum tahun 2004

berjumlah 16 dan direncanakan tahun 2011 berjumlah 21 unit dan tahun 2016 berjumlah 22

unit, sehingga di tahun 2011 perlu penambahan 5 unit lagi dari puskesmas umum yang ada.

Puskesmas pembantu tahun 2004 berjumlah 40 unit dan direncanakan tahun 2011

berjumlah 62 unit dan tahun 2016 berjumlah 66 unit.

Fasilitas puskesmas keliling merupakan alternatif untuk dapat menjangkau penduduk yang

terpencil. Jumlah fasilitas puskesmas keliling tahun 2004 berjumlah 14 unit dan

direncanakan tahun 2011 berjumlah 20 unit dan tahun 2016 berjumlah 22 unit. Adapun

untuk faslitas rumah sakit umum ada di Jantho. Selengkapnya jenis, jumlah dan kebutuhan

fasilitas kesehatan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat Tabel 7.5.

Rencana pengembangan fasilitas kesehatan di Kabupaten Aceh Besar diarahkan pada :

a. Penambahan fasilitas kesehatan untuk masa masa mendatang terutama untuk

puskesmas pembantu

b. Penyediaan tenaga medis dokter untuk tiap tiap puskesmas umum maupun puskesmas

pembantu terutama untuk wilayah wilayah terpencil seperti di Kecamatan Pulo Aceh.

c. Peningkatan kapasitas dan pelayanan rumah sakit umum di Jantho.

Page 159: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 16 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

d. Rehabilitasi dan rekonstruksi untuk fasilitas kesehatan yang terkena bencana tsunami

dan gempa.

7.3.3 Pendidikan

Tingkat pelayanan pendidikan di Kabupaten Aceh Besar secara umum sudah memadai,

namun untuk kecamatan kecamatan yang besar jumlah penduduknya perlu ditambah

fasilitas pendidikannya terutama untuk fasilitas TK. Pada tahun 2004 jumlah fasilitas TK

adalah 88 unit, direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 455 unit dan tahun 2016

berjumlah 521 unit, bila dibadingkan dengan jumlah fasilitas TK yang ada terasa jauh sekali,

sehingga perlu penambahan banyak sekali. Fasilitas pendidikan SD/MI pada tahun 2004

berjumlah 243 unit direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 300 unit dan tahun 2016

berjumlah 328 unIt (lihat Tabel 7.6).

Faslitas pendidikan SLTP/MTs pada tahun 2004 berjumlah 70 unit direncanakan pada tahun

2011 berjumlah 95 unit dan tahun 2016 berjumlah 106 unit. Untuk faslitas pendidikan

SLTA/MA pada tahun 2004 berjumlah 37 unit direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 71

unit dan tahun 2016 berjumlah 80 unt. Adapun untuk faslitas pendidikan tinggi sudah

terdapat 2 unit, untuk skala Kabupaten Aceh Besar sudah cukup memenuhi, namun untuk

skala yang lebih besar dapat ditambahkan lagi.

Rencana pengembangan pendidikan di Kab. Aceh Besar diarahkan :

a. Penambahan fasilitas pendidikan TK, SD, SLTP dan SLTA pada masa akan datang

untuk kecamatan kecamatan yang masih kekurangan fasilitas pendidikan.

b. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan

c. Rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas pendidikan yang terkena bencana tsunami dan

gempa.

d. Penyediaan tenaga guru yang memadai disetiap sekolah yang ada.

Page 160: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 17 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.4

KEBUTUHAN FASILITAS PEMERINTAHAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2011 DAN 2016

2004 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 20161 Lhoong 6,941 7,848 8,020 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.032 Lhoknga 8,801 12,706 13,326 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.033 Leupung 678 4,763 7,208 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 - -4 Indrapuri 16,552 22,613 26,408 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.035 Kuta Cot Glie 10,674 12,244 13,285 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 - - - - - - - - - -6 Seulimeum 18,763 23,449 25,999 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.037 Kota Jantho 5,207 6,182 6,412 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.038 Lembah Seulawah 7,144 11,701 14,732 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 - - - - - - - - - -9 Mesjid Raya 10,138 15,345 18,563 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0310 Darussalam 17,160 21,682 24,683 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0311 Baitussalam 9,163 15,257 19,922 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0312 Kuta Baro 20,299 24,689 27,970 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0313 Montasik 16,066 19,540 22,136 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0314 Ingin Jaya 22,137 26,925 30,502 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0315 Krueng Barona Jaya 10,001 17,565 22,238 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 - - 1 - 0.05 - - 1 - 0.0316 Sukamakmur 12,620 14,764 16,318 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0317 Kuta Malaka 4,970 6,345 7,297 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 - - - - - - - - - -18 Simpang Tiga 5,220 5,877 6,408 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 - - - - - - - - - -19 Darul Imarah 34,042 39,734 43,170 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0320 Darul Kamal 6,158 6,711 7,151 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0321 Peukan Bada 8,519 11,045 13,208 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.05 0.05 1 1 1 0.03 0.0322 Pulo Aceh 4,260 4,667 5,142 - 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.05 0.05 - 1 1 0.05 0.05 - 1 1 0.03 0.0323 Blang Bintang 7,890 9,595 10,870 - 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.05 0.05 - 1 1 0.05 0.05 - 1 1 0.03 0.03

263,403 341,247 390,968 21 23 23 2.3 2.3 21 23 23 1.15 1.15 16 18 19 0.90 0.95 16 18 19 0.51 0.54JumlahSumber : - Hasil Rencana 2006

Proyeksi Fasilitas

(Unit)

Proyeksi Fasilitas

(Unit)

Proyeksi Fasilitas

(Unit)

Proyeksi Fasilitas

(Unit)

Kantor Camat Kantor Polisi

Penduduk 20000 Jiwa

Penduduk 2000 Jiwa

Standar

Proyeksi Lahan (Ha)

Penduduk 15000 Jiwa

Kantor Koramil

Penduduk 20000 Jiwa

Lahan 0.03 Ha

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

Lahan 0.05 Ha

Proyeksi Lahan (Ha)

Standar Standar Standar

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

Lahan 0.1 Ha Lahan 0.05 Ha

Proyeksi Lahan (Ha)

KUA

Proyeksi Lahan (Ha)

Eksis tingNo. Kecamatan

Penduduk (Jiwa)

Proyeksi

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

Page 161: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 18 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.5

KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2011 DAN 2016

Page 162: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 19 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.6

KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2011 DAN 2016

Page 163: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 20PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

7.3.4 Peribadatan

Fasilitas peribadatan di Kabupaten Aceh Besar terutama untuk agama islam cukup banyak

berupa musholla, meunasah dan masjid. Jumlah musholla yang ada pada tahun 2004 adalah

404 unit dan bila dasarkan pada standar yang ada, maka direncanakan pada tahun 2011

berjumlah 557 unit dan tahun 2016 berjumlah 615 unit. Untuk fasilitas meunasah pada

tahun 2004 berjumlah 600 unit, direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 754 unit dan

tahun 2016 berjumlah 821 unit. Adapun untuk masjid pada tahun 2004 berjumlah 143 unit,

direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 169 unit dan tahun 2016 berjumlah 180 unit,

dengan demikian untuk fasilitas masjid ini untuk tahun tahun mendatang penambahannya

tidak terlalu banyak. (lihat Tabel 7.7).

Rencana pengembangan peribadatan di Kab. Aceh Besar diarahkan :

a. Penambahan fasilitas peribadatan seperti musholla, meunasah dan masjid untuk masa

masa akan datang, terutama untuk kecamatan kecamatan yang masih kekurangan

fasilitas peribadatan.

b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana peribadatan

c. Rehabilitasi dan rekonstruksi untuk fasilitas peribadatan yang terkena bencana tsunami

dan gempa

Page 164: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 21 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.7

KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2011 DAN 2016

2004 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016

1 Lhoong 6,941 7,848 8,020 28 28 28 7.00 7.00 28 28 28 8.40 8.40 11 11 11 5.5 5.52 Lhoknga 8,801 12,706 13,326 32 32 32 8.00 8.00 25 25 27 7.50 8.00 6 6 6 3.0 3.03 Leupung 678 4,763 7,208 25 25 25 6.25 6.25 6 10 14 3.00 4.30 3 3 3 1.5 1.54 Indrapuri 16,552 22,613 26,408 50 50 50 12.50 12.50 52 52 53 15.60 15.80 12 12 12 6.0 6.05 Kuta Cot Glie 10,674 12,244 13,285 24 24 24 6.00 6.00 32 32 32 9.60 9.60 3 5 5 2.8 2.56 Seulimeum 18,763 23,449 25,999 32 31 35 7.75 8.75 47 47 52 14.10 15.60 8 9 10 4.5 5.07 Kota Jantho 5,207 6,182 6,412 25 25 25 6.25 6.25 13 13 13 3.90 3.80 4 4 4 2.0 2.08 Lembah Seulawah 7,144 11,701 14,732 11 16 20 4.00 5.00 12 23 29 6.90 8.80 6 6 6 3.0 3.09 Mesjid Raya 10,138 15,345 18,563 15 20 25 5.00 6.25 13 31 37 9.30 11.10 10 10 10 5.0 5.0

10 Darussalam 17,160 21,682 24,683 9 29 33 7.25 8.25 29 43 49 12.90 14.80 6 9 10 4.5 5.011 Baitussalam 9,163 15,257 19,922 10 20 27 5.00 6.75 13 31 40 9.30 12.00 5 6 8 3.0 4.012 Kuta Baro 20,299 24,689 27,970 21 33 37 8.25 9.25 48 54 56 16.20 16.80 6 10 11 4.9 5.613 Montasik 16,066 19,540 22,136 12 26 30 6.50 7.50 47 53 53 15.90 15.90 5 8 9 3.9 4.414 Ingin Jaya 22,137 26,925 30,502 15 36 41 9.00 10.25 49 54 61 16.20 18.30 9 11 12 5.4 6.115 Krueng Barona Jaya 10,001 17,565 22,238 3 23 30 5.75 7.50 12 35 44 10.50 13.30 3 7 9 3.5 4.516 Sukamakmur 12,620 14,764 16,318 14 20 22 5.00 5.50 35 35 35 10.50 10.50 5 6 7 3.0 3.517 Kuta Malaka 4,970 6,345 7,297 3 8 10 2.00 2.50 15 15 15 4.50 4.40 2 3 3 1.5 1.518 Simpang Tiga 5,220 5,877 6,408 9 9 9 2.25 2.25 18 18 18 5.40 5.40 4 4 4 2.0 2.019 Darul Imarah 34,042 39,734 43,170 25 53 58 13.25 14.50 32 79 86 23.70 25.90 13 16 17 8.0 8.520 Darul Kamal 6,158 6,711 7,151 7 9 10 2.25 2.50 14 14 14 4.20 4.30 3 3 3 1.5 1.521 Peukan Bada 8,519 11,045 13,208 14 15 18 3.75 4.50 26 26 26 7.80 7.90 8 8 8 4.0 4.022 Pulo Aceh 4,260 4,667 5,142 12 12 12 3.00 3.00 17 17 17 5.10 5.10 8 8 8 4.0 4.023 Blang Bintang *** 7,890 9,595 10,870 8 13 14 3.25 3.50 17 19 22 5.80 6.50 3 4 4 1.9 2.2

263,403 341,247 390,968 404 557 615 139.25 153.75 600 754 821 226.30 246.50 143 169 180 84.4 90.3Sumber : - Hasil Rencana 2006

Jumlah

Meunasah Masjid

Lahan 0.25 Ha

Musholla

Fasi litas Eksis ting

(Unit)

StandarFasi litas

Eksis ting

(Unit)

StandarPenduduk 750

Jiwa

Standar

Proyeksi

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

Penduduk 2500 Jiwa Lahan 0.50 HaLahan 0.30 Ha

Proyeksi Lahan (Ha)

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Proyeksi Fasilitas (Unit) Proyeksi Lahan (Ha)

No. Kecamatan

Penduduk (Jiwa)

Eksis tingPenduduk 500

Jiwa

Page 165: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 22PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

7.3.5 Perdagangan

Pelayanan fasilitas perdagangan seperti toko/warung, pasar, swalayan dan bank yang ada di

Kabupaten Aceh Besar secara umum sudah memenuhi, Untuk fasilitas toko/warung banyak

dijumpai disetiap kecamatan, namun tidak tersedia data jumlah fasilitas tersebut, dengan

standar yang ada direncanakan jumlah toko/warung pada tahun 2011 berjumlah 1707 unit

dan tahun 2016 berjumlah 1956 unit. Fasilitas pasar sudah tersedia untuk setiap

kecamatan, pada tahun 2004 berjumlah 53 unit dan untuk rencana tahun 2011 hanya

bertambah 3 unit berjumlah 56 unit dan pada tahun 2016 menambah 3 unit lagi berjumlah

56 unit. Faslitas swalayan hanya terdapat di kecamatan tertentu saja, direncanakan jumlah

swalayan pada tahun 2011 berjumlah 16 unit dan tahun 2016 berjumlah 18 unit.

Sebagai fasilitas pendukung untuk kegiatan perdagangan ini adalah fasilitas Bank. Tidak

semua kecamatan mempunyai fasilitas bank ini, dari data yang ada pada tahun 2004

berjumlah 13 unit, dan direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 22 unit dan tahun 2016

berjumlah 23 unit. Selengkapnya rencana fasilitas bank disajikan pada Tabel 7.8.

Rencana pengembangan perdagangan di Kab. Aceh Besar diarahkan :

a. Peningkatan pasar pasar minggguan menjadi pasar harian

b. Peningkatan sarana dan prasarana pasar

c. Rehabilitasi dan rekonstruksi pasar akibat kebakaran maupun bencana tsunami dan

gempa bumi.

7.3.6 Komunikasi

Fasilitas komunikasi di Kabupaten Aceh Besar yang ada berupa Kantor Pos, Kantor Telekom,

Wartel dan Warnet. Pelayanan fasilitas komunikasi ini terutama jaringan telepon tidak

seluruhnya menjangkau semua kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, seperti Kecamatan

Pulo Aceh. Fasilitas Kantor Pos di Kabupaten Aceh Besar direncanakan pada tahun 2011

berjumlah 18 unit dan tahun 2016 masih berjumlah 18 unit, begitu juga untuk fasilitas

Kontor Telekom direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 10 unit dan tahun 2016 berjumlah

10 unit (lihat Tabel 7.9).

Fasilitas komunikasi lain adalah berupa wartel dan warnet, keberadaan fasilitas komunikasi

ini dapat mengetahui informasi informasi yang lebih luas. Fasilitas wartel direncanakan pada

Page 166: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 23PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

tahun 2011 berjumlah 78 unit dan tahun 2016 berjumlah 85 unit, sedangkan fasilitas

Warnet direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 16 unit dan tahun 2016 berjumlah 17 unit.

Rencana pengembangan komunikasi di Kab. Aceh Besar diarahkan :

a. Peningkatan pelayanan jaringan kabel telepon disetiap kecamatan

b. Penyebaran fasilitas komunikasi telepon umum, wartel, warnet

c. Rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan telepon akibat bencana tsunami dan gempa bumi.

7.3.7 Pengembangan Sistem Utilitas

Sebagai kebutuhan utama dalam keperluan sehari hari, maka diperlukan sarana utilitas

untuk pelayanan yang bersifat umum, meliputi kebutuhan : Air bersih, listrik, telepon,

limbah, persampahan dan drainase.

7.3.7.1 Air Bersih

Penduduk dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Aceh Besar umumnya

menggunakan air tanah, sementara untuk wilayah perkotaan sebagian telah memanfaatkan

pelayanan air bersih dari PDAM Tirta Mountala. Sistem dari PDAM ini adalah memanfaatkan

air Sungai Krueng Aceh di Lambaro (<20 liter/detik), disamping itu memanfaatkan sumber

mata air seperti Mata Ie (50 – 100 liter/detik), sumber air di Jantho (50 – 100 liter/detik),

dan sumber mata air lainnya (lihat Gambar 4.5)

Permasalahan air bersih ini khususnya untuk air minum terjadi pada wilayah wilayah di

sekitar pantai seperti Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Leupung

Lhoong dan Pulo Aceh, sumber air tanahnya payau sehingga tidak dapat digunakan untuk

kebutuhan air minum. Selain itu, untuk daerah daerah yang telah mendapatkan pelayanan

air bersih dari PDAM, kadang-kadang alirannya berkurang bahkan tidak jalan sama sekali.

Page 167: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 24 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.8

KEBUTUHAN FASILITAS PERDAGANGAN DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2011 DAN 2016

2004 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016

1 Lhoong 6,941 7,848 8,020 Na 39 40 0.39 0.40 4 4 4 4 4 Na 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.002 Lhoknga 8,801 12,706 13,326 Na 64 67 0.64 0.67 3 3 3 3 3 Na 1 1 0.02 0.02 1 1 1 0.02 0.023 Leupung 678 4,763 7,208 Na 24 36 0.24 0.36 1 1 1 1 1 Na 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.004 Indrapuri 16,552 22,613 26,408 Na 113 132 1.13 1.32 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.025 Kuta Cot Glie 10,674 12,244 13,285 Na 61 66 0.61 0.66 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.026 Seulimeum 18,763 23,449 25,999 Na 117 130 1.17 1.30 3 3 3 3 3 Na 1 1 0.02 0.02 1 1 1 0.02 0.027 Kota Jantho 5,207 6,182 6,412 Na 31 32 0.31 0.32 1 1 1 1 1 Na 0 0 0.00 0.00 2 2 2 0.04 0.048 Lembah Seulawah 7,144 11,701 14,732 Na 59 74 0.59 0.74 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.029 Mesjid Raya 10,138 15,345 18,563 Na 77 93 0.77 0.93 0 1 1 1 1 Na 1 1 0.02 0.02 1 1 1 0.02 0.02

10 Darussalam 17,160 21,682 24,683 Na 108 123 1.08 1.23 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.0211 Baitussalam 9,163 15,257 19,922 Na 76 100 0.76 1.00 1 1 1 1 1 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.0212 Kuta Baro 20,299 24,689 27,970 Na 123 140 1.23 1.40 4 4 4 4 4 Na 1 1 0.02 0.03 0 1 1 0.02 0.0213 Montasik 16,066 19,540 22,136 Na 98 111 0.98 1.11 4 5 5 5 5 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.0214 Ingin Jaya 22,137 26,925 30,502 Na 135 153 1.35 1.53 5 5 5 5 5 Na 1 2 0.03 0.04 4 4 4 0.08 0.0815 Krueng Barona Jaya 10,001 17,565 22,238 Na 88 111 0.88 1.11 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.0216 Sukamakmur 12,620 14,764 16,318 Na 74 82 0.74 0.82 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 2 2 2 0.04 0.0417 Kuta Malaka 4,970 6,345 7,297 Na 32 36 0.32 0.36 5 5 5 5 5 Na 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.0018 Simpang Tiga 5,220 5,877 6,408 Na 29 32 0.29 0.32 2 2 2 2 2 Na 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.0019 Darul Imarah 34,042 39,734 43,170 Na 199 216 1.99 2.16 2 2 3 2 3 Na 2 2 0.04 0.04 2 2 2 0.04 0.0420 Darul Kamal 6,158 6,711 7,151 Na 34 36 0.34 0.36 1 1 1 1 1 Na 0 0 0.01 0.00 0 0 0 0.00 0.0021 Peukan Bada 8,519 11,045 13,208 Na 55 66 0.55 0.66 2 2 2 2 2 Na 1 1 0.02 0.02 0 1 1 0.02 0.0222 Pulo Aceh 4,260 4,667 5,142 Na 23 26 0.23 0.26 2 2 2 2 2 Na 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.0023 Blang Bintang *** 7,890 9,595 10,870 48 54 0.48 0.54 1 2 1 2 1 0 1 0.00 0.02 0 0 1 0.00 0.02

263,403 341,247 390,968 0 1,707 1,956 17.07 19.56 53 56 56 56 56 0 16 18 0.34 0.37 13 22 23 0.44 0.46Sumber : - Hasil Rencana 2006

No. Kecamatan

Penduduk (Jiwa)

Eksis ting Proyeksi

Toko/Warung Pasar Swalayan Bank

Fasi litas Eksis ting

(Unit)

StandarPenduduk 200

Jiwa Lahan 0.01 Ha

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Fasi litas

Eksis ting

(Unit)

StandarFasi litas

Eksis ting

(Unit)

StandarPenduduk

15000 Jiwa Lahan 1 Ha Penduduk 20000 Jiwa Lahan 0.02 Ha

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

StandarPenduduk 20000

Jiwa Lahan 0,02 Ha

Jumlah

Proyeksi Fasilitas

(Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Fasi litas Eksis ting

(Unit)

Page 168: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 25 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.9

KEBUTUHAN FASILITAS KOMUNIKASI DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2011 DAN 2016

2004 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016 2004 2011 2016 2011 2016

1 Lhoong 6,941 7,848 8,020 1 1 1 0.10 0.10 - - - 0.00 0.00 - 2 2 0.02 0.02 Na 0 0 0.00 0.002 Lhoknga 8,801 12,706 13,326 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 7 7 7 0.07 0.07 Na 1 1 0.01 0.013 Leupung 678 4,763 7,208 - - - 0.00 0.00 - - - 0.00 0.00 - 1 1 0.01 0.01 Na 0 0 0.00 0.004 Indrapuri 16,552 22,613 26,408 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 1 5 5 0.05 0.05 Na 1 1 0.01 0.015 Kuta Cot Glie 10,674 12,244 13,285 - 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 - 2 3 0.02 0.03 Na 1 1 0.01 0.016 Seulimeum 18,763 23,449 25,999 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.10 0.10 2 5 5 0.05 0.05 Na 1 1 0.01 0.017 Kota Jantho 5,207 6,182 6,412 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.10 0.10 2 1 1 0.01 0.01 Na 0 0 0.00 0.008 Lembah Seulawah 7,144 11,701 14,732 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 - 2 3 0.02 0.03 Na 1 1 0.01 0.019 Mesjid Raya 10,138 15,345 18,563 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 - 3 4 0.03 0.04 Na 1 1 0.01 0.01

10 Darussalam 17,160 21,682 24,683 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.10 0.10 6 6 6 0.06 0.06 Na 1 1 0.01 0.0111 Baitussalam 9,163 15,257 19,922 - 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 4 4 4 0.04 0.04 Na 1 1 0.01 0.0112 Kuta Baro 20,299 24,689 27,970 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 - 5 6 0.05 0.06 Na 1 1 0.01 0.0113 Montasik 16,066 19,540 22,136 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 3 4 4 0.04 0.04 Na 1 1 0.01 0.0114 Ingin Jaya 22,137 26,925 30,502 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 4 5 6 0.05 0.06 Na 1 2 0.01 0.0215 Krueng Barona Jaya 10,001 17,565 22,238 - 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 - 4 4 0.04 0.04 Na 1 1 0.01 0.0116 Sukamakmur 12,620 14,764 16,318 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 2 3 3 0.03 0.03 Na 1 1 0.01 0.0117 Kuta Malaka 4,970 6,345 7,297 - - - 0.00 0.00 - - - 0.00 0.00 1 1 1 0.01 0.01 Na 0 0 0.00 0.0018 Simpang Tiga 5,220 5,877 6,408 - - - 0.00 0.00 - - - 0.00 0.00 - 1 1 0.01 0.01 Na 0 0 0.00 0.0019 Darul Imarah 34,042 39,734 43,170 1 1 1 0.10 0.10 1 1 1 0.10 0.10 6 8 9 0.08 0.09 Na 2 2 0.02 0.0220 Darul Kamal 6,158 6,711 7,151 - - - 0.00 0.00 - - - 0.00 0.00 - 1 1 0.01 0.01 Na 0 0 0.00 0.0021 Peukan Bada 8,519 11,045 13,208 1 1 1 0.10 0.10 - 1 1 0.10 0.10 2 2 3 0.02 0.03 Na 1 1 0.01 0.0122 Pulo Aceh 4,260 4,667 5,142 1 1 1 0.10 0.10 - - - 0.00 0.00 4 4 4 0.04 0.04 Na 0 0 0.00 0.0023 Blang Bintang *** 7,890 9,595 10,870 0 0 1 0.00 0.10 0 1 0.00 0.10 2 2 2 0.02 0.02 0 1 0.00 0.01

263,403 341,247 390,968 15 18 19 1.8 1.9 4 16 17 1.60 1.70 46 78 85 0.78 0.85 0 16 18 0.16 0.18

No. Kecamatan

Penduduk (Jiwa) Kantor Pos Kantor Telekom Wartel Warnet

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Fasi litas Eksis ting

(Unit)

StandarFasi litas

Eksis ting

(Unit)

Standar

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

StandarPenduduk 20000 Jiwa Lahan 0.1 Ha Penduduk

20000 Jiwa Lahan 0.1 Ha Penduduk 20000 Jiwa Lahan 0.01 HaPenduduk

5000 Jiwa Lahan 0.01 Ha

Standar

JumlahSumber : - Hasil Rencana 2006

Fasi litas Eksis ting

(Unit)

Eksis ting Proyeksi

Fasi litas Eksis ting

(Unit) Proyeksi Fasilitas (Unit)

Proyeksi Lahan (Ha)

Page 169: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 26PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Usaha untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka rencana pengembangan air bersih

di Kabupaten Aceh Besar diarahkan :

a. Melakukan optimalisasi Sungai Krueng Aceh sebagai sumber utama air bersih.

b. Pemanfaatan sumber sumber mata air yang ada sebagai alternatif untuk kebutuhan air

bersih

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih dari PDAM

d. Meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih di wilayah sekitar pantai.

Berdasarkan proyeksi penduduk serta standar air bersih untuk penduduk perkotaan 120

liter/orang/hari dan penduduk perdesaan 80 liter/orang/hari, maka rencana kebutuhan air

bersih di Kabupaten Aceh Besar baik untuk kebutuhan domestik maupun non domestik

(fasilitas sosial, perdagangan dan jasa, industri, dll) pada tahun 2011 sebesar 32.741,84

m³/hari, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 37.559,96 m³/hari (lihat Tabel 7.10).

Page 170: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 27PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

GAMBAR 7.5

LOKASI PRASARANA AIR BERSIH

Page 171: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 28

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PEMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.10

KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN ACEH BESAR 2011 - 2016

Perkot Perdes Jumlah Perkot Perdes Jumlah Perkot Perdes Jumlah Perkot Perdes Jumlah Tahun 2011 Tahun 2016 Tahun 2011 Tahun 2016

1 Lhoong 2,354 5,494 7,848 2,406 5,614 8,020 282.48 439.52 722.00 288.72 449.12 737.84 14.44 14.76 736.44 752.602 Lhoknga 4,447 8,259 12,706 4,664 8,662 13,326 533.64 660.72 1,194.36 559.68 692.96 1,252.64 23.89 25.05 1,218.25 1,277.693 Leupung 1,429 3,334 4,763 2,162 5,046 7,208 171.48 266.72 438.20 259.44 403.68 663.12 8.76 13.26 446.96 676.384 Indrapuri 6,558 16,055 22,613 7,658 18,750 26,408 786.96 1,284.40 2,071.36 918.96 1,500.00 2,418.96 41.43 48.38 2,112.79 2,467.345 Kuta Cot Glie 1,224 11,020 12,244 1,329 11,956 13,285 146.88 881.60 1,028.48 159.48 956.48 1,115.96 20.57 22.32 1,049.05 1,138.286 Seulimeum 4,690 18,759 23,449 5,200 20,799 25,999 562.80 1,500.72 2,063.52 624.00 1,663.92 2,287.92 41.27 45.76 2,104.79 2,333.687 Kota Jantho 4,946 1,236 6,182 5,130 1,282 6,412 593.52 98.88 692.40 615.60 102.56 718.16 13.85 14.36 706.25 732.528 Lembah Seulawah 2,574 9,127 11,701 3,241 11,491 14,732 308.88 730.16 1,039.04 388.92 919.28 1,308.20 20.78 26.16 1,059.82 1,334.369 Mesjid Raya 7,366 7,979 15,345 8,910 9,653 18,563 883.92 638.32 1,522.24 1,069.20 772.24 1,841.44 30.44 36.83 1,552.68 1,878.2710 Darussalam 8,239 13,443 21,682 9,380 15,303 24,683 988.68 1,075.44 2,064.12 1,125.60 1,224.24 2,349.84 41.28 47.00 2,105.40 2,396.8411 Baitussalam 12,968 2,289 15,257 16,934 2,988 19,922 1,556.16 183.12 1,739.28 2,032.08 239.04 2,271.12 34.79 45.42 1,774.07 2,316.5412 Kuta Baro 6,172 18,517 24,689 6,993 20,977 27,970 740.64 1,481.36 2,222.00 839.16 1,678.16 2,517.32 44.44 50.35 2,266.44 2,567.6713 Montasik 3,908 15,632 19,540 4,427 17,709 22,136 468.96 1,250.56 1,719.52 531.24 1,416.72 1,947.96 34.39 38.96 1,753.91 1,986.9214 Ingin Jaya 8,885 18,040 26,925 10,066 20,436 30,502 1,066.20 1,443.20 2,509.40 1,207.92 1,634.88 2,842.80 50.19 56.86 2,559.59 2,899.6615 Krueng Barona Jaya 5,270 12,296 17,566 6,671 15,567 22,238 632.40 983.68 1,616.08 800.52 1,245.36 2,045.88 32.32 40.92 1,648.32 2,086.8016 Sukamakmur 2,658 12,106 14,764 2,937 13,381 16,318 318.96 968.48 1,287.44 352.44 1,070.48 1,422.92 25.75 28.46 1,313.19 1,451.3817 Kuta Malaka 1,079 5,265 6,344 1,240 6,057 7,297 129.48 421.20 550.68 148.80 484.56 633.36 11.02 12.67 561.78 646.0318 Simpang Tiga 646 5,231 5,877 705 5,703 6,408 77.52 418.48 496.00 84.60 456.24 540.84 9.92 10.82 505.92 551.6619 Darul Imarah 22,648 17,086 39,734 24,607 18,563 43,170 2,717.76 1,366.88 4,084.64 2,952.84 1,485.04 4,437.88 81.69 88.76 4,166.33 4,526.6420 Darul Kamal 940 5,771 6,711 1,001 6,150 7,151 112.80 461.68 574.48 120.12 492.00 612.12 11.49 12.24 585.97 624.3621 Peukan Bada 8,615 2,430 11,045 10,302 2,906 13,208 1,033.80 194.40 1,228.20 1,236.24 232.48 1,468.72 24.56 29.37 1,252.76 1,498.0922 Pulo Aceh 467 4,200 4,667 514 4,628 5,142 56.04 336.00 392.04 61.68 370.24 431.92 7.84 8.64 399.88 440.5623 Blang Bintang 1,919 7,676 9,595 2,174 8,696 10,870 230.28 614.08 844.36 260.88 695.68 956.56 16.89 19.13 861.25 975.69

120,002 221,245 341,247 138,651 252,317 390,968 14,400.24 17,699.60 32,099.84 16,638.12 20,185.36 36,823.48 642.00 736.48 32,741.84 37,559.96

Keterangan : - Standar Kebutuhan Air Bersih : 150 Liter/Orang/Hari

Jumlah Kebutuhan Air Besih Domestik & Non

Domestik (M3/Hari)

Kebutuhan Air Besih Non Domestik (M3/Hari)Tahun 2011 Tahun 2016

- Kebutuhan Domestik (penduduk/rumah tangga)

- Kebutuhan Non Domestik (fasilitas pelayanan umum, perdagangan/jasa, dll.)

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2006

Proyeksi Penduduk (jiwa)

Kecamatan No. Tahun 2011 Tahun 2016

Jumlah

Kebutuhan Air Bersih Domestik (M3/Hari)

Page 172: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 29PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Untuk kebutuhan air bersih domestik sendiri direncanakan pada tahun 2011 sebesar

32.099,84 m³/hari dan tahun 2016 sebesar 36.823,48 m³/hari, sedangkan untuk kebutuhan

air bersih non domestik pada tahun 2011 direncanakan sebesar 642,00 m³/hari dan tahun

2016 sebesar 736,48 m³/hari. Kebutuhan air bersih domestik untuk penduduk yang tinggal

diperkotaan direncanakan pada tahun 2011 sebesar 14.400,24 m³/hari dan tahun 2016

sebesar 16.638,12 m³/hari, sementara penduduk yang tinggal diperdesaan, pada tahun

2011 sebesar 17.699,60 m³/hari dan tahun 2016 sebesar 20.185,36 m³/hari.

7.3.7.2 Listrik

Hampir semua wilayah di Kabupaten Aceh Besar telah mendapat pelayanan listrik, namun

untuk lokasi permukiman yang terpencil masih belum terlayani. Dari data tahun 2004

hanya 2 (dua) desa yang belum terlayani pelayanan listrik, yaitu satu desa di Kecamatan

Peukan Bada dan satu desa di Kecamatan Pulo Aceh. Sumber listrik di Kabupaten Aceh Besar

didapatkan dari pelayanan listrik tenaga disel (PLTD) serta direncanakan pelayanan listrik

tenaga uap (PLTU) di Krueng Raya. Jaringan listrik utama di Kabupaten Aceh Besar dapat

dilihat Gambar 7.6

Permasalahan yang timbul dengan listrik ini adalah : Wilayah wilayah yang terkena bencana

tsunami dan gempa telah mengalami kerusakan jaringan listrik, sehingga perlu

pembangunan jaringan listrik kembali dan penyambungan baru ke rumah-rumah. Selain itu,

listrik sering mengalami padam serta dayanya kadang kadang turun.

Walaupun hampir semua wilayah di Kabupaten Aceh Besar sudah terlayani listrik, namun

dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah, maka diperlukan

peningkatan daya listrik. Kebutuhan daya listrik baik untuk domestik maupun non domestik

di Kabupaten Aceh Besar direncanakan pada tahun 2011 sebesar 87.885 KVA dan tahun

2016 sebesar 99.779 KVA. Untuk Kebutuhan listrik domestik (rumah tangga), direncanakan

tahun 2011 sebesar 79.168 KVA dan tahun 2016 sebesar 90.703 KVA, sedangkan untuk

kebutuhan listrik non domestik (fasilitas sosial dan pelayanan umum, perdagangan dan jasa,

industri, dll.) tahun 2011 sebesar 7.918 KVA dan tahun 2016 sebesar 9.072 KVA.

Selengkapnya rencana kebutuhan listrik di Kabupaten Aceh Besar disajikan pada Tabel 7.11

Menyimak dari permasalahan dan kebutahan listrik di Kabupaten Aceh Besar, maka arahan

rencana pengembangan listrik di Kabupaten Aceh Besar adalah :

Page 173: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 30PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

a. Peningkatan kapasitas daya listrik agar terpenuhi pelayanan listrik yang sempurna

b. Rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan listrik untuk wilayah wilayah yang terkena

bencana tsunami dan gempa.

7.3.7.3 Telepon

Di Wilayah Kabupaten Aceh Besar berdasarkan data tahun 2004 belum semua kecamatan

terjangkau fasilitas telepon, kecamatan yang belum terjangkau pelayanan telepon adalah

Kecamatan Indrapuri, Kuta Cot Gile, Lembah Seulawah dan Kecamatan Pulo Aceh. Untuk

waktu yang akan datang diharapkan kecamatan tersebut dapat pelayanan telepon. Dari

data yang tersedia pelayanan telkom menunjukkan kecamatan yang dapat pelayanan

telkom dengan jaringan kabel hanya beberapa kecamatan seperti Kecamatan Peukan Bada,

Krueng Barona Jaya, Darul Imarah, Kuta Baro, Jantho, Lhoknga, Darussalam, Mesjid Raya,

Lhoong dan Kecamatan Seulimeum selebihnya dengan menggunakan fleksi.

Permasalahan yang muncul tentang telekomunikasi ini adalah : Belum semua kecamatan

dapat pelayanan telkom jaringan kabel. Sebagian kecamatan kecamatan yang dapat fasilitas

telkom masih berupa fleksi belum berupa jaringan kabel. Selanjutnya fasilitas telkom di

kecamatan sekitar pantai yang terkena bencana tsunami dan gempa belum pulih kembali.

Rencana pengembangan telepon di Kabupaten Aceh Besar diarahkan :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telepon ke setiap kecamatan.

b. Merehabilitasi dan merekonstruksi jaringan telepon yang rusak akibat bencana tsunami

dan gempa.

Berdasarkan proyeksi kebutuhan sambungan telepon di kawasan perkotaan di Kabupaten

Aceh Besar baik kebutuhan domestik (rumah tangga) maupun non domestik (perdagangan

dan jasa, industri, fasilitas umum dan pemerintahan, dll) pada tahun 2011 berjumlah 26.505

sambungan telepon dan tahun 2016 berjumlah 30623 sambungan telepon. Sementara

proyeksi sambungan telepon untuk kebutuhan domestik sendiri pada tahun 2011 berjumlah

24.098 sambungan dan pada tahun 2016 berjumlah 27.840 sambungan. Adapun untuk

kebutuhan non domestik pada tahun 2011 berjumlah 2.411 sambungan dan pada tahun

2016 berjumlah 2.784 sambungan. Untuk kebutuhan telepon umum pada tahun 2011

berjumlah 133 unit dan tahun 2016 berjumlah 153 unit. Selengkapnya proyeksi kebutuhan

telepon di kawasan perkotaan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat Tabel 7.12.

Page 174: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 31PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

GAMBAR 7.6

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN LISTRIK

Page 175: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 32

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

TABEL 7.11

Page 176: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A Hal 7-33

TABEL 7.12

Page 177: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 34PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

7.3.7.4. Limbah dan Sampah

A. Air Limbah

Masyarakat di Kabupaten Aceh Besar umumnya membuang air limbah rumah tangga

langsung keselokan atau drainase yang ada, sedangkan dalam membuang limbah tinja

manusia biasanya ke cubluk atau septik tank. Pembuangan dengan septik tank biasanya

masih bersifat sendiri/pribadi belum ada yang bersifat komunal (bersama). Dengan kondisi

seperti ini, maka arahan rencana pengembangan air limbah di Kabupaten Aceh Besar

adalah:

• Pembuangan air limbah rumah tangga dapat melalui selokan, drainase yang ada atau

membuat sumur resapan.

• Pembuangan air tinja manusia dilakukan melalui septik tank dengan kolam resapan,

dimana untuk permukiman yang belum tertata dapat menggunakan septik tank tunggal

(pribadi/sendiri), sedangkan untuk permukiman yang sudah tertata dapat menggunakan

septik tank komunal (bersama).

• Pembuangan limbah industri perlu disediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

sesuai dengan limbah yang dihasilkan, sehingga limbah yang dibuang ke badan air

(sungai) sudah memenuhi baku mutu badan penerima air, tidak mencemari badan air.

B. Sampah

Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Aceh Besar untuk sampah rumah tangga

umumnya dilakukan dengan sistem pembakaran atau penimbunan/pengurukan sampah

pada tempat yang sudah digali. Sementara untuk pembuangan sampah dari bekas pasar

dan pertokoan, untuk Kota Jantho telah dikelola oleh Kantor Kebersihan Kabupaten Aceh

Besar, untuk Pasar Lambaro di kelola oleh Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh, sedangkan

untuk pasar pasar yang lain dikelola oleh masyarakat setempat. Permasalahan yang timbul

sehubungan dengan sampah ini adalah :

• Pembuangan sampah rumah tangga belum sepenuhnya dikelola secara bersama,

masih bersifat sendiri/pribadi.

• Bekas sampah dari pasar sebagian belum di kelola dengan baik, misalnya bekas

sampah dari Pasar Saree, pembuangannya tidak dilakukan pada tempat semestinya,

tetapi dibuang disekitar Jalan Banda Aceh – Medan.

Page 178: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 35PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk pelayanan Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar belum ditetapkan secara resmi.

Dalam rangka mengantisipasi permasalahan sampah tersebut, maka arahan dalam rencana

pengembangan persampahan adalah :

• Sampah rumah tangga terutama untuk wilayah perkotaan yang dekat dengan Kota

Banda Aceh supaya dikelola secara bersama, yaitu sampah dikumpulkan di tong/bak

sampah pada rumah masing-masing, kemudian diangkut dengan gerobak sampah

menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau Container, selanjutnya diangkut

dengan truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah legal.

• Sampah bekas pasar supaya dikelola dengan baik, dengan proses hampir sama

seperti yang telah diuraikan diatas.

• Untuk jangka panjang perlu dipikirkan program sistem pengelolaan sampah secara

terpadu yang merupakan kombinasi dari sistem pengelolaan sampah dengan cara

daur ulang, kompos, pembakaran (incenerator) dan sistem pembuangan/penimbunan

sampah.

• Lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPA) untuk pelayanan Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar diusulkan di Kecamatan Blang Bintang (lihat Gambar 7.7).

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk serta standar timbulan sampah 2,25 liter/orang/hari,

maka dapat direncanakan timbulan sampah di Kabupaten Aceh Besar. Timbulan sampah

domestik (rumah tangga) dan non domestik (pasar, perkantoran, industri, dll) di Kabupaten

Aceh Besar pada tahun 2011 berjumlah 882.976 liter/hari dan tahun 2016 berjumlah

1.011.630 liter/hari. Untuk timbulan sampah domestik sendiri direncanakan pada tahun 2011

berjumlah 767.804 liter/hari dan tahun 2016 berjumlah 879.683 liter/hari. Adapun untuk

timbulan sampah non domestik direncanakan pada tahun 2011 berjumlah 115.171 liter/hari

dan tahun 2016 berjumlah 131. liter/hari (lihat Tabel 7.13)

Page 179: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 36PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

GAMBAR 7.7

RENCANA LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH (TPA)

Page 180: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 37PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Tabel 7.13

Page 181: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 7 - 38PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

7.3.7.5 Drainase

Sistem drainase di Kabupaten Aceh Besar secara umum adalah saluran drainase dari

permukiman maupun dari pertanian sawah, dimana ujungnya bermuara pada Sungai

Krueng Aceh yang berfungsi sebagai saluran drainase utama. Untuk wilayah wilayah di

sekitar pantai saluran drainase langsung bermuara ke pantai. Permasalahan yang timbul

dengan adanya drainase ini adalah :

• Drainase (saluran pembuang irigasi pertanian) pada musim hujan kelebihan air dan

sering menimbulkan banjir dan genangan, hal ini terjadi dan menimpa pada kecamatan

Darul Kamal dan dan Darul Imarah.

• Akibat drainase yang kurang lancar dan sempurna ditambah tumbuhnya bangunan

bangunan baru di sekitar jalan utama Banda Aceh – Medan, maka sering terjadi banjir

dan genangan pada musim hujan di sekitar jalan ini.

• Terdapat desa desa yang mempunyai topografi dataran rendah dan tidak mempunyai

drainase yang lancar menyebabkan terjadi banjir pada musim penghujan, hal ini seperti

terjadi pada Desa Lingom Kecamatan Indrapuri yang terendam air ketika musim hujan

tiba.

Usaha untuk mencegah terjadinya banjir dan genangan pada musim hujan akibat drainase

yang kurang lancar dan sempurna, maka berikut ini akan diuraikan arahan-arahan rencana

pengembangan drainase sebagai berikut :

• Saluran drainase pembuang dari irigasi pertanian supaya lancar dan bersih dari kotoran

kotoran sampah, selain itu saluran drainase pembuang ini harus sampai pada muara

badan sungai maupun pantai sebagai penerima limpahan air terakhir.

• Supaya terdapat saluran drainase yang lancar dan sempurna terutama di sekitar jalan

jalan utama.

• Wilayah wilayah yang sering terendam air ketika musim hujan tiba, supaya diperbaiki

sistem drainasenya.

Page 182: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 8 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Bab 8RENCANA PENATAGUNAAN TANAH,

AIR, UDARA, HUTAN

Rencana penatagunaan tanah, air, udara dan hutan merupakan pengaturan penguasaan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah, air, udara dan hutan. Uraian selengkapnya masing

masing rencana penatagunaan tersebut dijelaskan berikut ini.

8.1 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH Pada dasarnya penatagunaan tanah ini diselenggarakan terhadap bidang bidang tanah yang

sudah ada haknya maupun tanah negara. Dalam penatagunaan tanah ini tetap mengakui

hak hak atas tanah yang sudah ada. Pengaturan hak dan kewajiban dalam penguasaan

tanah adalah :

a. Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan tanah dan dapat memanfaatkan tanah

sesuai rencana tata ruang, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah.

b. Penguasaan tanah yang sudah ada haknya sebelum adanya penetapan rencana tata

ruang tetap diakui haknya.

c. Pengusaan tanah setelah penetapan rencana tata ruang dapat diberikan haknya apabila

penggunaan dan pemanfaatan tanahnya sesuai dengan rencana tata ruang.

d. Penguasaan tanah setelah penetapan rencana tata ruang tidak diberikan haknya

apabila penggunaan dan pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tanah, maka :

a. Pemegang hak atas tanah yang secara sukarela melakukan penyesuaian pemanfaatan

tanah dapat diberikan insentif.

b. Pemegang hak atas tanah maupun pemakai tanah negara yang belum melaksanakan

penyesuaian pemanfaatan tanahnya dapat dikenakan disentif.

Page 183: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 8 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Dalam pelaksanaan pengelolaan penatagunaan tanah adalah : pengelolaan penguasaan dan

pemanfaatan tanah dapat dilakukan melalui penataan kembali, upaya kemitraan,

penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara atau pihak lain dengan

penggantian sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.

8.1.1 Rencana Penatagunaan tanah di Kawasan Lindung

Pada dasarnya rencana penatagunaan tanah di kawasan lindung akan diuraikan dalam

bentuk penguasaan, penggunaan dan pemanfaatannya. Ketentuan penguasaan, penggunaan

dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung dan kawasan budidaya diuraikan sebagai

berikut :

a. Penguasaan tanah di kawasan lindung

Penguasaan pada bidang bidang tanah yang belum dilekati hak atas tanah pada

kawasan lindung tidak akan diberikan hak atas tanah.

Penguasaan tanah pada kawasan yang ditetapkan berfungsi lindung yang dikuasai

oleh masyarakat yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan rencana tata

ruang tidak akan diberikan hak atas tanah

c. Penggunaan tanah di dalam kawasan lindung harus sesuai fungsi lindung

d. Pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung

Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan mempunyai dampak penting

terhadap lingkungan hidup, serta dapat mengganggu fungsi lindung harus dikembalikan

ke fungsi lindung secara bertahap sesuai dengan peraturan perundang undangan yang

berlaku.

8.1.2 Rencana Penatagunaan Tanah di Kawasan Budidaya

Dalam rencana penatagunaan tanah di kawasan budidaya diuraian tentang ketententuan

penguasaan dan pemanfaatan tanah di kawasan budidaya sebagai berikut:

a. Ketentuan penguasaan tanah di kawasan budidaya adalah :

Penguasaan tanah dalam kawasan budidaya harus sesuai dengan sifat pemberian

hak, tujuan pemberian hak dan rencana tata ruang.

Penggunanan tanah yang dikuasai oleh masyarakat yang penggunaan dan

pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan rencana tata ruang disesuaikan melalui

penyelenggaraan penatagunaan tanah.

b. Ketentuan pemanfaatan tanah di kawasan budidaya adalah :

Page 184: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 8 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang tidak dapat

ditingkatkan pemanfaatannya, harus disesuaikan dengan rencana tata ruang dan

dilaksanakan melalui penyelenggaraan penatagunaan tanah.

Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya yang belum diatur dalam rencana rinci tata

ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kriteria dan standar pemanfaatan

ruang.

8.2 RENCANA PENATAGUNAAN AIR Air merupakan kebutuhan vital untuk kelangsungan hidup sehari hari, untuk itu perlu adanya

penatagunaan air. Ketentuan ketentuan tentang penatagunaan air adalah :

a. Air baku permukaan dan air tanah serta sumber air tidak dapat dikuasai oleh perorangan

atau badan usaha.

b. Ketentuan ketentuan pemanfaatan air adalah :

Masyarakat dan badan usaha dapat memanfaatkan air baku permukaan dan air tanah

sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku

Masyarakat dan badan usaha wajib memelihara kualitas air baku permukaan dan air

tanah.

Masyarakat dan badan usaha dilarang mencemari air baku dan badan air sungai dan

danau/mata air diatas ambang batas yang ditetapkan dalam peraturan perundang

undangan yang berlaku.

8.3 RENCANA PENATAGUNAAN UDARA

Ruang udara merupakan ruang yang harus bebas dari polusi dan pencemaran. Untuk itu,

perlu rencana penatagunaan udara yang menguraikan tentang ketentuan ketentuan sebagai

berikut:

a. Ruang udara tidak dapat dikuasai oleh perseorangan atau badan usaha

b. Ketentuan pemanfaatan udara adalah :

Masyarakat dan badan usaha wajib memelihara kualitas udara

Masyarakat dan badan usaha dilarang mencemari udara diatas ambang batas yang

ditetapkan dalam peraturan perundang undangan yang berlaku.

Pemanfaatan ruang udara diatas tanah yang dikuasai masyarakat dan badan usaha

harus seijin pemilik hak atas tanah yang bersangkutan.

Page 185: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 8 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

8.4 RENCANA PENATAGUNAA HUTAN Rencana penatagunaan hutan dalam hal ini meliputi pengaturan pengendalian kegiatan

kegiatan permukiman dan pertanian yang terletak di kawasan hutan, pengaturan hutan

produksi, hutan konversi, hutan lindung serta pengaturan rehabilitasi dan reklamasi hutan.

Selengkapnya pengaturan pengaturan tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Kegiatan permukiman dan pertanian yang terletak di kawasan hutan :

Pencegahan kegiatan ladang berpindah di kawasan hutan yang mengakibatkan

kerusakan lingkungan dan terjadinya kebakaran.

Penggunaan tanah yang dikuasai masyarakat untuk kegiatan permukiman dan

pertanian di kawasan hutan disesuaikan melalui penyelenggaraan penatagunaan

tanah.

b. Hutan produksi

Pemanfaatan hutan produksi dilakukan oleh pemegang HPH yang telah mempunyai

izin resmi untuk eksploitasi hasil hutan.

Pemegang HPH wajib melakukan reboisasi terhadap hutan yang telah dilakukan

penebangan.

c. Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung merupakan kawasan yang memberikan perlindungan pada

kawasan bawahannya, sehingga wajib dilindungi.

Pengenaan sanksi terhadap perambah hutan lindung baik yang dilakukan oleh

perorangan, badan hukum, oknum pemerintahan, para penegak hukum, dan para

legislator tertentu.

d. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

Rehabilitasi dan reklamasi hutan bakau (mangrove) bagi kawasan kawasan disekitar

pantai yang terkena bencana tsunami dan gempa.

Page 186: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 9 - 1 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

9.1 RENCANA SISTEM KEGIATAN PEMBANGUNAN

9.1.1 Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan

Rencana kawasan yang diprioritaskan meliputi kawasan yang dianggap perlu

diprioritaskan pengembangannya atau penangannya serta memerlukan dukungan

rencana rinci dan program sebagai upaya mewujudkan Rencana Struktur dan Pola

Pemanfaatan Ruang. Untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar kawasan-kawasan yang

dianggap prioritas pembangunannya adalah :

Kawasan yang terkena dampak langsung bencana tsunami dan gempa.

Secara umum bencana tersebut telah meluluhlantakan lingkungan, penduduk dan

infrastruktur kawasan pesisir radius sampai ± 5 km dari garis pantai. Pada kawasan

ini perlu dilakukan penanganan segera. Sesuai dengan amanat Perpu No. 2 Tahun

2005 untuk membentuk Badan Rehabilitasi dan rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan

Masyarakat Propinsi NAD dan Kepulauan Nias Propinsi Sumatera Utara, serta

mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005 tentang Rencana induk rehabilitasi dan

Rekonstruksi wilayah dan Kehidupan Masyarakat Propinsi NAD dan Kepulauan Nias

Propinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses percepatan tersebut. Wilayah

Kabupaten Aceh Besar yang masuk pada kawasan tersebut meliputi : Kecamatan

Mesjid Raya, Baitussalam, Darussalam, Seulimeum, Peukan Bada, Lhoknga, Leupung

dan Lhoong. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang harus ditangani segera

berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan, infrastruktur, lingkungan

serta pemulihan kehidupan masyarakat yang terkena bencana dengan program

kegiatan tahun 2005 – 2009.

Bab 9RENCANA SISTEM KEGIATAN

PEMBANGUNAN

Page 187: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 9 - 2 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Kawasan yang memiliki nilai strategis terhadap pertumbuhan Kabupaten Aceh Besar

Kawasan yang menentukan terhadap perkembangan suatu wilayah di wilayah

Kabupaten Aceh Besar dapat dibedakan berdasarkan 5 kelompok penggerak utama

perkembangan wilayah, sebagai berikut :

1. Kawasan perkotaan terkait dengan sistem Kota Metropolitan Banda Aceh

Wilayah Kabupaten Aceh Besar sangat terkait erat dengan perkembangan Kota

Banda Aceh, simpul kegiatan kegiatan seperti transportasi, perdagangan,

pemerintahan dan jasa lainnya untuk wilayah Aceh Besar terpolar di Kota Banda

Aceh. Jenis program yang diprioritaskan pada kawasan tersebut adalah :

2. Kawasan Pusat Pelayanan Administrasi dan Koordinasi Pembangunan Wilayah.

Kawasan permukiman ini sebagai pendukung Kota Jantho yang berfungsi sebagai

pusat administrasi. Kelompok permukiman ini cenderung membentuk

permukiman pegawai pemerintahan sehingga untuk pengembangannya

diperlukan diversifikasi kegiatan pada Kota Jantho sebagai orientasinya.

3. Permukiman kawasan perkotaan persinggahan/transit

Kelompok kawasan permukiman sangat dipengaruhi oleh jalur transportasi sistem

primer penghubung intraregional dan interregional. Perkembangannya sangat

tergantung pada potensi lokal kawasan hinterlannya serta faktor jarak titk lelah

perjalanan perhubungan antar kota intraregional maupun interregional. Yang

termasuk kelompok permukiman ini adalah :

− Lhoong (Lhoong)

− Lamtamot/Saree (Lembah Seulawah)

Permukiman kawasan perkotaan yang berkembang di Kecamatan Lembah

Seulawah pada kenyataannya terbentuk di Desa Saree tidak di Kota Kecamatan

Lamtamot. Hal ini disebabkan Desa Saree merupakan titik yang paling ideal

sebagai persinggahan karena memiliki potensi panorama alam dan fasilitas

persinggahan yang lebih menarik dibandingkan Lamtamot.

4. Pusat Koleksi dan Distribusi Pergerakan

Kawasan sebagai pusat koleksi dan distribusi pergerakan orang, barang dan jasa

yang diharapkan mempunyai kontribusi signifikan terhadap PAD :

− Pelabuhan Nasional Malahayati (Krueng Raya)

− Rencana Pengembangan Terminal Tipe A (Lambaro)

− Bandar Udara Sultan Iskandar Muda (Blang Bintang) direncanakan sebagai

bandara internasional.

Page 188: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 9 - 3 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

− Lumbung Padi yang berpotensi menjadi Pusat Perberasan (Indrapuri,

Montasik, Cot Glie, Simpang Tiga,)

− Perikanan Laut (Peukan Bada, Krueng Raya)

Kawasan yang terbelakang dan relatif tertinggal pertumbuhan

Kawasan yang memerlukan dukungan program untuk mendorong perkembangannya

di wilayah Kabupaten Aceh Besar, sebagai berikut :

− Kawasan terpencil berupa pulau dan kepulauan kecil (Pulo Aceh). Dalam

Kebijakan RTRW Kawasan Sabang, Pulo Aceh menjadi bagian dalam Badan

Pengelolaan Kawasan Sabang yang diarahkan sebagai kawasan wisata. Dengan

demikian Pulo Aceh dapat dikategorikan kepada Kawasan Tertentu yang

pengelolaannya dibawah Pemerintah Pusat.

− Kawasan transit ke arah Meulaboh (Lhoong) yang memerlukan dukungan

program untuk menggali potensialitas kawasannya.

Kawasan Lindung

Kawasan yang memberikan perlindungan daerah bawahannya, setempat, cagar alam

dan cagar budaya di wilayah Kabupaten Aceh Besar, sebagai berikut :

− Cagar Alam Jantho

− Suaka Marga Satwa (Pusat Pelatihan Gajah) di Saree

− Taman Hutan Raya Cut Meurah Intan

− Hutan Lindung

Kawasan Kritis/rawan bencana

Kawasan kritis dan rawan terhadap bencana alam di luar bencana tsunami di

wilayah Kabupaten Aceh Besar, sebagai berikut :

− Longsor dan erosi di sekitar Mesjid Raya

− Erosi di DAS Krueng Aceh terutama oleh adanya galian C.

Page 189: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 9 - 4 PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

9.1.2 Indikasi Program Pembangunan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar dan Permukiman Utama 2006

merupakan acuan bagi penyusunan program pembangunan kabupaten. Oleh karena itu

arahan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang perlu dilengkapi dengan indikasi

program pembangunan dalam skala besar. Indikasi program yang disusun dalam

program pembangunan tahunan diharapkan dapat mendorong perkembangan sektor-

sektor strategis untuk memberikan dampak positif terhadap Kabupaten Aceh Besar

secara keseluruhan. Adapun langkah yang ditempuh dalam penyusunan indikasi program

pembangunan Kabupaten Aceh Besar 2007 – 2016 telah mempertimbangkan aspek :

Mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan dan pembangunan

Mempertimbangkan aspirasi masyarakat serta potensi dan masalah yang terdapat di

Kabupaten Aceh Besar.

Konsisten dengan arahan tata ruang yang ditetapkan

Selengkapnya indikasi program pembangunan Kabupaten Aceh Besar 2007 – 2016

disajikan pada Tabel 9.1.

Page 190: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 1PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

10.1 KESIMPULAN

Secara umum substansi kajian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Besar

dan Permukiman Utama 2006 telah tertuang dalam bab pembahasan Rencana Sistem

Kegiatan Pembangunan. Namun perencanaan tata ruang pada kawasan yang terkena

bencana sampai saat ini belum ada panduan dan pedoman teknis, beberapa hal yang dapat

diambil sebagai kesimpulan yang tidak termuat dalam lingkup kajian penyusunan RTRW dan

menjadi sangat penting terutama menyangkut aspek perbaikan lingkungan (environment

improvement) diuraikan dibawah ini.

Bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 tidak saja menyebabkan orang

meninggal dan hilang, tetapi juga merusak lahan pertanian Kabupaten Aceh Besar. Menurut

FAO (2005), kerusakan lahan pertanian (tanaman pangan dan Hortikultural) di Kabupaten

Aceh Besar akibat tsunami 6.855 ha lahan basah (sawah), dan 9.465 ha lahan kering

(tegalan).

Kerusakan lahan pertanian sebagian besar diakibatkan oleh kegaraman (salinitas), dan

kemungkinan juga masalah sodisitas (kadar Na tinggi), sedimentasi lumpur laut, sampah dan

puing-puing bangunan, serta rusaknya infrastruktur irigasi/drainase dan jalan. Salinitas atau

kegaraman dalam konteks tanah adalah kadar garam terlarut di dalam tanah atau dalam

ektrak tanah. Dengan demikian tanah tersebut adalah tanah salin. (tanah yang mengandung

garam dalam jumlah tertentu, sehingga menurunkan produktifitasnya), atau Tanah Salin

diindikasikan dengan nilai Daya Hantar Listrik (Electrical Conductivity/EC) pada ekstrak tanah

jenuh lebih dari 4 mm/ho/cm pada 25°C, dan persentase Na tertukar kurang dari 15%, nilai

pH biasanya 8,5.

Bab 10KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 191: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 2PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian bekerjasama dengan ACIAR telah melakukan

pengukuran salinitas lahan sawah terkena tsunami di Kabupaten Aceh Besar, yang diukur

mulai sekitar tujuh bulan setelah tsunami, dan pada bulan Januari 2006. Hasil pengukuran

salinitas disajikan pada table di bawah ini :

Tabel 10.1

TINGKAT SALINITAS (ECa) LAHAN SAWAH TERKENA TSUNAMI PADA BEBERAPA LOKASI DI KABUPATEN ACEH BESAR

LOKASI

Rata-rata ECa (mS/m) Tanah Sawah Di Kabupaten Aceh Besar

29 Agustus 2005 19 Januari 2006 ≤ 30 cm ≤ 150 cm ≤ 30 cm ≤ 150 cm

Ds. Nusa, Kec. Lhok Nga 75.10 77.10 57.79 61.43 Ds. Miruk Taman, Darussalam 97.30 62.10 79.45 74.00 Ds. Suleue, Kec. Darussalam 87.30 82.90 60.75 65.13 Ds.Lampeudaya, Baitussalam 121.90 94.70 127.09 113.91 Ds. Lampineung, Banda Aceh 112.80 94.70 112.80 94.71 Sumber : Buletin Info Teknologi BPTP NAD Edisi 2006

Hasil pengukuran salinitas berbeda pada tiap lokasi, dan menunjukan kecenderungan

menurun pada waktu lima bulan, seperti; di Desa Suleue Kecamatan Darussalam, Desa

Nusa Kecamatan Lhoknga. Penurunan ini terjadi akibat adanya pencucian garam-garam oleh

air hujan, air irigasi baik secara vertikal maupun horizontal serta adanya drainase yang baik.

Sedangkan pada lokasi lainnya cenderung naik, karena akumulasi garam-garam di dalam

tanah lebih cepat dibandingkan proses pencucian karena drainase yang jelek dan atau tidak

cukupnya air untuk melarutkan garam-garam yang terdapat didalam tanah.

Masih relatif tingginya tingkat salinitas dibeberapa daerah di Kabupaten Aceh besar maka

perlu diambil langkah rehabilitasi lahan di beberapa lokasi dan kerusakan infrastruktur irigasi

serta drainase. Namun demikian pembangunan sektor pertanian perlu juga ditunjang dengan

sistem agribisnis yang tangguh sehingga akan mampu meningkatkan kembali pertumbuhan

ekonomi, sekaligus mampu meningkatkan taraf hidup, harkat dan martabat masyarakat

Kabupaten Aceh Besar.

Dampak dari salinitas lahan akibat bencana tsunami tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman padi umumnya, sehingga membuat efek salinitas yang kuat terhadap

tanaman yang mengakibatkan :

Page 192: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 3PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

• Terhambatnya pertumbuhan batang atau tanaman menjadi kerdil,

• Daun-daun menjdi kecil atau lebih tipis dan lebih gelah dari normal,

• Ujung dan pinggir daun tampak seperti terbakar,

• Kekuningan, kering, dan mati,

• Aflatoksin lebih merata pada kacang tanah.

10.2 REKOMENDASI

Sebagaimana diuraikan pada pembahasan kesimpulan, maka upaya untuk memperbaiki

lingkungan pasca tsunami serta beberapa upaya pengembangan pertanian dan kehutanan

diuraikan sebagai berikut :

Lahan-lahan yang dipengaruhi garam biasanya diubah untuk menjadi produktif dengan

pengolahan yang lebih baik atau dengan reklamasi (Chairunas, dalam Info Tehnologi).

Reklamasi tanah salin adalah sebagai berikut :

10.2.1. Perbaikan Lahan Pertanian

a. Pencucian Garam

Pencucian garam dapat dilakukan melalui :

• Pengerukan ; Pemindahan garam-garam yang terakumulasi pada permukaan tanah

secara mekanik.

• Pengaliran ; Mencuci permukaan yang diakumulasi oleh garam dengan mengalirkan

air diatas permukaan yang kadang-kadang digunakan untuk

mengurangi salinitas tanah yang memiliki kerak garam.

• Pencucian ; Prosedur ini lebih efektif untuk pemindahan garam dari daerah

perakaran, biasanya dibantu dengan pengumpulan air segar pada

permukaan tanah, dan membiarkannya berinfiltrasi.

b. Bahan Organik

Bahan organik ini juga dapat membantu proses reklamasi, karena :

• Dekomposisi bahan organik menghasilkan CO2 dan asam-asam organic

• Penurunan pH membebaskan kation-kation dengan melarutnya CaCO3 dan mineral-

mineral lain yang menyebabkan peningkatan elektrikal konduktif.

• Penggantian Na-dd olrh Ca atau Mg menyebabkan menurunnya PNT.

Page 193: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 4PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

c. Pemberian Amandemen

Memberikan bahan gypsum ( Ca SO4 ) dalam jumlah yang besar, umumnya diberikan

pada tanah sodik, karena Na-dd pada tanah ini sangat tinggi.

d. Pengolahan Tanah

Perlakuan ini bersamaan dengan pencucian, sesaat setelah pengolahan tanah dilakukan

pemasukan air bersih kedalam petak sawah, dan dibiarkan menggenang setinggi 5 - 10

cm selama 2 - 3 hari. Selanjutnya air petak sawah dikeluarkan (didrainase) dan dibuang

kesaluran pembuang.

e. Varietas Tanaman

Bila salinitas tanah masih berpengaruh pada tanaman, maka sebaiknya dicari tanaman

yang tahan terhadap salinitas yang tinggi, misalnya padi varietas Banyuasin yang diikuti

dengan pemberian kapur sebanyak 500 kg/ha dan atau pupuk kandang sebanyak 2

ton/ha.

10.2.2 Pemupukan N, P, Dan K

Saat ini rekomendasi pemupukan untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Aceh Besar masih

bersifat umum, yaitu 200-250 kg/ha Urea, 100-150 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha KCl (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NAD, 2003), sehingga pemupukan belum

rasional dan belum berimbang. Sebagian petani menggunakan pupuk tertentu dengan dosis

berlebihan dan sebagian lagi menggunakan pupuk dengan dosis yang lebih rendah dari

kebutuhan tanaman sehingga produksi padi tidak optimal yang diakibatkan tidak

seimbangnya hara dalam tanah.

Pemupukan berimbang adalah pupuk yang diberikan untuk mencapai ketersediaan unsur

hara essensial yang seimbang dan optimum, dimaksud untuk : Meningkatkan produktifitas

dan mutu hasil tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, meningkatkan kesuburan

tanah, dan menghindari pencemaran lingkungan.

Pada penanaman kacang tanah dan jagung di lahan sawah yang terkena tsunami. Hasil

penelitian Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan BPTP NAD, agar tanah dapat

dipulihkan, maka merekomendasikan yaitu: Pemberian pupuk organic/pupuk kandang

sebelum penanaman dengan dosis 3-6 ton per-ha, dan pembuatan drainase sedalam 30 cm

akan membantu proses pencucian garam melalui hujan atau air irigasi. Makin banyak air

yang diterima oleh tanah maka makin cepat pencucian terjadi.

Page 194: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 5PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Berdasarkan penelitian di beberapa lokasi di Kabupaten Aceh Besar dan peta status hara

yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), maka disusunlah anjuran

rekomendasi pemupukan N, P, dan K spesifik lokasi pada tanaman padi sawah menurut

kecamatan seperti pada Tabel di bawah ini :

Tabel 10.2 REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI

SAWAH DI KABUPATEN ACEH BESAR

Kecamatan

Rekomendasi Pupuk (Kg/ha) Tanpa Bahan

Organik Dengan 5 ton

Jerami/ha Dengan 2 ton Pupuk Kandang/ha

Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Lhoong 200 75 50 180 75 0 150 25 30 Lhoknga 200 100 100 180 100 50 150 50 80 Leupung 200 100 100 180 100 50 150 50 80 Mesjid Raya 200 75 50 180 75 0 150 25 30 Kota Baro 200 100 50 180 100 0 150 50 30 Ingin Jaya 200 100 50 180 100 0 150 50 30 Darul Imarah 200 100 100 180 100 50 150 50 80 Peukan Bada 200 50 50 180 50 0 150 0 30

Sumber; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD 2006

Agar pemupukan dapat efisien dan produksi optimal maka rekomendasi pemupukan harus

didasarkan kepada kebutuhan hara tanaman dan cadangan hara yang ada di tanah.

Kebutuhan hara tanaman sangat beragam dan dinamis yang ditentukan oleh faktor genetik

dan tekhnologi.

10.2.3 Agroekosistem Kedelai Kipas putih

Kedelai Kipas Putih adalah salah satu varietas unggul kedelai yang pernah menjadi varietas

primadona pada tahun delapan puluhan yang berasal dari varietas lokal Aceh.

Dengan SK Mentan No.619/Kpts/TP.240/11/92 pada tanggal 3 November 1992 varietas

tersebut dilepas. Dalam kurun waktu sampai tahun 2005 varietas ini telah mengalami

penurunan peroduktifitas yang disebabkan oleh pengaruh negatif lingkungan, kurangnya

perhatian petani, dan penangkar benih kedelai tentang kemurnian varietas tersebut.

Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa varietas kipas putih cocok ditanam baik dilahan

sawah atau dilahan kering. Pada agroekosistem lahan kering spesifik lokasi di kebun

percobaan Tanaman Pangan Lampineung tahun 2002, ternyata produktifitas kipas putih

Page 195: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 6PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

dapat mencapai 2,02 ton/ha, tetapi temuan dilapangan menunjukan bahwa produktifitas

kedelai kipas putih telah menurun.(1,19 ton/ha pada tahun 2003).

Sejalan dengan hal tersebut, maka untuk keberlangsungan tersedianya benih kipas putih

untuk kebutuhan petani, mutlak diperlukan upaya pemurnian kembali oleh Lembaga

pembenihan didaerah, sebagai calon Benih Sumber yang akan diperbanyak oleh para

penangkar di daerah sentra produksi kedelai.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultural Kabupaten Aceh Besar melalui Unit

Pelaksana Teknik Daerah Balai Penyuluhan Pertanian (UPTD-BPP) menetapkan komoditi

prioritas tanaman kedelai pada daerah-daerah : Indrapuri, Sukamakmur, Simpang Tiga, dan

Kuta Malaka, dengan memperhatikan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan

tumbuhnya,maka produksi kedelai pada agrosistem ini akan berhasil.

10.2.4 Penanaman Pisang Cavendish

Pengembangan budidaya pisang Cavendish di Kabupaten Aceh Besar terutama di Saree

Kecamatan Lembah Selawah seluas 1000 ha, Pemda Aceh telah menandatangani

Memorondum of Understanding (MoU) dengan Synergy Farm Penang Malaysia pada tanggal

17 September 2005 di Kota Jantho.

Synergy Farm dan Pemda Kabupaten Aceh Besar akan bekerjasama dalam bidang

pemasaran dan promosi produk pertanian baik lokal maupun global. Selanjutnya dari

pelaksanaan penanaman pisang Cavendish di Saree tersebut pelaksanaan pengelolaannya

akan diberikan kepada: Penggarap, mantan Anggota Gam, Korban konflik, keluarga miskin,

pengangguran, dan pengungsi, yang masing-masing akan mendapatkan 1 ha per-KK.

10.2.5 Penanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang

istimewa, sebab kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun

demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang cukup sangat baik untuk

pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah

antara 4,0-6,5 dengan pH optimum 5-5,5, Tanah yang memiliki pH rendah dapat diperbaiki

dengan pengapuran.

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang

tinggi, dengan unsur C/N mendekati 10, sedangkan daya tukar Mg dan K berada pada batas

Page 196: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 7PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

normal, Faktor pengelolaan budi daya atau agronomis dan sifat genetic tanaman juga sangat

menentukan produktivitas kelapa sawit.

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah pada tanaman kelapa sawit adalah tekstur,

struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan

kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur,

berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm

tanpa lapisan cadas, tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%,

dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut

tebal (lihat Tabel).

Tabel 10.3

Kondisi Fisik Lahan untuk Kelapa Sawit.

Faktor pembatas Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV 1. Tinggi tempat (m dpl) 0 - 400 0 - 400 0 - 400 0 - 400 2. Iklim; Curah hujan (mm/Thn.) Defisit Air (mm/Thn) Lama Penyinaran (jam/hr.) Kelembaban (%) Kecepatan Angin

2000-2500

0-150 22-23

6 80

Lemah-sedang

1800-2000 150-250 22-23

6 80

Lemah-sedang

1500-1800 250-400 22-23

6 80

Lemah-sedang

1500 400

22-23 6 80

Lemah-sedang3. Bentuk wilayah; Lereng (%) Rawa Penggenangan Drainase Pengaruh Pasang surut

0-15

Tidak ada Tidak ada

Baik Tidak Ada

16-25

Tidak ada Tidak ada

Baik Tidak Ada

25-36

Tidak ada Tidak ada

Baik Tidak Ada

36

Tidak ada Tidak ada

Baik Tidak Ada

4. Tanah ; Erosi Permukaan Ketebalan Solum (cm) Kand. Bhn.Organik (%) Tekstur Cadas dan Perakaran Kedalamam Air pH Tanah

Tidak ada

80 5-10

Lempung,Liat Dalam

80 4-5

Tidak ada

80 5-10

Liat berpasir Dalam 60-80 4-5

Tidak ada

60-80 5-10

Pasir berlempung Dalam 50-60

4

Tidak ada

60 5

pasir Dalam 40-50

4Sumber : BPTP NAD 2006

10.2.6 Hasil Hutan Non Kayu.

Prospek pemanfaatan hasil hutan masih sangat besar terutama di Kabupaten Aceh Besar.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu telah dikenal masyarakat Kabupaten Aceh Besar secara

Page 197: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 8PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

turun-temurun, mulai untuk konsumsi sampi obat-obatan, mulai dari peralatan dapur sampai

perabotan rumah tangga, dapat dihasilkan dari hasil hutan non kayu tersebut.

Beberapa hasil hutan non-kayu yang dapat diinventarisir oleh Dinas Kehutanan Kabupaten

Aceh Besar antara lain : berbagai jenis rotan, berbagai jenis bambu, tanaman nipah, damar,

minyak atsiri, sarang burung, madu, kulit kayu dan sebagainya.

Rotan; merupakan kelompok jenis tumbuhan hutan dari suku palmae, dikenal 16

genus/marga rotan yang terdiri dari 516 jenis. Jenis yang dikenal di Kabupaten Aceh Besar

antara lain dari keluarga Calamus, Daemonorop dan Ceratolobos. Rotan bagi Kabupaten

Aceh Besar merupakan hasil hutan non kayu yang penting.

Bambu; merupakan tumbuhan yang akan dapat memberikan sumbangan dalam penyediaan

lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan daerah serta perolehan devisa negara,

karenanya pemanfaatan bambu sebagai bahan baku kerajinan tangan, perkakas rumah

tangga, alat musik, sudah sejak lama dikenal masyarakat dan terbukanya industri yang

menggunakan bahan baku bambu seperti kertas, pabrik chopstik/tusuk gigi semakin besar

permintaan bahan baku dari bambu. Sampai saat ini data potensi hutan alam seluruh

Kabupaten Aceh Besar balum banyak diketahui sehingga pemanfaatannya mengalami

hambatan.

Nipah; Tanaman Nipah termasuk dalam keluarga palmae dengan sebaran tempat tumbuh

pada kawasan hutan payau dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Manfaat nipah beragam

dan hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan antara lain :

- Daunnya digunakan untuk atap, anyaman, pembuatan rokok dan penggunaan tradisional

lainnya.

- Buah digunakan sebagian bahan makanan dan manisan.

- Nira digunakan untuk bahan pembuatan minuman, gula, alkohol, cuka dan lain-lain.

Getah; Merupakan hasil hutan yang diperoleh dengan cara menyadap dari pohon, macam

getah dapat dikelompokkan berdasarkan asal getah didapatkannya terdiri dari getah

jelutung, getah karet hutan, dan getah pinus. Manfaat dari getah ini untuk bahan baku

industri kimia, industri ban, industri parfum, dan lain-lain.

Page 198: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 9PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

Damar; Merupakan hasil hutan yang diperoleh dengan cara menyuling dari batang kayu,

menyuling daun atau ranting serta akar pohon diambil dari hutan, dapat dikelompokkan

berdasarkan macamnya yaitu minyak kenanga, minyak sereh, minyak akar wangi, minyak

lawang, minyak kayu putih, minyak keruing.

Biji atau Buah; Merupakan hasil hutan yang didapat dari buah pohon yang terdapat dalam

biji tengkawang, biji kemiri, biji kenari dan lain-lain. Dipergunakan untuk keperluan kosmetik

parfum, kebutuhan bumbu masak dan lain-lain.

Sarang Burung; Merupakan hasil buatan dari sarang burung walet yang tersarang di gua

berbatu yang biasanya dekat dengan pantai. Proses sarang burung dibuat dari air liru burung

walet putih dan walet hitam. Dipergunakan untuk proses obat-obatan, kosmetik dan

campuran untuk pembuatan parfum.

Kulit Kayu; Merupakan hasil hutan yang didapatkan dari kulit kayu untuk dipergunakan

sebagai penyamak kulit binatang, bahan campuran obat-obatan dan lain-lain, terdiri dari

berbagai jenis kulit kayu acacia, bakau, kalapari, gelam, kayo salaro, kayu lawang, dan kayu

manis.

Madu Tawon/Lebah; Merupakan hasil hutan yang didapatkan dari sarang tawon di hutan,

madu ini berasal dari tumpukan/persediaan makanan bagi lebah pada musim pohon tidak

berbunga. Memiliki berbagai macam manfaat untuk pengobatan seperti penyakit radang

tenggorokan, ginjal, jantung, lever dan merangsang saraf yang lemah; selain diminum untuk

bobat madu juga berguna sebagai mascara; menggurihkan rasa daging dengan cara

mengoleskan madu pada daging sebelum direbus.

Secara lebih jelasnya mengenai rekomendasi pengembangan produk pertanian, perkebunan

dan kehutanan diuraikan sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian tanaman pangan maupun

holtikultura yang kerusakan lahan diakibatkan bencana tsunami, bagian yang

terpenting mutlak dilakukan adalah usaha menurunkan kadar garam dalam tanah,

agar supaya tidak merusak tanaman yang diakibatkan oleh salinitas yang tinggi.

Jika sumber-sumbernya tersedia dapat dilakukan dengan reklamasi tanah, atau

Page 199: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 10PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

dengan cara membuat drainase sedalam 30 cm akan membantu proses pencucian

garam melalui hujan atau air irigasi.

2) Agar penerapan intensifikasi pertanian berjalan dengan baik, maka penggunaan

pupuk dan peptisida sesuai dengan rekomendasi yang telah diatur, serta

penggunaan bibit/benih bermutu tinggi mutlak dilaksanakan. Namun demikian

mengingat kemampuan petani dalam menyediakan modal sangat terbatas, maka

untuk mendapatkan sarana produksi pertanian sesuai dengan yang diusulkan,

sangat diharapkan bantuan dari pemerintah.

3) Dalam penggunaan pestisida, sebaiknya petani mendapat bimbingan dari Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL), dalam mencampur, menggunakan dosis, dan waktu

yang tepat untuk pengendalian hama, penyakit, dan gulma, sehingga diperoleh

hasil yang diharapkan

4) Agar penyerapan hara tanaman dan pertumbuhan tanaman optimal, maka

disarankan pada saat pengolahan tanah diberi pupuk organik atau pupuk kandang

sebelum penanaman dengan dosis 3-6 ton per-ha. Karena tanpa terlebih dahulu

diberi perlakukan tersebut, pupuk anorganik seperti Urea, SP-36, dan KCl tidak

akan terserap secara optimal oleh tanaman karena terikat oleh Alumunium (Al)

dan Besi (Fe), dimana unsur Al dan Fe merupakan unsur utama penyebab tingginya

kemasaman tanah.

5) Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi suatu komoditi, maka perlunya

usaha mengembangkan penangkar benih yang dapat dilakukan dengan program

kegiatan mempermudah tersedianya benih sumber dari verietas unggul yang

spesifik lokasi, dengan mengadakan kegiatan pengkajian uji adatif beberapa

varietas padi, jagung, atau kedelai unggul baru pada suatu agroekosistem spesifik.

Karena dengan tersedianya benih sumber yang unggul dan spesifik, maka petani

dapat melakukan penangkaran baik secara pribadi maupun kelompok guna

mencukupi kebutuhan benih unggul yang berkwalitas untuk suatu usaha tani di

Kabupaten Aceh Besar.

6) Perlunya pengembalian kejayaan yang pernah diraih oleh kedelai varietas kipas

putih, yang merupakan komoditas andalan di Propinsi NAD khususnya dan

Kabupaten Aceh Besar Pada umumnya. Dengan cara mengembangkan benih murni

dari kipas putih untuk mendapatkan benih dasar, selanjutnya pengembangan oleh

Page 200: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 11PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

penangkar untuk mendapatkan benih stock dan benih sebar guna memenuhi

kebutuhan petani akan benih kedelai yang berkualitas. Rantai kegiatan ini

diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak.

7) Program Penanaman Pisang Cavendish kiranya perlu diperluas, tidak hanya di

Saree Kecamatan Lembah Selawah, tetapi perlunya penyebaran di kecamatan-

kecamatan lainnya di Kabupaten Aceh Besar, dengan memperhitungkan kelayakan

tanam. Kegiatan ini dengan hasil yang didapat, akan membantu dalam

pemberantasan keluarga miskin, pengangguran, dan pengungsi yang kehilangan

pekerjaan.

8) Merealisasikan kembali program pengembangan kelapa sawit yang mana pernah

dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2004 di

Kecamatan Kota Jantho seluas 600 ha dari 1000 ha yang ditargetkan. Program ini

dapat diperluas kesetiap kecamatan di Kabupaten Aceh Besar dengan

memperhatikan tataguna tanah dan kesesuaian lahan. Sehingga di tahun-tahun

mendatang kelapa sawit dapat menjadi komoditas andalan yang dapat

dikembangkan di Kabupaten Aceh Besar. Selain Kelapa sawit yang dapat

dikembangkan menjadi komoditas andalan adalah ; kakao, lada, dan cengkeh.

9) Peningkatan pemanfaatan hasil hutan non kayu memberikan sumbangan dalam

penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan daerah serta perolehan

devisa negara, karena di Kabupaten Aceh Besar hasil hutan non kayu merupakan

prospek yang sangat besar yang selama ini pemanfaatannya sudah dikenal

masyarakat Kabupaten Aceh Besar secara turun temurun, mulai dari konsumsi

sampai obat-obatan, mulai dari peralatan dapur sampai perabotan rumah tangga.

Beberapa hasil hutan non kayu yang telah diinventarisir oleh Dinas Kehutanan

Kabupaten Aceh Besar antara lain: berbagai jenis rotan, berbagai jenis bambu,

tanaman nipah, damar, minyak atsiri, sarang burung, madu, kulit kayu dan

sebagainya.

10) Dalam pengembangan teknologi pertanian hendaknya selalu melibatkan

masyarakat dengan melalui proses pendekatan partisipatif. Karena masyarakat

akan merasa membutuhkan teknologi tersebut, dengan demikian manfaat teknologi

terhadap kehidupan petani pengguna dapat dinikmati secara langsung. Jadi hanya

teknologi yang dikembangkan bersama-sama masyarakat saja yang akan berlanjut,

Page 201: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 12PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

sebaliknya teknologi yang tidak melibatkan masyarakat sebagai pelaku, cepat atau

lambat akan ditinggalkan.

11) Penanaman Bawang Merah varietas Tiron dapat meningkatkan produktifitas lahan

pertanian, dan penyediaan lapangan pekerjaan, serta peningkatan pendapatan

daerah di Kabupaten Aceh Besar. Untuk dapat tumbuh dan produksi maksimal,

bawang merah tiron membutuhkan keadaan ekologi tumbuh yang baik dan verietas

unggul, dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

• Bawang merah tiron cocok pada ketinggian 0-100 m dpl.

• Pada musim hujan tiron sangat cocok ditanam pada lahan berpasir seperti tepi

pantai.

• Tiron resisten penyakit bercak daun akibat serangan Alternaria sp.

• Lahan 1000 m2, tiron memerlukan 20 kg Urea, 15 kg KCl, 10 kg ZA, dan 15 kg

TSP.

12) Mendukung program AVRDC dalam membantu pengembangan sayuran

untuk korban tsunami yang bekerjasama dengan ACIAR Australia dan BPTP NAD,

pada tahun 2006. Kabupaten Aceh Besar termasuk salah satu sasaran lokasinya.

Jenis sayuran yang akan dikembangkan antara lain ; Tomat, timun, cabai merah,

kol bunga, bawang merah dan terong. Kegiatan ini bertujuan adalah untuk

mengadakan pelatihan-pelatihan dan training dengan melatih cara-cara budidaya

sayuran dan penelitian partisipasif bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi

sayuran. Suatu harapan yang ingin dicapai dari program pengembangan sayuran

tersebut adalah dapat menambah pendapatan keluarga terutama para korban

tsunami.

13) Untuk mendobrak perekonomian rakyat di Kabupaten Aceh Besar perlunya

memikirkan pengembangan potensi laut dan perairan dalam hal pengembangan

industri rumput laut. Sebenarnya pengolahan rumput laut di Kabupaten Aceh Besar

sudah lama digeluti oleh masyarakat, namun pengolahan ini masih tergolong relatif

rendah dari produksinya maupun luas lahan garapan. Hal ini disebabkan

pemanfaatan dan pemasarannya masih tergolong langka. Daerah potensi usaha

budidaya rumput laut di Kabupaten Aceh Besar terdapat di Kecamatan Pulo Aceh

dan Leupung.

Page 202: Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar

Laporan Akhir

Hal. 10 - 13PENYELESAIAN RTRW KAB ACEH BES AR & K AWAS AN PERMUKIMAN UT AM A

14) Untuk program pengembangan jaringan jalan kabupaten pada ruas jalan Kota

Jantho – Kemala – Tangse - Meulaboh (aceh Barat) dan ruas jalan Nasional Kota

Jantho-Cucum-Lamno (Aceh Jaya) sebaiknya harus disertai dengan studi AMDAL

jalan. Mengingiat pada ruas jalan tersebut melintasi Cagar Alam Jantho pada ruas

jalan Kota Jantho Keumala serta ruas Kota Jantho-Cucum-Lamno melintasi kawasan

Hutan Lindung.