lap supervisi keperawatan

47
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Seorang manajer dalam hal ini supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Sebagaimana mestinya agar dapat dicapai secara berdaya guna dan hasil guna. Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton dalam PIER. AS, 1997, hal 20) Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus memiliki kemauan mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, menjadi tenaga perawat professional. Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntut perawat pada suatu bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan keperawatan paripurna.

Upload: hanafi-irawan

Post on 13-Feb-2016

258 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Seorang manajer

dalam hal ini supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi

manajemen. Sebagaimana mestinya agar dapat dicapai secara berdaya guna

dan hasil guna. Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya

adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton dalam

PIER. AS, 1997, hal 20)

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan sebagai

suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan

keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa

depan.

Perawat harus memiliki kemauan mengembangkan ilmu pengetahuannya

dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, menjadi tenaga perawat professional.

Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan

kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada

pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntut perawat pada suatu

bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan

pelayanan keperawatan paripurna.

Pelayanan yang berkualitas haruslah didukung oleh sumber-sumber yang

memadai, antara lain sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan

termasuk pelayanan keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas yang

sesuai dengan harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan senantiasa

memenuhi harapan konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku maka

diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.

Melalui pengawasan dan supervisi diharapkan perawat dapat melaksanakan

asuhan yang berkualitas sesuai standar. Supervisi tersebut merupakan salah

satu bentuk kegiatan dari manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk

menjaga mutu pelayanan keperawatan.

Page 2: Lap Supervisi Keperawatan

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan supervisi adalah pemenuhan peningkatan pelayanan pada klien dan

keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan, dan kemampuan per-

awat dalam melaksanakan tugas di Paviliun Shofa Rumah Sakit Muham-

madiyah Lamongan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menjalankan pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

dengan sumber daya yang tersedia.

b. Mengetahui kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal ke-

mampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta mengatur pelatihan yang

sesuai.

c. Mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan men-

genali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan yang lebih

lanjut.

d. Menentukan penyebab kekurangan pada kinerja perawat tersebut.

1.3 MANFAAT

1.3.1 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan khususnya dalam bidang manajemen keperawatan

1.3.2 Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memenuhi

kepuasan pasien dan kemajuan rumah sakit kedepannya.

1.3.3 Bagi Pasien

1. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa

penyembuhan

2. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.

3. Memberikan kepuasan kepada pasien.

Page 3: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 2

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian

Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan

kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas

kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sujana D, 2004).

Arief (1987) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam

upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga pelaksanaan

program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan

hasil yang diharapkan. Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan

dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor

mencakup masalah pelayanan keperawatan (Depkes, 2000).

2.2 Unsur Pokok

Dalam melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok . Unsur-

unsur pokok yang dimaksud menurut azwar (1996) adalah :

1. Pelaksana

Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan suprvisi adalah

atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi.

Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi

(supervisor). Fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk

keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan

pengetahuan atau ketrampilan.

Ali Zaidin membagi tingkatan manajer dalam melakukan supervisi,

menjadi:

a. Manajer puncak (Top Manajer)

Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil

kegiatan serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya

menetapkan kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau

pengarahan umum berkaitan dengan tujuan misalnya: Kakanwil

Depkes Propinsi, Kadinkes Daerah, Direktur RS, dan sebagainya.

Page 4: Lap Supervisi Keperawatan

b. Manajer menengah (Middle Manager)

Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat

pertama. Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manager ke dalam

program-program misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala

Bidang, Kasubdin Propinsi, Kasubbag Dati II.

c. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor

Manager)

Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para

pelaksana atau pekarya. Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau

supervisor. Misalnya: Kepala seksi dan Kepala Urusan.

Untuk dapat melakukan supervisi dengan baik diperlukan beberapa

syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau

supervisor (Azwar,1996) adalah:

1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi, atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus

dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.

3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi,

artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.

4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif, suportif dan bukan

otoriter.

5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa

melainkan harus sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap bawahan yang disupervisi.

Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang

banyak. Selain lima syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan

kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan bimbingan dan

kepemimpinan.

Dalam pelaksanaan supervisi, akan ada dua pihak yang akan

melakukan kegiatan, yaitu pihak supervisi dan yang disupervisi.

Supervisor melakukan kegiatan yang pelayanan profesional untuk

Page 5: Lap Supervisi Keperawatan

membantu atau membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi

inilah yang menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan

agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan

kegiatan secara efisien dan efektif ( Sudjana,2004).

Menurur WHO (1999) proses pengawasan pegawai yang baik :

1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standart kerja, tindakan

pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.

2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak

akan memerlukan waktu yang lama untuk menerapkan dan

menghasilkan efek yang diinginkan.

3. Minimal, artinya pengawasan harus disediakan sedikit mungkin, yakni

sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekaryaan akan diselesaikan

dan standart dipertahankan.

4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti

senjata makan tuan, para pekarya akan mencoba menghindarinya.

2. Sasaran

Sasaran atau obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan

oleh bawahan yang melakukan pekaryaan. Sasaran yang dilakukan oleh

bawahan disebut sebagai sasaran langsung.

3. Frekuensi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi

yang dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada

pedoman yang pasti mengenai seberapa sering supervisi dilakukan.

Pegangan umum yang digunakan bergantung pada derajat kesulitan

pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.

Menurut Nursalam (2002), dalam melakukan supervisi yang tepat,

supervisior harus bisa menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan

supervisi dan bantuan. Sepanjang kontrol/supervisi penting, bergantung

pada bagaimana staf melihatnya.

a. Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi

yang diberikan sehingga staf tidak akan dapat memiliki tanggung

jawabnya.

Page 6: Lap Supervisi Keperawatan

b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk

terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas

limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang

diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan

anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan

waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan

kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan

melaksanakan tugas tersebut.

4. Tujuan

Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara

langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat

melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.

Menurut WHO (1999), tujuan pengawasan adalah:

1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan

sumber daya yang tersedia.

2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para

petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan

pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai.

3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan

atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan

kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.

4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi

petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik.

5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada

kinerja tersebut.

5. Tehnik

Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal

yang bersifat pokok, yaitu: (1) Menetapkan masalah dan prioritas; (2)

Menetapkan penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya; (3)

Melaksanakan jalan keluar; dan (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak

lanjut berikutnya.

Page 7: Lap Supervisi Keperawatan

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik, yaitu:

1. Pengamanan langsung

Pengamanan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus

memperhatikan:

a. Sasaran pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat

menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan seperti ini,

maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat

pokok dan strategis.

b. Objektivitas pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu

objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka pengamatan

langsung ditujukan pada suatu daftar isian atau checklist yang telah

dipersiapkan.

c. Pendekatan pengamatan

Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan

kesan negatif, misalnya: rasa takut, tidak senang, atau kesan

menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan

dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau

otoriter.

2. Kerja sama

Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan

penampilan bawahan dalam supervisi, perlu terjalin kerja sama antara

supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut akan terwujud

bila terjalin komunikasi yang baik, sehingga mereka yang disupervisi

merasakan masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri

(Azwar, 1996).

2.3 Langkah Supervisi

Menurut Ali Zainudin, teknik atau metode dalam melaksanakan

pengawasan adalah bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah I : Mengadakan Persiapan Pengawasan

(1) Menentukan tujuan.

Page 8: Lap Supervisi Keperawatan

(2) Menentukan metode pengawasan yang tepat.

(3) Menentukan standar/kriteria pengukuran.

2. Langkah II : Menjalankan Pengawasan

Terdiri atas tiga tahap, yaitu:

(1) Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana

pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai,

dan cara pelaksanaan.

(2) Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem,

yaitu:

a. Sistem prevensif, dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan.

b. Sistem reprensif, dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,

misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan.

c. Sistem verifikatif, pemeriksaan secara terperinci dengan

memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal

yang terjadi dalam pelaksanaan rencana.

d. Sistem infektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan

pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui

sendiri keadaan yang sebenarnya.

e. Sistem investigatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan

mengadakan penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan

dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas

infektif dan vertivikatif.

f. Kombinasi sistem preventif dan represif, yaitu suatu sistem

pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun

sesudah usaha tersebut berjalan.

(3) Penilaian dari pelaksanaan pengawasan. Penilaian adalah proses

penerapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau

kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendiskripsikan, dan

menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukkan

untuk pengambilan keputusan (Sudjana, 2004). Menurut UNESCO

Page 9: Lap Supervisi Keperawatan

(1982) dikutip oleh sudjana (2004) evaluasi dilakukan sejak

perencanaan program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan

masukkan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan

perluasan, atau pengembangan program, terkait dengan pengambilan

keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi program.

3. Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan

Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang

kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan efisien.

Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah yang

timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada

waktu mendatang. Menurut Sudjana (2004) pembinaan yang efektif dapat

menggambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima

langkah itu adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan informasi. Informasi yang dihimpun meliputi

kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan

berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi

yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan

berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan

laporan kegiatan.

b. Mengidentifikasi masalah. Masalah ini diangkat dari informasi yang

telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul

apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan

yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan

menyebabkan adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang

seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak

atau perbedaan antara kegiatan inilah yang disebut masalah.

c. Menganalisis masalah. Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui

jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah

tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari pelaksana kegiatan,

sasaran, kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu dan kondisi

lingkungan. Di samping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-

sumber dan potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

Page 10: Lap Supervisi Keperawatan

yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk memperhatikan dalam

upaya pemecahan masalah.

d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan. Kegiatan pertama yang

perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang dapat

dipertimbangakan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun

setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan

hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah.

Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya pemecahan

masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.

e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah. Pelaksanaan upaya ini dapat

dilakukan pembina baik secara langsung dapat maupun secara tidak

langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam:

pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang

dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina

memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung pada

pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina

mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan

bervariasi. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah dialog,

diskusi, bimbingan, individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan

kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana

kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para

pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan

atau kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok

dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat

digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi, penataran,

rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya. Secara tidak langsung apabila

upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu

dilakukan melalui pihak yang lain, seperti melalui orang lain atau media

tertulis.

Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat

dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi

tugas pembinaan. Sedangkan melalui media tertulis antara lain ialah

Page 11: Lap Supervisi Keperawatan

pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan,

dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan tidak langsung mencakup

kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak

yang dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media yang

digunakan mencakup media tertulis seperti surat menyurat, media cetak

seperti lembaran pedoman, brosur, dan buletin.

2.4 Manfaat Supervisi

Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat

dibedakan atas dua macam:

a. Meningkatkan efektivitas kerja

Peningkatan efektivitas kerja ini berhubungan erat dengan makin

meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan “bawahan”, serta makin

terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara

“atasan” dengan “bawahan”.

b. Meningkatkan efisiensi kerja

Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin

berkurangnya kesalahn yang dilakukan oleh “bawahan”, dan karena itu

pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat

dicegah (Azwar, 1996).

Supervisi mempunyai tiga kegunaan. Pertama, supervisi berguna

untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan

kepada para pelaksana kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan

dialami apabila supervisor sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi

bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.

Ketiga, hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk

pelaksanaan layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Proses

memberikan layanan, format-format yang digunakan, catatan, dan laporan

supervisi, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor

dan yang disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk

menyusun patokan-patokan supervisi berdasarkan pengalaman lapangan.

Dengan demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan,

Page 12: Lap Supervisi Keperawatan

ketrampilan, dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat

dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.

Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila

kegiatannya dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu:

pengakuan dan penghargaan, objektivitas, dan kesejawatan. Hubungan

kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar,

terbuka, dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan

sikap supervisor untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang

disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang disupervisi dapat dan harus

mengembangkan diri. Objektivitas berkaitan dengan informasi dan

permasalahan yang telah ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor

sebagaimana adanya sedangkan upaya pemecahan permasalahan dilakukan

secara rasional. Kesejawatan memberi corak bahwa kegiatan pelayanan

dilangsungkan dalam suasana akrab dan kekerabatan. Hubungan

kemanusiaan mendasari pelayanan profesional. Titik berat hubungan

kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukkan pengakuan,

pujian, dan penghargaan; bukan sebaliknya yaitu mencerminkan

pengabaian, penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan

oleh pihak yang disupervisi (Sudjana, 2004).

Page 13: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 3

PENERAPAN SUPERVISI KEPERAWATAN PADA PENERAPAN

METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

3.1 Pengertian

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-bersama (H. Burton, dalam

Pier AS, 1997; 20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian

sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka

mencapai tujuan.

3.2 Tujuan Supervisi

Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada

klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan, dan

kemampuan dalam melaksanakan tugas.

3.3 Prinsip Supervisi

1) Sesuai Supervisi dilakukan dengan struktur organisasi.

2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen

dan kepemimpinan.

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan dinyatakan

melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor

dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang

spesifik.

Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreativitas, dan motivasi.

6) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan

manajer.

Page 14: Lap Supervisi Keperawatan

3.4 Pelaksana Supervisi

1) Kepala Ruang:

a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada

klien di ruang perawatan.

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik

keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan tugas yang

didelegasikan.

2) Pengawas Keperawatan

Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada

kepala ruangan yang ada di ruangan yang ada instalasinya.

3) Kepala Seksi Keperawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung

dan seluruh perawat secara tidak langsung.

Page 15: Lap Supervisi Keperawatan

3.5 Alur Supervisi

Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan supervisi

supervisi

Menciptakan Kegiatan dan Tujuan serta instrumen/alat ukur

Menilai Kinerja Perawat

PEMBINAAN (3 f)

Penyampaian penilaian (fair)

Feed Back

Follow up, pemecahan masalah dan reward

PA

PP 2PP 1

Kepala Ruang Paviliun Shofa

Kepala Seksi Perawatan

Kepala Bidang Perawatan

PA

Kinerja Perawat dan Kualitas Pelayanan

Meningkat

Page 16: Lap Supervisi Keperawatan

3.6 Langkah Supervisi

1) Pra-supervisi

a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi

b) Supervisor menetapkan tujuan

2) Pelaksanaan supervisi

a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau

instrumen yang telah disiapkan.

b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.

c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan

klarifikasi permasalahan.

d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi

data sekunder

- supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).

- supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat

3) Pasca-supervisi – 3f

a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).

b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.

c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

3.7 Peran Supervisor Dan Fungsi Supervisi Keperawatan

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang

tersedia.

1) Manajemen pelayanan keperawatan

Tanggung jawab supervisor adalah :

a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik kerperawatan.

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.

c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur

2) Manajemen anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,

dan pengembangan.

Supervisor berperan dalam:

Page 17: Lap Supervisi Keperawatan

a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangakan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai tujuan RS.

b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.

c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna dapat terjadi begitu

saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat

dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan

kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

3.8 Teknik Supervisi Meliputi

a. Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu :

Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk

menerapkan pencapaian.

Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan

kualitas asuhan.

b. Area supervisi

Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada

klien.

Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.

Sikap penghargaan terhadap pekaryaan misalnya kejujuran dan

empati

Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:

1. Kinerja perawat dalam melaksakan asuhan keperawatan kepada

klien.

2. Pendokumentasian asuhan keperawatan.

3. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang.

4. Pengelolaan logistik dan obat.

5. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan

masalah keperawatan klien.

6. Pelaksanaan timbang terima.

Page 18: Lap Supervisi Keperawatan

c. Cara supervisi

Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1) Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang

sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam

kegiatan, umpan balik, dan perbaikan.

Proses supervisi meliputi :

Perawat pelakasana melakukan secara mandiri suatu

tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor.

Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,

reinforcemen, dan petunjuk.

Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana

melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang

telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.

Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting

dilakukan oleh supervisor.

2) Supervisi secara tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun

lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik

dapat diberikan secara tertulis.

3.9 Peran Kepala Ruangan, PP Dan PA Dalam Metode Asuhan

Keperawatan Profesional Primer (MAKP-PRIMER)

1) Peran Kepala Ruangan (Karu)

o Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.

o Mengorientasi dan merencanakan kerjawan baru.

o Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP.

o Evaluasi kerja.

o Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.

2) Peran perawat primer (PP)

Page 19: Lap Supervisi Keperawatan

o Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif.

o Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.

o Melaksanakan rencana yang telah dibuat.

o Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat.

o Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.

o Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.

o Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait.

o Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.

3) Peran perawat assosiate (PA)

Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang telah disusun oleh PP.

3.10 Delegasi/Pendelegasian

Delegasi/pendelegasian adalah menyelesaikan pekaryaan yang dikerjakan

melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam, 2002).

Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi: R-A-A

a. Tanggung jawab (responsibility), adalah pekaryaan-pekaryaan yang harus

diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.

b. Kekuasaan (authority) adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala

sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.

c. Pertanggung jawaban (accountability), adalah memberikan pertanggung

jawaban dengan memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan

tugasnya dan bagaimana memakai wewenang yang diberikan kepadanya.

Dari uraian ketiga unsur diatas, jelas bahwa authority (kekuasaan) dan

responbility (tugas) dapat didelegasikan, sedangakan accountability (pertanggung

jawaban) tidak dapat didelegasikan, ini berarti bahwa seseorang yang memimpin

yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya dan bawahannya tidak berarti

mendelegasikan pertanggungjawabannya, melainkan ia tetap bertanggung jawab

akan pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada bawahannya.

Tugas-tugas yang didelegasikan

Page 20: Lap Supervisi Keperawatan

Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan menurut Manullang

(2001) dapat dibedakan menjadi 2, yang ditinjau berdasarkan aspek:

1. Ditinjau dari tugas proses (Manulang, 2001; 113-114)

Pada gambar 1 diatas terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor) disederhanakan

menjadi 3 fungsi yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

Pada gambar 2 di atas terlihat bahwa para bawahan yang menerima

delegasi tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan kekuasaan

kepada bawahannya. Pada keadaan ini, manajer terdahulu lebih banyak ia

memutuskan perhatian dalam pengawasan. Jika diperhatikan pada kedua gambar

di atas, tampak bahwa tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagian besar

dapat didelegasikan, sedangkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan

(hanya sebagian kecil saja).

Manajer Bertugas

PelaksanaanPerencana

Perencana Pengorganisasian

PengawasanPelaksanaan

Sebagian didelegasikan kepada bawahan

Tugas-Tugas Pelaksana

PerencanaanPelaksanaan Pengawasan

B CA E FD

Page 21: Lap Supervisi Keperawatan

2. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi).

Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan organisasi karena masing-

masing bidang mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing bidang.

Pendelegasian yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri yaitu :

Unsur pendelegasian harus lengkap dan jelas.

a. Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat.

b. Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan

keadaan linhkungan yang efisien.

c. Pemberi delegasi harus memberikan inisiatif atau rangsangan material maupun

non material.

Page 22: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 4

RENCANA KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Supervisi

Hari/tanggal :

Pukul : 11.00 wib - selesai

Topik : Supervisi tentang kegiatan Injeksi Intra Vena

Tempat : Nurse Station dan Ruang Perawatan Pasien

4.2 Metode

1. Observasi

2. Tindakan

3. Evaluasi dan Diskusi

4.3 Media

1. Lembar Supervisi

2. Standar Asuhan keperawatan

4.4 Pengorganisasian

Kepala ruangan :Hamam Rosyidi, S.Kep

Perawat primer : Awaliyatuz Zahroh I, S.Kep

Perawat associate : Nur Laila., S.Kep

Supervisor :

Pembimbing :

1. Ns, Suratmi, M.Kep

2. Nirma Yunita, S.Kep.,Ns

Page 23: Lap Supervisi Keperawatan

4.5 Mekanisme Kegiatan

No Kegiatan Pelaksana Tempat Waktu

1 Karu mengucapkan salam dan

menyampaikan pada PP bahwa akan

diadakan Supervisi tentang tindakan

injeksi intra vena.

KARU menjelaskan tujuan dan prosedur

tindakan

KARU Nurse

Station

5 menit

2 PP memilih pasien yang dilakukan

tindakan injeksi intra vena.

PP dan PA Nurse

Station

2 menit

3 PP menyiapkan alat-alat yang

dibutuhkan untuk tindakan Supervisi

injeksi intra vena.

PP dan PA Nurse

Station

5 menit

4 KARU memberikan kesempatan pada

PP dibantu PA untuk melengkapi

persiapan injeksi IV dan mempersiapkan

pasien.

KARU Nurse

Station

2 menit

5 KARU memeriksa kelengkapan

peralatan dan pasien.

KARU Nurse

Station

1 menit

6 PP dan PA menuju ruang perawatan

pasien dan segera menyiapkan pasien

dan alat yang akan digunakan untuk

tindakan injeksi intra vena.

PP dan PA Ruang

perawatan

pasien

1 menit

7 PP dan PA melaksanakan tindakan

injeksi IV

PP dan PA Ruang

perawatan

pasien

15 menit

8 Karu melakukan evaluasi tindakan yang

sudah dilakukan oleh PP dan PA,

dengan 3 tahapan pembinaan yaitu:

a. Penyampaian penilaian (fair)

b. Feed Back

c. Follow Up, pemecahan masalah.

KARU Nurse

Station

2 menit

Page 24: Lap Supervisi Keperawatan

Lampiran1

FORMAT SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA

Hari/Tanggal : Supervisor :

Yang disupervisi : Ruangan :

Aspek

penilaianParameter Bobot

DilakukanKeterangan

Ya Tidak

Persiapan

Pelaksanan

A. Menyiapkan alat steril

1. Bak injeksi

2. Spuit sesuai kebutuhan

B. Menyiapkan alat non steril

1. Hand Rubs

2. Alkohol Sweb

3. Bak instrument

4. Perlak dan Pengalas

5. Bengkok

6. Obat injeksi dalam vial

atau ampul

7. Alat tulis

8. Buku injeksi

C. Menyiapkan bahan-bahan

1. Obat

D. Menyiapkan pasien

1. Memberi penjelasan

kepada pasien tentang

prosedur yang akan

dilakukan

2. Mengatur posisi pasien

yang nyaman

Pelaksanaan injeksi intra vena:

1. Cuci tangan menggunakan

Hand Rab.

2. Memasukkan obat dalam

spuit.

3. Pastikan infus dalam

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

Page 25: Lap Supervisi Keperawatan

keadaan menetes lancar

tidak ada plebitis.

4. Membersihkan dengan

desinfektan berupa

Alkohol Sweb pada daerah

yang akan diinjeksi.

5. Obat dimasukkan dengan

pelan.

6. Lihat ekspresi wajah

pasien.

7. Pasien dirapikan, alat-alat

dibereskan.

8. Sampah vial/ampul obat,

spuit, dan plastik dibuang

pada tempat yang berbeda.

9. Mencatat dan memberi

tanda pada format

pemberian injeksi dan buku

injeksi.

Sikap perawat pada waktu

injeksi:

1. Komunikasi

2. Kerjasama

3. Tanggung jawab

4. Kewaspadaan

Evaluasi:

1. Mengevaluasi lokasi

penyuntikan dan

kelancaran tetesan.

2. Mengevaluasi kenyamanan

posisi.

3. Mengobservasi

kemungkinan plebitis.

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

TOTAL 30

Page 26: Lap Supervisi Keperawatan

Penilaian : Jumlah Dilaksanakan

Jumlah Total

Penilaian terhadap hasil supervisi:

Jika tindakan yang dilakukan sesuai, 76-100%, diberi nilai Baik

Jika tindakan yang dilakukan sesuai, 56-75%, diberi nilai Cukup

Jika tindakan yang dilakukan sesuai, ≤56%, diberi nilai Kurang

Lamongan, Mei 2015

Supervisi

(Hamam Rosyidi, S.Kep)14.02.03.0732

Yang Disupervisi

(Awaliyatuz Zahroh I, S.Kep)14.02.03.0688

× 100% = .....

Page 27: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 5

HASIL LAPORAN KEGIATAN

5.1 Resume Pelaksanaan Supervisi

Hari / Tanggal :

Pukul : 11.00 - 12.00

Pelaksana : Perawat Primer

Tempat : Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan

Sasaran : Supervisi pada pemberian obat melalui injeksi I.V

Materi : Supervisi

Metode : Observasi, Tindakan, Diskusi dan Evaluasi

Media :

1. Lembar SOP tindakan pemberian obat melalui

injeksi intra vena.

2. Peralatan perlengkapan tindakan pemberian obat

melalui injeksi intra vena.

3. Lembar Penilaian tindakan pemberian obat

melalui injeksi intra vena.

5.2 Pengorganisasian

Kepala ruangan : Hamam Rosyidi, S.Kep

Perawat primer : Awaliyatuz Zahroh I, S.Kep

Perawat associate : Nur Laila., S.Kep

Supervisor :

Pembimbing :

1.Ns, Suratmi, M.Kep

2. Nirma Yunita, S.Kep.,Ns

A. Presensi

1. Pembimbing dari pendidikan 1 orang

2. Supervisor sebanyak 2 orang

Page 28: Lap Supervisi Keperawatan

3. Pembimbing ruangan paviliun Shofa Rumah Sakit Muhammadyah La-

mongan sebanyak 1 orang

4. Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Lamongan sebanyak 9 orang.

B. Hasil Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Persiapan dilakukan 2 hari sebelum acara dimulai. Acara dilakukan

sesuai dengan jadwal gannt chart yang telah dibuat.

2. Evaluasi proses

No Waktu Kegiatan

1 10.00-10.30 Pelaksanaan Supervisi pada tindakan pemberian obat

melalaui injeksi intra vena.

2 10.30.11.00 Diskusi dan klarifikasi dari supervisor serta pembimbing

(baik pendidikan ataupun ruangan) :

Bapak Ns, Achmad Sutarjo, S. Kep

1. Jika KARU melakukan Supervisi PP hendaknya di-

lakukan satu persatu mulai dari peralatan sampai

dengan persiapan pasien.

2. Hendaknya KARU memberikan reward ke PP dan

menanyakan perasaan PP setelah melakukan

tindakan.

3. KARU memberikan kesempatan kepada PP untuk

mengevaluasi diri sendiri.

4. KARU mengevaluasi tindakan PP secara obyektif.

5. Jika KARU melakukan supervisi hendaknya tidak

bersikap seperti menilai tindakan PP di depan

pasien.

6. Komunikasi PA dengan pasien harus ditingkatkan.

Ibu Ns, Suratmi, M.Kep

1. Komunikasi dalam melakukan tindakan tetap diuta-

makan.

2. Dalam penilaian KARU harus menunjukkan nilai

Page 29: Lap Supervisi Keperawatan

yang disepakati.

3. Dalam melakukan penilaian KARU harus meliputi

3f.

1. Evaluasi Hasil

a. Kegiatan dihadiri 90% atau 4 orang dari5 orang yang diundang dan 9

mahasiswa

b. Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tu-

gasnya

c. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

d. Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik

2. Hambatan

a. Pelaksanaan Supervisi tentang pemberian obat melalui injeksi intra-

vena belum optimal karena kurangnya ketelitian KARU terhadap peni-

laian tindakan yang dilakukan oleh PP dan PA

b. Dalam pelaksanaan Supervisi, mahasiswa belum berpengalaman dalam

melakukan Supervisi sehingga mahasiswa belum bisa menjiwai den-

gan perannya masing-masing

3. Dukungan

a. Pengorganisasian Supervisi yang terstruktur

b. Proses bimbingan pelaksanaan Supervisi oleh pembimbing akademik

dan ruangan

c. Adanya alur yang terstruktur dengan baik

d. Hubungan saling percaya yang terjalin antara pihak perawat ruangan

dengan mahasiswa sebagai pelaksana

e. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses Supervisi

yang baik di ruang paviliun Shofa Rumah Sakit Muhammadyah Lam-

ongan.

Page 30: Lap Supervisi Keperawatan
Page 31: Lap Supervisi Keperawatan

BAB 6

PENUTUP

6.1 SIMPULAN

1. Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan

kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan

tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif

2. Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada

klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan, dan

kemampuan dalam melaksakan tugas.

6.2 SARAN

1. Jika KARU melakukan Supervisi PP hendaknya dilakukan satu per-

satu mulai dari peralatan sampai dengan persiapan pasien.

2. Hendaknya KARU memberikan reward ke PP dan menanyakan

perasaan PP setelah melakukan tindakan.

3. KARU memberikan kesempatan kepada PP untuk mengevaluasi diri

sendiri.

4. KARU mengevaluasi tindakan PP secara obyektif.

5. Jika KARU melakukan supervisi hendaknya tidak bersikap seperti

menilai tindakan PP di depan pasien.

6. Komunikasi PA dengan pasien harus ditingkatkan.

7. Komunikasi dalam melakukan tindakan tetap diutamakan.

8. Dalam penilaian KARU harus menunjukkan nilai yang disepakati.

9. Dalam melakukan penilaian KARU harus meliputi 3f.