laporan 5_ iritabilitas otot dan saraf

23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya. Secara normal, otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respon terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik,

Upload: mulkyadam

Post on 28-Sep-2015

567 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

chgxhx

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.Secara normal, otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respon terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi dan panas. Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang terjadi pada organisme, misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik. Rangsangan dapat berupa rangsangan kimia, rangsangan kalor, rangsangan cahaya maupun rangsangan listrik. Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang ditimbulkannya. Rangsangan kimia dapat diperoleh hanya dalam keadaan larutan yang bersifat isotonik dan suhunya harus sama dengan suhu jaringan yang hendak dirangsang. Rangsangan kalorik berupa rangsangan panas atau dingin. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diadakan praktikum iritabilitas otot dan saraf.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf ?

C. Tujuan PraktikumTujuan pada praktikum ini adalah mengetahui iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf.

D. Manfaat PratikumManfaat pada praktikum ini adalah dapat mengetahui iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otot Otot merupakan organ tubuh yang sangat penting yang memilki fungsi antara lain untuk mengontrol dan mengkoordinasi semua aktivitas normal tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak memiliki sel utama yakni sel saraf (neuron) yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya, serta sel-sel gila yang berfungsi untuk melindungi, mendukung, merawat, serta mempertahankan homeostatis cairan di sekeliling neuron (Djuwita, dkk, 2012).Otot manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yaitu otot skaletal atau striated yang berhubungan dengan gaya luar,otot jantung , dan otot polos. Otot skeletal yang bekerja di bawah control system syaraf badan, sehingga dinamakan otot sadar (a voluntary muscle). Otot jantung dan otot polos dioperasikan oleh system syaraf otomatis, untuk kontraksi otot sadar diperlukan stimulan dari system saraf. Sistem syaraf pusat terdiri dari otak (brain) dan spinal cord. Spinal cord menghubungkan otak dengan tubuh.Sistem syaraf tepi (peripheral nervous system) terdiri dari serabut syaraf (axon) yang membawa impuls dari dan ke sistem syaraf pusat. Unit penggerak (motor unit) adalah unit fungsional terkecil dari system otot-syaraf (neuromuscular system) (Setioningsih, dkk, 2015).

B. Kontraksi OtotOtot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya energi dari sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu melakukan kerja seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi kimia menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas fisik. Otot rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel) otot bergaris (muscle fiber/skeletal myocyte), mempunyai banyak inti yang terletak di tepi. Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi) kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere tubule/Ttub) (Sarifin, 2010).

C. Sistem SarafSistem saraf adalah suatu jalinan jarigan saraf yang kompleks, sangat khusus dan bersinambungan satu dengan yang lain. System saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sisitem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis (Feriyawati, 2005).

III. METODE PRAKTIKUMA. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 16 April 2015, pukul 13.45-16.00 WITA, di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.Tabel 1. Bahan dan Fungsi NoBahanFungsi

123

1.Katak (Rana Sp.)Sabagai objek pengamatan

2.Aquades Untuk memberikan ransagan

3.NaClUntuk memberikan ransagan

4.Bateray Untuk memberikan ransagan

5.HClUntuk memberikan ransagan

C. Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.Tabel 2. Alat dan FungsiNoAlatFungsi

123

1. Papan bedah Unruk media tempat katak akan di bedah

2.Jarum pentulUntuk menusuk katak

3.Pinset Untuk membedah kata

4.Cutter Untuk membedah katak

D. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Membedah katak dengan mengunting kulitnya dari 3 cm di atas paha ke arah transversal melingkari tubuh, kemudian menarik kulit ke bawah hingga terlepas dari tubuh.2. Membuka perutnya dan buang viceralnya, maka akan tampak saraf ischiadicus di sisi kanan dan kiri vertebratnya.3. Membuang bagian lain yang tidak diperlukan hingga di temukan perlekatan saraf tesebut dengan ujung otot gastrocnemius. 4. Menggunting ruas vertebrata tepat di atas keluarnya saraf ischiadicus. 5. Memotong tendon yang melekatkan otot gastrocnemius dengan tulang 6. Setelah bagina lain dibersihkan akan diperoleh persediaan terdiri atas otot sediaan tersebut kedalam larutan ringer.7. Memberi perlakuan ransangan a. Ransangan mekanis, mencubit otot dengan pinset dan mengamatinya.b. Ransangan thermos, menyentuh saraf denagn batang gelas atau kawat dan mengamati apa yang terjasdi.c. Ransangan elektris, meyentuh saraf dengan anoda dan katoda dari bateray, mencatat apa yang terjadi.d. Ransangan osmotis, membubuhkan sedikit NaCl pada saraf, memgamati perubahan yang terjadi.e. Ransangan khemis, meneteskan 2-3 tetes HCl 1 % pada saraf, mengamati apa yang terjadi.

IV. HASIL DAN PEMABAHASAN A. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan pada raktikum ini tercantum pada Tabel 3 dan Tabel 4.Tabel 3. Hasil Pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf sebelum Saraf diputuskan dari Medula SpinalisNo.SampelPerlakuan

Mekanis (Pinset)Thermis (Es batu)Osmotis (NaCl)Khemis (HCl)

123456

1.Otot gastrocnemius

(+)

(+)

(+)

(+)

2.Saraf ischiadicus

(+)

(+)

(+)

(+)

Tabel 4. Hasil pengamatan iritabilitas otot dan saraf sesudah otot dan saraf dipisahkan dari medulla spinalisNo.SampelPerlakuan

Mekanis (Pinset)Thermis (Esbatu)Osmotis (NaCl)Khemis (HCl)

123456

1.Otot gastrocnemius

(+)

(+)

(+)

(+)

2.Saraf ischiadicus

(-)

(-)

(-)

(-)

Keterangan:+: merespon : tidak merespon

B. PembahasanMakhluk hidup umumnya hewan memiliki ciri khas yaitu mampu melakukan gerakan. Gerak ini merupakan hasil kombinasi dari otot dan tulang yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Sel saraf pada makhluk hidup mempunyai dua mekanisme penting, yaitu iritabilitas maupun konduktivitas. Iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk stimulus, memproses informasi yang diterima, serta memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan. Menerima suatu rangsangan, tubuh memerlukan tiga komponen yaitu reseptor, sistem saraf dan efektor. Reseptor merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima diteruskan melalui serabut saraf sebagai impuls saraf, Sistem saraf merupakan struktur saraf yang menerima, mengolah, dan meneruskan rangsangan ke efektor. Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada manusia adalah otot.Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan paralel didalam sitoplasma. Serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin dan miosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif.Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk (lihat pergerakan amuba). Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan beneng-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tetentu.Pengamatan pada praktikum ini yaitu mengamati otot gastrocnemius dan saraf Ischiadicus pada katak (Rana sp.) yang telah dibedah sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada percobaan pertama yaitu dengan memberikan rangsangan mekanis, thermis, osmotis dan khemis pada otot gastrocnemius dan saraf Ischiadicus sebelum saraf katak diputuskan dari medula spinalis. Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu pada saat otot gastrocnemius dan saraf Ischiadicus diberi rangsangan mekanis dengan menjepit dengan menggunakan pinset otot dan saraf tersebut masih memberi respon dan masih mengalami reaksi akibat adanya rangsangan, begitupun pada pemberian rangsangan berupa thermis dengan memberikan es batu, rangsangan osmotis dengan memberikan larutan NaCl dan rangsangan khemis dengan memberikan larutan HCL otot gastrocnemius dan saraf Ischiadicus masih memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan, hal itu menunjukan bahwa otot gastrocnemius dan saraf Ischiadicus masih peka terhadap rangsangan karena sarah masih tersambung dengan medula spinalis.Pengamatan kedua yaitu dengan memutuskan saraf dari medula spinalis. Ketika diberikan ransangan mekanis berupa sentuhan pinset pada otot gastrcnemius katak tersebut masih menangapi adanya ransangan tersebut, begitupun pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis (CHCl). Tetapi pada saraf ischiadicus ransangan mekanis dari sentuhan pada pinset katak tersebut tidak menangapi adanya ransangan mekanis tersebut dan begitupun pada pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis (CHCl), hal ini dikarenakan sel saraf medulla spinalis sudah tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik karena telah mengalami perusakan yang berupa pemutusan dari organ penghubungnya. Medulla spinalis merupakan organ dalam yang sangat lunak dan rentan akan kerusakan, letaknya pada bagian dalam tulang yang terlindungi. Hal ini juga dikarenakan organ ini merupakan organ penting dengan fungsi utama pada sistem saraf.Sistem saraf umumnya terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan sistem saraf tepi (aferen dan eferen). Indikator yang diamati pada perlakuan ini adalah medulla spinalis pada katak (Rana sp.) baik sebelum dan setelah saraf diputuskan. Seelum saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot dan saraf masih aktif, sedangkan setelah saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot maupun saraf sudah tidak aktif. Fungsi medulla spinalis diantaranya adalah sebagai pusat gerakan otot tubuh terbesar, mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai, menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum dan sebagai sel yang mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh. Dalam sistem saraf pusat terdapat dua bagian penting yang menunjang kinerja saraf pusat yaitu bagian otak dan sumsum tulang belakang. Secara umum medulla spinalis menerima sensor motorik yang berupa impuls dan diterima oleh tanduk dorsal, selanjutnya sensor akan keluar melalui ventral dan diteruskan ke efektor. Di sepanjang medulla spinalis terdapat sel-sel araf yang akan meneruskan impuls sensor motorik dan selanjutnya disampaikan ke otak. Sistem saraf bertanggung jawab untuk mengkoordinasi respon yang cepat dan cermat. Sinyal-sinyal saraf dalam bentuk potensial aksi secara cepat merambat disepanjang serat-serat sel saraf, menyebabkan pelepasan suatu neurotransmiter di ujung saraf yang akan berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat, tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmiter dengan cepat distimulasi dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian respon dan pengulangan respon yang berlangsung.

V. PENUTUPA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum ini adalah sifat iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf dipengaruhi oleh medulla spinalis, apabila medulla spinalis tidak diputus, maka akan otot dan saraf pun masih aktif melakukan gerakan, dan apabila medulla spinalis telah diputus dari organ penghubungnya, maka keja otot dan saraf pun sudah tidak aktif.

B. Saran Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam mengikuti praktikum.

DAFTAR PUSTAKADjuwita. I, Riyacumala. V, Mohamad, Prasetyaningtijas. E. W, dan Nurhidayat., 2012, Pertumbuhan dan Sekresi Protein Hasil Kultur Primer Sel-sel Serebrum Anak Tikus, Jurnal Veterimer, 13 (2), 125Feriyawati, L., 2005, Anatomi Sistem Saraf dan Perananya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Setioningsih, E. D, Purwanto. J, dan Sardjono. A. T., 2015, Analisa Efek Terapi Panas Terhadap Kelelahan Otot, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya.Sarifin, G., 2010, Kontraksi Otot dan Kelelahan, Jurnal Ilara, 1 (2), 58-59