lap oran kemajuan program academic leaderships...
TRANSCRIPT
L A P O R A N K E MA J U A N
PROGRAM ACADEMIC LEADERSHIPS GRANT
(PROGRAM 1-1-6)
KAJIAN GEODIVERSITI, GEOHERITAGE DAN GEOKONSERVASI DAERAH CILETUH DAN CISOLOK,
KABUPATEN SUKABUMI, MENUJU PENETAPAN UNESCO GLOBAL GEOPARK
TIM PENGUSUL
Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph.D. (Ketua-NIDN.0005116604 )
Euis Tintin Yuningsih, ST., MT., Ph.D. (NIDN.0008067602)
Dr. Ir. Iyan Haryanto, MT. (NIDN.0024046305)
Dr. Lili Fauzielly, ST., MT. (NIDN.0025027002)
Dr. Ir. Zufialdi Zakaria, MT. (NIDN.0018126204)
Dr. Eng., Ir. Agus Didit Haryanto, MT. (NIDN.0010036602)
Dr. Yoga Adriana Senjaya, ST., M.Sc. (NIDN.0010107202)
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM ACADEMIC LEADERSHIPS GRANT (PROGRAM 1-1-6)
Judul : Kajian Geodiversiti, Geoheritage dan
Geokonservasi daerah Ciletuh dan Cisolok,
Kabupaten Sukabumi, Menuju Penetapan UNESCO Global Geopark
Pilar / Common Goals : Lingkungan / CG 6
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap : Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph.D. NIDN : 0005116604 / 196611051992032003 Jabatan Fungsional : Guru Besar
Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Nomor HP : 022- 5202052 / 08112213566 Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota (1)
Nama Lengkap : Euis Tintin Yuningsih, ST., MT. Ph.D.
NIDN/NIP : 0008067602 / 197606081002122001 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Anggota (2)
Nama Lengkap : Dr. Ir. Iyan Haryanto, MT.
NIDN/NIP : 0002446305 / 196304241991011001 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Anggota (3)
Nama Lengkap : Dr. Ir. Zufialdi Zakaria, MT.
NIDN/NIP : 0018126204 / 196212181990011001 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Anggota (4)
Nama Lengkap : Dr.Eng. Ir. Agus Didit Haryanto, MT.
NIDN/NIP : 0010036602 / 196603101994031003 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Anggota (5)
Nama Lengkap : Dr. Lili Fauzielly, ST, MT.
NIDN/NIP : 0025027002 / 19700225 199703 2 002 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
Anggota (6)
Nama Lengkap : Dr. Yoga Andriana Senjaya ST., M.Sc.
NIDN/NIP : 0010107202 / 197210101999031002 Program Studi : Teknik Geologi Fakultas : Teknik Geologi
ii
Lama Penelitian Keseluruhan : 4 (empat) tahun
Penelitian Tahun Ke : 1 (satu) Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah)
Biaya tahun berjalan : - diusulkan ke Unpad Rp. 250.000.000,00 - dana institusi lain Rp. 0,00 - inkind (akomodasi
kegiatan survey) Rp. 25.000.000,00
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Geologi,
(Dr. Ir. Vijaya Isnaniawardhani M.T.) NIP. 19680818 199303 2 003
Bandung, 29 Juli 2016
Ketua,
(Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph.D.) NIP. 19661105 199203 2 003
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.2. Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2. Rekam Jejak Penelitian .................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................................6
BAB II METODE PENELITIAN ...........................................................................9
2.1. Objek Penelitian ............................................................................................9
2.2. Peralatan Lapangan .......................................................................................9
2.3. Tahapan Penelitian ......................................................................................10
2.3.1. Tahapan Pendahuluan ..........................................................................10
2.3.2. Tahapan Pengumpulan Data Lapangan ................................................11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................13
3.1. Keunikan Geopark Ciletuh ......................................................................13
3.1.1. Zona “Melange” di Kawasan Geopark Ciletuh................................14
3.1.2. Mega Amfiteater Ciletuh..................................................................16
BAB 4. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................20
BAB 5. KESIMPULAN .........................................................................................20
LAMPIRAN ...........................................................................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta digital terrain model (DEM) memperlihatkan amfiteater
Ciletuh dan batas kawasan Geopark Ciletuh........................................4
Gambar 2. Komplek Batuan Peridotit bagian dari ofiolit di Gunung Beas,
Desa Mandrajaya ................................................................................15
Gambar 3. Lava bantal, bagian dari ofiolit di Gunung Badak, Desa Mandrajaya
.............................................................................................................16
Gambar 4. Komplek batuan melange di sekitar Pulau Kunti, Desa Mandrajaya
.............................................................................................................16
Gambar 5. Peta SRTM, menunjukkan bentuk Mega amfiteater Ciletuh, Desa
Tamanjaya ...........................................................................................18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan...........................21
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Kawasan Ciletuh dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional pertama di Jawa Barat sejak
22 Desember 2015 yang ditetapkan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia,
melalui Ketua harian National Indonesia untuk UNESCO . Berdasarkan penetapan
tersebut, Geopark Ciletuh menjadi Geopark Nasional ke 6 di Indonesia. Geopark
lain yang telah memiliki status Geopark Nasional adalah Gunung Batur di Bali,
Gunung Rinjani di Lombok, Gunung – Danau Toba di Sumatera Utara, Gunung
Sewu di Jawa Tengah-Jawa Timur, dan Merangin di Jambi.
Geopark adalah sebuah konsep managemen pengelolaan sebuah kawasan
yang memiliki Keragaman Geologi (Geodiversity) yang sangat terkemuka, unik
dan langka yang diakui sebagai warisan geologi (Geoheritage) yang miliki nilai
ilmu pengetahuan yang tinggi dan diakui secara nasional dan dunia, serta di dukung
oleh adanya Keragaman Hayati (Biodiversity) dan Keragaman Budaya
(Culturdiversity) di kawasan tersebut, objek geologi yang menjadi warisan tersebut
yang kemudian di tetapkan menjadi kawasan perlindungan dan konservasi yang
melibatkan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan konservasi tersebut. Dimana
kawasan disekitar daerah konservasi tersebut dikembangkan sebagai objek untuk
edukasi dan geowisata yang bisa menumbuhkan kegiatan perekonomian
masyarakat di sekitar kawasan konservasi tersebut.
Konservasi warisan geologi (geoheritage) dengan konsep Geopark telah
menjadi program resmi UNESCO. Sehingga untuk bisa mendapatkan pengakuan
adanya suatu kawasan yang memiliki geodiversity yang bertaraf internasiona l
2
(world class), maka suatu kawasan harus sudah ditetapkan sebagai geopark skala
nasional lebih dahulu, baru bisa diajukan menjadi geopark yang berskala
internasional dengan label UNESCO Global Geopark. Saat ini dari enam geopark
nasional yang ada di Indonesia, dua diantaranya telah memiliki status geopark
Internasional, yaitu UNESCO Global Geopark Gunung Batur dan UNESCO Global
Geopark Gunung Sewu.
Untuk bisa mendapatkan pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark,
banyak persyarakatan yang harus di penuhi, sesuai dengan persyaratan yang telah
di tetapkan oleh UNESCO. Dan faktor utama yang menentukan adalah dari
identifikasi aspek Geodiversity yang ada di dalam kawasan yang akan di ajukan
yang merupakan Geoheritage yang secara ke ilmuan diakui secara internasional dan
memiliki ketetapan hukum dari aspek legalitasnya melalui konsep penetapan
Kawasan Cagar Alagm Geologi (KCAG) yang ditetapkan oleh Badan Geologi..
Saat ini baru sebagian kecil warisan geologi sebagai keragaman geologi
yang telah di indetifikasi di kawasan Ciletuh, sementara di kawasan Cisolok dan
sekitarnya belum diidentifikasi secara detil. Sehingga perlu adanya identifikas i
objek geologi yang ada di kawasan Ciletuh – Cisolok dan sekitarnya secara
menyeluruh serta melakukan kajian ilmiah secara detil untuk bisa membedakan
apakah keragaman geologi yang unik dan langka tersebut dapat diakui secara
internasional. Dinama objek tersebut perlu dilakukan konservasi. Selain itu juga
perlu diidentifikasi potensi geowisata dan geotrek di lokasi sekitar objek
geoheritage tersebut, serta yang tidak kalah pentingnya adalah dilakukan kajian
lebih detil tentang potensi kebencanaan geologi yang ada di kawasan tersebut.
Sehingga jika nantinya sudah bisa diantisipasi tentang potensi kebencanaan geologi
3
tersebut, dan dibuat rencana penanggulangan untuk mencegah atau meminimalisas i
potensi kerusakan yang akan diakibatnya.
Kawasan Ciletuh Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, secara geologi telah
diketahui merupakan kawasan pusaka geologi yang sangat langka yang telah
dikenal baik di tingkat nasional maupun internasional. Dikawasan ini dapat
dijumpai satu-satunya kelompok batuan bancuh (mélange) yang terdiri atas batuan
kerak samudra (ofiolit), batuan metamorfik, dan batuan-batuan kerak benua yang
semuanya terdapat berdampingan secara tektonik, serta berumur paling tua di Pulau
Jawa (Pra-Tersier sampai dengan Eosen Tengah) > 50 juta tahun yang lalu. Dimana
batuan-batuan tersebut bercampur aduk secara tektonik akibat adanya tumbukan
lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Indo-Australia yang diperkirakan
terjadi pada zaman Pra-Tersier. Disamping itu, kawasan Ciletuh memiliki bentang
alam yang spektakuler dan langka, berupa amfiteater alami raksasa yang terbuka
kearah Samudra Indo-Australia dengan diameter lebih dari 15 kilometer (Gambar
1). Amfiteater ini diperkirakan terbentuk karena adanya struktur geologi berupa
longsoran yang besar (mega slump) yang diakibatkan oleh adanya gaya-gaya
tektonik yang terjadi pada zaman Tersier (>20 juta tahun lalu). Akibat dari mega
slump ini menyebakan terbentuknya beberapa air terjun yang cukup tinggi dan dan
sangat indah. Karena memiliki keragaman geologi dan warisan geologi tersebut,
maka kawasan ini dipilih untuk diangkat menjadi kawasan Geopark Ciletuh,
Sukabumi sebagai kawasan Geopark Nasional pertama di Bawa Barat.
4
Gambar 1. Peta digital terrain model (DEM) memperlihatkan amfiteater Ciletuh
dan batas kawasan Geopark Ciletuh
Dalam melakukan deliniasi kawasan Geopark Ciletuh menjadi UNESCO
GLOBAL GEOPARK, maka kawasan geopark harus di perluas hingga kecamatan
Cisolok. Dasar penentuan yang dipakai adalah penyebaran jenis keragaman
geologi, khususnya warisan geologi yang sangat langka dan unik. Dasar ini dipilih,
karena lebih memudahkan dalam mendeliniasi sebarannya, dibandingkan dengan
mendeliniasi sebaran keragaman hayati dan budaya yang batas penyebarannya
jarang memiliki batasan yang tegas, sehingga akan menyulitkan dalam penentuan
luasan kawasan yang akan di usulkan sebagai Kawasan Geopark Palabuhanratu-
Ciletuh, Sukabumi-Jawa Barat.
5
1.2. Rekam Jejak Penelitian
Dalam beberapa tahun terakhir, ketua peneliti dan anggota peneliti secara
konsisten dan berkelanjutan terus menerus melakukan berbagai kegiatan penelit ian
di bidang Geologi dan terapannya. Penelitian di bidang geologi tersebut melibatkan
berbagai aspek terkait seperti aspek identifikasi potensi sumberdaya mineral dan
kajian keekonomiannya; maupun kaitannya dengan aspek pengelolaan lingkungan.
Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan dalam 5 (lima) tahun terakhir
adalah sebagai berikut:
1. Petrologi Batuan Ofiolit komplek Ujungsodong, desa Mandrajaya,
Sukabumi, Jawa Barat (2015 : Hibah Penelitian Fakultas Teknik Geologi)
2. Deliniasi kawasan Geopark Ciletuh, Sukabumi Jawa Barat (2015 : Hibah
Kerjasama dengan Dinas ESDM Prov. Jabar)
3. Kajian sosial mapping di kawasan Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat
(2015 : Kerjasama dengan PT. Biofarma)
4. Geochemitry of Te-bearing gold silver mineralization in Western Java,
Indonesia and Southwestern Hokkaido, Japan (2013-2015 : KLN DIKTI)
5. Clay minerals alteration and mineralization quartz texture as guide for
exploration in High Sulfidation Epithermal Gold Potential in Cianjur and
Garut, West Java (2011-2013) : KLN DIKTI)
6. Karakteristik keteknikan geologi untuk dayadukung tanah pada
pengembangan wilayah di daerah tektonik aktif (2013-2014 : PUPT
UNPAD)
7. Techno-Bio-Socio Engineering : Pemanfaatan Tanaman Kaliandra di
wilayah zona rawan longsor (2013 : PUPT UNPAD)
6
8. Tektonik daerah Ciletuh selama kurun waktu Paleogen (2014 : Hibah
Penelitian Fakultas Teknik Geologi)
9. Evolusi Cekungan Garut dan Implikasinya terhadap mineralisasi, energi,
lingkkungan dan kebencanaan (2015 : ALG UNPAD)
10. Batuan bancuh (melange) Lok Ulo Karangsambung: Studi Sedimento logi
dan Petrologi (2014 : Hibah Penelitian Fakultas Teknik Geologi)
11. Endapan tsunami letusan Gunung Krakatau di daerah Ujung Kulon, Banten
(2014 : Hibah Penelitian Fakultas Teknik Geologi)
Penelitian yang akan diusulkan dalam program Hibah Penugasan Penelit ian
Unggulan (Academic Leaderships Grant) ini berkaitan dengan penelitian terdahulu
yang sudah pernah dilakukan di bidang geologi petrologi. Penelitian ini nantinya
akan berfokus pada tema penelitian di bidang lingkungan yang sesuai dengan pilar
penelitian Unpad sekaligus Comon Goals Jawa Barat. Adapun penelitian ini
termasuk dalam common goals CG6, yaitu meningkatkan pengelolaan lingkungan
hidup dan kebencanaan dengan prioritas tematik sektoral nomor 1 mengena i
Konservasi dan Rehabilitasi Kawasan Lindung 45% dan nomor 3 mengena i
Penanganan Bencana Longsor dan Banjir.
1.3. Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah menentukan menginventarisasi potensi
dan penyebaran keragaman, kelangkaan dan keunikan geologinya atau yang
menjadi warisan geologi (geoheritage), memahami aspek kegeologiinya terakitan
dengan evolusi dan pembentukan batuan di dalam kawasan geopark, serta aspek
7
potensi kebencanaan geologi . Dimana aspek kajian ini menjadi sangat penting
dalam menetapkan menjadi kawasan geoheritage yang diakui secara nasional
melalui konsep penetapan kawasan KCAG dan secara internasional dengan
pengakuan sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sekaligus menentukan kawasan-
kawasan geoheritage yang akan menjadi bagian dari geopark unntuk bisa
ditetapkan sebagai kawasan KCAG, sehingga tujuan penelitian ini lebih di
spesifikan dalam menentukan:
1. Membuat inventarisasi situs geologi pada Geopark Ciletuh
2. Mengklasifikasikan situs geologi pada Geopark Ciletuh sebagai
situs warisan (geoheritage) di Geopark Ciletuh
3. Menentukan situs warisab geologi yang akan ditetapkan sebagai
situs yang harus di konservasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mendukung
pembangunan nasional serta pilar penelitian Unpad dan Common Goals Jawa Barat
sebagai bentuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Manfaat
dan luaran yang ditargetkan dari penerapan hasil kegiatan penelitian ini, yaitu:
1. Publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi dan jurnal nasional
terakreditasi maupun pada seminar nasional dan internasional dengan rencana
judul artikel ilmiah sebagai berikut:
- Petrologi da Petrogenesa batuan komplek ofiolit di Kawasan Geopark
Ciletuh, Sukabumi – Jawa Barat
8
- Pemodelan pembentukan Mega Amfiteater Ciletuh, Kawasan Geopark
Ciletuh, Sukabumi – Jawa Barat
- Karakteristik kimia-mineralogi batuan sedimen Formasi Ciletuh serta
untuk mengetahui sumber batuan asalnya
- Deliniasi Kawasan Geopark Palabuhanratu – Ciletuh, Sukabumi, Jawa
Barat.
- Peta potensi kebencanaan geologi, kawasan Geopark Ciletuh, Sukabumi
Jawa Barat
2. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa Hak Cipta atas Peta Rawan Bencana
Kawasan Geopark Ciletuh serta membuat buku keragaman geologi di kawasan
geopark Ciletuh.
3. Jejaring kerjasama yang baik antar peneliti, antar lembaga, dan antara
peneliti/lembaga dengan pemerintah daerah.
9
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Objek Penelitian
Adapun objek yang diteliti pada penelitian ini adalah:
a. Geologi regional daerah Ciletuh, yang meliputi: fisografi regional,
geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi daerah tersebut.
b. Keunikan dan Keragaman geologi yang ada di Geopark Ciletuh yang
diidentifikasi melalui beberapa aspek, yaitu: Bentang alam, struktur geologi,
batuan/mineral, fosil, dan proses.
c. Penilaian situs-situs warisan geologi dalam Geopark Ciletuh untuk ditetapkan
sebagai kawasan konservasi dan model pengelolaanya supaya bisa memberi
manfaat bagi masyarakat
2.2. Peralatan Lapangan
Peta dasar, berupa peta rupabumi berskala 1 : 25.000 yang diterbitkan
BAKOSURTANAL: Lembar 1108-624 (Gunungbatu), Lembar 1108-642
(Ciwaru), Lembar 1208-413 (Surade), dan Lembar 1208-431 (Ciemas).
Palu geologi, terdiri dari palu batuan beku dan palu batuan sedimen yang
digunakan untuk mengambil sampel batuan.
GPS, untuk menentukan posisi stasiun pengamatan dan menyimpan jejak
sebagai data tracking
Kantong sampel, yang diberi tanda untuk tiap batuan dan nomor stasiun
pengamatan dengan menggunakan spidol tahan air, digunakan sebagai
tempat sampel batuan di setiap stasiun.
10
Loupe, digunakan untuk memperbesar objek pengamatan sampel batuan
agar lebih mudah diamati dan diteliti.
Kamera, untuk mengambil data visual dari singkapan.
Komparator, untuk mengetahui jenis batuan secara kasat mata
Alat tulis, meliputi buku catatan lapangan dan lain-lain.
2.3. Tahapan Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini, diperlukan tahapan penelitian yang baik dan
tersusun secara sistematis, agar diperoleh hasil yang baik. Tahapan penelit ian
tersebut, yaitu :
2.3.1. Tahapan Pendahuluan
Melaksanakan setiap kegiatan penelitian, selalu diawali dengan persiapan
yang menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan selama pelaksanaannya. Pada
tahap ini, hal-hal yang perlu dilakukan berupa :
Persiapan Administrasi & Peralatan
Pengurusan surat izin penelitian ke provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
desa-desa yang termasuk ke dalam wilayah penelitian, serta perizinan kepada
BKSDA Pusat. Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini antara lain berupa
peralatan geologi lapangan, peta dasar, peta geologi regional, software pendukung
pengolahan data, mikroskop, alat tulis serta berbagai perlengkapan camping yang
mendukung penelitian ini.
Studi literatur
11
Studi tentang geologi regional daerah penelitian, laporan dari penelit i
terdahulu yang mencakup daerah penelitian serta literatur- literatur geologi yang
masih berkaitan dengan cakupan penelitian (geowisata, Geopark)
Perencanaan Biaya dan Jadwal Kegiatan.
Perincian biaya yang disusun berdasarkan kondisi daerah dan kebutuhan
penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan lancar dan sistematis,
selain itu mempelajari kondisi sosial budaya masyarakat setempat sangat penting
untuk kemudahan dan keamanan dalam melakukan kegiatan penelitian.
2.3.2. Tahapan Pengumpulan Data Lapangan
Tahap Pengumpulan Data Lapangan ini adalah kegiatan penelitian Tahap
kedua yang dilakukan untuk mengetahui keadaan lapangan kawasan Geopark, yang
nantinya data yang diambil akan merepresentasikan kondisi wilayah secara geologi,
nilai warisan geologi, nilai budaya, dan nilai pendukung lainnya di daerah
penelitian. Dalam pengumpulan data dibagi dalam dua macam data yaitu :
2.3.2.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu
organisasi langsung melalui obyeknya, metodenya dilakukan dengan Metode
Penyelidikan Geologi. Penyelidikan ini adalah pengamatan langsung kepada suatu
obyek yang akan diteliti. Dalam penyusunan laporan ini data yang didapat adalah
persebaran setiap warisan geologi di area Geopark tersebut melalui identifikas i
Geoheritage berdasarkan modifikasi Ibrahim Komoo dan UU No. 26/2007 dengan
penilaian representasi unsur geologi di dalam situs-situs tersebut (Tabel 1).
12
Tabel 1. Skema penilaian untuk nilai dan deskripsi dasar sumber daya geoheritage
(Tabel berdasarkan modifikasi Ibrahim Komoo dan UU No.26/2007)
Nilai Deskripsi Dasar dari Penilaian
Terkemuka
Unik. Dalam catatan ilmiah, fenomena geologi khusus atau
fitur bentuk lahan; Signifikan dalam keterjadian atau distribus i,
Mempunyai fungsi ekologi khusus; atau kombinasi dari
semuanya
Tinggi
Jarang. Dalam catatan ilmiah, fenomena geologi khusus atau
fitur bentuk lahan; Signifikan dalam keterjadian atau distribus i,
Mempunyai fungsi ekologi khusus; atau kombinasi dari
semuanya
Sedang
Berisi catatan ilmiah yang penting dan cocok untuk tujuan
pendidikan maupun penelitian
Rendah
Berisi catatan ilmiah yang bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan situs dan cocok untuk tujuan penelitian.
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Keunikan Geopark Ciletuh
Geopark Ciletuh memiliki luas 46.100 Ha atau 461 km2 meliputi 9
(sembilan) desa di Kecamatan Ciemas, yaitu Desa Tamanjaya, Ciwaru, Girimukti,
Mekarsakti, Ciemas, Mandrajaya, Cibenda, Sidamulyo, dan Mekarjaya; dan 6
(enam) desa di Kecamatan Ciracap, yaitu Desa Gunungbatu, Cikangkung,
Mekarsari, Ujunggenteng, Pangumbahan dan Purwasedar. Ciletuh berarti air yang
keruh (ci tau cai = air; letuh = keruh). Nama kawasan ini mengindikasikan keadaan
alam di Ciletuh, khususnya pada tanah dan tata airnya. Tanah yang mudah tererosi,
terutama di saat hujan turun, menyebabkan air limpasan di sungai-sungai keruh.
Nama ini diduga mengindikasikan adanya aktivitas penambangan di kawasan hulu
yang menyebabkan air sungai di hilirnya menjadi keruh. Geopark ini memilik i
bentukan dataran tinggi yang dikenal sebagai dataran tinggi Jampang (Jampang
Plateu atau Jampang Highland) atau Plato Jampang, yang membentuk cekungan
mirip sepatu kuda, terbuka ke arah barat daya serta bukit-bukit kecil dan pesisir
pantai yang mengisi lembah amfiteater. Amfiteater ini dapat dinamakan sebagai
Amfiteater Ciletuh (Martodjojo, 1984 dalam Rosana dkk., 2014).
Geopark Ciletuh ini juga terletak di antara batas tepi dari zona tektonik aktif
di dunia, yaitu zona tumbukan antara lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra
Hindia-Australia yang sampai sekarang masih terus bergerak saling mendekat satu
sama lain dengan kecepatan hampir 4 mm/tahun. Bukti adanya tumbukan yang
sama pada zaman Kapur dapat dilihat dengan adanya komplek batuan ofiolit dan
metamorfik serta batuan sedimen laut yang semuanya bercampur secara tektonik
14
yang dikenal sebagai komplek ofiolit dan melange di kawasan geopark Ciletuh,
sebagai komplek batuan tertua yang muncul di permukaan di Jawa Barat. Kedua
keunikan ini bersifat langka dan mempunyai pemaknaan nilai geologi yang tinggi,
sehingga perlu ditetapkan sebagai kawasan untuk di lindungi atau kawasan
konservasi. Dalam pengelolaannya kawasan tersebut juga harus bisa memberi
manfaat bagi masyarakat sekitar, sehingga kawasan konsservasi perlu dikelola
dengan baik dengan konsep geopark, sehingga bisa menumbuhkan perekonomian
masyrakat melalui geowisata. Dalam geowisata, kedua tempat ini masuk ke dalam
kategori “Geotourism Attractions”.
3.1.1. Zona “Melange” di Kawasan Geopark Ciletuh
Geologi kawasan Ciletuh dipengaruhi oleh tumbukan dua buah lempeng
yang berbeda jenis. Lempeng yang pertama merupakan lempeng benua, terletak di
bagian utara, berkomposisi granitis, berat jenis relatif ringan dan dinamakan
sebagai lempeng Eurasia. Sedangkan lempeng yang kedua merupakan lempeng
samudera, terletak di bagian selatan, berkomposisi basaltis, berat jenis relatif besar
dan dinamakan sebagai Lempeng Hindia-Australia. Di dalam sistem tumbukan
antara lempeng benua dengan lempeng samudera secara berturut-turut membentuk
lingkungan tektonik Palung (trench), Busur Luar Non-Volkanik (Outer arc),
Cekungan Muka Busur (Fore Arc Basin), Busur Vulkanik (Volcanic arc) dan
Cekungan Belakang Busur (Back Arc Basin).
Pada saat ini, kawasan Ciletuh berada pada lingkungan tektonik busur
vulkanik, sedangkan posisi jalur subduksinya berada di Samudera Hindia, jauh di
selatan Pulau Jawa, dengan arah relatif barat-timur. Seiring dengan berjalannya
15
waktu, posisi jalur tumbukan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
geologinya. Pada Zaman Kapur, posisi jalur tumbukan berada di kawasan Ciletuh
sekarang. Pada masa itu, kawasan Ciletuh berada di dasar palung pada kedalaman
beberapa ribu meter di bawah permukaan air laut (Gambar 2-4).
Di dalam lingkungan palung (zona tumbukan) selain berlangsung proses
sedimentasi juga terjadi proses percampuradukan batuan yang mekanismenya
melalui aktifitas tektonik dan sedimenter. Batuan campur aduk ini selanjutnya
dinamakan sebagai batuan bancuh atau melange. Apabila proses percampuran
batuannya melalui mekanisme tektonik maka dinamakan sebagai melange tectonic
dan apabila prosesnya terbentuk melalui mekanisme sedimentasi maka dinamakan
sebagai “melange sedimenter” atau olistostrom. Di kawasan Ciletuh, batuan
melange tectonic terdiri atas batuan basa dan ultra basa (Ofiolit) berumur Pra-
Tersier, sedangkan “melange sedimenter” diwakili oleh Formasi Ciletuh bagian
bawah.
Gambar 2. Komplek Batuan Peridotit bagian dari ofiolit di Gunung Beas, Desa Mandrajaya
16
Gambar 3. Lava bantal, bagian dari ofiolit di Gunung Badak, Desa Mandrajaya
Gambar 4. Komplek batuan melange di sekitar Pulau Kunti, Desa Mandrajaya
3.1.2. Mega Amfiteater Ciletuh
Amfiteater adalah arena/teater yang dibangun pada masa Romawi Kuno
awal abad masehi, berupa arena di depan yang rendah, dikelilingi secara melingkar
penuh atau setengah lingkaran oleh kursi-kursi penonton yang berjenjang makin
tinggi ke belakang. Itulah alasan mengapa bentukan morfologi di area Ciletuh ini
17
disebut sebagai mega amfiteater (mega: sangat besar). Amfiteater ini merupakan
bukti struktur geologi berupa sesar normal yang menghasilkan sebuah longsoran
besar berbentuk tapal kuda (Gambar 5). Terbentuknya amfiteater yang melengkung
setengah lingkaran dari arah Teluk Palabuhanratu ke selatan atau tenggara Ujung
Genteng dikarenakan Blok Ciletuh yang memuat batuan – batuan basement Jawa
Barat yang massanya berat dan terbuka ke Teluk Palabuhanratu yang dalam. Blok
Ciletuh ini lalu runtuh bagian utara atau baratlautnya ke dalam Teluk Palabuhanratu
(Satyana, 2014). Berbeda dengan Blok Ciletuh, dataran tinggi yang masih berdiri
kokoh mengelilingi bentukan amfiteater tersebut tersusun atas batuan utama berupa
Formasi Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen
berupa breksi polimik, batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, setempat
di jumpai lava. Batuan Berumur Miosen Bawah - Tengah.
Pada dinding amfiteater dijumpai sejumlah airterjun yang terbentuk karena
proses sesar normal (sesar turun) karena bagian blok yang turun mengakibatkan
adanya beda tinggi antara kedua blok mencapai 300 meter. Lembah amfiteater
kemudian diisi oleh endapan aluvial, sementara bagian yang tinggal membentuk
dataran tinggi yang dikenal sebagai Tinggian Jampang atau Plato Jampang atau
Jampang High. Ada juga yang berpendapat fenomena bentuk tapal kuda ini
terbentuk karena adanya meteor jatuh, akan tetapi belum dijumpai bukti-bukti yang
mendukung pendapat ini.
18
Gambar 5, Peta SRTM, menunjukkan bentuk Mega amfiteater Ciletuh, Desa Tamanjaya
3.2 Warisan Geologi di kawasan Geopark Ciletuh
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lapangan, terdapat 25
Geosite (Situs Geologi yang merupakan bukti sejarah aktivitas geologi (Geo-
evidences) maupun bentukan akibat proses geologi (Geo-features)). Seluruh
Geosite ini diketahui dan diidentifikasi melalui tabel penilain warisan geologi yang
sudah dijelaskan mendetail di dalam metode penelitian ialah sebagai berikut:
19
Tabel 2. Skema penilaian untuk nilai dan deskripsi dasar sumber daya geoheritage
Geopark Ciletuh (Tabel berdasarkan modifikasi Ibrahim Komoo dan UU
No.26/2007)
No. Lokasi Situs-situs Geologi Nilai Warisan
Geologi
1. Mega Amfiteater Ciletuh Terkemuka
2. Curug Awang Tinggi
3. Curug Tengah Tinggi
4. Curug Puncakmanik Tinggi
5. Curug Cimarinjung Tinggi
6. Curug Sodong, Ngelay, Cikaret Tinggi
7. Curug Cikanteh Tinggi
8. Pantai Palangpang Rendah
9. Pulau Mandra Tinggi
10. Pasir Haji Tinggi
11. Pulau Manuk Sedang
12. Gunung Aseupan Tinggi
13. Peridotit – Serpentinit Gn. Badak Tinggi
14. Lava basal struktur bantal – Pulau Kunti Terkemuka
15. Komplek Melange – Fosil Numulites Terkemuka
16. Batu Pagar, Batu Kepala Badak, Batu Kodok Sedang
17. Singkapan Perselingan Konglomerat - Batupasir Sedang
18. Batununggul/kepala rajawali – Pantai Batununggul Sedang
19. Komplek Batu Naga – Batu Batik – Karangjajar Terkemuka
20. Peridotit – Serpentinit Komplek Gunung Beas Terkemuka
21. Metamorfik – Komplek Keusik Luhur Terkemuka
22. Gua Laut (Sea Cave) Sodong Parat Tinggi
23. Batuan Ofiolit – Komplek Sodong Parat Terkemuka
24. Batu Kura-Kura (Batu Belah) Tinggi
25. Lava Basal Citireum Tinggi
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat nilai dari warisan geologi
(Geoheritage) di Geopark Ciletuh berada pada kualitas rendah hingga terkemuka
berdasarkan catatan ilmiah (scientific record) dan fenomena geologi khusus untuk
tujuan pendidikan maupun penelitian. Warisan Geologi dapat dikemas menjadi
geowisata yang berbasis konservasi dan edukasi yang akan dikembangkan di
Geopark Ciletuh, sehingga bisa menunbuhkan perekonomian masyarakat melalui
pariwisata.
20
BAB 4. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah :
1. Melanjutkan identifikasi potensi keragaman geologi, khususnya di bagian utara
kawasan Ciletuh-Palabuhanratu, serta menentukan lokasinya dalam peta, serta
melengkapi identifikasi karakteristik geologinya. Serta mengelompokkan
berdasarkan jenis warisan geologinya
2. Membuat peta deliniasi kawasan yang akan diusulkan untuk menjadi kawasan
konservasi
3. Memprentasikan hasil penelitian dalam Seminar Internasional Asia Afrika
Mineral Resources di Jepang pada bulan September dan Global Geopark
Network 7th Conference di Inggris pada bulan Oktober 2016 serta Asia Oceania
Geoscience di Beijing bulan Agustus dan Geology of Southeast Asia and IAGI
conference pada bulan Oktober di Bandung.
4. Melanjutkan untuk mengidentiikasi situs geologi yang ada di kawasan Cisolok
bagian utara dari kawasan Ciletuh
BAB 5. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian yang sedang dilakukan, terdapat dua jenis keunikan
dan kelangkaan geologi yang terdapat di daerah Ciletuh dan sekitarnya, yaitu:
Mega Amfiteater Ciletuh dan Komplek ofiolit dan melange sebagai bukti adanya
tumbukan antar lempeng benua dan lempeng samudra.
2. Keragaman geologi yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatan situs
nya menjadi situs geologi memiliki nilai heritage rendah hingga tinggi.
3. Penelitian akan dilanjutkan untuk mengidentiikasi situs geologi yang ada di
kawasan Cisolok bagian utara dari kawasan Ciletuh
21
LAMPIRAN
FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN
Ketua : .Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph.D.
Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
Judul : Kajian Geodiversiti, Geoheritage Dan Geokonservasi Daerah Ciletuh dan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Menuju
Penetapan UNESCO Global Geopark Waktu Kegiatan : tahun ke 1 (satu) dari rencana 3 (tiga) tahun
Luaran yang direncanakan dan capaian tertulis dalam proposal awal:
No Luaran yang Direncanakan Capaian
1 Identifikasi Jenis Keragaman
Geologi
50% identifikasi jenis keragaman
geologi
2 Peta Lokasi Keragaman Geologi 50% Sebagian peta sebaran keragaman geologi kawasan
Geopark Ciletuh-Palabuhanratu
3 Publikasi pada seminar Internasional dan Nasional
1. Pembicara pada Seminar Internasional Asia Oceania Geosciences
2. Narasumber pada seminar Nasional Geopark, “Geopark
untuk Pariwisata Nasional” 3. Pembicara Kunci (Keynote
Speaker) pada seminar Nasional,
FTG-UNPAD
4 Peta Kawasan Konservasi Belum dibuat
CAPAIAN (Lampirkan bukti-bukti luaran dari kegiatan dengan judul yang tertulis di atas, bukan dari kegiatan penelitian/pengabdian dengan judul lain
sebelumnya)
22
1. PUBLIKASI ILMIAH
Keterangan
Artikel Jurnal Ke-1*
Nama jurnal yang dituju
Klasifikasi jurnal Jurnal Nasional Terkareditasi/Jurnal Internasional
Impact factor jurnal
Judul artikel
Status naskah (beri tanda )
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal
- Sedang ditelaah
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
* Jika masih ada artikel ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan.
2. BUKU AJAR
Buku ke-1
Judul:
Penulis:
Penerbit:
Jika masih ada buku ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan. 3. PEMBICARA PADA PERTEMUAN ILMIAH (SEMINAR/SIMPOSIUM)
Nasional Internasional
Judul Makalah Gravity Collapse - Structural Model Of Ciletuh Amphiteatre, West Java, Indonesia
Nama Pertemuan Ilmiah 13th Annual Meeting, Asia Oceania
Geosciences Society
Tempat Pelaksanaan Beijing
Waktu Pelaksanaan 31 Juli – 5 Agustus 2016
- Draf makalah Abstract
- Sudah dikirim Sudah di kirim
- Sedang direview
23
- Sudah dilaksanakan di Presentasikan 5-8-2016 (Bukti Acceptance Letter & Bahan Presentasi
ppt
Jika masih ada pertemuan ilmiah ke 2 dan seterusnyauraikan pada lembar tambahan.
4. SEBAGAI PEMBICARA KUNCI (KEYNOTE SPEAKER)
Nasional Internasional
- Bukti undangan dari Panitia V
- Judul makalah Peranan Geologi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Kebencanaan Geologi
Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Studi Kasus : Geopark Ciletuh
- Penulis Mega Fatimah Rosana
- Penyelenggara Fakultas Teknik Geologi - UNPAD
- Waktu Pelaksanaan 28 Mei 2016
- Tempat Pelaksanaan UNPAD, Bandung
- Draf makalah Bahan presentasi
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan Sudah di laksanakan (terlampir
bahan ppt)
Nasional Internasional
- Bukti undangan dari Panitia V
- Judul makalah Geopark Nasional Ciletuh
- Penulis Mega Fatimah Rosana
- Penyelenggara Reuni 35 th Alumni ITB 81 & Kementrian Pariwisata
- Waktu Pelaksanaan 25 Mei 2016
- Tempat Pelaksanaan Kementrian Pariwisata, Jakarta
- Draf makalah Bahan presentasi
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan Sudah di laksanakan
24
5. UNDANGAN SEBAGAI VISITING SCIENTIST PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN
Nasional Internasional
- Bukti undangan
- Perguruan tinggi
pengundang
- Lama kegiatan
- Kegiatan penting yang
dilakukan
Jika masih ada undangan ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan.
6. CAPAIAN LUARAN LAINNYA
HKI
Ada potensi haki untuk peta sebaran lokasi geodiversity, tetapi blm coba untuk di ajukan,
mungkin nanti di akhir tahun ke-3
TEKNOLOGI TEPAT
GUNA -
REKAYASA SOSIAL -
JEJARING KERJA SAMA
Ada potensi untuk membuat jejaring kerjasama dengan beberapa institusi yang ikut terlibat dalam
menunjang pengembangan geopark Ciletuh-Palabuhanratu di Sukabumi; spt dgn : Badan
Geologi; Pemkab Sukabumi; Pemprov Jabar; BBKSDA; PT. Bio Farma; dll
PENGHARGAAN -
LAINNYA (Tuliskan) Pembuatan Buku tentang Geopark Ciletuh
Jika luaran yang direncanakan tidak tercapai, uraikan alasannya:
Luaran membuat Peta Kawasan Konservasi belum bisa dibuat karena indentifikasi belum selesai.
Jatinangor, 15 Juli 2016
Ketua,
( Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc. PhD.)
25
www.asiaoceania.org
AOGS Secretariat Office c/o
Meeting Matters International Add: #06-23, ONE COMMONWEALTH,
1 Commonwealth Lane, Singapore 149544 Tel: +65 6472 3108 Fax: +65 6472 3208
Email: [email protected]
Reg No: ROS 0198/2003 TAP
Friday, April 29, 2016
Dear Mr Katon Nugraha (Padjadjaran University, Indonesia)
Your contribution is invaluable and we would like to thank you for your support to AOGS2016 in Beijing!
Your presentation schedule is as shown. The same can be found in your user account on MARS. (To view, log-in on MARS, click "My Abstracts" on the left menu and click the Abstract ID to view the schedule)
Abstract ID: SE35-A005
Abstract Title: Gravity Collapse - Structural Model Of Ciletuh
Amphiteatre, West Java, Indonesia
Presentation Mode: Oral
Date/Time: D5-AM1: 08:30 - 10:30, Friday, August 05, 2016
Room: 310 (L3N)
Presentation Length: 15 minutes
Presentation Order: 7th in the timeslot
Meeting Registration: AOGS16-Reg-452 Dr Mega Fatimah
Rosana [email protected]
Paid
Important Note to Authors
1. All Authors (Include Invited Speakers) must complete registration (and fee payment, if applicable) by 18 May 2016. If paid after 18 May, fees will increase. From 01 June 2016 - delete from program: Abstracts that are not registered for presentation or if theregistration fee remains unpaid.
2. Highlights and all other Program and Updates will be announced here as and when they become available. Please save the URL for your personal reference: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=program.htm
3. Request for changes to presentation schedule is generally discouraged and not all requests can be accommodated. If really necessary, please email your request to the Convener with cc copy to the Program Committee Member/Section President in charge of your section.
4. You can browse abstracts online or through the AOGS2016 Mobile App (details to be released). If you would like to download your personal copy, please visit the AOGS website again around end-June. By then, abstracts that will be presented are more definite.
5. If your abstract has been assigned a poster presentation, please prepare your poster to fit a 1 meter width x 2.5 meter high poster panel. The poster should be 1 x A0 size in portrait format, measuring 1189 mm high x 841 mm wide maximum. Presenter Guide - Poster: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=poster.htm
6. Total duration, including Q & A and speaker changeover is 15 minutes for each contributed talk. Presenter Guide - Oral:www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=oral.htm
7. If you are unable to attend, you must inform the Secretariat of your withdrawal as soon as possible. 8. Further information
a. Contact the Secretariat by email: [email protected] b. Conference Venue Information: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=venue.htm c. Hotels & Booking: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=hotel/hotel.asp
26
d. Travel Visa Requirements: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=visa.htm e. Registration and Fee Payment here: www.asiaoceania.org/aogs2016/public.asp?page=register.htm
Yours truly, AOGS Secretariat
Gravity Collapse - Structural Model of Ciletuh Amphiteatre, West Java, Indonesia
Katon NUGRAHA, Iyan HARYANTO, Faisal HELMI, Mega Fatimah ROSANA
Padjadjaran University, Indonesia
The study was conducted at Tamanjaya area, Sukabumi, West Java Province, which
is part of Ciletuh geopark region. This research using field survey data including
geological structures data to determine the structures that developed in the research
area and lithological data from outcrops to determine the stratigraphic sequence of
the area.
The study area is a kind of very unique morphological area as it is formed
Amphitheatre. The occurence of tectonic on the Pliocene - Pleistocene triggered the
gravitational failure causing the the sandstone unit to collapse and forming
Amphitheatre, also reveal thequartz sandstone unit and the mélange rock