laporan akhir monev semester i
DESCRIPTION
Laporan Monev Mitigasi Bencana Kab. Mamuju T.A 2015.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dasar Pelaksanaan
1. DPA Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Barat
Nomor:33/HK-SB-II/1/2015 tanggal 2 Januari 2015 Tahun Anggaran
2015.
2. Surat Tugas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
048/ST/ESDM.
2. Latar Belakang
Berdasarkan laporan masyarakat dusun Benteng Kecamatan
Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah pada awal Bulan April bahwa di
daerah mereka telah terjadi peristiwa semburan gas. Hal ini diakibatkan
oleh pemboran air tanah yang dilakukan oleh warga. Peristiwa ini
kemudian menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat sekitar
mengenai dampak negatif/bahaya dari semburan gas tersebut. Peristiwa
semburan gas tersebut secara tidak langsung dapat menggangu aktifitas
masyarakat sehari-hari di sekitar lokasi kejadian. Terutama masyarakat
yang ingin melakukan pemboran air tanah untuk mencari sumber air
minum layak konsumsi.
Atas dasar hal tersebut di atas, untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan dan meredam kekhawatiran di kalangan masyarakat
setempat, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral kemudian menurunkan Tim untuk meninjau
dan menyelidiki peristiwa tersebut. Diharapkan dengan adanya
peninjauan ke lokasi kejadian, masyarakat dapat memperoleh informasi
yang sebenarnya mengenai penyebab maupun dampak yang ditimbulkan
oleh semburan gas tersebut.
3. Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan ini yakni:
1. Melakukan penyelidikan terkait laporan masyarakat mengenai
kejadian semburan gas di dusun Benteng Kecamatan Tobadak Kab.
Mamuju Tengah.
2. Melakukan analisa awal penyebab terjadinya semburan gas.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
Tujuan dilaksankannnya kegiatan ini yaitu: untuk memperoleh data dan
informasi mengenai semburan gas di daerah Benteng Kecamatan
Tobadak Kab. Mamuju Tengah – Provinsi Sulawesi Barat.
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 14 s/d 16 April 2015, di Dusun
Benteng Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi
Sulawesi Barat.
Tim peninjau beranggotakan 2 (dua) orang yaitu:
NAMA PANGKAT/NIP JABATAN
1. Menik WidiastutiPenata/IIIc19770122 200604 2 018
Kasie. Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Ling.
2. Alfian Bangngabua’, ST
Penata Muda/III a 19890413 201403 1 006
Staf Bidang Geologi
5. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
1) Tahapan Persiapan
Meliputi pembuatan surat tugas dan pengumpulan data-data dan
informasi geologiyang berhubungan dengan Kabupaten Topoyo.
2) Tahapan pengambilan data
Meliputi pengambilan data koordinat, dokumentasi foto lokasi,
sampel air, dan aspek terkait di sekitar lokasi wilayah semburan
gas.
6. BIAYA
Sumber dana yang digunnakan dalam kegiatan perjalanan dinas ini
berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2015, DPA
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Barat.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
Gambar. Peta tunjuk lokasi semburan gas dusun Benteng-Tobadak
BAB II
KONDISI GEOLOGI DAERAH BENTENG - TOBADAK
1. Morfologi
Daerah penyelidikan termasuk pada Lembar Mamuju bagian barat yang
merupakan morfologi dataran rendah. Daerah dataran rendah menempati
bagian barat Lembar Mamuju, yaitu sepanjang pantai mulai dari Kalukku
sampai Babana (daerah S. Budong-budong). Morfologi ini terbentuk di daerah
muara sungai besar diantaranya; S. Budong-budong, S. Lumu, S. Karama dan
S. Kaluku. Umumnya berpola aliran meranting (dendrit) dan beberapa sungai
lainnya bermeander.
Daerah penyelidikan tempat terjadinya semburan gas termasuk dalam
morfologi pedataran meliputi daerah perkotaan, perkampungan dan
permukiman. Daerah ini terletak di ujung bagian barat dari Kec. Tobadak dan
berbetasan langsung dengn Kec. Topoyo. Satuan morfologi pedataran
memiliki ketinggian berkisar antara 0 – 25 meter di atas permukaan laut.
Secara umum morfologi pedataran daerah Benteng - Tobadak disusun oleh
satuan Aluvium (Qac) dan Formasi Gunung Api Talaya (Tmtv).
2. Stratigrafi Regional
Penamaan dan pengelompokan Formasi batuan pada daerah semburan
gas didasarkan pada Geologi Regional Lembar Mamuju (N. Ratman dan S.
Atmawinata, 1993) baik secara vertikal maupun lateral dan dapat dipetakan
dalam skala 1 : 250.000.
Berdasarkan pemahaman tersebut diatas, maka Formasi batuan yang
terdapat pada daerah survey dapat dibagi menjadi 3 formasi. Berikut akan
diuraikan secara berurutan dari tertua ke yang termuda adalah sebagai
berikut :
1. Batuan Gunung Api Talaya (Tmtv)
2. Formasi Budong-budong (Qb)
3. Aluvial (Qa)
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
Pembahasan dan uraian stratigrafi daerah survey dimulai dari formasi
berumur tua ke muda.
2.2.1 Batuan Gunung Api Talaya (Tmtv)
Berdasarkan geologi regional (N, Ratman, 1993), formasi ini didominasi
breksi, lava, breksi tuf, tuf lapili, bersisipan tuf dan batupasir (grewake),
rijang,serpih, napal, batupasir karbonan dan batubara. Berdasarkan
penelitian petrologi, batuan ini umumnya bersusunan andesit, andesit
piroksen, basal; beberapa contoh bersusunan trakit basal, dasit, andesit
hornblende, andesit biotit dan basal leusit. Umumnya terhablur penuh,
porfirit, berbutir halus sampai sedang dengan bentuk anhedral sampai
euhedral; beberapa bertekstur afanit.
Formasi ini terdiri dari napal berwarna putih yang mengandung fosil
ganggang, pecahan ekinoid, Lepidocyclina sp., Miogypsina sp., dan Gypsina
sp., yang mungkin menunjukkan umur Miosen Awal – Miosen Tengah.
Berdasarkan umur tersebut dan kedudukannya yang menjemari dengan
Formasi Sekala, maka dapat disimpulkan bahwa umur satuan ini berkisar
antara Miosen Tengah – Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut
dalam sampai laut dangkal dan sebagian darat.
2.2.2 Formasi Budong-budong (Qb)
Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batupasir, bersisipan tipis
batugamping koral dan batulempung. Batu lempung pada formasi ini
berwarna cokelat; agak lunak, berlapis tipis dan mengandung sisa
tumbuhan. Batuan ini terdapat sebagai sisipan dalam batupasir dan
konglomerat. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang masih belum
kompak, maka formasi ini diduga berumur Plistosen – Holosen, dan
berlingkungan pengendapan laut dangkal sampai darat. Satuan ini tersebar
di bagian barat Lembar mamuju, terutama di bagian hilir Sungai Budong-
budong.
2.2.3 Alluvial (Qa)
Satuan ini terhampar luas di daerah muara sungai besar diantaranya
Sungai Budong-budong, Sungai Lumu, Sungai Karama dan Sungai Kalukku
serta terdapat di sepanjang pantai. Tebalnya berisar 1 sampai 5 meter.
Penyusun utamanya yaitu: kerakal, kerikil, lanau, lempung dan lumpur dan
mengandung sisa-sisa tumbuhan purba. Satuan ini menindih tidak selaras
satuan yang ada di bawahnya yaitu Formasi Budong-budong dan Batuan
Malihan. Diperkirakan umur satuan ini yaitu Holosen dengan penyusun terdiri
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
dari breksi, konglomerat, batupasir, batulempung yang belum padat dan sisa
tumbuhan.
3. Geologi Regional
Struktur utama di Lembar Mamuju adalah sesar normal dan sesar naik
yang mempunyai arah umum utara timur laut – selatan barat daya. Beberapa
sesar berarah hampir barat – timur dan utara barat – selatan tenggara.
Struktur lipatan di Lembar ini berkembang dengan cukup baik. Daerah
Lembar Mamuju termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto,
1973), terutama terdiri dari batuan Malihan, batuan sedimen, batan gunung
api dan batuan terobosan bersifat granit.
Pada Kala Miosen Tengah bagian tengah sampai Awal Miosen Akhir
terjadi kegiatan tektonik yang disertai dengan kegiatan gunung api. Peristiwa
inilah yang kemudian menghasilkan Batuan Gunung Api Talaya (tmtv), Tuf
Beropa dan batuan sedimen gunung api Formasi Sekala. Batuan Gunungapi
Talaya bersusunan andesit-basal, sehingga terbentuk Batuan Gunungapi
Adang. Di bagian barat, pada waktu yang bersamaan terendapkan batuan
karbonat Formasi Mamuju dan batugamping terumbu Anggota Tapalang.
Pada kala akhir Miosen Tengah kegiatan gunungapi tersebut disertai
dengan terobosan batolit granit yang menerobos semua satuan yang lebih
tua. Terobosan ini disertai dengan pengangkatan dan penyesaran, sehingga
terbentuk sesar turun dan sesar naik yang berarah utara timurlaut-selatan
baratdaya. Pengangkatan yang terjadi di bagian barat Lembar mungkin
berlangsung sampai Miosen Akhir yang dilanjutkan dengan penurunan
sehingga terbentuk Formasi Lariang.
Kegiatan tektonik lainnya terjadi pada Kala Pliosen, sehingga bagian
timur Lembar terangkat, sedangkan pengangkatan di bagian barat Lembar
disusul oleh penurunan yang menghasilkan Formasi Budong-budong dan
Batugamping Koral. Sejak Pliosen Akhir daerah ini diduga sudah berupa
daratan, dan pada kala Plistosen terjadi kegiatan gunungapi yang
menghasilkan Tuf Barupu. Pengangkatan daerah ini masih berlangsung terus
sampai sekarang, dicirikan dengan tumbuhnya terumbu koral di sepanjang
pantai barat Lembar Mamuju.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
BAB III
HASIL PENINJAUAN
Hasil peninjauan ke lokasi kejadian semburan gas, dijabarkan sebagai
berikut sebagai berikut :
1. Data dan Informasi Lokasi terjadinya semburan gas
a. Titik semburan terletak di daerah Benteng Kecamatan Tobadak
Kab. Mamuju Tengah tidak jauh dari jalur jalan provinsi Sulawesi
Barat dengan koordinat 119.29383° BT dan 02.07560° LS
dengan elevasi 68 mdpl.
b. Lokasi semburan gas berada di area perkebunan milik warga.
c. Lokasi semburan gas merupakan titik pengeboran air tanah yang
dilakukan warga sebelumnya.
d. Kedalaman sumur bor air tanah ± 33 m.
e. Jumlah populasi penduduk di sekitar lokasi kejadian cukup
banyak.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
a
Gambar a. Lokasi sumur bor tempat terjadinya semburan
2. Data dan Informasi Gas dan Air Tanah di sekitar lokasi
semburan.
a. Gas yang keluar merupakan gas metan yang keluar disertai dengan
semburan air tanah hasil pengeboran warga.
b. Semburan gas yang terjadinya diduga akibat dari pengeboran air
tanah yang dilakukan oleh warga. Pengeboran air tanah dilakukan
sekitar seminggu yang lalu. Semburan gas disadari oleh warga saat
kedalaman pengeboran telah mencapai ± 33 m.
c. Semburan gas juga terjadi di sekitar titik pengeboran melalui
rekahan-rekahan tanah yang terdapat di lokasi tersebut ditandai
dengan munculnya gelembung-gelembung air.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
Titik Pengeboran
Gambar b.
Pipa saluran air tanah
dan gas yang dirakit
warga
b
Jalur keluarnya air tanah
Jalur keluarnya gas metan
d. Air tanah yang keluar dari pipa pengeboran memiliki rasa asin
hingga asam, berwarna kekuning-kuningan. Kualitas air diperkirakan
kurang baik bagi kesehatan.
e. Gas yang keluar dari pipa berlangsung terus-menerus sementara air
tanah yang keluar memiliki interval waktu sekitar 3 – 5 menit
dengan durasi semburan 1 – 2 menit. Semburan air yang semakin
besar menandakan daya dorong gas yang keluar juga semakin
besar.
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
a
b
Gambar a. Pipa saluran semburan gas dan air tanah
Gambar b. Situasi di lokasi semburan gas
3. Analisa awal penyebab terjadinya semburan.
Analisa atau hipotesis awal penyebab terjadiya semburan gas di daerah
Benteng Kecamatan Tobadak ini diperoleh dari pemaparan Bpk. Didit
Hadi Barianto selaku dosen geologi Universitas Gadjah Mada (UGM)
yang ikut meninjau ke lokasi kejadian.
Penjelasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Lokasi semburan gas merupakan rawa purba yang telah mengalami
pengaruh struktur geologi berupa pengangkatan. Rawa purba yang
dimaksukan kemungkinan adalah Formasi Budong-budong (Qb),
dimana lingkungan pembentuk formasi ini berada di laut dangkal
hingga daratan dan formasi ini juga disebutkan mengandung sisa-
sisa tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pemetaan geologi Lembar
Mamuju oleh N. Ratman dan S. Atmawinata 1993 yang
menyebutkan bahwa pengangkatan di bagian barat Lembar terjadi
pada Miosen Akhir hingga Kala Pliosen yang kemudian
menghasilkan Formasi Budong-budong. Diperkirakan akibat
kegiatan tektonik yang terjadi pada Gunungapi Talaya
mengakibatkan terjadinya longsor pada gunungapi yang kemudian
menghasilkan lapisan Aluvium (Qa) dan menimbun tumbuhan-
tumbuhan purba yang ada di sekitar rawa purba tersebut.
Tumbuhan purba yang tertimbun lapisan vulkanik mengalami
proses pembusukan dan selanjutnya mengalami proses gasifikasi
akibat tekanan dari dalam bumi berupa panas geothermal dan juga
tekanan lapisan litologi/ lapisan aluvium yang berada di atasnya.
Proses tersebut berlangsung terus-menerus selam ribuan tahun
menyebabkan lapisan tumbuhan purba tersebut berubah menjadi
kumpulan kantung-kantung gas.
Diduga pengeboran air tanah yang dilakukan oleh warga secara
tidak sengaja menembus salah satu lapisan kantung gas yang
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
terdapat dilokasi tersebut. Pengeboran tersebut selanjutnya
membentuk jalur aliran gas mengakibatkan keluarnya semburan
gas seperti yang terjadi saat ini. Diperkirakan luas penyebaran
lokasi kantung gas berjarak 20 – 50 meter dari titik semburan yang
terpantau saat ini.
b. Penyebaran gas di sekitar lokasi semburan diperkirakan hanya
berupa spot-spot kecil atau tidak menerus sehingga keterdapatan
kantung-kantung gas di daerah Kecamatan Tobadak ini sangat
dipengaruhi oleh titik akumulasi endapan tumbuhan purba di masa
lampau. Semakin tebal/besar akumulasi endapan tumbuhan
purbanya maka patut diduga potensi kantung gas di titik tersebut
akan semakin besar pula begitupun sebaliknya.
Diperkirakan dalam radius 50 m dari titik semburan sekarang masih
memungkinkan untuk dijumpai fenomena yang serupa apabila
dilakukan pemboran air tanah. Sehingga disarankan kepada
masyarakat untuk melakukan pengeboran air tanah dengan jarak
minimal 50 – 100 m dari titik semburan gas.
Gambar. Peninjauan lokasi semburan gas oleh Tim ESDM Provinsi
Sul-Bar
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
c. Kualitas air tanah di sekitar wilayah sekitar lokasi semburan kurang
baik karena dikhawatirkan terkontaminasi oleh senyawa karbon dari
gas metan (CH4) yang berada di darah tersebut. Untuk mengetahui
lebih detail mengenai kualitas air tanah di wilayah tersebut perlu
dilakukan analisis laboratorium. Hal tersebut dapat ditindaklanjuti
dengan mengirim sampel air yang keluar dari pipa pengeboran di
lokasi titik semburan ke laboratorium atau pihak terkait.
d. Untuk mendapatkan kualitas air tanah yang baik dapat dilakukan
dengan menginterpretasi peta geologi dan peta cekungan air tanah
(CAT) wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Keterdapatan kekar di
wilayah Kecamatan Tobadak – Topoyo dan sekitarnya
memungkinkan cebakan air tanah dengan kualitas baik dan yang
layak konsumsi dapat ditemukan. Metode lain untuk menentukan
titik pengeboran air tanah yaitu dengan menyisir sisa morfologi
tinggian di daerah Topoyo atau daerah yang tidak termasuk dalam
litologi rawa purba. Selain kedua metode tersebut cara yang lebih
efektif yaitu dengan melakukan Survey Geolistrik meskipun
membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding dengan cara
konvensional.
e. Penanganan masalah apabila terjadinya semburan gas yang lebih
besar yaitu dengan meninggikan jalur pipa gas agar tidak
mencemari udara di sekitar wilayah kejadian dan tidak terhirup
langsung oleh masyarakat sekitar. Selanjutnya gas yang keluar
tersebut juga dapat dibakar agar ikatan senyawa gas metan (CH4)
menjadi terurai dan tidak mencemari udara sekitar. Sebagai
informasi bagi masyarakat filter/penyaring gas yang paling baik
adalah air, dimana senyawa H2O dapat mengikat senyawa CH4
yang terdapat dalam gas metan. Apabila masyarakat mendekati
lokasi semburan disarankan untuk menggunakan kain atau masker
yang dibasahi dengan air sebagai pelindung saluran pernafasan.
f. Semburan gas di daerah Benteng Kecamatan Tobadak Kab. Mamuju
Tengah masih tergolong dalam skala kecil dan berada pada level
aman. Dengan demikian hingga saat peninjauan dilakukan
status semburan diputuskan masih dalam level aman dan
tidak berbahaya. Hal ini dikarenakan semburan gas yang keluar
hanya kecil dan langsung terurai oleh udara bebas. Namun perlu
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
dilakukan pengawasan secara berkelanjutan untuk mengikuti
perkembangan di sekitar lokasi kejadian. Disarankan agar warga
berhati-hati saat mendekat ke lokasi semburan , perlu dibatasi
dengan garis pengaman (police line).
g. Semburan gas di daerah Topoyo memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi sumber bahan bakar skala rumah tangga
bagi masyarakat sekitar.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan kajian yang
lebih mendalam mengenai jumlah cadangan gas di daerah tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara berkesinambungan
mengenai perkembangan semburan gas di lokasi tersebut dengn
melakukankoordinasi dengan pihak ESDM Kabupaten Mamuju
Tengah.
4. PENUTUP
Demikian laporan perjalanan dinas ini kami sampaikan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya. Apabila terdapat kekeliruan di
dalamnya maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana seharusnya.
Mamuju, 16 April 2015
Pegawai yang Melaksanakan Tugas;
Menik Widiastuti, STPangkat : Penata, III/cNip : 19770122 200604 2 018
Alfian Bangngabua’, STPangkat : Penata Muda , III/aNip : 19890413 201403 1 006
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat
Seksi Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – ESDM Prov. Sulawesi Barat