lap.audit energi

34
LAPORAN AUDIT ENERGI GEDUNG ADMINISTRASI NIAGA (GED. H) TEKNIK MESIN TEKNIK KONVERSI ENERGI SEMSTER VI TIM AUDIT : - Nico Farrasand - Ni!a Na!a"ia - N#rs$!o %a!i &i'oo - Pas a L#cia Pras!i a - Ra *a! K o"id KELAS : +%

Upload: annisa-anugra

Post on 04-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hasil audit energi dan penggunaan

TRANSCRIPT

LAPORAN AUDIT ENERGIGEDUNG ADMINISTRASI NIAGA (GED. H)

TEKNIK MESINTEKNIK KONVERSI ENERGISEMSTER VI

TIM AUDIT :

Nico Farrasandy Nita Natalia Nurseto Jati Wijoyo Paska Lucia Prastika Rahmat Kholid

KELAS : 6J

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA2014BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPermasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius. Sumber energi tradisional yang berasal dari minyak bumi masih memberikan kontribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yaitu mencapai 36,7% dari total konsumi energi, atau setara dengan 3.767,1 juta ton minyak. Batubara dan gas alam masing-masing menjadi penyumbang bagi kebutuhan energi dunia terbesar kedua dan ketiga sebesar 27.2 % untuk batu bara dan 23.7% untuk gas alam. Total konsumi batu bara selama tahun 2013 tersebut mencapai setara 2.778,2 juta ton minyak, sedangkan gas alam mencapai setara 2.420,4 juta ton minyak. Sisa konsumsi energi untuk kebutuhan dunia dipenuhi oleh sumber energi nuklir yang hanya sebesar 6,1 % dan dari hydro energi (air) sebesar 6,2%. Dari seluruh energi yang dikonsumsi tersebut, sebagiannya digunakan untuk membangkitkan listrik dengan total di seluruh dunia mencapai 17.452 Terrawatt-hour (TwH). Sebaran distribusi sumber energi di atas jelas menunjukkan bahwa sumber energi yang berasal dari fosil masih cukup dominan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Sumber energi yang sifatnya dapat diperbaharui (renewable) masih didominasi oleh sumber dari air (hydro) energi.

Hal ini juga terjadi di Indonensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan 2012.Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya ketersediaan energi yang cukup. Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan Nasional yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector, termasuk sector bangunan pemerintah. Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih bergantung pada bahan bakar fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin menipis, sementara harga energi khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara penggunaan energi masih tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan mempunyai potensi penghemat sekitar 5 20 %. Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi yang teridentifikasi tersebut serta besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini diimplementasikan,, maka program konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi energi dapat membawa manfaat yang sangat besar berupa penghematan energi dan biaya energi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi permasalahan di atas maka, para konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung perlu untuk meningkatkan efisiensi energinya. Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2012 nampak bahwa konsumsi energi listrik untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan itu pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi pengguna melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil manfaat serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi nasional agar bias terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang berhubungan dengan konservasi energi.

1.2 Kebijakan Konservasi Energi

Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan itu energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis. Untuk mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam pemerintah telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43 tahun 1991, konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan tanpa menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang bisa kita lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, penggunaan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal praktis konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.

Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres) RI Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan kepada:a. Pimpinan aparatur Negara dan daerah: Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing-masing yang meliputi penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan penghematan energi Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden melalui MESDM.b. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi

Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik langsung maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan, perhubungan, Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri, pemukiman, perhotelan, bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan: . Kelestarian lingkungan hidup; Perancangan yang berorientasi pada penggunaan energi secara hemat; Pemilihan sarana, peralatan dan bahan yang secara langsung maupun tidak langsung menghemat penggunaan energi; Optimasi pengoperasian sistem, sarana, peralatan dan proses yang bertujuan menghemat energi.

Langkah-langkah yang dilakukan penyebarluasan pengertian dan arti pentingnya energi dilakukan melalui: kampanye dan penyebaran informasi dengan media cetak, media elektronik, diskusi, ceramah dan lomba hemat energi; pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan teknis, memperluas wawasan teknologi dalam bidang konservasi energi dan melatih penerapannya secara langsung; Peragaan dan percontohan untuk memperkenalkan teknologi konservasi kepada masyarakat pemakai energi melalui percontohan peralatan hemat energi, baik dari segi perancangan maupun cara pengoperasiannya; Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan teknologi dalam bidang konservasi energi; pengembangan sistem audit energi dan identifikasi potensi, perbaikan efisiensi sistem, perbaikan efisiensi proses, perbaikan efisiensi sarana dan perbaikan efisiensi peralatan; Standarisasi yaitu melaksanakan upaya penghematan energi melalui penetapan standar unjuk kerja dan efisiensi peralatan.

Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi Energi Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1% hingga tahun 2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006 tentang Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.

Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi. Salah satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah. Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang pengehamatan air dan energi.

Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 70/2009 tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pengusaha dan masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk: merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; melaksanakan program dan kegiatan konservasi energy yang telah ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Disamping itu pengusaha bertanggung jawab: melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang merupakan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energy melalui manajemen energi. Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer energi; menyusun program konservasi energi; melaksanakan audit energi secara berkala; melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada pemerintah.

1.3 Audit EnergiBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1, butir 14, audit energi didefinisikan sebagai proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efesinsi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi.

Definisi audit energi tersebut di atas juga digunakan di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 6196:2011 tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung, butir 3 (Istilah dan Definisi), subbutir 3.1 (Audit Energi), halaman 1.

Gambar 1.1 memperlihatkan skhema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan gedung. Audit energi yang dimaksudkan di dalam buku ini adalah audit energi rinci. Pada gambar tersebut terlihat bahwa untuk melakukan suatu audit energi rinci maka diperlukan 3 tahapan utama, yaitu: 1) Tahap Penawaran, 2) Tahap Persiapan, dan 3) Tahap Pelaksanaan.

Tahap Penawaran pada dasarnya kegiatan non-teknis, yang umumnya dilakukan oleh Tim Manajemen, khususnya Tim Pemasaran. Tahap Penawaran ini tidak diulas di dalam buku ini. Sedangkan Tahap Persiapan dan Pelaksanaan, yang merupakan tujuan dibuatnya buku ini, diulas mulai Bab 2.

KomunikasiPermintaan/Penawaran Audit EnergiantaraAuditor dan Pemilik/Pengelola GedungiKebutuhanData Awal Informasi GedungTidakYaPenyusunan dan PengirimanProposal Penawaran Audit EnergiSELESAISELESAIKesepakatan dan Perjanjian Kerja atau KontrakPembentukan Tim Audit EnergiDan Pembagian Tugas PersiapanPersiapan AdministrasiPersiapan TeknisMobilisasi Personil dan Peralatanke Gedung yang akan DiauditPengumpulan Data Primer dan Sekunder:Pengumpulan, Pengukuran, Wawancara, Verifikasi Data

Analisis Potensi Penghematan Energi dan Penulisan Laporan (Sekaligus Rekomendasi)

Presentasi

Penyerahan Laporan Akhir

SELESAI

T A H A P P E R S I A P NTAHAP PELAKSANAANTAHAP PENAWARAN SetujuAudit Energi ?TidakSurvei Awaloleh Tim AuditorPengiriman DokumenolehPemilik/Pengelola GedungYaLembar Isian Data Gedungyang DiperlukanDikirimPengelola Gedung ?

Gambar 1.1. Skema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan gedung.

1.4 Standar Acuan1. Perpres No.5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional2. Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi3. Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi4. Inpres 13 tahun 2011, Tentang Penghematan_energi dan Air5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 614 Tahun 2012, telah ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Auditor Energi di Industri dan Bangunan Gedung.6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 321 Kep/Men/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub Sektor Jasa Konservasi Energi Sub Bidang Industri Untuk jabatan kerja Manajemen energi Menjadi standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia.7. SNI ISO 50001-Sistem Manajemen Energi (Desember 2012) adopsi identik dan cetak ulang standar ISO 50001. BSN8. SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung, BSN9. SNI 6389:,2011 : Konseruasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, BSN.

BAB IIANALISA HASIL AUDIT SISTEM PENCAHAYAANKuat Cahaya (Tingkat Penerangan) di Setiap RuanganData Tanggal 19 Mei 2015Lantai #1Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

JenisTLJumlahJumlahNyala

Ruang 1054918 W, 20 W654154;37;305;71CerahBallast = 8, TL 20 W=2, TL 18 W=4, kosong = 2

Ruang 1123518 W1234209;18;315;20CerahBallast = 12, TL 18 W=12,

Ruang 1133518 W122455;44;105;6,9CerahBallast=12, TL 18 W=12

Lantai #2Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

Jenis TLJumlahJumlahNyala

Ruang 2034918W 20 W122433;130;96;134CerahBallast = 12, TL 20 W=1, TL 18 W=11

Ruang 2054918 W126432;90;344;152CerahBallast = 12, TL 18 W= 12

Ruang 2094936W 40 W11104165;255;204; 292CerahBallast = 12, TL 40 W=6, TL 36 W=5, kosong = 1

Lantai #3Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

Jenis TLJumlahJumlahNyala

Ruang 30238.518 W73445;87.5;172;334CerahBallast = 8, TL 18W=7, kosong = 1,

Ruang 3052818 W40433.8;64.7;36;72CerahBallast = 4, TL 18W= 4

Ruang 3072818W20 W414122;72;23;23CerahBallast = 4, TL 20W=1, TL 18 W=3

Data tanggal 26 Mei 2015Lantai #1Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

JenisTLJumlahJumlahNyala

Ruang 1054918 W 20 W65497,8; 315;84,2;130Cerah Ballast = 8, TL 20W=2, TL 18W=4, kosong = 2

Ruang 1123518 W1204115;110,7;79,8;58Cerah Ballast = 12,TL 18W= 12

Lantai #2Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

Jenis TLJumlahJumlahNyala

Ruang 2034918 W 1284323;228;196,8;167,3Cerah Ballast = 12,TL 18W=12

Ruang 2094936W 40 W12104119,9;24,4;25,6;92,5Cerah Ballast = 12, TL 40 W=5, TL 36 W=6, kosong = 1

Lantai #3Nama RuanganLuas,[m2]LampuNomorTitikPengukuranTingkatPenerangan,[lux]KondisiCuaca

Keterangan

Jenis TLJumlahJumlahNyala

Ruang 3052818 W40489.2;89.2;135.9;169.0CerahBallast = 4, TL 20W=1, TL18 W=3,

Ruang 3072818W 20 W404119.9;24.4;25.6;92.5CerahBallast = 4, TL 20W=1, TL 18 W=3

Analisa:1. Disebagian ruangan kelas terdapat lampu yang rusak, ketika pengujian dilakukan, dan berakibat kuat penerangan dibawah 350 lux.Ruangan yang dibawah 350 lux pada saat pengukuran berlangsung diantaranya adalah:a. Ruang 103 (tingkat pengukuran tertinggi: 305 lux)b. Ruang 113 (tingkat pengukuran tertinggi: 315 lux)c. Ruang 203 (tingkat pengukuran tertinggi: 323 lux)d. Ruang 302 (tingkat pengukuran tertinggi: 334 lux)e. Ruang 305 (tingkat pengukuran tertinggi: 169 lux)f. Ruang 307 (tingkat pengukuran tertinggi: 122 lux)2. Namun diruang dosen, tingkat pencahayaan terbilang cukup (ruang 205) karena tingkat lux mendekati angka 350 lux, yaitu 344 lux.

Saran dan Rekomendasi:1. Perlu dilakukan penggantian lampu TL yang rusak, yaitu:a. Ruang 112, Jumlah 9 Lampu, 18Wb. Ruang 113, Jumlah 10 Lampu, 18Wc. Ruang 203, Jumlah 4 Lampu, 18Wd. Ruang 205, Jumlah 6 Lampu, 18We. Ruang 209, Jumlah 2 Lampu, 36Wf. Ruang 305, Jumlah 4 Lampu, 18Wg. Ruang 307, Jumlah 4 Lampu, 18W

2. Perlu mengganti lampu TL dengan lampu TL Hemat Energi, terutama ruang kelas yang terinci diatas, agar mahasiswa pada saat belajar dapat melihat secara jelas dan melengkapi standar pencahayaan (350 lux) dan lebih hemat daya.3. Perlu dipasang kapasitor untuk menaikkan dan memperbaiki faktor daya gedung h.4. Matikan lampu apabila ruangan kelas tidak digunakan lagi.

ANALISA HASIL AUDIT SISTEM TATA UDARASistem HVAC LainJenisJumlah

AC Split60

AC Split-Duct0

AC Presisi0

Pengukuran sesaat pada lobby tiap lantai gedung yang dikondisikan data tanggal 19 Mei 2015:NoNama RuanganTemperatur (C)Kelembaban Nisbi (%)

1Lobby Lantai 127.568.4

2Lobby Lantai 22760.5

3Lobby Lantai 33060.8

Pengukuran sesaat pada tiga ruangan masing-masing lantai gedung yang dikondisikan data tanggal 19 Mei 2015:NoNama RuanganTemperatur (C)Kelembaban Nisbi (%)

1R10526.364.8

2R11224.464.7

3R11325.356

4R20328.565.7

5R2052660.5

6R20926.355

7R3022956.5

8R30529.358.2

9R30728.944.2

Pengukuran sesaat pada lobby tiap lantai gedung yang dikondisikan data tanggal 26 Mei 2015:NoNama RuanganTemperatur (C)Kelembaban Nisbi (%)

1Lobby Lantai 126.869.1

2Lobby Lantai 220.263.6

3Lobby Lantai 32965.1

Pengukuran sesaat pada dua ruangan masing-masing lantai gedung yang dikondisikan data tanggal 26 Mei 2015:NoNama RuanganTemperatur (C)Kelembaban Nisbi (%)

1R10528.343.6

2R11225.749.5

3R20320,456

4R20920.647.2

5R30528.754.4

6R30728.264.8

Analisa:1. Untuk Lobby lantai 3, Ruang 302, 305 dan 307 saat pengukuran pertama, didapat suhu yang terlampau panas (diatas suhu kamar 25-28 derajat Celcius) dikarenakan kerja ac kurang optimal. Pada saat pengukuran kedua, suhu ruangan diatas cukup sejuk dikarenakan ac telah direparasi.2. Untuk Ruang 203, 209, dan lobby lantai 2 saat pengukuran kedua, terlihat suhu ruangan cukup dingin, karena setpoint ac terlampau rendah.

Saran:1. Perlu dilakukan reparasi ac pada ruangan yang suhunya tidak sejuk seperti 302, 305 dan 307 saat pengukuran pertama, namun pada saat pengukuran kedua ac tersebut sudah berjalan normal.2. Naikkan setpoint pada ruangan 203, 209, dan lobby lantai 2 karena suhu ruangan pada saat pengukuran kedua lebih rendah dari 22-27 derajat celcius.

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R105 = (4X18 W) + (1X20W) + (4X18WX0.25) + (1X20WX0.25) = 115 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R105 = (4X18 W) + (1X20W) + (4X18WX0.25) + (1X20WX0.25) = 115 WDaya W/m2 = 115/49 = 2,3 W/m2

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R112 = (0X18 W) + (0X18WX0.25) = 0 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R112 = (0X18 W) + (0X18WX0.25) = 0 W

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R113 = (0X18 W) + (0X18WX0.25) = 0 W

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R203 = (1X18 W) + (1X18WX0.25) + (1X20 W) + (1X20WX0.25) = 47.5 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R203 = (8X18 W) + (8X18WX0.25) = 180 WW/m2= 180/35=5.14 W/m2

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R209 = (5X36 W) + (5X36WX0.25) + (5X40 W) + (5X40WX0.25) = 475 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R209 = (5X36 W) + (5X36WX0.25) + (5X40 W) + (5X40WX0.25) = 475 WW/m2= 475/35= 13.57 W/m2

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R302 = (3X18 W) + (3X18WX0.25) = 67.5 WW/m2= 67.5/35=1,92 W/m2

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R305 = (0X18 W) + (0X18WX0.25) = 0 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R305 = (3X18 W) + (3X18WX0.25) = 67.5 WW/m2= 67.5/15=4.5 W/m2

Data tanggal 19 Mei 2015 :Watt Total R307 = (1X20 W) + (1X20WX0.25) = 25 WData tanggal 26 Mei 2015 :Watt Total R307 = (0X18 W) + (0X18WX0.25) +(0X20 W) + (0X20WX0.25) = 0 WW/m2= 25/15=1.6 W/m2

Analisa Konsumsi Daya Gedung HUntuk mencari biaya yang dibutuhkan dalam 1 hari operasional gedung H per kwh, didapatkan rumus:

Total daya yang digunakan pada ruangan yang kami lakukan pengujian adalah: 1958 WGedung H PNJ menggunakan standar biaya Kwh dari PLN yaitu P-2/TM dengan beban diatas 200 kVA, dengan rumusan sebagai berikut.Blok Waktu Beban Puncak = K x Rp 1077.18 per kWHBlok Luar Waktu Beban Puncak = Rp 1077.18 per kWHPemakaian lampu pada ruangan tersebut dari pukul 07.00-17.00, atau selama 10 jam pemakaian. Waktu tersebut diluar waktu beban puncak. Maka perhitungannya adalah: per hari. per hari

Gambar Gambar Saat Pengambilan Data

BAB IIIKESIMPULAN & SARANKesimpulan: Pada Gedung Administrasi Negara rata rata memiliki tingkat pencahayaan ruangan yang kurang ( kurang dari 350 LUX ). Namun, ada beberapa ruangan yang tingkat pencahayaannya cukup (Lebih dari 350 Lux). Untuk suhu ruangan, Gedung H memiliki suhu ruangan yang cukup nyaman di lobby lantai 1 dan lobby lantai 3, namun di lobby lantai 2 tidak nyaman, karena suhu rata rata disana melebihi 29 derajat, dengan keadaan AC yang menyala. Pada Gedung H memang nampak kurang pencahayaannya dikarenakan banyak ruangan yang tertutup dan dekat dengan pepohonan sehingga ruangan menjadi gelap, serta banyak lampu yang mati saat stopkontak dinyalakan. Suhu ruangan yang kurang nyaman juga dikarenakan banyaknya AC yang tidak sering direparasi dan ruangan yang kurang tertutup sehingga suhu dingin pada ruangan terbuang keluar.

Saran :1. Melakukan servis air conditioner ditempat yang kurang sejuk2. Melakukan penggantian lampu pada lampu yang mati dengan lampu hemat energi3. Pasang kapasitor untuk memperbaiki faktor daya gedung H4. Matikan lampu ketika sudah digunakan

LAMPIRAN

Lampiran-1Lembar Isian Data Awal Gedung

1.INFORMASI UMUM1.1Nama Perusahaan/InstitusiPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA

1.2Alamat Perusahaan/InstitusiJl. Prof. Dr. G.A Siwabessy, Kampus Baru UI Depok 16424

No. Telp.: +6221 7270036

1.3Nama GedungGedung H, Administrasi Niaga

1.4Alamat GedungJl. Prof. Dr. G.A Siwabessy, Kampus Baru UI Depok 16424

No. Telp.: +6221 7863538

1.5.Manajer GedungNama: Ibu Titi P.No. Telp.: +6221 7863538

1.6Koordinator Manajemen EnergiNama: Ibu MenikNo. Telp: +6221 7863538

2.INFORMASI GEDUNG2.1Dimensi gedung (total)Panjang: 60mLebar: 17mTinggi: 11m (tidak termasuk atap)Tinggi: 15m (termasuk atap)

2.2Jumlah lantai (tidak termasuk Lantai Atap)3 Lantai

2.3Luas lantai total (tidak termasuk Lantai Atap)1020m2

2.4Luas lantai atapm2

3.UTILITAS GEDUNG3.1Sistem Kelistrikan

3.1.1Sumber energi listrik|_| PT PLN (Persero)

|_| Pembangkitan Sendiri

3.1.2Daya Terpasang (Kontrak Daya)kVA

3.1.3Trafo #1kVA

Trafo #2kVA

Trafo #3kVA

Trafo #3kVA

Trafo #4kVA

Trafo #5kVA

3.1.4Gen-set #1kVA

Gen-set #2kVA

Gen-set #3kVA

Gen-set #4kVA

3.1.5Diagram Sistem Kelistrikan(Single Line Diagram)Mohon dikirimkan salinan (copy) diagram kelistrikan (single line diagram).

3.2Sistem Tata Udara (HVAC)

3.2.1Chiller #1TR

Chiller #2TR

Chiller #3TR

Chiller #4TR

Chiller #5TR

3.2.2Jumlah AHUunit

3.2.3Jumlah FCUunit

3.2.4Jumlah Menara Pendinginunit

3.3Sistem Otomasi Gedung

Apakah sudah dipasang Sistem Otomasi Gedung (Building Automation System)?|_| Ya

|_| Tidak

Lampiran-2Lembar Isian Sistem Manajemen Energi

1.Organisasi Manajemen Energi2.1Apakah Manajer Energi telah memiliki Sertifikat Manajer Energi?|_| Ya

|_| Tidak

2.2Struktur Organisasi Manajemen EnergiHarap lampirkan salinan Struktur Organisasi Manajemen Energi.

2.Matriks Manajemen EnergiPetunjuk:Harap diberi tanda, misal tanda silang, pada pilihan yang sesuai.Pilihan tersebut akan langsung diketahui nilai atau skor pada saat ini.Contoh:pada item Direktur/Manajer Energi dipilih dan diberi tanda silang pada kolom Ada organisasi terpusat dengan dukungan dari manajemen pusat.Maka ini berarti mendapat nilai atau skor 2 (dua) untuk aplikasi manajemen energi di institusi atau perusahaan tersebut.

ITEMSedikit atau tidak dilakukanDilakukan SebagianDilakukan Sepenuhnya

SKOR(0) (1)(2)

Komitmen untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan

Direktur/Manajer EnergiTidak ada sumber daya organisasi yang menangani secara terpusat X

Ada organisasi terpusat namun tidak diberdayakan.Ada organisasi terpusat dengan dukungan dari manajemen puncak

Komite/Tim EnergiTidak ada tim/jaringan energi di perusahaan

Ada organisasi namun tidak formalAda tim lintas fungsi yang secara aktif mengarahkan program-program energiX

Kebijakan EnergiTidak ada kebijakan Energi secara formalTercakup dalam kebijakan mengenai lingkungan atau yang lainnya

Ada kebijakan tersendiri tentang Efisiensi Energi yang ditandatangani oleh Manajemen PuncakX

Mengkaji Kinerja dan Peluang Penghematan

Pengumpulan dan Penelusuran Data

Sedikit pengukuran atau data tidak dapat ditelusuri Ada pengukuran data secara lokal/parsialSemua fasilitas melaporkan untuk konsolidasi/analisis secara terpusat X

StandardisasiTidak dilakukanDilakukan untuk beberapa pengukuran X

Dilakukan terhadap semua faktor yang diperlukan untuk analisis

Penyusunan BaselineTidak ada baselineBaseline tersusun secara terpisah untuk masing-masing fasilitas XTersusun berdasarkan basis tahun dan pengukuran secara terorganisasi

BenchmarkTidak dilakukan atau dilakukan pembandingan hanya terhadap data lampau untuk lokasi yang sama Dilakukan secara internal antara beberapa lokasi perusahaan XDilakukan pembandingan dan analisis terhadap internal dan eksternal secara reguler

AnalisisTidak dilakukanAda usaha untuk mengidentifikasi dan mengoreksi penyimpangan X

Dilakukan profiling untuk mengidentifikasi trend, puncak, lembah dan penyebabnya

Kajian Teknis dan AuditTidak dilakukanKaji ulang dilakukan secara internal X

Dilakukan kaji ulang dengan melibatkan tim audit profesional

Penentuan Target Kinerja

Penentuan LingkupTidak ada target kuantitatif Ada target jangka pendek per fasilitasX

Ada target jangka pendek maupun jangka panjang dari perusahaan

Estimasi Potensi PerbaikanTidak dilakukan Dilakukan secara terbatas berbasis projek dan terbatas pada proyeksi vendor X

Ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan

Penyusunan TargetTidak ada

Kurang terdefinisi dengan baik atau diterapkan secara sporadis XDitentukan secara spesifik dan terkuantifikasi pada setiap level organisasi

Penyusunan Rencana Aksi

Menentukan langkah-langkah teknis berikut targetnyaTidak Dilakukan Ditentukan di level fasilitas sesuai dengan peluang yang ditemukan X

Dirinci multi-level target dengan dilengkapi periode waktu

Menentukan pelaksana dan sumber dayaTidak ditentukan atau disusun secara adhoc Berdasar inisiatif personal secara infomal Ditentukan peran internal dan eksternal serta diidentifikasi anggaran yang dibutuhkanX

Pelaksanaan Rencana Aksi

Penyusunan Rencana KomunikasiTidak disusunPerangkat disusun untuk kelompok tertentu dan digunakan sesuai kebutuhanX Perangkat disusun untuk semua stakeholder dan dimasukkan ke dalam agenda reguler

Meningkatkan kesadaranTidak ada promosi untuk efsiensi energi Dilakukan sesuai dengan inisiatif pada even-even tertentu

Seluruh level organisasi mendukung target energiX

Peningkatan kemampuanPelatihan untuk personil secara tidak langsung Pelatihan tertentu untuk personil kunciX

Pelatihan/sertifikasi secara luas untuk teknologi tertentu dan best practices

MemotivasiPertemuan antara pengguna energi dan staf tidak dilakukan atau hanya dilakukan sesuai kebutuhanX

Penalti untuk yang tidak perform serta pengingat secara periodik Pengakuan serta insentif secara finansial untuk yang kinerjanya baik

Melacak dan memonitorTidak ada sistem untuk memonitor progres X

Dilakukan review tahunan per fasilitas Review secara reguler dan dilakukan update oleh sistem secara terpusat

Evaluasi Progres

Evaluasi HasilTidak dilakukanPembandingan dengan data historisX

Pembandingan penggunaan dan biaya terhadap target, perencanaan, dan pesaing

Kaji ulang rencana aksitidak dilakukanDilakukan pengecekan secara infromalX

Kaji ulang dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh, umpan balik yang diterima serta faktor-faktor bisnis lainnya

Penghargaan Terhadap Hasil

Pengakuan secara internalTidak dilakukanX

Mengangkat projek yang berhasil Penghargaan terhadap kontribusi secara individu, tim dan fasilitas

Pengakuan eksternalTidak diusahakanX

Dilakukan secara insidentil atau pengakuan dari vendor Penghargaan secara khusus dari pemerintah atau pihak ketiga

Pemasaran

Laporan trend konsumsi energi ke UserTidak dilaporkan

Dilaporkan tidak secara menyeluruhXDilaporkan secara berkala secara menyeluruh

Kemajuan efisiensi energi dipromosikan ke eksternalTidak dipromosikan

Dipromosikan secara tidak tetap XDipromosikan secara berkala

Investasi

Alokasi WaktuTidak disediakanDisediakan sesuai dengan adanya kajian konservasi energiX

Dialokasi waktu untuk mengkaji dan menerapkan program manajemen energi

Kriteria Proyek Energi dan LainnyaTidak samaTergantung nilai proyek

Ditetapkan kriteria yang sama antara proyek energi dengan proyek-proyek lainnya.X

Anggaran KhususTidak disediakanTidak disediakan secara khusus namun dapat disediakanX

Disediakan anggaran khusus untuk proyek-proyek manajemen energi

3.Konsumsi Sumber Energi Lain3.1BBM SolarHarap lampirkan konsumsi solar (diesel) selama 5 tahun terakhir.

3.2Bahan Bakar Gas (BBG)Harap lampirkan konsumsi BBG selama 5 tahun terakhir.

3.3Sumber Energi Lain (Terbarukan)Harap lampirkan data penggunaan sumber energi lain termasuk yang terbarukan.