lansia
DESCRIPTION
DEPRESITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,berdaya
guna dan produktif.
keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif.
Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai
perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia
mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan sehari-
hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah tersebut adalah hal yang sangat
penting dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta
masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian lansia ?
2. Apakah pengertian depresi dan apa penyebabnya ?
3. Bagimanakah tanda dan gejala depresi?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi depresi?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien depresi?
6. Bagimana asuhan keperawatan pada pasien depresi?
BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes
1991).
B. PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),
kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of
personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang,
2001).
Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih
dan Sukamto)
C. ETIOLOGI
1. Penyakit fisik
2. Penuaan
3. Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
4. Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)
5. Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia
yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.
6. Serotonin dan norepinephrine
7. Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter
sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.
D. TANDA dan GEJALA
Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan energi dan
konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari dan sering terbangun malam
hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan somatik. Sedangkan
menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
Suasana Hati :
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Rasa cemas dan tegang
Menangis
Perubahan suasana hati
Mudah tersinggung
Fisik :
Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal
Sakit
Kehilangan nafsu makan
Kehilangan berat badan
Gangguan tidur
Tidak bisa bersantai
Berdebar-debar dan berkeringat
Agitasi
Konstipasi
Namun seringkali gejala-gejala fisik tersebut disalahtafsirkan sebagai gejala akibat
penyakit fisik tertentu.
E. PATOFISIOLOGI DEPRESI
Terjadinya depresi pada lansia :
Faktor Psikososial
Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial yang kurang baik dapat
mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif pada lansia. Menurunnya kapasitas
hubungan keakraban dengan keluarga, berkurangnya interaksi dengan keluarga yang
dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.
Kemampuan adaptasi (lamanya tinggal dipanti) Sulit bagi lansia meninggalkan
rumah lamanya yang selama ini ditempati bersama-sama orang-orang yang dicintainya.
Yang tentu saja mempunyai kenangan manis. Selain itu sikap konservatif lansia
menambah sulit untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru. Kondisi ini dapat
menyebabkan perasaan tertekan, kesedihan dan keputusasaan.
Faktor Psikologi
Motivasi Masuk Panti
Motivasi merupakan suatu dorongan dalam pikiran untuk bertindak. Motivasi sangat
penting bagi lansia untuk menentukan tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam
kehidupan di panti. Adanya keinginan yang muncul dari dalam individu lansia untuk
tinggal di panti akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan merasa
berguna. Kondisi ini akan menimbulkan efek yang baik bagi kehidupan lansia.
Rasa rendah diri atau tidak berdaya. Seseorang yang ambisius, merasa dikejar-kejar
akan tugas dan selalu berambisi harus lebih maju, umumnya saat memasuki lansia
cendrung untuk: gelisah, mudah stres, was-was, mudah frustasi, merasa diremehkan,
mudah cemas, sulit tidur, tidak siap hidup dirumah saja, perasaan tidak berdaya dan tidak
berguna. Sebaliknya mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk maju
diimbangi dengan usaha yang tidak terburu-buru berdasarkan pada pemikiran yang tenang
pada umumnya tidak menunjukkan perubahan psikologis yang negatif.
a. Faktor Budaya
Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang sangat menonjol sering
mengganggap lansia sebagai trouble maker. Karena memandang lansia sebagai
kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan karena sifat-sifat lansia yang
menjengkelkan, kondisi fisik yang menurun sehingga perlu bantuan dan sering
menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah dengan menitipkan lansia di
panti. Akibatnya perubahan psikologis lansia cendrung negatif dan cendrung
memperburuk kondisi kesehatan lansia. Disamping itu mendorong lansia merasa tidak
enak dan rendah mutunya, mereka akan cendrung kekurangan motivasi untuk
mengerjakan apa yang seharusnya mampu mereka kerjakan.
b. Faktor Biologik
Ini disebabkan karena kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf maupun zat
neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit misalnya: kanker, Diabetes
militus, post stroke dan lain-lain yang memudahkan terjadinya depresi.
F. PENATALAKSANAAN DEPRESI PADA LANSIA
a) Terapi Biologik :
Pemberian obat antidepresan
Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine), Zoloft (setraine), Cipram
(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis
Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).
b) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy untuk
pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat antidepresan dan psikoterapi.
ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan
efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan.
Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran sementara.pada pasien namun cukup
efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.
c) Terapi psikososial (psikoterapi)
Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif,
yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping
yang tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk
mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,
kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
1. Kaji adanya depresi.
2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
3. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap :
a. Perilaku
Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
Apakah klien sering mengluyur dan mondar - mandir?
Apakah klien menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
Apakah kilen menunjukkan ansietas
Labilitas emosi
Depresi atau apatis
Lritabilitas
Curiga
Tidak berdaya
Frustasi
c. Respon kognitif
Bagaimana tingakat orientasi klien?
Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang baru saja atau
yang sudah lama terjadi?
Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
Kurang mampu membuat penilaian?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi asuhan
tentang dirinya sendiri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
4. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan
atau integrasi sensori (defisit neurologis).
5. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia merasa
tidak stres dan depresi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat meningkatkan harga diri
Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi :
1. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
R : Individu lebih percaya diri.
2. Kaji sistem pemdukung keyakinan ( nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama)
R : Meningkatkan nilai spiritual lansia
3. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusannya.
R : Membangun motivasi pada lansia
4. Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)
R : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat
5. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu )
R : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif
6. Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan
R : Menambah pengetahuan lansia tentang efek samping obat.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien memiliki pola
tidur yang teratur.
Kriteria Hasil:
Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola tidur.
Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat.
Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun).
Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
Intervensi :
1. Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative
terhadap tidur pada malam hari.
R : irama sikardian (siklus tidur bangun ) yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur
siang yang singkat.
2. Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur
R : gangguan psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid termasuk
perubahan mood, insomnia.
3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
R : mengubah pola tidur yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam
hari terbukti mengganggu tidur.
4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
R : lingkungan n yang nyaman dapat membuat klien mudah untuk tidur.
5. Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama
R : gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan
sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sikardian
terganggu.
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien dapat berpikir
rasional.
Kriteria hasil :
Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi
kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
Klien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang
negatif. Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan
factor penyebab
Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman, dan kebingungan.
Intervensi :
1. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berpikir.
R : Memberikan dasar perbandinagn yang akan datang dan memengaruhi rencana
intervensi.
2. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan perawat-klien yang
terapeutik
R : Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan
pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis.
3. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
R : Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron
4. Tatap wajah klien ketika sedang berbicara dengan klien
R : Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perseptual
5. Gunakan teknik distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
R : Lamunan membantu dalam meningkatkan orientasi. Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan ( kebahagiaan
personal )
4. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan
atau integrasi sensori (defisit neurologis).
Tujuan : setelah dilakukan dilakukan keperawatan kunjungan tidak terjadi
penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.
Kriteria hasil :
Klien mengalami penurunan halusinasi.
Klien mampu mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau
mengatur perilaku.
Klien mampu mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi.
Intervensi :
1. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran.
R : Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan
klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh. Klien tidak dapat mengenali
rasa lapar atau haus
2. Anjurkan memakai kacamata atau alat bantu dengar sesuai kebutuhan
R : meningkatkan masukan sensori, membatasi atau menurunkan kesalahan
interpretasi stimulasi
3. Pertahankan hubungan orientasi realita. Memberikan petunjuk pada orientasi
realita dengan kalender, jam, atau catatan.
R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap frustasi karena
salah persepsi dan disorientasi. Klien menjadi kehilangan kemampuan mengenali
keadaan sekitar
4. Ajarkan strategi mengatasi stres
R : Menurunkan kebutuhan akan halusinasi
5. Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi dengan keadaan tertentu, seperti satu ke
satu pengunjung, kelompok sosialisasi pada pusat demensia, terapi okupasi.
R : Memberi kesempatan terhadap stimulasi partisipasi dengan orang lain
5. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia tidak
mencederai diri.
Kriteria Hasil:
Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
Lansia tampak lebih bahagia.
Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
R : Hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam mencari data-data tentang
lansia.
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati dan lebih
banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya memberikan sentuhan, anggukan.
R : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih diperhatikan dan berguna
3. Pantau dengan seksama risiko bunuh diri / melukai diri sendiri. Jauhkan atau
simpan alat-alay yang dapat digunakan untuk mencederai dirinya / oranglain.
R : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri.
D. EVALUASI
1. Lansia merasa tidak stres dan depresi
2. Lansia memiliki pola tidur yang teratur
3. Lansia dapat berpikir rasional
4. tidak terjadi penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.
5. Lansia tidak mencederai diri
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Mental dapat
diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi
perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.
Pada lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,
tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia seperti perubahan fisik, kesehatan
umum dan lingkungan. Pada lansia sering muncul masalah-masalah yang berkaitan
dengan perubahan fungsi mental seperti kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan
demensia.
Masalah-masalah tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup lansia
sehingga penting bagi perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah diatas dapat
muncul beberapa diagnose keperawatan seperti :
1. Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
4. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
5. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan
atau integrasi sensori (defisit neurologis).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu
kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “Askep Lansia dengan
Masalah Psikologis”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan pembahasan tentang
tinjauan teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikologi.
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih
terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan
yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan
sehingga makalah ini menjadi sempurna.
Bukittinggi, 13 April 2015
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
http://askepophy.blogspot.com/2012/12/askep-jiwa-pada-lansia.htmlhttp://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-psikologis-depresi/
http://nersevhybuntu.blogspot.com/2012/06/askep-lansia.html
http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-lansia-dengan-masalah-psikologis.html