lanin (2013) penguatan bahasa indonesia di dunia internasional

7
Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 1 Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional* Ivan Lanin, [email protected], @ivanlanin, http://ivan.lanin.org Bulan Oktober merupakan bulan yang istimewa bagi para pencinta bahasa Indonesia karena bulan ini telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) sejak tahun 1980. Selama bulan Oktober ini, berbagai kegiatan dilakukan, baik oleh BPPB maupun pihak-pihak lain yang peduli dengan bahasa Indonesia, guna membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta memelihara semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam bahasa dan sastra. Sarasehan yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BBY) ini merupakan salah satu wujud kegiatan tersebut. Tema yang diangkat pada sarasehan tahun 2013 ini adalah “Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional”. Tema ini pula yang dipakai sebagai tema Kongres Bahasa Indonesia X pada tanggal 2831 Oktober yang akan datang di Jakarta. Sebagai negara keempat terbesar (setelah Cina, India, dan Amerika Serikat) dalam jumlah penduduk, 238 juta menurut sensus penduduk BPS 2010 dan 250 juta menurut perkiraan PBB 2012, Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk memiliki peranan penting pada berbagai bidang dalam dunia internasional. Ambil contoh bidang ekonomi. Jumlah penduduk Indonesia yang banyak merupakan madu bagi kumbang-kumbang perusahaan internasional untuk memasarkan produknya melalui globalisasi. Untuk dapat memasarkan produk mereka, negara-negara tersebut harus berkomunikasi dengan bahasa yang dipahami oleh rakyat Indonesia. Meskipun telah ada sebagian masyarakat Indonesia yang memahami bahasa Inggris yang merupakan basantara (lingua franca) dunia, sebagian besar rakyat Indonesia masih lebih mudah memahami bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu bagi mereka. Kepentingan ekonomi ini merupakan salah satu hal yang mendorong ketertarikan dunia internasional untuk menggunakan bahasa Indonesia. Bukti ketertarikan tersebut dapat dilihat pada dua contoh, yaitu penggunaan bahasa Indonesia oleh berbagai situs web terkemuka dan penyertaan bahasa Indonesia dalam kurikulum sekolah dasar di Australia. Contoh pertama dapat kita lihat sendiri pada Google yang menjadikan bahasa Indonesia salah satu bahasa yang mereka sediakan pada situs-situs web mereka.

Upload: ivan-lanin

Post on 26-Oct-2015

205 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah pada Sarasehan Bahasa dan Sastra Balai Bahasa Yogyakarta, 23 Oktober 2013

TRANSCRIPT

Page 1: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 1

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional*

Ivan Lanin, [email protected], @ivanlanin, http://ivan.lanin.org

Bulan Oktober merupakan bulan yang istimewa bagi para pencinta bahasa Indonesia karena

bulan ini telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra oleh Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa (BPPB) sejak tahun 1980. Selama bulan Oktober ini, berbagai kegiatan

dilakukan, baik oleh BPPB maupun pihak-pihak lain yang peduli dengan bahasa Indonesia,

guna membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta memelihara semangat

dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam bahasa dan sastra. Sarasehan yang

diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BBY) ini merupakan salah

satu wujud kegiatan tersebut.

Tema yang diangkat pada sarasehan tahun 2013 ini adalah “Penguatan Bahasa Indonesia di

Dunia Internasional”. Tema ini pula yang dipakai sebagai tema Kongres Bahasa Indonesia X

pada tanggal 28–31 Oktober yang akan datang di Jakarta. Sebagai negara keempat terbesar

(setelah Cina, India, dan Amerika Serikat) dalam jumlah penduduk, 238 juta menurut sensus

penduduk BPS 2010 dan 250 juta menurut perkiraan PBB 2012, Indonesia sebenarnya

memiliki potensi untuk memiliki peranan penting pada berbagai bidang dalam dunia

internasional.

Ambil contoh bidang ekonomi. Jumlah penduduk Indonesia yang banyak merupakan madu

bagi kumbang-kumbang perusahaan internasional untuk memasarkan produknya melalui

globalisasi. Untuk dapat memasarkan produk mereka, negara-negara tersebut harus

berkomunikasi dengan bahasa yang dipahami oleh rakyat Indonesia. Meskipun telah ada

sebagian masyarakat Indonesia yang memahami bahasa Inggris yang merupakan basantara

(lingua franca) dunia, sebagian besar rakyat Indonesia masih lebih mudah memahami bahasa

Indonesia atau bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu bagi mereka. Kepentingan ekonomi

ini merupakan salah satu hal yang mendorong ketertarikan dunia internasional untuk

menggunakan bahasa Indonesia.

Bukti ketertarikan tersebut dapat dilihat pada dua contoh, yaitu penggunaan bahasa Indonesia

oleh berbagai situs web terkemuka dan penyertaan bahasa Indonesia dalam kurikulum sekolah

dasar di Australia. Contoh pertama dapat kita lihat sendiri pada Google yang menjadikan

bahasa Indonesia salah satu bahasa yang mereka sediakan pada situs-situs web mereka.

Page 2: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 2

Demikian juga halnya pada Twitter, Facebook, Wordpress, dan berbagai jejaring sosial lain.

Contoh kedua saya peroleh sewaktu menjadi pembicara tamu pada acara ulang tahun Balai

Bahasa Indonesia Perth (BBIP). Saya diberi tahu bahwa jumlah peminat kursus bahasa

Indonesia yang diadakan BBIP semakin lama semakin bertambah. Hal ini ditengarai oleh

penyertaan bahasa Indonesia sebagai salah satu dari beberapa bahasa asing yang harus dipilih

oleh siswa sekolah di Australia. Bahasa yang lain adalah Mandarin, Jepang, dan Korea.

Banyaknya peminat bahasa Indonesia ini bahkan mendorong dibentuknya WILTA (The

Westralian Indonesian Language Teachers' Association), asosiasi pengajar bahasa Indonesia di

Australia Barat.

Argumen dan bukti di atas menunjukkan bahwa bahasa Indonesia cukup berpeluang untuk

berperan di dunia internasional. Yang menjadi pertanyaan, apa yang harus dilakukan untuk

memperkuat bahasa Indonesia di dunia internasional? Makalah singkat ini saya harapkan dapat

menjadi pengantar diskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Sebagai konsultan manajemen, hal pertama yang biasanya saya lakukan untuk menjawab suatu

pertanyaan atau masalah adalah memahami kondisi yang relevan saat ini. Dari pemahaman

tentang kondisi tersebut, kita akan lebih mudah mencari jawaban atas masalah yang dihadapi.

Ada dua masalah utama bahasa Indonesia yang ingin saya soroti pada kesempatan ini, yaitu,

pertama, memudarnya kebanggaan berbahasa Indonesia dan, kedua, menurunnya keterampilan

berbahasa Indonesia. Kedua masalah ini sebenarnya saling terkait. Penyelesaiannya (mungkin)

tidak dapat ditemukan dalam waktu singkat dan memerlukan keterlibatan berbagai pemangku

kepentingan.

Memudarnya Kebanggaan Berbahasa Indonesia

Masalah pertama, memudarnya kebanggaan berbahasa Indonesia, antara lain tampak dalam (1)

penyisipan bahasa asing yang sebenarnya ada padanan bahasa Indonesianya, (2) penggunaan

bahasa asing untuk nama tempat atau acara di Indonesia, serta (3) penggunaan bahasa asing

sebagai pengantar dalam acara di Indonesia. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk memukul

rata semua kasus di atas sebagai tanda pudarnya kebanggaan berbahasa Indonesia karena ada

beberapa alasan yang mungkin masuk akal.

Fenomena penyisipan bahasa asing, yang dikenal dengan alih kode, sangat lazim ditemukan

dalam percakapan sehari-hari di lingkungan saya. “Pak, skedul miting dengan klien minggu

depan dikensel, ya.” Demikian salah satu contoh alih kode yang sering saya temukan. Seberapa

Page 3: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 3

pun cerewetnya saya, para kolega kerja saya tetap kerap melakukan alih kode semacam itu.

Padahal, apa sulitnya menggunakan kata jadwal, rapat, dan dibatalkan?

Penyebaran fenomena ini tampaknya cukup merata, baik pada kalangan bawah maupun atas.

Istri saya sering menertawai saya karena “bertengkar” dengan pelayan restoran dan petugas

parkir. Saya selalu berkata, “Boleh minta bonnya?” kepada pelayan restoran dan hampir selalu

dibalas dengan, “Oh, bill, Pak?”. Petugas parkir yang bertanya, “Bayar (dengan) kes atau Flash,

Pak?” hampir selalu saya jawab dengan, “Tunai!” Seolah tidak cukup, saya terenyuh saat

mendengar, misalnya, Presiden SBY berpidato, “Sekarang seperti apa structure, magnitude,

dan sasaran APBN 2011 …,” saat membuka perdagangan saham perdana di Bursa Efek

Indonesia.

Pak Anton Moeliono pernah menulis kritik yang cukup pedas di KOMPAS tentang penggunaan

bahasa Inggris untuk nama acara National Summit 2009. Acara ini diadakan di Indonesia dan

dihadiri hanya oleh orang-orang Indonesia. Mengapa pula harus menggunakan nama dalam

bahasa asing? Mengapa tidak menggunakan nama Indonesia seperti Rembuk Nasional? Toh

sebenarnya mudah untuk mencari nama yang mengandung makna serupa.

Itu hanya satu di antara ratusan contoh lain tentang kecenderungan untuk memilih bahasa asing,

terutama bahasa Inggris, untuk menamai acara atau tempat di Indonesia. Istilah-istilah seperti

tower, junction, dan park sangat mudah ditemui, meski menara, simpang, dan taman belum

pernah dihilangkan dari khazanah kosakata kita. Alasan klasik yang dikemukakan adalah

bahwa penggunaan istilah asing lebih komersial. Benarkah? Entah mengapa, saya jadi teringat

pada pepatah alah bisa karena biasa.

Sebagai pegiat Wikipedia, saya pernah mengikuti Wikimania di Argentina pada tahun 2009.

Wikimania adalah suatu ajang tahunan dengan lokasi penyelenggaraan yang berbeda-beda,

yang bertujuan untuk mengumpulkan para wikipediawan dari seluruh dunia guna

bersilaturahmi dan bertukar informasi. Saya terkesima saat Patricio Lorente, ketua

penyelenggara acara tersebut, menyampaikan pidato pembukaannya dalam bahasa Spanyol.

Padahal, sebelum acara tersebut saya sempat berbincang-bincang dengan beliau dalam bahasa

Inggrisnya yang dikuasai beliau dengan bagus. Para juru bahasa membantu para hadirin melalui

perangkat dengar (headset) untuk memahami apa yang disampaikan oleh beliau.

Betapa berbedanya kondisi ini dengan keadaan saat saya menghadiri suatu acara di Indonesia

yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Padahal, hampir semua hadirin dalam

acara tersebut adalah penutur asli bahasa Indonesia. Hanya segelintir orang asing yang hadir

Page 4: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 4

dalam acara tersebut. Sebagian dari mereka pun cukup fasih berbahasa Indonesia. Ada apa

dengan kita?

Menurunnya Keterampilan Berbahasa Indonesia

Suatu penelitian pada tahun 1994 menunjukkan bahwa secara rata-rata pada setiap halaman

skripsi terdapat 2,3 kesalahan berupa penyimpangan kaidah bahasa. Sejumlah 21,74% dari

kesalahan tersebut merupakan kesalahan berat seperti kekurangjelasan gagasan (Tadjuddin,

2013). Itu kenyataan pada tingkat perguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan yang lebih rendah,

kita pun pernah dikejutkan dengan lebih rendahnya nilai ujian nasional bahasa Indonesia

dibandingkan dengan bahasa Inggris.

Pengalaman saya menunjukkan hal yang sama. Saat mengambil S-2, saya pernah dimintai

bantuan oleh beberapa rekan seangkatan saya untuk memeriksa tesis mereka. Hampir tidak ada

halaman yang tidak saya tandai dengan pelacak perubahan (track changes) pada MS Word.

Demikian pula halnya saat saya memeriksa laporan-laporan pekerjaan konsultasi yang dibuat

oleh para staf saya. Saya selalu gemas melihat kesalahan-kesalahan berbahasa mulai dari

sekadar salah eja hingga salah nalar.

Saya pernah menemukan papan peringatan yang dibuat oleh suatu kontraktor terkemuka di

suatu lokasi pembangunan bandara yang bertuliskan, “Di larang melintas disini.” Perhatikan

“di larang” yang dipisah dan “disini” yang dirangkai. Mantap, bukan?

Pada tataran lisan, saya sering sedih kala mendengar para wartawan baru beberapa stasiun

televisi saat liputan langsung seperti lebaran. Para wartawan tersebut, yang keterampilan

berbicaranya seharusnya lebih baik dari rata-rata, kerap terbata-bata saat menyampaikan

laporan mereka dan, mungkin tanpa sadar, menggunakan ragam percakapan dalam laporan

tersebut. Keterampilan menyimak mereka pun tampaknya kurang baik karena kadang apa yang

disampaikan oleh terwawancara tidak bisa tertangkap dengan baik oleh mereka. Saya jadi rindu

dengan Anita Rachman.

Apa Sebabnya?

Setelah mengenali kedua masalah tersebut, hal selanjutnya yang perlu kita telaah adalah apa

sebabnya. Saya pikir sebab paling dasar adalah sifat negatif bangsa Indonesia yang diuraikan

oleh Koentjaraningrat – guru besar antropologi Indonesia – dalam bukunya Rintangan2 mental

dalam pembangunan ekonomi di Indonesia (1969). Menurut beliau, ada enam sifat negatif

Page 5: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 5

bangsa Indonesia, yaitu (1) meremehkan mutu, (2) suka menerabas, (3) tuna harga diri, (4)

menjauhi disiplin, (5) enggan bertanggung jawab, dan (6) latah atau ikut-ikutan.

Meremehkan mutu tecermin dalam perilaku berbahasa asal bisa dimengerti. Sifat ini

menyebabkan bahasa yang digunakan asal saja tanpa memedulikan apakah bahasa yang

digunakan benar atau salah. Tidak ada keinginan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan

kaidah, asalkan bahasa yang digunakan bisa dimengerti oleh orang lain.

Suka menerabas tecermin dalam perilaku berbahasa ingin dapat berbahasa Indonesia dengan

baik tanpa melalui proses belajar. Bahasa Indonesia dianggap merupakan bahasa yang ada

secara alami dan bisa dikuasai tanpa harus dipelajari. Menjadi warga negara Indonesia bukan

berarti secara otomatis mampu berbahasa Indonesia. Banyak penduduk Indonesia menjadikan

bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa daerah sebagai bahasa-ibunya. Sedangkan

untuk dapat menggunakan bahasa ibu dengan baik saja seseorang perlu belajar dari lingkungan,

apalagi untuk dapat mahir menggunakan bahasa kedua.

Tuna harga diri tecermin dalam perilaku berbahasa yang mengagungkan bahasa asing dan

menomorduakan bahasa sendiri, misalnya dengan mencantumkan “Exit”, alih-alih “Keluar”

pada pintu masuk kantor, atau dengan menggunakan istilah “meeting”, alih-alih “rapat” dalam

bahasa sehari-hari. Ada baiknya coba mencontoh bangsa Prancis atau Jepang yang dengan

bangga menggunakan bahasa mereka sendiri sebagai jati diri bangsa.

Menjauhi disiplin tecermin dalam perilaku berbahasa yang tidak mau atau malas mengikuti

aturan atau kaidah bahasa. Semua bahasa, tidak terkecuali bahasa Indonesia, memiliki aturan

dan kaidah yang harus digunakan secara taat asas.

Enggan bertanggung jawab tecermin dalam perilaku berbahasa yang tidak memperhatikan

penalaran bahasa yang benar. Bertanggung jawab dalam berbahasa adalah

mempertanggungjawabkan kebenaran isi bahasa dengan berpikir dengan baik sebelum

mengeluarkan suatu kalimat agar tidak menimbulkan kesalahan nalar.

Latah atau ikut-ikutan tecermin dalam perilaku berbahasa meniru atau mengulang kembali

ucapan orang lain tanpa memperhatikan kebenaran ucapan tersebut, baik secara semantik

maupun gramatikal. Kritislah dan pikirkanlah dulu perkataan orang lain sebelum

mengulangnya, atau dalam konteks kontemporer, sebelum mengicaukan ulang (retweet) suatu

twit.

Page 6: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 6

Apa yang Dapat Dilakukan?

Saya berpendapat bahwa upaya penguatan bahasa Indonesia di dunia internasional harus

dimulai dari diri kita sendiri dengan mengikis sifat negatif kita dalam berbahasa. Saya pernah

membaca kisah tentang seseorang yang saat menjelang ajalnya meratap,

Ketika aku muda, aku ingin mengubah dunia

Lalu, aku menyadari betapa sulitnya mengubah dunia

Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja

Kemudian kusadari tidak mudah untuk mengubah negaraku

Maka aku berusaha mengubah kotaku

Semakin tua, aku menyadari tidak mudah mengubah kotaku

Maka aku mulai mencoba mengubah keluargaku

Kini aku semakin renta dan ternyata aku tak bisa mengubah keluargaku

Akhirnya aku menyadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri

Bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, mungkin kini aku bisa mengubah dunia

Bila sekitar 200 hadirin acara ini dapat menumbuhkan kembali kebanggaan berbahasa

Indonesia dan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia – baik keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis – pada diri sendiri, mungkin hal tersebut

akan menular kepada keluarga dan orang-orang terdekat. Perubahan tersebut pada akhirnya

mungkin akan mengubah dunia. Mari kita mulai.

Rujukan

1. Ahniar, N.F., & Galih, B. (2011, 3 Januari). Ketika Presiden Menggunakan Bahasa

Gado-Gado. Vivanews.

2. Badan Pusat Statistik. (2011). Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990,

1995, 2000 dan 2010.

3. Chaer, A. (2002). Pembakuan Bahasa Indonesia.

Page 7: Lanin (2013) Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional

Ivan Lanin, Lisensi CC-BY-SA, Oktober 2013 7

4. Fajrin, M.R. (2011). Masa-Masa Penting dalam Perkembangan Bahasa Melayu

Menjadi Bahasa Indonesia.

5. Moeliono, A.M. (2009). Bahasa Indonesia di dalam Era Reformasi dan Globalisasi.

Dalam Subagyo, P.A., & Macaryus, S. (Ed.), Peneroka Hakikat Bahasa (hlm. 195-202).

6. Moeliono, A.M. (2009, 6 November). “National Summit?”. KOMPAS.

7. Tadjuddin, M. (2013). Bahasa Indonesia: Bentuk dan Makna.

8. United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division

(2013). World Population Prospects: The 2012 Revision, Highlights and Advance

Tables. Working Paper No. ESA/P/WP.228.

9. Wikipedia. (2013, 20 Oktober). List of countries by population.

10. Zahari, M. (2011). Menjunjung Bahasa Persatuan.

Tentang Pemakalah

Ivan Lanin adalah wikipediawan pencinta bahasa Indonesia. Pendidikan formalnya adalah S-1

teknik kimia dari Institut Teknologi Bandung dan S-2 teknologi informasi dari Universitas

Indonesia. Pekerjaan utamanya adalah direktur pada perusahaan konsultan manajemen risiko

dan tata kelola perusahaan. Pekerjaan lainnya adalah editor untuk Google bahasa Indonesia

serta beberapa pekerjaan penerjemahan lain.

Ivan aktif sebagai kontributor di Wikipedia bahasa Indonesia (WBI) sejak tahun 2006 dan

dipercaya menjadi pengurus pada tahun yang sama. Sejak tahun 2009, Ivan juga aktif dalam

Creative Commons, suatu gerakan global yang bertujuan untuk menghimpun koleksi ciptaan

kreatif yang dapat dibagikan dan digunakan ulang secara legal tanpa melanggar hak cipta.

* Makalah pada Sarasehan Kebahasan Dan Kesastraan Indonesia Tahun 2013 Balai Bahasa

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Hotel Gowongan Inn, Yogyakarta, 23 Oktober 2013