laporan akhir koordinasi perencanaan rkp tahun 2017...

87
COVER

Upload: lehanh

Post on 06-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

COVER

Page 2: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang

Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan

Kawasan Rawan Bencana disusun dalam rangka memenuhi

pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Koordinasi

Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan

Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana Tahun

2016, sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional No. 05 tahun 2016 tentang Perencanaan, Pelaksanaan,

Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran. Di samping itu,

diharapkan dapat menjadi lesson learned untuk perbaikan mekanisme

perencanaan RKP pada tahun berikutnya.

Maksud dan tujuan dilaksanakannya Koordinasi Perencanaan RKP Tahun

2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis

Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana tahun 2016 ini adalah untuk

mengidentifikasi dan mensinkronisasikan isu strategis dan permasalahan pada

bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional,

dan Kawasan Rawan Bencana, untuk kemudian dikoordinasikan dengan

kementerian/lembaga mitra yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, BP-

Sabang, dan BP-Batam, K/L teknis lainnya, dan pemerintah daerah, sehingga

terdapat kesepakatan arah kebijakan, bentuk dan alokasi program/kegiatan,

dalam RKP tahun 2017.

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan

Bencana tahun 2016 ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan pelaksanaan

koordinasi perencanaan RKP yang dilakukan setiap tahun.

Jakarta, Desember 2016

Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan

Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph.D

Page 3: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................... II

DAFTAR TABEL .................................................................................... III

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. IV

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN .............................................................................................. 3

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN ......................................................4

2.1RUANG LINGKUP KEGIATAN KOORDINASI .................................................................... 4

2.2METODE PELAKSANAAN .............................................................................................. 4

2.3KELUARAN ................................................................................................................. 5

2.4ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN ............................................................................ 6

BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI .........................................8

3.1 KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM

MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ..................................................... 9

3.1.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal

dalam RKP Tahun 2017 ................................................................................ 9

3.1.2.Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 12

3.1.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2017 ..... 16

3.1.4.Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi ...................................................................... 23

3.2 KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM

MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN ................................................ 26

3.2.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan

dalam RKP Tahun 2017 .............................................................................. 26

3.2.2. Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017 ........................................................................................................................ 27

3.2.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017

Badan Nasional Pengelola Perbatasan dalam Mendukung

Pembangunan Kawasan Perbatasan Tahun 2017 .................................. 30

3.2.4.Penelaahan RKA K/L Badan Nasional Pengelola Perbatasan ............... 40

3.3 KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM

MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KAWASAN EKONOMI

KHUSUS/KEK DAN KAWASAN INDUSTRI/KI) ............................................................. 43

Page 4: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

iii

3.3.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional dalam RKP Tahun 2017 .............................................................. 43

3.3.2.Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (KEK dan KI)

dalam RKP Tahun 2017 .............................................................................. 44

3.3.3 Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 BP-Batam

dan BP-Sabang dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional Tahun 2017 .................................................................................. 57

3.3.4 Penelaahan RKA K/L BP Batam dan BP Sabang ..................................... 65

3.4 KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM

MENDUKUNG KAWASAN RAWAN BENCANA ................................................................. 67

3.4.1. . Isu Strategis dan Permasalahan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP

Tahun 2017................................................................................................... 67

3.4.2. . Kebijakan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun

2017 ............................................................................................................... 68

3.4.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017

Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Mendukung Kawasan

Rawan Bencana Tahun 2017 ..................................................................... 69

3.4.4 Penelaahan RKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana ................ 74

3.5 KOORDINASI PERENCANAAN RKP TAHUN 2017 DENGAN PEMERINTAH DAERAH ........ 76

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................... 80

4.1KESIMPULAN ............................................................................................................ 80

4.2REKOMENDASI ......................................................................................................... 81

DAFTAR TABEL

TABEL 1. TARGET PENGENTASAN DAERAH TERTINGGAL ..............................10

TABEL 2. HASIL BILATERAL MEETING PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

DAERAH TERTINGGAL DALAM RKP 2017 ......................................................16

TABEL 3. REKAP KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS PRIORITAS NASIONAL

DAERAH TERTINGGAL .................................................................................17

TABEL 4. JUMLAH USULAN PER WILAYAH PULAU .........................................18

TABEL 5. PROGRAM/KEGIATAN YANG DISETUJUI KEMENTERIAN/LEMBAGA ...19

TABEL 6. REKAP USULAN DI PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH

TERTINGGAL MENURUT KEMENTERIAN LEMBAGA ........................................19

TABEL 7. URUTAN PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS .....................................21

TABEL 8. REKAPITULASI JUMLAH PROGRAM/KEGIATAN K/L DALAM PROGRAM

PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN ......................31

TABEL 9. TARGET STRATEGIS RENCANA KERJA 2017 BP-BATAM ...................61

Page 5: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

iv

TABEL 11. KEGIATAN PRIORITAS RKP TAHUN 2017 YANG MENDUKUNG

PENANGGULANGAN BENCANA .....................................................................72

TABEL 11. LAMPIRAN PAGU INDIKATIF BNPB HASIL KESEPAKATAN

TRILATERAL MEETING ................................................................................73

TABEL 12. REKAPITULASI USULAN KEGIATAN SEMUA PN DI KABUPATEN

SAMPANG ...................................................................................................77

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL ............................12

GAMBAR 2. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

DALAM RKP TAHUN 2017.............................................................................14

GAMBAR 2. SKEMA PRIORITAS PEMBAHASAN PROGRAM KEGIATAN ..............20

GAMBAR 3. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PERBATASAN NEGARA

TAHUN 2017 ...............................................................................................29

GAMBAR 4. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 3 .............................35

GAMBAR 5. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 4 .............................36

GAMBAR 6. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 5 .............................36

GAMBAR 7. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 6 .............................37

GAMBAR 8. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

PENGEMBANGAN KEK ..................................................................................45

GAMBAR 9. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

PENGEMBANGAN KI ....................................................................................52

Page 6: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan menjadi salah satu tahap rasional untuk menentukan

pembangunan sebuah bangsa dan negara. Pada prosesnya, perencanaan

pembangunan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian, mengkaji

berbagai ketidak pastian yang ada, serta mengukur kemampuan (kapasitas)

stakeholders pembangunan untuk kemudian memilih arah terbaik dan langkah-

langkah untuk mencapaianya. Untuk mendukung keberhasilan implementasi

perencanaan pembangunan, diperlukan koordinasi perencanaan sebagai sebuah

proses sinkronisasi dan penyamaan persepsi terkait isu-isu strategis dan

permasalahannya, sehingga dapat dirumuskan upaya-upaya terencana dengan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Koordinasi perencanaan

pembangunan penting dilakukan untuk menentukan prioritas pembangunan

serta merumuskan strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

masing-masing daerah/wilayah.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 sebagai penjabaran tahun

ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-

2019 merupakan integrasi upaya pembangunan yang terencana dan sistematis

oleh stakeholders pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya

pembangunan yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel

dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat

secara berkelanjutan.

Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan dari perencanaan

pembangunan nasional yaitu: (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku;

(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,

antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi

masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan

program dan kegiatan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran, tepat

target, dan memberikan dampak kemanfaatan yang lebih besar. Koordinasi dan

perencanaan yang baik juga diharapkan dapat melahirkan kebijakan publik

yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan anggaran yang

terbatas.

Page 7: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

2

Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan memiliki peran

strategis dalam mendesain dan mengawal pembangunan di daerah teringgal,

kawasan perbatasan, kawasan strategis, dan penanggulangan bencana.

Berdasarkan hal tersebut, maka komitmen dan dukungan

kementerian/lembaga terkait khususnya Badan Koordinasi Penanggulangan

Bencana (BNPB), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Badan

Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP

KPBPB Sabang), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Batam (BP KPBPB Batam) dan Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT)

serta instansi terkait lainnya dalam rangka peningkatan koordinasi dan

sinkronisasi pelaksanaan program/kegiatan pembangunan di kawasan-kawasan

tersebut secara efektif sangat diharapkan.

Permasalahan pokok yang masih dihadapi dalam koordinasi dan sikronisasi

perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan kawasan khusus dan

daerah tertinggal adalah (1) masih tingginya kesenjangan antar sektor dan

antarwilayah; (2) masih dominannya ego sektoral dalam pelaksanaan

pembangunan nasional; (3) masih adanya ketidaksesuaian antara Rencana

Kerja Pemerintah dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga;

serta (4) masih banyaknya perencanaan dan pelaksanaan program/proyek yang

overlaping/tumpang tindih baik antar daerah, dan antara pusat dengan daerah.

Oleh karena itu diperlukan adanya penguatan pemahaman dan komitmen

seluruh stakeholders terkait, dalam perencanaan dan pelaksanaan

program/kegiatan pembangunan agar selalu berpegang kepada kerjasama dan

koordinasi untuk keterpaduan sebagai upaya sinkronisasi antar sektor, antara

kegiatan pusat dan daerah dan antar daerah. Pemerintah harus mampu

menjawab tantangan upaya peningkatan efektivitas pelaksanaan koordinasi dan

sinkronisasi berbagai program-program dan kegiatan kementerian/lembaga di

pusat yang bersifat lintas pelaku, lintas sektor, dan lintas wilayah sebagai usaha

percepatan pengembangan perekonomian daerah. Di samping itu, perencanaan

dan koordinasi harus dapat menjawab tantangan dinamika kebutuhan dan

permasalahan antar wilayah yang beraneka ragam, dengan memperhatikan

kemampuan dan keterbatasan daerah. Dengan demikian, permasalahan

kesenjangan antar wilayah secara bertahap dapat terselesaikan.

Page 8: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

3

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 dalam Bidang

Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan

Kawasan Rawan Bencana, adalah tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

tahun 2017 pada bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan

strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana secara holistik, integratif,

tematik, dan spasial.

Sasaran dari pelaksanaan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan,

Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana sebagai berikut:

(1) Melakukan identifikasi data dan informasi terkait permasalahan dan isu

strategis pada bidang pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis

nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana, sebagai

masukan rancangan RKP tahun 2017;

(2) Menyusun konsep arah kebijakan, program dan kegiatan prioritas yang

akan dilakukan tahun 2017 untuk mendukung pembangunan daerah

tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan

rawan bencana;

(3) Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan

kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP,

BNPB, kementerian/lembaga sektor terkait dan pemerintah daerah untuk

membahas isu strategis, program, dan kegiatan yang mendukung

pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan

perbatasan, dan kawasan rawan bencana dalam RKP tahun 2017.

Page 9: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

4

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1 Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi

Kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun

2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis

nasional, dan Kawasan Rawan Bencana antara lain:

(1) Koordinasi perencanaan dan perumusan Rencana Kerja Pemerintah Tahun

2017 terkait isu, permasalahan, target, dan sasaran bidang Daerah

Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional (Kawasan

Industri/KI dan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK); dan Kawasan Rawan

Bencana;

(2) Koordinasi penyusunan Renja K/L untuk mendukung pembangunan Daerah

Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan

Rawan Bencana Tahun 2017;

(3) Koordinasi penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 dengan

kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, Badan

Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP), Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengelola Kawasan Perdagangan

Bebas Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, dan Badan Pengelola KPBPB

Sabang dalam mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan

Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan Rawan Bencana

Tahun 2017.

2.2 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan Koordinasi Penyususunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis

nasional, dan Kawasan Rawan Bencana akan dilaksanakan dengan menggunakan

dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up.

Pendekatan top-down dipergunakan dalam penetapan prioritas pembangunan

nasional. Sedangkan pendekatan bottom-up lebih dipergunakan sewaktu

menyusun program/kegiatan berdasarkan usulan dari daerah. Penyusunan RKP

dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Holistik, Integratif, Tematik, dan

Spasial.

1) Untuk mempertemukan antara dua pendekatan tersebut dilakukan melalui

pertemuan dan rapat-rapat koordinasi. Di tingkat pusat, koordinasi dilakukan

melalui Rapat Koordinasi Pusat yang ditindaklanjuti dengan pertemuan

pertemuan trilateral. Sesuai dengan namanya, pertemuan trilateral ini

melibatkan tiga pihak yaitu kementerian/lembaga terkait (BNPB, BNPP,

Page 10: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

5

KDPDTT, BP KPBPB Sabang dan Batam selaku mitra kerja Dit. DTTP, dan

kementerian/lembaga terkait dalam koordinasi dan sinkronisasi program

pengembangan kawasan), dan Kementerian Keuangan dan Bappenas.

Pertemuan trilateral ini bertujuan untuk melakukan sinkronisasi antara

prioritas program/kegiatan nasional, bidang maupun prioritas pembangunan

kementerian/lembaga dan dengan mempertimbangkan ketersediaan

anggaran.

2) Untuk mensinkronkan antara prioritas program/kegiatan pembangunan

nasional dengan usulan daerah dilakukan melalui musyawarah perencanaan

pembangunan (musrenbang). Musrenbang ini melibatkan tiga pihak yaitu

pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, kementerian/lembaga dan

Bappenas.

3) Sebelum melaksanakan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting), akan

dilakukan 3 (tiga) kali rapat koordinasi di dalam kota dengan melibatkan

seluruh unit Eselon II Kementerian/Lembaga mitra kerja dan Kementerian

Keuangan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun 2015 dan

membahas program, kegiatan serta sasaran pembangunan tahun 2016. Yang

akan menjadi Narasumber yang dalam rapat koordinasi adalah Kepala Biro

Perencanaan Kementerian/Lembaga Mitra Kerja serta Direktur Anggaran,

Kementerian Keuangan yang terkait dengan Kementerian/ Lembaga Mitra

Kerja.

2.3 Keluaran

Adapun keluaran dari kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan,

kawasan strategis nasional, dan Kawasan rawan bencana ini yaitu sebagai

berikut.

(1) Data dan informasi terkait permasalahan dalam perencanaan dan

pelaksanaan program/kegiatan pembangunan kawasan strategis, daerah

tertinggal, kawasan perbatasan, dan Kawasan rawan bencana sebagai

masukan RKP 2017;

(2) Inventaris isu strategis dan permasalahan yang dihadapi dan upaya

alternatif pemecahan melalui kebijakan dan program/kegiatan tahun

berikutnya;

(3) Rumusan arah kebijakan dan rencana program/kegiatan pembangunan

kawasan strategis, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan

rawan bencana dalam RKP 2017 yang tertuang dalam Renja K/L Tahun

2017, dan RKA K/L mitra kerja Tahun 2017 seperti Kementerian Desa

PDTT, BNPP, BNPB, BP Batam, dan BP Sabang.

Page 11: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

6

(4) Laporan akhir koordinasi penyusunan RKP Tahun 2017 bidang daerah

tertinggal, kawasan strategis, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan

bencana.

2.4 Organisasi Pelaksana Kegiatan

Organisasi pelaksana kegiatan ini mengacu kepada Peraturan Menteri

Keuangan NO.65/PMK.02/2015 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2016 yang

mengacu pada 5 (lima) ketentuan sebagai berikut:

a) Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;

b) Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengiikutsertakan satuan

kerja/eselon I lainnya;

c) Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam

kerja;

d) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada pegawai negeri

disamping tugas pokok sehari-hari;

e) Dilakukan secara selektif, efektif dan efisien.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara semi-swakelola, dengan susunan

keanggotaan sebagai berikut:

1) 1 Orang Penanggung Jawab

2) 1 Orang Ketua Tim Pelaksana

3) 1 Orang Wakil Ketua I Tim Pelaksana

4) 1 Orang Wakil Ketua II Tim Pelaksana

5) 1 Orang Sekretaris Tim Pelaksana

6) 10 Orang Anggota Tim Pelaksana

7) 1 Orang Anggota Tim Pendukung

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis

nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, tahun 2016 adalah Deputi Bidang

Pengembangan Regional sebagai Penanggungjawab, sementara Ketua Tim

Pelaksana adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan.

Penanggung Jawab bertugas memberikan arahan kebijakan, mengawasi,

membimbing, dan memantau kemajuan dan memberikan saran pemecahan atas

permasalahan pelaksanaan kegiatan. Ketua Tim Pelaksana bertanggungjawab atas

terlaksanakannya kegiatan dan penyusunan laporan hasil koordinasi, baik secara

substansi maupun dari segi keuangannya sebagaimana berikut ini:

a. Melakukan persiapan melaiui identifikasi dan informasi permasalahan dalam

perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan yang terkait dengan kawasan

khusus (rawan bencana, strategis, perbatasan dan daerah tertinggal) sebagai

bahan masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun

2017;

Page 12: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

7

b. Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan

kementerian/lembaga terkait dan daerah untuk membahas berbagai isu

strategis dan permasalahan dihadapi dan upaya alternatif pemecahan melaiui

kebijakan dan program/kegiatan pembangunan tahun berikutnya;

c. Menyusun rencana dan memberikan arahan kebijakan program/kegiatan

pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis

nasional, dan kawasan rawan bencana;

d. Menyusun draft Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 dan melakukan

koordinasi bersama dengan kementerian/lembaga terkait langsung seperti

KDPDTT, BNPP, BNPB dan kementerian/lembaga terkait lainnya;

e. Melaksanakan sinkronisasi dan fasilitasi dalam rangka pembangunan daerah

tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan

rawan bencana di pusat dan daerah;

f. Melakukan konsinyering tentang penyusunan perencanaan koordinasi rencana

kerja, sebagai bahan masukan dalam perencanaan tahun berikutnya;

g. Melakukan penyusunan laporan akhir berkaitan dengan hasil-hasil

pemantauan pelaksanaan program/kegiatan.

Sekretaris Tim Pelaksana bertanggungjawab untuk membantu pelaksanaan

tugas Ketua Tim Pelaksana dan mengkoordinasikan pihak-pihak yang terkait

dengan pelaksanaan kegiatan. Anggota Tim Pelaksana kegiatan koordinasi

bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan koordinasi dan penyusunan

laporan akhir/final atas pelaksanaan koordinasi Program/kegiatan Pembangunan

dan Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis

nasional, dan Kawasan Rawan Bencana yang dilaksanakan K/L mitra kerja.

Sedangkan Anggota Tim Pendukung bertanggungjawab untuk membantu

pelaksanaan tugas Tim Pelaksana dan melaksanakan tugas-tugas lain yang

ditugaskan oleh Tim Pelaksana.

Page 13: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

8

BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI

Pendekatan pembangunan yang digunakan dalam penyusunan RKP 2017

mengalami penyempurnaan untuk mewujudkan kualitas perencanaan yang

mampu menjawab tantangan pembangunan antar wilayah, yaitu dengan

menerapkan prinsip-prinsip:

1. Holistik-tematik untuk pencapaian prioritas nasional melalui koordinasi

berbagai K/L serta pemerintah daerah.

2. Integratif antar berbagai program/kegiatan untuk mencapai prioritas

nasional.

3. Pertimbangan spasial agar rencana kegiatan mempertimbangkan lokasi

berbagai kegiatan lain yang saling mendukung untuk mencapai sasaran

prioritas nasional.

Prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dalam rangkaian Penyusunan RKP 2017

melalui berbagai tahapan penting, antara lain: Sidang Kabinet, Multilateral

Meeting (MM) internal Bappenas; MM antar K/L; Bilateral Meeting (BM) antara

K/L dan Bappenas; Rakorbangpus dan Musrenbangnas. Adapun tahapan

penting dalam pembahasan Prioritas Nasional Pembangunan Kawasan

Perbatasan yaitu:

1) Multilateral Meeting I, dilaksanakan dengan Melibatkan multistakeholder K/L,

BUMN, dan Pemda dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017,

yang bertujuan untuk Mengintegrasikan berbagai upaya K/L ke dalam satu

tujuan (goal) yang jelas dan terukur; Menginformasikan mengenai Prioritas

Nasional Tahun 2017 serta hasil Identifikasi awal Sasaran Prioritas Nasional,

Arah Kebijakan Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas

Tahun 2017 kepada K/L terkait; Menginformasikan mengenai Kerangka

Regulasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan prioritas; dan

Memperoleh masukan dari K/L terkait sasaran prioritas, program prioritas

dan kegiatan prioritas.

2) Bilateral Meeting I, dilaksanakan dengan melibatkan K/L, BUMN, dan Pemda

dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017 bidang

pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan

Rawan Bencana. Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk Pengintegrasian

berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur

(dinyatakan dalam Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan

Prioritas). Hasil yang diharapkan yaitu Pencapaian kesepakatan antar

stakeholders terhadap sasaran prioritas, program K/L, kegiatan K/L, indikator

sasaran (Form B), kerangka pendanaan (Form C), kerangka regulasi (Form

D), kerangka kelembagaan (Form D), lokasi (Form E).

Page 14: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

9

3) Multilateral Meeting II, dengan agenda penyepakatan rencana kegiatan dan

anggaran yang mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan, finalisasi

program/kegiatan prioritas serta dukungan program/kegiatan K/L dalam

Rancangan Akhir RKP 2017, konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah

Daerah oleh Koordinator PN terkait pembangunan Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana.

4) Bilateral Meeting II, dengan agenda integrasi hasil MM II ke dalam SIMU

Form A-E dengan mempertimbangkan pagu indikatif. Penelaahan pagu

anggaran untuk yang mendukung pembangunan Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana dalam Rancangan

Akhir RKP 2017; Konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah Daerah oleh

Bappenas – K/L mitra.

5) Musrenbangnas, dengan agenda Penyepakatan program, kegiatan, lokasi,

target dan anggaran untuk mencapai sasaran PN terkait Pembangunan

Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk

Multilateral dan disepakati dalam bentuk berita acara.

6) Trilateral Meeting, dengan agenda penyusunan Renja K/L dan RKA K/L mitra

berdasarkan RKP Tahun 2017.

Dalam pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017

bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional,

dan Kawasan Rawan Bencana, prinsip-prinsip tersebut terutama digunakan

dalam pengidentifikasian isu/permasalahan, penentuan target dan sasaran,

serta program/kegiatan yang dibutuhkan. Dengan demikian, baik RKP, Renja

K/L, dan RKA K/L tahun 2017 diharapkan dapat memberikan kontribusi

program/kegiatan yang mampu menjawab tantangan, kebutuhan, dan upaya

percepatan pembangunan di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan

strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana.

3.1 Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017

dalam Mendukung Pembangunan Daerah tertinggal

3.1.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam

RKP Tahun 2017

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk

mengubah suatu daerah yang dihuni oleh masyarakat dengan berbagai

permasalahan sosial ekonomi serta keterbatasan fisik untuk menjadi daerah

yang maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh

Page 15: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

10

tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Penanganan

daerah tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan

merupakan program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun

pelaksanaannya.

Pembangunan daerah tertinggal merupakan perwujudan dari dimensi

pemerataan dan kewilayahan khususnnya Nawacita ketiga yakni membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

Kerangka Negara Kesatuan. Melalui kebijakan pembangunan daerah tertinggal

diharapkan ada dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektor

terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal. Penanganan daerah

tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan merupakan

program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun pelaksanaannya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3

tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud dengan

daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang wilayah serta

masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam

skala nasional. Ketertinggalan daerah diukur dari 6 kriteria ketertinggalan yaitu

perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,

kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas serta karakteristik daerah.

Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Peraturan Presiden No. 131 Tahun

2015 yang berisikan tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019,

dengan 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal.

Tabel 1. Target Pengentasan Daerah Tertinggal

INDIKATOR 2014

(Baseline) 2015 2016 2017 2019

2. PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

a. Jumlah Daerah Tertinggal

122 (termasuk

9 DOB)

n.a * n.a * n.a * 42

b. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal

7,10% 6,96% 7,02% 7,17% 7,24%

c. Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal

16,6% 16,0% 15,4% 14,9% 14,0%

d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal

68,5 68,1 68,5 68,8 69,6

Berdasarkan capaian sasaran pembangunan daerah tertinggal sesuai PP

78/2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, maka penetapan

Page 16: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

11

daerah tertinggal dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui Peraturan Presiden.

Jumlah 42 daerah tertinggal tahun 2019 merupakan hasil dari 80 kabupaten

terentaskan. Menurut arah kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan

daerah tertinggal, maka upaya yang dilakukan terdiri atas percepatan

pembangunan infrastruktur/konektivitas, promosi potensi daerah tertinggal

untuk mempercepat pembangunan, pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar

publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM

yang berkualitas.

Sampai saat ini, dalam rangka upaya membangun daerah tertinggal di

berbagai wilayah di Indonesia memiliki permasalahan dan kendala di beberapa

hal. Secara ringkas wujud dari permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan

daerah tertinggal tersebut berupa : (1) Belum adanya insentif terhadap sektor

swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi di daerah tertinggal; (2) Belum

optimalnya kebijakan yang afirmatif pada percepatan pembangunan daerah

tertinggal; (3) Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di

daerah tertinggal; (4) Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan

tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal; (5) Kurangnya

aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (6)

Belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal dalam pengembangan

perekonomian di daerah tertinggal; dan (7) Rendahnya produktivitas

masyarakat di daerah tertinggal.

Dengan memperhatikan isu strategis tersebut maka arah kebijakan

pembangunan daerah tertinggal akan difokuskan kepada: (a) promosi potensi

daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan (b) upaya pemenuhan

kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; (c) pengembangan

perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumberdaya manusia yang

berkualitas serta (d) mewujudkan infrastruktur penunjang konektivitas antar

daerah tertinggal sehingga dapat membuka wilayah dan mengurangi

keterisolasian di daerah tertinggal.

Selain itu, isu lain yang penting untuk diperhatikan ialah terkait fungsi

koordinasi antar K/L di tingkat pusat serta integrasi program kegiatan di tingkat

daerah. Agar fungsi korrdinasi dapat berjalan optimal maka diperlukan

peningkatkan serta sinergi program kegiatan antara Kementerian/Lembaga

dalam mendukung pembangunan daerah tertinggal.

Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTU masih

memiliki tugas besar untuk menyelesaikan STRANAS PPDT yang akan

digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan intervensi program kegiatan di

Daerah Tertinggal. RAN PPDT Tahunan yang merupakan penjabaran dari

Stranas diharapkan dapat menjadi masukan dalam Rakernis/Ratek/ Konreg

yang dilakukan oleh K/L untuk mengalokasikan kegiatan sesuai dengan

Page 17: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

12

kebutuhan daerah tertinggal. Selain itu Kemendes PDTT diharapkan mampu

mendorong pemerintah daerah untuk menyampaikan usulan kegiatan K/L

terkait dan usulan DAK melalui mekanisme perencanaan yang ada.

3.1.2. Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017

Berdasarkan Perpres No 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah

Tertinggal Tahun 2015-2019, terdapat 122 kabupaten yang termasuk dalam

kategori daerah tertinggal dengan mengacu pada 6 (enam) kriteria

ketertinggalan. Penentuan prioritas penanganan daerah tertinggal per tahun

mempertimbangkan bobot indeks ketertinggalan yang paling parah. Pada tahun

2017, prioritas penanganan daerah tertinggal difokuskan pada 54 kabupaten.

Dalam rangka meningkatkan intergrasi lintas sektor dalam mendukung

pembangunan di daerah tertinggal, terdapat 5 kabupaten tertinggal pada tahun

2017 yang dijadikan lokasi terintergrasi lintas sektor. Penentuan 5 kabupaten

tertinggal tersebut mempertimbangkan keterkaitan antara daerah tertinggal

dengan kawasan strategis, serta memperhatikan karakteristik wilayah, antara

lain merupakan kawasan perbatasan, rawan bencana, rawan konflik, rawan

pangan dan daerah kepulauan. Peta sebaran 122 kabupaten tertinggal, 54

kabupaten tertinggal yang prioritas ditangani tahun 2017, dan 5 kabupaten

tertinggal terintegrasi terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Persebaran Kabupaten Tertinggal

Page 18: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

13

Pembangunan daerah tertinggal yang merupakan bagian dari agenda

Prioritas Nasional Presiden RI. Di tahun 2017 akan fokus kepada 54 kabupaten

tertinggal dari total 122 Kabupaten yang ada. Intervensi kegiatan yang akan

dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berdasarkan data Strategi

Nasional (STRANAS) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) tahun

2015-2019. Dari 54 kabupaten yang akan difokuskan pada tahun 2017 maka

telah ditentukan 5 kabupaten sebagai pilot project pembangunan daerah

tertinggal terintegrasi. Kelima kabupaten pilot project tersebut ialah Kabupaten

Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pulau Morotai di

Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat di Provinsi Maluku,

Kabupaten Sabu Raijua di Provinsi NTT, serta Kabupaten Sarmi yang terletak di

Provinsi Papua.

Melihat dari kondisi wilayahnya kelima kabupaten daerah tertinggal

terintegrasi 2017 memiliki perbedaan dari aspek ketertinggalannya, sehingga

dalam penentuan program kegiatan maupun arah intervensi pengembangan

akan disesuaikan dengan potensi kawasan yang ada. Sebagai contoh

Kabupaten Lombok Timur yang memiliki keterkaitan dengan Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional maupun Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Kabupaten

Maluku Tenggara Barat yang lokasinya berdekatan dengan rencana

pengembangan Blok Masela. Kabupaten Pulau Morotai yang wilayahnya

merupakan bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Morotai, serta Kabupaten

Sarmi yang berdekatan dengan PKN Jayapura. Penentuan intervensi program

kegiatan di 5 daerah tertinggal terintegrasi tersebut menggunakan konsep

gabungan antara development from above dan development from below.

Konsep development from above merupakan konsep yang berbasis pada

akselerasi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dasar dari adanya konsep ini

dikarenakan adanya perkembangan wilayah yang tidak terjadi di seluruh bagian

yang ada. Hal tersebut menjadikan perencanaan program akan difokuskan

kepada wilayah yang memiliki sektor dinamis sehingga diharapkan dapat

menjalar ke sektor / wilayah lainnnya. Dengan kata lain, pemilihan wilayah

intervensi akan melihat kepada lokasi yang memiliki pusat pertumbuhan baru.

Adapun konsep development from below merupakan konsep yang berbasis

pada pemerataan, utamanya kebutuhan pokok masyarakat di suatu wilayah.

Konsep ini diwujudkan dengan kegiatan pembangunan yang difokuskan kepada

wilayah yang paling memerlukan pengembangan (dalam hal ini berupa desa-

desa tertinggal). Program pembangunan yang difokuskan di desa tertinggal

dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar/standar pelayanan

minimum di wilayah tersebut. Sehingga gabungan antara konsep development

from above dan development from below diwujudkan dengan intervensi

program kegiatan yang dilakukan secara terfokus pada kawasan tertentu

Page 19: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

14

(bukan tersebar di seluruh wilayah) yang memiliki sektor dinamis berupa

potensi kawasan agar memberikan hasil yang signifikan dan memberikan

spillover effect kepada wilayah sekitar khususnya desa-desa tertinggal. Dengan

adanya integrasi program kegiatan di utamanya di 5 daerah tertinggal

terintegrasi maka diharapkan dapat mengentaskan desa tertinggal menjadi

desa mandiri atau berkembang.

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah 2017, Prioritas Nasional

Pembangunan Daerah Tertinggal akan berfokus kepada empat kegiatan

prioritas. Apabila diurutkan maka kegiatan prioritas paling utama ialah kegiatan

pemenuhan pelayanan dasar publik, lalu peningkatan aksesibilitas/ konektifitas

di daerah, pengembangan ekonomi lokal, serta yang terakhir terkait

peningkatan kapasitas SDM maupun IPTEK. Maksud dari penentuan urutan

program prioritas nasional ialah sebagai dasar dalam penentuan proporsi

perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Disebabkan karena adanya

keterbatasan anggaran, maka intervensi kegiatan terhadap lokus lokasi harus

harus ditangani secara bertahap agar memiliki dampak lebih signifikan. Hal

tersebut juga selaras dengan prinsip penganggaran presiden terkait

penyusunan RKP 2017 yaitu money follow program, yang berarti anggaran

negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas

untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Gambar 2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP

Tahun 2017

Kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik di prioritas nasional daerah

tertinggal menjadi urutan program prioritas yang pertama disebabkan karena

pelayanan dasar publik merupakan kebutuhan yang paling utama untuk

Page 20: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

15

menunjang kehidupan masyarakat di suatu wilayah. Seperti yang diketahui

bahwa pada daerah tertinggal hampir sebagian besar masyarakatnya masih

mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dasar baik itu berupa listrik, air

bersih dan sanitasi, sarpras pendidikan, sarpras kesehatan, serta permukiman

yang layak huni. Dengan menempatkan kegiatan pemenuhan layanan dasar

publik sebagai program prioritas utama maka diharapkan dapat mengurangi

ketimpangan antar wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup

masyarakat di daerah tertinggal.

Program prioritas kedua dalam prioritas nasional pembangunan daerah

tertinggal adalah peningkatan aksesibilitas/konektifitas. Program ini diwujudkan

dalam bentuk pembangunan jalan & jembatan, pembangunan dermaga,

pengadaan moda transportasi darat, udara, laut dan ASDP serta pelayanan

angkutan keperintisan maupun penyediaan akses telekomunikasi. Peningkatan

aksesibilitas maupun konektifitas juga mutlak diperlukan bagi setiap daerah

tertinggal karena dengan adanya aksesibilitas maupun konektifitas yang

terbangun akan membuka keterisolasian masyarakat serta menghubungkan

antar wilayah satu dengan wilayah lainnya.

Program prioritas ketiga berupa pengembangan ekonomi lokal dalam

bentuk kegiatan yang berbasis pada penyediaan bahan baku & sarana

prasarana produksi, peningkatan kapasitas nelayan/petani/pelaku usaha mikro

& ekonomi kreatif, pengolahan pasca panen & home industry, pemberian

bantuan permodalan & pemberian fasilitas kredit usaha ekonomi

produktif/UMKM, pemberian bantuan dalam hal promosi dan pemasaran serta

pemberian kemudahan dalam hal perijinan usaha maupun penguatan

kelembagaan usaha. Program pengembangan ekonomi lokal diarahkan kepada

masyarakat agar mampu mengolah sumberdaya yang ada di lingkungannya

dengan melihat potensi yang ada, sehingga mampu menumbuhkan kegiatan

perekonomian yang berasal dari potensi masyarakat itu sendiri.

Program prioritas keempat berupa peningkatan SDM dan IPTEK yang

diwujudkan dalam bentuk penyediaan tunjangan tenaga pendidikan maupun

kesehatan. Penyediaan tunjangan bagi tenaga pendidikan maupun kesehatan

dimasukkan dalam program prioritas dikarenakan di daerah tertinggal segala

fasilitas penunjang untuk pelayanan tenaga kependidikan maupun kesehatan

masih sangat terbatas. Selain itu juga dari segi aksesibilitas maupun kondisi

geografis di daerah tertinggal yang sebagian besar masih sulit untuk dijangkau

sehingga dari adanya pemberian tunjangan diharapkan akan mengurangi beban

dalam menjalankan tugas serta mampu mendorong minat bagi para tenaga

pendidikan maupun kesehatan untuk terjun ke daerah tertinggal. Dalam proses

perencanaan kegiatan yang dilakukan pada keempat program prioritas tersebut

tidak akan lepas dari proses koordinasi sehingga ada keterkaitan antara

Page 21: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

16

program yang satu dengan program lainnya demi mendukung percepatan

pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia.

3.1.3. Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2017

a) Pembahasan Bilateral Meeting

Bilateral Meeting merupakan salah satu rangkaian dari penyusunan RKP

dengan fokus kegiatan berupa finalisasi hasil pembahasan Program dan

Kegiatan Prioritas serta dukungan Program dan Kegiatan K/L yang telah

dibahas dalam Multilateral Meeting yang telah dilaksanakan sebelumnya. Selain

itu, dalam forum bilateral meeting juga dilakukan konfirmasi dan verifikasi dari

Koordinator Prioritas Nasional terhadap usulan daerah kepada Program dan

Kegiatan K/L dengan melihat aplikasi Sistem Indormasi Multilateral (SIMU) yang

ada. Sedangkan output dari bilateral meeting berupa hasil penelaahan pagu

untuk Program dan dan Kegiatan K/L yang mendukung dalam Rancangan Akhir

RKP 2017, serta Konfirmasi dan verifikasi hasil persandingan usulan Pemerintah

Daerah oleh Bappenas maupun K/L terkait sehingga dapat menjadi masukan

dalam forum Musrenbangnas dalam bentuk usulan daerah yang telah

dikonfirmasi dan diverifikasi dalam pelaksanaan multilateral meeting tahap II

dan bilateral meeting tahap II. Dari hasil Musrenbangnas akan muncul

kesepakatan antara rencana Pemerintah Pusat (K/L) dan usulan prioritas

program dan kegiatan dari daerah sebagaia masukan Rancangan Akhir RKP

2017.

Tabel 2. Hasil Bilateral Meeting Program Prioritas Pembangunan Daerah

Tertinggal dalam RKP 2017

HASIL BILATERAL MEETING

Program Prioritas

belum

diverifika

si

%

disetujui

dengan

catatan

%

disetujui

sepenuhny

a

% ditol

ak %

Grand Total

%

Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik

10 1% 90 70.3%

54 66.7

% 84

57.5%

238 17.8

% Pengembangan Ekonomi Lokal

138 14%

34 26.6%

22 27.2

% 19

13.0%

213 15.9

% Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas

836 85%

2 1.6%

2 2.5%

37 25.3

% 877

65.5%

Page 22: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

17

Peningkatan SDM dan Iptek

0% 2 1.6%

3 3.7%

6 4.1%

11 0.8%

Grand Total 984 100

% 128

100%

81 100

% 146

100%

1339

100%

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil BM jumlah usulan sama seperti pada

trilateral meeting yaitu 1339 usulan kegiatan yang berasal dari empat program

prioritas di daerah tertinggal. Namun, dari hasil tersebut juga menunjukkan

bahwa sebagian besar usulan masih belum diverifikasi oleh K/L terkait

dikarenakan adanya keterbatasan waktu. Sedikitnya hasil bilateral meeting

dengan status disetujui secara sepenuhnya maupun disetujui dengan catatan

menandakan bahwa pembahasan program prioritas pada bilateral meeting telah

mengerucut kepada kegiatan yang bersifat prioritas.

b) Musrenbangnas

Penetapan status pembahasan yang keluar di hasil Musrenbangnas

berasal dari beberapa kriteria penetapan prioritas pembahasan usulan daerah

yang telah dibahas sebelumnya pada forum trilateral meeting maupun

multilateral meeting. Musyawarah Perencananaan Pembangunan Nasional

(Musrenbangnas) merupakan forum yang dilakukan dalam rangka

penyepakatan program, kegiatan, lokasi, target dan anggaran untuk mencapai

sasaran 3 dimensi pembangunan, 24 prioritas nasional. Musrenbangnas

dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk

Multilateral dan menghasilkan kesepakatan dalam bentuk berita acara

kesepakatan.

Pada prioritas nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, terdapat total

4.737 usulan yang berasal dari daerah di seluruh Indonesia. Usulan tersebut

belum terfilter terkait daerah mana yang termasuk ke dalam daerah tertinggal

atau bukan, termasuk ke dalam prioritas daerah tertinggal atau bukan.

Tabel 3. Rekap Kesepakatan Musrenbangnas Prioritas Nasional Daerah

Tertinggal

Program

Prioritas

Disetuju

i dengan

anggara

n K/L

Belum ada

kesepakata

n

Ditola

k

tidak

dibaha

s

Jumla

h

Usula

n

Pemenuhan Pelayanan

Dasar Publik

67 66 30 496 659

Page 23: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

18

Pengembangan Ekonomi

Lokal

95 44 64 415 618

Peningkatan

Aksesibilitas/Konektivit

as

139 121 203 2.886 3.349

Peningkatan SDM dan

Iptek

21 12 15 63 111

Jumlah Usulan 322 243 312 3.860 4.737

Tabel rekap kesepakatan musrenbangnas menunjukkan jumlah usulan

yang ada di PN daerah tertinggal. Usulan paling banyak sesuai dengan tabel

tersebut terdapat pada program prioritas peningkatan aksesibilitas dengan

jumlah usulan sebanyak 3349 usulan. Melihat dari status kesepakatan yang

ada, maka dapat dikatakan bahwa usulan paling banyak ialah dengan status

tidak dibahas yakni sebanyak 3860 usulan. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan waktu dari tiap sesi pertemuan yang ada.

Tabel 4. Jumlah Usulan per Wilayah Pulau

Menurut jumlah usulan yang ada di tiap pulau, maka dapat dilihat bahwa

usulan paling banyak terdapat pada Kawasan Timur Indonesia yaitu pulau

Sulawesi dengan total 1254 usulan. Adapun usulan dari kawasan Timur

Indonesia lain seperti Maluku sudah cukup banyak walaupun masih dibawah

rata-rata usulan yang ada. Sedangkan yang menjadi perhatian adalah wilayah

Pulau Papua yang relatif luas dan memiliki daerah tertinggal paling banyak

Page 24: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

19

hanya mengajukan usulan dengan jumlah 219 usulan. Perlu adanya perhatian

yang berlebih terhadap mekanisme usulan yang sudah berjalan karena

keterbatasan akses sarana prasarana komunikasi di daerah tertinggal yang

menghambat akses ke pemerintah pusat sehingga proses pengusulan menjadi

tidak terakomodir.

Tabel 5. Program/Kegiatan yang Disetujui Kementerian/Lembaga

Melihat dari jumlah K/L yang paling banyak menyetujui terhadap usulan

kegiatan pada prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal, akan tampak

bahwa Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTu memiliki

fungsi yang krusial sebagai koordinator dalam percepatan pembangunan

daerah tertinggal di seluruh Indonesia.

Tabel 6. Rekap Usulan Di Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal

Menurut Kementerian Lembaga

Berdasarkan rekap usulan di Prioritas Nasional pembangunan daerah tertinggal

menurut Kementerian Lembaga yang menangani, maka dapat dilihat bahwa

usulan terbanyak dalam pembangunan daerah tertinggal adalah kepada

Kementerian PUPR yaitu sebanyak 1795 atau 37,9%, Kementerian Desa PDTT

sebanyak 1.399 atau 28,3% dan Kementerian Perhubungan sebanyak 563

usulan atau 11,9%. Melihat usulan terbesar ditujukan kepada Kementerian

PUPR, Kementerian Desa PDTT dan Kemenhub mengindikasikan bahwa

konsentrasi dari Pemerintah daerah Tertinggal pada aspek peningkatan

aksesibilitas daerah, tertutama pada bidang transportasi.

Page 25: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

20

c) Pembahasan Trilateral Meeting

Trilateral meeting merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan

penyusunan RKP 2017. Tujuan pelaksanaan TM yaitu melakukan pembahasan

mencakup detail dari rencana kerja program dan kegiatan prioritas yang akan

dilaksanakan oleh K/L meliputi sasaran, target, anggaran beserta lokasinya

yang dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan

K/L terkait. Adapun pada prioritas nasional Daerah Tertinggal, maka TM

dilakukan dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi. Dasar Pelaksanaan dari dilaksanakannya Trilateral Meeting yaitu

pada PP 90 Tahun 2010 terdapat pada Pasal 8 ayat 7 yang berbunyi “dalam

proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara

Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian

Keuangan”.

Gambar 2. Skema Prioritas Pembahasan Program Kegiatan

Fokus TM ialah pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas, pembahasan

tentang kebijakan pengelolaan belanja negara serta pembahasan terkait

program non prioritas yang ada di Kementerian Desa PDTT. Sesuai dengan

tugas dan fungsinya dengan mengacu pada arahan presiden agar perencanaan

program kegiatan dilakukan secara holistik integratif, tematik, dan spasial,

maka peran Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal ialah sebagai

fungsi koordinator dan regulator dalam menjalankan program kegiatan. Adapun

fungsi eksekutor dilaksanakan dalam kerangka percontohan dengan tetap

melalui koordinasi antara Kemendesa PDTT dengan K/L terkait dalam rangka

percepatan pencapaian sasaran nasional terentaskannya 5.000 desa tertinggal

dan 2.000 desa menjadi mandiri dan pengentasan 80 daerah tertinggal dalam

2015 - 2019.

Hasil kesepakatan pada forum TM menunjukkan bahwa Kebutuhan

tambahan mendesak untuk Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Page 26: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

21

Pembangunan Daerah Tertentu difokuskan untuk mengakomodir usulan daerah

dalam musrenbangnas pada 54 kabupaten tertinggal prioritas tahun 2017

yang belum dapat diakomodir dalam RKP 2017 akibat keterbatasan pagu

anggaran, serta mengakomodir usulan daerah dalam Musrenbangnas di luar

54 kabupaten tertingal yang menjadi Stock Program Prioritas pemenuhan

kebutuhan tambahan mendesak sesuai dengan urutan program dan kegiatan

prioritas yang ada. Urutan program kegiatan prioritas tersebut seperti terdapat

pada tabel 2 berikut:

Tabel 7. Urutan Program Kegiatan Prioritas

K EGI ATANBOBOT

P RI ORI TASI ND I K ATOR

URUTAN

P RI ORI TAS

panjang jalan strategis daerah yang ditingkatkan di daerah tertinggal P1

Jumlah Rumah Tangga yang mendapat bantuan sarana air bersih di daerah tertinggal P2

Jumlah PLTS yang dibangun di daerah tertinggal P3

Jumlah pasar kecamatan yang dibangun di daerah tertinggal P4

Jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Daerah Tertinggal P5

jumlah jembatan penyeberangan yang dibangun di daerah tertinggal P6

jumlah kapal penumpang di daerah Tertinggal P7

pengadaan radio komunikasi terpadu di daerah tertinggal P8

Jumlah asrama siswa dan guru yang dibangun di daerah tertinggal P1

Jumlah puskesmas pembantu/RS kelas D Pratama yang menerima alat kesehatan di Daerah Tertinggal P2

Jumlah ruang kelas SMP yang dibangun di daerah tertinggal P3

Jumlah tenaga terampil yang dilatih dan tenaga kerja yang ditempatkan pada industri-industri dan usaha mandiri P4

Jumlah Bantuan Pengembangan Peternakan Modern P1

Jumlah pembangunan kebun buah P2

Jumlah pengadaan kapal pariwisata P3

Jumlah lokasi terumbu karang yang direhabilitasi dalam mendukung desa wisata bahari P4

Jumlah unit UMKM/koperasi di daerah tertinggal yang mendapat bantuan untuk komoditas kopi/jagung/kakao P1

jenis komoditas unggulan yang dipasarkan melalui e-commerce/outlet P2

jumlah unit UMKM yang diberi bantuan peralatan pengolahan pasca panen P3

jumlah unit UMKM yang diberi bantuan sarpras produksi P4

Pengembangan

Ekonomi Lokal di

Daerah tertinggal

15%

Pengembangan

Sumber Daya Alam

dan Lingkungan Hidup

di Daerah Tertinggal

20%

Pengembangan

Sumber Daya Manusia

di Daerah Tertinggal

25%

Peningkatan Sarana

dan Prasarana di

Daerah Tertinggal

40%

D it j en P D T

K EGI ATANBOBOT

P RI ORI TASI ND I K ATOR

URUTAN

P RI ORI TAS

Pembangunan Kapal Barang 30 GT P1

Pembangunan Kapal Penumpang Kapasitas 50 Orang P2

jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Pulau Kecil dan Terluar P3

Jumlah tambatan perahu yang dibangun P4

Jumlah sarana air bersih yang dibangun di pulau kecil terluar di daerah tertinggal P5

Jumlah pembangunan PLTS komunal di pulau kecil dan terluar di daerah tertinggal P6

Jumlah PLTS komunal yang dibangun di daerah perbatasan P1

panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di perbatasan daerah tertinggal P2

panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di daerah tertinggal perbatasan P3

Jumlah sarana air bersih yang dibangun di daerah perbatasan P4

jumlah embung irigasi dan sumur bor yang dibangun di daerah rawan pangan P1

jumlah kabupaten rawan pangan yang mendapat bantuan input produksi pertanian P2

Jumlah gudang pangan lokal yang dibangun di daerah rawan pangan P3

Jumlah Kabupaten yang melakukan internalisasi conflict sensitive planning and budgeting P1

internalisasi kurikulum bina damai dalam lembaga pendidikan formal dan non formal P2

Penyusunan indeks ketahanan daerah konflik di daerah tertinggal P3

Ditjen PDTu

Pengembangan

Daerah Pulau Kecil

dan Terluar

40%

Pengembangan

Daerah Perbatasan30%

Penanganan Daerah

Rawan Pangan20%

Penanganan Daerah

Pasca Konflik10%

Pembagian menu dan lokasi dalam Stock Program menjadi acuan bagi

Kementerian Desa PDTT untuk mengalokasikan kegiatannya apabila ada

Page 27: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

22

tambahan kegiatan, yang bertujuan untuk menjaga konsistensi capaian target

pembangunan. Adapun apabila terjadi perubahan lokasi dari kesepakatan hasil

Musrenbangnas maka perubahan tersebut harus disertai dengan penjelasan

teknis dari Bappeda Kabupaten selaku daerah yang melaksanakan kegiatan

dengan mengetahui Bappeda Provinsi. Dalam hal kebijakan belanja operasional

bagi Kementerian Desa PDTT maka perlu memperhatikan hal-hal seperti

kebutuhan belanja operasional yang agar diprioritaskan dan diperhitungkan

secara cermat dan tepat untuk masing-masing Unit Organisasi lingkup

Kemendes PDTT serta terkait alokasi belanja barang operasional agar tetap

memperhatikan efisiensi belanja perjalanan dinas. Hal yang paling penting dari

prinsip pengalokasian anggaran ialah dimana anggaran yang tersedia dalam

Pagu Indikatif TA 2017 harus sudah menampung Prioritas Nasional, Program

Prioritas maupun Kegiatan Prioritas yang sudah tertuang dalam Rencana Kerja

Pemerintah Tahun Anggaran 2017.

Salah satu hal yang penting dan dibahas dalam kegiatan TM ialah perlu

adanya peningkatan fungsi koordinasi maupun integrasi program kegiatan yang

ada di lingkungan Kementerian Desa PDTT, sehingga mampu mengatasi

debottlenecking permasalahan yang ada di daerah tertinggal sesuai kriteria dan

sub kriteria ketertinggalan. Koordinasi kegiatan dilakukan antara pemerintah

daerah dengan pemerintah Pusat, adapun Integrasi kegiatan dilakukan baik itu

antar K/L maupun antar Ditjen di dalam Kemendesa PDTT dengan kegiatan

yang tertuang dalam APBN serta APBD dengan tetap menjaga keberlanjutan

bantuan program kegiatan. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah juga

mutlak diperlukan agar setiap kegiatan yang diusulkan baik itu melalui

mekanisme DAK, musrenbangnas, Rencana Aksi Daerah maupun mekanisme

usulan daerah lainnya sehingga dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan di

masyarakat.

Stranas dan RAN yang menjadi acuan bagi Percepatan Pembangunan

Daerah tertinggal sesuai dengan PP nomor 78 tahun 2014 diharapkan dapat

selesai sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengkoordinasikan

seluruh K/L dan Daerah, serta menjadi pedoman bagi penyusunan Renja K/L di

tingkat pusat. Penyelesaian Stranas dipandang sangat krusial mengingat

sampai saat tahun kedua berjalan stranas belum selesai. RAN merupakan

penjabaran dari Stranas yang disusun pada T-2 sampai saat ini tidak dapat

diwujudkan dikarenakan Stranas yang belum selesai. Sampai dengan akhir

tahun 2016 Stranas masih dalam wujud draft dan RAN yang seharusnya sudah

disusun untuk tahun 2018 belum juga dibahas.

Total usulan menurut program prioritas pada prioritas nasional

pembangunan daerah tertinggal sebanyak 1339 usulan. Dari kempat program

prioritas, usulan paling banyak terdapat pada peningkatan aksesibilitas /

Page 28: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

23

konektifitas dengan total 877 usulan atau 65% dari total usulan yang ada.

Berdasarkan status terhadap verifikasi program prioritas yang telah dilakukan

pada Trilateral Meeting, maka sebagian besar program prioritas masih belum

diverifikasi, dikarenakan keterbatasan waktu yang ada.

3.1.4. Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi

Pembahasan RKA K/L dalam rangka percepatan pembangunan daerah

tertinggal dituangkan dalam catatan penelaahan yang berasal dari Ditjen PDT

serta ditjen PDTu Kemendesa PDTT. Secara umum pembahasan RKA K/L

berisikan tentang penyesuaian volume target pada program kegiatan yang

mengacu pada money follow program priority dalam RKP 2017 dengan tetap

memperhatikan skala prioritas kegiatan dan lokasi dalam kesepakatan trilateral

meeting. Apabila ada perubahan/penyesuaian volume target dari RKP akan

dibahas melalui pertemuan tiga pihak. Selain itu satuan kegiatan dalam RKA K/L

harus terukur dengan jelas dan tidak lagi mengunakan satuan „‟Paket”,

sehingga output yang dihasilkan akan lebih terukur.

Menyikapi penyesuaian anggaran yang terjadi maka diperlukan

peningkatan fungsi koordinasi pada setiap UKE 2 agar memberikan hasil yang

lebih optimal. Peningkatan kualitas koordinasi diwujudkan dengan penyusunan

peta konsep pengembangan per bidang (tematik) sesuai tupoksi UKE 2 terkait

atau berupa kesepakatan dengan stakeholder terkait dalam rangka mengatasi

permasalahan ketertinggalan per bidang. Pada program kegiatan

pengembangan daerah tertentu agar fokus dilaksanakan untuk mendukung

pencapaian pembangunan daerah tertinggal, utamanya di 5 kabupaten

tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani

tahun 2017 yang memiliki karakteristik tertentu. Apabila kebutuhan pada 54

kabupaten tertinggal yang memiliki karakteristik tertentu telah terpenuhi maka

dapat mengintervensi daerah lainnya.

Selain secara umum membahas tentang Rencana Kerja Anggaran K/L

Kemendesa PDTT, maka dilakukan juga pembahasan secara khusus tentang

kegiatan di UKE II. Catatan di ditjen PDT sebagai berikut:

1. Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal agar menghasilkan

output yang berupa rancangan RAD 2019, penetapan RAD 2018,

pemantauan RAD 2017, evaluasi RAD 2016 serta yang paling krusial ialah

penyelesaian Stranas PPDT 2015-2019. Dalam hal proses perencanaan,

penyusunan dokumen perencanaan agar melalui koordinasi dengan

direktorat terkait di lingkup Ditjen PDT sehingga menjadi dasar bagi

direktorat lain dalam melakukan intervensi kegiatan.

Page 29: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

24

2. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal berupa

penyelesaian konsep PRUKAB yang konkret meliputi rencana aksi secara

hulu-hilir, business process (kebutuhan investasi; target terhadap

peningkatan produksi, pendapatan, serapan tenaga kerja, dll); serta

pembagian peran lintas UKE 1 di Kemendes PDTT, lintas K/L dan pemerintah

daerah khususnya untuk Kabupaten Lombok Timur dan Sarmi. Kegiatan

Prukab dapat dikembangkan dari lokasi Prukab atau lokasi potensial lainnya

yang telah ada sehingga tidak berorientasi pada peningkatan produksi

melaikan pada hilirisasi komoditas, dengan demikian dapat mendorong

peningkatan nilai tambah dan daya beli masyarakat.

3. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Daerah Tertinggal dalam

bentuk penguatan kapasitas tenaga kerja/pelatihan keterampilan dilakukan

untuk mendukung pengembangan Produk Unggulan kabupaten (PRUKAB),

sedangkan kegiatan lainnya untuk mendukung pemenuhan pelayanan dasar

dasar khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas. Sesuai dengan diskusi

dalam Trilateral Meeting, tidak diperlukan pembangunan fisik seperti saung

ketrampilan melainkan lebih baiknya apabila ada pengoptimalan pada balai

atau bangunan lainnya yang telah ada. Fungsi koordinasi dengan K/L lain

dibutuhkan agar PSDM di daerah tertinggal dapat merata dan memiliki

kapasitas maupun skill yang dibutuhkan di masyarakat.

4. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di

Daerah Tertinggal agar memperhatikan fungsi koordinasi ke berbagai K/L

terkait sehingga SDA LH di daerah tertinggal dapat selaras dengan tujuan

RKP dan RPJM yang telah dibangun.

5. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal agar

diarahkan untuk mendukung PRUKAB dan memenuhi pelayanan dasar

khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas serta pembangunan PLTS agar

diarahkan kepada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi yang rendah

dan tidak mengintervensi kabupaten dengan rasio elektrifikasi yang sudah

relatif tinggi (diatas 75%), sehingga pemenuhan sarana prasarana dasar di

daerah tertinggal yang mendorong Prukab dapat tercapai dan mendorong

pengembangan ekonomi lokal khususnya di daerah tertinggal.

Adapun catatan yang ada pada tiap kegiatan di Dirjen Pengembangan

Daerah Tertentu berupa:

1. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan agar mengarahkan kepada

daerah yang memiliki tingkat kerawanan pangan 1 – 2 serta fokus

penanganan daerah rawan pangan pada peningkatan ketahanan pangan

lokal. Tingkat kerawanan pangan yang tinggi agar diintervensi lebih dahulu

sehingga ketahanan pangan di daerah tertinggal dapat diwujudkan.

Page 30: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

25

2. Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan agar difokuskan pada efisiensi

pendanaan sehingga disarankan agar rapat koordinasi dilakukan di pusat.

Selain itu terdapat perubahan lokasi intervensi sesuai dengan skala

prioritasnya, misal: bantuan peningkatan elektrifikasi dan air bersih dilakukan

pada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi dan ketersediaan air bersih

yang masih rendah; kegiatan unggulan pengembangan investasi di

perbatasan bukan berupa pengadaan benih dan saprotan, melainkan pada

forum atau rapat koordinasi yang menghasilkan kesepakatan kerjasama

investasi atau kemitraan di daerah perbatasan, khususnya untuk mendukung

pengembangan aquaculture maupun agriculture estate di kawasan

perbatasan.

3. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana agar fokus pada penguatan

kapasitas masyarakat/aparatur pemerintah dalam menghadapi bencana.

Selain itu kegiatan dalam bentuk fisik harus melalui kesepakatan bersama

antara Kemendes (c.q Dit. Penanganan Daerah Rawan Bencana) dengan

BNPB selaku koordinator terkait dengan penanganan bencana di Indonesia

agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.

4. Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar yang memiliki

program unggulan Aquaculture estate diharapkan dapat fokus pada hilirisasi

komoditas, sehingga dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan daya

beli masyarakat. Direktorat. Pengembangan PKT selaku koordinator dalam

kegiatan aquaculture estate perlu membuat rencana pengembangan

aquaculture estate sebagai guidance seluruh pihak yang akan berkontribusi

dalam pengembangan aquaculture estate.

5. Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik agar fokus pada kegiatan yang

diarahkan untuk penguatan kapasitas aparatur dan masyarakat dalam

menghadapi isu sensitif konflik. Selain itu juga diperlukan pengumpulan data

dan informasi terkait dengan kebutuhan dalam penanganan konflik yang

terjadi.

Program kegiatan yang dijalankan baik itu oleh Dirjen PDT maupun PDTu

diharapkan agar fokus dilaksanakan demi mendukung pencapaian

pembangunan daerah tertinggal yang utamanya dilaksanakan di 5 kabupaten

tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani

tahun 2017. Apabila kebutuhan pada 54 kabupaten tertinggal prioritas 2017

telah terpenuhi maka program kegiatan dapat diintervensikan ke daerah

tertinggal lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah

tertinggal.

Page 31: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

26

3.2. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun

2017 dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan

3.2.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan

dalam RKP Tahun 2017

Paradigma pembangunan kawasan perbatasan mengalami perubahan

dari inward looking menjadi outward looking, yaitu dengan melihat perspektif

lebih luas terhadap negara tetangga dan tetap memberdayakan potensi dalam

negeri, dari halaman belakang menjadi halaman depan yaitu dengan

menjadikan masyarakat mampu berdiri sama tinggi atau lebih maju dalam

beraktivitas dengan masyarakat negara tetangga, serta dari pendekatan yang

tidak hanya berorietasi keamanan akan tetapi juga berorientasi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

RKP Tahun 2017 menggunakan pendekatan holistik-tematik, integratif,

dan spasial dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan. Untuk

itu, pendekatan pembangunan holistik-tematik, integratif, dan spasial yang

digunakan dalam pembangunan kawasan perbatasan negara, dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Holistik – Tematik, yaitu untuk mencapai sasaran prioritas nasional sasaran

Isolasi Lokpri/kabupaten perbatasan negara, perlu koordinasi multi

kementerian, yaitu antara lain Settap BNPP, Kemen ATR, dan Kemen KLH,

Kementan PUPR, Kemenhub, Kominfo, Kemen ESDM, Pemerintah Daerah,

dan lain-lain.

2) Integratif, yaitu pencapaian sasaran mengatasi isolasi Lokpri/kabupaten perlu

dilakukan secara terintegrasi melalui peningkatan jalan (strategis nasional,

paralel, non status/strategis daerah); transportasi laut/udara, pengadaan

ketenagalistrikan dan EBT; kuota BBM, pengadaan akses informasi dan

telekomunikasi, dan seterusnya (kombinasi berbagai program/kegiatan).

3) Spasial, yaitu dalam pembangunan akses pembuka isolasi, harus

mempertimbangkan karakteristik lokasi lokpri/kabupaten perbatasan, misal

kepulauan atau daratan, jika daratan kebutuhan dominan adalah jalan yang

fungsional hingga membuka desa; sedangkan jika kepulauan maka

kebutuhan akses adalah transportasi laut dan/atau udara. Pembangunan

Pusat Pertumbuhan/PKSN Perbatasan, harus mempertimbangkan lokasi

PKSN, berdekatan dengan PLBN, terintegrasi dengan

jalan/bandara/pelabuhan, gudang, pasar, kawasan industri pengolahan, dan

lain-lain.

Dalam menyusun rencana RKP pembangunan kawasan perbatasan, isu

strategis yang perlu mendapatkan perhatian yaitu: (1) Keterisolasian kawasan

perbatasan negara merupakan isu utama perbatasan, karena keterbatasan

Page 32: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

27

infrastruktur dasar wilayah, yaitu transportasi, energi, dan telekomunikasi yang

menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi; (2) Keterisolasian juga

menyebabkan terhambatnya pelayanan sosial dasar, khususnya pendidikan dan

kesehatan karena kesulitan akses; (3) Minimnya akses transportasi dan

telekomunikasi membuat masyarakat perbatasan tergantung dengan fasilitas

dan barang kebutuhan dari negara tetangga, sehingga menjadikan kedaulatan

negara di perbatasan lemah; (4) Belum efektifnya pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi di perbatasan; dan (5) Gangguan Keamanan dan

Pelanggaran Hukum di Laut dan Wilayah Perbatasan Darat.

3.2.2. Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017

Agenda pembangunan (Nawa Cita) yang tercantum dalam RPJMN 2015-

2019 menegaskan tentang pentingnya kebijakan, program dan kegiatan yang

nyata dan terukur untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Pembangunan kawasan perbatasan mendapatkan dukungan dan penegasan

melalui Nawa Cita ke-3 yaitu Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan

Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam kerangka Negara Kesatuan.

Dalam hal ini, pemerintah mulai meletakkan dasar-dasar desentralisasi asimetris

bagi pembangunan perbatasan negara, yang dimaksudkan untuk melindungi

kepentingan nasional Indonesia di kawasan-kawasan perbatasan, memperkuat

daya saing ekonomi Indonesia secara global, serta membantu daerah-daerah

yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam memberikan

pelayanan publik.

Kebijakan pembangunan kawasan perbatasan dalam RPJMN 2015-2019

diterjemahkan dalam Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan

Negara Tahun 2017 yaitu:

1. Pembangunan infrastruktur Kawasan Perbatasan

2. Peningkatan keamanan wilayah perbatasan sebagai halaman depan negara

3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan melalui

peningkatan penyediaan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi

Sedangkan sasaran pembangunan kawasan perbatasan negara tahun 2017

yaitu pengembangan Pusat Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis

Nasional/PKSN) sebanyak 10 PKSN, 150 Lokpri, 7 PLBN (Entikong, Nanga

Badau, Paloh Aruk, Skouw, Wini, Mota‟ain dan Motamasin), dan peningkatan

keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan sebanyak 50 pulau kecil

terluar/terdepan. Arah kebijakan tersebut diwujudkan dalam program prioritas

pembangunan perbatasan negara tahun 2017, yaitu: 1) Pembangunan 10 Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (Sabang, Ranai, Aruk, Entikong, Nanga Badau,

Nunukan, Tahuna, Saumlaki, Atambua, dan Jayapura) sebagai Pusat

Pengembangan Perbatasan Negara; 2) Membuka isolasi Lokasi Prioritas

Page 33: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

28

(Lokpri), peningkatan sarpras, peningkatan SDM dan penguatan sosial ekonomi

serta penyediaan air baku; 3) Pembangunan Pos Lintas Batas Nasional (PLBN)

Terpadu; 4) Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan

udara; dan 5) Peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama sosial - ekonomi.

Setiap program prioritas memiliki kegiatan prioritas sebagai bentuk konkrit

pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan tahun 2017. Program

prioritas-1 yaitu Pembangunan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara, dilakukan melalui kegiatan

(i) pembangunan sarana dan prasarana di kota pusat pertumbuhan; (ii)

pembangunan sarpras kemaritiman penunjang pengelolaan sumber daya laut;

(iii) pembangunan/revitalisasi sarana distribusi perdagangan di kota pusat

pertumbuhan, regulasi perdagangan ekspor dan impor melalui perbatasan

negara; (iv) pembangunan industri hilir dan industri kecil menengah; (v)

peningkatan potensi komoditas unggulan perbatasan; serta (vi) penyusunan

rencana detil tata ruang dan masterplan pengembangan kawasan. Program

prioritas-2 yaitu Membuka isolasi Lokpri, peningkatan sarpras, peningkatan

SDM, penguatan sosial ekonomi, dan penyediaan air baku, dilakukan melalui

kegiatan: (i) pembangunan akses transportasi darat, laut, dan udara pembuka

isolasi; (ii) pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan, TIK, dan

penyiaran; (iii) Pembangunan sarana - prasana produksi pemasaran; (iv)

Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pelatihan

SDM; (v) Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan; (vi) Pembangunan

perumahan, kawasan permukiman layak huni dan penyediaan air baku; serta

(vii) Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan. Program prioritas-3

yaitu Pembangunan Pos Lintas Batas Negara Terpadu, dilakukan melalui

kegiatan (i) Pembangunan infrastruktur/Gedung CIQS terpadu; (ii)

Pembangunan jaringan telekomunikasi listrik, dan energi penunjang PLBN; (iii)

Pengadaan fasilitas penunjang kegiatan custom, imigrasi, quarantine and

security; (iv) Pembangunan perumahan dan permukiman pegawai PLBN; dan

(v) Penyediaan jalan lingkungan, air bersih dan sanitasi. Program prioritas-4

yaitu Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut, dan udara,

dilakukan melalui kegiatan: (i) Kerjasama internasional pengamanan kawasan

perbatasan; (ii) Pembangunan pos TNI dengan fasilitas pengamanan

penunjang; (iii) Patroli pengamanan sumber daya dan batas wilayah; dan (iv)

Pembangunan, pengawasan dan pemeliharaan tanda batas wilayah negara.

Program prioritas ke-5 yaitu Peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama

sosial – ekonomi, dilakukan melalui kegiatan: (i) Penataan Kelembagaan

Diplomasi Perundingan; (ii) Penguatan Koordinasi Materi Dan Instrumen

Perundingan Antar K/L; (iii) Penyelesaian Segmen Batas Negara; dan (iv)

Page 34: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

29

Pembuatan Peta Kawasan Perbatasan, Database Regulasi, Dan Dokumen Teknis

Pengelolaan Perbatasan.

Gambar 3. Program Prioritas Pembangunan Perbatasan Negara Tahun 2017

Pengembangan kawasan perbatasan tahun 2017 diorientasikan dalam

rangka menjamin adanya barang/produk komoditas dari daerah perbatasan

Indonesia yang diekspor ke negara tetangga melalui perbatasan. Untuk

mewujudkan hal tersebut, dilakukan melalui: 1) Pengembangan Kawasan

Industri di PKSN, dengan strategi meningkatkan produktivitas pengolahan

bahan baku komoditas unggulan daerah dan meningkatkan ekspor komoditas

bernilai tambah; 2) Pengembangan Produktivitas Kawasan Lokpri dan

Kecamatan sekitar, dengan strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas

produksi komoditas unggulan daerah sebagai bagian dari proses di hulu dan

meningkatkan konektivitas menuju pusat pertumbuhan (KI, KEK, kota) sebagai

bagian dari proses di hilir; dan 3) Pengembangan Outlet Pasar, Factory Outlet,

Kawasan Pariwisata, dengan strategi mengembangkan kawasan perdagangan,

meningkatkan kualitas infrastuktur, serta meningkatkan kualitas sumber daya

manusia di bidang perdagangan dan pariwisata.

Terkait dengan pembangunan PKSN, pada tahun 2017 difokuskan pada

pembangunan infrastruktur pembuka konektivitas lokpri, dan pada tahun 2018

PKSN diarahkan pada orientasi ekspor komoditas unggulan kawasan perbatasan

sehingga perlu untuk ditentukan komoditas yang akan dikembangkan pada

setiap PKSN. Untuk itu, arah pengembangan PKSN tahun 2017 yaitu: 1)

Mewujudkan PKSN sebagai pintu gerbang eskpor ke negara tetangga baik row

Page 35: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

30

material/olahan; 2) Meningkatkan produktivitas komoditas dengan terlebih

dahulu menetapkan prioritas komoditas yang akan dikembangkan; 3)

Menetapkan fokus komoditas unggulan yang akan dikembangkan untuk setiap

cluster PKSN – Lokpri; 4) Menyiapkan regulasi ekspor khusus kawasan

perbatasan; dan 5) Menyiapkan PLBN sebagai pusat kepabeanan. Sedangkan

arah pengembangan Lokpri difokuskan pada: 1) Pembangunan konektivitas

menuju dan dari lokpri untuk memudahkan mobilitas wilayah baik berupa uang,

manusia, barang, maupun inovasi; 2) Pembangunan infrastruktur pelayanan

dasar yang memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sosial dan

ekonomi; 3) Pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan komoditas lokal

untuk memperkuat daya jual komoditas khas kawasan perbatasan; dan 4)

Penguatan kelembagaan seluruh stakeholder di daerah yang berperan dalam

membangun lokpri.

3.2.3. Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan

Nasional Pengelola Perbatasan dalam Mendukung Pembangunan

Kawasan Perbatasan Tahun 2017

a) Pembahasan Multilateral Meeting

Multilateral Meeting I dilakukan melalui pengintegrasian berbagai upaya

K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur untuk mendukung

pembangunan Kawasan Perbatasan. Output dari forum ini pengisian Form A

yaitu Sasaran Prioritas Pembangunan, Arah Kebijakan, Program Prioritas (Level

1), dan Kegiatan Prioritas (Level 2), sehingga mencapai kesepakatan

program/kegiatan lintas sektor yang terintegrasi dan berkontribusi untuk

mencapai sasaran pembangunan Kawasan Perbatasan Negara.

Page 36: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

31

Tabel 8. Rekapitulasi Jumlah Program/Kegiatan K/L dalam Program Prioritas

Nasional Pembangunan Daerah Perbatasan

Prioritas Nasional

Program Prioritas

Kegiatan Prioritas

Daerah Perbatasan

Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara (Urutan 2)

1. Pembangunan sarana dan prasarana di kota pusat pertumbuhan (9)

2. Pembangunan sarpras kemaritiman penunjang pengelolaan sumber daya laut (2)

3. Pembangunan/ revitalisasi sarana distribusi perdagangan di kota pusat pertumbuhan (3)

4. Regulasi perdagangan ekspor dan impor melalui perbatasan negara (2)

5. Pembangunan industri hilir dan Industri Kecil Menengah (5)

6. Peningkatan potensi komoditas unggulan perbatasan (16)

7. Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang dan Masterplan Pengembangan Kawasan (10)

Membuka Isolasi Lokpri, Peningkatan Sarpras Peningkatan SDM, dan Ekonomi Perbatasan (Urutan 3)

1. Membangun akses transportasi darat, laut, dan udara pembuka isolasi (117)

2. Pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan, TIK, dan penyiaran (7)

3. Pembangunan sarana - prasana produksi pemasaran (0)

4. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pelatihan SDM (16)

5. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kesehatan (3)

6. Pembangunan perumahan, kawasan permukiman layak huni dan penyediaan air baku (17)

7. Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan (3)

Daerah Perbatasan

Pembangunan Infrastruktur/ Gedung CIQS Terpadu (Urutan 1)

1. Pembangunan Infrastruktur/ Gedung CIQS Terpadu (5)

2. Pembangunan jaringan telekomunikasi listrik, dan energi penunjang PLBN (0)

3. Pengadaan Fasilitas Penunjang Kegiatan Custom, Imigrasi, Quarantine and Security (2)

4. Pembangunan Perumahan Dan

Page 37: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

32

Permukiman Pegawai PLBN (1) 5. Penyediaan jalan lingkungan, air bersih

dan sanitasi (0)

Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah Darat, Laut, dan Udara (Urutan 4)

1. Kerjasama internasional pengamanan kawasan perbatasan (2)

2. Pembangunan Pos TNI dengan fasilitas pengamanan penunjang (12)

3. Patroli pengamanan batas wilayah (7) 4. Pembangunan, pengawasan dan

pemeliharaan tanda batas wilayah negara (4)

Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama Lintas Batas Negara (Urutan 5)

1. Penataan kelembagaan diplomasi perundingan (3)

2. Penguatan koordinasi materi dan instrumen perundingan antar K/L (1)

3. Penyelesaian segmen batas negara (2) 4. Pembuatan peta kawasan perbatasan,

database regulasi, dan dokumen teknis pengelolaan perbatasan (10)

Dukungan program/kegiatan dalam prioritas nasional pembangunan Daerah

Perbatasan yaitu para program prioritas pembangunan PKSN dan pembukaan

keterisolasian di lokpri (kecamatan terluar). Sehingga dalam hal ini perlu

menjadi perhatian untuk memetakan komoditas yang menjadi potensi unggulan

daerah, serta mekanisme hilirisasinya yang meliputi strategi pengembangan

ekonomi, distribusi hasil produksi, hingga penyiapan akses pasar. Hal tersebut

sejalan dengan dukungan infrastruktur yang cukup massif sehingga dapat

mendistribusikan komoditas unggulan yang ada di lokpri ke pusat-pusat

pertumbuhan di sekitarnya.

b) Pembahasan Bilateral Meeting

Pelaksanaan Bilateral Meeting (BM) dalam rangka penyusunan RKP tahun

2017 bidang pembangunan kawasan perbatasan negara bertujuan dari BM

yaitu menajamkan hasil Multilateral Meeting terkait Prioritas Nasional Kawasan

Perbatasan yang akan menjadi program/kegiatan K/L. Mekanisme pembahasan

BM yaitu pembahasan setiap program prioritas dan di luar program prioritas,

dengan mempertimbangkan norma dan standar yang telah ditentukan. Tindak

lanjut dari pelaksanaan BM yaitu pemutakhiran Form B-E dan pemberian

catatan pembahasan.

Page 38: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

33

Dalam proses pembahasan, dilakukan beberapa identifikasi/klarifikasi

terkait: (1) kesuaian dengan norma dan standar; (2) kegiatan yang mendesak

(termasuk 100 prioritas Presiden) yang belum tercakup dalam pembahasan

Multilateral Meeting (agar disampaikan target dan kebutuhan pendanaan 2017

dan target dan pendanaan yang telah ada di tahun 2016); (3) dukungan

sumber pendanaan lainnya (jika diperlukan), antara lain: DAK (menu), Non K/L

(Subsidi Non Energi dan Hibah), Dana Desa, Pembiayaan BUMN dan Dukungan

Pembiayaan Infrastruktur; (4) hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan, antara

lain: Potensi efisiensi, Kesiapan pelaksanaan, Duplikasi serta rencana

pengalihan ke DAK; (5) Usulan kegiatan Kerjasama Selatan – Selatan dan

Triangular (KSST) dan Reformasi Birokrasi; dan lain sebagainya.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (i) Penyerhanaan

nomenklatur, dimana program/kegiatan K/L hanya sebagai “rumah”, sehingga

program/kegiatan lebih konkret dan tajam dengan indikator yang tidak hanya

diukur dari kuantitas akan tetapi kualitas; (ii) indikator “Koordinasi” menjadi

indikator utama peran Settap BNPP dalam mendukung BNPP dalam

mengoordinasikan K/L, nomenklatur-nya dipertajam agar menunjukkan

“kualitas koordinasi”, bukan “sekedar kuantitas koordinasi”; dan (iii) indikator

“Pelaksanaan kebijakan xxx” harus dipertajam sehingga benar-benar menjadi

konkret sesuai output utama yang dihasilkan.

Terkait dengan pelaksanaan teknis, Kegiatan Sekretariat Tetap (Settap)

BNPP agar mengisi kebutuhan pembangunan LOKPRI sesuai dengan kriteria

yang ditentukan. Orientasi kegiatan dilakukan sebagai instrumen koordinasi

untuk menggerakkan kegiatan K/L sehingga terjalin pembangunan Lokpri yang

holistik dan terintegrasi, contoh: membangun agroindustri di lokpri,

menyelenggarakan koordinasi penyiapan/pasca perundingan. Bentuk kegiatan

yang urgent dibutuhkan tetapi tidak dilakukan oleh K/L Teknis baik karena

keterbatasan kewenangan K/L atau merupakan inovasi kegiatan baru.

Contohnya: Kemen Perhubungan tidak mengintervensi kapal angkutan orang

berbobot 50 penumpang jalur Sebatik-Tawao; Jalan Non Status.

Regulasi menjadi hal yang diperlukan, namun jangan sampai bersifat

overregulated sehingga justru menghambat pembangunan. Usulan regulasi

perlu mempertimbangkan apakah regulasi tersebut mudah atau sulit untuk

diimplementasikan. Target pengurangan regulasi tahun 2016 ini yaitu sebesar

50%, karena ada yang overregulasi, kontradiktif, kontraproduktif, dan lain

sebagainya. Program Prioritas Nasional Pembangunan Kawasan Perbatasan

yang telah disepakati yaitu: (1) Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat

Pengembangan Perbatasan Negara; (2) Membuka isolasi Lokpri, peningkatan

sarpras, peningkatan SDM dan penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air

baku; (3) . Pembangunan PLBN Terpadu; (4) Pengamanan sumber daya dan

Page 39: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

34

0

5

10

15

20

25

ProvinsiAceh

ProvinsiSumatera

Utara

ProvinsiKalimantan

Barat

ProvinsiKalimantan

Timur

ProvinsiKalimantan

Utara

ProvinsiKepulauan

Riau

ProvinsiMaluku

ProvinsiMalukuUtara

ProvinsiNusa

TenggaraTimur

ProvinsiPapua

ProvinsiRiau

ProvinsiSulawesi

Utara

ProvinsiPapua Barat

Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara

Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak

batas wilayah darat, laut dan udara; (5) Pengamanan sumber daya dan batas

wilayah darat, laut dan udara. Kegiatan-kegiatan untuk mendukung program

prioritas tersebut diharapkan lebih fokus dan konkrit. Dalam hal ini banyak dari

hasil refocusing yang masih perlu disesuaikan.

Kepala Biroren BNPP menyebutkan bahwa ada beberapa kegiatan prioritas

yang sulit untuk dikonkritkan, susah untuk diukur, sehingga masih bersifat abu-

abu. Saat ini BNPP sedang berusaha menuangkan program yang lebih konrit

sesuai tusi settap BNPP, di samping juga melakukan filling the gap. Hal ini

dilakukan untuk menghindari overlap dan duplikasi dengan program K/L. Di sisi

lain, ada kekhawatiran jika semua prioritas (bulatan) menjadi tanggung jawab

settap akan sulit ditangani karena terlalu banyak program yang dilakukan.

c) Musrenbangnas

Pada proses Musrenbangnas untuk prioritas nasional pembangunan

kawasan perbatasan negara, dilakukan dengan melibatkan BNPP,

kementerian/lembaga terkait (terutama anggota Settap BNPP), direktorat sektor

Bappenas, dan pemerintah daerah perbatasan negara.

Pada Program Prioritas Nasional Pembangunan 10 PKSN terdapat dua

Provinsi yang tidak mengusulkan program di dalamnya, yaitu Sumatera Utara

dan Papua Barat. Provinsi Kepulauan Riau memiliki usulan program yang paling

banyak disetujui, dan beberapa ditolak karena Provinsi tersebut memiliki usulan

paling banyak. Usulan yang ditolak terkait usulan kegiatan yang tidak sesuai

Gambar 3. Hasil Pembahasan Program Prioritas 1

Page 40: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

35

0

50

100

150

200

250

Provinsi Aceh ProvinsiKalimantan

Barat

ProvinsiKalimantan

Timur

ProvinsiKalimantan

Utara

ProvinsiKepulauan

Riau

ProvinsiMaluku

ProvinsiMalukuUtara

ProvinsiNusa

TenggaraTimur

ProvinsiPapua

Provinsi Riau ProvinsiSulawesi

Utara

ProvinsiSumatera

Utara

ProvinsiPapua Barat

Membuka Isolasi Lokpri, Peningkatan Sarpras Peningkatan SDM, dan Ekonomi Perbatasan

Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak

0

5

10

15

20

25

ProvinsiAceh

ProvinsiKalimantan

Barat

ProvinsiKalimantan

Timur

ProvinsiKalimantan

Utara

ProvinsiKepulauan

Riau

ProvinsiMaluku

ProvinsiMalukuUtara

ProvinsiNusa

TenggaraTimur

ProvinsiPapua

ProvinsiRiau

ProvinsiSulawesi

Utara

ProvinsiSumatera

Utara

ProvinsiPapuaBarat

Pengembangan PLBN Terpadu

Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak

dengan kegiatan prioritas Kementerian untuk tahun 2017. Provinsi Kalimantan

Barat, NTT dan Papua mendapatkan prioritas pelaksanaan Inpres no. 6/2015.

Pada Program Prioritas Nasional ke -2 banyak usulan yang belum dibahas.

Usulan kegiatan yang belum dibahas diantaranya adalah usulan pembangunan

jalan. Usulan jalan per satuan ruas sangat banyak di Program Prioritas ke dua

sehingga menyulitkan untuk dibahas. Selain itu beberapa usulan sudah

disepakati di dalam Prioritas Nasional lain.

Pada Program Prioritas Nasional (PPN) ke - 3 tidak banyak usulan yang dibahas

karena prioritas ini berkaitan erat dengan pelaksanaan Inpres No. 6/2015

tentang Percepatan Pembangunan 7 PLBN. Hal tersebut dikarenakan

Gambar 4. Hasil Pembahasan Program Prioritas 2

Gambar 4. Hasil Pembahasan Program Prioritas 3

Page 41: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

36

0

1

2

3

4

5

6

ProvinsiAceh

ProvinsiKalimantan

Barat

ProvinsiKalimantan

Timur

ProvinsiKalimantan

Utara

ProvinsiKepulauan

Riau

ProvinsiMaluku

ProvinsiMalukuUtara

ProvinsiNusa

TenggaraTimur

ProvinsiPapua

ProvinsiRiau

ProvinsiSulawesi

Utara

ProvinsiSumatera

Utara

ProvinsiPapua Barat

Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah Darat, Laut, dan Udara

Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak

0

1

2

3

4

5

6

7

ProvinsiAceh

ProvinsiKalimantan

Barat

ProvinsiKalimantan

Timur

ProvinsiKalimantan

Utara

ProvinsiKepulauan

Riau

ProvinsiMaluku

ProvinsiMalukuUtara

ProvinsiNusa

TenggaraTimur

ProvinsiPapua

ProvinsiRiau

ProvinsiSulawesi

Utara

ProvinsiSumatera

Utara

ProvinsiPapua Barat

Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama Lintas Batas Negara

Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak

Pembangunan PLBN Terpadu merupakan kewenangan pusat. Selain itu

pembahasan lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2.

Pada Program Prioritas Nasional ke- 4 tidak banyak usulan yang dibahas karena

merupakan kegiatan Pemerintah Pusat. Hal tersebut dikarenakan

Program/Kegiatan K/L seputar Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah

Darat, Laut, dan Udara merupakan kewenangan pusat. Selain itu pembahasan

lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2.

Gambar 5. Hasil Pembahasan Program Prioritas 4

Gambar 6. Hasil Pembahasan Program Prioritas 5

Page 42: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

37

300 144.369 1.500 34.900470.876

990.105

25.900 50.769478.470

158.333594.171

21.447 1.587

17.322.044

3.264 139.840

4.511.796

27.300 37.500127.50892.050 3.500

2.263.715

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

18.000.000

20.000.000

JUMLAH DANA DIAJUKAN DALAM USULAN PER K/L (DALAM JUTA RUPIAH)

Pada Program Prioritas Nasional (PPN) ke-5 tidak banyak usulan yang dibahas

karena merupakan kegiatan Pemerintah Pusat. Hal tersebut dikarenakan

Program/Kegiatan K/L seputar Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama

Lintas Batas Negara merupakan kewenangan pusat. Selain itu pembahasan

lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2.

Pelaksanaan Musrenbangnas belum efektif dalam mengarahkan

program/kegiatan Kementerian/Lembaga untuk membangun kawasan

perbatasan negara. Afirmasi terhadap pembangunan kawasan perbatasan

masih sangat minim, terutama bagi pembangunan lokasi prioritas. Lokus

pembangunan mayoritas masih berada di provinsi dan kabupaten perbatasan,

belum menyentuh kecamatan-kecamatan terluar.

d) Pembahasan Trilateral Meeting

Pada Pembahasan Trilateral Meeting II BNPP (Badan Nasional Pengelola

Perbatasan), berdasarkan SB alokasi BNPP/Settap BNPP TA 2017 total jumlah

sebesar Rp 186.384.626.000, yang terdiri dari alokasi Program Pengelolaan

Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Program Teknis) sebesar Rp

151.619.400.000 dan alokasi Prog. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya BNPP (Program Generik) sebesar Rp 34.729.226.000.

Dari total jumlah alokasi tersebut dalam pembahasan Trilateral Meeting, telah

diidentifikasi adanya kekurangan anggaran dan membutuhkan tambahan

alokasi anggaran sebesar Rp 65,6 miliar.

Gambar 7. Hasil Pembahasan Program Prioritas 6

Page 43: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

38

Kekurangan dimaksud dipergunakan untuk penambahan Program

Dukungan Manajemen (Program Generik) terutama non operasional Biro

Perencanaan, Kerjasama dan Hukum/PKH dan Biro Administrasi Umum/ADUM,

sebesar Rp 40,6 miliar dan Program Teknis sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 miliar

per PLBN) untuk alokasi anggaran Operation and Maintenance (OM) di 5 (lima)

PLBN. Untuk memenuhi kekurangan dimaksud, Settap BNPP telah melakukan

exercise dan hanya mampu melakukan re-alokasi anggaran (pergeseran) dari

Program Teknis sebesar Rp 28,6 miliar di realokasikan untuk Program

Dukungan Manajemen (Biaya Non operasional). Realokasi sebesar Rp 28,6

miliar diperoleh dari pengurangan anggaran Program Teknis yaitu (a) Alokasi

Non PN sebesar Rp 21,58 miliar, dan (b) Alokasi PN sebesar Rp 7 miliar untuk

pembangunan jalan non status 7 km dengan alasan akan diakomodir oleh KL

terkait melalui alokasi Dana DAK yang lebih memadai. Sedangkan untuk

Program Teknis terkait anggaran Operation and Maintenance (OM) untuk 5

(lima) PLBN sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 miliar per PLBN) dan kegiatan

Rakorbangtas sebesar Rp 12 miliar (Nasional sebesar Rp 2 miliar dan Regional

sebesar Rp 10 miliar, tidak dapat dilakukan exercise realokasi karena anggaran

tidak cukup tersedia.

Bappenas menanggapi bahwa secara umum total pagu definitif dalam

lampiran SB tidak berbeda dengan hasil pagu infikatif yang telah di exercise.

Namun belum ada anggaran biaya non operasional pada Program Dukungan

dan Manajemen Teknis Lainnya. Biaya non operasional harus dialokasikan

untuk melaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi Pembangunan Perbatasan yang

akan dilaksanakan mulai level kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan

Nasional.

Terkait kebutuhan sementara dan mendesak, Kementerian Keuangan

menjelaskan bahwa Untuk sementara anggaran dikunci, tetapi kekurangan

anggaran dapat diusulkan dalam catatan kesepakatan. Usulan tambahan

kegiatan yang disampaikan dapat secara rinci diberikan penjelasan mengenai

detil kegiatan dan kebutuhan anggaran yang ada. Kebutuhan tambahan

anggaran Operation and Maintenance (OM) untuk 5 PLBN memerlukan

justifikasi yang kuat terkait besaran target dan kebutuhan anggaran, apabila

terdapat tambahan anggaran untuk OM 5 PLBN maka kegiatan tersebut tidak

harus masuk ke dalam Program Kegiatan dalam Prioritas Nasional (reguler).

Dalam hal ini, BNPP menyampaikan Kebutuhan tambahan mendesak

sebagai berikut:

1. Untuk Program Dukungan Manajemen yaitu Kegiatan Rakorbangtas Nasional

sebesar Rp 2 miliar dan Rakorbangtas di Regional/Daerah sebesar Rp 10

miliar belum tersedia alokasi anggarannya; Hal ini perlu pembahasan lebih

lanjut guna mendukung efektivitas koordinasi perencanaan dan penguatan

Page 44: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

39

kelembagaan dengan melibatkan peran serta KL dan Pemda (Badan

Pengelola Perbatasan Daerah Prov./Kab/Kota yang telah terbentuk)

2. Untuk Program Teknis masih terdapat kekurangan/ membutuhkan alokasi

anggaran sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 milyar per PLBN) untuk kegiatan

Operation and Maintenance (OM) 5 Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Hal ini

perlu pembahasan lebih lanjut dikarenakan sangat mempengaruhi

operasional 5 PLBN yang ada;

3. Berdasarkan penjelasan diatas maka Settap BNPP telah melakukan exercise

alternative I dan II dengan kemampuan realokasi anggaran hanya sebesar

Rp 28,6 miliar sedangkan kebutuhan anggaran sebesar Rp 12 miliar dan Rp

25 miliar belum mendapatkan alokasi anggaran sehingga dibutuhkan total

tambahan anggaran sebesar Rp 37 miliar;

4. Sehingga posisi sementara exercise perubahan SB alokasi anggaran Settap

BNPP TA.2017 sebagai berikut:

a) Alokasi Program Dukungan Manajemen semula sebesar Rp

34.729.226.000, berubah menjadi Rp 63.329.226.000 (karena tambahan

Rp 28.600.000.000) dan alokasi Program Pengelolaan Batas Wilayah

Negara dan Kawasan Perbatasan (Program Teknis) semula sebesar Rp

151.619.400.000,- berubah menjadi Rp 123.019.400.000 (pengurangan

sebesar Rp Rp 28.600.000.000). Total jumlah alokasi anggaran Settap

BNPP tidak berubah/tetap sebesar Rp 186.348.626.000,

b) Dibutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp 37.000.000.000,- untuk

penyelenggaraan Rakorbangtas dan 5 OM PLBN.

Dari pagu yang ada di dalam SB, ternyata untuk kegiatan non operasional

di dalam Program Dukungan Manajemen belum teralokasikan. Bappenas

membutuhkan detail perhitungan kebutuhan anggaran tambahan dari Settap

BNPP untuk kegiatan Rakorbangtas Nasional senilai Rp 2 milyar dan

Rakorbangtas Regional senilai Rp 10 milyar serta dukungan kegiatan Operation

and Maintenance (OM) untuk 5 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) senilai Rp 25

milyar (alokasi masing-masing Rp 5 milyar per PLBN). Usulan tambahan

anggaran senilai Rp 37 milyar agar dikawal pembahasannya di DPR dan

disiapkan landasan hukumnya untuk pelaksanaan OM di 7 PLBN arahan Inpres

No. 6 tahun 2015. Untuk mengakomodir kekurangan alokasi dimaksud

diupayakan terlebih dahulu melalui exercise alokasi yang telah ada dengan

beberapa alternatif sebagai berikut:

1) Alternatif I untuk mengatasi kekurangan anggaran untuk kegiatan

Dukungan dan Manajemen Teknis Lainnya dapat dialokasikan dari kegiatan

non prioritas nasional.

Page 45: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

40

2) Alternatif II dilakukan dengan juga mengurangi anggaran di dalam kegiatan

PN yang berupa kegiatan Tugas pembantuan (TP) dan kemudian di

realokasikan ke Dukungan dan Manajemen Teknis Lainnya.

3.2.4. Penelaahan RKA K/L Badan Nasional Pengelola Perbatasan

Penelaahan secara online dilakukan antara DJA, BNPP, dan Bappenas,

sesuai Undangan Direktur Anggaran Bidang Polhukhankam a.n Dirjen Anggaran

Nomor Und-714/AG/2016 tanggal 4 November 2016. RKA-KL yang telah

ditelaah telah disetujui oleh DPR Komisi terkait serta mitra kerja BNPP.

Penelaahan dilakukan dengan melihat dokumen dari segi administratif dan

substantif dengan melihat kesesuaian data dalam RKA-KL dengan Pagu

Anggaran KL, kesesuaian antara kegiatan, keluaran dan anggarannya, relevansi

komponen dengan keluaran, keluaran, konsistensi pencantuman sasaran kinerja

KL dengan RKP dan konsistensi pencantuman prakiraan maju konsistensi

pencantuman sasaran kinerja KL dengan RKP dan konsistensi pencantuman

prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun ke depan.

Penilaian secara detail dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Aparat

Pengawas Internal BNPP. Penetapan SP RKA-KL TA 2017 serta lampirannya

merupakan dokumen perencanaaan anggaran sebagai dasar penyusunan dan

pengesahan DIPA TA 2017. Pelaksanaan anggaran yang ditetapkan dalam RKA-

KL TA 2017 sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pengguna Anggaran / Kuasa

Pengguna Anggaran. Kegiatan telah sejalan dengan Renja dan RKP. Pagu per

Program pada RKA-K/L telah sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-

907/MK.02/2016 tanggal 31 Oktober 2016. Dalam hal Penyampaian Pagu

Alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017 Pagu Alokasi

Anggaran pada BNPP sebesar Rp183.348.626.000,00.

Berdasar surat Menteri Keuangan Nomor S-907/MK. 02/2016 Pagu Belanja

Pegawai Operasional adalah sebesar Rp20.839.226.000,00, sedangkan pagu

Belanja Barang Operasional adalah sebesar Rp13.890.000.000,00. Setelah

dilakukan penelaahan RKAKL BNPP oleh Dirjen Anggaran pagu belanja

operasional masih dibawah surat Menteri Keuangan. Oleh sebab itu DJA

menghimbau agar pagu belanja operasional diperbaiki minimal sesuai surat

Menteri Keuangan Nomor S-709. Pagu Anggaran mengalami pergeseran alokasi

anggaran di sebabkan oleh kebijakan pimpinan dalam pengelolaan

pegawai/tenaga suporting staff di lingkungan settap BNPP yang tadinya

dibebankan pada kegiatan masing-masing unit eselon II menjadi

terpusat/dikelola oleh Biro Administrasi Umum (Layanan Perkantoran) sejumlah

95 Orang dengan alokasi pergeseran anggaran sebesar Rp. 962.000.000.

Page 46: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

41

Hasil penelaahan menunjukkan bahwa RKA settap BNPP TA. 2017 telah

sesuai dengan renja dan hasil trilateral meeting II, akan tetapi terdapat

pergeseran alokasi anggaran dengan tidak mengurangi/merubah besar pagu

per program yaitu program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya

sebesar Rp. 63.329.226.000,- dan Pogram Pengelolaan Batas Wilayah Negara

dan Kawasan Perbatasan sebesar Rp. 123.019.400.000,-. Pergeseran pagu

alokasi tersebut merupakan perwujudan tindak lanjut dari instruksi presiden

nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas

Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan dan

hasil kunjungan Bapak Presiden RI ke PLBN Entikong dan Motaain, dimana

alokasi pagu pengelolaan PLBN terpadu di Settap BNPP khususnya Program

Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan baru tersedia

untuk 2 PLBN sehingga belum menampung kebutuhan pengelolaan 5 PLBN.

Secara umum terdapat banyak perubahan dari kesepakatan Trilateral

Meeting 2 (TM 2) dengan membagi alokasi sama rata ke seluruh keasdepan

sebanyak 9.7 Milyar kecuali untuk keasdepan Pengelolaan Lintas Batas Negara

dengan alokasi sebanyak 45 M. Tentunya diperlukan penjelasan terkait dasar

pembagian alokasi yang sama rata ke 8 keasdepan.

Diketahui bahwa pengalokasian ke keasdepan Tasbara sebanyak 45 M

didasarkan pada kebutuhan terkait dengan pengelolaan PLBN terpadu. Hal

tersebut kurang sesuai dengan hasil TM 2 dimana pengelolaan PLBN fokus pada

2 PLBN terlebih dahulu (PLBN Motaain dan Entikong). Perlu dasar (terutama

dasar hukum) yang kuat untuk dapat membagi sebagian besar alokasi

anggaran BNPP ke keasdepan Tasbara terutama kaitannya dengan dukungan

pengelolaan 7 PLBN. Hal tersebut tentunya untuk menjaga konsistensi

perencanaan dan target pembangunan kawasan perbatasan. Penjelasan secara

detil diperlukan untuk pengalokasian tersebut dan dampaknya terhadap

kegiatan keasdepan lainnya. Apabila memang diperlukan pengalokasian

sebagaimana RKA yang telah disusun, diharapkan BNPP dapat memberikan

detil perubahan target di dalam RKA tersebut dengan juga memberikan

penjelasan urgensi pengalokasian. Detil terkait catatan penelaahan RKA dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Keasdepan Pengelolaan Batas Darat

Pada Kegiatan Keasdepan Pengelolaan Batas Darat terdapat

sasaran/indikator dari hasil TM yang belum memiliki pendetilan di dalam

komponen/sub komponen (tidak ada dalam RKA).

Terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan

atau kurang sesuai dengan sasaran/indikator hasil TM 2

Terdapat perbedaan alokasi dan target dari hasil TM 2 dengan alokasi

pada RKA BNPP. Diharapkan dapat menjelaskan detil target sesuai dengan

Page 47: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

42

hasil TM 2.

2. Keasdepan Pengelolaan Batas laut dan Udara

Terdapat perbedaan alokasi dan target dari hasil TM 2 dengan alokasi

pada RKA BNPP. Diharapkan dapat menjelaskan detil target sesuai dengan

hasil TM 2. Contohnya pada subkomponen pembangunan tambatan

perahu, kurang dijelaskan mengenai target pembangunan sehingga tidak

diketahui kesesuaiannya dengan TM 2.

3. Keasdepan Lintas Batas Negara

Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari alokasi dan target hasil

TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP.

Hasil TM 2 disepakati bahwa hanya akan dianggarkan untuk pengelolaan 2

PLBN sebagai bahan percontohan pengelolaan PLBN, tetapi pada RKA

BNPP yang diunggah pengelolaan PLBN menjadi 7 PLBN dengan satuan

biaya setiap PLBN yang melebihi hasil kesepakatan di TM 2. Perlu ditinjau

lagi terkait kebutuhan untuk operasionalisasi 7 PLBN apakah akan

dilakukan serempak pada tahun 2016, Apakah perlu dilakukan pengadaan

meubleair mengingat pernyataan K/L dan pemerintah daerah pada Rapat

Pembahasan Rencana Operasionalisasi PLBN terpadu pada tanggal 1

November 2016 yang menyatakan bahwa Kementerian PUPR sudah

menyediakan meubleair untuk seluruh gedung PLBN dan kebutuhan yang

diajukan sebagian besar sudah dipenuhi dan dalam proses pemenuhan.

Terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan dari

hasil TM 2. Terkait dengan komponen/subkomponen Penyusunan

Kebijakan Pembangunan 9 PLBN Terpadu, perlu ditinjau lagi terkait

kebutuhan pembangunan PLBN dengan kondisi arus lintas batas di

wilayah tersebut.

Secara umum dari keasdepan lainnya menunjukkan bahwa masih terdapat

perbedaan alokasi dan target hasil TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP, serta

terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan/kurang

sesuai dengan hasil TM 2. Dari hasil penelaahan diharapkan agar RKA KL BNPP

sesuai dengan Renja dan Hasil Trilateral Meeting 2 untuk menjaga konsistensi

kesesuaian sasaran target nasional di Bappenas dan K/L kecuali ada kebutuhan

mendesak yang sangat strategis di kawasan perbatasan. Hal tersebut

ditekankan dalam rangka upaya bersama antara Bappenas, BNPP, dan K/L

dalam mendukung percepatan pembangunan kawasan perbatasan negara yang

sesuai target.

Page 48: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

43

3.3. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun

2017 dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional (Kawasan Ekonomi Khusus/KEK dan Kawasan

Industri/KI)

3.3.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional dalam RKP Tahun 2017

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 telah menetapkan usulan 7

(tujuh) lokasi KEK baru yang tersebar di kawasan Timur Indonesia. Persebaran

ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan ekonomi

di luar Pulau Jawa. Dalam mengembangkan KEK, perlu melihat kembali pada

UU No 30 tahun 2009, tujuan dari pembangunan KEK adalah untuk mendorong

investasi dan meningkatkan daya saing internasional, pertumbuhan, penciptaan

lapangan kerja dan penerimaan devisa. Terdapat 8 KEK yang ditetapkan, yaitu:

(1) KEK Sei Mangke; (2) KEK MBTK; (3) KEK Palu; (4) KEK Tanjung Api-Api; (5)

KEK Tanjung Lesung; (6) KEK Mandalika; (7) KEK Bitung; dan (8) KEK Morotai.

Di samping itu terdapat 7 calon KEK yang ditargetkan dapat ditetapkan dalam

jangka waktu 2015-2019.

Masing-masing KEK memiliki karakteristik cukup beragam, namun perlu

dilihat kembali spesifikasi masing-masing KEK, sehingga tidak terjadi kompetisi

yang berdampak pada perebutan sumber daya. Terdapat beberapa kriteria

dalam pembentukan dan pengusulan KEK, yaitu: (i) sesuai dengan RTRW dan

tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, (ii) Pemerintah

Provinsi/Kab/Kota yang bersangkutan mendukung KEK, (iii) terletak pada jalur

strategis internasional atau pada wilayah dengan potensi sumber daya

unggulan, dan (iv) mempunyai batas yang jelas.

Terdapat beberapa isu strategis dalam pengembangan Kawasan Ekonomi

Khusus di Indonesia, antara lain:

1) Potensi sumber daya alam baik di Kawasan Barat Indonesia maupun

Kawasan Timur Indonesia melimpah, namun pengelolaannya belum

memberikan nilai tambah

2) Kawasan KEK yang diusulkan umumnya masih terdapat keterbatasan

sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan

3) Tenaga kerja sekitar kawasan masih didominasi oleh penduduk bekerja

berpendidikan rendah

4) Masih terdapat peraturan perundangan yang tumpang tindih serta perda-

perda yang bermasalah terutama terkait regulasi pertanahan dan perijinan

5) Belum optimalnya sistem pelimpahan kewenangangan perijinan kepada

administrator pengelola kawasan.

Page 49: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

44

Sedangkan isu strategis dalam pengembangan Kawasan Industri, antara

lain:

1) Share industri dalam PDB terus menurun dari 27,7% (2001) menjadi 23,7%

(2014). Share industri dalam PDB Indonesia lebih rendah dibandingkan

Malaysia (24%) dan China (31%). Hal ini menunjukkan adanya gejala

deindustrialisasi.

2) Sebaran industri tidak merata antar wilayah pulau, pulau Jawa dan

Sumatera sangat mendominasi keberadaan kawasan industri.

3) Jumlah industri mikro dan kecil berkontribusi 99% dari total. Namun,

kontribusi ke dalam total nilai tambah nasional hanya 8%. Padahal Industri

mikro dan kecil sangat penting sebagai asal mula industri sedang dan

besar. Terkait kapasitas SDM, kapasitas dari usaha mikro dan kecil untuk

menyerap pengetahuan dan mengimplementasikan, membangun bisnis

sangat terbatas.

4) Harga lahan industri yang fluktuatif, sehingga berpotensi sebagai alat

spekulasi.

3.3.2. Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (KEK dan KI)

dalam RKP Tahun 2017

Arah Kebijakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2017 yaitu

mempercepat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di

Luar Pulau Jawa yang diorientasikan untuk pengembangan industri manufaktur,

industri pangan, industri maritim, dan pariwisata. Arah kebijakan tersebut

diwujudkan dalam strategi yaitu:

1. Penciptaan nilai tambah potensi ekonomi wilayah dan membuka lapangan

pekerjaan;

2. Percepatan Pembangunan konektivitas;

3. Penyiapan kemampuan SDM dan pemanfaatan Iptek;

4. Percepatan Penyelesaian Regulasi dan Kebijakan;

5. Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha.

Kebijakan tersebut diarahkan untuk mencapai beberapa sasaran

pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2017, yaitu: (i) meningkatnya

investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan KEK Tanjung

Lesung; (ii) pembangunan sarana dan prasarana pendukung KEK MBTK, KEK

Palu, KEK Bitung, KEK Morotai, KEK Mandalika dan KEK Tanjung Api Api; serta

(iii) evaluasi dan penilaian pembentukan 7 KEK baru di Provinsi Kalimantan

Barat, Kalimantan Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua

Barat.

Page 50: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

45

Gambar 8. Koordinasi Lintas Kementerian/Lembaga dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

Dalam rangka mewujudkan prioritas nasional pengembangan 15 KEK,

dilakukan melalui empat program prioritas, yaitu: 1) Pengembangan Potensi

Ekonomi Wilayah, 2) Peningkatan SDM dan Iptek, 3) Peningkatan Infrastruktur,

4) Penguatan Regulasi dan Kebijakan, dan 5) Peningkatan Iklim Investasi.

Program prioritas ke-1 yaitu pengembangan potensi ekonomi wilayah

dilaksanakan melalui 4 kegiatan prioritas, yaitu mendorong tumbuhnya industri

pengolahan komoditas unggulan, pemanfaatan SDA (energi dan migas),

pengembangan potensi pariwisata, dan pengembangan produktivitas potensi

pertanian dan kelautan. Program prioritas ke-2 yaitu peningkatan SDM dan

Iptek dilaksanakan melalui 6 kegiatan prioritas, yaitu pembangunan politeknik

dan SMK, pembangunan science park dan techno park, peningkatan kapasitas

tenaga kerja, peningkatan akses informasi dan telekomunikasi, penguatan

kapasitas kelembagaan koperasi, UKM, dan administrator pengelola, serta

penguatan kapasitas petani/nelayan. Program prioritas ke-3 peningkatan

infrastruktur, dilakukan melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu pembangunan akses

jalan menuju kawasan; penyediaan sarana telekomunikasi; pemenuhan energi

penunjang kawasan; pembangunan sarana dan prasrana pelabuhan, bandara,

kereta api; serta penyediaan perumahan, air bersih, dan persampahan.

Program prioritas ke-4 penguatan regulasi dan kebijakan dilakukan melalui 4

kegiatan prioritas, yaitu kebijakan fiskal; merevisi atau menerbitkan peraturan

fasilitas dan kemudahan KEK; kebijakan ketenagakerjaan; serta evaluasi perda

bermasalah. Program prioritas ke-5 peningkatan iklim investasi kawasan,

Page 51: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

46

PROVINSI SUMATERA UTARA

dilakukan melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu penguatan PTSP; penyediaan

tenaga kerja; penyederhanaan perijinan; penyediaan lahan; dan promosi

investasi kawasan.

Adapun rencana terintegrasi pengembangan masing-masing KEK

dijelaskan sebagai berikut.

1. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Sei Mangkei

Dalam pengembangan KEK Sei Mangkei dilakukan pembangunan

infrastruktur yang terintegrasi baik dalam rangka peningkatan sarana prasarana

fisik maupun kesiapan sumber

daya manusia, yaitu

pembangunan rel kereta api;

pembangunan pembangkit listrik

dan jaringan transmisi;

pembangunan pelabuhan; dan

revitalisasi Balai Latihan Kerja.

Pembangunan Rel KA dilakukan

dengan penyelesaian jaringan KA

Bandar Tinggi – Kuala Tanjung

yang memiliki target 21,5 km. Progress capaian saat ini yaitu rel sepanjang

14,25 km telah dibangun. Sisanya sepanjang 7,25 km dalam proses pengadaan

lahan yang ditargetkan beroperasi pada awal 2017. Pembangunan PLTG

dengan target 250 MVA yang dilaksanakan pada tahun 2016-2018, sumber

pendanaan dari PTPN III, PT Pertamina, dan Posco. Progress saat ini yaitu

menunggu pelaksanaan tender IPP PLN. Pengembangan Jaringan Transmisi dan

Gardu Induk dengan target 8 MVA yang akan dilaksanakan tahun 2018.

Pembangunan Pelabuhan Petikemas Kuala Tanjung yang dilaksanakan oleh

Kemen Perhubungan / Pelindo I, dengan target penyelesaian tahun 2020. Saat

ini sudah mulai proses pelaksanaan. Untuk meningkatkan kapasitas SDM,

dilakukan Pembangunan/ Pengembangan BLK Simalungun/Pematang Siantar.

Page 52: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

47

PROPINSI SULAWESI TENGAH

2. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Tanjung Lesung

Rencana terintegrasi pembangunan KEK Tanjung Lesung dilakukan melalui

pembangunan infrastruktur dasar dan transportasi, seperti pembangunan

jaringan kereta api, jalan tol,

pembangkit listrik, bandara, dan

penyediaan air bersih.

Pembangunan jaringan kereta api

dilakukan melalui Reaktivasi Jalur

Kereta Api Rangkasbitung-

Labuhan sepanjang 56 km oleh

Kementerian Perhubungan, yang

akan dilaksanakan pada tahun

2017.

Pembangunan Jalan Tol Serang

Panimbang dilaksanakan tahun

2016-2018 dengan target 84 km oleh Kementerian PUPR dan Swasta, saat ini

sedang Studi FS dan LARAP. Pengembangan Jaringan Transmisi dan Gardu

Induk ditargetkan 100 MVA, pelaksanaan pada tahun 2017-2018, dengan

sumber pendanaan dari PT PLN. Pembangunan Bandara Baru di Pandeglang

oleh Kemen Perhubungan / PT BGD. Penyediaan air bersih dilakukan melalui

Pembangunan Jaringan Transmisi, Instalasi Pengolahan, dan Distribusi Air

Bersih oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah.

3. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Palu

Rencana terintegrasi

pengembangan KEK Palu

dilakukan dengan meng

integrasikan pem bangunan

infrastruktur dasar,

transportasi, dan penunjang

SDM. Penyediaan Air

Bersih/Minum ditargetkan

terbangunnya Jaringan

Transmisi Air Baku, IPA, dan

jaringan transmisi menuju lokasi KEK, yang akan dilakukan oleh Pemerintah

Kota Palu. Progress saat ini yaitu penyelesaian kajian FS. Pembangunan Jalan

Layang/Simpang susun di jalan nasional dilakukan Kementerian PUPR dengan

target 855 m yang akan diselesaikan pada tahun 2017. Telah selesai

dilaksanakan Kajian Perencanaan Teknis Flyover pada bulan Oktober 2015.

Pembangunan jalan lingkar luar Kota Palu oleh Kementerian PUPR. Dalam hal

Page 53: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

48

ini, telah dilaksanakan Kajian Perencanaan Jalan Lingkar Luar Kota Palu pada

bulan Oktober 2015. Pengembangan pelabuhan dilakukan melalui perpanjangan

dermaga Pelabuhan Pantoloan yang ditargetkan 130 m diselesaikan pada tahun

2019, dengan sumber pendanaan dari Kementerian Perhubungan, Pemprov

Sulawesi Tengah, dan Pemkot Palu. Di samping itu, dilakukan pembangunan

Terminal Peti Kemas Internasional Pantoloan dengan target pelaksanaan tahun

2018 oleh Kementerian Perhubungan. Dalam hal ini telah dikeluarkan izin untuk

pembangunan terminal peti kemas oleh Kemenhub pada tahun 2014. Untuk

penyiapan SDM di KEK, dilakukan pembangunan/pengembangan BLK

Simalungun/Pematang Siantar.

4. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Bitung

Dalam mewujudkan

infrastruktur terintegrasi,

dilakukan pembangunan

Jalan Tol Manado Bitung

dengan target 7,3 km melalui

skema kerjasama

pemerintah-swasta. Progress

saat ini pembebasan lahan

mencapai 97% dan

Groundbreaking untuk Seksi I

(porsi pemerintah) telah

dilaksanakan sejak bulan

Oktober 2014. Di samping itu, juga direncanakan pengembangan Bandara Sam

Ratulangi Manado, namun belum jelas progress saat ini. Pembangunan

pembangkit listrik dan jaringan transmisi melalui peningkatan Kapasitas Gardu

Induk Tanjung Merah dengan target 60 MV yang akan dikerjakan mulai tahun

2019, serta pembangunan PLTU yang dilaksanakan dengan skema kerjasama

antara BUMD dengan pihak swasta. Pembangunan/rehabilitasi pelabuhan

dilakukan melalui pengembangan Pelabuhan Bitung (TPB) dengan sumber

pendanaan dari BUMN yaitu PT Pelindo. Terkait dengan penyediaan jaringan

air, dilakukan dengan pembangunan Bendungan Kuwil. Sedangkan untuk

meningkatkan kapasitas SDM, dilakukan melalui pembangunan/pengembangan

BLK Bitung dan pengembangan Teaching Factory/Technopark di SMK (1 unit di

Sulawesi Utara).

Page 54: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

49

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

5. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Mandalika

Rencana terintegrasi pengembangan KEK Mandalika dilakukan dengan

mengintegrasikan pembangunan infrastruktur transportasi, dasar, dan

pengembangan SDM. Pembangunan transportasi dilakukan melalui peningkatan

Kapasitas Pelabuhan Lembar, dan perpanjangan Runway Bandara Internasional

Lombok dengan target 350 m yang akan dilakukan oleh Kementerian

Perhubungan dan PT Angkasa Pura I. Terkait penyediaan air dilakukan

pembangunan Bendungan

Mujur dengan target 1,3 km.

sedangkan untuk mendukung

penyiapan SDM, dilakukan

pembangunan Sekolah Tinggi

Pariwisata di dalam KEK. Untuk

pembangunan pembangkit

listrik, dilakukan pembangunan

Jaringan Distribusi ke KEK

Mandalika dan pembangunan

PLTS.

6. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Morotai

Dalam mendukung pembangunan transportasi, dilakukan pembangunan

Jalan lingkar Morotai yaitu ruas wayabula – Sopi dengan target 34 km dan

pemeliharan berkala, peningkatan

struktur/ kapasitas ruas jalan

Daruba – Wayabula – Sofi – Bere-

Bere yang dilakukan dengan

sumber pendanaan dari APBN.

Progress saat ini yaitu jalan

telah dibuka namun belum

dilakukan pengaspalan.

Pengembangan bandara

dilakukan melalui peningkatan

intensitas penerbangan perintis

Bandar Udara Pitu dengan target intensitas penerbangan

setiap hari dalam seminggu. Sedangkan untuk perhubungan laut, dilakukan

pengembangan Pelabuhan Wayabula. Untuk menyediakan infrastruktur

ketenagalistrikan dilakukan melalui pembangunan Pembangkit Listrik di Pulau

Morotai dengan target 50 MV. Dalam penyiapan SDM, dilakukan pembangunan/

Pengembangan BLK Pulau Morotai, pembangunan akademi komunitas/sekolah

Page 55: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

50

tinggi Perikanan dan Pertanian, dan pembangunan/rehabilitasi ruang

belajar/perpustakaan/ruang praktik siswa/ laboratorium beserta perabotnya di

SMK Pariwisata Morotai. Untuk mendukung kegiatan perdagangan dan industri,

dilakukan pembangunan Pasar Rakyat dan pembangunan/ Revitalisasi Sentra

IKM (Industri Kecil & Menengah) melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK).

7. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Tanjung Api-Api

Peningkatan infrastruktur transportasi dilakukan melalui pelebaran dan

perbaikan jalan ruas

Palembang – Tanjung Api-

Api dengan target 62,8 km,

dan pembangunan jalan tol

Palembang – Tanjung Api-

Api, yang dilaksanakan

melalui Perpres No 117

Tahun 2015, dengan

penunjukkan pembangun

adalah PT Hutama Karya.

Penyediaan pembangkit

listrik dilakukan melalui pembangunan Gardu Induk Tanjung Api-Api Ext. 2LB

dengan target 51 MV. Untuk perhubungan laut, dilakukan pembangunan upper

structure dermaga Pelabuhan Tanjung Api-Api dengan target 5.000 DWT dan

pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat dengan target 77.000 DWT yang

dilaksanakan oleh PT Pelindo II. PT Pelindo II telah menyusun FS dan

dipresentasikan kepada Gubernur pada tanggal 5 Desember 2015. Untuk

mendukung penyiapan SDM, dilakukan pembangunan/pengembangan BLK

Kabupaten Banyuasin yang akan dilaksanakan tahun 2018, dan pembangunan

akademi komunitas/sekolah tinggi kelapa sawit dan karet.

Page 56: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

51

8. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

(MBTK)

Pembangunan infrastruktur transportasi

dilakukan melalui pemeliharaan jalan akses

menuju kawasan yang dilakukan setiap tahun

oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah

Provinsi Kalimantan Timur, sesuai dengan

pembagian kewenangannya. Penyediaan listrik

dilakukan melalui pembangunan PLTU dengan

target 20 MVA yang dilaksanakan oleh Pemprov

Kaltim, progress saat ini sedang menunggu

sertifikasi HPL, dan pembangunan Gardu Induk

dan jaringan transmisi dengan target 30 MVA

dan 150 KV oleh PT PLN yang sudah tercantum

dalam RUPTL. Sedangkan untuk mendukung

infrastruktur perhubungan, dilakukan pembangunan pelabuhan curah cair oleh

Kementerian Perhubungan, dimana saat ini sedang dalam proses

pembangunan, pada tahun 2015, telah dibangun trestle dan causeway. Selain

itu, dilakukan pembangunan pelabuhan petikemas oleh PT Pelindo IV. Terkait

penyediaan air, dilakukan pembangunan jaringan pipa distribusi air dan instalasi

pengolahan air bersih dengan target 20 km (pipa) dan 200 l/d (instalasi) oleh

Pemprov Kaltim, yang telah disetujui menggunakan kontrak multi years. Untuk

peningkatan kualitas SDM dilakukan Pembangunan/ pengembangan BLK Kutai

Timur dan Kalimantan Timur.

Dalam RPJMN 2015-2019, selain Kawasan Ekonomi Khusus, yang

termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Industri. Arah

kebijakan pembangunan industri tahun 2017 yaitu akselerasi pertumbuhan

industri, melalui:

1) Pengembangan Perwilayahan Industri, meliputi: Wilayah Pengembangan

Industri, Kawasan Peruntukan Industri, 14 Kawasan Industri di luar Pulau

Jawa, dan 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah.

2) Penumbuhan Populasi Industri, melalui: Hilirisasi bahan tambang, hasil

pertanian, hasil hutan, dan hasil laut; Industri bahan baku, industri barang

modal, industri padat karya; Penumbuhan IKM; dan Partisipasi dalam Global

Production Network.

3) Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing, melalui: Industri bernilai tambah

tinggi, seperti industri kreatif dan industri hijau; pembaharuan mesin dan

proses produksi; peningkatan kemampuan disain produk; dan peningkatan

keterampilan tenaga kerja.

Page 57: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

52

Akselerasi pertumbuhan industri memiliki target pertumbuhan industri di

Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 7% dengan share industri dalam PDB

tahun 2019 yaitu 21,2%. Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan melalui

beberapa kegiatan prioritas, antara lain: mendorong penanaman modal;

pembiayaan dengan akses dan biaya yg kompetitif; SDM industri yang

kompeten dan disiplin; hubungan industrial yang bersahabat; pemberian

insentif fiskal yang harmonis; peningkatan akses ke pasar global (ekspor);

ketersediaan energi dan infrastruktur; serta ketersediaan dan kualitas bahan

baku.

Gambar 9. Koordinasi Lintas Kementerian/Lembaga dalam Pengembangan

Kawasan Industri

Program prioritas penumbuhan populasi industri memiliki target

berkembangnya industry baru baik sedang maupun besar sebanyak 9.000

industri selama tahun 2015-2019. Target tersebut pada RKP 2017 dicapai

melalui kegiatan prioritas sebagai berikut: hilirisasi, industri bahan baku melalui

pendalaman struktur, dan jaringan produksi global; promosi investasi;

penyediaan insentif fiskal melalui tax holiday atau tax allowance; kemudahan

memulai usaha; inkubasi wirausaha baru di technopark; dan penumbuhan IKM.

Dalam hal ini, penumbuhan IKM yang sehat dan berdaya saing, dilakukan

melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu: peningkatan Sentra Industri Kecil Menengah

Page 58: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

53

(SIKM), Revitalisasi LIK, peningkatan peran Pusat Layanan UKM Terpadu,

pelatihan keterampilan, dan pelatihan manajerial. Sedangkan untuk

meningkatkan produktivitas dan daya saing, dilakukan melalui 6 kegiatan

prioritas yaitu: pengembangan industri kreatif, pengembangan industri hijau,

pembangunan infrastruktur mutu, pembaruan permesinan industri, peningkatan

kemampuan disain produk, dan peningkatan SDM yang kompetitif.

Adapun rencana kebutuhan pengembangan Kawasan Industri Tahun 2017

dijelaskan sebagai berikut.

1. Kebutuhan Pengembangan KI Morowali

KI Morowali memiliki luas 1200 ha yang mengembangkan produk

Ferronikkel dengan investor

Swasta (Tiongkok). Kebutuhan

tahun 2017 yaitu: Fasum

Dalam Kawasan, Jalan

(Pelebaran dan peningkatan

jalan dari Pelabuhan Bungku

ke lokasi Kawasan Industri

sepanjang 40 Km tahun 2016-

2017 dan Pelebaran dan

peningkatan jalan dari Bandara ke lokasi Kawasan Industri sepanjang 5 Km

tahun 2016-2017), Pembangkit Listrik (PLTB 250-300 MW), Air Baku,

Perumahan Buruh, Politeknik, Balai Latihan Kerja, Fasilitas Standardisasi,

Sekolah Dasar – SMK, Fasilitas Kesehatan, dan Fasilitas Sosial.

2. Kebutuhan Pengembangan KI Sei Mangkei

KI Sei Mangkei merupakan Industri

Pengolahan CPO dengan luas 2,002 Ha.

Adapun kebutuhan pengembangan

tahun 2017, yaitu: Pengembangan Jalan

Poros dan Jalan Lingkungan,

Pembangunan Waste & Water

Treatment Plant, Pembangunan

Politeknik, Pembangunan Jalan Luar

Kawasan (Peningkatan kapasitas jalan

Simpang Kawat-Perdagangan dan

Peningkatan kapasitas jalan Pematang

Siantar - Perdagangan), Pembangunan

Pembangkit Listrik Luar Kawasan,

Pembangunan Rel Kereta Api (Jalur KA

Page 59: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

54

KEK Sei Mangkei - Sepur Simpang sepanjang 2,9 Km dan Peningkatan rel KA

Gunung Bayu Perlanaan sepanjan 4,15 km), dan Promosi Investasi (Promosi

Investasi untuk industri pengolahan CPO dan turunannya).

3. Kebutuhan Pengembangan KI Kuala Tanjung Sumatera Utara

KI Kuala Tanjung merupakan Industri

Alumina dengan luas 1,000 Ha. Adapun

kebutuhan pengembangan untuk tahun

2017 yaitu: Pembangunan jalan poros dan

jalan lingkungan dan fasilitas dalam

kawasan (melalui Pembentukan BLUK

Pengelola), Penyelesaian Pembebasan dan

Pematangan Lahan, Pembangunan

pelabuhan (Pelabuhan hub Internasional

Kuala Tanjung), Pembangunan rel kereta

api dan sarana perhubungan lain

(Pembangunan jalur KA Bandar Tinggi Pantibalan - Kuala Tanjung 22,15 km;

Pembangunan underpass Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, persinyalan dan

telekomunikasi; Pengembangan terminal multi-purpose di Kuala Tanjung

Lanjutan), Pembangunan perumahan buruh, Rumah Sakit, BLK, dan Pendirian

PTSP.

4. Kebutuhan Pengembangan KI Bintuni

KI Bintuni merupakan Industri

Pupuk dan Petrokimia yang memiliki

luas 2.112 Ha. Kebutuhan

pengembangan kawasan tahun 2017,

yaitu: Pembangunan Jalan Poros dan

Jalan Lingkungan, Pembebasan dan

Pematangan Lahan, Pembangunan

Water Treatment Plant dan Gedung

Pengelola (Water Treatment Plant dengan kapasitas 2000 L/detik), Akses Jalan

Luar Kawasan (Akses jalan 30km dari jalan lintas propinsi ke KI), Pembangunan

Pelabuhan Luar Kawasan (Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan Kapasitas

50rb DWT oleh PT. Pupuk), dan Pembangkit Listrik (Jaringan listrik Power Plant

200 MW oleh PT. Pupuk).

Page 60: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

55

5. Kebutuhan Pengembangan KI Bitung

KI Bitung memiliki produk Kelapa, Perikanan & Logisti, dengan luas 534

Ha. Kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembangunan

Jalan Poros & Jalan Lingkungan, Pembebasan dan Pematangan Lahan,

Pembangunan Jalan Luar Kawasan (Peningkatan Fisik Jalan Ruas Nasional

Girian-Kema 5 km;

Pembangunan Jalan Akses ke Tol

Manado Bitung 5 km; Peningkatan Jalan Tol

Menado Minut Bitung 43 km), Pembangunan

Pembangkit Listrik Luar Kawasan,

(Pembangunan PLT Panas Bumi Lahendong

V 1x20MW; Pembangunan PLT Uap Kema

2x25MW; Pembangunan PLT Gas Likupang

3x25MW; Pembangunan Gardu Induk Paniki

150 KV dan Tanjung Merah 150 KV),

Pembangunan Rel Kereta Api Luar Kawasan,

pembangunan Gudang Logistik, BLK dan

PTSP Luar Kawasan.

6. Kebutuhan Pengembangan KI Palu

KI Palu merupakan kawasan industri

yang memiliki basis Industri Rotan,

Rumput laut, kakao dan Mineral, dengan

luas area 1500 Ha. Adapun kebutuhan

pengembangan kawasan tahun 2017,

yaitu: Pembangunan Jalan Poros & Jalan

Lingkungan, Pembebasan dan

Pematangan Lahan, Pembangunan Jalan

Luar Kawasan, Pembangunan Pembangkit

Listrik Luar Kawasan, Pembangunan Rel

Kereta Api Luar Kawasan, pembangunan Gudang Logistik, BLK dan PTSP Luar

Kawasan

Page 61: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

56

7. Kebutuhan Pengembangan KI Buli Halmahera Timur

KI Buli memiliki fokus industri produk Ferronickel dan Stainless Steel,

dengan kawasan yang memiliki luas 300 Ha. Adapun kebutuhan pengembangan

kawasan taun 2017 yaitu:

Pembangunan Jalan Poros & Jalan

Lingkungan, Pembebasan dan

Pematangan Lahan, Pembangunan

Waste & Water Treatment Plant

(Pembangunan Water Treatment Plant

kapasitas 1,000 L/detik), Pembangunan

Jalan Luar Kawasan (Peningkatan

kualitas jalan dari Maba ke Buli sebagai

Alternatif Jalan Provinsi sepanjang 8

km), Pembangunan Pembangkit Listrik Luar Kawasan (Pembangunan PLTU

2x110 MW oleh PT Antam), Pembangunan Pelabuhan Luar Kawasan

(Pembangunan Pelabuhan 2 jetty kapasitas 14,000 DWT dan 35,000 DWT 2.5

km o/ PT Antam), pembangunan Perumahan Buruh, Rumah Sakit dan PTSP

Luar Kawasan.

8. Kebutuhan Pengembangan KI Demak Jawa Tengah

KI Demak merupakan kawasan

industri dengan fokus pada bidang

Tekstil, yang memiliki luas kawasan

seluas 300 Ha, dikembangkan oleh

investor PT. Jateng Land. Adapun

kebutuhan pembangunan kawasan

tahun 2017, yaitu: Pembebasan dan

Pematangan Lahan, Pembangunan

Kawasan Komersial dan Perkantoran,

Pembangunan Infrastruktur Pndukung

Logistik, Pembangunan Waste & Water

Treatment Plant (Pembangunan Water Treatment Plant kapasitas 169 L/detik),

dan Pembangunan Pembangkit Listrik (Pembangunan PLTU dan PLTP).

Page 62: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

57

9. Kebutuhan Pengembangan KI Gresik Jawa Timur

KI Gresik merupakan Java Integrated

Industrial & Port Estate, dengan fokus

industri CPO, Alat Berat dan Otomotif

Terintegrasi dengan Pelabuhan, yang

memiliki luas kawasan 1,500 Ha. Investor

KI Gresik yaitu Pelindo II dan AKR. Adapun

kebutuhan pengembangan kawasan tahun

2017, yaitu: Pembebasan dan Pematangan

Lahan, Pembangunan Kawasan Komersial

dan Perkantoran, Pembangunan Pelabuhan,

dan Pembangunan Waste & Water Treatment Plant (kapasitas 844 L/detik).

10. Kebutuhan Pengembangan KI Kendal Jawa Tengah

KI Kendal merupakan Java

Integrated Industrial Park dengan fokus

pada Industri Kayu, Tekstil, Food

Processing, Elektronik, Heavy Industries

yang memiliki luas kawasan sebesar

2,700 Ha. Investor yaitu PT Jababeka

dan Sembcorp Dev. Adapun kebutuhan

pengembangan kawasan tahun 2017,

yaitu: Pembebasan dan Pematangan

Lahan, Pembangunan Sarana Komersial dan Non-Komersial Pendukung di Luar

Kawasan, Pembangunan Pelabuhan dan Infrastruktur Pendukung Logistik,

Pelayanan perizinan dan administrasi satu pintu.

3.3.3 Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 BP-Batam

dan BP-Sabang dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional Tahun 2017

a) Pembahasan Multilateral Meeting

Pada pembahasan Multilateral Meeting Bidang Pembangunan KI dan KEK,

disampaikan bahwa Industri mikro dan kecil menjadi kontribusi terbesar dalam

statistik perkembangan industri, namun penyerapan tenaganya kecil hanya 5-

20 orang, sementara jumlah industri besar yang mampu menyerap tenaga kerja

di atas 100 justru lebih sedikit. Hal ini menjadi dasar perlunya menumbuhkan

Page 63: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

58

industri di Indonesia. Targetnya Jokowi 14 KI, tapi pelaksanaannya disesuaikan

ketersediaan anggaran. Terdapat revisi pada Arah kebijakan, terkait jumlah

industri, yaitu 9.000 untuk industri besar dan sedang, dan 12.000 untuk industri

kecil.

Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian menyampaikan

bahwa pembangunan industri perlu memperhatikan aspek-aspek berikut.

Aspek-aspek yang Pembangunan sumber daya industri yaitu aspek SDM,

Ketersediaan bahan baku/ SDA, Inovasi dan kreativitas, serta Pembiayaan.

Aspek sarana prasarana industri yang dibutuhkan yaitu aspek Infrastruktur,

Sarpras industri, dan Sistem informasi jaringan nasional. Di samping itu,

terdapat beberapa aspek lain yang perlu dimasukkan dalam program prioritas

pembangunan kawasan industri, yaitu aspek pengamanan dan kemananan

industri, aspek kewilayahan, dan aspek afirmatif yang terkait dengan IKM.

Terkait pemberian insentif fiskal bagi investor, perlu ditambahkan Kemenkeu

sebagai salah satu kementerian penanggung jawab.

BKPM juga melaksanakan fasilitasi. Peraturan memang dari Kemenkeu,

BKPM juga memfasilitasi industri baru dan existing. Insentif terdapat dua jenis

yaitu, pada saat mendirikan industri baru dan untuk industri existing. Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam forum ini juga menyampaikan

bahwa dalam pembangunan industri, perlu dimasukkan faktor kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana, misalnya dengan pemasangan early warning

system, maupun bentuk-bentuk sistem peringatan bencana yang lainnya. Biro

Perencanaan Kementerian Perhubungan menyampaikan bahwa untuk

mendukung percepatan pembangunan konektivitas di kawasan industri/KEK,

perlu ditambahkan peran kementerian BUMN dalam mengkoordinasikan BUMN

bidang infrastruktur konektivitas untuk mendukung hal tersebut. Kementerian

Komunikasi dan Informatika meminta untuk dilibatkan dalam mendukung

konektivitas dan aksesibilitas di kawasan industry dan KEK, sedangkan untuk

penyediaan tenaga terampil dapat melibatkan peran Kementerian Koperasi dan

UKM, melalui paket-paket kegiatan pelatihan.

Dalam pembangunan KI Sei Mangke, terdapat tambahan buletan terkait

bahan baku (untuk KEK). Tidak ada penambahan lahan di Tahun 2017, untuk

2017 dilakukan kegiatan penataan ruang terkait RDTR (di luar Kawasan

Industri) yang secara teknis dilakukan oleh ATR. Dalam hal ini juga dilibatkan

Pemda Simalungun dan Sekdenas KEK. Penyediaan energi listrik, ditambahkan

Kementerian BUMN (PT PLN). Di KI Sei Mangke sudah ada pusat riset kelapa

sawit tapi masih terkendala operasionalisasi. Tambahan bulatan untuk R and D

center pengembangan olahan kelapa sawit. Ditangani oleh Kemenperin. Baru

ada 1 pengelola, yaitu Unilever. Diisukan akan keluar, apabila belum terpenuhi

kebutuhan yang harus disediakan oleh pemerintah. Pembangunan jalur Kereta

Page 64: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

59

Api dibutukan untuk luar kawasan, sedangkan pembangunan rel kereta api di

dalam kawasan sudah selesai. Terkait energi, 1 gardu induk sudah dibangun.

Permasalahan ada pada reliabilitas, sehingga gardu induk tersebut diharapkan

dapat meningkatkan daya. Bulan Maret 2016 akan diselesaikan. Peningkatan

investasi PTSP diganti menjadi peningkatan industri di bidang industri

manufaktur. Kominfo dimasukkan dalam konektivitas. Pembangunan pusat

layanan KI diganti menjadi penyelenggaraan riset pengembangan produk

turunan kelapa sawit. Pembangunan WTP tidak dilakukan pada 2017. Untuk

2017 pembangunan WWTP. Infrastruktur dalam kawasan sudah dibangun oleh

pengelola. Peran pengelola perlu diperjelas, supaya tidak semuanya menjadi

tanggung jawab kemenperin. Pembangunan gedung administrator seharusnya

dilakukan oleh pengelola. Kemen PUPR akan membangun fasilitas rusun untuk

Guru. Sudah disediakan 2 unit pada tahun 2017.

Pada pembangunan KI Kuala Tanjung, pada dasarnya kebutuhan

infrastruktur eksternalnya sama dengan KI Sei Mangkei. Ada kebutuhan

pembebasan lahan di Tahun 2017. Perlu disiapkan Masterplannya, sehingga

bisa dilakukan penyediaan lahan. Kesiapan dokumen perencanaan baru akan

dilakukan pada tahun 2017. Ada persoalan pelepasan kewenangan dari Badan

Otoritas Asahan ke PT Inalum. Tahun 2017, dilakukan preservasi jalan.

Perbaikan Geometri di Simpang Inalum dan rencana pembangunan fly over

(DED di tahun 2017). Dilakukan Kemen PUPR. Peningkatan kapasitas jalan dari

Simpang Kawat-Perdagangan dan Pematang Siantar-Perdagangan diusulkan

melalui DAK. Terkait kelistrikan, perlu suplai dari PLN. Pelabuhan hub

Internasional Kuala Tanjung menjadi prioritas untuk mengurangi kemahalan

biaya.

b) Pembahasan Bilateral Meeting

Dalam forum pembahasan Bilateral Meeting dengan BP Sabang, dibahas

tiga kegiatan utama dalam mendukung pengembangan KPBPB Sabang, yaitu:

1) Revitalisasi Pelabuhan Balohan. BP Sabang telah mengalokasikan dana

sebesar 100 M di tahun 2016 untuk revitalisasi Pelabuhan Balohan. Aset

pelabuhan telah menjadi kewenangan Pemerintah Kota. Sehingga apabila

akan dikembangkan perlu berkoordinasi kembali dengan Pemerintah Kota.

Tahun 2016 dialokasikan dana sebesar 9 Miliar untuk perbaikan dermaga

kapal cepat.

2) Peningkatan Kapasitas Bandara Maimun Saleh. Termasuk bandara

internasional namun persyaratan masih kurang. Kemenhub akan mereviu

masterplan. Masih kewenangan Kemenhub.

3) Pelimpahan Kewenangan Ijin Tangkap Ikan. Perlu ada kepastian apakah

lanjut/tidak kewenangan ini. Karena sudah ada investor yang tertarik dalam

Page 65: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

60

pengelolaan perikanan. Ada kebijakan KKP untuk membatasi investor asing

dalam penangkapan ikan. Draft akan dibahas kembali dengan

memperhatikan kepentingan dan kewenangan saat ini.

Sedangkan dalam pembahasan Bilateral Meeting dengan BP Batam, terdapat 5

kegiatan utama yang mendukung pengembangan KPBPB Batam, yaitu:

1) Pembangunan Pelabuhan Transhipment Tanjung Sauh. Kemenko

Perekonomian diharapkan dapat memasukan Tj. Sauh dalam FTZ.

2) Pembangunan Jalan Tol hanya penugasan dari HK. BP Batam dalam hal ini

perlu berkoordinasi dengan BPJT. Pembangunan jalan tol ini merupakan

pembangunan dengan penugasan.

3) Pembangunan Kereta dan LRT. Penetapan trase di tahun 2016, dan harus

ada rekomendasi dari Pemko. Dukungan kerangka anggaran di tahun 2017.

Sehingga dapat dibayarkan tepat waktu.

4) Pengembangan terminal 2 Hang Nadim. Terdapat kendala terkait BUBU,

sehingga perlu pembahasan lebih lanjut.

5) Pengembangan Data center.

Page 66: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

61

Tabel 9. Target Strategis Rencana Kerja 2017 BP-Batam

Program Kegiatan

Outcome/Output Usulan Indikator Usulan Target 2017

Unit penanggung Jawab

Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP-

Batam

Terwujudnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya sebagai

upaya pengelolaan pengembangan KPBPB Batam

Pencapaian target performance kinerja aparatur di lingkungan BP-Batam

70 Biro SDM, Biro Pengembangan Manajemen Kinerja

Percapaian kesesuaian pelaksanaan kegiatan program terhadap rencana kerja BP Batam

75% Biro Perencanaan Program dan Litbang, Biro Perencanaan Teknik, Satuan Pemeriksa Internal

Percapaian akuntabilitas laporan

WTP Biro Keuangan, Satuan Pemeriksa Internal

Program

pengelolaan dan penyelenggaraan

KPBPB Batam

Terwujudnya nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat dan dunia usaha di Barelang

Pendaftaran nilai investasi PMA

$ 888,888,000

Direktorat Pembangunan Sarana Prasarana, Direktorat Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Direktorat Promosi dan Humas, Direktorat Lalu Lintas Barang Kantor, Pengelolaan Lahan, Biro Perencanaan Pengembangan Usaha Pelayanan dan Pentarifan

Realisasi nilai investasi PMA

$ 558,001,149

PDRB berdasarkan realisasi PMA

$ 139,500,287

Penyerapan tenaga kerja 134.000 Direktorat Pemanfaatan Aset, Direktorat Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Pencapaian kepuasan stakeholder terhadap penyelenggaraan pelayanan publik

80% Biro Perencanaan Program dan Litbang, Satuan Pemeriksa Internal, Kantor Bandar Udara HN, Kantor Pelabuhan Laut, RSBP, Pusat PDS I, Kantor Perwakilan, Direktorat Pengamanan, Kantor Pengelolaan Lahan

Tabel 10. Pagu Indikatif yang Diterima BP-Batam

Page 67: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

62

PROGRAM RUPIAH MURNI PHLN RM-PHLN BLU JUMLAH Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya

761,811.00

761,811.00

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam

283,617.60

286,240.00

22,750.00

396,386.80

988,994.40

TOTAL

283,617.60

286,240.00

22,750.00

1,158,197.80

1,750,805.40

dalam juta Rp

Page 68: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

63

c) Pembahasan Trilateral Meeting

Pada pembahasan Trilateral Meeting BP Batam, terdapat pergeseran Pagu

Indikatif (SB) dari sumber pendanaan BLU dari Program Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam (06) ke Program Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP-Batam (01) sebesar Rp 85.670,9

juta. Pergeseran ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

asuransi sebesar Rp 165.510,0 juta dan pembayaran remunerasi sebesar Rp

154.086,4 juta. Sehingga Pagu Indikatif (SB) sumber pendanaan BLU untuk

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP-

Batam (01) menjadi Rp 780.589,6 juta dan Program Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam (06) sebesar Rp 377.608,2 juta.

Dalam memenuhi kebutuhan tambahan mendesak, alokasi yang

tercantum di dalam lampiran SB Pagu Indikatif sebesar Rp 53.617,6 juta.

Alokasi ini masih belum cukup untuk melanjutkan pembangunan Gedung RSBP.

Kebutuhan anggaran untuk melanjutan pembangunan Gedung RSBP tahap ke-

2 sebesar Rp 106.560,0 juta. Masih terdapat kekurangan sebesar Rp 52.942,4

juta. Jika alokasi ini tidak terpenuhi maka akan berdampak pada penjadwalan

ulang jangka waktu pelaksanaan kontrak pekerjaan pembangunan.

Di samping itu, terdapat beberapa hal yaitu: 1) Pinjaman Hibah Luar

Negeri (PHLN) masih sesuai dengan rencana penarikan yaitu Rp 286.240,0 juta

dengan target tahun 2016 sudah mulai konstruksi; 2) Jumlah alokasi yang

tercantum di dalam lampiran SB Pagu Indikatif sudah sesuai dengan kebutuhan

tahun 2017 sebesar Rp 130.000,0 juta. Kegiatan ini merupakan pembangunan

terminal curah Kabil lanjutan (tahap II); 3) Nomenklatur kegiatan untuk

pembangunan LRT Batam disesuaikan dengan nomenklatur kegiatan pada

Renja yaitu Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Prasarana dan Sarana (5127);

4) Pembangunan LRT Batam dilakukan melalui skema KPBU dengan

pembiayaan pemerintah dukungan sebagian konstruksi. Akan didiskusikan

kembali terkait dengan penjaminan penganggaran; dan 5) Disepakati dalam

penekanan pembahasan pertemuan Tiga Pihak bahwa Bappenas fokus pada

pengalokasian anggaran Belanja Non-Operasional sedangkan Kementerian

Keuangan/DJA fokus pada pengalokasian anggaran Belanja Operasional.

BP Batam mengusulkan tambahan pendanaan di luar pemenuhan

Multiyears Contract sebesar Rp 382.300,0 juta yaitu: 1) Pengadaan Peralatan

Medis RSBP; 2) Penyiapan dan Pematangan Lahan Pengembangan Areal Cargo

Bandara Hang Nadim – Batam; 3) Pembangunan Infrastruktur Jalan Akses

Terminal Container Batu Ampar -Dermaga Utara; 4) Pengadaan Peralatan

Keselamatan Pelayaran; 5) Pengadaan Peralatan Keselamatan Penerbangan; 6)

Overlay Runway Bandar Udara Hang Nadim – Batam; dan 7) Pembangunan

Rumah Susun dan Fasilitas Umum di Sekitar Kawasan Industri Batam.

Page 69: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

64

Pada Pembahasan Trilateral Meeting BP Sabang, dalam penyusunan

kegiatan dan anggaran BP Sabang yaitu Pagu Indikatif untuk BP Sabang TA

2017 sebagaimana Surat Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri

Keuangan Nomor 0163/M.PPN/05/2016 – S-378/MK.02/2016 tanggal 13 Mei

2016 adalah sebesar Rp 251.195,2 juta yang terdiri dari: (i) belanja non

operasional sebesar Rp 208.693,0 termasuk di dalamnya penggunaan BLU Rp

9.240,0 juta dan (ii) belanja operasional sebesar Rp 42.502,2 juta. Di samping

itu, setiap rincian kegiatan yang akan dituangkan di dalam Renja BP Sabang

Tahun 2017 perlu disesuaikan dengan format ADIK.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan yaitu Kegiatan Prioritas BP

Sabang tahun 2017 diarahkan untuk dapat memberikan hasil pada penerimaan

BP Sabang. Adapun kegitan prioritas BP Sabang antara lain (i) Pembangunan

pelabuhan Balohan, (ii) Kegiatan Pariwisata, dan (iii) Kegiatan Perikanan.

Kegiatan Prioritas BP Sabang yang diusulkan adalah kegiatan yang sudah

memiliki dokumen-dokumen pendukung seperti DED, FS, Amdal, dan status

Aset sehingga kegiatan prioritas ini sudah siap untuk dibangun pada tahun

berjalan dan tidak menimbulkan perubahan/revisi kegiatan ditengah tahun

angggaran berjalan. Alokasi BLU sebesar Rp 9.240,0 juta pengunaannya akan

difokuskan untuk kegiatan yang mendukung Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Disepakati dalam penekanan pertemuan Tiga Pihak bahwa Bappenas fokus

pada pengalokasian anggaran Belanja Non Operasional, sedangkan

Kementerian Keuangan/DJA fokus pada pengalokasian Belanja Operasional.

Semua kegiatan yang diusulkan oleh BP Sabang tahun 2017 adalah kegiatan

prioritas dan sudah siap untuk dilaksanakan.

d) Musrenbangnas

Dalam forum Musrenbangnas, pengembangan kawasan industri dan KEK

menjadi salah satu program prioritas dalam Prioritas Nasional Percepatan

Pembambangunan Industri/KEK. Pada proses pembahasan, dukungan kegiatan

prioritas terbesar dalam pengembangan kawasan industri dan KEK yaitu pada

kegiatan konektivitas/aksesibilitas, ketersediaan infrastruktur dasar, dan

penyediaan tenaga terampil. Namun, secara keseluruhan, forum

Musrenbangnas hanya membahas sekitar 30% kegiatan prioritas, dengan hasil

kesepakatan yang disetujui menggunakan alokasi K/L yaitu sebesar 8,2 %.

Page 70: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

65

Tabel 12. List Kegiatan Prioritas dalam Mendukung PP Pengembangan Kawasan Industri/KEK

Kegiatan Prioritas belum ada kesepakat

an

belum dibaha

s

disetujui

dengan dana K/L

ditolak

Grand

Total

Pengembangan Kawasan Industri/KEK 95 456 52 32 635

Iklim Investasi PTSP (Penghapusan Perda Bermasalah) 3 3

Insentif Fiskal dan Non Fiskal 2 2 4

Ketersediaan Infrastruktur Dasar 5 23 9 5 42

Konektivitas / Aksesibilitas 84 409 34 21 548

Penyediaan Lahan Kawasan Industri 4 4 3 4 15 Penyediaan Tenaga Terampil dan Ahli(BLK,SMK,Akademi Komunitas,Politeknik) Mensosialisasikan mental Kewirausahaan 2 15 4 2 23 Grand Total 95 456 52 32 635

3.3.4 Penelaahan RKA K/L BP Batam dan BP Sabang

Penelaahan Pagu Alokasi TA 2017 BP Batam telah memenuhi persyaratan

secara substantif dan administratif sesuai dengan PMK No. 163/PMK.02/2016

tentang Juksunlah RKA K/L dan Pengesahan DIPA. Kriteria administratif meliputi

Surat Pengantar RKA K/L, RKA K/L, daftar rincian anggaran pagu per satker,

RKA Satker, ADK RKA K/L, dan persetujuan Komisi di DPR. Semua kriteria

administratif sudah lengkap, kecuali persetujuan komisi di DPR yang belum

lengkap ditandatangani oleh unsur pimpinan komisi di DPR. Sedangkan kriteria

substantif meliputi: kesesuaian data dalam RKA K/L dengan Pagu Alokasi K/L;

kesesuaian antara kegiatan, keluaran, dan anggarannya; komponen/tahapan

dan keluaran disusun berdasarkan konsep berpikir logis melalui Aplikasi ADIK;

konsistensi pencantuman angka perkiraan maju yang telah disusun melalui

aplikasi KPJM. Berdasarkan hasil penelaahan, RKA K/L BP Batam telah sesuai

dengan kriteria substantif tersebut. Alokasi yang diterima oleh BP Batam yaitu

Page 71: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

66

sebesar Rp 1.615.351.465.000. Pada proses penelaahan, Bappenas

menyampaikan bahwa BP Batam memiliki 3 kegiatan Prioritas Nasional yaitu

pembangunan dermaga curah kabil, pembangunan dan supervisi Gedung Rawat

Inap (Gedung B-RSBP), dan pembangunan sarana transportasi massal (LRT).

Ketiga proyek prioritas tersebut sudah terpenuhi dalam RKA K/L BP Batam TA

2017. Namun, dalam hal ini, BP Batam juga memberikan masukan bahwa

alokasi yang tertuang dalam Aplikasi KJPM agar dikaji kembali, karena bukan

merupakan usulan dari BP Batam.

Penelaahan Pagu Alokasi TA 2017 BP Sabang telah memenuhi persyaratan

secara substantif dan administratif sesuai dengan PMK No. 163/PMK.02/2016

tentang Juksunlah RKA K/L dan Pengesahan DIPA. Kriteria administratif meliputi

Surat Pengantar RKA K/L, RKA K/L, daftar rincian anggaran pagu per satker,

RKA Satker, ADK RKA K/L, dan persetujuan Komisi di DPR. Semua kriteria

administratif sudah lengkap, kecuali persetujuan komisi di DPR yang belum

lengkap ditandatangani oleh unsur pimpinan komisi di DPR. Sedangkan kriteria

substantif meliputi: kesesuaian data dalam RKA K/L dengan Pagu Alokasi K/L;

kesesuaian antara kegiatan, keluaran, dan anggarannya; komponen/tahapan

dan keluaran disusun berdasarkan konsep berpikir logis melalui Aplikasi ADIK;

dan Konsistensi pencantuman angka perkiraan maju telah disusun melalui

aplikasi KPJM. Berdasarkan hasil penelaahan, RKA K/L BP Sabang telah sesuai

dengan kriteria substantif tersebut. Namun untuk konsistensi pencantuman

sasaran kinerja K/L dengan RKP saat ini menjadi fokus reviu Bappenas. Alokasi

yang diterima oleh BP Batam yaitu sebesar Rp 207.153.000.000. Dalam

penelaahan, Bappenas menyampaikan bahwa BP Sabang memiliki 9 kegiatan

Prioritas Nasional, yaitu pembangunan ecotourism track, pembangunan TPA,

pembangunan sub marine tourism, pembangunan jaringan air bersih,

revitalisasi kawasan mercusuar Provinsi Aceh dan peningkatan sarana

prasarana infrastruktur CT-3 dan CT-1. Dari 9 kegiatan Prioritas Nasional BP

Sabang, 2 kegiatan Prioritas Nasional BP Sabang tidak dapat dilaksanakan pada

tahun 2017, yaitu: (1) Pembangunan Sub Marine Tourism, dikarenakan

permasalahan lahan untuk pembangunannya bukan aset milik BPKS, dan (2)

pembangunan revitalisasi kawasan mercusuar Provinsi Aceh dikarenakan

merupakan kewenangan Kemenhub.

Page 72: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

67

3.4. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun

2017 dalam Mendukung Kawasan Rawan Bencana

3.4.1. Isu Strategis dan Permasalahan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP

Tahun 2017

Permasalahan penanggulangan bencana di bidang regulasi belum jelasnya

kebijakan untuk desentralisasi PRB ke daerah; Peranan BPBD belum optimal

dalam mengkoordinasikan penanggulangan bencana di daerah. Terkadang

koordinasinya diambil alih oleh SKPD lain. Dokumen perencanaan

pembangunan belum berorientasi pada pengurangan risiko bencana. Belum

tersedianya tools atau indikator yang dapat mengukur kemajuan

penanggulangan bencana di suatu daerah. Keterbatasan dana penanggulangan

bencana, sehingga sulit untuk merespon kejadian bencana. Di sisi pendanaan,

peranan pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana sangat dominan

akan tetapi dampak yang dihasilkan belum optimal. Dalam hal ini, dukungan

dari pemerintah daerah sangat diperlukan untuk dapat mengoptimalkan

(leverage outcome) dari upaya pemerintah pusat. Kapasitas penanggulangan

bencana di dalam masyarakat belum sepenuhnya digali. BNPB/BPBD dapat

mengisi celah kapasitas dalam masyarakat. Perlu dilakukan identifikasi potensi

di masyarakat sebelum dilakukan intervensi oleh BNPB/BPBD/ pihak lain. Dalm

hal ini, peta risiko bencana belum seutuhnya menggambarkan potensi risiko

bencana suatu kawasan (daerah yang tidak berpotensi bencana, ternyata

terjadi bencana). Masih banyak daerah yang belum memiliki analisa risiko dan

peta risiko. Praktik-praktik pengurangan risiko bencana di tingkat masyarakat

juga belum dimanfaatkan dengan optimal. Di samping itu, desentralisasi

penanggulangan bencana belum sepenuhnya terlaksana, akan tetapi peranan

pemerintah daerah dalam penanggulangan juga masih belum optimal.

Pendelegasian peran kepada daerah.

Secara umum, solusi dalam menguatkan peran BNPB dibagi menjadi tiga

bidang utama. Dalam bidang koordinasi perencanaan, Kementerian Desa, PDT

dan Transmigrasi dan BNPB agar mengoptimalkan peran koordinasi

perencanaan program/kegiatan dalam pembangunan daerah tertinggal dan

kawasan rawan bencana. Pada bidang koordinasi pelaksanaan, Kementerian

Desa, PDT dan Transmigrasi, dan BNPB, agar mengoptimalkan peran

koordinasi pelaksanaan program/kegiatan dalam pembangunan daerah

tertinggal dan kawasan rawan bencana. Di samping itu, BNPB melakukan

pemantauan intensif untuk memastikan program/kegiatan on track dalam

mendukung pencapain target dan sasaran nasional terkait pembangunan

daerah tertinggal dan kawasan rawan bencana.

Page 73: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

68

3.4.2. Kebijakan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun

2017

Dalam prioritas pembangunan nasional 2017, penanggulangan bencana

bukan menjadi prioritas nasional namun beberapa Prioritas Nasional diarahkan

untuk mendukung penanggulangan bencana yaitu Pelayanan Kesehatan,

Perumahan dan Permukiman, Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Desa dan

Kawasan Perbatasan, dan Pembangunan Pariwisata. Arah kebijakan

penanggulangan bencana dalam RKP 2017 yaitu mengurangi risiko bencana

dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat dalam menghadapi bencana. Dalam melaksanakan arah kebijakan

tersebut, terdapat tiga strategi yang dilakukan, yaitu 1) Internalisasi

pengurangan risiko bencana di kabupaten/kota yang berisiko tinggi; 2)

Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana di kabupaten/kota yang

berisiko tinggi; dan 3) Peningkatan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah

dan masyarakat dalam penanggulangan bencana. Sasaran yang harus dicapai

dalam penanggulangan bencana yaitu menurunnya indeks risiko bencana serta

meningkatnya ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat

terhadap ancaman bencana di kabupaten/kota yang merupakan pusat-pusat

pertumbuhan yang berisiko tinggi terhadap bencana; dan terlaksananya

pemulihan daerah pasca bencana alam di Sinabung, Manado, Kelud serta

daerah pasca bencana alam lainnya.

Sasaran lokasi penurunan Indeks Risiko Bencana pada pusat-pusat

pertumbuhan berisiko tinggi yaitu sebanyak 120 kabupaten/kota berisiko tinggi

dan 16 kabupaten/kota berisiko sedang. Program prioritas penanggulangan

bencana yaitu: 1) internalisasi PRB dalam kerangka pembangunan; 2)

penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas

dalam penanggulangan bencana.

Gambar 4. Program Prioritas Penanggulangan Bencana dalam RKP 2017

Page 74: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

69

Program prioritas ke-1 Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam

kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah memiliki beberapa

kegiatan prioritas yaitu Pengarusutama-an PRB dalam perencanaan

pembangunan, Kajian risiko bencana untuk penyusunan RPJMD; Integrasi

Kajian Risiko bencana dalam RTRWP/K/K; Harmonisasi kebijakan dan peraturan

Pusat dan Daerah; dan Penyusunan rencana kontingensi. Program prioritas

ke-2 Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; memiliki beberapa

kegiatan prioritas yaitu Menumbuh-kan kesadaran dan pengetahuan bencana;

Sosialisasi PB melalui media; Penyebarluas-an informasi kebencanaan;

Kerjasama Pemerintah dengan lembaga non pemerintah; Percepatan

penyelesaian pemulihan pascabencana; Penataan dan pemeliharaan lingkungan

rawan bencana; dan Menumbuh-kan kearifan lokal. Program prioritas ke-3

Peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana, memiliki kegiatan

prioritas yaitu Kapasitas kelembagaan dan aparatur; Penguatan tata kelola PB;

Pengembang-an sistem peringatan dini; Pengembang-an dan pemanfaatan

IPTEK; Simulasi dan gladi PB; Infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan;

Perlindungan dan layanan pada saat darurat bencana; Desa tangguh bencana

untuk desa hebat; dan Pusat logistik kewilayahan.

3.4.3. Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan

Nasional Penanggulangan Bencana dalam Mendukung Kawasan Rawan

Bencana Tahun 2017

a) Pembahasan Bilateral Meeting

Menurunkan Indeks Risiko Bencana pada pusat-pusat pertumbuhan berisiko tinggi

KAWASAN :120 kab/kota berisiko tinggi

16 kab/kota berisiko sedang

GEMPA BUMI

TSUNAMI

LETUSAN GUNUNG

API

GELOMBANG EKSTRIM & ABRASI

CUACA EKSTRIM

KEGAGALAN TEKNOLOGI

EPIDEMI & WABAH

PENYAKIT

BANJIR

KARHUTLA

KEKERINGAN

LONGSOR

BANJIR BANDANG

Internalisasi PRB dalam kerangka

pembangunan

Peningkatan kapasitas

dalam penanggulang

an bencana

Penurunan tingkat

kerentanan terhadap bencana

Page 75: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

70

Perlu ditetapkan bersama mengenai target penurunan risiko bencana pada

136 kab/kota untuk tahun 2017 – 2019. Perencanaan penurunan risiko bencana

harus disepakati bersama pada pemerintah pusat agar anggaran di daerah

dapat dialokasikan dengan baik sinkron dengan pusat. Perlu diperhatikan

kegiatan prioritas dimana BNPB menjadi koordinator atau BNPB sebagai

eksekutor. Terkait pendanaan pada RKP 2017 adalah money follow program

maka alokasi pendanaan hanya untuk alokasi dana kegiatan prioritas. Kegiatan

diluar prioritas masuk dalam NSPK. Tanggal 8 Maret 2016 akan dikoordinasikan

dengan K/L bahwa tugas penanggulangan bencana tidak hanya BNPB, akan

tetapi tangguung jawab semua K/L. Tanggal 8 K/L lain juga harus kontribusi

alokasi untuk penurunan indeks risiko bencana. BNPB sebagai fungsi

koordinator penanggulangan bencana harus menentukan K/L mana saja yang

terlibat pada masing-masing sektor.

IRBI 2013 sama dengan sensus penduduk 10 tahunan, memiliki periode

perhitungan tertentu. Telah disepakati untuk RPJMN 2015 menggunakan IRBI

2013. Indeks bencana sama dengan indeks kemiskinan. Di pusat pertumbuhan

indeks kemiskinan selalu naik sehingga kapasitas masyarakat pada daerah

pusat pertumbuhan tidak meningkat signifikan. Kesimpulan: Semua unit kerja

BNPB akan menyusun kegiatan prioritas hingga alokasi anggaran berdasarkan

kegiatan prioritas dari hasil Multilateral Meeting dan indikator kegiatan kerja

BNPB.

b) Pembahasan Trilateral Meeting

Pada pelaksanaan Trilateral Meeting, disampaikan bahwa kondisi

keuangan Pagu pada tahun ini memiliki perbedaan dengan tahun sebelumnya.

Perlu diadakan pembahasan lebih lanjut mengendai kondisi keuangan dari tiap-

tiap KL. Apa yang berkembang di dalam diskusi Trilateral Meeting akan

digunakan untuk penyempurnaan pagu. Perlu diadakan penekanan tentang

arahan presiden terkait penyusunan RKP 2017. Kepala menteri/lembaga perlu

mencermati kegiatan yang akan dilakukan dan benar-benar bermanfaat untuk

rakyat dengan mengadopsi Money follow Programme. Perlu dicermati lagi

tentang pengertian Money follow Programme, apakah sesuai dengan Tusi dari

K/L. Nomenklatur diharapkan dapat dipertajam agar lebih konkrit, tidak lagi

menggunakan kata-kata yang multitafsir. Perlu diadakan penajaman dan

pengkajian kegiatan karena adanya keterbatasan dana.

Kegiatan yang ada diharapkan tetap berjalan, tetapi tidak menciptakan

ketimpangan, dan ketergantungan terhadap pemerintah. Kegiatan harus

integrated, disamping itu juga harus dapat dispasialkan. Penanggulangan

bencana lebih kepada mainstreaming, tidak hanya dilakukan oleh BNPB tetapi

K/L lain diharapkan dapat memberikan support, dari sini diperlukan fungsi BNPB

Page 76: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

71

sebagai Koordinator K/L terkait Penanggulangan Bencana. Lokasi kegiatan

penanggulangan bencana, telah disesuaikan dengan kawasan-kawasan

perbatasan, daerah tertinggal, kawasan ekonomi, dan PKSN. Kegiatan belanja

K/L BNPB diharapkan dapat disesuaikan, seperti dana on call yang masuk

kepada dana non-operasional. Terdapat perbedaan/penurunan dana belanja

K/L setelah sidang kabinet.

Hasil yang diharapkan dari Trilateral Meeting ini adalah pemutakhiran

Pagu yang telah disesuaikan berdasarkan hasil diskusi. Kegiatan yang akan

dialokasikan adalah kegiatan yang mendesak dan kegiatan yang sifatnya

multiyears atau bersifat telah dikontrak. Kegiatan yang akan diusulkan harus

sesuai dengan arahan menteri Bappenas, dengan pertimbangan sesuai dengan

prioritas, tepat lokasi dan sasaran, serta sesuai dengan kemampuan keuangan

negara.

Page 77: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

72

Tabel 11. Kegiatan Prioritas RKP Tahun 2017 yang Mendukung Penanggulangan Bencana

PROGRAM PRIORITAS

KEGIATAN PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN SASARAN INDIKATOR

Konektivitas (tol) laut dan industri maritim

Penguatan Industri Perkapalan dan Rancang Bangun Kelautan

Program Penanggulangan Bencana

Penyiapan peralatan di kawasan rawan bencana

Pengadaan Speedboat Manta Jumlah Speedboat Manta

Program Penanggulangan Bencana

Penyiapan peralatan di kawasan rawan bencana

Pengadaan Speedboat Polyethelyne

Jumlah Speedboat Polyethelyne

Tata Ruang Laut, Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir dan Laut serta Wisata Bahari

Penataan Ruang Laut dan zonasi pesisir

Program Penanggulangan Bencana

Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana

Tersusunnya kajian dan peta risiko bencana di kabupaten/ kota pesisir untuk mendukung kegiatan rehabilitasi pesisir oleh KKP ataupun pembangunan/pengembangan pelabuhan (tol laut)

Jumlah kajian dan peta risiko bencana di kabupaten/kota pesisir

Penetapan Batas Laut, Penamaan Pulau, dan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Pengelolaan pulau-pulau kecil

Program Penanggulangan Bencana

Pengembangan aplikasi teknologi informasi, komunikasi dan kehumasan

Tersedianya Data dan Informasi kebencanaan digunakan untuk kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana (Tersusunnya data dan informasi kebencanaan untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terluar)

Jumlah Data dan Informasi Kebencanaan digunakan untuk pengelolaan pulau-pulau kecil (Jumlah pulau-pulau kecil terluar yang rawan bencana yang memiliki indeks risiko tinggi)

Page 78: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

73

Tabel 11. Lampiran Pagu Indikatif BNPB Hasil Kesepakatan Trilateral Meeting

KODE PROGRAM

SUMBER PENDANAAN

K/L UNIT PROG RUPIAH PLN RMP PLN

HLN RMP HLN

PDN SBSN PNBP BLU JUMLAH1)

103 01 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNPB

259.447,00 -

-

-

-

-

-

-

-

259.447,00

103 01 03 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB

14.000,00 -

-

-

-

-

-

-

-

14.000,00

103 01 06 Program Penanggulangan Bencana 566.299,90 -

-

-

-

-

-

-

-

566.299,90

JUMLAH 839.746,90 -

-

-

-

-

-

-

-

839.746,90

PENJELASAN:

Angka pada Kolom Jumlah SUDAH memperhitungkan alokasi Belanja Operasional :

a. Belanja Pegawai Operasional Rp 47,647.1 Juta

b. Belanja Barang Operasional

Rp 65,200.0 Juta

Page 79: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

74

3.4.4 Penelaahan RKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Perencanaan dan arah kebijakan penanggulangan bencana secara umum

telah tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. Rencana dan kebijakan ini juga

telah dirincikan ke dalam RKP setiap tahunnya. BNPB selaku K/L bertugas untuk

menyusun Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan

mengacu kepada RKP dan Renstra BNPB. Renja dan RKP kemudian dirincikan

melalui RKA-KL yang merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran

yang berisi program dan kegiatan BNPB. Untuk mencapai sasaran

pembangunan bidang penanggulangan bencana yang tercantum di dalam RKP,

maka diperlukan sinkronisasi antara RKP 2017, Renja BNPB 2017, dan RKA-KL

BNPB 2017.

Berdasarkan hasil penelaahan RKA-KL BNPB yang dilakukan pada Tahun

2016, masih terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian lebih lanjut,

antara lain:

1) Substansi RKA-KL untuk tahun 2017 agar lebih memperhatikan konsistensi

nomenklatur, target/sasaran, outcome, output, indikator, dan besaran

alokasi program dan kegiatan dalam RKP 2017 dan Renja KL 2017

2) Secara umum masih terdapat perbedaan output, rincian alokasi dan volume

target kegiatan pada RKA-KL yang tidak sesuai dengan Renja KL, hal ini

perlu untuk disampaikan melalui surat resmi kepada Bappenas dan

Kemenkeu.

3) BNPB perlu menjaga program dan kegiatan yang mendukung Prioritas

Nasional tahun 2017 untuk tidak berubah, dengan harapan dapat

tercapainya Prioritas Nasional yang berkaitan dengan Penanggulangan

Bencana. Naik di Prioritas Nasional Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan,

dan Prioritas Nasional lainnya.

BNPB telah melaksanakan rapat koordinasi pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan program/kegiatan Penanggulangan Bencana Nasional untuk

melakukan pengintegrasian kegiatan Penanggulangan Bencana multisektor.

Penanggulangan Bencana tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan

pembangunan nasional, dimana setiap aspek pembangunan yang

diselenggarakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan mengintegrasikan

upaya-upaya pengurangan risiko bencana.

Upaya pengintegrasian kebijakan penanggulangan bencana ini telah

dilaksanakan dengan memasukkan kebijakan penanggulangan bencana

kedalam agenda pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 melalui fokus

pelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup, dan pengelolaan bencana. Hal

ini dimasukkan melalui fokus pelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup,

dan pengelolaan bencana diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan

Page 80: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

75

nasional, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan di

bidang penanggulangan bencana nasional sesuai arahan RPJMN 2015-2019,

serta sejalan dengan peran BNPB dalam mengkoordinasikan kebijakan dan

penyelenggaraan penanggulangan bencana. Hal tersebut, dapat digambarkan

melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan

kegiatan penanggulangan bencana pada tingkat kementerian/lembaga.

Kualitas koordinasi lintas sektor dalam penanggulangan bencana,

merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam upaya

penanggulangan bencana. Kegiatan penanggulangan bencana merupakan

urusan bersama, baik antara pemerintah-masyarakat maupun pemerintah-

pemerintah. Perlu peran penting dari BNPB selaku koordinator program dan

kegiatan penanggulangan bencana, untuk mengkoordinir K/L terkait hal

penanggulangan bencana. Sejauh ini beberapa K/L telah menerapkan kegiatan

terkait penanggulangan bencana, namun masih dilakukan secara terpisah dan

tidak terkoordinasi secara baik. Selain itu, K/L masih terpaku pada kegiatan

respon/tanggap darurat adn pasca bencana, belum mengaitkan aspek

pengurangan risiko bencana, seperti:

1. Beberapa kementerian/lembaga masih belum membuat kebijakan khusus

yang mempertimbangkan permasalahan kebencanaan;

2. Masih terdapat beberapa kegiatan yang sama di antara kementerian

lembaga (seperti desa tangguh bencana, desa siaga, desa pesisir, dan lain

sebagainya)

3. Masih banyaknya pemerintah daerah yang belum mengalokasikan anggaran

khusus untuk penanggulangan bencana, beberapa daerah yang telah

mengalokasikan dana untuk penanggulangan bencana masih terbatas oleh

kondisi keuangan daerah, sehingga ketergantungan pendanaan kepada

pemerintah pusat sangat besar;

4. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dalam penanggulangan

bencana sudah sesuai dengan kebutuhan daerah, tetapi karena kegiatan

BNPB seluruhnya masih merupakan kegiatan pusat, BNPB hanya melakukan

fasilitasi kepada daerah.

Kegiatan penanggulangan bencana di tingkat pusat masih memerlukan

banyak peningkatan, terutama dalam hal koordinasi. BNPB selaku koordinator

kegiatan kebencanaan di tingkat pusat, perlu mendorong seluruh K/L yang

terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana agar lebih memberikan

perhatian terhadap bidang kebencanaan. Hal ini dapat diterapkan dengan

menciptakan perencanaan dan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko

bencana. Selain itu, anggaran untuk kegiatan penanggulangan bencana

maupun pengurangan risiko bencana juga perlu diberi alokasi khusus.

Page 81: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

76

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan kesinambungan dari

kegiatan penanggulangan bencana pada fase pasca bencana. Kegiatan

rehabilitasi dan rekonstruksi ini lebih menekankan pada pemulihan masyarakat,

baik melalui aspek fisik maupun sosial. Untuk melakukan kegiatan rehabilitasi

dan rekonstruksi, diperlukan sinkronisasi dan koordinasi kegiatan lintas sektor

untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. BNPB selaku

koordinator dalam hal penanggulangan bencana menginstruksikan

kementerian/lembaga terkait untuk melakukan pembahasan terhadap

komitmen setiap K/L dalam melakukan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi

pasca bencana. Kegiatan ini memerlukan komitmen tinggi dari setiap K/L serta

memprioritaskan pendanaan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana.

Program/kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh setiap

K/L di tiap tahun akan selalu dipantau dan dievaluasi oleh BNPB selaku

koordinator kegiatan penanggulangan bencana di pusat. Seluruh K/L

diharapkan dapat berperan dalam program/kegiatan penanggulangan bencana

baik dalam tahap prabencana, tanggap darurat, maupun pascabencana.

Pemantauan dan Evaluasi kegiatan ini bertujuan untuk mensinergikan peranan

setiap K/L terkait kegiatan penanggulangan bencana. Kegiatan ini diinisiasi oleh

BNPB dalam bentuk rapat koordinasi yang dilaksanakan di Graha BNPB dengan

mengundang seluruh K/L terkait.

3.5. Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 dengan Pemerintah

Daerah

Salah satu kegiatan koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah daerah

dalam rangka perencanaan RKP yaitu koordinasi perencanaan RKP tahun 2017

bidang pembangunan daerah tertinggal yang dilakukan di Kabupaten Sampang,

Provinsi Jawa Timur pada tanggal 2-4 Juni 2016, dimana yang menjadi focus

informasi yang didalami adalah terkait dengan sektor unggulan kabupaten dan

SDM di Kabupaten Sampang yang menjadi indikator ketertinggalan utama

daerah. Usulan kegiatan yang disetujui dengan dana K/L di Kabupaten

Sampang dalam Prioritas Nasional Daerah Tertinggal yaitu.

1. Untuk program prioritas pelayanan dasar publik, pada kegiatan prioritas

pembangunan ketenagalistrikan, akan dilakukan pengadaan PLTS dan tenaga

lainnya oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasu. Daerah mengusulkan kebutuhan PLTS Terpusat, yang

kemudian akan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran Kementerian

Desa, PDT, dan Transmigrasi. Diharapkan pembangunan PLTS Terpusat

diarahkan kepada pemenuhan elektrifikasi untuk menunjang perekonomian

dan kegiatan belajar dan mengajar.

Page 82: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

77

2. Untuk program prioritas Peningkatan Aksesibilitas, Konektivitas, pada

kegiatan prioritas Pembangunan, Peningkatan Kapasitas, dan Pemeliharaan

Jalan dan Jembatan, akan dilakukan rehabilitasi/pemeliharaan Jalan Nasional

oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kegiatan

pembangunan akan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran Kementerian

PU-PR dan kondisi ruas jalan yang diusulkan. Adapun ruas jalan yang

diusulkan yaitu:

a) Jalan Jaksa Agung Suprapto (Sampang) (No Ruas 110.13)

b) Jalan Wahid Hasyim (Sampang) (No Ruas 110.12)

c) Jalan Panglima Sudirman (Sampang) (No Ruas 110.11)

d) Jalan KH Hasyim Ashari (Sampang) (No Ruas 111.11)

e) Jalan P Diponegoro (Sampang) (No Ruas 111.13)

f) Jalan Trunojoyo (Sampang) (No Ruas 111.12)

3. Untuk program prioritas Pengembangan Ekonomi Lokal, pada kegiatan

prioritas Pengembangan Ekonomi Lokal, akan dilakukan Pembibitan dan

Perawatan Ternak oleh Kementerian Desa, PDTT. Dalam hal ini, belum ada

kesepakatan, sehingga Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi akan

membahas lebih lanjut terkait kelanjutan pembangunan peternakan modern

yang telah dilaksanakan Tahun 2015.

4. Untuk program prioritas Peningkatan Aksesibilitas/ Konektivitas, pada

kegiatan prioritas, Pembangunan, Peningkatan Kapasitas, dan Pemeliharaan

Jalan dan Jembatan, terdapat kegiatan Pembangunan Jalan Sreseh-

Pangarengan, namun belum ada kesepakatan. Ruas jalan ini merupakan

jalan non status yang bersifat strategis. diharapkan dapat dialokasikan

melalui DAK. Pemerintah Provinsi akan menyiapkan lahan dan desain.

Tabel 12. Rekapitulasi Usulan Kegiatan Semua PN di Kabupaten Sampang

REKAP USULAN SEMUA PN DI KABUPATEN SAMPANG

No Status Kesepakatan Jumlah

1 Belum ada kesepakatan 3

2 Belum dibahas 12

3 Disetujui dengan dana k/l 4

4 Ditolak 5

Grand Total 24

KEMENTERIAN DAN USULAN KEGIATAN DI MUSRENBANGNAS: DISETUJUI

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal 1

Page 83: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

78

KEMENTERIAN KESEHATAN Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 2

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1

Grand Total 4

KEMENTERIAN DAN USULAN KEGIATAN DI MUSRENBANGNAS: BELUM ADA KESEPAKATAN

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah Tertinggal 1

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Penyediaan Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan 1

Grand Total 3

KEMENTERIAN DAN USULAN KEGIATAN DI MUSRENBANGNAS: BELUM DIBAHAS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan 1 Pengelolaan Kawasan Perikanan Budidaya 5 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, Rehabilitasi Lahan, Perencanaan DAS, serta Pengendalian Kerusakan Perairan Darat

1

Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial 2 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1 Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan

1

KEMENTERIAN PERTANIAN Peningkatan Produksi Pakan Ternak 1 Grand Total 12

KEMENTERIAN DAN USULAN KEGIATAN DI MUSRENBANGNAS: DITOLAK KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal 1

Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal 1

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA

Page 84: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

79

DAN KEBUDAYAAN

Koordinasi kebijakan Pendidikan Menengah dan Keterampilan Bekerja 1

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Peningkatan Kerjasama Pembiayaan KUMKM 1

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1

Grand Total 5

Tingkat kemikinan di Kabupaten Sampang dan daerah tertinggal yang

berada di provinsi Jawa Timur relatif masih tinggi, untuk itu dalam rangka

mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal yang ada di Provinsi

Jawa Timur diperlukan kegiatan – kegiatan dalam rangka penurunan tingkat

kemiskinan dan harus secara holistik diterapkan tidak secara parsial karena

akan mengurangi manfaat dalam menyentuh akar masalah kemiskinan di

daerah.

Untuk mendorong penurunan tingkat kemiskinan di daerah diperlukan

kegiatan yang mendorong masyarakat untuk lebih produktif, tidak lagi dengan

cara konsumtif (seperti bantuan langsung tunai). Kegiatan produktif tersebut

seperti dengan melakukan pengembangan ekonomi lokal yang merupakan

sektor unggulan masing – masing daerah yang memiliki daya ungkit dalam

penurunan kemiskinan.

Tabel 3.2 Sektor unggulan daerah tertinggal di Jawa Timur

Provinsi/

Kabupaten Sekto

r

Pert

ania

n

Sekto

r

Pert

am

bangan

& P

enggalia

n

Sekto

r In

dust

ri

Pengola

han

Sekto

r Lis

trik

,

Gas

& A

ir

Bers

ih

Sekto

r

Bangunan

Se

kto

r

Pe

rda

ga

ng

an

,

Ho

tel

&

Resto

ran

Sekto

r

Pengangkuta

n

& K

om

unik

asi

Sekto

r

Keuangan,

Pers

ew

aan, &

Jasa

Peru

sahaan

Sekto

r Ja

sa-

jasa

PD

RB (R

p.

Mily

ar)

Jawa Timur

163.293 29.548 279.42

3 16.542 40.629

368.333

67.822 53.039 92.575 1.094.377

Bondowoso

2,816 0,260 0,635 0,352 0,409 0,817 0,236 0,506 0,899 9.991

Situbondo 1,972 0,751 0,367 0,522 1,009 1,108 0,933 0,641 1,002 11.749

Bangkalan 1,890 0,561 0,161 0,757 2,656 0,837 1,147 0,893 1,886 10.664

Sampang 2,705 3,356 0,039 0,266 0,745 0,835 0,429 0,757 1,419 8.038

Sumber : Bappeda Jawa Timur, 2016

Page 85: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

80

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian menjadi tulang

punggung utama penggerak perekonomian dari kabupaten – kabupaten

tertinggal di Jawa timur. Dalam hal ini, produk unggulan dari Kabupaten

Sampang sendiri adalah Garam dan Jagung. Untuk menunjang pengembangan

sektor unggulan di atas, diperlukan pengembangan ekonomi wilayah secara

terintegrasi dari aspek hulu dan hilir (keterkaitan sektor) dengan meningkatkan

konektivitas antara daerah pinggiran, seperti daerah tertinggal ke pusat

pertumbuhan/kawasan strategis.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat

dirumuskan berdasarkan hasil pelaksanaan koordinasi perencanaan RKP 2017,

yaitu sebagai berikut.

1. Kementerian PPN/Bappenas dalam hal ini yaitu Direktorat Daerah Tertinggal,

Transmigrasi, dan Perdesaan bersama dengan Kementerian Keuangan,

Kementerian/Lembaga Mitra Kerja (Kementerian Desa PDTT, Badan Nasional

Pengelola Perbatasan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan BP

Sabang dan BP Batam), dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya

melakukan koordinasi perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017. Koordinasi diarahkan untuk

menghasilkan program dan kegiatan sebagai kebijakan pemerintah dalam

mendukung pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan

strategis nasional, dan kawasan rawan bencana.

2. Koordinasi perencanaan yang dilakukan dalam bentuk Multilateral Meeting,

Bilateral Meeting, Trilateral Meeting, dan Musrenbangnas menghasilkan

kesepakatan arah kebijakan, strategi, program, dan kegiatan stategis dalam

bidang pembangunan daerah tertinggal, perbatasan, kawasan strategis

nasional dan kawasan rawan bencana Tahun 2017, yang diikuti dengan

target, sasaran, beberapa lokasi yang sudah dapat ditentukan, dan usulan

Page 86: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

81

pendanaan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelaahan RKA K/L

khususnya terkait anggaran K/L mitra.

3. Kegiatan koordinasi perencanaan RKP menghasilkan pagu indikatif tahun

2017 bagi Kementerian Desa PDTT, Badan Nasional Pengelola Perbatasan,

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan BP Sabang dan BP Batam

sebagai kementerian/lembaga mitra kerja Direktorat Daerah Tertinggal,

Transmigrasi, dan Perdesaan, yang disusun berdasarkan program prioritas

dan kegiatan prioritas dalam rancangan RKP 2017.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, rekomendasi yang dapat diberikan

untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaan RKP 2017 yaitu:

1. Penguatan penghitungan data dasar di bidang infrastruktur transportasi,

pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ekonomi

masyarakat di daerah tertinggal dan perbatasan, sehingga diketahui jumlah

kebutuhan investasi yang harus dilakukan pemerintah untuk mempercepat

pembangunan di daerah tertinggal dan perbatasan. Dalam sisi perencanaan,

penguatan data diperlukan untuk merumuskan kejelasan target dan sasaran

sehingga dapat lebih memfokuskan arah pembangunan.

2. Melihat usulan program/kegiatan dari pemerintah daerah yang kurang tepat

sasaran, maka perlu technical assistance dalam mekanisme pengisian sistem

aplikasi musrenbang. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu

melakukan treatment khusus bagi daerah-daerah terisolir dalam mekanisme

pengusulan untuk memastikan proses dari sisi bottom up berjalan secara

adil.

3. Koordinasi yang baik antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian

Keuangan, dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal serta BNPP,

BNPB, maupun Kementerian/Lembaga perlu ditingkatkan baik dalam rangka

penyusunan rencana maupun dalam pelaksanaan pembangunan dengan

implementing partner. Selain itu keterpaduan antara RPJMN, RKP, Renja-KL,

maupun RKA-K.L harus dapat tergambar dengan jelas dan terpadu. Perlu

Page 87: Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 …kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluasi/201… · Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana

82

peningkatan kualitas dokumen perencanaan K/L Mitra dengan menekankan

pada kebutuhan prioritas dan urgensi kebutuhan (bukan sekedar indikasi

kebutuhan shoping list) setiap daerah/kawasan.

4. Peran K/L mitra kerja perlu ditingkatkan supaya tidak hanya

mengkoordinasikan K/L namun juga mengarahkan K/L sektoral sehingga

dapat bersinergi dalam menangani percepatan pembangunan daerah

tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan

rawan bencana yang membutuhkan penanganan lintas sektor. Hal ini

dilakukan dalam rangka proses pencapaian tujuan dan sasaran pada akhir

periode RPJM 2015-2019.