lansia

19
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,berdaya guna dan produktif. keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif. Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah tersebut adalah hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta masyarakat. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian lansia ? 2. Apakah pengertian depresi dan apa penyebabnya ? 3. Bagimanakah tanda dan gejala depresi? 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi depresi? 5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien depresi? 6. Bagimana asuhan keperawatan pada pasien depresi?

Upload: hime

Post on 12-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DEPRESI

TRANSCRIPT

Page 1: lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan serta

peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,berdaya

guna dan produktif.

keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta

peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya

guna, dan produktif.

Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai

perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia

mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan sehari-

hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah tersebut adalah hal yang sangat

penting dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta

masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian lansia ?

2. Apakah pengertian depresi dan apa penyebabnya ?

3. Bagimanakah tanda dan gejala depresi?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi depresi?

5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien depresi?

6. Bagimana asuhan keperawatan pada pasien depresi?

Page 2: lansia

BAB II

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN LANSIA

Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang

berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).

Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan

umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada

pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes

1991).

B. PENGERTIAN DEPRESI

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan

dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup,

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),

kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of

personality), prilaku  dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang,

2001).

Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan

pada alam perasaan (afektif  mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen

psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan

penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih

dan Sukamto)

C. ETIOLOGI

1. Penyakit fisik

2. Penuaan

3. Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

4. Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)

5. Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia

yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.

6. Serotonin dan norepinephrine

Page 3: lansia

7. Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter

sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.

D. TANDA dan GEJALA

Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan energi dan

konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari dan sering terbangun malam

hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan somatik. Sedangkan

menurut  Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:

  Suasana Hati :

         Sedih

         Kecewa

         Murung

         Putus Asa

         Rasa cemas dan tegang

         Menangis

         Perubahan suasana hati

         Mudah tersinggung

  Fisik :

         Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal

         Sakit

         Kehilangan nafsu makan

         Kehilangan berat badan

         Gangguan tidur

         Tidak bisa bersantai

         Berdebar-debar dan berkeringat

         Agitasi

         Konstipasi

Namun seringkali gejala-gejala fisik tersebut disalahtafsirkan sebagai gejala akibat

penyakit fisik tertentu.

E. PATOFISIOLOGI DEPRESI

Terjadinya depresi pada lansia :

Faktor Psikososial

Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial yang kurang baik dapat

mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif pada lansia. Menurunnya kapasitas

Page 4: lansia

hubungan keakraban dengan keluarga, berkurangnya interaksi dengan keluarga yang

dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak

dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.

Kemampuan adaptasi (lamanya tinggal dipanti) Sulit bagi lansia meninggalkan

rumah lamanya yang selama ini ditempati bersama-sama orang-orang yang dicintainya.

Yang tentu saja mempunyai kenangan manis. Selain itu sikap konservatif lansia

menambah sulit untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru. Kondisi ini dapat

menyebabkan perasaan tertekan, kesedihan dan keputusasaan.

Faktor Psikologi

Motivasi Masuk Panti

Motivasi merupakan suatu dorongan dalam pikiran untuk bertindak. Motivasi sangat

penting bagi lansia untuk menentukan tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam

kehidupan di panti. Adanya keinginan yang muncul dari dalam individu lansia untuk

tinggal di panti akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan merasa

berguna. Kondisi ini akan menimbulkan efek yang baik bagi kehidupan lansia.

Rasa rendah diri atau tidak berdaya. Seseorang yang ambisius, merasa dikejar-kejar

akan tugas dan selalu berambisi harus lebih maju, umumnya saat memasuki lansia

cendrung untuk: gelisah, mudah stres, was-was, mudah frustasi, merasa diremehkan,

mudah cemas, sulit tidur, tidak siap hidup dirumah saja, perasaan tidak berdaya dan tidak

berguna. Sebaliknya mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk maju

diimbangi dengan usaha yang tidak terburu-buru berdasarkan pada pemikiran yang tenang

pada umumnya tidak menunjukkan perubahan psikologis yang negatif.

a. Faktor Budaya

Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang sangat menonjol sering

mengganggap lansia sebagai trouble maker. Karena memandang lansia sebagai

kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan karena sifat-sifat lansia yang

menjengkelkan, kondisi fisik yang menurun sehingga perlu bantuan dan sering

menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah dengan menitipkan lansia di

panti. Akibatnya perubahan psikologis lansia cendrung negatif dan cendrung

memperburuk kondisi kesehatan lansia. Disamping itu mendorong lansia merasa tidak

enak dan rendah mutunya, mereka akan cendrung kekurangan motivasi untuk

mengerjakan apa yang seharusnya mampu mereka kerjakan.

b. Faktor Biologik

Page 5: lansia

Ini disebabkan karena kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf maupun zat

neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit misalnya: kanker, Diabetes

militus, post stroke dan lain-lain yang memudahkan terjadinya depresi.

F. PENATALAKSANAAN DEPRESI PADA LANSIA

a) Terapi Biologik :

Pemberian obat antidepresan

Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin

Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine), Zoloft (setraine), Cipram

(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis

Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).

Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.

(Tianeptine).

b) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy

Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy untuk

pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat antidepresan dan psikoterapi.

ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan

efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan.

Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran sementara.pada pasien namun cukup

efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.

c) Terapi psikososial (psikoterapi)

Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif,

yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping

yang tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk

mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,

kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Page 6: lansia

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan   gejala

karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

1. Kaji adanya depresi.

2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric

depresion scale.

3. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

Lakukan observasi langsung terhadap :  

a. Perilaku

Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup

sehari-hari?

Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?

Apakah klien sering mengluyur dan mondar - mandir?

Apakah klien menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena? 

b. Afek

Apakah kilen menunjukkan ansietas

Labilitas emosi

Depresi atau apatis

Lritabilitas

Curiga

Tidak berdaya

Frustasi

c. Respon kognitif

Bagaimana tingakat orientasi klien?

Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang baru saja atau

yang sudah lama terjadi?

Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?

Kurang mampu membuat penilaian?

Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi

pemberi asuhan dikeluarga tersebut.

Page 7: lansia

2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota

keluarga yang lain.

3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya

komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).

4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.

5. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi asuhan

tentang dirinya sendiri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.

3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron

irreversible.

4. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan

atau integrasi sensori (defisit neurologis).

5. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia merasa

tidak stres dan depresi.

  Kriteria Hasil :

         Klien dapat meningkatkan harga diri

         Klien dapat menggunakan dukungan sosial

         Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Intervensi :

1.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu

R : Individu lebih percaya diri.

2.      Kaji sistem pemdukung keyakinan ( nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas

keagamaan, kepercayaan agama)

R : Meningkatkan nilai spiritual lansia

3.      Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusannya.

R : Membangun motivasi pada lansia

4.      Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)

Page 8: lansia

R : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat

5.      Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,

waktu )

R : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif

6.      Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan

R : Menambah pengetahuan lansia tentang efek samping obat.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.

  Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien memiliki pola

tidur yang teratur.

  Kriteria Hasil:

         Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola tidur.

         Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi

penyebab tidur tidak adekuat.

         Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap

pikiran yang melayang-layang (melamun).

         Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Intervensi :

1.      Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative

terhadap tidur pada malam hari.

R : irama sikardian (siklus tidur bangun ) yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur

siang yang singkat.

2.      Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur

R : gangguan psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid termasuk

perubahan mood, insomnia.

3.      Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien

R : mengubah pola tidur yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam

hari terbukti mengganggu tidur.

4.      Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.

R : lingkungan n yang nyaman dapat membuat klien mudah untuk tidur.

5.      Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama

Page 9: lansia

R : gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan

sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sikardian

terganggu.

3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron

irreversible.

  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien dapat berpikir

rasional.

  Kriteria hasil :

         Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi

kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.

         Klien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang

negatif. Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan

factor penyebab

         Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,

ancaman, dan kebingungan.

Intervensi :

1.      Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,

kemampuan berpikir.

R : Memberikan dasar perbandinagn yang akan datang dan memengaruhi rencana

intervensi.

2.      Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan perawat-klien yang

terapeutik

R : Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan

pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis.

3.      Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

R : Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron

4.      Tatap wajah klien ketika sedang berbicara dengan klien

R : Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perseptual

5.      Gunakan teknik distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien

mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.

R : Lamunan membantu dalam meningkatkan orientasi. Orientasi pada realita

meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan ( kebahagiaan

personal )

Page 10: lansia

4. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan

atau integrasi sensori (defisit neurologis).

  Tujuan : setelah dilakukan dilakukan keperawatan kunjungan tidak terjadi

penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.

  Kriteria hasil :

         Klien mengalami penurunan halusinasi.

         Klien mampu mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau

mengatur perilaku.

         Klien mampu mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi.

Intervensi :

1.      Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut

mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran.

R : Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan

klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh. Klien tidak dapat mengenali

rasa lapar atau haus

2.      Anjurkan memakai kacamata atau alat bantu dengar sesuai kebutuhan

R : meningkatkan masukan sensori, membatasi atau menurunkan kesalahan

interpretasi stimulasi

3.      Pertahankan hubungan orientasi realita. Memberikan petunjuk pada orientasi

realita dengan kalender, jam, atau catatan.

R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap frustasi karena

salah persepsi dan disorientasi. Klien menjadi kehilangan kemampuan mengenali

keadaan sekitar

4.      Ajarkan strategi mengatasi stres

R : Menurunkan kebutuhan akan halusinasi

5.      Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi dengan keadaan tertentu, seperti satu ke

satu pengunjung, kelompok sosialisasi pada pusat demensia, terapi okupasi.

R : Memberi kesempatan terhadap stimulasi partisipasi dengan orang lain

5. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi

  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia tidak

mencederai diri.

  Kriteria Hasil:

Page 11: lansia

         Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.

         Lansia tampak lebih bahagia.

         Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.

Intervensi :

1.      Bina hubungan saling percaya dengan lansia.

R : Hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam mencari data-data tentang

lansia.

2.      Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati dan lebih

banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya memberikan sentuhan, anggukan.

R : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih diperhatikan dan berguna

3.      Pantau dengan seksama risiko bunuh diri / melukai diri sendiri. Jauhkan atau

simpan alat-alay yang dapat digunakan untuk mencederai dirinya / oranglain.

R : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri.

D. EVALUASI

1.      Lansia merasa tidak stres dan depresi

2.      Lansia memiliki pola tidur yang teratur

3.      Lansia dapat berpikir rasional

4.      tidak terjadi penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.

5.      Lansia tidak mencederai diri

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Page 12: lansia

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada

manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Mental dapat

diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi

perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.

Pada lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,

tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia seperti perubahan fisik, kesehatan

umum dan lingkungan. Pada lansia sering muncul masalah-masalah yang berkaitan

dengan perubahan fungsi mental seperti kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan

demensia.

Masalah-masalah tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup lansia

sehingga penting bagi perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah diatas dapat

muncul beberapa diagnose keperawatan seperti :

1. Mencederai diri berhubungan dengan depresi.

2. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.

4. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron

irreversible.

5. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan

atau integrasi sensori (defisit neurologis).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu

Page 13: lansia

kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami

dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “Askep Lansia dengan

Masalah Psikologis”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan pembahasan tentang

tinjauan teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikologi.

Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih

terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan

yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan

sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Bukittinggi, 13 April 2015

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA

http://askepophy.blogspot.com/2012/12/askep-jiwa-pada-lansia.htmlhttp://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-psikologis-depresi/

Page 14: lansia

http://nersevhybuntu.blogspot.com/2012/06/askep-lansia.html

http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-lansia-dengan-masalah-psikologis.html