lapkas fraktur dental
DESCRIPTION
Lapkas Fraktur DentalTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
“FRAKTUR RADIX DENTAL”
Pembimbing Akademik :
drg. R. Baroroh
Disusun Oleh :
Hevatika Farma Mulianto
012106181
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI & MULUT
RUMAH SAKIT TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Hevatika Farma Mulianto
NIM : 012106181
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung
Fakultas : Kedokteran Umum
Periode Kepaniteraan : 16 November 2015- 28 November 2015
Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Pembimbing : drg. R. Baroroh
Telah diperiksa dan disetujui tanggal :
Mengetahui,
Ketua KSM Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
RSUD Tugurejo Pembimbing
drg. Evalina drg. R. Baroroh
2
KATA PENGANTAR
Puji dam syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Fraktur radix dental”. Laporan ini merupakan kasus pasien
yang disusun dengan observasi melalui rekam medis umum dan pemeriksaan
rongga mulut yang di lakukan oleh penulis. Observasi dilakukan di RSUD
Tugurejo Semarang pada November 2015.
Penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan oleh
drg. R. Baroroh selama penulis menyelesaikan tugas. Penulis juga menyampaikan
terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh dokter gigi, perawat, dan
coass gigi di poli gigi RSUD Tugurejo Semarang.
Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran untuk memperbaiki
bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Semarang, November 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.....................................................................................................................1
HALAMAN
PENGESAHAN........................................................................................................
2
KATA
PENGANTAR............................................................................................................
........3
DAFTAR
ISI...............................................................................................................................
.... 4
LAPORAN
KASUS................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17
4
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. TS
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Duwet Beringin RT 1/IV Ngaliyan
Semarang
No. CM : 489433
Tanggal Diperiksa : 16 November 2015
1.2. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan dengan cara autoanamnesa dengan pasien pada
17 November 2015.
a. Keluhan Utama : Akar gigi geraham pertama kiri bawah tertinggal.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki berusia 34 tahun datang
dengan keluhan akar gigi geraham pertama kiri bawah yang tertinggal.
Akar tersebut tertinggal setelah pasien melakukan pencabutan gigi 2
minggu yang lalu. Pencabutan gigi dilakukan karena pada gigi
geraham pertama kiri bawah pasien mengalami caries gigi yang sudah
berlangsung sekitar 5 tahun.
5
c. Riwayat Penyakit Gigi :
Kunjungan pertama (17 Juli 2015) datang ke poli gigi RSUD
Tugurejo Semarang.
S : Terdapat akar gigi geraham pertama kiri bawah yang masih
tertinggal.
O : TD : 137/89 mmHg
N : 85 x / menit
A : Fraktur radix dental
P : Pemeriksaan Penunjang : Rontgent Panoramic Gigi
Perawatan : R/ Amoxicillin 500 mg, Asam mefenamat 250 mg,
Methylpredinsolon, pro odontectomi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Caries Gigi : Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Trauma : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
1.3. PEMERIKSAAN
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Gizi : Baik
Derajat Sakit : Ringan
6
b. Status Present
TD : 137/89 mmHg
Nadi : 85 x/menit
BB : 67 kg
TB : 176 cm
c. Pemeriksaan Ekstraoral
Asimetri Muka : (-)
Tanda-tanda radang : Kalor (-), Rubor (-), Dolor (-), Fungsiolesa
(-), Tumor (-)
d. Pemeriksaan Intraoral
Gigi : Fraktur akar gigi geraham pertama kiri
bawah
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Lidah : Normal
Palatum : Normal
Dasar Mulut : Normal
Hubungan Rahang : Normal
7
e. Odontogram
Inspeksi : Fraktur Gigi Geraham Pertama Kiri Bawah
Sondasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : (-)
Tekanan : (-)
Thermal Test : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Oral Hygiene : Kurang Baik
g. Diagnosa : Fraktur Dental
h. Differential Diagnosis : (-)
8
i. Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgent Panoramic
- Impected gigi geraham ketiga kiri bawah
- Akar gigi geraham pertama kiri bawah
- Missing teeth gigi premolar satu kanan bawah
1.4. TATA LAKSANA
1. Pro Ekstraksi.
1.5. EDUKASI
Edukasi yang diberikan kepada pasien setelah ekstraksi gigi antara
lain :
1. Menggigit kapas atau tampon selama 30 menit sesudah
pencabutan gigi.
2. Jangan minum dan makan apapun selama 2 jam segera setelah
ekstraksi gigi..
9
3. Lakukan kompres dengan air es.
4. Lakukan sikat gigi seperti biasa namun sementara menghindari
daerah luka.
5. Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan diganjal
satu atau dua bantal tambahan.
6. Menaati anjuran dan resep yang diberikan oleh dokter.
7. Jangan mengunyah permen karet dan mengisap daerah bekas
pencabutan gigi.
8. Jangan meludah.
9. Jangan berkumur selama 24 jam pertama.
10. Jangan minum alkohol
11. Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan.
12. Istirahatlah yang cukup
1.6. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad sanam
10
1.7. KESIMPULAN
Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang ke poliklinik gigi dan mulut
RSUD Tugurejo Semarang atas kemauan sendiri dengan rujukan dari
puskesmas. Pasien mengeluh adanya sisa akar gigi geraham pertama kiri
bawah yang masih tertinggal setelah melakukan pencabutan gigi 2
minggunyang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan gigi geraham pertama
kiri bawah yang patah dan menyisakan akarnya, dan pada pemeriksaan
radiologi tampak fraktur akar gigi geraham pertama kiri bawah. Kemudian
pasien diprogramkan untuk di ekstraksi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya
fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari
lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat
(melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Email dan
dentin adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email adalah permukaan
terluar yang keras dan berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang
terletak tepat di bawah email. Email dan dentin keduanya berfungsi
melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari
gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut
akar.
Disini yang akan lebih dibahas adalah mengenai fraktur akar gigi.
Akar merupakan bagian radikuler gigi, yaitu bagian anatomis gigi yang
tertutup oleh sementum dan terletak dalam tulang alveolus (soket) serta
terikat oleh ligamen periodontal.13 Malhotra et al (2011) memberikan
definisi fraktur akar gigi sebagai fraktur yang melibatkan sementum,
dentin dan pulpa gigi.
12
2.2. Ciri-Ciri Gigi Molar
Gigi molar merupakan gigi yang terletak paling posterior pada
lengkung gigi. Terdapat 3 jenis gigi molar permanen, yaitu molar pertama,
molar kedua dan molar ketiga. Molar pertama terletak hampir di tengah
lengkung gigi dalam arah anteroposterior. Gigi ini merupakan gigi terbesar
dan terkuat pada masing-masing lengkung. Molar kedua berada distal dari
molar pertama dan molar ketiga terletak distal dari molar kedua. Molar
ketiga merupakan gigi terakhir pada lengkung gigi dan permukaan
distalnya tidak berkontak dengan gigi yang lain.
Morfologi Akar Gigi Molar
Gigi molar pertama dan kedua maksila mempunyai tiga akar yang
biasanya agak pipih. Akar palatalnya menyimpang tajam dari kedua akar
bukal. Morfologi akar gigi molar ketiga maksila sangat bervariasi. Ada
akar yang bersatu atau mempunyai tiga atau lebih akar yang kecil. Akar
gigi molar pertama dan kedua mandibula tampak pipih dari arah
mesiodistal. Suatu variasi yang luas muncul dalam bentuk akar gigi molar
ketiga bawah dan pada posisinya di mandibula karena gigi tersebut
seringkali erupsi di tempat yang salah atau miring.
Akar mesial dari kebanyakan gigi molar pertama dan kedua
mandibula serta akar mesiofasial pada gigi molar pertama maksila
biasanya membengkok ke arah distal pada bagian sepertiga apikal. Aspek
distal akar ini umumnya memiliki lekuk-lekuk kecil (fluting). Ciri-ciri ini
13
dapat mengakibatkan peningkatan insidensi terjadinya fraktur akar
vertikal.8
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 : Gigi molar pertama dan kedua mandibula kanan dari
pandangan bukal
Gambar 2 : Gigi molar pertama dan kedua maksila kanan dari
pandangan bukal.
2.3. Klasifikasi Fraktur Akar Gigi
Menurut Klasifikasi Ellis, fraktur akar gigi termasuk dalam Klas IV.7
Namun demikian, klasifikasi tersebut kurang mendeskripsikan jenis
fraktur yang terjadi pada gigi tersebut.
Malhotra et al (2011) membagi klasifikasi fraktur akar gigi menjadi
fraktur akar horizontal dan fraktur akar vertikal. Klasifikasi fraktur akar
horizontal dilakukan dengan memperhatikan:
1. Lokasi garis fraktur (servikal, tengah, apikal).
2. Derajat fraktur (parsial dan total).
3. Jumlah garis fraktur (simpel dan multipel).
4. Posisi fragmen koronal (bergeser atau tidak).
Fraktur akar vertical dapat diklasifikasi menurut:
1. Derajat separasi fragmen (komplit atau inkomplit).
14
2. Posisi relatif fraktur pada puncak tulang alveolar:
a. Supraoseous: Fraktur yang tidak melibatkan tulang alveolar
serta tidak menimbulkan kerusakan periodontal.
b. Intraoseous: Fraktur yang melibatkan tulang alveolar dan
menyebabkan kerusakan periodontal.
Tabel 1. Klasifikasi fraktur akar gigi horizontal dan vertikal
15
2.4. Etiologi
Fraktur akar gigi dapat disebabkan oleh:
1. Traumatik fisikal. Trauma fisikal yang dapat menyebabkan fraktur
akar gigi diantaranya kecelakaan lalu lintas, olahraga, terjatuh,
perkelahian dan objek yang terbentur dengan gigi. Fraktur akar gigi
horizontal pada gigi posterior sering disebabkan oleh trauma indirek,
yang biasanya terjadi akibat benturan kuat antara mandibula dengan
maksila setelah pukulan ke daerah dagu.
2. Traumatik oklusi dan tekanan oklusal berlebihan, terutamanya pada
gigi yang telah dirawat endodontik serta gigi yang telah direstorasi.
Gigi posterior yang telah dirawat endodontik dan tidak dilakukan
crowning mempunyai resiko tertinggi untuk fraktur akar gigi. Tekanan
oklusal berlebihan dalam beberapa pola mengunyah makanan spesifik
juga berkemungkinan besar menghasilkan fraktur akar vertical.
3. Kebiasaan parafungsional, misalnya clenching, grinding dan bruksism.
4. Kebiasaan buruk seperti mengunyah es serta mengkonsumsi makanan
abrasif.
5. Fraktur akar gigi yang diinduksi oleh resorpsi internal. Resorpsi
tersebut dapat berupa resorpsi patologik maupun resorpsi akibat terapi
ortodontik.
6. Perawatan endodontik. Pembuangan dentin berlebihan dapat
menyebabkan struktur akar gigi menjadi lemah. Perforasi akar,
16
prosedur obturasi saluran akar dan pengunaan pasak yang besar dapat
menyebabkan fraktur akar, terutamanya pada bagian apikal.
7. Restorasi gigi yang ekstensif. Tambalan gigi yang besar, pemasangan
mahkota secara paksa, restorasi intrakoronal (inlay) dan pemasangan
pin dapat menyebabkan fraktur akar gigi vertikal disebabkan oleh aksi
wedging.
8. Fraktur akar gigi sewaktu pencabutan. Hal ini dapat disebabkan oleh:
a. Bentuk akar yang panjang, membengkok dan divergen.
b. Lokasi akar dalam tulang padat.
c. Gigi yang mengalami karies tahap lanjut atau restorasi yang besar.
d. Akar yang rapuh. Keadaan ini biasanya ditemukan pada gigi
nonvital, gigi dengan penyakit periodontal serta pasien lansia.
e. Sklerosis serta kehilangan elastisitas tulang alveolar, yang sering
terjadi pada keadaan gigi dengan penyakit periodontal serta gigi
pada pasien lansia. Hal ini dapat menghasilkan resistensi hebat
sewaktu pencabutan.
f. Pemilihan dan aplikasi tang pencabutan yang tidak benar. Tang
pencabutan yang tidak cocok paruhnya dengan akar gigi serta
pengunaan tenaga yang berlebihan sewaktu pencabutan dapat
meningkatkan resiko fraktur akar gigi.
17
2.5. Gambaran Klinis
2.5.1. Fraktur akar gigi horizontal
Fraktur pada bagian sepertiga tengah akar terjadi dengan frekuensi
yang lebih tinggi sementara fraktur pada bagian sepertiga apikal dan
sepertiga servikal terjadi dengan frekuensi yang sama. Fraktur pada bagian
sepertiga apikal akar tidak menunjukkan tanda-tanda pergeseran atau
mobilitas pada fragmen mahkota. Gigi yang fraktur di bagian sepertiga
tengah biasanya sedikit ekstrusi dengan luksasi lateral dari segmen
koronal. Pada fraktur sepertiga servikal, mahkota gigi biasanya sedikit
goyang karena ikatan ligamen periodontal pada akar telah fraktur bersama
dengan mahkota.
Pada gigi posterior, gambaran klinis adalah satu cusp yang rigid dan
satu cusp yang mengalami mobilitas. Gigi tersebut mungkin sensitif pada
perkusi dan/atau palpasi dan menunjukkan diskolorasi mahkota sementara.
2.5.2. Fraktur akar gigi vertical
Gambaran klinis fraktur akar gigi vertikal sangat bervariasi. Tanda
dan gejala klinis berbeda sesuai dengan posisi fraktur, jenis gigi, jangka
waktu setelah fraktur, kondisi periodontal gigi dan bentuk tulang
bersebelahan dengan fraktur tersebut.
Gigi dengan fraktur akar vertikal sering mempunyai riwayat
ketidaknyamanan atau nyeri yang sering berhubungan dengan infeksi
kronis lokal. Intensitas rasa sakit biasanya ringan sampai sedang. Sakit
18
dengan intensitas tinggi jarang ditemukan pada fraktur ini. Pasien
seringkali mengeluh nyeri sewaktu mengunyah makanan dan rasa tidak
nyaman dalam mulut. Gejala lainnya antara lain:
1. Inflamasi gingiva dengan daerah yang luas dan berada di daerah
pertengahan akar. Palpasi menunjukkan pembengkakan dan daerah
sensitif di atas akar tesebut, tetapi pembengkakan pada daerah
periapikal sedikit dijumpai.
2. Mobilitas fragmen akar.
3. Keluarnya pasak atau mahkota-pasak.
4. Kehadiran traktus sinus berdekatan dengan gingiva cekat berbanding
regio apikal.
5. Adanya fistula.
6. Adanya poket periodontal yang dalam, sempit dan terisolasi. Poket ini
biasanya bersebelahan dengan lokasi fraktur tersebut.
7. Bunyi berderak yang tajam sewaktu kondensasi gutta percha atau
sementasi pasak.
8. Pendarahan sewaktu kondensasi bahan obturasi saluran akar.
9. Dokter gigi tidak dapat merasakan resistensi dalam saluran akar
sewaktu melakukan kondensasi gutta percha.
2.6. Gambaran Radiografi
Untuk mendeteksi fraktur akar, sinar Rontgen harus melewati garis
fraktur, atau fraktur tersebut tidak dapat dilihat. Fraktur akar horizontal
biasanya lebih sering tampak pada foto Rontgen berbanding fraktur akar
19
vertikal.
2.6.1. Fraktur akar horizontal
Fraktur akar horizontal tampak pada foto Rontgen sebagai garis
radiolusen yang memisahkan fragmen koronal dari fragmen apikal. Fraktur
ini umumnya hanya dapat dilihat dalam jangkauan maksimum 15o-20o dari
bidang fraktur. Setelah mengambil foto Rontgen periapikal, Malhotra et al
(2011) menyarankan pengambilan dua foto periapikal tambahan (angulasi
positif 15o dan angulasi negatif 15o pada garis fraktur) untuk menampilkan
garis fraktur tersebut pada foto Rontgen.
Gambar 3: Fraktur akar horizontal pada akar distal gigi molar kedua mandibula kanan
2.6.2. Fraktur akar vertical
Pemeriksaan radiografi awal mungkin menampilkan penebalan
ligamen periodontal secara unilateral melewati bagian akar yang
mengalami fraktur tersebut. Apabila fraktur tersebut berlanjut, daerah
20
radiolusensi difus (halo) dapat dilihat melingkar akar gigi secara uniform.
Hal lain yang dapat ditampilkan melalui radiografi antara lain:
1. Garis fraktur
2. Fragmen akar yang terpisah
3. Ruang kosong di samping pasak atau saluran akar yang telah
diobturasi
4. Bayangan ganda dari permukaan eksternal akar
5. Kehilangan tulang horizontal yang terisolasi pada gigi posterior
6. Kehilangan tulang pada regio bifurkasi gigi molar yang tidak dapat
dijelaskan
7. Resorpsi yang melewati garis fraktur, yang dapat dilihat sebagai:
a. Kehilangan tulang difus berbentuk V pada daerah apikal akar gigi
posterior
b. Kehilangan tulang vertikal melewati garis fraktur
Gambar 4: Fraktur akar vertikal pada akar distal
gigi molar pertama mandibula kiri
21
2.7. Perawatan
Penanganan fraktur akar horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi
fraktur di bagian sepertiga apikal, sepertiga tengah dan sepertiga servikal,
sebagai berikut:
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal
Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan gigi.
Dalam kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap vital. Oleh
karena itu, tidak ada perawatan yang diperlukan dan gigi tersebut
diobservasi. Jika terdapat nekrosis pulpa pada fragmen apikal,
pengeluaran fragmen apikal menjadi indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah
Perawatan yang dianjurkan adalah reposisi segera fragmen yang
telah bergeser diikuti dengan perletakan splin pasif. Posisi segmen
yang direduksi harus diperiksa secara radiografi. Setelah dilakukan
reduksi, splin pasif diletakkan selama 4 minggu untuk menjamin
konsolidasi jaringan keras yang mencukupi.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal
Perawatan dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang
segmen akar yang tersisa dan kehadiran segmen koronal.
Kemungkinan penyembuhan dengan jaringan terkalsifikasi adalah
paling rendah pada fraktur di lokasi ini.
Perawatan lain yang dapat dilakukan termasuk perletakan mahkota
22
pasak, pemanjangan mahkota, ekstrusi ortodontik, transplantasi intra
alveolar dari gigi fraktur (surgical extrusion), dan ekstraksi.
Perawatan fraktur akar vertikal amat sulit dan bergantung pada jenis
gigi serta durasi, lokasi dan keparahan fraktur.6 Terdapat empat kategori
dasar perawatan fraktur akar vertikal, yaitu:
a. Rencana perawatan untuk fraktur supraoseous inkomplit dengan
pulpa vital dan tidak ada perubahan radiografik atau kerusakan
periodontal:
Gigi direstorasi dengan mahkota sementara full coverage dan
dievaluasi setelah 3 bulan. Jika pasien asimtomatik, mahkota
permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen
ionomer kaca (GIC). Jika terdapat degenerasi pulpa, perawatan
tambahan seperti yang dijelaskan di b) atau c) menjadi indikasi.
b. Rencana perawatan untuk fraktur supraoseous inkomplit dengan
pulpa non-vital namun tidak ada perubahan radiografik atau
kerusakan periodontal:
Gigi direstorasi dengan mahkota stainless steel berbentuk full
coverage dan diawali terapi kalsium hidroksida. Pasien dirawat
dengan interval 3 bulan. Jika tidak ada perubahan ketinggian tulang
setelah 9-12 bulan menjalani terapi kalsium hidroksida, dilakukan
terapi endodontik dan mahkota permanen diletakkan pada gigi
tersebut. Jika timbul poket periodontal sepanjang garis fraktur,
gunakan rencana perawatan yang dijelaskan di c).
23
c. Rencana perawatan untuk fraktur inkomplit intraoseous dengan pulpa
non-vital dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:
Bedah eksploratori diindikasi untuk mendapat visualisasi garis
fraktur dan kerusakan tulang. Jika garis fraktur berhenti sebelum
kerusakan tulang, prosedur bedah periodontal yang diperlukan dapat
dijalankan untuk memulihkan kerusakan tersebut. Tergantung pada
status pulpa, rencana perawatan seperti yang dijelaskan di a) atau b)
didahulukan. Pada kasus dimana garis fraktur memanjang melebihi
kerusakan tulang, Rencana perawatan yang dijelaskan di d) dapat
didahulukan.
d. Rencana perawatan untuk fraktur intraoseous komplit dengan pulpa
non-vital, kehilangan tulang dan poket periodontal:
Pada gigi molar dimana fraktur berada di satu akar atau melewati
furkasi, diindikasi melakukan amputasi akar, hemiseksi atau
ekstraksi.
2.7.1. Teknik Pengambilan Fragmen Akar Gigi Molar
Terdapat dua teknik pengeluaran fragmen akar, yaitu teknik terbuka
dan teknik tertutup. Fragmen akar harus dicoba untuk pengambilan
dengan teknik tertutup, tapi jika tidak berhasil, dokter gigi harus segera
melakukan teknik bedah. Apapun teknik yang dipilih, kondisi yang harus
ada untuk ekstraksi adalah cahaya yang mencukupi, suction yang baik
serta irigasi yang mencukupi.
24
a. Teknik Tertutup
Teknik tertutup didefinisikan sebagai teknik yang tidak
memerlukan pembukaan flep pada jaringan lunak dan pembuangan
tulang. Pasien diposisikan dengan visualisasi adekuat (dengan cahaya
yang mencukupi), irigasi dan suction cukup.
a) Teknik irigasi
Untuk fragmen akar yang kecil dari gigi yang fraktur sewaktu
pencabutan dan telah diluksasi, soket gigi diirigasi dan dilakukan
suctioning karena fragmen yang longgar terkadang dapat diirigasi
keluar dari soket. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi
harus meneliti soket gigi dengan hati-hati untuk melihat jika
serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau tidak.
b) Teknik mengunakan Root Tip Pick
Root tip pick merupkan instrumen yang digunakan untuk
mengeluarkan fragmen akar yang kecil (2-4mm) dari soket. Jika
teknik irigasi tidak berhasil, instrumen ini dimasukkan ke dalam
ruang ligamen periodontal dan digunakan untuk meluksasi akar
dari soket dengan berhati-hati. Daya ke arah apikal yang berlebihan
dapat menyebabkan penggeseran ujung akar ke tempat anatomis
lain, seperti sinus maksilaris. Daya ke arah lateral yang berlebihan
dapat menyebabkan ujung root tip pick membengkok atau fraktur.
25
Gambar 5: Pengunaan root tip pick untuk mengeluarkan
fragmen akar gigi yang kecil.
c) Teknik menggunakan elevator lurus kecil
Teknik ini merupakan indikasi untuk pengeluaran ujung akar
yang lebih besar dan hampir sama dengan teknik root tip pick. Hal
ini karena elevator lurus kecil dimasukkan ke dalam ligamen
periodontal, dimana ia bertindak seperti baji untuk mengerakkan
fragmen tesebut ke arah bidang oklusal. Daya ke arah apikal yang
kuat harus dihindari karena dapat menekan akar tersebut ke dalam
jaringan di bawahnya.
Gambar 6: Pengunaan elevator lurus kecil untuk
mengeluarkan sisa akar yang lebih besar.
Gambar 6 (A): Tekanan yang diaplikasi harus lembut
dalam gerakan wriggling yang lembut
Gambar 6 (B): Tekanan berlebihan dapat menyebabkan
penggeseran akar ke dalam sinus
maksilaris.
26
Untuk menghindari perforasi ke dalam sinus maksilaris sewaktu
pengambilan sisa akar gigi molar maksila, tangan dokter gigi harus
bersandar pada gigi tetangga atau prominensi tulang yang kukuh apabila
menggunakan elevator lurus. Sandaran ini mempermudah dokter gigi
untuk mengkontrol daya serta mengurangkan kemungkinan tergesernya
fragmen akar atau instrumen ke tempat yang tidak diinginkan.10
b. Teknik Terbuka
Terdapat dua teknik terbuka utama yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa akar:
a) Melanjutkan teknik pengeluaran gigi dengan satu akar melalui
teknik bedah. Flep jaringan lunak dibuka dengan elevator
periosteal dan diretraksi. Tulang dibuang menggunakan bur atau
chisel untuk menampakkan permukaan bukal dari akar gigi
tersebut. Akar gigi diambil dari arah bukal dengan elevator lurus.
Flep direposisi dan dilakukan suturing.
b) Teknik open window, yaitu modifikasi teknik terbuka tanpa
membuang terlalu banyak tulang. Flep jaringan lunak dibuka dan
daerah apeks fragmen akar dilokasi. Bur digunakan untuk
membuang tulang di atas apeks akar untuk menampakkan
fragmen tersebut. Root tip pick atau elevator kecil dimasukkan ke
dalam window tersebut dan fragmen akar digeser keluar dari
soket.
27
28