laporan acid kdk obstetri

Upload: elsa-alamanda

Post on 10-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

obstetri

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KELUARGA DENGAN IBU HAMIL G1P0A0 USIA 18 TAHUN HAMIL 32 MINGGU, PRIMIGRAVIDA MUDA, KEK, DAN ANEMIA RINGAN, DENGAN ANGGOTA KELUARGA LAIN YANG SEHAT

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :Lucky Putri Arum sari220101132100118Astrid Karina Putri220101132100119Meirinda Felicia220101132100137

PRAKTEK BELAJAR LAPANGANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga : Keluarga dengan Ibu Hamil G1P0A0 Usia 17 Tahun Hamil 32 Minggu, Primigravida muda, dengan Anggota Keluarga Lain yang Sehat telah disajikan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal Mei 2014 di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNDIP Semarang.

Semarang, Mei 2014

Mengesahkan, Penguji

Dr. Firdaus Wahyudi, M.Kes, Sp.OG

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPermasalahan kesehatan reproduksi dimulai dengan adanya perkawinan muda pada usia 10-54 tahun, 2,6 persen menikah pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun dan 23,9 persen menikah pada umur 15-19 tahun. Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda umur menikah semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi. Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program keluarga berencana (KB) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia. 1Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Target AKI merupakan suatu komitmen internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki 8 target yang salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 sampai tahun 2015. Sehingga untuk Indonesia, memiliki target AKI sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. 1Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatanbila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. Sebesar 57,93% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74%, dan pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur < 20 tahun sebesar 6,37%.2

Setiap ibu hamil menghadapi risiko terjadinya kematian, sehingga salah satu upaya menurunkan tingkat kematian ibu adalah meningkatkan status kesehatan ibu hamil sampai bersalin melalui pelayanan ibu hamil sampai masa nifas. Pada Riskesdas 2013, indikator cakupan pelayanan ibu hamil sampai masa nifas diperoleh dari informasi riwayat kehamilan berdasarkan kelahiran yang terjadi pada periode 1 Januari 2010.3 Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).3Hasil Riskesdas 2013, persalinan di fasilitas kesehatan adalah 70,4 persen dan masih terdapat 29,6 persen di rumah/lainnya. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (dokter spesialis, dokter umum dan bidan) mencapai 87,1 persen, namun masih bervariasi antar provinsi. Pelayanan kesehatan masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari setelah melahirkan. Terdapat 81,9 persen ibu bersalin yang mendapat pelayanan nifas pertama pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan (KF1), periode 7 sampai 28 hari setelah melahirkan (KF2) sebesar 51,8 persen dan periode 29 sampai 42 hari setelah melahirkan (KF3) sebesar 43,4 persen. Akan tetapi angka nasional untuk KF lengkap yang dicapai baru sebesar 32,1 persen. Ibu bersalin yang mendapat pelayanan KB pasca bersalin mencapai 59,6 persen.1Pelaksanaan program keluarga berencana dinyatakan dengan pemakaian alat/cara KB. Pemakaian alat KB modern di antara WUS (wanita usia kawin 15-49 tahun) merupakan salah satu dari indikator universal akses kesehatan reproduksi. Hasil Riskesdas 2013, pemakaian cara/alat KB di Indonesia sebesar 59,7 persen dan CPR modern sebesar 59,3 persen. Diantara penggunaan KB modern tersebut, sebagian besar menggunakan cara KB suntikan (34,3%). Pelayanan KB di Indonesia sebagian besar diberikan oleh bidan (76,6%) di fasilitas pelayanan swasta yaitu tempat praktek bidan (54,6%). 1,2Selain pemeriksaan rutin yang wajib dilaksanakan oleh ibu hamil, perlu dilaksanakan pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan kedokteran keluarga agar setiap penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil dapat lebih komprehensif dan berkesinambungan. 1.2 TujuanTujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan pada ibu hamil 31 minggu dengan usia muda.

1.3 ManfaatPenyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien ibu hamil risiko tinggi.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Risiko Tinggi2.1.1 DefinisiRisiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari, misalnya terjadinya kematian, kesakitan atau kecacatan pada ibu dan bayinya.5Faktor risiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau sekelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kematian pada ibu dan atau bayinya. Untuk itu dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor risiko pada semua ibu hamil sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan.5Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok risiko tinggi cenderung akan mengalami mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi baik pada ibu maupun pada bayinya.5Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau cirri-ciri yang menyebabkan ibu atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Cara menentukan kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu dengan cara skoring dan cara kriteria.5

2.1.2 Cara Menentukan Kehamilan Risiko TinggiCara skoring. Kelompok Faktor Risiko I:Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur 35 tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah 145 cm dan 3 Pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu mengalami perdarahan pascapersalinan dengan infuse/transfuse, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar. (masing-masing memilki skor 4) Kelompok Faktor Risiko II:Ada Gawat Obstetrik/AGO penyakit ibu, preeclampsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak lintang.(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak lintang dan letak sungsang dengan skor 8) Kelompok Faktor Risiko III:Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO; perdarahan antepartum dan preeclampsia berat/eklampsia (masing-masing memiliki skor 8)Berdasarkan jumlah skor, ada 3 kelompok risiko:1. Kelompok Non risiko tinggi (KRR) jumlah skor 2, selama hamil tanpa faktor risiko.2. Kelompok Risiko Tinggi (KRT) jumlah skor 6 10, dapat dengan FR tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR ganda 2 dari kelompok FR I dan II.3. Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)jumlah skor 12, ibu hamil dengan FR ganda dua atau tiga dan lebih.Cara KriteriaApabila dalam anamnesis dan pemeriksaan ibu hamil didapatkan satu atau lebih faktor risiko (kriteria) maka dapat digolongkan sebagai ibu hamil dengan risiko tinggi.Sedangkan apabila tidak terdapat faktor risiko digolongkan sebagai faktor risiko rendah.Faktor-faktor risiko atau kriteria ibu hamil risiko tinggi adalah:51. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu : Primigravida usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Usia kehamilan lebih dari 42 minggu Berat badan ibu tergolong obesitas Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 23,5 cm Tekanan darah systole lebih dari 130 mmHg dan diastole antara lebih dari 95 mmHg Jumlah kelahiran anak lebih dari 5 Jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu : Terdapat riwayat asma Terdapat riwayat hipertensi Terdapat riwayat diabetes melitus Terdapat riwayat sakit kronik lainnya3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu : Riwayat persalinan prematur Riwayat perdarahan Riwayat operasi Riwayat penyulit persalinan

2.1.3 Komplikasi Ibu Hamil Risiko Tinggi Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu:1. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu : Perdarahan berulang Kesulitan dalam persalinan Kelelahan dalam persalinan Kecacatan ibu dan janin Kematian ibu dan janin2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu : Sesak nafas Kejang Koma Perdarahan berulang Penurunan daya tahan tubuh Kesulitan dalam persalinan Kematian ibu dan janin3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu : Perdarahan berulang Robekan dalam rahim Kesulitan dalam persalinan Kematian ibu dan janin

2.1.4 Hubungan Usia Ibu dengan KehamilanUsia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20 35 tahun. Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas 35 tahun. Wanita yang hamil di usia muda, belum mencapai kematangan fisik dan mental yang cukup. Kehamilan di usia muda akan menghabiskan persediaan makan yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi seorang gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga wanita yang hamil di usia muda, berisiko menderita berbagai komplikasi seperti anemia, preeklampsia, eklampsia dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Sedangkan kehamilan pada usia tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk mendapatkan penyulit kehamilan (preeklampsia eklampsia, plasenta previa) maupun penyulit persalinan (bedah caesar, perdarahan postpartum).1,5

2.1.5 Infeksi dalam KehamilanInfeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi tiga penyebab yaitu : Infeksi virus, meliputi varisela zoster, influenza, parotitis, rubeola, virus pernapasan, enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus. Infeksi bakteri meliputi streptokokus grup A, streptokokus grup B, listeriosis, salmonella, sigela, morbus hansen. Infeksi protozoa meliputi toksoplasmosis, amubiasis.Terdapat empat jenis penyakit infeksi yang berbahaya bagi janin apabila infeksi ini diderita oleh ibu hamil, di mana keempat penyakit infeksi ini dikenal dengan istilah TORCH yaitu toksoplasma, rubella, sitomegalovirus dan herpes.5

2.1.6 Hubungan Jarak Kehamilan terhadap KehamilanJarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya, dan berisiko terjadi anemia dalam kehamilan karena setelah cadangan zat besi ibu hamil pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandungnya.5

2.1.7 Pengaruh Nutrisi pada KehamilanPeningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil diharapkan akan mencapai usia hamil yang cukup bulan (aterm), tumbuh kembang janin yang baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang minimal dan pada akhirnya akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi dan sesudahnya. Ibu hamil yang underweight ( BMI < 19,8 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil tidak adekuat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2500 gr ), sebaliknya ibu hamil yang overweight ( BMI > 26,0 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil berlebihan akan melahirkan bayi dengan berat lahir yang tinggi melebihi yang seharusnya (makrosomi).Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 20-35 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kalori (KEK). Kurang energy kalori pada ibu hamil bisa terjadi karena konsumsi energi maupun protein mengalami kekurangan dalam jangka waktu yang lama. Ambang batas LiLA pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm. Wanita yang memiliki risiko KEK adalah wanita dengan LiLA kurang dari 23,5 cm. Di mana pada wanita yang mengalami KEK ini cenderung akan mengalami anemia gizi yang nantinya dapat menyebabkan komplikasi saat kehamilan, persalian, maupun masa nifas.5

2.1.8 Anemia dalam KehamilanWanita yang sedang hamil sering mengalami anemia. Batasan anemia pada ibu hamil ialah bila kadar Hb kurang dari 11 g/dl pada trimester ke-1 dan ke-3 dan pada trimester kedua kurang dari 10,5 g/dl. Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma, sedangkan pada akhir kehamilan plasma menurun dan massa hemoglobin meningkat terus.Kebutuhan besi dalam kehamilan yaitu 1 gram, di mana 300 mg ditujukan untuk janin, sisanya untuk perkembangan ibu dan plasenta. Pengaruh anemia dalam kehamilan ialah kemungkinan peningkatan risiko kelahiran preterm.Wanita hamil yang mengalami anemia berat bisa menjadi lelah berlebihan, nafas tersengal, dan sakit kepala berkunang-kunang. Risiko persalinan preterm dan infeksi setelah melahirkan pun akan meningkat.5

2.1.9 Hipertensi dalam KehamilanHipertensi dalam kehamilan adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi.Di Indonesia preeklampsia dan eklamsia masih merupakan penyebab dari kematian ibu.Sebagai batasan hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah diastolik 90 mmHg dan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan proteinuria.Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan antara lain: Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak dijumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir ditegakkan pasca persalinan. Hipertensi kronis adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan, selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak ditemukan keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda preeklampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis Preeklamsia ringan, preeklampsia berat, eklampsia : a. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamialn > 20 minggu, proteinuria > 300 mg dalam 24 jam atau dipstick+1.b. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah > 160/110 mmHg , proteinuria +2 (usia kehamilan > 20 minggu).c. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsia berat (kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).5

2.1.10 Diabetes Mellitus dalam KehamilanDiabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pembagian diabetes mellitus pada kehamilan:1. DM yang memamg sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (DM hamil = DM progestasional). Sebagian besar termasuk golongan IDDM (Insulin Dependent DM)2. DM yang baru saja ditemukan pada saat kehamilan (DM Gestasional = DMG). Umumnya termasuk golongan IIDDM (Non Insulin Dependent DM). DMG sendiri dibagi dua sub kelompok, yaitu : Sudah mengidap DM sebelumnya, tetapi baru diketahui pada saat hamil (sama dengan DMH). Belum pernah mengidap DM dan baru mengidap DM pada masa kehamilan (Pregnancy-Induced Diabetes Mellitus). Merupakan DMG sesungguhnya, sesuai dengan definisi lama WHO 1980.Kedua sub-kelompok ini baru dapat dibedakan setelah dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) ulangan pasca persalinan. Untuk sub kelompok DMH, hasil TTGO pasca persalinan masih tetap abnormal, sedangkan untuk DMG hasil akan kembali normal.5

2.1.11 Hubungan Riwayat Perdarahan dengan KehamilanPerdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak di antaranya adalah sebagi berikut: Faktor genetik, translokasi parental keseimbangan genetik Mendelian Multifaktor Robertsonian Resiprokal Kelainan kongenital uterus Anomali duktus Mulleri Septum uterus Uterus bikornis Inkompetensi serviks uterus Mioma uteri Sindroma Asherman Autoimun Aloimun Mediasi imunitas humoral Mediasi imunitas seluler Defek fase luteal Faktor endokrin eksternal Antibodi antitiroid hormon Sintesis LH yang tinggi Infeksi Hematologik LingkunganPerdarahan yang terjadi pada umur kehamilan lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum terdiri dari plasenta previa, solutio plasenta, dan vasa previa.5

2.1.12 Usaha Pencegahan Kematian Ibu Hamil dengan Risiko TinggiUsaha pencegahan kematian ibu hamil dapat dimulai dari dalam keluarga, maupun karena keluarga merupakan orang terdekat dari ibu hamil dan dapat memberikan pengawasan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu dibicarakan dengan ibu hamil, suami, dan keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan yang aman. Keluarga dapat ikut berperan serta dalam mengambil keputusan untuk mempersiapkan mental ibu dan merencanakan biaya, transportasi, dan kebutuhan lainnya jauh sebelum persalinan sehingga menuju ke kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana dan Rujukan Tepat Waktu.Di mana sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh 4 terlambat (4T), antara lain:51. Terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi2. Terlambat mengambil keputusan3. Terlambat memperoleh transportasi4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai.Oleh karena itu, diupayakan untuk mencegah 4T dengan cara :1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi.2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga.3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan.4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai.5

2.2 Kedokteran Keluarga2.2.1 Hakikat Kedokteran KeluargaIlmu Kedokteran Keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang oreientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyeluruh dan berkesinambungan kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya.(8upik) Sehingga pemanfaatan ilmunya bersifat menyeluruh, yaitu terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga. Dengan demikian dokter harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.(6,upik)a. Hakikat biologikKedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.b. Hakikat psikologikSebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilakuk dan kebiasaannya.c. Hakikat sosiologikDalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan: Proses dinamika dalam keluarga Potensi keluarga Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif Pendidikan dan lingkungannyad. Hakikat ekologikEkologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.e. Hakikat medikTemuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.

2.2.2 Tujuan Kedokteran KeluargaTujuan dari dilakukannya pelayanan kedokteran keluarga disamping agar terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga, diharapkan melalui kedokteran keluarga ini dapat memberikan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien dibanding pelayanan kedokteran biasa. Hal ini dikarenakan dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya tertuju pada keluhan, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya dan bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. 2.2.3 Pendekatan Kedokteran KeluargaPrinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.6Prinsip-prinsip dalam pemberian pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga diantaranya adalah dapat memberikan / mewujudkan:1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)2. Pelayanan yangkontinu3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya6. Pelayanan yang mempertimbangan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

BAB 3LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGAI. Identitas Pasien Nama : Ny. Luthfi Dausiyah Jenis kelamin: Perempuan Usia: 18 tahun Status Pernikahan: Menikah Alamat: RT 25 RW 5, Desa Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara Agama: Islam Suku Bangsa: Jawa Pendidikan: SMP Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

II. Identitas Kepala Keluarga Nama: Tn.Kuriyadi Jenis Kelamin: Laki laki Umur: 26 tahun Status Pernikahan: RT 25 RW 5, Desa Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara Agama: Islam Suku Bangsa: Jawa Pendidikan: SMP Pekerjaan: Buruh bangunan

B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAHTabel 1. Profil Keluarga Yang Tinggal Satu RumahNoNamaKedudukan dalam KeluargaJKUmur (th)PendidikanPekerjaanKeterangan

1Tn Kuriyadi KKL26SMPBuruhSehat

2Ny Lutfi IstriP17SMPIRTSehat

4312 5

Gambar 1. Pohon Keluarga

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN

I. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 Mei 2014 pukul 12.00 WIB di rumah pasien di rumah pasien di RT 25 RW 5, Desa Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jeparaa. Keluhan Utama:Tidak ada keluhanb. Riwayat Penyakit SekarangPasien seorang ibu hamil berusia 18 tahun datang pada usia kehamilan 32 minggu merasa kenceng-kenceng (-), keluar air dari jalan lahir (-), keluar lendir darah dari jalan lahir (-), gerak janin (+) masih dirasakan. Lemas(-) Mual (-), muntah (-), pusing (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-).

Riwayat HaidMenarche:13 tahunLama haid:7 hariSiklus haid:28 hari, teraturHPHT:29-092013 taksiran persalinan 507-2014

Riwayat PerkawinanPasien menikah sekali saat berusia 17 tahun selama 1 tahun.

Riwayat ObstetriG1P0A01. Hamil ini

Riwayat Antenatal Care6x di bidan, TT (+) 2x

Riwayat KB(-)

Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat alergi disangkalb. Riwayat hipertensi disangkalc. Riwayat kencing manis disangkald. Riwayat penyakit jantung disangkale. Riwayat asma/sesak nafas disangkalf. Riwayat operasi disangkal

Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat alergi disangkal b. Riwayat hipertensi disangkalc. Riwayat kencing manis disangkald. Riwayat penyakit jantung disangkale. Riwayat asma/sesak napas disangkal

Riwayat Sosial ekonomiPasien menggunakan pembiayaan JKN

Hasil Pemeriksaaan FisikTanggal 8 Mei 2014, pukul 12.00 WIB di Rumah Pasien. Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda Vital: T: 110/70 mmHgN : 88x/menit, isi dan tegangan cukup RR : 18x/menitt: 36,7 C (aksiler) TB: 150 cmBB: 49 kgBMI:21,8 Kepala: Mesosefal Mata: Konjungtiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/- Telinga: Discharge (-) Hidung: Discharge (-) Mulut: Sianosis (-), mukosa kering (-) Tenggorok :T1-1, faring hiperemis (-) Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-) Thorax: CorI: Iktus Cordis tak tampak Pa :Iktus Cordis teraba di SIC V, 2 cm lateral LMCS, tidak kuat angkat, tidak melebar. Pe: Batas atas: SIC II linea parasternal sinistraBatas kanan: Linea parasternal dektraBatas kiri: SIC V 2 cm medial linea medioclavicula sinistra Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normalAus : BJ I II normal, bising tidak ada, gallop (-)PulmoI: Simetris saat statis dan dinamis Pa: Stem fremitus kanan = kiriPe: Sonor seluruh lapangan paruAus: Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) Abdomen :I: Membuncit membujur Au: Bising usus dalam batas normalPe: TympaniPa:Hepar dan lien tak teraba EkstremitasSuperiorInferiorOedema - / -- / -Sianosis - / - - / -Akral dingin - / -- / -Cappilary Refill