penyelidikan data primer dan sekunder untuk perencanaan...
TRANSCRIPT
Penyelidikan data primer dan
sekunder untuk Perencanaan
Jembatan Jakarta, 30 Juli 2018
Direktorat Jembatan
Subdit Teknik Terowongan dan Jembatan Khusus
Mengenal Jembatan
JEMBATAN adalah Suatu konstruksi yang dibangun untuk
melewatkan massa (lalu-lintas, air) lewat atas suatu
penghalang.
KONSTRUKSI dibedakan atas Bangunan Atas dan Bangunan
Bawah.
NOMENKLATUR, Penamaan konstruksi jembatan ditentukan
oleh jenis bangunan atas dan material (Gelagar Beton,
Komposit, Pelengkung Beton, Prestressed, Rangka Baja,
Gantung Baja, Cable-Stayed)
Jenis Perencanaan Jembatan
Ada 2 (dua) jenis perencanaan DED Jembatan, yaitu
• Pembangunan / Penggantian / Duplikasi jembatan (baru)
• Rehabilitasi / Perkuatan jembatan
DATABASE
BMS (88.000bh~1000
km)
Planning
Programming (Nilai Kondisi)
Pemeliharaan
Rutin
Skrinning Teknis
Evaluasi Ekonomi
Indikasi Program
Rehabilitasi/
Penunjangan
PERENCANAAN
TEKNIS
Pembangunan/
Peningkatan
Pekerjaan
Jembatan
DED
PERENCANAAN
REHABILITASI
Do Nothing
• Laporan Teknis
• Gambar Desain
• Spesifikasi
• Volume (BoQ) &
Biaya (EE)
• Dokumen Tender
• Kriteria Desain
• Analisa Data Lapangan
• Konsep Perencanaan
• Perhitungan Teknis:
- Bangunan atas
- Bangunan bawah
- Pondasi
- Hidrologi
- Bangunan Pelengkap
• Penggambaran
- Plan & Profil Jbt
- Lay-out Lokasi Jbt
- Elevasi & Potongan
- Detail Abutmen/Pilar
- Detail Balok/Lantai
- Detail Bang. Pelengkap
• Perhitungan Vol. & Biaya
Pengumpulan peta dasar:
• Peta topografi
• Peta geologi
• Peta tata guna lahan
• Peta curah hujan
Pengumpulan data pendukung:
• Data jaringan jalan
• Data kondisi lalu lintas
• Data lokasi material
• Harga satuan bahan
• Material & upah
• Data survei terdahulu
Konsep Pendahuluan:
• Kajian tipe BA & BB
• Kajian elevasi jembatan
• Kajian lokasi survey detail
• Foto dokumentasi
TAHAP
PENYELIDIKAN
Lingkup Perencanaan Teknis Jembatan
TAHAP
PERENCANAAN
TAHAP
PELAPORAN
Survei Topographi:
• Pengukuran titik kontrol
• Pengukuran penampang &
situasi
Survei Hidrologi
• Karakteristik daerah aliran
• Karakteristik sungai
• MAB & MAN
• Analisa penampang sungai
Survei Geoteknik:
• CPT & SPT
• Pengambilan sampel
• Pengujian laboratorium
Survei Lingkungan:
• Survai aspek lingkungan
• Pengumpulan Dok. Amdal
Tenaga Ahli Perencana & Pelaporan
No. Jenis
Laporan
Pokok Bahasan Prosentase
Waktu
Tenaga Ahli Assisten
1. Laporan
Pendahuluan
• Metodologi & Rencana Kerja
• Organisasi Pekerjaan
• Pemahaman KAK yang
dituangkan dalam konsep
awal kerangka pemikiran
penyelesaian
• Mobilisasi personil
10% - 15%
Ketua Tim/Ahli Perencana Tidak ada
2. Laporan
Antara
• Pengumpulan data sekunder
& primer
• Hasil kajian data survey
• Konsep perencanaan
• Progres kegiatan dan
rencana selanjutnya
40% - 50%
• Ketua Tim/Ahli
Perencana
• Ahli Struktur/Teknik
• Ahli Geodesi
• Ahli Geoteknik
• Ahli Hidrologi
Ass. Struktur
Ass. Geodesi
Ass. Geoteknik
Ass. Hidrologi
3. Laporan
Draft Awal
• Draft desain
• Gambar rencana
• Progres kegiatan dan
rencana selanjutnya a.25% - 40%
• Ketua Tim/Ahli
Perencana
• Ahli Struktur/Teknik
• Ahli Struktur Beton
• Ahli Struktur Baja
• Ahli Kuantiti dan
Rencana Biaya
• Ahli Spesifikasi Teknik
• Ass. Struktur/Teknik
4. Laporan
Akhir
• Penyempurnaan laporan
antara
• Progres perencanaan DED
• Pengumpulan Laporan akhir
& Dokumen Lelang
10% - 15%
• Ketua Tim/Ahli
Perencana Jembatan
• Ahli Struktur/Teknik
• Ahli Kuantiti dan
Rencana Biaya
• Ahli Spesifikasi Teknik
• Tidak ada
Penyelidikan Jembatan
Aktivitas pendahuluan yang penting sebelum pelaksanaan
perencanaan jembatan.
Maksud penyelidikan jembatan:
mendekati kesesuaian umum dari lokasi lapangan dan
lingkungan untuk pekerjaan yang direncanakan
memungkinkan agar dipersiapkan rencana memadai dan ekonomis
merancang cara terbaik untuk pelaksanaan konstruksi
Mengantisipasi perubahan lingkungan yang dapat terjadi
menyarankan pemilihan lokasi
Lingkup penyelidikan tergantung pada
1. Ukuran & sifat pekerjaan jembatan yang direncanakan
2. Kondisi lokasi lapangan jembatan
Panduan Penyelidikan Jembatan, BMS’92
Buku Panduan Penyelidikan
Jembatan BMS berisi
tahapan penyelidikan suatu
jembatan baru pada lokasi
baru atau lama
Prosedur Operasional Standar
Buku Prosedur Operasional Standar (SOP) bidang jembatan dalam penyusunan
DED perencanaan teknik, berisi :
1. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
2. Survey Pendahuluan
3. Survey Lalu Lintas
4. Survey Geodesi
5. Survey Geoteknik
6. Survey Hidrologi
7. Perencanaan Teknis Jembatan
8. Penyampaian DED Perencanaan Teknis
9. Sistematika Pelaporan
10. Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Tahapan untuk Penyelidikan
a) Studi Pendahuluan
i. Mengumpulkan, memeriksa dan mengkonfirmasi data sekunder yang ada
ii. Survei pendahuluan (Studi Geometrik, Topografi, Rencana Jembatan, Geoteknik, Hidrologi)
b) Survei Detail
Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap perencanaan serta mendapat parameter-parameter penting bagi perencana
i. Lapangan dan luas daerah pengaliran
• Evaluasi Lapangan
• Survai Topografi
ii. Penyelidikan alur sungai
• Pengkajian hidrologi
• Pengkajian hidrolik
• Pengkajian penggerusan alur sungai
iii. Penyelidikan Tanah
• Pengkajian Geologi
• Penyelidikan dan pengambilan contoh tanah dasar
• Pengujian geoteknik
• Pengujian laboratorium
Pengumpulan Data Sekunder
Sebagai data penunjang yang tersedia sebagai referensi pelaksanaan survei
agar mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi, pencapaian lokasi,
dan gambaran rencana.
Data yang perlu di kumpulkan:
1. Peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung
lainnya
• Peta Topografi (Direktorat Geologi & Jawatan Topografi A.D) skala 1:250.000 –
1:25.000, berisi data yang paling fundamental, karena merupakan peta dasar
sebagai pedoman route survei,
• Peta Rupa Bumi (BAKOSURTANAL) skala 1:50.000, berisi informasi tata guna lahan
2. Data lalu lintas
3. Curah hujan dari BMG
4. Informasi lokasi sumber material (quarry)
5. Data harga satuan material, upah buruh dll
6. Informasi lainnya, seperti sarana transportasi menuju lokasi, cuaca, dan
suhu, biaya hidup di lokasi survey dll.
SURVEI PENDAHULUAN
Studi-studi yang harus dilakukan dalam survai pendahuluan
a. Studi Topographi
Pemiilhan lokasi dimana jembatan baru akan dibangun, sketsa desain alinyemen
horisontal maupun vertikal
b. Studi Geometrik
Menetapkan panjang bentang, lebar kelas dan tipe jembatan baru dengan
memperhatikan stabilitas tebing, profil sungai, arah aliran, sifat-sifat sungai, bahan-
bahan bawaan sungai, scouring vertikal dan horisontal, kepadatan dan
pembebanan lalu-lintas
c. Studi Hidrologi
Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan langsung untuk perencanaan
dan mencatat keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi rencana letak
pondasi.
d. Studi Geoteknik
Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan langsung untuk perencanaan
dan mencatat keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi rencana letak
pondasi.
e. Studi Rencana Jembatan
Studi Topographi
• Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench
Mark (BM) di awal dan akhir rencana jembatan
• Mengamati kondisi topographi
• Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta,
morphologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor
• Membuat rencana kerja untuk penyelidikan topographi detail
• Menyarankan posisi patok titik tetap/Bench Mark (BM) pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi
Studi Geometrik
• Memperkirakan penerapan desain geometrik (alinyemen horisontal dan vertikal)
dengan melakukan pengukuran sederhana dan benar
• Membuat sketsa desain alinyemen horisontal maupun vertikal secara khusus
untuk memastikan trase terpilih akan dapat memenuhi persyaratan geometrik
• Penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan vertikal harus
memperhitungkan kebutuhan perencanaan untuk lokasi galian dan timbunan.
• Pembuatan patok dan tanda bendera interval 50m untuk memudahkan tim
pengukuran, untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan survei detail
selanjutnya.
• Sudah dapat diperkirakan volume pekerjaan dan perkiraan rencana biaya
Geometri Jalan Dan As Jembatan
Studi Hidrologi
• Mengamati karakter aliran sungai / morfologi yang mungkin berpengaruh
terhadap konstruksi
• Menginventarisasi bangunan drainase existing
• Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan dengan
bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.
• Mengamati tata guna lahan
• Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting
• Membuat rencana kerja untuk penyelidikan hidrologi detail
Studi Geoteknik
• Mengamati secara visual karakteristik tanah dan batuan.
• Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan
• Memberikan rekomendasi berkaitan dengan rencana trase jalan dan rencana
jembatan yang akan dipilih.
• Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor, dll)
• Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran
• Membuat rencana kerja untuk penyelidikan geoteknik detail
Studi Rencana Jembatan
• Memperkirakan lokasi jembatan dengan mempertimbangan situasi dan kondisi
sekitar lokasi
• Memperkirakan total panjang, lebar, tipe konstruksi
• Memperkirakan ukuran dan bahan tipe abutmen, pilar, fondasi, bangunan
pengaman (bila diperlukan)
• Memperkirakan elevasi jembatan.
• Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkiraan
volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya
Pemilihan Bentang Jembatan
Pemakaian panjang bentang maksimum tidak selalu diperlukan, Jika dengan
bentang pendek dapat diperoleh hasil lebih ekonomis.
Bentang ekonomis jembatan ditentukan oleh penggunaan/pemilihan Tipe Main
Structure & Jenis Material yang optimum.
Bangunan Atas Jembatan Standar Bina Marga
Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat
digunakan BA jembatan standar BM sesuai bentang ekonomis
& kondisi lalu-lintas air.
Box Culvert (single, double, triple), ( 1 - 10m)
Voided Slab, ( 6 - 16m)
Gelagar Beton Bertulang Tipe T, ( 6 - 25m)
Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, (16 - 40m)
Girder Komposit Tipe I dan Box, (20 - 40m)
Rangka Baja, (40 - 60m)
Proses Perancangan Bangunan Bawah
1. Penempatan abutmen dan pilar (bentuk penampang sungai,
MAB, aliran sungai, dan statigrafi tanah).
2. Penentuan bentuk/dimensi/ketinggian awal Abutmen dan
pilar.
3. Penentuan bentuk pondasi yang sesuai dengan kondisi
tanah dibawah kepala dan pilar jembatan.
4. Penentuan beban yang bekerja pada kepala dan pilar.
5. Penentuan dimensi akhir dan penulangan berdasarkan
beban yang bekerja.
Diagram alir disain Bangunan Bawah Jembatan
Evaluasi Data
Pradesain
• Tipe struktur BA
• Lebar jembatan, Bentang jembatan
• Posisi/letak /bentuk Abutmen dan Pilar
• Posisi BA terhadap MAB
• Bahan Abutmen dan Pilar
• Ukuran Abutmen dan Pilar
Perhitunga
n struktur Desain
akhir
Modifikasi
Gambar kostruksi
Survey
Pembebanan
a. Beban mati dan lalu lintas pada BA
b. Beban angin dan beban gempa pada BA
c. Beban air dan tumbukan pada Pilar jembatan
Pengumpulan Data
a. Penampang sungai
b. Permukaan air banjir dan normal
c. Data sondir, boring dan NSPT
Penempatan Abutmen dan Pilar
Rancangan bentang struktur jembatan optimal melintasi aliran utama sungai tanpa
menggunakan pilar tengah. Kriteria desain kepala jembatan: • Tidak ditempatkan pada belokan luar sungai
• Tidak ditempatkan pada aliran air sungai
• Tidak ditempatkan diatas bidang gelincir lereng sungai.
• Kedalaman pondasi abutmen ditanam diluar pengaruh penggerusan aliran utama
Tinggi Abutmen dan Pilar Tipikal
Tipe Abutmen Tipe Pilar
Abutmen tipe cap:
1,5 – 2,0 m
Pilar balok cap:
Tinggi kurang dari 10 m
Abutmen tipe kodok:
2,0 – 3,5 m
Pilar dinding penuh:
5 – 25 m
Abutmen tipe dinding penuh:
Tinggi lebih dari 4,0 m
Pilar portal satu tingkat:
5 – 15 m
Pilar portal dua tingkat:
15 – 25 m
Pilar kolom tunggal:
5 – 15 m
Pemilihan Tipe Abutmen
Pemilihan Tipe Pilar
Proses Perancangan Pondasi
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang dipikul pondasi
tersebut
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut didirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas
SURVEI LALU LINTAS
Menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan
tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalulintas harian
rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan
Pelaksanaan survei lalu lintas
Pos-pos perhitungan lalu lintas yang terbagi dalam beberapa tipe pos
• Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalau lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR > 10.000
kendaraan
• Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan
dengan jumlah lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 < LHR< 10.000
kendaaan.
• Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak padda ruas jalan
dengan jumlah lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR < 5.000 kendaraan.
Pemilihan Lokasi Pos:
• Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata
• Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua arah
• Lokasi pos tidak dapat ditempatkan pada persilangan jalan
Penentuan Lebar Lalu lintas
Penentuan Lebar Jembatan
LHR Lebar jembatan (m) Jumlah lajur
LHR < 2.000 3,5 – 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2
8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4
LHR > 20.000 > 14,0 > 4
Berdasarkan Lebar lalu-lintas
• Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 meter
• Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
• Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 meter
Berdasarkan Muatan/Pembebanan
• BM 100%: untuk semua jalan Nasional & Provinsi
• BM 70%: untuk jembatan sementara
SURVEI TOPOGRAPHI
melakukan pemetaan situasi sekitar lokasi jembatan terpilih
mengetahui data koordinat dan elevasi yang akurat sepanjang rencana
trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan
Prosedur Pekerjaan
• Pengukuran titik kontrol horizontal
• Pengukuran titik vertikal
• Pengukuran situasi jembatan
• Pengukuran penampang memanjang
• Pengukuran penampang melintang
• Pengukuran khusus jembatan
• Pemasangan patok ukur CP dan titik tetap utama BM
• Perhitungan dan pengambaran peta
Dari hasil penyelidikan topographi diperoleh:
• Perbaikan trace jalan/jembatan
• Letak jembatan baru (perlu/tidak perlu relokasi)
• Penampang-penampang sungai
• Clarance jembatan
Standar Survey Topographi
Plan & Profil - hasil pengukuran Topographi
Penggambaran Plan & Profil Jembatan
SURVEI HIDROLOGI
untuk melakukan pengumpulan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada
bangunan air yang ada (sekitar jembatan), guna keperluan analisis hidrologi,
penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan
bangunan pengaman terhadap gerusan, river training (pengarah arus).
Pelaksanaan survei:
1. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area)
2. Karakteristik sungai
3. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang melintas sungai
4. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu perkiraan
tinggi maksimum banjir yang mungkin terjadi
5. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return period) 25 tahun dan 50
tahun
6. Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan
elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air
dan debris
Standar Survei Hidrologi
Penentuan Ruang Bebas Horisontal & Vertikal
Ruang bebas horisontal dan vertikal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas kapal dengan mengambil free-board minimal 1,0 meter dari muka air
banjir.
Ruang bebas vertikal jembatan di atas jalan minimal 5,1 meter.
Horizontal Clearance
Ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal, US Guide Specification,
horizontal clearance minimum adalah
• 2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
• 2 kali lebih besar dari lebar channel
Vertical Clearance
• Ditentukan berdasarkan tinggi kapal yang lewat dalam kondisi balast dan
permukaan air tinggi
• Tinggi kapal memperhitungkan kondisi kapal yang ada & proyeksi ke
depan
Clearance vertikal bangunan atas jembatan
.
.
( Skala berguna 1 : 100 )
Dasar sungai
Rencana muka air banjir
1 kali dalam 2 tahun
Rencana muka air banjir
1 kali dalam 20 tahun
Rencana muka air banjir
1 kali dalam 50 tahun
Lubang bor
Garis sumbu jalan diusulkan
Kebebasan pelayaran
diatas rencana banjir
1 kali dalm 2 tahun
Rencana gerusan
umum
Jarak bebas umumnya 1.0 m
Datum
SURVEI GEOTEKNIK
Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.
Tahapan kegiatan:
Menetapkankan lokasi titik-titik bor
Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air/sub-surface sehubungan dengan fondasi jembatan yang akan dibangun
Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut di laboratorium
Bor-mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar Penetrasion Test (SPT) menurut AASHTO T 206 – 74.
Sedangkan untuk bentang <60m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama lapangan yang terdiri atas:
Alat tes sondir “Dutch Cone Penetrometer” dilengkapi dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kapasitas kedalamannya dapat mencapai 25 m.
Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai ”Manual Operated Auger” dengan kapasitas sampai dengan kedalaman 10 m
Standar Survei Geoteknik
Hasil Uji Penetrasi Konus Statik (Sondir)
Pengujian Penetrasi dengan SPT
Hasil uji penetrasi konus dengan SPT
Data Perancangan Pondasi
1. Profil memanjang dan melintang sungai
2. Geoteknik yang berisi stratigrafi dan parameter tanah:
Sondir: Tahanan lekat dan tahanan ujung (qs dan qc)
Boring: Karakteristik lapisan tanah (h, jenis tanah, ,,c)
SPT: Tingkat kepadatan tanah
Jenis-Jenis Pondasi
JENIS PONDASI
Dangkal
Dalam
Pondasi Langsung
Pondasi Sumuran
Tiang
Pancang
Tiang Bor
Sumuran
Kayu
Baja
Tiang H
Tiang Pipa
Beton
Bertulang
Pratekan
Penentuan Jenis Pondasi
JENIS Pondasi
Langsung Sumuran
Tiang Pancang
Baja Tiang
H
Baja Tiang
Pipa
Tiang Beton
Bertulang
Pracetak
Tiang Beton
Pratekan
Pracetak
Diameter (mm) - 3000
100x100
sampai
400x400
300
sampai
600
300 sampai
600
400 sampai
600
Kedalaman
Maksimum (m) 5 15
Tidak
terbatas
Tidak
terbatas 30 60
Kedalaman
Optmum (m) 0,3 – 3,0 7 – 9 7 - 40 40 12 - 15 18 – 30
Beban
Maksimal (ULS) 2000+ 20000+ 3750 3000 1300 1300
Variasi
Optimum beban
ULS (kN)
- - 500 - 1500 600 - 1500 500 - 1000 500 - 5000
Penggunaan Pondasi Langsung
1. Dipergunakan bila tanah pondasi:
• Cukup keras dan padat
• Daya dukung izin tanah > 2,0 kg/cm2
• Kedalaman < 3 m dari dasar sungai
• Bebas dari pengaruh scouring vertikal
2. Perlu diperhatikan terhadap scouring horizontal
3. Bila penggunaan pada pilar tidak dapat dihindari, perlu dipasang
pengamanan untuk melindungi pondasi
4. Penggunaan pondasi dangkal pada sungai yang tidak dapat
diperkirakan perilaku gerusan ---> TIDAK DISARANKAN
5. Persyaratan:
• Cukup kuat daya dukung ada < daya dukung izin
• Aman terhadap geser (SF > 1,5)
• Aman terhadap guling (SF > 1,5)
• D > kedalaman scouring maksimum
• h < tinggi kritis timbunan
Penggunaan Pondasi Sumuran
1. Dipergunakan bila tanah pondasi:
• Cukup keras
• Daya dukung izin tanah > 3,0 kg/cm2
• Kedalaman > 4 m dari dasar sungai
• Bebas dari pengaruh scouring vertikal
2. Perlu diperhatikan terhadap scouring horizontal
3. Bila tanah pondasi berpasir, hati-hati dalam penggalian
4. Pengambilan tanah jangan sampai terbawa airnya
5. Usahakan pondasi sumuran dengan diameter > 3 m
6. Tidak dianjurkan pelaksanaan penurunan sumuran dengan cara
penggalian terbuka
7. Persyaratan:
• Cukup kuat
• h < tinggi kritis timbunan
• D > kedalaman scouring max (s)
• Bila D < s < D’, perlu proteksi
Penggunaan Pondasi Tiang Pancang
1.Bila lapisan tanah pondasi cukup dalam > 8
meter dari dasar sungai atau tanah setempat
2.Bila terjadi scouring (a):
• terjadi pengurangan daya dukung friction
• Faktor tekuk pada jenis tiang point bearing
Agar dipergunakan bangunan bawah yang bebas dari pengaruh air
normal dan bangunan atas tetap di atas clearance yang diperlukan
Tiang Pancang: Beton vs Baja
No Keterangan Baja Beton
1. Kekuatan Momen Besar Kecil
2. Elemen per meter Ringan Berat
3. Kemampuan Daya Tembus Lebih dari 30m Kurang dari 30m
4. Pelaksanaan Pemancangan Mudah disambung Harus direncanakan
5. Transportasi Mudah Sulit
6. Handling Tahan terhadap benturan
Diperlakukan dengan hati-hati
7. Hammer Dapat dengan hammer ringan
Hammer sesuai
Thank you
Family Tree Jembatan Bangunan Atas
SUPERSTRUCTURE
JEMBATAN
RANGKA
(Truss)
Kayu
Beton
Baja
PELENGKUNG
(Arch)
Kayu
Beton
Biasa
Beton Pratekan
Baja
Pasangan Batu
GELAGAR
(Girder Bridge)
PLAT
(Slab Bridge)
Kayu
Beton Bertulang
Biasa
Beton Biasa
Cast in Place
Pra-Fabrikasi
Pre-tensioned
Post-tensioned
KABEL
Composite :
Gelagar Baja + Lantai Beton
Gelagar Baja &
Lantai Kayu / Baja
Beton Pratekan Plat- Slab Units
Balok
Balok Box
Balok
Balok
Box
Beam Units
Plat- Slab Units
Balok
Balok
Box
Balok
Balok
Beam Units
Patok titik tetap utama (Bench Mark, BM)
Sebagai titik titik acuan pada saat pekerjaan ini berlangsung dan
digunakan untuk kepentingan saat konstruksi yang akan datang
Dipilihkan pada tempat yang strategis dan mudah di temukan
Rentang jangkauan antar BM lebih kurang 2,5 KM
Terbuat dari beton dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm
Diberi penamaan pada bagian samping
Dipasang bagian yang muncul diatas permukaan lebih kurang 20 cm
Dicat warna biru serta dibuatkan dokumentasi dan deskripsinya