laporan iritabilitas

23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktif bergerak pada pergerakan aktifitas tidak lepas dari peranan otot dalam tubuh kita. Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi ketika dirangsang yang pada dasarnya otot di dalam tubuh manusia memegang peranan penting dalam mengaktifkan gerakan organ tubuh, baik organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, paru-paru, sampai pada anggota tubuh seperti tangan, kaki semuanya dapat melakukan aktivitas gerak karena otot. Secara normal otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respons terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang langsung. Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya kemampuan sel saraf untuk

Upload: kurniawanto

Post on 20-Dec-2015

165 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

iritabilitas

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Iritabilitas

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktif bergerak pada pergerakan aktifitas tidak lepas dari peranan otot

dalam tubuh kita. Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya

berkontraksi ketika dirangsang yang pada dasarnya otot di dalam tubuh

manusia memegang peranan penting dalam mengaktifkan gerakan organ

tubuh, baik organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, paru-paru, sampai

pada anggota tubuh seperti tangan, kaki semuanya dapat melakukan aktivitas

gerak karena otot. Secara normal otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai

respons terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya

sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan

adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang langsung.

Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas

artinya kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan.

Konduktivitas artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls

saraf.

Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan

lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya

kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang

ditimbulkannya. Rangsangan kimia dapat diperoleh hanya dalam keadaan

larutan yang bersifat isotonik dan suhunya harus sama dengan suhu jaringan

yang hendak dirangsang. Rangsangan kalorik berupa rangsangan panas atau

Page 2: Laporan Iritabilitas

dingin. Berdasarkan latar belakang diatas maka praktukum iritabilitas otot

dan sarsf dilaksanakan

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

iritabilitas dan konduktivitas otot dan saraf ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini yaitu mengetahui iritabilitas dan

konduktivitas otot dan saraf.

D. Manfaat Pratikum

Manfaat pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui iritabilitas dan

konduktivitas otot dan saraf.

Page 3: Laporan Iritabilitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Otot

Otot merupakan organ tubuh yang sangat penting yang memilki

fungsi antara lain untuk mengontrol dan mengkoordinasi semua aktivitas

normal tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak

memiliki sel utama yakni sel saraf (neuron) yang berfungsi untuk

menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya, serta sel-sel gila yang

berfungsi untuk melindungi, mendukung, merawat, serta mempertahankan

homeostatis cairan di sekeliling neuron (Djuwita, 2012).

Sistem syaraf pusat terdiri dari otak (brain) dan spinal cord. Spinal

cord menghubungkan otak dengan tubuh.Sistem syaraf tepi (peripheral

nervous system) terdiri dari serabut syaraf (axon) yang membawa impuls dari

dan ke sistem syaraf pusat. Unit penggerak (motor unit) adalah unit

fungsional terkecil dari system otot-syaraf (neuromuscular system). Otot

manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yaitu otot skaletal atau

striated yang berhubungan dengan gaya luar,otot jantung , dan otot polos.

Otot skeletal yang bekerja di bawah control system syaraf badan, sehingga

dinamakan otot sadar (a voluntary muscle). Otot jantung dan otot polos

dioperasikan oleh system syaraf otomatis, untuk kontraksi otot sadar

diperlukan stimulan dari system saraf. (Setioningsih, dkk, 2015).

Page 4: Laporan Iritabilitas

B. Kontraksi Otot

Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya energi dari

sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu melakukan kerja

seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi

kimia menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas

fisik. Otot rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel) otot bergaris

(muscle fiber/skeletal myocyte), mempunyai banyak inti yang terletak di tepi.

Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai kemampuan

menghantarkan impuls (potensial aksi) kesemua arah temasuk melanjutkan

penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere tubule/Ttub)

(Sarifin, 2010).

Waktu antara datangnya rangsang ke neuron motoris dengan awal

terjadinya. Kontraksi disebut fase laten, waktu terjadinya kontraksi disebut

fase kontraksi, dan waktu otot berelaksasi disebut fase relaksasi kontraksi otot

dibagi menjadi kontraksi elative dan kontraksi elative. Pada kontraksi elative

(jarak sama), besarnya tekanan meningkat saat proses kontraksi, tetapi

panjang otot tidak berubah. Di sisi lain, pada kontraksi elative (tekanan

sama), besarnya tekanan yang dihasilkan otot adalah konstan saat kontraksi,

tetapi panjang otot berkurang (otot memendek) (Seeley, 2002).

C. Sistem Saraf

Sistem saraf adalah suatu jalinan jarigan saraf yang kompleks, sangat

khusus dan bersinambungan satu dengan yang lain. System saraf

Page 5: Laporan Iritabilitas

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu

dengan lingkungan sekitarnya. Sisitem tubuh yang penting ini juga mengatur

kebanyakan aktivitas system-sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf

tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga

menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis (Feriyawati, 2005).

Page 6: Laporan Iritabilitas

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 16 April 2015, pukul

13.45-16.00 WITA, di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi1 2 31. Papan bedah Unruk media tempat katak akan di

bedah2. Jarum pentul Untuk menusuk katak3. Pinset Untuk membedah kata4. Cutter Untuk membedah katak

C. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Fungsi

No Bahan Fungsi1 2 31. Katak (Rana Sp.) Sabagai objek pengamatan2. Aguades Untuk memberikan ransagan3. NaCl Untuk memberikan ransagan4. Bateray Untuk memberikan ransagan5. HCL Untuk memberikan ransagan

Page 7: Laporan Iritabilitas

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Membedah katak dengan mengunting kulitnya dari 3 cm di atas paha kea

rah transversal melingkari tubuh, kemudian menarik kulit ke bawah hingga

terlepas dari tubuh.

2. Membuka perutnya dan buang viceralnya, maka akan tampak saraf

ischiadicus di sisi kanan dan kiri vertebratnya.

3. Membuang bagian lain yang tidak diperlukan hingga di temukan

perlekatan saraf tesebut dengan ujung otot gastrocnemius.

4. Menggunting ruas vertebrata tepat di atas keluarnya saraf ischiadicus.

5. Memeotong tendon yang melekatkan otot gastrocnemius dengan tulang

6. Setelah bagina lain dibersihkan akan diperoleh persediaan terdiri atas otot

sediaan tersebut kedalam larutan ringer.

7. Memberi perlakuan ransangan

a. Ransangan mekanis, mencubit otot dengan pinset dan mengamatinya.

b. Ransangan thermos, menyentuh saraf denagn batang gelas atau kawat

dan mengamati apa yang terjasdi.

c. Ransangan elektris, meyentuh saraf dengan anoda dan katoda dari

bateray, mencatat apa yang terjadi.

d. Ransangan osmotis, membubuhkan sedikit NaCl pad saraf,

memgamati perubahan yang terjadi.

Page 8: Laporan Iritabilitas

e. Ransangan khemis, meneteskan 2-3 tetes Hcl 1 % pada saraf,

mengamati apa yang terjadi.

IV. HASIL DAN PEMABAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada raktikum ini dapat di lihat pada Tabel 3 dan

Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Iritabilitas Otot dan Saraf sebelum Saraf diputuskan dari Medula Spinalis

No. Sampel PerlakuanMekanis (Pinset)

Thermis (Es batu)

Osmotis (NaCl)

Khemis (HCl)

1 2 3 4 5 61. Otot

gastrocnemius

(+)Bergerak

(+)Bergerak

(+)Bergerak

(+)Bergerak

2. Saraf ischiadicus

(+) (+) (+) (+)

Page 9: Laporan Iritabilitas

Tabel 4. Hasil pengamatan iritabilitas otot dan saraf sesudah otot dan saraf dipisahkan dari medulla spinalis

No. Sampel PerlakuanMekanis (Pinset)

Thermis (Esbatu)

Osmotis (NaCl)

Khemis (HCl)

1 2 3 4 5 61. Otot

gastrocnemius

(+) (+) (+) (+)

2. Saraf ischiadicus

(-) (-) (-) (-)

Keterangan:+ : merespon- : tidak merespon

B. Pembahasan

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi

ketika dirangsang. Rangsangan pada otot dapat berupa rangsangan mekanik

seperti pijatan, rangsangan karena suhu panas atau dingin, dan rangsangan

kimia seperti asam dan basa. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan

Page 10: Laporan Iritabilitas

memanjang jika berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan

kegiatan, sedangkan relaksasi terjadi jika otot sedang beristirahat.

Irritabilitas adalah kemampuan untuk merespon suatu stimulus.

Stimulus yang mempengaruhi otot dapat berupa elektrokimiawi seperti aksi

potensial dari saraf yang mempersarafinya, atau mekanikal seperti

pukulan/benturan dari luar pada bagian otot. Ketika diaktivasi oleh stimulus

maka otot akan merespon dengan berkembangnya ketegangan (tension).

Sifat karakteristik otot lainnya adalah ekstensibilitas. Sifat

ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis.

Ekstensibilitas adalah kemampuan terulur atau meningkatnya pemanjangan

otot, dan elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal

setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi

pemanjangan istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran

dan memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang.

Praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui iritabilitas otot

dan saraf dengan menggunakan katak yang dibedah dan memberikan

rangsangan pada saraf ishiadicus yang berada pada sisi kanan dan kiri

vertebranya, dan memberikan rangsangan juga pada otot gastrocnemius.

Pengamatan pertama yaitu sebelum medula spinalis diputuskan. Ketika saraf

dan otot diberikan rangsangan mekanis yaitu dengan mencubit menggunakan

pinset, pada saraf terjadi rangsangan dan terjadi pergerakan sedangkan pada

otot juga terjadi rangsangan. Ketika saraf dan otot diberikan rangsangan

Page 11: Laporan Iritabilitas

thermis yaitu dengan menyentuhkan es batu, pada saraf terjadi rangsangan

pada otot juga terjadi rangsangan.

Ketika saraf dan otot diberikan rangsangan osmotis yaitu dengan

membubuhkan Kristal NaCl, pada saraf terjadi rangsangan tetapi prosesnya

lambat sedangkan pada otot juga terjadi rangsangan. Ketika saraf dan otot

diberikan rangsangan khemis yaitu dengan meneteskan 2-3 tetes Hcl 1%,

pada saraf terjadi rangsangan tetapi prosesnya lambat sedangkan pada otot

juga terjadi rangsangan.

Pengamatan kedua yaitu dengan memutuskan saraf dari medula

spinalis. Ketika diberikan ransangan mekanis berupa sentuhan pinset pada

otot gastrcnemius katak tersebut masih menangapi adanya ransangan tersebut,

begitupun pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis

(CHCl). Tetapi pada saraf ischiadicus ransangan mekanis dari sentuhan pada

pinset katak tersebut tidak menangapi adanya ransangan mekanis tersebut dan

begitupun pada pada ransangan thermis (es batu), osmotis (NaCl), dan khemis

(CHCl), hal ini dikarenakan sel saraf medulla spinalis sudah tidak dapat

melakukan fungsinya dengan baik karena telah mengalami perusakan yang

berupa pemutusan dari organ penghubungnya. Medulla spinalis merupakan

organ dalam yang sangat lunak dan rentan akan kerusakan, letaknya pada

bagian dalam tulang yang terlindungi. Hal ini juga dikarenakan organ ini

merupakan organ penting dengan fungsi utama pada sistem saraf.

Otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respons terhadap adanya

impuls saraf. Otot mempunyai iritabilitas yang akan berkontraksi dengan

Page 12: Laporan Iritabilitas

adanya stimulasi listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang

langsung. Dalam hal ini meliputi berbagai perubahan: kimia, termal, elektris,

dan histologis. Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang dalam

organisme misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik.

Seperti rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan

lain-lain. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar

daripada efek yang ditimbulkannya.

Sistem saraf umumnya terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf pusat

(otak dan medulla spinalis) dan sistem saraf tepi (aferen dan eferen).

Indikator yang diamati pada perlakuan ini adalah medulla spinalis pada katak

(Rana sp.) baik sebelum dan setelah saraf diputuskan. Seelum saraf

diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot dan saraf masih aktif, sedangkan

setelah saraf diputuskan terlihat bahwa kerja dari otot maupun saraf sudah

tidak aktif.

Fungsi medulla spinalis diantaranya adalah sebagai pusat gerakan otot

tubuh terbesar, mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai,

menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum dan

sebagai sel yang mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian

tubuh. Dalam sistem saraf pusat terdapat dua bagian penting yang menunjang

kinerja saraf pusat yaitu bagian otak dan sumsum tulang belakang.

Secara umum medulla spinalis menerima sensor motorik yang berupa

impuls dan diterima oleh tanduk dorsal, selanjutnya sensor akan keluar

melalui ventral dan diteruskan ke efektor. Di sepanjang medulla spinalis

Page 13: Laporan Iritabilitas

terdapat sel-sel araf yang akan meneruskan impuls sensor motorik dan

selanjutnya disampaikan ke otak. Sistem saraf bertanggung jawab untuk

mengkoordinasi respon yang cepat dan cermat. Sinyal-sinyal saraf dalam

bentuk potensial aksi secara cepat merambat disepanjang serat-serat sel saraf,

menyebabkan pelepasan suatu neurotransmiter di ujung saraf yang akan

berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum

respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat,

tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmiter

dengan cepat distimulasi dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian

respon dan pengulangan respon yang berlangsung.

Page 14: Laporan Iritabilitas

V. PENUTUP

A.      Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah sifat iritabilitas dan

konduktivitas otot dan saraf dipengaruhi oleh medulla spinalis, apabila

medulla spinalis tidak diputus, maka akan otot dan saraf pun masih aktif

melakukan gerakan, dan apabila medulla spinalis telah diputus dari organ

penghubungnya, maka keja otot dan saraf pun sudah tidak aktif.

B.     Saran

Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah sebaiknya

asistan lebih tegas agar praktikan tidak main-main dan preaktikan aktif semua

dalam praktikum.

Page 15: Laporan Iritabilitas

DAFTAR PUSTAKA

Djuwita. I, Riyacumala. V, Mohamad, Prasetyaningtijas. E. W, dan Nurhidayat., 2012, Pertumbuhan dan Sekresi Protein Hasil Kultur Primer Sel-sel Serebrum Anak Tikus, Jurnal Veterimer, 13 (2), 125

Feriyawati, L., 2005, Anatomi Sistem Saraf dan Perananya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate, 2003, Essentials of Anatomy and Physiology Fourth Edition, McGraw-Hill Companies.

Sarifin, G., 2010, Kontraksi Otot dan Kelelahan, Jurnal Ilara, 1 (2), 58-59

Setioningsih, E. D, Purwanto. J, dan Sardjono. A. T., 2015, Analisa Efek Terapi Panas Terhadap Kelelahan Otot, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya.

Page 16: Laporan Iritabilitas