lapkas glaukoma sekunder

7
PENDAHULUAN Glaucoma adalah penyakit neuropati optik kronis yang ditandai dengan adanya pencekungan papil optik dan penyempitan lapang pandang. Biasanya pada glaukoma juga ditemukan peningkatan tekanan intra okular (TIO). 1 Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraocular ini disebabkan : 2 - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (glaucoma hambatan pupil) Pada glaucoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optic, yang dapat berakhir dengan kebutaan. 2 Dengan mengetahui struktur dan susunan mata pada glaucoma akan dapat menerangkan bagaimana proses glaucoma itu terjadi. 3 Di dalam bola mata bagian anterior terdapat apa yang disebut sebagai bilik mata depan (COA) bilik mata depan yang merupakan ruangan didalam mata yang dibatasi oleh kornea, iris, pupil dan lensa yang diisi oleh cairan mata ( aqueous humour). Cairan ini mengatur makanan untuk kornea, lensa, demikian pula dengan oksigennya. Cairan ini mempunyai kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat. Cairan mata dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di belakang iris. Melalui celah iris dan lensa, cairan mata keluar melalui pupil dan terus ke bilik mata depan. Setelah cairan mata masuk ke sudut bilik mata dan melalui anyaman trabekulum cairan mata masuk ke dalam saluran yang disebut kanal schlemm. 3 Dari kanal schlemm yang melingkar di sekeliling sudut bilik mata cairan mata ke luar

Upload: revita-thios

Post on 24-Jul-2015

154 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapkas glaukoma sekunder

PENDAHULUAN

Glaucoma adalah penyakit neuropati optik kronis yang ditandai dengan adanya pencekungan papil optik dan penyempitan lapang pandang. Biasanya pada glaukoma juga ditemukan peningkatan tekanan intra okular (TIO).1

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraocular ini disebabkan :2

- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

(glaucoma hambatan pupil)

Pada glaucoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optic, yang dapat berakhir dengan kebutaan.2

Dengan mengetahui struktur dan susunan mata pada glaucoma akan dapat menerangkan bagaimana proses glaucoma itu terjadi.3

Di dalam bola mata bagian anterior terdapat apa yang disebut sebagai bilik mata depan (COA) bilik mata depan yang merupakan ruangan didalam mata yang dibatasi oleh kornea, iris, pupil dan lensa yang diisi oleh cairan mata ( aqueous humour). Cairan ini mengatur makanan untuk kornea, lensa, demikian pula dengan oksigennya. Cairan ini mempunyai kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat. Cairan mata dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di belakang iris. Melalui celah iris dan lensa, cairan mata keluar melalui pupil dan terus ke bilik mata depan. Setelah cairan mata masuk ke sudut bilik mata dan melalui anyaman trabekulum cairan mata masuk ke dalam saluran yang disebut kanal schlemm.3

Dari kanal schlemm yang melingkar di sekeliling sudut bilik mata cairan mata ke luar melalui kanal kolektor dan masuk ke dalam pembuluh darah vena episklera.4

Bola mata yang dimasuki air terlalu banyak akan melembung di daerah yang paling lemah pada papil optic atau pada sclera tempat saraf optic keluar. Saraf optic yang membawa informasi penglihatan ke otak terdiri atas jutaan sel saraf yang panjang. Serabut atau sel saraf ini sangat tipis dengan diameter 1/20.000 inchi.3

Tekanan bola mata umumnya berada antara 10 – 21 mmHg dengan rata – rata 16 mmHg. Tekanan bola mata akan naik bila: 4

- Badan siliar memproduksi terlalu banyak cairan mata sedang pengeluaran pada anyaman trabekulum normal. (glaucoma hipersekresi)

- Hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran cairan dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. (glaucoma blockade pupil)

Page 2: lapkas glaukoma sekunder

- Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu (glaucoma simpleks, glaucoma sudut tertutup, glaucoma sekunder akibat goniosinekia)

Bila tekanan bola mata naik serabut saraf ini akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen.3,4

Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma adalah sebagai berikut:2

1. Glaucoma primera. Glaucoma sudut terbuka (glaucoma simpleks)b. Glaucoma sudut tertutup

2. Glaucoma congenitala. Primer atau infantileb. Menyertau kelainan congenital lainnya

3. Glaucoma sekundera. Perubahan lensa b. Kelainan uveac. Traumad. Bedahe. Rubeosisf. Steroid dan lainnya

4. Glaucoma absolute

Glaukoma sekunder merupakan glaucoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya. Glaucoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup atau sudut terbuka. Kelainan tersebut dapat terletak pada : 5

- Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, stafiloma kornea atau leukoma adheren, dan kontusio sudut bilik mata.

- Pupil, akibat seklusi pupil dan oklusi relative pupil oleh sferofakia- Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasi lensa.

Beberapa jenis penyakit yang dapat menimbulkan glaucoma sekunder adalah: 5

- uveitis, dimana glaucoma terjadi akibat adanya goniosinekia, penimbunan sel radang di sudut bilik mata, dan seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bombe.

- Pasca bedah katarak intrakapsular atau ekstrakapsular yang mengakibatkan terbentuknya goniosinekia pada bibir luka bedah dan terbentuknya blockade pupil akibat iridektomi yang tidak adekuat dan seklusi pupil akibat radang di daerah pupil.

- Pasca tukak perforasi ataupun trauma kornea perforasi yang mengakibatkan leukoma adheren dan stafiloma kornea yang menyebabkan sudut bilik mata tertutup sehingga mengganggu pengeluaran cairan mata.

- Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata.

Page 3: lapkas glaukoma sekunder

- Glaucoma yang dibangkitkan oleh lensa.

Pengobatan disesuaikan penyebab timbulnya glaucoma tersebut.

Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga menimbulkan glaucoma sekunder. Jenis kelainan yang dapat menimbulkan glaucoma adalah kontusi sudut. 5, 6

Trauma dapat mengakibatkan tergesernya pangkal iris ke belakang sehingga terjadi robekan trabekulum dan gangguan fungsi trabekulum dan ini akan mengakibatkan hambatan pengaliran keluar cairan mata. Pengobatan biasanya dilakukan seperti mengobati glaucoma sudut terbuka yaitu dengan obat local atau sistemik. Bila tidak terkontrol dengan pengobatan maka dilakukan pembedahan.

Glaucoma sekunder juga dapat terjadi akibat kontusi badan siliar yang berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Glaucoma sekunder sering terjadi pada uveitis akibat tertutupnya trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang. Kelainan sudut dapat dilihat dengan pemeriksaan gonioskopi. Bila terdapat glaucoma sekunder diberi asetazolamida.

Glaukoma akut dibangkitkan lensa merupakan glaucoma akibat katarak intumesen dapat dalam bentuk glaucoma akut kongestif. Terjadi akibat katarak senile, katarak trauma tumpul ataupun trauma perforasi pada lensa. Gejalanya sangat sama dengan gejala glaucoma akut kongestif dengan perbedaan terdapatnya bilik mata yang dangkal pada kedua mata sedang pada katarak intumesen kelainan sudut hanya terdapat pada satu mata, sedang pada glaucoma akut kongestif biasanya hipermetropia. Pada katarak intumesen sumbu anteroposterior lensa makin panjang sehingga mengakibatkan terdapatnya resistensi pupil pada pengaliran cairan mata ke depan yang mengakibatkan blockade pupil. 5,6

Akibat blockade ini akan terjadi pendorongan iris sehingga pangkal iris akan menutup saluran trabekulum yang akan mengakibatkan bertambahnya bendungan cairan mata sehingga terjadi glaucoma akut kongestif. Pada keadaan ini pemberian pilokarpin bertujuan membuka sudut bilik mata selain untuk mencegah kendornya pupil sehingga menyebabkan blockade pupil.5,6

Sering pasien tidak menunjukkan gejala lengkap glaucoma seperti ekskavasi dan lapang

pandangan yang seperti gambaran glaucoma. Kelainan ini juga terlihat pada iskemik optic atrofi

kronik, dan akibat adanya variasi diurnal tekanan bola mata sehingga perlu pemeriksaan kurva

harian tekanan bola mata. 4

Semua pasien yang dicurigai glaukoma perlu mendapat pemeriksaan visus, funduskopi,

pemeriksaan tekanan intra okular, lup dengan sentolop (slitlamp), gonioskopi dan pemeriksaan

Page 4: lapkas glaukoma sekunder

lapang pandang. Pemeriksaan visus, funduskopi dan slitlamp bertujuan mencari kelainan

morfologi untuk menyingkirkan diagnosis banding serta mencari seberapa jauh penurunan

penglihatan yang terjadi.1

Tekanan bola mata normal terletak antara 15 – 21 mmHg dengan Tonometer Schiotz. Bila

tekanan mata 22 mmHg suspek Glaukoma.

Gangguan penglihatan terjadi akibat adanya gangguan peredaran darah terutama pada papil saraf

optic. Pembuluh darah papil akan menciut sehingga peredaran darah papil terganggu dan mengakibatkan

ekskavasi glaukomatosa pada papil saraf optic. Akibat keadaan ini perlahan – lahan terjadi gangguan

lapang pandangan dengan gambaran skotoma khas untuk glaukoma. Akan terlihat skotoma berbentuk

busur ke arah temporal (skotoma bjerrum), yang bertemu antara busur atas dan bawah pada rafe saraf

yang disebut sebagai jenjang Rone. 4

Dikenal beberapa jenis bedah untuk glaucoma adalah operasi filtrasi (trabekulektomi,

trabekulotomi, siklodialisis, Scheie, Trepanasi, dan iridenkleisis), goniotomi, iridektomi dan

trabekulotomi.4

Page 5: lapkas glaukoma sekunder

DAFTAR PUSTAKA

1. Allingham RR, Damji K, et.al. Shields’ Textbook of Glaucoma. 5th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2005

2. Ilyas S. Yulianti Sri Rahayu. Glaukoma. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit

Mata. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2003 : 216.

3. Ilyas S. Sebab dari Glaukoma. Dalam: Ilyas S. Glaukoma. Edisi ketiga.

Sagung Seto, Jakarta, 2007 : 4 – 5

4. Ilyas S. Glaukoma. Dalam: Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi

ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008 : 118 – 22.

5. Ilyas S. Glaukoma Sekunder. Dalam: Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.

Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008 : 125 - 26.

6. Ilyas S. Yulianti Sri Rahayu. Glaukoma Sekunder Pasca Trauma. Dalam:

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

2003 : 216.

7.